HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU...

160
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KONSUMSI KERANG HIJAU (Perna viridis) YANG TERCEMAR LOGAM TIMBAL (Pb) PADA MASYARAKAT DI KALI ADEM MUARA ANGKE JAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh: Almen Fercudani 1111101000063 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU...

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KONSUMSI

KERANG HIJAU (Perna viridis) YANG TERCEMAR LOGAM TIMBAL (Pb) PADA

MASYARAKAT DI KALI ADEM MUARA ANGKE JAKARTA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh:

Almen Fercudani

1111101000063

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

i

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

ii

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

iii

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN

SKRIPSI, OKTOBER 2015

Nama : Almen Fercudani Nim : 1111101000063

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Kosumsi Kerang Hijau (Perna

viridis) Tercemar Logam Timbal (Pb) pada Masyarakat Kali Adem Muara Angke

Jakarta Tahun 2015

(xi + 138 halaman, 2 diagram, 4 gambar 10 tabel, 16 Lampiran)

ABSTRAK

Timbal (Pb) termasuk kedalam logam berat yang berbahaya bagi kesehatan. Timbal

banyak digunakan untuk keperluan industri dan sering menjadi limbah yang dapat

memasuki wilayah perairan dan mempengaruhi biota yang hidup di dalamnya, salah satunya

adalah kerang hijau. Kerang hijau merupakan makanan laut yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pengetahuan

dan sikap terhadap perilaku konsumsi kerang hijau. Desain studi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah cross sectional. Sebanyak 150 ibu rumah tangga termasuk kedalam

sampel penelitian ini, yang diambil secara simple random sampling. Sampel kerang hijau

diambil secara composite dari setiap kelompok budidaya kerang hijau yang ada di Kali

Adem Muara Angke Jakarta.. Konsentrasi timbal di dalam kerang hijau diukur

menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS).

Terdapat sepuluh sampel (90%) positif mengandung logam timbal, yang berkisar

antara 0,12 – 2,60 mg/kg. Sedangkan untuk rata-rata konsumsi kerang hijau sebesar 11,47

gr/hari, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi kerang nasional yaitu 2

gr/hari. Terdapat 83 (55,3%) responden berpengetahuan rendah dan 80 (53,3%) responden

memiliki sikap negatif terhadap pencemaran logam timbal yang terjadi pada kerang hijau.

Hasil uji bivariat menggunakan chi square menunjukan, terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal

dengan nilai p value 0,033 (< 0,05).

Rekomendasi penelitian ini adalah masyarakat diharapkan dapat mengurangi konsumsi

kerang hijau dan meningkatkan pengetahuan tentang pencemaran yang sudah terjadi pada

kerang hijau. Untuk pemerintah daerah DKI Jakarta diharapkan lebih memperhatikan

kualitas perairan dan biota laut yang ada di Teluk Jakarta.

Daftar Bacaan : 51 (1982 – 2014)

Kata Kunci : Timbal (Pb), Kerang Hijau, Pengetahuan Sikap Perilaku, Kali Adem Muara

Angke Jakarta

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

v

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF

PUBLIC HEALTH

Undergraduate Thesis, October 2015

Name : Almen Fercudani Nim : 1111010100063

A Relationship Between The Knowledge and The Attitudes Toward Consumption

Behavior Of Lead (Pb) Contaminated in Green Mussel (Perna viridis) To Society Of Kali

Adem Muara Angke Jakarta 2015

(xi + 138 page, 2 diagram, 4 picture, 10 table, 16Appendixs)

ABSTRAK

Lead (Pb) is kind of heavy metal that is harmful to health. Lead is widely used for

industrial purposes and it’s waste can affect organism in the water, such as Green mussels.

Recently Green mussels often consumed by people. This study aims to determine the

relationship between knowledge and attitude toward the consumption behavior of lead

contaminated green mussels.

The design of this study was cross-sectional, with 150 housewives as the samples

whose selected randomly. The green mussel sample was taken compositly from each the

group of collecting site in Kali Adem. The concentration of lead (Pb) was measured by

Atomic Absorption Spectrometry (AAS).

Ten samples (90%) were positive contaminated by lead in range between 0,12-2,60

mg/kg. The average of green mussel consumption is 11.47 gr/day, which is higher than the

average national consumption of shellfish (2 gr/day). There were 83 respondents (55.3%)

have a low knowladge and 80 respondents (53.3%) have a negative attitude about lead metal

pollution in Green mussels. The significant association was found between knowledge

toward consumption behavior of lead contaminated green mussel with p value 0.033

(<0.05).

It is recomended to the community to reduce the consumption of green mussels and

increase the knowledge about the pollution on the green mussels. The local government is

expected to pay more attention to water quality and organism who live in Jakarta Bay

waters.

Reading list : 51 (1982 – 2014)

Keyword : Lead (Pb), Green mussel (Perna viridis), Knowledge, attitude, and

Consumption Behavior, Kali Adem.

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Hubungan pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Konsumsi Kerang Hijau

(Perna viridis) Tercemar Logam Timbal (Pb) Pada Masyarakat Kali Adem Muara

Angke Jakarta Tahun 2015”. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Dosen Pembimbing I yang

senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kess. Selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberi masukan dan motivasi dalam perbaikan skripsi ini.

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

vii

4. Ayah dan Ibu serta adik tersayang yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta

doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini

5. Para dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan

Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat.

6. Geng Muara Angke (Vella, Lipi, Tanza, Roiz dan Chandra ) yang senantiasa turut

membantu dalam pengambilan sampel.

7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan masukan, motivasi dan hiburan selama

pembuatan skripsi ini.

8. Teman-teman Kesling 2011 (Ibnu, Chandra, Rois, Hari, Betti, Ayu, Niken, PW,

Efri, Feela, Ikoh, Cepol, Ika, Anantika, Ila, Shela, Alifia, Eka, Awaliyah, Ukhfiya,

Rahmatika, dan Ajeng).

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis menyerahkan segalanya dengan

harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu penyusunan skripsi

ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Ciputat, Oktober 2015

Almen Fercudani

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 2

A. Latar Belakang .................................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 12

C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 13

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 14

E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 15

F. Ruang Lingkup ............................................................................................... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 15

A. Pencemaran ..................................................................................................... 15

1. Definisi Pencemaran ....................................................................................... 15

2. Pencemaran Air .............................................................................................. 16

3. Sumber Pencemaran Air ................................................................................. 17

4. Dampak Pencemaran Air ................................................................................ 18

5. Pencemaran di Perairan Muara Angke Jakarta ............................................... 20

B. Timbal (Pb) ..................................................................................................... 21

1. Definisi Timbal ............................................................................................... 21

2. Pencemaran Timbal (Pb) ................................................................................ 22

3. Baku Mutu Timbal (Pb) .................................................................................. 22

4. Toksisitas dan Dampak Kesehatan Timbal (Pb) ............................................ 24

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

ix

5. Bioakumulasi Timbal (Pb).............................................................................. 26

C. Jalur Pemaparan Zat Kimia ke Manusia ......................................................... 27

1. Jalur Pemaparan Dermal ................................................................................. 28

2. Jalur Pemaparan Inhalasi ................................................................................ 28

3. Jalur Pemaparan Ingesti .................................................................................. 29

D. Pangan ............................................................................................................ 29

1. Definisi ........................................................................................................... 29

2. Penyakit Bawaan Makanan (Food Borne Disease) ........................................ 30

E. Kerang Hijau................................................................................................... 31

1. Taksonomi dan Definisi Kerang Hijau ........................................................... 31

2. Habitat dan Distribusi ..................................................................................... 32

3. Perilaku Makan ............................................................................................... 33

4. Kerang Hijau dan Pencemaran ....................................................................... 34

F. Perilaku ........................................................................................................... 36

1. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ............................................................. 36

2. Pengetahuan .................................................................................................... 39

3. Sikap ............................................................................................................... 43

G. Gambaran Teluk Jakarta ................................................................................. 45

H. Paradigma Kesehatan Lingkungan ................................................................. 47

I. Kerangka Teori ............................................................................................... 53

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........................... 55

A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 55

B. Definisi Operasional ....................................................................................... 58

C. Hipotesis ......................................................................................................... 59

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

x

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................ 60

A. Desain Penelitian ............................................................................................ 60

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 60

C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 61

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 65

E. Pemeriksaan Laboratorium ............................................................................. 69

F. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................ 74

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 78

A. Gambaran Tempat Penelitian ......................................................................... 78

1. Gambaran Teluk Jakarta ................................................................................. 78

2. Gambaran Kali Adem Muara Angke Jakarta ................................................. 80

B. Karakteristik Responden................................................................................. 81

1. Usia ................................................................................................................. 81

2. Pendidikan ...................................................................................................... 82

3. Pekerjaan ........................................................................................................ 83

C. Hasil Univariat ................................................................................................ 83

1. Pencemaran Logam Timbal (Pb) di Kerang Hijau ......................................... 84

2. Gambaran Perilaku Konsumsi Kerang Hijau yang Tercemar Logam

Timbal (Pb) ..................................................................................................... 85

3. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Pencemaran Logam

Timbal (Pb) pada Kerang Hijau...................................................................... 87

4. Gambaran Sikap Responden Terhadap Pencemaran Logam

Timbal (Pb) pada Kerang Hijau...................................................................... 87

D. Hasil Bivariat .................................................................................................. 88

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

xi

1. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau

Tercemar Logam Timbal (Pb) ........................................................................ 89

2. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau

Tercemar Logam Timbal (Pb) ........................................................................ 90

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 92

A. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 92

B. Analisis Univariat ........................................................................................... 93

1. Pencemaran Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau ..................................... 93

2. Gambaran Perilaku Konsumsi Kerang Hijau yang Tercemar

Logam Timbal (Pb) ...................................................................................... 101

3. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Pencemaran

Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau ....................................................... 106

4. Gambaran Sikap Responden Terhadap Pencemaran

Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau ...................................................... 109

C. Analisi Bivariat ............................................................................................. 112

1. Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau

Tercemar Logam Timbal (Pb) ...................................................................... 112

2. Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau

Tercemar Logam Timbal (Pb) ...................................................................... 115

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 119

A. Kesimpulan ................................................................................................... 119

B. Saran ............................................................................................................. 120

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 123

LAMPIRAN .................................................................................................................. 129

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Mutu Kadar Logam di Air Laut Untuk Biota Laut ........................... 23

Tabel 2.2 Penelitian Kadar Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau ......................... 35

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 58

Tabel 5.1 Usia Responden.......................................................................................... 81

Tabel 5.2 Kadar Logam Timbal (Pb) di Kerang Hijau .............................................. 84

Tabel 5.3 Gambaran Perilaku Konsumsi Responden ................................................. 85

Tabel 5.4 Sumber Kerang Hijau yang Dikonsumsi ................................................... 86

Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Responden ........................................................... 87

Tabel 5.6 Gambaran Sikap Responden ...................................................................... 88

Tabel 5.7 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Konsumsi ................... 89

Tabel 5.8 Analisis Hubungan Sikap dengan Perilaku Konsumsi ............................... 90

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Pendidikan Responden .......................................................................... 82

Diagram 5.2 Pekerjaan Responden ............................................................................ 83

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerang Hijau .......................................................................................... 31

Gambar 2.2 Teori Simpul ........................................................................................... 48

Gambar 2.3 Kerangka Teori ....................................................................................... 53

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 57

Gambar 5.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 79

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran logam merupakan suatu proses yang terjadi akibat

perbuatan manusia (antropogenik), masuknya logam diakibatkan oleh limbah

yang berasal dari berbagai kegiatan misalnya pertambangan, aktivitas rumah

tangga, industri, aktivitas pertanian, serta aktivitas transportasi (Connell dan

Miller, 2006). Salah satu logam yang menjadi limbah pencemaran adalah

timbal (Pb). Logam timbal (Pb) merupakan logam berat yang secara alami

terdapat di dalam kerak bumi, namun timbal (Pb) juga bisa berasal dari

kegiatan manusia.

Konsentrasi kadar timbal (Pb) yang berasal dari kegiatan manusia,

jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan dengan kadar timbal (Pb) yang

ada di alam. (Widiowati dkk, 2008). Menurut Agency for Toxic Subtances and

Disease Registry (ATSDR) public health assesments and health consultations

terdapat 20 zat kimia paling berbahaya bagi kesehatan, diantaranya adalah

timbal (Pb). Logam timbal (Pb) termasuk kedalam zat kimia paling berbahaya

bagi kesehatan masyarakat. Beberapa efek kesehatan yang dapat ditimbulkan

akibat pajanan timbal (Pb) adalah gangguan sistem saraf, gangguan sistem

peredaran darah, anemia, dan pada paparan tingkat tinggi dapat menyebabkan

kerusakan otak dan ginjal, serta dapat menyebabkan keguguran pada wanita

hamil (ATSDR, 2007).

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

3

ATSDR menyatakan dengan konsentrasi timbal (Pb) > 10 µg/g di dalam

tulang akan memberikan efek terhadap sistem kardiovaskular dan sistem

saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb) <10 µg/dL dalam darah akan

menyebabkan tekanan darah meningkat, kerusakan eritrosit yang dapat

menyebabkan anemia. Pada konsentrasi > 40 µg/dL akan menyebabkan

gangguan sistem saraf, gangguan hormon tiroid dan dapat mengurangi

kesuburan. Selain itu penurunan laju filtrasi pada ginjal (kelaianan ginjal)

dapat terjadi pada populasi dengan nilai rata-rata kadar dalam darah sebesar

kurang dari 20 mg/dL (ATSDR, 2007)

Disamping efek kesehatan yang ditimbulkan, logam timbal juga banyak

dimanfaatkan dalam dunia industri dan transportasi. Salah satu pemanfaatan

logam timbal yaitu sebagai bahan bakar dari kapal nelayan dan transportasi

laut. Sehingga tidak menutup kemungkinan logam ini dapat masuk ke perairan

atau muara. Logam yang masuk ke perairan atau muara akan mengalami

persebaran dan proses pengendapan di dalam ekosistem perairan. Hal ini

disebabkan karena letak topografi ekosistem perairan yang umumnya terletak

di bagian bawah, sehingga limbah akan masuk kedalam ekosistem perairan.

Hal tersebut akan berpengaruh kepada daya dukung lingkungan perairan dan

termasuk biota atau makhluk hidup yang hidup di dalamnya (Riani, 2012).

Salah satu perairan yang menerima beban pencemaran logam dari

aktivitas manusia adalah perairan Muara Angke yang ada di Teluk Jakarta.

Hal ini disebabkan karena Teluk Jakarta merupakan tempat bermuaranya 13

sungai dan tempat membuang limbah cair dari kegiatan pemukiman,

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

4

perkotaan, industri, wisata, dan transportasi laut, sehingga kawasan ini

mengalami tekanan yang sangat tinggi beban pencemarannya (Cordova dkk,

2011).

Hasil penelitian Cordova dkk (2011), diketahui bahwa beban

pencemaran logam berat dari kali angke yang masuk ke perairan Teluk

Jakarta, hasilnya menunjukan logam merkuri memiliki konsentrasi 0,09 ppm

dengan beban pencemarannya perhari sebesar 0,0676 ton/hari, kadmium

memiliki konsentrasi 0,01 ppm dengan beban pencemarannya perhari sebesar

0,0086 ton/hari, kemudian yang paling besar adalah timbal (Pb) yang

memiliki konsentrasi 0,11 ppm dengan beban pencemarannya perhari sebesar

0,0825 ton/hari (Cordova dkk, 2011).

Tingkat pencemaran logam timbal (Pb) pada perairan di Teluk Jakarta

dari tahun 2001-2011 mengalami peningkatan yang signifikan baik pada air

maupun pada sedimen. Pada Tahun 2001 konsentrasi timbal (Pb) di air sebesar

0,013 ppm dan sedimen sebesar 3,164 ppm. Pada tahun 2005 konsentrasi

timbal (Pb) di air meningkat menjadi sebesar 0,015 ppm dan sedimen sebesar

2,244 ppm. Kemudian pada tahun 2009 konsentrasi timbal (Pb) di air

meningkat kembali menjadi 0,043 ppm dan sedimen sebesar 5,942 ppm.

Terakhir pada tahun 2011 konsentrasi timbal (Pb) di air mencapai 0,079 mg/l,

sedimen sebesar 14,193 mg/l dan kerang sebesar 42,463 mg/l (Hutagaol,

2012).

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

5

Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa kadar

logam berat dalam sedimen di bagian Teluk Jakarta menunjukan kadar yang

tinggi, dengan kadar logam Timbal (Pb) yang berkisar antara Pb = 8,49 - 31,22

ppm. Tingginya kadar logam berat dalam sedimen di bagian barat Teluk

Jakarta, disebabkan oleh aktivitas kapal, banyaknya industri diantaranya PT.

Asahimas Flat Glass, PT. Bogasari Indofood dan dua pabrik cat yaitu PT.

Pasifik Paint dan PT. Nippon Paint (pabrik cat) serta PT.Wirantono Baru

(Rochyatun dan Rozak, 2007).

Sedangkan berdasarkan hasil laporan Kantor Pengkajian Perkotaan dan

Lingkungan Hidup diketahui bahwa Teluk Jakarta pada tahun 2013

diperkirakan menampung limbah pencemaran sekitar 97,82 % atau sebesar

1.632.894,47 m3/tahun yang berasal dari sektor industri, limbah domestik

sekitar 2,17% yakni sebesar 36.229,90 m3/tahun dan limbah pertaian sebesar

0,01% atau sekitar 232,25 m3/tahun. (BLH DKI Jakarta, 2013).

Selanjutnya dari hasil laporan Badan Pengelola Lingkungan Hidup

(BPLH) DKI Jakarta tahun 2013 tentang keadaan kualitas perairan Muara

Angke Teluk Jakarta yang dilakukan dari bulan September-Oktober 2013

menunjukan bahwa kadar logam timbal (Pb) pada air di Muara Angke Jakarta

melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan. Pada bulan September konsentrasi

timbal (Pb) sebesar 0,24-0,23 ppm dan 0,20-0,23 ppm pada bulan Oktober,

pengukuran ini dilakukan pada waktu pasang dan surut air laut (BLH DKI

Jakarta, 2013).

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

6

Salah satu biota yang dapat dijadikan indikator pencemaran logam

timbal (Pb) disuatu perairan adalah kerang hijau (Perna viridis). Hal tersebut

dikarenakan kerang hijau memiliki kemampuan absorbsi logam yang baik jika

dibandingkan dengan kerang dara, kerang bulu dan kerang tahu (Nurjanah

dkk, 1999). Berdasarkan penelitian mengenai kadar timbal (Pb) di dalam

kerang hijau di Teluk Jakarta diketahui bahwa kandungan Timbal (Pb) di

dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.) mengalami peningkatan dari

tahun 2001 sampai tahun 2012 (Hutagaol, 2012)

Pada tahun 2001 konsentrasi logam timbal (Pb) di kerang yang ada di

Teluk Jakarta, diketahui sebesar 6,496 ppm. Selanjutnya pada tahun 2005

konsentrasi timbal (Pb) meningkat pada kerang menjadi 30,607 ppm. Pada

tahun 2009 konsentrasi timbal (Pb) di kerang juga meningkat dengan

konsentrasi sebesar 42,463 mg/l dan yang terakhir pada tahun 2012

konsentrasi Timbal (Pb) di kerang hijau pada pengukuran di stasiun 1 sebesar

43,023 mg/l, stasiun 2 sebesar 42,981 mg/l, dan stasiun 3 sebesar 41,387 mg/l

(Hutagaol, 2012). Ditambah lagi sifat logam Pb yang cenderung

terakumulatif, yang dapat meningkatkan kadar Pb didalam kerang hijau

dimasa yang akan datang.

Hasil penelitian tersebut berbanding lurus dengan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan UIN

Jakarta. Dalam studi pendahuluan ini mengukur konsentrasi logam timbal

(Pb) pada biota laut, diantaranya kerang hijau, kerang dara, kerang batik, ikan

tongkol, ikan kembung, ikan pindang dan ikan peda yang berasal dari pasar

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

7

ikan Muara Angke Jakarta. Didapatkan hasil kadar timbal (Pb) sebagai berikut

: 1,028 mg/kg pada kerang hijau, 0,693 mg/kg pada kerang dara dan batik,

ikan tongkol sebesar 0,526 mg/kg, ikan kembung sebesar 0,442 mg/kg, ikan

pindang sebesar 0,693 mg/kg dan yang terakhir pada ikan peda yaitu sebesar

0,526 mg/kg. Sehingga dapat di katakan bahwa kerang hijau merupakan

kerang dengan konsentrasi logam timbal tertinggi jika dibandingkan dengan

kerang dari jenis lain dan biota laut lainnya yaitu 1,028 mg/kg.

Tingginya kadar logam timbal (Pb) pada kerang hijau tentu saja dapat

mengganggu kondisi kesehatan masyarakat yang gemar mengonsumsi kerang

hijau sebagai makanan sehari-hari mereka, terutama apabila kerang yang

mereka konsumsi telah melewati batas maksimum kadar timah hitam (Pb)

yang diperbolehkan dalam suatu pangan.

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Susenas, di Indonesia kerang

hijau merupakan salah satu jenis makanan laut yang digemari masyarakat. Hal

ini dikarenakan harga kerang hijau cukup murah jika dibandingkan dengan

jenis makanan laut lainnya. Rata-rata konsumsi kerang hijau di Indonesia

sebesar 0,002 kg/minggu per orang (Susenas, 2014).

Kali Adem Muara Angke merupakan salah satu daerah yang berada di

tepi Teluk Jakarta. Perkampungan ini dihuni oleh beberapa kelompok

masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, termasuk nelayan

kerang hijau atau pembudidaya kerang hijau. Sehingga mayoritas mata

pencaharian penduduk disana adalah budidaya kerang hijau, pengolahan

kerang hijau, pengupasan kerang hijau sampai kepada penjualan kerang hijau.

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

8

Oleh karena itu, dapat dikatakan masyarakat yang tinggal di Kali Adem Muara

Angke sebagian besar memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan kerang

hijau.

Hal ini didukung oleh pernyataan Susiyeti (2010) bahwa masyarakat di

sana merupakan high fish consumption yaitu masyarakat yang lebih tinggi

tingkat konsumsi hasil laut jika dibandingkan dengan masyarakat yang tidak

tinggal di dekat perairan Teluk Jakarta (Susiyeti, 2010). Oleh karena itu,

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta memiliki potensi yang besar

mengalami gangguan kesehatan akibat dari mengonsumsi kerang hijau

ataupun biota laut lain yang telah tercemar logam timbal (Pb).

Berdasarkan data hasil pemeriksaan keluhan gangguan kesehatan pada

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta didapatkan sebagai berikut.

Sebanyak 22,4 % masyarakat Kali Adem memiliki keluhan darah tinggi atau

hipertensi, 20,3 % masyarakat memiliki keluhan diare, 68% masyarakat

memiliki keluhan nyeri sendi, sebesar 20,7 % masyarakat memiliki keluhan

pada fungsi ginjal mereka. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui efek

kesehatan yang ditimbulkan akibat pajanan logam timbal (Pb) pada

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta melalui perilaku konsumsi

kerang hijau atau biota lain yang telah tercemar oleh logam timbal (Pb).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumanta menyatakan bahwa kadar

logam timbal (Pb) dalam darah masyarakat di Kampung Nelayan Muara

Angke Jakarta dalam konsentrasi yang tinggi, hasil penelitian ini menyatakan

terdapat hubungan yang positif antara konsumsi hasil laut yang tercemar

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

9

logam timbal dengan kandungan timbal (Pb) dalam darah pada masyarakat

Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta. sementara itu dari hasil uji korelasi

antara kandungan logam timbal dalam darah dengan jenis atau gejala penyakit

yang diderita oleh masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta

menunjukan hasil sebegai berikut ; terdapat hubungan korelasi yang positif

antara kadar logam timbal dalam darah dengan kejadian penyakit hipertensi

dengan nilai r = 0,299, pada penyakit anemia terdapat hubungan yang lemah

dengan nilai r = 0,091. Sedangkan tidak ditemukan hubungan antara kadar

logam timbal dalam darah dengan penyakit tremor dan gangguan sendi

(Rumanta, 2005).

Dari hasil penelitian Rumanta dapat dilihat jika kandungan logam

timbal pada kerang hijau pada tahun 2005 berkisar antara ± 0,588 µg/g,

sedangkan kandungan logam timbal dalam air laut pada penelitian ini berkisar

0,160 µg/ml pada musim barat dan 0,227 µg/ml pada musim timur. Jika

dikaitkan dengan sifat akumulasi logam, maka dapat dikatakan bahwa pada

tahun-tahun selanjutnya potensi terjadinya gangguan kesehatan (seperti

hipertensi, anemia, gangguan saraf dan lain-lain) akan meningkat seiring

dengan meningkatnya kadar logam timbal pada kerang hijau dan ekosistem

perairan.

Sedangkan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa

pekerja dan masyarakat yang tinggal di sekitar tempat budidaya atau

pengolahan kerang hijau yang ada di Kali Adem, diketahui bahwa dari 5

pekerja yang diwawancarai, 3 pekerja (60%) mengatakan sering membawa

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

10

pulang kerang hijau untuk digunakan sebagai lauk makan dirumah. Kemudian

2 pekerja lainnya mengatakan kadang-kadang suka membawa kerang hijau

tersebut untuk dikonsumsi di rumah. Sedangkan 4 dari 5 masyarakat (80%)

yang diwawancarai mengaku mendapatkan atau membeli kerang hijau yang

berasal dari tempat budidaya kerang hijau tersebut. Sehingga dapat dikatakan

bahwa frekuensi konsumsi masyarakat di sekitar budidaya kerang hijau yang

ada di muara angke cukup tinggi, hal ini sejalan dengan teori Green yang

menyatakan kedekatan akses atau fasilitas mendukung seseorang dalam

berperilaku.

Jika di kaitkan dengan teori L. Green ada beberapa faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, diantaranya adalah faktor

predisposisi (pengetahuan, sikap, dan keyakinan), faktor enabling (sarana dan

fasilitas) dan faktor reinforcing (tokoh masyarakat dan keluarga).

Dari hasil penelitian tentang pengetahuan dan sikap terhadap perilaku

konsumsi makanan, terdapat hubungan yang bermakna diantara keduanya.

Dibuktikan dengan hasil penelitian sebelumnya didapatkan adanya hubungan

yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi serat dengan nilai p =

0,0287 (Tarigan, 2012). Hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap dengan pola makan dengan nilai p

value = 0,001 (Suci, 2011). Sedangkan menurut Wandasari (2014),

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

perilaku konsumsi di dalam keluarga dengan nilai p < 0,05 dan nilai r sebesar

0,849 yang berarti memiliki hubungan sangat kuat.

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

11

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yaitu ketua

kelompok masyarakat yang tinggal di Kali Adem Muara Angke Jakarta,

diketahui bahwa rata-rata masyarakat di Kali Adem memiliki pendidikan

rendah. Hal tersebut berkaitan juga dengan status ekonomi masyarakat sekitar

yang masih rendah. Jadi, dapat diasumsikan bahwa pendidikan yang rendah

akan berpengaruh kepada tingkat pengetahuan masyarakat di Kali Adem yang

masih rendah.

Berdasarkan uraian yang sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa

kondisi lingkungan perairan disekitar Muara Angke dan kondisi biota laut

yang hidup di perairan tersebut dalam kondisi yang buruk, yang disebabkan

oleh kasus pencemaran. Sementara perilaku konsumsi masyarakat sekitar Kali

Adem berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan memiliki frekuensi

konsumsi kerang hijau yang sering dan masyarakat di Kali Adem juga

memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian terkait Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Konsumsi

Kerang Hijau (Perna Viridis) Yang Tercemar Logam Timbal (Pb) Pada

Masyarakat Di Kaliadem Muara Angke Jakarta Tahun 2015. Agar dapat

diketahui sejauh mana pengetahuan dan sikap masyarakat berkontribusi

terhadap perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal tersebut.

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

12

B. Rumusan Masalah

Kaliadem Muara Angke Jakarta merupakan salah satu tempat budidaya

kerang hijau yang menyediakan kerang hijau sebagai bahan konsumsi. Kerang

hijau termasuk salah satu organisme yang ada di dalam rantai makanan, dan

manusia termasuk organisme tingkat atas yang mengonsumsi kerang hijau,

maka dapat dikatakan pencemaran oleh logam timbal (Pb) yang terjadi pada

kerang hijau akan terakumulasi pada manusia. Dari hasil studi pendahuluan

pengukuran kadar timbal (Pb) pada kerang hijau yang berasal dari Kali Adem

Muara Angke Jakarta didapatkan hasil kadar timbal (Pb) sebesar 0,1028 ppm,

kadar logam timbal pada kerang hijau memiliki kadar yang paling tinggi jika

dibandingkan pada jenis kerang lain.

Berdasarkan uraian di latar belakang, diketahui bahwa masyarakat di

Kali Adem memiliki perilaku konsumsi kerang hijau yang tinggi, sehingga

apabila di biarkan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak kepada

kesehatan. Selain itu, masyarakat Kali Adem masih memiliki tingkat

pendidikan yang rendah sehingga menyebabkan masyarakat belum

mengetahui dampak yang akan terjadi bila mengonsumsi kerang hijau yang

tercemar oleh logam timbal (Pb). Maka dari itu perlu dilakukan penelitian

terkait Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Konsumsi Kerang

Hijau (Perna Viridis) Yang Tercemar Logam Timbal (Pb) Pada

Masyarakat Di Kaliadem Muara Angke Jakarta Tahun 2015.

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

13

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana konsentrasi logam timbal (Pb) pada kerang hijau (Perna

viridis) di tempat budidaya kerang hijau Kali Adem Muara Angke

Jakarta?

2. Bagaimana perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal

(Pb) pada masyarakat sekitar tempat budidaya kerang hijau Kali Adem

Muara Angke Jakarta?

3. Bagaimana pengetahuan masyarakat sekitar tempat budidaya kerang

hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta tentang pencemaran oleh logam

timbal (Pb) pada kerang hijau?

4. Bagaimana sikap masyarakat sekitar tempat budidaya kerang hijau Kali

Adem Muara Angke Jakarta tentang pencemaran oleh logam timbal (Pb)

pada kerang hijau?

5. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

konsumsi kerang hijau tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat

sekitar tempat budidaya kerang hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta?

6. Apakah terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi

kerang hijau tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat sekitar tempat

budidaya kerang hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta?

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

14

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku

konsumsi kerang hijau (Perna viridis) yang tercemar logam timbal (Pb) pada

masyarakat di Kali Adem Muara Angke Jakarta pada tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kadar timbal (Pb) di dalam kerang hijau (Perna viridis) di

tempat budidaya kerang hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta.

b. Diketahuinya perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar logam

timbal (Pb) pada masyarakat sekitar tempat budidaya kerang hijau Kali

Adem Muara Angke Jakarta.

c. Diketahuinya pengetahuan masyarakat sekitar tempat budidaya kerang

hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta tentang pencemaran oleh logam

timbal (Pb) pada kerang hijau.

d. Diketahuinya sikap masyarakat sekitar tempat budidaya kerang hijau

Kali Adem Muara Angke Jakarta tentang pencemaran oleh logam timbal

(Pb) pada kerang hijau.

e. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku konsumsi

kerang hijau tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat sekitar tempat

budidaya kerang hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta.

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

15

f. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi kerang

hijau tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat sekitar tempat

budidaya kerang hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat untuk terus meningkatkan

pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan dapat menjadi informasi

mengenai keamanan pangan.

2. Bagi Pemerintah

Sebagai masukan bagi instansi terkait yaitu BLHD, BPOM, Kementrian

Perikanan dan Kelautan mengenai pencemaran yang terjadi pada kerang hijau

dan juga merupakan bioindikator terhadap pencemaran pada perairan di

sekitar Muara Angke Jakarta. Selain itu untuk acuan untuk memperketat laju

cemaran yang terjadi pada perairan di sekitar Muara Angke Jakarta dan dapat

mengambil kebijakan pencegahan.

3. Bagi Civitas Akademika

Sebagai tambahan bahan pembelajaran, informasi serta pengaplikasian

dari ilmu-ilmu yang didapat saat perkuliahan, sehingga dapat diintegrasikan ke

dalam dunia nyata agar menjadi dasar dalam mengambil tindakan pencegahan

yang membantu masyarakat.

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

16

4. Manfaat Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat

berkontribusi terhadap pengawasan laju pencemaran logam timbal (Pb) pada

kerang hijau yang ada di daerah budidaya kerang hijau Muara Angke Jakarta

Selatan tahun 2015. Selain itu diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini

dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu yang selama ini telah didapat selama masa perkuliahan.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi kesehatan

masyarakat peminatan kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menguji

hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi kerang hijau

(perna viridis) yang tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat di Kali

Adem Muara Angke Jakarta tahun 2015.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni tahun 2015,

dilakukan di daerah budidaya kerang hijau yang ada di Kali Adem Muara

Angke Jakarta. Sasaran penelitian adalah masyarakat yang tinggal disekitar

tempat budidaya kerang hijau Kali Adem Muara Angke Jakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif analitik, dengan

pendekatan cross sectional. Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku

konsumsi kerang hijau menggunakan metode survey melalui wawancara

dengan menggunakan instrument kuesioner. Sedangkan pengukuran kadar Pb

didalam kerang hijau menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS)

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

17

dengan metode destruksi basah. Populasi penelitian ini adalah kerang hijau

yang ada di budidaya kerang hijau Muara Angke Jakarta, dan masyarakat

sekitar budidaya kerang hijau di Kaliadem Muara Angke Jakarta. Jumlah

sampel masyarakat pada penelitian ini ialah sebesar 150 responden sedangkan

sampel kerang berasal dari kerang yang diambil secara acak di semua

kelompok budidaya yang ada di Kali Adem Muara Angke Jakarta.

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran

1. Definisi Pencemaran

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas lingkungan. Menurut undang-undang RI No. 23 tahun

1997 tentang pengolahan lingkungan hidup pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa

“pencemaran adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi

dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh manusia. Sehingga

kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya” (UU No. 23, 1997).

Makhluk hidup, zat atau energi yang dimasukan ke dalam lingkungan

hidup tersebut biasanya merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan

manusia. Sisa usaha dan atau kegiatan manusia disebut dengan limbah, karena

itu dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah

sebagai akibat dari adanya limbah yang dibuang ke dalam lingkungan

sehingga pada akhirnya daya dukung lingkungan terlampaui. Selain itu

pencemaran lingkungan tersebut merupakan sumber penyebab terjadinya

gangguan kesehatan pada masyarakat (Sumantri, 2010).

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

16

2. Pencemaran Air

Pencemaran air menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.

173/MENKES/VII/77 adalah suatu peristiwa masuknya zat kedalam air yang

mengakibatkan kualitas air tersebut menurun. Sehingga dapat mengganggu

atau membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah RI

no. 20 tahun 1990 mendefinisikan pencemaran air merupakan masuknya atau

dimasukannya mahkluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam

air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu

yang membahayakan dan pada akhirnya mengakibatkan air tidak berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukannya.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pencemaran air merupakan kondisi penurunan kualitas air akibat zat tertentu

yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya dan

dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penting

masyarakat mengetahui apakah air yang berada disekitar mereka dalam

kondisi baik atau sudah tercemar oleh berbagai macam zat yang berasal dari

antropogenik.

Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri

migas, pertanian, pertambangan, otomotif, tekstil dan lainnya, maka akan

semakin meningkat pengcemaran pada perairan yang disebabkan oleh

buangan limbah industri (Fardiaz, 1992)

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

17

3. Sumber Pencemaran Air

Pencemaran air dapat terjadi oleh beberapa sumber pencemar yang

masuk ke air. Beberapa sumber pencemar tersebut masuk kedalam air akibat

perbuatan manusia. Berikut ini merupakan sumber pencemar yang dibedakan

menjadi (Mukono, 2000) ;

a. Limbah Domestik (rumah tangga)

Limbah yang berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi,

kakus, mencuci, dapur dan keperluan rumah tangga lainnya.

b. Industri

Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung kepada

jenis industri tersebut, sehingga polutan yang mencemari air tergantung

kepada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengolahan

limbah cair yang digunakan oleh industri tersebut. Secara umum jenis polutan

dikelompokan menjadi limbah fisik, kimia, biologi dan radioaktif.

c. Pertanian dan Perkebunan

Polutan air dari sektor pertanian atau perkebunan dapat berupa, zat

kimia yang meliputi penggunaan pupuk dan pestisida. Mikrobiologi misalnya

virus, bakteri atau parasit yang berasal dari kotoran ternak. Terakhir dapat

berupa radioaktif, sebagai contohnya penggunaan radioaktif yang dipakai

dalam proses pematangan buah, untuk mendapatkan bibit unggul dan

mempercepat pertumbuhan serta masa panen.

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

18

4. Dampak Pencemaran Air

Pada dasarnya pencemaran air merupakan suatu kondisi yang

merugikan dan dapat menimbulkan banyak dampak bagi kesehatan

masyarakat. Berikut ini akan di paparkan dampak yang di timbulkan oleh

pencemaran air, diantaranya adalah (Mukono, 2000) :

a. Dampak yang Disebabkan oleh Mineral atau Logam.

- Cd (Kadmium)

Dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, tulang, pankreas

dan kelenjar gondok.

- Pb (Timbal)

Dapat menyebabkan anemia, gangguan ginjal, penurunan mental

pada anak, gangguan syaraf, kerusakan hati, dan kerusakan susunan

darah.

- Hg (Merkuri)

Sangat beracun, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, masalah

persendian, gangguan pengelihatan, kelainan sistim saraf dan dapat

menyebabkan kematian (studi kasus di Minamata)

- Cu (Tembaga)

Dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan rasa mual dan

menimbulkan kerusakan pada ginjal dan hati.

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

19

- As (Arsen)

Dapat menyebabkan kerusakan sistem pencernaan, kelainan ginjal,

gangguan saraf dan mental serta perubahan pada kulit dan kanker

kulit.

- Cr (Cromium)

Dapat menyebabkan kanker kulit dan gangguan saluran pernapasan.

- Co (Cobalt)

Merusak sel tubuh.

- Asbes

Dapat menyebabkan penyakit asbestosis.

- Cyianida

Dapat menyebabkan gangguan metabolisme oksigen dalam tubuh.

b. Dampak yang disebabkan oleh mikrobiologi

- Tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella thyphosa.

- Kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio kolera.

- Lepotospirosis disebabkan oleh Spirochaeta.

- Diare disebabkan oleh bakteri E.coli.

- Disentri disebabkan oleh Entamoeba histolityca.

c. Dampak yang disebabkan oleh pestisida

Dichlor Diphenyl Trichloretan (DDT) merupakan zat yang ada di dalam

pestisida yang paling berbahaya, memiliki sifat tidak larut dalam air,

juga tidak dapat diuraikan oleh mikrorganisme. Sehingga

memungkinkan DDT terakumulasi di dalam tubuh organisme. Selain itu

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

20

DDT juga dapat menyebabkan kanker kulit, keracunan, kerusakan

jaringan, dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kematian.

5. Pencemaran di Perairan Muara Angke Jakarta

Beban pencemaran yang berasal dari Kali Angke yang masuk ke

perairan Teluk Jakarta cukup tinggi. Beban pencemar yang berasal dari Kali

Angke untuk bahan organik yang terurai oleh mikroorganisme (BOD)

jumlahnya mencapai 944,31 ton/bulan sedangkan untuk bahan organik yang

terurai secara kimia (COD) jumlahnya mencapai 1745,00 ton/bulan dan

cenderung naik setiap tahunnya.

Sementara itu kadar beban pencemaran logam berat timbal (Pb) dari

Kali Angke adalah yang paling besar jika di bandingkan dengan logam berat

lainnya, yaitu sebesar 0,0825 ton/hari. Hal ini selaras dengan peningkatan

industri di DKI Jakarta. Tingginya logam berat tersebut dikarenakan logam

berat merupakan bahan suplemen yang harus ada dalam industri terutama

industri elektronik, otomotif, cat dan lain-lain. Terdapatnya logam berat pada

ekosistem laut akan berpengaruh terhadap biota yang ada di dalamnya

(Cordova, 2011).

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

21

B. Timbal (Pb)

1. Definisi Timbal

Timah hitam yang dikenal sebagai timbal atau plumbum (Pb)

merupakan logam berat yang lunak, berwarna abu-abu metalik dan meleleh

pada suhu 327,5oC. (Achmadi, 2013). Pb pada awalnya adalah logam berat

yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi, namun timbal (Pb) juga bisa

berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih

banyak jika dibandingkan dengan kadar timbal (Pb) yang ada di alam

(Widiowati dkk, 2008).

Timbal merupakan salah satu logam berat yang memiliki titik leleh

rendah jika dibandingkan dengan logam berat lain. Logam yang berwarna

abu-abu kebiruan dapat ditemukan setelah terjadi secara alami di kerak bumi.

Namun jarang ditemukan secara alami sebagai logam. Logam biasanya

ditemukan setelah dikombinasikan dengan dua atau lebih dari unsur lainnya,

untuk membentuk senyawa timbal. Timbal dan paduan timbal lainnya

biasanya banyak ditemukan dalam pipa, penyimpanan baterai, amunisi dan

senjata, penutup kabel serta alat yang digunakan untuk melindungi dari

radiasi, senyawa timbal juga banyak ditemukan sebagai zat tambahan di dalam

cat (ATSDR, 2007).

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

22

2. Pencemaran Timbal (Pb)

Pencemaran timah hitam atau timbal di lingkungan baik yang berasal

dari sumber alamiah atau perbuatan manusia pada umumnya melalui udara.

Timbal di udara dapat menyebabkan kontaminasi pada makanan dan air.

Sehingga pajanan timbal terhadap manusia selain melalui pernapasan

(Inhalasi) dapat pula masuk melalui oral (Ingesti). Buangan limbah industri

merupakan sumber utama pencemaran oleh Pb di badan air atau perairan laut

dan muara (Achmadi, 2013).

Timbal yang masuk ke dalam terdapat dalam berbagai macam bentuk.

Diantaranya adalah air buangan limbah dari industri yang berkaitan dengan

timbal (industri baterai, cat, elektronik, pipa dan lain-lain), limbah dari

aktivitas pertambangan dan bahan bakar yang mengandung timbal. Buangan

tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan yang kemudian akan dibawa

menuju lautan (Mulyawan, 2005)

3. Baku Mutu Timbal (Pb)

a. Lingkungan

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup baku mutu air laut adalah

ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada

atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di

dalam air laut. Adapun baku mutu yang ditetapkan untuk air laut di bagi

menjadi tiga bagian yaitu, baku mutu untuk perairan pelabuhan, baku mutu

untuk wisata bahari dan baku mutu untuk biota laut.

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

23

Berikut ini baku mutu kadar logam terlarut yang diperbolehkan untuk

biota laut yaitu :

Tabel 2.1

Baku Mutu Kadar Logam Terlarut yang diperbolehkan

di Air Laut Untuk Biota Laut

No Parameter Logam Satuan Baku Mutu

1 Timbal (Pb) Mg/l 0,008

2 Raksa (Hg) Mg/l 0,001

3 Arsen (As) Mg/l 0,012

4 Kadmium (Cd) Mg/l 0,001

5 Tembaga (Cu) Mg/l 0,008

6 Kromium Heksavalen (Cr (VI)) Mg/l 0,005

7 Seng (Zn) Mg/l 0,05

8 Nikel (Ni) Mg/l 0,05

Sumber: Kepmen LH (2004)

Dari tabel di atas dapat diketahui baku mutu air laut untuk biota laut

hanya memperbolehkan kadar Timbal (Pb) sebesar 0,008 Mg/l. Hal ini berarti

kadar Timbal (Pb) yang di perbolehkan ada pada biota laut seperti ikan,

plankton, udang dan termasuk juga kerang-kerangan sebesar 0,008, dan

apabila nilai tersebut sudah dilampaui maka air laut tersebut dapat dikatakan

sudah tidak sehat atau tidak baik lagi untuk keberlangsungan hidup biota laut.

Sehingga dapat dikatakan jika biota (hewan laut) yang tinggal dalam air

tercemar oleh timbal yang melebihi nilai batas ambang kadar Pb dalam air

laut, maka biota tersebut sudah tidak sehat atau tidak baik lagi untuk

dikonsumsi.

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

24

b. Bahan Pangan

SNI (Standar Nasional Indonesia) mengeluarkan batas maksimum

logam berat, khususnya logam Timbal (Pb) yang diperbolehkan ada pada

bahan pangan yang ada di Indonesia, Bahan pangan tersebut salah satunya

adalah kerang-kerangan moluska dan teripang dengan kadar yang

diperbolehkan sebesar 1,5 mg/kg (SNI, 2009). Sejalan dengan SNI, Kepala

Badan POM RI mengeluarkan peraturan nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun

2009 mengenai penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia

dalam makanan, dengan batas maksimum cemaran Pb dalam kerang adalah

1,5 mg/kg (BPOM RI, 2009). Sedangkan menurut WHO (1989), batas

maksimum kandungan logam timbal (Pb) dalam tubuh biota laut yang masih

cukup aman dikonsumsi manusia sebesar 0,7 mg atau 700 µg per minggu

(WHO, 1984).

4. Toksisitas dan Dampak Kesehatan Timbal (Pb)

Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat toksis terhadap manusia,

yang bisa berasal dari tindakan mengonsumsi makanan, minuman atau

melalui inhalasi udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak

lewat mata dan lewat parenteral. Toksisitas timbal bersifat akut dan kronis,

logam timbal (Pb) lebih bersifat toksik pada anak-anak. Toksisitas akut timbal

menimbulkan gangguan gastroinstestinal, seperti kram perut, kolik dan

biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah dan sakit perut yang

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

25

hebat. Timbal bersifat akumulatif, berikut ini mekanisme toksisitas Pb

berdasarkan organ yang dipengaruhinya (Widiowati dkk., 2008).

a. Sistem Haemopoietik : dimana Pb menghambat sistem pembentukan

Hemoglobin (Hb) sehingga dapat menyebabkan anemia.

b. Sistem saraf : dimana Pb bisa menimbulkan kerusakan otak dengan

gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium.

c. Sistem urinaria : dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis,

loop of henle, serta menyebabkan aminosiduria.

d. Sistem gastro-intenstinal : dimana Pb menyebabkan kolik dan

konstipasi.

e. Sistem kardiovaskular : dimana Pb bisa menyebabkan peningkatan

permiabilitas pembuluh darah.

f. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksitas atau

janin belum lahir menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang

terkontaminasi Pb bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel

otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan

teratospermia pada pria.

g. Sistem endokrin : dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan

fungsi adrenal

h. Besifat karsinogenik dalam dosis tinggi.

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

26

Pemaparan Pb dalam konsentrasi besar dapat menyebabkan keracunan

Pb yang di tandai dengan Anemia dan gangguan pada sistem peredaran darah,

kerusakan ginjal, kerusakan saraf, kelumpuhan parsial dan kerusakan otak.

Gejala dari keracunan Pb adalah timbulnya rasa sakit di usus besar pada

bagian perut, muntah-muntah dan kehilangan berat badan. Sedangkan

pemaparan timbal dalam konsentrasi ringan dapat menyebabkan kerusakan

otak yang ditandai dengan penurunan daya konsentrasi, kesulitan dalam

belajar dan penurunan kapasitas intelektual (Yassi dkk, 2001).

Target utama untuk toksisitas timbal adalah sistem saraf, baik pada

orang dewasa dan anak-anak. Paparan timbal juga dapat menyebabkan

kelemahan dalam jari, pergelangan tangan, atau mata kaki. Paparan timbal

juga menyebabkan peningkatan kecil dalam tekanan darah, terutama pada

orang setengah baya dan lebih tua. Paparan timbal juga dapat menyebabkan

anemia. Pada paparan tingkat tinggi, paparan timbal dapat sangat merusak

otak dan ginjal pada orang dewasa atau anak-anak dan akhirnya dapat

menyebabkan kematian (ATSDR, 2007).

5. Bioakumulasi Timbal (Pb)

Bioakumulasi merupakan suatu proses dimana substansi kimia

mempengaruhi makhluk hidup, ditandai dengan peningkatan konsentrasi

bahan kimia didalam tubuh organisme, dibandingkan dengan konsentrasi

bahan kimia itu di lingkungan. Karena penyerapan bahan kimia ini lebih cepat

daripada proses metabolisme dan ekskresi tubuh organisme, maka bahan-

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

27

bahan kimia ini akan terakumulasi di dalam tubuh. Bioakumulasi merupakan

peningkatan konsentrasi polutan yang diikuti perpindahan dari lingkungan ke

organisme pertama pada rantai makanan. Berikut ini tahap-tahap dalam proses

bioakumulasi (Puspitasari, 2007) :

a. Pengambilan (Uptake), yaitu masuknya bahan-bahan kimia (melalui

pernafasan atau adsorbsi melalui kulit, pada hewan laut biasanya dapat

melalui insang atau organ pernafasan dan pencernaan).

b. Penyimpanan (Storage), yaitu penyimpanan sementara di jaringan

tubuh atau organ. Kadar bahan kimia ini akan terus bertambah di dalam

tubuh organisme dan bila kadarnya sampai melebihi kadar bahan

tersebut di lingkungan (air atau udara) maka proses bioakumulasi telah

terjadi.

c. Eliminasi, dapat berupa pemecahan bahan kimia menjadi senyawa yang

lebih sederhana, dapat dilakukan dengan proses biologik disebut

metabolisme.

C. Jalur Pemaparan Zat Kimia ke Manusia

Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk

hidup lainnya melalui berbagai jenis cara, salah satunya adalah melalui jalur

pemaparan. Jalur pemaparan adalah alur atau rute masuknya zat kimia ke

dalam tubuh. Jalur pemaparan ada berbagai jenis, pemaparan zat kimia itu

sendiri dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia. Terdapat tiga jalur pokok

pemaparan, yaitu sebagai berikut. (WHO, 2005).

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

28

1. Jalur Pemaparan Dermal

Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat,

tetapi beruntungnya kulit merupakan barier yang efektif terhadap berbagai

jenis zat kimia. Jika zat kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya

bergantung pada derajat absorpsi yang berlangsung. Semakin besar absorpsi,

semakin besar kemungkinan zat tersebut untuk mengeluarkan efek toksiknya.

Zat kimia lebih banyak diabsorpsi melalui kulit yang rusak atau tergores

dari pada melalui kulit yang sehat atau utuh. Begitu menembus kulit maka zat

kimia dapat masuk melalui aliran darah dan terbawa keseluruh bagian tubuh.

Kemampuan suatu zat untuk menembus kulit bergantung pada dapat larut atau

tidaknya zat tersebut di dalam lemak (fat soluble). Zat kimia yang dapat larut

dalam lemak kemungkingan dapat menembus kulit lebih besar jika

dibandingkan dengan zat yang larut dalam air.

2. Jalur Pemaparan Inhalasi

Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti

kulit, paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap zat kimia.

Jaringan paru yang sangat tipis memungkinkan aliran langsung bukan saja

oksigen tetapi berbagai jenis zat kimia lain kedalam darah , selain kerusakan

sistemik, zat kimia yang berhasil melewati permukaan paru juga dapat

mencederai jaringan paru dan mengganggu fungsi vitalnya sebagai pemasok

oksigen.

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

29

Jika tidak terbawa dalam udara, suatu zat kimia tidak dapat memasuki

paru sehingga tidak menjadi toksik karena jalur inhalasi. Zat kimia dapat

menjadi bawaan udara melalui dua cara, yaitu sebagai partikel yang sangat

halus (debu, Pb dan Pm10) maupun sebagai gas atau uap (SOx, dan NOx).

3. Jalur Pemaparan Ingesti

Ingesti merupakan jalur utama masuknya senyawa yang terkandung

dalam makanan atau minuman. Zat kimia yang ditelan masuk kedalam tubuh

melalui absorpsi di saluran gastroinstestinal. Jika tidak diabsorpsi, zat kimia

tidak dapat menimbulkan kerusakan yang sistemik. Absorpsi zat kimia dapat

berlangsung sepanjang saluran pencernaan, dari mulut sampai rectum, tetapi

lokasi utama terjadinya absorpsi adalah usus halus, karena fungsi utama usus

adalah mengabsorpsi zat gizi.

D. Pangan

1. Definisi

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan dan/atau pembuatan makanan atau

minuman (UU No 18, 2012).

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

30

Pangan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Permasalahan

kesehatan yang timbul dapat diakibatkan oleh buruknya kualitas dan kuantitas

bahan pangan. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, karena pada hakikatnya

pangan atau makanan adalah sumber energi agar tetap dapat bertahan hidup

dan bukan menjadikan pangan atau makanan sebagai masalah kesehatan.

Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting guna menjaga

agar makanan berfungsi sesuai dengan hakikatnya (Soemirat, 2011).

2. Penyakit Bawaan Makanan (Food Borne Disease)

Penyakit Bawaan Makanan (Food Borne Disease) adalah suatu gejala

penyakit yang terjadi akibat mengonsumsi makanan yang mengandung

mikroorganisme atau toksin yang berasal dari tumbuhan, bahan kimia, kuman

maupun binatang. Definisi lain menyebutkan food borne disease adalah

peristiwa yang ditandai dengan adanya orang yang mengalami kesakitan

akibat mengonsumsi suatu bahan makanan.

Gejala penyakit bawaan makanan berkisar mulai dari ringan sampai

parah dan organ yang diserang dapat mencakup lambung, usus, hati, ginjal

dan otak serta sistem saraf (Mckenzie et al., 2006). Penyakit bawaan makanan

biasanya bersifat toksik maupun infeksius, dapat disebabkan oleh agent

penyakit yang masuk kedalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi.

Penyakit bawaan makanan mencakup lingkup penyakit yang diakibatkan oleh

agent kimia maupun biologis, penyakit bawaan makanan menjadi salah satu

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

31

permasalahan kesehatan masyarakat yang sering terjadi dan sering menyerang

banyak korban (WHO, 2000).

E. Kerang Hijau

1. Taksonomi dan Definisi Kerang Hijau

Kerang hijau adalah salah satu jenis kerang, termasuk golongan

binatang lunak (Mollusca), bercangkang dua (Bivalve), Insang berlapis-lapis

(Lamellibrachia), berkaki kapak (Pelecypoda) dan hidup dilaut dengan cara

menempel pada substrat yang keras menggunakan byssus (Asikin, 1982).

Sedangkan kerang hijau diklasifikasikan sebagai berikut (Vakily, 1989):

Gambar 2.1 Kerang Hijau

1 Filum : Moluska 5 Famili : Mytilidae

2 Kelas : Bivalva 6 Genus : Perna

3 Subkelas: Lamellibranchia 7 Spesies: Perna viridis L.

4 Ordo : Anisomyria

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

32

Secara morfologi, anggota famili Mytilidae mempunyai cangkang yang

tipis, keduanya simetris dan umbonya melengkung ke depan. Persendiannya

halus dengan beberapa gigi yang sangat kecil. Perna dicirikan dengan bentuk

yang agak pipih, cangkang padat, dan mempunyai umbo pada tepi vertikal.

Tipe alur cangkangnya konsentrik, bersinar, berwarna hijau dan kadang-

kadang tepinya berwarna kebiruan. Kedua cangkangnya berukuran sama

meskipun salah satu cangkang agak sedikit lebih cembung daripada yang

lainnya (Agustine, 2008).

2. Habitat dan Distribusi

Habitat alami untuk genus Perna adalah perairan pesisir dan sublittoral

yang kaya plankton dan bahan organik serta memiliki sedimen tersuspensi

dengan rendah, karena kemampuan untuk beradaptasi yang tinggi dengan

berbagai kondisi lingkungan yang berbeda-beda, genus Perna ditemukan baik

di muara payau dan di laut terbuka. Dalam penyebarannya, kerang hijau dapat

ditemukan di hampir seluruh benua Asia, karena hewan tersebut termasuk

spesies spesifik Benua tersebut. Kerang hijau dapat ditemukan di sepanjang

wilayah Indo – Pasifik, kemudian ke bagian utara hingga Hongkong, Cina,

Selatan Jepang, perairan India, Semenanjung Malaysia, Singapura, Laut Cina

Selatan, Thailand, Philipina, Indonesia sampai New Guinea (Vakily, 1989).

Kerang hijau umumnya hidup menempel pada dasar (substrat) yang

keras seperti kayu, bambu, batu, bangunan beton dan lumpur keras dengan

bantuan byssus (serabut penempel). Kerang hijau dapat hidup subur di muara-

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

33

muara sungai dan hutan-hutan bakau di Indonesia dengan kondisi dasar

perairan lumpur berpasir, pergerakan air dan cahaya cukup serta kadar garam

tidak terlalu tinggi (Agustine, 2008).

Kondisi perairan yang cocok untuk kehidupan kerang hijau adalah

perairan dekat estuaria yang subur dan pantai dengan dasar berlumpur. Habitat

atau karakteristik perairan yang sesuai bagi kerang hijau memiliki kisaran

suhu antara 27-37 °C, salinitas 27-34 permil , pH 6-8, kecerahan air laut antara

3,5- 4,0 m dan kedalaman antara 10 m sampai 20 m. Menurut hasil penelitian

Lembaga Oceanologi Nasional, kerang hijau sangat potensial di perairan-

perairan pantai Utara Jawa. Hal ini erat hubungannya dengan banyaknya

sungai yang bermuara disana (Asikin, 1982).

3. Perilaku Makan

Kerang hijau merupakan hewan yang memiliki bulu atau cilia berlendir

yang digunakan untuk menyaring makanan. Kerang hijau juga memiliki 4

baris insang yang berfungsi baik sebagai organ pernapasan dan alat filter-

makan (Vakily, 1989). Berdasarkan cara memperoleh makanannya, moluska

bivalvia digolongkan dalam kelompok filter feeder. Apabila makanan

diperoleh dengan menyaring fitoplankton dari perairan yang ditempati, maka

disebut sebagai suspension feeder. Apabila makanan atau bahan organik

diambil dari substratum tempat hidupnya maka disebut sebagai deposit feeder

(Setyobudiandi, 2000 dalam (Apriadi, 2005)).

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

34

4. Kerang Hijau dan Pencemaran

Kerang hijau merupakan salah satu indikator pencemaran logam yang

terjadi di suatu perairan. Hal tersebut dikarenakan kerang hijau memiliki

kemampuan absorbsi logam yang baik jika dibandingkan dengan biota laut

yang lainnya karena habitat hidupnya yang menetap di suatu tempat dalam

jangka waktu lama dan cara kerang mendapatkan makan yaitu dengan cara

menyaring zat organik yang ada di laut. Selain itu kerang hijau juga

mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu.

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa jenis kerang-kerangan merupakan

indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran lingkungan

(Hutagaol, 2012).

Menurut Riani (2012), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi bioakumulasi logam timbal pada kerang hijau atau biota laut

lainnya. Faktor tersebut diantaranya adalah jenis dan sifat logam, jenis biota

dan cara makan, serta kondisi lingkungan di sekitar kerang hijau atau biota

tersebut hidup seperti suhu, pH, kesadahan dan salinitas (Riani, 2012). Hasil

penelitian lainnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi logam

timbal (Pb) pada kerang yang memiliki umur hidup dan ukuran yang berbeda.

Artinya semakin lama umur hidup atau semakin besar ukuran kerang hijau

akan semakin tinggi konsentrasi logam timbal yang terkandung di dalamnya

(Cordova, 2011).

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

35

5. Penelitian Mengenai Kadar Logam Timbal (Pb) Pada Kerang Hijau

Sebelumnya telah banyak penelitian terkait dengan pengukuran kadar

logam timbal (Pb) pada kerang hijau yang dilakukan di perairan Teluk Jakarta.

Berikut dibawah ini adalah hasil dari penelitian sebelumnya yang sudah

dilakukan dari tahun ke tahun, sehingga akan didapatkan gambaran

bagaimana konsentrasi logam timbal (Pb) pada kerang hijau dari tahun ke

tahun :

Tabel 2.2

Penelitian Terkait Kadar Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau

No Peneliti Hasil Penelitian

Kadar Pb pada Kerang Hijau

Tahun

1 Nurjanah dkk 7,40 – 7,75 (µg/gr) 1999

2 Mulyawan, I 4,43-31,68 (mg/kg) 2005

3 Apriadi, D 12,13 – 47,813 (mg/l) 2005

4 Cordova, R, dkk 17,13 – 41,94 (µg/gr) 2011

5 Hutagaol, S 41,38 – 43,02 (mg/l) 2012

Dari tabel 2.2 dapat dilihat hasil dari penelitian sebelumnya, terkait

dengan pencemaran logam timbal (Pb) yang terjadi pada kerang hijau yang ada

di perairan Teluk Jakarta. Hasil penelitian tersebut manyatakan bahwa

pencemaran logam timbal pada kerang hijau sudah terjadi dari tahun tahun

sebelumnya dan konsentrasinya cenderung meningkat.

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

36

F. Perilaku

1. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik

dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan perilaku disebut

determinan. Selanjutnya Lawrence Green menganalisis, bahwa faktor

perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama (Green, 2005), yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

Dari hasil penelitian Wandasari (2014) menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku konsumsi di dalam

keluarga dengan nilai (p < 0,05) dengan r sebesar 0,849 (Wandasari,

2014). Selain pengetahuan terdapat pula hubungan antara sikap dengan

pola makan dengan nilai p value = 0,001 (Suci, 2011).

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan

atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan tersebut, contoh faktor

pemungkin salah satunya adalah sarana dan prasarana atau fasilitas

untuk terjadinya perilaku tersebut.

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

37

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang tahu

dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

Contohnya faktor penguat salah satunya adalah sikap dan perilaku dari

keluarga dan tokoh masyarakat.

Dari teori Green di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang

atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan,tradisi dan lain-lain, yang berasal dari dalam diri orang yang

bersangkutan. Disamping itu ketersedian fasilitas, status ekonomi, dukungan

keluarga dan tokoh masyarakat juga mendukung dan memperkuat

terbentuknya suatu perilaku (Mubarak, 2007).

a. Cara Merubah Perilaku

Menurut Mubarak (2007), perilaku seseorang dapat dirubah diantaranya

dengan cara sebagai berikut :

1. Kesungguhan, manusia merupakan individu yang mempunyai sikap,

kepribadian dan latar bekang sosial ekonomi yang berbeda, maka perlu

kesungguhan dari berbagai komponen masyarakat untuk ikut andil dalam

mengubahperilaku.

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

38

2. Diawali dari lingkungan keluarga, peran orangtua sangat membantu untuk

menjelaskan serta memberikan contoh mengenai apa yang sebaiknya

dilakukan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan.

3. Pemberian penyuluhan, disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan norma

sosial budaya yang dianut.

b. Perilaku Makan

Perilaku makan adalah cara seseorang berpikir, pengetahuan dan

berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan

itu dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika

keadaan itu terus menerus berulang makatindakan tersebut akan menjadi

kebiasaan makan (Khumaidi dalam (Tarigan, 2012)).

Perilaku makan atau perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)

adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai sumber kebutuhan bagi

kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik atau

perilaku terhadap suatu makanan serta unsur-ubsur yang terkandung di

dalamnya, pengolahan makanan dan sebagainya.

Kebiasaan makan adalah cara-cara individu dan kelompok memilih,

mengonsumsi, menggunakan makanan-makanan yang tersedia didasarkan

kepada faktor-faktor sosial dan budaya tempat mereka tinggal. Kebiasaan

makan dipegaruhi oleh dua faktor diantaranyafaktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani dan

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

39

penilaian terhadap makanan itu sendiri. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan,

sosial, ekonomi, budaya dan agama (Khumaidi dalam (Tarigan, 2012)).

2. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melalui

proses penginderaan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh H. L. Bloom,

menurutnya pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dsb). Dengan sendirinya, saat penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan juga di pengaruhi oleh hasil

penginderaan manusia terhadap objek tertentu yang dipengaruhi intensitas,

terutama dipengaruhi oleh indera pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behaviour). Menurut Rogers (1974) sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni (Notoatmodjo, 2007) :

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

40

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Bloom pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam

6 tingkat pengetahuan, yaitu (Notoatmodjo, 2010) :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall atau mengingat memori yang sebelumnya

telah diamati. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu

dapat menggunakan pertanyaan - pertanyaan. Ketidaktahuan masyarakat

tentang kondisi kerang yang tercemar dapat diketahui dengan melihat apakah

masyarakat masih mengkonsumsi kerang yang telah tercemar logam timbal

dan jawaban mereka ketika ditanya mengenai tercemarnya kerang hijau yang

mereka konsumsi.

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

41

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan

secara benar objek yang diketahui tersebut. Seseorang dinyatakan telah

memahami pencemaran oleh logam timbal apabila dapat menjelaskan secara

lengkap meliputi sumber pencemaran dan efek yang ditimbulkan terhadap

kesehatan jika terus mengonsumsi.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek dapat

mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya tersebut pada situasi lain.

Seseorang anggota masyarakat pada tingkat aplikasi dapat menerapkan teori

dengan memperhatikan dan tidak mengkonsumsi kerang hijau yang telah

tercemar logam timbal.

4) Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah jika orang

tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat

bagan terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Kemampuan masyarakat

dalam menganalisis keberadaan logam timbal pada kerang hijau yang mereka

konsumsi, kerugian dan akibat jika mengkonsumsinya.

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

42

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain seseorang mampu menyusun

formulasi baru dari formulasi yang telah ada. Seseorang pada tingkatan ini

diharapkan mampu menghubungkan teori tentang sumber pencemaran logam

timbal pada kerang hijau dan kerugian bagi kesehatan jika mengonsumsi

kerang hijau yang tercemar logam timbal.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

berlaku di masyarakat. Dalam tingkat ini seseorang dapat melakukan

penilaian terhadap keberadaan logam timbal dalam kerang hijau kemudian

tidak mengkonsumsinya

b. Cara Menilai Pengetahuan

Cara untuk mengukur pengetahuan seseorang dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-

pertanyaan tertulis atau angket dan kuesioner. Indikator pengetahuan

kesehatan seseorang adalah “tingginya pengetahuan” responden tentang

kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden tentang variabel-

variabel atau komponen-komponen kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

43

Dalam hal ini pengukuran pengetahuan menggunakan kuesioner,

dengan penilaiannya menggunakan skor. Setiap jawaban benar dari item

pertanyaan pengetahuan diberikan skor 1 dan bila salah diberi skor 0.

Sehingga setiap pedagang yang tahu mempunyai total skor pengetahuan,

kemudian dilakukan perhitungan proporsi jawaban benar yang dinyatakan

dalam persentase (%).

Kriteria pengetahuan menurut (Widjaya, 2013) dengan kategori sebagai

berikut:

1) Tinggi : Jika nilai lebih besar dari pada mean atau median

2) Rendah : Jika nilai lebih rendah dari pada mean atau median

3. Sikap

a. Definisi

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu

untuk berkelakukan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat

pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Menurut Notoadmodjo

(2010), sikap juga merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dsb.

Menurut Zuriah (2003), sikap negatif adalah kecenderungan untuk

menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu.

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

44

Sedangkan sikap positif adalah kecenderungan untuk mendekati, menyenangi

dan menghadapkan objek tertentu.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan

berdasarkan intensitasnya, yakni sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap kesehatan

terkait makanan sehat dapat dilihat dari kesadaran dan perhatian orang itu

terhadap promosi-promosi terutama mengenai makanan yang sehat.

b. Menanggapi atau merespon (responding)

Menanggapi yakni memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk

mengerjakan tugas yang diberikan atau menjawab pertanyaan. Misalnya sikap

seseorang menyikap dan menanggapi tentang pencemaran oleh logam timbal

pada kerang hijau.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

45

b. Cara Menilai Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

bersangkutan. Pertanyaan secara langsung dapat dilakukan dengan cara

memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” dan “tidak setuju”

terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai objek tertentu. Menurut Lickert

penilaian pendapat terbagi mejadi 5 kategori: (5) bila sangat setuju; (4) bila

setuju; (3) bila biasa saja; (2) bila tidak setuju; (1) bila sangat tidak setuju.

(Notoatmodjo, 2010).

G. Gambaran Teluk Jakarta

1. Lokasi dan Kualitas Perairan

Teluk Jakarta terletak pada 06000’40” LS dan 05054’40”LS serta

106040’45”BT dan 107001’19”BT. Teluk Jakarta adalah teluk yang berada di

perairan laut Jawa yang terletak di sebelah Utara Provinsi DKI Jakarta

Topografi Teluk Jakarta umunya didominasi oleh lumpur, pasir dan krikil.

Lumpur banyak terdapat di bagian pinggir dan tengah teluk, sedangkan pasir

semakin menonjol di bagian laut lepas.

Menurut data BPLHD dan KP2L Provinsi DKI Jakarta kondisi fisik

perairan Teluk Jakarta sebagai berikut (BPLHD, 2013):

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

46

a. Kedalaman Teluk Jakarta berkisar dari 4,00 – 29,0 meter.

b. Kemiringan dasar lautnya ke arah utara, artinya makin ke utara makin

dalam.

c. Kedalaman di muara berkisar 0,50 – 3,00 meter.

d. Pada daerah pesisir dalam waktu 24 jam terjadi satu kali pasang tertinggi

dan satu kali surut rendah.

e. Pada musim kemarau perbedaan pasang surut sekitar 1,2 meter dan

besaran diurnal pada mulut Teluk Jakarta 3,8 meter di Tanjung Pasir

besaran diurnalnya 2,6 meter sedangkan di Kepulauan Seribu adalah 4,2

meter.

f. Kecepatan arus berkisar antara 0,20 – 1,20 m/detik dengan arah barat

(3320) sampai dengan tenggara (1440).

g. Umumnya tinggi gelombang di Teluk Jakarta berkisar antara 0,1 – 1

meter, dengan periode 1 sampai 8 detik dan memiliki panjang

gelombang 1 – 21 meter.

h. Suhu di perairan laut berkisar antara 27,90 – 28,870C.

i. Salinitas perairan laut berkisar antara 31,50 – 32,590/00

Teluk Jakarta membentang dari Tanjung Kait di bagian Barat hingga

Tanjung Kerawang di bagian Timur dan merupakan muara dari 13 sungai

yang berada di kota Jakarta. Sungai tersebut diantaranya adalah sungai

Cisadane di bagian Barat, sungai Ciliwung di bagian tengah dan sungai

Citarum serta sungai Bekasi yang berada dibagian Timur (BPLHD, 2013).

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

47

Pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta umumnya diakibatkan oleh

pembuangan industri kertas, minyak goreng dan industri pengolahan logam di

kawasan Pantai Marunda (Widiowati et al., 2008).

2. Kondisi Pemukiman Kali Adem, Muara Angke Jakarta

Muara Angke terletak pada 6°6′21″LS,106°46′29.8″BT adalah

pelabuhan kapal ikan atau nelayan di Jakarta. Ditandai dengan

dioperasikannya penunjang kebutuhan nelayan seperti pelelangan ikan

(struktur dan fasilitasnya). Secara administratif pemerintahan, Muara Angke

terletak di Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Meski

dikenal banyak oleh orang Jakarta bahwa Muara Angke sebagai kampung

nelayan, tempat pelelangan dan pelabuhan ikan serta tempat makan ikan

bakar. Namun sebenarnya Muara Angke menyimpan potensi lain. Kali Adem

merupakan salah satu pemukiman kampung nelayan yang berada disekitar

kawasan Muara Angke Jakarta Utara. Perkampungan ini dihuni oleh beberapa

nelayan kerang sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk disana adalah

budidaya kerang hijau dipesisir wilayah perairan Teluk Jakarta.

H. Paradigma Kesehatan Lingkungan

Paradigma kesehatan lingkungan menggambarkan tentang hubungan

interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit

dengan manusia. Patogenesis suatu penyakit dalam perspektif atau paradigma

kesehatan lingkungan dapat dijelaskan melalui teori berikut ini:

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

48

Gambar 2.2 Paradigma Kesehatan Lingkungan

Teori Simpul

Sumber : Achmadi 2013

Dengan mengacu kepada gambar diatas, patogenesis atau kejadian suatu

penyakit berbasis lingkungan dapat diuraikan kedalam 5 simpul. Simpul 1

disebut dengan sumber penyakit, simpul 2 disebut dengan media transmisi,

simpul 3 disebut dengan perilaku pemajanan, simpul 4 disebut dengan

kejadian sehat sakit dan yang terakhir simpul 5 variabel supra sistem, atau

variabel yang dapat berpengaruh terhadap ke empat simpul tersebut

(Achmadi, 2013). Untuk lebih jelasnya berikut ini uraian masing-masing

simpul tersebut.

Sumber

- Alamiah

- Kegiatan

Manusia

Dampak

- Sakit

- Sehat

Perilaku

Pajanan

- Perilaku

- Pengetahua

n

- Pendidika

- Status Gizi

- Kepadatan

- Ekonomi

- Budaya

Media

Transmisi

- Udara

- Tanah

- Air

- Pangan

- Vektor

- Manusia

Variabel Supra Sistem

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

49

1. Simpul 1 Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan atau mengadakan agen

penyakit serta mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit. Agen

penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan

penyakit melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan). Agen

penyakit juga dapat bertambah setiap hari, baik berupa sintesis atau senyawa

baru dalam bentuk bahan kimia toksik maupun mikroorganisme baru berupa

virus yang bermutasi.

Sumber penyakit dapat dikelompokan menjadi dua yaitu sumber

penyakit alamiah seperti gunung merapi yang mengeluarkan gas beracun, dan

proses pembusukan yang terjadi secara alamiah. Kedua adalah hasil kegiatan

manusia, seperti pencemaran oleh industri, rumah tangga dll, termasuk juga

bahan makanan yang tercemar (Achmadi, 2013). Dalam kasus ini sumber

penyakit dapat berupa kerang hijau yang kadar pencemaran timbalnya sudah

melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan.

2. Simpul 2 Media Transmisi Penyakit

Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit pada

hakikatnya hanya ada lima media lingkungan yang lazim disebut sebagai

media transmisi penyakit, yaitu:

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

50

a. Udara ambient,

b. Air, baik untuk konsumsi maupun keperluan lainnya

c. Pangan atau makanan

d. Binatang atau vektor

e. Manusia melalui kontak langsung dengan manusia

Media transmisi tidak akan memiliki potensial penyakit kalau

didalamnya tidak mengandung agen penyakit. Penyakit tidak menular pada

hakikatnya juga dapat dipindahkan melalui perantara media transmisi

terkecuali vektor. Agen penyakit tidak menular seperti bahan kimia toksik

yang berasal dari sebuah sumber seperti, limbah buangan industri, knalpot

atau hasil buangan transportasi dan lain-lain dapat terbawa melalui media air,

pangan atau udara (Achmadi, 2013).

Dalam kasus ini media transmisi penyakit dapat berupa air laut yang

tercemar limbah industri, transportasi dan pencemaran sungai serta kerang

hijau yang dijual untuk konsumsi masyarakat.

3. Simpul 3 Perilaku Pemajanan

Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan

komponen lingkungannya yang mengandung potensi bahaya penyakit (agen

penyakit). Jumlah kontak pada setiap orang akan berbeda satu dengan yang

lainnya tergantung kepada perilaku orang tersebut (Achmadi, 2013). Contoh

pada kasus ini adalah kadar Pb di dalam tubuh seseorang berbeda-beda

tergantung kepada berapa banyak orang tersebut mengonsumsi makanan yang

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

51

berpotensi tercemar logam Pb di dalamnya. Apabila kesulitan mengukur

besaran agen penyakit, maka dapat juga mengetahui dengan cara tidak

langsung yang disebut sebagai biomarker atau tanda biologi, contohnya

adalah kadar Pb didalam darah atau urine.

4. Simpul 4 Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcame hubungan interaktif antara

penduduk atau masyarakat dengan lingkungan yang membawa potensi bahaya

gangguan kesehatan (agen penyakit). Manifestasi dampak akibat hubungan

antara penduduk atau masyarakat dengan lingkungan menghasilkan penyakit

pada penduduk atau masyarakat. Terdapat tiga tingkatan atau gradasi

penderita penyakit yakni akut, subklinik dan penderita penyakit kategori

samar atau subtle (Achmadi, 2013).

Kelompok penderita penyakit akut pada umumnya memiliki gejala

penyakit yang jelas dan spesifik. Pada umumnya kategori akut ditangani atau

dirawat di rumah sakit. Sedangkan tipe yang kedua memiliki gejala tidak khas

atau tidak jelas, namun dengan pemeriksaan tambahan dapat diketahui atau

dikenali kelompok tersebut menderita penyakit atau tidak. Tipe ketiga adalah

kelompok subtle atau samar yaitu tidak memiliki gejala baik secara klinis

maupun laboratorium. Tipe terakhir adalah kelompok masyarakat sehat yang

harus dilindungi agar terhindar dari ancaman agen penyakit.

Dalam kasus ini kejadian penyakit dapat berupa kejadian penyakit

kronis. Penyakit ini muncul dikemudian hari akibat dari paparan logam Pb

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

52

secara terus menerus dari mengonsumsi kerang hijau yang memiliki kadar Pb

melebihi nilai ambang batas secara terus menerus.

5. Simpul 5 Variabel Supra Sistem

Kejadian penyakit itu sendiri dipengaruhi oleh kelompok variabel

simpul 5, yakni variabel supra sistem. Termasuk didalamnya adalah variabel

iklim, topografi dan keputusan atau kebijakan yang diambil atau dibuat.

Sehingga dapat mempengaruhi setiap simpul yang mempengaruhi kejadian

penyakit (Achmadi, 2013). Dalam kasus ini variabel supra sistem dapat

berupa nilai ambang batas kadar Pb yang diperbolehkan baik di air laut

ataupun di dalam bahan pangan yang di tetapkan oleh pemerintah atau standar

lain yang dapat digunakan serta diakui oleh masyarakat.

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

53

I. Kerangka Teori

Teori L. Green (Green, 2005) Teori Simpul (Achmadi, 2013)

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Modifikasi Sumber : L. Green 2005 ; Achmadi, 2013, dan Mckenzie dkk 2006

Faktor Predisposisi

- Pengetahuan

- Sikap

- Keyakinan

- Nilai dan Tradisi

Faktor Reinforcing

- Dukungan Keluarga

- Tokoh Masyarakat

Faktor Enabling

- Sarana dan Fasilitas

- Akses Terhadap

Kerang

- Status Ekonomi

Simpul 1 Sumber Pencemar Logam Timbal (Pb)

- Limbah Industri - Limbah Transportasi

- Limbah Domestik - Limbah Pertanian

Simpul 2 Media Transmisi

Pencemaran Logam Timbal (Pb)

Di Air Laut

Simpul 2 Media Transmisi

Pencemaran Logam Timbal

(Pb) Di Biota Laut (Kerang

Hijau)

Simpul 3

Perilaku Mengonsumsi Kerang

Hijau Tercemar Logam Pb

Simpul 4

Foodborn diseses atau

gangguan efek kesehatan

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

54

Menurut Mckenzie (2006) penyakit bawaan makanan (foodborne

disease) adalah penyakit yang disebabkan karena mengonsumsi makanan

yang tercemar. Contoh pencemaran makanan adalah pencemaran oleh logam,

salah satu nya adalah timbal (Pb). Menurut teori simpul, kejadian suatu

penyakit adalah hasil hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang

memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia.

Pada simpul 1 menjelaskan mengenai sumber pencemaran timbal (Pb)

yang menjadi agent penyakit, yang dapat berasal dari limbah industri,

domestik, transportasi dll, kemudian simpul yang ke 2 merupakan media

transmisi, dalam hal ini adalah air laut dan biota laut yaitu kerang hijau.

Selanjutnya simpul yang ke 3 adalah perilaku pemajanan yang dalam hal ini

adalah perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam Timbal (Pb).

Terakhir simpul ke 4 adalah kejadian sehat sakit, dalam hal ini adalah

foodborne disease. Perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam Timbal

(Pb) menurut Green dalam Notoadmojo (2010) dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah faktor predisposisi, enabling dan reinforcing. Hasil

uraian terkait simpul dan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku makan

tersebut, maka dapat dibentuk suatu kerangka teori seperti yang digambarkan

oleh gambar 2.3.

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

55

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada BAB II, diketahui bahwa interaksi

antara lingkungan yang membawa bahaya patogen dengan perilaku manusia

dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini bahaya di

lingkungan adalah pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau (Perna

viridis), sedangkan interaksi terhadap manusia adalah perilaku konsumsi

kerang hijau tercemar logam (Pb). Pada penelitian ini difokuskan untuk

meneliti hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku konsumsi kerang

hijau tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat di Kali Adem Muara

Angke Jakarta.

Variabel-variabel lain yang tidak diteliti dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

a. Variabel Sumber Pencemaran

Variabel ini adalah salah satu variabel yang tidak diteliti karena tidak

terdapatnya data terkait dengan dari mana saja sumber pencemaran logam

timbal (Pb) berasal. Baik dari sektor industri, sektor pertanian, sektor

domestik dan sektor transportasi. Akan tetapi persentase sumber pencemar

didapatkan melalui data sekunder.

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

56

b. Variabel pencemaran logam Timbal (Pb) di laut

Variabel ini tidak diteliti dikarenakan variabel ini tidak bersinggungan

langsung terhadap masyarakat. Berbeda dengan variabel pencemaran logam

timbal (Pb) pada kerang hijau yang langsung dikonsumsi oleh masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari. Variabel ini tidak diteliti karena masyarakat di

Kali Adem Muara Angke Jakarta tidak menggunakan air laut untuk keperluan

mandi, sehingga logam yang ada di laut tidak berpengaruh langsung terhadap

masyarakat yang ada di Muara Angke Jakarta.

c. Variabel foodborne disease atau gangguan kesehatan

Variabel ini tidak diteliti karena untuk mendapatkan efek kesehatan atau

foodborn disease dari logam timbal (Pb). Membutuhkan waktu yang lama

karena efek kesehatan akibat logam timbal (Pb) sebagian besar bersifat kronik.

d. Variabel faktor enabling dan reinforcing

Variabel faktor enabling dan reinfoceing ini tidak diteliti. Hal ini

berdasarkan dari hasil observasi pada masyarakat di Kali Adem Muara Angke

Jakarta bahwa faktor enabling dan reinforcing bersifat homogen pada

masyarakat tersebut.

Faktor enabling terkait dengan sarana dan fasilitas, dalam hal ini terkait

dengan kedekatan akses masyarakat Kali Adem dengan kelompok budidaya

kerang hijau yang ada disana, jadi diasumsikan semua masyarakat di Kali

Adem memiliki kemudahan akses atau memiliki fasilitas pendukung terhadap

terjadinya perilaku konsumsi kerang hijau yang sama. Sedangkan variabel

status ekonomi tidak diteliti karena mayoritas masyarakat di Kali Adem

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

57

Muara Angke Jakarta tergolong memiliki status ekonomi yang rendah. Hal ini

dapat dilihat dari pemukiman tempat meraka tinggal yang termasuk kedalam

pemukiman kumuh yang terletak di kecamatan Penjaringan. Menurut data

BPS DKI Jakarta, kecamatan Penjaringan memiliki jumlah rukun warga (RW)

kumuh terbanyak jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di

wilayah Jakarta Utara (BPS DKI, 2013)

Sementara itu dukungan tokoh masyarakat tidak diteliti, karena

mayoritas tokoh masyarakat di Kali Adem Muara Angke Jakarta adalah

pemilik dari budidaya kerang hijau yang ada disana. Sedangkan dalam

penelitian ini pemilik budidaya kerang hijau tidak termasuk kedalam sampel

penelitian ini yang secara otomastis dikeluarkan dari kriteria sampel yang

diambil.

Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka konsep penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Perilaku Konsumsi Kerang

Hijau Tercemar Logam Pb

(dalam mg/kg)

Pengetahuan Masyarakat

Tentang Kondisi

Pencemaran Kerang Hijau

oleh Logam Pb

Sikap Masyarakat Tentang

Kondisi Pencemaran Kerang

Hijau oleh Logam Pb

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

58

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

No Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Perilaku konsumsi

kerang hijau

tercemar logam pb

Frekuensi responden dalam mengonsumsi

kerang hijau tercemar logam Pb yang berasal

dari kegiatan budidaya dalam satu bulan

terakhir. Sedangkan pencemaran logam Pb pada

kerang hijau dibuktikan melalui hasil uji

laboratorium dengan menggunakan metode

destruksi basah dan alat ukur Automic

Absorbtion Spectrometer (AAS)

Wawan

cara

Kuesioner

No.D1-

D4

1.Sering = Jika responden mengonsumsi

kerang hijau mengandung Pb ≥ nilai median

konsumsi kerang responden

2.Jarang = Jika responden mengonsumsi

kerang hijau mengandung Pb < nilai median

konsumsi kerang responden

*distribusi data tidak normal

Ordinal

2. Pengetahuan

responden tentang

pencemaran

kerang hijau oleh

logam Pb

Kemampuan responden dalam menjawab

pertanyaan mengenai pencemaran logam Pb

yang terjadi baik di air dan kerang hijau yang

mereka konsumsi.

Wawan

cara

Kuesioner

No. B1-

B13

1. Tinggi = Jika jawaban benar ≥ nilai

median

2. Rendah = Jika jawaban benar < nilai

median

*distribusi data tidak normal

Ordinal

3. Sikap responden

terkait

pencemaran

kerang hijau oleh

logam Pb

Tanggapan emosional responden yang

merupakan reaksi perasaan responden terhadap

pencemaran logam Pb yang terjadi baik di air

dan kerang hijau yang mereka konsumsi

Wawan

cara

Kuesioner

No. C1-

C10

1.Positif = Jika setuju dengan pencemaran

logam timbal (Pb) yang terjadi pada kerang

hijau yang ada di Kali Adem Muara Angke

Jakarta (≥ nilai median*)

2. Negatif = Jika tidak setuju dengan

pencemaran logam timbal (Pb) yang terjadi

pada kerang hijau yang ada di Kali Aadem

Muara Angke Jakarta (< nilai median*)

*distribusi data tidak normal

Ordinal

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

59

C. Hipotesis

Penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang

pencemaran logam Pb pada kerang hijau terhadap perilaku

mengonsumsi kerang hijau di lokasi budidaya kerang hijau muara

angke Jakarta

2. Terdapat hubungan antara sikap masyarakat tentang pencemaran

logam Pb pada kerang hijau terhadap perilaku mengonsumsi kerang

hijau di lokasi budidaya kerang hijau muara angke Jakarta

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

60

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat kuantitatif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Desain ini dianggap sesuai karena terkait

dengan pemeriksaan logam timbal (Pb) pada kerang hijau yang segera

diperiksa ke Laboratorium terkait dengan kualitas sampel kerang hijau.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor

independen (pengetahuan dan sikap) dan faktor dependen (perilaku

mengonsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal) yang diamati

secara serentak pada periode waktu tertentu (Murti, 1997).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan di Kali Adem Muara Angke Jakarta.

Wilayah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena wilayah tersebut

merupakan tempat budidaya kerang hijau yang berada diperairan teluk

Jakarta. Perairan teluk Jakarta merupakan perairan dengan kadar logam

berat, termasuk Timbal (Pb) dalam konsentrasi yang tinggi. Selain

pengambilan sampel kerang hijau di budidaya kerang, penelitian ini juga

melakukan survei kepada penduduk yang tinggal disekitar tempat

budidaya tersebut mengenai variabel-variabel penelitian.

Selanjutnya analisis konsentrasi kadar Pb di dalam Kerang Hijau

akan dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorbsed Spectrometer

(AAS) yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan UIN

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

61

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Terpadu UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai

Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Masyarakat

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang

tinggal di Kali Adem Muara Angke Jakarta Utara. Terdapat perbedaan

pada sistem kependudukan, dimana di tempat ini tidak ada RT dan RW

pada sistem kependudukan. Di tempat ini RT dan RW digantikan

tempatnya oleh ketua kelompok, terdapat 10 kelompok nelayan yang

tinggal di Kali Adem Muara Angke Jakarta Utara. Kelompok yang

memiliki profesi sebagai pembudidaya kerang hijau dan bekerja sebagai

pengupas atau pengolah kerang hijau adalah kelompok 6 dan 7 dengan

jumlah 220 kepala keluarga (KK).

2. Sampel Masyarakat

Sampel merupakan sebagian objek yang termasuk kedalam populasi

yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi untuk diteliti

(Elfindri dkk, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga

yang bertempat tinggal di Kali Adem Muara Angke Jakarta dan termasuk

kedalam kelompok 6 dan 7, serta mengkonsumsi kerang hijau dari hasil

budidaya sebagai lauk pauk sehari-hari.

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

62

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yakni :

a) Bersedia menjadi reponden

b) Ibu rumah tangga

c) Tinggal di Kali Adem Muara Angke Jakarta dan termasuk kedalam

kelompok 6 dan 7.

Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini, yakni :

a) Ibu rumah tangga yang pernah mengonsumsi kerang hijau. Kerang

hijau tersebut berasal dari salah satu pengepul budidaya kerang hijau

di Kali Adem Muara Angke Jakarta.

b) Bukan pemilik budidaya kerang hijau yang ada di Kali Adem Muara

Angke Jakarta.

Dalam penelitian ini, ibu rumah tangga dipilih sebagai responden

dikarenakan, ibu rumah tangga merupakan orang yang memiliki peran

penting dalam menentukan perilaku konsumsi suatu keluarga.

3. Perhitungan Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

rumus (S. Lameshow, 1991)

𝑛 = {𝑍

1−𝛼2

√2�̅�(1 − �̅�) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1(1 − 𝑃1) + 𝑃2 (1 − 𝑃2)}2

(𝑃1 − 𝑃2)2

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

63

Keterangan:

N = Besar sampel minimal yang dibutuhkan

Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 95%

Z1-β = Nilai Z dari kekuatan uji 80%

P1 = Proporsi nelayan yang memiliki perilaku konsumsi

alkohol sering pada kelompok nelayan yang memiliki

sikap negatif = 0,121 (Salakory, 2012)

P2 = Proporsi nelayan yang memiliki perilaku konsumsi

alkohol sering pada kelompok nelayan yang memiliki

sikap positif = 0,328 (Salakory, 2012)

�̅� = 𝐏𝟏+𝐏𝟐

𝟐

Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :

𝑛 = {1,96 √2 (0,224)(1 − 0,224) + 0,84 √0,121 (1 − 0,121) + 0,328 (1 − 0,328)}

2

(0,121 − 0,328)2

= 63

Berdasarkan hasil perhitungan rumus diatas, diketahui jumlah

sampel sebanyak 63 responden. Angka tersebut dikalikan dua untuk

mendapatkan jumlah sampel pada dua proporsi sehingga minimal

sampel yang dibutuhkan adalah 126. Jumlah sampel yang didapat dari

hasil perhitungan akan di tambah 20% untuk mengantisipasi sampel

yang drop out atau terjadi kesalahan dalam pengambilan. Maka jumlah

responden yang menjadi sampel yakni sebanyak 150 responden.

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

64

4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple

random sampling yaitu sampel diambil secara acak berdasarkan kepala

keluarga (KK). Jumlah responden adalah ibu rumah tangga yang terpilih

berdasarkan hasil random yang dilakukan dari seluruh KK yang termasuk

kedalam frame sampling penelitian ini.

5. Populasi Kerang Hijau

Populasi kerang hijau dalam penelitian ini adalah kerang yang ada

di semua kelompok budidaya kerang hijau di Kali Adem Muara Angke.

Kerang hijau tersebut berasal dari hasil budidaya di perairan Teluk Jakarta.

Pada penelitian ini tidak memperhatikan aspek umur dan besar ukuran dari

kerang hijau yang akan digunakn sebagai sampel penelitian. Jadi semua

kerang hijau yang ada di kelompok budidaya termasuk kedalam populasi

penelitian.

6. Sampel Kerang Hijau

Sampel kerang hijau dalam penelitian ini adalah kerang hijau yang

diambil secara acak dari semua tempat pengepulan kerang hijau yang ada

di Kali Adem. Pada penelitian ini pemilihan sampel kerang hijau tidak

mempertimbangkan umur dan ukuran dari kerang hijau yang ada di tempat

budidaya. Jadi semua kerang yang ada di tempat budidaya termasuk

kedalam kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini. Pengambilan

sampel kerang hijau menggunakan cara composite yaitu dari setiap tempat

pengepulan akan ditentukan sebanyak 4 titik lokasi pengambilan (plot)

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

65

sampel kerang, hal ini dilakukan agar sampel kerang hijau yang didapat

bersifat representatif.

Selanjutnya proses pemindahan sampel kerang hijau dari tempat

pengepulan di lokasi budidaya Kali Adem Muara Angke Jakarta menuju

ke laboratorium kesehatan lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan alat pendingin (coller). Alat pendingin digunakan untuk

menjaga kualitas kerang hijau agar tidak berubah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi

terkait pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan pencemaran pada

kerang hijau oleh logam timbal (Pb). Serta perilaku konsumsi kerang hijau

tercemar logam Timbal (Pb) pada masyarakat di Kali Adem Muara Angke

Jakarta. Sedangkan untuk mengetahui kadar pencemaran logam timbal

(Pb) pada kerang hijau yang ada di lokasi penelitian dilakukan melalui

pengujian di laboratorium.

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini merupakan data pengetahuan, sikap

dan perilaku konsumsi masyarakat yang tinggal disekitar tempat budidaya

serta kadar timbal dalam kerang hijau. Pengetahuan dan sikap terkait

dengan pencemaran logam berat timbal (Pb) pada kerang hijau yang

mereka sering konsumsi. Data terkait pengetahuan dan sikap didapatkan

melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

66

Perilaku mengonsumsi kerang hijau tercemar logam Pb diketahui

dengan cara menanyakan langsung frekuensi dan jumlah asupan kerang

hijau yang mereka konsumsi dengan menggunakan alat bantu food model

berupa sendok dan mangkuk. Kadar timbal yang terdapat pada kerang

hijau dari lokasi penelitian, diketahui melalui hasil pemeriksaan

laboratorium dengan alat bantu menggunakan alat Atomic Absorbsed

Spectrometer (AAS).

2. Alur Pengumpulan Data :

Pengumpulan data dilakukan dalam 3 tahapan yaitu, tahap pertama

merupakan survei kepada masyarakat terkait pengetahuan dan sikap

terhadap pencemaran logam berat timbal (Pb) pada kerang hijau yang

dikonsumsi. Serta survey terkait perilaku konsumsi kerang hijau pada

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta dalam satu bulan terakhir.

Tahap kedua merupakan pengambilan sampel kerang di pada tempat

budidaya kerang hijau yang berada di Kali Adem Muara Angke. Tahap

ketiga yaitu, pemeriksaan kadar logam berat timbal (Pb) untuk mengetahui

kadar pencemaran timbal (Pb) pada kerang hijau. Berikut ini merupakan

alur pengumpulan data:

a. Peneliti mendatangi rumah responden yang telah terpilih

menjadi sampel pada penelitian ini untuk dimintai kesediannya

mengisi kuesioner penelitian.

b. Setelah dimintai kesediannya, responden diminta mengisi

kuesioner yang diberikan. Dalam pengisian kuesioner,

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

67

responden selalu didampingi oleh peneliti untuk meminimalisir

kesalahan dalam pengisian kuesioner.

c. Setelah data terkait pengetahuan, sikap dan perilaku konsumsi

kerang hijau di dapatkan, penelitian dilanjutkan dengan

pengambilan sampel kerang hijau yang berasal dari Budidaya

yang ada di lokasi penelitian

d. Setelah mendapatkan sampel kerang hijau, kemudian sampel

tersebut dianalisis di laboratorium Kesehatan Lingkungan UIN

Syarif Hidayattullah Jakarta.

3. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang

sebelumnya sudah di uji validitas dan realibilitas. Kuesioner ini berisikan

mengenai hal sebagai berikut.

a. Pengetahuan

Pertanyaan mengenai variabel pengetahuan terdapat pada no

B1 – B13. Variabel pengetahuan dikatakan “tinggi” jika jawaban

benar responden melebihi dari nilai mean atau median. Sedangkan

pengetahuan dikatakan “rendah” jika jawaban benar responden tidak

lebih besar dari nilai mean atau median.

b. Sikap

Pertanyaan mengenai variabel sikap terdapat pada no C1 –

C10. Variabel sikap diukur menggunakan skala ukur Likert.

Jawaban dari setiap pertanyaan sikap di instrument penelitian

mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai sangat negatif.

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

68

Pada penelitian ini digunakan gradasi pengukuran dengan

menggunakan:

SS = “Sangat Setuju”

ST = “Setuju”

RR = “Ragu-Ragu”

TS = “Tidak Setuju”

STJ = “Sangat Tidak Setuju”

Kemudian untuk keperluan analisis kuantitatif, setiap jawaban

di beri skor masing masing. Yaitu:

SS = “Sangat Setuju”, diberi skor = 5

ST = “Setuju”, diberi skor = 4

RR = “Ragu-Ragu”, diberi skor = 3

TS = “Tidak Setuju” diberi skor = 2

STJ = “Sangat Tidak Setuju” diberi skor = 1

Atau sebaliknya:

STJ = “Sangat Tidak Setuju”, diberi skor = 5

TS = “Tidak Setuju”, diberi skor = 4

RR = “Ragu-Ragu”, diberi skor = 3

ST= “Setuju” diberi skor = 2

SS = “Sangat Setuju” diberi skor = 1

Variabel sikap dikatakan “positif” jika memiliki nilai skor yang

didapatkan > 350, dan sikap dikatakan “negatif” jika nilai skor yang

didapatkan < 350 (Skor max 750 dan Skor Min 150).

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

69

c. Perilaku Konsumsi

Di dalam kuesioner ini pertanyaan mengenai variabel perilaku

konsumsi terdapat pada no D1-D4. Untuk variabel perilaku konsumsi

dikatakan “Tinggi” jika jawaban responden mengenai perilaku

konsumsi kerang hijau lebih tinggi dari nilai median konsumsi

kerang hijau masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta.

Sedangkan dikatakan “rendah” jika jawaban responden lebih rendah

dari nilai median konsumsi kerang hijau masyarakat Kali Adem

Muara Angke Jakarta.

Pengukuran perilaku konsumsi menggunakan alat bantu. Alat

bantu dalam penelitian ini adalah sendok makan yang sebelumnya

sudah melalui proses penimbangan dan diisi dengan kerang hijau

sehingga memudahkan responden dalam pengisian kuesioner.

E. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya kontaminasi logam timbal (Pb) pada kerang hijau yang menjadi

sampel. Metode yang digunakan pada pemeriksaan laboratorium dalam

penelitian ini adalah destruksi basah. Teknik destruksi merupakan teknik

yang digunakan untuk melarutkan logam-logam dalam jaringan hewan

atau tumbuhan yang bersifat organik. Metode destruksi yang digunakan

adalah metode destruksi basah sehingga waktu yang digunakan untuk

preparasi sampel lebih cepat (EPA, 2007).

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

70

1. Alat

a. AAS h. Pipet volumetrik 5 ml

b. Neraca analitik i. Aluminium foil

c. Pipet tetes j. Kertas saring

d. Tissu k. Gelas piala 250 ml

e. Digesti l. Kaca arloji

f. Labu takar 50 ml m. Gelas ukur 100 ml

g. Pipet volumetrik 10 ml n. Oven

2. Bahan

a. Kerang Hijau

b. Asam nitrat (HNO3) 65 % p.a

c. Hidrogen peroksida (H2O2) 50 % p.a

d. Asam Sulfat (H2SO4) 98 % p.a

e. Asam Perklorat (HClO4) 70 % p.a

f. Aquadest

g. (Pb (NO3)2)

3. Cara Kerja

a. Destruksi Sampel Kerang Hijau

Langkah-langkah destruksi sampel kerang hijau (EPA, 2007).

a. Sampel kerang diambil bagian dagingnya.

b. Di keringkan dalam oven dalam suhu 1050C selama 3 jam.

c. Ditumbuk hingga halus.

d. Timbang sampel sebanyak 1 gram dalam beaker glass.

e. Kemudian diasamkan (lakukan di dalam lemari asam).

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

71

f. Tambahkan 8 ml HNO3 kemudian ditutup menggunakan kaca

arloji, lalu panaskan di atas hot plate (dievaporasi) dan aduk

hingga volume sampai 5 ml.

g. Tambahkan 5 ml HClO4, dipanaskan di atas hot plate

(dievaporasi) sampai asap putih hilang dan aduk hingga volume

sampai 5 ml.

h. Saring dengan kertas saring.

i. Masukan ke dalam labu takar 50 ml, bilas dinding beaker glass

dengan aquadest dan tambahkan aquadest hingga batas tera.

j. Sampel siap diukur dengan AAS.

4. Prosedur Kerja AAS

Pastikan bahwa alat AAS, auto sampler, FIMS, sumber arus EDL

power dan komputer terangkai dengan baik dan semua kabel power

terpasang dengan benar.

a. Siapkan larutan standar, sampel kerang dalam labu ukur 50 ml bersama

dengan larutan HNO3 65%, dan larutan standar Cd.

b. Hidupkan blower. Buka kran gas N2 dan atur tekanan sesuai dengan

besar tekanan yang direkomendasikan.

c. Nyalakan air, kompresor dan jet set.

d. Nyalakan AAS dan PC

e. Menyalakan api selama beberpa saat (±30 menit warming up).

f. Operasikan semua peralatan AAS.

Setelah itu, hitung kadar Pb dengan persamaan garis regresi kurva

kalibrasi menggunakan rumus

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

72

Kadar Pb (mg/gram) = C x F

B

Dimana:

C = Konsentrasi Pb, Cd, Hg dalam sampel dari pembacaan

AAS (mg/L)

F = Volume larutan uji (0,05L)

B = Bobot sampel (gram)

5. Pembuatan Deret Standar

Pembuatan Deret standar (Pb(NO3)2) :

Pipet sebanyak 5 ml larutan induk (Pb(NO3)2) 1000 ppm, masukkan

ke dalam labu takar 50 ml, lalu tambahkan air suling hingga tanda tera

(diperoleh deret standar dengan konsentrasi 100 ppm). Buat deret standar

dengan konsentrasi (10, 5, 2, 1, 0,5, 0,1) ppm.

a. 10 ppm :

Pipet sebanyak 5 ml lar deret standar dengan konsentrasi 100 ppm,

lalu masukkan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan air suling hingga

tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 10 ppm).

b. 5 ppm :

Pipet sebanyak 25 ml lar deret standar dengan konsentrasi 10 ppm,

lalu masukkan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan air suling hingga

tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 5 ppm).

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

73

c. 2 ppm

Pipet sebanyak 20 ml lar deret standar dengan konsentrasi 5 ppm,

lalu masukkan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan air suling hingga

tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 2 ppm).

d. 1 ppm

Pipet sebanyak 25 ml lar deret standar dengan konsentrasi 2 ppm,

lalu masukkan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan air suling hingga

tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 1 ppm).

e. 0,5 ppm

Pipet sebanyak 25 ml lar deret standar dengan konsentrasi 1 ppm,

lalu masukkan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan air suling hingga

tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 0,5 ppm).

f. 0,1 ppm

Pipet sebanyak 10 ml lar deret standar dengan konsentrasi 0,5 ppm,

lalu masukkan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan air suling hingga

tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 0,1 ppm).

g. 0,05 ppm

Pipet sebanyak 10 ml lar deret standar dengan konsentrasi 0,1 ppm,

lalu masukkan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan air suling hingga

tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 0,05 ppm).

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

74

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah penghitungan kadar timbal (Pb) pada kerang hijau dan data

survei masyarakat terkait pengetahuan, sikap, status ekonomi dan perilaku

mengonsumsi kerang hijau tercemar logam Pb didapat, lalu diolah dengan

tahapan berikut:

a. Pemeriksaan data

Dilakukan untuk melihat apakah data primer yang dikumpulkan

pada instrumen penelitian atau kuesioner sudah benar dan tidak terjadi

kesalahan dalam pengisian. Data yang diperiksa terkait dengan

pengetahuan dan sikap responden terkait dengan pencemaran oleh logam

timbal (Pb) pada kerang hijau yang mereka konsumsi. Serta perilaku

responden dalam mengonsumsi kerang hijau dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kode (Coding)

Data yang sudah terkumpul dikelompokkan sesuai dengan tujuan

pengumpulan data. Pemberian kode pada setiap pertanyaan pada kuesioner

sehingga mempermudah dalam pengecekan ulang dan entri data.

c. Entri Data

Entri data menggunakan software statistik yang ada pada program

komputer.

d. Cleaning Data

Proses terakhir dalam manajemen data. Proses ini dilakukan untuk

memeriksa kembali data yang masuk kedalam program analisis data. Jika

ada kesalahan dalam data maka dilakukan perbaikan. Cara yang dilakukan

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

75

dalam cleaning data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari

variabel-variabel.

2. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Sedangkan uji reliabilitas adalah

indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Uji validitas dan reabilitas dilakukan

terhadap 30 orang masyarakat yang tinggal disekitar lokasi penelitian yang

memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara bertanya

kepada 30 responden yang memiliki karakteristik yang mirip dengan

sampel penelitian ini, diantaranya adalah ibu rumah tangga yang tinggal di

daerah yang dekat dengan lokasi budidaya kerang hijau Kali Adem Muara

Angke Jakarta. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada kolom

“corrected item-total correlation”, nilai r hitung yang terdapat pada kolom

tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Bila nilai r hitung lebih besar

dari nilai r tabel (r hitung > r tabel) maka dapat dikatakan instrument

tersebut valid. (r tabel = 0,316)

Dari hasil uji validitas didapatkan 5 pertanyaan yang dinyatakan

tidak valid, dari pertanyaan yang tidak valid tersebut sebanyak 2

pertanyaan dihapus dan sisanya dirubah redaksi dan penyusunan kata

sehingga menjadi valid. Sehingga total pertanyaan pada kuesioner ini

sebanyak 22 pertanyaan.

Page 91: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

76

Sedangkan uji reabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara

melihat nilai r pada kolom “Cronbach’s alpha”, sama dengan uji validitas.

Jika nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel (r hitung > r tabel) maka

dapat dikatakan instrument tersebut realiabel. Dari hasil uji reabilitas

terhadap 22 pertanyaan pengetahuan dan sikap menunjukan hasil yang

realiabel. Diketahui nilai alpha sebesar 0,538 sedangkan r tabel sebesar

0,361. Hal ini berarti r hitung > r tabel sehingga dapat dikatakan

pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini reliabel sehingga dapat

digunakan untuk alat pengumpulan data.

3. Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis univariat dan analisis

bivariat, yakni sebagai berikut:

a. Univariat

Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel yang telah diteliti.

Data akan disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi menurut masing-

masing variabel yang akan diteliti.

Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap

masyarakat sekitar lokasi budidaya kerang hijau terkait pencemaran

kerang hijau oleh logam timbal (Pb). Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah perilaku mengonsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal

(Pb). Kadar logam timbal (Pb) dibuktikan dari hasil uji laboratorium

sebagai variabel dependen.

Page 92: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

77

b. Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Varibael independen yang

dimaksud adalah variabel pengetahuan dan sikap masyarakat di Kali Adem

terkait dengan pencemaran logam timbal pada kerang hijau di sekitar

lokasi penelitian. Selanjutnya variabel dependen yaitu perilaku konsumsi

kerang hijau yang tercemar logam timbal (Pb). Analisis bivariat dalam

penelitian ini menggunakan uji Chi-Square. Chi Square merupakan uji

yang dilakukan dimana variabel yang dihubungkan keduanya adalah

kategorik.

Untuk melihat hasil kemaknaan dinyatakan dalam p value dengan

tingkat kemaknaan (α) 5%. Adapun ketentuan yang berlaku adalah sebagai

berikut:

a. Bila nilai p value < 0,05 berarti terdapat hubungan antara variabel

independen yang diteliti dengan variabel dependen.

b. Bila nilai p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen yang dimaksud dengan variabel dependen.

Page 93: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

78

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Teluk Jakarta

Teluk Jakarta terletak pada 06000’40” LS dan 05054’40”LS serta

106040’45”BT dan 107001’19”BT. Teluk Jakarta adalah teluk yang

berada di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah Utara Provinsi DKI

Jakarta Topografi Teluk Jakarta umunya didominasi oleh lumpur, pasir

dan krikil. Lumpur banyak berdapat di bagian peninggir dan tengah teluk,

sedangkan pasir semakin menonjol di bagian laut lepas. Menurut data

BPLHD dan KP2L Provinsi DKI Jakarta kondisi fisik perairan Teluk

Jakarta sebagai berikut (BPLHD, 2013):

a. Kedalaman Teluk Jakarta berkisar dari 4,00 – 29,0 meter.

b. Kemiringan dasar lautnya ke arah utara, artinya makin ke utara

makin dalam.

c. Kedalaman di muara berkisar 0,50 – 3,00 meter.

d. Pada daerah pesisir dalam waktu 24 jam terjadi satu kali pasang

tertinggi dan satu kali surut rendah.

e. Pada musim kemarau perbedaan pasang surut sekitar 1,2 meter dan

besaran diurnal pada mulut Teluk Jakarta 3,8 meter di Tanjung Pasir

besaran diurnalnya 2,6 meter sedangkan di Kepulauan Seribu adalah

4,2 meter.

Page 94: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

79

f. Kecepatan arus berkisar antara 0,20 – 1,20 m/detik dengan arah barat

(3320) sampai dengan tenggara (1440).

g. Umumnya tinggi gelombang di Teluk Jakarta berkisar antara 0,1 – 1

meter, dengan periode 1 sampai 8 detik dan memiliki panjang

gelombang 1 – 21 meter.

h. Suhu di perairan laut berkisar antara 27,90 – 28,87 oC.

i. Salinitas perairan laut berkisar antara 31,50 – 32,590/00

Teluk Jakarta membentang dari Tanjung Kait di bagian Barat hingga

Tanjung Kerawang di bagian Timur. Teluk Jakarta merupakan muara dari

13 sungai yang berada di kota Jakarta, diantaranya sungai Cisadane di

bagian Barat, sungai Ciliwung di bagian tengah dan sungai Citarum serta

sungai Bekasi yang berada dibagian Timur. Berikut di bawah ini adalah

gambar dari lokasi penelitian :

Gambar 5.1 Lokasi Penelitian

Page 95: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

80

2. Gambaran Kali Adem Muara Angke Jakarta

Muara Angke terletak pada 6°6′21″LS,106°46′29.8″BT berbatasan

dengan pelabuhan kapal ikan dan pusat pelelangan ikan yang berada di

wilayah Jakarta. Secara administratif pemerintahan Kali Adem terletak di

Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Wilayah Kali

Adem merupakan salah satu perkampungan nelayan yang berada disekitar

kawasan Muara Angke Jakarta Utara. Sebagian besar penduduk di

perkampungan ini berprofesi sebagai nelayan, salah satunya adalah

nelayan kerang hijau. Sistem strata di wilayah perkampungan ini masih

menggunakan sistem kelompok, setiap kelompok dipimpin oleh satu ketua

kelompok. Perkampungan ini di bagi menjadi 10 kelompok nelayan

dengan total penduduk pada seluruh kelompok adalah 1278 jiwa.

Lokasi geografis pada wilayah Kali Adem ini dimanfaatkan sebagai

lahan pekerjaan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil survei

peneliti sejak tahun 1987 wilayah kali adem telah digunakan sebagai

budidaya kerang hijau. Sampai saat ini terdapat kurang lebih 11 pengepul

kerang hijau yang ada di Kali Adem yang mempekerjakan masyarakat

yang tinggal diwilayah Kali Adem sebagai buruh atau pengupas kerang

hijau. Rata-rata konsumsi kerang hijau pada masyarakat Kali Adem cukup

tinggi karena letak tempat tinggal yang berada di pusat budidaya kerang

hijau. Sumber kerang hijau yang dionsumsi oleh masyarakat Kali Adem

seluruhnya berasal dari budidaya kerang hijau disekitar tempat tersebut.

Page 96: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

81

B. Karakteristik Responden

Responden dari penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal

di Kali Adem Muara Angke Jakarta dan termasuk kedalam kelompok 6

dan 7. Ibu rumah tangga yang mayoritas memiliki profesi sebagai

pengolah dan pengupas kerang hijau. Berikut karakteristik responden yang

meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan

1. Usia

Berikut distribusi usia ibu rumah tangga yang termasuk ke dalam

kelompok 6 dan 7 yang menjadi responden pada penelitian ini :

Tabel 5.1

Gambaran Usia Ibu Rumah Tangga Kelompok 6 dan 7 Kali

Adem Muara Angke Jakarta Tahun 2015

Umur Jumlah Persentase (%)

17-25 th (Remaja) 23 15.3

26-45 th (Dewasa) 105 70.0

> 46 th (Lansia) 22 14.7

Jumlah 150 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa usia ibu rumah tangga

yang terpilih menjadi responden mayoritas memiliki umur yang termasuk

kedalam kategori dewasa dengan persentase sebesar 70 %. Kemudian

diikuti oleh remaja yaitu sebanyak 15.3 % dan terakhir adalah lansia

dengan perentase sebesar 14.7 %. Usia termuda responden adalah 17 tahun

dan usia tertua adalah 67 tahun.

Page 97: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

82

2. Pendidikan

Berikut distribusi status pendidikan ibu rumah tangga yang termasuk

kedalam kelompok 6 dan 7 dan terpilih menjadi responden pada penelitian

ini :

Diagram 5.1

Gambaran Pendidikan pada Ibu Rumah Tangga Kelompok 6 dan 7

Kali Adem Muara Angke Jakarta Tahun 2015

Berdasarkan diagram 5.1 diketahui status pendidikan ibu rumah

tangga yang menjadi responden. Dari 150 responden mayoritas memiliki

latar belakang pendidikan SD yaitu sebesar 66 %. Selain itu masih

ditemukannya responden yang tidak sekolah dengan persentase yang

cukup besar yaitu 9 %. Dapat dikatakan bahwa mayoritas responden pada

penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

9%

66%

18%

7%

Tidak Sekolah SD SMP SMA

Page 98: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

83

3. Pekerjaan

Berikut distribusi pekerjaan pada responden yang termasuk kedalam

kelompok 6 dan 7 yang tinggal di Kali Adem Muara Angke Jakarta :

Diagram 5.2

Gambaran Jenis Pekerjaan pada Ibu Rumah Tangga Kelompok 6

dan 7 Kali Adem Muara Angke Jakarta Tahun 2015

Berdasarkan diagram 5.2 dapat diketahui mayoritas pekerjaan

responden adalah ibu rumah tangga yaitu dengan persentase sebesar 51 %

dari 150 responden. Sedangkan pengupas kerang merupakan pekerjaan

terbesar kedua dengan persentase sebesar 38 %.

C. Hasil Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat

gambaran pada masing-masing variabel yang telah diteliti. Analisis ini

dilakukan pada variabel kadar logam timbal (Pb) di kerang hijau,

pengetahuan, sikap dan perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar

logam timbal (Pb).

38%

51%

1%7%

3%

Pengupas Kerang IRT Pemilik Budidaya Pedagang Lain-lain (Petani, Karyawan, Buruh)

Page 99: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

84

1. Pencemaran Logam Timbal (Pb) di Kerang Hijau

Berikut adalah hasil uji laboratorium kandungan logam timbal (Pb)

pada kerang hijau yang di ambil dari kelompok budidaya yang ada di

sekitar Kali Adem Muara Angke Jakarta:

Tabel 5.2

Kadar Logam Timbal (Pb) di Kerang Hijau

Data hasil pengukuran kadar logam timbal (Pb) pada kerang hijau

hasil budidaya perairan Teluk Jakarta, hampir secara keseluruhan sampel

memiliki konsentrasi (tercemar) logam timbal (Pb). Sebanyak 10

kelompok yang tercemar logam timbal (Pb) dan hanya satu kelompok yang

tidak tercemar logam timbal (Pb). Dengan nilai rata-rata konsentrasi logam

timbal (Pb) didalam kerang hijau sebesar 0,8 mg/kg, nilai minimum

Sampel Kadar Timbal

(mg/kg)

Rata-Rata Min-Max NAB

BPOM

NAB

WHO

Kelompok 1 0.63

0,8 mg/kg

0 – 2,6 mg/kg

1,5 mg/kg

Kelompok 2 1.32

Kelompok 3 0.39

Kelompok 4 0.99

Kelompok 5 0.85

Kelompok 6 2.60 0,7 mg/kg

Kelompok 7 0.12

Kelompok 8 0.96

Kelompok 9 -

Kelompok 10 0.69

Kelompok 11 0.25

Page 100: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

85

sebesar 0 mg/kg dan nilai maksimum sebesar 2,6 mg/kg. Sampel dengan

konsentrasi timbal tertinggi adalah sampel 6.

2. Gambaran Perilaku Konsumsi Kerang Hijau yang Tercemar

Logam Timbal (Pb)

Berikut di bawah ini adalah gambaran perilaku konsumsi kerang

hijau yang tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat kelompok 6 dan

7 yang menjadi responden :

Tabel 5.3

Gambaran Perilaku Konsumsi Kerang Hijau yang

Tercemar Logam Timbal (Pb)

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa perilaku konsumsi kerang hijau

pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta memiliki nilai rata-rata

sebesar 11.47 gr/hari dengan nilai minimal yaitu 0 gr/hari dan nilai

maksimal sebesar 69.3 gr/hari. Sedangkan jika dikategorikan dengan

menggunakan nilai median sebagai nilai tengah di dapatkan proporsi yang

sama antara kategori sering dan tidak sering yaitu sebesar 50 %.

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui data berdistribusi tidak normal.

Selain gambaran perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar

logam timbal (Pb) yang di jelaskan pada tabel 5.3. Berikut di bawah ini

terdapat distribusi sumber kerang yang dikonsumsi oleh responden :

Perilaku

Konsumsi

Jumlah Persentase % Rata-Rata

(gr/hari)

Median

(gr/hari)

Min-Max

Sering 75 50

11.47 5.75 0-69.3 Tidak Sering 75 50

Jumlah 150 100

Page 101: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

86

Tabel 5.4

Sumber Kerang Hijau yang Dikonsumsi

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memilih

sumber kerang hijau yang mereka konsumsi berasal dari kelompok

pengepul 6 dan 7 dengan presentase yang sama yaitu 22.0 %. Kelompok

pengepul yang paling sedikit dipilih sebagai sumber kerang hijau adalah

kelompok pengepul 9 dan 11 dengan persentase sebesar 2.0 %.

Sumber Kerang Hijau Jumlah Persentase

Kelompok 1 8 5.3

Kelompok 2 10 6.7

Kelompok 3 15 10.0

Kelompok 4 8 5.3

Kelompok 5 12 8.0

Kelompok 6 33 22.0

Kelompok 7 33 22.0

Kelompok 8 12 8.0

Kelompok 9 3 2.0

Kelompok 10 8 5.3

Kelompok 11 3 2.0

Tidak Mengonsumsi 5 3.4

Jumlah 150 100

Page 102: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

87

3. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Pencemaran

Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau

Berikut adalah gambaran pengetahuan responden terhadap

pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau :

Tabel 5.5

Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Pencemaran Logam

Timbal (Pb) pada Kerang Hijau

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Tinggi 67 44.7

Rendah 83 55.3

Jumlah 150 100

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

kategori pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 83 responden (55.3%).

Pengetahuan tersebut mengenai pencemaran logam timbal (Pb) yang

terjadi pada kerang hijau, jalur masuk logam timbal (Pb) ke manusia dan

bahaya logam timbal bagi kesehatan.

4. Gambaran Sikap Responden Terhadap Pencemaran Logam

Timbal (Pb) pada Kerang Hijau

Berikut merupakan gambaran sikap responden terhadap pencemaran

logam timbal (Pb) pada kerang hijau :

Page 103: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

88

Tabel 5.6

Gambaran Sikap Responden Terhadap Pencemaran Logam Timbal

(Pb) pada Kerang Hijau

Sikap Jumlah Persentase (%)

Positif 70 46.7

Negatif 80 53.3

Jumlah 150 100

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

sikap yang negatif terhadap pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang

hijau yang berasal dari budidaya Kali Adem Muara Angke Jakarta yaitu

sebanyak 80 responden (53.3%). Hasil tersebut menggambarkan bahwa

sebagian besar masyarakat di Kali Adem Muara Angke tidak setuju bahwa

kerang hijau yang berasal dari Kali Adem Muara Angke sudah dalam

kondisi yang tercemar oleh logam timbal (Pb).

D. Hasil Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat

yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis

hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku konsumsi kerang

hijau yang tercemar logam timbal (Pb) adalah uji Chi-square.

Page 104: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

89

1. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Konsumsi

Kerang Hijau Tercemar Logam Timbal (Pb)

Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku konsumsi kerang

hijau tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat di Kali Adem Muara

Angke Jakarta tahun 2015 dengan menggunakan uji chi-square di sajikan

pada tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7

Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Konsumsi Kerang

Hijau Yang Tercemar Logam Timbal (Pb)

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat hasil analisis hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar logam

timbal (Pb) menunjukan bahwa mayoritas responden adalah masyarakat

yang memiliki pengetahuan rendah terkait pencemaran logam timbal (Pb)

pada kerang hijau dan sering mengonsumsi kerang hijau tercemar logam

timbal (Pb) yaitu sebanyak 48 responden (64%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.033 (α = 0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam

timbal (Pb) pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta tahun 2015.

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai PR sebesar 1,435 (CI 95% 1,017 –

Pengetahuan

Konsumsi Kerang Logam

Timbal (Pb) Jumlah

P

value PR (95% CI)

Sering

Tidak Sering

N % N % N %

Rendah 48 64 35 46.7 83 55.3

0.033 1,435

(1,017 – 2,025) Tinggi 27 36 40 53.3 67 44.7

Total 75 100 75 100 150 100

Page 105: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

90

2,025) yang berarti bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan yang

rendah memiliki resiko lebih tinggi untuk mengonsumsi kerang hijau

dengan frekuensi yang sering dibandingkan dengan masyarakat yang

memiliki pengetahuan tinggi.

2. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Konsumsi Kerang

Hijau Tercemar Logam Timbal (Pb)

Hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi kerang hijau

tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat di Kali Adem Muara Angke

Jakarta tahun 2015 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada

tabel 5.8 berikut.

Tabel 5.8

Analisis Hubungan Sikap dengan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau

Yang Tercemar Logam Timbal (Pb)

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil analisis hubungan antara

sikap dengan perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal

(Pb). Menunjukan bahwa sebanyak 38 responden (50.7%) yang memiliki

sikap negatif mengenai pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau

dan memiliki frekuensi yang sering dalam mengonsumsi kerang hijau.

Sikap

Konsumsi Kerang Logam

Timbal (Pb) Jumlah

P

value

PR

(95% CI) Sering

Rendah

N % N % N %

Negatif 38 50.7 42 56.0 80 53.3

0,513 0,899

(0,653 – 1,237) Positif 37 49.3 33 44.0 70 46.7

Total 75 100 75 100 150 100

Page 106: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

91

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,513 (α = 0,05). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap masyarakat

dengan perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam timbal (Pb) pada

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta tahun 2015. Sedangkan

diperoleh nilai PR sebesar 0,513 (CI 95% 0,653 – 1,237), hal ini berarti

tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel sikap terhadap

perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam timbal.

Page 107: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

92

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian

diantaranya adalah :

1. Masih sangat rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta. Hal ini

menyebabkan beberapa responden mengalami kesulitan dalam

menjawab kuesioner.

2. Waktu wawancara atau pengambilan data yang berbarengan

dengan waktu responden bekerja atau mengupas kerang hijau, hal

ini diasumsikan peneliti dapat mengganggu konsentrasi responden

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

3. Pengambilan sampel kerang hijau yang hanya satu kali

pengambilan, menyebabkan tidak dapat di ketahuinya rata-rata

cemaran logam timbal di dalam tubuh kerang hijau selama periode

waktu tertentu.

4. Tidak dipertimbangkannya faktor umur dan ukuran minimal

kerang hijau sebagai kriteria dari sampel kerang hijau, sehingga

menyebabkan sampel yang terpilih memiliki umur dan ukuran

yang berbeda. Hal ini berpengaruh terhadap konsentrasi logam

timbal (Pb) pada sampel yang diambil.

Page 108: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

93

B. Analisis Univariat

1. Pencemaran Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau

Timbal (Pb) termasuk logam berat yang beracun. Secara alami

logam timbal (Pb) dapat ditemui di dalam tanah, Timbal (Pb) juga

merupakan salah satu logam berat yang banyak di gunakan di dalam

industri, bahkan buangan limbah industri merupakan sumber utama

pencemaran timbal (Pb) di badan air atau perairan laut (Achmadi, 2009).

Menurut hasil penelitian Cordova (2011) menyatakan bahwa beban

pencemaran yang berasal dari Kali Angke yang masuk ke perairan Teluk

Jakarta cukup tinggi. Beban pencemar yang berasal dari Kali Angke untuk

bahan organik yang terurai oleh mikroorganisme (BOD) jumlahnya

mencapai 944,31 ton/bulan sedangkan untuk bahan organik yang terurai

secara kimia (COD) jumlahnya mencapai 1745,00 ton/bulan dan

cenderung naik setiap tahunnya.

Sementara itu kadar beban pencemaran logam berat timbal (Pb) dari

Kali Angke adalah yang paling besar jika di bandingkan dengan logam

berat lainnya, yaitu sebesar 0,0825 ton/hari. Hal ini selaras dengan

peningkatan industri di DKI Jakarta. Tingginya logam berat tersebut

dikarenakan logam berat merupakan bahan suplemen yang harus ada

dalam industri terutama industri elektronik, otomotif, cat dan lain-lain

(Cordova, 2011).

Terdapatnya logam berat pada ekosistem laut akan berpengaruh

terhadap biota yang ada di dalamnya, salah satunya adalah kerang hijau.

Kerang hijau merupakan salah satu indikator pencemaran logam yang

Page 109: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

94

terjadi di suatu perairan. Hal tersebut dikarenakan kerang hijau memiliki

kemampuan absorbsi logam yang baik jika dibandingkan dengan biota laut

yang lain. Hal ini dikarenakan kerang adalah hewan yang tinggal menetap

di suatu tempat dan hidup dengan cara menyaring makanan yang berupa

bahan organik terlarut di dalam air laut, sehingga kebiasaan hidup yang

menetap adalah alasan utama kerang memiliki kemampuan absorbsi yang

baik terhadap logam (Nurjanah dkk, 1999).

Kerang hijau juga merupakan salah satu jenis kerang yang digemari

masyarakat dengan nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik

untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 % air, 21,9 protein, 14,5 lemak,

18,5 karbohidrat dan 4,3 abu. Dari 100 gram daging kerang hijau

menghasilkan 100 kalori. Kandungan gizi kerang hijau sebanding dengan

daging sapi, telur dan daging ayam. Organisme kerang memilki sifat

bioakumulatif terhadap logam berat lebih besar dari pada hewan air

lainnya karena habitat hidupnya yang menetap, lambat untuk dapat

menghindarkan diri dari pengaruh polusi dan mempunyai daya toleransi

yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Dengan begitu, jenis

kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu

pencemaran lingkungan (Hutagaol, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 10 (90.9 %) dari 11 sampel

kerang hijau yang diuji laboratorium ditemukan memiliki kadar logam

timbal (Pb) atau dapat dikatakan tercemar oleh logam timbal (Pb). Dari

sepuluh (10) sampel kerang hijau tersebut terdapat satu sampel yang

mengandung kadar logam timbalnya sudah melebihi nilai ambang batas

Page 110: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

95

yang sudah di tentukan yaitu sebesar 1,5 mg/kg (BPOM, 2009), sedangkan

8 sampel lainnya memiliki kadar logam timbal yang masih di bawah nilai

ambang batas yang di tentukan. Rata-rata kadar logam timbal (Pb) pada

seluruh sampel kerang hijau yang di periksa adalah 0.8 mg/kg, dengan nilai

kadar tertinggi yaitu 2.6 mg/kg (sampel 6).

Sedangkan pada sampel 9 kadar logam timbal (Pb) tidak terdeteksi

pada hasil pemeriksaan laboratorium. Hal ini diasumsikan terjadi karena

pada sampel 9 ukuran kerang hijau relatif lebih kecil dibandingkan dengan

ukuran kerang hijau pada sampel lainnya. Ukuran kerang hijau erat

kaitannya dengan umur hidup kerang hijau, karena ukuran dan umur

kerang hijau berbanding lurus, jadi semakin tua umur kerang hijau akan

semakin besar ukuran yang dimiliki.

Kerang hijau yang memiliki ukuran yang lebih besar cenderung

memiliki kadar atau konsentrasi logam timbal (Pb) yang lebih tinggi. Hal

ini berkaitan dengan umur hidup dari kerang yang berbanding lurus

dengan ukuran kerang. Maka, semakin lama kerang hijau berada di suatu

perairan yang tercemar maka akan semakin besar kadar logam timbal (Pb)

yang di temukan dalam tubuh kerang hijau tersebut. Hal ini sejalan dengan

penelitian Mulyawan yang menemukan bahwa terdapat perbedaan kadar

logam di dalam kerang hijau yang berukuran kecil, sedang dan besar

(Mulyawan, 2005).

Tujuan dilakukannya pemeriksaan kadar logam timbal (Pb) pada

kerang hijau ialah untuk mengetahui kondisi kerang hijau yang berasal dari

budidaya disekitar Kali Adem Muara Angke Jakarta. Apakah kerang

Page 111: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

96

dalam kondisi yang sudah tercemar atau masih baik untuk konsumsi.

Meskipun rata-rata kadar logam timbal (Pb) pada sampel masih di bawah

nilai ambang yang di tetapkan, namun hal ini merupakan suatu masalah

mengingat sifat dari logam timbal (Pb) yang bersifat terakumulasi di dalam

tubuh. Selain itu logam timbal (Pb) juga dapat menyebabkan gangguan

kesehatan bagi manusia, diantaranya adalah gangguan sistem saraf, gastro-

intenstinal, haemopoietik, urinaria, kardiovaskuler dan reproduksi

(Widiowati dkk, 2008).

Logam timbal (Pb) di dalam tubuh terakumulasi di membran

jaringan lunak dan plasma. Selanjutnya didistribusikan ke bagian dimana

kalsium memegang peran penting seperti gigi pada anak dan tulang pada

semua umur. Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan

dan makanan. Konsumsi timbal (Pb) dalam jumlah banyak secara

langsung menyebabkan gangguan pada kesehatan pada bayi dan anak-

anak. Paparan timbal (Pb) yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan

otak, menghambat pertumbuhan anak, kerusakan ginjal, gangguan

pendengaran, mual, sakit kepala, serta gangguan pada kecerdasan dan

tingkah laku. Sedangkan pada orang dewasa, timbal (Pb) dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah, gangguan pencernaan,

kerusakan ginjal, gangguan reproduksi dan kerusakan saraf (SNI, 2009).

Hasil pengukuran konsentrasi logam timbal (Pb) pada kerang hijau

pada penelitian ini menunjukan hasil yang lebih rendah dari pada hasil

yang didapatkan pada saat uji pendahuluan. Hal ini dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah perbedaan umur kerang yang di

Page 112: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

97

ambil sebagai sampel. Pada saat dilakukan studi pendahuluan umur kerang

hijau yang digunakan sebagai sampel berkisar 4-5 bulan sedangkan pada

saat penelitian umur kerang hijau yang digunakan sebagai sampel berkisar

2 - 2,5 bulan. Hal ini sejalan dengan penelitian Cordova (2011) dan Apriadi

(2005) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi logam

timbal (Pb) yang semakin tinggi pada kerang hijau yang memiliki umur

lebih lama.

Menurut hasil penelitian Prihartini (2006) menyatakan bahwa umur

kerang optimum berkisar pada bulan ke lima, sedangkan ukuran optimum

kerang berada pada ukuran 8 cm. Pada kondisi optimum ini, dapat

diketahui kadar logam timbal (Pb) melalui pemeriksaan laboratorium,

diasumsikan pada umur tersebut dapat merepresentatifkan kondisi

pencemaran yang ada di lingkungan tersebut. Selain itu pada umur dan

ukuran optimum tersebut kerang hijau biasa dipanen atau dijual untuk

kemudian dikonsumsi oleh masyarakat.

Selain umur kerang terdapat hal lain yang dapat mempengaruhi

konsentrasi logam timbal pada kerang hijau yaitu konsentrasi logam timbal

(Pb) di dalam air laut, tempat dimana kerang hijau tersebut hidup dan

mencari makan. Menurut penelitian Dahlia (2009) menyatakan terdapat

hubungan yang kuat antara konsentrasi logam timbal (Pb) pada kerang

hijau dengan konsentrasi logam timbal (Pb) dalam air laut dengan nilai r =

0.8124 (titik 1) dan r = 0.9995 (titik 2). Hal ini menunjukan bahwa semakin

tinggi konsentrasi logam di suatu perairan maka akan semakin tinggi pula

konsentrasi logam pada biota di dalamnya atau sebaliknya.

Page 113: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

98

Alasan ketiga adalah disebabkan oleh waktu pengambilan kerang

yang berbeda, Hal ini terkait dengan musim atau pergerakan angin pada

saat pengambila sampel dilakukan. Pada waktu studi pendahuluan, sampel

kerang diambil pada bulan Januari – Februari dimana pada waktu tersebut

merupakan Musim Barat. Menurut Prasetyo (2009) pada saat Musim Barat

terjadi peningkatan kecepatan arus permukaan air laut, sehingga

memungkinkan terjadinya turbulensi atau pengadukan. Pada permukaan

yang cukup dangkal pengadukan oleh arus atau gelombang laut dapat

menyebabkan endapan partikel timbal (Pb) yang ada di dasar terangkat

menyebar. Hal ini yang meyebabkan logam timbal dapat lebih mudah

terserap oleh kerang hijau, Peristiwa ini biasa disebut resuspensi logam

timbal (Pb) (Prasetyo, 2009).

Faktor lain terkait dengan musim adalah tingginya curah hujan yang

terjadi pada saat dilakukannya studi pendahuluan (Januari – Februari).

Pada saat tingginya curah hujan dapat mengakibatkan meningkatnya debit

air sungai sehingga terjadi penggelontoran material air sungai yang lebih

besar jika dibandingkan dengan musim kemarau karena curah hujan

menurun (Prasetyo, 2009). Hal ini berhubungan dengan beban pencemaran

yang dibawa sungai ke perairan/laut. Semakin besar arus sungai maka akan

semakin banyak membawa beban pencemaran kelaut atau sebaliknya.

Selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat beberapa faktor lain

yang dapat mempengaruhi bioakumulasi logam timbal pada kerang hijau

atau biota laut lainnya. Faktor tersebut diantaranya adalah jenis dan sifat

logam, jenis biota dan cara makan, serta kondisi lingkungan di sekitar

Page 114: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

99

kerang hijau atau biota tersebut hidup seperti suhu, pH, kesadahan dan

salinitas (Riani, 2012).

Sementara itu distribusi kerang hijau yang berasal dari Muara Angke

atau perairan Teluk Jakarta memiliki cakupan yang cukup luas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik budidaya, mereka

menyatakan bahwa hasil panen kerang hijau yang mereka miliki

didistribusikan ke pasar-pasar yang ada di Jakarta, bahkan berdasarkan

hasil wawancara pada pedagang kerang hijau yang ada di Pasar Ciputat

dan Pasar Parung yang termasuk ke dalam wilayah Kota Tangeran Selatan

dan Kota Bogor masih mendapatkan kerang hijau yang berasal dari Teluk

Jakarta.

Hal ini menunjukan bahwa bukan hanya masyarakat yang tinggal di

sekitar pesisir pantai atau muara yang memiliki risiko terhadap paparan

logam timbal (Pb) melalui konsumsi kerang hijau. Akan tetapi masyarakat

luas atau pedagang – pedagang seafood baik pedagang kaki lima atau

restauran yang ada di Jakarta dan kota-kota disekitarnya juga memiliki

risiko terhadap paparan logam timbal (Pb). Oleh karena itu sebaiknya

masyarakat lebih berhati-hati dan lebih teliti sebelum mengonsumsi suatu

makanan, karena dengan lebih selektif terhadap apa yang dimakan maka

dapat lebih menjaga kondisi kesehatan tubuh kita.

Budidaya kerang hijau yang ada di Teluk Jakarta sebenarnya sudah

menjadi perhatian Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) DKI Jakarta.

Kepala DKP DKI Jakarta menyatakan bahwa budidaya kerang hijau yang

ada di Teluk Jakarta di rencanakan akan dipindahkan ke Teluk Banten

Page 115: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

100

dimana kondisi perairannya masih lebih baik dan belum tercemar. Selain

itu Dinas Kelautan Dan Pertanian DKI Jakarta juga menghimbau kepada

masyarakat untuk tidak mengonsumsi kerang hijau yang berasal dari

Teluk Jakarta karena dapat memberikan efek buruk kepada kesehatan jika

dikonsumsi secara terus menerus (Wresti, 2011).

Disisi lain upaya pemerintah pusat maupun daerah dalam mengatasi

masalah pencemaran yang terjadi di perairan Teluk Jakarta dapat

dikatakan masih belum optimal, Selama ini pemerintah DKI telah

melakukan berbagai macam cara untuk mengatasi permasalahan di Teluk

Jakarta, antara lain: mewajibkan pengolahan limbah, melarang membuang

sampah sembarangan, menata permukiman dan normalisasi DAS

(Rokhani & Ishak, 2014).

Dilihat dari kebijakan untuk mengatasi pencemaran di Teluk Jakarta

yaitu dengan cara mengendalikan pencemaran sungai dan Teluk Jakarta

dengan menekan pencemaran dari sumbernya, agar limbah yang dibuang

ke perairan tidak terlalu banyak. Beberapa diantaranya adalah dengan

program kali bersih dan untuk kalangan industri menengah dan besar

dengan proper, serta memaksimalkan 3R (reduce, reuse dan recycle)

(Rokhani & Ishak, 2014).

Oleh karena itu, selama ini berbagai upaya telah dilakukan baik oleh

pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Namun hasil yang didapat

belum cukup untuk menanggulangi pencemaran yang ada. Ada baiknya

semua upaya yang telah dilakukan, diikuti oleh pelaksanaan pengawasan

dan juga pemberian sanksi yang tegas bagi para pelanggar aturan. Menurut

Page 116: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

101

UU No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, menyatakan

bahwa fungsi dan peran pemerintah terkait dengan masalah pencemaran

lingkungan bukan hanya sebagai pembuat kebijakan, akan tetapi

pemerintah juga berperan sebagai pihak yang mengawasi, agar tidak

terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dapat menyebabkan rusak atau

menurunnya kualitas lingkungan. Pencemaran yang terjadi di perairan

Muara Angke Jakarta merupakan bukti rendahnya pengawasan yang

dilakukan pemerintah.

Oleh karena itu diharapkan pemerintah dapat lebih memperhatikan

pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta, khususnya di perairan Muara

Angke Jakarta. Selain meningkatkan pengawasan terhadap semua industri

yang membuang limbahnya ke perairan tersebut, pemerintah juga

diharapkan dapat memperbaiki dan menjaga kualitas perairan sebagai

bentuk dari tanggung jawab pemerintah.

2. Gambaran Perilaku Konsumsi Kerang Hijau yang Tercemar

Logam Timbal (Pb)

Tindakan atau perilaku adalah respon atau reaksi konkret seseorang

terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan

(action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah

mempraktikan apa yang diketahui atau disikapi (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran perilaku konsumsi kerang hijau ini dilakukan dengan

menggunakan pengukuran perilaku secara tidak langsung. Menurut

Notoatmodjo (2003), pengukuran perilaku secara tidak langsung adalah

dengan mewawancarai terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

Page 117: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

102

beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan kuesioner, sehingga hasil yang didapatkan dari variabel

praktik berasal dari pengakuan responden.

Berdasarkan tabel 5.3 gambaran perilaku konsumsi kerang hijau

tercemar logam timbal (Pb) didapatkan hasil responden memiliki rata-rata

konsumsi kerang hijau sebesar 11.47 gr/hari, nilai median sebesar 5.75 dan

nilai maksimum konsumsi kerang hijau mencapai 69.30 gr/hari.

Sedangkan cara mengkategorikan sering dan tidak sering menggunakan

nilai median sebagai cut of point karena distribusi data yang tidak normal.

Karena menggunakan nilai median sebagai cut of point maka kategori

perilaku konsumsi kerang hijau memiliki persentase yang sama, yaitu

sebanyak 75 responden (50 %).

Akan tetapi jika di bandingkan dengan rata-rata konsumsi nasional

untuk jenis makanan kerang-kerangan, rata-rata konsumsi responden atau

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta jauh melebihi rata-rata

konsumsi nasional yaitu 2 gr/hari (Susenas, 2014). Oleh karena itu pada

penelitian ini yang di jadikan nilai cut of point adalah nilai median.

Sementara sumber kerang hijau yang responden konsumsi juga

memiliki peran yang penting terhadap paparan logam timbal (Pb) kedalam

tubuh responden. Jika responden mengonsumsi kerang hijau yang berasal

dari pembudidaya yang memiliki kerang hijau tercemar akan beda pajanan

logam timbalnya jika di bandingkan dengan pembudidaya yang kerang

hijaunya belum tercemar logam timbal. Mayoritas responden

Page 118: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

103

mengonsumsi sumber kerang hijau berasal dari kelompok budidaya 6 dan

7 yaitu sebanyak 22 % di masing-masing kelompok budidaya.

Dari hasil pengukuran kadar logam timbal (Pb) pada sampel kerang

hijau yang diambil dari masing-masing kelompok budidaya, menunjukan

hasil bahwa kelompok 6 memiliki konsentrasi logam timbal yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok budidaya lain yaitu sebesar 2.6

mg/kg. Sedangkan untuk kelompok 7 memiliki konsentrasi logam timbal

sebesar 0.12 mg/kg. Kelompok budidaya 6 dan 7 menjadi kelompok yang

paling banyak dijadikan sumber kerang hijau oleh responden untuk

konsumsi, hal ini dikarenakan banyaknya responden yang juga bekerja di

kelompok buidaya tersebut. Selain itu kelompok 6 dan 7 termasuk

kelompok budidaya yang besar jika dibandingkan dengan kelompok

budidaya yang lain.

Masih tingginya perilaku konsumsi kerang hijau yang tercemar

logam timbal (Pb) pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta

dapat di pengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Green (2005) perilaku

dapat terjadi karena adanya tiga faktor penyebab perilaku itu terjadi, antara

lain adalah faktor predisposisi seperti pengetahuan dan sikap, enabling

seperti tersedianya sarana atau prasarana dan reinforcing seperti pengaruh

teman atau keluarga dalam melakukan perilaku tertentu.

Sejalan dengan teori Green berdasarkan hasil penelitian ini di

dapatkan bahwa pengetahuan responden mayoritas masih berada pada

tingkat pengetahuan yang rendah, mengenai pencemaran yang sudah

terjadi pada kerang hijau yang mereka konsumsi. Oleh karena itu mereka

Page 119: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

104

tetap mengonsumsi kerang hijau karena belum mengetahui bagaimana

kondisi kerang hijau yang mereka makan tersebut, apakah masih dalam

kondisi yang baik (belum tercemar) atau sudah dalam kondisi yang buruk

(tercemar).

Selain pengetahuan dan sikap, faktor enabling diasumsikan ikut

berperan besar terhadap tingginya perilaku konsumsi kerang hijau

tercemar pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta. Salah satu

faktor enabling yang berpengaruh adalah tersedianya sarana untuk

mendapatkan kerang hijau dengan mudah, bagi masyarakat yang tinggal

di Kali Adem Muara Angke sangat mudah untuk mendapatkan kerang

hijau sebagai lauk untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan tempat tersebut

adalah tempat budidaya kerang hijau, ditambah lagi banyak masyarakat

yang bekerja sebagai pengupas kerang hijau sehingga kerang hijau bisa

didapatkan dengan harga yang murah bahkan gratis.

Faktor lainnya yang mempengaruhi tingginya perilaku konsumsi

adalah status ekonomi atau pendapatan masyarakat Kali Adem Muara

Angke Jakarta. Status ekonomi dan pendapatan berperan penting terhadap

daya beli masyarakat. Menurut hasil penelitian Alibas (2002) menyatakan

bahwa responden dengan pendapatan lebih rendah cenderung memilih

makanan berkualitas rendah dengan harga yang murah jika dibandingkan

dengan responden yang memiliki pendapatan atau status ekonomi yang

lebih tinggi.

Hal ini sejalan dengan hasil temuan di lapangan, saat ditanyai

mengenai status ekonomi masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta,

Page 120: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

105

yang menyatakan bahwa rata-rata masyarakat Kali Adem masih memiliki

status ekonomi yang rendah. Dapat dilihat dari penghasilan yang di dapat

oleh para pekerja kerang dalam sehari yaitu berkisar diantara Rp. 20.000

– Rp. 40.000. Dengan nilai penghasilan tersebut logis jika mereka memilih

kerang hijau sebagai lauk untuk dikonsumsi.

Dari keterangan diatas menunjukan bahwa, untuk mendapatkan

makanan yang memiliki kualitas yang baik maka diperlukan biaya yang

lebih tinggi. Sedangkan mayoritas masyarakat Kali Adem Muara Angke

Jakarta memiliki pendapatan dibawah upah minimum yang berlaku di

Jakarta. Sehingga menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat Kali

Adem Muara Angke Jakarta terhadap pangan yang menyebabkan

masyarakat di sana memilih kerang hijau untuk dikonsumsi dalam

kehidupan sehari-hari, karena kerang hijau disana memiliki harga yang

murah bahkan bisa didapatkan dengan gratis bagi para pengupas kulit

kerang hijau.

Selain faktor status ekonomi atau pendapatan, faktor lain yang

menyebabkan masyarakat Kali Adem memiliki perilaku konsumsi kerang

hijau yang tinggi adalah kebiasaan makan. Menurut teori yang dinyatakan

oleh Foster, pada saat memilih atau menetapkan suatu makanan, seseorang

dipengaruhi oleh kebiasaan dan kebudayaan masyarakat itu sendiri (Foster

1986). Sejalan dengan teori Foster menurut hasil penelitian Mapandin

(2005) menyatakan bahwa faktor budaya memiliki hubungan dengan

konsumsi makanan pokok di dalam suatu keluarga atau masyarakat.

Page 121: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

106

Sebagai contoh adalah masyarakat Palembang yang memiliki kebiasaan

dalam mengonsumsi pempek sebagai makanan sehari-hari.

Dari semua penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kerang hijau

yang dibudidayakan di lokasi penelitian tidak cocok untuk dikonsumsi,

karena memiliki kandungan logam timbal (Pb). Kerang hijau lebih cocok

sebagai pembersih lingkungan perairan laut yang telah tercemar logam

berat (Cordova, 2011). Selain itu konsumsi kerang hijau pada dasarnya

tidak dianjurkan oleh Dinas Kelautan Dan Pertanian DKI Jakarta.

Masyarakat dilarang untuk mengonsumsi kerang hijau yang berasal dari

Teluk Jakarta karena dapat memberikan efek buruk kepada kesehatan jika

dikonsumsi secara terus menerus (Wresti, 2011).

3. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Pencemaran

Logam Timbal (Pb) pada Kerang Hijau

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan dapat

menjadi dasar bagi seseorang sebelum orang tersebut mengadopsi

perilaku. Sehingga pengetahuan merupakan salah satu bagian penting yang

perlu diketahui dalam analisis perilaku seseorang. Pada penelitian ini

pengetahuan responden diukur melalui kuesioner yang terdiri dari 12

pertanyaan meliputi pengetahuan mengenai pencemaran logam timbal

(Pb) pada kerang hijau, penyebab terjadinya pencemaran, jalur masuk

polutan (logam Pb) ke manusia, serta dampak yang dapat ditimbulkan.

Dari kuesioner tersebut didapatkan hasil 83 responden (55.3%) yang

berpengetahuan rendah terkait dengan pencemaran logam timbal (Pb) pada

kerang hijau yang mereka konsumsi. Sedangkan pada kategori

Page 122: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

107

pengetahuan tinggi terdapat 67 responden (44,7%). Sehingga dapat

dikatakan mayoritas responden memiliki pengetahuan yang rendah.

Menurut Mubarak dkk (2007), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh

faktor pendidikan, hal ini sejalan jika di kaitkan dengan hasil penelitian

dengan melihat dari distribusi pendidikannya, sebagian besar responden

masih memiliki pendidikan yang tergolong rendah. Mayoritas responden

memiliki tingkat pendidikan akhir sekolah dasar (SD), bahkan masih

banyak ditemukan responden yang tidak bersekolah (diagram 5.1).

Hal ini diasumsikan terkait dengan status ekonomi yang rendah dari

masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta yang mayoritas

berpenghasilan berkisar Rp. 40.000/hari, Sehingga untuk mencapai tingkat

pendidikan yang tinggi masyarakat Kali Adem Muara Angke mengalami

kesulitan karena membutuhkan biaya tambahan yang harus dikeluarkan

jika ingin memperoleh pendidikan yang lebih baik lagi.

Jadi dapat diasumsikan tingkat pendidikan secara umum berkaitkan

dengan tingkat pengetahuan. Tingkat pendidikan yang rendah cenderung

memiliki tingkat pengetahuan yang rendah pula, termasuk pengetahuan

mengenai pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau yang mereka

konsumsi sehari-hari.

Mayoritas responden juga tidak mengetahui saat ditanyakan

mengenai apa itu logam timbal (Pb) dan bagaimana logam timbal (Pb)

dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Sebesar 63.3 % dan 74.7 % tidak

mengetahui apa itu logam timbal (Pb) dan bagaimana logam timbal (Pb)

Page 123: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

108

dapat masuk ke tubuh manusia. Hanya 36.7% dan 25.3% responden yang

mengetahui apa itu logam timbal (Pb) dan dapat masuk ke dalam tubuh

melalui pencernaan, pernapasan dan permukaan kulit. Hal ini sesuai

dengan teori yang di kemukaan oleh WHO (2005) bahwa zat kimia dapat

masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan (ingesti), pernapasan (inhalasi)

dan permukaan kulit (absorbsi).

Selain itu sebanyak 80 % responden tidak mengetahui apa saja efek

kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh logam timbal (Pb). Hal tersebut

sangat memprihatinkan mengingat efek yang ditimbulkan oleh logam

timbal (Pb) jika terpapar dalam konsentrasi yang besar dapat menyebabkan

keracunan Pb yang di tandai dengan anemia, kerusakan ginjal, kerusakan

saraf, kelumpuhan parsial dan kerusakan otak (Yessi dkk, 2001).

Berdasarkan pertanyaan mengenai dari mana logam timbal itu berasal,

hanya terdapat 22 % responden yang berhasil menjawab dengan benar

bahwa logam timbal (Pb) yang ada di laut dapat berasal dari limbah

industri, transportasi kapal, dan dari limbah domestik (Achmadi, 2013).

Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan juga di pengaruhi oleh hasil

penginderaan manusia terhadap objek tertentu yang dipengaruhi intensitas,

terutama dipengaruhi oleh indera pendengaran dan penglihatan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan juga dipengaruhi

oleh sumber informasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan responden yang rendah tidak hanya dipengaruhi pendidikan

formal. Akan tetapi pendidikan juga dapat dipengaruhi oleh proses

penginderaan, dengan terpaparnya responden pada informasi-informasi

Page 124: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

109

terkait dengan pencemaran oleh logam timbal (Pb) yang terjadi, baik di

ekosistem perairan maupun pada biota yang hidup di dalamnya seperti

kerang hijau (Perna viridis).

Masih kurangnya sumber informasi yang menerangkan bahwa sudah

terjadi pencemaran di ekosistem perairan sekitar Teluk Jakarta, sehingga

masyarakat masih mengonsumsi kerang hijau yang berasal dari perairan

tersebut. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah untuk

melakukan penyuluhan atau penyebaran informasi yang menerangkan

mengenai kondisi ekosistem perairan yang terjadi saat ini. Sehingga

diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memiliki kesadaran akan

bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat mengonsumsi kerang

hijau yang sudah tercemar logam timbal (Pb).

4. Gambaran Sikap Responden Terhadap Pencemaran Logam

Timbal (Pb) pada Kerang Hijau

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat 80

responden (53,3%) yang memiliki sikap negatif atau tidak setuju terhadap

pencemaran logam timbal (Pb) yang terjadi pada kerang hijau dan terdapat

70 responden (46,7%) yang memiliki sikap positif. Hal ini menunjukkan

bahwa lebih banyak responden yang menunjukkan ketidaksetujuannya

atas pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau yang mereka

konsumsi daripada yang setuju. Dengan kata lain responden telah

menunjukkan sikap yang kontra terhadap pencemaran logam timbal (Pb)

pada kerang hijau yang mereka konsumsi sehari-hari.

Page 125: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

110

Sikap ini diukur dengan menggunakan kuesioner dengan

menggunakan skala Lickert dengan gradasi pernyataan sangat setuju

sampai tidak setuju yaitu ; “sangat setuju”, ”setuju”, ”ragu-ragu”, ”kurang

setuju” dan ”tidak setuju ”(Sugiyono, 2009). Pernyataan pada kategori

sikap ini diantaranya adalah persetujuan atas kondisi perairan dan kerang

hijau yang sudah tercemar oleh logam timbal (Pb), penyebab dari

pencemaran, bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh logam timbal dan

dampak kesehatan dari mengonsumsi kerang hijau tercemar dan lain-lain.

Pada penelitian ini, sikap dikategorikan menjadi 2 yaitu sikap positif

dan sikap negatif. Menurut Zuriah (2003), sikap negatif adalah

kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak

menyukai objek tertentu. Sedangkan sikap positif adalah kecenderungan

untuk mendekati, menyenangi dan menghadapkan objek tertentu.

Berlandaskan dari teori tersebut, dalam penelitian ini yang dimaksud

sikap negatif adalah kecenderungan untuk menolak atau ketidaksetujuan

atas sudah terjadinya pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau

yang mereka konsumsi sehari-hari. Sedangkan sikap positif ialah

sebaliknya yaitu kecenderungan untuk menerima atau setuju atas

terjadinya pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau yang mereka

konsumsi sehari-hari.

Sikap ragu-ragu cenderung ke arah negatif yang dimiliki responden

untuk pernyataan sikap nomor C2 - C4 yaitu mengenai kondisi perairan

di sekitar muara angke dan kerang hijau yang dibudidayakan di perairan

Page 126: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

111

tersebut sudah mengalami pencemaran, salah satunya oleh logam timbal

(Pb). Pernyataan No. C4 mengenai kondisi kerang hijau yang ada di muara

angke sudah tercemar, sebanyak 60.7% responden memilih sikap yang

tidak setuju dan sebanyak 14.0% responden memiliki sikap yang ragu-

ragu. Sedangkan untuk pernyataan No. C2 mengenai pengaruh kondisi

perairan di sekitar tempat hidup kerang berpengaruh terhadap kualitas

kerang hijau, sebanyak 47.3 % respoden memiliki sikap yang tidak setuju

dan sebanyak 11.3 % memilih sikap yang ragu-ragu. Untuk pernyataan No.

C3 mengenai kualitas air di muara angke yang sudah tercemar, sebanyak

52.0 % responden tidak setuju dan sebanyak 12.0 % responden memilih

ragu-ragu.

Hal ini dapat terjadi karena mayoritas responden memiliki

pengetahuan yang rendah, pada saat mendengar pernyataan mengenai

pencemaran logam timbal (Pb) pada perairan dan kerang hijau responden

tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya bahwa perairan dan kerang

hijau yang ada di wilayah tersebut sudah mengalami pencemaran.

Sehingga menyebabkan responden bersikap negatif atau tidak setuju

terhadap pencemaran yang terjadi baik di air maupun yang terjadi pada

kerang hijau. Selain itu jika diihat dari distribusi jenis pekerjaan pada hasil

penelitian di atas, sebanyak 38 % responden berprofesi sebagai pengupas

kerang atau bekerja di suatu industri yang mendapatkan laba atau untung

dengan cara menjual kerang hijau. Sehingga sikap negatif mungkin

muncul karena dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kesan

Page 127: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

112

atau gambaran bahwa kerang hijau yang mereka jual memiliki kualitas

yang masih baik atau belum tercemar oleh logam timbal (Pb).

Waluyo (2000) menyatakan pendapat yang sama, bahwa sikap dapat

terbentuk dari 3 komponen, yakni komponen afektif (perasaan), kognitif

(pemikiran) dan perilaku. Dalam penelitian ini responden cenderung

memiliki sikap negatif yaitu tidak setuju bahwa perairan dan kerang hijau

di kawasan muara angke sudah tercemar. Hal ini dapat disebabkan karena

takut membuat kesan atau image bahwa kerang hijau yang mereka jual

atau produksi dalam kondisi yang buruk atau jelek, kemudian

menyebabkan responden berpikir untuk menututupinya dengan sikap yang

negatif.

C. Analisi Bivariat

1. Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi Kerang

Hijau Tercemar Logam Timbal (Pb)

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan yang diperoleh melalui

penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, yang memberikan informasi

tertentu kepada seseorang dan menjadi pengetahuannya. Penginderaan

tersebut dapat bersumber dari pengalaman yang ada, baik berupa

pengalaman belajar, bekerja serta aktivitas dan interaksi lain dalam

kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2010). Menurut Green pengetahuan

seseorang berpengaruh terhadap perilaku seseorang (Green, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukan hasil

analisis hubungan antara pengetahuan mengenai pencemaran logam timbal

(Pb) pada kerang hijau dengan perilaku konsumsi kerang hijau yang

Page 128: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

113

tercemar logam timbal (Pb) pada masyarakat Kali Adem Muara Angke

Jakarta. Sebanyak 48 responden (64%) memiliki pengetahuan rendah dan

sering mengonsumsi kerang hijau tercemar logam timbal (Pb). Sementara

itu, sebanyak 27 responden (36%) yang memiliki pengetahuan tinggi dan

sering mengonsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal (Pb).

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p value = 0.033 (α

= 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan perilaku konsumsi kerang hijau tercemar

logam timbal (Pb) pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta.

Sedangkan berdasarkan hasil uji chi square diperoleh juga nilai PR yaitu

sebesar 2,032 yang artinya adalah masyarakat dengan pengetahuan rendah

berisiko 2,032 kali lebih tinggi untuk mengonsumsi kerang hijau yang

tercemar logam timbal (Pb) jika dibandingkan dengan masyarakat yang

berpengetahuan tinggi mengenai pencemaran logam yang terjadi pada

perairan maupun biota yang ada di Teluk Jakarta.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wandasari (2014) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

perilaku konsumsi di dalam keluarga dengan nilai (p < 0,05) dengan r

sebesar 0,849 yang berarti memiliki hubungan sangat kuat. Pengetahuan

seorang ibu rumah tangga merupakan salah satu faktor penting dalam

pembentukan preferensi makanan pada keluarga. Sedangkan menurut

Irawati dalam Diana (2002) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang berhubungan dengan pola serta tingkat konsumsi makanannya.

Page 129: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

114

Terdapat perbedaan tingkat konsumsi makanan antara masing–masing

individu dengan tingkat pengetahuan yang juga berbeda.

Tingginya rata-rata perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam

timbal (Pb) pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta, yaitu

sebesar 11.47 gr/hari sudah melebihi nilai rata-rata nasional konsumsi

kerang hijau yaitu sebesar 2 gr/hr. Hal ini dapat menimbulkan dampak

yang buruk terhadap kesehatan masyarakat di sekitar Kali Adem Muara

Angke Jakarta. Mayoritas masyarakat di Kali Adem Muara Angke Jakarta

tidak mengetahui bahwa kerang hijau yang mereka konsumsi sudah

menganung logam timbal (Pb) yang berasal dari pencemaran yang terjadi

di perairan/laut.

Logam timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan

dan makanan. Konsumsi timbal (Pb) dalam jumlah yang banyak secara

langsung dapat menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kerusakan

jaringan mukosal. Sedangkan pada bayi dan anak timbal dapat

menyebabkan kerusakan otak, penghambatan pertumbuhan anak

kerusakan ginjal, gangguan pendengaran, mual, sakit kepala, kehilangan

nafsu makan dan gangguan kecerdasan serta tingkah laku (SNI, 2009).

Selain itu dampak lain dari mengonsumsi kerang hijau yang sudah

tercemar logam timbal (Pb) adalah keracunan dengan gejala muntah-

muntah, sakit di daerah usus besar dan perut. Jika mengonsumsi kerang

hijau yang sudah tercemar logam timbal (Pb) dalam jangka waktu lama

dapat menyebabkan anemia, gangguan saraf, gangguan sistem peredaran

Page 130: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

115

darah, gangguan sistem reproduksi dan sistem endokrin (Widiowati dkk.,

2008).

Oleh karena itu kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

(BPOM) Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 menetapkan batas

maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan dan SNI

7387:2009 batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan kadal

logam timbal (Pb) yang di perbolehkan ada di dalam kerang hijau sebesar

1.5 mg/kg. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya dalam melindungi

konsumen atau masyarakat.

Selain itu untuk menghindari dampak kesehatan yang buruk akibat

dari paparan logam timbal (Pb), masyarakat sebaiknya tidak mengonsumsi

kerang hijau dalam frekuensi yang sering. Hal ini penting dilakukan untuk

mengurangi jumlah paparan logam timbal (Pb) yang masuk kedalam

tubuh.

2. Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau

Tercemar Logam Timbal (Pb)

Sikap merupakan suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu dan sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, baik-tidak baik,

dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi sikap merupakan faktor predisposisi

bagi seseorang untuk berperilaku. Pada penelitian ini sikap dibagi kedalam

Page 131: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

116

dua kategori yaitu sikap negatif atau tidak setuju dan sikap positif atau

setuju/menerima.

Berdasarkan hasil analisis univariat yang sudah dilakukan, diketahui

bahwa sebanyak 80 responden (53,3%) memiliki sikap negatif atau tidak

setuju terhadap pencemaran logam timbal (Pb) yang terjadi pada kerang

hijau dan terdapat 70 responden (46,7%) yang memiliki sikap positif atau

setuju terhadap pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau yang

berasal dari Kali Adem Muara Angke Jakarta.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square

didapatkan nilai p value = 0,513 (α = 0,05). Hal ini menunjukan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden terhadap

pencemaran yang terjadi pada kerang hijau dengan perilaku konsumsi

kerang hijau tercemar logam timbal pada masyarakat Kali Adem Muara

Angke Jakarta.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi

(2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap

dengan pola konsumsi dengan nilai koefisien korelasi r = 0,521 (Dewi,

2013). Hasil penelitian lainnya juga menunjukan bahwa terdapat hubungan

antara sikap dengan pola makan yang memiliki nilai p value = 0,001 (Suci,

2011).

Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak terdapatnya hubungan

yang bermakna antara sikap dan perilaku konsumsi kerang hijau tercemar

logam timbal (Pb). Hal ini diasumsikan oleh peneliti karena masih

Page 132: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

117

rendahnya pengetahuan responden sehingga berpengaruh terhadap sikap

yang dimiliki responden. Hal ini sejalan dengan teori Khomsan (2009),

yaitu sikap merupakan tahapan lebih lanjut dari pengetahuan. Seseorang

yang memiliki pengetahuan yang baik akan mengembangkan sikap kearah

yang baik. Setelah itu sikap akan mengarahkan perilaku seseorang secara

langsung. Dengan demikian sikap positif akan menumbuhkan perilaku

yang positif dan sebaliknya, sikap negatif akan menumbuhkan perilaku

yang negatif. Dalam penelitian ini sikap yang dimaksud adalah sikap yang

mengarah pada perilaku memilih makanan, dapat tergambarkan dari

kebiasaan dan frekuensi makan sehari-hari.

Bukti sikap merupakan tahap lebih lanjut dari pengetahuan dapat

dilihat dari pernyataan C3 – C4. Pernyataan tersebut mengenai “kualitas

air dan kerang hijau di Muara Angke dalam kondisi yang tercemar oleh

logam timbal (Pb)”. Sebanyak 52 % responden menyatakan tidak setuju

jika kualitas air di Muara Angke dalam kondisi tercemar logam timbal (Pb)

dan 60 % responden memiliki sikap tidak setuju jika kerang hijau yang

berasal dari Muara Angke Jakarta dalam kondisi tercemar oleh logam

Timbal (Pb).

Mayoritas responden memiliki sikap negatif, hal ini diasumsikan

karena responden tidak mengetahui bagaimana kualitas perairan dan

kerang hijau yang ada di lokasi tersebut atau karena responden ingin

menutupi keadaan sebenarnya, sikap ini tidak terlepas dari kebanyakan

responden berprofesi sebagai pekerja di tempat budidaya kerang hijau Kali

Adem Muara Angke Jakarta. Sehingga masih terdapat kemungkinan

Page 133: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

118

responden untuk berbohong demi menjaga image bahwa kerang hijau yang

mereka jual masih dalam kondisi yang baik.

Dalam penelitian ini, jika seseorang memiliki sikap yang positif

akibat dari kesadaran dan pengetahuan tinggi mengenai bahaya suatu zat

pencemar yang dapat masuk kesuatu makanan. Maka kemungkinan besar

akan menyebabkan orang tersebut berperilaku positif dengan cara

mengurangi atau menghentikan konsumsi makanan yang tercemar, agar

tidak menyebabkan gangguan kesehatan dikemudian hari.

Sedangkan saat ditanya mengenai pernyataan C9 mengenai “bahaya

kesehatan logam timbal (Pb) jika terkonsumsi kedalam tubuh manusia”

sebanyak 67 % responden menjawab setuju akan pernyataan tersebut. Hal

ini pada dasarnya sudah menunjukan hasil yang baik. Berarti masyarakat

sekitar Kali Adem Muara Angke Jakarta sudah mengetahui bahwa logam

timbal (Pb) berbahaya bagi kesehatan manusia. Akan tetapi masyarakat

belum mengetahui bahwa logam timbal (Pb) sudah berada atau sudah

mencemari kerang hijau yang ada di Perairan Muara Angke Jakarta.

Oleh karena itu perlu adanya promosi kesehatan atau penyuluhan

terkait kondisi perairan dan laut, yang perlahan-lahan terus mengalami

penurunan kualitas lingkungan. Promosi kesehatan ini dilakukan agar

masyarakat sekitar Kali Adem Muara Angke Jakarta mengetahui kondisi

perairan dan laut yang sudah tercemar yang dapat secara langsung atau

tidak langsung mempengaruhi kualitas biota yang hidup di dalamnya

termasuk kerang hijau.

Page 134: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

119

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat Kali

Adem Mura Angke Jakarta didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Terjadi pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau (Perna

viridis) hasil budidaya masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta

dengan persentase sebesar 90.9% atau sebanyak 10 dari 11 sampel

kerang hijau (Perna viridis) mengandung logam timbal (Pb).

Dengan nilai rata-rata sebesar 0,8 mg/kg, konsentrasi tersebut masih

dibawah nilai ambang batas yang sudah ditetapkan oleh BPOM yaitu

sebesar 1,5 mg/kg.

2. Perilaku konsumsi masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta

yang terpilih sebagai responden, memiliki nilai rata-rata konsumsi

kerang hijau (Perna viridis) sebesar 11.47 gr/hari, nilai median

sebesar 5.75 gr/hari dan nilai maksimal mencapai 69.9 gr/hari.

3. Pengetahuan masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta yang

terpilih sebagai responden mengenai pencemaran logam timbal (Pb)

pada kerang hijau (Perna viridis) mayoritas berada pada kategori

rendah yaitu sebesar 55.3% dan sisanya memiliki kategori tinggi.

4. Sikap masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta yang terpilih

sebagai responden mengenai pencemaran logam timbal (Pb) pada

kerang hijau (Perna viridis) Mayoritas berada pada kategori sikap

yang negatif yaitu sebesar 53.3%.

Page 135: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

120

5. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat

mengenai pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau (Perna

viridis) dengan perilaku konsumsi kerang hijau (Perna viridis)

tercemar logam timbal pada masyarakat Kali Adem Muara Angke

Jakarta tahun 2015.

6. Tidak terdapat hubungan antara sikap masyarakat mengenai

pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau (Perna viridis)

dengan perilaku konsumsi kerang hijau (Perna viridis) tercemar

logam timbal pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta

tahun 2015.

B. Saran

1. Saran Bagi Masyarakat

a. Dengan ditemukannya kadar logam timbal (Pb) pada kerang

hijau, diharapkan masyarakat dapat lebih berhati-hati dan mulai

mengurangi frekuensi dalam mengonsumsi kerang hijau.

Mengingat dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh

logam timbal (Pb) bagi masyarakat yang mengonsumsinya.

b. Mayarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait

dengan pencemaran logam timbal (Pb) pada kerang hijau (Perna

viridis) dan dampak kesehatan yang ditimbulkan, demi

meningkatkan kesadaran dan mencegah timbulnya dampak

kesehatan yang dapat merugikan dikemudian hari.

c. Masyarakat diharapkan dapat lebih selektif dalam pemilihan

kerang hijau untuk dikonsumsi, karena berdasarkan hasil

Page 136: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

121

penelitian ini didapatkan bahwa kerang hijau yang memiliki

ukuran lebih kecil atau umur hidupnya lebih muda mengandung

logam timbal (Pb) yang lebih sedikit atau rendah.

2. Saran Bagi Pemerintah

a. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan secara intensif dan

berkala kualitas air dan laju pencemaran yang terjadi pada

ekosistem perairan.

b. Pemeritah perlu meningkatkan pelaksanaan pengawasan terhadap

industri yang membuang limbah di perairan Teluk Jakarta, agar

limbah yang di buang oleh industri tersebut masih dibawah baku

mutu yang di izinkan.

c. Perlu adanya perbaikan ekosistem perairan guna mengurangi

pencemaran yang terjadi pada ekosistem perairan, salah satunya

dapat menggunakan metode bioremediasi.

3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melihat besarnya jumlah

keterpaparan logam timbal (Pb) pada individu atau masyarakat

(biomarker) yang mengonsumsi kerang hijau (Perna viridis) yang

tercemar logam timbal (Pb) tersebut dan dapat meneliti variabel

lain terkait dengan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

konsumsi yang berasal dari faktor reinforcing dan faktor enabling

seperti (pengaruh keluarga dan tokoh masyarakat, status

ekonomi, sarana dan prasarana atau akses untuk mendapatkan

kerang hijau)

Page 137: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

122

b. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melihat pencemaran

logam timbal (Pb) pada jenis kerang lain, seperti kerang bulu,

kerang hijau, kerang batik dan hasil laut lain dan juga

pengambilan sampel kerang hijau sebaiknya dilakukan selama

periode waktu tertentu dan dilakukan beberapa kali pengambilan,

agar mendapatkan gambaran kondisi kerang hijau yang lebih

representatif.

c. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melihat atau meneliti aspek

umur kerang hijau atau ukuran kerang hijau, terkait dengan

perbedaan konsentrasi atau kadar logam timbal (Pb) pada kerang

hijau yang memiliki ukuran yang berbeda.

Page 138: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

123

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. 2013. "Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan".

Jakarta. Rajawali Pers.

Agustine, D. 2008. "Akumulasi Hidrokarbon Aromatik Polisiklik (Pah)

Dalam Kerang Hijau (Perna Viridis L.) Di Perairan Kamal Muara

Teluk Jakarta". Institut Pertanian Bogor.

Alibas, S. 2002. "Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Dan Perilaku

Konsumsi Garam Beryodium Dengan Mutu Garam Di Tingkat Rumah

Tangga ". Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Apriadi, D. 2005. "Kandungan Logam Berat Hg, Pb Dan Cr Pada Air,

Sedimen Dan Kerang Hijau (Perna Viridis L.) Di Perairan Kamal

Muara, Teluk Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor.

Ariawan, I. "Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan". Jakarta.

Universitas Indonesia Press.

Asikin. 1982. "Kerang Hijau". Jakarta. Pt. Penebar Swadaya.

ATSDR. 2007. "Toxicological Profile For Lead In: Services". U. S. D. O. H.

A. H. (Ed.).

BPLHD. 2013. "Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Tahun 2013. In: Jakarta, B. D. (Ed.)". Jakarta. Bplhd Dki

Jakarta.

BPOM Ri. 2009. "Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia

Dalam Makanan". Jakarta.

BPS DKI. 2013. "Evaluasi Rukun Warga (RW) Kumuh Provinsi DKI Jakarta

2013"

Connell, D. W. & Miller, G. J. 2006. "Kimia Dan Ekotoksikologi

Pencemaran". Jakarta. Ui Press.

Page 139: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

124

Cordova, M. R.,Dkk. 2011. "Akumulasi Logam Berat Pada Kerang Hijau

(Perna Viridis) Di Perairan Teluk Jakarta". Journal Moluska Indonesia.

Issn 2087-8532, Volume 2(1): 1-8.

Dewi, S, R. 2013. "Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Sikap, Terhadap

Gizi Dan Pola Konsumsi Siswa Kelas Xii Program Keahlian Jasa Boga

Di Smk Negeri 6 Yogyakarta". Fakultas Teknik. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Elfindri, Dkk. 2011. "Metodologi Penelitian Kesehatan". Jakarta, Baduose

Media Jakarta.

EPA. 2007. "Method 3051a Microwave Assisted Acid Digestion Of

Sediments, Sludges, Soils, And Oils". Usa. Epa.

Foster. M. G. 1986. "Antropologi Kesehatan". Jakarta. Ui Press

Green, L. W. 2005. "Health Program Planning : An Educational And

Ecological Approac". Usa. Emily Barrosse.

Hastono, S. P. 2001. "Modul Analisis Data". Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Hutagaol, S. N. 2012. "Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada

Air, Sedimen Dan Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Perairan Muara

Kamal, Provinsi Dki Jakarta". Skripsi. Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Ipb.

Bogor

Khomsan. A. Dkk. 2009. "Pengetahuan, Sikap, Dan Praktek Gizi Ibu Peserta

Posyadu". Jurnal Gizi Pangan. Departemen Gizi Masyarakat. Ipb.

Bogor

Lameshow, S. Dkk. 1997. "Besar Sampel Dalam Peelitian Kesehatan".

Yogyakarta. Gajahmada University Press.

Mapandin, Wahida Y. 2006. "Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya

Dengan Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat

Di Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005 " Tesis.

Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 140: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

125

Mckenzie, J. F. Dkk. 2006. "Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar".

Jakarta. Egc.

Menteri Lingkungan Hidup. 2004. "Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 51/Menlh/2004 ". Penetapan Baku Mutu Air Laut Untuk Biota

Laut. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal, Dkk. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar

Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mukono, H. J. 2000. "Prinsip Dasar Kesehatan Lingkunga". Surabaya.

Airlangga University Press.

Mulyawan, I. 2005. "Korelasi Kandungan Logam Berat Hg, Pb, Cd Dan Cr

Pada Air Laut, Sedimen Dan Kerang Hijau (Perna Viridis) Diperairan

Muara Kamal, Teluk Jakarta " Thesis. Institut Pertanian Bogor.

Murti, B. 1997. "Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi". Jogyakarta. Gajah

Mada University Press.

Notoatmodjo, S. 2007. "Kesehatan Mayarakat Ilmu Dan Seni". Jakarta.

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. "Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi". Jakarta.

Rineka Cipta.

Nurjanah, Hartanti & Nitibaskara, R. R. 1999. "Analisa Kandungan Logam

Berat Hg, Cd, Pb, As Dan Cu Dalam Tubuh Kerang Konsumsi". Buletin

Thp No. 1, 4.

Prasetyo, A. D. 2009. "Penentuan Kandungan Logam (Hg, Pb Dan Cd)

Dengan Penambahan Bahan Pengawet Dan Waktu Perendaman Yang

Berdeda Pada Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Perairan Muara

Kamal, Teluk Jakarta". Biologi. Fakultas Sains Dan Teknologi. Uin

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Puspitasari, R. 2007. "Laju Polutan Dalam Ekosistem Laut". Oseana, Volume

Xxxii

Rumanta, M. 2005. "Kandungan Timbal (Pb) Pada Makrozoobentos

(Mollusca dan Crustacea) dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan

Konsumen Muara Angke Jakarta". Thesis. Pascasarjana IPB. Bogor.

Page 141: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

126

Riani, E. 2012. "Perubahan Iklim Dan Kehidupan Biota Akuatik (Dampak

Pada Bioakumulasi Bahan Berbahaya Dan Beracun & Reproduksi".

Bogor. Ipb Press.

Rochyatun, E. & Rozak, A. 2007. "Pemantauan Kadar Logam Berat Dalam

Sedimen Di Perairan Teluk Jakarta". Kelompok Penelitian Pencemaran

Laut, Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta 14430, Indonesia, Makara, Sains,

Vol. 11, No. 1, April 2007: 28-36.

Rokhani & Ishak. 2014. "Modernisasi Ekologi: Kasus Teluk Jakarta".

Makalah Seminar. IPB. Bogor.

Salakory, Natalasya M. 2012. "Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap

Tentang Mengkonsumsi Alkohol Dengan Tindakan Konsumsi Minuman

Beralkohol Pada Nelayan Di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan

Tuminting Kota Manado". Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sam Ratulangi. Manado

SNI.2009. "Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Pada Pangan". Jakarta:

Sni.

Soemirat, J. 2011."Kesehatan Lingkungan". Yogyakarta. Gajahmada

University Press.

Suci, Syifa Puji. 2011. "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola

Makan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta".

Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Uin. Jakarta

Sugiyono. 2009. "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D".

Bandung, Alfabeta.

Sumantri, A. 2010. "Kesehtan Lingkungan & Perspektif Islam".

Jakarta.Kencana.

Susenas. 2014. "Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia". In: Bps

(Ed.).

Susiyeti, F. 2010. "Analisis Resiko Kesehatan Pencemaran Logam Kadmium

Pada Ikan Di Kampung Nelayan Muara Angke Kelurahan Pluit

Page 142: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

127

Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara ". Tesis. Epidemiologi

Kesehatan Lingkungan. Universitas Indonesia.

Tarigan, U. O. 2012. "Hubungan Pengetahuan Dan Konsumsi Serat Pada

Siswa Dan Siswi Kelas Xi Sekolah Menengah Atas Yayasan Pendidikan

Harapan 3 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang". Skripsi.

Universitas Sumatera Utara.

UU No 18 2012. Pangan. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.

UU No. 23 1997. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.

Vakily, J. M. 1989. "The Biology And Culture Of Mussels Of The Genus

Perna". Manila, International Center For Living Aquatic Resources

Management.

Wandasari. N. 2014. "Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mie Instan Dan

Perilaku Konsumsi Mie Instan Pada Balita Di Rw 04 Perumahan Vila

Balaraja Kabupaten Tangerang ". Forum Ilmiah Vol 11 No 3. Jakarta

Waluyo, Agung. 2000. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawatan &

Profesional Kesehatan Lain E/2. Jakarta: Egc.

WHO. 2000. "Penyakit Bawaan Makanan : Fokus Pendidikan Kesehatan".

Jakarta.

2005. "Bahaya Bahan Kimia Pada Kesehatan Manusia Dan

Lingkungan". Jakarta. Egc.

1984. Guidelines For Drinking Water Quality, Volume 2, Health

Criteria And Other Supporting Information, World Health

Organization, Geneva, 1984

Widiowati, W. Dkk. 2008. "Efek Toksik Logam Pencegahan Dan

Penanggulangan Pencemaran". Yogyakarta. Andi

Widjaya. 2013. "Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Kader

Kesehatan Dengan Aktivitasnya Dalam Pengendalian Kasus

Tuberkulosis Di Kabupaten Buleleng". Journal Magister Kedokteran

Keluarga. Vol 1, No 1, (38 - 48).

Page 143: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

128

Wresti. M.C. 2011. "Kerang Hijau Tak Boleh Diternakan Di Teluk Jakarta".

Diakses Pada 3 Juli 2015. Pukul 11.15. Di Akses Dari

Http://Regional.Kompas.Com/Read/2011/10/25/14404642/Kerang.Hij

au.Tak.Boleh.Diternakkan. Di Teluk.Jakarta

Yassi, A.Dkk. 2001. "Basic Environmental Health". New York, Oxford

University Press.

Yuliastuti, R. 2012. "Analisis Karakteristik Siswa, Karakteristik Orang Tua

dan Perilaku Konsumsi Jajanan pada Siswa-Siswi SDN Rambutan 04

Pagi Jakarta Timur Tahun 2011". Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori Dan

Aplikasi. Jakarta: Pt Bumi Aksara.

Page 144: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

129

LAMPIRAN

Page 145: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

130

Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Assalamualaikum. Wr. Wb

Perkenalkan nama Saya Almen Fercudani mahasiswa peminatan kesehatan lingkungan

program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Konsumsi Kerang Hijau

(Perna viridis) yang Tercemar Logam Timbal (Pb) pada Masyarakat di Kaliadem Muara

Angke Jakarta Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi

saya.

Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimana akan

dilakukan pengisian kuesioner yang terkait dengan penelitian. Semua informasi yang Ibu berikan

terjamin kerahasiaannya. Jika Ibu bersedia, maka saya mohon untuk menandatangani lembar

persetujuan ini.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ……………………………………………………………

Umur : ___ tahun

Jenis kelamin : Laki – laki Perempuan

Pekerjaan : …………………………………………………………….

Alamat : …………………………………………………………….

…………………………………………………………….

No Hp : .........................................

Dengan ini saya menyatakan setuju untuk diikutsertakan sebagai responden dalam penelitian ini.

Peneliti

(...............................................)

Responden

(.............................................)

No:

Page 146: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

131

KUESIONER PENELITIAN

A. IDENTITAS RESPONDEN

A1. Nama :

A2. Umur :

A3. Pendidikan : 1. Tidak Sekolah

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. Perguruan Tinggi

A4. Pekerjaan :

B. PENGETAHUAN

BERILAH TANDA SILANG (X) YANG MENURUT BAPAK/IBU PALING

BENAR

B1. Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan pencemaran air ?

a. Air menjadi buruk akibat dari perbuatan manusia

b. Pencemaran adalah proses berubahnya air akibat perbuatan manusia

c. Masuk atau dimasukannya komponen/zat lain kedalam air sehingga air

menjadi rusak atau jelek dan tidak dapat dipakai lagi.

d. Pencemaran adalah kerusakan air secara alami

e. Tidak tahu.

B2. Menurut Ibu bagaimana air laut yang ada di sekitar budidaya kerang hijau Muara

Angke Jakarta?

a. Dalam kondisi yang sangat baik

b. Dalam Kondisi yang baik

c. Biasa saja

d. Dalam Kondisi yang buruk/tercemar

e. Tidak tahu

B3. Menurut Ibu apa yang dapat menyebabkan rusaknya/jeleknya/buruknya air

disekitar muara angke?

a. Cemaran yang berasal dari limbah pabrik sekitar muara angke

b. Cemaran yang berasal dari transportasi kapal

c. Cemaran yang berasal dari sampah

d. A,B dan C benar

e. Tidak tahu

B4. Menurut Ibu, apa pengaruh air laut yang ada di sekitar tempat budidaya ke kerang

hijau?

a. Dapat meningkatkan ukuran daging kerang hijau

b. Dapat merubah tekstur dan rasa kerang hijau

c. Dapat meningkatkan kadar logam pada daging kerang hijau

d. Dapat menyebabkan kematian pada kerang hijau

e. Tidak tahu

Page 147: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

132

B5. Menurut Ibu bagaimana kondisi kerang hijau yang berasal dari budidaya Muara

Angke Jakarta?

a. Dalam kondisi yang baik

b. Biasa saja

c. Dalam kondisi yang buruk/tercemar

d. Segar dan enak

e. Tidak tahu

B6. Apakah ibu pernah mendengar tentang zat kimia, logam timbal/timah hitam atau

Pb ?

a. Pernah (jika menjawab 1-4) 1. Sangat Sering

b. Tidak pernah (jika menjawab 5) 2. Sering

(jika menjawab b lanjut ke pertanyaan no. 12) 3. Jarang

4. Sangat Jarang

5. Tidak

B7. Menurut Ibu, apa yang ibu ketahui tentang zat kimia logam timbal / timah / (Pb) ?

1. Salah satu logam berat yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan

lingkungan

2. Hasil limbah industri yang dapat menyebabkan pencemaran air

3. Salah satu unsur kimia yang baik dan berkhasiat untuk tubuh

4. Salah satu zat yang dapat memperbesar ukuran kerang

a. Tahu (jika menjawab 1 atau 2)

b. Tidak tahu (jika menjawab 3 atau 4)

B8. Menurut Ibu, dari mana saja timah / timbal (Pb) bisa berasal?

a. Sisa makanan, sampah organic, dan bangkai hewan laut yang mati.

b. Limbah Industri, Transportasi, Domestik dan Pertanian.

c. Kotoran manusia

d. bangkai hewan laut yang mati

e. Tidak tahu

B9. Menurut Ibu, timah / timbal (Pb) bisa masuk kedalam tubuh manusia melalui?

a. Melalui penularan oleh hewan/binatang

b. Melalui pernafasan, pencernaan/termakan, dan permukaan kulit

c. Melalui air laut

d. Jawaban a, b dan c benar

e. Tidak tahu

B10. Apakah zat kimia timah/timbal (Pb) berbahaya bagi kesehatan ?

a. Sangat berbahaya c. Tidak tahu

b. Berbahaya d. Tidak (Jika jawaban Anda “tidak” lanjut ke nomor 12)

c. Biasa saja

Page 148: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

133

B11 Apa saja efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh timbal (Pb) ?

a. Dapat menyebabkan gangguan saraf, gangguan sistim peredaran darah dan

sel darah dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan

b. Dapat menyebabkan patah tulang, sakit gigi

c. Dapat menyebabkan sering buang air besar

d. Dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit

e. Tidak tahu

B.12 Menurut Ibu, hewan apa yang bisa menyerap logam dengan baik?

a. Ikan-ikanan d. Cumi dan udang

b. Kura-kura, penyu dan lain-lain e. Tidak tahu

c. Kerang-kerangan

C. SIKAP

Apakah Ibu setuju dengan pernyataan – pernyataan berikut?

No Pernyataan SS S RR KS TS

C1. Kerang hijau merupakan jenis kerang yang paling saya

sukai jika di bandingkan dengan jenis kerang lain

C2 Menurut saya air laut yang ada di sekitar tempat budi daya

kerang tidak berpengaruh ke kerang hijau yang ada di sana

C3 Menurut saya air laut yang ada di sekitar tempat budi daya

kerang masih baik dan belum tercemar

C4 Kerang hijau yang ada di muara angke memiliki daging

yang besar dan belum tercemar

C5 Kerang hijau merupakan hewan yang baik dalam menyerap

zat kimia yang ada di air

C6 Salah satu yang menyebabkan tercemarnya kondisi air di

sekitar budidaya muara angke adalah zat kimia atau timbal

C7 Hasil laut yang berasal dari teluk Jakarta ada kemungkinan

sudah tercemar zat kimia atau logam timbal (Pb)

C8 Jika air nya tercemar maka kerang hijau yang hidup di air

tersebut juga ikut tercemar

C9 zat kimia atau logam timbal (Pb) Tidak berbahaya bagi

kesehatan

C10 Kalau banyak memakan kerang hijau yang tercemar logam

timbal (Pb) baik untuk kesehatan

Ket: 1. SS = Sangat Setuju, 2. S = Setuju 3. RR = Ragu-ragu

4. KS = Kurang Setuju 5. Tidak Setuju

Page 149: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

134

D. PERILAKU

D1. Apakah ibu dan semua anggota keluarga menyukai kerang hijau?

a. Iya

b. Tidak

D2. Frekuensi konsumsi kerang hijau

Hari Minggu Bulan Sekali

Makan

(Mangkok)

Sekali

Makan

(Sendok)

Konsumsi Kerang

Hijau

D3. Berasal dari mana kerang yang ibu konsumsi ? sebutkan kelompok . . . .

Page 150: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

135

Hasil SPSS Uji Validitas Variabel PengetahuanItem-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

B1Menurut Ibu apa yang

dimaksud dengan pencemaran ? 34.38 14.839 .459 .251

B2Menurut Ibu bagaimana air di

sekitar budidaya Muara Angke ? 34.00 15.714 .448 .167

B3 Menurut Ibu apa yang dapat

menyebabkan menurunnya

kualitas air disekitar 33.50 17.429 .448 .320

B4 Menurut Ibu, apa pengaruh air

disekitar tempat budidaya ke

kerang hijau ? 33.50 12.286 .485 .125

B5 Menurut Ibu bagaimana

kondisi kerang hijau di sekitar

budidaya Muara Angk 34.25 16.500 .456 .267

B6 Menurut Ibu apakah

diperbolehkan mengonsumsi

kerang yang tercemar ? 33.88 18.696 .259 .327

B7 Menurut Ibu, bagaimana cara

kerang hijau mencari makan ? 33.50 15.714 .273 .217

B8 Apakah ibu pernah mendengar

tentang logam timbal/timah

hitam/Pb ?

34.00 12.571 .467 .062a

B9 Menurut Ibu, apa Timbal (Pb)

itu ? 34.00 8.857 .442 .297a

B10 Menurut Ibu, dari mana saja

timbal (Pb) bisa berasal ? 34.38 11.411 .553 .156a

B11 Menurut Ibu, timbal (Pb) bisa

masuk kedalam tubuh manusia

melalui ?

34.38 11.411 .553 .156a

B12 Apakah timbal (Pb)

berbahaya bagi kesehatan ? 34.62 13.411 .439 .112

B13 Apa saja efek kesehatan yang

dapat ditimbulkan oleh timbal (Pb)

? 34.50 7.429 .557 .542a

B14 Menurut Ibu, hewan apa yang

bisa menyerap logam dengan baik

?

33.25 11.929 .148 .019a

Page 151: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

136

Uji Validitas Variabel Sikap

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

C1 Kerang hijau merupak jenis

kerang yang paling saya sukai

karena sehat

27.95 39.945 .464 .692

C2 Air di sekitar tempat budi daya

kerang tidak berpengaruh ke

kerang h

28.25 42.197 .471 .738

C3 Air yang ada di sekitar tempat

budi daya kerang masih baik dan

belum

28.30 38.537 .575 .704

C4 Kerang hijau yang ada di

muara angke memiliki daging

yang besar dan e

29.10 42.621 .445 .724

C5 Kerang hijau merupakan

hewan yang baik dalam

menyerap logam timbal (P

29.00 37.895 .506 .682

C6 Salah satu yang

menyebabkan tercemarnya

kondisi air di sekitar budida

28.65 39.187 .649 .682

C7 Hasil laut yang berasal dari

teluk Jakarta ada kemungkinan

sudah terc

29.20 42.695 .475 .734

C8 Jika air nya tercemar maka

kerang hijau yang hidup di air

tersebut ju

28.80 38.274 .461 .707

C9 Logam timbal (Pb) Tidak

berbahaya bagi kesehatan 28.30 35.589 .632 .659

C10 Kalau banyak memakan

kerang hijau yang tercemar

logam timbal (Pb) ba

28.20 37.537 .474 .686

Page 152: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

137

Uji Realibilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.538 24

Output Univariat

kat_umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Remaja 23 15.3 15.3 15.3

Dewasa 105 70.0 70.0 85.3

Lansia 22 14.7 14.7 100.0

Total 150 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tdk Sekolah 14 9.3 9.3 9.3

SD 99 66.0 66.0 75.3

SMP 27 18.0 18.0 93.3

SMA 10 6.7 6.7 100.0

Total 150 100.0 100.0

Page 153: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

138

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruh 1 .7 .7 .7

buruh kerang 2 1.3 1.3 2.0

BURUH KERANG 2 1.3 1.3 3.3

DAGANG 1 .7 .7 4.0

Irt 43 28.7 28.7 32.7

IRT 34 22.7 22.7 55.3

Karyawan 2 1.3 1.3 56.7

KULI 1 .7 .7 57.3

Pedagang 9 6.0 6.0 63.3

PEDAGANG KERANG 1 .7 .7 64.0

pekerja kerang 5 3.3 3.3 67.3

PEMILIK KERANG 2 1.3 1.3 68.7

PENGIPAS KERANG 1 .7 .7 69.3

Pengupas 4 2.7 2.7 72.0

PENGUPAS 1 .7 .7 72.7

pengupas erang 1 .7 .7 73.3

pengupas kerang 20 13.3 13.3 86.7

PENGUPAS KERANG 19 12.7 12.7 99.3

Petani 1 .7 .7 100.0

Total 150 100.0 100.0

Page 154: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

139

Variabel Pengetahuan

Variabel Sikap

tingkat_pengetahuan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 83 55.3 55.3 55.3

tinggi 67 44.7 44.7 100.0

Total 150 100.0 100.0

Statistics

total_pengetahuan

N Valid 150

Missing 0

Mean 3.7267

Median 3.0000

Minimum .00

Maximum 11.00

Statistics

Total_Sikap

N Valid 130

Missing 20

Mean 31.46

Median 32.00

Minimum 18

Maximum 46

new_kat_sikap

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid positif 70 46.7 46.7 46.7

negatif 80 53.3 53.3 100.0

Total 150 100.0 100.0

Page 155: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

140

Variabel Konsumsi Kerang Hijau

Statistics

Konsumsi_kerang

N Valid 150

Missing 0

Mean 11.4766

Median 5.7500

Minimum .00

Maximum 69.30

kat_konsumsi_kerang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tinggi 75 50.0 50.0 50.0

rendah 75 50.0 50.0 100.0

Total 150 100.0 100.0

Sumber kerang hijau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 8 5.3 5.3 5.3

10 8 5.3 5.3 10.7

11 3 2.0 2.0 12.7

2 10 6.7 6.7 19.3

3 15 10.0 10.0 29.3

4 8 5.3 5.3 34.7

5 12 8.0 8.0 42.7

6 33 22.0 22.0 64.7

7 33 22.0 22.0 86.7

8 12 8.0 8.0 94.7

9 3 2.0 2.0 96.7

Tidak Makan 5 3.3 3.3 98.7

Total 150 100.0 100.0 100.0

Page 156: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

141

Output Bivariat

New_tingkat_pengetahuan * kat_konsumsi_kerang Crosstabulation

kat_konsumsi_kerang

Total sering tidak sering

New_tingkat_pengetahuan rendah Count 48 35 83

% within

kat_konsumsi_kerang 64.0% 46.7% 55.3%

tinggi Count 27 40 67

% within

kat_konsumsi_kerang 36.0% 53.3% 44.7%

Total Count 75 75 150

% within

kat_konsumsi_kerang 100.0% 100.0% 100.0%

Page 157: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

142

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for New_tingkat_pengetahuan

(rendah / tinggi) 2.032 1.056 3.909

For cohort kat_konsumsi_kerang = sering 1.435 1.017 2.025

For cohort kat_konsumsi_kerang = tidak

sering .706 .513 .972

N of Valid Cases 150

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .429a 1 .513

Continuity Correctionb .241 1 .623

Likelihood Ratio .429 1 .513

Fisher's Exact Test .624 .312

Linear-by-Linear Association .426 1 .514

N of Valid Casesb 150

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.559a 1 .033

Continuity Correctionb 3.884 1 .049

Likelihood Ratio 4.583 1 .032

Fisher's Exact Test .048 .024

Linear-by-Linear Association 4.528 1 .033

N of Valid Casesb 150

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 158: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

143

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .429a 1 .513

Continuity Correctionb .241 1 .623

Likelihood Ratio .429 1 .513

Fisher's Exact Test .624 .312

Linear-by-Linear Association .426 1 .514

N of Valid Casesb 150

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,00.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kategori_sikap_Fix

(negatif / positif) .807 .424 1.534

For cohort kat_konsumsi_kerang =

sering .899 .653 1.237

For cohort kat_konsumsi_kerang =

tidak sering 1.114 .805 1.540

N of Valid Cases 150

Kategori_sikap_Fix * kat_konsumsi_kerang Crosstabulation

kat_konsumsi_kerang

Total sering tidak sering

Kategori_sikap_Fix negatif Count 38 42 80

% within

kat_konsumsi_kerang 50.7% 56.0% 53.3%

positif Count 37 33 70

% within

kat_konsumsi_kerang 49.3% 44.0% 46.7%

Total Count 75 75 150

% within

kat_konsumsi_kerang 100.0% 100.0% 100.0%

Page 159: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

144

Lampiran Foto-Foto

Page 160: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · saraf, sedangkan dengan konsentrasi timbal (Pb)

145