Dl Cpohb Edit
-
Upload
adi-darmawan -
Category
Documents
-
view
182 -
download
19
description
Transcript of Dl Cpohb Edit
LAPORAN PERJALANAN DINAS
PELATIHAN CARA PEMBUATAN OBAT HEWAN YANG BAIK
(CPOHB)
Oleh:
Ezra Yuni Tyastutiningsih, S.Farm., Apt.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN
SERANG
2014
1. Dasar Pelaksanaan Tugas
a) Kegiatan : Pelatihan Cara Pembuatan Obat Hewan yang baik (CPOHB)
b) SPT : 731/LP2IL/KP.440/IV/2014
2. Waktu Pelaksanaan Tugas
a) Waktu : Tanggal 21-25 April 2014/ 5 hari
b) Tempat : Wisma Puspiptek – Serpong Tangerang
3. Metode yang digunakan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Seminar beserta
Praktek Kerja lapangan (PKL) di Industri Obat Hewan.
4. Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk melatih Dokter Hewan/Apoteker yang sudah
pernah dan sedang menangani bidang obat hewan di lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian beserta
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan
supaya memiliki kompetensi dan keahlian dalam ilmu pengetahuan tentang
Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB), peredaran serta
penggunaan obat Hewan dalam rangka mengoptimalkan Pengawasan Obat
Hewan di lapangan.
5. Hasil Kegiatan
A. Hasil Seminar Pelatihan Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik
(CPOHB)
Penyampaian Materi CPOHB di lakukan Oleh :
No Pembicara Instansi Materi
1 Drs. Soeryadi H BBPMSOH Pedoman CPOHB
2 drh. Sumadi, M.Si BBPMSOH Bangunan dan Fasilitas,
Peralatan
3 M.Zahid, S.Si, Apt BBPMSOH Personalia,
Dokumentasi
4 Bayu Wibisono, S.Si, Apt BPOM Update Informasi GMP
Internasional
5 Dr. Harmita, Apt Dosen UI Kualifikasi, Validasi,
Pengawasan Mutu, Uji
Stabilitas
6 drh. Maryono PT. Caprifarmindo
Laboratories
Material Manajemen,
Produksi, Manajemen
Mutu
7 Fransiskus Wijakongko PT. Medion Sistem tata udara,
Sistem Pengolahan Air
Dalam menjalankan fungsi Pengawasan Obat Hewan Kementerian Pertanian
bekerjasama dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) menerbitkan
Buku Pedoman Pengawasan sebagai berikut:
No Buku Dasar Hukum Diterbitkan Oleh
1 Pedoman Cara Pembuatan
Obat Hewan yang Baik
(68 Halaman)
Keputusan Menteri
No. 466/TN.26/V/99
Direktorat Jenderal
Peternakan
berkerjasama
dengan Asosiasi
Obat Hewan
Indonesia (ASOHI)
2 Petunjuk Operasional
Penerapan Cara Pembuatan
Obat Hewan yang Baik
(405 Halaman)
- Direktorat Jenderal
Peternakan
berkerjasama
dengan Asosiasi
Obat Hewan
Indonesia (ASOHI)
3 Formulir Daftar Isian
Penilaian dan Inspeksi
Penerapan Cara Pembuatan
Obat Hewan yang Baik
(309 Lembar)
Keputusan Dirjen Bina
Produksi Peternakan
No.
20/SR.140/KPTS/F/09/03
Direktorat Jenderal
Bina Produksi
Peternakan
bekerjasama dengan
Asosiasi Obat
Hewan Indonesia
(ASOHI)
Adapun Aspek CPOHB meliputi 11 (sebelas) komponen, yaitu:
1. Bahan Awal
2. Lokasi & Bangunan
3. Pengaturan ruang
4. Peralatan
5. Personalia
6. Sanitasi & Hygiena
7. Produksi
8. Pengawasan Mutu
9. Inspeksi internal
10.Penanganan keluhan
11.Dokumentasi
Untuk mempermudah pemahaman tentang CPOHB maka materi
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I. Manajemen Mutu
Prinsip :
Industri obat hewan harus membuat obat hewan sedemikian rupa agar
sesuai dengan tujuan penggunaannya,memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko
yang membahayakan bagi hewan, manusia dan lingkungan, karena tidak
aman, tidak bermutu atau tidak berkhasiat.
Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui
suatu “Kebijakan Mutu”, yang harus dilaksanakan oleh semua jajarannya.
Kebijakan mutu didesain secara menyeluruh dan harus diterapkan
secara benar.
Manajemen mutu mencakup masalah :
1. Pemastian mutu merupakan seluruh pengaturan yang dibuat untuk
memastikan bahwa obat hewan yang dihasilkan bermutu sesuai dengan
tujuan pemakaiannya.
2. CPOHB adalah bagian dari Pemastian Mutu, mencakup Produksi dan
Pengawasan Mutu
3. Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOHB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan
4. Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap
semua obat hewan terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,
bahan pengemas, dan obat hewan jadi, untuk melihat trens dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses
Bab II. Personalia
Personalia mencakup masalah :
1. Organisasi pabrik obat hewan terkait dengan CPOHB terdiri dari Kepala
Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Dalam keadaan tertentu, organisasi
pabrik obat hewan dimungkinkan terdiri dari Kepala Bagian Produksi dan
Kepala Bagian Pengawasan Mutu merangkap Kepala Bagian Manajemen
Mutu
2. Organisasi, kualifikasi dan tujuan, Struktur organisasi industri obat hewan
harus sedemikian rupa sehingga bagian produksi, manajemen mutu
(pemastian mutu) dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta
tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
3. Kepala bagian Produksi, Kepala bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) harus seorang apoteker atau dokter
hewan terdaftar yang terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai,
memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara professional.
4. Pelatihan, Pabrik obat hewan harus memberikan pelatihan bagi seluruh
personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium pengawasan mutu (termasuk personil teknik,
perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya
dapat berdampak pada mutu produk.
Bab III. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas mencakup masalah :
1. Area penimbangan, penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata
produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan
terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi
bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
2. Area produksi, terkait dengan tata letak ruang produksi, Luas area kerja dan
area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses,
Permukaan lantai, langit-langit dan dinding bagian dalam ruangan yang
terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk
ruahan, Konstruksi lantai di area pengolahan, Pipa, titik lampu, ventilasi dan
instalasi sarana penunjang lain, ventilasi yang efektif,
3. Klasifikasi kebersihan ruang pembuatan, Tingkat kebersihan ruang/area untuk
pembuatan obat hewan hendaklah diklasifikasikan sesuai dengan jumlah
maksimum partikel udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan
4. Area penyimpanan, kapasitasnya memadai, didisain atau disesuaikan untuk
menjamin kondisi penyimpanan yang baik; area tersebut harus bersih, kering
dan mendapat penerangan yang cukup , harus bersih, kering dan mendapat
penerangan yang cukup dan suhu ruangan serta kelembaban nya sesuai
kebutuhan
5. Area pengawasan mutu, Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah
dari area produksi
6. Sarana pendukung, Ruang istirahat dan kantin harus dipisahkan dari area
produksi dan laboratorium pengawasan mutu.
Bab IV. Peralatan
Peralatan mencakup masalah :
1. Disain dan konstruksi, peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan dan konstruksinya sesuai kebutuhan
2. Pemasangan dan penempatan, peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian
rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar
bahan di area yang sama dan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk
menghindari risiko kekeliruan atau pencemaran.
3. Perawatan, peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah
malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas mutu atau
kemurnian produk.
Bab V. Sanitasi dan Higiene
Sanitasi dan higiene mencakup masalah :
1. Higiene perorangan, tiap personil yang masuk ke area produksi hendaklah
mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakannya, termasuk semua yang memasuki area produksi, baik
karyawan purna waktu, paruh waktu atau bukan karyawan (karyawan
kontraktor, tamu, anggota manajemen dan inspektur/pengawas) yang berada
di area pabrik.
2. Sanitasi bangunan dan fasilitas, antara lain bangunan yang digunakan untuk
produksi obat hewan hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik.
3. Pembersihan dan sanitasi peralatan, antara lain setelah peralatan digunakan,
hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan
prosedur tetap, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Setiap
kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa
semua produk atau bahan dari batch sebelumnya telah dihilangkan.
4. Validasi prosedur pembersihan dan sanitasi, prosedur pembersihan, sanitasi
dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk
memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan.
Bab VI. Produksi
Produksi mencakup masalah :
1. Bahan awal, pengadaan bahan awal hendaklah dari pemasok yang telah
disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.
2. Validasi proses, Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOHB
dan dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
3. Pencegahan pencemaran silang, pencemaran bahan awal atau produk oleh
bahan atau produk lain harus dihindarkan.
4. Sistem penomoran batch/lot, tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci
penomoran batch/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap batch/lot
produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi
5. Penimbangan dan penyerahan, terkait dengan penimbangan atau perhitungan
dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
6. Pengembalian, terkait dengan ketentuan semua bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan ke gudang
penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi.
7. Pengolahan, semua bahan, peralatan yang dipakai di dalam pengolahan
hendaklah diperiksa sebelum dipakai. Wadah dan tutup yang dipakai untuk
bahan yang akan diolah, produk antara dan produk ruahan hendaklah bersih
dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan jenisnya untuk melindungi produk
atau bahan terhadap pencemaran atau kerusakan
8. Bahan dan produk kering, Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan
pencemaran silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk
kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan
serta penggunaan sarana dan peralatan.
9. Pencampuran dan granulasi, terkait dengan mesin pencampur, pengayak dan
pengaduk hendaklah dilengkapi dengan sistem pengendali debu, kecuali
digunakan sistem tertutup.
10.Pencetak tablet/bolus/mineral blok, Mesin pencetak tablet hendaklah
dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang efektif dan ditempatkan
sedemikian rupa untuk menghindari campur baur antar produk. Tiap mesin
hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin tersebut
digunakan untuk produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara
yang tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah.
11.Penyalutan, relatif tidak ada obat hewan yang terkait dengan hal ini
12.Pengisian kapsul keras, relatif tidak ada obat hewan yang terkait dengan hal
ini.
13.Penandaan tablet salut dan kapsul, relatif tidak ada obat hewan yang terkait
dengan hal ini
14.Cairan, krim dan salep (non steril), hendaklah diproduksi sedemikan rupa agar
terlindung dari pencemaran mikroba dan pencemaran lain.
15.Bahan pengemas, pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan
pengemas primer dan bahan pengemas cetak lain hendaklah diberi perhatian
yang sama seperti terhadap bahan awal.
16.Kegiatan pengemasan, berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah
pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas.
17.Pra kodifikasi bahan pengemas, label, karton dan bahan pengemas dan
bahan cetak yang memerlukan pra-kodifikasi dengan nomor batch/lot, tanggal
daluwarsa dan informasi lain sesuai dengan perintah pengemasan hendaklah
diawasi dengan ketat pada tiap tahap proses, sejak diterima dari gudang
sampai menjadi bagian dari produk atau dimusnahkan.
18.Kesiapan jalur, Segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan
cetak lain pada jalur pengemasan, personil penanggung jawab yang ditunjuk
dari bagian pengemasan hendaklah melakukan pemeriksaan kesiapan jalur
sesuai dengan prosedur tertulis yang disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu), untuk memastikan bahwa semua bahan dan produk
yang sudah dikemas dari kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar
disingkirkan dari jalur pengemasan dan area sekitarnya, memeriksa
kebersihan jalur dan area sekitarnya; dan memastikan kebersihan peralatan
yang akan dipakai.
19.Praktik pengemasan, terkait dengan risiko kesalahan terjadi dalam
pengemasan dapat diperkecil
20.Penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir diperiksa
dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut
sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.
21.Pengawasan selama proses (PIC), untuk memastikan keseragaman bets dan
keutuhan obat hewan, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan
sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses
dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang
telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan
hasilnya dicatat.
22.Bahan dan produkyang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan, Bahan dan
produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan
terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut
hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah
ulang atau dimusnahkan.
23.Karantina dan penyerahan produk jadi, merupakan tahap akhir pengendalian
sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan.
24.Catatan pengendalian pengiriman obat hewan, terkait dengan sistem distribusi
hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan produk yang pertama
masuk didistribusikan lebih dahulu.
25.Penyimpanan bahan awal,bahan pengemas, produk antara,produk ruahan
dan produk jadi, semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi
dan teratur untuk mencegah risiko campur baur atau pencemaran serta
mempermudah pemeriksaan dan pemeliharaan.
26.Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, Pemisahan secara fisik atau
cara lain yang tervalidasi (misalnya cara elektronis) hendaklah disediakan
untuk penyimpanan bahan atau produk yang ditolak, daluwarsa, ditarik dari
peredaran atau obat hewanatau bahan kembalian. Bahan atau produk, dan
area penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang tepat.
27.Penyimpanan produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi hendaklah dikarantina selama menunggu hasil
uji mutu dan penentuan status.
28.Pengiriman dan pengangkutan, Produk antara, produk ruahan dan produk jadi
hendaklah dikarantina selama menunggu hasil uji mutu dan penentuan status.
Bab VII. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu mencakup masalah :
1. Cara berlaboratorium yang baik (GLP), terkait dengan bangunan dan fasilitas,
personil, peralatan, pereaksi, media perbenihan,baku pembanding, hewan
percobaan, spesifikasidan prosedur pengujian dan catatan analisis
2. Pengawasan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, Tiap
spesifikasi hendaklah disetujui dan disimpan oleh bagian Pengawasan Mutu
kecuali untuk produk jadi yang harus disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Spesifikasi bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi mengacu sesuai ketentuan.
Revisi berkala dari tiap spesifikasi perlu dilakukan agar memenuhi Farmakope
Obat Hewan Indonesia edisi terakhir atau kompendial resmi lain.
3. Dokumentasi, hendaklah tersedia di bagian Pengawasan Mutu tentang
spesifikasi, prosedur pengambilan sampel, prosedur dan catatan pengujian
(termasuk lembar kerja analisis dan/atau buku catatan laboratorium), laporan
dan/atau sertifikat analisis, data pemantauan lingkungan, bila diperlukan,
catatan validasi metode, bila diperlukan dan prosedur dan catatan kalibrasi
instrumen serta perawatan peralatan
4. Kegiatan pengambilan sampel, dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
kontaminasi dan efek lain yang berpengaruh tidak baik terhadap mutu
5. Persyaratan pengujian, terhadap bahan awal, bahan pengemas, produk
antara dan produk ruahan dan produk jadi.
6. Pengendalian lingkungan, terhadap air untuk proses, lingkungan produksi,
lingkungan sekitar area produksi untuk mendeteksi produk lain yang dapat
mencemari produk yang sedang di proses; dan pendendalian cemaran udara.
7. Pengawasan selama proses (PIC), termasuk yang dilakukan di area produksi
oleh personil produksi, hendaklah dilakukan menurut metode yang disetujui
oleh bagian Pengawasan Mutu dan hasilnya dicatat
8. Pengujian ulang bahan yang diluluskan, Hendaklah ditetapkan batas waktu
penyimpanan yang sesuai untuk tiap bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi.
9. Pengolahan ulang, kegiatan pengujian tambahan terhadap produk jadi hasi
pengolahan ulang hendaklah dilakukan sesuai ketentuan.
10. Uji stabilitas lanjut hendaklah dilakukan terhadap produk hasil
pengolahan ulang sesuai keperluan.
11. Evaluasi pengawasan mutu terhadap prosedur produksi, perlu peran
serta Bagian Pengawasan Mutu dalam pengembangan Prosedur Pengolahan
Induk dan Prosedur Pengemasan Induk untuk tiap ukuran batch suatu obat
hewan untuk menjamin keseragaman dari bets ke batch yang dibuat.
Bagian Pengawasan Mutu hendaklah juga berperan serta dalam
pengembangan prosedur pembersihan dan sanitasi peralatan
12. Studi stabilitas, Hendaklah dirancang program uji stabilitas untuk
menilai karakteristik stabilitas obat hewan dan untuk menentukan kondisi
penyimpanan yang sesuai dan tanggal daluwarsa.
13. Pengambilan sampel, terkait dengan cara pengambilan sampel yang
benar adalah bagian yang penting dari sistem Pemastian Mutu
14. Bahan awal, terkait dengan pengambilan sampel boleh dilakukan dari
sebagian wadah bila telah dibuat prosedur tervalidasi untuk memastikan
bahwa tidak satu pun wadah bahan awal yang salah label identitasnya.
15. Bahan pengemas, terkait dengan pola pengambilan sampel bahan
pengemas hendaklah setidaknya memperhatikan hal berikut: jumlah yang
diterima, mutu yang dipersyaratkan, sifat bahan (misalnya bahan pengemas
primer, dan/atau bahan pengemas cetak), metode produksi dan pengetahuan
tentang pelaksanaan sistem Pemastian Mutu di pabrik pembuat bahan
pengemas berdasarkan audit. Jumlah sampel yang diambil hendaklah
ditentukan secara statistik dan disebutkan dalam pola pengambilan sampel.
Bab VIII. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Inspeksi diri dan audit mutu mencakup masalah :
1. Aspek untuk inspeksi diri, Hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi diri yang
menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam.
2. Tim inspeksi diri, Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang
paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) anggota yang berpengalaman dalam
bidangnya masing-masing dan memahami CPOHB. Anggota tim dapat
dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah
independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi.
3. Cakupan dan frekuensi inspeksi, Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian
sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun inspeksi diri yang menyeluruh
hendaklah dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi
diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.
4. Laporan inspeksi diri, Laporan hendaklah dibuat setelah inspeksi diri selesai
dilaksanakan. Laporan hendaklah mencakup Hasil inspeksi diri; Evaluasi
serta kesimpulan; dan Saran tindakan perbaikan.
5. Tindak lanjut, Manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi laporan
inspeksi diri dan tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut
yang efektif.
6. Audit mutu, Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi
diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari
sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu.
Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen
atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
7. Audit dan persetujuan pemasok, Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk
memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal
dan bahan pengemas dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
BAB 9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk dan Produk Kembalian.
Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan
produk kembalian mencakup masalah :
1. Keluhan, Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk
menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan
bersama staf yang memadai untuk membantunya.
2. Penarikan kembali produk, Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk
dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua
aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut
hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika
personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia
hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali.
3. Produk kembalian, industri obat hewan hendaklah menyiapkan prosedur
untuk penahanan, penyeledikan dan pengujian produk kembalian serta
pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau
harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis.
4. Dokumentasi, Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah
didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan,
dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi
tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan personil
yang menyaksikan pemusnahan.
Bab X. Dokumentasi
Dokumentasi yang memuat :
1. Dokumen spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, produk produk antara
dan produk ruahan dan produk jadi yang disahkan dengan benar dan diberi
tanggal. Selain itu juga diperlukan dokumentasi produksi induk, dokumen
Prosedur pengolahan induk dan Prosedur pengemasan induk
2. Dokumen Catatan pengolahan batch dan Catatan pengemasan batch
3. Dokumen Prosedur dan catatan, terdiri dari Dokumen Penerimaan yang
memuat prosedur tertulis dan catatan penerimaan untuk tiap pengiriman tiap
bahan awal, bahan pengemas primer, dan bahan pengemas cetak
4. Dokumen Pengambilan sampel tercantum prosedur tertulis untuk
pengambilan sampel yang mencakup personil yang diberi wewenang
mengambil sampel, metode dan alat yang harus digunakan, jumlah yang
harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang harus diperhatikan
untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala penurunan
mutu
5. Dokumen Pengujian , tercantum prosedur tertulis untuk pengujian bahan
dan produk yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan
metode dan alat yang harus digunakan. Pengujian yang dilaksanakan
hendaklah dicatat
6. Dokumen Lain-lain, antara lain tercantum dokumen prosedur pelulusan dan
penolakan tertulis untuk bahan dan produk dan – terutama – pelulusan untuk
penjualan produk jadi oleh Kepala Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu).Catatan mengenai distribusi tiap batch produk hendaklah disimpan
untuk memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu
Bab XI. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak.
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak mencakup masalah :
1. Pemberi kontrak, bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima
Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan
memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOHB diikuti.
2. Penerima kontrak, harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,
pengetahuan, dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk
melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan
memuaskan.
3. Pembuatan obat hewan berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh
industri obat hewan yang memiliki sertifikat CPOHB yang diterbitkan oleh
Otoritas Pengawasan Obat Hewan (OPOH).
4. Kontrak, hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang
berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek teknis
dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten yang mempunyai
pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi obat hewan, analisis, dan
CPOHB. Semua pengaturan pembuatan dan analisis harus sesuai dengan
izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak
Bab XII. Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi dan validasi mencakup masalah :
1. Perencanaan validasi, seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan.
Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen
setara.
2. Dokumentasi, protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci
kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol
validasi hendaklah merinci langkah kritis dan keriteria penerimaan
B. Hasil Praktek Kerja Lapangan di PT. Trouw Nutrition Indonesia
Contoh 1. Sasaran dan Target Inspeksi CPOHB
SASARAN DAN TARGET INSPEKSI PKL PELATIHAN CPOHB DASAR 2014
Nama Perusahaan : PT. Trouw Nutrition Indonesia
Tanggal Inspeksi : 24 April 2014
Tujuan Inspeksi : On the job training audit pemenuhan CPOHB
Tim Inspeksi : Nara Sumber : drh. Sumadi, M.SiPendamping : drh. Liys Desmayanti
drh. Erna RahmawatiPeserta : drh. Ni Made Ria, Ph.D
drh. M. Syukron Amin, M.Si drh. Fevi Yani Ezra Yuni T, S.Farm., Apt drh. Saptorini drh. Nur Solikah
Informasi Umum- Bentuk sediaan yang diproduksi
1. Premix Feed Aditif
1. Sistem Manajemen Mutu- Risk Assesment terhadap semua proses - Penanganan Penyimpangan- CAPA- Pengendalian Perubahan (Change Control)
2. Personil- Kualifikasi personil- Catatan pelatihan- Uraian Tugas
3. Bangunan dan Fasilitas - Sampling ------ cara sampling, peralatan sampling, flow barang dan karyawan- Kualifikasi supplier- Penyimpanan bahan baku steril- Kelas ruangan, pemantauan lingkungan (fisik dan mikrobiologi)- HVAC & SPA ---- preventif maintanance (program pergantian filter, kualifikasi air,
sanitasi sistim SPA dan catatan hasil uji) 4. Peralatan
- Kualifikasi, pembersihan dan preventic maintanance5. Sanitasi dan Higiene
- Personal higiene (khusus operator sterile)- Sanitasi ruangan
6. Produksi- Pengolahan- Pengemasan- IPC
7. Pengawasan Mutu- Validasi metoda analisa- Kualifikasi Peralatan (LAF, Autoclaf, Oven, Ruangan)- Penanganan sampel- Baku pembanding- Kualifikasi Personil- Catatan pengujian
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu- SOP - CAPA (Action Plan)- Change control (penggantian permanen)
9. Penanganan Keluhan, Penarikan Produk dan Produk Kembalian- SOP- Dokumentasi
10. Dokumentasi- Review bets record
11. Kontrak Pembuatan dan Analisis- Toll in/ Toll Out
12. Kualifikasi dan Validasi- Kualifikasi peralatan produksi- HVAC dan SPA- Program validasi- RIV (Rencana Induk Validasi)
- Validasi pembersihanKeterangan:Panduan Sasaran dan target inspeksi (Aide memoire) dibuat berdasarkan tujuan dan ruang lingkup inspeksi
Contoh 2. Form Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
BERITA ACARA PEMERIKSAAN
Pada hari Kamis tanggal 24 bulan April tahun 2014, sesuai Surat Tugas Direktur Kesehatan
Hewan, telah dilakukan inspeksi terhadap Produsen Obat Hewan PT. Trouw Nutrition
Indonesia berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Cibitung Bekasi, dalam rangka Praktek
Kerja Lapangan (PKL) Pelatihan CPOHB Dasar, dengan hasil sebagai berikut :
1. Personil Produsen Obat Hewan
Plant Manager : Bp. Haris
Quality Assurance Manager : drh. Sunarti
Production Manager : Drs. Supardi, Apt
Quality Control Manager : drh. Sunarti
Manufacturing Technical Unit : Dwi Sugiharto, ST
Jumlah Karyawan : ± 300 orang
2. Informasi Umum
2.1. Izin Usaha Obat Hewan yang dimiliki:
Jenis Usaha No SK
2.2. Sertifikat CPOHB yang dimiliki:
Bentuk Sediaan No Sertifikat
Premix Feed Aditif Berlaku s/d …
3. HASIL PKLPENERAPAN
CPOHB
PEDOMAN
CPOHB
PROTAP/SOP
Produsen OH
TEMUAN
Sistem Manajemen
Mutu
Struktur Organisasi:
- Laboratorium tidak menjadi
bagian atau milik Bagian
Pengawasan Mutu (QC),
tetapi milik bagian
pemasaran/ Laboratorium
Servis
Personalia - Tidak ada Dokumen rencana
pengembangan/pelatihan
karyawan khususnya terkait
dengan materi CPOHB
- Tidak ada dokumen
pemeriksaan kesehatan
karyawan
Bangunan dan
Fasilitas Sarana
Penunjang
- STU
- SPA
- Tidak terdapat sekat antara
gudang bahan baku,
pengemas, obat jadi dengan
ruang produksi, sehingga
rawan kontaminasi
- Tidak terdapat locker atau
ruang ganti pakaian
Peralatan - Terdapat mesin grinding
yang berfungsi untuk
pengecilan ukuran partikel,
tidak berbahan stainless
steel dan di cat warna merah
yang sudah terkikis
Tidak semua mesin yang
bersentuhan dengan produk
berbahan stainless steel
Sanitasi dan Higiene
Produksi
-Terdapat sarang laba-laba di
area dekat mesin produksi
karena pembersihan tidak
kontinyu
Pengawasan Mutu - Terdapat banyak jerigen
plastik dan labu ukur tidak
diberi label jenis bahan yang
ada di dalamnya
- Terdapat larutan HNO3
dalam Labu ukur yang sudah
expired
- Terdapat mesin emergency
shower tetapi tidak terdapat
saluran pembuangan air
- Terdapat tulisan tempat alat
pemadam kebakaran tetapi
tidak tersedia alatnya
- Instruksi kerja alat tidak
ditempatkan di dekat alat
melainkan di ruangan
dokumen
- Tidak terdapat label
pelulusan pada bahan awal
yang sudah lulus uji,
pernyataan bahan yang lulus
uji hanya dengan melepas
stiker kuning/label karantina
Inspeksi Diri dan
Audit Mutu
- Belum dilakukan inspeksi diri
yang mencakup aspek
CPOHB, tetapi
menggunakan format
akreditasi ISO 17025
Penanganan
Keluhan Terhadap
Produk, Penarikan
Kembali Produk dan
Produk Kembalian
Tidak ada keluhan dan
penarikan kembali produk
Dokumentasi - Belum ada dokumen
produksi induk
- Dokumen proses produksi
terpisah-pisah, tidak
disatukan sebagai catatan
pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets, dan tidak
beredar bersamaan dengan
proses.
Kontrak Pembuatan dan Analisis
-
Kualifikasi dan Validasi
- Belum dilakukan Kualifikasi
mesin baik di bagian
pengawasan mutu maupun
produksi
- Belum dilakukan validasi
metode analisis serta validasi
proses produksi
- Belum dilakukan validasi
proses pembersihan
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya.
Cikarang, 24 April 2014
PT. Trouw Nutrition Indonesia Tim Pemeriksa :
1. drh. Sunarti 1. drh. Ni Made Ria, Ph.D
2. Drs. Supardi, Apt 2. drh. M. Syukron Amin, M.Si
3. 3. drh. Fevi Yani
4. 4. Ezra Yuni T, S.Farm., Apt
5. 5. drh. Saptorini
6. drh. Nur Solikah
Selama proses PKL di PT. Trouw Nutrition Indonesia, tim auditor mencatat
adanya beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan audit , yaitu:
1. Perbedaan persepsi atau pemahaman terhadap pedoman CPOHB antara
pihak PT. Trouw dengan auditor;
2. Perbedaan Rancangan Struktur Organisasi antara PT. Trouw Nutrition
Indonesia yang menginduk pada Struktur Organisasi Nutreco International
dengan persyaratan CPOHB;
Misal : Bagian Quality Control tidak mempunyai Laboratorium pendukung,
laboratorium merupakan laboratorium servis di bawah bagian pemasaran
3. Kurangnya komitmen dari stakeholder untuk melakukan pemenuhan CPOHB.
Dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi, maka diperlukan
strategi dan upaya yang bersinergi antara Pimpinan Perusahaan, Stakeholder
serta pendampingan dari Pemerintah. Strategi dan upaya tersebut dapat
diimplementasikan melalui beberapa kebijakan dan kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan Kompetensi bagian Quality Assurance sebagai penanggung
jawab utama dalam pemenuhan CPOHB
2. Penyampaian pelatihan CPOHB dengan melibatkan pemerintah, asosiasi
industri obat hewan serta industri obat untuk memberikan gambaran dan
pengertian yang detail tentang pemenuhan persyaratan CPOHB
3. Memaksimalkan regulatory advice sebagai proses komunikasi antara pihak
auditor dengan industri untuk saling berdiskusi dalam memecahkan pokok-
pokok permasalahan yang menjadi penghambat pemenuhan CPOHB
sehingga diperoleh kesepakatan bersama.
C. Kesimpulan
Dalam rangka meningkatkan kinerja dalam implementasi CPOHB maka
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendampingan yang efektif (terprogram dan terjadwal) dari pemerintah untuk
memantau pemenuhan CPOHB, sehingga terjamin kualitas obat hewan yang
beredar di Indonesia.
2. Meningkatkan Kuantitas Tim Auditor serta membagi dalam jumlah yang cukup
efektif untuk dapat memantau pemenuhan CPOHB di tiap-tiap industri obat
hewan secara efektif.
3. Para pihak terkait harus ‘commit’ untuk melaksanakan tugas beserta
tanggungjawabnya dengan baik.
Serang, 28 April 2014
Yang melaporkan,
1. Ezra Yuni T, S.Farm., Apt ................................