HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SEKSIO SESAREA DENGAN … ASHARI.pdf · ibu melakukan persalinan yang...
Transcript of HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SEKSIO SESAREA DENGAN … ASHARI.pdf · ibu melakukan persalinan yang...
1
HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SEKSIO SESAREADENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA BEKAS
OPERASI DI RUANG KEBIDANANRUMAHSAKIT UMUM DEWI SARTIKA
TAHUN 2017
Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam MenyelesaikanPendidikan Diploma III Kebidanan Politehnik Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan
OLEH
AYU ASHARIP00324014046
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEHNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN DIII KEBIDANAN2017
2
ii
3
4
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
a. Nama : Ayu Ashari
b. Tempat, Tanggal Lahir : Watumbohoti, 05-08-1997
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku / Bangsa : Bugis /Indonesia
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Brigjen Katamzo Ds. Puosu
jaya Kec Konda
II. JENJANG PENDIDIKAN
a. SD Negri Watumbohoti, Tamat tahun 2008
b. SMP Negri 4 Palangga, Tamat tahun 2011
c. SMA Negri 18 Konawe Selatan, Tamat tahun 2014
d. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan DIII Kebidanan Tahun
2014-2017
iv
5
ABSTRAK
Hubungan Mobilisasi Dini Post Seksio Sesarea dengan ProsesPenyembuhan Bekas Operasi di Ruang Kebidanan Rumah Sakit UmumDewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Ayu Ashari¹, Askrening, SKM. M.Kes², Hj. Syahrianti, S.Si.T,M.Kes³
Latar Belakang: Berdasarkan data di RSU Dewi Sartika Provinsi SulawesiTenggara Jumlah ibu Post Seksio Sesarea pada tahun 2014, dari 421 ibu yangbersalin terdapat 134 ibu yang mengalami post seksio sesarea. Pada tahun2015, dari 622 ibu bersalin terdapat 303 ibu yang mengalami post seksiosesarea. Pada tahun 2016, dari 769 ibu bersalin terdapat 228 ibu yangmengalami post seksio sesarea.Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini terhadap prosespenyembuhan luka post operasi seksio sesarea di Ruang Kebidanan RumahSakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017Metode Penelitian: Penelitian ini adalah peneitian observasional analitik denganmenggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini telah dilaksanakan padabulan Maret – April 2017. Populasi dan sampel yaitu seluruh ibu dengan postoperasi seksio sesarea di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi SartikaProvinsi Sulawesi Tenggara.Hasil Penelitian: Karakteristik dari 43 responden berdasarkan umur, diperolehsebagian besar golongan umur 20-35 tahun sebanyak 32 orang (74,5%) dansebagian kecil golongan umur <20 tahun sebanyak 5 orang (11.6 %),karakteristik dari 43 responden berdasarkan jenis pekerjaan, diperoleh sebagianbesar IRT sebanyak 23 orang (53.5%) dan sebagian kecil PNS sebanyak 4 orang(9.3%).Kesimpulan: Kasus seksio sesarea di RSU Dewi Sartika Provinsi SulawesiTenggara terbanyak ditemukan pada ibu post operasi dengan kelompok umur20-35 tahun, dengan sebagian besar ditemukan ibu post operasi dengankarakteristik kelompok IRT.
Kata Kunci : Seksio sesarea, mobilisasi dini dan penyembuhan lukaDaftar pustaka: 40 (2000-2017)
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan kebidanan2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan kebidanan
v
6
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat maha besar
Allah SWT, karena hanya dengan limpahan petunjuk, bimbingan, rahmat
dan taufik-Nya jugalah, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan Mobilisasi
Dini Post Sectio Sesarea dengan Proses Penyembuhan Luka Bekas
Operasi di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017”.
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, tidak akan
terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak yang selalu memberikan arahan, nasehat dan dorongan,
terlebih selama penulis menempuh perkuliahan, belajar serta menimba
ilmu pengetahuan pada Program Studi DIII Kebidanan Politehnik
Kesehatan Kendari. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Hj.
Syahrianti. S. Si. T, M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Ucapan terimah
kasih pula penulis sampaikan masin- masing kepada yang terhormat.
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politekknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kendari
2. Ibu Halija, SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Kebidananan Politekknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari.
vi
7
3. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari dan seluruh
staf yang telah memberikan isin penelitian dalam pembuatan karya
tulis ilmiah.
4. Para dosen penguji yaitu kepada Ibu Hendra Yulita, SKM. M.PH selaku
penguji I, Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku penguji II, serta Ibu
Fitriyanti, SST, M.Keb selaku penguji III yang telah menguji karya tulis
ilmiah ini.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Politekkenik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kendari yang telah membimbin dan memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan.
6. Spesial buat orang tuaku tercinta, Ayahku Asrif T dan Ibuku Haba yang
selama ini selalu sabar dan tidak henti-hentinya memberikan nasihat,
dukungan serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan karya tulis ilmiah ini.
7. Untuk teman seperjuangan (Fifi, Fisma, Ita, Suriani, Astuti, Anita) dan
teman-teman yang lainnya DIII Kebidanan Politekknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kendari angkatan 2014 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaannya dalam suka
maupun duku selama mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang di sajikan ini
bukanlah merupakan suatu bentuk penulisan yang sempurna, meskipun
penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki unuk mewujudkan karya
vii
8
tulis ilmiah ini sebagai mana layaknya. Olehnya itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan karya tulis ilmah ini.
Kendari, Juli 2017
Penulis
viii
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMANJUDUL..............................................................................HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................HALAMAN PENGESAHAN...............................................................RIWAYAT HIDUP...............................................................................ABSTRAK...........................................................................................KATA PENGANTAR .........................................................................DAFTAR ISI........................................................................................DAFTAR TABEL…………………………………..………….................DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang...............................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................
C. Tujuan Penelitian...........................................................
D. Manfaat Penelitian.........................................................
E. Keaslian Penelitian......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8A. Tinjauan Sectio Sesarea................................................
B. Penyembuhan Luka Operasi.......................................... 8
C. Mobilisasi Dini................................................................
D. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Post
Operasi Seksio Sesarea................................................
E. Landasan Teori..............................................................
F. Kerangka Konsep.......................................................... 47 48
BAB III METODE PENELITIAN 65
A. Jenis Penelitian.............................................................. 65
B. Waktu dan Tempat Penelitian........................................ 65
C. Populasi Sampel............................................................
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............... 65
I
ii
iii
iv
v
vi
ix
xi
xii
1
5
5
6
7
8
19
25
28
36
38
39
40
40
41
43
ix
10
E. Pengumpulan Data........................................................ 65
F. Instrumen Penelitian..................................................... 66
G. Pengelolahan dan Analisis Data...................................BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................
B. Hasil Penelitian.....................................................................
C. Pembahasan........................................................................
BAB V KESIMPULANA. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran....................................................................................
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
44
44
45
46
53
57
57
x
11
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Post Operasi Seksio Sesarea
Berdasarkan Umur Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Bulan Maret-April tahun
2017.............................................................................................49
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Post Operasi Seksio Sesarea
Berdasarkan Pekerjaan Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Provinsi Sulawesi Tenggara Maret-April
tahun2017.......................................................................................50
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini pada Ibu Post Operasi Seksio
Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi
Tenggara Bulan Maret-April
Tahun 2017 .................................................................................51
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka pada Ibu Post Operasi
Seksio Sesarea Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Provinsi Sulawesi Tenggara Bulan Maret-April Tahun
2017.............................................................................................51
Tabel 5. Analisis Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka
Pada Ibu Post Operasi Seksio Sesarea Di Ruang Kebidanan
Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara Bulan Maret-
April. Tahun
2017.............................. ..........................................................52
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Master Tabel Hasil Penelitian
Lampiran 2 Hasil Analisis Data Penelitian dengan Menggunakan SPSS16.0
Lampiran 3 Pernyataan Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Surat Pengambilaan Data Awal
Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Di RSU Dewi Sartika SulawesiTenggara
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari LITBANG
Lampiran 9 Gambar Mobilisasi Dini
Lampiran 10 Gambar Penyembuhan Luka Lambat
Lampiran 11 Gambar Saat Operasi Seksio Sesar
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seksio sesarea terus meningkat di seluruh dunia, khususnya
dinegara - negara berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dan
kontroversial. Menurut World Health Organization (WHO 2014) negara
tersebut diantaranya adalah Australia (32%), Brazil (54%), dan
Colombia (43%).
Angka kejadian SC diIndonesia sekitar 30 % tahun 2005
sampai dengan 2011 rata-rata sebesar 7 % dari jumlah semua
kelahiran, sedangkan pada pada tahun 2006 sampai dengan 2012
rata-rata kejadian SC meningkat menjadi sebesar 12% (WHO 2014).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
kelahiran bedah sesar sebesar 9,8 % dengan proporsi tertinggi di DKI
Jakarta (19,9).
Profil Kesehatan Indonesia melaporkan angka kematian ibu di
indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011
terjadi peningkatan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2012. Sedangkan kematian bayi di indonesia 341 per 1000
1
2
kelahiran hidup pada tahun 2011 terjadi penurunan mencapai 32 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Tingginya angka kematian ibu
di saat persalinan di sebabkan karena pendarahan, infeksi dan
toksemia, komplikasi yang terjadi di saat persalinan seperti
disproporsi sefaloveik (CPD), plasenta previa, preeklamsi serta
kelainan letak janin sehingga dilakukan tindakan seksio sesarea
(Depkes RI, 2010)
Saat ini persalinan dengaan sesarea, makin marak dilakukan
sebagai suatu metode persalinan yang diingikan oleh para kaum ibu.
Tindakan ini seksio sesarea dilakukan oleh faktor disproporsi
sefalopelvik (CPD), plasenta previa, kelainan letak, preeklamsia,
\solusio plasenta, vetal distress, eklamsia, ketuban pecah dini (KPD),
partus lama, serotinus, makrosomia, dan inersia uteri tetapi sebagian
ibu melakukan persalinan yang dianggap membawa keberuntungan
ataupun karena kaum ibu ingin tidak merasakan sakit yang timbul
pada saat kelahiran secara normal (Wiknjosastro, 2005).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding depan perut atau suatu histerotomy
untuk melahirkan janin dari uterus malalui insisi yang dibuat dalam
dinding abdomen dan uterus. Jahitan operasi sesarea memiliki risiko
untuk terjadinya infeksi yang bisa saja muncul selama berada dalam
masa penyembuhan dari operasi sesarea yang telah lakukan
(Hardianti, 2014).
3
Untuk mempercepat upaya penyembuhan luka pasien post
operasi seksio sesarea perlu adanya mobilisasi dini secara bertahap
bagi pasien. Mobilisasi ini merupakan suatu tindakan rehabilitative
yang dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh anestesi.
Mobilisasi ini dapat mempercepat penyembuhan luka karena
memperlancar aliran darah dan menguatkan otot-otot. Selain itu pula
status nutrisi dianggap suatu hal penting yang sangat berperan dalam
proses penyembuhan luka karena bermanfaat dalam pembentukan sel
dan jaringan tubuh pasca operasi (Suriadi, 2007)
Di indonesia selama 40 tahun terakhir, tingkat kelahiran
dengan tindakan seksio sesarea melonjak dari 1 dari 20 kelahiran
menjadi sekitar 1 dari 4 kelahiran. Trend ini telah menyebabkan para
ahli khawatir bahwa seksio sesarea yang dilakukan lebih sering dari
pada yang diperlukan atau tidak sesuai indikasi. Karena resiko, para
ahli merasa bahwa seksio sesarea seharusnya hanya dilakukan
karena alasan medis atau indikasi (Jones, 2010).
Data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Dewi
Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara, tahun 2014 jumlah ibu yang
melahirkan secara normal adalah sebesar 287 (67,4%) sedangkan ibu
yang mendapatkan tindakan seksio sesarea adalah sebesar 134 orang
dan 126 orang (29,9%) mengalami proses penyembuhan antara 3-5
hari, tahun 2015 jumlah ibu yang melahirkan secara normal 319
(51,2%) sedangkan ibu yang mendapatkan seksio sesarea adalah 303
4
orang dan 294 orang ibu (47,2%) mengalami proses penyembuhan
antara 3-5 hari, tahun 2016 jumlah ibu yang melahirkan secara normal
541(71,1%) sedangkan ibu yang mendapatkan seksio sesarea adalah
dan 219(28,8%) mengalami proses penyembuhan antara 3-5 hari
sedangkan 9 ibu (2,1%) mengalami proses penyembuhan lebih dari 5
hari oleh karena mobilisasi yang kurang, sehingga menghambat
proses penyembuhan luka. Tahun 2016 sebanyak 228 ibu. Faktor
disproporsi sefalopevik, plasenta previa, kelainan letak, preeklamsia,
solusio plasenta, fetal distres, eklamsia, ketuban pecah dini (KPD),
partus lama, serotinus, makrosomia dan inersia uteri dan 219 ibu
(28,8%) di antaranya mengalami proses penyembuhan antara 3-5 hari.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui “Hubungan mobilisasi dini post seksio
sesarea dengan proses penyembuhan luka operasi di ruang kebidanan
rumah sakit umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2017.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut, apakah ada Hubungan
mobilisasi dini post seksio sesarea dengan proses penyembuhan
luka operasi di ruang kebidanan rumah sakit umum Dewi Sartika
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan mobilisasi dini ibu post Seksio sesarea
dengan proses penyembuhan luka operasi di Ruang Kebidanan
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2017.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi mobilisasi dini ibu post Seksio Sesarea di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2017.
2. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi ibu post Seksio
Sesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Dewi Sartika Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
6
3. Menganalisis hubungan mobilisasi dini ibu post Seksio Sesarea
dengan penyembuhan luka operasi di Ruang kebidanan rumah
sakit Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD
Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi instansi dalam
hal ini bahan informasi bagi instansi Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Bagi ilmu dan profesi kebidanan
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan kontribusi
terhadap pengembangan ilmu kebidanan serta merupakan
masukan informasi yang berharga bagi profesi bidan dalam
menyusun program pemberian pendidikan kesehatan tentang
pentingnya melakukan mobiliisasi dini setelah menjalani persalinan.
3. Bagi Ibu
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang
pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah menjalani
persalinan yang bermanfaat pemulihan kesehatan fisiknya
seperti keadaan semula.
7
4. Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama
pendidikan dengan kenyataan yang ada dilapangan dan
pengalaman yang sangat berguna dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada ibu serta untuk menambah wawasan dan
pembentukan karya tulis ilmiah.
E. Keaslian Penelitian
Dari studi perpustakaan yang dilakukan ditemukan bahwa judul
penelitian Hubungan Mobilisasi Dini Seksio Sesarea Dengan Proses
Penyembuhan Luka Bekas Operasi sama dengan judul penelitian
yang telah dilakukan Ni Wayan Suastini. Yang membedakan antara
penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah waktu dan
tempat penelitian, dimana peneliti yang sebelumnya meneliti pada
tahun 2013 di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di
Rumah Sakit Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Seksio Sesarea
1. Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas
500 gram. Bobak (2004) menjelaskan bahwa seksio sesarea
merupakan suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin
dengan kelahiran janin melalui insisi trans abdomen atau membuka
dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus ( histerektomi).
Persalinan seksio sesarea adalah persalinan melalui sayatan pada
dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >
1. 000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Winknjosasto, 2005).
Seksio sesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi
dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi).
Persalinan dengan secsio sesarea berisiko kematian 25 kali lebih
besar dan berisiko infeksi 80 kali lebih tinggi di banding persalinan
pervaginam (Cuninghametal,2010)
8
9
2. Jenis-Jenis Seksio Sesarea
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim
(SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir
selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut kemaluan
sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntunganya adalah perut pada
rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri
(robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa nifas,
segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi
sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu,
2003, hal.45).
b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah
yang memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk
mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena
jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2007, hal .4).
3. Komplikasi Tindakan Seksiosesarea
Menurut Winkjastro (2005), kemungkinan yang timbul setelah
dilakukan operasi ini antara lain:
10
a. Infeksi pierpuralis (infeksi nifas), terdiri atas ringan yaitu dengan
suhu tubuh meningkat dalam beberapa hari, sedang yaitu suhu
tubuh meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung, dan berat terjadi peritonitas, sampai sepsis dan
usus paralitik.
b. Pendarahan dapat terjadi akibat banyak pembuluh darah yang
terputus dan terbuka, pendarahan pada plasenta, luka kandung
kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
teritonialisasi terlalu tinggi.
c. Kemungkinan ruptur spontan tinggi pada kehamilan persalinan
berikutnya akibat dari tindakan seksiosesarea yang jaraknya
kurang dari 2 tahun, atau tidak boleh lebih dari 3 kali dilakukan
tindakan sesarea (Wingjastro, 2005).
4. Indikasi SeksioSesarea
a. Faktor Ibu
1) Plasenta previa
Totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea
tanpa menghiraukan faktor–faktor lainnya. Plasenta previa
parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk
seksiosesarea. Pendarahan banyak dan berulang
merupakan indikasi mutlak untuk seksiosesarea karena
pendarahan itu biasanya disebabkan oleh plasenta previa
yang lebih tinggi derajatnya (Arif, 2007).
11
2) Panggul Sempit
Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan
versi luar karena meskipun menjadi presentasi kepala,
akhirnya perlu dilakukan seksiosesarea. Batas terendah
untuk melahirkan janin vias naturalis adalah dengan
conjugatafera 8 cm. Panggul dengan conjugatafera 8 cm
dapat dipastikan tidak dapat melahrikan janin dengan normal
dan harus diselesaikan dengan seksiosesarea (Manuaba,
2001).
3) Disproporsi Sefalopelvik
Disproporsi sefalopelvik mencakup panggul sempit
(contracted pelvis) fetus yang tumbuhnya terlampau besar
atau adanya ketidak seimbangan relatif antara ukuran bayi
dan ukuran pelvis yang ikut menimbulkan masalah
disproporsi adalah bentuk pelvis, presentasi fetus panggul,
kemampuan berdilatasi pada serviks, dan efektifan kontraksi
uterus (William, 2010).
4) Ruptura Uteri Mengancam
Pada persalinan dengan ruptur uteri harus dilakukan
dengan cermat khususnya pada persalinan dengan
kemungkinan distosia dan pada persalinan wanita yang
pernah mengalami seksiosesarea atau pembedahan lain
pada uterus sebelumnya. Karena adanya bahaya yang lebih
12
besar maka pengakhiran kehamilan dengan ruptur uteri
mengancam perlu ditangani dengan seksiosesarea (William,
2010).
5) Partus Lama
Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam
di golongkan sebagai persalinan lama menimbulkan efek
berbahaya baik terhadap ibu maupun anak dapat
menyebabkan atonia uteri, laserasi, pendarahan, infeksi,
gawat janin dan kematian perinatal maka dari itu perlu
segera dilakukan seksiosesarea untuk penanganannya
(William, 2010).
6) Preeklampsi
Pada preeklamsi berat, persalinan harus terjadi
dalam 24 jam sejak gejala eklamsi timbul. Preeklamsi dapat
mengancam janin atau persalinan tidak dapat Universitas
Sumatera Utara Terjadi dengan bahaya hipoksia dan pada
persalinan bahaya ini semakin besar. Pada gawat janin
dalam kala I diperlukan tindakan seksiosesarea segera
(Saifuddin AB, 2006).
7) Distosia Serviks
Pada distosia serviks primer penanganannya adalah
pengawasan persalinan secara seksama dirumah sakit
sedangkan pada distosia serviks sekunder penangannya
13
harus segera dilakukan seksiosesarea sebelum jaringan
parut serviks yang dapat menjalar ke atas sampai segmen
bawah uterus (William, 2010).
8) Pernah Seksio Sesarea Sebelumnya
Pada wanita yang pernah mengalami seksiosesarea
sebelumnya biasanya kembali mengalami hal yang sama
pada kehamilan dan persalinan berikutnya, hal ini
disebabkan karena mengingat adanya bahaya ruptur uteri
karena seksiosesarea sebelumnya. Namun wanita yang
pernah mengalami seksiosesarea sebelumnya dapat
diperbolehkan untuk bersalin normal kecuali jika sebab
seksiosesarea sebelumya adalah mutlak karena adanya
kesempitan panggul (William, 2010).
b. Faktor Janin (Malpresentasi Janin)
1) Letak Lintang
Greenhill dan Eastman berpendapat bahwa bila ada
kesempitan panggul maka seksiosesarea adalah cara terbaik
dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar
biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan seksiosesarea walaupun tidak ada perkiraan
panggul sempit. Pada multipara dengan letak lintang dapat
lebih dulu ditolong dengan cara–cara lain (William, 2010).
14
2) Letak Sungsang
Seksio sesarea dianjurkan pada letak sungsang
apabila ada indikasi panggul sempit, janin besar, dan
primigravida dengan komplikasi pertolongan persalinan letak
sungsang melalui jalan vagina sebagian besar pertolongan
persalinan di lakukan dengan seksiosesarea (Manuaba,
2010).
3) Presentasi Dahi
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin
yang normal tidak dapat lahir spontan normal sehingga harus
dilahirkan secara seksio caesarea (Arif M, 2007)
4) Presentasi Muka
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea pada
presentasi muka adalah mento posterior persistens,
kesempitan panggul, dan kesulitan turunnya kepala dalam
rongga panggul (Arif M, 2007)
5) Gemelli
Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas
indikasi janin pertama pada letak lintang, plasenta previa,
prolapsus funikuli, janin terlocking yaitu janin pertama dalam
letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala
(Arif M, 2007).
15
5. Faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Seksio
Sesarea
1. Jarak Kehamilan
jarak kehamilan optimal adalah batasan antar kelahiran
yang menghasilkan dampak kesehatan yang terbaik bagi ibu dan
anaknya, jarak kelahiran yang terlalu dekat (< 2tahun atau 24
bulan ) merupakan salah satu faktor resiko dalam kesehatan
reproduksi, Mochtar (2011) mengatakan dibandingkan wanita
yang melahirkan dalam jarak kelahiran antara 9-14 bulan setelah
kelahiran anak sebelumnya, maka wanita yang melahirkan
dengan interval 27-32 bulan akan memberikan manfaat lebih
mungkin terhindar dari anemia, pendarahan selama trimester
dan terhindar dari kematian saat melahirkan, pada bayi atau
anak yang dilahirkan dengan jarak kelahiran 3-4 tahun setelah
kelahiran anak sebelumnya akan memilih tingkat kelangsungan
hidup lebih tinggi selama minggu pertama kehidupanya, lebih
tinggi selama setahun pertama kehidupan, lebih tinggi selama
masa balita.
2. Paritas
Saifuddin (2009), mengatakan paritas adalah jumlah
persalinan wanita yang menjadi subyek peneliti dengan bayi lahir
hidup. Prawirohardjo (2005), paritas dibagi menjadi 3 yaitu:
16
1) Primipara adalah seorang wanita yang melahirkan untuk
pertama kali.
2) Multipara adalah seorang yang melahirkan beberapa kali
tidak lebih dari 5 kali.
3) Grande multipara adalah seorang yang melahirkan lebih dari
5 kali.
Paritas 2-3 atau multipara merupakan paritas paling aman di
tinjau dari sudut kematian maternal dan masih digolongkan
dalam kehamilan resiko rendah. Meskipun tetap ada faktor resiko
yang menyebabkan kemungkinan resiko atau bahaya terjadinya
komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian
atau kesakitan pada ibu bayinya. Misalnya pada ibu multipara
yang pernah gagal kehamilan, pernah melahirkan dengan fakum,
transfusi darah atau dengan cara kuret, serta dengan riwayat
bedah sesarea pada persalinan sebelumnya.
3. Tingkat Kecemasan
kecemasan adalah suatu pengalaman emosional yang
bersifat universal akrab dengan kehidupan manusia dari zaman
dahulu sampai sekarang, bayi sampai usia lanjut. Merupakan hal
wajar jika seseorang merasa cemas ketika menghadapi tekanan
masalah tetapi rasa cemas yang berlebihan bisa menyebabkan
seseorang merasa sakit. (Selamet 2008), kecemasan umunya
dilukiskan sebagai kekhawatiran, kegelisahan, rasa tidak tenang,
17
was-was, yang biasanya dihubungkan dengan satu ancaman
bahaya baik dari dalam maupun luar individu. Kecemasan perlu
dibedakan dari taut (fear) yang berhubungan dengn keadaaan
bahaya yang nyata atau kongkret yang datang dari luar dan
asalnya dapat diketahui jelas atau bukan bersifat konflik
sedangkan kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman
yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau
konfliktual.
6. Keuntungan dan Kerugian Seksio Sesarea
Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan seksio
Sesarea di ambil, harus dipertimbangkan secara teliti dengan resiko
yang mungkin terjadi. Pertimbangan tersebut harus berdasarkan
penilaian para bedah secara lengkap yang mengacu pada syarat –
syarat pembedahan dan pembiusan dalam menghadapi kasus
gawat darurat (Saifuddin, 2009). Tindakan seksiosesarea memang
memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya diantara lain
adalah proses melahirkan memakai waktu yang lebih singkat, rasa
sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir.
Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu atau bayi
yang dikandungnya.
a. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain:
1) Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan
normal.
18
2) Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan
normal.
3) Rasa nyeri dan penyembuhan luka pasca operasi lebih lama
dibandingkan persalinan normal.
4) Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan
itu berlapis-lapis dan proses keringnya bisa tidak merata.
5) Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tidak
bersih.
6) Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.
7) Harus di sesarea lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.
8) Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau
bedah.
9) Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan
kematian mendadak saat mencapai paru –paru dan jantung
(Sunaryo, 2008).
b. Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :
1) Resiko kematian 2 –3 kali lebih besar dibandingkan dengan
bayi yang lahir melalui proses persalinan biasa.
2) Cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru
parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu
keluar saat terjadi tekanan.
19
3) Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang
diberikan kepada sang ibu juga mengenai bayi. (Widjarnako,
2008 ).
B. Penyembuhan Luka Operasi
1. Pengertian
Operasi atau pembedahan adalah suatu tindakan
pengobatan yang menggunakan cara invasive dengan membuat
atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani, pembukaan
bagian tubuh dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah itu
dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka (Syamsud hidayat, 2007).
Luka operasi adalah hilangnya kontinuitas dari organ,
dimana dapat mengenai struktur yang lebih dalam seperti syaraf,
otot atau kulit serta membran mukosa yang ditimbulkan akibat
tindakan pembedahan (Sachadeva, 2009).
Untuk mempercepat penyembuhan luka operasi sebaiknya
di jaga agar tidak terkena air. Untuk itu penderita disarankan tidak
mandi, cukup menyeka. Tidak sedikit penderita kanker yang
menderita luka –luka karena berbagai sebab bekas operasi, efek
radiasi, terlalu lama berbaring, terjatuh atau pertumbuhan sel-sel
kanker sampai keluar kulit. Sebagian diantaranya merupakan luka
kronis yang tidak sembuh dalam waktu 14 hari. Supaya tidak
20
menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan
perawatan Khusus (Ismail, 2008).
2. Macam-Macam Operasi
Menurut Schrok (2008), membagi macam-macam tindakan
operasi terdiri atas:
a. Operasi kecil yaitu suatu operasi yang tidak memiliki resiko
terlalu berat seperti abses, mengangkat tumor-tumor kecil
(exterpasicyisteaterm), venasectie dan sirkumsisi.
b. Operasi sedang yaitu suatu operasi yang memilki resiko sedang
apabila dilakukan seperti herniotomy dan appendiktomy.
c. Operasi besar yaitu suatu operasi yang memiliki resiko sangat
besar dalam pelaksanaannya seperti laparatomy, amputasi,
tulang, strukmetaktom, mastectomy, seksio caesarea,
hysterectomy dan lain-lain.
3. Perawatan Luka Operasi / Upaya Pencegahan Infeksi Pada
Luka Operasi
Penatalaksanaan luka operasi terdiri dari empat tahapan yaitu :
a. Tindakan anti septik yaitu meliputi tindakan mencuci hamakan
luka operasi dan daerah sakitnya dengan menggunakan
betadin, bilas dengan alkohol.
b. Pembersihan luka dari benda-benda yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi.
c. Pembalutan untuk melindungi luka dari kontaminasi lingkungan
21
d. Pemberian antibiotik melalui kalobarasi dengan tim medis.
4. Klasifikasi Penyembuhan Luka
Menurut syamsu hidayat (2007) klasifikasi penyembuhan
luka dibagi dua yaitu:
a. Penyembuhan luka skunder
Penyembuhan kulit tanpa pertolongan dari luar. Luka akan
berisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup oleh jaringan
epitel
b. Penyembuhan primer
Penyembuhan primer terjadi bila luka segera diusahakan
bertaut, biasanya dengan bantuan latihan.
22
Tabel. 1.1 Perbandingan penyembuhan sekunder dan primer
Perbandingan penyembuhan
Penyembuhan Skunder Penyembuhan primer
1. Kehilangan jaringan atau
nekrose sedikit.
2. Biasanya steril.
3. Penyembuhan cepat.
4. Arsitektur jaringan normal di
pertahankan
5. Kontraksi luka steril.
6. Re-epitelasi sedikit.
1. Terdapat nekrosis jaringan.
2. Sering terinfeksi.
3. Penyembuhan lambat.
4. Luka menutup dengan
kontraksi luka.
5. Re-epitelasi area yang tidak
dapat menutup dengan
kontraksi.
.
5. Fase Penyembuhan Luka
Fase-fase yang terjadi pada saat penyembuhan luka menurut
Suriadi (2007) adalah:
a. Fase inflamasi atau long fase
Respon imflamasi akut terjadi beberapa jam setelah cedera,
dan efeknya bertahan hingga 5 –7 hari. Kerusakan jaringan dan
teraktivasinya faktor pembekuan menyebabkan pelepasan berbagai
substansi vase aktif, seperti prostaglandin dan histamin,
23
mengakibatkan peningkatan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, sertastimulasi serat –serat nyeri.
Bekuan fibrin menarik leukosit, dan dalam 24 jam pertama muncul
terutama neutropil ( sel scavenger ketika berada dalam jaringan ,
sel ini di sebut makrofag). Makrofag memiliki peran penting dalam
sebagian besar fase penyembuhan luka, tidak hanya dalam
membersihkan sisi yang luka tetapi juga untuk memproduksi faktor
pertumbuhan dan substansi lainnya yang mengendalikan proses
tersebut. Kapiler–kapiler baru mulai tumbuh ke dalam luka
(angiogenesis), menghasilkan pembentukan matriks jaringan
penghubung yang baru.
b. Fase Proliferasi atau Fibroblast Selama fase
Proliferasi, pembentukan pembuluh darah yang baru
berlanjut di sepanjang luka (angiogenesis atau neovaskularisasi).
Proses ini sangat penting, karena tidak ada jaringan baru yang
dapat di bentuk tanpa suplay oksigen dan nutrium yang di bawah
oleh pembuluh darah yang baru. Fibroblas berproliferasi kira –kira 2
–4 hari setelah cedera, dan memproduksi matriks (struktur seperti
tangga) kolagen di sekitar pembuluh darah yag baru. Sel epitel
bermigrasi seperti sebuah lembar yang berpindah sempurna atau
dengan “lompatan seperti katak” di sepanjang jaringan yang hidup.
Hal lain yang juga berkontribusi terhadap menutupnya luka adalah
24
kontraksi tepi luka, yang akan mengurangi ukuran luka melalui
kerja miofibroblas.
c. Fase remodeling atau faseresopsi
Bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan granulasi yang,
setelah jaringan granulasi meluas sehingga memenuhi efek dan
defek tertutupi oleh permukaan epidermal yang dapat bekerja
dengan baik, mengalami remodelling. Hal ini biasanya terjadi kira–
kira 20 hari setelah cedera, walaupun waktu terebut bervariasi
tergantung pada kondisi individu. Selain itu, selama remodelling,
kolagen yang berlebihan di bersihkan, dan kolagen yang di
butuhkan secara bertahap di gantikan dengan kolagen yang lebih
kuat dan lebih teratur yang lebih dibutuhkan oleh orang yang lebih
tua sepanjang stress mekanis, walau tidak teratur aslinya. Fase
remodelling dimulai pada waktu yang berbeda dalam area luka
yang berbeda, dan fase ini dapat berlanjut hingga 12 satu tahun
atau bahkan lebih lama. Dengan demikian, walaupun luka tampak
sembuh secara superfisial, proses membangun kembali di bagian
bawah tetap berlanjut.
C. Mobilisasi Dini
1. Pengertian
Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang
akan melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan
25
merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting
pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi
Bahwa Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing
selekas mungkin berjalan (Wiranata, 2010)
Mobilisasi dini post seksio sesarea adalah suatu pergerakan,
posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa
jam melahirkan dengan persalinan sesarea. Untuk mencegah
komplikasi post operasi seksio sesarea ibu harus segera dilakukan
mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah
mengalami seksio sesarea seorang ibu disarankan tidak malas untuk
bergerak pasca operasi seksio sesarea ibu harus mobilisasi cepat.
Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi dini
harus tetap dilakukan secara hati- hati. (Wirnata, 2010).
Kemandirian melakukan mobilisasi dini post SC penting
dilakukan para ibu, sebab jika ibu tidak melakukan mobilisasi dini
akan ada beberapa dampak yang dapat timbul di antaranya adalah
terjadinya peningkatan suhu tubuh, perdarahan abnormal,
thrombosis, involusi yang tidak baik, aliran darah tersumbat, dan
26
peningkatan intensitas nyeri (Suryani, 2010). Mobilisasi dini yang
tidak dilakukan oleh ibu post SC mengakibatkan rawat inap dengan
waktu yang lebih lama, yaitu lebih dari 4 hari dan proses
penyembuhan luka menjadi lambat (Purnawati, 2014).
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang
membaik. Pada pasien post operasi seksiosesarea 6 jam pertama
dianjurkan untuk segara menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak
tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
kaki dan jari jarinya agar kerja organ pencernaan segara kembali
normal. (Kasdu,2005 )
2. Tujuan Dari Mobilisasi
Menurut Fitriyahsari (2009) tujuan dari mobilisasi adalah untuk
Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah,
membantu pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi
urin, mengembalikan aktifitas tertentu, sehingga pasien dapat
kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian,
memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
komunikasi.
Menurut Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan, Menglancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi
puerperium, mempercepat involusi uteri, melancarkan fungsi alat
grastrointestinal dan alat kelamin meningkatkan kelancaran perdaran
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
27
metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu memelihat/
merawat anaknya.
3. Manfaat Mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah
jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan
otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik
vena, pada sistem respirator meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja
pernafasan, meningkatkan pengembangan diafgragma pada sistem
metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, peningkatkan
penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan
trigliseril, meningkatkan mobilisasi lambung, meningkatkan produksi
panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot,
meningkatkan mobilisasi sendiri. Memperbaiki toleransi otot untuk
latihan, mungkin meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot,
meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan
toleransi terhadap steres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya
penyakit (Potter,2005).
D. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Post Operasi
Seksio Sesarea
Mobilisasi dini pada ibu post portum dengan tindakan seksio
sesarea adalah suatu pergerakaan atau perubahan posisi yang
dilakukan ibu sestelah beberapa jam melahirkan. Tujuan mobilisasi ini
28
pada saat Ibu post partum deengan tindakan seksio sesarea adalah
untuk membantu mempercepat penyembuhan dan pengembalian
secara beransur-ansur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk
mencegah komplikasi (Kusumawan, 2008).
Manfaat mobilisasi dini bagi ibu post seksio sesarea di
antaranya adalah:
1. Ibu akan merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini.
Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit. Dengan demikian ibu akan merasa sehat,
membantu memperoleh kekuatan dan mempercepat kesembuhan.
2. Feal usus dan kandung kencing lebih baik, denan bergerak akan
merasang peristaltik usus kembali normal.
3. Mobilisasi dini memungkinkan terjadinya kontruksi uterus, dengan
demikian ibu akan cepat sembuh dan bisa merawat anaknya.
4. Mencegah terjadinya trombosit dan tromboemboli dengan
mobilisasi, sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya
trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan (Soemantri, 2010).
Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada
ibu sectio sesarea terdiri dari:
a. Hari ke 1:
1) Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak
6 -10 jam setelah ibu sadar.
29
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang
sedini mungkin setelah sadar.
b. Hari ke 2 :
Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam –
dalam lalu menghembuskannya disertai batuk –batuk kecil yang
gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih.
Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah
duduk. Selanjutnya secara berturu-turut, hari demi hari ibu yang
sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.
c. Hari ke 3 sampai ke 5
Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari
setelah operasi Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta
diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan
luka.Sedangkan menurut (Handiyani, 2009) prosedur
pelaksanaan mobilisasi terdiri dari :
1)Hari 1 –4
a) Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak
lingkaran dengan telapak tangan kaki satu demi satu.
Gerakan ini seperti sedang menggambar sebuah lingkaran
dengan ibu jari kaki ke satu arah, lalu kearah lainnya.
Kemudian regangkan masing –masing telapak kaki dengan
30
cara menarik jari–jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan
ujung telapak kaki kearah sebaliknya sehingga ibu
merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini
dua atau tiga kali sehari.
b) Bernafas dalam –dalam
Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan
kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas.
Arahkan nafas ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat
ibu menghembus nafas. Kemudian tarik nafas sedikit lebih
dalam. Tempatkan kedua tangan diatas tulang rusuk,
sehingga ibu dapat merasakan paru–paru mengembang,
lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya. Cobalah untuk
bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut . hal ini
akan merangsang jaringan –jaringan disekitar bekas luka.
Sanggah insisi ibu dengan cara menempatkan kedua
tangan secara lembut diatas daerah tersebut. Kemudian,
tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa
kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani,
2009).
c) Duduk tegak
Tekuk lutut dan miring kesamping, putar kepala ibu
dan gunakan tangan-tangan ibu untuk membantu dirinya ke
posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka
31
akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun
teruslah berusaha dengan bantuan lengan samapai ibu
berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa
saat. Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke
tangan, sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul
kearah belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas
dalam –dalam beberapa kali. Luruskan tulang punggung
dengan cara mengangkat tulang –tulang rusuk. Gunakan
tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3
kali (Handiyani, 2009).
d) Bangkit dari tempat tidur
Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan
kaki pelan –pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu
untuk mendorong kedepan dan perlahan turunkan telapak
kaki ke lantai. Tekanlah sebuah bantal dengan ketat diatas
bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian cobalah
bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh
lalu luruskan kaki –kaki ibu (Aliahani, 2010).
e) Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka,
berjalanlah kedepan. Saat berjalan usahakan kepala tetap
tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama
32
beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur
(Handiyani, 2009).
f) Berdiri dan meraih
Duduklah dibagian tepi tempat tidur, angkat tubuh
hingga berdiri. Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan
otot –otot punggung agar dada mengembang dan
merenggang, cobalah untuk mengangkat tubuh ,mulai dari
pinggang perlahan –lahan, melawan dorongan alamia
untuk membungkuk, lemaskan tubuh kedepan selama satu
menit (Handiyani, 2009).
g) Menarik perut
Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot
dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan –
lahan letakkan kedua tangan diatas bekas luka dan
berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu,
lakukan 5 kali tarikan dan lakukan 2 kali sehari.
h) Saat menyusui
Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot –otot
perut selama beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5
sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui (Alihani, 2010).
33
2. Hari 4 –7
a. Menekuk pelvis
Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian
bawah ketempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis
akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukkan selama 2 detik.
b. Meluncurkan kaki
Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah secara
normal. Lalu luncurkan kaki diatas tempat tidur, menjauhi
tubuh. Serasa mendorong tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu
akan merasakan sedikit denyutan disekitar insisi. Lakuakan 4
kali dorongan untuk satu kaki.
c. Sentakan pinggul
Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki keatas
dan rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan
menunjuk ke arah jari –jari kaki. Dorong pinggul pada sisi
yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu, lalu
lemaskan. Dorong kaki menjauhi kaki menjauhi tubuh dengan
lurus. Lakuakn 6 hingga 8 pengulangan untuk masing–masing
tubuh.
d. Menggulingkan lutut
Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan
disamping tubuh untuk menjaga keseimbangan. Perlahan–
34
lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga
bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan
lutut kemasing-masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.
e. Posisi jembatan
Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk.
Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk
keseimbangan. Tekan telapak kaki kebawah dan perlahan –
lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang
tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali sehari.
f. Posisi merangkak
Perlahan –lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua
tangan dan kaki diatas tempat tidur. Saat ibu
mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tidak
nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberapa gerakan
dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur
dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan
sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong kearah bahu.
Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa
seolah –olah menggoyang –goyangkan ekor. Lakukan
gerakan ini 5 kali sehari.
Untuk mencega komplikasi post operasi seksio
sesarea, ibu harus segera maelakukan mobilisasi sesuai
dengan tahapannya. Oleh karena itu stelah mengalami seksio
35
sesarea, ibu harus melakukan mobilisasi sedini mungkin yaitu
2-4 jam setelah seksio sesarea. Semakin cepat ibu bergerak
semakin baik, namun mobilisasi dini harus dilakukan secara
hati-hati. (Sumantri, 2010).
Begerak akan mencegah kekuatan otot dan sendi
sehingga mengurangi rasa nyeri, menjamin kelancaran
peredaraan darah, memperbaiki pengaturan metabolisme
tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang
pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.
Menggerakan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi
pasca operasi disisi lain akan memperbugar pikiran dan
mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu
saja berpengaruh baik terhadap pemulihan fisik (Kusmawan,
2008).
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan secara bertahap
pasca operasi seksiosesarea yaitu pada 2 jam pertama ibu
harus tidur baring dulu dan mulai dapat menggerakan lengan,
tangan ujung jari, kaki dan memutar pergelangan tangan.
E. Landasan Teori
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui insisi dinding perut untuk melahirkan anak yang
tidak bisa dilakukan pervaginam atau karena keadaan lain yang
mengancam ibu atau bayi yang mengharuskan kelahiran dengan cara
36
segera sedangkan persyaratan pervaginam tidak memungkinkan.
Tindakan seksiosesarea tentu meninggalkan bekas luka operasi,
dimana luka operasi ini diharapkan dapat segerah sembuh tanpa
mengalami infeksi. Untuk proses penyembuhan luka tersebut tentunya
didukung dengan adanya faktor mobilisasi dini. (Winknjosasto, 2005)
Mobilisasi dini merupakan faktor yang berhubungan dengan
pemulihan luka post seksio sesarea karena mobilisasi dini mampu
melancarkan sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang lancar dapat
membantu dalam penyembuhan luka karena darah mengandung zat-
zat yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka seperti: oksigen, obat-
obatan, zat gizi. Apabila peredaran darah lancar maka zat-zat yang
dibutuhkan dapat terpenuhi dengan baik dan apabila peredaran darah
tidak lancar maka zat-zat yang dibutuhkan tersebut sulit untuk
dipenuhi. Ibu akan merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi
dini. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali
normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit. Dengan demikian ibu akan merasa sehat,
membantu memperoleh kekuatan dan mempercepat kesembuhan.
Mobilisasi dini memungkinkan terjadinya konteraksi uterus, dengan
demikian ibu akan cepat sembuh dan bisa merawat anaknya.
Mencegah terjadinya trombosit dan tromboemboli dengan mobilisasi,
sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan. (Soemantri, 2010)
37
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu:
Keterangan:
Variabel Independent : Mobilisasi dini
Variabel Dependent : Penyembuhan Luka pada Ibu
Post Seksio Sesarea
Penyembuhan Luka Pada IbuPost Operasi Seksio Sesarea
Mobilisasi Dini
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif yang dimakudkan untuk mendeskripsikan fakta mengenai
suatu keadaan secara objektif.
Rancangan penelitian
Gambar. Skema Deskriptif Kualitatif
Seluruh ibu yang melakukan mobilisasi dini
Ibu yangmelakukan
mobilisasi dini6-10 jam
Ibu yang tidakmelakukan
mobilisasi dinijam 6-10 jam
Penyembuhan luka
(+)
Penyembuhan luka
(-)
Penyembuhan luka (+)
Penyembuhan luka (-)
38
39
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilakukan di ruang Kebidanan Rumah Sakit
Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Maret sampai
April 2017.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post operasi seksio
sesarea operasi di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan post
operasi seksio sesarea di ruang Kebidanan Rumah Sakit Dewi
Sartika Kota Kendari dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 43
sampel.
Pada penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel
accidental sampling.
40
D.Variabel penelitian dan Definisi Operasional
Tabel 1. Variabel Penelitian dan definisi operaional
No. Variabel Devinisi Oprasional Skala
1. Mobilisasi Dini Kemampuan dalam
melakukan pergerakan tubuh
secara bebas, mudah,
teratur, dapat memutar,
pergerakan tangan 6-10 jam
pasca operasi sampai dapat
berjalan sendiri. Item
observasi sebanyak 10 : skor
nilai Skor tertinggi : 1x 10= 10
(100%) skor terendah: 1x 0=
0 (0%) Dikategorikan:
a. Baik : skor >50%
b. Kurang : skor <50%
(Handiyani, 2009)
Nominal
2. Penyembuhan Luka Penyembuhan luka yang
mana luka diusahakan
segera bertaut dengan
bantuan jahitan seperti pada
luka post operasi
seksiosesarea dan kondisi
Nominal
41
luka nampak kering dan
mulai tertutup Dikategorikan
menjadi :
a. Sembuh Cepat : 3-4
hari pasca operasi
b. Sembuh Lambat : ≥ 5
hari pasca operasi
(Handiyani 2009)
D. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Diperoleh melalui observasi dengan menggunakan
lembaran observasi yang meliputi data tentang tahap mobilisasi
dini dan penyembuhan luka pada ibu dengan post seksio sesarea
di ruang kebidanan rumah sakit Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2017.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari instansi terkait
yang berhubungan dengan penelitian seperti jumlah kejadian
seksiose sarea pada tahun sebelumya dan sebagainya.
42
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan tehnik observasi
dan dokumentasi pada setiap ibu post operasi seksio sesarea yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diambil sebagai
responden, kemudian diobservasi berdasarkan waktu, tanda-tanda
penyembuhan luka serta tahapan mobilisasi dini yang sesuai dengan
lembar observasi pada instrumen penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi
yang dibagi dengan 3 bagian yaitu:
1. Identitas Responden
Identitas responden berisi tentang data umum responden yang
terdiri dari nomor responden, Alamat responden, tanggal dan jam
operasi seksiosesarea.
2. Penyembuhan Luka
Lembar observasi untuk penyembuhan luka berisi tentang
tanda-tanda penyembuhan yang terdiri dari luka kering, jaringan
menyatu, serta tanda-tanda infeksi.
3. Mobilisasi Dini
Lembar observasi untuk mobilisasi dini berisi tentang tahap-
tahap mobilisasi dini.
43
F. Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan dua tahapan analisis yaitu
analisis univariat dan bivariat.
a. Analisis univariat
Bertujuan untuk mendapatkan gambaran distribusifrekuensi
dari setiap variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu
mobilisasi dini dan variabel Independen yaitu penyembuhan luka
operasi seksiosesarea.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang
antara dua variabel yaitu variabel dependen dan independen.
Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan
mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio
sesarea di ruang kebidanan rumah sakit umum Dewi Sartika
Provinsi Sulawesi Tenggara. Melalui program Statistic Produk and
Service Solution (SPSS) for Windows versi 16,0. Untuk melihat
hubungan variabel independen dengan variabel dependent dengan
uji statistik Chi square pada tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05 )
sebagai berikut :
X2 ∑(fo - fe)2
fe (Hastono dan Luknis, 2006)
44
Keterangan :
X2 = nilai chi square hasil perhitungan
Fo = frekuensi obsevarsi/observed frequencies
Fe = frekuensi harapan/xpected frequencies
Adapun kriteria penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Jika P value < 0,05 maka Ha diterima, berarti ada hubungan
variabel independent dengan variabel dependent (ada
hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka pada Ibu
post seksio sesarea di ruang Kebidanan Rumah sakit Dewi
Sartika Provinsi Sulawesi Sulawesi Tenggara).
2. Jika nilai P value α > 0,05, maka Ho diterima, berarti tidak ada
hubungan variabel independent dengan variabel dependent
(tidak ada hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan
luka pada ibu post seksio sesarea di ruang Kebidanan Rumah
Sakit Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Sulawesi Tenggara).
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari terletak di
jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota
Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas lahan
1.624 m². Rumah Sakit Umum Dewi Sartika memiliki batas
wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tandean
c. Sebelah timur : Perumahan penduduk
d. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Visi dan Misi RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Dalam menjalankan tugas dan fungsi RSU Dewi Sartika
Kota Kendari mempunyai visi dan misi :
a. Visi
Visi RSU Dewi Sartika Kota Kendari yaitu sebagai
“Terwujudnya rumah sakit yang mandiri dan bersaing global”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada
masyarakat.
45
46
2) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau
dengan mengutamakan kepuasan pasien.
4) Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya
Manusia).
3. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas pokok
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kota Kendari Adalah
melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka RSU
Dewi Sartika Kota Kendari mempunyai fungsi :
1) Menyelenggarakan pelayanan medik
2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
47
4. Fasilitas Layanan Kesehatan
Fasilitas /sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari ialah :
a. Pelayanan medis
1) Instalasi gawat darurat
2) Instalasi rawat jalan
a) Poliklinik obsgyn
b) Poliklinik umum
c) Poliklinik penyakit dalam
d) Poliklinik mata
e) Poliklinik bedah
f) Poliklinik anak
g) Poliklinik THT
h) Poliklinik radiologi
i) Poliklinik jantung
j) Poliklinik gigi anak
3) Instalasi rawat inap
a) Dewasa/anak/umum
b) Persalinan
4) Kamar operasi
a) Operasi obsgyn
b) Bedah umum
5) HCU
48
5. Sumber Daya Manusia
Tabel 2 : Data Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum DewiSartika Kota Kendari
No Jenis Tenaga StatusKetenagaan
JenisKelamin
Tetap TidakTetap
L P
1 2 3 4 5 6I.
II.
III.
IV.
Tenaga Medis1. Dokter Spesialis
Obgyn2. Dokter Spesialis
Bedah3. Dokter Spesialis
Interna4. Dokter Spesialis
anastesi5. Dokter Spesialis PK6. Dokter Spesialis Anak7. Dokter Spesialis
Radiologi8. Dokter Spesialis THT9. Dokter Spesialis Mata10.Dokter Spesialis
Jantung11.Dokter Gigi12.Dokter Umum
Paramedis1. S1
Keperawatan/Nurse2. D IV Kebidanan3. D III Kebidanan4. D III Keperawatan
Tenaga KesehatanLainnya1. Master Kesehatan2. SKM3. Apoteker4. D III Farmasi5. S1 Gizi6. D III Analis
Kesehatan
1-----------
265434511
-11113
1111
111111111113
-2--
-121--
---
2111--1-11-3
10--
11
-11--1
--2
----11-1--1-
167
4345
-11212
119
49
Non Medis1. D II Keuangan2. Diploma Komputer3. SLTA/SMA/SMU
Jumlah 67 19 24 60Sumber : Data primer terolah tahun 2017
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
Analisis data umum adalah suatu analisis yang
mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan kelompok
umur, dan pekerjaan, sebagai berikut.
a. Umur
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Post Operasi SeksioSesarea Berdasarkan Umur Di Ruang Kebidanan RumahSakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017
No Umur Frekuensi Persentase
1 < 20 tahun 5 11.6
2 20-35 tahun 32 74.5
3 >35 tahun 6 13.9
Jumlah 43 100
Sumber : Data primer terolah tahun 2017
Pada tabel 1 menunjukan karakteristik dari 43 responden
berdasarkan umur, diperbolehkan sebagian besar golongan
umur 20-35 tahun sebanyak 32 orang (74,5%) dan sebagian
kecil <20 tahun sebanyak 5 orang (11,6%).
50
b. Jenis Pekerjaan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Post Operasi SeksioSesarea Berdasarkan Pekerjaan Di Ruang Kebidanan RumahSakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 PNS 4 9.3
2 Swasta 16 37.2
3 IRT 23 53.5
Jumlah 43 100
Sumber: Data primer terolah tahun 2017
Pada tabel 2 menunjukan karekteristik dari 43
responden berdasarkan jenis pekerjaan, diperoleh sebagian
besar IRT sebanyak 23 orang (53,5%) dan sebagian kecil PNS
sebanyak 4 orang (9,3%)
51
2. Analisis Univariat
a. Mobilisasi dini
Tabel 3. Distribusi Frekuensi mobiisasi dini pada Ibu PostOperasi Seksio Sesarea Di Ruang Kebidanan Rumah SakitUmum Dewi Sartika Tahun 2017
No Mobiisasi dini Frekuensi Persentase
1 Baik 29 67.5
2 Kurang 14 32.5
Jumlah 43 100
Sumber: Data primer terolah tahun 2017
Pada tabel 3 menunjukan mobilisasi dini dari 43
responden, diperoleh sebagian besar dapat melakukan
mobilisasi dini dengan baik sebanyak 29 orang (67,5%) dan
sebagian kecil mobilisasi dini kurang sebanyak 14 orang
(32,5%)
b. Penyembuhan Luka
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka pada IbuPost Operasi Seksio Sesarea Di Ruang Bersalin RumahSakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017
No Penyembuhan Luka Frekuensi Persentase
1 Sembuh Cepat 30 69.7
2 Sembuh Lambat 13 30.3
Jumlah 43 100
Sumber: Data primer terolah tahun 2017
52
Pada tabel 4 menunjukan bahwa penyembuhan luka
dari 43 responden, diperoleh sebagian besar penyembuhan
luka cepat sebanyak 30 orang (69,7%) dan sebagian kecil
penyembuhan luka lambat sebanyak 13 orang (30,3%).
c. Hasil Analisis Bivariat
a. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka
Pada ibu Post Opperasi Seksio Sesarea
Tabel 5. Analisis Hubungan Mobilisasi Dini DenganPenyembuhan Luka Pada Ibu Post Operasi SeksioSesarea Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit UmumDewi Sartika Tahun 2017
Mobilisasi
Dini
Penyembuhan luka Jumlah P Value
Cepat Lambat N %
N % N %
Baik 26 60,6 3 6,9 29 67,5
0,000
Kurang 4 9,2 10 23,3 14 32,5
Total 30 69,8 13 30,1 43 100
Sumber: Data Primer terolah Tahun 2017
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 43 responden, terdapat 29
responden (67,5%) yang dapat melakukan mobilisasi dini dengan
kriteria baik, dimana sebagian besar atau 26 responden (60,6%)
mengalami penyembuhan luka yang cepat dan sebagian kecil atau
3 responden (6,9%) mengalami penyembuhan luka lambat.
Sedangkan 14 responden (32,5%) dapat melakukan mobiliasi
53
dengan kriteria kurang, dmana sebagian besar atau 10 responden
(23,3%) mengalami penyembuhan luka lambat dan sebagian kecil
atau 4 responden (9,2%) mengalami penyembuhan luka yang
cepat.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada
tingkat kepercayaan 95% (alfa=0,05) diperoleh nilai P vaule = 0,000
(0,000 < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji statistik ini
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mobilisasi
Dini Dengan Penyembuhan Luka Pada Ibu Post Operasi Seksio
Sesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Tahun 2017
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka berikut ini akan
dibahas tentang hubungan masing-masing variable yang diteliti sesuai
dengan tujuan penelitian
a. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka Pada Ibu
Post Operasional Seksio Sesarea
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji cji square pada
tingkat kepercayaan 95% (alfa = 0,05) diperoleh nilai P Value =
0,000 (0,000 < 0,05), maka Ha menerima dan Ho ditolak. Hasil uji
statistik ini menuunjukaan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka pada Ibu Post
54
Operasi Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Tahun 2017.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kusmawan (2008), pada
penelitiannya menyatakan hasil uji statistik dengan menggunakan
uji sguare pada tingkat kepercayaan 95% (alfa = 0,05) diperoleh
nilai p Value = 0,000 (0,000 < 0,05), maka penelitian yang kami
lakukan sesuai dengan hasil penelitian dari peneliti sebelumnya
yaitu ada hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini dengan
penyembuhan luka post operasi seksio sesarea.
Kusmawan (2008), menyatakan bahwa mobilisasi dini pada
ibu post partum dengan tindakan seksio sesarea adalaha suatu
pergerakan atau perubahan posisi yang dilakukan ibu setelah
beberapa jam melahirkan. Tujuan mobilisasi dini pada ibu post
partum dengan tindakan seksio sesarea adalah untuk membantu
mempercepat penyembuhan dan pengembalian secara berangsur-
angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi. Bergerak akan mengurangi kekakuan otot dan sendi
hingga mengurangi rasa nyeri, menjamin kelancaran peredaran
darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada
akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.
Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi
paska operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan
55
mengurangi dampak negative dari beban psikologis, yang tentu
saja berpengaruh baik terhadap pemulihan fisik.
Kebanyakan dari ibu post seksio sesarea masih
mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi
tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang
masih belum sembuh yang baru saja selesai dilakukan operasi.
Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan
justru hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau
pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat
ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan,
dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai level kondisi
seperti pra pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan
mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan
serta juga dapat mengurangi stress psikis (kusmawan, 2008).
Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini
merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah.
Dengan mobilisasi dini diharapkan ibu nifas dapat menjadi lebih
sehat dan lebih kuat, selain juga dapat membantu proses
penyembuhan luka akibat proses persalianan. Seksio sesarea
adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
56
dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi, persalinan melalui
seksio sesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena
diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi di lakukannya.
Seksio sesarea maupun perawatan ibu setelah tindakan Seksio
Sesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan
berdampak pada kematian ibu (Rahmadiana, 2008).
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 43 responden,
terdapat 3 responden (6,9%) yang dapat melakukan mobilisasi dini
dengan baik namun mengalami penyembuhan luka yang lambat.
Hal ini disebabkan walaupun responden mampu melakukan
mobilisasi dini dengan baik namun berdasarkan hasil observasi
nampak bahwa responden kurang memperhatikan personal
hygiennya oleh karena proses sadar lambat (post eklamsia dengan
penanganan obat khusus) sehingga resiko terkontaminasinya luka
operasi atau infeksi responden lebih tinggih sehingga dapat
mengalami proses penyembuhan luka yang lambat selain itu juga
nampak bahwa responden memiliki status gizi yang kurang
akibatnya memperlambat regenerasi jaringan.
Sedangkan 4 responden (9,2%) yang melakukan
mobilisasi dini dengan kriteria kurang mengalami penyembuhan
luka cepat. Hal ini disebabkan oleh responden sangat menjaga
personal hygien yang baik, serta ditunjang oleh sosial ekonomi
yang baik, gizi yang baik maka luka cepat sembuh
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan
mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka dapat di tarik
kesimpuan sebagai berikut:
1. Ibu yang bisa melakukan mobilisasi dini dengan baik di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
sebanyak 29 (67,5%)
2. Penyembuhan luka operasi di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 post seksio sesarea
sebanyak 30 (69.7%)
3. Ada hubungan antara Mobilisasi dini ibu post seksio sesarea
dengan proses penyembuhan luka operasi di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
B. Saran
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi Sartika untuk lebih aktif
melakukan penyuluhan tentang pentingnya mobilisasi dini secara
tersetruktur, dapat menjadi protap yang harus dilakukan bagi ibu
post opearasi seksio sesarea untuk mempercepat proses
penyembuhan luka pasca operasi sehingga pasien cepat pulang.
57
58
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi Sartika untuk lebih aktif
mengajarkan cara merawat diri / menjaga kebersihan diri terutama
sebelum dan sesudah operasi guna mencegah infeksi.
3. Bagi pasien mau melakukan tindakan mobilisasi dini dengan
menabaikan rasa takut dan sedikit nyeri, juga rumor/ mitos yang
berpendapat bahwa jika banyak ergerak setelah operasi maka
jahitan akan lepas atau putus. Mobilisasi pada pasien post operasi
seksio sesarea perlu dilakukan dimana keuntungan yang didapat
lebih cepat mengakhiri puasanya karena dampak dari pada
mobilisasi tersebut membuat peristaltik usus bagus, cepat platus,
bisa minum dan makan makanan yang bergizii sedikit demi sedikit
serta mencegah komplikasi penyakit lain.
4. Bagi peneliti untuk lebih memiliki motivasi dalam meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang riset atau penelitian
kesehatan dalam meningkatkan profesionalisme.
59
.
60
61
62
Lampiran 1
MASTER TABEL
HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SEKSIO SESAREADENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA BEKAS
OPERASI DI RUANG KEBIDANANRUMAHSAKIT UMUM DEWI SARTIKA
TAHUN 2017
No. Nama Umur(Tahun)
Pekerjaan RiwwayatSC
Penyembuhan Mobilisasidini
parietas
1 Ny. M 33 Swasta 1 Cepat Baik 32 Ny. U 26 IRT 0 Cepat Baik 23 Ny. A 25 IRT 0 Cepat Kurang 14 Ny. B 26 IRT 1 Cepat Kurang 25 Ny. P 37 Swasta 3 Cepat Baik 46 Ny. J 19 IRT 0 Cepat Baik 17 Ny. E 20 IRT 0 Lambat Kurang 18 Ny. L 34 IRT 2 Lambat Kurang 49 Ny. C 19 IRT 0 Cepat Baik 110 Ny. T 30 Swasta 0 Lambat Kurang 311 Ny. S 28 Swasta 1 Lambat Baik 212 Ny. Y 22 Swasta 0 Cepat Baik 113 Ny. N 29 Swasta 0 Cepat Baik 214 Ny. N 27 IRT 0 Lambat Kurang 215 Ny. C 19 IRT 0 Cepat Baik 116 Ny. E 24 IRT 1 Cepat Baik 217 Ny. D 30 IRT 0 Lambat Kurang 318 Ny. A 24 Swasta 0 Cepat Baik 119 Ny. P 27 Swasta 0 Cepat Baik 220 Ny. A 23 Swasta 0 Lambat Baik 121 Ny. I 27 Swasta 2 Cepat Baik 322 Ny. N 20 Swasta 0 Cepat Baik 123 Ny. B 31 IRT 0 Cepat Baik 324 Ny. S 25 IRT 0 Cepat Baik 325 Ny. M 19 IRT 0 Lambat Baik 1
63
26 Ny. A 24 IRT 1 Cepat Baik 227 Ny. M 30 IRT 0 Lambat Kurang 328 Ny. W 28 PNS 0 Cepat Baik 129 Ny. A 38 PNS 2 Cepat Baik 430 Ny. R 30 Swasta 0 Lambat Kurang 331 Ny. A 36 IRT 1 Cepat Baik 432 Ny. A 25 Swasta 0 Cepat Baik 133 Ny. P 29 PNS 1 Cepat Baik 234 Ny. R 21 IRT 0 Cepat Kurang 235 Ny. I 30 IRT 0 Cepat Baik 336 Ny. L 25 Swasta 0 Cepat Kurang 137 Ny. K 25 IRT 0 Cepat Baik 238 Ny. E 36 Swasta 0 Cepat Baik 339 Ny. L 18 IRT 0 Lambat Kurang 140 Ny. F 30 IRT 0 Cepat Baik 341 Ny. W 31 IRT 0 Cepat Baik 542 Ny. H 38 Swasta 0 Lambat Kurang 643 Ny. M 37 PNS 1 Lambat Kurang 3
64
65
66
67
Lampiran 3
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia
untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari, dengan judul
“Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka Post
Operasi Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017”.
Tanda tangan saya ini menunjukan bahwa saya diberikan informasi
dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kendari, Maret 2017
Responden
68
Lampiran 4
LEMBARAN CHEKLIST MOBILISASI POST PARTUM
A. IdentitasResponden
1. No Responden :2. Nama Ibu :3. Anak ke :4. Tanggal lahir anak :5. Jenis Kelamin :6. Pendidikan :7. Pekerjaan :8. Alamat :
Mobilisasi ibu
No GerakanHari 1-4
Ya Tidak
1. Leher menggerakkan dagumenempel kedada
2. Bahu menaikkan lengan dariposisi disamping tubuh kedepankeposisi diatas kepala,
3. Siku menekuk sehingga lenganbawah bergerak ke depan sendibahu dan tangan sejajar bahu,meluruskan siku denganmenurunkan tangan.
4. Memutar lengan bawah dantangan sehingga telapak tanganmenghadap ke atas, memutarlengan bawah sehingga telapaktangan menghadap kebawah.
5. Menggerakkan telapak tangankesisi bagian dalam lengan
69
Duduk (Gerakan hari 2 dan 3)
11. Kepala tegak, leher dan tulang belakang beradadalam kesejajaran yang lurus.
12. Beratbadanterbagi rata padabokongdanpaha13. Lengan bawah ditopang pada pegangan
tangan, di pangkuan atau di atas meja depankursi.
Gerakan kaki (Gerakan hari 3 dan 4)
bawah
6. Menggerakkan jari-jari sehinggajari-jari berada dalam arah yangsama,
7. Membuat genggaman,Melurus kan jari-jari tangan,
8. Meranggangkan jari-jari tanganyang satu dengan yang lain
9. Membentuk lingkaran danmeregangkan telapak tangan
10 Bernafas dalam-dalam
14 Menggerakkan tungkai atas kedepandan atas dan kembali kesamping,
15 Menggerakkan tungkai ataskebelakang tubuh
16 Memutar kaki dan tungkai kearahtungkai lain
17 Menggerakkan tungkai melingkar
18 Lutut menggerakkan tumit kearahbelakang paha mengembalikantungkai kelantai
70
Berdiri (Gerakan 4 dan 5)16 Kepala tegak
17 Bangkit dari tempat tidur
18 Ketika dilihat dari arah posterior, bahu danpinggul lurus dansejajar.
19 Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus20 Ketikadilihatdariarah lateral, kepalategak21 Lengan nyaman disamping22 Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan
dasar penopang, dan jari-jari kaki menghadap kedepan23 Dapat berjalan sendiri dengan posisi tubuhtegak
14 Menggerakkan kaki sehinggajari-jarikaki menekuk keatas dan kebawah.
15 Kaki memutar telapak kakikesamping dalam dan keluar
71
Lampiran 5
LEMBAR CHEKLIST PROSES PENYEMBUHAN LUKA
I. Identitas Responden
a. Nama ibu :
b. Umur :
c. Pekerjaan :
d. Riwayat Sectio Caesarea :
e. Paritas :
f. Pendidikan :
g. Alamat :
II. Pertanyaan
Penyembuhan Luka
No Item yag di ObservasiHari 1-5
HasilObservasiYA TIDAK
1 Luka dan daerah sekitarnya nampakbersih
2 Kondisi luka ibu nampak terdapat sedikitnekrosis jaringan
3 Jaringan normal di pertahankan4 Luka nampak kering (3-4 hari pasca
operasi)5 Apakah jahitan nampak utuh
72
6 Apakah tidak terdapat pendarahan
73
74
75
76
77
78