hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

53
1 HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA POLISI LALU-LINTAS DI POLWILTABES SEMARANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HEPPY ROOSARINA RAHAYU DEWI G0005109 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2OO9

Transcript of hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

Page 1: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

1

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA

POLISI LALU-LINTAS DI POLWILTABES SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HEPPY ROOSARINA RAHAYU DEWI G0005109

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2OO9

Page 2: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

2

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan antara Lingkungan Kerja dan Kejadian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Polisi Lalu Lintas

di Polwiltabes Semarang

Heppy Roosarina Rahayu Dewi, G0005109, Tahun 2009

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari , Tanggal

Pembimbing Utama

dr. Yusup Subagio Sutanto, Sp.P

NIP. 140 150 582 (…………………….)

Pembimbing Pendamping

dr. M. Arief T.Q. MSc

NIP.130 817 795 (…………………….)

Penguji Utama

DR.dr. Eddy Surjanto, Sp.P(K)

NIP. 140 071 304 (…………………….)

Anggota Penguji

dra. Siti Utari, M. Kes

NIP.131 471 447 (…………………….)

Surakarta,…………………2009

Ketua Tim Skripsi

dr. Sri Wahjono, M.Kes NIP. 030 134 646

Dekan FK UNS

Dr. A.A. Subijanto, dr.,MS.

NIP. 030 134 565

Page 3: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

3

ABSTRAK

Heppy Roosarina Rahayu Dewi, G0005109, 2009. Hubungan antara Lingkungan Kerja dan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Polisi Lalu Lintas di Polwiltabes Semarang, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penyakit menular yang sampai saat ini kejadiannya masih tinggi dan penangannya belum sepenuhnya berhasil adalah ISPA. Penyebaran penyakit ini sangat luas, komplikasinya membahayakan serta menyebabkan hilangnya hari kerja, bahkan berakibat kematian (khususnya pneumonia). Lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Tempat kerja di jalan pada polisi lalu lintas merupakan lokasi rawan yang menjadi perantara masuknya virus atau bakteri penyebab ISPA. Polusi udara dan banyaknya debu bertebaran di jalan turut menunjang terjadinya ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian ISPA. Penelitian dilakukan di Polwiltabes Semarang dengan sampel sebanyak 62 orang menggunakan kuesioner yang telah baku standar. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji Chi Kuadrat dan didapatkan hasil X2 hitung (0,995) < X2 tabel (2,706 maka disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara lingkungan kerja dan ISPA walaupun didapatkan insiden yang tinggi. Berdasarkan besarnya nilai RO, disimpulkan bahwa polisi lalu-lintas memiliki risiko untuk mengalami ISPA 1,97 kali lebih besar daripada polisi bagian administrasi. Kata kunci : Lingkungan kerja – ISPA – Polisi Lalu-lintas

iii

Page 4: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

4

ABSTRACT

Heppy Roosarina Rahayu Dewi, G0005109, 2009. The Relation of Occupational Environment and The Incident of Acute Respiratory Infection (ARI) in Traffic Police at Major City Police Department of Semarang, Script, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Nowadays, ARI is one of infectious disease which the incidence’s number is still high and the treatment hasn’t been done completely. The spreading of the disease is extensive, the complication is dangerous, and it also can cause a day work lost or even death (especially pneumonia). Environment influenced human’s health. Street as the work place of traffic police, is a dangerous place that become port de’ entree of viral and bacterial agent of ARI. The air pollution and many of flying dust in the street also supporting ARI. This research was done in Major City Police Department of Semarang, with 62 samples, using the standardized questionnaire. The result, which analyzed using the X2 test, the X2 count (0,995) < X2 table (2,706). We can conclude that there was no relation between the occupational environment and the incident of ARI eventhough there was high incident of ARI. Based on the large of OR value, we can conclude that traffic policeman has 1,97 bigger than administration policeman in the risk to experience ARI. Key word : Occupational environment – ARI - Traffic policeman

iv

Page 5: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

5

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas segala karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Hubungan antara Lingkungan Kerja dan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Polisi Lalu Lintas di Polwiltabes Semarang ini diajukan dalam rangka melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu yaitu : 1. Prof. DR. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P., selaku Pembimbing Utama yang telah

membimbing dan memberi saran-saran yang bermanfaat. 3. M. Arief T.Q., dr., MS., selaku Pembimbing Pendamping yang telah

membimbing dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat. 4. DR. Eddy Surjanto, dr., Sp.P(K)., selaku Penguji Utama yang telah memberi

masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Siti Utari, dra., M.Kes, Anggota Penguji yang telah memberikan saran-saran

dan motivasi dalam setiap bimbingan akademik selama kuliah preklinik ini. 6. Kapolwiltabes Semarang, Kasat dan wakasatlantas Polwiltabes Semarang,

Kakak, Briptu Yunanto yang membantu di Lantas, Briptu Eddy, Mbak Ririn, Inggrida yang membantu di Administrasi Bina Mitra Polwiltabes Semarang.

7. Ayah, ibu tercinta atas dukungan, senyuman, semangat dan doa yang mengalir di setiap waktu. Engkau adalah permata pelita di hati nanda dalam dunia.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna untuk kita semua. Surakarta, April 2009

Heppy Roosarina Rahayu Dewi

Page 6: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

6

A. Cara Kerja ..................................................................................... 24

B. Teknik Analisis ............................................................................. 24

C. Jadwal Penelitian ........................................................................... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 27

A. ...............................................................................................Hasil

Penelitian ....................................................................................... 27

B. ...............................................................................................Anali

sis Data .......................................................................................... 27

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 29

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 32

A. ...............................................................................................Simp

ulan................................................................................................. 32

B. ...............................................................................................Saran 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

LAMPIRAN

Page 7: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang juga menghadapi masalah polusi

udara, paling sering disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dan asap

pabrik. Tingkat polusi udara di kota-kota besar di Indonesia makin meningkat

sehingga masalah kesehatan terutama pernapasan juga bertambah. Bahkan

pajanan polusi udara dalam jangka lama, dapat menimbulkan perubahan atau

kerusakan histopatologi paru kesehatan (Munthe et al., 2003).

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan merupakan penyebab utama

kematian. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 mengungkapkan

peringkat dan besarnya kontribusi penyakit-penyakit tersebut terhadap

penyebab kematian (Singgih, 2000). Satu contoh penyakit menular yang

sampai saat ini angka kejadiannya masih tinggi dan penanganannya belum

sepenuhnya berhasil adalah ISPA (Jubaidillah et al., 2007).

Gas polutan berada dalam konsentrasi tinggi terutama terjadi di kota

besar dimana lalu lintas macet (Widjaja, 1993). Tempat kerja di jalan pada

polisi lalu lintas merupakan lokasi rawan yang menjadi perantara masuknya

virus atau bakteri penyebab ISPA (Mahmud, 2006). Dalam hal ini kesehatan

polisi lalu-lintas perlu dipikirkan (Widjaja, 1993).

Sekitar 17.600 orang dari 22.000 (sebanyak 80%) anggota Polda Metro

Jaya mengidap ISPA. Tingginya penderita ISPA tersebut dikarenakan

Page 8: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

8

sebagian besar diantara mereka bertugas di lapangan dalam waktu cukup lama

serta terkait dengan tingginya pencemaran di Jakarta dimana 70% berasal dari

kendaraan bermotor (Ditjen PPM & PL, 2004).

Pengetahuan dan pemahaman tentang infeksi ini menjadi penting

karena penyebarannya sangat luas, komplikasinya membahayakan serta

menyebabkan hilangnya hari kerja, bahkan berakibat kematian (khususnya

pneumonia) (Tirtawidjaja, 2005). Bila penyakit ISPA dapat dideteksi lebih

dini dan diobati secara tepat, maka angka kejadian penyakit ISPA dapat

diturunkan secara drastis (Jubaidillah et al., 2007).

Berdasar uraian diatas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian

untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian ISPA pada

polisi lalu lintas di Polwiltabes Semarang.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian ISPA pada

polisi lalu lintas di Polwiltabes Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja dengan

kejadian ISPA pada polisi lalu lintas di Polwiltabes Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pengaruh lingkungan kerja terhadap kejadian ISPA pada polisi lalu-lintas

di Polwiltabes Semarang.

Page 9: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

9

2. Manfaat Praktis

Apabila ternyata ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian

ISPA, dapat dilakukan usaha pencegahan/ deteksi dini dan pengobatan

yang tepat, sehingga dapat menurunkan kejadian ISPA di lingkungan kerja

polisi lalu-lintas.

Page 10: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lingkungan Kerja

Masalah kesehatan adalah suatu masalah komplek yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan individu maupun kesehatan

masyarakat. Untuk hal ini, Hendrik L. Blum menggambarkan ringkas

sebagai berikut :

Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat

faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal

pula. Salah satu faktor saja dalam keadaan terganggu (tidak optimal), maka

status kesehatan akan bergeser ke arah di bawah optimal (Notoatmodjo,

1997).

Keturunan

Status Kesehatan

Pelayanan Kesehatan

Lingkungan : - Fisik - Sosial ekonomi, budaya, dsb.

Perilaku

Page 11: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

11

Polusi adalah kombinasi cuaca dan partikel yang dibuang ke udara

dari berbagai sumber terutama asap buang kendaraan, industri, pusat

tenaga listrik, gas buang rumah tangga (Helmi, 2004). Lebih lanjut

dijabarkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya

unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan

terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara

umum serta menurunkan kualitas lingkungan (Sudrajad, 2005).

Sejalan dengan kehidupan masyarakat yang makin modern, jumlah

kendaraan bermotor makin bertambah, pabrik-pabrik industri juga

meningkat (Munthe et al., 2003). Tingginya volume kendaraan berkorelasi

dengan peningkatan polusi udara (Rudatin, 2004). Hal ini menimbulkan

dampak negatif berupa masalah kesehatan (Munthe et al., 2003). Masalah

kesehatan tersebut terutama adalah kesehatan paru (Faisal, 2003).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa polusi juga dapat merusak sistem

imun orang dewasa (Helmi, 2004).

Aktivitas kendaraan bermotor berkontribusi mencapai diatas 75%

dalam pencemaran udara terutama di kawasan padat lalu lintas, khususnya

untuk partikel debu sebagai dampak dari pertumbuhan transportasi dan

kendaraan bermotor (Bapennas, 2006). Permasalahan polusi udara akibat

emisi kendaraan bermotor sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan

(Ebenzener et al., 2006). Sebagai akibatnya maka prevalensi penyakit paru

di perkotaan meningkat (Tedjapranata, 2008).

Page 12: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

12

Sebagian besar zat-zat polutan secara langsung mempengaruhi

sistem pernafasan dan pembuluh darah. Pemaparan yang akut dapat

menyebabkan radang paru sehingga respon paru kurang permeabel, fungsi

paru menjadi berkurang (Yusad, 2003). Suma’mur menyimpulkan bahwa

pada umumnya polutan dapat menimbulkan gangguan pernapasan setelah

bekerja 5-15 tahun (Yulianti, 1998).

Dikenal enam jenis polutan udara urban utama yaitu sulfur dioksida

(SO2), nitrogen dioksida (NO dan NO2, bersama disebut NOx), karbon

monoksida (CO), timbal (Pb), ozon (O3) dan suspended particulate matter

(Susanto, 2003). Kendaraan bermotor mengandung proporsi yang

bervariasi dari CO2, H2O, CO, SO2, NOx, dan C2H4 (Anggarwulan et al,

2007). Tiga polutan dari udara yang paling banyak mempengaruhi

kesehatan paru adalah SO2, NO2, O3 (Susanto et al., 2003).

Sulfur dioksida yang terdapat dalam atmosfer dapat digunakan

sebagai indikator polusi udara (Munthe, 2003). Sumber utama SO2 di jalan

raya adalah kendaraan bermotor yang berkontribusi sampai diatas 95%

(Didik, 2004). Polutan ini larut dalam air sehingga sebagian SO2 tertahan

di saluran napas atas. Sekitar 90% SO2 diabsorbsi di nasofaring (Aditama,

1994).

Udara yang tercemar SO2 menyebabkan gangguan sistem

pernapasan. Gas ini menyerang selaput lendir hidung, tenggorokan dan

saluran pernapasan sampai paru-paru serta dapat menimbulkan iritasi pada

bagain tubuh yang terkena (Suparman, 2006). Gangguan fungsi paru yang

Page 13: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

13

terjadi disini dapat akut maupun kronik (Munthe, 2003). Pada paparan

cukup lama menimbulkan peradangan hebat selaput lendir diikuti paralisis

silia serta kerusakan epitel (Suparman, 2006).

Emisi kendaraan bermotor menyumbangkan 73% NO2 sebagai

salah satu polutan di udara (Faisal dan Priyono, 2003). Organ tubuh yang

paling peka terhadap pencemaran gas ini adalah paru-paru (Suparman,

2006). Inhalasi NO2 dapat menimbulkan penurunan fungsi paru,

meningkatkan frekuensi infeksi tergantung konsentrasi dan cara pajanan

(Faisal dan Priyono, 2003). Peningkatan kemungkinan infeksi ini

dihubungkan dengan gangguan sekresi mukus, kerusakan silia dan

gangguan imunitas humoral. (Aditama, 1994).

Ozon merupakan gas yang toksik terhadap saluran napas.

Penelitian dengan skala lebih besar pada pajanan minimal enam jam

ataupun pajanan berulang harian menunjukkan terjadinya penurunan

fungsi paru (Susanto et al., 2003). Paparan ozon 0,08-0,1 ppm pada

binatang percobaan menurunkan daya tahan terhadap kemungkinan

terjadinya infeksi (Aditama, 1994).

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ozon merusak

jaringan paru dan menimbulkan efek tidak sehat yang mungkin berlanjut

selama beberapa hari setelah pajanan (Susanto et al., 2003). Kerusakan

jaringan paru tersebut meliputi hiperplasia epitel alveolar dan gangguan

pada bronkiolus terminalis (Aditama, 1994). Pajanan ozon juga dapat

menyebabkan hiperesponsibilitas bronkus (Pohan et al., 2003).

Page 14: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

14

Gas NO2 dan ozon dapat mencapai alveoli dan mempunyai efek

toksik langsung terhadap makrofag alveolar yaitu mengurangi daya fagosit

dan antibakterisidal sehingga meningkatkan kemungkinan infeksi bakteri

(Faisal dan Priyono, 2003).

Reaksi jaringan terhadap debu bervariasi menurut aktivitas biologi

debu. Paparan debu anorganik cukup lama menimbulkan reaksi inflamasi

awal berupa pengumpulan sel di saluran napas bawah. Alveolitis dapat

melibatkan brokiolus bahkan saluran napas yang lebih besar, karena proses

ini dapat menimbulkan luka dan fibrosis unit alveolar. Fase alveolitis

secara klinik mungkin tidak diketahui. Gambaran fibrotik campuran dan

tidak beraturan terjadi pada paparan debu campuran (Yunus, 1994).

2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut

a. Pengertian ISPA

Istilah ISPA mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas

dalam Lokakarya Nasional ISPA di Cipanas, istilah ini merupakan

padanan istilah bahasa inggris Acute Respiratory infection (ARI)

(Menkes, 2002). ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas

maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus

maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Amin,

1989).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ISPA

Faktor utama adalah karena adanya polusi, sanitasi lingkungan

yang buruk, kurangnya imunisasi dan lainnya (Dinkes, 2005).

Page 15: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

15

1) Cuaca dan Iklim

Di negara tropis yang mempunyai dua musim, penyakit

ISPA terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada musim hujan. Saat

musim kemarau dimana kekeringan meluas dengan banyaknya

debu yang bertebaran di jalan akan meningkatkan penyakit ISPA.

2) Kepadatan penduduk

Kepadatan penghuni di dalam atau di luar rumah adalah

yang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya ISPA

3) Umur

Anak berusia di bawah 2 tahun berisiko lebih besar

daripada anak yang lebih tua. Keadaan ini mungkin karena pada

anak di bawah usia 2 tahun imunitas belum sempuma dan lumen

saluran nafas relatif sempit.

4) Jenis Kelamin

5) Perilaku hidup bersih dan sehat

6) Geografi

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah

endemik beberapa penyakit infeksi. Pengaruh geografis mendorong

terjadinya peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat

ISPA.

7) Lingkungan

Page 16: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

16

Pencemaran lingkungan seperti asap gas buang sarana

transportasi, polusi udara dan kebakaran hutan merupakan ancaman

terjadinya ISPA.

8) Kondisi ekonomi

Peningkatan penduduk miskin disertai menurunnya

kemampuan penyediakan lingkungan pemukiman yang sehat

mendorong meningkatnya penyakit.

(Amin, 1989; Menkes, 2002; Dinkes, 2005).

c. Penggolongan ISPA

Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi

menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis,

laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas

bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis,

bronkhiolitis, pneumonia (Depkes RI, 2005).

Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat

berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran

nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan

dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan

adalah otitis, sinusitis, dan faringitis (Depkes RI, 2005).

d. Etiologi

Penyebab terbanyak adalah virus. Beberapa penyakit dapat

disebabkan oleh bakteri baik infeksi primer maupun super infeksi

Page 17: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

17

(Purnamawari, 2008). Bakteri penyebabnya antara lain dari genus

Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan

Korinebakterium (Silalahi, 2008).

e. Patogenesis

Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia

luar sehingga dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan

efisien dari sistem saluran pernapasan ini (Amin, 1989).

Sistem pertahanan paru terhadap inhalasi debu dan zat yang

dapat merusak, secara umum terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1) Bentuk, struktur dan kaliber saluran napas yang berbeda-beda

merupakan saringan mekanik progresif terhadap udara yang

dihirup. Iritasi mekanik dan kimia merangsang reseptor di saluran

napas dan mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga mengurangi

penetrasi gas toksik dan partikel debu ke dalam saluran napas.

2) Lapisan cairan yang melapisi saluran napas dengan mekanisme

fisik mengeluarkan benda asing di permukaan saluran napas.

Dengan gerakan silia, cairan itu bergerak ke arah luar dikenal

sebagai mucosiliary escalator. Cairan ini mengandung zat yang

bersifat detoksifikasi dan bakterisid. Di bagian perifer, eksudasi

lambat dan terus membersihkan alveoli dan bronkiolus. Selain itu

makrofag alveolar memfagosit partikel di permukaan alveoli.

3) Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di paru yang

berperan terhadap partikel aktif biokimia yang tertumpuk di

Page 18: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

18

saluran napas. Sistem ini terdiri dari dua golongan yaitu imunitas

humoral dan imunitas seluler (Yunus, 1994).

Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen

penyebab penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain, atau

dari reservoir kepada induk semang baru. Penularan ini melalui

berbagai cara antara lain:

1) Kontak (contact)

Terjadi kontak langsung maupun tak langsung melalui

benda-benda terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan melalui

kontak langsung umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup

berjubel, cenderung terjadi di kota daripada di desa yang

penduduknya masih jarang.

2) Inhalasi (inhalation)

Inhalasi yaitu penularan melalui udara atau pernapasan oleh

karena itu, ventilasi rumah yang kurang, berjejalan dan tempat-

tempat umum adalah faktor yang sangat penting di dalam

epidemiologi penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini

sering disebut “air borne infection” (penyakit yang ditularkan

melalui udara).

3) Infeksi

4) Penularan melalui tangan, makaman, minuman

(Notoatmojo, 1997).

Page 19: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

19

Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa

hidung daripada mukosa laring. Penyebaran virus, terutama melalui

bahan sekresi hidung (Amin, 1989). Transmisi organisme melalui

penyegar udara, droplet, dan melalui tangan menjadi jalan masuk bagi

virus yang dapat menyebabkan ISPA. Hal ini dapat terjadi pada kondisi

yang penuh sesak (Mansjoer, 2004).

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa terjadinya infeksi

bakterial mudah terjadi pada saluran napas yang telah rusak sel-sel

epitel mukosanya yang disebabkan oleh infeksi-infeksi terdahulu

(Amin, 1989).

Keutuhan gerak lapisan mukosa dan silia dapat terganggu oleh

karena :

1) Asap rokok dan gas SO2, polutan utama adalah pencemaran udara.

Asap rokok atau polutan udara merangsang sel makrofag

dan neutrofil di paru menjadi aktif dan memproduksi elastase dan

kolagenase, yaitu enzim yang dapat merusak serat-serat elastin dan

kolagen. Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim

perusak (protease) dan enzim pelindung (alfa 1 antitripsin). Bila

kadar protease lebih banyak akan terjadi kerusakan elastin

sedangkan serat-serat ini merupakan kerangka dari alveoli dan

asinus kehilangan bentuknya. Asap rokok juga menghambat kerja

proteksi alfa 1 antitripsin. Yang jelas merokok jangka lama dapat

Page 20: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

20

menyebabkan obstruksi saluran napas sehingga faal paru

terganggu.

Pengaruh asap rokok mengakibatkan rusaknya epitel

bronkus yang kehilangan silia dan gangguan transpor mukosilier.

Hipertrofi dan hipersekresi sel-sel goblet terjadi pada kelenjar jalan

napas. Sel-sel epitel erosi sehingga mempengaruhi infeksi. Pada

jaringan paru terjadi penurunan kadar surfaktan sehingga alveoli

mudah kolaps dan mudah terjadi infeksi.

2) Sindrom Imotil

3) Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih).

(Widjaja, 1993; Witono, 1993; Amin, 1989).

Gambaran klinik radang oleh karena infeksi sangat tergantung

pada :

1) Karakteristik inokulum

2) Besarnya aerosol, tingkat virulensi jasad renik dan banyaknya

(jumlah) jasad renik yang masuk.

3) Daya tahan tubuh

Daya tahan tubuh terdiri dari utuhnya sel epitel mukosa dan

gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan IgA. Antibodi setempat

pada saluran napas adalah IgA,yang banyak terdapat di mukosa.

Kurangnya antibodi ini memudahkan terjadinya infeksi saluran

pernapasan.

(Amin, 1989).

Page 21: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

21

f. Tanda-tanda klinis

Dikatakan ISPA ringan yaitu bila didapat satu atau lebih gejala

batuk, pilek, suara serak dan demam. Pada ISPA sedang terdapat gejala

ISPA ringan ditambah satu atau lebih tanda dan gejala berupa

frekuensi pernapasan lebih dari 50/menit, wheezing, suhu 39oC atau

lebih. Kategori ISPA berat yakni bila terdapat gejala ISPA ringan atau

sedang ditambah satu atau lebih gejala berupa retraksi sela iga dan

fossa suprasternal waktu inspirasi, stridor, sianosis, napas cuping

hidung, kejang, dehidrasi, kesadaran menurun, terdapat membran

difteri (Suryatenggara, 1988).

g. Diagnosis

Diagnosis ISPA ditetapkan berdasar gambaran klinik (Hartono,

1988). Diagnosis etiologik tidak begitu penting karena sebagian besar

disebabkan oleh virus (Suryatenggara, 1988). Pemeriksaan penunjang

umumnya tidak diperlukan (Purnamawari, 2008).

h. Pengobatan

Sebagian besar dari ISPA hanya bersifat ringan seperti batuk

pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik (Ramadhan,

2007). Untuk semua infeksi saluran pernapasan atas, pengobatan yang

utama adalah istirahat dan meningkatkan cairan tubuh (Mansjoer,

2004).

Prinsip pengobatan tidak berdasarkan etiologi tetapi pada

beratnya penyakit. Pengobatan ISPA ringan secara simptomatik dan

Page 22: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

22

perawatan oleh keluarga. ISPA sedang biasanya memerlukan

antimikroba. ISPA berat perlu dirawat di rumah sakit dan ditangani

secara seksama karena angka kematian cukup besar (Suryatenggara,

1988).

Penyebab ISPA yang terbanyak adalah infeksi virus maka

pemberian antibiotika pada infeksi ini tidaklah rasional kecuali pada

sinusitis, tonsilitis eksudatif, faringitis eksudatif dan radang telinga

tengah (Daulay, 1992).

i. Antisipasi dan Penanganan

Untuk menangani suatu penyakit dibutuhkan pendekatan yang

menyeluruh. Suatu penyakit tidak akan pernah benar-benar bisa

dihilangkan dengan hanya pendekatan parsial, apalagi dengan

paradigma sakit. Untuk membentuk suatu masyarakat yang sehat dan

seimbang dengan lingkungannya, dibutuhkan paradigma sehat

(Ramadhan, 2007).

Penyakit ISPA masih bisa diantisipasi dengan menjaga sanitasi

lingkungan dan daya tahan tubuh (Dinkes, 2005). Saat daya tahan

tubuh lemah, mudah sekali terserang penyakit. Berikut adalah langkah-

langkah untuk mengantisipasi datangnya penyakit selama musim

kemarau:

1) Pertinggi daya tahan tubuh diri dengan memperhatikan asupan gizi

berkomposisi 4 sehat 5 sempurna. Atau bisa juga dengan minum

suplemen bila perlu, agar tubuh tetap bugar.

Page 23: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

23

2) Pastikan kebersihan makanan, diri dan lingkungan. Upaya ini

terbukti efektif untuk memberantas virus, bakteri, dan kuman.

3) Hindari tempat-tempat berpolusi. Bila tidak memungkinkan,

tutuplah hidung dengan tisu atau sapu tangan saat melewati tempat

tersebut.

4) Bila batuk-pilek tak kunjung sembuh dalam 1-2 hari, segera

berobat untuk menghindari penyakit lanjutan.(Rohandi, 2008).

3. Hubungan antara Lingkungan Kerja dan Kejadian ISPA

Lingkungan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kesehatan.

Kondisi lingkungan yang tertata baik membuat masyarakat hidup sehat,

sebaliknya kondisi lingkungan yang buruk membuat masyarakat rentan

terhadap berbagai macam penyakit baik penyakit infeksi maupun penyakit

non infeksi, contohnya yaitu tingginya penyakit ISPA (Suparman, 2006).

Banyaknya debu yang bertebaran di jalan merupakan salah satu

penyebab ISPA (Dinkes, 2005). Cuaca panas yang disertai tiupan angin

menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan bakteri, kuman,

dan virus penyebab berbagai penyakit (Rohandi, 2008).

Menurut Sharma et al., dalam Nindya dan Sulistyorini (2005), host,

lingkungan dan sosiokultural merupakan beberapa variabel yang dapat

mempengaruhi insiden dan keparahan penyakit ISPA.

Setiap hari polisi lalu lintas menghirup polusi di jalan raya dari

asap kendaraan bermotor (Rachmadi, 2005). Berdasar dari data Dinas

Kesehatan Kota Semarang, jenis penyakit yang salah satu penyebabnya

Page 24: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

24

polusi udara adalah ISPA (Bapennas, 2006). Hal ini menyebabkan angka

kejadian ISPA tinggi (Zein, 2008). Kondisi lingkungan yang masih kurang

dalam hal sanitasi menyebabkan tingginya penularan ISPA (Jubaidillah et

al., 2007).

Page 25: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

25

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Lingkungan kerja polisi lalu-lintas menurunkan angka kejadian ISPA.

Debu / partikel di udara terbuka

Faktor Endogen : a. usia b.imunitas c. genetik d, gizi

Faktor eksogen : a.merokokb. masa kerja ≥ 5 tahun

Kerusakan epitel saluran napas

Terjadi peradangan saluran napas

ISPA Paparan Polusi Udara

Tinggi Paparan Polusi Udara

Rendah

Perbandingan angka kejadian ISPA

Mikroorganisme-mikroorganisme (kuman, virus, riketsia) infeksius dan berpotensi menimbulkan ISPA

Asap kendaraan bermotor, asap pabrik, pencemaran lainnya

Subjek Mekanisme pertahanan saluran napas: a. Gerak mukosilia dan mukosa b. Makrofag alveoli. c. Antibodi setempat.

Lingkungan Kerja Polisi Lalu Lintas

Page 26: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Polwiltabes Semarang.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah polisi lalu lintas dan polisi bagian

administrasi di Polwiltabes Semarang yang memenuhi semua kriteria

penelitian yang telah ditentukan.

1. Kriteria inklusi :

a. Polisi

b. Masa kerja lebih dari atau sama dengan lima tahun

c. Usia produktif : 20-50 tahun

d. Jenis kelamin : laki-laki

e. Menandatangani surat persetujuan (informed consent) penelitian.

2. Kriteria eksklusi :

a. Riwayat penyakit paru (PPOK, radang paru-paru, asma, TBC)

b. Perokok aktif

Page 27: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

21

D. Sampel Penelitian

Besar sampel : n =

Keterangan

p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti pada populasi. p=34,8%

q : 1-p

Zα2 : nilai statistik Zα pada kurve normal standart pada tingkat

kemaknaan α = 10 % (0.01), sehingga Zα2 = 1, 64.

d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi

populasi, misalnya +/- 10%.

(Taufiqurrohman, 2004).

Sehingga berdasarkan hasil survei di tempat lain, yakni sebesar 34,8

%, dimana presisi yang diinginkan +/- 10%, tingkat keyakinan 90% (α=10%)

akan diperlukan sampel sebanyak :

n =

n = 61,025 (Pada penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 62 orang).

E. Teknik Sampling :

Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan accidental sampling.

F. Desain Penelitian :

Populasi (Sampel)

Lingkungan kerja Polisi lalu-lintas (luar

ruangan)

Lingkungan kerja Polisi bagian administrasi

(dalam ruangan)

ISPA (+) ISPA (-) ISPA (+) ISPA (-)

Zα2 . p .q

d2

1,64 . 1,64 . 0.34 . 0,652 0,1 . 0,1

Page 28: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

22

G. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : lingkungan kerja polisi

2. Variabel terikat : kejadian ISPA di saat dilakukan penelitian.

3. Variabel luar

a. Terkendali : jenis kelamin, usia, lama kerja, merokok.

b. Tak terkendali : imunitas, genetik, sosial ekonomi, kepadatan

penduduk, geografi, cuaca, perilaku atau gaya hidup.

H. Definisi Operasional Variabel

1. Lingkungan kerja

a. Definisi :

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar

pekerja pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik,

langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan

pekerjaanya saat bekerja (Intanghina, 2008). Polisi lalu lintas adalah

polisi yang bekerja di lingkungan kerja luar ruangan yaitu pada pos-

pos polisi di jalan raya.

b. Alat ukur : kuesioner.

c. Hasil : lingkungan kerja polisi lalu lintas (tepi jalan raya) dan

lingkungan kerja polisi bagian administrasi (dalam ruangan).

d. Skala pengukuran : nominal dikotomi.

2. ISPA

a. Definisi : Pengertian ISPA yaitu sebagai berikut: radang akut saluran

pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad

Page 29: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

23

renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang

parenkim paru (Amin, 1989).

b. Alat ukur : kuesioner.

c. Hasil : menderita ISPA dan tidak menderita ISPA.

d. Skala pengukuran : nominal dikotomi.

3. Jenis kelamin

a. Definisi : Jenis kelamin adalah jenis kelamin sampel dibedakan

menjadi laki-laki dan perempuan (Bektilestari, 2008).

Pada penelitian ini memakai sampel berjenis kelamin pria.

b. Alat ukur : kuesioner.

c. Hasil : laki-laki dan wanita.

d. Skala pengukuran : Nominal.

4. Usia

a. Definisi : Usia sampel adalah umur dalam tahun yang dihitung

berdasarkan selisih tahun wawancara dengan tahun kelahiran

(Bektilestari, 2008).

b. Alat ukur : kuesioner.

c. Skala pengukuran : rasio.

5. Lama kerja

a. Definisi : Lama kerja adalah lama seseorang bekerja dihitung semenjak

mulai bekerja di bagian tersebut, dalam satuan tahun.

Dalam penelitian ini sampel penelitian telah bekerja minimal lima

tahun di bagian lalu lintas (Yulianti, 1998).

Page 30: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

24

b. Alat ukur : kuesioner.

c. Skala pengukuran : rasio

6. Merokok:

a. Definisi : Perokok aktif adalah merokok lebih dari 100 sigaret

sepanjang hidupnya dan pada saat ini masih merokok atau telah

berhenti merokok kurang dari satu tahun (Kang et al., 2003).

Penelitian ini menggunakan sampel yang tidak merokok aktif.

b. Alat ukur : kuesioner.

c. Hasil : Merokok aktif dan tidak merokok aktif.

d. Skala pengukuran : nominal.

I. Cara Kerja

Memberikan kuesioner yang telah memenuhi standar baku untuk

penelitian ISPA kepada polisi yang dijadikan subjek penelitian, untuk diisi,

sehingga memperoleh data yang digunakan dalam penelitian

J. Teknik Analisis

Analisis data secara statistik dengan menggunakan uji Chi kuadrat

(X2) dengan rumus sebagai berikut :

X2 =

Keterangan :

X2 = Chi Square

N = Jumlah sampel

(Murti, 1994)

N.(ad-bc)2

(a+b).(b+d).(a+c).(b+d)

Page 31: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

25

No. Kriteria ISPA (+) ISPA (-)

1 Lingkungan kerja di ruangan

terbuka /pos-pos polisi di pinggir

jalan (paparan debu tinggi)

a b a + b

2 Lingkungan kerja di dalam

ruangan (paparan debu rendah)

c d c + d

a + c b + d N

p = 0, 1

Keterangan :

a : Jumlah polisi di lingkungan kerja terbuka (polisi lalu lintas) dengan

ISPA.

b : Jumlah polisi di lingkungan kerja terbuka (polisi lalu lintas) yang tidak

terkena ISPA.

c : Jumlah polisi di dalam ruangan (polisi bagian administrasi) dengan

ISPA.

d : Jumlah polisi di dalam ruangan (polisi bagian adminitrasi) yang tidak

terkena ISPA.

Interpretasinya :

1. Bila harga X2 hitung ³ harga X2 pada tabel maka Ho ditolak, H1

diterima.

2. Bila harga X2 hitung < harga X2 pada tabel maka Ho diterima.

Ho : tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan angka kejadian

ISPA pada polisi lalu lintas.

Page 32: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

26

H1 : ada hubungan antara lingkungan kerja dengan angka kejadian ISPA

pada polisi lalu lintas.

Page 33: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini diambil subjek penelitian di bagian lalu lintas sebanyak

31 orang dan 31 orang lagi yang bekerja di bagian administarsi Polwiltabes

Semarang.

Tabel 1. Hasil Penelitian Tentang Faktor Risiko dan Efek

ISPA (+) ISPA (-) No Kriteria

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Jumlah

1 Polisi di bagian

lalu lintas

27 (87,10%) 4 (12,90%) 31

(100%)

2 Polisi di bagian

administrasi

24 (77,42%) 7 (22,58%) 31

(100%)

Jumlah 51 (82,26%) 11 (17,74%) 62

(100%)

Dari data tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 62 polisi yang

dijadikan sampel penelitian, sebanyak 27 polisi bagian lalu lintas dan 24 polisi

bagian administrasi yang terkena ISPA.

B. Analisis Data

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan kerja dan

kejadian ISPA pada polisi lalu-lintas di Polwiltabes Semarang, maka digunakan

Page 34: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

28

analisis dengan uji Chi Kuadrat. Ratio odds (RO) digunakan untuk menilai

kekuatan hubungan (measure of association).

Harga X2 tabel pada db = 1 dengan taraf signifikasi 0,1 didapatkan 2,706.

No Kriteria ISPA (+) ISPA (-) Jumlah

1 Polisi di bagian lalu lintas (faktor risiko

positif)

27 (a) 4 (b) 31

2 Polisi di bagian administrasi (faktor

risiko negatif)

24 (c) 7 (d) 31

Jumlah 51 11 62

X2 hitung = 0,995

X2 tabel = 2,706

Jadi harga X2 hitung < X2 tabel sehingga Ho diterima, berarti tidak ada

hubungan bermakna antara lingkungan kerja dan kejadian ISPA pada polisi lalu-

lintas di Polwiltabes Semarang. Rasio Prevalensi (RP) didapatkan 1,125 dan RO

sebesar 1,96.

Page 35: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

29

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam diagnosis hubungan sebab akibat, perlu diperhatikan beberapa hal

dari pengembangan postulat Koch. Hal-hal tersebut meliputi:

1. Hubungan waktu benar

Sesuatu dapat disebut hubungan sebab akibat bila telah diyakini bahwa sebab

mendahului akibat. Dalam konteks hubungan antarvariabel maka variabel

bebas (penyebab, risiko) harus mendahului variabel terikat (efek, penyakit).

2. Asosiasi kuat

Hubungan yang kuat antara dua variabel akan lebih menyokong terdapatnya

hubungan sebab akibat.

3. Ada hubungan dosis (Dose dependent)

Bila besarnya asosiasi berubah dengan berubahnya dosis pajanan atau faktor

risiko, maka asosiasi sebab akibat.

4. Konsistensi

Bila terdapat hasil yang konsisten, baik dalam kelompok –kelompok dalam

subjek dalam penelitian lain, maka asosiasi kausal menjadi lebih mungkin.

5. Koherensi

Asosiasi disebut koheren bila sesuai dengan gambaran umum distribusi faktor

risiko dan efek pada populasi tertentu.

6. Biological plausibility

Page 36: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

30

Agar dapat disebut hubungan kausal, hubungan antara variabel bebas dan

terhantung harus dapat diterangkan dengan teori yang ada sekarang.

7. Kesamaan dengan hasil penelitian lain

Bila hasil penelitian menyokong hal-hal yang ditemukan dalam penelitian lain

maka hubungan kausal menjadi lebih besar.

Pada penelitian ini variabel bebasnya (lingkungan kerja polisi lalu-lintas di

Polwiltabes Semarang) dianggap mendahului terjadinya variabel terikat (kejadian

ISPA saat dilakukan penelitian).

Lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan (Suparman,

2006). Banyaknya debu bertebaran di jalan merupakan salah satu penyebab ISPA

(Dinkes, 2005). Cuaca panas disertai tiupan angin menciptakan kondisi yang

kondusif bagi perkembangan bakteri dan virus penyebab berbagai penyakit

(Rohandi, 2008). Setiap hari polisi lalu-lintas menghirup polusi di jalan raya dari

asap kendaraan bermotor (Rachmadi, 2005). Berdasar dari data Dinas Kesehatan

Kota Semarang, jenis penyakit yang salah satu penyebabnya polusi udara adalah

ISPA (Bapennas, 2006). Hal ini menyebabkan angka kejadian ISPA tinggi (Zein,

2008).

Hasil penelitian terhadap polisi lalu-lintas di Polwiltabes Semarang yang

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, didapatkan data-data yang kemudian

data tersebut digunakan sebagai bahan analisis Chi Kuadrat.

Dari hasil penelitian pada tabel 1 yang dijadikan sebagai dasar untuk

dilakukan analisis data, dapat diamati bahwa terdapat perbedaan yaitu kejadian

ISPA antara polisi lalu-lintas sebanyak 27 orang (87,1%) lebih besar daripada

Page 37: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

31

polisi bagian administrasi sebanyak 24 orang (77,4%). Tingginya insiden ISPA

bersesuaian dengan yang dikemukakan oleh Windarwati dan Nuri (2006) yaitu

bahwa polisi lalu-lintas sangat besar risikonya terkena ISPA. Aktivitas kendaraan

bermotor berkontribusi diatas 75% dalam pencemaran udara kota Semarang

terutama di kawasan padat lalu lintas, khususnya untuk partikel debu (Bapennas,

2006).

Hasil senada didapatkan pada sebuah penelitian serupa yang menyatakan

bahwa sekitar 17.600 orang dari 22.000 (sebanyak 80%) anggota Polda Metro

Jaya mengidap ISPA. Tingginya penderita ISPA tersebut dikarenakan sebagian

besar diantara mereka bertugas di lapangan dalam waktu cukup lama serta terkait

dengan tingginya pencemaran di Jakarta dimana 70% berasal dari kendaraan

bermotor (Ditjen PPM & PL, 2004). Tempat kerja di jalan misalnya pada polisi

lalu lintas merupakan lokasi rawan yang menjadi perantara masuknya virus atau

bakteri penyebab ISPA (Mahmud, 2006).

Dalam penelitian ini didapatkan hasil X2 hitung (0,995) < X2 tabel (2,706)

yang berarti tidak terdapat hubungan secara bermakna secara statistik antara

lingkungan kerja dan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada

Polisi Lalu-lintas di Polwiltabes Semarang walaupun didapatkan insiden ISPA

yang tinggi.

Angka Rasio Prevalensi (RP) didapatkan 1,125 berarti lingkungan kerja

polisi lalu-lintas memberikan risiko terjadinya ISPA. Berdasarkan besar RO yang

didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa polisi lalu-lintas memiliki risiko

untuk mengalami ISPA 1,97 kali lebih besar daripada polisi bagian administrasi.

Page 38: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

32

Penolakan terhadap H1 dimungkinkan oleh beberapa sebab :

1. Adanya kemungkinan polisi lalu-lintas berhubungan dengan polisi bagian

administrasi pada apel pagi, jam istirahat ataupun di luar jam kerja, serta tiap

senam di hari jumat sehingga kemungkinan terjadi penularan cukup tinggi.

Saat dilakukan penelitian ini, anggota-anggota kepolisian dari berbagai bagian

sering bercampur-baur mengadakan simulasi dan lokakarya bersama

menjelang pemilu.

2. Kondisi lingkungan pada polisi dalam ruangan (bagian administrasi) yang

kurang kondusif untuk kesehatan dimana adanya polisi lain yang merokok

dalam ruangan ber-AC.

3. Polusi udara yang tinggi secara umum dimana selain tingginya emisi

kendaraan bermotor, banyak berdiri pabrik-pabrik di kota Semarang.

4. Adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap ISPA selain paparan

polusi udara yaitu seperti imunitas dan genetik yang tidak dapat diketahui.

5. Jumlah sampel yang terbatas dikarenakan terbatasnya dana, waktu dan tenaga.

6. Pada penelitian ini digunakan studi cross sectional dimana dalam pembuktian

hubungan sebab akibat termasuk cara yang lemah.

Page 39: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

33

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dari responden polisi bagian lalu-lintas yang terkena ISPA sebanyak 27

orang (87,1%), sedangkan dari responden polisi bagian administrasi yang

terkena ISPA sebanyak 24 orang (77,4%).

2. Dari hasil analisis statistic dengan uji Chi Kuadrat, didapatkan X2 hitung

(0,995) lebih kecil dari X2 tabel (2,706) sehingga Ho diterima.

Berdasarkan RO, berarti angka kejadian ISPA pada polisi-lalu-lintas 1,96

kali lebih tinggi, namun setelah diuji ternyata tidak signifikan.

3. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

lingkungan kerja dan kejadian ISPA pada polisi lalu-lintas di Polwiltabes

Semarang.

B. Saran

1. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi polisi lalu-lintas harus lebih

diintensifkan, agar diagnosis dini terhadap polisi yang terkena ISPA dapat

segera ditegakkan, sehingga tidak berlanjut ke penyakit kronis saluran

pernafasan.

2. Diharapkan pihak Polwiltabes Semarang dapat mengintensifkan tindakan

pencegahan terhadap polusi udara dengan jalan penggunaan alat pengaman

(masker) dengan disiplin dengan maksud agar risiko terpapar oleh debu

Page 40: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

34

beserta polutan udara lainnya dapat dikurangi sehingga angka kejadian

ISPA dapat diminimalkan.

3. Disiplin dalam meminimalkan pola merokok di lingkungan kerja dalam

ruangan yang tertutup (ber-AC).

4. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap lingkungan kerja polisi

lalu-lintas dan disempurnakan dengan pengukuran polutan di lingkungan

kerja polisi lalu-lintas hubungannya dengan ISPA serta dengan sampel

yang lebih besar.

Page 41: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

35

DAFTAR PUSTAKA

Aditama T.Y., Mangunnegoro H., Tugaswati T. 1994. Polusi SO2, NO2 dan Ozon. Majalah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Volume 14 Nomor 3, pp: 15-7

Amin M, Alsagaff H, Saleh T. 1989. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga

University Press, pp: 37-42. Andra. 2007. Profil Penyakit Pada Masa Tanggap Darurat Banjir.

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=437. (14 September 2008).

Anggarwulan E., Solichatun. 2007. Kajian klorofil dan Karotenoid Plantago

major L. dan Phaseolus vulgaris L. sebagai Bioindikator Kualitas Udara. Biodiversitas Volume 8 Nomor 4, pp: 279-82.

Bapennas. 2006. Atlas Kualitas Udara Kota Semarang. http://udarakota.

bappenas.go.id/detail_uaqi.php?file=ATLAS%20Semarang%2022%20Nopember%202006-resize.pdf. (17 April 2009).

Bektilestari, P. 2008. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) karyawan

industri mebel Ngoresan dengan Masyarakat Sekitar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Daulay R.M. 1992. Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA). Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992 http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_KendalaPenangananInfeksiSaluranPernapasanAkut.pdf/16_KendalaPenangananInfeksiSaluranPernapasanAkut.html (14 September 2008).

Depkes RI. 2005. Pharmacheutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan.http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ISPA.pdf (14 Nopember 2008).

Dinkes. 2005. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2005. http://72.14.235

.104/serch?q=cache:kJOd9P-YLTEJ:www.dinkes kotasemarang.go.id/sta ticfiles/dokumen/analisa_profil_DKK_2005_ok.pdf+angka+kejadian+ISPA +di+Semarang&hl=id&ct=clnk&cd=30&gl=id (14 September 2008).

Ditjen PPM & PL. 2004. 17.600 Polisi Jakarta Derita ISPA. http://209.85.173.

132/search?q=cache:85OqpTl6aIAJ:www.penyakitmenular.info/detil.asp%3Fm%3D6%26s%3D2%26i%3D242+ISPA+pada+polisi+lalu+lintas&cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id (17 April 2009).

Page 42: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

36

Ebenezer L.T., Sinaga F.M., Kuron M. 2006. Pengaruh Bahan Bakar Transportasi terhadap Pencemaran Udara dan Solusinya. http://elisa. ugm.ac.id/files/rachmawan/LWiCSne0/Paper_TKK_I_Kel_2.pdf (16 Nopember 2008).

Faisal D.H., Priyono W.H. 2003. Pengaruh inhalasi NO2 tehadap Kesehatan paru.

Cermin Dunia Kedokteran Nomor 138, pp: 17-22. Hartono T.E., Wibisono M.Y., Rai I.B., Idajadi A. 1988. Pola Bakteriologis

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Orang Dewasa. Buku Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Konperensi Kerja Nasional V Ikatan Dokter Paru Indonesia, pp: 28-31.

Helmi. 2004. Peran Reaksi Alergi Akibat Polusi Gas Buang kendaraan pada

Rhinosinusitis. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 54 Nomor 5, pp: 181-4.

Intanghina. 2008. Pengaruh Budaya Perusahaan dan Lingkungan terhadap Kinerja

Karyawan. http://209.85.173.132/search?q=cache:oyp7Gs86NtQJ: intangh ina.wordpress.com/2008/04/28/pengaruh-budaya-perusahaan-dan-lingku ngan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan/+definisi+lingkungan+kerja&cd=4 & hl=id&ct=clnk&gl=id ((15 April 2009).

Jubaidillah, Julianda E, Dhannyella A.E. 2007. Pengetahuan dan Perilaku

Masyarkat tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Dusun Karang Ploso, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. http://bem.fkm.uad.ac.id/?download=PKMI%202008.pdf (14 September 2008).

Kang M.J., Mok-Oh Y., Lee J.C., Kim D.G., Park M.J., Lee M.G., Hyun I.G et al.

2003. Lung Matrix Metalloproteinase-9 Correlated with Smoking and Obstruction of Airflow. http://jkms.org/fulltext/pdf/jkms-18-821.pdf. (29 Oktober 2008).

Mahmud T. 2006. Musim Kemarau Tiba, Awas ISPA. http://www.persi.or.id/?

show=detailnews&kode=862&tbl=kesling (17 April 2009). Mansjoer A. 2004. Infeksi Saluran Pernapasan Atas. http://fkuii.org/tiki-

download_wiki_attachment.php?attId=1130&page=Catur%20Nila%20Pratiwi. (17 Nopember 2008).

Menkes. 2002. Lampiran I Keputusan Menteri KesehatanNomor : 1537.A /

MENKES/ SK/XII/ 2002 Tanggal : 5 Desember 2002. http://bankdata.depkes.go.id/data%20intranet/Regulasi/Kepmenkes/Lamp%20Kepmenkes%201537.A-MENKES-SK-XII-2002.pdf (14 Nopember 2008).

Page 43: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

37

Munthe E., Yunus F., Ikhsan W.M., 2003. Pengaruh Inhalasi Sulfur dioksida

terhadap kesehatan paru. Cermin Dunia Kedokteran Nomor 138, pp: 29-32.

Murti B. 1994. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik dalam Ilmu-Ilmu

Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, p: 44. Nindya T.S., Sulistyorini L. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian

ISPA. Jurnal Kesehatan Lingkungan Volume 2 Nomor 1, pp: 43-52. Notoatmojo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

pp: 35-179. Pohan M.Y.H., Yunus F., Priyono W.H. 2003. Asma dan polusi udara. Cermin

Dunia Kedokteran Nomor 141, pp: 27-2 Purnamawari. 2008. Infeksi Saluran Napas Akut Bagian Atas Untuk Dokter.

http://keluargasehat.wordpress.com/2008/10/28/infeksi-saluran-napas-akut -bagian-atas-untuk-dokter/#more-1633 (16 Nopember 2008).

Rachmadi R. 2005. Polisi Rawan Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2005/03/23/brk,20050323-24, id.html (24 September 2008).

Ramadhan T.R. 2007. Penyakit Berbasis Lingkungan di Situbondo.

http://tegarrezavie.multiply.com/journal/item/5 (14 September 2008). Rohandi H. 2008. Penyakit Angin dan Cuaca. http://www.tabloid-

nakita.com/artikel.php3?edisi=05230&rubrik=sehat (14 September 2008). Rudatin. 2004. Polusi di Karangayu-Penggaron Melebihi Ambang Batas

http://air.bappenas.go.id/doc/pdf/kliping/Polusi%20di%20Karangayu-Penggaron%20Melebihi%20Ambang%20Batas.pdf (15 April 2009).

Sarudji D. 2004. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi sulfur

dioksida (SO2) udara ambient di atas jalan-jalan raya di kota Surabaya. Jurnal Kedokteran YARSI Nomor 12, pp: 60-5.

Silalahi L. 2008. Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan Pneumonia.

http://www.tempo.co.id/hg/narasi/2004/03/26/nrs,20040326-07,id.html (14 Nopember 2008).

Singgih. 2000. Mewaspadai Gangguan ISPA pada Pedagang Asongan.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=177003 (24 September 2008).

Page 44: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

38

Sudrajad A. 2005. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan. http://io.ppi-

jepang.org/article.php?id=111 (15 April 2009). Suparman. 2006. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Dampaknya terhadap

Kesehatan Masyarakat. Enviro Volume 1 Nomor 1, Maret 2006, pp: 33-6. Susanto A.D., Yunus F., Wiyono W.H., Ikhsan M. 2003. Pengaruh Inhalasi Ozon

terhadap Kesehatan Paru. Cermin Dunia Kedokteran Nomer 138, pp:11-4. Suryatenggara W. 1988. Program Pendekatan ISPA ditinjau dari Aspek

Diagnostik dan Terapi. Buku Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Konperensi Kerja Nasional V Ikatan Dokter Paru Indonesia, pp: 64-9.

Taufiqurrohman M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu

Kesehatan. Klaten : CSGF (the Community of Self Help Group Forum), p: 129.

Tedjapranata M. 2008. Ibadah Puasa Ditengah Global Warming.

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=926 (16 Nopember 2008).

Tirtawidjaja M.K. 2005. Pharmacheutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan. http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceuti cal /ISPA.pdf (14 Nopember 2008).

Widjaja A. 1993. Penelitian Epidemiologi Pengaruh Lingkungan pada Penyakit

Paru Obstruktif Menahun (PPOM) di 37 Puskesmas, Mewakili Semua Kabupaten di Jawa Timur. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VI Persatuan Dokter Paru Indonesia, pp: 144-60.

Windarwati dan Nuri. 2006. Perbedaan Risiko Terkena ISPA pada Polisi Lalu-

lintas di Polres Gresik menurut Tingkat Kepadatan Lalu-lintas. http://209.85.173.132/search?q=cache:FP42sdB4jTQJ:www.adln.lib.unair.ac.id/go.php%3Fid%3Dgdlhub-gdl-s1-2006-windarwati-2609%26PHP SESSID%3Dd04f06708a81033bcd34c3ce3bd2d2eb+ISPA+pada+polisi+lalu+lintas+UNAIR&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

Witono R. 1993. Faal Paru pada Laki-Laki Perokok, Bekas Perokok dan Bukan

Perokok. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VI Persatuan Dokter Paru Indonesia, pp: 279-80.

Yulianti A. 1998. Hubungan antara Lingkungan Kerja Batik dengan Angka

Kejadian ISPA. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, p: 9.

Page 45: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

39

Yunus F. 1994. Pneumokoniasis. Majalah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Volume 14 Nomor 3, pp: 22-3

Yusad Y. 2003. Polusi Udara di Kota-Kota Besar Dunia. http://libra

ry.usu.ac.id/download/fkm/fkm-yusniwarti.pdf (16 Nopember 2008). Zein U. 2008. Bersepeda Kurangi Polusi Udara. http://209.85.175.104/search

?q=cache:b7J8FzynbEQJ:bppi-medan.depkominfo.go.id/index.php%3F get%3Dmodules%26mod%3Dkajian%2520media%2520lokal%26view%3D47%26pageID%3D3+jurnal+ISPA&hl=id&ct=clnk&cd=16&gl=id (16 Nopember 2008).

Page 46: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

40

KUISIONER PENELITIAN

Hubungan antara Lingkungan Kerja dan Kejadian Infeksi Saluran

Pernapasan Akut pada Polisi Lalu Lintas di Polwiltabes Semarang

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Bagian :

Tanda Tangan :

LINGKARILAH JAWABAN ANDA !

(Ya = Y, Tidak = T )

1. Apakah Anda sudah bekerja di Polwiltabes Semarang sekurang-kurangnya

lima tahun?

Y / T

2. Apakah Anda pernah merokok ?

Y / T

3. Apakah Anda seorang perokok?

Y / T

4. Pernahkah Anda merokok100 batang/lebih selama hidup Anda?

Y / T

5. Pernahkah saat ini Anda merasakan?

a. Badan panas Y / T

b. Batuk Y /T

c. Pilek Y / T

d. Nyeri Tenggorokan Y / T

Page 47: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

41

6. Selama ini, pernahkah Anda menderita infeksi saluran pernapasan yang

berlangsung selama 14 hari / kurang dan itu dengan gejala :

a. Batuk

b. Pilek

c. Sesak napas

d. Nyeri Tenggorokan

e. Demam (Panas Sekali)

( Jawaban boleh lebih dari satu atau tidak sama sekali )

7. Apa Anda pernah atau sedang menderita penyakit yang dipastikan dokter

berupa :

a. Bronkitis kronis Y / T

b. Radang paru-paru Y / T

c. TBC Y / T

d. Asma Y / T

8. Apa dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja Anda terpapar oleh asap

kendaraan bermotor / polusi udara yang lain ? Y / T

9. Apa Anda sehari-hari terpapar oleh asap kendaraan bermotor / polusi udara

yang lain di tempat kerja Anda ? Y / T

10. Berapa lamakah Anda terpapar asap dan debu kendaraan bermotor (polusi

udara) dalam satu hari?

a. 1-2 jam

b. 3-4 jam

c. 5-6 jam

d. …… jam

Page 48: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

42

10. Apa Anda menggunakan pengaman (penutup hidung atau yang sejenisnya )

Y / T

11. Apa Anda menggunakan pengaman dengan disiplin ?

a. Kadang-kadang

b. Selalu

12. Apa rumah Anda terlalu sumpek- sempit dan padat ?

Y / T

13. Apa keluarga Anda memasak memakai :

a. Kayu Y / T

b. Kompor minyak Y/ T

c. Kompor gas Y / T

14. Sudah berapa lama Anda bekerja di Polwiltabes Semarang ? …….

Kriteria ISPA diambil dari kriteria ISPA ringan yaitu bila didapat satu atau lebih gejala batuk, pilek, suara serak dan demam (Suryatenggara, 1988).

Page 49: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

43

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Polisi * ISPA 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%

Polisi * ISPA Crosstabulation

Count

ISPA

Positif Negatif Total

Lalu-lintas 27 4 31 Polisi

Administrasi 24 7 31

Total 51 11 62

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .995a 1 .319

Continuity Correctionb .442 1 .506

Likelihood Ratio 1.005 1 .316

Fisher's Exact Test .508 .254

Linear-by-Linear

Association .979 1 .323

N of Valid Casesb 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Page 50: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

44

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .126 .319

N of Valid Cases 62

Page 51: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

45

Lampiran 5

Penghitungan Uji Chi Kuadrat

Tabel yang digunakan adalah 2x2, maka derajat kebebasannya yaitu :

Derajat bebas= (r-1).(c-1)

Dengan r = jumlah baris

c = jumlah kolom

Db = (2-1).(2-1)

= 1

Harga X2 tabel pada db = 1 dengan taraf signifikasi 0,1 didapatkan 2,706.

Tabel 3. Hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian ISPA pada polisi lalu-

lintas di Polwiltabes Semarang

No Kriteria ISPA (+) ISPA (-) Jumlah

1 Polisi di bagian lalu lintas (faktor risiko

positif)

27 (a) 4 (b) 31

2 Polisi di bagian administrasi (faktor

risiko negatif)

24 (c) 7 (d) 31

Jumlah 51 11 62

X2 =

=

=

= 0,995

X2 hitung = 0,995

X2 tabel = 2,706

Jadi harga X2 hitung < X2 tabel sehingga Ho diterima, berarti tidak ada

hubungan bermakna antara lingkungan kerja dan kejadian ISPA pada polisi lalu-

lintas di Polwiltabes Semarang.

N.(ad-bc)2

(a+b).(c+d).(a+c).(b+d)

62 [(27x7)-(4x24)] 2

(27+4).(24+7).(27+24).(4+7)

62 (189-96)]2

31 x 31 x 51 x 11

Page 52: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

46

Rasio Prevalensi =

27 24

= :

27+4 24+7

= 1,125

Lampiran 6

DATA

Polisi Bagian Lalu-lintas No. Nama ISPA 1 Drs +

a c : a + b c + d

Polisi Bagian Administrasi No. Nama ISPA 1 Tryd + 2 Mirw + 3 Nryn + 4 Spry + 5 Srjk + 6 Sprd + 7 Ynrt + 8 Edks + 9 Fshd + 10 Wdhs + 11 Abtg + 12 Pwt + 13 Elmh + 14 Ksmn + 15 Afz + 16 Dnn + 17 Wgy + 18 Rsdy + 19 Swrm - 20 Ands - 21 Abrr - 22 Hrwn - 23 Kswn - 24 Dyn - 25 Agdh - 26 Znd + 27 Jkbd + 28 And + 29 Emts + 30 Smyd + 31 Bdmn +

Page 53: hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian infeksi saluran ...

47

2 Jkbs + 3 Adss + 4 Imsf + 5 Pn + 6 Djkt + 7 Sgnr + 8 Rhmb + 9 Ddgs + 10 Jwrs - 11 Kkhh - 12 Sslh - 13 Kkhw - 14 Arft + 15 Stnt + 16 Srjn + 17 Skrj + 18 Rhmd + 19 Ttsw + 20 Skwr + 21 Flxt + 22 Sprm + 23 Strn + 24 Snrd + 25 Hrmk + 26 Strt + 27 Rswn + 28 Srln + 29 Jhns + 30 Alsk + 31 Ednh +