HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP...

91
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA TANGERANG SELATAN LAPORAN PENELITIAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh : Reza Aulia Fikri 1113103000020 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Transcript of HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA

TERHADAP EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA

PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA

TANGERANG SELATAN

LAPORAN PENELITIAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK

MEMPEROLEH GELAR SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh :

Reza Aulia Fikri

1113103000020

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP

EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN

RENI JAYA TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Reza Aulia Fikri

NIM: 1113103000020

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 4: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN

USIA TERHADAP EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI

KPKM BUARAN DAN RENI JAYA TANGERANG SELATAN yang

diajukan oleh Reza Aulia Fikri (NIM 1113103000020), telah diujikan dalam

sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 11 November

2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter.

Ciputat, 11 November 2016

Page 5: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan

pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan rahmat dan ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul

“HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP

EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN

RENI JAYA TANGERANG SELATAN.”

Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta,

2. dr. Achmad Zaki,Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter,

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program

Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013,

4. dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D dan dr.Erike Anggraini Suwarsono,

M.Pd selaku pembimbing pertama dan kedua saya yang selalu

membimbing, mengajarkan, memfasilitasi, dan menyemangati.

5. Kedua orang tua saya, Achmad Sobari dan Neneng Hozanah yang selalu

memberikan kasih sayang, cinta, doa, dan semangat, sehingga memotivasi

dan menguatkan saya dalam melakukan penelitian ini.

6. Kakak dan adik saya tercinta, Rifqi Fadhilah dan Ramzy Arianka Hafiez

yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Seluruh petugas di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

vi

8. Laboran di laboratorium kultur genetik, biologi, dan biokimia yang telah

membantu berlangsungya penelitian ini. Serta kepada Anisa mahasiswa

UNJ program studi Biologi angkatan 2012 yang telah membimbing dan

membantu penelitian ini.

9. Teman sekelompok dan seperjuangan penelitian, Muhammad Rizki Dwi

Syahputra, Hafiez Muhammad Ikhsan, Siti Fauziah dan Nabila Putri

Hazima yang telah menyemangati, membantu, dan berjuang bersama di

dalam penelitian ini.

10. Semua responden yang telah bersedia untuk menjalani penelitian ini.

11. Seluruh mahasiswa PSKPD UIN Jakarta angkatan 2013.

12. Serta untuk semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis

terima demi laporan penelitian yang lebih baik. Penulis berharap penelitian ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Akhir kata, semoga segala

bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasam, rahmat, dan

ridho dari Allah SWT, Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ciputat, 11 November 2016

Penulis

Page 7: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

vii

ABSTRAK

Reza Aulia Fikri. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan

Antara Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Ekspresi Gen Arg389Gly pada

Pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan.

Polimorfisme gen Arg389Gly rs1801253 telah terdeteksi pada reseptor β1

adrenergik. Reseptor β1 adrenergik berperan penting dalam pengaturan curah

jantung, dan mediasi transduksi sinyal di sistem simpatis-adrenal, serta agen-agen

yang menghalangi tekanan darah menjadi rendah, sehingga dapat meningkatkan

risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan

usia terhadap frekuensi gen Arg389Gly, sebuah studi asosiasi genom dilakukan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel diperoleh dari pasien yang berobat di

KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan (N=29). Responden terdiri dari

perempuan sebanyak 21 orang dan laki-laki sebanyak 8 orang dengan rentang usia

dari 30 – 70 tahun. Metode yang digunakan adalah sekuensing untuk skrining gen

Arg389Gly rs1801253 dan pemeriksaan tekanan darah dengan sfigmomanometer.

Hasilnya, frekuensi gen Arg389Gly rs1801253 pada responden adalah wildtype

(34,483%), heterozigot (0%), variant (65,517%). Adapun frekuensi gen

Arg389Gly rs1801253 pada laki-laki adalah wildtype (75%), heterozigot (0%),

dan variant (25%). Sedangkan, frekuensi gen Arg389Gly rs1801253 pada

perempuan adalah wildtype (19,048%), heterozigot (0%), dan variant (80,952%).

Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

genotip (p=0,009). Rata-rata usia responden adalah 49,93 tahun dengan standar

deviasi sebesar 8,936. Hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

antara usia dengan genotip (p=0,743). Rata-rata tekanan darah sistolik responden

adalah 135,17mmHg dengan standar deviasi sebesar 15,029. Hasilnya

menunjukkan hubungan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dengan

genotip (p=0,041). Rata-rata tekanan darah diastolik responden adalah

82,07mmHg dengan standar deviasi sebesar 7,736. Hasilnya menunjukkan

hubungan yang signifikan antara tekanan darah diastolik dengan genotip

(p=0,050).

Kata Kunci : Arg389Gly, rs1801253, Sekuensing

Page 8: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

viii

ABSTRACT

Reza Aulia Fikri. The Study Program of Medicine and the Medical

Profession. The Relationship Between Gender and Age of the Arg389Gly

Gene Expression in Patients at KPKM Buaran and Reni Jaya South

Tangerang.

Arg389Gly rs1801253 polymorphism has been detected in β1 adrenergic

receptors. Β1 adrenergic receptors play an important role in the regulation of

cardiac output, and mediating signal transduction in the sympathetic-adrenal

system, as well as agents that prevent low blood pressure, which can increase the

risk of hypertension. To determine the relationship between gender and age of the

gene frequency Arg389Gly, a genome-wide association studies conducted in UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Samples were obtained from patients treated in

KPKM Buaran and Reni Jaya South Tangerang (N = 29). Respondents consisted

of 21 persons women and men of 8 people with an age range of 30-70 years. The

method used is to screen for gene sequencing Arg389Gly rs1801253 and blood

pressure with a sphygmomanometer. As a result, the frequency of rs1801253 gene

Arg389Gly the respondents are wildtype (34.483%), heterozygous (0%), variant

(65.517%). The frequency of rs1801253 Arg389Gly genes in males is wildtype

(75%), heterozygous (0%), and variant (25%). Meanwhile, Arg389Gly rs1801253

gene frequency in women is wildtype (19.048%), heterozygous (0%), and variant

(80.952%). The results show a significant relationship between sex and genotype

(p = 0.009). The average age of respondents was 49.93 years with a standard

deviation of 8.936. The results showed no significant difference between age and

genotype (p = 0.743). The average systolic blood pressure of respondents are

135,17mmHg with a standard deviation of 15.029. The results showed a

significant association between systolic blood pressure by genotype (p = 0.041).

The average diastolic blood pressure was 82,07mmHg respondents with a

standard deviation of 7.736. The results showed a significant association between

diastolic blood pressure with the genotype (p = 0.050)

Key Words : Arg389Gly, rs1801253, Sequencing

Page 9: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERNYATAAN ii

LEMBAR PERSETUJUAN iii

LEMBAR PENGESAHAN iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Hipotesis 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.5.1 Bagi Institusi 3

1.5.2 Bagi Peneliti 3

1.5.3 Bagi Peneliti Lain 3

1.5.4 Bagi Masyarakat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Landasan Teori 4

2.1.1 Definisi Hipertensi 4

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi 4

2.1.3 Epidemiologi Hipertensi 6

Page 10: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

x

2.1.4 Etiologi Hipertensi 9

2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologis Hipertensi 10

2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi 15

2.1.7 Faktor Risiko Hipertensi 15

2.1.8 Diagnosis Hipertensi 15

2.1.9 Komplikasi Hipertensi 16

2.1.10 Prognosis Hipertensi 16

2.1.11 Tata Laksana Hipertensi 16

2.1.12 Jenis Kelamin dan Usia dengan Hipertensi 19

2.1.13 Gen Arg389Gly dengan Hipertensi 19

2.1.14 DNA 21

2.1.15 Mutasi Gen 22

2.2 Kerangka Teori 24

2.3 Kerangka Konsep 24

2.4 Definisi Operasional 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26

3.1 Desain Penelitian 26

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 26

3.2.1 Waktu Penelitian 26

3.2.2 Tempat Penelitian 26

3.3 Populasi dan Sempel Penelitian 26

3.3.1 Populasi Target 26

3.3.2 Populasi Terjangkau 26

3.3.2.1 Kriteria Inklusi 27

3.3.2.2 Kriteria Eklusi 27

3.3.2.3 Kriteria Eliminasi/Drop Out 27

3.3.3 Perkiraan Besar Sampel 27

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel 29

3.4 Cara Kerja Penelitian 29

3.4.1 Alat dan BahanPenelitian 29

Page 11: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xi

3.4.2 Penyuluhan dan Skrining 30

3.4.3 Flebotomi 30

3.4.4 Isolasi DNA 31

3.4.5 Polymerase Chain Reaction (PCR) 32

3.4.6 Gel Elektroforesis 32

3.4.7 Sekuensing 33

3.5 Alur Penelitian 35

3.6 Pengolahan dan Analisa Data 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37

4.1 Hasil 37

4.1.1 Data Karakteristik Responden 37

4.1.2 Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Genotip Arg389Gly 38

4.1.3 Hasil Hubungan Usia dengan Genotip Arg389Gly 38

4.1.4 Hasil Hubungan Sistol dengan Genotip Arg389Gly 39

4.1.5 Hasil Hubungan Diastol dengan Genotip Arg389Gly 39

4.2 Pembahasan 40

4.3 Kelebihan Penelitian 42

4.3 Keterbatasan Penelitian 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 43

5.1. Simpulan 43

5.2. Saran 43

BAB VI KERJASAMA RISET 44

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 48

Page 12: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 4

Tabel 2.2 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi 8

Tabel 2.3 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Terendah 8

Tabel 2.4 Definisi Operasional 25

Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden (Kategorik) 37

Tabel 4.2 Data Karakteristik Responden (Numerik) 37

Tabel 4.3 Frekuensi Genotip Berdasarkan Jenis Kelamin 38

Tabel 4.4 Frekuensi Genotip Berdasarkan Usia 38

Tabel 4.5 Frekuensi Genotip Berdasarkan Sistol 39

Tabel 4.6 Frekuensi Genotip Berdasarkan Diastol 39

Tabel 7.5.1 Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel 58

Tabel 7.8.1 Data Karakteristik Responden 64

Page 13: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah 7

Gambar 2.2 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin 9

Gambar 2.3 Penentu Tekanan Darah Arteri Rerata 11

Gambar 2.4 Saraf Simpatis Parasimpatis dengan Tekanan Darah 13

Gambar 2.5 Refleks Baroreseptor Memulihkan Tekanan Darah 14

Gambar 2.6 Patogenesis Hipertensi 14

Gambar 2.7 Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut NICE 2013 18

Gambar 2.8 Pengobatan Hipertensi Menurut NICE, 2013 18

Gambar 2.9 Struktur Double Helix pada Rantai DNA 21

Gambar 2.10 Jenis-Jenis Mutasi Beserta Chromatogramnya 23

Gambar 2.11 Kerangka Teori 24

Gambar 2.12 Kerangka Konsep 24

Gambar 3.1 Alur Penelitian 35

Gambar 7.3.1 SNP Arg389Gly rs1801253 51

Gambar 7.3.2 Primer Forward 51

Gambar 7.3.3 Primer Reverse 52

Gambar 7.4.1 Penyuling Aquades 53

Gambar 7.4.2 Spin 53

Gambar 7.4.3 Vortex 53

Page 14: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xiv

Gambar 7.4.4 Disposafe 53

Gambar 7.4.5 CoolRoom 53

Gambar 7.4.6 Alkohol 70% 53

Gambar 7.4.7 Micropipet 53

Gambar 7.4.8 Primer 53

Gambar 7.4.9 Taq Polymerase 53

Gambar 7.4.10 Oven 53

Gambar 7.4.11Timbangan Digital 54

Gambar 7.4.12 Tip 100-1000µL 54

Gambar 7.4.13 Loading Dye 54

Gambar 7.4.14 Autoclaf 54

Gambar 7.4.15 Nanometer 54

Gambar 7.4.16 Marker DNA 100bp 54

Gambar 7.4.17 Agarose 55

Gambar 7.4.18 ddH₂O 55

Gambar 7.4.19 Plate Sequencing 55

Gambar 7.4.20 DNA Genom Kit 55

Gambar 7.4.21 Handscone 55

Gambar 7.4.22 Waterbath 55

Gambar 7.4.23 Sentrifuge 55

Gambar 7.4.24 Freezer 55

Page 15: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xv

Gambar 7.4.25 Microwave 55

Gambar 7.4.26 Elektroforesis 56

Gambar 7.4.27 Sampel DNA 56

Gambar 7.4.28 Vacutainer 56

Gambar 7.4.29 Filter Tube 56

Gambar 7.4.30 Larutan DNA Genom Kit 56

Gambar 7.4.31 Tube Isolasi DNA 56

Gambar 7.4.32 Tip 0,1-10µL 56

Gambar 7.4.33 Marker 56

Gambar 7.4.34 Tip 10-50µL 56

Gambar 7.4.35 Tube PCR 56

Gambar 7.4.36 Thermal Cycler 57

Gambar 7.4.37 Wadah Agar 57

Gambar 7.4.38 Ethium Bromide 57

Gambar 7.4.39 DNA Rehydration 57

Gambar 7.4.40 Gel Dock 57

Gambar 7.4.41 Ice Pack 57

Gambar 7.4.42 Dokumentasi 57

Gambar 7.6.1 Gel doc elektroforesis agarose genom sampel 60

Gambar 7.6.2 Gel doc hasil elektroforesis agarose dari PCR 60

Gambar 7.7.1 HT1 61

Page 16: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xvi

Gambar 7.7.2 HT2 61

Gambar 7.7.3 HT3 61

Gambar 7.7.4 HT4 61

Gambar 7.7.5 HT5 61

Gambar 7.7.6 HT6 61

Gambar 7.7.7 HT7 61

Gambar 7.7.8 HT8 61

Gambar 7.7.9 HT9 61

Gambar 7.7.10 HT10 61

Gambar 7.7.11 HT11 61

Gambar 7.7.12 HT12 61

Gambar 7.7.13 HT13 62

Gambar 7.7.14 HT14 62

Gambar 7.7.15 HT15 62

Gambar 7.7.16 HT16 62

Gambar 7.7.17 N1 62

Gambar 7.7.18 N2 62

Gambar 7.7.19 N3 62

Gambar 7.7.20 N4 62

Gambar 7.7.21 N5 62

Gambar 7.7.22 N6 62

Page 17: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xvii

Gambar 7.7.23 N7 62

Gambar 7.7.24 N8 62

Gambar 7.7.25 N9 62

Gambar 7.7.26 N10 62

Gambar 7.7.27 N11 62

Gambar 7.7.28 N12 63

Gambar 7.7.29 N13 63

Gambar 7.7.30 N14 63

Gambar 7.7.31 N15 63

Page 18: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Ethical Approval Penelitian 48

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden 49

Lampiran 3. Fragmen Wildtype, Variant dan Primer 50

Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian 53

Lampiran 5. Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel 58

Lampiran 6. Gel documentation hasil elektroforesis agarose 60

Lampiran 7. Hasil Sequencing 61

Lampiran 8. Data Karakteristik Responden 64

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik 66

Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti 73

Page 19: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment on High Blood Pressure VII (JNCVII) melaporkan bahwa hampir

satu milyar orang menderita hipertensi di dunia. National Health and

Nutrition Examination Survey (NHANES) III 1999-2000 di Amerika Serikat

melaporkan bahwa dari 69% pasien yang kesadaran (awareness) terhadap

hipertensinya cukup baik dan sebanyak 58% pasien menerima terapi, hanya

31% tekanan darah yang terkontrol.1

Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius di seluruh dunia karena

prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan

datang. Hipertensi disebut juga ‘the silent killer’ karena sebagai salah satu

penyebab peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas). World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 1

milyar manusia di dunia hidup dengan hipertensi dan diprediksi akan

meningkat sebanyak 60% pada tahun 2025.2

Di Indonesia dan negara berkembang lainnya hipertensi merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat. Kasus hipertensi diperkirakan akan

meningkat 80% pada tahun 2025, dari sejumlah 639 juta kasus pada tahun

2000 diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Berdasarkan data

Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 didapatkan bahwa prevalensi hipertensi

tertinggi di kepulauan Natuna (wilayah pantai) sebanyak 53,3%, sedangkan

prevalensi Hipertensi terendah di Pegunungan Jayawijaya sebanyak 6,8%.

Hal ini antara lain berhubungan dengan adanya perbedaan pola makan

terutama intake natrium yang mendukung risiko terjadinya hipertensi.3

Hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi esensial dan hipertensi

non esensial. Atau biasa disebut juga hipertensi primer dan hipertensi

sekunder. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebab

pastinya. Sedangkan hipertensi non esensial adalah hipertensi yang sudah

Page 20: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

2

diketahui penyebab pastinya. Adapun hipertensi esensial merupakan penyakit

multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor

risiko tertentu. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain ialah diet dan asupan

garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetik, kurangnya aktifitas fisik, jenis

kelamin, dan umur.4

Perkembangan hipertensi tergantung interaksi antara faktor genetik dan faktor

risiko terjadinya hipertensi antara lain faktor lingkungan.5 Saat ini tren

hipertensi sebanyak 90% dipengaruhi adanya faktor genetik sehingga jika ada

10 orang menderita hipertensi, maka sebanyak 9 orang diantaranya

disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan yang meningkatkan risiko

terjadinya hipertensi.6

Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang meliputi faktor genetik,

lingkungan dan demografi. Kontribusi elemen genetik pada tekanan darah

berkisar antara 30-50 %. Oleh karena itu, mengidentifikasi kecurigaan

hipertensi akibat gen akan membantu memahami patofisiologi penyakit.

Selain bermanfaat dalam memilih obat antihipertensi, informasi genomik juga

dapat membantu mengenali mereka yang berisiko terserang hipertensi,

sehingga dapat mengoptimalkan pendekatan preventif . Beberapa strategi dan

metode telah digunakan untuk mengidentifikasi kecurigaan hipertensi akibat

gen. Polimorfisme gen Arg389Gly telah terdeteksi pada reseptor β1

adrenergik. Variasi gen Arg389 dikaitkan dengan peningkatan risiko

hipertensi. Hal ini juga menunjukkan bahwa pembawa varian ini memiliki

respon yang lebih besar untuk β blocker.7

Pada riset ini kami mencari apakah ada hubungan dari polimorfisme

Arg389Gly terhadap hipertensi esensial. Polimorfisme adalah variasi sekuensi

yang mempunyai perubahan pada genotip. Perubahan tersebut dapat berupa

Homozigot normal (wildtype), homozigot variant dan heterozigot7. Kami

menggunakan darah sebagai spesimen lalu kami lakukan isolasi DNA,

kemudian kami lakukan pemeriksaan PCR beserta gel elektroforesis dan

setelah itu kami melakukan sekuensing. Kami mencoba mencari apakah

adanya hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen

Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

3

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi

gen Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang

Selatan?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen

Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen

Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Institusi

1. Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam perpustakaan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya.

1.5.2 Bagi Peneliti

1. Mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di kalangan masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

1. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan penelitian hubungan

polimorfisme gen dengan hipertensi pada jenis gen atau responden

yang berbeda.

1.5.4 Bagi Masyarakat

1. Sebagai salah satu acuan masyarakat dalam pencegahan salah satu

faktor risiko hipertensi esensial yaitu faktor genetik khususnya gen

Arg389Gly.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Hipertensi

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang.8

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal.

a. Hipertensi berdasarkan tingkat keparahan :

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Comitte on the

prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood

pressure) VII 20038,9,10

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC8,9,10

Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah

Sistol (mmHg)

Tekanan Darah

Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Stage I 140-159 90-99

Hipertensi Stage II ≥160 ≥100

Page 23: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

5

b. Hipertensi berdasarkan penyebab :

1. Hipertensi Primer / Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik).

Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.8,10

2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).8,10

c. Hipertensi berdasarkan bentuk :

Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran

(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated

systolic hypertension).8

d. Hipertensi berdasarkan keadaan tertentu :

1. Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang

menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat

melakukan aktivitas. Hipertensi pulmonal primer sering

didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering

didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk,

dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit

sekitar 2-3 tahun.8

Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada

National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri

pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri

Page 24: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

6

pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih

30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan

katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit

jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.8

2. Hipertensi pada Kehamilan :

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya

terdapat pada saat kehamilan, yaitu:

i. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai

hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan

kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga

didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi

adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda

hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena

kehamilan.8

ii. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak

sebelum ibu mengandung janin.8

iii. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan

gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.8

iv. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.8

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas.

Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh

kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor

diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor

keturunan, dan lain sebagainya.8

2.1.3 Epidemiologi Hipertensi

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya

populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan

juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi

Page 25: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

7

hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang

yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang

dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan

kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini

hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.10

Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari

negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and

Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun

1999-2000, insidensi hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%,

yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi

peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi

esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.10

Gambar 2.1 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah8

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar

31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan

Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).8

Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan

sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi

berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda,

Page 26: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

8

masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi.

Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang

terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang

didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen.

Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.8

Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis

individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia

menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar

252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita

hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi

yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi

Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x

1.380.762jiwa = 426.655 jiwa.8

Tabel 2.2 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi8

Tabel 2.3 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Terendah8

Page 27: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

9

Gambar 2.2 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin8

2.1.4 Etiologi Hipertensi

Hipertensi Primer

Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui. Hipertensi

semacam ini dikenal sebagai hipertensi primer (esensial atau idiopatik).

Hipertensi primer adalah suatu kategori umum untuk peningkatan tekanan

darah yang disebabkan oleh beragam penyebab yang tidak diketahui dan

bukan suatu enrtitas tunggal. Orang dapat memperlihatkan kecenderungan

genetik yang kuat mengidap hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau

diperburuk oleh faktor kontribusi misalnya kegemukan, stres, merokok,

atau kebiasaan makan. Adapun faktor lainnya ialah :11

a. Ganguan penanganan garam oleh ginjal

b. Asupan garam berlebihan

c. Diet yang kurang mengandung buah, sayuran, dan produk susu

(yaitu, rendah K⁺ dan Ca²⁺)

d. Kelainan membran plasma misalnya ganguan pompa Na⁺-K⁺

e. Variasi dalam gen yang menyandi angiotensinogen

f. Bahan endogen mirip digitalis

Page 28: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

10

g. Kelainan pada NO, endotelin, dan bahan kimia uasoaktif lokal

lainnya

h. Kelebihan vasopresin

Apapun penyebab yang mendasari, sekali terbentuk hipertensi tampaknya

akan terus berlanjut. Pajanan terus menerus ke tekanan yang tinggi

menyebabkan dinding pembuluh mudah mengalami aterosklerosis, yang

semakin meningkatkan tekanan darah.11

Hipertensi Sekunder

Penyebab pasti hipertensi hanya dapat ditemukan pada 10% kasus.

Hipertensi yang terjadi akibat masaiah primer lain disebut hipertensi

sekunder. Inilah beberapa contoh hipertensi sekunder;11

a. Hipertensi ginjal

b. Hipertensi endokrin.

c. Hipertensi neurogenik

2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologis Hipertensi

Mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam memadukan kerja berbagai

komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain sangat penting untuk

mengatur tekanan arteri rerata. Ingatlah bahwa dua penentu tekanan arreri

rerata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Dimana curah

jantung dan resistensi perifer total dipengaruhi oleh sejumlah faktor.11

Page 29: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

11

Gambar 2.3 Penentu Tekanan Darah Arteri Rerata11

a. Tekanan arteri rerata bergantung curah jantung dan resistensi

perifer total 1.

b. Curah jantung bergantung pada kecepatan jantung dan isi sekuncup

2.

c. Kecepatan jantung bergantung pada keseimbangan relatif aktivitas

parasimpatis 3, yang menurunkan kecepatan jantung, dan aktivitas

simpatis (dalam seluruh pembahasan ini secara implisit mencakup

epinefrin) 4, yang meningkatkan kecepatan jantung.

d. Isi sekuncup meningkat sebagai respons terhadap aktivitas simpatis

5 (kontrol ekstrinsik isi sekuncup).

e. Isi sekuncup juga meningkat jika aliran balik vena meningkat 6

(kontrol intrinsik isi sekuncup sesuai hukum Frank-Starling

jantung).

Page 30: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

12

f. Aliran balik vena ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang

diinduksi oleh saraf simpatis 7, pompa otot rangka 8, pompa

pernapasan 9, dan penghisapan jantung 10.

g. Volume darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa

banyak darah dikembalikan ke jantung 11. Volume darah jangka

pendek bergantung pada ukuran perpindahan cairan bulkflow pasif

antara plasma dan cairan interstisium menembus dinding kapiler

12. Dalam jangka panjang, volume darah bergantung pada

keseimbangan garam dan air 13, yang secara hormonal dikontrol

masing-masing oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan

vasopresin 14.

h. Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resistensi perifer

total, bergantung pada jari-jari semua arteriol serta kekentalan

darah 15. Faktor utama yang menentukan kekentalan darah adalah

jumlah sel darah merah 16. Namun, jari-jart arteriol adalah faktor

yang lebih penting dalam menentukan resistensi perifer total.

i. Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal

(intrinsik) yang menyamakan aliran darah dengan kebutuhan

metabolik 17. Sebagai contoh, perubahan lokal yang terjadi di

otot-orot rangka yang aktif menyebabkan vasodilatasi arteriol

lokal dan peningkatan aliran darah ke otot-otot tersebut I8.

j. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi oleh aktivitas simpatis 19, suatu

mekanisme kontrol ekstrinsik yang menyebabkan vasokonstriksi

arteriol 20 untuk meningkatkan resistensi perifer total dan tekanan

darah arteri rerata.

k. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh hormon

vasopresin dan angiotensin II, yaitu vasokonstriktor poten 21 serta

penting dalam keseimbangan garam dan air 22.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

13

Perubahan setiap faktor di atas akan mengubah tekanan darah, kecuali jika

terjadi perubahan kompensasi di variabel lain yang menjaga tekanan darah

konstan. Aliran darah ke suatu organ bergantung pada gaya dorong

tekanan arteri rerata dan derajat vasokonstriksi arteriol organ tersebut.

Karena tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan derajat

vasokonstriksi arteriol, maka jika arteriol-arteriol di satu organ melebar,

maka arteriol-arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk

mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat. Tekanan yang

memadai diperlukan untuk menghasilkan gaya untuk mendorong darah

tidak saja ke organ yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang

bergantung pada aliran darah yang konstan. Karena itu, variabel-variabel

kardiovaskular harus terus-menerus diatur untuk mempertahankan tekanan

darah yang konstan meskipun kebutuhan akan darah dari masing-masing

organ berubah-ubah.11

Gambar 2.4 Hubungan Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis dengan

Tekanan Darah11

Page 32: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

14

Gambar 2.5 Refleks Baroreseptor untuk Memulihkan Tekanan Darah ke

Normal11

Gambar 2.6 Patogenesis Hipertensi10

Page 33: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

15

2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada

masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.

Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet

(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga

berdenging (tinnitus), dan mimisan.8,10

2.1.7 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,

genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan

merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,

kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang

aktifitas fisik, stres, dan penggunaan estrogen.8,10

2.1.8 Diagnosis Hipertensi

Terdapat 3 tahap penegakkan diagnosis hipertensi, yaitu :

a. Anamnesis. Perlu didapatkan informasi terkait manifestasi klinis,

dan faktor risiko hipertensi pada pasien. Kemungkinan

epidemiologi juga dipertimbangkan. Serta etiologi hipertensi pada

pasien baik hipertensi primer maupun hipertensi sekunder.10

b. Pemeriksaan fisik. Nilai tekanan darah diambil dari rerata 2 kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Apabila tekanan darah ≥140/90 mmHg pada 2

atau lebih kunjungan, hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaan

tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan

posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung), serta teknik

yang benar.8,10

c. Pemeriksaan penunjang. Memeriksa komplikasi yang telah atau

sedang terjadi dan memeriksa kecurigaan klinis hipertensi

sekunder.10

Page 34: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

16

2.1.9 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain :10,12

a. Serebrovaskular : stroke, transient ischemic attacks, demensia

vaskular.

b. Mata : retinopati hipertensif.

c. Kardiovaskular : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau

hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner.

d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

e. Arteri Perifer : klaudikasio intermiten.

2.1.10 Prognosis Hipertensi

Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian

pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan peningkatan tekanan

darah sampai seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi.

Walaupun demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan

jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis

hipertensinya sudah pasti serta tetap patuh terhadap pengobatan

nonfarmakologis. Bila selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes

melitus atau penyakit ginjal atau hiperkalemia, maka prognosisnya

diragukan sehingga etiologi hipertensinya dapat dihilangkan.10

2.1.11 Tata Laksana Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-

obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup

dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 6

gram/hari, menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,

rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita

hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit

Page 35: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

17

dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-

8 jam) dan mengendalikan stress.8

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita

hipertensi adalah:8

a. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru,

minyak kelapa, gajih).

b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium

(biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin).

c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,

sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan

asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta

sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah

(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus

sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya

mengandunggaram natrium.

g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian,

tape.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

18

Gambar 2.7 Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut NICE, 201312

Gambar 2.8 Pengobatan Hipertensi dengan Antihipertensi Menurut NICE,

201312

Page 37: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

19

2.1.12 Jenis Kelamin dan Usia dengan Hipertensi

Jenis kelamin dan usia memiliki hubungan dengan meningkatnya resiko

hipertensi. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin

tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih

tinggi dibanding laki-laki.8,9

Perempuan memiliki ambang batas stres yang

lebih rendah daripada laki-laki. Stress memicu aktifasi berlebih saraf

simpatis, sehingga dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan

curah jantung.10

Adapun dengan meningkatnya usia, maka kemampuan

endothelium pembuluh darah untuk menginhibisi efek kontraksi dari

norepinefrin semakin berkurang. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi yang

lebih panjang akibat relaksasi yang lama. Selain itu terdapat kelainan dari

faktor relaksasi endothelium pada keadaan hipertensi.11

Hal ini juga

dibuktikan oleh adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada laki-laki

dengan usia lebih dari 55 tahun dan wanita dengan usia lebih dari 65

tahun.10

2.1.13 Gen Arg389Gly dengan Hipertensi

Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang meliputi faktor genetik,

lingkungan dan demografi. Kontribusi elemen genetik pada tekanan darah

berkisar antara 30-50 %. Oleh karena itu , mengidentifikasi kecurigaan

hipertensi akibat gen akan membantu memahami patofisiologi penyakit.

Selain bermanfaat dalam memilih obat antihipertensi, informasi genomik

juga dapat membantu mengenali mereka yang berisiko terserang

hipertensi, sehingga dapat mengoptimalkan pendekatan preventif .

Beberapa strategi dan metode telah digunakan untuk mengidentifikasi

kecurigaan hipertensi akibat gen. Polimorfisme gen Arg389Gly telah

terdeteksi pada reseptor β1 adrenergik. Variasi gen Arg389 dikaitkan

dengan peningkatan risiko hipertensi. Hal ini juga menunjukkan bahwa

pembawa varian ini memiliki respon yang lebih besar untuk β blocker.7

Pada tahun 1987, gen pada reseptor β1 adrenergik dikloning, dan

terlokalisasi pada kromosom. Dua polimorfisme yang umum, Ser49Gly

Page 38: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

20

dan Arg389Gly, diidentifikasi pada tahun 1999. Polimorfisme gen

Arg389Gly terletak di ekor sitoplasma intraseluler dekat wilayah

transmembran 7 reseptor β1 adrenergik, yang diduga sebagai ikatan

domain Gs-protein. Variasi Arg389 memediasi lebih tinggi isoproterenol

yang dirangsang oleh aktivitas adenilat siklase dibanding variasi gen

Gly389 in vitro. Karena reseptor β1 adrenergik sangat penting dalam

mengatur curah jantung, dan mediasi transduksi sinyal di sistem simpatis-

adrenal, serta agen-agen yang menghalangi tekanan darah menjadi rendah,

maka dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko hipertensi.13,14

Namun

variasi gen Arg 389 terbukti tidak berhubungan dengan peningkatan

denyut jantung saat istirahat.15

Distribusi frekuensi polimorfisme gen Arg389Gly pada reseptor β1

adrenergik bervariasi tergantung etnis. Beberapa studi populasi manusia

beragam di Swedia13

, Tamilian (India Selatan)16

, Mexico17

, China14,18

,

Jepang19

, Kaukasia20

, Amerika21

dan Afrika21

telah dilakukan untuk

menentukan prevalensi varian genetik.

Seseorang dengan genotip Arg389Arg memiliki denyut jantung lebih

tinggi daripada mereka yang homozigot atau heterozigot untuk Gly389, hal

ini menunjukkan bahwa varian reseptor Arg389Arg memiliki sensitivitas

yang lebih tinggi dalam menanggapi katekolamin. Subyek homozigot

untuk alel Arg389 menunjukkan peningkatan respon terhadap rangsangan

reseptor β1-adrenergik oleh katekolamin. Dalam studi vitro telah

menunjukkan bahwa varian Arg389 gen ADRB1 memediasi respon

peningkatan terhadap stimulasi agonis dibandingkan dengan Gly389

varian. Hal ini menunjukkan bahwa polimorfisme Arg389Gly sangat

fungsional. Variasi Arg389 menunjukkan aktivitas adenilat basal adenylyl

sedikit lebih tinggi dari varian Gly389.14

Selain itu, isoprenaline diinduksi oleh aktivasi adenilat siklase sekitar 3-4

kali lebih besar di Arg389 dibanding Gly389. Hal ini mungkin terjadi

karena pengurangan kopling protein beta-AR-Gs untuk ADRB1 Gly389.

Peningkatan maksimal dalam siklik adenosin monofosfat disebabkan oleh

Page 39: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

21

isoprenalin secara signifikan lebih besar di Arg389 dari dalam sel ADRB1

Gly389. Meningkatnya in vivo aktivitas Arg389 varian ADRB1 bisa

menyebabkan cardiac output yang lebih tinggi. Oleh karena itu dapat

menjelaskan hubungan antara alel Arg389 dan hipertensi.14

2.1.14 DNA

DNA atau Deoxyribonucleic acid merupakan kromosom-kromosom dan

juga merupakan informasi genetik yang tersimpan dalam tubuh makhluk

hidup. Informasi genetik ini pada dasarnya merupakan kumpulan

instruksi/perintah yang mengatur sel untuk bisa melakukan hal-hal

tertentu. Materi genetik berupa polimer dari nukleotida – nukleotida, yang

terdiri atas 3 komponen : basa nitrogen, gula pentosa (deoksiribosa), dan

gugus fosfat. Dimana basa dapat berupa Adenin (A), Timin (T), Guanin

(G), Sitosin (C). Menurut penelitian dari Chargaff mengatakan bahwa

jumlah Adenin akan sama dengan jumlah Timin, sedangkan jumlah

Guanin akan sama dengan jumlah Sitosin. Struktur DNA merupakan dua

untaian nukleotida yang disebut dengan double helix, dimana untaian

tersebut tersusun secara spiral dengan posisi gula dan gugus fosfat terletak

di sisi luar dan basa-basa nitrogen saling berpasangan di sisi dalam

(menyambung kedua untaian tersebut).22, 23

Gambar 2.9 Struktur Double Helix pada Rantai DNA Tediri dari Rantai

Orang Tua dan Rantai Anak24

Page 40: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

22

2.1.15 Mutasi Gen

Gen adalah unit fungsional yang diatur oleh transkripsi dan mengkode

produk RNA yang akan diterjemahkan (translasi) menjadi sebuah protein

yang bekerja di intra maupun ekstra sel. Sebuah gen dapat menghasilkan

beberapa messenger RNA (isoform) yang akan ditranslasi untuk

menghasilkan protein. Terdapat beberapa bagian dari gen, exon merupakan

bagian dari gen yang akan dilakukan splicing untuk membentuk mRNA.

Sedangkan intron adalah daerah diantara exon yang di lakukan sambatan

(splicing) dari RNA precursor saat proses pembentukan RNA. Prediksi

saat ini diperkirakan terdapat 20.687 gen pengkode protein pada genom

manusia. Ekspresi gen diatur oleh protein DNA-binding yang teraktivasi

atau menekan transkripsi. Kebanyakan gen mempunyai 15-20 elemen

pengatur.25

Gen manusia sendiri dibagi dalam 23 kromosom yang berbeda yaitu 22

autosom ( 1-22 ) dan kromosom seks X dan Y. Sel dewasa bersifat diploid

yang berarti bahwa terdapat 2 set homolog dari 22 autosom dan sepasang

kromosom seks. Wanita memiliki 2 kromosom X (XX) sedangkan laki-

laki mempunyai 1 kromosom X dan satu kromosom Y (XY). Akibatnya,

saat terjadi proses meiosis sperma atau oosit akan menjadi haploid yang

berarti mempunyai 1 set homolog 22 autosom serta 1 kromosom seks. Saat

proses fertilisasi akan terjadi penggabungan antara kromosom dari ayah

dan ibu yang akan membentuk kembali kromosom yang bersifat diploid.

Pada setiap pembelahan (mitosis) kromosom direplikasi, dipasangkan,

dipisahkan dan dibagi dalam dua sel anak perempuan. 25

Mutasi dapat diartikan sebagai perubahan pada sekuens nukleotida primer

pada DNA terlepas dari konsekuensi fungsionalnya. Beberapa mutasi

dapat mematikan yang lainnya tidak. Mutasi dapat terjadi pada sperma

atau oosit atau pada embryogenesis atau jaringan somatic. Mutasi yang

terjadi pada proses perkembangan disebut sebagai mosaicism dimana

jaringan terdiri dari sel yang mempunyai susunan gen berbeda. Mutasi

yang terdapat perubahan pada nukleotida tunggal disebut sebagai point

Page 41: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

23

mutation atau mutasi titik. Substitusi disebut dengan transisi bila suatu

basa purin atau pyrimidin diganti oleh basa purin atau pyrimidin lain ( A >

G). Bila suatu basa purin diganti dengan basa pyrimidin maka mutasinya

menjadi transversi. Bila perubahan daerah sekuens terjadi dan mengubah

asam amino maka disebut sebagai missense mutation.25

Gambar 2.10 Jenis- Jenis Mutasi Beserta Chromatogramnya25

Polimorfisme adalah variasi sekuens yang mempunyai frekuensi paling

sedikit 1%. Biasanya polimorfisme tidak menyebabkan fenotipe yang jelas

dan terdiri atas substitusi pasangan basa tunggal. Bentuk polimorfisme

yang paling sering terjadi adalah Single Nucleotide Polymorphism (SNP).

SNP merupakan sebuah variasi dari pasangan basa tunggal pada DNA.

SNP adalah tipe variasi yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 90% dari

total variasi sekuensi. SNP yang mempunyai jarak dekat dan diturunkan

bersama disebut sebagai haplotype.25

Page 42: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

24

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.11 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.12 Kerangka Konsep

Page 43: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

25

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Skala Skala Pengukuran

1 Tekanan

Darah

Tekanan yang

dihasilkan oleh

pompa jantung,

kekentalan darah,

serta fleksibilitas

pembuluh darah

dalam upaya

mengalirkan

darah ke seluruh

tubuh

Sfigmomano

meter Numerik -

2

Ekspresi

Gen

Arg389Gly

Variasi

Sekuensing DNA

pada gen

TMPRSS6

Light Cycler

480® Roche

04 909 631

001

Kategorik

1. Wildtype

2.Mutant

3.Heterozygote

3 Jenis

Kelamin

Sifat jasmani dan

rohani yang

membedakan dua

makhluk sebagai

betina dan jantan

atau wanita dan

pria;

- Kategorik

1. Laki-Laki

2. Perempuan

4 Usia

Lama waktu

hidup sejak

dilahirkan

- Numerik -

Page 44: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain cross

sectional dan skala pengukuran kategorik nominal dikotom.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Oktober

2016.

3.2.2 Tempat Penelitian

Proses pengambilan spesimen darah dari responden dilakukan di Klinik

Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) Buaran dan Reni Jaya

Tangerang Selatan. Proses perlakuan spesimen darah dilakukan di

laboratorium kultur sel genetik, Biologi, dan Biokimia Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Jl. Kertamukti No. 05 Pisangan, Ciputat 15419,

Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Masyarakat sekitar Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat Buaran dan

Reni Jaya Tangerang Selatan.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Responden merupakan masyarakat yang datang untuk penyuluhan di

KPKM Buaran dan Reni Jaya sebanyak 50 orang. Spesimen yang

digunakan untuk penelitian ini adalah darah yang diambil secara

phlebotomi dari masyarakat yang datang dengan jumlah darah sebanyak

3cc.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

27

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

a. Menyetujui Informed Consent

b. Umur 30-70 Tahun

c. Data Karakteristik Pasien Lengkap

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

a. Kehamilan

3.3.2.3 Kriteria Eliminasi / Drop Out

a. Sampel yang Digunakan Rusak Selama Proses Penelitian Berlangsung

3.3.3 Perkiraan Besar Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel DNA yang

diperoleh dari masyarakat yang datang untuk penyuluhan di KPKM

Buaran dan Reni Jaya sebanyak 50 orang. Kontrol digunakan dengan

menggunakan sampel Gen Arg389Gly. Dalam penentuan jumlah sampel,

peneliti menggunakan perhitungan berdasarkan jenis pertanyaan

penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar

variabel. Hasil pengukuran variabel dikelompokkan berdasarkan

klasifikasi tertentu. Dalam penelitian ini data diambil dari individu yang

berbeda. Maka jenis pertanyaan penelitian berupa analisis tidak

berpasangan kategorik. Rumus perhitungan yang dipakai adalah:26

Page 46: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

28

Keterangan:

A : Alfa, Kesalahan Tipe I

B : Beta, Kesalahan Tipe II

P : Proporsi

P₁ - P₂ : Perbedaan Proporsi yang Dianggap Bermakna

Z : Deviat Baku

Page 47: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

29

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode konsekutif, yaitu sampel darah diambil dari semua pasien yang

datang dan memenuhi kriteria hingga jumlah sampel yang dibutuhkan

terpenuhi. Pengambilan sampel ini telah mendapat persetujuan etik dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.4.1 Alat dan Bahan Penelitian

a. Pengambilan Sampel Darah

Spuit 3 cc, Torniquet, Tabung berisi EDTA, Sarung Tangan, Kapas

alkohol, EDTA dalam Tabung

b. Isolasi Genom DNA dari Darah

Tabung mikrosentrifugasi 1,5 ml steril, Penangas air (Water bath) AS

ONE TRW-42TP 80 high temperature version, pipet mikro BIOHIT

berbagai ukuran, vortex DADD, 2 mL collection tube, alat sentrifugasi

eppendorf , mikrotip Biologix ukuran 10µL, 200µL dan 1000µL,

incubator EYELA NDO-400, biomedical freezer SANYO, RBC Lysis

Buffer, GB Buffer, Elution Buffer, Ethanol Absolut, W1 Buffer, Wash

Buffer

c. Pengukuran Konsentrasi Hasil Isolasi DNA

Maestro Nano Drops, DNA Rehydration Solution

d. Elektroforesis Genom DNA

Elektroforesis ATTO My Power II 300 AE-8135,Timbangan analtik

AdventureTM

, gel doc system, penggaris sumur, Agarose, Ethidium

bromide, Loading dye, Plastic wrap, Marker 100bp DNA

e. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Thermal Cycler, Primer Forward, Primer Reverse, ddH₂O, Enzim Taq

Polymerase

Page 48: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

30

3.4.2 Penyuluhan dan Skrining

Sebelum dilakukan pengambilan sampel, dilakukan penyuluhan sederhana

kepada pasien KPKM Buaran dan Reni Jaya mengenai hipertensi dan

kemudian dilakukan informed consent kepada pasien mengenai penelitian

yang sedang dilakukan dengan menekankan bahwa penelitian ini tidak

membahayakan dan akan sangat bermanfaat bagi keilmuan dalam bidang

kesehatan di masa yang akan datang.

Setelah dilakukan seminar, pasien satu persatu dianamnesis terutama

mengenai faktor resiko hipertensi yang mungkin dimiliki oleh pasien.

Setelah dianamnesis, pasien diukur tinggi badan dan berat badannya untuk

kemudian ditentukan status gizi pasien. Setelah itu, pasien diukur nilai

gula darah, kolesterol, asam urat dan tekanan darahnya sebelum akhirnya

dilakukan flebotomi atau pengambilan darah yang akan menjadi sampel

penelitian.

3.4.3 Flebotomi

Memeriksa kelengkapan alat. Memberi penjelasan kepada pasien

mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuan dan kemungkinan

komplikasinya. Menentukan lokasi vena yang akan dipunksi. Mencuci

tangan dan mengenakan sarung tangan. Memasang kain pengalas di bawah

bagian tubuh yang akan dipunksi. Meraba vena target, lalu memasang

karet pembendung proksimal dari daerah yang akan dilakukan punksi.

Apabila pasien sadar, pasien diminta untuk mengepalkan tangannya.

Permukaan kulit yang akan dipunksi didisinfeksi dengan menggunakan

kapas alkohol yang diusapkan pada permukaan kulit.

Dengan menggunakan tangan yang dominan, jarum ditusukkan ke vena

dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Fiksasi spuit dengan

tangan sisi lainnya, lalu penghisap spuit ditarik sambil karet pembendung

dilepaskan sehingga darah mengalir ke dalam spuit sebanyak yang

diperlukan. Karet pembendung dilepaskan, kemudian jarum dicabut

sambil menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan ditutup dengan

plester. Darah yang telah diambil segera dimasukkan ke dalam botol

khusus atatu tetap dalam spuit, lalu diberi label nama pasien, umur pasien,

Page 49: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

31

dan tanggal pengambilan. Alat-alat dirapikan dan atau dibuang sesuai

tempatnya. Sarung tangan dilepaskan. Memberitahu pasien bahwa

tindakan sudah selesai dan mengucapkan terimakasih.

3.4.4 Isolasi DNA

Setelah sampel darah diambil, dilakukan isolasi DNA untuk mendapatkan

genom DNA dengan menggunakan Genomic DNA Mini Kit

(Blood/Cultured Cell) Geneaid dengan langkah kerja sebagai berikut.

Darah sebanyak 300 μL dimasukan kedalam 1,5 ml tabung

mikrosentrifugasi. Kemudian Tambahkan 900 μL RBC Lysis Buffer dan

dikocok. Tabung diinkubasi 10 menit dalam suhu ruangan. Tabung

disentrifugasi selama 5 menit pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit,

supernatant dibuang. Tambahkan 100 μL RBC Lysis Buffer untuk

meresuspensi endapan leukosit, kocok, kemudian diproses dengan cell

lysis. Tambahkan 200 μL GB Buffer kedalam tabung tadi. Inkubasi tabung

pada suhu 60o C selama 10 menit untuk memastikan sampel terlisiskan.

Pada saat yang sama tabung lain berisi 50 μL Elution Buffer untuk tiap

satu sampel disiapkan, kemudian diinkubasi pada suhu 60o C.

Setelah sampel tabung diinkubasi, tabung didinginkan di suhu ruangan.

Tambahkan 200 μL ethanol absolute ke dalam tabung, kemudian secara

cepat dikocok selama 10 detik. Siapkan GD Column pada 2 mL

Collection Tube. Pindahkan campuran ethanol tadi kedalam GD Column.

Sentrifugasi tabung pada 14.000 – 16.000 x g selama 5 menit. Buang

cairan pada 2 ml Collection Tube. Tempatkan kembali GD Column pada

2 ml Collection Tube.

Tambahkan 400 μL W1 Buffer kedalam GD Column kemudian

disentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit. Buang cairan pada

2 ml Collection Tube. GD Column ditempatkan kembali pada 2 ml

Collection Tube. Tambahkan 600 μl Wash Buffer kedalam GD Column.

Sentrifugasi tabung pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit. Buang

cairan pada 2 ml Collection Tube. Tempatkan kembali GD Column pada

2 ml Collection Tube. Sentrifugasi kembali tabung selama 1 menit untuk

mengeringkan matriks kolum.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

32

Volume standar Elution Buffer untuk 1 sampel adalah 100 μl. Jika sampel

yang digunakan dalam volume sedikit, volume elusi sekitar 30 – 50 μl

dapat meningkatkan konsentrasi DNA. Pindahkan GD Column yang sudah

kering kedalam tabung mikrosentrifugasi yang steril. Tambahkan 50 μl

Elution Buffer yang sudah diinkubasi kedalam matriks kolum, biarkan

selama 3 menit. Sentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit

untuk mendapatkan hasil.

Genom DNA yang sudah diisolasi dilakukan pengecekan dengan cara

elektroforesis dan dibaca menggunakan alat Gel doc system. Hasil isolasi

DNA dinilai jumlah konsentrasi DNA nya dengan menggunakan alat

Maestro Nano Drops. Sampel diambil sebanyak 1 μL, kemudian

diletakkan di lensa nano, lalu tekan enter.

3.4.5 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Membuat larutan Master Mix PCR (yang telah berisi Buffer, Primer, dan

dNTP + Enzim Taq Polymerase) pada waktu ditambahkan enzim kita

harus menempatkan es dibawah tabung yang berisi larutan Mix PCR

(bekerja dengan es). Setelah itu pipet larutan Mix PCR ke dalam tabung

reaksi PCR yang telah diberi label, setelah itu baru dimasukkan sampel

DNA yang telah kita isolasi kedalam masing-masing tabung reaksi PCR

(campurkan larutan tersebut dengan baik menggunakan vortex). Kemudian

memprogram mesin PCR dengan 30-40 siklus dengan tampilan 3 tahapan

suhu. Letakkan tabung reaksi PCR dan jalankan sesuai program yang ada.

Setelah selesai reaksi PCR, ambil tabung reaksi dan DNA hasil amplifikasi

siap dianalisis melalui gel elektroforesis.

3.4.6 Gel Elektroforesis

Timbang larutan agarosa bubuk (1,5% gel agarosa dalam larutan TAE)

Masak larutan tersebut sampai mendidih. Biarkan larutan dingin sampai

kira-kira 70°C, kemudian masukkan 5µl 0,1% etidium bromide. Tuang

larutan agarosa ke dalam tray elektroforesis yang sudah dipasang sisir.

Biarkan agarosa dingin dan mengeras. Pasang tray ke dalam chamber

elektroforesis, angkat sisir kemudian tuangkan larutan TAE. Masukkan

loading dye (1µl) + DNA (5µl) kedalam sumur (yang terbentuk dari sisir).

Page 51: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

33

Hubungkan alat elektroforesis dengan power supply, 90 Volt selama 1

jam. Amati pita-pita DNA yang terbentuk dengan menggunakan lampu

UV, kemudian foto dengan kamera polaroid. Bila hasilnya bagus, produk

PCR bisa disiapkan untuk dilakukan sekuensing.

3.4.7 Sekuensing

Sekuensing DNA atau pengurutan DNA adalah proses atau teknik

penentuan urutan basa nukleotida pada suatu molekul DNA. Urutan

tersebut dikenal sebagai sekuens DNA, yang merupakan informasi paling

mendasar suatu gen atau genom karena mengandung instruksi yang

dibutuhkan untuk pembentukan tubuh makhluk hidup. Sekuensing DNA

dapat dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen atau

fragmen DNA lainnya dengan cara membandingkan sekuens-nya dengan

sekuens DNA lain yang sudah diketahui. Pengetahuan akan sekuens DNA

berguna untuk mengetahui sekuens asam amino yang disandikan oleh gen.

Dahulu hanya ada dua metode sekuensing yaitu metode Maxam-Gilbert

dan metode Sanger. Hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan

dengan menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh

Frederick Sanger dan rekan-rekannya. Teknik tersebut melibatkan

terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA in vitro yang spesifik

untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah

dimodifikasi.22, 23

Pada metode terminasi rantai (metode Sanger), perpanjangan atau ekstensi

rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan

menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut primer yang

komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut. Primer tersebut

diperpanjang menggunakan DNA polimerase, enzim yang mereplikasi

DNA. Bersama dengan primer dan DNA polimerase, diikutsertakan pula

empat jenis basa deoksinukleotida (satuan pembentuk DNA), juga

nukleotida pemutus atau penghenti rantai (terminator rantai) dalam

konsentrasi rendah (biasanya di-deoksinukleotida). Penggabungan

nukleotida pemutus rantai tersebut secara terbatas kepada rantai DNA oleh

polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang berhenti

Page 52: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

34

bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu

tersebut tergabungkan. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan

menurut ukurannya dengan elektroforesis gel poliakrilamida, atau

sekarang semakin lazim dengan elektroforesis menggunakan tabung gelas

berjari-jari kecil (pipa kapiler) yang diisi dengan polimer kental.22,23

Seiring dengan perkembangannya, kini terdapat beberapa macam metode

sekuensing terminasi rantai yang berbeda satu sama lain terutama dalam

hal pendeteksian fragmen DNA hasil reaksi sekuensing. Diantaranya

metode Sanger, Sekuensing dye terminator, automatisasi dan penyiapan

sampel. Metode sekuensing lain terus berkembang, diantaranya

pyrosequencing, illumina (Solexa), dan DNA nanoball.22,23

Page 53: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

35

3.5 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data secara komputerisasi yaitu

menggunakan SPSS versi 23. Karena penelitian ini termasuk analitik tidak

berpasangan kategorik maka uji yang dilakukan adalah uji Chi Square. Jika

syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka dilakukan transformasi data. Saat

uji tersebut tidak berhasil maka dilakukan uji Fisher bila tabel 2 x 2, atau uji

Page 54: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

36

Kolmogorov-Smirnov bila tabel 2 x K, serta teknik penggabungan sel pada

tabel selain 2 x 2 dan 2 x K. Adapun untuk uji yang dilakukan pada variabel

numerik dengan kategorik, dapat dilakukan uji T tidak berpasangan. Bila

syarat uji T tidak berpasangan tidak terpenuhi, maka akan dilakukan uji

alternatif lainnya yaitu uji Mann-Whitney. Pengolahan data dilakukan dengan

tahapan editing, coding, procesing, dan cleaning. Editing merupakan kegiatan

untuk melakukan pengecekan kelengkapan data rekam medis. Coding

merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan. Selanjutnya dilakukan processing yakni memasukkan

data ke dalam SPSS. Tahap akhir dilakukan cleaning atau pembersihan data

untuk mengecek kembali apakah terdapat kesalahan data yang sudah

dimasukkan.27

Page 55: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Responden merupakan masyarakat yang datang untuk penyuluhan di KPKM

Buaran dan Reni Jaya sebanyak 29 orang. Responden terbagi menjadi 2 kategori

berdasarkan tekanan darah, yaitu hipertensi sebanyak 16 orang dan normotensi

sebanyak 13 orang. Responden terdiri dari perempuan sebanyak 21 orang dan

laki-laki sebanyak 8 orang dengan rentang usia dari 30 – 70 tahun.

4.1.1 Data Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden (Kategorik)

Variabel n(%)

Jenis Kelamin Laki-Laki 8 (27,586)

Perempuan 21 (72,414)

Genotip Wildtype 10 (34,483)

Heterozygote 0 (0)

Variant 19 (65,517)

Tabel 4.2 Data Karakteristik Responden (Numerik)

Mean Standard Deviation

Usia 49,93 8,936

Sistol 135,17 15,029

Page 56: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

38

Diastol 82,07 7,736

4.1.2 Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Genotip Arg389Gly

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Genotip Arg389Gly

p Wildtype Variant

N % N %

Laki-Laki 6 75 2 25

0,009

Perempuan 4 19,05 17 80,95

Dari data crosstabulation, tabel 2 x 2 ini tidak layak untuk diuji dengan uji Chi-

Square karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 25% jumlah sel.

Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatif lainnya, yaitu uji Fisher.

Nilai Significancy adalah 0,009 untuk 2-sided dan 0,009 untuk 1-sided. Karena

nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara

jenis kelamin dengan genotip Arg389Gly.

4.1.3 Hasil Hubungan Usia dengan Genotip Arg389Gly

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Usia

Usia

Genotip Arg389Gly

p Wildtype

(n=10)

Variant

(n=19)

49,93 (8,936) 50,70 (10,122) 49,53 (8,514) 0,743

Page 57: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

39

Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, terlebih dahulu memeriksa syarat uji

T tidak berpasangan. Karena data berdistribusi normal, maka dilakukan uji T tidak

berpasangan. Nilai Significancy adalah 0,743. Karena nilai p > 0,05, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan genotip

Arg389Gly.

4.1.4 Hasil Hubungan Sistol dengan Genotip Arg389Gly

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Sistol

Sistol

Genotip Arg389Gly

p Wildtype

(n=10)

Variant

(n=19)

135,17 (15,029) 143,00 (12,517) 131,05 (14,868) 0,041

Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, terlebih dahulu memeriksa syarat uji

T tidak berpasangan. Karena data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan

transformasi data agar distribusi data menjadi normal. Namun tranformasi data

tidak berhasil, maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Mann-Whitney. Nilai

Significancy adalah 0,041. Karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat hubungan antara sistol dengan genotip Arg389Gly.

4.1.5 Hasil Hubungan Diastol dengan Genotip Arg389Gly

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Diastol

Diastol

Genotip Arg389Gly

p Wildtype

(n=10)

Variant

(n=19)

Page 58: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

40

82,07 (7,736) 86,00 (8,433) 80,00 (6,667) 0,050

Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, terlebih dahulu memeriksa syarat uji

T tidak berpasangan. Karena data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan

transformasi data agar distribusi data menjadi normal. Namun tranformasi data

tidak berhasil, maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Mann-Whitney. Nilai

Significancy adalah 0,050. Karena nilai p = 0,05, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat hubungan antara diastol dengan genotip Arg389Gly.

4.2 Pembahasan

Didapatkan bahwa laki-laki lebih rentan mengalami hipertensi (87,5%) dibanding

perempuan (42,857%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil Riskesdas

2013 yang menyatakan bahwa perempuan lebih rentan mengalami hipertensi

(28,8%) dibanding laki-laki (22,8%). Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena

tidak setaranya perbandingan antara jumlah responden laki-laki banding

perempuan (8 : 21).8,9

Didapatkan bahwa rentang usia 30-40 tahun lebih rentan mengalami hipertensi

(75%) dibanding rentang usia lainnya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan

tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa usia berbanding lurus dengan hipertensi

karena seiring bertambahnya usia, maka semakin menurunnya fisiologis tubuh

dalam mempertahankan tekanan darah normal. Ketidaksesuaian ini dapat

disebabkan karena berbagai macam faktor risiko hipertensi baik bersifat fisik

maupun psikis.10,11

Hasil uji bivariat antara jenis kelamin dengan genotip Arg389Gly menggunakan

uji Fisher, didapatkan nilai p-value 0,009 dengan standar nilai p-value <0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin

dengan genotip Arg389Gly. Hasil uji bivariat antara usia dengan genotip

Arg389Gly menggunakan uji T tidak berpasangan, didapatkan nilai p-value 0,743

dengan standar nilai p-value <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara usia dengan genotip Arg389Gly.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

41

Pada penelitian Kristina Bengtsson dalam studi kasus-kontrol tentang frekuensi

genotip yang ditemukan pada populasi Eropa. Alel Arg389 dan genotip

Arg389Arg dari gen reseptor β1-adrenergik lebih umum pada pasien dengan

hipertensi dibandingkan kontrol. Hubungan ini dianalisa setelah penyesuaian

terkait usia, jenis kelamin, dan faktor risiko konvensional lainnya dengan analisis

regresi logistik ganda di dua populasi independen. Sistol, diastol, dan denyut

jantung tidak berbeda antara pembawa genotip Arg389Gly dalam kelompok

hipertensi diobati atau dalam kelompok kontrol. Dalam 102 responden untuk

polimorfisme Arg389Gly, responden homozigot alel Arg389 memiliki diastol

signifikan lebih tinggi (P=0,003) dan denyut jantung (P= 0,02) dibanding

pembawa alel Gly389, tetapi tidak ada perbedaan di sistol. Usia dan BMI relatif

sama antara responden.13

Hasil uji bivariat antara tekanan darah sistol dengan genotip Arg389Gly

menggunakan uji Mann-Whitney, didapatkan nilai p-value sebesar 0,041 dengan

standar nilai p-value <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara tekanan darah sistol dengan genotip Arg389Gly. Hasil uji bivariat antara

tekanan darah diastol dengan genotip Arg389Gly menggunakan uji Mann-

Whitney, didapatkan nilai p-value sebesar 0,050 dengan standar nilai p-value

<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah

diastol dengan genotip Arg389Gly. Baik tekanan darah sistol maupun diastol

memiliki hubungan dengan genotip Arg389Gly.

Polimorfisme gen Arg389Gly terletak di ekor sitoplasma intraseluler dekat

wilayah transmembran 7 reseptor β1 adrenergik, yang diduga sebagai ikatan

domain Gs-protein. Variasi Arg389 memediasi lebih tinggi isoproterenol yang

dirangsang oleh aktivitas adenilat siklase dibanding variasi gen Gly389 in vitro.

Karena reseptor β1 adrenergik sangat penting dalam mengatur curah jantung, dan

mediasi transduksi sinyal di sistem simpatis-adrenal, serta agen-agen yang

menghalangi tekanan darah menjadi rendah, maka dapat dihubungkan dengan

peningkatan risiko hipertensi.13,14

Page 60: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

42

4.3 Kelebihan Penelitian

Penelitian skrining SNP Arg389Gly rs1801253 untuk mengetahui kemungkinan

responden menderita hipertensi esensial ini dapat dikatakan penelitian yang baru

di Indonesia. Dalam pelaksanaan penelitian ini, cara kerja penelitian yang

dilakukan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena membutuhkan waktu,

tenaga, dan biaya yang banyak. Dalam mendeteksi mutasi dari SNP tersebut,

teknik sequencing yang digunakan merupakan salah satu teknik yang sensitif

namun mahal. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, responden dibekali

dengan penyuluhan serta beberapa pemeriksaan guna deteksi dini penyakit pada

responden dan diharapkan responden dapat memperbaiki gaya hidup menjadi

lebih sehat.

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode konsekutif yaitu sampel darah diambil dari semua pasien yang

datang dan memenuhi kriteria hingga jumlah sampel yang dibutuhkan

terpenuhi. Untuk metode pemilihan sampel yang terbaik ialah metode

random sampling.

2. Tidak mencari data mengenai gaya hidup responden untuk mengetahui

kemungkinan lain penyebab responden mengalami hipertensi agar tidak

membiaskan hasil hubungan antara tekanan darah dengan variasi genotip

Arg389Gly.

3. Besar sampel diduga mempengaruhi hasil statistik analitik.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

43

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian ini, menunjukan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan

dengan variasi genotip Arg389Gly. Namun tidak terdapat hubungan antara usia

dengan variasi genotip Arg389Gly. Sementara berdasarkan penelitian ini pula,

variasi genotip Arg389Gly juga memiliki hubungan dengan tekanan darah baik

sistol maupun diastol. Adapun frekuensi variasi genotip Arg389Gly rs1801253

sebagian besar bergenotip variant dengan jumlah 19 orang (65,517%),

dibandingkan yang bergenotip wildtype dengan jumlah 10 orang (34,483%).

5.2 Saran

1. Sebaiknya metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode random sampling karena lebih bisa mewakili populasi

dibanding metode konsekutif.

2. Diperlukan kuisioner tentang gaya hidup responden untuk mengetahui

kemungkinan lain penyebab responden mengalami hipertensi agar tidak

membiaskan hasil hubungan antara tekanan darah dengan variasi genotip

Arg389Gly.

3. Diperlukan besar sampel yang lebih banyak untuk melihat hubungan

antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen Arg389Gly.

4. Bagi responden baik penderita hipertensi maupun normotensi, diharapkan

dapat memperbaiki gaya hidupnya menjadi lebih sehat.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

44

BAB VI

KERJASAMA RISET

Penelitian ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset

genetik dan hipertensi PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

dibiayai oleh Kementerian Agama Republik Indonesia di bawah bimbingan dr.

Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et

al. The seventh report of joint national committee on prevention, detection,

evaluation, and treatment of hypertension. The JNC 7 report. JAMA

2003;289:2560-72.

2. Horacio J, Adrogue MD, Nicolaos E, and Madias MD. Sodium and Potasium

in the Pathogenesis of Hypertension. The New England Journal of Medicine.

2007;356:1966-1978.

3. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Edisi V Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam. 2009;169:1079-1085.

5. Bernard C and Lauren S. Epithelial Sodium Channel: Mendelian Versus

Essential Hypertension. Hypertension. 2008; 52: 595-604.

6. Ester B, Melanie MK, Abraham AK, Wilko S, Monique JL, and Peter WL.

2004. Alpha-Adducin Gly 460 Trp Polimorphism and renal Hemodynamics in

Essensial Hypertension. Hypertension. 2004; 44: 419-523.

7. Tanira MOM and Al Balushi KA. Genetic Variations related to hypertension

: a review. Journal of Human Hypertension. 2005;19;7-19.

8. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. Jakarta :

INFODATIN. 2014.

9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Keseharan RI.

Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : RISKESDAS. 2013;3;88-90

10. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam. 2008;143:610-614.

11. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi VI. Jakarta :

EGC. 2012;10;369-419.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

46

12. Tanto Chris, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta : Media

Aesculapius. 2014;635-639.

13. Bengtsson Kristina MD, Melander Olle MD PHD, Orho-Melander Marju

PHD, et al. Polymorphism in the β1-Adrenergic Receptor Gene and

Hypertension. Circulation. 2001;104;187-190.

14. Peng Yingxin, Xue Hao, Luo Leiming, Yao Wenjing and Li Rongbin.

Polymorphisms of the β1-adrenergic receptor gene are associated with

essential hypertension in Chinese. Clin Chem Lab Med. 2009;47:1227–31.

15. Ranade Koustubh, Jorgenson Eric, Sheu Wayne, et al. A Polymorphism in the

β1 Adrenergic Receptor Is Associated with Resting Heart Rate. Am. J. Hum.

Genet. 2002;70;935-942.

16. Ramu P, Mahesh Kumar K.N, Shewade D.G, Swaminathan R.P, Dutta T.K,

Balachander J and Adithan C. Polymorphic variants of β1-adrenergic

receptor gene (Ser49Gly & Arg389Gly) in healthy Tamilian volunteers.

Indian J Med Res. 2010;132;62-66.

17. Fragoso JM, Rodriguez-Perez JM, Perez-Vielma N, Martinez-Rodriguez N,

Vargas- Alarcon G. Beta1 adrenergic receptor polymorphisms Arg389Gly

and Ser49Gly in the Amerindian and Mestizo populations of Mexico. Hum

Biol 2005; 77 : 515-20.

18. Liu ZQ, Liu J, Xiang ZH, Hu MY, Mo W, Wang LS, et al. Distributive

characteristics of Ser49Gly and Gly389Arg genetic polymorphisms of beta1-

adrenoceptor in Chinese Han and Dai populations. Acta Pharmacol Sin

2006; 27 : 254-8.

19. Inagaki Y, Mashima Y, Fuse N, Funayama T, Ohtake Y, Yasuda N, et al.

Polymorphism of beta-adrenergic receptors and susceptibility to open-angle

glaucoma. Mol Vis 2006; 12 : 673-80.

20. Covolo L, Gelatti U, Metra M, Nodari S, Picciche A, Pezzali N, et al. Role of

beta1- and beta2-adrenoceptor polymorphisms in heart failure: a case-

control study. Eur Heart J 2004; 25 : 1534-41.

21. Xie HG, Dishy V, Sofowora G, Kim RB, Landau R, Smiley RM, et al.

Arg389Gly beta 1-adrenoceptor polymorphism varies in frequency among

Page 65: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

47

different ethnic groups but does not alter response in vivo. Pharmacogenetics

2001; 111 : 191-7.

22. Campbell NA, Reece JB, Urry LA. Biologi 8th ed Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

2010

23. Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. Biokimia Harper (27 ed).

Jakarta: EGC; 2009;4;304-434.

24. Lodish HF. Molecular Cell Biology. New York: W.H. Freeman; 2003.

25. Kasper DL,Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J.

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th

edition. New York. McGraw

Hill. 2015

26. Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 2. Jakarta : Salemba

Medika

27. Dahlan, M. Sopiyudin. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi

5. Jakarta : Salemba Medika

28. Single Nucleotide Polymorphism Arg389Gly rs1801253 [Internet]. Oktober

2016 [diakses pada 22 Oktober 2016]. Tersedia pada :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/projects/SNP/snp_ref.cgi?rs=1801253

Page 66: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

48

Lampiran 1. Lembar Permohonan Ethical Approval Penelitian

Permohonan Ethical Approval Penelitian

No. :

Hal : Permohonan Ethical Approval Penelitian

Kepada:

Yth. Ketua Komite Etik Penelitian

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Di Ciputat

Dengan Hormat,

Bersama ini kami mohon bantuan kepada komite etik penelitian kedokteran FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat memberikan keterangan Lolos Kaji Etik

(Ethical Approval) untuk penelitian kami yang berjudul Hubungan Antara Jenis

Kelamin dan Usia Terhadap Ekspresi Gen Arg389Gly pada Pasien di KPKM

Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. Terlampir kami sampaikan (masing-masing 4 kopi),

1. Proposal Penelitian

2. Formulir informed consent

Dengan permohonan kami, atas bantuan dari Bapak/Ibu kami mengucapkan

banyak terimakasih.

Hormat saya,

Peneliti, Pembimbing,

Reza Aulia Fikri dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D

NIM 1113103000020 NIP. 19770102 200501 2 007

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

dr. Achmad Zaki,M.Epd,Sp.OT

NIP. 19780507 200501 1 005

Page 67: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

49

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Saat ini saya Reza Aulia Fikri mahasiswa PSKPD UIN Jakarta angkatan 2013

sedang melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Jenis Kelamin

dan Usia Terhadap Ekspresi Gen Arg389Gly pada Pasien di KPKM Buaran

dan Reni Jaya Tangerang Selatan. Pada penelitian ini saya akan melakukan

pemeriksaan dengan pengambilan darah responden sebanyak satu kali yaitu 3-5

cc. Darah tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan skrining.

Pengambilan darah dilakukan oleh analis yang sudah berpengalaman. Untuk itu,

dengan hormat saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam

penelitian ini.

Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama:

Umur: tahun

Alamat:

Dengan sukarela diikutsertakan dalam penelitian ini. Segala hal yang menyangkut

kerahasiaan tentang responden akan terjaga dengan baik oleh peneliti.

Jakarta, Agustus 2016

Mengetahui,

(________________) ( Reza Aulia Fikri )

Responden Peneliti

Page 68: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

50

Lampiran 3. Fragmen Wildtype, Variant dan Primer

Fragmen wildtype asam amino Glysin

AACTCGGCCT TCAACCCCAT CATCTACTGC CGCAGCCCCG

ACTTCCGCAA GGCCTTCCAG GGACTGCTCT GCTGCGCGCG

CAGGGCTGCC CGCCGGCGCC ACGCGACCCA CGGAGACCGG

CCGCGCGCCT

Fragmen variant asam amino Arginin

AACTCGGCCT TCAACCCCAT CATCTACTGC CGCAGCCCCG

ACTTCCGCAA GGCCTTCCAG CGACTGCTCT GCTGCGCGCG

CAGGGCTGCC CGCCGGCGCC ACGCGACCCA CGGAGACCGG

CCGCGCGCCT

Fragmen primer forward

5’- GGC CT T CAA CCC CAT CAT CTA –3’

Fragmen primer reverse

5’– CCG GTC TCC GTG GGT CGC GT -3’

Page 69: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

51

Gambar 7.3.1 Single Nucleotide Polymorphism Arg389Gly rs180125328

Gambar 7.3.2 Primer Forward

Page 70: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

52

Gambar 7.3.3 Primer Reverse

Page 71: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

53

Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian

Gambar 7.4.1 Penyuling Aquades Gambar 7.4.2 Spin

Gambar 7.4.3 Vortex Gambar 7.4.4 Disposafe

Gambar 7.4.5 CoolRoom Gambar 7.4.6 Alkohol 70%

Gambar 7.4.7 Micropipet Gambar 7.4.8 Primer

Page 72: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

54

Gambar 7.4.9 Taq Polymerase Gambar 7.4.10 Oven

Gambar 7.4.11 Timbangan Digital Gambar 7.4.12 Tip 100-1000µL

Gambar 7.4.13 Loading Dye Gambar 7.4.14 Autoclaf

Gambar 7.4.15 Nanometer Gambar 7.4.16 Marker DNA 100bp

Page 73: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

55

Gambar 7.4.17 Agarose Gambar 7.4.18 ddH₂O

Gambar 7.4.19 Plate Sequencing

Gambar 7.4.20 DNA Genom Kit Gambar 7.4.21 Handscone

Gambar 7.4.22 Waterbath Gambar 7.4.23 Sentrifuge

Gambar 7.4.24 Freezer Gambar 7.4.25 Microwave

Page 74: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

56

Gambar 7.4.26 Elektroforesis Gambar 7.4.27 Sampel DNA

Gambar 7.4.28 Vacutainer Gambar 7.4.29 Filter Tube

Gambar 7.4.30 Larutan DNA Genom Kit Gambar 7.4.31 Tube Isolasi DNA

Gambar 7.4.32 Tip 0,1-10µL Gambar 7.4.33 Marker

Gambar 7.4.34 Tip 10-50µL Gambar 7.4.35 Tube PCR

Page 75: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

57

Gambar 7.4.36 Thermal Cycler Gambar 7.4.37 Wadah Agar

Gambar 7.4.38 Ethium Bromide Gambar 7.4.39 DNA Rehydration

Gambar 7.4.40 Gel Dock Gambar 7.4.41 Ice Pack

Gambar 7.4.42 Dokumentasi

Page 76: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

58

Lampiran 5. Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel

Tabel 7.5.1 Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel

No Konsentrasi (ng/µl) Kemurnian (260/280)

1 128,282 1,83

2 177,814 1,81

3 135,519 1,74

4 74,119 1,77

5 48,604 1,67

6 69,515 1,49

7 104,650 1,87

8 97,942 1,77

9 292,557 1,81

10 67,443 1,74

11 71,624 1,77

12 52,264 1,94

13 285,150 1,70

14 64,236 1,65

15 65,613 1,73

16 108,990 1,77

17 68,100 1,83

18 107,454 1,83

19 53,262 1,90

20 79,036 1,81

21 76,875 1,74

22 60,662 1,73

23 55,207 1,86

24 54,059 1,74

25 82,903 1,70

26 80,840 1,80

27 73,635 1,80

Page 77: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

59

28 51,431 1,85

29 63,182 1,78

30 48,471 1,72

31 59,013 1,85

Page 78: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

60

Lampiran 6. Gel documentation hasil elektroforesis agarose

Gambar 7.6.1 Gel doc hasil elektroforesis agarose dari genom sampel

Gambar 7.6.2 Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari PCR

Page 79: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

61

Lampiran 7. Hasil Sequencing

Gambar 7.7.1 HT1 Gambar 7.7.2 HT2 Gambar 7.7.3 HT3

Gambar 7.7.4 HT4 Gambar 7.7.5 HT5 Gambar 7.7.6 HT6

Gambar 7.7.7 HT7 Gambar 7.7.8 HT8 Gambar 7.7.9 HT9

Gambar 7.7.10 HT10 Gambar 7.7.11 HT11 Gambar 7.7.12 HT12

Page 80: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

62

Gambar 7.7.13 HT13 Gambar 7.7.14 HT14 Gambar 7.7.15 HT15

Gambar 7.7.16 HT16 Gambar 7.7.17 N1 Gambar 7.7.18 N2

Gambar 7.7.19 N3 Gambar 7.7.20 N4 Gambar 7.7.21 N5

Gambar 7.7.22 N6 Gambar 7.7.23 N7 Gambar 7.7.24 N8

Page 81: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

63

Gambar 7.7.25 N9 Gambar 7.7.26 N10 Gambar 7.7.27 N11

Gambar 7.7.28 N12 Gambar 7.7.29 N13 Gambar 7.7.30 N14

Gambar 7.7.31 N15

Page 82: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

64

Lampiran 8. Data Karakteristik Responden

Tabel 7.8.1 Data Karakteristik Responden

No

Tekanan

Darah

(mmHg) Kelamin Usia Wildtype Heterozygot Variant

1 140/100 P 50 + - -

2 150/90 P 52 - - +

3 140/90 L 63 + - -

4 140/80 P 50 - - +

5 160/70 L 54 + - -

6 140/80 P 52 - - +

7 140/80 P 60 - - +

8 140/80 P 48 - - +

9 150/90 L 56 - - +

10 150/90 L 65 + - -

11 140/80 L 44 + - -

12 160/90 L 38 - - +

13 140/80 P 37 - - +

14 140/90 P 39 + - -

15 150/80 L 42 + - -

16 160/90 P 42 + - -

Page 83: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

65

17 110/80 P 44 - - +

18 120/80 P 30 - - +

19 110/80 P 58 - - +

20 120/80 P 42 DO DO DO

21 120/90 P 65 - - +

22 110/80 P 50 - - +

23 120/90 P 44 + - -

24 110/70 P 52 - - +

25 130/80 L 64 + - -

26 130/80 P 31 DO DO DO

27 130/70 P 57 - - +

28 130/80 P 54 - - +

29 130/80 P 48 - - +

30 130/70 P 45 - - +

31 130/70 P 45 - - +

Page 84: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

66

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik

Data Karakteristik

Statistics

Usia Sistol Diastol

N Valid 29 29 29

Missing 0 0 0

Mean 49.93 135.17 82.07

Median 50.00 140.00 80.00

Mode 44a 140 80

Std. Deviation 8.936 15.029 7.736

Variance 79.852 225.862 59.852

Skewness -.044 -.171 .111

Std. Error of Skewness .434 .434 .434

Kurtosis -.410 -.654 -.319

Std. Error of Kurtosis .845 .845 .845

Minimum 30 110 70

Maximum 65 160 100

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-Laki 8 27.6 27.6 27.6

Perempuan 21 72.4 72.4 100.0

Total 29 100.0 100.0

Genotip

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Wildtype 10 34.5 34.5 34.5

Variant 19 65.5 65.5 100.0

Total 29 100.0 100.0

Page 85: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

67

Jenis Kelamin dan Genotip Arg389Gly

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Genotip 29 100.0% 0 0.0% 29 100.0%

Jenis Kelamin * Genotip Crosstabulation

Genotip

Total Wildtype Variant

Jenis Kelamin Laki-Laki Count 6 2 8

Expected Count 2.8 5.2 8.0

Perempuan Count 4 17 21

Expected Count 7.2 13.8 21.0

Total Count 10 19 29

Expected Count 10.0 19.0 29.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.028a 1 .005

Continuity Correctionb 5.742 1 .017

Likelihood Ratio 7.915 1 .005

Fisher's Exact Test .009 .009

Linear-by-Linear Association 7.751 1 .005

N of Valid Cases 29

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.76.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 86: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

68

Usia dan Genotip Arg389Gly

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia 29 100.0% 0 0.0% 29 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Usia .089 29 .200* .977 29 .757

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Group Statistics

Genotip N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Usia Wildtype 10 50.70 10.122 3.201

Variant 19 49.53 8.514 1.953

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Usia Equal

variances

assumed

1.234 .276 .331 27 .743 1.174 3.548 -

6.106 8.454

Equal

variances

not

assumed

.313 15.851 .758 1.174 3.750 -

6.781 9.129

Page 87: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

69

Sistol dan Genotip Arg389Gly

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sistol 29 100.0% 0 0.0% 29 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sistol .178 29 .020 .929 29 .052

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tran_sistol 29 100.0% 0 0.0% 29 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tran_sistol .194 29 .007 .920 29 .030

a. Lilliefors Significance Correction

Group Statistics

Genotip N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Sistol Wildtype 10 143.00 12.517 3.958

Variant 19 131.05 14.868 3.411

Page 88: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

70

Ranks

Genotip N Mean Rank Sum of Ranks

Sistol Wildtype 10 19.35 193.50

Variant 19 12.71 241.50

Total 29

Test Statisticsa

Sistol

Mann-Whitney U 51.500

Wilcoxon W 241.500

Z -2.042

Asymp. Sig. (2-tailed) .041

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .045b

a. Grouping Variable: Genotip

b. Not corrected for ties.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

71

Diastol dan Genotip Arg389Gly

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Diastol 29 100.0% 0 0.0% 29 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Diastol .261 29 .000 .856 29 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tran_diastol 29 100.0% 0 0.0% 29 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tran_diastol .244 29 .000 .853 29 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Group Statistics

Genotip N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Diastol Wildtype 10 86.00 8.433 2.667

Variant 19 80.00 6.667 1.529

Page 90: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

72

Ranks

Genotip N Mean Rank Sum of Ranks

Diastol Wildtype 10 18.95 189.50

Variant 19 12.92 245.50

Total 29

Test Statisticsa

Diastol

Mann-Whitney U 55.500

Wilcoxon W 245.500

Z -1.962

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .069b

a. Grouping Variable: Genotip

b. Not corrected for ties.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34264/1/REZA AULIA FIKRI-FKIK.pdf · risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui

73

Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti

CURICULUM VITAE

Nama : Reza Aulia Fikri

Panggilan : Reza

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Oktober 1995

Usia : 20 Tahun

Golongan Darah : B

Mobile : 081299174080

Agama : Islam

E-mail : [email protected]

Alamat : Jln Cabe 4 Rt 001/05 No. 59a, Pondok Cabe Ilir,

Pamulang, Tangerang Selatan

Pendidikan

a. Elementary School : SDN 03 Pagi Kebayoran Lama

b. Yunior High School : SMPN 85 Jakarta

c. Senior High School : SMAN 66 Jakarta

d. University : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :

2007-2009 : Anggota Rohis SMPN 85 Jakarta

2010-2011 : Anggota Divisi Hubungan Masyarakat PMR SMAN 66 Jakarta

Anggota Divisi Peribadahan Rohis SMAN 66 Jakarta

2011-2012 : Koor Divisi Hubungan Masyarakat PMR SMAN 66 Jakarta

Ketua Rohis SMAN 66 Jakarta

2013-2014 : Anggota Divisi HMPSPD Keislaman FKIK UIN Jakarta

Sekretaris Jendral Komda FKIK UIN Jakarta

2014-2015 : Anggota Divisi HMPSPD Keislaman FKIK UIN Jakarta

Ketua Komda FKIK UIN Jakarta

2015-2016 : Anggota Divisi Humed LDK Syahid UIN Jakarta

Anggota Divisi PB&KD IKLIM 66 Jakarta

Ketua Club Pecinta Al-Qur’an FKIK