Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

35
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI, IMUNISASI & RIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh : Ketua : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. Anggota I : Sari Fatimah, S.Kp, M.Kes. Anggota II : Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2008 Berdasarkan SPK No.394/H6.26.14/LP/PL/2008 Tanggal 16 April 2008 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008

Transcript of Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

Page 1: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

LLAAPPOORRAANN PPEENNEELLIITTIIAANN

HHUUBBUUNNGGAANN SSTTAATTUUSS GGIIZZII,, IIMMUUNNIISSAASSII && RRIIWWAAYYAATT KKOONNTTAAKK DDEENNGGAANN KKEEJJAADDIIAANN TTUUBBEERRKKUULLOOSSIISS PPAADDAA AANNAAKK

DDII WWIILLAAYYAAHH KKEERRJJAA PPUUSSKKEESSMMAASS CCIIAAWWII KKAABBUUPPAATTEENN TTAASSIIKKMMAALLAAYYAA

Oleh :

Ketua : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. Anggota I : Sari Fatimah, S.Kp, M.Kes. Anggota II : Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2008

Berdasarkan SPK No.394/H6.26.14/LP/PL/2008 Tanggal 16 April 2008

LLEEMMBBAAGGAA PPEENNEELLIITTIIAANN UUNNIIVVEERRSSIITTAASS PPAADDJJAADDJJAARRAANN

FFAAKKUULLTTAASS IILLMMUU KKEEPPEERRAAWWAATTAANN UUNNIIVVEERRSSIITTAASS PPAADDJJAADDJJAARRAANN

BBAANNDDUUNNGG 22000088

Page 2: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

ii

LLEEMMBBAARR IIDDEENNTTIITTAASS DDAANN PPEENNGGEESSAAHHAANN LLAAPPOORRAANN AAKKHHIIRR PPEENNEELLIITTIIAANN MMUUDDAA

SUMBER DANA : DIPA UNPAD TAHUN ANGGARAN 2008

1. a. Judul penelitian

:

Hubungan Status Gizi, Imunisasi & Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

b. Bidang Ilmu : Kesehatan c. Kategori : I

2. Ketua Peneliti a. Nama lengkap & gelar b. Jenis kelamin c. Pangkat/Gol/NIP d. Jabatan fungsional e. Fakultas f. Bidang ilmu yang diteliti

: : : : : : :

Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. Perempuan Penata, III/c, 132 257 917 Lektor Ilmu Keperawatan Keperawatan Anak

3. Jumlah anggota Peneliti : 2 orang a. Nama anggota peneliti I : Sari Fatimah, S.Kp, M.Kes. b. Nama anggota peneliti II : Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners.

4. Lokasi Penelitian : Puskesmas Ciawi Tasikmalaya 5. Kerjasama dengan institusi lain:

a. Nama Instansi : - b. Alamat : - c. Telepon/Faks/E-mail : -

6. Lama penelitian : 8 (delapan) bulan 7. Biaya penelitian : Rp. 6.125.000,-

Bandung, 15 Nopember 2008 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Hj. Helwiyah Ropi, S.Kp, MCPN NIP. 140 067 327

Ketua Peneliti Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. NIP. 132 257 917

Menyetujui,

Plh. Ketua LPPM Universitas Padjadjaran

Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar, M.Sc. NIP. 130 814 978

Page 3: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

iii

ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya. Tuberkulosis (TB) pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang sulit terdeteksi, namun dampaknya cukup mempengaruhi perkembangan anak dan status kesehatan.anak bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan memahami faktor-faktor yang beresiko untuk terjadinya kejadian Tuberkulosa pada anak yaitu status gizi yang kurang, belum mendapatkan imunisasi BCG dan adanya riwayat pernah kontak dengan orang dewasa yang TB aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari masing-masing variabel yaitu status gizi, imunisasi dan riwayat kontak, juga untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel tersebut dengan kejadian Tuberkulosa pada anak, serta faktor mana yang paling dominan berhubungan dengan kejadian tuberkulosa pada anak. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan case control. Sampel dalam penelitian adalah anak usia 3 bulan-5 tahun yang terdiri dari dua kelompok : 35 orang kelompok kasus yaitu anak yang baru didiagnosis TB (< 2 bulan) dan 35 orang kelompok kontrol yaitu anak yang tidak terdiagnosis TB dalam 2 bulan terakhir ini. Teknik pengumpulan data yaitu melalui studi dokumentasi pada KMS untuk melihat BB, TB dan status imunisasi BCG anak dan wawancara untuk mengetahui riwayat kontak. Analisis univariat digunakan analisis prosentase, sedangkan analisis bivariat digunakan uji Chi Square (α=0,05) dan analisis multivariat digunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi anak menunjukkan sebagian besar (75,7 %) status gizi baik, hampir seluruh anak (98,6%) sudah pernah mendapatkan imunisasi BCG, dan sebagian besar (57,1%) tidak ada riwayat kontak. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada status gizi (p value = 0,005) dan riwayat kontak (p value = 0,008) dengan kejadian TB, sedangkan pada status imunisasi tidak ada hubungan yang signifikan (p value = 1,000).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktek keperawatan agar lebih menekankan upaya promotif dan preventif melalui mengefektifkan dan mengintensifkan penyuluhan kesehatan terkait dengan gizi, imunisasi dan riwayat kontak, mengoptimalkan pemantuan gizi pada anak, mengoptimalkan dalam pemberian imunisasi BCG dengan memperhatikan waktu pemberian yaitu pada 3 bulan pertama dan cara pemberian yang tepat. Dan bagi pihak Puskesmas hendaknya membuat kebijakan/program yang terkait dengan waktu yang tepat dalam pemberian imunisasi BCG ini. Mengoptimalkan pemantauan dan pengobatan tuntas pada orang dewasa yang menderita TB aktif. Dan bagi pendidikan keperawatan agar Mengembangkan kurikulum pendidikan keperawatan mengenai faktor-faktor yang beresiko dalam terjadinya Tuberkulosa pada anak, terutama yang terkait dengan efektifitas imunisasi BCG. Kata kunci : status gizi, imunisasi, riwayat kontak, tuberkulosa pada anak

Page 4: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

iv

ABSTRACT

This research entitles the Relationship of Nutrition State, Immunization and History of Contact with the Tuberculosis among Children in the Puskesmas Ciawi Tasikmalaya. Tuberculosis is one of infection respiratory disease that difficult to detected, but it influences their development and health status. Its even can generate the death. Therefore it requires a prevention action by comprehending factors which contributed to the TB occurrence such as malnourished; immunization of BCG and the existence of history have contacted with the adult which active TB. This Research target is to know the picture from each variable that is nutritional status, immunization and history contact, also to know the relation from each the variable with the occurrence of Tuberculosis Children. As well, it will determine factor which most dominant relate to the occurrence of this diseases. .

Research Method used correlation descriptive with the approach of case control. Sample in research was child age from 3 months until 5 year that divided into two groups: 35 people of case group that is new child diagnosed by TB (< 2 months) and 35 group people control that is child which is not diagnosed by TB in this last 2 months. Technique data collecting was conducting documentation study of KMS to see the BB, TB and status of immunization the BCG child and interview to know the history contact. Analysis Univariate used analysis percentage, while bivariate analysis used test of Chi Square (α = 0, 05) and analyses the multivariate used logistics regression.

Result of research indicated that the nutritional status of the child showed most (75, 7 %) good status, where almost entire child (98, 6%) have got the BCG immunization, and most of them (57, 1%) experienced no history contact. Result of correlation test indicated that there was a significant relationship which the nutritional status (p value = 0,005) and history contact the (p value = 0,008) with the occurrence of TB, while status immunization showed no significant relationship (p value = 1,000).

It is expected that it can give the input for treatment practice to more emphasizing of efforts in promoting and preventing the occurrence through streamlining and intensifying relevant health counseling of nutrition, immunization and contact history. In addition, optimizing a monitoring of children nutritional status and immunization of BCG should be done by paying attention to time of immunization delivery within the first 3 months after the newborn. Moreover, Puskesmas shall make the policy related program with the right time to deliver BCG immunization. Complete medication and monitoring of adult suffering active TB is essential to be conducted. Developing curriculum of treatment education concerning factors which contributed in the happening of Tuberculosis especially related to the effectively of BCG immunization are very important to be given in Nursing Faculty. .

Keyword: nutritional status, immunization, history of contact, tuberculosis, children

Page 5: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Illahi

Rabbi, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan akhir penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi,

Imunisasi & Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Anak di

Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak

terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Hj. Helwiyah Ropi, S.Kp, MCPN, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Padjadjaran.

2. Prof. Oekan S. Abdoellah, MA., Ph.D, selaku Ketua Lembaga Penelitian

Universitas Padjadjaran.

3. DIPA UNPAD, selaku sumber dana yang membiayai penulis dalam

melaksanakan penelitian ini.

4. Kepala Puskesmas Ciawi Tasikmalaya beserta stafnya yang telah memberikan

ijin dan memberikan bantuan kepada peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

Semoga amal baiknya mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT.

Tidak lupa penulis memohon maaf atas segala kekurangan.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan

menambah wawasan pengetahuan kita semua, amien.....

Bandung, 15 Nopember 2008 Penulis

Page 6: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

DAFTAR ISI

Lembar Identitas Dan Pengesahan …………………………………………….... ii

Abstrak ……………………………………………………………………….…. iii

Abstract …………………………………………………………………….……. iv

Kata Pengantar ...........................................................................................….…… v

Daftar Isi ……………………………………………………………………....… vi

Daftar Tabel …………………………………………………………….......….. viii

Daftar Lampiran …………………………………………………………………. ix

1. PENDAHULUAN ........................................................................................1

Latar Belakang...............................................................................................1

Perumusan Masalah .......................................................................................2

Definisi Konseptual dan Operasional .............................................................3

Hipotesa :.......................................................................................................4

2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................5

Tuberkulosis ..................................................................................................5

Diagnosis TB pada anak.................................................................................5

Gejala Umum TB pada anak ..........................................................................6

Faktor-faktor yang beresiko terjadinya kejadian TB : .....................................6

3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................7

Tujuan Penelitian ...........................................................................................7

Kontribusi Penelitian .....................................................................................8

4. METODE PENELITIAN ............................................................................8

Rancangan Penelitian.....................................................................................8

Populasi dan Sampel ......................................................................................9

Variabel Penelitian.........................................................................................9

Teknik Pengumpulan Data .............................................................................9

Teknik Analisa Data ......................................................................................9

5. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 12

Hasil Penelitian............................................................................................13

Gambaran Status Gizi, Status Imunisasi dan Riwayat Kontak .............. 13

Page 7: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

vii

Hubungan Antara Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan

Kejadian Tuberkulosa pada Anak ........................................................ 14

Model Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosa ...................................... 16

Pembahasan ................................................................................................. 19

6. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 23

Simpulan ..................................................................................................... 23

Saran ........................................................................................................... 24

7. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25

LAMPIRAN

Page 8: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008 …………………………………………………………………….. 13

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi BCG pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008……………………………………………………………….. 13

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Anak dengan Orang Dewasa dengan Tuberkulosa Aktif di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008………...................... 14

Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Status Gizi dan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008…………….............. 15

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Status Imunisasi dan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008…………………….. 15

Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Riwayat Kontak dan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008…………………...... 16

Tabel 7 Hasil Analisis Bivariat antara Status Gizi, Status Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008……………………………………………………. 17

Tabel 8 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008…………….............................................. 17

Tabel 9 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi, dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008……………............................................................. 18

Tabel 10 Uji Interaksi antara Status Gizi, dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008……………… 18

Tabel 11 Hasil Analisis Multivariate Regresi Logistik antara Status Gizi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008……………………………………………………. 19

Page 9: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rekomendasi Penelitian dari Kecamatan Ciawi Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya

Lampiran 2 Grafik NCHS Lampiran 3 Data Penelitian Lampiran 4 Hasil Output Analisis Data Lampiran 5 Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Peneliti Lampiran 6 Dokumentasi

Page 10: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

1

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, ditemukan pula kuman Mycobacterium

yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi

dari berbagai jenis Mycobacterium, Mycobacterium tuberculosis merupakan

kuman yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Di negara-negara

berkembang, kematian akibat Tuberkulosis merupakan 25 % dari seluruh

kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan bahwa 95 % penderita

Tuberkulosis berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini,

Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara yang memiliki jumlah penderita TB

terbanyak setelah India dan Cina (DepKes, 2002).

WHO memperkirakan dari setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat

130 penderita baru TB Paru dewasa bakteri tahan asam (BTA) positif. Namun

angka kejadian TB pada anak belum diketahui secara pasti karena sulitnya

mendiagnosa TB pada anak. Menurut Kartasasmita (2002), mengatakan bahwa

seorang penderita TB dewasa dengan BTA positif akan menularkan kepada 10

orang di lingkungannya terutama anak-anak. Sehingga bila prevalensi TB dewasa

tinggi, tentu TB anak pun akan tinggi pula. Dan oleh karena itulah, sangat penting

mendeteksi TB dewasa sehingga setiap anak yang mempunyai resiko tertular

dapat diberikan pencegahan.

Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit

TB. Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan

umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun (Samallo, dalam IKA-FKUI,

1998). Namun TB pada anak biasanya jarang diteliti dan cenderung diabaikan,

padahal infeksi TB pada anak apabila tidak terdeteksi lebih dini dan tidak diobati

dengan baik dapat menyebabkan penderitaan berkepanjangan bahkan

menimbulkan kematian. Pada anak, kuman TB terutama menyerang paru-paru

(76%) dan kelenjar limfe (14%), sisanya kuman tersebut dapat menyerang organ-

organ lainnya seperti otak, tulang, ginjal, hati dan usus (Antono, 2002).

Menurut Beaglehole (1997), Long (1996), dan Whaley & Wong (1995),

menyatakan bahwa faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit TB adalah

Page 11: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

2

faktor genetik, malnutrisi (status gizi), imunisasi, riwayat kontak, dan lingkungan

rumah. Faktor genetik merupakan faktor yang berperan kecil pada insidensi

kejadian TB (Fletcher, 1992).

Kondisi malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu,

dengan penurunan daya tahan tubuh akan memudahkan anak untuk terkena

penyakit termasuk penyakit tuberkulosa (Crofton, Horne, & Miller, 1998).

Imunisasi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit TB adalah

imunisasi BCG. Pemberian Imunisasi BCG meninggikan daya tahan tubuh

terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis yang virulen, sehingga jika anak tidak

mendapatkan imunisasi BCG maka memungkinkan anak untuk terinfeksi kuman

TB (Kartasasmita, 2002).

Ball & Blinder (1999) menjelaskan bahwa TB dapat ditularkan melalui

droplet. Jika seseorang mempunyai riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi

TB, maka orang tersebut berpotensi untuk terinfeksi juga terutama pada anak-anak

(Whaley & Wong, 1995). Selain itu, lingkungan rumah pun menurut Notoatmodjo

(2003) dapat memberikan pengaruh terhadap status kesehatan penghuninya

termasuk dalam penyebaran kuman TB. Lingkungan rumah yang terkait dengan

kejadian TB adalah meliputi lingkungan fisik (ventilasi, suhu, kelembaban, dan

pencahayaan) dan lingkungan sosial (kepadatan penghuni). Sehingga untuk

mengetahui kondisi lingkungan rumah tersebut memerlukan pemeriksaan yang

khusus dan sulit untuk dilakukan karena memerlukan alat & waktu yang khusus.

Berdasarkan studi pendahuluan, Wilayah kecamatan Ciawi – kabupaten

Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang angka kejadian TB nya cukup

tinggi. Sehingga dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai TB, maka peneliti

tertarik untuk meneliti hubungan status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan

kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten

Tasikmalaya.

Perumusan Masalah

Adakah hubungan antara status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian

tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten

Tasikmalaya.

Page 12: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

3

Definisi Konseptual dan Operasional

a. Status Gizi

Definisi Konseptual

Status gizi adalah kondisi atau keadaan nutrisi seseorang dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture

dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002).

Definisi Operasional

Status gizi yang dimaksud dalam penelitian ini hasil rata-rata penimbangan

berat badan 2 bulan terakhir sebelum dideteksi TB untuk yang kasus dan

kontrol yang dilihat dari KMS balita, kemudian dibandingkan dengan standar

baku WHO-NCHS. Skala pengukuran Ordinal kemudian dikategorikan

sebagai berikut:

0. Gizi kurang = bila BB berada di dalam area garis putih

1. Gizi baik = bila BB berada di bawah area garis putih

b. Imunisasi

Definisi Konseptual

Imunisasi merupakan cara yang penting untuk melindungi dan mencegah anak

dari suatu penyakit dengan menimbulkan zat imun di dalam tubuh. Jenis

Imunisasi yang berhubungan dengan penyakit Tuberkulosa adalah BCG

(UNICEF, 2002).

Definisi Operasional

Imunisasi yang diteliti di dalam penelitian ini adalah untuk melihat riwayat

imunisasi BCG dengan melihat KMS. Skala pengukuran Ordinal dan

dikategorikan:

0. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG

1. Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG

c. Riwayat kontak

Definisi Konseptual

Sumber penularan TB pada anak adalah orang dewasa yang menderita TB

aktif (BTA positif) (Depkes, 2002).

Page 13: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

4

Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, riwayat kontak adalah jika anak ada kontak atau pernah

berhubungan dengan orang dewasa yang menderita TB aktif. Skala

pengukuran Ordinal, dengan kategori :

0. Pernah, apabila anak pernah kontak atau berhubungan dengan orang

dewasa yang menderita TB aktif.

1. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan

orang dewasa yang menderita TB aktif.

d. Tuberkulosis

Definisi Konseptual

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis (DepKes, 2002).

Definisi Operasional

Kejadian Tuberkulosis pada penelitian ini adalah kejadian tuberkulosis yang

baru didiagnosa pada anak, yaitu kurang dari 2 bulan. Skala pengukurannya

ordinal, dengan kategori :

0. TB (anak yang menderita TB di wilayah kerja Puskesmas Ciawi

Kabupaten Sumedang)

1. Tidak TB (anak yang tidak menderita TB di wilayah kerja Puskesmas

Ciawi Kabupaten Sumedang)

Hipotesa :

1. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis

2. Ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian tuberkulosis

3. Ada hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis

4. Ada hubungan antara faktor yang paling dominan dengan kejadian

tuberkulosis

Page 14: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, ditemukan pula kuman Mycobacterium

yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi

dari berbagai jenis Mycobacterium, Mycobacterium tuberculosis merupakan

kuman yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (DepKes, 2002).

Penyakit TB pada anak merupakan penyakit sistemik yang dapat

bermanifestasi pada berbagai organ, baik organ paru maupun ekstra paru.

Penyakit TB pada anak di dapatkan dari penularan oleh orang dewasa. Penularan

dari orang dewasa yang menderita TB ini, biasanya melalui inhalasi butir sputum

penderita yang mengandung kuman TB, ketika penderita dewasa batuk, bersin

atau berbicara (Heinz, 1993).

Diagnosis TB pada anak

Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TB adalah dengan

ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya

sputum, bilas lambung, biopsi, dan lain-lain. Namun pada anak, hal ini sangat

sulit dan jarang didapatkan hasilnya, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak

didasarkan atas gambaran klinis, foto thoraks rongent dan uji tuberkulin. Klein

dan Isseman (1998, dalam Rosmayudi, 2002), menjelaskan TB dapat didiagnosis

bila ditemukan 2 atau lebih hal berikut ini : 1) Ada riwayat kontak erat dengan

kasus TB baik diketahui maupun suspek, 2) Gambaran radiologik mengarah ke

TB, 3) Tes tuberkulin posistif, 4) BTA positif, 5) Batuk > 2 minggu, 6)

Kemungkinan respon terhadap pemberian obat anti TB (berat badan naik 10%

setelah pengobatan 2 bulan, gejala menurun), 7) Reaksi cepat BCG, yaitu timbul

kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi, dan 8)

Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang spesifik.

Page 15: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

6

Gejala Umum TB pada anak

1) Asymptomatis

2) Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan

tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik,

nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh (failure to thrive).

3) Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan thypoid, malaria

atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

4) Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel,

paling sering muncul di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha (inguinal)

5) Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari

(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri

dada

6) Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh

dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda

cairan dalam abdomen

Faktor-faktor yang beresiko terjadinya kejadian TB :

Menurut Beaglehole (1997), Long (1996), dan Whaley & Wong (1995),

menyatakan bahwa faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit TB adalah

faktor genetik, malnutrisi, imunisasi, riwayat kontak, dan lingkungan rumah.

Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah mengenai malnutrisi (status gizi),

status imunisasi, dan riwayat kontak.

1) Status Gizi

Status gizi pada anak sangat penting, karena status gizi yang baik akan

meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh anak, sehingga anak tidak

mudah menderita penyakit TB. Dan bila terinfeksi pun, anak dengan status

gizi yang baik cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang gizi

buruk.

Menurut Markum (1991), pada anak yang mengalami kekurangan gizi akan

menimbulkan penurunan daya tahan tubuh hal ini disebabkan pada anak

dengan kekurangan energi dan protein akan terjadi penurunan sintesis asam

amino, selain itu juga akan terjadi perubahan dalam sel mediator imunitas,

Page 16: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

7

dalam fungsi bakterisidal netropil dan system komplemen dalam respon Ig A.

sekresi Ig A yang rendah bersamaan dengan penurunan imunitas makrosa

akan memudahkan kolonisasi dan kontak antara mikroorganisme pathogen

dan sel epitel.

2) Imunisasi BCG

Pemberian BCG pada bayi diharapkan dapat memberikan daya lindung

terhadap penyakit TB yang berat, misalnya meningitis TB dan TB milier.

Tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respon imun

tubuh yang didapat dari imunisasi tersebut, sehingga akan menyebabkan

infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul

6 - 8 minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap

sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak

progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat (FKUI, 1998).

3) Riwayat Kontak

Menurut Depkes (2002), sumber penularan TB pada anak adalah orang

dewasa yang menderita TB aktif (BTA positif). Anak-anak sangat rentan

tertular bakteri TB dari orang dewasa, mengingat daya tahan dan kekebalan

tubuh anak yang lemah. Pada waktu berbicara, penderita menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung

kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar dalam beberapa jam.

Kuman tersebut akan terhirup oleh orang disekitarnya termasuk anak-anak dan

menyebar dari paru ke anggota tubuh lainnya, melalui peredaran darah, sistem

saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran TB pada 10-15 orang lainnya.

Oleh karena itu seorang anak hendaknya dijauhkan dari penderita TB dewasa.

Selain itu bila ada yang menderita TB, maka ia harus mendapatkan

pengobatan dengan segera agar tidak menularkan pada anak-anak.

3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis pada anak di

wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten Tasikmalaya.

Page 17: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

8

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi status gizi anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya.

2. Mengidentifikasi status imunisasi anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya.

3. Mengidentifikasi riwayat kontak anak anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya.

4. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di wilayah

kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

5. Mengetahui hubungan antara status imunisasi dengan kejadian TB anak di

wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

6. Mengetahui hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian TB anak di

wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

7. Mengetahui faktor mana yang paling dominan berhubungan dengan kejadian

TB anak Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di

wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan ; diharapkan dapat memberikan informasi baik

bagi pihak puskesmas maupun perawat praktisi dalam upaya mengatasi

peningkatan angka kejadian TB untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang

paling berhubungan dengan kejadian TB anak, sehingga intervensi keperawatan

dalam asuhan keperawatan pada anak dengan TB dapat lebih optimal.

4. METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara status gizi, imunisasi & riwayat kontak

dengan kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi

kabupaten Tasikmalaya, dengan menggunakan pendekatan Case Control yaitu

Page 18: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

9

adanya kelompok kontrol terhadap kelompok kasus dimana anak yang menderita

TB sebagai kelompok kasus dan yang tidak menderita TB sebagai kelompok

kontrol.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 3 bulan – 5 tahun

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel yaitu :

Kelompok Kasus adalah anak yang baru didiagnosis TB (< 2 bulan) sebanyak 35

orang, sedangkan Kelompok Kontrol adalah anak yang tidak terdiagnosis TB

dalam 2 bulan terakhir ini sebanyak 35 orang. Sehingga jumlah sampel secara

keseluruhan adalah 70 orang.

Variabel Penelitian

Variabel indipendent dalam penelitian ini adalah : 1) status gizi, 2) imunisasi dan

3) riwayat kontak.

Variabel dependent adalah : kejadian TB pada anak.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui status gizi dan imunisasi diperoleh dengan melihat

kartu KMS (Kartu Menuju Sehat) anak. Sedangkan riwayat kontak diperoleh

melalui wawancara. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini

dimulai dengan melakukan informed consent kepada responden tentang maksud

dan tujuan dilakukan nya penelitian dan prosedur yang akan dilakukan, kemudian

dilakukan wawancara dan pencarian data melalui kartu KMS.

Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data terlebih dahulu yang

meliputi editing, koding (sesuai definisi operasional) dan tabulasi. Kemudian data

dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan tiga analisis, diantaranya yaitu :

Page 19: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

10

1) Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti sehingga kumpulan data

tersebut dapat disederhanakan dan diringkas menjadi informasi yang berguna.

Berdasarkan jenis data pada penelitian ini yaitu data kategorik, maka data

dianalisis dengan menggunakan rumus prosentase sehingga pada penyajian data

berupa tabel distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-masing variabel

indipenden : status gizi, imunisasi dan riwayat kontak. Selain itu, juga variabel

dependen : kejadian TB.

a) Status Gizi

Analisis status gizi anak berdasarkan hasil penimbangan rata-rata berat badan

2 (dua) bulan terakhir yang terdokumentasi dalam KMS anak. Kemudian

dibandingkan dengan grafik standar baku WHO-NCHS (terlampir). Dan

selanjutnya dikategorikan sebagai berikut :

0. Gizi kurang = bila BB berada di dalam area garis putih

1. Gizi baik = bila BB berada di bawah area garis putih

b) Status Imunisasi

Status imunisasi dilihat dari KMS, dengan kategori :

0. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG

1. Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG

c) Riwayat Kontak

Riwayat kontak dikategorikan :

0. Pernah, apabila anak pernah kontak atau berhubungan dengan orang

dewasa yang menderita TB aktif.

1. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan

orang dewasa yang menderita TB aktif.

d) Kejadian TB

0. TB (anak yang menderita TB di wilayah kerja Puskesmas Ciawi

Kabupaten Sumedang)

1. Tidak TB (anak yang tidak menderita TB di wilayah kerja Puskesmas

Ciawi Kabupaten Sumedang)

Page 20: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

11

Setelah diketahui hasil dari keempat variabel diatas, selanjutnya dihitung

presentase setiap kategori masing-masing variabel bebas tersebut dengan

menggunakan rumus : P = nf x 100 %

Ket : P = Persentase kategori setiap variabel dengan kriteria tertentu

f = Banyaknya kategori tertentu

n = Jumlah seluruh anak yang diteliti

Kemudian masing-masing kategori dari keempat variabel akan dihitung

frekuensi dan proporsinya dengan rumus proporsi/prosentase sebagai berikut :

P = Nf x 100 %

Keterangan : P = Prosentase

f = Frekuensi kategori tertentu

N = Jumlah responden

Selanjutnya hasil perhitungan tersebut di atas diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut :

0% : Tak seorang pun responden

1% - 25% : Sebagian kecil responden

26 % - 49 % : Hampir setengah responden

50% : Sebagian responden

51% - 75% : Sebagian besar responden

76% - 99% : Hampir seluruh responden

100% : Seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel.

Jenis data pada penelitian ini baik variabel indipenden : status gizi, imunisasi dan

riwayat kontak, maupun variabel dependen : kejadian TB adalah data kategorik

sehingga untuk menguji hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji

Chi Square (X2) dengan derajat kemaknaan 5% (alpha 0,05) atau tingkat

Page 21: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

12

kepercayaan 95%, selanjutnya untuk kesimpulan dilihat nilai p value dari hasil

Chi Square, dimana bermakna jika p value < 0,05. Pengujian korelasi dilakukan

pada masing-masing variabel status gizi, imunisasi dan riwayat kontak dengan

variabel kejadian TB. Untuk mengetahui seberapa besar keeratan variabel

independen pada variabel dependen dihitung dengan nilai Odd Ratio (OR).

3. Analisis Multivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat variabel independen yang paling

signifikan hubungannya dengan variabel dependen. Analisis multivariat yang

digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan regresi logistik dengan tingkat

kepercayaan 95 %, untuk menganalisis hubungan semua sub variabel dalam

variabel indipenden yaitu status gizi, imunisasi dan riwayat kontak dengan

kejadian TB sebagai variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom/binary.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik ini antara lain :

1) Melakukan analisis bivariat dengan regresi logistik sederhana antara masing-

masing variabel indipenden dengan variabel dependen. Bila hasil uji regresi

logistik sederhana p value kurang dari 0,25 (p value < 0,25) maka variabel

tersebut masuk pemodelan.

2) Mengeluarkan variabel yang yang mempunyai p value lebih dari 0,25 (p value

> 0,25).

3) Setelah mendapat model yang memuat variabel yang berhubungan signifikan

(p wald < 0,05), maka langkah terakhir melihat variabel yang paling dominan

(nilai p yang paling kecil diantara variabel yang signifikan dengan cara

mengeluarkan satu persatu yang memiliki p wald tertinggi sampai didapatkan

variabel yang p wald nya < 0,05

4) Uji interaksi dilakukan hanya pada variabel yang masuk pemodelan. Jika p

value < 0,05 berarti ada interaksi, namun jika p value > 0,05 berarti tidak ada

interaksi (Hastono, 2001).

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini diperoleh dari analisis data seperti yang telah diuraikan

dalam analisis data. Data-data yang dianalisis berjumlah 70 responden, dimana 35

Page 22: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

13

orang responden adalah anak yang menderita Tuberkulosa (TB) dan 35 orang

responden adalah anak yang tidak menderita TB. Variabel dalam penelitian ini

adalah 1) status gizi, 2) imunisasi, 3) riwayat kontak dan 4) kejadian TB. Selain

itu dianalisis pula mengenai hubungan antar variabel-variabel tersebut dengan

kejadian TB pada anak, dimana data-data tersebut akan diuraikan satu persatu.

Hasil Penelitian

Gambaran Status Gizi, Status Imunisasi dan Riwayat Kontak

1) Status Gizi

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Kasus Kontrol Status

Gizi f % f % Jumlah

Kurang 14 82,4 3 17,6 17 (24,3%)

Baik 21 39,6 32 60,4 53 (75,7%)

Gambaran mengenai status gizi pada responden baik yang menderita

Tuberkulosa (kasus) atau pun yang tidak menderita Tuberkulosa (kontrol)

dapat dilihat pada tabel 1. Dari keseluruhan responden, hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53 (75,7%)

mengalami gizi baik.

2) Status Imunisasi

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi BCG pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Kasus Kontrol Status

Imunisasi f % f % Jumlah

Tidak Pernah 1 100 0 0 1 (1,4%)

Pernah 34 49,3 35 50,7 69 (98,6%)

Page 23: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

14

Berdasarkan tabel 2 di atas, secara keseluruhan responden baik pada

kelompok kasus maupun kelompok kontrol menunjukkan bahwa hampir

seluruh responden yaitu 69 orang (98,6%) sudah pernah diimunisasi BCG.

3) Riwayat Kontak

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Anak dengan Orang Dewasa dengan Tuberkulosa Aktif di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Kasus Kontrol Riwayat

Kontak f % f % Jumlah

Pernah 21 70 9 30 30 (42,9%)

Tidak Pernah 14 35 26 65 40 (57,1%)

Berdasarkan tabel di atas, pada umumnya sebagian besar responden yaitu

40 orang anak (57,1%) tidak pernah kontak dengan orang dewasa yang

menderita TB.

Hubungan Antara Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan

Kejadian Tuberkulosa pada Anak

1) Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak

Hubungan status gizi anak dengan kejadian Tuberkulosa pada anak dapat

dilihat pada tabel 4. Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh

anak yang mengalami status gizi kurang (82,4%) terjadi pada anak dengan

Tuberkulosa (kelompok kasus), sebaliknya pada kelompok kontrol (yang

tidak menderita Tuberkulosa) sebagian besar (60,4%) anak mengalami

status gizi baik. Dan berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value

(0,005) < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara status gizi dengan kejadian Tuberkulosa pada anak.

Perbedaan pada antara status gizi kurang dan baik dapat dilihat pada nilai

OR = 7,111 (1,820-27,790), artinya anak dengan gizi kurang mempunyai

peluang untuk terkena Tuberkulosa 7,111 kali dibandingkan anak dengan

gizi baik.

Page 24: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

15

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Status Gizi dan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Kasus Kontrol Status

Gizi f % f %

Total P

Value

OR (95% CI)

Kurang 14 82,4 3 17,6 17 7,111 (1,820-27,790)

Baik 21 39,6 32 60,4 53

0,005

1

Total 35 50 35 50 70

2) Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Tuberkulosa pada

Anak

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5, menunjukkan

bahwa hanya 1 orang pada kelompok kasus yang tidak pernah

mendapatkan imunisasi BCG, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada

seorang pun (0%) yang tidak pernah mendapatkan imunisasi BCG. Dan

berdasarkan hasil uji chi square dengan p value = 1,000 dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi dengan

kejadian Tuberkulosa pada anak

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Status Imunisasi dan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Kasus Kontrol Status

Imunisasi f % f %

Total P

Value

OR (95% CI)

Tidak Pernah 1 100 0 0 1 -

Pernah 34 49,3 35 50,7 69

1,000

-

Total 35 50 35 50 70

3) Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak

Pada tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar (70%) anak dengan

Tuberkulosa pernah kontak dengan orang dewasa yang tuberkulosa aktif,

sebaliknya pada anak yang tidak mengalami Tuberkulosa sebagian besar

Page 25: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

16

(65%) tidak pernah kontak dengan orang dewasa yang Tuberkulosa aktif.

Dan hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,008 (< α = 0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara riwayat

kontak dengan kejadian Tuberkulosa pada anak. Nilai OR = 4,333 (1,569-

11,967), artinya anak yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan

tuberkulosa aktif memiliki peluang 4,333 kali untuk mengalami

Tuberkulosa dibandingkan anak yang tidak pernah kontak dengan orang

dewasa dengan Tuberkulosa aktif.

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Riwayat Kontak dan Kejadian

Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Kasus Kontrol Riwayat

Kontak f % f %

Total P

Value

OR (95% CI)

Pernah 21 70 9 30 30 4,333 (1,569-11,967)

Tidak Pernah 14 35 26 65 65

0,008

1

Total 35 50 35 50 70

Model Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosa

Untuk menjawab faktor mana yang dominan berhubungan dengan kejadian

tuberkulosa maka perlu dilakukan analisis multivariat. Tahapan analisis

multivariate meliputi : pemilihan variabel kandidat multivariate, pembuatan model

dan analisis interaksi.

1) Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat

Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang diduga berhubungan dengan

kejadian Tuberkulosa pada anak yaitu status gizi, imunisasi dan riwayat

kontak. Untuk membuat model multivariat ketiga variabel tersebut,

terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen

(kejadian Tuberkulosa). Menurut Mickey dan Greenland (1989, dalam

Hastono, 2001), variabel yang pada saat uji G (rasio log-likelihood)

memiliki p value < 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi

Page 26: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

17

dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan ke dalam model

multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel independen dengan

dependen disajikan dalam tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Hasil Analisis Bivariat antara Status Gizi, Status Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

No Variabel Log-likehood G P value

1. Status gizi 87,018 10,023 0.002

2. Status imunisasi 95,640 01,401 0,237

3. Riwayat kontak 88,448 08,593 0,003

Berdasarkan hasil di atas ternyata ada tiga variabel yang p value nya <

0,25 yaitu status gizi, status imunisasi dan riwayat kontak. Dengan

demikian ketiga variabel tersebut yang terus masuk ke model multivariat.

2) Pembuatan Model

Hasil analisis Model Pertama hubungan kedua variabel independen yang

meliputi status gizi, status imunisasi dan riwayat kontak dengan variabel

dependen kejadian Tuberkulosa, adalah sebagai berikut yang dapat dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Variabel B P Wald OR 95% CI

Status gizi -2,099 0,005 0,123 0,028-0,529

Status imunisasi -18,641 1,000 0,000 0,000

Riwayat kontak -1,605 0,005 0,201 0,066-0,612

-2 Log Likehood = 77,894 G = 19,146 p value = 0,000

Page 27: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

18

Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa signifikansi log-likehood < 0,05

(p = 0,000). Namun secara signifikan ada variabel yang P wald nya > 0,05

(p value nya > 0,05), yaitu variabel status imunisasi. Dengan demikian

berarti variabel status imunisasi dikeluarkan dari model. Kemudian

diproses lagi dengan hanya mengikutkan variabel status gizi dan riwayat

kontak, yang terlihat pada model kedua berikut ini :

Tabel 9. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi, dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Variabel B P Wald OR 95% CI

Status gizi -2,134 0,004 0,118 0,028-0,506

Riwayat kontak -1,623 0,004 0,197 0,065-0,600

-2 Log Likehood = 78,040 G = 19,001 p value = 0,000

Hasil di atas terlihat baik status gizi maupun riwayat kontak mempunyai p

value kurang dari 0,05, berarti kedua variabel tersebut yang berhubungan

secara signifikan dengan kejadian Tuberkulosa pada anak.

3) Analisis Interaksi

Tabel 10. Uji Interaksi antara Status Gizi, dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Interaksi -2 LL G P Value Tanpa interaksi 78,040 - - Riw.kontak*status gizi 77,522 0,518 0,472

Dari uji interaksi, diperoleh nilai p value 0,472 sehingga dapat diartikan

bahwa hubungan riwayat kontak dengan kejadian Tuberkulosa tidak

memberikan efek yang berbeda untuk mereka yang status gizinya kurang

maupun baik. Dengan demikian model penentu kejadian Tuberkulosa

adalah model yang terdiri dua variabel yaitu status gizi dan riwayat

Page 28: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

19

imunisasi tanpa disertai adanya interaksi. Jadi modelnya seperti

ditunjukkan pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Multivariate Regresi Logistik antara Status Gizi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008

Variabel B P Wald OR 95% CI

Status gizi -2,134 0,004 0,118 0,028-0,506

Riwayat kontak

-1,623 0,004 0,197 0,065-0,600

Constant 2,606 0,001 -2 Log Likehood = 78,040 G = 19,001 p value = 0,000

Berdasarkan keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa dari ketiga variabel yang diduga berhubungan dengan

kejadian Tuberkulosa pada anak, ternyata variabel status gizi dan riwayat

kontak yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosa

pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya. Dari hasil nilai

OR berarti anak dengan status gizi kurang berpeluang 0,118 kali (95% :

0,028-0,506) dibandingkan dengan anak dengan status gizi baik.

Begitupun dengan anak yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan

Tuberkulosa aktif berpeluang 0,197 kali (95% : 0,065-0,600)

dibandingkan dengan anak yang tidak pernah kontak dengan orang dewasa

yang sedang Tuberkulosa aktif. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa

kedua variabel tersebut, status gizi dan riwayat kontak merupakan variabel

yang dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosa.

Pembahasan

Tuberkulosis pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi pada

saluran pernafasan yang sulit terdeteksi, namun dampaknya cukup mempengaruhi

perkembangan anak dan status kesehatan.anak bahkan dapat menimbulkan

kematian. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan

memahami faktor-faktor yang beresiko untuk terjadinya kejadian Tuberkulosa

Page 29: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

20

pada anak. Pada penelitian ini diperoleh hasil gambaran dan signifikansi

hubungan antara faktor-faktor yang berpotensi berhubungan dengan terjadinya

Tuberkulosa pada anak, yaitu status gizi, status imunisasi BCG dan riwayat

kontak anak dengan orang dewasa yang TB aktif.

1) Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p

value = 0,005) antara status gizi dengan kejadian tuberkulosa pada anak. Hal

ini pun terlihat pada data bahwa meskipun dari 70 responden anak diperoleh

sebagian besar (75,7%) mengalami status gizi baik namun pada anak yang

mengalami Tuberkulosa ternyata hampir seluruh anak sebelumnya memiliki

status gizi kurang, dan sebaliknya pada anak yang tidak menderita

Tuberkulosa memiliki status gizi baik. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

status gizi kurang pada anak rentan untuk terkena penyakit Tuberkulosa,

seperti yang diungkapkan oleh Crofton, Horne, dan Miller (1998) bahwa

kondisi malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu,

dengan penurunan daya tahan tubuh akan memudahkan anak untuk terkena

penyakit termasuk penyakit Tuberkulosa.

Penurunan daya tahan tubuh pada anak dengan status gizi kurang

disebabkan oleh karena pada anak yang mengalami kekurangan gizi yaitu

kekurangan energi dan protein akan terjadi penurunan sintesis asam amino,

selain itu juga akan terjadi perubahan dalam sel mediator imunitas, dalam

fungsi bakterisidal netropil dan system komplemen dalam respon Ig A. sekresi

Ig A yang rendah bersamaan dengan penurunan imunitas makrosa akan

memudahkan kolonisasi dan kontak antara mikroorganisme pathogen dan sel

epitel (Markum, 1991).

2) Hubungan Status Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosa pada

Anak

Imunisasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan salah satu cara

pencegahan terjadinya Tuberkulosa pada anak. Dimana melalui imunisasi

BCG, tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respon

Page 30: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

21

imun tubuh yang didapat dari imunisasi tersebut, sehingga akan menyebabkan

infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul

6 - 8 minggu setelah pemberian BCG (FKUI, 1998). Hal ini pun didukung

oleh adanya hasil-hasil penelitian yang dilaporkan oleh Colditz dkk (dalam

Kartasasmita, 2002) yang menunjukkan bahwa rata-rata vaksinasi BCG

menurunkan resiko untuk terjadinya TB sebanyak 50%, sedangkan di

Bangkok dan Thailand dilaporkan bahwa efek proteksi vaksinasi BCG

mencapai 83%.

Namun berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan (p value = 1,000) antara status imunisasi BCG

dengan kejadian tuberkulosa pada anak. Dan pada hasil penelitian pun

didapatkan bahwa baik anak yang menderita TB maupun yang tidak menderita

TB menunjukkan data bahwa hampir seluruhnya sudah pernah diimunisasi

BCG. Sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun anak sudah mendapatkan

imunisasi BCG namun anak masih berpotensial dan dapat terkena penyakit

Tuberkulosa. Dan sebenarnya, sampai saat ini pun efektifitas proteksi dari

imunisasi BCG ini memang masih banyak diperdebatkan.

Pada dasarnya dalam pemberian imunisasi BCG ada hal-hal penting yang

harus diperhatikan yaitu dari cara pemberian, dosis, cara penyimpanan vaksin

dan waktu pemberian imunisasi BCG. Sehingga efektifitas imunisasi pun ada

kemungkinan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas. Jika cara pemberian,

dosis, cara penyimpanan vaksin dan waktu pemberiannya kurang tepat maka

ada kemungkinan imunisasi BCG nya pun akan menjadi kurang efektif.

Di Indonesia, imunisasi BCG sudah termasuk dalam imunisasi yang

wajib diberikan pada anak. Dan pada umumnya program yang ditetapkan dan

dijalankan yaitu bahwa pemberian imunisasi ini diberikan pada saat bayi/anak

berusia 0 bulan (3 hari pertama setelah kelahiran). Sementara menurut Suardi

(2002), bahwa imunitas yang dibentuk oleh vaksinasi BCG dapat dilihat

dengan uji tuberculin 6-8 minggu setelah vaksinasi dan berdasarkan hasil

penelitian didapatkan bahwa respon dari uji tuberculin lebih baik pada

vaksinasi yang diberikan pada 3 bulan pertama dibandingkan dengan bila

diberikan pada 3 hari pertama setelah kelahiran. Skar BCG yang timbul pun

Page 31: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

22

lebih banyak bila imunisasi diberikan 3 bulan setelah lahir. Skar BCG

dianggap sebagai indicator efektif tidaknya imunisasi BCG.

Oleh karena itu pada penelitian ini, meskipun anak sudah diberikan

imunisasi BCG ternyata anak masih terkena penyakit Tuberkulosa. Hal ini ada

kemungkinan diakibatkan waktu pemberiannya yang kurang tepat, selain

kemungkinan lain seperti cara pemberian, dosis dan penyimpanan vaksin yang

kurang tepat sehingga efektifitas proteksi dari vaksin BCG tersebut tidak

optimal. Dengan demikian untuk meningkatkan efektifitas imunisasi BCG,

perlu dipertimbangkan kapan waktu yang tepat sebaiknya imunisasi tersebut

diberikan.

3) Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian Tuberkulosa pada anak (p

value = 0,008). Sehingga dapat dikatakan jika anak pernah kontak dengan

orang dewasa dengan TB aktif maka berpotensi untuk terkena/tertular

penyakit TB, sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak

yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan tuberkulosa aktif memiliki

peluang 4,333 kali untuk mengalami Tuberkulosa dibandingkan anak yang

tidak pernah kontak dengan orang dewasa dengan Tuberkulosa aktif.

Menurut Depkes (2002), sumber penularan TB pada anak adalah orang

dewasa yang menderita TB aktif (BTA positif). Anak-anak sangat rentan

tertular bakteri TB dari orang dewasa, mengingat daya tahan dan kekebalan

tubuh anak yang lemah. Pada waktu berbicara, penderita menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung

kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar dalam beberapa jam.

Kuman tersebut akan terhirup oleh orang disekitarnya termasuk anak-anak dan

menyebar dari paru ke anggota tubuh lainnya, melalui peredaran darah, sistem

saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran TB pada 10-15 orang lainnya.

Selain itu Rosmayudi (2002) pun menjelaskan bahwa sumber penularan yang

paling berbahaya yaitu dari orang dewasa yang menderita TB aktif dengan

kavitas (caverne). Kavitas dapat berhubungan dengan bebas dengan atmosfir

Page 32: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

23

melalui bronchi, dan kondisi ini sangat infeksius dan dapat menularkan

penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan demikian makin sering dan

makin lama seseorang terutama anak kontak dengan orang dewasa dengan TB

aktif maka makin besar kemungkinan penularannya. Sumber penularan bagi

bayi/anak biasanya adalah orang tua mereka sendiri, orang serumah atau orang

yang sering berkunjung/kontak erat. Sehingga hendaknya anak dijauhkan dari

orang dewasa dengan TB aktif dan selain itu bila ada yang menderita TB maka

ia harus mendapatkan pengobatan dengan segera dan tuntas agar tidak

menularkan pada anak-anak.

6. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tuberculosis pada anak agak sulit untuk dideteksi namun ada faktor-faktor yang

beresiko untuk terjadinya tuberkulosa pada anak, yaitu status gizi, imunisasi dan

riwayat kontak.

1) Status gizi anak menunjukkan sebagian besar (75,7 %) status gizi baik dan

sebagian kecil (24,3%) status gizi kurang.

2) Hampir seluruh anak (98,6%) sudah pernah mendapatkan imunisasi BCG dan

hanya 1,4 % yang belum pernah mendapat imunisasi BCG.

3) Pada riwayat kontak menunjukkan hampir setengah anak (42,9%) pernah

kontak dengan orang dewasa yang TB aktif dan sebagian besar (57,1%) anak

tidak pernah kontak.

4) Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Tuberkulosa

pada anak (p value = 0,005). Nilai OR = 7,111 (1,820-27,790), artinya anak

dengan gizi kurang mempunyai peluang untuk terkena Tuberkulosa 7,111 kali

dibandingkan anak dengan gizi baik.

5) Tidak ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi dengan kejadian

Tuberkulosa (p value = 1,000).

6) Ada hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian

tuberkulosa (p value = 0,008). Nilai OR = 4,333 (1,569-11,967), artinya anak

Page 33: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

24

yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan tuberkulosa aktif memiliki

peluang 4,333 kali untuk mengalami Tuberkulosa dibandingkan anak yang

tidak pernah kontak dengan orang dewasa dengan Tuberkulosa aktif.

7) Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosa adalah

status gizi dan riwayat kontak. Anak dengan status gizi kurang berpeluang

0,118 kali (95% : 0,028-0,506) dibandingkan dengan anak dengan status gizi

baik. Begitupun dengan anak yang pernah kontak dengan orang dewasa

dengan Tuberkulosa aktif berpeluang 0,197 kali (95% : 0,065-0,600)

dibandingkan dengan anak yang tidak pernah kontak dengan orang dewasa

yang sedang Tuberkulosa aktif.

Saran

Sesuai dengan hasil penelitian yang ada, maka peneliti bermaksud untuk

memberikan masukan atau saran kepada :

a. Praktik keperawatan bagi klien;

Dalam upaya menurunkan angka kejadian Tuberkulosa pada anak hendaknya

pihak Puskesmas khusunya bagian program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

bagian Program Pemberantasan Penyakit Menular maupun seluruh tenaga

keperawatannya untuk lebih menekankan upaya promotif dan preventif yang

terkait dengan penyakit Tuberkulosa dengan mempertimbangkan factor-faktor

yang secara signifikan beresiko untuk terjadinya tuberkulosa pada anak, yaitu

melalui :

1) mengefektifkan dan mengintensifkan penyuluhan kesehatan terkait dengan

gizi, imunisasi dan riwayat kontak,

2) mengoptimalkan pemantuan gizi pada anak,

3) mengoptimalkan dalam pemberian imunisasi BCG dengan memperhatikan

waktu pemberian yaitu pada 3 bulan pertama dan cara pemberian yang

tepat. Dan bagi pihak Puskesmas hendaknya membuat kebijakan/program

yang terkait dengan waktu yang tepat dalam pemberian imunisasi BCG

ini.

4) Mengoptimalkan pemantauan dan pengobatan tuntas pada orang dewasa

yang menderita TB aktif.

Page 34: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

25

b. Pendidikan keperawatan ;

Mengembangkan kurikulum pendidikan keperawatan mengenai factor-faktor

yang beresiko dalam terjadinya Tuberkulosa pada anak, terutama yang terkait

dengan efektifitas imunisasi BCG.

7. DAFTAR PUSTAKA

Antono, S. K. 2002. Gambaran Radiologik Tuberkulosis pada Bayi dan Anak. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Bagian Ilmu Kesehatan Anak – FKUI. 1998. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan ke-8. Jakarta : FKUI

Ball, J.& Bindler, R. 1999. Pediatric Nursing ; Caring for Children. USA. Appleton & Lange.

Beaglehole, R. 1997. Dasar-Dasar Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Crofton, J., Horne, N., Miller, F. 1995. Tuberkulosis Klinik. Jakarta : Widya Medika

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Dinas P2M

Fletcher. 1992. Sari Epidemiologi Klinik. Edisi Ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Hastono, S.P. 2001. Analisis data. Jakarta : FKM-UI Kartasasmita, C. B. 2002. Pencegahan Tuberkulosis pada Bayi dan Anak.

Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD Long, B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Alumni

Pendidikan Keperawatan Padjadjaran Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka

Cipta Rosmayudi, O. 2002. Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis pada Bayi dan

Anak. http:// www.depkes.com. Diperoleh tanggal 2 Januari 2008 Suardi, A.U. 2002. Imunologi Tuberkulosis. Bandung : Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UNPAD Supariasa, I D.N; Bakri, B; Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta :

EGC UNICEF. 2002. Pedoman Hidup Sehat. New York

Page 35: Hub Status Gizi Imunisasi Dan Riwayat Kontak

26

Whaley & Wong’s. 1995. Nursing Care of Infant and Children. Fifth Edition. USA : CV Mosby Company

Wicaksana, 1996. Concurrent Validity and Realiability Test of Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) on Generalized Anxiety Disorder – III in Indonesia (PPDGJ-III) ; on Processing of The Fifth Asean Federation For Psyhiatric Assosiation.