Home Visite
description
Transcript of Home Visite
LAPORAN HOME VISITE
DIARE
PUSKESMAS IV KONI KOTA JAMBI
Disusun oleh:
Primananda Ayu Putri G1A111015
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015
LAPORAN HOME VISITE
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KONI
I. Identitas Pasien
a. Nama : An. Risa Alzena Azima
b. Umur : 4 tahun
c. BB : 20 kg
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Pendidikan terakhir : Belum Sekolah
f. Nama Ayah : Tn. Ahmad Taufik
Umur : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
g. Nama Ibu : Ny. Lili
Umur : 27 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
h. Alamat :RT. 14 Kelurahan Beringin
i. Suku : Jambi
II. Anamnesis
a) Keluhan Utama
Diare
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas IV Koni dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai sakit perut, dan demam. BAB >3 kali sehari. Konsistensi BAB cair,
dan berwarna kuning.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit Diare (-).
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit Diare di keluarga (-).
e) Riwayat Sosial Ekonomi
Keluarga pasien termasuk dalam sosial ekonomi sedang. Pasien tinggal bersama
kedua orang tua, seoran kakak, kakek, dan nenek, serta saudara dari ibunya.
f) Riwayat Kebiasaan
Sebelum sakit pasien biasa makan jajan di warung seperti roti, dan makanan ringan
lainnya, dengan kebiasaan mencuci tangan hanya dengan air. Ketika makan pasien
juga terbiasa menggunakan tangan atau disuapi ibu yang juga mencuci tangan hanya
dengan air.
III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pengukuran Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 120x per menit, reguler, isi cukup
Suhu : 37°C
Respirasi : 35x/menit, reguler
Kepala :
Bentuk : Simetris, rambut berwarnahitam.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
cekung -/-
Telinga : simetris, otore (-)
Hidung : Epistaksis -/- , sekret -/-
Mulut : Bibir sianosis (-), Mukosa basah (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi :Bentuk dan gerakan pernafasan simetris
ki/ka,benjolan(-),edema(-)
Palpasi : Krepitasi (-), nyerti tekan (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesicular (+/+), wheezing (-/-), rhonkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Dalam batas normal (dbn)
Palpasi : Iktus cordis teraba (dbn), nyeri tekan (-)
Perkusi : Batas jantung dbn
Auskultasi : BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, bentuk perut datar
Palpasi :Hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), tahanan(-)
Perkusi : Hipertimpani disemua regio abdomen
Auskultasi : Peristaltik/bising usus (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat +/+, edema -/-
Bawah : Akral hangat +/+, edema-/-
IV. Diagnosis
Diare
V. Terapi
Non Farmakologis:
Diharapkan agar pasien menghindari makanan penyebab diare, diet atau nutrisi yang
cukup bergizi tapi tidak iritatif terhadap saluran cerna. Diet tersebut dapat berupa
makanan yang mengandung kalori, karbohidrat, protein dan lemak. Memperbanyak
minum air putih untuk memperbaiki kekurangan cairan. Dan dianjurkan agar selalu
mencuci tangan dengan sabun baik sebelum ataupun sesudah makan. Serta
meningkatkan kebersihan.
Farmakologis :
ORALIT
Antasid
Paracetamol
Zinc 20 mg
Cotrimoxazole
VI. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
VII. Pengamatan Rumah
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa rumah yang ditempati
pasien saat ini belum memenuhi standar kriteria rumah sehat, dengan kondisi sebagai
berikut:
1. Bangunan Rumah
Rumah pasien memiliki ruang toko tempat jualan. Toko tersebut menjual makanan-
makanan ringan seperti roti, es, pempek, dan makanan lainnya. Toko terletak di
bagian depan rumah yang terpisah dari rumah. Bagian teras rumah dijadikan tempat
untuk menjual baju-baju. Rumah pasien memiliki 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1
dapur, terdapat 1 kamar mandi, dan 1 tempat mencuci piring. Wc/kakus berada
dalam kamar mandi dan tidak terpisah dari rumah. Letak septic tank berdekatan
dengan sumber air dengan jarak sekitar 4 m dan 5 m. Antara rumah satu dengan
yang lainnya hanya dibatasi oleh sekat dinding kayu. Bangunan rumah semi
permanen, sebagian terbuat dari kayu dan sebagian lagi dari beton/semen. Jumlah
penghuni di rumah pasien ada 13 orang, yaitu ayah, ibu, seorang kakak, nenek,
kakek, tante, om, dan tiga orang saudara sepupu pasien.
Gambar 1. Bagian Depan rumah
2. Lantai
Lantai rumah bagian depan atau teras terbuat dari semen dan dikeramik. Lantai
berdebu dan kurang bersih karena letak rumah yang berada di pinggir jalan raya.
Lantai rumah bagian dalam terbuat dari kayu. Lantai tersebut dilapisi karpet dan alas
plastik. Lantai dalam rumah juga berdebu dan tidak bersih sehingga penghuni harus
memakai sandal saat berada di dalam rumah. Dan lantai bagian dapur serta kamar
mandi terbuat dari semen dan tidak di keramik.
Gambar 2. Lantai Rumah
3. Atap dan dinding
Atap rumah pasien terbuat dari seng dan dek. Dinding rumah pasien terbuat dari
kayu. Sekat-sekat ruangan didalam rumah ada yang terbuat dari kayu. Pada dinding
rumah tengah pasien dan kamar pasien terdapat banyak baju yang tergantung
didinding.
Gambar 3. Dinding Rumah
4. Ventilasi dan jendela
a. Ruang tamu
Terdapat 1 ruang tamu 1 jedela yang cukup lebar dan terbuka. Jendela
menghadap ke samping rumah.
Pencahayaan pada ruang tamudapat dikategorikan cukup.
Gambar 4. Jendela Rumah
b. Kamar
Terdapat 2 kamar tidur dilantai bawah yang tempati oleh keluarga bp. Herman,
dan 5 kamar atas yang dikoskan. Tidak semua kamar memiliki jendela dan
ventilasi. Pencahayaan di kamar depan cukup terang.
Gambar 5. Kamar Tidur
5. Terdapat 1 buah dapur.
Pencahayaan di dapur buruk dan sangat kurang. Kondisi lantai kotor, terlihat hitam
dan banyak peralatan memasak dan peralatan makan serta barang-barang lain yang
berserakan di lantai. Udara di dapur terasa pengap karena ventilasi yang kurang baik.
Terdapat beberapa lemari untuk menyimpan alat makan dan memasak yang
kondisinya tidak bersih. Kondisi dapur kotor dan sangat tidak sehat.
Gambar 6. Dapur
6. Fasilitas di rumah
Penyediaan air : Di dalam rumah pasien menggunakan air PDAM untuk mandi
dan mencuci pakaian serta keperluan sehari-hari.
Septic tank : berada di dalam rumah, dekat dengan sumber air bersih. Jarak
sumur dengan septik tank kurang lebih 4 meter.
Pembuangan air limbah (air bekas) : Pembuangan air limbah rumah pasien ini
mengalir langsung berada di bagian belakang rumah.
Pembuangan sampah : Terdapat sebuah tempat sampah untuk pembuangan
sampah didapur. Pembuangan sampah dilakukan ketika sampah telah
menumpuk banyak yang dikumpulkan pada tempat sampah dihalaman depan
rumah.
Fasilitas dapur : Kondisi dapur rumah pasien sempit, berdekatan dengan ruang
tengah yang biasa digunakan untuk menonton dan bersantai,dan kurang
Pekarangan : Pasien tidak memiliki perkarangan rumah, pekarangan depan
rumah tidak dibatasi oleh apapun dan langsung menghadap ke jalan raya.
erdapat banyak sampah seperti botol-botol,halaman belakang rumah tetangga
yang terletakdi samping kanan rumah tengah pasien digunakan untuk menjemur
pakaian.
Gambar 9. Sumber Air dan septic tank
VIII. Pengamatan Lingkungan
Rumah pasien berada tepat di pinggir jalan raya. Rumah berada dalam kawasan yang
cukup padat penduduk. Jarak antara satu ruah dengan rumah yang lain berdekatan. Di
bagian teras rumah pasien terdapat toko baju. Di dean rumah pasien terdapat toko
makanan ringan. Rumah pasien merupakan lingkungan rumah yang terbuat dari
dinding bata. Lokasi rumah terletak didepan SD. Rumah sedikit lebih tinggi dari jalan.
Pasientinggaldalamlingkungan yang tidak terlalu
padatpenduduk.Antararumahpasiendenganrumahtetangga sampingrumah hanya
dibatasi oleh dinding tembok. Didepanrumah pasienterdapat teras kecil dan sebuah toko
jahit.
IX. Hasil wawancara dan pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:
Pasien tinggal bersama kedua orang tua, kakak, nenek, kakek, dan saudara dari ibunya
.Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, orang tua pasien mendapatkan uang dari hasil
pekerjaannnya sebagai pedagang. Hubungan pasien dengan keluarga baik. Pasien
mempunyai 1 kakak perempuan. Pasien merupakan anak yang aktif serta sering
bermain dengan kakak dan sepupunya. Pasien sering makan jajanan diwarung neneknya
dan membeli roti hampir setiap hari. Sejak pasien sakit diare pasien terlihat sedikit
lemas. Pasien dibawa berobat oleh ibunya ke Puskesmas IV Koni.
X. Hasil wawancara dan pengamatan perilaku kesehatan pasien dan keluarga:
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan dengan ayah, ibu
pasien serta pasien, pasien merupakan anak kedua dari dua besaudara. Berdasarkan
wawancara pasien diketahui sering makan jajan diwarung seperti roti, pempek, bakso
tusuk dan jajanan ringan hampir setiap hari. Kesehariannya keluarga dan pasien makan
3 kali dalam sehari, biasanya sarapan dengan menu teh dan roti. Terkadang keluarga
dan pasien makan makanan yang mengandung protein seperti ikan, tempe, dll, ibu
pasien sering memasak sayur. Pasien mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan. Pasien
dan orangorang di rumahnya memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
dengan tidak memakai sabun. Pasien makan sendiri menggunakan tangan, atau disuapi
ibunya yang juga menggunakan tangan. Penggunaan air untuk masak berasal dari air
sumur. Ibu pasien juga terbiasa mencuci bahan makanan sebelum dimasak. Penggunaan
air tidak ditampung dalam bak, namun menggunakan baskom sehingga setiap harinya
air habis. Pada awalnya pasien mengeluhkan sakit perut dimalam hari dan kemudian
pasien mulai merasakan sensasi buang air besar. Buang air besar diakui sebanyak 3 kali
dalam semalam. Pasien juga mengeluhkan adanya muntah pada malam hari setelah
BAB sebanyak 1 kali. Kemudain pada pagi harinya terdapat diare 1 kali. Pada akhirnya
pasien dibawa ke Pesksesmas IV Koni dan diberikan pengobatan diare. Diare
dikeluhkan terjadi 1 kali setelah kembali dari Puskesmas tepat saat dilakukannya
wawancara home visit.
XI. Analisis pasien secara holistik
a. Hubungan diagnosis penyakit dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, rumah yang ditempati pasien saat ini
belum memenuhi standar kriteria rumah sehat dan lingkungan tempat tinggal belum
memenuhi standar lingkungan yang sehat. Rumah yang sehat merupakan salah satu
sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah
yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah
adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap
struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu
bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan
kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek
yang sangat mempengaruhi terwujudnya rumah sehat, antara lain :
a) Tipe rumah
b) Ventilasi
c) Pencahayaan rumah
d) Saluran pembuangan limbah
e) Sumber air bersih
f) Jamban memenuhi syarat
g) Tempat sampah tertutup
h) Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga
8m2/orang
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, rumah yang ditempati pasien saat
ini belum memenuhi standar criteria rumah sehat dan lingkungan tempat tinggal
belum memenuhi standar lingkungan yang sehat. Keadaan rumah pasien
mendukung penyakit pasien dimana lokasi septic tank dekat dengan sumber air,
dapur yang tidak terjaga kebersihannya, dan kebersihan rumah yang kurang. Hal
ini merupakan faktor risiko terjadinya Diare. Dengan kebersihan lingkungan yang
kurang maka akan menjadi salah satu sumber penyebab diare. Sumber air yang
digunakan sehari-hari terutama untuk makan juga merupakan sumber penyebab
diare dikarenakan jarak antara air yang digunakan sebagai sumber air bersih
berdekaan dengan septic tank. Hal ini sangat berperan terjadinya Diare.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik. Pasien tinggal bersama kedua orang
tua nya , kakak, nenek, kakek, dan saudara ibunya sehingga cepat mendapatkan
pertolongan pengobatan. Orang tua pasien cukup tanggap dengan kondisi yang
dialami oleh An. Risa. Dengan kondisi pasien yang dialami saat itu orang tua
langsung membawa pasien ke puskesmas setelah diare selama 2 hari berturut-turut.
Dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga, memudahkan ibu untuk
mengontrol dan memantau keadaan dari An. Risa.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara faktor –
faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan individu
maupun keluarga sangatlah besar.
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan
mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga,
dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan
oleh semua pihak.
Dari pernyataan diatas, dapat terlihat bahwa perilaku hidup sehat sangat
diperlukan dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan yang termasuk
didalamnya adalah Diare.
Pada pasien ini terdapat hubungan antara perilaku kesehatan dengan
penyakitnya, yaitu dengan lingkungan rumah yang kurang bersih, serta lokasi septic
tank yang berdekatan dengan bak. Ibu pasien selalu mencuci bahan makanan
menggunakan air bak tersebut. Kebiasaan makan sehari-hari pasien makan dengan
menggunakan tangan dan hanya mencuci tangan menggunakan air saja, serta sering
jajan di warung.
d. Hubungan kausal antara beberapa masalah atau faktor resiko atau etiologi
dengan diagnosis penyakit.
Dari hasil anamnesa dengan ibu pasien diketahui tingkat pendidikan orangtua
dan sosial ekonomi menyebabkan tingkat pengetahuan orangtua untuk hidup bersih
dan sehat kurang diperhatikan. Sehingga dalam kesehariannya hal-hal seperti
kebiasaan mengumpulkan sampah sebelum dibuang dianggap bukan hal penting
dalam menjaga kebersihan dan kesehatan. Kondisi dapur yang bisa dikatakan jauh
dari bersih, lantai dapur yang basah dan hitam. Lokasi septic tank dengan sumber air
yang berdekatan, serta sampah sisa makanan sehabis mencuci piring yang tidak
langsung dibuang dan kebiasaan keluarga dan pasien sehari-hari seperti makan
menggunakan tangan dan mencuci tangan tanpa menggunakan sabun,
memungkinkan penyebab terjadinya diare.
e. Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko
atau etiologi.
Upaya yang dilakukan yaitu pasien mengurangi makan jajanan ringan di
warung. Orang tua harus membiasakan pasien untuk memakan makanan sehat yang
dimasak sendiri dan dijaga kebersihannya. Pasien harus mengilangkan kebiasaan
makan dengan tangan yang tidak bersih. Sebelum makan, baik pasien dan orang
tuanya harus cuci tangan menggunakan sabun. Keluarga pasien dianjurkan untuk
membuang sampah langsung tanpa menunggu menumpuk banyak. Keluarga pasien
diharapkan dapat menjaga kebersihan lingkungan rumah dan meletakkan baju yang
bergantungan di dinding pada lemari untuk menghindari tempat bersarangnya
nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit lainnya.
.
XII. Alternatif pemecahan Masalah
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan promotif tentang pentingnya PHBS dan tentang
penyakit Diare, mulai dari penyebab, cara penularan, gejala klinis dan pengobatan
penyakit Diare.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan preventif diare, serta memberikan konseling
tentang kriteria rumah sehat.
a. Promotif
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit Diare.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab penyakit Diare.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala Diare.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai akibat penyakitDiare
yang tidak segera diobati.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang menggunakan tempat
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan perawatan Diare
misalnya pada puskesmas, rumah sakit pemerintah / swasta, dll.
b. Preventif
Pencegahan primer
Pencegahan ini ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu
seperti penyediaan tempat cuci tangan beserta sabun di rumah, mengurangi
makan jajanan di warung, peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan,
tempat pembuangan tinja yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh dari
pejamu dengan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi, pemberian
ASI pada bayi, kebiasaan mencuci tangan.
Pencegahan sekunder
Pencegahan ini ditujukan kepada anak yang telah menderita diare atau yang
terancam menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan
secara cepat dan tepat serta untuk mencegah komplikasi.
Pencegahan tersier
Pencegahan pada tingkat ini adalah penderita diare jangan sampai mengalami
kecacatan atau kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini diusahakan
pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin.
Menjaga kebersihan lingkungan serta kesehatan perorangan maupun keluarga.
Menerapkan pola hidup sehat dengan cara : istirahat yang cukup, olahraga dan
lakukan aktivitas fisikringan secara teratur, makan makanan bergizi seimbang,
terutama yang banyak mengandung protein.
XIII. Anjuran-anjuran penting yang dapat memberi semangat dan mempercepat
penyembuhan pada pasien:
Mengedukasi orang tua pasien, yaitu penyakit anak ini merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri maupun virus yang berasal dari makanan. Penyakit ini bisa
disembuhkan dengan pemberian oralit atau larutan gula garam, memperbanyak asupan
cairan seperti minum air putih serta meningkatkan diet nutrisi yang cukup bergizi.
Karena jika penderita melakukan anjuran seperti minum oralit, bahaya yang diakibatkan
oleh diare dapat dicegah secara dini. Penyakit ini juga dapat dicegah agar tidak terulang
lagi nantinya dengan perilaku hidup sehat.
Hal-hal yang dapat dilakukan seperti:
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah dimasak atau bersih
Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan disekitar rumah
Selalu mencuci tangan dengan sabun
Makan makanan bergizi seimbang, terutama yang banyak mengandung protein
Mengurangi makan jajanan ringan di warung
XIV. Asupan Nutrisi Pada Pasien
Dalam proses penyembuhan penyakit diare, pasien harus meningkatkan asupan cairan,
memperbanyak minum air putih, pemberian cairan lewan infus pada pasien yang
dirawat. Mengkonsumsi makanan bergizidengan asupan yang seimbang, yang terdiri
dari sumber energi (Karbohidrat, seperti nasi), zat pengatur dan vitamin (seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan), dan zat pembangun (protein hewani dan nabati
seperti,ikan,telur,tahu, tempe) dengan tujuan untuk menambah stamina agar tetap sehat.
Dengan pengobatan dan suplemen gizi yang tepat diharapkan pasien Diare dapat
disembuhkan dengan segera.