Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

9
Hipopituitarisme; Gejala, Patofisiologi, dan Pengobatannya Universitas Sriwijaya Fakultas Kedokteran Pendidikan Dokter Umum Ferdi Stefiyan Hipopituitarisme Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengan defisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya. Kelenjar Hipofisis Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitary merupakan kelenjar yang sebesar kelereng namun mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi kelangsungan dan homeostasis tubuh manusia. Selain itu hipofisis, terutama bagian anterior, memiliki kemampuan dalam mengatur kelenjar- kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kelenjar ini diberi nama Master of Gland. Anatomi Hipofisis Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam sela tursika, di rongga dinding tulang sphenoid 1 . kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis 1 . Pada manusia lobus Intermedia terdapat menyatu dengan lobus anterior. -Vaskularisasi hipofisis Suatu struktur vaskular, yaitu sistem portal hipotalamus-hipofisis, juga menghubungkan hipotalamus dengan bagian anterior kelenjar hipofisis 1 . Melalui sistem vaskular ini hormon pelepasan dari hipotalamus dapat mencapai kelenjar hipofisis untuk mempermudah pelepasan hormon 1 .

description

Membahas hipopituitarisme dari patofisiologi sampai penatalaksanaannya

Transcript of Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

Page 1: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

Hipopituitarisme; Gejala, Patofisiologi, dan Pengobatannya

Universitas Sriwijaya Fakultas Kedokteran

Pendidikan Dokter Umum Ferdi Stefiyan

Hipopituitarisme

Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian

anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengan

defisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.

Kelenjar Hipofisis

Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitary merupakan kelenjar yang sebesar kelereng

namun mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi kelangsungan dan homeostasis tubuh

manusia. Selain itu hipofisis, terutama bagian anterior, memiliki kemampuan dalam mengatur kelenjar-

kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kelenjar ini diberi nama Master of Gland.

Anatomi Hipofisis

Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam sela tursika, di rongga

dinding tulang sphenoid1. kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau

neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang

berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis1. Pada manusia lobus Intermedia terdapat

menyatu dengan lobus anterior.

-Vaskularisasi hipofisis

Suatu struktur vaskular, yaitu sistem portal hipotalamus-hipofisis, juga menghubungkan hipotalamus

dengan bagian anterior kelenjar hipofisis1. Melalui sistem vaskular ini hormon pelepasan dari

hipotalamus dapat mencapai kelenjar hipofisis untuk mempermudah pelepasan hormon1.

Page 2: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

Embriologi Hipofisis

Kelenjar hipofisis terbentuk sejak awal perkembangan embrional dari penyatuan dua tonjolan

ektodermal yang berongga. Kantung rathke, suatu invaginasi dari atap daerah mulut primitif yang

meluas ke atas menuju dasar otak dan bersatu dengan tonjolan dasar ventrikel ketiga yang akan menjadi

neurohipofisis.

Hormon-Hormon yang Dihasilkan Hipofisis

Hipofisis mempunyai dua lobus, lobus anterior (adenohipofisis) dan lobus posterior (neurohipofisis), dan

daerah intermedia, masing-masing daerah dan lobus menghasilkan masing-masing hormon.

-Hormon yang dihasilkan oleh adenohipofisis

Tujuh macam hormone yang dihasilkan adenohipofisis telah diketahui dengan baik dewasa ini. Hormon-

hormon tersebut adalah ACTH(adrenocorticotropic hormone ), MSH (melanocyte-stimulating hormone),

TSH/thyrotropin ( thyroid-stimulating hormone), FSH(foliccle stimulating hormone), LH (luteinizing

hormone), GH (growth hormone), dan PRL (prolaktin). ACTH,MSH, GH, dan prolaktin merupakan

polipeptide, sedangkan TSH, FSH, dan LH merupakan glikoprotein.

-Hormon yang dihasilkan oleh Neurohipofisis

Lobus posterior mempunyai fungsi utama terhadap pengaturan keseimbangan cairan. Vasopressin atau

hormon ADH (antidiuretic Hormone) terutama disintesis dalam nucleus supraoptik dan paraventrikular

hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis.

-Fungsi-Fungsi hormone Hipofisis

--GH

Gowth hormon atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama, baik pada anak-anak

maupun pada orang dewasa. Pada anak-anak, hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan somatik. Pada

orang dewasa berfungsi untuk mempertahankan ukuran orang dewasa normal dan juga berperan dalam

pengaturan sintesis protein dan pembuangan zat makanan. GH disintesis di sel somatrotop pada

kelenjar hipofisis anterior. Kerja GH yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan otot dan tulang

skelet. Kerjanya dapat dibagi menjadi kerja direk dan indirek.

Page 3: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

---Kerja indirek hormon pertumbuhan

GH bekerja pada untuk menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-1 peptida yang menstimulasi

pertumbuhan. Pada sel lemak, IGF-1 menstimulasi lipolisis dan pada otot hormon ini menstimulasi

sintesis protein. Reseptor GH fungsional juga terdapat di tulang, menstimulasi produksi lokal IGF-1 pada

kondrosit proliferatif.

---Kerja direk hormon pertumbuhan

GH bersifat diabetogenik karena kerja hormon ini berlawanan dengan insulin dan bersifat lipolitik di sel

lemak dan glukoneogenik di sel otot.

Kadar GH normal : -setelah diberi glukosa <2mU/L -stress >20mU/L

--MSH

MSH atau melanocortin stimulating hormone merupakan suatu unsur pokok dari propiomelanokortin1.

Hormon ini mengingkatkan pigmentasi kulit dan merangsang dispersi granula-granula melanin dalam

melanosit1. Sekresi MSH diatur oleh CRH (corticotrophin releasing hormone) dari hipotalamus dan

dihambat oleh pengeluaran kortisol1.

--Prolaktin

Merupakan salah satu kelompok hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan payudara dan sekresi

susu1. Pelepasan prolaktin berada dibawah pengaruh penghambatan tonik oleh hipotalamus melalui

dopamin, yang disekresi oleh sistem neuron dopaminergik tuberohipofiseal1. Jika faktor-faktor

penghambat ini tidak ada maka sekresi prolaktin akan meningkat dan dapat terjadi laktasi1. Thyrotropin-

releasing hormone (TRH) merangsang sekresi prolaktin1.

Kadar prolaktin normal: 50-400 mU/L

--Gonadotropic Hormon

FSH (folikle stimulating hormone) dan LH (lituneizing hormone) adalah gonadotropik hormon, sekresi

hormon ini diatur oleh GnRH (gonadotropic releasing Hormone) yang dihasilkan oleh hipotalamus.

Page 4: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

---Fungsi FSH dan LH pada laki-laki :

FSH berfungis memepertahankan dan merangsang spermatogenesis, sedangkan LH merangsang sekresi

testosteron oleh sel-sel Leydig atau sel-sel interstisial testis.

---Fungsi FSH dan LH pada perempuan :

Meranngsang perkembangan folikel menjadi folikel de graff dan sekresi estrogen oleh sel-sel folikel. LH

menyebabkan ovulasi dan mempertahankan serta merangsang sekresi progesteron oleh korpus luteum

yang berkembang dari folikel setelah ovulasi.

--ACTH

Adrenocorticotropin hormone (ADH) merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal, merupakan

suatu faktor yang sangat penting pada pengaturan produksi kortisol1. CRH (corticotrophin releasing

hormone) dan arginine-vasopresin (AVP) bekerja secara sinergis untuk merangsang sekresi ACTH1.

Kadar ACTH normal : - jam 09:00 = 10-80 ng/L

--TSH

Merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar thyroid. TSH menyebabkan pelepasan tiroksin (T4) dan

triiodotironin (T3),

Kadar TSH normal : 0,3-4,0 mU/L T4 bebas : 9-26 pmol/L T3 bebas : 3,0-8,8 pmol/L

Etiologi Hipopituitarisme

Penyebab dan proses patologi pada penyakit ini antara lain disebabkan :

- Tumor Hipofisis

- Trombosis vascular yang menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis normal

- Penyakit granulomatosa infiltrative

- Idiopatik atau mungkin penyakit autoimun.

Page 5: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

Manifestasi Hipopituitarisme

Manifestasi yang muncul pada hipopituitarisme ini bermacam-macam berdasarkan usia penderita. Pada

anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatik akibat defisiensi pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis

merupakan konsekuensi dari hal tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-

tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna gagal berkembang. Selain itu sering ditemukan

insufisiensi adrenal dan hipotiroidisme,hipoglikemia, kulit terlihat pucat karena tidak adanya MSH.

-Manifestasi klinik :

- Tubuh kerdil (dwarfisme hipofisis) akibat defisiensi GH (bila terjadi pada anak)

- Tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna gagal berkembang, akibat dari defisiensi

gonadotropik hormon sehingga produksi FSH dan LH berkurang. Akibat dari FSH defisiensi,

pematangan folikel tidak terjadi, tidak dihasilkannya estrogen pada perempuan. Hal ini

menyebabkan payudara tidak tumbuh, dan terjadi amenore primer. Jika terjadi pada pria akibat

LH berkurang pembentukan testosteron berkurang, akibatnya tidak timbul ciri-ciri kelamin

sekunder pada pria (bila terjadi pada anak).

- Insufisiensi adrenal. hal ini terjadi akibat defisiensi ACTH sehingga pembentukan hormon-

hormon korteks adrenal terganggu, defisiensi kortisol, aldosteron, dan adrenalandrogen

berkurang.

- Hipoglikemia, hal ini disebabkan karena defisiensi hormone kortisol yang pengeluarannya di

rangsang oleh ACTH yang disekresi oleh hipofisis, salah satu fungsi kortisol adalah

meningkatkan glukoneogenesis, dan menurunkan glikolisis. Akibat dari defisiensi hormone ini

maka terjadilah penurunan glukoneogenesis, peningkatan glikolisis akibatnya gula darah

menurun yang mengakibatkan hipoglikemia. Hal ini diperparah dengan adanya defisiensi GH,

GH merupakan hormone yang bersifat hiperglikemia, akibat defisiensi GH efek dari

hiperglikemiknya tidak ada.

- Takikardia, hipoglikemia menyebabkan epineprin bekerja yang selanjutnya akan memengaruhi

denyut nadi mengakibatkan takikardi.

- Kelemahan otot dan penurunan berat badan, hal ini terjadi akibat dari hipoglikemia yang

menyebabkan pengaktifan saraf simpatis dan menghambat pelepasan insulin sehingga juga

memengaruhi lipolisis dan pemecahan protein.

Page 6: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

- Anemia, nerutropenia, eosinofilia, trombopenia, llimfositosis. Salah satu fungsi glukokortikoid

yang sekresinya diatur oleh ACTH adalah meningkatkan pembentukan eritrosit, trombosit, dan

granulosit basofil, limfosit dan monosit. Akibat dari kekurangan efek dari glukokortikoid pada

sel pembentuk darah menyebabkan anemia, neutropenia, eosinofilia, limfositosis.

- Rambut pubis yang jarang akibat dari defisiensi androgen karena kadar ACTH menurun.

- Tekanan darah menurun. Penurunan sensitivitas katekolamin di jantung dan pembuluh darah

menyebabkan hipotensi.

- Amenore sekunder pada wanita dewasa. Akibat defisiensi gonadotropin hormon, menyebabkan

korpus luteum tidak terbentuk dan dinding endometrium tidak hiperplasi, yang menyebabkan

tidak adanya peluruhan.

- Atrofi payudara dan genitalia eksterna, pertumbuhan payudara salah satunya diatur oleh

estrogen hormone yang dihasilkan oleh oleh adanya peran FSH dan LH, akibat dari kekurangan

hormon ini menyebabkan defisiensi pada estrogen akibatnya terjadi atrofi payudara dan

genitalia eksterna.

Pemeriksaan pada Hipopituitarisme

-Pemeriksaan Biokimia

Pasien dengan hipopituirarisme tidak akan merespon jika diberikan pengujian hormon perangsang

sekresi. Uji fungsi hipofisis kombinasi dapat dilakukan pada pasien ini dengan menyuntikkan :

1. Insulin. Insulin akan menyebabkan hipoglikemia, pada saat hipoglikemia dengan kadar serum

glukosa yang kurang dari 40 mg/dl, normalnya menyebabkan pelepasan GH, ACTH, kortisol.

Namun pada penderita hipopituitarisme mungkin tidak terjadi pelepasan tersebut atau hanya

sedikit hormon yang dilepaskan.

2. CRH. Pada orang normal CRH akan merangsang hipofisis untuk mensekresikan ACTH, MSH.

3. TRH. Pada normalnya penyuntikan TRH akan merangsang hipofisis mensekresikan TSH.

4. GnRH. Pada normalnya GnRH akan merangsang pelepasan hormon FSH dan LH.

Pada penderita hipopituitarisme gagal untuk merespon empat rangsangan tersebut.

Page 7: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

-Pemeriksaan Radiografi

Pada pasien hipopituitarisme yang diduga akibat tumor hipofisis, perlu dilakukan pemeriksaan radiografi

untuk mencari kebenaranya. Tumor-tumor pada hipofisis ini sering menyebabkan hipopituitarisme.

Penatalaksaan Hipopituitarisme

Penatalaksanaan hipopituitarisme diobati dengan penggantian hormon-hormon yang mengalami

defisiensi. Defisiensi GH menyebabkan pemberian GH secara injeksi setiap hari. Pemberian GH pada

anak-anak dapat menyebabkan penigkatan tinggi badan yang berlebih. Hormon hipofisis hanya dapat

diberikan secara disuntikan. Sehingga, pengobatan ini dilakukan hanya sebagai alternatif. Sebagai

contoh insufisiensi kelenjar adrenal akibat dari defek ACTH diobati dengan pemberian hidrokortison

oral. Pemberian tiroksin oral pada defisiensi TSH. Pemberian androgen dan estrogen oral juga diberikan

sebagai pengganti dari FSH, LH yang mengalami defisiensi akibat hipopituitarisme.

Contoh kortikosteroid oral :

-Dexametason

Dosis : 0,75- 9 mg/ hari sebagai permulaan, diikuti dengan pengurangan dosis secara bertahap sesai

dengan kemajuan klinis.

Contoh pengganti GH :

-Somatropin

Dosis : 0,5-0,7 UI/kgBB/minggu; dibagi menjadi 7 suntikan subkutan

Kontra indikasi : adanya aktivitas tumor atau pertumbuhan tumor, wanita hamil.

Perhatian : diabetes mellitus, hipotiroidisme selama pengobatan hormon pertumbuhan, kelainan endokrin. Pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang ahli dan berpengalaman.

Efek samping : reaksi kulit lokal sementara

Interaksi obat : kortikosteroid

Page 8: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

Contoh androgen sintetik :

-Testosteron Undekanoat

Dosis : pada umunya , dosis harus disesuaikan berdasarkan respon individual pasien.

Dosis awal : 120-160mg selama 2-3 minggu

Dosis pemeliharaan : 40-120mg/hari

Kontra indikasi : bila diketahui atau diduga ada karsinoma prostat atau mamae.

Perhatian : hati-hati pada anak laki-laki prepubertal, pasien gagal jantung yang jelas dan

laten, disfungsi ginjal, hipertensi, epilepsi, migren, penyakit tiroid, diabetes mellitus.

Efek samping : retensi cairan dan elektrolit, priapismus, gejala lain dan stimulasi seksual yang

berlebihan, oligospermi, penurunan volume ejakulat. Pada anak laki-laki prepubertal : perkembangan

seksual prekoks, peningkatan frekuensi ereksi, pembesaran phallus dan penutupan ephipiseal

premature. Bila terjadi efek samping yang berkaitan dengan androgen, pengobatan harus segera

dihentikan dan setelah gejala hilang, mulai lagi dengan dosis yang lebih rendah.

-Mesterolon

Dosis defisiensi androgen :

- Dosis awal : 75-100mg/ hari

- Dosis pemeliharaan : 50-75mg/hari

Kontra indikasi : karsinoma prostat, tumor hati

Perhatian : pubertas terlambat, periksa prostat secara teratur, hanya digunakan bagi pria,

tumor hati dapat menyebabkan perdarahan intra-abdominal. Keluhan abdomen bagian atas harus

menjadi bahan pertimbangan.

Efek samping : bila ereksi terlau sering/persisten, hentikan pengobatan atau kurangi dosis.

Page 9: Hipopituitarisme: Patofisiologi dan Penatalaksanaannya

Contoh obat pengganti Estrogen :

-Oestradiol

Dosis : 2mg/hari

Kontra indikasi : adanya/diduga adanya riwayat karsinoma payudara. Adanya/diduga adanya

neoplasia yang tergantung estrogen, penyakit hati akut/kronik, thrombosis vena dalam; kelainan

tromboemboli, gangguan serebrovaskular perdarahan, atau riwayat penggunaan ini berkaitan dengan

pengguanaan estrogen. Perdarahan genital abnormal tanpa diketahui sebabnya. Kehamilan atau diduga

adanya kehamilan, porfiria.

Referensi

1. Price, Silvia A., & Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC 2. Greenstein, Ben, & Diana Wood. 2010. At a Glance Sistem Endokrin edisi kedua. Jakarta :

Erlangga. 3. Silbernagl, Stefan, & Florian Lang. 2007. Teks & Atlas Bewarna Patofisiologi. Jakarta : EGC 4. Anonym. 2008. Buku Data Obat di Indonesia edisi 11.PT. mulia purna jaya terbit