Hiperleukositosis Pada Keganasan
-
Upload
domiko-widyanto -
Category
Documents
-
view
363 -
download
22
Transcript of Hiperleukositosis Pada Keganasan
.Hiperleukositosis
Definisi
Hiperleukositosis secara umum didefinisikan sebagai jumlah sel darah putih lebih dari
100.000/mmk.8,9,21,22 Sekitar 10% hingga 30% pasien dengan LLA dapat mengalami
hiperleukositosis. Hiperleukositosis merupakan suatu kegawatan pada LLA.7,8,9,10 Hal
tersebut dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas.8 Viskositas darah meningkat
akibat jumlah sel darah putih yang tinggi dan leukosit beragregasi. Jumlah sel darah
putih merupakan faktor utama yang berkontribusi terjadinya oklusi mikrovaskuler
sehingga dapat menyebabkan leukostasis.7 Hal ini menyebabkan stasis pada pembuluh
darah yang lebih kecil.10 Keadaan tersebut menjadi predisposisi terjadinya komplikasi
neurologis, pulmonal, maupun gastrointestinal. Selain itu pasien juga berisiko
mengalami tumor lysis syndrome.21
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hiperleukositosis yaitu usia yang lebih muda (pada bayi lebih
sering terjadi), tipe leukemia tertentu, ALL T sel, dan abnormalitas sitogenetik
(translokasi 11q23 atau adanya kromosom Philadelphia).8
Manifestasi Klinis
Gejala hiperleukositosis terutama disebabkan oleh leukostasis, yaitu suatu sindrom
klinikopatologi yang disebabkan oleh sel blast leukemik yang bersirkulasi di jaringan
mikrovaskuler.8 Gejala sugestif terjadinya leukostasis seperti nyeri kepala, pandangan
kabur, dispneu, hipoksia, mendukung adanya kegawatan medis sehingga jumlah sel
darah putih harus diturunkan segera.7
Presentasi klinis hiperleukositosis tergantung dari besarnya lineage dan jumlah
blast leukemik yang bersirkulasi. Namun demikian, manifestasi klinis hiperleukositosis
pada LLA jarang terlihat pada pasien LLA.8 Obstruksi vaskuler dapat terjadi sehingga
menyebabkan kerusakan organ mulai dari hipoksia jaringan, trombosis, atau
perdarahan.9 Organ yang paling sering terkena adalah sistem saraf pusat (SSP) dan paru-
paru.8,9,11 Perdarahan SSP, leukostasis, atau trombosis dapat menyebabkan gejala SSP.
0
Leukostasis paru dapat menyebabkan hipoksia dan distres respirasi.8,9 Kematian dapat
terjadi pada 15-66% pasien anak dengan leukemik hiperleukositosis.10 Sebagian besar
kematian disebabkan oleh gagal nafas dan perdarahan intrakranial.8
Tabel 2. Manifestasi Klinis Leukostasis21
Manifestasi Klinis Leukostasis
Sirkulasi sistem saraf pusat
- Nyeri kepala, konfusi, somnolen, pusing, cadel, gangguan
pendengaran, tinnitus, diplopia, delirium, koma, stupor
- Distensi vena retina, perdarahan retina, papil edema
- Perdarahan intrakranial
Sirkulasi penil
- Priapism
Sistem Kardiovaskuler
- Infark Miokard akut
- Overload ventrikel kanan
- Akral lividosis
- Iskemik ekstrimitas akut
- Infark usus
- Trombosis vena renalis
Temuan Laboratoris
- Penurunan PaO2 dan atau PaCO2
1
- Penurunan glukosa plasma
- Spurious hiperkalemia
- Trus atau spurious Hipofosfatemia atau hipokalemia
- Peningkatan sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit
Sumber: Vincent F. Leukostasis, Infiltration and Pulmonary Lysis Syndrome
Are the Three Patterns of Leukemic Pulmonary Infiltrates. In: É. Azoulay (ed.),
Pulmonary Involvement in Patients with Hematological Malignancies.2011.
Berlin: Springer. 509-21
Gambar 2. Akibat Hiperleukositosis pada Organ8
2
Sumber: Majhail NS, Lichtin AE. Acute leukemia with a very high leukocyte count:
confronting a medical emergency. Cleveland Clinic Journal of Medicine. 2004; 71(8):
633-37
Komplikasi Hiperleukositosis
Hiperleukositosis merupakan suatu keadaan emergensi karena dapat menyebabkan
berbagai komplikasi. Terdapat 2 mekanisme yang menjelaskan terjadinya komplikasi
yang disebabkan oleh hiperleukositosis. Mekanisme pertama yaitu terjadinya
peningkatan viskositas darah akibat tingginya jumlah limfosit total (TLC) dan agregat
leukosit sehingga menyebabkan stasis di pembuluh darah yang paling kecil. Mekanisme
kedua akibat interaksi adhesi antara endotel pembuluh darah yang rusak dan sel blast
leukemik, yang mempresipitasi leukostasis.9
Hiperleukositosis dapat menyebabkan obstruksi vaskuler sehingga memicu
terjadinya kerusakan organ akibat hipoksia, trombosis, atau perdarahan. Kekacauan
metabolik sering terjadi akibat jumlah sel blast yang tinggi. Organ yang paling banyak
terkena adalah sistem saraf pusat dan paru-paru. Perdarahan intrakranial, leukostasis,
atau trombosis dapat menyebabkan gejala neurologis. Manifestasi klinis yang muncul
berupa iritabilitas, kejang, defisit neurologis fokal, dan naiknya tekanan intrakranial.
Leukostasis pulmonal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia, distress respirasi
sehingga membutuhkan bantuan pernafasan. Gambaran radiografi menunjukkan adanya
infiltrat yang difus. Sistem organ yang lain juga dapat terkena. Perdarahan saluran cerna
dapat terjadi, sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan, hematemesis, atau nyeri
abdomen.9
Tabel 3. Skor Klinik untuk Menilai Leukostasis21
3
Sumber: Vincent F. Leukostasis, Infiltration and Pulmonary Lysis Syndrome Are the
Three Patterns of Leukemic Pulmonary Infiltrates. In: É. Azoulay (ed.), Pulmonary
Involvement in Patients with Hematological Malignancies.2011. Berlin: Springer. 509-
21
Pada pasien ini faktor risiko terjadinya hiperleukositosis tidak diketahui secara pasti.
Diperlukan pemeriksaan kromosom dan immunophenotyping. Diagnosis
hiperleukositosis pada pasien ini didasarkan pada klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Klinis hiperleukositosis pada pasien ini adalah adanya gejala leukostasis yaitu adanya
distress respirasi akibat hipoksia dan pneumostasis yang ditandai oleh keadaan umum
pasien yang tampak sesak, takipneu, dan adanya retraksi epigastrial. Anak juga tampak
apatis. Hal ini dapat disebabkan oleh leukostasis di sistem saraf pusat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit lebih dari 100.000/mmk yaitu
166.000/mmk. Pemeriksaan X-foto thoraks menunjukkan adanya corakan
bronkovaskular yang meningkat. Pada pasien LLA dengan infiltrasi leukemik ke paru-
paru dapat menyebabkan adanya gambaran infiltrat mikroskopik. Hal ini sering
dikaitkan dengan adanya hiperleukositosis.21 Dari hasil analisa gas darah didapatkan
PaO2 dan PCO2 yang menurun. Hal ini juga mendukung temuan laboratoris adanya
leukostasis.21
4
Pemeriksaan MSCT kepala pada pasien ini diindikasikan untuk mencari adanya
perdarahan intrakranial dan tanda-tanda peningkatan intrakranial. Leukostasis pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan intrakranial sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
Manajemen
Manajemen awal pada hiperleukositosis meliputi hidrasi yang agresif, mencegah tumor
lysis syndrome, dan mengkoreksi abnormalitas metabolik. Transfusi sel darah merah
tidak diindikasikan jika kondisi hemodinamik tidak stabil karena akan memperburuk
viskositas darah. Leukapheresis merupakan terapi pilihan untuk jumlah yang sangat
tinggi atau pada pasien dengan hiperleukositosis simptomatik.9 Pemberian diuretik
secara rutin tidak diindikasikan karena tujuan hidrasi adalah untuk hemodilusi dan
mengurangi viskositas. Diuretik diindikasikan jika terdapat tumour lysis syndrome
(TLS) dan overload cairan.9
Semua pasien harus mulai dihidrasi dengan cairan yang bebas mengandung
kalium dan kalsium. Cairan Dextrose 5% N/2 atau N/4 merupakan pilihan cairan yang
tepat, 2-4 kali cairan maintenance normal.9
Berikut ini merupakan alur tatalaksana manajemen hiperleukositosis pada LLA:9
5
Gambar. 3 Alur Manajemen Hiperleukositosis
Sumber: Jain R, Bansal D, Marhwa RK. Hyperleukocytosis: emergency management. Indian J Pediatr. 2013; 80(2):144–148
6