Himpunan Kitab Aulia

342
SYARAH FUSUS AL HIKAM I.INTISARI HIKMAH ILAHIYAH DALAM SABDA ADAM DENGAN NAMA ALLAH AR RAHMAN AR RAHIM Segel sesuatu adalah ringkasan dan intisarinya. Segel dari sebuah cincin adalah dengannya didekorasikan dan nama pemiliknya dituliskan. ‘Hikmah’ adalah ilmu tentang realitas/hakekat, sifat dan esensi sesuatu sebagimana adanya dalam diri mereka sendiri dan ilmu tentang kata dan tentang tindakan sukarela dalam cara yang memerlukan mereka yang selayaknya kepada kejadian/keadaan ( ketika mereka muncul dari pemilik hikmah), Al-Ilahiyah ( ‘Ketuhanan’ atau ‘Allah’ ) adalah nama dari derajat ketuhanan yang meliputi seleuruh derajat Nama dan Sifat Ilahiyah. Dengan demikian ‘intisari dari hikmah nama Allah’ meliputi ringkasan dari seluruh ilmu dan pengetahuan agama yang terhubung dengan derajat Ilahiyah; atau ia adalah tempat dimana pengetahuan tersebut dan ilmu-ilmu tersebut dituliskan, yaitu hati insan Kamil. Maka pokok dari judul bab ini adalah intisari pengetahuan ini dan ilmu-ilmu agama tersebut, atau tempat yang bersifat reseptif/penerima terhadap kesleuruhan pengetahuan 1

description

perjalanan aulia Allah

Transcript of Himpunan Kitab Aulia

Page 1: Himpunan Kitab Aulia

SYARAH FUSUS AL HIKAM

I.INTISARI HIKMAH ILAHIYAH DALAM SABDA ADAM

DENGAN NAMA ALLAH AR RAHMAN AR RAHIM

Segel sesuatu adalah ringkasan dan intisarinya. Segel dari sebuah cincin adalah dengannya didekorasikan dan nama pemiliknya dituliskan. ‘Hikmah’ adalah ilmu tentang realitas/hakekat, sifat dan esensi sesuatu sebagimana adanya dalam diri mereka sendiri dan ilmu tentang kata dan tentang tindakan sukarela dalam cara yang memerlukan mereka yang selayaknya kepada kejadian/keadaan ( ketika mereka muncul dari pemilik hikmah), Al-Ilahiyah ( ‘Ketuhanan’ atau ‘Allah’ ) adalah nama dari derajat ketuhanan yang meliputi seleuruh derajat Nama dan Sifat Ilahiyah.

Dengan demikian ‘intisari dari hikmah nama Allah’ meliputi ringkasan dari seluruh ilmu dan pengetahuan agama yang terhubung dengan derajat Ilahiyah; atau ia adalah tempat dimana pengetahuan tersebut dan ilmu-ilmu tersebut dituliskan, yaitu hati insan Kamil. Maka pokok dari judul bab ini adalah intisari pengetahuan ini dan ilmu-ilmu agama tersebut, atau tempat yang bersifat reseptif/penerima terhadap kesleuruhan pengetahuan tersebut, yang teraktualisasikan dalam diri logo Adam. Dan apa yang aku maksud dengan ‘logos’ diseluruh karya ini adalah kekhususan utama Kenabiannya dan pemberian yang ditentukan untuknya dan kaumnya oleh Allah.

Ketahuilah bahwa Asmaul husna Ilahi, yang jika dianggap dalam jumlah ada 99 atau 1001, namun jika dianggap secara individu dan secara detil ia tak terhitung, sebab Nama adalah penunjuk akan Nama-nama ‘Allah’ dalam realitas mumkinat, dan mereka tak terhingga disebabkan ketakterhinggaan mumkinat, menuntut dalam diri mereka sendiri akan wujud alam agar alam menjadi cermin bagia nur mereka yang tersembunyi dan sebagai tempat tajalli rahasia mereka yang tersembunyi, mengacu kepada firman Allah, "Aku adalah perbendaharaan tersembunyi dan Aku ingin dikenal,sehingga Aku ciptakan alam

1

Page 2: Himpunan Kitab Aulia

semesta" dan ini adalah tuntutan Nama-nama—yang merupakan Esensi yang dicirikan oleh Sifat—dan bukan kepada Esensi/Zat itu sendiri, sebab Zat dalam acuan kemutlakannya tidak dapat memiliki sifat yang dicirikan kepada-Nya, tidak juga Ia menjadi ditunjukkan oleh sifat apapun atau pembatasan.

Jadi Allah dalam sudut pandang nama ”Allah" membawa alam ke dalam wujud seperti tubuh yang terbuat sempurna ( dan siap bagi sebuah ruh) dan menjadikan Adam sebagai ruhnya; aku maksud dengan "Adam" adalah eksistensi manusia mikrokosmos. Dan Dia mengajarkannya nama-nama seluruhnya.

Seorang Sufi berkata tentang firman-Nya, " Dia mengajarkan Adam Nama-nama seluruhnya" (Quran 2: 31), " yaitu Dia tempatkan dalam zat dasar Adam esensi halus (latifah) dari setiap nama-nama-Nya, dan melalui latifah tersebut menyiapkannya untuk menyadari seluruh nama-nama Keagungan (Jalal) dan Keindahan (Jamal), yang Dia acukan sebagai kedua tangan-Nya. Sebab Dia berkata kepada Iblis,” Apa yang mencegahmu bersujud kepada apa yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku?' (Quran 38:76). Segala sesuatu selain Adam telah diciptakan dengan satu tangan, sebab ia adalah lokus manifestasi entah sifat Jamal, seperti Malaikat Rahmat, atau dari Sifat Jalal, seperti Malaikat Azab dan Syetan."

Allah hanya mengajarkan Insan Kamil Asma-Nya yang Husna dan menempatkannya dalam diri mereka, karena Insan Kamil adalah ruh alam dan alam adalah tubuhnya—sebagaimana telah dijelaskan—dan karena ruh mengatur tubuh dan menerapkan perbuatan bebasnya di dalamnya melalui inderanya yang berisifat spiritual dan berjism, persis sebagaimana Nama-nama adalah seperti indera spiritual dan jism bagi Insan Kamil. Tepat sebagaimana ruh memerintah dan mengatur tubuh melalui inderawinya, dalam cara yang sama Insan Kamil memerintah urusan-urusan alam dan mengatur mereka melalui Nama-nama Ilahi.

Ketahuilah bahwa setiap realitas dari esensi Insan Kamil dan derajat Ketuhanannya adalah sebuah barzakh dalam istilah kesatuan totalnya (ahadiyah al jami’), yang berdiri antara satu dari realitas Laut Wajib (Wujub) dan sebuah realitas yang merupakan tempat tajallinya di dalam laut kemungkinan (imkan) yang merupakan Arasy nya, di atasnya lah realitas Wajib duduk. Sehingga ketika tajalli sempurna turun ke atas lokus tajallinya, Insan Kamil, dia menerimanya melalui kesempurnaannya, ketotalannya dan hakekat kesatuannya, dan tajalli ini menempuh melalui seluruh realitas dalam zatnya. Kemudian cahaya tajalli

2

Page 3: Himpunan Kitab Aulia

mengalir keluar darinya menuju kepada apa yang selaras dengannya dalam alam ini. Karena itu rahmat dan berkah yang turun kepada realitas alam melalui tajalli Ar Rahman hanya mencapai realitas ini setelah tertunjukkan di dalam Insan Kamil dan teragamkan melalui corak tambahan yang tidak mewujud sebelum penentuan tajalli di dalam dirinya. Karena itu realitas dan pola dasar alam adalah subjeknya dan dia adalah khalifah atas mereka. Dan khalifah mesti mengasuh subjeknya dalam cara yang paling tepat dan terbaik. Atas inilah sebagian Insan Kamil lebih tinggi dari yang lain.

Allah mentajallikan Diri-Nya kepada hati Insan Kamil, yang merupakan khalifah-Nya. Dan pantulan cahaya tajalli-Nya mengalir ke dalam alam semesta, yang tetap dalam wujud melalui penerimaan limpahan ini (fayd). Selama Manusia ini berada di dunia ini, dia mencari pertolongan akan tajalli rahmat dari Zat dan dari Ar Rahman dan dari Ar Rahim melalui Nama-nama dan Sifat-sifat dari wujud yang merupakan manifestasi dan tempat di atasnya mereka duduk. Sehingga dunia dijaga melalui pencarian pertolongan ini dan melalui pencaran tajalli selama Insan Kamil tinggal di dalamnya. Karena itu tiada makna berlalu melalui batin menuju zahir kecuali oleh perintah ini. Sebab itu meskipun dia tidak mengetahuinya disebabkan dominasi sifat kemanusiaannya, dia adalah barzakh antara 2 kursi—dua sisi Zahir dan Batin—dan sebuah ‘antara’ dua dunia. Dan baginya lah acuan akan frman-Nya:” Dia biarkan dua laut saling bertemu, di antara mereka terdapat barzakh yang tidak saling dilampaui oleh masing-masing"(Quran 55, 19-20).

Karena itu, atau karena dunia ini adalah seperti tubuh dan Insan Kamil seperti ruh, dikatakan bahwa dunia adalah ‘manusia besar’, sebab persis seperti manusia terdiri dari tubuh dan ruh yang mengaturnya, dunia terbuat dari dua hal ini juga, meskipun ia lebih besar dari manusia dalam bentuknya; namun pernyataan ini hanyalah benar dengan syarat wujud Insan Kamil di dalamnya, atau dunia, sebab jika ia tidak ada di dalamnya, ia akan seperti tubuh tanpa ruh.

Dan Manusia sempurna adalah sebuah buku, Intisari dan ringkasan dari Ummul Kitab, yang terdiri dari wilayah Ketuhanan Kesatuan Total nama Allah", yang meliputi Al Wajib dan realitas aktif yang terkait dengan Nama-nama dan kelembutan Sifat yang terhubung dengan derajat Rububiyah, sedemikian hingga tak satu pun meloloskan mereka, kecuali Zat Wajibul Wujud, sebab wujud mumkinat yang faqir tidak memiliki bagian dalam hal ini, jika tidak hakekat akan terbalik.

Dan oleh sebab itu, karena manusia adalah inisari wilayah ketuhanan ‘Allah” dan meliputi apa yang ia kandung akan hakekat Nama-nama dan Sifat-sifat

3

Page 4: Himpunan Kitab Aulia

dalam kesatuan totalitas, Dia menetapkan baginya Bentuk Ilahi, meskipun dunia juga bersesuaian dengan Bentuk, sebab apapun yang lebih dekat dengan kesatuan adalah lebih berhak menjadi disifatkan kepada Allah dan bentuk manusia adalah bentuk dari Kesatuan Totalitas, sementara bentuk alam adalah bentuk sebagian-Nya. Sebab Dia berfirman melalui lidah Nabi yang suci,” Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dalam bentuk-Nya yang bersifat Ilahiyah dan sempurna dan bersesuaian dengan sifat totalitas dari Rububiyah-Nya. Dan karena adalah mungkin bahwa kata ganti dalam ‘bentuk-Nya’ mengacu kepada Adam, sebagaimanaa sebagian orang mengklaimnya, beliau melanjutkannya dengan ucapannya, dan dalam versi yang lain,” dalam bentuk Ar Rahman.”

Dikatakan bahwa ‘bentuk’ bermakna penampakan, dan sehingga ia dapat

diterapkan hanya untuk badan. Sehingga apa yang dimaksud dengan ‘bentuk’ dalam hadits ini adalah ‘sifat’, yaitu “Adam diciptakan berdasarkan sifat Allah”, atau , hidup, berilmu, berkehendak, kuat, mendengar, melihat dan bicara. Karena Realitas nampak secara zahir melalui bentuk, istilah telah diaplikasikan secara kiasan kepada Nama dan Sifat; karena melalui mereka Allah nampak dalam realitas zahir. Ini sudut pandang ulama zahir/Syariat.

Namun dalam sudut pandang mereka yang telah mencapai Kebenaran, bentuk adalah sesuatu yang tanpanya realitas gaib dan yang terlepas/bebas (mujarrad) tidak dapat dilihat atau termanifestasikan. Dan bentuk Allah adalah Wujud yang ditunjukkan oleh penunjukkan lain bahwa Wujud adalah sumber segala tindakan yang berhubungan dengan kesempurnaan dan seluruh sifat aktif.

Seorang Sufi berkata,” Jika seorang penanya berkata bagaiamana ‘bentuk’ dapat disifatkan kepada Allah, kami akan menjawabnya berdasarkan ulama Syariat bahwa itu adalah kiasan, bukan yang sebenarnya, sebab bagi mereka untuk menerapkan kata ‘bentuk’ kepada wujud zahir adalah benar dan tepat, dan bagi wujud yang terpahami adalah kiasan. Namun bagi kami, karena dunia dalam seluruh bagian spiritual, jasmaniyah, substansial dan aksidental adalah bentuk terkhususkan tentang bidang Ketuhanan ’Allah’, dan Insan Kamil adalah bentuk ringkasan-Nya, maka pensifatan kepada Allah adalah benar dan tepat, dan kepada apa yang selain-Nya adalah kiasan, sebab dalam penglihatan kami tak satu pun selain Dia pemilik wujud.”

Dan Dia menjadikannya, atau Insan Kamil, sasaran pandangan mata dan tujuan yang diinginkan dalam penciptaan dan memelihara alam semesta, seperti nafs an-natiqah (jiwa rasional), yang merupakan tujuan dalam membuat

4

Page 5: Himpunan Kitab Aulia

sempurna tubuh dan mengharmonisasikan penyusun alami dan badani individu manusia.

Tujuan universal dan maksud utama dalam penciptaan alam semesta adalah pengetahuan dan penglihatan anak Adam. Lampu penunjukkan nur musyahadah dan cermin keragaman manifestasi Wujud adalah hati sucinya dan menembus pemahaman; dan fokus dari seluruh jenis ilmu dan penerimaan adalah kesatuan total ilmunya dan penerimaannya.

Ketika sifat manusia yang diciptakan diubah ke dalam yang tak diciptakan dan mata batin spiritualnya terminyaki dengan Kesatuan, melalui seluruh fakultas dan organ lahiriahnya dia memusyahadahkan Keindahan Allah dan melihat Wujud Mutlak dalam seluruh tempat tajalli dan manifestasi. Buah dari pohon penciptaannya tiada lain selain ilmu dan penglihatan.

Lelaki adalah mata, dan sisanya adalah kulit: pandangan yang haq adalah melihat SahabatKetika tidak melihat Sahabat, mata lebih baik buta; siapa dia Sulaiman, seekor semut lebih baik dari dia

Karena itu, atau sebab tujuan penciptaan dan pemeliharaan alam adalah Insan Kamil, persis seperti tujuan penyempurnaan tubuh adalah jiwa rasional, alam hancur dengan lenyapnya Insan Kamil, yaitu pelenyapan dan perpindahan Insan Kamil darinya, persis seperti tubuh membusuk dan lenyap ketika jiwa rasional pergi; karena sesungguhnya Allah tidak menzahirkan diri-Nya dalam alam semesta tanpa perantara Insan Kamil. Sehingga dengan penarikannya, penambahan yang membawa kehidupan eksistensi dan kesempurnaannya terhenti. Karena itu alam dipindah dengan perpindahannya, dan seluruh makna dan kesempurnaan yang bersamanya akan berangkat menuju hari kiamat.

"Sesungguhnya Insan Kamil adalah tonggak Langit dan bumi. Dan dikarenakan rahasia ini, ketika dia meninggalkan pusat semesta—bahwa Alam semesta yang merupakan bentuk lahiriah Ilahiyah Ar Rahman dan kesatuannya dan maqamnya akan khalifah dari wilayah Ketuhanan Allah—dan kembali ke Kursi Mulia dan Arasy yang Agung, yang meliputi Langit dan Bumi, maka tatanan Alam semesta akan hancur dan bumi serta Langit akan berubah ke sesuatu bukan diri mereka.

5

Page 6: Himpunan Kitab Aulia

"Karena itu Nabi berkata, 'Saat Hari Kiamat tidak akan datang selama masih ada di antara kalian di dunia berkata,’ Allah,Allah’. Dan beliau menekankan melalui pengulangan yang beliau maksud,’ selama ada seseorang di dunia berkata,’ Allah, Allah’, karena beliau maksudkan dengan ‘seseorang yang berkata ‘Allah’, beliau tidak akan menekankannya dengan pengulangan. Dan tiada keraguan bahwa tak seorang pun menyebut ‘Allah’ dengan penyebutan yang benar—dan secara khusus dengan nama teragung ini dan paling meliputi ini, yang mengandung di dalamnya seluruh Asmaul Husna—kecuali bagi dia yang mengenal Allah dengan ma’rifat sempurna.. Ia seolah-olah beliau berkata,’ Saat Kiamat tidak akan datang selama terdapat Insan Kamil di dunia.’ Adalah dia yang diacu dengan ‘tiang penyangga’ atau ‘ dia yang baginyalah dunia dipelihara’. Sehingga ketika dia dipindah ke dunia lain, langit akan runtuh, matahari akan gelap, bintang-bintang berjatuhan, gunung akan bergerak, dan bumi akan berguncang dan Hari Kiamat pun tiba.

"Lebih lanjut, andai bukan demi keabadiannya—dalam sudut pandang wujudnya sebagai lokus tajalli—di dalam Surga,yang tempatnya adalah Kursi dan Arasy yang Agung, situasi dari dua hal ini akan seperti bumi dan langit (mereka akan hancur). Dan sesungguhnya aku telah mensifatkan keabadiannya dengan ucapanku,’ dalam sudut pandang wujudnya sebagai lokus tajalli’, disebabkan apa yang Allah kabarkan kepadaku tentang fakta bahwa Surga tidaklah mampu meliputi Insan Kamil. Akan hakekatnya hanya akan berada di Surga apa yang sesuai dengan dunia tersebut dan apa yang dunia perlukan dari Allah dalam acuan apa yang ia kandung dari Insan Kamil tersebut.

"Lebih lanjut, aku katakan, ' Jika neraka kosong dari dia, ia tidak akan tetap mewujud; dan adalah melaluinya neraka dipenuhi’. Nabi mengacu akan Insan Kamil dengan ucapannya dalam sebuah hadits,’ Kaki Al Jabbar,’ Sesungguhnya Neraka tidak berhenti berkata,’Masih adakah lagi?’, hingga Al Jabbar meletakkan kaki-Nya di atas-Nya. Dan ketika Al Jabbar meletakkan kaki-Nya di atasnya, bagian neraka tersebut akan mengambil bagian lainnya dan ia akan berkata,’ Cukup! Cukup!’. Aku dikabarkan oleh Allah bahwa kaki yang diletakkan ke dalam Neraka adalah apa yang ditinggalkan di dunia ini dari bentuk Insan Kamil dan ia adalah apa yang tidak menemaninya di keadaan Surga. Dan sisa ini dikiaskan sebagai ‘kaki’ disebabkan hubungan yang lembut dan agung: kaki adalah bagian akhir dari tubuh manusia: dengan cara yang sama bentuk fisiknya sendiri adalah bagian akhir bentuk mutlak manusia, sebab bentuk dunia keseluruhannya adalah seperti organ tubuh dari bentuk manusia yang mutlak dan sebenarnya. Keadaan fisik adalah bentuk akhir dimana realitas manusia nampak; dan melalui bentuk

6

Page 7: Himpunan Kitab Aulia

manusia sebenarnya dan mutlak, seluruh bentuk yang aku katakan seperti organ tubuh akan didukung dan dipelihara."

Dan struktur bangunan ditransfer ke hari Akhir disebabkan dia, yaitu disebabkan manusia, atau alasan dari wujudnya ditransfer ke sana, Selama Insan Kamil ada di dunia, dunia adakan dijaga dan perbendaharaan Ilahi akan dijaga. Namun ketika dia dipindah dari dunia ini ke dunia akhir dan meninggalkan dunia yang lebih rendah untuk menempati hari Akhir, dan ketika tak seorang tersisa di antara manusia yang dicirikan dengan Kesempurnaan Ilahiyah dan mampu menggantikan tempatnya, dan ketika Allah menjadikannya sebagai perbendaharaan dari perbendaharaan-Nya sendiri, maka seluruh kesempurnaan dan makna yang ada dalam khazanah dunia akan dilenyapkan bersamaan dengan Insan Kamil, sebagian jumlah kecil yang di dunia bergabung dengan apa yang menunggu di Akhirat, dan pekerjaan dalam menjaga Khazanah dan kekhalifahan akan pergi ke Akhirat.

Karena itu dia, atau Insan Kamil, adalah yang pertama dalam tujuan dan kehendak, sebab Allah menjadikannya tujuan yang dinginkan dan sebab akhir dari penciptaan dunia. Dan adalah dalam karakter alami dari penyebab akhir untuk menjadi lebih utama dalam ilmu dan kehendak, persis seperti sifat dasarnya untuk menjadi yang terkemudian dalam eksistensi, yang terakhir, yaitu Insan Kamil lebih terkemudian dari yang selain dirinya, dalam penciptaan dalam rantai maujudat, sebab yang pertama Dia ciptakan dalam wujud lahiriah adalah Pena yang Agung, kemudian Lauhil Mahfuzh, dan Arasy yang Agung, kemudian Kursi Yang Mulia, kemudian unsur-unsur, kemudian 7 langit, kemudian yang berkembang biak (hewan, tumbuhan dan mineral/muwalladat) dan kemudian manusia: sebab dia adalah akhir dari makhluk ini dan lokus penggabungan mereka. Dan manusia adalah bentuk lahir, apa yang terlihat dalam bentuk unsuriah dan jasmaniyahnya, dan bentuk batiniah, atau apa yang tidak terlihat dalam maqam atau derajat, sebab hal ini dalam sudut pandang spiritualnya. Atau kita dapatkan bahwa manusia adalah sisi lahiriah dalam alam dari wujud yang nyata, melalui kesempurnaannya dan bentuk yang satu dalam menyusun tubuh, jiwa, akal, inderawi dan hal lain yang kita sebut ‘diciptakan’; dan dia juga adalah bentuk batiniah, melalui maqam spiritualnya yaitu kekhalifahannya.

Jadi dalam acuan kepada bentuk jasmaniyah dan elementalnya, atau bentuk kesatuan totalitasnya,dia adalah Abdullah, diciptakan untuk menyembah Rabb nya; dan dalam acuan akan makna dan ruhnya, atau maqamnya, dia seorang rabb, yang rububiyahnya teraktualisasikan dalam hubungan dengan wujud indvidu dari seluruh alam.

7

Page 8: Himpunan Kitab Aulia

Syaikh menjelaskan dalam Insha’ Ad-dawa’ir: manusia memiliki 2 salinan:lahiriah dan batiniah. Salinan lahiriah berhubugan dengan dunia dalam totalitasnya, dan salinan batiniah berhubungan dengan martabat Ketuhanan dari Uluhiyah. Maka manusia adalah universal dalam realitas dan tanpa syarat, sebab ia bersifat menerima bagi seluruh wujud, entah abadi atau sementara. Namun wujud lain selain dia bukanlah penerima bagi seluruh wujud, sebab wujud khusus alam tidaklah bersifat penerima bagi Uluhiyah, dan Allah bukanlah penerima bagi penghambaan. Malahan seluruh alam adalah hamba, dan Allah Subhanahu adalah tunggal dan abadi, Allah tidak dapat dicirikan dengan apa yang bertentangan dengan sifat Uluhiyah, sebagaimana alam tidak dapat dicirikan dengan apa yang bertentangan dengan kesementaraan dan penghambaan. Sehingga manusia adalah pemilik dua hubungan sempurna: sebuah hubungan melaluinya dia memasuki derajat ketuhanan dari uluhiyah, dan sebuah hubungan dengannya dia memasuki derajat kosmos.Sehingga dia disebut ‘hamba’ dalam acuan akan wujudnya yang menjadi sasaran pewahyuan dan jika ia tidak demikian, maka dia seperti alam, Dan dia disebut ‘tuhan’ dalam acuan kekhalifahannya, bentuknya dan bentuk Sebaik-baik bentuk (QS95:4)."

Karena alasan tersebut, yaitu karena manusia memiliki aspek Rububiyah melaluinya dia mensesuaikan dengan Allah, dan sebuah aspek ubudiyah melaluinya bersesuaian dengan ciptaan, Dia menjadikannya seorang khalifah dan dalam cara yang sama Dia menjadikannya keturunannya yang sempurna dalam seluruh alam, dan anaknya yang belum mencapai kesempurnaan kekhalifahan yang melekat kepada diri mereka, seperti pemerintahan sebuah kerajaan oleh raja dan memimpin keluarga dengan akalnya. Dan bentuk terendah dari pemerintahan adalah pemerintahan tubuh oleh seseorang, Namun Khalifah Terhebat hanya milik Insan Kamil. Dan dengan demikian, karena makna Adam memiliki dua aspek Rububiyah dan ubudiyah,¸tak satu pun makhluk di dunia telah mengaku rububiyah bagi dirinya kecuali manusia, disebabkan kekuatan apa yang dia miliki dan penguasaan, melalui menjadi dicirikan dengan sifat Rububiyah dan kualitas Aktif dari Wajibul Waujud. Sehingga ketika dia melihat mereka dalam dirinya sendiri, namun Allah belum membuka mata batin spiritualnya, dia tidak mengerti bahwa mereka adalah sifat Allah yang terpantulkan dalam cermin kesiapannya (isti’dad); dan dia membayangkan bahwa mereka adalah milik dirinya secara pribadi. Karena itu dia mengakui rububiyah dan uluhiyah, seperti Firaun. Dan dalam cara yang sama tak seorang pun di dunia bergabung maqam ubudiyah dalam dirinya sendiri melalui terjatuh ke level terbawah kecuali manusia, sebab ketika dia melihat sifat-sifat tersebut dan

8

Page 9: Himpunan Kitab Aulia

kualitas di tempat lain dan dia membayangkan bahwa mereka adalah milik mereka secara pribadi, dia mengakui ubudiyahnya kepada mereka, seperti mereka yang menyembah idola. Karena itu dia menyembah batu dan mineral lain,yang merupakan wujud terendah dan paling hina, karena sifat ketuhanan dalam potensi penerimaan mereka seperti hidup, berilmu dan yang bersesuaian, belum teraktualisasikan.

Sehingga tidak ada yang lebih hebat dan derajat yang lebih tinggi daripada manusia dalam rububiyahhya,, atau melalui alasan wujudnya dicirikan oleh dan manifestasi sifat-sifat Rububiyah, sebab tiada derajat lebih tinggi dari ini, dan dalam cara yang sama tak satu pun lebih rendah dari dia dalam ubudiyahnya, atau melalui alasan wujudnya yang dicirikan oleh sifat penghambaan, sebab persis sebagaimana Rububiyah adalah derajat tertinggi, maka lawannya ubudiyah adalah derajat yang terendah.

Manusia adalah cermin dengan dua sisi. Pada satu sisi adalah sifat rububiyah

dan yang lainnya penghambaan yang terpantulkan. Ketika kamu memandang pada sifat Rububiyah, dia lebih besar dari seluruh wujud; dan ketika kamu memperhatikan ubudiyahnya, dia lebih rendah dan lebih tidak penting dari seluruh makhluk.

Ketika aku temukan sifat-Mu dalam diriku, Allah melarang seseorang mesti lebih hebat dari aku!Namun ketikan pandanganku jatuh kepada keadaanku sendiri, dalam dua dunia tiada seorang pun yang lebih buruk daripada aku!

Jadi jika engkau telah paham penjelasan sebelumnya, aku telah jelaskan kepadamu apa yang dimaksud dengan ‘manusia’. Lihatlah keagungannya, yang telah ia peroleh melalui Asmaul Husna, atau menjadi tercirikan oleh mereka (asmaul husna), dan fakta bahwa mereka (asmaul husna) mencarinya untuk menjadi tempat sempurna tajalli dan tempat manifestasi mereka yang paling menyeluruh dan meliputi. Melalui pencarian mereka akan dia dan kebutuhan mereka akan wujudnya, kamu akan paham keagungannya dan kemuliaannya, sebab keagungan dan kemuliaan yang dicari hanyalah kepanjangan dari keagungan dan kemuliaan sang pencari,dan dalam cara yang sama melalui penampakannya kepada mereka, atau melalui nama-nama tersebut, dan eksitensi dia melalui mereka, meskipun dalam esensinya dia bukanlah maujud, kamu akan paham kerendahannya, sebab tiada yang lebih rendah dari sesesuatu yang tunduk kepada hukum ketiadaan dan untuk berdiri dalam kebutuhan kepada yang lain demi wujud seseorang. Maka pahamilah!

9

Page 10: Himpunan Kitab Aulia

Dari sini, atau dari maqam ini, sesuai dengan apa yang telah dipahami bahwa manusia adalah seorang ‘rabb’ mengacu sisi batiniahnya dan seorang hamba mengacu sisi lahiriahnya,dipahami bahwa dia¸atau manusia,adalah salinan dari dua bentuk, dan mengacu kepada mereka: bentuk Allah yang diliputi oleh keadaan batiniahnya yang serba menyeluruh dan terkonsentrasi dan bentuk alam, yang terliputi oleh keadaan sisi lahiriahnya akan perbedaan dan penyebaran. Dan kedua bentuk ini adalah dua tangan Allah dengannya Dia menciptakan Adam.

Apakah manusia itu? Sebuah barzakh yang serba meliputi, bentuk makhluk dan Allah yang diletakkan di dalamnya.

Dia adalh sebuah salinan dalam sinopsis yang isinya adalah Esensi Allah dan Sifat-Nya yang tak terlukiskan.

Terhubung kepada kelembutan Alam Mulk ,termasuk kebenaran Alam Malakut,Sisi batiniahnya tenggelam dalam Lautan Ahadiyah, bibir kering lahiriahnya pada

pantai keterpisahan.Tidak ada satu pun sifat Allah yang tak termanifestasikan dalam esensinya.

Dia mengetahui, mendengar, berbicara, berkehendak, hidup dan kuasa.Dalam cara yang sama, akan hakekat Alam semesta, segalanya disatukan dalam

dirinya:Ambilah Langit atau unsur-unsur, atau ambilah mineral, tumbuhan dan binatang;Bentuk kebaikan dan keburukan dituliskan dalam dirinya, tingkah laku setan dan

hewan buas tercampur dalam dirinya.Andai dia bukan cermin Wajah Abadi, mengapa malaikat sujud kepadanya?

Dia adalah pantulan keindahan Kehadiran Kesempurnaan; jika Iblis tidak mampu memahami hal ini, jadi maunya apa?

10

Page 11: Himpunan Kitab Aulia

II. INTISARI HIKMAH NAFASIAH DALAM SABDA SYITS AS

Derajat Eksistensi pertama yang dapat dipahami adalah penampakan (ta’ayyun) yang meliputi seluruh penampakan dan yang memiliki Kesatuan Keseluruhan (Ahadiyat Al Jami’). Derajat yang mengikutinya adalah derajat keprinsipan (masdariyah) dan Limpahan (Fayadiyah). Adam adalah bentuk derajat pertama, persisi Syits adalah lokus bagi manifestasi kedua. Karena itu intisari pertama yang disebutkan adalah tentang Adam, dan diikuti oleh Syits, bersesuaian dengan wujud lahiriah itu sendiri.

Sejak Adam mencari sebuah pemberian setelah kehilangan Habil untuk melenyapkan kesedihannya, Allah menganugerahinya Syits murni sebagai pemberian dan anugerah. Sebagai tambahan, segala sesuatu yang Syits peroleh datang secara murni sebagai sebuah pemberian. Karena itu Syaikh mesti membicarakan tentang pemberian dan beberapa jenisnya dalam intisari ini: Ketahuilah bahwa pemberian dari Allah adalah terdiri dari beberapa jenis, di antara mereka adalah Dia mesti memberi sebuah pemberian secara khusus untuk menyatakan rahmat-Nya,tanpa harapan imbalan dari yang mendapatkan manfaatnya, yaitu dalam istilah pujian, syukur dan apapun yang kamu miliki, melalui nama-Nya ‘Al Wahhab’. Dan itu , atau pemberian tersebut berasal dari Nama Al Wahhab ada dua jenis: satu adalah pemberian Zat, yang berhubungan dengan Kesatuan seluruh nama, sebab Zat sebagaimana dalam diri-Nya sendiri tidaklah memberikan pemberian atau menyatakan diri-Nya melalui tajalli, dan yang kedua adalah pemberian dari sebuah Nama.

Sekarang jika kamu mesti bertanya, "Pemberian yang terkait dengan nama Al Wahhab adalah pemberian dari sebuah Nama, sehingga bagaimana bisa mereka dapat dibagi ke dalam pemberian Zat dan pemberian Nama? Aku akan menjawab,” Apa yang dimaksud dengan pemberian dari Zat adalah pemberian yang sumbernya adalah Zat tanpa mempertimbangkan satu pun dari Sifat Ketuhanan bersamanya—meskipun pemberian demikian tidaklah diberikan tanpa perantara Nama-nama dan Sifat, sebab Allah tidaklah mentajallikan diri-Nya dalam konteks Zat-Nya kepada maujudat kecuali dari balik hijab satu dari Nama-nama. Dan apa yang dimaksud dengan pemberian dari Nama adalah pemberian yang sumbernya adalah satu dari Sifat dalam acuan akan wujudnya yang dibedakan dan terbedakan dari Zat.”

Pemberian dari Zat hanya terjadi melalui tajalli Ilahiyah akan Kehadiran nama yang serba meliputi yaitu ‘Allah’, yang merupakan Ahadiyat Al Jami dari seluruh Nama, bukan melalui manifestasi Zat, karena tiada sifat,

11

Page 12: Himpunan Kitab Aulia

penentuan,nama,tajali atau yang lainnya dalam Ahadiyat Zat. Karena itu penetapan tajali berasal dari derajat eksistensi Uluhiyah, dan atas alasan ini tajalli disifatkan kepada Esensi Uluhiyah, bukan kepada Zat tanpa batasan.

Dan tajalli dari Zat hanya dapat bersesuaian dengan bentuk dari lokus tajalli—yaitu hamba—dan bersesuaian dengan kesiapannya (isti’dad), persis seperti Allah nampak dalam cermin wujud sesuai dengan kesiapan dan penerimaan mereka, melalui manifestasi sifat-Nya di dalam diri mereka. Selain ini adalah tidak mungkin.

Namun bagi pemberian dari Nama, mereka selalu ditemani oleh hijab, yaitu hijab akan penentuan/penunjukkan yang bersesuaian dengan sebuah Nama, sesuai dengan nama khusus mana yang terbedakan dari yang lain. Dan si penerima tidaklah menerima pemberian ini, entah dari Zat atau dari Nama, kecuali sesuai dengan kesiapan dia sebenarnya, sebab tajalli dalam Hadrat Kesucian dan Mata Air Kesatuan adalah tunggal dan menyeluruh dalam deskripsinya, namun mereka menjadi beragam ketika mereka turun sesuai dengan kesiapan sang penerima, derajat ruhani dan fisik mereka, waktu mereka dan tempat, dan seluruh yang berkenaan dengan hal tersebut, seperti keadaan, penyususn jasmani dan sifat tertentu. Sehingga manusia berpikir disebabkan keragaman efek yang dimiliki tajalli itu sendiri dalam diri mereka yang beragam dalam realitasnya, namun ini tidaklah demikian. Alalh berkata,” Perintah Kami tidak lain adalah satu, seperti kedipan mata (QS 54:50). Persis sebagaimana Allah esa dalam setiap hal, demikian juga Limpahan-Nya dan perintah-Nya tidaklah memiliki keragaman kecuali dalam hubungan dengan si penerima.

Inilah, atau kesiapan yang dimaksud melalui firman-Nya,” Dia memberikan segala sesuatu penciptaannya” (QS20:50). Sehingga dari itulah kesiapannya.

Mungkin saja pemberian tersebut, entah dari Zat atau Nama, disebabkan permintaan¸pada bagian dia yang telah menerimanya melalui keadaan, atau keadaan yang menyebabkan manusia memintanya secara lisan. Tiada jalan keluar dari hal ini, atau dari meminta melalui keadaan ruhani.Atau mungkin saja pemberian disebabkan oleh permintaan secara lisan. Permintaan lisan terdiri dari dua jenis: pertama adalah permintaan yang disebabkan sifat alamnya, dalam hal ini alasan permintaan adalah sifat dasar manusia yang terburu-buru, sebab manusia diciptakaan dalam keadaan terburu-terburu, dan yang kedua yaitu permintaan yang tidak berdasrkan sifat dasarnya, ia juga dibagi ke dalam dua jenis. Yang pertama permintaan dalam menaati

12

Page 13: Himpunan Kitab Aulia

kepada perintah Ilahi, sesuai dengan firman-Nya,” Serulah Aku dan Aku adakan menjawabmu" (Quran 40:60), dan yang kedua adalah permintaan sesuai dengan tuntutan kebijaksanaan dan ma’rifat, sebab dia, atau sang peminta sesuai dengan tuntutan hikmah dan ma’rifat, adalah seorang pemberi perintah, yang mengarahkan subjeknya—entah mereka adalah penghuni dunia, atau mereka dalam sebuah kerajaan, atau keluarganya, atau tubuhnya, dan seorang penguasa akan urusan mereka, seorang pelindung kepentingan mereka yang Pemeliharaan Ilahi telah menakdirkan untuk bergantung kepada permintaan. Sehingga dia meminta Allah dan berdoa kepada-Nya untuk mengatur urusan tersebut.Adalah wajib baginya, atau si peminta untuk berjuang semaksimal mugkin untuk melihat bahwa setiap subjeknya yang memiliki hak menerimanya; apa yang menunjukkan kewajiban ini adalah seperti ucapan nabi nya,” Sesungguhnya kamu memiliki kewajiban kepada keluargamu.” Yaitu mereka yang berhak atas perintahmu dan didikanmu, seperti isteri dan anak-anak dalam makrokosmos dan seperti indera fisik dan spiritual di dalam mikrokosmos,” jiwamu, tubuhmu dan tamumu,”

13

Page 14: Himpunan Kitab Aulia

III. INTISARI HIKMAH SUBUHIYAH DALAM SABDA NUH AS

Karena hikmah Subuhiyah terdiri atas pengetahuan yang berhubungan dengan ‘tanzih’ tentang Allah, Syaikh memulai teks menyangkut tentang Hikmah dengan sebuah bahasan akan tanzih: Penyucian pada bagian¸atau hamba, yang menyucikan Allah akan suatu hal yang menyangkut dengan persetujuan atau pertidaksetujuan dari pikiran umumnya dan akalnya adalah sebuah pembatasan dan sebuah pencirian oleh dia tentang Dia yang disucikan, dalam istilah apa yang selain daripada sesuatu itu yang disucikan dari Dia, sebab dia telah membedakan-Nya dari apa yang tidak menerima untuk disucikan dari hal tersebut. Sehingga melalui analogi kemutlakan adalah juga tentang apapun yang mesti dberikan gambaran ini adalah sebuah pembatasan melalui kemutlakan ini. Karena itu kemudian tak ada apapun selain wujud yang terbatas atau sebuah Ketuhanan, yang dia telah singkap melalui sebuah pensifatan kemutlakan kepadanya.

Tepat seperti ilmu dia yang menyucikan Allah dengan pikirannya adalah tidak sempurna—sebab ia sedang melarang Yang Tak Terlarang dan membatasi Yang Tak Terbatas—dalam cara yang sama dia yang ‘menyerupakan’ Allah dengan ciptaan tanpa menyucikan-Nya adalah salah, sebab penyerupaan juga sebuah pembatasan dan pelarangan akan Yang Tak Terbatas—yang tidak memiliki batas yang mendefinisikan dan meliputi-Nya.

Namun dia yang menggabungkan penyucian dan penyerupaan (Tanzih dan Tasybih), memeliharanya dengan tetap menyangkut Dia dan melukiskan-Nya melalui keduanya adalah seorang arif yang sebenarnya dan Insan Kamil yang telah mencapai hakekat. Syeikh berkata:

Jika kamu menyucikan-Nya, kamu membatasi; namun jika kamu menyerupakan-Nya, kamu mengenakan aturan.Namun jika kamu lakukan keduanya, kamu telah ditunjukkan jalan yang haq: kamu adalah pemimpin dalam ilmu ma’rifat, seorang Guru Besar.

Dan karena Syeikh telah menunjukkan kurangnya ilmu tentang Allah sesuai dengan sifat bagi seseorang yang hanya menyucikan Dia, dan situasi ilmu yang hanya menyerupakan-Nya hanyalah diketahui melalui analogi, beliau sekarang menyebutkan secara eksplisit ilmu yang sempurna tentang Allah menggabungkan Tanzih dan Tasybih, dimana hamba diperintahkan untuk mencapainya oleh Nabi,

14

Page 15: Himpunan Kitab Aulia

dan karena itu beliau diberi balasan atas Syariah: Ketahuilah bahwa jalan kebenaran melaluinya Dia ingin mereka mengenal-Nya adalah dalam hadits: Aku ingin dikenal, sehingga Aku ciptakan dunia”, adalah apa yang dibawa lidah pewahyuan. Sehingga tiada akal akan mampu melampuinya. Malahan setiap orang mesti percaya hal ini dalam cara dimana Allah maksudkan dan bukan melalui mena’wilkannya sesuai dengan idenya sendiri. Penyucian mentalnya terhadap ‘Allah’ mestilah sesuai dengan apa yang Allah turunkan pada lidah Nabi-Nya dan di dalam Kitab yang telah Dia wahyukan: jika tidak, Allah disucikan dari pensucian pikiran akal manusia, sebab akal manusia yang ditentukan dalam indera yang terbatas dan tertentu saja dari penyusun jasmani manusia, adalah bersifat terbatas. Dan bagaimana bisa yang terbatas dan tertentu melihat Realitas Yang Absolut dan Merdeka dalam dirinya sendiri kecuali jika realitas mutlak tersebut menjadi terbatasi sesuai dengan penglihatan dan wujudnya?

Namun sebelum tibanya Pewahyuan dan perolehan ilmu dan ma’rifat melalui mereka, pengetahuan tentang Dia adalah untuk mensucikan Dia dari sifat kekurangan. Sehingga kaum arif memiliki dua ilmu: sebuah ilmu yang diperoleh mealui akal dan pembuktian sebelum datangnya Pewahyuan, dan sebuah ilmu yang diperoleh melalui sang Pembawa Wahyu, namun yang kondisinya adalah bahwa dia berpaling kepada Allah dengan ilmu yang benar, atau pewahyuan yang telah datang dan mereka menjauh dari pembuktian rasional; dan dia percaya dalam pengetahuan di dalamnya ini Allah maksudkan tanpa ta’wil atau memaksakan idenya sendiri atas hal tersebut, sebab sesungguhnya Pewahyuan hanya dikirim oleh Allah sebab tidaklah mungkin bagi akal manusia untuk melihatnya melalui dirinya sendiri akan kebenaran sebagaimana adanya dalam ilmu Allah.

Dan jika Dia menyingkapkan bagi dia pemahaman akan hal ini, yaitu apa yang dibawa oleh Pewahyuan, dan jika Dia memberinya ilmu tentang keinginan-Nya adalah melalui syarat yang dibebankan oleh Syariat, dimana akal tidak dapat memperolehnya melalui proses pemikirannya, penyingkapan dan kesadaran itu disebabkan pemberian Ilahi yang berhubungan dengan Zat, yang telah disebutkan dalam bab Syits.

15

Page 16: Himpunan Kitab Aulia

IV. INTISARI HIKMAH QUDDUSIYAH DALAM SABDA IDRIS AS.

Shaikh melihat cocok untuk mencurahkan hikmah ini kepada Idris sebab dia adalah seorang nabi yang menjalankan penyucian terpanjang akan jiwanya melalui amal spiritual yang sulit dan dalam menyucikan dirinya dari sifat bahimiyah/ kebinatangan, hingga sifat dasar ruhaninya mencapai sempurna mengubah sifat dasar hewaninya dan dia secara sempurna ‘mencetak’ tubuhnya dan mengadakan perjalan ke Langit (mi’raj), dimana dia berbicara dengan malaikat dan Akal Awal. Dan dikatakan bahwa selama 16 tahun dia tidak makan dan tidur, hingga hanya akal sucinya saja yang tersisa.

Dan sejak dikatakan dalam Al Quran menyangkut tentang Idris bahwa,” Kami naikkan dia ke tempat yang tinggi (QS 19:57), dan karena ‘peninggian/pengangkatan’ ada dua jenis, Syeikh menjelaskan kepada hal ini dengan ucapannya: Peninggian ada dua jenis: satu di antaranya adalah peninggian tempat (makan), yang disifatkan kepada Allah berdasarkan berbagai teks, seperti firman-Nya,” Ar Rahman bersemayam di atas Arasy” (QS 20:5), dan seperti awan yang disebutkan dalam ucapan Nabi:”Dia berada di dalam awan, di atasnya tiada udara dan di bawahnya tiada udara”, dalam jawaban beliau kepada orang Badui yang bertanya,” Dimanakah Rabb kita sebelum Dia menciptakan makhluk” (QS43:84); dan yang kedua peninggian posisi (makanah) atau derajat, yang mesti disifatkan kepada Allah sesuai dengan ayat:” Segala sesuatu binasa, selain wajah-Nya” (QS28:88).

Dan manusia adalah dilukiskan oleh dua peninggian, sebab mereka bergerak antara pengetahuan tentang Allah dan beramal baginya. Sehingga sebagian mereka meninggi dalam derajat pengetahuan tentang Allah, seperti kaum Arif; dan yang lain menjadi terbedakan derajatnya dalam derajat-derajat amal, seperti kaum abid dan spiritual; dan sebagian mereka menggabungkan keduanya, seperti mereka yang mencapai kesempurnaan. Sehingga amal berhubungan dengan tempat, yaitu mereka menghasilkan dalam peninggian tempat, seperti Surga dan berbagai derajatnya, dan ilmu berhubungan dengan posisi, sebab ia menghasilkan peninggian di dalamnya derajat kedekatan kepada Allah. Ini dikarenakan posisi berhubungan dengan Ruh, persis tempat berhubungan dengan tubuh. Sehingga setiap mereka memerlukan apa yang mewakili dan yang serupa dengan dirinya sendiri.

16

Page 17: Himpunan Kitab Aulia

Karena itu peninggian posisi milik dia yang mengenal dan peninggian tempat milik dia yang beramal, dan siapa yang menggabungkannya akan memiliki kesempurnaan dua peninggian tersebut.

Adapun bagi peninggian akan superioritas relatif (mufadalah), yaitu peninggian di dalamnya beberapa yang ditinggikan lebih superior dari yang lain, itu adalah firman-Nya atau mesti disifatkan kepada Allah sesuai ayat,” Kamu adalah yang paling tinggi, dan Allah bersamamu" (Quran 47:35) dimana Dia menyatakan bahwa mereka yang Dia kabarkan memiliki peninggian yang lebih tinggi dan Dia bersama mereka dalam peninggian ini. Maka peninggian yang lebih tinggi tersebut mesti disifatkan kepada-Nya. Sehingga hal ini, yaitu peninggian superioritas relatif, mengacu kepada tajalli-Nya dalam tempat manifestasi-Nya, yang beragam dan berbeda-beda derajatnya. Ia tidak mengacu kepada Kesatuan Zat-Nya. Sebab dalam satu tajalli Dia lebih tinggi dalam pengangkatan daripada tajalli lainnya, seperti firman-Nya dalam Al Quran,’ Tak satu pun yang menyerupai-Nya" (QS 42: 11) dan seperti "Sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku Mendengar dan Aku melihat" (QS 20: 46) dan seperti firman-Nya,’Aku lapar, namun kalian tidak memberiku makan.” Sehingga menjadi jelas bahwa peninggian-Nya akan superioritas relatif adalah berasal dari sudut pandang keragaman tajalli dan aspeknya, bukan dalam acuan kepada Ahadiyah Zat, sebab sesungguhnya pada derajat Kesatuan hanya ada peninggian hakiki dan nyata, bukan peninggian relatif.

17

Page 18: Himpunan Kitab Aulia

V. INSTISARI HIKMAH MUHAIMIYAH (MABUK CINTA) DALAM SABDA IBRAHIM AS

Karena Ibrahim telah menyadari keadaan fana di dalam Allah, dan karena mungkin bagi seseorang membayangkan bahwa dia yang telah mencapai fana adalah benar-benar tiada, dan ‘tiada’ tidak dapat dilukiskan oleh sifat positif, Syeikh menolak dugaan ini dengan ucapannya, Tiada jalan keluar dalam maqam fana di dalam Allah dari menegaskan wujud sebenarnya tentang hamba yang telah terfanakan di dalam-Nya, karena disini melalui ‘fana’ tidaklah dimaksudkan bahwa eksitensi hamba menjadi benar-benar tiada secara mutlak. Malahan, apa yang dimaksud adalah aspek manusia ini terfanakan dalam aspek Ilahi, karena setiap hamba memiliki sebuah aspek yang berasal dari Hadrat Ilahi, yang mengacu kepada firman-Nya,’ Setiap manusia memiliki arah/kiblat kemana dia menghadap’,(QS2:148). Dan fana hanyalah dicapai melalui perhatian minat yang sempurna menuju Kehadiran Allah, Al Haq, sebab melalui hal ini, aspek amal sholeh hamba akan dikuatkan hingga ia mencapai pelampauan aspek makhluk kepada titik penundukan nafsu dan fana di dalamnya. Penampakannya hanya dapat terlihat melalui menghindari apa yang berlawanan dengannya dan tidak sesuai dengannya, yaitu melalui takut kepada Allah mengacu kepada apa yang berlawanan dengannya. Jadi cinta adalah tunggangan dan takut/taqwa kepada Allah adalah makanannya. Dan proses fana ini memerlukan bahwa hamba menjadi ditentukan dengan semangat keras amal sholeh dan berakhlak dengan akhlak Allah, sehingga dia mencapai baqa bersama Allah. Maka determinasi ini tidak akan meninggalkannya.

Pemfanaan wujud mumkinat dalam Wajibul Wujud adalah melalui pelenyapan efek kemungkinan, bukan menghancurkan realitasnya, seperti lenyapnya cahaya dalam cahaya Matahari.

Dalam kehadiran Matahari, lampu menjadi antara ada dan tiada.Syeikh Juanidi berkata,”Ketika yang fana terhubung dengan Yang Baqa, tak ada satu jejak pun tertinggal.Ketika Sifat Yang Baqa bersinar terang, maka selubung kesementaraannya terbakar habis

Dan pelenyapan efek mumkinat terjadi dalam lubuk sanubari paling dalam dari kaum Arif, dalam kesadarannya dan penglihatan/pemahamannya, bukan dalam tubuhnya, ruh dan kemanusiaannya, meskipun bersesuaian dengan peribahasa,

18

Page 19: Himpunan Kitab Aulia

”bumi memiliki bagian dari cangkir para dermawan”, ini juga berperan dalam perkataan yang lain.

Wahai saudara, kamu adalah pikiranmu, adapun sisanya kamu hanyalah tulang dan daging.Sehingga kau adalah kecerdasanmu, sisanya hanyalah tutup, jangan rugikan dirimu, jangan sibukkan dirimu dengan yang sia-sia.

Dan kemudian, ketika wujud hamba yang telah fana di dalam Allah ternyatakan, adalah benar bagi sesuatu untuk disifatkan kepadanya dan bagi Allah untuk menjadi pendengarannya, pandangannya, lidahnya, tangannya dan kakinya. Sehingga Dia meliputi seluruh inderawinya dan organya dengan Huwwiyah-Nya bersesuaian dengan makna yang layak untuk-Nya. Dan hal ini, atau wujud Allah dalam pendengaran dan penglihatan hamba dan peliputan-Nya akan seluruh inderawi dan organ tubuhnya, adalah hasil dari cinta yang berhubungan dengan sunnah ( hubb al nawafil) dan kedekatan yang diperoleh melaluinya pada perjalanan yang dilakukan oleh sang pecinta, didalamnya suluk menjadi prioitas atas tarikan Ilahi (jadzbah Ilahi) dan fana mendahului baqa, karena Allah menyatakan diri-Nya di dalam nama Al Batin dan menjadi organ penglihatan/pemahaman bagi hamba yang merupakan lokus tajalli.

Adapun bagi cinta yang berhubungan dengan ibadah wajib, iu adalah bahwa Allah mesti mendengar melaluimu, dalam hal itu sang pelihat adalah Allah, dan kamu adalah organ penglihatan-Nya, dan melihat melaluimu. Namun cinta yang berhubungan dengan ibadah sunnah, atau hasilnya, adalah kamu melihat dan mendengar melalui-Nya, dalam hal itu Allah adalah organ penglihatanmu.

Sehingga kamu melihat melalui ibadah sunnah sesuai dengan takaran kesiapan lokus tajalli, yaitu dirimu, karena Allah telah menyatakan diri-Nya di dalam dirimu melalui sifat mendengar, melihat dll—karena tajalli-Nya, sesuai dengan apapun sifat kemungkinannya, selalu bersesuaian dengan takaran kesiapan lokus tajalli, bukan tentang Apa/Siapa Dia dalam diri-Nya sendiri, sebab hal itu tidak dapat diliputi oleh lokus apapun dan tidak juga dapat direngkuh oleh tempat manifestasi apapun. Dan Dia melihat melalui ibadah wajib setiap objek penglihatan, tanpa satu pun dikhususkan atas yang lain, sebab sang pelihat dalam kasus ini adalah Allah, dan efek peliputan-Nya menembus organ. Jadi pahamilah!!!

19

Page 20: Himpunan Kitab Aulia

VI. INTISARI HIKMAH HAQQIYAH DALAM SABDA ISHAQ AS

Karena wilayah imajinasi terbatas (khayali muqayyad) adalah sebuah gambaran dan contoh tentang Alam Permisalan Mutlaq (mitsali mutlaq), dan karena setiap orang mengalami alam ini, maka setiap orang dapat menemukan caranya kepada Yang Mutlaq melalui mengamati yang relatif. Melalui melihat karakter cabang dia dapat mencapai akarnya. Karena itu Syeikh tidak mengacu kepada Alam Permisalan Mutlaq, namun membatasi dirinya untuk menyebutkan bidang imajinasi. Dia berkata, Ketahuilah bahwa alam imajinasi, yaitu sebuah derajat yang meliputi seluruh imajinasi yang dapat mengambil bentuk di dalam daya khayal (al quwwat mutakhayyilah) yang berdekatan dengan derajat manusia dan dalam khayalan apapun-sebuah derajat yang disebut juga ‘derajat alam permisalan terbatas’, persis sebagaimana Alam Imajinasi Mutlaq adalah seperti arus yang merupakan cabang dari sungai besar, adalah bidang yang meliputi dan mengandung segalanya yang maujud dalam dunia lahiriah dan setiap yang tiada, sebab ia memiliki kekuatan yang mewakili keduanya. Dan keseluruhan itu –yaitu bidang imajinasi dan bentuk-bentuk yang nampak di dalamnya— adalah benar dan berhubungan dengan hakekat/realitas dan terbagi ke dalam 2 jenis: satu jenis di dalamnya gambaran berhubungan kepada bentuk di dunia lahir, atau dalam bidang lahiriah kepada bidang imajinasi: dan ini disebut kasyaf, dan jenis lainnya di dalamnya ia tidak berhubungan dengan apapun. Dalam yang terkahir inilah terjadi penta’wilan.

Dan manusia disini, atau dalam ilmu tentang jenis kedua di atas tentang mimpi dan ru’yat, terbagi dua jenis:yang mengetahui/yang mengenal, yang mengenal apa yang Allah maksudkan melalui gambaran yang dilihat, dan yang belajar , yang tidak mengetahui, namun memiliki kemauan keras dan kapasitas untuk meningkatkan derajat ilmunya. Yang mengetahui adalah benar dalam ru’yatnya, yaitu ia memberikan ru’yat haknya; dan yang belajar menganggap ru’yat itu benar, yaitu dia mengambil gambaran yang terlihat sebagai benar dan berhubungan dengan realitas dalam dunia lahiriah, hingga Allah mengajarkannya apa yang Dia maksud melalui gambaran yang Dia singkapkan kepadanya dan menyingkapkannya dalam mimpinya, seperti Ibrahim, ketika dia melihat dalam mimpinya bahwa dia sedang mengorbankan anaknya, namun itu adalah seekor domba yang nampak dalam bentuk anaknya. Sehingga dia menganggap ru’yatnya benar dan tidak menta’wilkannya, sebab sesuatu yang diamati oleh Nabi-nabi dan Insan Kamil terjadi dalam Alam Misal Mutlaq. Dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya adalah wajib benar dan dalam

20

Page 21: Himpunan Kitab Aulia

hubungan dengan hakekatnya. Sehingga dia berpikir dia sedang mengamati dalam dunia itu, dan karenanya dia tidak menta’wilkannya mimpinya. Karena itu dia menyangka ru’yatnya adalah benar hingga Allah mengajarkannya bahwa apa yang dimaksud melalui bentuk anaknya adalah domba.

21

Page 22: Himpunan Kitab Aulia

VII. INTISARI HIKMAH ‘ALIYAH DALAM SABDA ISMAIL AS

Karena Ismail adalah lokus manifestasi nama Allah Al A’laa, yang merupakan satu dari nama Esensi, Syeikh memutuskan menjelaskan dalam hikmahnya dua derajat yang dimiliki nama ini: Kesatuan Zat dan Kesatuan Keragaman Nama. Karena itu beliau berkata untuk mengenalkan pokok bahasannya, Wujud Alam—tidaklah dulu dan kemudian-seperti ucapan Nabi,” Adalah Allah dulu, dan tak satu pun bersama-Nya”, mengharuskan beragam hubungan (nasab) dalam Penciptanya, atau nama atau sifat-sifat,dll—apapun yang kamu sukai untuk menyerunya. Sehingga katakan, karena hal ini tidak perlu diragukan lagi,’ Tiada jalan keluar, dalam wujud alam dari hal itu, atau dari aktualisasi keragaman nama-nama dalam Penciptanya. Dan melalui totalitas hubungan ini dan Nama-nama dan Kesatuan Keragaman mereka alam pun mewujud, bukan dalam sudut pandang Kesatuan Zat , sebab Yang Ahad sepanjang Dia adalah Ahad adalah bukan sumber dari keragaman sepanjang hal itu beragam, sebab tidaklah tepat mengatakan bahwa mesti muncul dari sesuatu—apapun kemungkinannya—apa yang berlawanan dalam hakekatnya. Dan jelas bahwa Ahadiyah adalah berlawanan dengan Keragaman dan Yang Ahad dengan yang banyak, Maka tidak mungkin bahwa satu di antara mereka mesti berasal dari yang lain. Bagaimanapun, Ahad dan Keragaman memiliki banyak hubungan, dan keragaman memiliki kesatuan yang tetap. Sehingga ketika satu di antara mereka menjadi terhubung dengan yang lain, ini hanyaah dalam konteks mata rantai penghubung.

Sehingga alam dengan segala keragamannya dan kesatuan relatif datang ke dalam wujud dari Al Badi’ yang Ahad dalam Zat, atau Ahad dengan Kesatuan yang hakiki, baginya disifatkan Kesatuan Keragaman dari hubungan mengacu kepada Nama-nama dan Sifat-sifat, sebab realitas alam menuntut bahwa hal itu, yaitu kesatuan Keragaman Nama-nama, berasal dari-Nya yaitu Al Badi’.

Kemudian alam,andai bukan ia bukan wujud mumkinat, tidak akan menjadi penerima wujud; namun ia bersifat menerima bagi wujud, sehingga ia mumkinat. Dan wujud mumkinat adalah baginya wujud dan ketiadaan menjadi setara. Sehingga supaya eksis, ia memerlukan agen untuk memberikan keunggulan bagi eksistensinya atas ketiadaannya, sebagaimana penerimaan eksistensi pada bagiannya sendiri. Sehingga alam tidaklah datang ke dalam wujud kecuali melalui dua hal: dari kekuatan Ilahi, kepadanya disifatkan apa yang telah kita sebutkan, yaitu Kesatuan Keragaman Nama-nama dan sifat-sifat untuk memberinya kekuatan kepada wujudnya atas ketiadaannya, dan dari sebuah

22

Page 23: Himpunan Kitab Aulia

penerimaan menuju eksistensi atas bagian alam; andai ia tidak bersifat penerima, maka ia tidak akan menjadi wujud mumkinat, dan Agennya dan Penciptanya tidak dapat membawanya ke dalam wujud, sebab apa yang tidak mungkin tidaklah menerima untuk dibawa ke dalam eksistensi. Karena itu, yaitu karena alam hanya mewujud disebabkan dua hal, ketika Dia berkata Kun! Yang menunjukkan bahwa Dia memiliki kekuatan atas sesuatu yang diinginkan, Dia berkata ‘terjadilah’, dalam beberapa tempat seperti ayat,’Perintah-Nya ketika Dia menginginkan sesuatu adalah berkata Kun! Dan terjadilah.’ (QS36:82). Sehingga Dia mensifatkan kedatangan ke dalam wujud alam menurut penerimaannya.

Salah seorang Sufi telah berkata, "Esensi Nama Al Batin adalah sama dengan Esensi nama Az Zahir. Dan Si Penerima sama dengan Agen..Sehingga pola yang tidak diciptakan dari setiap maujud adalah Esensi-Nya. Dan tindakan dan penerimaan adalah dua tangan-Nya.. Sehingga Dia adalah Agen Aktif dengan satu tangan-Nya, dan Penerima dengan tangan yang lain. Esensi adalah tunggal, dan keragaman dibentuk kesan dan gambar—Sehingga tepatlah berkata Dia tidak pernah membawa apapun ke dalam wujud selain diri-Nya sendiri, dan tak ada satu pun selain Tajalli-Nya."

Meskipun bentuk-bentuk beragam dalam matamu, ketika kamu melihat dengan dekat, satu Wujud telah datang berulang kali.Andai kita memiliki kekuatan dan tindakan, mereka bukan disebabkan kita; mereka ada karena Dia telah datang nampak melalui kita.

23

Page 24: Himpunan Kitab Aulia

VIII. INTISARI HIKMAH RUHIYAH (KESENANGAN RUHANI) DALAM SABDA YAQUB AS

"Agama di sisi Allah adalah Islam" (QS3:19), dan maknanya, atau makna harfiah dari kata ‘Islam’, adalah tunduk patuh.Siapapun memiliki sesuatu yang dicari darinya dan memenuhi permintaan si peminta dalam apa yang dia cari adalah ‘Seorang Muslim’. Sehingga pahamilah, sebab prinsip ini meliputi seluruh makhluk (yaitu seluruh makhluk adalah tunduk kepada Allah dan dengan demikian ‘seorang Muslim’). Entah mereka menyetujui dan mentaati perintah Ilahi (atau apa yang Allah ‘cari’ dari mereka). Adapun perluasan makna prinsip ini kepada makhluk tersebut yang menyetujui dan patuh dengan perintah Ilahi dan larangan-Nya, alasannya telah jeas dan tidak memerlukan penjelasan. Namun bagi mereka yang melawan dan tidak mentaati perintah Allah dan larangan-Nya, alasannya adalah perintah Ilahi dibagi ke dalam dua jenis: perintah keinginan (iradi) dan perintah penentuan (taklif). Sehingga jika sebagian orang melawan perintah Allah dan tidak mentaati perintah Taklif (berdasarkan apa yang melaluinya Allah mensyari’atan makhluk apa yang mesti dilakukan atau yang tidak dilakukan), mereka benar-benar mentaati perintah Iradah (atau apa yang Allah kehendaki dari mereka). Seroang Sufi telah menyatakan sebagai berikut:” Sesungguhnya Allah memiliki perintah untuk melaksanakan kewajiban dan perintah Ketuhanan. Dengan demikian yang tidak dapat dibantah adalah perintah Ketuhanan (iradah)." Di antara syair Persia yang menyatakan pada poin ini adalah sebagai berikut:

Wahai Engkau deminya segala sesuatu yang aku sembunyikan ternyatakan! Aku benar-benar melawan-Mu hanya untuk mengharap ampunan-Mu.

Aku kumpulkan banyak kesalahan yang telah aku lakukan melawan perintah-Mu: Namun, bukankah aku telah melaksanakan apa yang Engkau

inginkan?Kamu berkata,”Lakukan itu!” dan mengikat tanganku; Kamu berkata:”Lepaskan anak panah!” dan memotong ibu jariku.

Meskipun aku sedang tidak mematuhi perintah-Mu, dalam setiap hal aku mengikuti Kehendak-Mu

Dan agama ada dua jenis: agama yang diperintahkan oleh Allah, yaitu apa yang dibawa oleh Nabi, dan agama yang dianggap benar oleh Allah dalam cara yang sama bahwa Dia menagnggap apa yang telah Dia kirim adalah benar, sebab tujuan dari agama jenis pertama ini adalah persetujuan dengan apa yang Allah

24

Page 25: Himpunan Kitab Aulia

inginkan dari Hukum yang ditetapkan oleh-Nya, yaitu kesempurnaan jiwa dalam ilmu dan amal. Yang berikutnya adalah penemuan (al ibtida’) di dalamnya adalah pujian tentang Allah. Sehingga siapa yang mengamatinya sebagaimana seharusnya ia diamati, dan mencari ridho Allah, telah mencapai keselamatan.

Dan perintah Ilahi ada dua jenis: perintah melalui perantara (asbab), atau perantara nabi dan rasul; sedemikian hingga sepanjang ia adalah sebuah perintah melalui perantara dan tidak memperhatikan perintah Ketuhanan, ia tidak memiliki apapun selain bentuk bahasanya, yaitu bentuk perintah; dan sebuah perintah tanpa perantara. Adalah perintah yang terakhir, perintah Ketuhanan, yang dinyatakan dengan kata ‘Kun!” dan yang berhubungan dengan datangnya ke dalam wujud dari apa yang memiliki ketiadaan lahiriah namun diketahui dalam Ilmu Allah. Sehingga inilah perintah yang pembangkangannya tidak dapat dibayangkan terjadi, sebab adalah tidak mungkin bagi sesuatu yang diinginkan melawan kehendak-Nya, sebagaimana Dia berfirman,” Perintah Kami kepada ‘sesuatu’, ketika Kami menginginkannya, hanyalah berkata ‘Kun! Maka terjadilah sebagaimana adanya" (QS16: 41), sementara perintah yang melalui perantara dapat dibantah¸atau ia dapat dibantah oleh dia yang diperintahkan melakukan sesuatu. Dan itu terjadi ketika perintah tersebut tidak bertepatan dengan perintah tanpa perantara.

Persis sebagaimana wujud hamba disebabkan Allah menganugerahi wujud kepadanya, dalam cara yang sama wujud tindakan juga telah diperintahkan oleh anugerah-Nya. Jadi sepanjang perintah Ilahi tidak terkait dengan tindakan yang diperintahkan, maka tidak mungkin bagi hamba untuk mentaati perintah Syar’i. Malahan, bagaimana bisa sesuatu yang tidak memiliki wujud sendirinya menganugerahi wujud kepada maujud yang lain dan membawanya dari ketiadaan yang tersembunyi kepada terbukanya wujud yang luas? Sahabatku,bacalah ayat ini,’ Dan Allah menciptakan kalian dan apa yang kalian lakukan’ (QS37:96), dan ketahuilah bahwa wujudmu dan tindakanmu berasal dari Dia Yang Tak Terjangkau. Jika seseorang bertanya manfaat apa dalam perintah Allah untuk melakukan sesuatu dan tidak menginginkannya terjadi melaluinya? Kami akan menjawab bahwa Anjuran adalah satu dari keadaan dari derajat (‘ayn tsabitah)/ pola dasar/esensi yang tetap dari seorang hamba, dan hamba memiliki kesiapan khusus berhadapan dengan Anjuran yang berlawanan dengan mentaati perintah itu. Sehingga ‘ayn tsabitah dari hamba meminta Allah sesuai dengan kesiapan khususnya untuk menentukan baginya untuk melakukan sesuatu kemungkinan akan apa yang penerimaannya belum Allah tempatkan dalam kesiapannya. Sehingga Allah menganjurkan hal itu sesuai dengan harapan dari kesiapan khusus,

25

Page 26: Himpunan Kitab Aulia

namun Dia tidak ingin hamba mengerjakan apa yang telah diperintahkan, sebab Dia tahu bahwa dalam hakekatnya dia tidak memiliki kesiapan untuk menerima sesuatu itu. Dengan demikian Dia mengharapkan dia mengerjakan sesuatu yang berlawan dengan apa yang telah diperintahkan. Dan manfaat dan hikmah dalam hal ini adalah pembedaan/pengenalan dia yang telah memiliki kesiapan untuk menerima perintah darinya yang tidak memiliki kesiapan. Dan Allah Maha Mengetahui yang terbaik.

Dan apa yang diperintahkan tanpa perantara tiada lain sesuatu yang tiada dalam alam lahiriah namun diketahui dalam Ilmu Allah dan maujud dengan Dia yang memerintahkan dalam cara yang khusus (menyangkut ilmu Allah), bukan apa yang ada (di dunia) sebelum pengeluaran perintah, sebab jelas sekali tdak mungkin membawanya ke dalam wujud sesuatu yang sudah mewujud. Ini bertolak belakang dengan apa yang diperintahkan melalui perantara, sebab ini tiada lain apa yang ada dalam dunia lahiriah, sebab tidak mungkin menentukan perintah dan larangan bagi apa yang tidak mewujud secara lahiriah.

26

Page 27: Himpunan Kitab Aulia

IX. INTISARI HIKMAH NUURIYAH (CAHAYA) DALAM SABDA YUSUF AS

Karena kilauan cahaya menguasai Alam Misal Mutlaq, disebabkan kedekatannya dengan Alam Ruh dan Alam Nama dan Sifat di atasnya—persis seperti kegelapan menguasai bentuk-bentuk alam pertumbuhan dan kehancuran, sebab ia berlawanan dengan Alam Ruh yang merupakan Alam Nur—dan karena aturannya menyangkut segala sesuatu yang merupakan antara dua hal adalah bahwa jika terhubung dengan salah satunya adalah lebih kuat daripada hubungannya dengan yang lainnya maka ia dilukiskan melalui sisi mana yang mendominasi dan disebut melalui namanya, Syeikh menyebut hikmah ini dengan nama Nur/Cahaya. Sebab dalam hakekatnya ia adalah hikmah tentang kilauan cahaya, bukan tentang cahaya murni (Nur), yang tidak berbeda dari Wujud Allah.

Syeikh menyebut kilauan sebagai ‘cahaya’ ketika dia berkata ,Nur, atau yang selain Nur yang sebenarnya, yang merupakan Esensi Allah, tersingkap atau terlihat dalam dirinya sendiri, dan melaluinya penyingkapan, atau penglihatan kepada yang lain terjadi. Dan cahaya yang paling sempurna dan menembus adalah cahaya melaluinya tersingkap atau terlihat apa yang Allah maksudkan melalui bentuk-bentuk yang terlihat dalam imajinasi di dalam mimpi, yaitu ilmu tentang ta’bir; sebab bagi bentuk tunggal nampak dalam imajinasi dari orang yang berbeda dalam banyak dan beragam makna, disebabkan perbedaan kesiapan orang tersebut, ketidakcocokkan keadaan jasmani, perbedaan mereka dalam tempat dan waktu, namun satu dari apa yang dimaksudkan dalam kasus dia yang telah melihat bentuk.Maka siapa yang menyingkapnya, yaitu makna yang dimaksud, dan membedakannya dari makna yang lain dan menta’wilkan bentuk yang telah terlihat, melalui cahaya yang sempurna dan terpahami tersebut adalah pemilik cahaya yang paling sempurna. Cahayanya adalah cahaya yang paling sempurna sebab dia melihat melaluinya apa yang berada dalam ketidakjelasan yang sangat dan pada batas kebingungan. Dan kami hanya berkata bahwa suatu bentuk nampak dalam banyak makna karena dalam mimpi seseorang dari suatu kaum diseru, sehingga dia melaksanakan haji dalam Dunia Lahiriah, dan yang lainnya diseru sehingga ia mencuri; dan bentuk seruan adalah satu,¸namun interpretasinya berbeda, disebabkan perbedaan dia yang melihat bentuk. Dan dalam cara yang sama seseorang yang lain melihat dalam mimpi bahwa ia diseru, sehingga dia menyeru kepada Allah dengan ilmu yakin: dan yang lain melihat bahwa ia diseru, sehingga ia menyeru kepada kesalahan. Ini disebabkan seruan berbagi peranan dengan dua undangan ini dalam

27

Page 28: Himpunan Kitab Aulia

seruan demikian; namun berbeda pada pengamat yang diseru disebabkan perbedaan mereka.

Ketahuilah bahwa segala yang nampak dalam alam lahiriah adalah seperti apa yang nampak dalam tidur. Namun manusia lalai akan penglihatan realitas dan makna yang diliputi oleh bentuk di dunia, persis seperti Nabi SAW berkata,” manusia tertidur, dan ketika mereka mati, mereka terjaga.” Dan persis seperti Kaum Arif melalui ta’bir apa yang dimaksud oleh bentuk yang tersaksikan di dalam mimpi, sehingga mereka tahu hakekat sesuatu juga mengetahui apa yang dimaksud oleh bentuk-bentuk yang nampak dalam dunia zahir. Karena itu dia melewati mereka (bentuk-bentuk) kepada makna mereka. Sehingga ketika seorang Arif melihat sebuah bentuk atau mendengar ucapan, atau ketika makna masuk ke dalam hatinya, dia menarik kesimpulan dari mereka akan hakekat mereka dan tahu apa yang Allah maksud melalui mereka. Atas alasan ini telah dikatakan,” Sesungguhnya segala apa yang terjadi di dunia/alam semesta adalah utusan dari Allah (rasulullah) kepada hamba untuk menyampaikan pesan. Dia memahami mereka yang memahami mereka, dan dia berpaling dari mereka yang bodoh akan mereka (pesan-pesan tersebut)” Allah berfirman:” Berapa banyak ayat ada di langit dan di bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya (QS12:105)”, disebabkan kurangnya pemahaman mereka dan durasi waktu lalai mereka.

28

Page 29: Himpunan Kitab Aulia

X. INTISARI HIKMAH AHADIYAH DALAM SABDA HUD AS

Karena Hud dikuasai oleh musyahadah akan Kesatuan Keragaman dari Rububiyah, sebab ia mengamati arahan Rabb tunggal dalam beragam abdi (marbubat) yang merupakan lokus tajalli-Nya, hikmah Kesatuan (Ahadiyah) ditetapkan demi ucapannya.

Akhir jalan yang ditempuh oleh pengembara, entah fisik atau ruhani,adalah kesuruhannya pada sisi Allah, dan Allah adalah akhir mereka. Ini disebabkan karena Allah meliputi segalanya dalam wujud dan ilmu dan meliputi segalanya dengan ‘kebersamaan /ma’iyyah” berhubungan dengan Zat-Nya dan murni dari hulul, ingkarnasi dan pembagian dan seluruh apa yang tidak pantas dengan Keagungan-Nya, Dia adalah akhir dari setiap jalan dan tujuan setiap orang yang bertaqwa. Dalam Al Quran Dia menambahkan setelah firman-Nya,’ Dan Engkau menunjuki jalan yang lurus, milik-Nya segala apa yang di langit dan di bumi dengan ayat ‘kepadanya kembali segala urusan? (QS42:52-53) Maka Dia mengumumkan bahwa akhir segalanya adalah Allah. Dan segalanya berjalan di atas jalan lurus, entah perjalan ruhani atau fisik sesuai sang penempuh jalan. Dan Allah adalah akhirnya, sebab,’kepada Allah segala perjalanan’.

Sehingga setiap mereka, yaitu setiap jalan, adalah jalan yang lurus, namun tiada pujian dalam hubungan-Nya yang tak terbatas dimana seluruh perbedaan dihilangkan, seperti kebersamaan-Nya yang tak terbatas dan penemanan seluruh wujud, Kelurusan jalan-Nya yang tak terbatas, fakta bahwa seluruh Jalan tanpa batasan mengarah kepada-Nya dalam sudut pandang peliputan-Nya yang serba menyeluruh, dan perhatian Zat-Nya dan sifat-Nya yang tak terbatas kepada seluruh makhluk—sebab sungguh tiada perbedaan perhatian-Nya dalam menciptakan Arasy dan Pena Tertinggi pada satu tangan dan perhatian-Nya kepada penciptaan seekor semut pada tangan yang lain dalam sudut pandang Kesatuan Zat-Nya dan dalam sudut pandang tindakan memperhatikan. Dia berfirman,” kamu tidak akan melihat dalam ciptaan Ar Rahman suatu perbedaan apapun (QS67:3)”. Dan ini juga adalah kasus akan ‘kebersamaan’ dan ‘penemanan’ oleh Zat, sebab Dia meliputi ‘segaa sesuatu dalam rahmat dan ilmu" (QS 40: 7). Dan disini Rahmat-Nya adalah wujud-Nya, sebab adalah eksitensi itu sendiri yang dimiliki makhluk dengan mengenyampingkan perbedaan dan keragaman. Dan ilmu-Nya pada alam Kesatuan Zat tidaklah berbeda dengan Zat-Nya, tidak juga dibedakan darinya, sebab disini tiada keragaman dalam segala hal apapun.

29

Page 30: Himpunan Kitab Aulia

Karena itu jika ditetapkan bahwa Dia adalah tujuan seluruhnya, akhir setiap jalan dan bersama degan segala sesuatu, dan bahwa Dia meliputi secara lahir dan batin aspek segala sesuatu, manfaat tidaklah menjadi umum, tidak juga kebahagiaan menjadi sempurna, manfaat hanya nampak sesuai dengan perbedaan derajat dan maqam, perbedaan arah tujuan, dan ketidakcocokkan di antara makhluk yang Dia seru dan menarikmu. Karena itu Allah menyeru kita untuk menyembah-Nya sesuai dengan jalan yang menghubungkan kita kepada kebahagiaan khusus kita—yang merupakan pencapaian keselamatan dan derajat yang tinggi—bukan setiap jalan, sebab dengan pasti meskipun setiap jalan akan membimbing kita kepada-Nya sesuai dengan salah satu Nama—dalam satu aspek, setiap Nama adalah sama dengan Yang Dinamakan—ini tiada membawa kebahagiaan; sebab Nama-nama berbeda dalam sifat dasarnya dan pengaruhnya. Bagaimana ‘Dia Yang Memberi Mudarat” dibandingkan dengan ‘Dia Yang Memberi Manfaat’, atau ‘Yang Memberi’ dengan ‘Yang Menahan’? Dan bagaimana ‘ Yang Menuntut Balas” dibandingkan dengan ‘Yang Maha Mengampuni’, atau ‘Maha Lembut Dermawan’ dengan ‘Maha Menaklukkan’?

Dan inilah, yaitu jalan yang membawa kita kepada kebahagiaan kita, yang Dia tentukan bagi kita melalui lidah Nabi.

Sehingga mengacu kepada yang pertama disebutkan, bahwa Dia adalah akhir dari setiap tujuan dan meliputi segalanya,’ Rahmat-Nya meliputi segalanya" (QS7:156); dengan demikian hasil yang didapat dan masalah puncaknya adalah Kebahagiaan, dimanapun kemungkinan hamba berada, entah di Surga atau Neraka. Dan karena seseorang mungkin membayangkan bahwa Kebahagiaan untuk mencapai Surga dan berbagai derajatnya—maka bagaimana bisa akhir seseorang akan di Surga, ketika sebagian mereka selamanya kekal dalam Neraka?—Syeikh mengeneralisir pernyataannya dengan berkata, dan itu, yaitu kebahagiaan, dicapai dengan yang berkesesuaian dengan keadaan jasmani seorang hamba, entah itu derajat Kebahagiaan atau derajat Api Neraka.

Rahmat Alalh ada dua jenis:pertama adalah Rahmat Mutlaq dari Zat Ilahi, ‘rahmat pemberian umum/tanpa alasan’ (imtinan), dan ini adalah rahmat yang ‘meliputi segalanya (QS7:156)’. Dari rahmat ini asal setiap pemberian yang diberikan tanpa diminta, tanpa memerlukan wujud, dan tanpa disebabkan wujud si penerima atau hasil dari kebaikan hati secara tetap di dalam dirinya atau sebuah hasil tindakan ridho Ilahi, sebagai contoh karunia yang diterima di Surga oleh manusia tertentu sesuai dengan rahasia secara umum yang dikenal sebagai ‘pertolongan/inayah’ dan mengacu kepada hadits Nabi yang mengatakan bahwa tetap akan ada tempat kosong di Surga yang akan Allah isi dengan makhluk-Nya

30

Page 31: Himpunan Kitab Aulia

yang tidak pernah melakukan kebaikan apapun, untuk melaksanakan keputusan Dia sebelumnya dan firman-Nya (dalam Hadits),’ Kepada masing-masing kalian (Surga dan Nereka) penuh.’

Rahmat yang lain mengalir dari Rahmat Zat-Nya namun terpisah darinya melalui kondisi tertentu, termasuk ‘Syariat/ketentuan’ mengacu kepada firman-Nya’Rabb mu telah menetapkan bagi diri-Nya Rahmat (QS6:54) dan ‘Aku akan menetapkan rahmat bagi mereka yang bertaqwa’ (QS7:156). Sehingga ia terbatas dan bersyarat atas tindakan tertentu, keadaan dll.

Syeikh mengacu kepada dua jenis rahmat ini dengan ucapannya, dan di antara manusia yang mendapatkan rahmat dari murni pemberian dan bantuan semata tanpa tindakan yang mendahului yang memerlukannya atau amal yang akan menariknya; sebaliknya melaluinya dia memperoleh kekuatan untuk melaksanakan seluruh tindakan dan amalnya. Dan di antara mereka dia yang mencapainya dalam sudut pandang kewajiban, atau dalam sudut pandang ia menjadi kewajiban kepada Allah, sebab Dia telah mewajibkan diri-Nya untuk mensyukurinya sebagai balasan bagi amal yang telah Dia tetapkan/syariatkan. Namun ini juga adalah pemberian kemurahan hati, sebab hamba diwajibkan untuk mentaati tuannya dan melaksanakan perintahnya. Sehingga ketika dia mencurahkan dirinya sendiri untuk memberi sesuatu sebagai balasan, itulah rahmat dan pemberian kemurahan hati kepada hamba. Syeikh mengacu hal ini dengan ucapannya,’ Dan dia memperoleh alasan dalam mendapatkannya, yaitu alasan untuk mendapatkan ‘rahmat dari kewajiban’, yang merupakan kewajiban itu sendiri, dari murni bantuan kemurahan hati.

Namun bagi hamba yang bertaqwa, baginya Allah tetapkan rahmat, sebagaimana Dia berkata,’Aku akan tetapkan rahmat bagi mereka yang bertaqwa’, ¸dia memiliki dua keadaaan: yang pertama adalah sebuah keadaan di dalamnya dia adalah sebuah pelindung bagi Allah dari suatu keburukan , dan dari ketidaksempurnaan, melalui pensifatan (keburukan itu) kepada diri mereka sendiri, bukan kepada-Nya. Dan ini diharuskan melalui pemahaman hakekat sesuatu, sebab keburukan dan kejelekan adalah seluruhnya efek dari ketiadaan yang berhubungan dengan hamba, maujud mumkinat yang menerima wujud. Dan yang kedua suatu keadaan dimana Allah adalah pelindung bagi dia dari pensifatan pujian kepada dirinya sendiri, sebab dia mensifatkan kebajikan, pujian ,keindahan dan kesempurnaan kepada Allah. Sehingga Dia adalah pelindung baginya dari pensifatan hal tersebut kepadanya yang benar-benar tidak terikat hakekat individunya, sebab mereka adalah masalah ketuhanan, dan Wujud milik

31

Page 32: Himpunan Kitab Aulia

Allah dalam hakekatnya. Dan itu, atau Allah menjadi pelindung baginya, adalah jelas, sebab ia berkaitan dengan Wujud yang secara jelas kembali kepada-Nya.

32

Page 33: Himpunan Kitab Aulia

XI. INTISARI HIKMAH FATIHIYAH (PEMBUKAAN ILAHIYAH) DALAM SABDA SALIH AS

Karena realitas memerlukan dan ilmu tentang mereka sebagaimana adanya dalam diri mereka sendiri menuntut hasil tersebut, entah di dalam pikiran atau dunia lahiriah, hanya dikeluarkan dari keganjilan urutan angka, dan karena angka tiga adalah angka ganjil pertama, karena keganjilan biasanya diartikan bahwa angka yang dapat dibagi lagi ke dalam keseluruhan angka namun tidak dapat dibagi ke dalam 2 bagian yang sama, sementara angka 1 tidak dapat dibagi lagi ke dalam keseluruhan angka; Allah membawa limpahan wujud kepada dunia dari tiga hal: Zat-Nya, kehendak-Nya dan ucapan-Nya. Dan Realitas, huwwiyah-Nya dalam tiga bagian ini,” Perkataan Kami kepada sesuatu, ketika Kami menghendakinya, adalah dengan berkata Kun!, dan terjadilah" (QS16:40), dengan demikian mengacu kepada Zat dalam tiga tempat (‘Kami” dan ‘milik Kami’), kepada Iradah/kehendak dalam satu tempat (keinginan) dan kepada Perkataan dalam dua tempat (‘Perkataan’ dan ‘berkata’).

Dan jangan biarkan kombinasi premis dalam pemikiran filsafat menghijabmu dari menyatakan apa yang kami beritahukan tentang keganjilan menjadi harus bagi sebuah hasil untuk dicapai, meskipun premis adalah terbuat dari empat bagian, yaitu subjek dan objek dari setiap 2 premis, sebab dalam realitasnya mereka tiga, karena ada satu yang sama dari empat, yaitu di tengah-tengah, diulang dalam dua premis. Sehingga pahami hal ini. Karena itu tetap benar untuk berkata bahwa ia adalah triplisitas yang membawa hasil, entah dalam pikiran atau dunia lahiriah. Dan dunia adalah hasilnya, tanpa keraguan.

33

Page 34: Himpunan Kitab Aulia

XII. INTISARI HIKMAH HATI DALAM SABDA SYUAIB AS

Ketahuilah bahwa hati, adalah hatinya kaum Arifbillah, sebab hati selain dia tidaklah disebut hati dalam terminologi Sufi, kecuali hanya dengan cara metafora, sebagimana dikatakan:

Hati adalah jendela kepada Rabb: mengapa engkau menyebut rumah iblis sebagai hati?Apa yang kamu sebut hati secara metafora—pergilah dan lemparkan kepada anjing!

Dan aku katakan arifbillah, sebab hati yang mengenal nama Tuhan yang lain tidaklah memiliki keserbameliputan yang akan disebutkan sebentar lagi. Nama ‘Allah’ adalah Ahadiyat Al Jami’ dari seluruh Nama Ilahi. Sehingga setiap hati yang tahu hanyalah tahu seluruh Nama. Namun tiada pengenal Nama yang lain mengenal nama ‘Allah’, sebab ilmu tentang Nama-nama ini tidaklah mewajibkan ilmunya. Menyangkut hati demikian puisi telah berkata,

Inilah mutiara dari Lautan Keakraban, bukan hati, limpahan mata air Keagungan Ilahi, bukan hatiCerita telah menjadi panjang dan kata-kata pun habis: ia adalah jumlah rahasia Allah, bukan hati

Meskipun ia, yaitu hati, datang ke dalam wujud melalui rahmat Allah, ia lebih luas dari rahmat Allah, sebab Allah telah memberi tahu kita bahwa hati hamba yang beriman merengkuh-Nya, sebab Dia berkata melalui lidah nabi,” Tidak bumi-Ku tidak juga langit-Ku mampu merengkuh-Ku, namun hati hamba-Ku yang beriman benar-benar merengkuh-Ku.’ Berlawanan dengan rahmat-Nya tidak merengkuh-Nya, sebab pengaruhnya hanya terjadi atas wujud sementara. Dan iniah masalah yang mengagumkan, jika kamu mengerti!

Ketika Allah—sebagaimana dikabarkan dalam beberapa hadits—mengalami perubahan konstan akan bentuk pada hari Kebangkitan yaitu bentuk-bentuk keimanan manusia sesuai dengan penerimaan dan kesiapan mereka, meskipun dalam diri-Nya sendiri Dia tidak berubah dari apakah Dia dalam sudut pandang diri-nya sendiri, maka hati yang menerima tajalli bagi Dia adalah seperti tempat air. Air mengambil bentuk sesuai dengan bentuk wadahnya, meskipun dalam dirinya sendiri ia tidak berubah dari realitas hakekatnya.

34

Page 35: Himpunan Kitab Aulia

Sehingga pahamilah isyarat yang telah kami sebutkan, agar engkau paham keadaan Dia yang diisyaratakan, persis seperti air tiada memiliki bentuk dalam dirinya melaluinya ia dikenal—malahan, ia mengambil bentuk wadahnya—dalam cara yang sama Allah, Yang Mutlak, tiada memiliki bentuk khusus dalam Zat-Nya berdasarkan kepada apa Dia menyatakan diri-Nya sendiri. Sebaliknya, Dia menyatakan diri-Nya dalam bentuk hamba yang menerima tajalli, sebab tajalli hanya turun kepada lokus penerimanya sesuai dengan kesiapan dan penerimaan ontologis mereka. Demikian juga kesiapan mereka di dalam bidang eksistensi objektif hanyalah hasil dari kesiapan Kegaiban mereka dan bukan buatan dalam derajat ontologis dari Pengetahuan Zat akan diri-Nya sendiri. Sehingga kapanpun sebuah lokus pada bidang eksistensi objektif menerima tajalli, ia hanya mencapainya dalam bentuk wujud tetap dan abadinya (‘ayn tsabitah).

Tajalli Allah mengikuti keimanan seseorang, dan keimanan seseorang mengikuti kesiapan ontologis pribadi, dan kesiapan ontologis pribadi bersesuaian dengan kesiapan batin universal, yang merupakan sifat ‘ayn tsabitah dari mereka yang menerima tajalli. Dan ‘ayn tsabitah adalah limpahan (fayd) Pancaran Yang Paling Suci, yang merupakan tajalli Zat dalam bentuk dan kesiapan model (‘ayn tsabitah). Dan disini terdapat perbedaan besar, bagi sebagian model adalah bentuk dari Nama-nama khusus, dengan perbedaan derajat mereka; sebagian mereka dalam bentuk Nama-nama universal dengan segala perbedaannya juga; dan sebagian adalah bentuk dari Nama yang meliputi seluruh yang khusus dan universal.

Sehingga Allah memiliki 2 tajalli: satu adalah tajalli batin dari Zat, yang merupakan pancaran ‘ayn tsbaitah bersamaan dengan kesiapan umumnya—dan tiada keraguan bahwa ruang lingkup dan kapasitas milik kesiapan lokus tajalli bersesuaian dengan ruang lingkup dan kapasitas ‘ayn tsabitah. Dan yang kedua adalah tajalli ontologis dan nyata, yang mengikuti kesiapan, arah dan ruang lingkup lokus tajalli.

Dan karena keimanan beragam-ragam, dan kesiapan juga berbeda, kapanpun Allah menyatakan diri-Nya, setiap orang yang membatasi Dia kepada bentuk dari sebuah gambaran khusus akan menyangkal-Nya jika berbeda dari bentuk itu. Sedangkan siapapun yang membebaskan Dia dari batasan satu bentuk selain dari yang lain—seperti Insan Kamil dan kaum arif—tidaklah menyangkal-Nya dalam bentuk apapun dari tajalli. Malahan, dia memuji-Nya sebagaimana semestinya dan melaksanakan ibadah yang layak bagi maqam-Nya, sebab tajalli Alah tiada memiliki akhir padanya kaum arif dan pemahaman arifbillah mungkin berhenti.

35

Page 36: Himpunan Kitab Aulia

Gunakanlah surban, rok atau jubah! Demi ayahmu, hal itu akan meningkatkan cintaku!

Tidakkah engkau lihat bahwa Allah “setiap saat berada dalam kesibukan" (QS55: 29)? Dalam cara yang sama, hati secara konstan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan perubahan bentuk-Nya dalam keadaan kesadarannya. Dengan demikian Dia berkata,” Sesungguhnya didalamnya; yaitu Al Quran, terdapat peringatan bagi dia yang memiliki hati (QS50:37) yang mengaami perubahan bentuk sesuai dengan perbedaan bentuk dan sifat-sifat. Dia tidak berkata,’ yang memiliki akal’, sebab akal menjadi terbatasi sesuai dengan keimanan khusus, sehingga Realitas Ketuhanan—Yang Tak Terbatas—menjadi terbataskan dalam hal yang ia lihat, berlawanan dengan hati, sebab ia memiliki lokus bagi beragam tajali dari Martabat Ilahiyah dan Rububiyah dan karena ia mengalami perubahan bentuk sesuai dengan bentuk-bentuk tajalli Ilahi ini, ia mengingat ketiadaan terlupakannya sebelum ia muncul dalam derajat fisik dan elemental, dan ia menemukan disini apa yang telah hilang, sebagimana Nabi,”hikmah adalah untanya kaum beriman yang tersesat.” Maka pahamilah!

36

Page 37: Himpunan Kitab Aulia

XIII INTISARI HIKMAH KEKUASAAN DALAM SABDA LUTH AS

Allah berkata,”Allah adalah Dia yang menciptakanmu dalam keadaan lemah kemudian Dia menetapkan setelah kelemahan kekuatan, dan setelah kekuatan kelemahan" (QS30:54). Sekarang kelemahan pertama tanpa perdebatan adalah kelemahan keadaan jasmani dalam pemahaman kaum elit dan umum (kaum Sufi dan Kalam). Dan kekuatan setelahnya, atau setelah kelemahan awal, adalah kekuatan jasmani, dalam tambahan pemahaman kaum Sufi adalah kekuatan keadaan spiritual (hal), yang memberikan manusia kekuatan untuk menjelankan kehendak bebas dan dominasi (pemberian jejak) di dunia melalui kemauan keras (himmah).

Dan kelemahan kedua adalah keadaan jasmani, kepadanya ditambahkan dalam pemahaman kaum Sufi kelemahan yang diperoleh melalui ilmu, atau ilmu tentang Allah, yang melemahkannya dan mengeluarkannya dari kekuatan aksidentalnya dan mengembalikannya kepada kelemahan alaminya, hingga ia bergabung dengan tanah yang merupakan asalnya. Sehingga ia tidak memiliki kekuatan atas apapun, dan dia menjadi dirinya sendiri dan esensi pribadinya sendiri,tanpa memperdulikan Sifat Uluhiyah dalam dirinya, dalam pandangannya seperti bayi yang masih menyusu dengan ibunya, yang memberinya makan dan merawatnya, kaum Sufi menganggap hubungan yang sama antara Wujud Al Haq dan Rabb Mutlak.

Dan karena itu, disebabkan kelemahan yang dihasilkan dari imu tentang Allah dan kurangnya kekuatan untuk menjalankan kehendak bebas atas segala sesuatu, Luth berkata,” Andai aku memiliki kekuatan atasmu’, yaitu Andai aku memiliki kekuatan dalam bentuk kemauan kuat dengannya melawan dan menentangmu,’ atau dapat berlindung dalam tiang yang kokoh’ (QS11:80), maknanya ‘pilar yang kokoh’ berdasarkan ta’wil kaum Khusus adalah kaum yang kuat, yang menaklukkan musuh-musuh. Dan Nabi berkata, menunjukkan apa yang dimaksud Luth dengan ‘tiang yang kokoh’ sesuai dengan ta’wil,” Allah memberikan Rahmat kepada saudaraku Luth. Dia berlindung dalam tiang yang kokos’, bermakna ‘kelemahan yang dihasilkan dari ilmu’, yaitu melalui ucapan ini beliau menunjukkan kelemahan yang telah menguasai Luth disebabkan ilmunya tentang Allah, sebab dia pertama yang menunjukkan simpatinya melalui doa untuk mendapatkan rahmat, dan mengatakan kelemahan dan ketidakmampuannya. Kemudian beliau menghubungkan Luth kepada dirinya sendiri melalui persaudaraan, yang menunjukkan bahwa Luth berbagi dengan Nabi dalam kelemahan ini, yang nampak jelas ternyatakan dalam ayat berikutnya.

37

Page 38: Himpunan Kitab Aulia

Sehingga ‘pilar yang kuat’ adalah Allah yang mengaturnya dan memeliharanya.

38

Page 39: Himpunan Kitab Aulia

XIV. HIKMAH TAQDIR DALAM SABDA UZAYR AS

"Milik Allah hujjah yang mengalahkan/menentukan" (QS6:149) terhadap makhluk-Nya, sebab mereka diketahui oleh Allah; dan yang diketahui,apapun kemungkinannya, memberikan kepada yang mengetahui ilmu, siapapun dia , atau membuatnya melihat hakekat sebenarnya, dalam esensinya sendiri dalam derajat yang terjadi demi seluruh keabadian dan kesiapan, dan pengihatan itu adalah ilmu. Dan ilmu tiada memiliki efek kepada apa yang diketahui, dalam makna bahwa ia penyebab di dalam yang diketahui yang berada diluar esensinya sendiri; lebih lanjut, ia mengikuti yang diketahui, dan penilaian menyangkut yag diketahui akan tunduk kepadanya. Sehingga tiada penilaian oleh yang mengetahui menyangkut yang diketahui kecuali bersesuaian dengannya yaitu sesuai dengan yang diketaui dan apa yang ia perlukan dalam sudut pandang kesiapan khusus dan umum. Karena itu Allah tidak menetapkan kekafiran dan pembangkangan kepada makhluk melalui diri-Nya sendiri. Malahan, Dia menetapkannya disebabkan keperuan esensi tetap (‘ayn tsabitah) mereka dan disebabkan pencarian mereka melalui lidah kesiapan dimana Dia menjadikan mereka kafir dan membangkang, persis seperti esensi individual dari anjing yang memerlukan bentuk seekor anjing dan ia dianggap kotor secara adat. Dan inilah rahasia yang mendalam dari taqdir.

Sekarang jika kamu bertanya, "esensi dan kesiapan ,mereka adalah pancaran dari Allah; karena itu Dia telah menjadikan mereka seperi itu”; Aku akan menjawab,’esensi tidaklah diciptakan, mereka adalah bentuk terpahami milik Nama-nama Ilahi yang tidaklah terkemudian kepada Allah kecuali pada derajat realitas mereka sendiri, namun bukan dalam sudut waktu. Sehingga mereka abadi, ini bermakna bahwa mereka lebih terkemudian dari Dia pada derajat realitas mereka sendiri.’

Ketahuilah bahwa setiap rasul adalah seorang nabi, dan setiap nabi adalah wali; sehingga setiap rasul adalah wali. Sehingga rasul adalah derajat tertinggi, karena mereka menggabungkan 3 derajat, kemudian nabi, karena mereka menggabungkan 2 derajat. Namun derajat kewalian mereka lebih tinggi dari kenabian mereka, dan kenabian mereka lebih tinggi dari kerasulan, sebab kewalian mereka adalah aspek Ketuhanan mereka, sebab mereka fana di dalam Allah; dan kenabian mereka adalah aspek kemalaikatan mereka, sebab melaluinya datang hubungan mereka kepada Alam Malakut, darinya mereka menerima pewahyuan; dan kerasulan mereka adalah aspek kemanusiaan mereka, yang berhubungan dan mengadakan kontak dengan dunia manusia.

39

Page 40: Himpunan Kitab Aulia

Syeikh menulis, "Ketika kamu mendengar dari seseorang ahlullah, bahwa kewalian lebih tinggi dari kenabian, dia tidak bermaksud yang lain dari yang kami telah jelaskan,” yaitu kewalian nabi lebih tinggi dari kenabiannya.Atau jika dia berkata bahwa wali berada di atas nabi dan rasul, maka sesungguhnya dia maksud dalam orang yang sama’. Ini karena rasul dalam sudut pandang dia menjadi seorang wali juga adalah lebih sempurna dari dia menjadi seorang nabi atau rasul, bukan seorang wali yang lain lebih tinggi dari nabi atau rasul. Jadi kewalian Muhammad SAW lebih tinggi dari kenabian Muhammad SAW dan kerasulan Muhammad SAW.

40

Page 41: Himpunan Kitab Aulia

XV. INTISARI HIKMAH KENABIAN DALAM SABDA ISA AS

Di antara sifat ruh, yang merupakan nafas Ar Rahman yang memiliki kehidupan sebagai satu sifat mendasarnya, adalah ia tidak pernah melewati/mengenai sesuatu di antara penerimanya dan ia tidak pernah menyentuh sesuatu dengan bentuknya yang berhubungan dengan Alam Misal tanpa sesuatu itu menjadi hidup. Namun ketika sesuatu itu menjadi hidup, kekuatan pemberian bebas ruh akan bersesuaian dengan penyusun jasmani dan kesiapannya, bukan berdasarkan ruh itu sendiri, sebab ia teramat suci dan tiada memiliki ketetapan yang tetap atau aspek yang khusus. Sehingga jika sesuatu itu memiliki susunan jasmani yang harmonis siap menerima kehidupan, maka seluruh sifat kehidupan termasuk sensasi dan gerakan akan nampak di dalamnya sesuai penyusun jasmani yang khusus. Dan jika tidak, meka sebuah jejak kehidupan akan nampak di dalamnya, sesuai dengan bentuknya, seperti lenguhan anak sapi yang segera akan kami jelaskan.

Tidakkah engkau lihat bahwa nafas Allah (nafkh), atau peniupan ruh Allah, ke dalam tubuh membuat sempurna dan siap menerima peniupan ruh, meskipun wujud murninya akan karakter tubuh tersebut dan peninggian derajat ontologisnya dalam dirinya dan fakta bahwa ia terletak pada sebuah derajat dimana ia melampaui batasan oleh sifat-sifat, bagaimana kehendak bebasnya, atau pemberian bebas ruh di dalam tubuh yang telah ditiupkan tersebut ,merupakan perluasan kesiapan tubuh itu yang ditiupkan kepadanya dan penerimaannya, bukan sesuai dengan ruh itu sendiri? Tidakkah engkau lihat bagaimana Samiri, ketika dia paham efek ruh atas apa yang mereka lewati dan sentuh, ‘mengambil’ segenggam tanah dari jejak Rasul" (QS 20:96),yaitu dari jejak Ruhul Amin, atau Jibril As sebuah bentuk amtsal tertampakkan di atas Buraq, yang juga merupakan sebuah ruh yang nampak dalam bentuk amtsal? Sehingga ruh mempengaruhi tanah yang telah ia lewati, menjadikan kehidupan melewatinya, dan Samiri tahu hal ini melalui cahaya batinnya dan kekuatan kesiapannya. Sehingga ia mengambil segenggam tanah dari jejaknya dan melemparkannya ke dalam bentuk Anak Sapi yang terbuat dari perlengkapan manusia. Sehingga anak sapi melenguh setelah datang ke dalam kehidupan (QS7:148), dan itulah hasil dari kesiapan penyusun jasmaninya, yang mengikuti bentuk anak sapi. Dan andai dia bentuk binatang yang lain,suara yang sesuai dengan bentuk itu akan disifatkan kepadanya.

41

Page 42: Himpunan Kitab Aulia

XVI .INTISARI HIKMAH RAHMANIYAH DALAM SABDA SULAIMAN AS

Karena dia, atau Bilqis, secara tulus milik/sesuai kepadanya(Sulaiman), dimana dia taat dan beriman kepadanya, tanpa memperhatikannya, Bilqis berkata kepada kaumnya tentang surat Sulaiman ketika Hudhud melemparkannya kepadanya, dan dia menunjukkan kepada mereka (QS27: 29), dengan tujuan menyatakan kekuatan perhatiannya dan memainkan kehendak bebas dengannya di antara mereka supaya mereka mentaatinya, bahwa ini adalah surat yang mulia (QS27:29).

Ketika Bilqis membuka surat Sulaiman dan memperhatian isinya, bantuan Ilahi yang telah meliputinya sebelumnya dan hubungan yang terbentuk oleh kecocokan pembawaannya yang datang ke dalam gerakan. Dia beriman dan taat, dan menunjukkan isinya kepada kaumnya dan pengikutnya, supaya setiap orang yang berbagi dengannya dalam keserbasamaan dan kecocokan akan muncul dan menerima apa yang surat katakan. Sebab dasar dari iman kepada nabi dan rasul adalah kecocokan dan keserbasamaan ini, bukan dalam melihat mu’jizat atau menyaksikan keajaiban.

Dan Asif, wazir Sulaiman, hanya menyatakan kekuatan dan konsentrasi dari Kemauan Kuat/himmah untuk membawa singgasana, atau singgasana Bilqis dari negeri Saba dalam kedipan mata, tanpa Sulaiman, meskipun Sulaiman lebih kuat dan lebih kuasa daripada dia, untuk memberitahu jin bahwa keutamaan Sulaiman adalah agung, sebab kemampuan ini dan menampakkan kehendak bebas dimiliki oleh satu dari anak buahnya. Sehingga bayangkan betapa dahsyatnya jika Sulaiman sendiri yang menampakkan kekuatan itu?

Keunggulan Asif atas jin yang berkata,’Aku akan membawanya kepadamu, sebelum kamu bangkit dari tempatmu’ (QS27:39), dalam menerapkan kekuatan kehendak bebas melalui jiwanya dengan bantuan pengaruh alam dan sifat alami dari sesuatu, sebab kembalinya kedipan mata pengamat adalah lebih cepat dari bangkit dari tempat duduk (mengacu kepada ucapan Asif di dalam Al Quran,’ Aku akan membawanya sebelum matamu selesai berkedip" (QS27:40). Sehingga tindakan Asif lebih sempurna dari jin, sebab dia melakukan kehendak bebasnya atas esensi individual singgasana dengan melenyapkan wujudnya dan

42

Page 43: Himpunan Kitab Aulia

menciptakannya kembali secara instan. Dia melenyapkan eksistensinya dalam posisi asalnya dan memberikan eksistensiya di depan Sulaiman, sebab ucapan Insan Kamil adalah seperti ucapan Allah menyangkut sesuatu yang ingin dia wujudkan. Ketika dia berkata Kun!, pada saat yang bersamaan Buraq, kuda Langit, yang terkenal khususnya dengannya nabi mi’raj ke Langit, makhluk tersebut datang ke dalam eksistensi—bagaimanapun dengan izin Allah—sebab Allah telah menjadi bagiannya dan fisiknya dan indera ruhaninya. Dan karena hal inilah (hubungan antara dia dan Allah) Insan Kamil ini menjadi wazir Sulaiman.

Dan karena Bilqis menjawab akan pertanyaan tentang singgasananya,’Apakah singgasanamu seperti ini? (QS 27:42), "Ia nampak sama" (QS27: 42), seseorang dapat mendeteksi ilmunya tentang pembaharuan secara instan, sebab dia berkata,”Nampaknya’. Dan dia (Asif) menunjukkan singgasananya dari kristal, sehingga Bilqis mengira itu seperti air yang menggenang ‘dan dia mengangkat pakaiannya dan memperlihatkan betisnya (QS27:44), sehingga air tidak membasahi pakaiannya. Namun itu bukanlah air yang menggenang dalam hakekatnya, persis seperti singgasana yang terlihat dibawa ke dalam wujud di hadapan Sulaiman dan dia bukanlah singgasana yang sama dia tinggalkan di negeri Saba mengacu bentuknya, sebab ia telah membuang bentuk pertama dan menganggap bentuk yang lain, sementara substansi yang dikenai dua bentuk singgasana tersebut adalah tunggal. Sehingga Asif menunjukkan kepada Bilqis melalui hal tersebut bahwa keadaan singgasananya adalah sama dengan yang paviliun: adapun bagi singgasana, sebab ia adalah pelenyapan eksistensi, dan apa yang Pencipta buat adalah serupa dengan apa yang lenyap; adapun bagi paviliun, karena dalam kejernihan dan kehalusannya yang sangat, ia menjadi serupa dengan air, sementara pada hakekatnya berbeda. Jadi Asif menunjukkan Bilqis dengan tindakannya bahwa Bilqis benar daam ucapannya,’Ia nampak sama.’

Dan inilah,atau pembaharuan ciptaan setiap saat, tidaklah khusus bagi singgasana Bilqis saja, malahan benar dalam seluruh alam, baik bagian langit atau bumi, sebab seluruh alam mengalami perubahan konstan, dan penetapan individu segala sesuatu yang berubah adalah selalu diperbaharui. Sehingga setiap saat penetapan yang lain dari penetapan sebelumnya yang mewujud pada saat sebelumnya datang ke dalam wujud, meskipun Zat Tunggal dalah Realitas Allah, yang menjadi ditetapkan sesuai dengan Penetapan Awal yang diwajibkan oleh ilmu-Nya akan zat-Nya. Dan Itu sama dengan substansi terpahami yang menerima bentuk-bentuk ini yang disebut ‘alam’. Seluruh bentuk adalah aksiden yang itu alami dan yang berubah setiap saat. Namun mereka yang terhijab tidak mengetahui hal ini, sehingga mereka ragu akan penciptaan yang baru dalam seluruh makhluk.

43

Page 44: Himpunan Kitab Aulia

Kerajaan yang tidak akan dimiliki seseorang yang lain sesudahnya,mengacu kepada doa Sulaiman,’ Wahai Rabb ku! Ampuni aku dan anugerahkan kepadaku sebuah kerajaan yang tidak akan dimiliki seorang pun sesudahku" (QS38:36), adalah manifestasi dalam alam syahadah totalitas kerajaan yang berhubungan dengan alam melalui cara menerapkan kehendak bebas di dalamnya, yaitu di dalam dunia, bukan manifestasi hanya sebagian dari kerajaan ini, sebab setiap jenis kerajaan yang Allah anugerahkan kepada Sulaiman telah berbagi bagian (melalui satu nabi atau wali lainnya); dan bukan kekuatan dan kemampuan atas totalitas tanpa memanifestasikannya, sebab Kutub dan Insan Kamil sebelum dan sesudahnya telah mengetahui maqam ini, namun mereka tidak menyatakannya.

Penundukan angin (QS38:36) dengannya Sulaiman dibedakan dan didahulukan atas yang lain dan bagian kerajaan yang tidak Allah anugerahkan kepada yang lain sesudahnya adalah penundukkan ruh berapi, yang merupakan ruh jin, sebagaimana Allah katakan, "Dan Dia ciptakan jin dari api yang tak berasap" (QS55: 15), sebab mereka, atau ruh berapi, adalah ruh-ruh yang menerapkan kehendak bebas di dalam angin, yang seperti tubuh mereka.

Firman Allah,"Tanpa hisab", ketika Dia berkata kepada Sulaiman,” Inilah pemberian Kami; berikan atau tahanlah tanpa hisab" (QS38: 39), bermakna: Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban, Wahai Sulaiman,di Akhirat atas mereka, atau atas apa yang Allah berikan kepadamu seperti kerajaan, kekayaan, penaklukkan angin, dll. Syeikh berkata dalam Fusus,’ Kami mengetahui dari zauq langsung dalam jalan ini permintaan Sulaiman itu (demi kerajaan yang tidak akan dimiliki yang lain sesudahnya) adalah melalui perintah Allah. Dan ketika permohonan terjadi melalui persesuaian dengan perintah Allah, sang pemohon menerima ganjaran penuh bagi permohonannya’, sebab dia patuh kepada Rabb nya dan mengikuti perintah-Nya; dan jika Dia ingin Dia memenuhi keinginannya akan apa yang dia minta dari-Nya; dan jika Dia ingin, Dia menahan, sebab sesungguhnya hamba melaksanakan apa yang Allah telah wajibkan kepadanya dalam hal mematuhi perintah-Nya dalam apa yang ia minta kepada Rabb nya. Sekarang jika dia meminta hal ini atas dirinya sendiri tanpa perintah Rabb nya, dia akan dimintai hisab atas hal ini.

44

Page 45: Himpunan Kitab Aulia

XVII. INTISARI HIKMAH WUJUDIYAH DALAM SABDA DAUD AS

Karena maqam kenabian dan derajat kerasulan adalah sebuah perbedaan yang diberitakan oleh Allah dan satu dari pemberian Ilahi yang tak terbatas—bukan sebuah ganjaran yang berasal dari tindakan yang mendahului, bukan juga pemberian yang muncul dari harapan akan rasa syukur atau ibadah—dan dalam cara yang sama karena kebanyakan pemberian yang berasal dari maqam ini adalah limpahan dari karunia yag murni dan kebaikan hati dan tentang rahmat yang sempurna dan pemberian anugerah, dalam hikmah ini Syeikh menjelaskan sebagian pemberian yang Daud terima dengan ucapannya: Dia memberikan Daud sebagai karunia, yaitu sebagai anugerah dan pemberian kemurahan hati, ilmu tentang Diri-Nya yang tidak diwajibkan oleh amalnya. Sebab jika amalnya mewajibkannya, itu adalah sebuah ganjaran, sementara telah disebutkan bahwa kenabian dan kerasulan adalah sebuah perbedaan yang dinyatakan oleh Allah dan tak berhubungan dengan penerimaan dan usaha, persis seperti kebanyakan pemberian dan bantuan yang berhubungan dengan maqam ini. Dan dalam cara yang sama Dia memberinya Sulaiman,sebab Dia berfriman,’ Dan Kami berikan Sulaiman kepada Daud " (QS38: 30). Dan masih firman-Nya, "Dan Kami berikan Daud karunia dari Kami (QS34:10). Apakah pemberian ini mengacu kepada ‘pemberian karunia’ adalah pemberian ganjaran atas amalnya,atau apakah itu bermakna pemberian kemurahan hati? Jelas ia adalah jenis yang kedua, sebab Dia menyebutkan bahwa Dia memberi Daud karunia, dan Dia tidak mengatakan bahwa Dia memberinya apa yang Dia beri sebagai sebuah ganjaran karena amalnya; dan Dia tidak meminta ganjaran darinya atas karunia itu. Kaetika Dia benar-benar meminta rasa syukur atas hal itu melalui amal, Dia mencarinya dari keluarganya, bukan dari dia, sebab Dia berfirman,” Bekerjalah Hai Keluarga Daud supaya kalian bersyukur" (QS34:13), sebab berkah kepada nenek moyang adalah berkah kepada keturunan. Sehingga dalam kasus Daud ia adalah sebuah anugerah dari pemberian kemurahan hati dan sebuah karunia, dan balasan diminta dari keluarganya. Dan Dia berkata, setelah meminta rasa syukur dari keluarga Daud dalam bentuk amal/kerja,’ dan sedikit sekali hamba-Ku yang bersyukur’ (QS34:13), menerapkan kata bentuk penekanan, atau ‘yang benar-benar bersyukur’ (syakuur), agar itu mungkin meliputi syukur syariat/kewajiban (syukur al-taklif), dimana hamba diperlukan untuk mengerjakan sesuai dengan syariat Allah, dan syukur sukarela (syukur al-tabarru), yang tidak disyariatkan, namun yang dilakukan hamba dengan ikhlas, sebab untuk menekankan syukur seseorang adalah dengan mengerjakan kedua jenis syukur tersebut. Syukur sukarela mengacu kepada ucapan,’ Tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur?—ucapan Nabi, ketika beliau berdiri terjaga

45

Page 46: Himpunan Kitab Aulia

sepanjang malam hingga kakinya bengkak dan dikatakan kepada beliau,”Tahanlah, sebab Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datag,’ dan beliau menjawa seperti di atas. Dan syukur yang diwajibkan adalah yang diperintahkan Allah, seperti firman-Nya,’Dan bersyukurlah kepada Allah" (QS11:172) dan firman-Nya,’ Dan bersyukurlah atas karunia Allah’. Dan di antara dua jenis syukur terdapat perbedaan yang setara dengan perbedaan atara dua jenis manusia yang menyatakan syukur; maka tepat seperti syukur sukarela lebih sempurna dari dia yang menyatakan syukur sebagai hasil dari kewajiban, dalam cara yang sama syukur sukarela lebih sempurna daripada syukur kewajibann. Dan ini sudah paten dan jelas bagi dia yang mengerti sesuatu dari Allah, dan bukan dengan dasar akalnya sendiri.

Dan Daud ditunjuk secara khusus sebagai khalifah oleh Allah di antara manusia dan memainkan kehendak bebas di antara mereka, sebab Allah berkata,’ Daud, lihatlah, Kami telah menunjukmu sebagai khalifah di muka bumi, karena itu hakimilah manusia dengana adil" (QS 37: 26); dan keimaman, yaitu dia juga secara khusus ditunjuk kepada keimamannya, sebab imam dalam hubungan kekhalifahan dalah seperti kewalian dalam hubungan dengan kenabian, karena setiap khalifah adalah seorang imam namun tidak sebaliknya. Sementara yang selain dia, atau selain Daud seperti Ibrahim, atau Adam, tidaklah demikian. Adapun bagi Ibrahim, ini karena firman Allah tentang dia adalah,’lihatlah, aku akan menjadikanmu imam bagi manusia’ (QS2:124). Dia tidak mengatakan ‘khalifah’, meskipun kita tahu bahwa di sini keimaman adalah kekhalifahan; Dia tidak mengatakan ‘khalifah’, meskipun kita tahu bahwa imamiyah adalah kekhalifahan; namun bukan seolah-olah Dia mengatakannya melalui nama khususnya, yaitu kekhalifahan itu sendiri. Dan Adapun bagi Adam, meskipun kekhalifahannya ditetapkan oleh ayat Al Quran, ia tidaklah sama seperti penetapan yang menyangkut Daud. Sebab Allah berfirman kepada malaikat,’ Aku akan jadikan khalifah di muka bumi (QS2:30) Dia tidak mengatakan,’ Aku akan jadikan Adam khalifah". Dan apa yang disebutkan setalahnya dalam kabar tersebut tidaklah menunjukkan bahwa dia lah khalifah yang Allah tetapkan dalam Al Quran. Dan juga Dia tidak menunjukkan secara eksplisit penunjukkannya di antara manusia. Dan disini kami hanya berbicara tentang penyebutan eksplisit dalam ayat Al Al Quran.

Dan dia yang telah diberikan kekhalifahan umum oleh Allah,maka telah diberikan hukum dan perbuatan bebas dalam seluruh alam; dan Daud adaah jenis ini, dan karena itu dia diberikan kekuatan kehendak bebas atas berbagai makhluk, sebagaimana Syeikh tunjukkan dengan ucapannya: gunung menggemakan pujian kepada Allah bersama Daud—sebab kapanpun dia menyebut

46

Page 47: Himpunan Kitab Aulia

dan menggemakan pujian kepada Allah, gunung pun akan menyebut dan menggemakan hal yang sama bersamanya (QS34:10) – dan demikian juga burung-burung menggemakan pujian bersamanya mempermaklumkan persetujuan, atau persetujuan akan dua jenis makhluk dengannya dan ketaatan mereka kepada Daud. Dan alasan dua jenis makhluk ini dikhususkan sebagai persetujuan adalah mereka adalah makhluk yang paling menghina manusia, yang paling tinggi di atasnya,, dan yang paling cenderung menolaknya, disebabkan kekuasaan dengan kekerasan dan keentengan yang ada bersama mereka. Jelas sekali mereka berdua menolak untuk taat atau menerima kekuasaan dari kehendak bebas atas mereka: adapun bagi yang pertama (gunung), disebabkan kehebatan kekerasan dan beratnya, yang menolak untuk dipengaruhi; dan bagi yang kedua (burung), disebabkan keringanan tubuhnya dan fakta bahwa ia tidak terikat di hadapan utusan ketika ia dipengaruhi dan diatur. Telah terbukti bahwa jika dua makhluk ekstrim ini bersamaan dalam penolakan berlebihan dan penghinaan, mereka justeru mentaati Daud dan setuju dengannya, persetujuan manusia dengannya lebih cocok, sebab manusia memiliki posisi antara gunung dan burung dan mendekati keadaan keseimbangan. Sudah semestinya hubungan Daud dengan manusia adalah lebih kuat dan lebih ternyatakan (yaitu lebih mudah bagi Daud untuk menerapkan kehendak bebasnya atas manusia).

47

Page 48: Himpunan Kitab Aulia

XVIII. INSTISARI HIKMAH NAFASIYAH DALAM SABDA YUNUS AS

Rahmat-Nya, atau rahmat tentang Yunus, kembali kepada kaumnya, sebab mereka beriman, dan iman mereka memberi mereka keuntungan dan menghilangkan azab dari mereka (QS10:98), sebab Allah menghubungkan mereka dengannya dalam cara dimana bagian dihubungkan ke keseluruhan atau cabang kepada akar; dan sifat akar adalah benar bagi cabang. Karena itu, ketika bantuan dan rahmat Allah mencapai Yunus, ia juga mencapai kaumnya, seperti Dia katakan,’ dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus" (QS10:98). Dan itulah, atau pengembalian rahmatnya kepada umatnya,meskipun marahnya demi Dia, ketika dadanya menjadi susah akibat seruan dia kepada mereka namun mereka tidak mengindahkan dan terus-menerus dalam kekafiran, sehingga dia meninggalkan mereka. Dan dia berpikir itu dibolehkan, sebab dia hanya melakukannya sebagai bentuk amarah demi Allah, semangat dalam agama-Nya dan kebencian kepada kekafiran dan kaum kafir. Namun semestinya dia bersabar dan menunggu ijin dari Allah untuk meninggalkan mereka. Sehingga dia terkurung dalam perut ikan. Dan karena rahmatnya kembali kepada mereka meskipun dia marah kepada mereka demi Allah, bagaimana jadinya jika keadaannya bersama mereka adalah keadaan dari rasa puas?

Dia berbaik sangka kepada Allah, sebagaimana Dia kabarkan,’ dia berpikir Kami tidak akan mempersempit dia’ (QS21:87), atau Kami tidak akan menghukumnya atas dia meninggalkan kaumnya tanpa perintah Allah, sehingga Dia mengeluarkannya dari kesedihan disebabkan rahmat dari prasangkanya. Dan demikianlah kami selamatkan kaum beriman (QS21:88) yaitu mereka yang jujur dalam keadaan ruhaninya, seperti Yunus yang jujur dengan keadaan ruhaninya, yaitu dia marah demi Allah. Dan dalam kebaikan-Nya , Dia ‘tumbuhkan baginya pohon labu manis’, sebab satu dari manfaat dari jenis pohon ini adalah lalat tidak akan hinggap di dekatnya—jadi dia mengambil perlindungan dalam naungannya ketika dia keluar dari perut ikan seperti bayi burung tanpa bulu; sebab lalatnya telah menghinggapinya, mereka akan mengganggunya. Kemudian ketika dia menjadi rombongan bersama mereka, yaitu penumpang kapal, ketika dia meninggalkan kaumnya dalam kemarahan dan naik ke kapal,dan kapal terhenti; sehingga mereka berkata,’ Ada seorang pelarian di antara kita’, itu menjadi keimanan para pelaut bahwa kapal tidak akan bergerak jika ia membawa seorang pelarian; dia menjadikan dirinya satu di antara mereka, yaitu satu dari penumpang kapal, sehingga dia berkata,’Kumpulkan rombongan’, dan rombongan keluar melawannya, sehingga dia melemparkan ke

48

Page 49: Himpunan Kitab Aulia

dalam air. Sehingga rahmat meliputi mereka seluruhnya sebagai hasil dari berkah karena dia menjadikan dirinya sebagai bagian dari mereka ketika pengumpulan penumpang; karena ikan berenang bersama kapal, mengangkat kepalanya keuar dari air ketika Yunus berbafas di dalamnya dan memuji Allah. Dan ikan tidak meninggalkan mereka hingga mereka mencapai pantai. Ia memuntahkan Yunus keluar dalam keadaan sehat, tak satu pun yang berubah. Sehingga ketika mereka melihat hal tersebut, Rahmat pun meliputi mereka, dan mereka menundukkan keinginan mereka kepada Allah.

49

Page 50: Himpunan Kitab Aulia

XIX.INSTISARI HIKMAH KEGAIBAN DALAM SABDA AYUB AS

Karena mengeluh kepada Allah tidaklah berlawanan dengan sabar—karena itu Allah memuji Ayub atas kesabarannya meskipun dia berdoa untuk membuang penderitaannya—tidak juga Ayub menantang Kemahakuasaan Allah dengan bersifat sabar dan menahan diri dari mengeluh kepada-Nya,’ Lihatlah, kemalangan sedang menimpaku dan Engkau Arhamur Rahimin" (QS21:83); dan kurangnya perlawanan tidak berasal darinya, Allah memberinya rumah tangga dengan membawa ke dalam kehidupan anak laki-lakinya dan perempuannya yang telah meninggal dan Dia memberinya anak-anak serupa dengan mereka.

Dan dia menghantamkan kakinya pada perintah Rabb, karena Allah memerintahkan Ayub dengan firman-Nya, "Hentakkan kakimu! Ini air sejuk untuk mandi dan minum" (QS38: 42). Sehingga dia menghilangkan melalui hentakkan itu penderitaannya dan penyakitnya, dan memancar keluar mata air, dibawah kakinya dari hentakkan, yang merupakan rahasia kehidupan, dan asalnya, sebab sesungguhnya melalui air lah datangnya kehidupan tubuh-tubuh fisik dan elemental yang hidup. Dengan demikian air adalah akar kehidupan, atau kehidupan yang mengalir melalui setiap makhluk hidup yang alami, fisik dan jasmani. Karena dari air ia diciptakan dan dengan air ia disembuhkan dari penderitaan dan penyakit. Sehingga Dia menjadikannya rahmat dari Dia dan sebuah pengingat bagi kita dan dia.

Dan Dia memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang dalam sumpahnya yang telah dia buat, ketika dia bersumpah akan mencambuk istriya 100x jika dia sembuh. Sehingga ketika dia sembuh, Allah memerintahkannya untuk mengambil seikat rumput dan memukul istrinya dengan itu dan jangan melampaui batas (QS38:45). Sehingga Allah membatalkan sumpahnya dengan hal yang paling ringan baginya dan bagi istrinya. Dan Dia mengatakan kepada kita hal ini untuk mengajarkan kepada kita dan untuk menguasakan kita untuk membedakan di antara mereka yang memenuhi sumpahnya, sebab kita masih memiliki kekuatan ini (untuk bertindak secara lemah lembut dalam memenuhi sumpah). Telah terhubung kepada Nabi bahwa beliau dibawakan orang yang lemah yang telah melakukan zinah dengan budak wanita. Sehingga beliau bersabda,’ambillah dahan pohon kurma yang mengandung 100 tangkai,dan pukul lah ia sekali dengannya.’

50

Page 51: Himpunan Kitab Aulia

Dan kaffarat ditetapkan dan diumumkan secara resmi dalam kaum Muhammad untuk menutupi mereka dari hukuman yang diarahkan kepada mereka karena melanggar sumpah. Dalam kalimat ini terdapat kiasan kepada fakta bahwa kata ‘kaffarah’ datang dari asal kata yang sama dengan ‘kufr (menutupi), sebab ia menutupi seseorang yang membuat sumpah dan melindunginya dari azab karena melanggarnya. Kaffarat adalah sebuah tindakan ibadah yang Allah perintahkan, dan memerintahkannya sebelum fakta/kejadian adalah memerintahkannya untuk melanggar sumpah, sebab aktualisasi yang pertama bergantung kepada aktualisasi yang kedua. Karena itu melanggar sumpah adalah diperintahkan oleh Allah, namun ketika dia, atau orang yang membuat sumpah, setelah melihat seseuatu yang lebih baik dari apa yang dia sumpahkan untuk lakukan. Kemudian Dia akan mematuhi sumpah, yaitu Allah akn mematuhi hak mereka sebab mereka memasukkan zikir kepada-Nya, karena Dia telah tetapkan kaffarat sebagai sarana untuk mencegah yang bersumpah dari dihukum. Meskipun dia melakukan sebuah tindakan taat, dia sedang mengingat Allah dalam sumpahnya dengan salah satu anggota tubuhnya. Sehingga anggota tubuh yang mengingat-Nya, dengan lidahnya, mencari rahmat sebagai hasil zikir-Nya, ganjaran dan perlindungan-Nya kepada anggota tubuh tersebut—dari hukuman; sebab ia adalah bagian dimana yang berzikir melindungi yang lain, persis seperti dunia dilindungi oleh eksistensi Insan Kamil.

Fakta bahwa ia tidak taat atau taat adalah faktor yang lain, tiada jalan dapat mempengaruhi anggota tubuh yang berzikir dalam hal ganjaran atau hukuman; sebab manusia dari segi wujudnya yang tersusun dari ruhani yang berbeda dan realitas fisiknya adalah beragam, meskipun dia tunggal dalam istilah bersatu seluruhnya. Dan ketaatan dan pembangkangan dari satu bagian tubuhnya tidaklah mengharuskan ketaatan atau pembangkangan bagian tubuh yang lain.

51

Page 52: Himpunan Kitab Aulia

XX.INTISARI HIKMAH JALALIYAH/KEAGUNGAN DALAM SABDA YAHYA AS

Ketahuilah bahwa tiada makhluk dalam wujud yang keragaman sifat dan af’al dihabiskan oleh kesatuan zatnya sedemikian hingga setiap bilangan dan segala yag berbilang fana di dalamnya selain Allah. Sehingga bagian dari karunia-Nya kepada Yahya adalah bahwa Dia memberinya pembagian akan kesempurnaan ini, dan karena itu Dia menempatkannya dalam maqam-Nya sendiri. Dia menyatukan namanya, sifatnya dan af’alnya dalam kesatuan zatnya dengan menggabungkan dalam namanya tanda dari ketiga hal ini. Maka mereka menjadi tersatukan dalam eksistensi verbal; namanya menandakan zatnya melalui menjadi nama yang layak; ia menunjukkan af’alnya sebab itu adalah sebuah bentuk (Yahya) yang terhubung dengan kata kerja yang menunjukkan menghidupkannya akan zikir Zakaria; dan itu menunjukkan sifatnya sebab dia hanya menghidupakan (ihya’) zikir Zakaria dengan menjadi tercirikan melalui sifatnya dan manifestasi mereka.

Karena kesatuan memerlukan prioritas (awwaliyah) dan tidak menjadi didahului oleh yang lain, Dia menempatkannya (Yahya) dalam kedudukan-Nya dalam prioriotas Nama-nama, sebab persis seperti nama ‘Allah’ memiliki prioritas sehingga tak satu pun dinamakan dengannya sebelum Dia, Dia menganugerahkan kepadanya prioritas dalam namanya; sebab Dia tidak pernah menunjuk nama demikian bagi sebelumnya (QS19:7). Dan setelah itu, yaitu setelah Dia memberikan prioritas dalam nama itu, dia diikuti dalam namanya oleh yang lain, agar hal itu dapat dilacak kembali jejak kepadanya dan dia dapat menjadi sumber penentuan melalui nama ini.

Maksud, yang merupakan satu dari penyebab batin (dari sesuatu atau kejadian) ayahnya, Zakariya mempengaruhinya ketika hatinya, atau hati Zakariya, dipenuhi rasa cinta kepada Maryam, sebab sesungguhnya alasan pertama demi eksistensi Yahya adalah bahwa ayahnya menganggap keadaan Maryam adalah baik. Sehingga dia mengkonsentrasikan maksudnya sambil mencari pengampunan Allah melalui doa, dan Rabb nya menjawabnya dan menganugerahinya Yahya. Sehingga Dia menjadikannya suci melalui pembayangan mental pikiran ini, yaitu melalui alasan dari pembentukan Zakariya akan kesan/tampilan Maryam dan menganggap keadaan ruhaninya baik ketika dia mengarahkan maksudnya kepada eksistensi Yahya.

Dan kaum filsuf telah mengetahui permisalan seperti ini, sebab (mereka berkata) ketika seseorang melakukan hubungan seksual dengan istrinya, pada

52

Page 53: Himpunan Kitab Aulia

saat mengeluarkan sperma ke dalam rahimnya dia mesti tetap memelihara dalam jiwanya dan istrinya juga menjaga dalam jiwanya sebuah gambar/sosok akan makhluk yang paling sempurna, sebab anak akan mengambil bagian akan gambar hal itu, dari keadaan ruhaninya, sifat dan akhlaknya, kepada derajat yang luas dan bagian yang penuh, jika tidak sempurna, maka anak hanya mengambil bentuk sesuai dengan kualitas fisik dan perilaku,kemungkinan fisikal dan imajinal dan bentuk mental yang tetap mempengaruhi orang tuanya.

53

Page 54: Himpunan Kitab Aulia

XXI. INTISARI HIKMAH MALIKIYAH/PENGUASAAN DALAM SABDA ZAKARIYA AS

Kamu telah mengetahui bahwa Maksud adalah satu penyebab batin, dan penyebab batin lebih kuat dalam dominasi mereka dari pada penyebab zahir biasa dan lebih berhak menjadi disifatkan kepada Allah. Atas alasan ini penghuni Alam Perintah lebih kuat daripada Alam Ciptaan (Khalq). Sebagai tambahan, mari kita mengingat masalah dari,’ Kami jadikan istrinya baik bagi dia’ (QS21:90), sebab andai bukan campur tangan Allah kepada Zakariya dan istrinya melalui kekuatan gaib dari Rububiyah diluar penyebab umum, istrinya tidak akan baik dan dia tidak akan dapat mengandung seorang anak. Dengan demikian ketika Allah memberinya kabar gembira tentang Yahya, dia mendapatkannya aneh dan berkata,Wahai Rabbku, bagaimana aku mendapat, sedang istriku seorang yang mandul, dan aku semakin berumur" (QS19: 8). Sehingga Allah menjawabnya dengan firman-Nya,’ Dia berkata, demikianlah; Rabb mu berkata ,’demikian itu mudah bagi-Ku, padahal Aku telah ciptakan kamu sebelum itu, ketika kamu tidak ada " (QS19:9); yaitu, meskipun sesuatu nampaknya sulit, atau bahkan tidak mungkin, dalam istilah penyebab zahir, mengacu kepada Pemilik Kekuasan Sempurna, Kekuatan dan Keagungan hal itu adalah mudah. Maka persis sebagaimana kekuatan itu mengalir dari Allah ke dalam Zakariya dan istrinya, ia mengalir dari mereka kepada Yahya. Karena itu Allah berkata kepadanya,’ Wahai Yahya, ambillah Kitab dengan kekuatan" (QS19:12).

Ketika Zakariya terhubung dengan rahmat Rububiyah, yaitu pemeliharaan Allah kepadanya melalui karunia dan bantuan dan pemenuhan demi wujudnya yang baik, dan juga penetapan segalanya baik demi dia, seperti terlihat melalui firman-Nya,’ Dan kami jadikan istrinya baik baginya’, dia menyembunyikan seruannya kepada Rabb nya dan dia berdoa kepada-Nya dari terdengar mereka yang hadir. Sehingga dia menyeru-Nya dalam sir harinya, supaya maksudnya dapat sangat terkosentrasikan dan paling jauh dari sebaran dan efeknya menjadi paling hebat. Sehingga ini, yaitu seruan rahasianya, yang memberikan peningkatan melalui kekuatan efektivitasnya kepada apa yang tidak bersifat biasa, yaitu Yahya, yang dilahirkan di antara pria yang mulai uzur dan wanita yang mandul, yang (keadaan ini) tidak biasanya melahirkan anak, sebab kemandulan mencegah kelahiran. Karena itu Allah berfirman,’angin yang membinasakan/mandul (QS51:41), dan Dia membedakan antara itu dengan ‘angin yang menyuburkan, karena angin-angin seperti ini yang menghasilkan kebaikan membawa awan berhujan, sementara angin yang mandul adalah apa yang berlawanan dengan mereka kapanpun kemandulan ada, ia mencegah

54

Page 55: Himpunan Kitab Aulia

produksi. Dan Allah menjadikan Yahya pewaris dari apa yang dia (Zakariya) miliki, yaitu ilmu, kenabian, amar ma’ruf nahi munkar.dll, melalui karunia doanya, ketika dia berdoa,’ Maka berilah aku dari-Mu serang anak yang mewarisiku dan mewarisi keluarga Yaqub (QS19:5-6). Sehingga dia atau Yahya, serupa dengan Maryam dalam pewarisan, sebab ketika Zakariya menjadi penjaga Maryam, dia menyebabkan Maryam menjadi pewarisnya dalam beberapa sifat kesempurnaan; atau (beliau serupa dengan Maryam) dalam menjaga kesucian; sebab Maryam satu dari apa yang ada bersama Zakariya, sebab dia adalah penjaga Maryam. Jadi ketika Yahya mewarisi apa yang ada dengannya, dia mewarisi beberapa sifat Maryam, sehingga dia meniru Maryam dalam diri mereka. Dan dalam cara yang sama Dia menjadikannya pewaris sekelompok dari keluarga Ibrahim, yaitu nabi, wali dan ahlul ilmu, dalam hal-hal yang disebutkan di atas.

55

Page 56: Himpunan Kitab Aulia

XXII. INTISARI HIKMAH LINASIYAH/KEINTIMAN DALAM SABDA ILYAS AS

Dia, yaitu Ilyas,berkata ketika menanyakan kaumnya yang setia menyembah berhala yang mereka sebut Ba’al,’ Apakah kamu menyeru Ba’al, dan menginggalkan Sebaik-baiknya Pencipta? (QS37:125), dan dengan demikian dia menjadikan penciptaan berbagi sifat oleh Allah dan yang selain Dia. Dan Allah berkata,’ Apakah Dia yang menciptakan sama dengan dia yang tidak menciptakan?" (QS16: 17), menegaskan bahwa ciptaan milik Dia dan menyangkalnya dari yang lain. Sehingga nampaknya terdapat kontradiksi antara ayat-ayat tersebut.

Karena itu Syeikh menunjukkan rekonsiliasi dengan ucapannya, sehingga ‘ciptaan’ oleh manusia yang dipahami dari ucapan Ilyas adalah penentuan (taqdir), dan ciptaan yang lain adalah pemberian wujud (Ijad).

56

Page 57: Himpunan Kitab Aulia

XXIII.INTISARI HIKMAH IHSANIYAH DALAM SABDA LUQMAN AS

Karena Lukman tahu bahwa menyekutukan yang lain bersama Allah adalah kesalahan yang besar kepada apa yang diasosiasikan dengan-Nya, sebab apa yang diasosiasikan ditegaskan identik dengan Wujud Mutlak Allah sesuai dengan penegasan yang merupakan saru dari keadaan-Nya atau tajalli; sementara pelaku syirik percaya bahwa ia adalah wujud yang lain dari-Nya dan berbagi derajat Ilahiyah—maka dia tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, yang dengan tepat ‘betapa salahnya’ penegasan ini—kemudian itu¸atau syirik tersebut,adalah satu dosa yang dilakukan hamba dalam pikiran Lukman, sebab apa yang dipersekutukan, apapun itu, adalah satu dai hamba-Nya.

Dan dia, atau Luqman, memiliki instruksi tentang Uluhiyah, seperti beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan apapun dengan Dia, mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangannya, sebuah instruksi dari rasul. Dan Allah menyaksikan bahwa Dia memberinya hikmah(QS31:12) – sehingga dia mengekang dirinya dengan hikmah tersebut—dan ketika Dia memberinya hikmah, Dia memberinya kebaikan yang menyeluruh, atau kebaikan yang meliputi banyak kekhususan, seperti Dia katakan,’ Dan barang siapa diberikan hikmah sungguh dia telah diberikan kebaikan yang banyak" (QS2: 269).

57

Page 58: Himpunan Kitab Aulia

XXIV.INTISARI HIMAH IMAMIYAH DALAM SABDA HARUN AS

Harun kepada Musa, ketika Musa menjadikannya wakilnya atas kaumnya dan ketika pergi menemui Rabb nya pada waktu yang ditentukan, adalah dalam posisi wakil (nawwab) Muhammad kepada Muhammad setelah penarikannya dari derajat fisik esksitensi ini dalam jalannya kepada Rabbnya. Maka persis seperti wakil Muhammad di antara Insan Kamil dan Kutub adalah pewaris dan khalifahnya dalam umatnya—mereka menerapkan kehendak bebasnya di dalamnya sebagaimana dia lakukan—sehingga Harun adalah pewaris Musa dan khalifahnya di antara kaumnya dan juga menerapkan kehendak bebasnya. Sehingga biarkan wali yang merupakan pewaris dan mewarisi dari nabi sebelum dia sadar dari siapa dia mewarisinya, sebab pewaris bisa Muahmmadan dan non-Muhammadan; dan non-Muhammadan mungkin pewaris Musa, Isa, Ibrahim atau nabi lainnya; dan biarkan pewaris juga menganggap dalam apa yang dia minta untuk bertindak sebagai wakil dan pewarisnya, entah dalam ilmu, keadan tanpa maqam. Maka kebaikan dan kekuatan dari pewarisannya dari nabi akan menolongnya untuk menggantikan tempat kedermawanan di dalamnya, atau mengantikan posisi nabi itu sebagai kedermawanannya dalam apa yang dia minta sebagai wakil. Maka dia mengambil ilmu sebagai contoh dari sumber darinya nabi yang dia warisi mengambilnya juga. Karena sesungguhnya pengetahuan nabi-nabi adalah pemberian Ilahi dan hasil dari mukasyafah melalui tajalli; mereka tidak diusahakan atau dicari. Karena itu adalah wajib bahwa warisan yang haq juga hasil dari pemberian, bukan penyampaian atau rasional, dan Wali pewaris yang mewarisi ilmunya dari sumber darinya para nabi dan rasul memperoleh ilmu mereka. Raja kaum Arif Abu Yazid Busthami berkata kepada kaum kalam dan penyampai hukum, hadits dan berkata,’ kalian mendapatkan ilmu kalian dari yang mati, dan kami mendapatkan ilmu dari Yang Maha Hidup yang tidak mati’. Hal yang sama berlaku juga tentang hal spiritual dan maqam. Sehingga siapapun yang tidak mendapatkannya dari Allah sebagaimana manusia terdahulu mendapatkannya, melainkan hanya mengingat ucapan mereka dan mengatakan dan menyampaikan mereka, bukanlah pewaris yang benar, namun lebih hanya sekedar pembicara kiasan.

Jadi siapapun dari wali pewaris mengambil bagian akhlaknya akhlak dan sifat nabi dainya dia mewarisi, dalam penerapan kehendak bebasnya adalah seolah-lah dia seperti nabi, sebab Nabi berkata,’ Ulama dari umatku adalah seperti nabi bangsa Yahudi’.

58

Page 59: Himpunan Kitab Aulia

XXV.INSTISARI HIKMAH ULUWIYAH/PENINGGIAN DALAM SABDA MUSA AS

Ketahuilah bahwa ketika Allah ingin menyatakan ayat kesempurnaan-Nya dalam Musa, dan efek dari kehendak ini mengalir melalui penyebab langit dan bumi—seperti posisi dan gerakan langit yang menyediakan substansi bumi, campuran unsur-unsur, dan kesiapan yang dibuat siap menerima kepada manifestasi seluruh ini—dan ketika waktu kemunculannya semakin dekat, berbagai penyusun jasmani menjadi tertegaskan/ditentukan berdasarkan dengan hakekat dari apa yang diwujudkan di dalam ruh Musa sebelum penentuan kesempurnaannya dan kelayakan kenabian, dan kepada penetapan ini ruh khusus menjadi terhubung. Pada saat yang sama kaum bijak pada periode tersebut mengatakan kepada Firaun bahwa akhir dirinya dan akhir kerajaan akan berada di tangan anak laki-laki yang dilahirkan saat itu. Sehingga Firaun memerintahkan kematian kepada seluruh anak laki-laki yang dilahirkan bangsa Israel sebagai sebuah pencegahan melawan apa yang Allah takdirkan dan tetapkan, tidak mengetahui bahwa tiada jalan untuk melawan takdir-Nya atau menunda perintah-Nya. Sebab itu hal ini menjadi sebab ruh-ruh ini digabung dalam dunia mereka sendiri, mereka menjadi terhubung dengan ruh Musa dan mereka tidak menjadi tercerai berai jauh darinya melalui terlekatnya secara fisik dan menjadi terendam dalam dunia fisik. Karena itu dia menjadi dikuatkan oleh mereka, karakter mereka digabungkan ke dalam dirinya, dan dia dibantu oleh inderawi mereka. Keseluruhan ini adalah bantuan khusus Allah kepada Musa dan sebuah pernyataan, melalui bantuan dengan ruh-ruh tersebut, seperti bantuan-Nya kepadanya dengan Ruh-ruh Samawi. Maka ketika ruh Musa terhubung terlekat denga tubuh ini, ruh-ruh tersebut sebagaimana Ruh-ruh Samawi, disatukan dalam menolongnya dengan kekuatan dan kejayaan, dan kehidupan mereka dialirkan kepadanya. Kepada hal ini Syeikh menjelaskan dengan ucapannya,

Kehidupan dari setiap orang yang dibunuh demi kepentingannya mengalir ke dalam dirinya. Karena itu pelariannya ketika dia takut bahwa mereka akan membunuhnya hanyalah untuk menyelamatkan kehidupan yang telah terbunuh. Jadi itu seolah-olah dia lari demi kepentingan yang lain, yaitu anak-anak yang terbunuh tersebut. Karena itu, disebabkan rahmatnya dan rasa sayangnya kepada yang lainnya, Allah memberikan dia kerasulan, yang merupakan derajat khusus dalam kenabiannya, berbicara (kepadanya) tanpa perantara, dan imamiyah, yang merupakan kekuasaan, atau kekuasaan

59

Page 60: Himpunan Kitab Aulia

penerapan pengaturan bebas atas dunia. Maka, karena Dia memberikannya pemberian kalam kepadanya, Dia berbicara kepadanya dalam bentuk keperluannya yang sangat dicarinya yaitu api, disebabkan konsentrasi sempurna dari keinginannya atas hal itu. Sehingga kita pun tahu dari tajalli Alah dalam bentuk api disebabkan konsentrasi Kemauan kuat Musa atas hal tersebut bahwa konsentrasi demikian menghasilkan pengaruh. Dan itulah atau konsentrasi (jam’iyyah) merupakan sebuah tindakan dan menghasilkan pengaruh melalui Keinginan, yang merupakan kemauan kuat dan mengalihkan perhatian seseorang dengan seluruh dari satu inderawinya.

Dan ketika semisal hal ini diketahui oleh dia yang mengetahui di antara yang beriman dan mereka yang mentaati Allah, sebagaimana dengan yang lain, dia atau sebagian mereka, menyimpang dari jalan hidayahnya oleh tindakan melalui konsentrasi dari keinginannya dalam sesuatu yang dimurkai Allah, sementara yang lain dari dia diberi hidayah melalui hal itu, yaitu oleh perbuatan melalui konsentrasi keinginannya kepada sesuatu yang diridhoi Allah. Jadi Dia menempatkannya, atau bertindak melalui keinginan dan konsentrasi, di dalam Alquran dalam keserupaan yang sama menyangkut hal ini: Dia berkata,’ melaluinya dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik (QS2:26), dan mereka ¸atau orang fasik, adalah mereka yang telah menyimpang dari jalan Hidayah yang berada di dalamnya. Di sini Syeikh menyatakan kepada satu dari makna batin ayat ini, sebab ‘Qur’an’ bermakna secara harfiah ‘kumpulan’ dan ‘konsentrasi’.

60

Page 61: Himpunan Kitab Aulia

XXVI.INTISARI HIKMAH SHOMADIYAH DALAM SABDA KHALID AS

Dia, atau Khalid, menjadikan tandanya menunjukkan kebaikannya dicari setelah dia pergi (wafat) menuju Rabb nya, sehingga dia membiarkan tandanya hancur, karena dia tidak menyatakannya ketika dia hidup, dan membiarkan kaumnya binasa juga karena dia tidak menunjukkannya kepada mereka, sehingga mereka membiarkannya binasa. Karena itu Nabi berkata kepada anak perempuan Khalid,’ Selamat datang wahai putri seorang nabi yang umatnya membiarkannya binasa!’ Dan itu hanyalah puteranya yang membiarkannya binasa sebab mereka tidak mengijinkan manusia yang beriman membuka kuburannya disebabkan rasa malu yang menjadi kebiasaan bangsa Arab pada masa jahiliyah.

Cerita Khalid sebagai berkut: dia menetap bersama kaumnya di negeri Aden. Sebuah api yang besar muncul dari dalam sebuah gua dan menghancurkan pertanian dan sebagian mereka. Sehingga umatnya meminta perlindungan dengannya. Khalid mulai memukul api untuk memadamkannya dengan tongkatnya hingga api itu mundur dan kembali ke dalam gua. Kemudian dia berkata kepada puteranya,’ Aku memasuki gua mengejar api dan memadamkannya’. Dan memerintahkan mereka untuk memanggilnya setelah tiga hari penuh, sebab jika mereka memanggilnya sebelum harinya, dia akan keluar dan mati. Namun jika mereka menunggu tiga hari penuh, dia akan keluar dengan selamat. Maka ketika dia masuk, mereka menunggu selama dua hari. Kemudian Syetan mengisi mereka dengan rasa was-was dan mereka tidak menunggunya selama tiga hari penuh melainkan menyangka dia telah tewas. Maka mereka memanggilnya dan dia pun keluar gua dengan luka pada kepalanya yang disebabkan oleh seruan mereka. Maka dia berkata,’Kalian telah menyebabkan aku binasa, dan kamu telah membiarkan kata-kata dan perintahku binasa.’

Kemudian dia mengatakan kepada mereka bahwa dia akan meninggal dan memerintahkan mereka untuk menguburnya dan melihat ke dalam kuburnya setelah 40 hari, sebab segerombolan domba akan datang kepada mereka dipimpin oleh seekor keledai dengan ekor yang buntung. Maka ketika keledai berhenti di kuburannya, mereka mesti membukanya dan dia akan bangkit dan akan mengabarkan kepada mereka keadaan Barzakh dengan yakin dan telah mengawasi mereka, Maka mereka menunggu 40 hari, dan segerombolan domba dipimpin keledai buntung pun datang. Mereka berhenti di hadapan kubur Khalid, dan orang beriman di antara kaumnya meminta untuk membuka kuburnya, namun puteranya menolak untuk membiarkan mereka membuka kuburnya karena takut cacian dan

61

Page 62: Himpunan Kitab Aulia

hinaan dan kalau-kalau mereka berkata ‘itu anak dari dia yang kuburnya dibongkar’. Sehingga itu merupakan berhala kebodohan bangsa Arab yang menunjukkan mereka akan adat ini, dan mereka menyebabkan perintah Khalid binasa dan membiarkannya wafat.

62

Page 63: Himpunan Kitab Aulia

XXVII.

INTISARI HIKMAH KESENDIRIAN DALAM SABDA MUHAMMAD SAW

Hikmah fardaniyah didedikasikan kepada Muhammad SAW sebab beliau adalah penentuan pertama dengannya Zat Tunggal menentukan Diri-Nya sendiri sebelum menyatakan diri-Nya dalam Tajalli yang tak terbatas. Dan tajalli ini terderajatkan melalui genus, spesies, jenis dan individu, sebagian berada di bawah yang lain. Sehingga beliau meliputi seluruh Tajalli, dan beliau adalah satu dan tunggal dalam eksistensi, tanpa serupa/tandingan, sebab tiada Tajalli setara dengannya dalam derajat; dan tak ada satupun di atas beliau selain Zat Mutlaq, yang ‘disucikan’ dari segala penentuan, sifat, nama, penetapan, definisi dan gambaran. Milik beliau lah keunikan mutlak. Sebagai tambahan, keunikan (fardaniyah) diaktualisasikan melalui ‘ayn tsabitahnya, sebab wujud pertama yang dilimpahi oleh Pancaran Maha Suci adalah wujudnya. Sehingga beliau memperoleh melalui Zat tunggal, derajat Uluhiyah dan ‘ayn tsabitahnya adalah ketunggalan paling tinggi.

Mu’jizatnya yang membuktikan kenabiannya, adalah Qur’an, yang adalah dirinya dan hakekatnya mengacu peliputannya kepada seluruh hakekat, atau pernyataan verbal yang bersifat menunjukkan akan keserbameliputan ini dan apa yang datang kepada beliau yang berasal dari Allah. Dalam setiap kasus, Qur’an adalah mu’jizat, sebab keserbameliputan dan pengumpulan ini tidaklah dimiliki oleh realitas apapun, karena seluruh hakekat ini terkandung di dalam Hakekat Muhammadan sebagai bagian yang terkandung dalam keseluruhan., tidak juga Kitab wahyu menunjukkan hal demikian, sebab Qur’an adalah kesatuan paling menyeluruh dan meliputi dari seluruh kitab Ilahi.

Allah dalam Zat-Nya adalah mandiri/tidak membutuhkan dari alam dan penghuninya. Namun Nama-nama-Nya yang tak terhingga memerlukan agar setiap nama memiliki lokus tajalli, dimana pengaruh nama itu muncul dalam lokus tajalli itu, dan Yang Dinamakan—yaitu Zat—akan menyingkapkan Diri-nya sendiri dalam lokus tersebut yang menyatakan Kesatuan Uluhiyah. Sebagai contoh,’Ar-Rahman’, Ar Razaq dan Al Qahhar adalah nama Allah, dan manifestasi mereka mengambil tempat melalui rahmat, Ar Razaq melalui yang diberi rezeki dan Al Qahhar melalui yang ditaklukkan. Sehingga selama tiada yang memberi rahmat atau objek yang diberi rahmat, maka hal kerahmatan tidak akan ada, demikian juga bagi nama Ar Razaq dan Al Qahhar. Seluruh nama dinilai dengan cara demikian, Karena itu alasan bagi manifestasi seluruh wujud khusus adalah tuntutan dari

63

Page 64: Himpunan Kitab Aulia

Nama-nama Allah. Dan seluruh nama-nama dibawah kekuasaan nama ‘Allah’, yang meliputi dan mewakili seluruh mereka. Lebih lanjut Nama ini juga mengharuskan lokus tajalli universal, yang disebabkan keserbameliputannya akan menghubungkan seluruh Nama dan menjadi wakil Allah dalam menyampaikan pancaran dan kesempurnaan dari Nama ‘Allah’ kepada apa yang selainnya. Lokus tajalli tersebut adalah Ruh Mahammadan,yang mengacu kepada hadits,’ Hal pertama yang diciptakan Allah adalah Nurku.’

Akar dan asal dari seluruh makhluk adalah derajat ontologis dari Hakekat segala hakekat, yaitu Hakekat Muhammadan atau Nur Ahmad, bentuk dari Kehadiran Tunggal dan Unik. Derajat ontologis meliputi kesempurnaan seluruh nama Tuhan dan kosmos, membentuk ukuran dari derajat manuisa, hewan dan malaikat secara harmoni. Dunia dan penghuninya adalah bentuk dan bagian dari kekhususannya, dan Adam dan anaknya diarahkan kepada tujuan kesempurnaannya. Kepada hakekat ini mengacu akan hadits,’Aku adalah pemimpin anak-anak Adam dan Adam serta yang datang sesudahnya akan berada di bawah panjiku.’

Dan karena satu dari makna batin dari kata ‘Quran” adalah konsentrasi dari kemauan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam bab Musa, Syeikh ingin menunjukkan bahwa konsentrasi ini juga sebuah kejaiban/mu’jizat, sehingga dia berkata, Dan konsentrasi atas sesuatu adalah keajaiban, disebabkan bermacam ragam hakekat yang manusia liputi dan berbagai ragam indera ruhani dan fisiknya. Dan setiap realitas dan inderawi ini memiliki kebutuhan khusus dan sebuah sifat yang telah ditentukan yang berbeda dari kebutuhan dan sifat yang lain. Maka konsentrasi—yang merupakan serapandari keragaman tersebut oleh kesatuan—menghancurkan kebiasaan umum, dan dengan demikian ia adalah sebuah keajaiban. Sekarang manusia, yang beragam melalui inderanya yang berbeda-beda, adalah seperti Al Quran, yang beragam dan berbeda melalui ayatnya yang beragam dan melalui menjadinya ia sebagai Kalam Allah tanpa syarat, tanpa menguti ayat yang lain, dan kalam Allah, dalam makna bahwa Dia telah mengucapkan mereka, namun dikutip oleh Allah dari yang lain. Maka dalam acuan ia sebagai kalam Allah tanpa syarat, ia adalah mu’jizat, meskipun bukan dalam acuan kutipannya akan kalam pembicara yang lain; dan ia atau keragaman Al Quran melalui beragam ayatnya dan satu sebagai Kalam Allah adalah konsentrasi/kumpulan yang menuntut itu menjadi mu’jizat. Demikian juga konsentrasi dari kemauan manusia dengan beragam hakekatnya.

Allah berkata, ‘Sahabatmu’ yaitu Muhammad,’tidaklah dikuasai/tertutup (QS81:22), kata yang biasanya diartikan sebagai dikuasai/majnun, memiliki akar

64

Page 65: Himpunan Kitab Aulia

kata yang sama dengan jinn, yang berarti menyembunyikan atau menutupi, yaitu tak satu pun disembunyikan dari dia;’ dan dia tidaklah kikir (QS81:24), maka dia tidaklah kikir dengan apapun yang kamu miliki, yaitu segala yang layak kamu miliki dan yang dituntut oleh kesiapanmu;’dan tidaklah ia dicurigai’, seperti sebagian ahli kalam membaca ayat yang sama ini, yaitu tak seorang pun mencurigainya menjadi kikir dengan segala sesuatu yang dia miliki dari Allah yang merupakan milikmu, sebab dia akan menyampaikannya kepada setiap yang yang memiliki hak dan mencurahkan kepadanya apa yang dia perlukan dan kepada beliau mereka diberi nama.

Karena takut tidak ternyatakan kecuali ditemani oleh menjadi sesat (dalal), yang merupakan keheranan; sebab takut adalah hati yang menjadi terlepas akan ketenangan dari rasa aman disebabkan harapan kejadian yang memungkinkan tentang sesuatu yang tidak disukai; dan tiada keraguan bahwa mengharap sesuatu yang tidak nyaman tanpa menjadi yakin atasnya adalah sebuah jenis keheranan dan ketidakpastian. Maka karena Syeikh ingin meniadakan rasa takut dari beliau, dia menunjukkan bahwa dia tidaklah tersesat, persis seperti Allah berfirman, ’Sahabatmu tidaklah menyimpang dan tidak juga salah" (QS53III, 2). Namun harus diketahui bahwa ‘menjadi tersesat’ memiliki 3 tingkatan: awal tengah dan akhir, dan sesat yang ditiadakan dari beliau adalah 2 tingkatan pertama, sebab tingkatan ketiga adalah maqam spiritual beliau di dalamnya beliau mencari peningkatan dengan ucapannya,’ Wahai Rabb ku, tambahkan kebingunganku di dalam-Mu.’ Kepada hal inilah Syeikh menjelaskan dengan ucapannya, beliau tidak takut dalam kebingungannya, yang merupakan tahapan ketiga dan apa yang diinginkan oleh Insan Kamil dan tidak pernah dilampaui oleh mereka. Dan beliau tidak takut dalam tahap ini sebab adalah sifat alami beliau mengetahui bahwa tujuan utama dalam ilmu tentang Allah adalah kebingungan, dan dia yang mengetahui tujuan utama dalam imu tentang Allah adalah kebingungan yang telah ditunjuki kebenaran dan dengan demikian adalah pemilik hidayah dan kefasihan dalam menyatakan kebingungan. Dan kebingungan adalah tujuan, jadi bagaimana bisa beliau takut dengannya?

Ketahuilah bahwa tahapan pertama dari menjadi tersesat berhubungan dengan kebingungan pemula, atau kebanyakan manusia, ciri yang kedua nampak dalam derajat pertengahan di antara mereka yang memiliki mukasyafah sementara masih terhijab, dan ciri yang ketiga berhubungan dengan yang terbesar dari mereka yang telah mencapai Al Haq.

Penyebab pertama dan kebingungan umum adalah bahwa manusia merupakan pencari yang fakir dalam esensinya. Sehingga tak satu saat pun yang

65

Page 66: Himpunan Kitab Aulia

terlewati tanpa wujudnya dalam pencarian. Pada haekkatnya pencarian ini diarahkan kepada Kesmpurnaan yang merupakan tujuan yang benar dari si pencari, namun tujuan menjadi ditentukan sesuai dengan cita-cita, niat dan hubungan yang memotivasi dan mendorong. Maka selama tujuannya kepentingan paling utama atau agama atau keyakinan dimana ia mengikatkan dirinya dengan tujuan tersebut tidaklah ditentukan oleh manusiam dia tetap bingung dan gelisah. Hal pertama yang menghilangkan kebingungan ini adalah penentuan dari sebuah pencarian yang paling utama, kemudian ilmu tentang jalan yang berhubungan dengan hal ini, kemudian faktor-faktor yang dapat mengantarkan pada pencapaian ini, kemudian jalan lain yang dapat juga mengantarkan kepada tujuannya, kemudian ilmu tentang penghalang-panghalang jalan dan cara menghilangkan halangan tersebut. Jadi ketika hal-hal ini teraktualisaikan, kebingungan pun lenyap.

Kemudian, sekali tujuan telah diputuskan bagi seorang manusia dan dia diberikan kepentingan utama atas sesuatu yang ia lihat sebagai akhirnya, keadaannya ada dua jenis: entah sesuatu itu meliputinya dalam cara sedemikian hingga tak satu pun tersisa untuk dicari lebih jauh, sebagaimana bagi kebanyakan keadaan ruhani pemeluk agama dan kepercayaan; atau ketenangannya tetap ada, dan kamu melihat bahwa meskipun dia bersandar atas keadaan tertentu dan hal yang khusus, dia kadang-kadang bertanya dan mencari-cari sambil menganggap jika dia mungkin tidak menemukan sesuatu yang lebih sempurna dari apa yang telah diliputinya. Sehingga jika menemukan apa yang menggoncangkan dan membangunkannya, dia bergerak menuju arah tahapan yang kedua.

Keadaannya pada tahapan kedua adalah seperti pada tahapan pertama dalam hal ia tetap tanpa gairah dan acuh untuk mencari yang lebih jauh, atau sesuatu tetap dalam dirinya yang mencegahnya dari menemukan peristirahatan dan kedamaian—khususnya ketika dia melihat bahwa manusia derajat pertengahan itu telah terbagi kedalam beberapa kelompok, masing-masing melihat hal tersebut dan bahwa yang setuju dengan hal itu telah mencapai tujuan dan yang lain telah menyimpang (bagi yang tidak setuju dengan mereka). Dan dia melihat sumber dan tempat kesetiaan pemeluk agama dan tak satu pun dari mereka memiliki kaki untuk berdiri. Dia melihat ‘kemungkinan/mumkinat’ mengetuk pintu dan yang serba berlawanan ternyatakan, sehingga dia menjadi bingung dan tidak tahu kepercayaan mana yang paling tepat dalam hakekatnya. Dia tetap bingung hingga pada akhirnya sifat dari suatu maqam yanag dipercayai oleh satu dari pemeluk agama mendukung diri mereka memperoleh berkuasa atasnya sehingga dia tertarik dan mencapai ketenangan; anugerah yang lain—atau anugerah bersamaan dengan ketulusan niatnya, keteguhan kesungguhannya, usahanya yang berat—mengangkat hijab darinya, sehingga dia menjadi satu dari ahlul kasyaf.

66

Page 67: Himpunan Kitab Aulia

Keadaan ruhaninya pada saat awal maqam mukasyafah adalah seperti keadaan ruhani sebelumnya dalam hal ketika dia mendengar suara dari langit yang berbicara kepadanya, ketika dia menyaksikan penglihatan yang tinggi dan ketika dia melihat betapa baiknya Allah memperlakukannya dan segala yang dia peroleh yang telah dinyatakan kebanyakan peghuni dunia, sebagian atau seluruhnya dari hal ini entah memikat dia secara sempurna, atau tetap ada dalam dirinya rahasa dahaga pencarian yang membakar. Sehingga dia memandang kepada firman Allah,’ dan tidak mungkin bagi seorang manusia satu pun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.His (QS42:51)’, dan ini seperti di antara pernyataan Ilahi dan peringatan kenabian, dan dia menjadi waspada bahwa di dalam kasus dari segala yang muncul melalui hijab atau menjadi tertegaskan melalui perantara, sudah semestinya hijab dan perantara memiliki pengaruh tertentu, sehingga yang muncul tidak menahan asalnya yang murni. Maka kemungkinan kembali mengetuk, khususnya ketika dia menjadi tahu rahasia keadaan ruhaninya atau maqam dan sifat yang mendominasinya, dan setiap hal ini memiliki sebuah pengaruh yang menyatakan dirinya sendiri kepadanya dan menjadi terhubung dengannya. Sehingga dia tidak menjadi tenang, dan tiada keinginan tetap dalam dirinya demi Hadrat Ketuhanan dari aspek khusus atau sudut pandang khusus. Dia melampaui derajat dari Nama-nama dan Sifat-sifat dan seluruh ciri, tindakan dan tajalli yang terhubung dengan mereka. Sehingga Allah tidak menjadi ditentukan baginya sesuai dengan aspek fisik dan ruhani yang khusus mengacu kepada Az Zahir dan Al Batin atau berdasarkan berbagai bidang ilmu, mode-mode persepsi, keimanan, pengihatan, tradisi atau gambaran, disebabkan kesadarannya akan Keagungan Allah dan akan fakta bahwa Dia tidak dibatasi kepada seluruh atau sebagian hal-hal tersebut, dan karena dia tidak menjadi puas, tidak juga Keinginannya berhenti pada satu dari tujuan dimana manusia berhenti—meskipun mereka benar dan mereka berhenti bersama Allah, bagi-Nya dan di dalam-Nya. Meskipun demikian dia melihat melalui fitrahnya bahwa tanpa keraguan ida memiliki tempat peristirahatan di dalam Wujud-Nya, dan dia mengarah kepada hal ini dengan sebagian besar dirinya, atau malahan dengan seluruh dirinya, dan dia menampatkan kehadirannya dalam perhatiannya kepada Allah dalam adab bahwa Allah mengetahui diri-Nya di dalam diri-Nya oleh diri-Nya, bukan dalam cara Dia mengetahui diri-Nya di dalam hal selain diri-Nya, tidak juga dalam cara yang lain mengenal diri-Nya, dan bukan berdasarkan ilmu yang bersesuaian dengan anugerah atau diusahakan.

Dan keadan ruhani ini adalah keadaan awal dari pemiliki kebingungan akhir, yang diinginkan pemilik ruhani yag termasyur dan terhebat namun mereka tidak

67

Page 68: Himpunan Kitab Aulia

melampuinya; malahan mereka mendaki di dalamnya selamanya secara abadi, di dunia, di Alam Barzakh dan di Akhirat. Mereka tidak memiliki tujuan yang terikat/tetap di dalam Az Zahir atau Al Batin, sebab mereka menahan Allah ditentukan oleh maqam apapun berdasarkan Dia menjadi terbatasi dalam lahiriah dan batiniah mereka, dan karena itu terbedakan dari pencaraian yang lain. Meskipun demikian Dia menunjukkan mereka bahwa Dia meliputi mereka dari seluruh arah lahir dan batin mereka dan bahwa Dia menyingkapkan diri-Nya kepada mereka di dalam mereka, bukan dalam sesuatu yang lain, arah, nama atau derajat. Sehingga mereka memasuki padang pasir Tanpa Jejak dalam musyahadah-Nya, dan kebingungan mereka berasal dari-Nya melalui-Nya dan di dalam-Nya.

68

Page 69: Himpunan Kitab Aulia

Kitab Lub Al Lub/Instisari dari IntisariSyeikh Muhyiddin Ibn ‘Arabi Qs

69

Page 70: Himpunan Kitab Aulia

BAB 1

Satu dari hal khusus yang dijelaskan dalam Futuhat Al Makkiyah adalah: “Jika seorang Arif benar-benar seorang arif, dia tidak dapat berdiri terikat dalam satu bentuk keyakinan saja.’

Itu bermakna, jika seorang pemilik ilmu sadar akan wujud dalam ke-dia-an nya sendiri, dalam seluruh maknanya/hakekatnya, maka dia tidak akan tetap terjebak dalam satu kepercayaan. Dia tidak akan mengurangi/memotong lingkaran kepercayaan, dia akan seperti materi awal (hayula) dan akan menerima apapun bentuk yang dihadapkan kepadanya. Bentuk-bentuk ini menjadi sisi lahiriah, tak ada perubahan kepada rahasia dalam alam batinnya. Al Arif billah, apapun asalnya akan tetap seperti itu. Dia menerima seluruh jenis keyakinan, namun tidak terikat pada keyakinan apapun. Apapun tempatnya adalah Pengetahuan Ilahi, yang merupakan ilmu hakekat, dia tetap di dalam tempat itu; mengetahui seluruh rahasia kepercayaan yang dia lihat secara batiniah dan bukan lahiriah. Dia mengenali sesuatu yang rahasianya dia tahu, apapun yang ditampakkan, dan dalam hal ini lingkarannya sangat besar. Tanpa melihat pakaian apa yang mereka kenakan, di bawah dalam sisi lahiriah dia mencapai kepada asal dari kepercayaan itu dan menyaksikan mereka dari setiap tempat yang mungkin.

Kedua alam adalah melalui tajalli AllahPandanglah Keindahan Al Haq dari sisi manapun kamu inginkan.

* * *

Sebuah hadits menjelaskan seperti ini: Ketika ahli Surga mencapai maqam mereka, Rabb menawarkan sebuah pandangan melalui membukakan tirai kecil yang menyembunyikan Keagungan dan Kebesaran-Nya, dan berkata:” Aku lah Rabb mu Yang Maha Besar,” Itu

70

Page 71: Himpunan Kitab Aulia

bermakna, Aku lah Allah Yang Maha Besar yang bertahun-tahun kamu rindukan dilihat. Pewahyuan Allah ini membingungkan mereka dan mereka menyangkalnya dan mereka berkata,’ Tidak mungkin engkau Rabb kami,’ dan mereka mengatakannya dengan nada tinggi dan meracau. Pada waktu itu penyingkapan berubah sampai tiga kali dan setiap kali penyingkapan mereka lagi-lagi menyangkal. Kemudian Allah bertanya kepada mereka,’ Apakah ada ciri di antara kalian tentang Rabb kalian? Dan mereka menjawab,’ Ya,ada.’ Maka Dia menampakkan kepada setiap orang sesuai dengan derajat dan kemampuan pemahaman setiap prasangka dan kepercayaan. Setelah pewahyuan ini mereka menerimanya dan berkata, “Engkau lah Rabb kami.Maha Besar Maha Agung.” Berdasarkan hadits: “ kamu akan memandang Rabb mu seperti kalian memandang bulan purnama dan akan sangat gembira.” Meskipun keadaannya demikian, kaum arif benar-benar menegaskan Allah ketika penyingkapan pertama sebab mereka melayakkan seluruh keimanan, dan memperoleh kecerdasan dalam seluruh tajalli.

Mereka yang melihat sang kekasih sekarangAdalah yang melihatnya esok hari

Apa yang akan mereka ketahui tentang kekasih disana, jikaMereka adalah yang buta di sini?

Bahkan, dalam Al Quran telah dikatakan kepada kita,” Mereka yang buta di dunia ini, juga akan buta di akhirat,” yang bermakna: dia yang tidak membuka mata akan makna di sini akan berada pada keadaan yang sama saat dipindah ke dunia lain. Akibatnya, dia tidak akan melihat Tajalli Allah (ketika disingkapkan pertama kali kepadanya).Apa yang kita mohonkan dari Allah adalah hal ini supaya dia menjaga seluruh hamba-Nya dari sebuah keimanan yang hanyalah merupakan tiruan dan kepura-puraan.

Di sini beberapa pertanyaan muncul: bagaimana seseorang yang memiliki pemahaman tentang keadaan ruhani kaum Arif mengerti akan

71

Page 72: Himpunan Kitab Aulia

realitasnya sendiri? Hal ini dapat dijawab dengan cara berikut: Adalah perlu agar dia menemukan seorang Arif yang mengenal dirinya sendiri dan setelah dia menemukannya, dari lubuk hatinya, dan seluruh jiwanya dia menjadikan sifat seorang Arif tersebut menjadi sifatnya. Seorang yang Arif yang ingin menemukan ma’rifatnya yang asli, mesti melakukan dalam cara demikian dan mengikuti ayat Al Quran kepada makna ini,” Hai orang-orang yang beriman, carilah wasilah kepada-Nya.” Penjelasan hal ini mungkin sebagai berikut: Ada sebagian hamba-Ku yang telah menemukan Aku. Jika kamu ingin menemukan Aku ikutilah jejak-jejak mereka. Mereka akan menjadi wasilah/sarana buatmu dan mereka pada akhirnya akan menunjukkan jalan kepada-Ku. Jika keadaannya demikian maka melalui melayani mereka, seseorang akan mengenal dirinya sendiri. Dia akan mengerti kapanpun dia tiba dan kemana dia akan pergi dan dia akan memiliki sebuah firasat akan maqam dari keadaan sekarang.

Sebuah hadits menjelaskan tujuan perwujudan alam ini maka:” Aku adalah khazanah tersembunyi dan Aku cinta ingin dikenal, dan Aku ciptakan makhluk agar Aku dapat dikenal.” Perintah ini adalah seperti demikian namun untuk mengenal Allah bukanlah perkara yang gampang hingga seseorang mengenal dirinya sendiri.

Hadits berikut menjelaskan ‘Dia yang mengenal dirinya kenal Rabbnya.” Lawannya juga demikian ( dia yang tidak kenal dirinya tidak kenal Rabb nya) dan inilah yang dipahami mereka yang memiliki keadaan ruhani. Banyak kaum khusus maupun kaum awam memaknai hadits ini sebanyak akal mereka berikan. Allah berkehendak, sebuah makna dinyatakan kepada derajat kaum khusus. Bagaimanapun, pada maqam ini 7 bentuk yang berbeda tertampakkan, yang akan dijelaskan berikut di bawah ini.

72

Page 73: Himpunan Kitab Aulia

BAB 2

BENTUK PERTAMA

Jika seseorang dalam tubuhnya mengerti ruh parsial dalam bentuknya, yang dapat disebut jiwa yang berbicara (nafs an natiqah), jika keadaan orang tersebut memang demikian, dia berada dalam bentuk pertama. Maqam ini disebut maqam pengembangan. Berdasarkan pandangan ahli Tauhid bahwa jiwa, hati, ruh,akal, sir/rahasia, seluruhnya bermakna sama. Perbedaan nama ini diberikan kepada sesuatu yang sama yang mengambil bentuk yang berbeda pada saat yang berbeda.

Sesuatu yang dikenal sebagai jiwa yang berbicara tidaklah memiliki hidup atau tubuh selain pengaruh dan tindakan diluar dan di dalam tubuh. Meskipun demikian ia tidak memiliki tempat atau tanda akan eksistensinya. Meskipun ia tidak memiliki lokasi yang khusus, kapanpun kamu meletakkan jarimu, sesuatu ada di sana dan ia nampak maujud dalam seluruh totalitasnya. Lebih jauh pembagian, sekat atau hal–hal seperti ini tidaklah mungkin baginya. Ia seperti apa yang digenggam dalam tangan manusia, yang melihat lewat matanya, yang bicara dengan lidahnya, berjalan dengan kakinya, mendengar dengan telinganya, dan secara bersamaan hadir dan mengatur seluruh perasaannya.

Ia hadir secara esensial dan menyeluruh dalam setiap bagian tubuh, dan membatasi seluruh tubuh, ia melampau tinggi dan bebas dari setiap bagian tubuh. Jika sebuah jari atau kaki dipotong, ia tidak akan menderita pengurangan, tidak juga ia kehilangan bagian dirinya sendiri. Dalam setiap hal, ia seperti titik pusatnya sebagaimana sebelumnya selalu begitu, dan tetap permanen dan ada, Jika tubuh dihilangkan, ia tidak mengalami kehilangan eksisitensi tidak juga

73

Page 74: Himpunan Kitab Aulia

pembubaran. Untuk dapat memahami hal ini terdapat makna yang tidak cocok kepada batasan atau perhitungan apapun.

BENTUK KEDUA

Biarkan seseorang yang berada dalam bentuk kedua ini melihat kepada cakrawala. Yaitu biarkan dia melihat cakrawala dimana Jiwa Universal berada. Inilah yang dinamakan Akal, Ruh Agung, Khalifah. Ia tidak memiliki bentuk badani dan ia tidak berada diluar alam semesta ini dan langitnya, namun dia meliputi seluruh maujud dan di sanalah ia hadir dan memainkan kontrolnya. Dalam hubungan dengannya, puncak tertinggi dan dasar terendah adalah sama. Ia hadir adalam setiap yang memiliki derajat dengan pemahamannya sendiri. Ia tidak dapat terpaket atau terbagi. Jika langit jatuh dan bumi bergoncang, tak ada yang terjadi padanya.

Sebagai contoh, perbedaan apa yang ia beri kepada matahari dan bagaimana yang ia alami meskipun ia memasuki menara,istana dan rumah yang didirikan di atas bumi. Bagaimanapun, setiap cerobong asap, kamar atau dinding menerima cahaya darinya berdasarkan jendelanya. Persis seolah-seolah bangunan tersebut akan jatuh dan istana akan hancur, tak seorang pun akan membayangkan apapun akan terjadi kepada matahari, yang bermakna tak ada apapun yang akan terjadi kepadanya.. Tak peduli berapa banyak manusia atau makhluk yang Allah ciptakan, Dia dapat memiliki taqdir di dalamnya dan mengatur semuanya. Tak peduli berapa banyak yang mati di antara makhluknya yang hidup Ruh Agung tersebut tetap hadir selamanya dan dalam keadaan sebagaimana ia biasanya. Maka seseorang yang memiliki ruh tersebut, ketika di melihat ufuk cakrawala, andai dia tahu derajat ini, maka ia akan paham apakah bentuk yang kedua itu.

74

Page 75: Himpunan Kitab Aulia

BENTUK KETIGA

Dalam maqam ini manusia menerima perkembangan lebih jauh dan melihat apa yang disebut ruh parsialnya menjadi tiada dan fana dalam Ruh Universal dan dia menjadi baqa dalam Ruh Universal…Biarkan dia mengamati bahwa ruh adalah Ruh Universal, dan akal adalah Akal Universal, dan mengamati hal ini dengan Haqqul Yaqin dan kemudian melemparkan dari dirinya segala apa yang disebut dengan ‘bagian’. Biarkan dia memahami bahwa segala sesuatu adalah terikat kepada Keseluruhan. Inilah bentuk ketiga.

BENTUK KEEMPAT

Kemudian… biarkan dia melanjutkan pendakian dalam maqam ini. Biarkan dia menemukan ruhnya fana dalam Ruh Universal. Dan sekarang biarkan dia melihat bahwa Ruh Universal fana dalam kedirian Allah. Dan dia terbebaskan dari bagian dan keseluruhan. Ketika ini terjadi kepadanya dia melihat seluruh urusan fana dalam af’al Allah, Nama-nama dan Sifat-sifat Allah dan dengan demikian seluruh kedirian fana dalam kedirian Allah, dan dia melihat mereka sebagai tiada. Ketika dia kokoh dalam hal ini, maka dia telah mencapai apa yang dikenal sebagai kedekatan melalui ilmu (Ilmu Yaqin) dan melalui Kebenaran (haqqul yaqin) dan dia mencapai maqam peyaksian sempurna.

Di bawah jubah maujud tak ada apapun di sana selain Dia: dia menjadi tahu makna hal ini melalui batiniah, dan juga memperoleh sebuah pemahaman akan makna ayat Al Quran:” Milik siapakah kerajaan hari ini? Milik Allah Al Wahid Al Qahhar,” dia mengetahuinya dengan yakin hal itu secara batiniah, tiada apapun selian Allah.

75

Page 76: Himpunan Kitab Aulia

Sampai sekarang kami telah sebutkan 4 bentuk. Ini dapat disebut sebagai berikut:

1. Anfus – Batiniah2. Ufuk – cakrawala, eksistensi di luar diri3. Kesatuan Anfus dan Ufuk4. Fananya anfus, ufuk dan Kesatuan Anfus dan Ufuk dalam Kedirian Allah.

BENTUK KELIMA

Ini adalah maqam dimana setiap maqam yang telah disebutkan sebelumnya mesti terlihat dan diamati sebagai yang tunggal. Seseorang yang telah mencapai maqam ini dianggap sebagai Anak Waktu (ibnul waqtu).

BENTUK KEENAM

Seseorang yang mencapai maqam ini adalah cermin bagi segalanya. Penempuh jalan dalam baqa, ia menjumpai di jalannya tak seorang pun selain dirinya sendiri dan berpikir bahwa segalanya terikat dengan dirinya. Dia berkata,” Dalam jubahku tak ada yang lain selain Allah. Mungkinkah ada seseorang yang lain dalam dua dunia selain aku?” Demikianah dia menjadi cermin bagi segala sesuatu dan segala sesuatu tercerminkan di dalam dirinya. Bahkan mungkin ia juga adalah sinar dari cermin dan apa yang terpantulkan. Dia sebelumnya adalah Ibnul Waqtu yang biasa berkata,” Tak ada yang maujud selain Allah.” Ketika dia mencapai maqam ini (yang keenam) dia berkata,” Hanya ada Aku,” dan dia sering disebut sebagai Bapak Waktu (Abul Waqtu).

76

Page 77: Himpunan Kitab Aulia

BENTUK KETUJUH

Seseorang yang datang ke dalam maqam ini maka sekarang akan sempurna dalam musyahadah. Secara sempurna dan mudah dia telah mencapai ketiadaan, dan mulai sekarang dalam baqa dia mencapai baqa. Setelah ini seseorang tidak akan membicarakan dia sebagai pemilik hal ruhani dan maqam. Dia tidak memiliki pengamatan,tidak juga penyaksian tidak juga ma’rifat, dan penjelasan atau interpretasi dari hal-hal tersebut tidaklah mungkin sebab tempat ini adalah maqam ketiadaan sempurna. Bahkan kata ‘maqam’ digunakan disini digunakan hanya untuk menjelaskan sebab seseorang disini tidak mengetahui maqam atau tanda-tanda. Hanya mereka dengan zauq memahami dengan zauq. Semoga Allah menjadikan hal ini mudah bagi kita.

* * *

Ketika Sang Arif mencapai maqam ini dia berada dalam Alam Kesatuan dan Totalitas. Jika mesti baginya untuk berpisah dari sini, dia dihiasi Wujud Ilahi. Dia mengetahui realitasnya dan akibatnya memahami Allah, dan kemudian dia tidak terikat lagi dengan hukum apapun, aturan, kepercayaan yang kita pahami secara lahiriah. Inilah yang ingin dijelaskan, dan makna yang diinginkan adalah ini.

Tanpa wujud aku tidak temukan jalan kepada Al Haq;Di sana aku hidup dengan Al Haq; aku temukan baqa’.Diriku, aku fanakan diriku; diriku aku jumpai diriku lagi.

Kamu akan menjadi keseluruhan ketika kamu lenyapkan dirimu

77

Page 78: Himpunan Kitab Aulia

* * *

Pada akhirnya sang Arif memahami bahwa entah di dalam anfus atau di ufuk cakrawala, apapun yang termanifestasikan di sana adalah Kedirian; wujud itu adalah Wujud Tunggal, Satu Jiwa, Satu Tubuh, ia tidak terpisah dan tidak juga terindividukan; segala yang ada dalam ketetapannya tiada lain selain Tajalli-Nya dan Alat; yaitu dari setiap partikel atau akar kepada massa terbesar, Al Haq tertajallikan dengan seluruh Sifat dan nama-Nya dan manifestasi ini bersesuaian dengan pemahaman dan keimanan setiap orang. Dalam setiap tempat dan dalam setiap maqam Dia menunjukkan wajah yang berbeda. Dia mampu menunjukkan wujud-Nya entah di dalam atau tanpa tempat dan maqam; yaitu yang berada dalam citra segala sesuatu, yang dimengerti oleh akal, makna dalam setiap hati, sesuatu yang didengar setiap telinga, mata yang melihat dalam setiap mata, adalah Dia…Jika Dia tersingkap dalam wajah ini dia juga melihat dari wajah yang lain. Makna dari hal ini lagi-lagi mengacu kepada kalimat awal dalam kitab ini, Yang menuntut dan yang dituntut, sang pecinta dan yang dicinta, yang beriman dan keimanan adalah sama bagi kaum Arif. Seluruh ini bermakna bahwa bagi kaum Arif tak diijinkan untuk terikat kepada aspek keimanan tertentu.

* * *

Beberapa orang buta berkumpul pada suatu tempat. Mereka mulai membahas suatu masalah:” Kami penasaran andai kami dapat melihat gajah.” Penjaga gajah membawa mereka ke kandang gajah. Masing-masing dari mereka menemukan bagian dari gajah dan berpegang dengannya—sebagian kepada telinga, sebagian kepada kaki, sebagian kepada perut dan sebagian kepada belalai. Setelah mengetahui gajah dalam cara ini, mereka mulai berargumen di antara mereka. Seseorang yang berpegang kepada kaki berkata bahwa gajah itu seperti tiang.

78

Page 79: Himpunan Kitab Aulia

Seseorang yang berpegang kepada telinga berkata bahwa gajah itu seperti kain, dan yang mengetahui melalui perutnya berkata gajah seperti gentong. Ringkasnya, apapun bagian tubuh tempat tumpuan mereka yang mereka ketahui, seperti itulah keimanan mereka. Seseorang yang memiliki iman melalui peniruan adalah dalam derajat ini, dia cenderung kepada sesuatu yang terbatas dan menetap di sana. Dalam keadaan dimensi seperti itu mereka tetap terpenjara.

Siapa yang tetap terpenjara dalam dimensi terbatasAkan benar-benar menyedihkan ketika terbaring di dalam kubur

***

Apapun yang terjadi kaum arif tidak akan terperangkap dalam keimanan terbatas sebab dia berlaku bijak kepada dirinya sendiri. Inilah yang telah kami jelaskan di atas.

79

Page 80: Himpunan Kitab Aulia

BAB 3

Sang Arif agar ia mengetahui lebih baik akan dirinya sendiri dan mengetahui inti hatinya adalah perlu mendengarkan dengan seksama dan dengan rendah hati kepada 5 hal lagi yang ia perlukan. Ini merupakan keperluan mutlak bagi sang arif ketahui dalam mencapai tujuannya. Karena alasan ini, kami memberikan paparan dibawah ini yang disebut 5 hadirat (Kehadiran).

LIMA KEHADIRAN/HADRAT

Adalah penting mengetahui bahwa tiada akhir kepada kedirian Allah atau kepada sifat-sifat-Nya, sebagai akibatnya Alam Semesta tidak memiliki akhir atau jumlah, sebab Alam Semesta adalah tempat bagi manifestasi Nama-nama dan Sifat-sifat. Karena apa yang mewujud tidak terbatas, tempat perwujudan juga tidaklah terbatas. Akibatnya, ayat Al Quran,” setiap saat Dia berada dalam konfigurasi yang berbeda/kesibukan,’ bermakna setara dengan tiada akhir/batasan bagi penyingkapan Allah.

Qudrah Allah selalu konstan dan tetap dalam keadaan Kesempurnaan. Disebabkan Kesempurnaan ini Dia tidak menyingkapkan diri-Nya dua kali/ berulang kepada seseorang yang sama dalam cara yang sama. Dia secara konstan berada dalam tajalli yang baru, dan sebagaimana itu tidak terjadi hingga sekarang, maka tajalli yang sama tidak mungkin terjadi kepada dua orang yang berbeda.

Dalam sebuah hadits dikatakan: “Allah memiliki 18 ribu alam dan bumi ini adalah satu di antaranya.” Meskipun tidak ada batas bagi tajalli Allah dan tiada akhir bagi lokus tajalli Allah. Bagaimanapun,

80

Page 81: Himpunan Kitab Aulia

seluruh alam ini dilingkupi oleh 5 kehadiran yang kami sebutkan. Qudrat-Nya adalah yang paling hebat; Keagungann-Nya paling luas dan tidak ada Uluhiyah selain Dia.

Kehadiran Pertama—Gaybul Mutlaq—Kegaiban Mutlak

Kehadiran ini juga disebut Alam Lahut. Ia disebut juga alam dengan tiada manifestasi (la ta’ayyun) yang tidak berada dalam ukuran apapun atau bentuk atau peliputan. Ia disebut juga Kebutaan Mutlak. Disebut juga Wujud Belaka, Wujud Mutlak,Kedirian Murni (zat),Ummul Kitab, Pernyataan Mutlak, Titik Terdalam Lautan, Yang tidak diketahui dari yang tidak diketahui.

Di Quran dikatakan,’ kunci kegaiban seluruhnya berada di sisi-Nya, hanya Dia yang mengetahui mereka.’ Nama yang disebut di atas hanya berasal dari satu derajat. Akibatnya Allah dalam maqam ini berada dalam Kesempurnaan Rahman dan Maha Kaya dari seluruh pensifatan yang mereka buat tentang Dia. Tiada Pensifatan atau nama yang mungkin dalam maqam ini. Apapun kata yang digunakan untuk menjelaskan maqam ini tidak akan cukup dan layak sebab pada Hadrat ini Kedirian Allah berada dalam Tanzih yang Sempurna dari segalanya, sebab Dia belum turun ke dalam lingkaran Nama-nama dan Sifat-sifat. Seluruh Nama dan Sifat terkubur dalam fana dalam Kedirian Allah. Ada beberapa kutipan Al Quran yang berhubungan dengan hal ini:

1. “Tanpa keraguan Allah Maha Kaya dari seluruh Alam.”2. “Tidakkah pernah lewat suatu waktu kepada manusia ketika manusia bukanlah sesuatu yang disebut,diingat atau didengar?”3. Hadits: “Pada saat itu Allah Ta’ala berada dalam suatu keadaan ketika tak satu pun ada bersama-Nya.”

81

Page 82: Himpunan Kitab Aulia

4. “Aku adalah khazanah tersembunyi…” (hadits qudsi)

Kutipan ini menunjukkan maqam yang telah kami sebutkan. Apapun kemungkinan kasusnya, bagi sang Arif yang mengenal Kedirian, tak satu pun baru atau berbeda yang telah terjadi. Apapun Dia sebelumnya, sekarang Dia tetap demikian. Ketika Hadrat Ali mendengar hadits ini:” Pada saat itu Allah dalam situasi demikian bahwa tak satu pun bersama-Nya,” dia menambahkan,’ Bahkan sekarang Dia tetap demikian.” Dengan demikian dia menjelaskan hadits dan pada saat yang sama membuka wajah lain dari hadits dan mengomentarinya.

Kehadiran Kedua – Alam Jabarut (Alam Ke-Mahakuasa-an)

Ini juga dikenal sebagai Kehadiran Penyingkapan Awal (Ta’ayyun Awwal), Tajalli Awal, Permata Pertama, Hakekat Muhammad, Ruh Agung, Ruh Universal, Gaib Tersifatkan dan Al Furqan. Dalam Ummul Kitab segala sesuatu tampak terkumpulkan bersama dan dalam Kitab Yang Nyata seseorang mulai memasuki bab-bab. Ummul Kitab adalah Zat. Maqam ini disebut juga Alam Asma, Entitas Tetap (‘ayn Tsabitah), Alam Intisari, Barzakh Al Akbar. Keseluruhan ini adalah nama-nama dari Derajat pertama namun mereka digunakan masing-masing dengan sebuah referensi khusus dan bukan dianggap rahasia bagi yang tahu.

Kehadiran Ketiga – Alam Malakut (Alam Malaikat)Ini kadang-kadang digambarkan sebagai derajat para Malaikat, Alam Mitsal, Alam Imajinasi (Khayal), Keawalan, Penyingkapan Kedua, Tajalli Kedua, Batas Terjauh (Sidratul Muntaha), Alam Perintah, Barzakh kecil dan Alam Bab-bab.

82

Page 83: Himpunan Kitab Aulia

Kehadiran Keempat – Syuhud Mutlak ( Penyaksian, Penglihatan, Pengamatan Mutlak)

Ini disebut Alam Syahadah, Alam Kepemilikan (Mulk), Alam Nasut, Alam Ciptaan, Alam Makna, Alam Spesies-spesies, Alam Angkasa,Bintang dan Kelahiran. Apa yang dimaksud dengan ini adalah logam,tumbuhan dan hewan. Mereka juga menganggap Arasy Azhim sebagai bagian dari maqam ini. Maqam ini melingkupi totalitas dari alam bentuk-bentuk.

Ini adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan Alam Musyahadah. Seluruh yang disebutkan selain alam ( yaitu tiga sebelumnya) disebut Alam Gaib, dimana seluruh yang disebutkan disini adalah Alam Perintah (Alam ‘Amr), maka kedua nama ini digunakan. Istilah Gaib dan Penyaksian dan/atau masalah-masalah dunia dan masalah-masalah dunia yang lain, mungkin juga digunakan.

Apa yang akan dijelaskan berikut ini, yaitu 4 alam, adalah seperti lautan. Ia adalah Alam Mulk, Alam Ruh (Malakut), Alam Jabarut dan Alam Ketuhanan (Lahut). Seluruh lautan ini adalah abadi dan tidak memiliki awal dan akhir. Lautan pertama adalah Kedirian/(Zat) yang sering disebut Lahut. Sesuai dengan pernyataan,” Aku adalah khazanah tersembunyi….” Kedirian Allah mengalir memanifestasikan Alam Jabarut, dan ini disebut juga Ruh Agung. Ketika Jabarut mengalir, ia memanifestasikan alam Malakut. Dengan mengalirnya alam Malakut terbentuklah adalam Mulk. Apa yang dimaksud disini dengan “mengalir” adalah fitrah atau kecenderungan alami sebagai akibat sifat Kedirian. Apa yang disebutkan di atas sampai saat ini terjadi dalam ruang waktu yang diperlukan oleh satu kedipan mata, yang bermakna waktu yang sangat pendek, bahkan waktu yang tercepat. Kutipan dari Al Quran menunjukkan hal ini:” Perintah Kami adalah tunggal bagaikan kedipan mata bahkan lebih cepat lagi.” Inilah utusan perintah dan

83

Page 84: Himpunan Kitab Aulia

perintah ini disebut Kun. Kepada segala sesuatu (al-kawn) Dia berkata,Kun! dan langsung terjadi.

* * *

Tak ada satu pun dari masalah/urusan yang terjadi berasal dari yang tiada. Inilah esensi seluruhnya. Apa yang dimaksud manusia dengan berkata bahwa segala sesuatu berasal dari tiada hanyalah untuk menyatakan Kedirian, ketika ia tersembunyi dalam diri-Nya sendiri, ingin untuk menyata, sebab ‘apa yang ada/sesuatu’ tidaklah dapat menjadi yang tiada, dan apa ‘yang tiada/bukan sesuatu’ tidaklah dapat menjadi yang ada/maujud. Disebabkan pendapat ini dalam Lautan Kedirian, alam semesta menjadi ternyatakan.

Mari kita renungkan Lautan—dengan yang satu mengalir membentuk yang kedua, kemudian dari yang kedua membentuk yang ketiga dan dari yang ketiga membentuk yang keempat. Maka 4 lautan terjadi; persis seperti uap air menjadi air dan air menjadi es, segalanya terjadi dalam cara ini. Seluruh yang telah dijelaskan adalah cahaya. Setiap bagian-Nya adalah bentuk yang baru. Pada derajat kaum Arif, apapun itu sebelumnya, sekarang tetaplah seperti itu. Seluruh alam semesta yang telah dijelaskan adalah lautan cahaya yang secara konstan bergerak dan sebagai akibatnya selalu muncul penyingkapan yang lebih baru.” Setiap saat Dia dalam konfigurasi yang baru/kesibukan.” Berdasarkan hal ini Gelombang Ilahi berasal dari Kedirian dan kembali kepada Kedirian.” Segalanya berasal dari-Nya dan lagi akan kembali kepada-Nya.” “Segala urusan kembali kepada-Nya.’ “Allah adalah cahaya langit dan bumi.” Makna dari kutipan Al Quran tersebut cukup untuk menjelaskan yang dimaksud.

Seluruh alam adalah Kedirian: Lautan Hikmah,Dalam kesatuan dengan Allah. Tak ada Uluhiyah selain dari Allah

84

Page 85: Himpunan Kitab Aulia

Wujud Mutlak adalah suatu jenis laut, yang secara konstan menciptakan.

Rahasia ‘Ana Al Haq’ Dia kembali tersembunyi dan terbuka,pada saat yang bersamaan.

* * *

Maka gelombang laut adalah apa yang disebut ‘yang lain’. Laut adalah tanpa awal, tanpa akhir, dan gelombang dianggap sebagai sesuatu yang terjadi sesudahnya/aksiden.Wujud Awal dan Akhir adalah milik Allah dan ‘yang lain’ yang muncul dianggap sebagai yang ada dalam Wujud Mutlak. Seluruh sesuatu yang eksis menjadi ternyatakan dari Kedirian Mutlak, Jika penyingkapan yang merupakan kehidupan wujud diputus sesaat saja, maka segalanya akan terkubur dalam ketiadaan.

Kehadiran Kelima – Insan Kamil

Disini Insan Kamil akan dijelaskan. Kehadiran yang telah dijelaskan dan totalitas alam semesta terliputi dan terlingkupi di dalam totalitas dalam Insan kamil ini. Insan Kamil adalah pemilik derajat Penyatuan; dia berada pada maqam Ismul A’zham. Persis seperti Ismul A’zham mengumpulkan dan mengandung seluruh nama, dengan cara yang sama Insan Kamil mengumpulkan dan mengandung alam mulk-malakut, jabarut dan lahut. Entah itu dalam lahiriah atau batiniah tiada maqam yang tidak dilingkupi oleh Insan Kamil. Dia menerapkan hukumnya dalam segala sesuatu yang menjalar secara zat dan apapun sesuatu itu dapat nampak dalam sesuatu itu sebagaimana dia adanya. Dalam faktanya hadrat Ali telah berkata demikian:

85

Page 86: Himpunan Kitab Aulia

“kamu mengira dirimu adalah bagian kecilPadahal di dalam dirimu terdapat alam semesta, dirimu yang terbesar.”

Yaitu bermakna, kamu mengira dirimu sebagai sesuatu yang kecil, dimana di dalammu tersembunyi alam semesta yang terbesar. Jika kamu mendatangi seorang guru dan menjadikanmu kenal dirimu, maka kamu akan melihat segaa sesuatu di dalam dirimu dan kamu akan mengetahuinya dengan yakin.

Kamu dapat membayangkan kebesaran insan Kamil dengan cara ini: jika 18 ribu alam ditempatkan dalam mortar dan ditumbuk menjadi pasta, maka komposisi ini akan menjadi Insan Kamil. Insan ini akan melihat 18 ribu alam melalui 18 ribu mata. Dia melihat setiap alam dengan mata yang sesuai dengannya. Dia melihat rasa dengan mata rasa, masalah akal dengan mata akal, makna dengan mata hati. Bandingkan alam yang lain dengan ini. Mereka yang bodoh berpikir mereka akan paham tentang makna dengan mata inderawi jelas larut dalam harapan kosong. Dan ini dikenal oleh mereka yang tahu.

Teruskan, temukan mata. Sembuhkan dengannyaDan sekarang, lihatlah dari-Nya kepada-Nya.

Untuk dapat melihat pada alam Gaib maka mesti ada mata Ilahi.

Alasan mengapa beberapa orang melukiskan alam sebagai 18 ribu adalah:

1. Akal Universal2. Jiwa Universal(Ini sering diacu kepada Kalam Dan Lauh).3.Al Arasy

86

Page 87: Himpunan Kitab Aulia

4. Al Kursi

Kemudian diikuti 7 Langit, 4 Elemen Alam dan 3 Kelahiran (mawâlîd): totalnya 18, dan secara detail ada 18 ribu. Banyak Orang Besar meneruskan dengan cara demikian. Bagaimanapun, dalam hakekatnya Alam Semesta tidak dapat dihitung.

87

Page 88: Himpunan Kitab Aulia

BAB 4

Mari kami berikan informasi yang berguna. Apa yang terdapat pada permukaan alam sebagai ciptaan hanya dianggap sepersepuluh dari apa yang ada di air. Jika apa yang ada di air dan di bumi dikumpulkan bersama-sama maka mereka akan dianggap sebagai sepersepuluh dari apa yang ada di langit. Jika semuanya ini dikumpulkan maka akan menjadi sepersepuluh dari Malaikat di Langit Pertama. Keseluruhan ini akan menjadi sepersepuluh dari jumlah Malaikat Langit Kedua dan semuanya ini berlanjut hingga Langit Ketujuh; dan mereka yang berada dalam 7 lapis dan 7 lapis bumi jika dijumlahkan menjadi sepersepuluh Malaikat yang menghuni Kursi. Inilah ayat Al Qur’an yang berkata,’ Kursi-Nya meliputi langit dan bumi.’ Pada Kursi makhluk di 7 lapisan bumi dan 7 lapisan langit dan di air membentuk sepersepuluh Malaikat yang memohonkan ampunan di satu sudut dari Arasy. Dan seluruhnya dihitung sampai level ini akan membentuk sepersepuluh jumlah Malaikat Muhaimin As. Malaikat Muhaimin sejak mereka diciptakan hingga saat ini tidak pernah mengangkat pandangan mereka dari memandang manisnya Keindahan (Jamal) dan berada dalam keadaan mabuk dalam memandang Keindahan itu. Mereka tidak mengetahui diri mereka atau yang lain—hingga sekarang mereka bahkan tidak tahu bahwa alam semesta diciptakan juga tentang Adam atau Iblis.

* * *

Kemudian Allah memiliki Malaikat yang hebat dengan rambut yang tak terhitung di kepalanya. Berdasarkan perbandingan ini seluruh Malaikat dan segala yang lain persis seperti sebutir mutiara di rambut seseorang. Andai Allah memerintahkan Malaikat ini dia akan menelan seluruh eksistensi sebagai satu butiran dan tidak akan sadar bahwa sesuatu telah melewati tenggorokannya. Nama Malaikat ini adaah Ruh.

88

Page 89: Himpunan Kitab Aulia

Maka jika seluruh urusan yang telah disebutkan, malaikat dan langit, diletakkan dalam hati Insan Kamil, dia tidak akan merasakan dalam hatinya meskipun sebesar zarah. Ketika Abu Yazid Busthami mencapai maqam ini dia berkata sebagai berikut,” Jika Arasy dan seluruh apa yang ada di sana digandakan sejuta kali dan diletakkan di sudut hati seorang Arif,dia bahkan tidak akan merasakannya.” Hati yang tidak meliputi langit dan bumi dan Arasy serta Kursi telah menjadi tempat tajalli Keagungan dan keindahan (‘Azhim dan Jamal) dan totalitas Kedirian-Nya dan seluruh sifat-sifat Allah. Ini juga disebutkan dalam hadits Qudsi,” Langit dan bumi-Ku tidak dapat meliputi-Ku, namun hati orang beriman meliputi-Ku.” Mu’min pertama mengacu kepada Insan Kamil dan yang kedua mengacu kepada hakekat Kedirian. Dengan kata lain, Insan Kamil adalah cermin Al Haq.

Kemuliaan hati Insan Kamil tidak akan layak bagi segala perhitungan, batasan, prasangka (wahm) atau perbandingan. Ia bergantung pada zauq. Semoga Allah menjadikan zauq itu mungkin bagi kita….Hu.

* * *

Abu Yazid, dalam maqam ini berpuisi:

“Aku minum cinta gelas demi gelasTidaklah habis anggur cinta, tidak juga habis dahagaku”

Cinta yang dijelaskan dalam maqam ini adalah Yang Dicinta (Mahbub). Dengan puisi ini, Abu Yazid memberikan kabar akan derajat hati ini dan menjelaskan keluasan hati; yang diketahui oleh yang mengetahui. Jika perlu menginterpretasikanya, dapat dikatakan sebagai berikut: Cermin hatiku sebagai tempat manifestasi tajalli dan pancaran keabadian dan

89

Page 90: Himpunan Kitab Aulia

azali Sang kekasih/Mahbub. Pancaran Ilahi mengikuti satu dari yang lainnya, turun dan terus berlanjut turun, dan hatiku menerimanya. Cintaku atau penerimaan hatiku tidak akan habis dan tampaknya tidak akan berakhir.

Tujuan dari penjelasan ini untuk mengurai derajat dari Insan Kamil, dan sebagai akibatnya adalah Kebesaran Allah.

“Ketika seseorang tidak mengenal dirinyaBagaimana mungkin dia meliputi keabadian

Dan mencapai pemilik tanpa awal…”

* * *

Andai jika seluruh pohon adalah pena dan lautan adaah tinta, dan jika seluruh manusia dan yang kita tidak lihat dengan mata lahiriah seperti Malaikat, Jin dsb, mereka tidak dapat selesai menjelaskan derajat Insan Kamil. Jika waktu dibagikan kepada mereka dari awal hingga akhir dunia, mereka masih tidak dapat menggoreskan permukaan dari sebuah lembaran yang halus yang menutupi wajah akan masalah ini. Sebagai indikasi akan hal ini, kami kutipkan ayat Al Quran,” Katakan kepada mereka: jika lautan menjadi tinta dan pohon menjadi pena, mereka akan habis di hadapan kata-kata Rabb ku. Jika ditambah sejumlah yang sama lagi, itu juga akan habis.”

Satu nama dari Insan Kamil adalah (Alif, Lam, Mim). Inilah kitab yang tiada keraguan. Sebuah hadits berkata,’ Manusia dan Al Quran adalah saudara kembar.” Apa yang dimaksud dengan Manusia di sini adalah Insan Kamil, dan yang dimaksud dengan saudara kembar adalah identik dengan kembar yang dilahirkan dari rahim yang sama.

90

Page 91: Himpunan Kitab Aulia

Dalam apapun yang dijelaskan sampai sekarang, segala sesuatu adalah cermin bagi yang lainnya. Cermin Alam Lahut adalah Jabarut, cermin bagi Jabarut adalah Malakut, dan cermin bagi Malakut adalah Mulk dan cermin bagi keseluruhan ini adalah Insan Kamil. Insan Kamil adalah wakil Allah, sebuah cermin yang memantulkan-Nya. Ia adalah cermin yang menampakkan Wujud Allah dan kesatuan. Tiada derajat yang bukan esensi Insan Kamil.

* * *Penjelasan telah menjadi panjang dari ruang lingkup seseorang. Mari kembali kepada masalah asal/ Tujuan utama adalah ini,” Andai sang Arif mengenal dirinya secara menyeluruh, dia tidak akan terjebak dalam sebuah kepercayaan tertentu.” Jika seseorang tiba pada keadaan ini, dia dianggap telah menjadi Insan Kamil. Apa yang kami sebutkan hingga sekarang mewakili seperseribu dari sifat Insan Kamil. Setelah seseorang mencapai derajat ini, dia secara mutlak adalah tempat tajalli Allah sehingga dari sisi manapun Dia menyingkapkan diri-Nya, itu diterima. Manusia yang mencapai derajat ini disebut Insan Kamil. Semoga Allah memberikan kita akan derajat ini.. Amin…Hu.

* * *Wahai saudaraku, pikirlah dengan bijak. Allah telah memberikan kita bakat yang besar. Kita kehilangan hal ini; apakah itu pantas kita lakukan? Kita membawa diri kita ke derajat yang disebut oleh Al Quran:” Mereka seperti gembala hewan, bahkan lebih rendah lagi.” Ini merupakan kemalangan buat kita. Tidak mudah untuk menjadi Insan Kamil. Ia hanyalah mungkin untuk mendapat Insan Kamil dan berpegang pada jalannya dan melayaninya. Allah telah memberikan bakat ini kepada setiap manusia namun manusia menjatuhkannya ke derajat terendah, dan menghancurkan bakatnya. Serahkan dirimu kepada Mursyid Kamil, dan jadilah manusia. Faktor paling penting adalah terikat dengan keyakinan kepada kesempurnaan Insan Kamil. Jangan sekali-kali pernah menyangka Insan Kamil adalah manusia tanpa

91

Page 92: Himpunan Kitab Aulia

keimanan atau jalan. Jalannya dan keimanannya adalah eksistensi Kehendak Ilahi dan dalam eksistensi Perintah Ilahi. Keimanan mereka bukanlah sebuah jalan tiruan atau kepercayaan. Sebagian Ahlullah, ketika ditanya,” Dari jalan apakah kalian?” mereka menjawab:” Aku dari jalan Allah.”

Bebaslah dari aturan dari segala jalan yang berbedaJadilah pemimpin dari kelompok orang yang bertaqwa

* * *

Mereka menanyakan kepada orang-orang besar sebagai berikut:” Berdasarkan apa yang dikatakan, orang Arif tidak tetap terikat pada satu kepercayaan, meskipun dia nampak kepada manusia seolah-olah dia bersesuaian dengan mereka sebab ada sebuah kutipan hadits yang berkata:” Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan pemahaman mereka.” Sekarang jika ia ingin menunjukkan kepada manusia apa yang ada di hatinya dia akan segera dibunuh. Jika situasinya demikian, bukankah Kaum Arif adalah seorang munafiq?

Jawabannya sebagai berikut,” Tidak. Sebab kemunafiqan adalah dia yang memiliki iman yang rahasia namun menunjukan amal perbuatan diluar sesuai dengan iman yang ada dan dia sendiri tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah tidak pantas. Apa yang ditunjukkan kaum Arif secara lahiriah sebagai keimanannya adalah sama dengan Al Haq, dan meskipun keimanan batiniahnya mungkin terlihat berlawanan dengan keimanan yang ia tunjukkan secara lahiriah, tidaklah demikian. Kerangka pandangan kaum Arif adalah luas. Di dalam dirinya bahkan dua hal yang berlawanan menjadi satu. Jika dua keimanan yang berlawanan terlihat berlawanan dengan manusia lahiriah, baginya tidak demikian. Allah mengetahui yang terbaik.

92

Page 93: Himpunan Kitab Aulia

BAB 5

Sekarang ada sesuatu yang mesti seseorang ketahui. Dan itu adalah bahwa seorang Arif mesti tahu tempat asalnya dan tempat kembalinya; dari mana dia datang dan kemana dia akan pergi. Dan ilmu ini terikat kepada 3 perjalanan. Karena itu, kami akan jelaskan perjalanan ini. Secara alami dipahami bahwa perjalanan ini berhubungan dengan perkembangan ruhani seseorang. Tiada awal dan akhir bagi perjalanan ini tiada juga dia memiliki jumlah, namun 3 perjalanan ini yang telah kami pilih telah mewakili kesemuanya. Kecuali jika seseorang telah menempuh tiga perjalanan ini dan dia tidak dapat menemukan dalam dirinya pentingnya rasa pengetahuan kepada al Kholiq, ia tidak dapat menjadi matang, dan tidak dapat juga membimbing yang lain.

Perjalanan Pertama

Ketahuilah bahwa seseorang memiliki tempat yang nyata dalam Kedirian/Huwwiyah. Ketika Kedirian ingin realitas itu nampak dalam dunia yang imanen, pertama-tama Dia mendeskripsikan bentuk dari hal ini sebagai pemikiran dalam ilmu-Nya, yang merupakan Akal Universal. Inilah tempat Cermin Iahi, dan ini adalah alam semesta Ilmu Allah. Bentuk itu tetap dalam keadaannya selama Allah melihatnya layak/cocok. Kemudian dia turun kepada Jiwa Universal, kemudian Arasy, Kursi; level demi level dia melintasi 7 langit dan datang ke dalam Unsur Api kemudian Udara, kemudian air,dan jatuh kemudian kepada bumi; setelah itu ke Mineral-mineral, tumbuhan,Malaikat, kemudian mengunjungi manusia dan Jin.

Hingga dia mencapai derajat manusia dia melewati banyak godaan pada setiap evel penurunannya; dia bertemu dengan beberapa kesulitan. Kadang-kadang dia naik; kadang-kadang dia turun/rendah;

93

Page 94: Himpunan Kitab Aulia

dan setengah lingkaran diselesaikan hingga ia menetap dengan manusia, dan titik ini disebut sebagai yang terendah dari yang terendah (Asfala safilin).

Bagi manusia tanpa memahami darimana dia datang dan kemana dia akan kembali, inilah awalnya. Kami telah jelaskan hal ini bahkan sebelumnya. Dalam sebuah ayat Al Quran dikatakan:” Kami ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya dan kemudian Kami turunkan dia ketempat serendah-rendahnya.” Seluruh level ini yang telah kami sebutkan sebelumnya hingga dia mencapai derajat kemanusiaan menyusun perjalanan pertama ini. Jika manusia tanpa pemahaman darimana dia datang dan kemana dia pergi bergabung dengan perjalanan pertama ini, dia memenuhi dirinya sendiri hanya dengan gerakan dan kepemilikan, dan jika dia menemukan hanya titik awalnya, ia masih jauh dari menemukan Alam Keseluruhan (Alam Jami’). Dia dianggap sebagai terpisah dan sebagai indikasinya telah dikatakan:” Setiap orang yang terpisah sebelum menemukan Alam Jami’ adalah pelaku syirik.” Ayat dari Al Quran mesti dibaca disini:” Mereka seperti gerombolan binatang atau bahkan mereka lebih rendah lagi (bingung, ragu).” Mereka kembali pada Hari Kiamat termasuk ke dalam kelompok itu.

Perjalanan Kedua

Perjalanan ini disebut juga perjalanan Pengamatan dan Pengajaran. Dalam perjalanan kedua ini seseorang mesti bergantung kepada sumber dari ilmu sebab ia mesti terbang menuju Akal Universal. Ini disebut juga Hakekat Muhammad. Dengan bantuan dan kemauan keras dari seorang yang besar maka adalah mesti ia mencapai titik ini: kedatangan ini spesial.

94

Page 95: Himpunan Kitab Aulia

Sedemikian hingga ia telah mencapai kedudukannya sendiri yang dia telah peroleh dalam perjalanan ini akan penurunan banyak warna (pengotor) dari setiap level yang ia jumpai, yang merupakan warna-warna pengalih perhatian/pengacau. Dia telah memperoleh dalam setiap level sifat yang tak berguna dan menghalangi. Disebabkan hal inilah dia telah kehilangan/tersesat dalam keragaman yang dikenal sebagai ‘lebih rendah dari segerombolan hewan’. Sekarang ketika dia telah berpegang pada Mursyid Kamil dia akan menghilangkan sifat-sifat tak berguna ini yang ia peroleh pada perjalanan turun dan dia akan kembali kepada sebuah keadaan yang merupakan keadaan awalnya (primordial); dan dia menjadi sesuatu yang dulu. Kecuali jika disucikan di jalan ini, maka tidaklah mudah baginya mencapai Akal Universal.

Bayangkan seorang manusia yang telah memulai jalan, kecuali jika dia memiliki ma’rifat akan Akal Universal, dia tidak akan pernah berada pada level yang sama dari Ahlul Haq. Untuk berkembang dengan baik ketika kamu masih dalam perjalanan, adalah wajib bagimu mencapai Akal Universal. Inilah derajat Kewalian.

Mereka yang mencapai Hidayah adalah suciMereka yang belum mencapai Hidayah adalah najis

Seorang manusia menjadi Manusia di perjalanan ketika dia mencapai Akal Universal. Inilah yang disebut Hakekat Muhammad. Inilah makna hadits,” Yang mula-mula diciptakan Allah adalah Akal ku.” Manusia pada perjalanan dalam maqam ini adalah tak berwarna dan menemukan Kesatuan.

Yang tak berwarna memenjarakan bahkan yang berwarnaMusa membuat perang dengan Musa.

95

Page 96: Himpunan Kitab Aulia

Seseorang yang tidak memasuki warna akan menemukan jalan yang manis

Musa dan Firaun menjadi teman

* * *

Akal manusia menemukan Akal universal, jiwanya menemukan Jiwa Universal, ruhnya menemukan Ruh Qudus. Maqam ini disebut Penyatuan setelah Pemisahan. Inilah maqam mereka yang tertarik kepada Allah. Kebingungan, gangguan perhatian yang tanpa belas kasih dan akal berada pada derajat ini. Banyak yang tersesat tanpa bisa dibatalkan pada derajat ini. Inilah sebabnya mereka berkata, untuk mencari Penyatuan tanpa pemisahan adalah kegilaan, dan jika kegilaan ini terjadi, manusia pada jalan Al Haq tetap pada derajat ini; dia tidak dapat pernah pergi lebih jauh dan tidak dapat mencapai kesempurnaan atau penyelesaian, dan tidak dapat menemukan Al Haq sebagaimana dalam diri-Nya sendiri. Bagaimanapun, keadaan ini adalah sebuah keadaan yang sangat menyenangkan, dan inilah maqam perjalanan dengan Al Haq di dalam Al Haq.

Salik telah melemparkan atom eksistensi dirinya. Dia sekarang tanpa kepala: dan sekarang tidak sadar akan dirinya, atau alam semesta dan orang lain. Mulai sekarang dan seterusnya dia tidak dapat berlindung pada satu bagian agama dan tidak dapat menundukkan dirinya kepada peraturan dogma apapun. Namun dia mesti jangan berkeliaran di level ini—ini secara esensi mutlak untuk melangkah lebih jauh. Dengan pertolongan Allah dalam maqam ini, ia menemukan level fana bersama Allah, adalah wajib baginya untuk mencapai alam kehidupan dengan-Nya.

96

Page 97: Himpunan Kitab Aulia

Perjalanan Ketiga

Perjalanan ini berawal dari-Nya, namun pada saat yang sama ia adalah maqam baqa’ dengan-Nya. Yang berarti ia adalah perjalanandari Al Haq kepada ciptaan (Al Khalq), yang juga berarti setelah menemukan Alam Kesatuan, dia melewati ke keadaan keterpisahan, Manusia pada perjalanan ini adalah untuk menolong yang lain agar tahu, untuk menjelaskan jalan bagi yang lain dengan penurunan ruhani, dan dia meletakkannya pada jubah kemanusiaan dan turun dari keadaan ruhaninya kepada manusia dan berbaur dengan mereka . Itulah makna hadits yang mengatakan,” Aku juga manusia biasa seperti kalian semuanya.” Adalah wajib pada keadaan ini untuk makan, minum, tidur, dan menikah, namun tidak jatuh pada berlebih-lebihan, dan tidak juga kepada pertapaan. Keseimbangan dan istiqomah yang sempurna adalah sangat penting/esensial.

Tidak berlebihan, tidak pula kekurangana di dalam dirinyaItulah jalan yang tepat di tengah-tengah hal ini

* * *

Orang yang mencapai level ini adalah seseorang yang iffah (menjaga kehormatan diri) dan istiqomah. Dia secara lahiriah setuju dengan hukum-hukum keagamaan dan dia menerima mereka, namun dia tidak pernah terlibat dengan ritual ekstra selain dari yang bersifat esensial/hakekat. Baik di Alam Keragaman dan di Alam Kesatuan, dia secara konstan berada dalam keadaan sholat. Alam lahiriahnya tertutup bagi manusia. Alam batiniahnya terhubung dan tidak pernah terpisah dengan Allah. Untuk memahami orang ini adalah sangat sulit sebab manusia berpikir dan menilai seseorang melalui sikap keimanan lahiriah dan amal zahirnya, dan mereka mengira ia adalah manusia beriman yang sedang berkembang. Bagaimanapun, perkembangan Insan Kamil

97

Page 98: Himpunan Kitab Aulia

tidak dapat dilihat dengan mata inderawi. Untuk dapat melihatnya, kamu mesti punya mata yang telah mencapainya.

Singkatnya, hanya mereka yang telah mencapai kesempurnaan dapat mengenali Insan Kamil. Siklus/lingkaran ini adalah lingkaran Perbedaan/Keragaman yang muncul setelah Lingkaran Kesatuan. Khalifah Ali Ra berkata:” Untuk memiliki kesendirian tanpa mencapai penyatuan adalah Syirik; jika pada akhir penyatuan tidak terdapat perbedaan, itu adalah zindiq; namun untuk mendapatkan penyatuan dan perbedaan/keragaman sebagai yang tunggal juga dianggap sebagai tauhid.” Tiga maqam ini adalah makna akan sesuatu yang sedang kami jelaskan, dan tiada keperluan untuk pergi lebih dalam. Bagi Insan Kamil, penurunan kepada Maqam Keragaman dianggap kemajuan. Ketika dia mencapai maqam ini, maka dia mengenal dirinya sendiri. Dan karena pada tempat ini dia terikat tanpa terlarut kepada Esensi awal, dia tidak memungkinkan terikat dengan satu bentuk keyakinan. Allah mengetahui yang terbaik.

Meskipun demikian faktanya, orang ini tidak pernah keberatan/bertanya kepada seseorang disebabkan keimanan yang dia pelihara; dia tidak mencampuri urusan demikian dan dia tidak menyangkal kepercayaan mereka, sebab dia telah mengatur seluruh kepercayaan dalam wujudnya. Yang berarti, Ahli ma’rifat telah memahami sudut pandang yang serba meliputi dan menyeluruh. Atas alasan ini, hakekat yang menyeluruh memiliki wajah dalam setiap bagian kepercayaan sebab apa yang mereka sebut sebagai sudut pandang mutlak adalah ma’rifat tersebut. Tiada yang mutlak yang tidak memiliki sisi relatif. Disebabkan hal ini, apapun yang disembah Yang Mutlaq nampak dalam wajah itu. Entah sang pemilik keimanan mengetahui hal ini atau tidak, demikianlah adanya.

Seorang Syeikh berkata: “Allah telah menjadikan segala sesuatu sama dengan diri-Nya. Hikmah dalam hal ini adalah Dia tidak ingin apapun

98

Page 99: Himpunan Kitab Aulia

disembah selain diri-Nya dan sehingga tidak ada yang lain yang dicinta, kecemburuan Ilahi mewajibkan hal ini.”

Kecemburuan Allah tidak mengijinkan orang asing;Dia, tanpa keraguan, menjadi sama dengan segala sesuatu.

Allah ingin menciptakan seluruh makhluk,Namun tidak mengijinkan selain diri-Nya berada di antara.

Mereka yang menyembah di dunia ini, menyembah-NyaSedemikian hingga apapun yang terlihat di dunia ini adalah Dia;

Dan inilah yang dapat direngkuh makhlukManusia hanya dapat merengkuhnya dengan akhlakul karimah

Dan sempitnya hati dibuat dari hal itu.

Keterangan-keterangan yang disebut di atas adalah makna yang terpahami dari ayat Al Quran:” Rabb mu menetapkan bahwa kamu tidak menyembah apapun selain Dia.” Ini berarti: Wahai Nabi, penghargaan dan ketetapan Rabb mu adalah bahwa di dalam cinta, pujian dan pengagungan, kamu mesti tahu tak ada yang lain selain Dia, melihat tiada yang lain selain Dia, dan menjadi hamba kepada tiada yang lain selain Dia. Dalam setiap hal, sungguh tidak mungkin untuk menyembah selain Dia. Bahkan penyembahan berhala menghasilkan penyembahan Allah, sebab eksistensi berhala juga eksistensi Allah. Untuk dapat memahami hal ini adalah penting untuk memahami dan mengetahui bahwa seluruh eksistensi/wujud adalah Wujud Allah. Kata-kata kami adalah cermin kepada apa yang telah disebutkan sebelumnya.

Maka kaum Arif, ketika telah memahami makna ini, dia tidak masuk dan tidak juga menyangkal kepercayaan orang lain, sebab dia paham tiada yang maujud selain Dia dan sebab dia melihat seluruhnya terhubung secara bersamaan dalam rantai Perintah, dan mengerti bahwa dia sendiri tiada lain selain perintah dan kehendak. Lagi, sang

99

Page 100: Himpunan Kitab Aulia

Arif melihat setiap orang sesuai dengan manifestasi sebuah Nama, dan dengan demikian kepercayaan mereka dan tingkah laku mereka adalah sebagaimana mereka seharusnya.

Jika sesuatu terpeleset menjadi bagian dari tempatnya seharusnyaAlam semesta akan dibinsakan dari kepala hingga kaki

* * *

Makna ayat Al Quran menjadi jelas bagi kaum Arif:” Kemanapun engkau menghadap, di sanalah wajah Allah.” Ini berarti, kemanapun engkau hadapkan wajahmu, disana engkau temukan jalan yang mengarahkanmu kepada Allah. Ini adalah benar berdasarkan hukum bahwa:” Dia pada setiap saat berada pada konfigurasi yang berbeda,” ada keadaan ruhani dan derajat; namun Dia menunjukan dalam setiap kedipan mata hasrat, pada setiap hasrat aroma, dan pada setiap aroma keindahan, dan pada setiap keindahan cinta, dan dalam setiap cinta kedipan mata,dan pada setiap kedipan hasrat, dan pada setiap hasrat aroma, dan pada setiap aroma jenis pembaharuan kembali.. Disebabkan semua hal ini, manusia yang mabuk cinta dan berada dalam ratapan, jatuh ke dalam keadaan yang berbeda-beda. Kadang-kadang mereka menjadi tempat manifestasi Sifat Jalal dan penyempitan (Qabd), atau mereka adalah tempat manifestasi dari perluasan dan kesenangan; mereka mengambil kesenangan, mereka berenang dalam kesenangan dan menemukan kegembiaraan (safa). Kadang-kadang mereka jatuh ke dalam sikap bimbang dan kadang-kadang memohon. Sifat-sifat ini membawa sikap yang berbeda dalam pandangan Cinta namun si pecinta tidak menyangkal hal ini. Jika seperti ini, maka bagaimana kaum arif membiarkan dirinya tunduk kepada satu bentuk atau yang lainnya?

Sang Kekasih dengannya sang pecinta jatuh cinta, apapun sifat yang Dia hiaskan kepada diri-Nya, tidak pernah bingung dan tidak

100

Page 101: Himpunan Kitab Aulia

pernah terikat kepada suatu wajah apapun. Meskipun dia sendiri melihat keindahan dari setiap wajah, dia memaafkan mereka yang menjadi terikat dengan satu dari Wajah-Nya. Lingkaran-Nya luas. Mereka yang menjadi terikat dengan suatu aspek atau yang lain, dia berkata bahwa itu adalah satu dari urusan-Nya dan menerimanya sebagai sesuatu yang diperlukan oleh satu dari Nama Ilahi. Dalam faktanya, Allah sendiri berkata:” Tiada satu pun yang hidup di bumi dimana Allah tidak memegang ubun-ubunnya, dan sesungguhnya Rabb ku berada di jalan yang lurus.” Ayat ini dari Al Quran yang diucapkan melalui lidah Nabi Hud.

101

Page 102: Himpunan Kitab Aulia

BAB 6

Setiap orang adalah tempat bagi manifestasi satu Nama dan dia berada dibawah takdir Nama itu. Jalal, Jamal, Hadi,Mudzill, seluruhnya ini, yang manapun adalah jalan-Nya yang lurus. Dalam masalah keimanan juga demikian. Jika kepercayaan seseorang berbeda dari kepercayaan yang lain, dia masih pada jalan yang lurus disebabkan nama baginya secara hakekat adalah tempat manifestasi, dan sifatnya akan arah yang lurus adalah hal tersebut. Sebagai contoh akurasi busur panah ditentukan oleh lengkungannya. Berada dalam kesalahan adalah benar bagi Nama Allah Al Mudzill, meskipun nama-Nya Al Hadi mengetahui itu adalah kesalahan, ia masih dianggap sebagai jalan yang lurus. Maka Kaum Arif, karena dia tahu makna keseluruhan hal ini, tidaklah menganggu agama orang yang lain.

Di sini mungkin terdapat pertanyaan: Jawaban kepada pertanyaan ini tidak dapat dijawab kecuai oleh orang yang mengetahui rahasia qadar. Adalah mudah bagi mereka yang tahu. Pertanyaannya adalah: Seluruh ketaatan dan seluruh sikap lainnya kepada kehidupan adalah hasil dari Nama Ilahi; sebagai akibatnya makhluk tidak memiliki pilihan apakah mesti memenuhi atau tidak. Jelas kemudian bahwa setiap orang diwajibkan melakukan apa yag dia lakukan, dan itulah paksaan dan tekanan.

Jawabannya sebagai berikut: dalam menganalisa pertanyaan di atas seseorang mendapatkan dua situasi: pertama adalah mahiyat (kesesuatuan/intisari): mahiyat tidaklah ditentukan. Yang kedua adalah ilmu yang tunduk kepada yang diketahui (objek ilmu). Ketika dan jika situasi ini dipahami, meskipun dangat sedikit, rahasia takdir akan terpahami. Tentu saja itu menjadi bukti bahwa dua hal yang disebutkan mesti dipahami sesuai dengan asal mereka. Jika pemahaman ini dicapai,

102

Page 103: Himpunan Kitab Aulia

dengan pertolongan Allah itu juga memungkinkan untuk menembus rahasia takdir sebab dua hal ini seperti kunci.

Hal yang disebut di atas sebagai mahiyat bermakna citra sesuatu yang hadir dalam lautan Ilmu Allah, yang belum keluar darinya. Cara lain dalam menjelaskan mahiyat adalah melalui nama entitas tetap (‘ayn tsabitah), dan ini adalah sama dengan Kedirian Ilmu Allah. Keadaan ini juga sama bagi Insan Kamil. Dalam sudut pandang lain, Ilmu sama dengan Kedirian. Pancaran mahiyat ini datang kepada mereka dari Allah hanya berdasarkan bakat mereka dan kemampuan yang telah ada dalam esensi mereka. Kepercayaan dan keadaan lainnya tidaklah berada diluar ini. Kedurhakaan, penutupan kebenaran, kepatuhan, dll—seluruhnya ini adalah apa yang dituntut oleh mahiyat kepada Allah berdasarkan potensialitasnya; sesuai dengan bakat bawaannya, apa yang dituntut dari Allah adalah apa yang diberikan kepadanya.

Sebagai contoh, bakat dari gandum adalah menjadi gandum, dan bakat dari jelai adalah menjadi jelai, dan bakat dari milet adalah menjadi milet. Bandingkan seluruhnya dengan cara ini. Jika jelai memiliki lidah dan berkata kepada seseorang yang menaburkanya ke bumi dan berkata:” Mengapa kau wahai manusia tidak menjadikan aku menjadi gandum?” petani akan menajwab,” Sebab inilah bakatmu, dan inilah kemampuanmu.” Untuk mengharap gandum, setelah engkau terlihat sebagai jelai, adalah sebuah kebodohan.

Sesuai dengan apa yang dijelaskan, setiap mahiyat seseorang dan entitas tetapnya, dari keabadian, apapun keadaan dan kekhususannya, dalam penyingkapan apapun dari Nama apapun yang menguasainya, hanya dapat menunjukkan hal tersebut di dunia ini. Segala yang jelas di sini dalam bentuk apapun ia menerima keabadian. Ilmu Allah tidak mempunyai pengaruh atas hal ini. Berdasarkan aturan: “Mereka akan memenuhi urusan mereka sebagaimana mereka seharusnya dilakukan, kaum Arif berada dalam ilmu tentang rahasia ini. Dalam realitasnya,

103

Page 104: Himpunan Kitab Aulia

dalam keadaan apapun sesuatu yang diketahui itu, Ilmu Allah dianggap bersamanya dan termanifestasikan sesuai dengan keperluan Nama atau Sifat. Dan apa yang dimaksud dengan Ilmu terikat dengan apa yang diketahui adalah untuk menyatakan hal ini.

Sekarang makna tentang Qada (keputusan sebagai akibat permintaan) adalah ini: dalam keadaan atau bentuk apapun ‘seluruh sesuatu’ berada dalam Ilmu Allah, qada adalah total hukum diberikan kepada keadaan mereka. Qadar (sudah ditentukan Allah) adalah datangnya ke dalam alam inderawi dan penyaksian akan qada sesuai dengan urutan, sedikit demi sedikit, berdasarkan derajat bakat setiap wujud. Dan manifestasi ini juga bersesuaian dengan derajat bakat dia di dalamnya itu akan terwujud.

* * *

Pertanyaan: Seluruh yang kami sebutkan hingga kini bermakna seperti ini: kita paham bahwa apapun yang terjadi adalah sesuai dengan bakat seseorang. Seluruh yang terjadi seperti kekafiran, keimanan, kebaikan dsb, terjadi dalam diri seseorang karena dia menuntutnya dari Allah, dan itu nampak dalam diri orang tersebut sesuai dengan kemampuannya, bakat dan kemungkinan. Bahkan apa yang kita katakan menjadi apa yang Allah lakukan. Namun jika ini karena Allah lah yang memberi bakat, bukankah ini juga bermakna bahwa kita dibawah sebuah paksaan?

Jawabannya: Di antara mereka yang membahas dan menulis serta memikirkan tentang iman dan ilmu dsb, bakat tidaklah dibuat atau diciptakan, sebab jika mahiyat sesuatu tidak dibuat atau diciptakan, maka sebagai akibatnya adalah wajib bakatnya juga tidak dibuat atau diciptakan. Mahiyat mengacu kepada citra Ilmu Allah, dan pada titik ini tiada penjadian atau penciptaan. Apa yang telah seseorang tetapkan

104

Page 105: Himpunan Kitab Aulia

mewajibkannya melakukan, dia wajib melakukan hal itu. Rahasia Taqdir Ilahi mewajibkannya.

Ketahuilah situasinya tertegaskan seperti ini, bahwa segala sesuatu terikat dengan bakatnya, seorang manusia akan melakukan apa yang mesti ia lakukan berkenaan dengan hal ini. Dia tidak mampu melawan keadaan dirinya. Dia menjumpai sesuatu terjadi dalam dirinya sendiri, satu demi satu, masing-masing dalam waktu perwujudannya sendiri. Jika seseorang kemudian mengira bahwa bakatnya dalam hal ini singkat/berkekurangan, maka dia menderita. Sekali lagi, dalam asalnya hal ini bukanlah sebuah pemaksaan.

* * *

Paksaan ada dua jenis: satu dapat diterima dan yang lain untuk disangkal. Jenis yang dapat diterima adalah sebagai berikut: Seorang yang beriman, setelah mendaptkan perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang, tanpa mensifatkan kekuatan apapun kepada dirinya sendiri, dia mesti mengetahui bahwa seluruh urusan berasal dari Allah. Inilah kebaikan. Sementara paksaan kedua adalah seorang hamba mengerjakan segala kesalahan yang mungkin. Dia tidak tahu apa yang dilarang atau mengetahui perintah. Dan pada puncaknya dia mengkaitkan segala kesalahan yang dia lakukan kepada Allah; ini adalah perbuatan di luar kebijaksanaan. Dan paksaan ini sungguh sangat jelek. Pada maqam ini banyak pertanyaan dan jawaban dan diketahui oleh mereka yang tahu. Mereka menanyakan seseorang yang telah mencapai maqam ini:” Bagaimana engkau melepaskan dari mensifatkan paksaan kepada Allah?” dan dia menjawab:” Sebab aku tidak menyekutukan apapun di seluruh alam kepada Allah, sehingga seluruh kepemilikan adalah milik-Nya, maka siapakah yang Dia paksa?Setiap orang menggunakan apa yang dimilikinya sesuka hatinya.” Dalam masalah ini apa yang telah dikatakan sudah cukup memadai.”

105

Page 106: Himpunan Kitab Aulia

* * *Anas bin Malik, sesuai dengan apa yang beliau kabarkan, telah melayani Nabi selama 10 tahun. Ketika Anas menjelaskan hal ini dia berkata:” Aku melayani Nabi selama 10 tahun siang dan malam tanpa berhenti.Atas apa yang telah aku lakukan, tidak pernah sekali pun aku mendengar beliau berkata mengapa kamu melakukan hal itu atau tidak.” Keadaan ruhani ini muncul karena ilmu Nabi tentang rahasia qadar. Allah menyimpan rahasia tertentu dari Rasul dan Nabi-Nya selama kenabian mereka. Satu dari rahasia ini adalah rahasia takdir. Jika sang penyeru kebenaran seperti rasul dan nabi melihat dalam diri beberapa orang mereka memiliki kecenderungan untuk menolak dan dalam sebagian orang dia melihat seruannya tidak akan membawa manfaat, dia tetap tidak mampu dan bingung dan dia tidak dapat melaksanakan kenabian sebagaimana seharusnya. Karena itu dia terhalang jika dia mengetahui rahasia ini. Rahasia takdir dibuat diketahui oleh para nabi setela seruan mereka dilaksanakan dan setelah terlihat siapa yang menutupi Kebenaran, siapa yang beriman, siapa yang munafiq dan siapa yang disucikan.”

* * *

Ahli ma’rifat selalu berubah keadaan ruhaninya secara konstan. Kami dapat jelaskan hal ini sebagai berikut:” Jika seorang Arif yang benar tetap sama persis dalam keadaan ruhani yang sama, secara konstan menggabungkan di dalam dirinya seluruh kepercayaan dan ilmu, ditakutkan dia akan memperoleh suatu keadaan ruhani yang bersifat relatif dengan Rabb. Bagaimanapun, seseorang yang berjalan, berubah warnanya sepanjang waktu dan secara keseluruhan mengetahui hal ini tidak akan pernah dapat tetap dalam situasi yang diberikan, sebab jika demikian dia akan mengira bahwa dirinya sebagai Rabb Yang Mutlak.

106

Page 107: Himpunan Kitab Aulia

Bagaimanapun imajinasi bukanlah Kebenaran. Apa yang telah dia pikirkan adalah hasil khayalannya sendiri, dan tidak akan bersama Rabb dari segala Rabb. Kaum Arif ketika dia mencapai pemahaman yang jernih atas segalanya dan lewat menuju kemutlakan dan non relativitas, akan menjadikan Al Haq sebagai kepercayaannya dan menyembah-Nya, dan kemudian kembali lagi kepada yang relatif: Ada bahaya besar disini, sebab jika dia terikat dan tetap dalam keadaan Kemutlakan, dia tidak akan pernah dibebaskan dari kemungkinan rasa takut. Keadaan ruhani ini berlangsung hingga datang keyakinan (pengetahuan sesuatu melalui sesuatu itu sendiri); dan itu adalah Allah bersama dengan seluruh Kedirian-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan itulah yakin.

* * *

Ilmu yang bermanfaat: mesti diketahui bahwa ahlul yaqin telah membagi keadaan ruhani mereka menjadi tiga bagian: satu menemukan keyaqinan mealui ilmu, yang lain melalui melihat, dan yang ketiga dengan mencapai Kebenaran/Al Haq dari hal itu. Sebagai contoh, yang pertama seperti yang mengetahui tentang kepahlawanan, yang kedua melihat seseorang bertindak pahlawan, yang ketiga adalah yang menjadi pahlawan itu sendiri; dia yang melakukan tindakan pahlawan itu akan mengetahui rasanya. Ma’rifat adalah seperti ini dan terus berlanjut. Mereka yang paham akan paham.

107

Page 108: Himpunan Kitab Aulia

BAB 7

Perlu disini untuk menjelaskan kemutlakan dan relativitas dari Kebenaran Menyeluruh (Haqiqat Jami’ah).

Bagi dia yang ingin dibebaskan dari rasa takut dan selamat darinya, keimanan seperti apa yang diperlukan, kami akan menjelaskannya. Namun sebagai awalnya pendahuluan.

Adalah wajib mengetahui bahwa Kebenaran menyeluruh yang disebutkan di atas adalah satu dari banyak Nama yang mengacu akan yang diberi nama. Sebagian Arif menafsirkannya sebagai ‘cinta’, sebagian orang besar menyebutnya sebagai ‘kekuatan dan ucapan qadim’. Namun apa yang diinginkan dari ini sesungguhnya hanyalah Kedirian Tunggal atau Satu Realitas.

Keindahan-Mu adalah tunggal namun ketaatan beragamTelah ditetapkan segala sesuatu menunjukkan Keindahan itu.

* * *

Realitas ini dalam bahasa Arab disebut Wujud, dalam bahasa Turki varlik, dalam bahasa Persia hati, namun dalam Hakekatnya, Eksistensi ini melampui seluruh nama-nama ini. Apa yang benar adalah bahwa mereka menggunakan istilah wujud, cinta/rindu, nur, nafs, atau rahman, namun yang dimaksud dengan semua ini adalah nama Wujud Tunggal yaitu Al Haq.

Mereka yang mena’wilkan wujud sebagai yang mutlak telah membatasinya. Mereka telah mengambil makna wujud dari penggabungan yang kemutlakan dengan relatifitas. Namun mereka menganggap jenis lain dari kemutlakan dari penggabungan itu dan transendensi/tanzih. Selanjutnya mereka melampaukannya bahkan dari

108

Page 109: Himpunan Kitab Aulia

tanzih itu sendiri. Bahkan mereka berkata ketika kamu mengkondisikannya, adalah mutlak wajib bagimu untuk mentanzihkannya pada saat yang sama.

Karena hal ini bergantung kepada masalah rasa/zauq. Karena itu apa yang mesti seseorang pahami adalah Wujud Tunggal ini memiliki Kebesaran sedemikian hingga Ia melingkupi segala sesuatu. Ia juga mengumpulkan seluruh derajat dalam Wujud-Nya, kemudian mengumpulkan seluruh derajat ini dalam Kedirian-Nya, dan kemudian biarkan semuanya serupa/Tasybih dengan seluruh derajat ini dan serentak juga bersifat tanzih dari seluruhnya. Dalam cara ini Ia bersifat mutlak dan relatif, Taybih dan Tanzih dari segalanya. Melalui kemutlakan-Nya, Ia Maha Kaya tidak memerlukan dan mencintai segala sesuatu, sehingga tiada doa atau hasrat menggapai-Nya. Disini ayat Al Quran telah mengatakan makna akan hal ini:

1. “Allah Maha Kaya atas sekalian alam.”2. “Segala puji bagi Rabb mu, Rabb pemilik “Izzah dari apa yang mereka sifatkan kepada-Nya.”Dan sebuah hadits yang menjelaskan makna yang sama: “Allah ada dan tak satu pun bersama-Nya.”

* * *

Dalam maqam ini tiada nama atau gambaran atau kata-kata pujian atau sifat yang eksis. Dia dianggap bebas dan melampaui/tanzih dari semuanya, Yang melakukan perjalanan melalui seluruh level dan menyingkapkan diri-Nya sendiri adalah Dia. Karena Dia sama dengan setiap derajat, dan dalam pensifatan lah yang membuat-Nya mengumpulkan segalanya, Dia lah Yang diseru oleh seluruh Nama-nama, yang dilukiskan dalam setiap citra, yang disebut dengan berbagai nama berbeda dan sifat serta pensifatan. Dia turun kepada seluruh

109

Page 110: Himpunan Kitab Aulia

derajat, dan penurunan ini juga sebagai tanda kedekatan-Nya. Penurunan-Nya dijelaskan dalam hadits:” Aku sakit dan kamu tidak mengunjung-Ku. Aku lapar dan kamu tidak memberi-Ku makan.” Al Haq, dalam Sifat-Nya, dalam penurunan-Nya dan dalam derajat-Nya menerima segala yang berlawanan sebab dari sudut pandang-Nya tiada hal yang berlawanan demikian…Hanya mereka yang khusus dari yang khusus memahami hal ini. Bagi kaum Arif ini adalah petunjuk dan bagi mereka ini sudah cukup. Ayat Quran berikut menunjukkan situasi dengan sangat baik:” Dia lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu melalui wujudnya sendiri.”

Kami telah menjelaskan sebanyak mungkin apa yang mutlak dan apa yang relatif. Telah diketahui bahwa jika kamu membatasi/mensyarati Dia dengan Kemutlakan, maka kemutlakan ini menjadi seolah-olah ia bersifat relatif, padahal wajib untuk tidak mengikat-Nya kepada kondisi apapun. Sebab Allah meliputi seluruh derajat. Ayat berikut ini menyatakan hal ini:” Kemanapun engkau menghadap di sana lah wajah Allah.” Berdasarkan perintah ini dalam setiap derajat terdapat wajah tajalli. Sebagai akibatnya kamu tidak dapat menyangkal satu hal dan menerima hal yang lain. Jika kamu melakukannya, kamu menutupi Al Haq, dan inilah penyangkalan/kekafiran yang sesungguhnya..

Sebagai contoh, seorang penyembah berhala, sebab dia telah menjadikan ketaatannya khusus kepada sebuah berhala, dan sebab dia telah mengikatkan keadaan ruhaninya dengan itu, dan menyangkal kepercayaan yang lain. Sebagai akibatnya dia dianggap sebagai seseorang yang menutupi/kafir akan Al Haq. Kemudian jika seorang Muslim menyangkal satu dari wujud di dalamnya Allah memanifestasikan diri-Nya sendiri, agama tidak menganggapnya sebagai seorang Muslim.

110

Page 111: Himpunan Kitab Aulia

Menutupi kesalahan telah menutupi Kebenaran MutlakMenutupi Al Haq telah menutupi dirinya dengan Kebenaran

* * *

Wahai anakku, makna hal ini tersembunyi dalam ayat Al Quran:” Rabb mu telah menetapkan bahwa kamu hanya menyembah-Nya.”

Alam semesta terbesar, lautan terdalam adalah EngkauMengapa menyibukkan untuk mengetahui tempat karena Wujud

adalah Engkau

Seseorang yang telah mencapai intisari hati dari keadaan ruhani akan Kemutlakan disebut kaum Arif, wali dan Ahlullah. Atas hal inilah ayat Al Quran berikut diturunkan:” Ketahuilah bahwa wali Allah tidaklah takut dan bersedih hati.” Kaum Arif, wali yang hamba, memasuki kelompok ini dan menemukan keselamatan dari takut dan bahaya. Semoga Allah memberikan kita keadaan ini.

* * *

“Inilah derajat akhir bagi mereka yang telah mencapai perasaan/zauq ma’rifat kepada Allah, yang juga merupakan Rabb dari apa yang mereka ciptakan,” Ini berarti seseorang mesti menyembah Realitas Mutlak/Al Haq. Manusia yang menyembah maujud tertentu atau relatif hanyalah menyembah berhala yang mereka ciptakan dalam imajinasi mereka sendiri. Apa yang mereka sembah adalah berbeda. Apa yang lebih bermanfaat, yaitu berhala-berhala itu, atau Allah Al Wahidil Qahhar? Secara mendasar Allah Al Wahidul Qahhar lebih baik. Dalam kepemilikan-Nya tak ada apapun selain diri-Nya sendiri. Tak ada

111

Page 112: Himpunan Kitab Aulia

siapapun yang menjawab pertanyaan-Nya. Dia bertanya kepada mereka dan Dia juga yang menjawab kepada mereka.

Maka sesungguhnya dalam hal ini terdapat petunjuk dan isyarat yaitu bahwa jika Allah Al Wahidul Qahhar menyingkapkan diri-Nya kepada satu dari hamba-Nya dengan sifat Al Jabbar, maka hamba itu akan melihat segalanya fana. Maka,”segalanya fana kecuali wajah-Nya.” Segala yang di bumi akan fana dan hanya tersisa wajah Rabb mu Dzul Jalali wal Ikram.” Maka berdasarkan ini adalah wajib mati sebelum kematian. Kematian ini mesti datang dari ketetapan hati dan dia yang mengalami keadaan kematian ini akan melihat segala sesuatu fana secara sempurna kecuali Allah dan tidak akan ada dengan sendirinya. Ketiadaan ini adalah ketiadaan total. Inilah maqam fana fillah. Di sana, tak ada yang tersisa selain Keindahan Allah.

Hamba tersebut tetap dalam maqam ini dalam waktu lama: dia menderita tarikan hebat. Di situ tiada waktu atau tempat.. Dia tidak menjadi Alam Semesta atau Malaikat, di sana saat itu hanya Allah yang ada: pada saat itu Allah dalam wujud-Nya menyeru sebagai berikut:” Milik siapakah kerajaan hari ini?” Dalam wajah ini tiada suara berasal dari siapapun. Kemudian Allah dalam Kebesaran-Nya menyeru dari Kedirian-Nya kepada Kedirian-Nya:” Milik Allah,Al Wahidul Qahhar.”

Pemilik Ilmu dalam masalah ini lenyap dan terkubur dalam ketiadaan. Ketika keadaannya demikian, Allah menganugerahinya sebuah eksistensi dari Eksistensi-Nya dan mewarnainya dengan Warna Ilahi. Seluruh kualitas di dalam dirinya dan di luar dirinya berubah. Hari itu bumi menjadi bumi yang lain, demikian juga langit…dan mereka seluruhnya menjadi nyata bagi wujud Allah Al Wahidul Qahhar. Dan makna sebenarnya ayat tersebut telah menjadi jelas.

Kemudian Alah memberinya pandangan Ilahi, pendengaran, lidah.. dan mulai menjalankannya dalam pertanyaan dan jawaban;

112

Page 113: Himpunan Kitab Aulia

inilah jalan hamba melewati ketiadaan, dan mencapai maujud dengan wujud Allah. Pemahaman dan ilmunya yang sebenarnya mulai setelah ini. Namun pada saat penyingkapan pertama tersebut, tiada ilmu pengetahuan dan juga kesadaran; di sana terdapat Alam Ketiadaan Sempurna; makna pernyataan di atas lebih baik dipahami dengan keadaan ruhani/zauq. Tidak cocok menjelaskannya dengan kata-kata lebih jelas dari ini: tiada ijin. Mereka yang membaca tanpa lidah, dan mendengar tanpa telinga. Ini tidak disebut ilmu yaqin sebab ini juga melingkupi ‘aynul yaqin dan haqqul yaqin. Hamba yag mencapai maqam ini dibebaskan dari seluruh rasa takut dan harapan. Yang memberikan ilham adalah Dia; yang membawa kepada kematangan dan Hidayah adalah Dia..serulah Dia dengan apapun sifat yang kamu inginkan…

* * *

Ahul Kasyaf memahami seluruh kepercayaan dan maqam. Mereka memiliki bukti yang benar akan maqam Ilahi dan keadaan makhluk; mereka bukan kekurangan ilmu tentang apapun; ilmu mereka meliputi segala sesuatu. Entah tentang Allah atau ciptaan, Ahlul Kasyaf tidak berkata sia-sia. Ketika mereka sedang membicarakan suatu masalah mereka memiliki ilmu yang lengkap akan masalah itu kemudian baru bicara.. Mereka yang telah berbicara tahu dari derajat dan maqam apa dia mendapatkan kata-kata tersebut. Setelah itu dia tidak menyalahkan siapapun atas apa kesalahan perkataan mereka; dia memaafkan mereka dan tidak menganggap mereka tidak berguna. Sebab Allah tidak pernah menciptakan apapun sia-sia.

Bagi kaum Arif untuk sampai ke derajat ini bergantung banyak hal. Yang pertama adalah pengetahuan yang dia miliki tentang seluruh Nama Allah. Dia tahu bahwa seluruh derajat dan maqam diperlukan oleh Nama-nama ini dan bahwa segala sesuatu adalah tempat tajalli Nama-nama ini. Dia tahu bahwa tempat tajalli dari suatu Nama Ilahi

113

Page 114: Himpunan Kitab Aulia

bersesuaian dengan bakat dan kemampuan untuk menerima tempat tajalli itu. Allah telah mengaruniakan sang Arif ini cara untuk menerjemahkan makna yang lebih dalam yang tersembunyi dalam Nama-nama ini. Dia membaca, paham dan dia menjelaskan . Akibatnya dia dapat menggabungkan segala sesuatu dalam wujud dirinya. Kerangkanya sangat luas dan itu meliputi segala sesuatu. Nabi Muhammad SAW berkata,”Apa yang pertama diberikan kepadaku adalah perkataan serba meliputi (jami’ul kalim)” Dan itu adalah keadaan dalam mendapatkan banyak makna dari beberapa ucapan. Jika manusia telah mencapai ini dia adalah pewaris Nabi dan telah mencapai Kebenaran Nabi, dan semoga engkau paham apa yang dikatakan disini sesuai dengan bagaimana menggapai ridho Allah.

* * *

Seorang Arif dan manusia yang berkata “Dia/Hu”, dia menjadi ‘Dia/Hu” dan jika dia mengucapkan ini dalam keadaan Kesempurnaan, pembicara itu sendiri tidaklah berada di antaranya (barzakh), melainkan pembicara itu sendiri seluruhnya menjadi ‘Dia/Hu”. Inilah satu dari rahasia menemukan keadaan ma’rifat. Tidak setiap orang mengetahui hal ini, dan belum ada sebelumnya yang menunjukkan hal ini disebabkan mereka enggan atau takut, sebab terdapat kemungkinan jatuh ke dalam bahaya. Ini karena dalam maqam tersebut sifat imanensi/pengambilan bentuk (takwin) termanifestasikan dalam diri hamba.. Sebab pada saat hamba berkata ‘Dia/Hu”, maka yang berkata melewati lidah hamba sesungguhnya adalah Kekuatan dan Daya Ilahi (la hawla wa laa quwwata illa billah)”. Mari berhenti sejenak pada istilah ini. Sebab disini terdapat pertanyaan tentang imanensi (takwin). Kualitas takwin Allah sendiri disingkapkan di dalam hamba.. Makna yang dalam adalah itu. Bagaimanapun, wajib untuk membuka lebih dari apa yang dimaksud dan untuk membawa masalah ini lebih ke dalam realitas dalam maqam ini. Kapanpun Insan Kamil berkata ‘Dia/Hu”, diharapkan seluruh wujudnya lenyap dan terkubur dalam ketiadaan,

114

Page 115: Himpunan Kitab Aulia

dan inilah kematian. Namun ini adalah kematian yang berkenaan dengan hadits,” Mati lah sebelum mati.” Insan Kami, ketika dia melakukan hal ini, mati dengan kematian sebagai konsekuensinya dan bersandar kepada Iradah dan dia telah melemparkan dirinya kedalam Lautan Huwa, tanpa kaki atau kepala atau memiliki bekasan lahiriah atau batiniah dalam dirinya. Di sana dia tenggelam, fana dan tiada lagi nama dan tanda dirinya tetap ada, dan dia menjadi Dia/Hu. Sebab setetes air jatuh ke lautan dan menjadi lautan. Istilah ‘Hu”, dan lautan yang disebut disini adalah Alam Kesatuan,Cinta,Wajibul Wujud dan Lautan Nur.

Nabi selalu mengajarkan kalimat berikut dalam doa beliau, yang beliau berikan kepada kita untuk mengarahkan kita kepada kematangan spiritual.” Ya Allah, jadikan aku ke dalam cahaya/nur.” Tanpa keraguan beliau memang Nur, namun doa ini untuk mengajarkan kepada kita, sebab seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Dia/Huwa adalah Nur.

Serahkan wujud kepada Allah; biarkan hanya Wujud Allah saja yang ada

Tarik dirimu dari barzakh, biarkan apa yang tertinggal menjadi sahabat

* * *

Apakah mengejutkan bahwa seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Dia menjadi Dia? Jika tubuh seseorang yang mati jatuh ke dalam lautan garam, tubuh itu akan menjadi garam dan garam tetap murni. Mengacu kepada hal ini, mereka yang sebagai konsekuensi mati karena bersandar kepada Iradah Allah, jatuh ke dalam Wujud-Nya, menjadi Nur dan menjadi bersih. Dan kejadian ini tidaklah dilihat sebagai sesuatu yang jauh sekali: disini ketika kita berkata,” Dia”, itu adalah ‘Hu”. Makna dari Hu adalah ‘orang itu”…Namun apa yang dimaksud adalah Huwwiyah/Kedirian Allah. Yang berarti seseorang yang Arif

115

Page 116: Himpunan Kitab Aulia

menganggap seluruhnya sebagai berikut: Seluruh Wujud adalah Allah dan wujudku juga milik Allah. Maka ia melemparkan seluruh wujud dan hakekat dirinya sendiri ke dalam Lautan Huwwiyah Allah dan hanya Huwwiyah/Kedirian saja yang ada; inilah yang disebut Wajibul Wujud...

Adalah penting bagi dia yang terus dalam Nama Hu tahu apa yang dimaksud adalah Yang Dinamakan, Yaitu, ketika dia berkata ‘Hu”, biarkan dia memfanakan dirinya dan seluruh wujud ke dalam Wujud Kedirian Dia/Hu, yang berarti dalam Yang Dinamakan, tanpa meninggalkan nama, citra, waktu, tempat atau tanda apapun tersisa…Adalah perlu bagi dia yang berkata ‘hu’ menjadi lebur ke dalam Wujud Universal/Wajibul Wujud dan menjadi ‘hu’ itu sendiri.

Awal, Akhir,apapun yang ada adalah Hu;Batin, Zahir,apapun yang ada adalah Hu.

Apa yang kami inginkan untuk jelaskan adalah bahwa ketika makna ini tiba pada diri seseorang , tidak peduli apakah hamba itu berkata ‘Dia’ atau ‘kita’ atau ‘mereka’ atau mesikupun dia ingin berkata ‘kamu’; apa yang dimaksud oleh keseluruhan ini adalah Kediriannya Dia

“Makna yang telah dijelaskan di sini bahkan belum diisyaratkan oleh banyak kaum Arif, sebab ia wajib bahwa hal ini mesti demikian adanya.” Ada bahaya disini, dan yang terbesar adalah kemungkinan hamba menyatakan Allah bersifat imanen. Ketika dia berkata ‘Huwa” maka imanensi makhluk mengikuti. Beberapa ucapan tak perlu akan ada di antaranya. Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa jika dia yang berkata ‘Hu” belum mencapai petunjuk sempurna dan belum menjadi matang, dia mungkin jatuh ke dalam kesalahan di sini.”

Itu berarti jika dia belum, dari tangan petunjuk—pembawa gelas—minum gelas cinta, dan belum menemukan fana di dalam Kedirian

116

Page 117: Himpunan Kitab Aulia

Allah, ketika dia berkata ‘Hu”, dia sedang berbicara berdasarkan dugaannya sendiri, imajinasi dan pemahaman serta relaitivitas. Dia membawa Wujud Allah ke dalam imajinasi dan memberinya bentuk. Sebagai akibatnya, dia meletakkan Allah di bawah sebuah syarat/kondisi sesuai dugaannya dan imajinasinya dan membatasi-Nya; dengan demikian dia akan membuat-Nya imanen dan menciptakan-Nya. Dan dengan demikian dia telah menyembah sebuah pencipta yang dia sendiri yang menciptakannya.

Memang benar berdasarkan makna hadits:” Aku menurut prasangka hamba-Ku,” bahwa Dia memiliki wajah meski dalam apa yang diciptakan hamba, namun dengan hamba mengimanensikan Dia, Dia telah masuk ke dalam prasangka hamba dan ternyatakan disana, Bagaimanapun, dalam apapun kemungkinannya, selalu ada sisi kebenaran, Sebab tidak ada yang relatif satu pun yang tidak ada wajah Yang Mutlak; demikian juga sebaliknya… Mungkin seseorang yang mengimanensikan dirinya dan menciptakan adalah juga diri-Nya. Namun hukum sesuai dengan keimanan seseorang. Sebagai akibatnya Tuhan ini adalah relatif dan bukan Tuhan yang Mutlak. Inilah kebijaksanaan yang berkata,” Terdapat bahaya dalam derajat ini.”

Kematangan spiritual yang benar adalah ketika seorang hamba berkata ‘Dia/Hu’, dia melepaskan dirinya secara sempurna akan wujudnya dan mencapai ketiadaan sempurna dan fana...

Dan biarkan dia tidak mengikatkan dirinya kepada apapun melalui keimanan khusus atau prasangka atau syarat…Biarkan dia tidak berpaling dari banyak arah kepada arah tertentu..Maka setelah keseluruhan hal ini dia akan menyembah dan menjadikan ketaatan kepada Rabb yang lebih besar dari seluruh Uluhiyah, Allah Yang Mutlak..

117

Page 118: Himpunan Kitab Aulia

Jika tidak, dia akan menjadi penyembah berhala yang merupakan sebuah ilusi dari prasangkanya sendiri.” Tidakkah kalian perhatikan mereka yang menjadikan hawa nafsu mereka sendiri sebagai Tuhan.” Dan dia berada di bawah peringatan Al Quran dan jatuh ke dalam bahaya.

118

Page 119: Himpunan Kitab Aulia

BAB 8

TENTANG IMANENSI (TAKWIN)

Manusia Sempurna adalah mereka yang selalu memperhatikan nafas mereka, menjadi seperti penjaga Khazanah hati mereka. Biarkan mereka berdiri sebagai penjaga dan tidak membiarkan orang asing masuk, Khazanah Hati adalah gudang ilmu Allah. Jangan biarkan pikiran tentang selain Allah masuk ke hatinya.

Berkenaan hal ini: “Jalan menuju Allah sebanyak nafas makhuk.”, dalam setiap nafas terdapat jalan yang berakhir di dalam Allah. Apa yang pantas bagi sang Arif dan wajib baginya untuk lakukan adalah dia mesti mengambil nafas dari Allah dan mengembalikannya kepada-Nya. Dibenarkan untuk mengartikan Nafas ini sebagai diri. Berdasarkan hal ini jika nafas atau diri akan meninggalkan manusia ia akan kembali kepada asalnya. Ia tidak memiliki warna, apapun pikiran atau pekerjaan hamba, nafas itu—atau diri itu—terwarnai dengan warna itu, dan meluas berada dalam pakaian itu.

Dalam setiap hal, wajib menjaga hati dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi ridho Allah; wajib untuk membersihkannya dari pikiran buruk; hati hamba adalah khazanah atau perbendaharaan Allah; Manusia adalah kebiasaannya. Setiap pantulan yang lain dari Allah adalah seorang pencuri dan penjahat. Wajib untuk menutup jalan ke hati untuk melawan mereka. Dalam hakekatnya hati dijelaskan dalam hadits-hadits berikut:” Hati orang beriman adalah tempat tajalli Allah; hati orang beriman adalah Arasy Allah, hati orang beriman adalah cermin Allah.” Sebagai akibatnya setiap orang yang membiarkan harta ini dicuri oleh penjahat berada dalam situasi yang sulit, sebab dia akan dianggap sebagai pengkhianat dan Allah membenci pengkhianat

119

Page 120: Himpunan Kitab Aulia

sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat Al Quran:” Sungguh Allah membenci pengkhianat.”

Ketika Nur Allah menyala di dalam hatiJejak pencuri akan terpotong darinya

* * *

Pikiran yang masuk ke dalam otak manusia yang telah tiba pada maqam qurbah (kedekatan) kepada Allah adalah seperti kata-kata dan tindakan yang mengalir di tempat terbuka di antara manusia yang belum mencapai kedekatan ini. Mereka juga bertanggung jawab kepada pikiran yang masuk ke dalam hati mereka. Sebuah hadits berkata bahwa seseorang yang membawa pikiran yang paling halus ke dalam pikirannya akan ditanyai tantang pikiran ini dengan kehalusan yang sama (setara) dengan pikiran itu sendiri dan banyak amal kebaikan dari pelaku kebaikan dianggap sebagai sebuah kesalahan bagi mereka yang telah mencapai kedekatan.

Dalam hakekatnya, Allah tidak setuju bahwa ada yang lain selain diri-Nya memasuki hati seorang hamba. Sebab hati hamba adalah tempat Tajalli Allah. Sebuah hadits tentang hal ini menjelaskan sebagai berikut: “Hati adalah Ka’bah Allah. Siapapun membiarkan pikiran bukan tentang Allah masuk ke sana maka sesungguhnya telah mengisi hatinya dengan berhala.”

Meskipun Allah adalah pencipta segala pikiran, seluruhnya adalah sama, pada saat yang bersamaan hamba akan ditanyai/bertanggung jawab disebabkan kelalaiannya.

Penjelasan lebih jauh akan masalah ini tersembunyi dalam makna ayat Al Quran berikut:” Setiap saat Dia selalu dalam kesibukan/konfigurasi yang berbeda.” Berdasarkan ayat ini Allah secara

120

Page 121: Himpunan Kitab Aulia

konstan menunjukkan penyingkapan/tajalli yang selalu baru. Dari setiap tajalli terdapat perintah Allah yang turunkan kepada hamba. Ia datang mengunjungi hati hamba. Perintah Allah yaitu pewahyuan/tajalli yang mengunjungi hati itu lah yang disebut tamu rahasia. Ia datang dari Allah dan bermukim di hati hamba. Jika pada saat itu hati hamba penuh dengan Allah, maka pengunjung itu bertemu Allah di dalam hati tersebut, dan bersatu dengan hakekat/realitas yang hadir di dalam hati. Mari kami kutipkan sebuah hadits yang akan menjelaskan lebih baik:” Bukan bumi-Ku atau langit-Ku meliputi-Ku, namun hati hamba berimanlah yang meliputi-Ku.” Ini adalah hadits Qudsi dan dalam menjelaskan makna hadits ini seorang pecinta berkata:

Hati adalah mutiara yang memandang AllahHati adalah lokus tajalli Nama-nama dan Yang Dinamakan

Hati adalah burung elang, atau seekor burung MarvelHati adalah Wujud dari Kedirian Allah.

* * *

Dari penyatuan pengunjung itu yang merupakan Perintah Ilahi dengan Realitas di dalam hati, maka Keindahan Suci pun nampak..Hikmah dalam ucapan kembali kepada Allah dan tiba di sana. Kedatangan dan kepergian ini bukanlah dari sisi ruh. Ini adalah penurunan yang melampaui/transenden dari segalanya. Dan kembalinya pun dengan cara yang persis sama, dengan sebuah pengembalian yang transenden juga. Tiada akal penduduk di langit maupun dari Malaikat mencapai kedatangan dan pengembalian ini. Jika mereka melihat sesuatu mereka hanya melihat cahaya yang transenden dari segalanya, dan mereka tidak akan mengetahui lebih jauh.

Ketika penyingkapan itu tiba yang merupakan tamu rahasia, jika hati seorang hamba saat itu dipenuhi dengan ingatan dan zikir dan hamba hanya memikirkan Allah, dia akan menerimanya dengan

121

Page 122: Himpunan Kitab Aulia

hormat. Ketika tajalli itu datang, dan ia tidak menemukan pikiran tentang Dia, namun mendapati sedang memikirkan Malaikat, dari penyatuan tersebut mereka akan menghasilkan sebuah citra khusus Malaikat. Ini kemudian terbang melalui jalan yang digunakan ruh, hingga ia tiba di Sidratul Muntaha dan menetap di sana.

Jika tamu datang dan pada kedatangan mereka bertemu dengan hal-hal buruk/syetani, maka saat itu akan membentuk sebuah keadaan yang mewakili musibah yang cepat. Ia seperti burung berwarna hitam,yang terbang melalui jalan syetan dan terus berlanjut hingga mencapai di bawah Bulan, dan tak mampu melampaui lebih jauh. Ia tetap di sana hingga Hari Kiamat tiba.

Jika tamu tiba dan segera langsung menemukan keindahan di dalam hati saat itu menghasilkan bentuk dan citra yang baik, ia terbang membawa kebaikan hingga mencapai Surga, dan menemukan anugerah sesuai dengan sifat dari bentuk yang telah ia ambil dan menunggu hingga sang pemilik kebaikan itu tiba di sana.

Ada banyak hal yang tidak perlu kita masuki untuk membahasnya. Setiap tajalli yang turun kepada hati, dengan apapun percabangannya, ia mengambil bentuk baik atau buruk dan kembali ke tempat selayaknya. Karena itu agar manusia menerima penyingkapan ini dengan baik dan beradab maka wajib baginya terus menerus memelihara pikiran baik secara konstan..

* * *

Manusia pada hakekatnya adalah Khazanah Ilahi. Kedirian Allah berada dalam keadaan konstan dan perintah Al Haq turun kepada hamba. Sebagaimana penurunan itu tanpa warna dan bentuk maka dirinya juga tanpa warna dan bentuk. Meskipun Allah menciptakan tajalli dalam setiap jenis warna, dan menciptakan mereka berkenaan

122

Page 123: Himpunan Kitab Aulia

dengan watak manusia, kepercayaannya, batiniahnya dan pikirannya. Tujuan untuk melakukan hal ini adalah untuk menjelaskan kualitas imanensi Kebenaran.

Seseorang yang matang ruhaninya dalam setiap keadaan mesti selalu siaga. Dia mesti berusaha mengembalikan tajalli Ilahi persis seperti ia datang kepadanya tanpa bentuk atau berat, tanpa warna dan bentuk. Tujuan utamanya adalah untuk menghormati dan memenuhi haknya, dan dapat mengembalikannya persis sama sebagaimana ia datang.

Entah hal itu berada dalam dirinya atau luar dirinya, seluruh urusan, pikiran,tindakan, kepercayaan, khayalan dan bahkan seluruh nafas yang diambil, tak ada seberat zarrah pun dari hal ini sia-sia. Setiap tindakan, entah baik atau buruk memiliki kemampuan dan bakat sesuai dengan dirinya sendiri, dan mereka masing-masing mengambil bentuk sesuai dengan keadaan diri mereka. Dalam alam yang lain mereka nampak dalam bentuk yang mereka terima disini. Pemilik urusan dan tindakan tersebut, ketika dia mendapatkan mereka, sesuai dengan citra yang dia berikan kepada mereka, dia bisa menemukan rahmat dan berenang ke dalam kesenangan, atau dia bisa terluka dan menderita. Itulah rahasia yang dibukakan di sini. Makna ayat Al Quran menjelaskan hal ini:”barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah akan melihatnya; dan barang siapa mengerjakan keburukan seberat zarrah dia akan melihatnya.”

* * *

“ Allah menciptakan wujud-Nya sendiri, namun akal tidak mampu memahami hal ini. Sebab pikiran-pikiran tersebut hanya memikirkan hal yang bersifat materi. Akal yang terikat dengan hal bersifat materi adalah kurang sempurna dalam pemahaman sesuatu yang besar. Untuk dapat memahami hal ini aadalah wajib memiliki akal yang melampaui

123

Page 124: Himpunan Kitab Aulia

hal-hal materi tersebut dan melangkah lebih jauh.” Dalam pengaruhnya, dengan mengatakan bahwa Allah menciptakan wujud-Nya dari sudut pandang lahiriah nampak tidak tepat. Namun dalam sudut pandang maknawiyah seluruhnya adalah sama dan benar dan ini adalah keadaan yang mengurangi segala sesuatu ke keadaan ketidakmampuan, dan apa yang wajib buat kita adalah makna.

* * *

Masalah lain yang penting dimana akal tidak mampu memahami hal ini: setiap orang yang berbicara tentang Allah dia telah menggambarkan-Nya. Meskipun dia menyembahnya tetap saja ia menyembah sesuatu yang ia bayangkan. Itulah juga Allah sendiri dan tak ada yang ain. Allah telah menunjukkan wajah dalam cermin hati hamba-Nya sesuai dengan pemahamannya. Kita sekarang akan memasuki masalah sebenarnya. Dalam kasus imajinasi dan pikiran ini jelas bukan hamba yang menciptakan Allah; ia adalah Allah yang menciptakan wujud-Nya sendiri. Pencipta segalanya adalah Allah; tiada pencipta selain Dia. Apa yang muncul dalam keimanan hamba juga merupakan wilayah dari apa yang Allah ciptakan, yang dalam hakekatnya juga diciptakan oleh Allah. Salah datu makna dalam “Allah menciptakan wujud-Nya sendiri” adalah ini.

* * *

Ada hal yang khusus yang akan diketahui dan akan kami jelaskan: makhluk, pembawaan, peciptaan, penjadian dan pembentukan, semuanya mengacu kepada makna yang sama. Meskipun masing-masing memiliki makna agak berbeda, mereka akan menuju kepada makna yang sama. Apa yang dimaksud dari keseluruhan ini adalah manifestasi dan tajalli Allah.

124

Page 125: Himpunan Kitab Aulia

Makna lain yang mesti diberikan kepada semua ini adalah sebagai berikut: Allah menciptakan Wujud-Nya sendiri. Sesuai dengan perkiraan akal hamba, dan berdasarkan pikirannya, Dia memanifestasikan wujud-Nya. Ini contohnya. Seseorang mengambil sebuah cermin di hadapan mereka dan menciptakan wujud mereka di dalamnya, melihatnya dan mengetahuinya. Ada kesenangan tersendiri bagi seseorang untuk melihat dan mengenal dirinya sendiri di dalam cermin.

Karena alasan ini Allah menciptakan alam semesta dan Adam, menjadikan mereka sebagai cermin-Nya. Namun inilah hal yang penting: dalam cermin alam semesta Dia melihat citra-Nya dan dalam cermin Adam Dia memandang diri-Nya dengan tepat sebagaimana melihat diri-Nya sendiri. Disini apa yang dimaksud Adam adalah manusia. Apa yang dimaksud dengan perkataan Dia menciptakan alam semesta dan Adan dan menjadikan mereka cermin bagi Wujud-Nya adalah: Dia memanifestasikan diri-Nya sendiri sebagai cermin…Dia tampilkan Keindahan-Nya dalam cermin itu kepada Huwwiyah-Nya. Dengan melakukan hal ini Dia menjadi Yang Melihat. Dari wajah yang lain, Dia menjadi Kekasih dan Dia masuk ke dalam hasrat. Dia tampilkan lagi keindahan-Nya kepada diri-Nya sendiri dan menyingkapkan diri-Nya: disini yang melihat, yang dilihat dan penglihatan dan cermin adalah sama.

* * *

Insan Kamil adalah cermin yang murni,bersih, sebuah cermin mutlak dimana Allah yang merupakan Wajibul Wujud, melihat keindahan-Nya

tanpa syarat di dalamnya.

Cermin dari Insan Kamil bersesuaian dengan tajalli Allah. Tajalli yang terjadi di cermin yang lain bersesuaian dengan imajinasi hamba, kemampuannya untuk menerima dan bakatnya. Allah berkata benar dan Dia menunjukkan jalan.

125

Page 126: Himpunan Kitab Aulia

* * *

Dalam Fusus Al Hikam kami jelaskan:

“Allah di dalam kepercayaan seseorang adalah Uluhiyah yang tebentuk sesuai dengan prasangka hamba, Inilah pensifatan yang telah hamba sangkakan dari dalam dirinya sendiri dan yang dia sembah berkenaan dengan keyakinannya ini, dan meletakkan Allah dalam kerangka berpikirnya yang sempit. Karena itu dia mencela kepercayaan orang lain yang tidak sesuai dengan kepercayaannya sendiri. Alasan ini adalah bukan karena itu tidak sesuai dengan kehendak Allah, melainkan tidak sesuai dengan prasangkanya. Andai ia toleran dia tidak akan bertindak demikian…Hamba bertindak demikian karena dia menjadikan bagi dirinya sendiri seorang Tuhan yang khusus baginya dan mencela kepercayaan orang lain yang tidak setuju dengannya, sebab dia bodoh. Andai dia paham perkataan Junaid Bagdadi:” Warna air sesuai dengan warna wadahnya,” dia tidak akan membantah dengan orang lain. Dia akan menjadi Arif yang menerima kepercayaan orang lain. Dia akan melihat dan mengenali tajalli Allah dalam setiap citra.

Seseorang yang membayangkan seorang Tuhan khusus hanyalah berdasarkan prasangka belaka.; dia bukan pemilik ilmu dan ma’rifat, bukan seorang alim billah dan arif billah. Disebabkan hal inilah Allah berkata:” Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku.” Maknanya adalah: dalam cara apapun hamba-Ku memikirkan-Ku, Aku akan menyesuaikannya.

Hal ini, entah ia bersifat Mutlak atau Relatif.

Tuhan bagi seseorang yang memelihara keyakinan berbeda adalah terbatasi, terdefinisikan dan berbilang. Uluhiyah yang mengisi hati seorang hamba adalah jenis ini; yang berarti sebuah wajah tajalli Allah; dan tiada lain selain Uluhiyah. Bagaimanapun Uluhiyah yang

126

Page 127: Himpunan Kitab Aulia

Mutlak memiliki Keagungan (Jalal) dan tiada apapun yang lain dapat ditemukan selain Keagungan tersebut dan Dia tidaklah juga meliputi hati. Bagaimana ada istilah Dia meliputi, sejak Dia adalah sama dengan segalanya? Tidak ada Huwwiyah yang lain dan Dia bahkan sama dengan hati. Bahkan tidak dijinkan mengatakan apakah Dia meliputi wujud-Nya atau tidak. Berpikirlah dengan cara ini dan pahamilah!!”

* * *

Adalah perlu untuk membawakan contoh agar apa yang kami jelaskan di atas dapat dengan mudah dipahami. Jika sang kekasih melihat kepada 100 ribu cermin yang diletakkan disekelilingnya, berapa banyak dari 100 ribu cermin itu sang kekasih dapat terlihat; namun dalam faktanya sang kekasih hanya satu. Keseluruhannya sama, dalam cermin-cermin itu, sesuai dengan bakat seseorang (cermin), dia akan terlihat dalam sebagian sebagai yang ceria, dalam sebagian sebagai yang bersedih, dalam sebagian sebagai yang lurus dalam sebagian sebagai yang bengkok. Sebagai akibatnya jika manusia melihat wajah sang kekasihnya dalam satu cermin dan menyangkal cermin yang lain, dia bukanlah seorang yang kenal. Dia yang kenal memahami setiap cermin yang ada. Dalam cermin apapun dia melihatnya, dia menegaskan dan bahkan mungkin dia melihatnya tanpa cermin.

Berapa ratus ribu mata yang melihat bukti yang jelas iniSekali lagi. Dia sendiri yang menjadi keinginan Keindahan-Nya sendiri.

Tidak perlu lagi menjelaskan lebih jauh dari hal ini. Sang Arif semakin lama dia memikirkan dan mengambil kesenangan dalam zauq/rasa, dapat menemukan banyak contoh itu.

Mari kami berikan contoh yang lain. Jika seorang manusia tetap dalam tempat yang gelap tanpa melihat cahaya matahari, dan suatu hari jika sisi tempat tersebut dibuka dengan gelas dengan banyak warna

127

Page 128: Himpunan Kitab Aulia

dan bentuk, dan ketika siang tiba, setiap gelas akan dikenai dengan cahaya yang sama. Berdasarkan dimana cahaya mengenai gelas yang berbeda, dia akan mengenai dinding ruangan dengan warna yang berbeda, dan manusia itu akan berpendapat bahwa cahaya matahari adalah hijau, merah dsb, dan dia akan tersesat dalam bidang kasar ilusi. Namun kaum Arif tahu realitas/hakekat masalah sebenarnya dan memutuskan dengan tepat. Dia tahu bahwa warna air adaah warna wadahnya dan dia tahu apa yang menerangi segala sesuatu adalah cahaya Allah. Al Quran: “ Allah adalah cahaya langit dan bumi.” Ini menjelaskan situasi sebenarnya. Berdasarkan kaum Arif, apa yang terlihat di cermin pada dua alam tersebut adalah satu wajah. Meskipun seperti ini, setiap kaum Arif telah mencapai satu kesempurnaan. Sebagian dari mereka berkata,:” Pada akhir segalanya tiada yang aku lihat dimana di dalamnya aku tidak lihat Huwwiyah Allah.”

Kelompok lain berkata:” Tiada apapun dimana di dalamnya aku tidak melihat Huwwiyah Allah.”Kelompok lain berkata: “Aku melihat-Nya sebelum yang lain.”Masih kelompok lain berkata: “Hanya Allah.”Kelompok khusus berkata: “Hanya Allah melihat Allah.”

Dalam masalah melihat ini, 5 bentuk telah terjadi. Sang Arif, setelah mengumpulkan seluruh 5 hal ini dalam dirinya, menemukan 5 hal lain terjadi, penjelasan hal ini tidak cocok disini, dan untuk menyingkap hal ini bahkan dilarang. Mereka yang ingin mengetahuinya, biarkan mereka bergantung kepada lipatan jubah Insan Kamil dan bertanya kepadanya, sebab:” Mereka yang tidak merasakan tidak dapat mengetahui”, inilah syarat yang wajib. Sisanya tidak dapat dijelaskan melalui tulisan.

Maka demikianlah dan kedamaian bagi semuanya. Allah lah Penolong sebenarnya,dengan pertolongan Allah ini terselesaikan.

128

Page 129: Himpunan Kitab Aulia

Masyahid Al Asrar

Syeikh Muhyiddin Ibnu Arabi Qs

129

Page 130: Himpunan Kitab Aulia

Bab1

Penyaksian Nur Wujud ketika terbitnya bintang Penglihatan Langsung ( Al ‘Iyan)

Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang.

Al Haq membuatku menyaksikan nur wujud sebagai bintang penglihatan langsung yang sedang terbit, dan Dia bertanya kepadaku,’ Siapakah engkau?’

Aku menjawab,’ ketiadaan yang zahir’.

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Dan bagaimana bisa ketiadaan berubah menjadi wujud?Jika kamu bukan sebuah entitas, wujudmu tidak akan mungkin dan menjadi nyata..’

Aku menjawab,’ itulah sebabnya aku berkata ketiadaan yang zahir, sebab ketiadaan yang batin atau tersembunyi tidak memiliki wujud yang nyata.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Jika (seseorang mengira bahwa) eksistensi awal adalah identik dengan eksistensi yang kedua, maka tidak ada ketiadaan yang mendahului, tidak juga ada wujud yang tidak pasti (bergantung dengan yang lain). Bagaimanapun, telah ditetapkan bahwa engkau adalah tidak pasti.

‘Wujud yang awal tidaklah sama dengan wujud yang kedua.’

‘Wujud awal adalah seperti wujud universal, dan wujud yang kedua seperti wujud terperinci.’

130

Page 131: Himpunan Kitab Aulia

‘Ketiadaan adalah nyata dan tak ada yang lain; dan wujud pun adalah nyata dan tak ada yang lain.’

Aku setuju sambil berkata,’ demikianlah begitu.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Apakah kamu Muslim melalui tradisi saja ataukah engkau memiliki standar sendiri atas hukum?’

Aku menjawab,’ Aku bukanlah pengikut buta dan tidak juga aku mengikuti pendapat rasionalku sendiri.’

Dia berkata kepadaku,’ Maka kamu bukanlah sesuatu.’

Aku berkata,’ Aku adalah sesuatu tanpa keserupaan dan Engkau adalah sesuatu dengan keserupaan.’

Dia berkata,’ Apa yang kau katakan adalah benar.’

Kemudian juga Dia berkata,’ Kamu bukanlah sesuatu, bukan pula kamu pernah menjadi sesuatu, tidak juga kamu berdasarkan sesuatu.’

‘Demikianlah begitu’, aku menjawab,’ sebab jika aku adalah sesuatu, persepsi akan dapat memahamiku;’ jika aku berdasarkan sesuatu, maka tiga hubungan akan dikenakan kepadaku, dan jika aku adalah sesuatu, maka aku akan memiliki lawan, namun aku tidak memiliki lawan.’

Kemudian aku berkata kepada-Nya,’ Aku eksis dalam bagian-bagian, meskipun aku tidak eksis, sehingga aku dinamakan tanpa nama, disifatkan tanpa sifat dan digambarkan tanpa gambaran, dan inilah menyusun kesempurnaanku. Bagaimanapun, Engkau dinamakan

131

Page 132: Himpunan Kitab Aulia

dengan nama, disifatkan dengan sifat dan digambarkan dengan sebuah gambaran, dan ini menyusun kesempurnaan-Mu.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Hanya ketiadaan yang mengetahui wujud.’

‘Hanya apa yang ada yang mengetahui yang ada sebagaimana adanya dalam realitas.’ Wujud adalah dari-Ku, bukan darimu, namun ia ada di dalammu, bukan di dalam-Ku.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Siapapun yang menemukanmu menemukan-Ku, dan siapapun yang kehilanganmu kehilangan-Ku.’

“Siapapun yang menemukanmu kehilangkan-Ku dan siapapun yang kehilanganmu menemukan-Ku.’

‘Menemukan dan kehilangan adalah milikmu bukan miik-Ku.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Setiap jenis yang terbatas dan wujud relatif adalah milikmu dan seluruh yang mutlaq dan wujud yang tak terbatas adalah milik-Ku.’

“Wujud relatif adalah milik-Ku bukan milikmu.”

‘Wujud yang tersebar, yang merupakan milik-Ku, adalah melaluimu, dan wujud yang terintegrasi, yang merupakan milikmu, adalah melalui Aku.’

‘Dan sebaliknya.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ wujud primordial bukanlah sebenar-benarnya wujud, namun di bawahnya lah wujud yang haq.’

132

Page 133: Himpunan Kitab Aulia

‘Wujud adalah melalui-Ku, ia datang dari-Ku, dan ia adalah milik-Ku.’

‘Wujud datang dari-Ku, namun ia tidaklah melalui-Ku, tidak juga ia milik-Ku.’

‘Wujud tidaklah melalui-Ku, tidak juga ia datang dari-Ku.’

Kemudian Dia berkata,’ Jika kamu menemukan-Ku kamu tidak akan melihat-Ku namun kamu akan melihat-Ku jika kamu kehilangan Aku.’

‘Menemukan adalah kehilangan Aku dan kehilangan adalah menemukan Aku. Andai kamu dapat menemukan pengambilan, maka kamu akan mengetahui wujud yang haq.’

133

Page 134: Himpunan Kitab Aulia

Bab 2

Penyaksian Nur Pengambilan (Akhadz) ketika terbitnya bintang

Penegasan (Iqrar)

Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang.

Al Haq membuatku menyaksikan Nur Pengambilan Ilahiah sebagai bintang Iqrar yang terbit.

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Pengambilan adalah sama dengan membiarkan pergi namun tidak semua yang dibiarkan pergi adalah pengambilan.’

‘Kamu dapat menemukan-Ku namun kamu tidak dapat menahan-Ku; Aku dapat menahanmu namun Aku tidak dapat menemukanmu.’

‘Aku tidak menahanmu dan tidak juga Aku menemukanmu.’

‘Aku menemukanmu, namun Aku tidak menahanmu.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Pengambilan hanya terjadi dari belakang, sebab andai ia terjadi dari depan maka tak seorang pun akan menyimpang.’

‘Aku telah zahirkan diri-Ku dalam pengambilan (seorang hamba) dan Aku telah menyembunyikan diri-Ku dalam membiarkannya pergi.’

134

Page 135: Himpunan Kitab Aulia

‘Pengambilan memenuhi 3 aspek dan segala sesuatu yang melampaui 3 bilangan ini bukan lagi pengambilan.’

‘( Dalam hakekatnya), Aku mengambil diri-Ku sendiri.’

Kemudian Dia berkata kepadaku,” lihatlah ‘benda yang tak bergerak/mati’ dan dengarkan ‘pujian mereka kepada Allah, sebab itu adalah jawaban mereka akan,’Ya, kami taat’.”

“ Jika Aku menghijabmu dengan pengambilan [dengan menjagamu dalam hal pembedaan tanpa kembali kepada kebaqaan, kamu akan mengalami penderitaan abadi dalam kebahagiaan yang yang tak berakhir.”

“ Aku hanya mengambil dia yang kepadanyalah Aku berkata [Kun!Berilah dia wujud] dan Aku hanya berkata Kun! Kepada apa yang dimiliki oleh-Ku. Tak satu pun dimiliki kecuali ia ditaklukkan, dan tak satupun ditaklukkan kecuali ia terpenjara/dipingit, dan tak satu pun dipingit kecuali ia baharu (muhdats), dan tak satu pun baharu kecuali ketiadaan potensial.”

“ Aku mengambil apa yang tersebar dan menyatukannya. Aku mengambilnya dari kesatuan dan Aku menyatukannya kembali. Kemudian Aku menyebarnya dan menyatukannya (sekali lagi), dan kemudian tidak ada pembagian ataupun penyatuan.”

“Kemudian Dia membuatku menyaksikan apa yang berada di atas pengambilan, dan aku melihat Tangan. Kemudian Laut Hijau mengalir keluar antara Tangan dan aku. Aku menjadi tercelup di dalamnya dan

135

Page 136: Himpunan Kitab Aulia

aku melihat Lauh. Aku memanjat kepadanya dan (seperti itu) aku diselamatkan, sebab andai bukan karena Lauh, aku akan binasa.

Kemudian Tangan pun muncul, dan memandang Tangan sedang melayani sebagai pantai dari Lautan tersebut, di atasnya perahu-perahu berlayar hingga mereka mencapai tepian pantai. Ketika mereka mencapainya, Tangan mendorong mereka menuju tempat kosong. Pemilik perahu mendarat sambil membawa mutiara, perhiasan dan koral; namun segera mereka melangkah kepada daratan kering, keseluruhan ini berubah menjadi batu biasa.

Aku berkata kepada-Nya,’ Bagaimana seseorang dapat menjaga mutiara tetap mutiara, perhiasan tetap perhiasan dan batu koral tetap sebagai batu koral?’

Dia berkata,” Ketika kamu keluar dari lautan, ambil sebagian air laut, sebab selama air tetap ada, maka mutiara, perhiasan dan batu koral akan tetap dalam keadaannya; namun jika air tersebut mengering, mereka akan berubah menjadi batu biasa. Dalam Surah Al Anbiya Aku

telah menjelaskannya”.

Kemudian aku mengambil sebagian dari air dan membawanya, dan ketika aku tiba pada sebuah tanah kosong aku melihat kebun yang lebat di tengah-tangah dari tempat yang gersang. Dikatakan kepadaku,” Masuklah!”.

Aku masuk dan aku melihat bunga-bunganya yang bersemi dan bercahaya, burung-burungnya dan buah-buahnya. Ketika aku jangkaukan tanganku untuk memakan buah-buahan tersebut, air pun mengering dan perhiasan berharga berubah bentuk menjadi batu biasa.

136

Page 137: Himpunan Kitab Aulia

Kemudian aku mendengar suara yang menegurku dan berkata,’Lemparkan buah-buahan yang ada di tanganmu!’

Aku melemparnya, dan segera air pun mengalir kembali dan perhiasan pun kembali kepada bentuk semula.

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ pergilah ke batas kebun ini.’

Sehingga aku pun pergi kesana dan menemukan sebuah padang pasir. ”Seberangi!” Dia berkata. Sehingga aku menyeberanginya dan ditengah perjalanan aku melihat kalajengking, ular, ular berbisa dan singa. Kapanpun mereka melukaiku, aku mengoleskan tempat yang luka dengan air dan disembuhkan.

Kemudian, pada ujung padang pasir tersebut, Dia membukakan beberapa kebun di hadapanku. Aku memasukinya dan air pun mengering. Aku pun melangkah keluar dan air pun mengalir kembali.

Setelah itu aku memasuki kegelapan dan dikatakan kepadaku,” Tanggalkan pakaianmu!” dan lemparkan air, batuan-batuan, sebab kamu telah menemukan apa yang kamu cari.” Aku buang apapun yang ada bersamaku, tanpa melihat ke arah mana, dan aku pun tetap sebagaimana aku adanya.

Dia berkata,” sekarang kamu adalah kamu.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Tidakkah engkau melihat betapa sempurnanya kegelapan ini, betapa intensnya kecemerlangannya dan betapa jelasnya cahayanya! Kegelapan ini adalah tempat darinya cahaya terbit, sebuah sumber darinya pancuran rahasia mengalir keluar dan zat asal dari unsur-unsur. Dari kegelapan ini Aku membawamu

137

Page 138: Himpunan Kitab Aulia

kepada wujud, kepadanya Aku mengembalikanmu dan Aku tidak harus melenyapkanmu darinya.”

Kemudian Dia memperlihatkan kepadaku sebuah pembukaan seperti lubang jarum. Aku pergi menujunya dan aku melihat sinar yang indah dan cahaya yang gemerlap.

Dia berkata kepadaku,” Pernahkan kamu melihat betapa intensnya kegelapan dari cahaya ini? Rentangkan tanganmu dan kamu tidak akan melihatnya.” Aku rentangkan dan sungguh, benar-benar aku tidak melihatnya.

Dia berkata kepadaku,” Ini adalah cahaya-Ku, di dalamnya tak seorang pun selain Aku yang dapat melihat dirinya sendiri.”

Kemudian Dia berkata,” Kembalilah kepada kegelapanmu, sebab kamu berada jauh dari golonganmu.”

“ Tak ada seorang pun selain kamu dalam kegelapan ini dan aku telah membawa ke dalam wujud darinya tak seorang pun selain kamu, darinya lah Aku mengambilmu.”

“Aku telah ciptakan dari nur segala sesuatu yang ada melainkan untukmu, yang telah diciptakan dari kegelapan.”

“Mereka tidak menghargai Allah sebagaimana mestinya.” Andai Dia berada di dalam Nur, maka mereka akan telah menghargai-Nya dengan layak. Kamu benar-benar seorang hamba-Ku.”

“Jika kamu ingin melihat-Ku, angkatlah hijab dari wajah-Ku.”

138

Page 139: Himpunan Kitab Aulia

BAB 3

Penyaksian Nur Al Sutur ketika terbitnya bintang Dukungan Yang Kuat

Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang.

Al Haq membuatku menyaksikan nur Al Sutur ketika bintang dukungan yang kuat (Ta’yid) muncul, dan Dia berkata kepadaku,” Tahukah engkau berapa banyak hijab yang Aku hijab atas dirimu?

“Tidak,”jawabku.

Dia berkata,” 70 hijab. Meskipun kamu mengangkat mereka, kamu tidak akan melihat-Ku, dan jika engkau tidak menyibaknya kamu tidak akan melihat-Ku.”

“Jika kamu mengangkat mereka kamu akan melihat-Ku dan jika kamu tidak mengangkat mereka kamu akan melihat-Ku.”

“Hati-hati lah membakar dirimu sendiri!”

“Kamu adalah pandangan-Ku, maka berimanlah. Kamu adalah wajah-Ku, maka hijablah dirimu.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Bawalah pergi hijab-hijab dari-Ku. Singkaplah Aku, sebab Aku telah memberikanmu ijin, jaga Aku dalam khazanah yang tersembunyi, agar tak ada selain Aku yang melihat Aku, dan undanglah manusia untuk melihat-Ku. Kamu akan menjumpai dibalik setiap tirai apa yang dijumpai Sang Kekasih. Maka renungkan dan bacalah ayat: Maha Suci Dia yang memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil Haram kepada masjidil Aqsa (Terjauh)

139

Page 140: Himpunan Kitab Aulia

yang telah Kami berkahi sekelilingnya, untuk Kami tunjukkan ayat-ayat Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Melihat., pahamilah dengan baik keinginan-Ku dan katakan kepada hamba-hamba yang kamu temui, agar kamu membangunkan kerinduan mereka kepada-Ku dan mengisi mereka dengan hasrat untuk-Ku, dan kamu pun akan menjadi rahmat bagi mereka.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Angkatlah hijab satu demi satu.”

Aku mengangkat yang pertama dan aku melihat ketiadaan [dan aku terus mengangkat satu demi satu secara berurutan hijab-hijab berikut]: wujud, maujud, perjanjian awal (‘uhud), pengembalian (ruju’), lautan (buhur), kegelapan (zhulumat), tunduk (khudu’), instruksi (ta’lim), turunan(ishtiqaq), perkenanan (Ibaha), pencegahan (mani’), pelampauan batas (ta’addi), marah (gadhab), pemenjaraan (sajn), huruf-huruf, generasi keturunan (tawallud), kematian parsial (al maut al juz’i), kematian total (al maut al kulli), penghadapan (tawajjuh), penyampaian (tabligh), perlindungan (I’tisham), dua kaki (qadaman), pengkhususan umum (ikhtishash), penyelimutan (tazmil), pembelahan (shaqq), pembersihan, penyusunan kembali (talfiq), berlawanan (tahrim), penyucian, perantara (campur tangan), mendaki (imtita’), perjalanan (suluk), susu (laban), mengetuk pintu (qar’i), pencampuran (imtijaz), ruh-ruh, keindahan (jamal), pengangkatan (’ulan), otoritas (siyada), munajat, pengosongan, mencapai akhir (intaha), pembiaran (tarki), cinta (mahabbah), penghilangan perantara (raf al-wasait), rahasia (sir), dada (sudur), kebenaran (shiddiqiyah), kekuatan mengalahkan (qahhar), keberanian (shahamah), meninggalkan pengambilan (insiram), pewarisan (mirats), pencabutan (istilam), fana, baqa, cemburu, kemamuan spiritual (himmah), penyingkapan (kasyaf), musyahadah, keagungan, keindahan, terhapusnya zat individu, tidak

140

Page 141: Himpunan Kitab Aulia

dapat dipersepsi, tidak terdengar, tidak terpahami,tak terbicarakan, isyarat, keseluruhan (kulli).

Hamba berkata,” Ketika aku selesai mengangkat hijab, Dia bertanya,”Apa yang telah engkau lihat?”

“sesuatu yang mengagumkan,” aku menjawab.

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Apa yang Aku sembunyikan darimu lebih mengagumkan.”

‘Demi kemuliaan-Ku! Tidaklah Aku pernah menyembunyikan apapun darimu dan tidak juga Aku menunjukkan apapun kepadamu.”

Kemudian Dia membakar hijab yang tersisa di belakangku, dan aku pun melihat Arays.

Dia berkata,”Angkatlah!”.

Maka aku mengangkatnya dan Dia berkata kepadaku,” Lemparkanlah dia ke dalam lautan!”.

Aku melemparnya dan ia pun lenyap. Kemudian laut melemparnya lagi dan Dia berkata kepadaku,” Keluarkan dari Lautan Batu Keserupaan.”

Aku mengeluarkannya dan Dia berkata kepadaku,” Angkatlah Timbangan (Mizan)!” Aku mengangkatnya dan Dia berkata kepadaku,”Letakkan Arasy dan seluruh yang diliputinya dalam satu anak timbangan dan letakkan Batu Keserupaan pada sisi yang lain.” Batu tersebut lebih berat. Maka Dia berkata kepadaku,” Meskipun kamu meletakkan sejuta kali berat dari Arasy dan apa yang dikandungnya sampai pada batasan yang paling mungkin, maka Batu ini akan tetap lebih berat.”

141

Page 142: Himpunan Kitab Aulia

Aku bertanya,”Apakah nama Batu ini?”

‘Angkatlah kepalamu dan lihatlah, Dia berkata,” Kamu akan menemukannya tertulis pada setiap sesuatu.”

Aku pun mengangkat kepalaku dan aku melihat sungguh huruf Alif berada dalam segala sesuatu. Kemudian Dia menutupiku dengan 50 hijab dan Dia membuka dari wajahku 400 hijab yang sanggat lembut hingga aku tidak pernah merasakannya.

Dia berkata kepadaku,” Tambahkanlah segala apa yang telah engkau lihat dalam segala sesuatu kepada hijab. Hasil dari kombinasi ini adalah nama dari Batu itu.

“Keseluruhan ini telah tertulis sejak keabadian tanpa awal, dan keseluruhan ini sekarang di hadapanmu.” Maka Bacalah:

Dengan nama Allah, Maha Pengasih Maha Penyayang

Surat dari Wujud Awal kepada Wujud Kedua.

Ketiadaan mendahuluimu,kamu telah menjadi maujud. Kemudian Aku membuat perjanjian denganmu dalam Hadrat Kesatuan (Wahdaniyyah), dengan penegasanmu bahwa ‘Aku adalah Allah dan tiada ketuhanan selain Aku dan kamu memberikan-Ku saksi atas hal itu. Kemudian Aku mengembalikanmu.

Setelah itu Aku membawamu keluar dan Aku melemparmu ke dalam Lautan. Berikutnya Aku campakkan engkau bagian-bagianmu ke dalam kegelapan, kemudian Aku utus kamu kepada mereka (sebagai seorang Rasul) dan mereka menerimamu dengan patuh dan mereka

142

Page 143: Himpunan Kitab Aulia

pun tunduk. Aku memberimu teman dan sakinah dari bagian dirimu sendiri, yang pertemanannya adalah sah. Kemudian Aku melarangmu akan Kehadiran-Ku, namun Aku mengijinkanmu untuk memasukinya (melawan kehendak-Ku). Aku menjadi murka denganmu dan Aku memenjarakanmu, meskipun kamu diberkahi.

Seteah ini, Aku menjadikan huruf-huruf dan Aku menjaga mereka bagimu. Aku memberikanmu Kalam dan Aku mendudukanmu di atas singgasanamu dan kamu menulis di atas Lauhil Mahfuzh apa yang Aku inginkan darimu. Aku tentukan bagianmu, kemudian memberikan kamu kehidupan yang melimpah ruah. Berikutnya Aku ambil sebagian darimu, Aku sebarkan mereka di sudut-sudut penjara dunia, berbicara dalam ragam bahasa. Aku gandakan mereka dengan pemberian kesempurnaan dan mendudukkan mereka di atas kursi mereka.

Kemudian Aku pilih satu di antara mereka, demi mereka dimana Aku juga mengutusmu, dan Aku kuatkan dia dengan Kalam-Ku. Aku sucikan dia dari segala kesalahan, Aku ampuni dia untuk kembali kepada makhluk, Aku tinggikan tempatnya dan Aku janjikan dia hak syafaat demi kepentingan seluruhnya.

Kemudian Aku lemparkan dia ke dalam Laut dan dia mendaki satu dari gunung-gunungnya. Dia diperjalankan pada suatu malam secara seketika dan Aku membawanya di atas Buraq. Kemudian Aku beri dia kehidupan total dan melindunginya dari sifat alaminya, dan Aku bercakap-cakap dengannya dari titik tengahnya (Mahall Al I’tidal) perkataan,”Pada meninggalkan batasan (Aku mencintaimu) dan pada keberangkatan para Ruh (Aku akan memberimu kabar gembira). Bawalah dan jadikan nyata hati para siddiqin dan taklukkanlah! Ambillah rahasia kehidupan dan percayakan kepada siapapun yang

143

Page 144: Himpunan Kitab Aulia

engkau kehendaki. Tariklah pedang pembalasan dendam: dengannya tegakkan tanda-tandamu dan dengannya kalahkan lah siapa yang menentangmu.

Kemudian datanglah kepada-Ku; biarkan anak lelakimu pergi, agar ia dapat mengambil tempatmu dan katakan kepadanya agar fana melalui kebaqaannya, jangan menjadi cemburu akan menyampaikan wahyu dan bermusyahadahlah dalam Sifat-sifat-Ku, namun bukan dalam Zat, sebab Aku tidak diliputi mereka. Meskipun ia dapat mendengar, mengerti, tahu, menyampaikan, berkomunikasi, menjelaskan dengan rinci dan menyimpulkan secara umum, dia tidak akan memahami-Ku secara menyeluruh. Bagaimanapun, dalam intuisi (shu’ur) makhuk menunjukkan diri mereka sendiri secara jelas kepada ahli ru’yat.

144

Page 145: Himpunan Kitab Aulia

Bab 4

Musyahadah Nur Intuisi (As Shu’ur) ketika bintang Tanzih terbit

Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang.

Al Haq membuatku menyaksikan nur intuisi sebagai bintang Tanzih yang terbit, dan Dia berkata kepadaku,”Aku sembunyikan diri-Ku sendiri dalam bukti (bayan) dan intuisi dari mereka yang terhijab.

Kemudian Dia berkata kepadaku,”Puisi-puisi itu terbatas dan ia adalah tempat simbol dan enigma. Jika mereka tahu bahwa simbol dan enigma sesuatu berada di dalam intensitas kejelasan, tentu mereka akan mengikutinya. Ayat bercahaya dari Al Quran telah diwahyukan sebagai petunjuk akan makna yang (andai sebaliknya) tentu tidak akan pernah dipahami.”

“Lihatlah Aku di matahari dan pandanglah Aku di bulan, namun hindarilah Aku di bintang-bintang.”

“Jangan seperti burung Isa”

“Lihatlah Aku di dalam khalifah dan di antara penjaga-penjaga malam dan kamu akan menemukan Aku.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Ketika kamu melihat domba, kuda dan keledai tercelup ke dalam air sampai leher mereka, maka kendarailah begal, bersandarlah pada dinding dan cobalah untuk mencapai tempat penyimpanan. Jika sebuah penghalang mesti muncul

145

Page 146: Himpunan Kitab Aulia

untuk memotong kamu dari tempat penyimpanan, tutupilah matamu dengan tanganmu dan biarkan rambutmu jatuh di dahimu dan masukilah arus tanpa rasa takut, sebab air tidak akan menggapai cekungan pelanamu dan kamu akan selamat. Siapapun yang mengendarai kuda atau keledai akan hancur di dalam sungai, namun tidak bagi dia yang mengendarai begal.

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Jika kamu tetap dalam intuisi, kamu akan berada dalam derajat pertengahan. Siapapun berada di bawahmu akan memandang kepadamu dan siapapun yang di atas mu akan berpaling kepadamu, sehingga tak ada seorang pun di atas mu. Dalam intuisi kamu akan menemukan yang instan.

“Jika kamu berada dalam derajat pertengahan maka berjalannlah di musim semi.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Nur adalah sebuah hijab dan kegelapan adalah sebuah hijab. Di antara garis keduanya kamu akan menyadari apa yang paling bermanfaat. Sehingga ikutilah garis ini dengan teliti, dan jika kamu tiba di titik asalnya, buatlah ia lenyap dalam sholat magrib. Kemudian tidurlah setelah sholat witir di malam hari. Ketika fajar menyingsing, kewajiban akan diangkat, dan beban syariat akan gugur, dan kamu akan menjadi kamu, melampaui sifat demikian.”

“ Jika Perintah Allah turun, jangan menyerah, sebab jika kamu menyerah kamu akan binasa.”

“Jika kamu menunggangi begal, jangan melihat di sisi mana kamu berada, sebab kamu akan mati. Jika kamu menunggangi, tetaplah diam!”

BAB 5

146

Page 147: Himpunan Kitab Aulia

MUSYAHADAH NUR DIAM (As Samt) SEBAGAI BINTANG PENYANGKALAN YANG TERBIT.

Al Haq membuatku menyaksikan Nur Diam sebagi bintang peyangkalan yang terbit, dan Dia membuatku tidak bisa berkata-kata. [Bagaimanapun], benar-benar tidak terdapat satu pun tempat di alam semesta dimana kata-kataku tidak dituliskan, tidak juga ada penulisan yang tidak berasal dari materiku dan pendikteanku.

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Diam adalah hakekat esensimu.”

“Diam tiada lain daripada kamu, meskipun ia bukan milikmu.”

“Jika kamu menjadikan ‘diam’ sebagai objek sembahanmu, kamu akan mengikuti mereka yang menyembah anak sapi dan kamu akan menjadi di antara penyembah matahari dan bulan. Namun jika ‘diam’ adalah bukan objek sembahanmu, kamu kamu adalah milik-Ku dan bukan milik hamba.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Aku menciptakan engkau dengan kalam yang merupakan hakekat esensial akan diammu, sedemikian hingga meskipun engkau bicara, engkau tetap diam.”

“Melaluimu Aku bicara, melaluimu Aku memberi, melaluimu Aku mengambil, melaluimu Aku meluaskan, melaluimu Aku mempersempit, melaluimu Aku melihat, melaluimu Aku memberi wujud dan melaluimu Aku dikenal.”

“Untukmu Aku bicara, untukmu Aku memberi, untukmu Aku mengambil, untukmu Aku memperluas, untukmu Aku mempersempit,

147

Page 148: Himpunan Kitab Aulia

untukmu Aku dapat dilihat, untukmu Aku diberikan wujud dan untukmu Aku dijadikan dikenal.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Kamu adalah tempat pandangan-Ku dan kamu adalah sifat-Ku. Maka janganlah bicara kecuali ketika Aku melihatmu. Aku melihatmu secara dawam, sehingga berbincanglah kepada manusia secara dawam namun janganlah bicara.”

“Diam-Ku adalah sisi zahir dari wujudmu dan eksistensimu.”

“Jika Aku tetap diam, kamu tidak akan ada, jika kamu telah bicara, maka Aku tidak akan dikenal. Maka bicaralah, agar Aku dikenal.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Alif adalah diam ketika huruf-huruf bicara. Alif menyuarakan huruf, namun huruf tidak menyuarakan alif. Huruf-huruf diatur oleh Alif dan Alif menemani mereka selalu, tanpa mereka menyadarinya.”

“Huruf-huruf adalah Musa dan Alif adalah tongkat.”

Kemudian Dia bicara kepadaku,” Eksistensimu adalah dalam diam dan ketiadaanmu adalah dalam ucapan.”

“Siapapun yang diam adalah tidak diam;melainkan siapa yang tidak diam adalah diam.”

“Kapanpun kamu bicara atau diam kamu adalah sedang bicara, dan meskipun kamu telah bicara selamanya melalui seluruh keabadian, kamu akan tetap diam.”

148

Page 149: Himpunan Kitab Aulia

“Jika kamu tetap diam, segala sesuatu akan diberi petunjuk olehmu dan jika kamu bicara, segala sesuatu akan menyimpang melaluimu. Mendakilah meninggi dan kamu akan menemukan.”

149

Page 150: Himpunan Kitab Aulia

BAB 6

Musyahadah Nur Peninggian sebagai bintang Kasyaf yang terbit.

Al Haq membuatkau menyaksikan nur peninggian (Matla) sebagai bintang Kasyaf yang sedang terbit, dan Dia berkata kepadaku,” Kamu telah mendaki dari batasan dan meskipun demikian kamu belum terpisah darinya, sebab andai bukan karena sisi zahir, sisi batin tidak akan dikenal; andai bukan karena batasan, Menara Pengawas Peninggian tidak akan disaksikan. Munculnya cahaya disaksikan oleh kegelapan, dan munculnya bulan purnama disaksikan oleh matahari.

“Dari Menara Pengawas, siapa yang turun dia turun, dan siapa yang naik dia naik. Hati-hati terhadap-Ku dalam Menara Pengawas! Jika Aku melihat sisi zahir dari dindingmu melebihi batas, Aku akan membuatmu turun dari Menara Pengawas kepada sisi zahir, bagaimanapun jika kamu tetap berada dalam batasan, maka Menara Pengawas akan menginginkanmu tetap dalam posisimu.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,”

“Kesucian muncul dalam Kedekatan dan keagungan dunia memberikan kesaksian kepadanya.”

“Instan muncul dalam waktu jeda dan laut Keindahan Rahmaniyah memberikan kesaksian kepadanya.”

150

Page 151: Himpunan Kitab Aulia

“Sikap yang layak diperlukan oleh ilmu muncul dan sifat yang tepat dari tindakan memberikan kesaksian kepadanya, menyerukan peringatan dari Menara Pengawas.”

“Menara Pengawas Peninggian muncul dan batasan memberikan kesaksian kepadanya.”

“ Kematian muncul dan kekuatan qadha memberikan kesaksian.”

“Kelembutan muncul dalam kediaman kerendah-hatian dan penampakan percakapan memberikan kesaksian kepadanya.”

“Nama muncul dan hijab memberikan kesaksian kepadanya.”

“Pelepasan muncul dan penglihatan memberikan kesaksian kepadanya.”

“Mata penglihatan batin muncul dan penyingkapan memberikan kesaksian kepadanya.”

“Doa muncul dan jarak memberikan kesaksian kepadanya.”

“Ampunan muncul dan tanzih memberikan kesaksian kepadanya.”

“Apa yang tidak disingkap muncul dan kewalian memberikan kesaksian kepadanya.”

“Apa yang ada di atas Arasy muncul dan petunjuk akan Al Haq memberikan kesaksian kepadanya.”

“Laut Pengembalian muncul dan hilangnya cahaya memberikan kesaksian kepadanya.”

“Ketidakwajaran muncul dan manifestasi Keakuan memberikan kesaksian kepadanya.”

151

Page 152: Himpunan Kitab Aulia

“Keagungan muncul dan Identitas Tersembunyi memberikan kesaksian kepadanya.”

“Penyimpangan muncul dan keapaan/mahiyat memberikan kesaksian kepadanya.”

“Hijab muncul dan dan ke-mengapa-an memberikan kesaksian kepadanya.”

“Pemberian pakaian muncul dan jumlah memberikan kesaksian kepadanya.”

“Kehendak bebas muncul dan sumpah azali memberikan kesaksian kepadanya.”

“Kesatuan muncul dan ketiadaan memberikan kesaksian kepadanya.”

“Apa yang dihadapannya muncul dan tempat tinggal spiritual memberikan kesaksian kepadanya.”

“Ketenangan muncul dan penetapan memberikan kesaksian kepadanya.”

“Hati muncul dan pengamatan memberikan kesaksian kepadanya.”

“Pengetahuan tentang janji muncul dan bentuk-bentuk kebaikan memberikan kesaksian kepadanya.”

“Malam yang bicara muncul dan keajaiban memberikan kesaksian kepadanya.”

“Ubudiyah muncul dan menetap dalam maqam ini memberikan kesaksian kepadanya.”

152

Page 153: Himpunan Kitab Aulia

“ Huruf-huruf muncul dan pernyataan memberikan kesaksian kepada mereka.”

“Kekuatan muncul dan menjadi dekat memberikan kesaksian kepadanya.”

“Menggigil muncul dan menyembah memberikan kesaksian kepadanya.”

“Penglihatan akan kebenaran muncul dan sujud tunduk memberikan kesaksian kepadanya.”

Ketika aku melihat pemunculan dan pernyataan bukti saling mendahului satu dengan lainnya tanpa gangguan, aku bertanya,” Akankah berakhir keseluruhan ini?”

Dia menjawab, ”Tidak, selama keabadian ada.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Apa yang telah kamu lihat dan semua yang disembunyikan darimu dan apa yang akan terjadi tanpa terduga, kesemuanya itu demi kamu, karena kamu, dan di dalammu. Namun, andai Aku telah singkapkan sedikitnya rahasia tentang misteri esensi akan Kesatuan Keragaman yang Aku sembunyikan di dalam dirimu, maka kamu tidak akan pernah mampu untuk menyaksikan kadarnya dan kamu akan binasa oleh api. Maka akan menjadi apa kamu kemudian andai Aku akan menyingkapkan kepadamu sesuatu tentang diri-Ku sendiri atau akan sifat zat-Ku.”

“Seluruh keabadian tetap dan kamu tidak akan melihat sesuatupun selain diri kamu sendiri dalam setiap maqam. Lebih cepat dari kedipan mata kamu akan mendaki melalui maqam-maqam yang

153

Page 154: Himpunan Kitab Aulia

belum pernah kamu lihat dan kepadanya kamu tidak akan pernah kembali, namun mereka tetap di dalammu tanpa melampaui kapasitasmu.”

‘”Jika kamu dapat mengevaluasi nilaimu kamu akan membatasi dirimu sendiri dan dalam hakekatnya, kamu tidak memiliki batasan; sehingga bagaimana bisa nilaimu dievaluasi? Sebab kamu tidak mampu dalam menghargai nilaimu sendiri—yang tepat—maka ikutilah bentuk kebaikan dan jangan mencari untuk mengetahui nilai-Ku, sebab kamu tidak akan pernah sukses dalam mengevaluasinya, meskipun kamu adalah yang paling mulia dalam pengetahuan-Ku yang abadi.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Ketahuilah setiap hari 70 ribu misteri dari Keagungan-Ku melalui hati kaum arif dan tidak pernah kembali. Jika satu saja misteri itu disingkap kepada seseorang yang belum mencapai maqam ini, itu akan membinasakannya.”

“Andai bukan untukmu, maqam-maqam spiritual tidak akan pernah termanifestasikan, tidak juga tatanan tempat tinggal spiritual ditegakkan, misteri-misteri tidak akan eksis, nur tidak akan bersinar, tidak juga zahir atau batin, tidak juga awal atau akhir. Kamu adalah nama-nama-Ku dan ayat akan zat-Ku, sebab esensi adalah esensi-Ku dan sifatmu adalah sifat-Ku.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Maka muncullah dalam wujud-Ku demi kepentingan-Ku untuk bicara kepada mereka dengan lidah-Ku tanpa mereka menyadarinya. Mereka akan melihatmu bergerak meskipun engkau diam. Mereka akan melihatmu sebagai sang pengenal meskipun kamulah yang diketahui. Mereka akan melihatmu sebagai yang sangat kuat, meskipun sebenarnya kekuatan sedang ditindakkan atas dirimu. Siapapun yang melihatmu maka telah melihat Aku, Siapa

154

Page 155: Himpunan Kitab Aulia

yang memuliakanmu, maka dia memuliakan-Ku. Siapa yang menghinamu, maka telah menghina dirinya sendiri. Siapa yang merendahkanmu, telah merendahkan dirinya sendiri. Kamu menghukum siapa yang kamu kehendaki, dan kamu memberi balasan kepada siapa yang kamu kehendaki, tanpa kehendak dirimu sendiri.”

“Kamu adalah cermin-Ku, rumah-Ku, tempat tinggal-Ku, harta-Ku yang tersembunyi dan kursi Ilmu-Ku. Andai bukan karena mu, Aku tidak akan dikenal atau disembah, Aku tidak akan disyukuri atau disangkal.”

“Jika Aku ingin menghukum seseorang, dia akan menyangkalmu, Jika Aku ingin memberinya karunia, Dia akan menunjukkan syukur kepadamu. Pujian untukmu, semoga engkau ditinggikan! Kamu lah yang dipuji, yang dimuliakan, yang dibesarkan. Tujuan belajar dan pengetahuan adalah terikat kasih sayang kepadamu.”

“Aku telah bawakan ke dalam wujud dalam dirimu akan sifat dan nama dengannya Aku ingin engkau mengenal-Ku.”

“Batas ilmumu bergantung kepada kapasitas yang Aku telah berikan kepadamu; dengan demikian kamu hanya mengenal dirimu sendiri.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,”Aku sendiri yang memiliki sifat Jamal dan Kamal: tak seorang pun selain Aku mengetahui mereka. Jika seseorang memiliki pengetahuan akan ilmu-Ku, iradah-Ku dan totalitas sifat-sifat-Ku—yang tidak dapat dihitung maupun didefinisikan—Aku tidak akan menjadi Allah atau Kholiq.”

155

Page 156: Himpunan Kitab Aulia

“Setiap pernyataan akan tanzih dengannya engkau mengakui ketidakterbandingan-Ku mengacu kepadamu, sebab hanya seseorang kepadanya lah yang mungkin dikaitkan akan kekurangan dapat dihilangkan dari mereka dan disucikan dari mereka. Bagaimanapun, Aku secara sempurna bersifat tanzih dalam diri-Ku sendiri, demi diri-Ku dan melalui diri-Ku, tidak dapat dijangkau dan tidak dapat dimengerti.”

“Pandangan tidak sempurna, akal pun bingung, hati buta, sang pengenal tersesat di padang pasir kebingungan, dan pemahaman tercebur ke dalam kelumpuhan, tidak dapat merengkuh rahasia pewahyuan Keagungan-Ku. Bagaimana bisa mereka meliputinya? Ilmu adalah debu yang berterbangan. Sifatmu bukan apa-apa. Hakekatmu hanyalah sebuah metafora dalam sudut wujud-Ku.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Kembalilah, sebab kamu tidak akan dapat melampaui derajatmu. Seluruh kalian adalah bodoh tentang Aku, bisu, buta, tidak mampu, berkekurangan, tak mampu berkata-kata, bingung. Kamu benar-benar tidak memiliki apapun, betapapun remehnya sesuatu itu.”

“Jika Aku berikan kekuatan untuk menguasaimu kepada yang paling tidak penting dari binatang yang merayap dari ciptaan-Ku dan yang terlemah dari pasukan-Ku, maka ia akan melenyapkan, menghancurkan dan benar-benar melumpuhkanmu. Sehingga bagaimana kamu mengaku dan mempertahankan bahwa engkau adalah Aku dan Aku adalah kamu. Kamu telah mengaku yang tidak mungkin dan kamu hidup dalam kesalahan fatal. Kamu telah terpeleset ke dalam golongan-golongan dan menjadi tercerai berai, ‘setiap kelompok akan gembira akan apa yang telah mereka miliki,’ namun Al Haq melampaui itu semua.

156

Page 157: Himpunan Kitab Aulia

‘Wahai hamba-Ku dan tempat pandangan-Ku dalam ciptaan-Ku! Bicaralah tentang Aku secara jujur, sebab Aku adalah Maha Benar.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,”Demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku dan demi apa yang Aku sembunyikan tentang ilmu-Ku yang gemilang, Aku akan menghukum, sebagaimana Aku belum pernah menghukum seseorang pun di dunia, siapapun yang menyangkal utusan-Ku dan menyangkal bantuan khusus bagi mereka di antara hamba-hamba; dan yang menyangkal sifat-sifat-Ku dengan mengaku bahwa Aku tidak memiliki sifat, dan memaksakan syarat atas-Ku dan membatasi-Ku; dan menyangkal kalam-Ku dan menginterpretasikannya tanpa ilmu apapun akan itu, dan menyangkal fakta bahwa dia akan berjumpa dengan Aku, dengan berkata bahwa Aku tidak pernah menciptakannya dan bahwa Aku tidak mampu membangkitkannya seperti pada awalnya Aku menciptakan dia; menyangkal Yaumil Hasyr dan kebangkitan, dan tidak beriman akan realitas Al Kautsar, atau akan Mizan-Ku dan Titian Sirothol Mustaqiem-Ku, atau bahwa dia harus bertemu dengan-Ku, atau tentang Neraka-Ku dan Surga-Ku, mempertahankan pernyataan bahwa semua itu hanyalah bayangan kiasan dan pernyataan simbolik yang maknanya melampaui penampakan.”

“Demi Qudrah dan Keagungan-Ku! Mereka akan dikembalikan, dan kemudian mereka akan mengetahui siapa yang telah mengikuti jalan yang lurus dan siapa yang diberi hidayah. Kami akan membalas kepada mereka yang menyangkal tempat tinggal penghinaan dan penyiksaan seperti yang Aku kabarkan dalam kitab-Ku.”

“ Mereka menyangkal-Ku dan mengikuti nafsu mereka. Mereka membiarkan diri mereka digoda oleh kesombongan, dan setan mereka bermain-main dengan diri mereka.’ Kamu dan apa yang kamu seru

157

Page 158: Himpunan Kitab Aulia

selain Allah akan menjadi bahan bakar Neraka kepadanya kamu akan mendatanginya.”

‘Tetaplah dalam batasan-Ku dan tafakkurlah pada kitab-Ku, sebab ia adalah cahaya yang bersinar, yang mengandnung rahasia tersembunyi akan Kebenaran-Ku. Jalan-Ku membentang di atas neraka-Ku, maka begitu sengsara lah yang menyangkal-Ku!”

Kemudian Dia berkata kepada-Ku,” Wahai hamba-Ku! Apakah Aku telah menghijab hatimu dari-Ku dan dari ilmu-Ku dan dari bertindak secara bebas dalam kerajaan-Ku dan alam Malakut-Ku, [menghijabmu] dalam duniamu melalui tetapnya tubuhmu dan keperluanmu akan makanan dan kemampuanmu untuk bertindak bebas dengan manusia sejenismu? Tidakkah engkau tahu bahwa kaum arif seperti mereka sekarang adalah seperti esok hari, dengan tubuh mereka di kebun-kebun Surga dan hati mereka dalam kehadiran Ar Rahman? Setiap kaum bahagia dengan apa yang mereka miliki dan masing-masing mengetahui minumannya. Mereka akan dikembalikan dan kemudian mereka akan tahu. Ia seperti seolah-olah belum pernah mendengar ‘di hari ketika betis-betis disingkapkan dan mereka akan diseru untuk bersujud…”.

158

Page 159: Himpunan Kitab Aulia

BAB 7

MUSYAHADAH NUR BETIS SEBAGAI BINTANG DOA YANG MUNCUL.

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAHA PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan Nur Betis (Saq) sebagai bintang Doa yang muncul, dan Dia berkata kepadaku,”Bergantunglah kepadanya, sebab ia adalah Perintah yang tidak dapat ditarik kembali yang dikeluarkan dari Kehadiran Keagungan di dalam daerah kekuasaannya ia nampak. Berhati-hatilah ketika ia muncul!”

“Jika kamu berpegang dengannya (dengan kekuatan), Aku akan bicara kepadamu, dan Sang Kekasih akan menjumpaimu dalam majelis-Ku.”

“Kemudian Dia berkata kepadaku,” Jangan bertumpu kepada Betis kecuali ketika langit tergulung dan bergoncang dari sisi ke sisi, gunung-gunung mulai bergerak dan dua kaki berangkat, dan segala yang mati hancur dan hanya yang hidup tetap ada.”

“Jika Betis Nampak kepadamu, hati-hatilah menyangkal.”

“Kami mengalihkan mereka dari melihat Betis, ketika mereka melintasi batas, dengan tetap membuat mereka dipenuhi dengan sangkaan akan kebahagiaan yang akan datang (makar).”

“Di atas Betis berdiri bukti dan penghormatan disebabkan olehnya, meskipun ia adalah bawahan.”

159

Page 160: Himpunan Kitab Aulia

“Ketika Betis Nampak, kemuliaan matahari diperhebat dan bulan pun hancur dan bintang-bintang jatuh dan bertebaran dan segala sesuatu kembali kepada-Nya.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Di antara hamba-hamba-Ku adalah mereka yang memenuhi diri mereka dengan Pena Ilahi, mengenyampingkan Betis; mereka yang memenuhi diri mereka dengan hati, mengenyampingkan Pena; mereka yang memenuhi diri mereka dengan rahasia hati akan mengenyampingkan hati; dan mereka yang memenuhi diri mereka dengan misteri yang paling tersembunyi, akan mengenyampingkan sir, dan ada mereka yang merupakan hamba-Ku yang mengembara. Jadilah kelompok mana yang kamu inginkan.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Betis adalah bagian dari Menara Pengawas (Tempat Yang Tinggi) dan kamu berada di atas Menara Pengawas. Sehingga mengapa kamu menyibukkan dirimu dengan Betis? Betis bergantung kepadamu, dan berjalan menujumu; dan kepadanya mendaki manusia Batu.

160

Page 161: Himpunan Kitab Aulia

BAB 8

PENYAKSIAN NUR BATU (SAKHRA) SEBAGAI BINTANG LAUT YANG SEDANG MUNCUL.

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAH PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan Batu dan Dia berkata kepadaku,” Wahai Batu yang mulia! Di dalammu seseorang yang diberi makan sari hati ayahnya memohon ampun, bersamaan dengan dia yang menyangkal Laut Hijau. Katakan pada-Ku, apa yang dia makan ketika dia sedang bersamamu?

[Batu menjawab],”Dia memakan setengahnya.”

Dia berkata,” Bagaimana sisa setengahnya.”

“Ia lenyap ke dalam lautan,”jawab Batu.

Dia berkata,”Mati atau hidup?”

‘Hidup,’jawab Batu.

Dia bertanya,”Bagaimana separuhnya yang dimakan tadi?”

Batu menjawab,”Mati.”

Dia bertanya,’Apakah itu halal atau haram.”

‘Halal,’jawab Batu.

“Maka katakan ia hidup,’Dia berkata.

161

Page 162: Himpunan Kitab Aulia

Dia berkata,”Berapa lama mereka duduk bersamamu?”

Jawab Batu,’Sepanjang hari.”

“Bagaimana dengan malamnya?” Dia bertanya.

Batu itu berkata kepada-Nya,” Mereka meninggalkanku di malam hari dan Lautan Hijau diperluas untukku, menutupi dengan materi bulan, namun ketika ia menangkap cahaya matahari, ia ditarik jauh dariku dan aku pun disingkapkan ke matahari.”

Dia bertanya,” Apa yang dilakukan bintang saat Lautan Hijau sedang bicara dengan Bulan?”

“Mereka tertunduk ketakutan,”jawab Batu.

Dia pun berkata,”Benarlah mereka berbuat demikian. Wahai Bulan! Terbitlah dari Laut Barat dan ketika kamu melewati Kubah Arin tenggelamlah di dalamnya, namun jangan tenggelam di Timur sebab kamu akan terusir.”

“Wahai Bulan! Hormatilah Timur melalui terbitmu, terjadilah demikian hanya sekali dalam setahun.”

“Wahai Bulan! Aku melarangmu terbit sementara penerbitan dan penenggelaman tetap ada.”

“ Wahai Bulan! Tenggelamlah dalam Lautan Hijau dan hanya tunjukkan dirimu kepada ikan-ikannya dan dan jangan pernah keluar!”

“Wahai Bulan! Katakan kepada Lautan Hijau, demi Perintah-Ku, untuk menerimamu dalam dadanya, dan jangan bergelombang besar, jangan juga menyembul sehingga dengungnya terdengar. Aku melindungimu

162

Page 163: Himpunan Kitab Aulia

dengan cemburu. Kabarkanlah, demi kepentingan-Ku, bahwa jika ia menyentak atau menunjukkan diri atau meemparmu ke tepian pantai atau menyembunyikanmu dari ikan-ikannya, Aku akan memberikan penguasan binatang buas atasnya sehingga ia meminumnya dan kemudian melemparnya dari belakang kepada ketiadaan. Kemudian Aku akan mengeluarkanmu darinya dan menyeburkanmu ke dalam Lautan Putih untuk memberinya serangan yang lebih besar.”

Kemudian Dia berkata,” Wahai Bulan! Katakan kepada Batu untuk membiarkan 12 mata air mengalir keluar dan ketika mereka memancar, sempurnakan dirimu tercelup di dalamnya dua kali dalam masing-masing mata air. Kemudian celuplah sepertiga bagianmu dalam bilangan tiga, sebab tiga adalah tempat kuantitas.”

“Wahai Bulan! Jangan engkau melihat kepada Batu sebab kamu akan melupakan apa yang Aku katakan kepadamu untuk menyampaikan kepada Lautan Hijau.”

“Wahai Bulan! Jangan tenggelam dalam Kubah Arin hingga kamu menjadi setngah bulan purnama, jika kamu bulan purnama atau bulan yang baru kamu tidak akan terbit lagi, namun terbitlah sebagai setengah bulan purnama tanpa meninggalkan Kubah Arin, dan kamu akan tahu rahasia sungai-sungai, jika Allah Maha Tinggi menginginkannya.”

163

Page 164: Himpunan Kitab Aulia

BAB 9

MUSYHADAH NUR SUNGAI SEBAGAI BINTANG DERAJAT YANG SEDANG TERBIT.

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAHA PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan nur sungai dan Dia berkata kepadaku,” Renungkan lokasi mereka.” Maka aku melihat bahwa sungai-sungai diarahkan kepada 4 lautan: sungai pertama mengalir ke dalam Lautan Ruh; yang kedua mengalir ke dalam lautan Kalam, yang ketiga mengalir ke dalam lautan Seruling dan Kemabukkan, yang keempat mengalir ke dalam lautan Cinta. Arus-arus kecil bercabang dari sungai-sungai ini dan mengairi taburan benih tanaman panen.

Kemudian aku lemparkan pandanganku ke laut dan aku lihat bahwa mereka benar-benar mengarah ke satu samudera menyatukan seluruh laut yang mengalir ke dalamnya. Aku juga melihat 4 sungai memancar dari samudera, kemudian kembali kepadanya setelah bergabung dengan 4 laut ini.

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Samudera ini adalah samudera-Ku dan laut-laut itu adalah laut-Ku, namun pantai mengklaim bahwa mereka adalah milik pantai. Yang melihat samudera sebelum laut dan sungai adalah seorang Shiddiquun. Siapa yang menyaksikan mereka seluruhnya adalah seorang saksi. Siapapun yang menyaksikan sungai, kemudian samudera dan kemudian laut adalah seorang pengikut bukti-bukti, dan siapapun yang menyaksikan laut, kemudian sungai,

164

Page 165: Himpunan Kitab Aulia

kemudian samudera maka telah menyimpang namun dia akan diselematkan.”

“Aku telah menjadikan kapal bagi siapapun di bawah perhatian-Ku, sehingga dia dapat menjadikan jalannya di dalamnya di atas sungai hingga dia mencapai tujuan akhir. Ketika mereka mengalir ke laut, dia berlayar di kapal itu hingga akhirnya dia mencapai samudera, ketika dia tiba di sana dia akan tahu hakekat dan rahasia pun akan disingkap. Kepada samudera ini datang mereka yang dibawa mendekat. Yang berada di atas mereka akan berlayar ribuan tahun, hingga mereka mendarat di pantainya. Mereka akan mendarat dalam sebuah daratan kosong tanpa akhir atau batas, dan mereka akan mengembara di dalamnya selama keabadian ada, dan jika daratan itu hancur maka mereka akan dipadamkan.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Lihatlah!” Dan aku melihat 3 kediaman. Dia membukakan kediaman pertama bagiku dan di dalamnya aku lihat beberapa gudang penyimpanan harta yang terbuka. Aku juga melihat anak panah yang telah menghantam mereka berulang kali, dan aku melihat gembel yang menjelajahi sekitarnya untuk mendobrak rumah itu.”

Kemudian aku tinggalkan kediaman dan Dia membuatku masuk ke kediaman kedua, dimana aku lihat beberapa gudang harta yang terkunci dengan anak kunci tergantung dari lubang kunci. Dia berkata kepadaku,” Ambil kunci dan bukalah, berkelanalah dan lihatlah! Sehingga aku pun membukanya dan aku lihat mereka dipenuhi dengan mutiara, perhiasan dan pakaian indah, dimana penduduk dunia akan saling bunuh untuk mendapatkannya, andai mereka dilihatkan.

165

Page 166: Himpunan Kitab Aulia

Kemudian Dia berkata,” Ambillah apa yang kamu perlukan dan tinggalkan sebagaimana kamu menemukan mereka.”

Aku berkata,”aku tidak memerlukannya sehingga aku menguncinya kembali.”

Kemudian Dia berkata,”Angkatlah kepalamu,” dan aku lihat di atas pintu mereka terbuka dan jendela-jendela yang tidak dapat dijangkau kecuali orang yang tinggi, yang tingginya sekitar seratus ‘kubit’ atau lebih. Aku lihat mereka yang berada di bawah ukuran ini bergantung dari pengetuk pintu tersebut, mengetuk bersama mereka. Ketika pengetukan pintu terus berlanjut dan suara gaduh meningkat, sebuah kepalan tangan dengan sebuah lampu keluar dari jendela, menyinari mereka sehingga mereka dapat melihat satu dengan lainnya sehingga menjadi akrab. Binatang buas yang telah melukai mereka terbang, ular-ular kembali ke lubangnya, dan mereka pun menjadi aman dari seluruh rasa sakit itu yang telah mereka khawatirkan dalam kegelapan. Aku juga melihat anak panah menghantam ke dalam sisi gudang harta tersebut, meskipun lebih sedikit dari yang pertama.

Kemudian Dia membawaku kepada kediaman ketiga dan membuatku masuk ke dalamnya. Aku melihat gudang harta yang terkunci tanpa ada anak kunci.”

Aku bertanya,”Dimanakah kuncinya?”

Dia menjawab,”Aku lempar ke dalam samudera.”

Kemudian Dia menciptakan untukku sebuah kapal dan aku berlayar di samudera selama 6000 tahun.

166

Page 167: Himpunan Kitab Aulia

Ketika aku sampai pada millennium ketujuh, Dia berkata kepadaku,” Lepaskan pakaianmu sebab kamu berada di tengah samudera, dan berceburlah dan carilah kunci itu, sebab di sini adalah tempat beristirahatnya dan tempat penyimpanan mereka. Keseluruhan ini ada dalam Kitab Yang Nyata.”

Aku lepaskan jubahku dan aku siap untuk melepasnya, namun Dia berkata kepadaku,” Andai bukan karena jubahmu, kamu tidak akan dapat menyelam.”

Maka aku kencangkan jubahku, dan aku lemparkan diriku ke dalam samudera, aku menyelam hingga ke dasar samudera dan aku mengumpulkan kunci-kunci. Ketika aku muncul ke permukaan, api keluar dari kunci dan membakar kapal. Aku berjalan kembali hingga aku mencapai gudang harta. Anak kunci pun terbang dariku terburu-buru untuk membuka kunci. Aku pun membuka pintu dan masuk ke dalam gudang harta tersebut dimana aku melihat awal tanpa akhir. Aku berharap menemui sesuatu di dalamnya namun aku tidak melihat apapun selain kekosongan.”

Dia bertanya,”Apa yang kamu lihat.”

Aku pun menjawab,’aku tidak melihat apapun.’

Dia berkata,”Sekarang engkau telah melihat. Setiap pemilik rahasia telah berkata dari sini dan ini adalah pondok mereka.Tinggalkan!”

Aku keluar dan aku lihat bahwa segala sesuatu telah tertulis pada sisi pintu. Kamudian aku perhatikan bahwa hanya beberapa anak panah telah menusuk dinding dari gudang harta tersebut.

167

Page 168: Himpunan Kitab Aulia

Kemudian Dia berkata kepadaku,”Segala yang kamu lihat adalah diciptakan dan segala yang diciptakan adalah tidak sempurna. Mendakilah hingga kamu tidak melihat ciptaan.”

Aku pun mendaki. Aku lemparkan diriku ke dalam lautan keheranan dan Dia membiarkanku berenang di dalamnya.

168

Page 169: Himpunan Kitab Aulia

BAB 10

MUSYAHADAH NUR KEHERANAN (HAYRA) SEBAGAI BINTANG KETIADAAN YANG TERBIT.

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAHA PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan nur kebingungan dan Dia berkata kepadaku,”Kembalilah!” Namun aku tidak menjumpai kemana untuk pergi. Dia berkata kepadaku,”Mendekatlah!” Namun aku tidak menjumpai dimana, Dia berkata kepadaku,”Berhenti!” Namun aku tidak menjumpai dimana. Dia berkata,” Jangan mengambil.” Dan aku pun bingung.

Kemudian Dia berkata kepadaku,”Kamu adalah kamu dan Aku adalah Aku.”

“Kamu bukanlah Aku dan Aku bukanlah kamu.”

“Aku bukanlah kamu dan kamu adalah Aku.”

“ Kamu bukanlah kamu, dan kamu bukan selain kamu.”

“Ke Aku-an adalah satu dan Kediaan (Huwiyah) adalah banyak.”

“Kamu dalam Huwiyah dan Aku dalam Ke-Aku-an.”

169

Page 170: Himpunan Kitab Aulia

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Penyaksian kebingungan adalah sebuah kebingungan.”

“Keheranan ditemani oleh kecemburuan.”

“Dia yang tidak tetap dalam kebingungan tidaklah mengenal-Ku.”

“Dia yang mengenal Aku tidaklah tahu apa kebingungan itu.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Mereka yang ‘berhenti’ akan tersesat dalam kebingungan; dan pewaris menjadi terhakekatkan di dalamnya; pengikut bekerja menujunya; hamba mencurahkan dirinya kepadanya; yang membenarkan berbicara darinya, ia adalah tempat darinya utusan dikirim dan tempat naiknya aspirasi kenabian.”

“Siapa berada dalam kebingungan telah mencapai kebahagiaan; siapa dalam kebingungan telah menyatukan; siapa yang menyatukan adalah eksis; siapa yang eksis adalah mati dan siapa yang mati adalah tetap dan siapa yang tetap ia disembah dan siapa yang disembah mendapat ganjaran; Dia yang memberi ganjaran adalah Yang Maha Tinggi, dan sebaik-sebaik ganjaran adalah Ke-Aku-an dan di dalamnya lah kebingungan.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Kebingungan adalah bukan kebingungan. Ia hanyalah kecemburuan-Ku kepadamu. Cemburulah untuk-Ku dan jagalah Aku dan hijab Aku dan jangan singkap kepada selain-Ku di dalam wujud!”

“Jadikan mereka tetap dalam kebingungan dan jangan tunjukkan Aku kepada siapapun. Bawa mereka kepada-Ku dan biarkan mereka mengenal Aku namun jangan biarkan mereka mengetahui tempat-Ku tanpa memberi tahu mereka akan Aku. Jika mereka berpegang teguh

170

Page 171: Himpunan Kitab Aulia

kepada tempat-Ku mereka akan menemukan-Ku. Jika mereka menemukan-Ku, mereka tidak akan melihat apapun. Jika mereka melihat sesuatu maka mereka tidak akan melihat tempat-Ku. Jika mereka tidak melihat tempat-Ku, maka mungkin mereka akan melihat-Ku.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Ini adalah jubah-Ku. Bawalah kepada mereka. Siapa yang memakainya adalah bagian dari-Ku dan Aku adalah bagian dari-Nya. Siapa yang tidak memakainya bukan dari-Ku dan Aku bukan darinya.”

‘Lemparkan jubah itu ke dalam api. Jika ia terbakar, maka itu adalah jubah-Ku dan jika ia tetap utuh maka ia bukan jubah-Ku.’

“Jika ia terbakar, ia bukan jubah-Ku, namun jika ia tetap utuh maka ia adalah jubah-Ku. Siapapun yang memakai jubah-Ku adalah bukan dari-Ku, dan siapa yang meninggalkannya adalah bagian dari-Ku.”

‘Ketiadaan memberikan kesaksian akan kebingungan:” Aku Allah, tiada tuhan melainkan Aku.”

171

Page 172: Himpunan Kitab Aulia

BAB 11

MUSYAHADAH NUR ULUHIYAH SEBAGAI BINTANG LAM ALIF TERBIT.

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAHA PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan Nur Uluhiyah sebagai bintang Lam Alif terbit. Penjelasan tidak akan cukup untuknya dan bahasa simbolik akan cacat. Deskripsi, kualifikasi,nama dan lukisan akan sirna bersamaan dengan ‘Dia berkata’; ’Aku berkata’; dan ‘kamu’, dan ‘mendekatlah’, ’pergilah’; ‘berdiri’, ‘duduk’, dan yang lainnya.

Setiap sesuatu menjadi jelas kepadaku, meskipun aku tidak melihat apapun. Aku melihat sesuatu, meskipun aku tidak melihat.

Ungkapan berhenti

Penyebab hilang

Hijab lenyap

Tak satupun tetap selain penetapan

Fana terfanakan dari fana melalui ‘Aku’.

172

Page 173: Himpunan Kitab Aulia

BAB 12

MUSYAHADAH NUR AHADIYAH SEBAGAI BINTANG UBUDIYAH YANG TERBIT

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAHA PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan Nur Ahadiyah sebagai bintang ubudiyah yang terbit, dan Dia berkata kepadaku,” Ahadiyah terhubung dengan ubudiyah dengan hubungan Lam-Alif.”

“Aku adalah akar dan engkau adalah cabang.”

“Akar adalah kamu dan cabang adalah ‘Aku’.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,”Kamu adalah satu dan Aku adalah ahad. Sehingga siapapun meninggalkan Ahadiyah akan melihatmu dan siapapun tetap dengannya akan melihat dirinya sendiri. Inilah kehadiran urut-urutan yang terus menerus., yang andai tidak demikian, ia akan terbagi.”

‘Tidurlah hanya setelah sholat witir di malam hari.’

‘Tidak ada dua sholat witir di malam hari, sebab hanya ada satu di antara kita yang hidup.’

‘Lakukan sholat magrib dan dan jangan lakukan sholat malam (sendirian atas kepentingannya) sebab adalah penting bagimu melakukan sholat witir sehingga jumlah bilangan sujudnya adalah ganjil.’

173

Page 174: Himpunan Kitab Aulia

“Aku telah menghijabmu dengan Ahadiyah, namun andai bukan karena Ahadiyah kamu tidak akan mengenal-Ku dan kamu tidak akan pernah mengenal-Ku.”

“Jangan nyatakan kesatuan akan Tuhan, atau kamu akan menjadi seorang Nasrani, jika kamu percaya, kamu seorang pengikut palsu, jika kamu menyerah ke Islam, kamu akan menjadi seorang munafiq; dan jika kamu sifatkan sekutu kepada Allah, kamu seorang Zoroastrian.”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” kegembiraan adalah dalam pemberian makan, pemberian makan di dalam buah-buahan, buah-buahan dalam dahan yang membuatnya bercabang, cabang berasal dari batang pohon, dan batang pohon adalah satu. Andai bukan karena bumi, batang pohon tidak akan berdiri kokoh, andai bukan karena batang pohon, maka tidak akan ada cabang, jika tidak ada cabang maka tidak akan ada buah, andai bukan karena buah, makanan tidak akan ada, dan tanpa makanan, kegembiraan pun tidak akan eksis. Sehingga seluruhnya bergantung kepada bumi, dan bumi membutuhkan air, air membutuhkan awan, awan membutuhkan angin, angin tunduk kepada Perintah, dan Perintah dikeluarkan dari Hadrat Rububiyah. Mendakilah dari sini, nikmatilah dirimu, namun jangan bicara.”

Kemudia Dia berkata kepadaku, ‘Peliharalah perantara!’

‘Aku telah menulis Tho-Ha pada bintang Ursa Kecil.’

‘Kutub Kanan (Selatan) adalah Kutub Kiri (Utara), dan Aku telah tetapkan pada awal Surah Al Hadid yang diturunkan.’

“Jika ada dua poros (Qutban) maka planet-planet tidak akan berputar, dan jika tidak ada dua Poros, tatanan akan runtuh dan planet-planet tidak akan beredar pada lintasannya.”

174

Page 175: Himpunan Kitab Aulia

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Jangan engkau lihat eksistensi Kutub, namun lihatlah apa yang disembunyikan dalam penyangkalan dan kemudian katakan apa yang engkau lihat, bahwa mereka ada dua, atau mereka adalah satu.”

“Dalam hubungan Lam dan Alif ada rahasia yang tak terungkap yang telah Aku simpan dalam perkataan-Ku,’ Allah adalah Dia yang menegakkan langit tanpa tiang.”

175

Page 176: Himpunan Kitab Aulia

BAB 13

MUSYAHADAH NUR DUKUNGAN (‘AMD) SEBAGAI BINTANG KESENDIRIAN (FARDANIYAH) TERBIT.

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAHA PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan nur dukungan sebagai bintang kesendirian yang terbit, dan Dia berkata kepadaku,” Aku telah menyembunyikannya (Insan Kamil) dari pandangan dalam fana dan Aku telah menyingkapkannya di dalam baqa. Aku telah menyembunyikannya dalam apa yang zahir dan menyingkapnya dalam apa yang batin dan tersembunyi.

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Aku telah menyingkapkanmu dalam fana dan menutupi pandangan dengan hijab agar mereka tidak melihatnya.”

Aku telah tegakkan Kubah, mengikatkan dukungan di tengah-tengah, dan mengokohkan penyangga. Aku ijinkan setiap orang dalam pintu masuk wujud.

Sebagian terhijab oleh kubah itu sendiri, melalui kesempurnaannya dan keindahannya. Yang lain terhijab oleh penyangga dan mereka bersandar kepadanya. Sebagian terhijab oleh penyebab Kubah dan menetap bersama mereka. Sebagian terhijab oleh perlengkapan dan isinya. Namun tak satu pun di antara mereka melihat penyangga Kubah sehingga sekelompok yang masuk berkata,”Sebuah kubah tanpa tiang adalah tidak dapat dibayangkan.” Sehingga mereka mencari hingga

176

Page 177: Himpunan Kitab Aulia

tiang penyangga ditemukan. Kemudian mereka ingin melihat dalam cara apa yang lain terhijab dari tiang, dan mereka menemukan hijab atas mata mereka. Sehingga mereka memegang tiang, dan ketika mereka menemukan genggaman pada tiang tersebut, mereka mencabutnya dari tanah dan membawanya pergi, sehingga kubah pun runtuh dan menimpa mereka yang tertinggal.

Kemudian Dia berkata kepadaku,”Andai saja engkau melihat mereka bergelinding di dalamnya, saling bertabrakan dan menyakiti satu sama lainnya, tidak diberi petunjuk, seperti dalam jala nelayan! Ketika Aku melihat mereka akan hampir hancur, aku turunkan api atas mereka dan membakar mereka, dan Aku membakar kubah dan ikatannya, peralatan dan tiangnya. Kemudian Aku bangkitkan kembali dan berkata kepada mereka, ”Lihatlah kepada apa kalian bersandar!!” Mereka memandang dan menjumpainya berhamburan seperti debu.”

Kemudian Dia berkata kepadaku, ”Bersamalah pemilik Dukungan. Jika kamu tidak bersama mereka kamu akan binasa dan jika kamu adalah sahabat mereka, kamu akan binasa.”

“Siapapun yang melihat Dukungan telah terhijab. Berhati-hatilah dengan argumen, sebab ia membawa kekalahan total!”

177

Page 178: Himpunan Kitab Aulia

BAB 14

MUSYAHADAH NUR ARGUMEN (HIJAJ) SEBAGAI BINTANG KEADILAN YANG TERBIT.

DENGAN NAMA ALLAH MAHA PENGASIH MAHA PENYAYANG.

Al Haq membuatku menyaksikan Nur Argumen sebagai bintang keadilan yang terbit. Aku melihat bumi diratakan dan membuang apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.”

Dia berkata kepadaku,” Wahai hamba-Ku, lihatlah apa yang Aku lakukan kepada manusia yang senang membantah dan berdebat, perbuatan sia-sia dan inovasi. Aku lah Maha Menaklukkan.”

Aku melihat sebuah bangunan dilemparkan disana, dimana pendukung utamanya dari api dan sisi-sisinya dan talinya dari aspal.

Dia berkata kepadaku,”Bangunan ini untukmu. Apakah Aku sebuah objek perdebatan? Atau dapatkah Aku dibicarakan oleh yang lain selain Aku sendiri? Apakah mereka mampu memahami Aku? Betapa menggelikannya khayalan mereka! Biarkan mereka mendapatkan apa yang pantas atas perbuatan mereka!”

Kemudian Dia berkata kepadaku,” Wahai hamba-Ku, ketika pemeluk dari berbagai golongan memasuki bangunan ini, putuskan yang mana milikmu, pergilah bersama mereka, dan jika mereka selamat, maka kamu pun selamat dan jika mereka binasa, kamu pun binasa. Berikan

178

Page 179: Himpunan Kitab Aulia

pendengaran dan penyaksian! Inilah Timbangan Keadilan yang telah ditentukan dan Jalur Kebenaran yang telah dikeluarkan, Neraka Ketidakharmonisan yang telah dinyalakan dan Surga Persetujuan yang telah didekatkan.”

Kemudian muncullah suara,” Dimanakah kaum rasionalis dengan keinginan mereka?”

Kaum Filsafat dibawa maju dengan pengikut mereka dan dibuat masuk ke dalam bangunan. Mereka ditanya,” Kepada apa kalian menggunakan akal kalian? Mereka menjawab,” kepada apa yang menyenangkan-Mu?”

Dia berkata,” Bagaimana kalian tahu apa yang menyenangkan-Ku? Hanya melalui akal atau dengan mengikuti dan menyesuaikan dengan para Nabi?”

Mereka menjawab,” Hanya melalui akal semata.”

Dia berkata,” Kalian telah tidak mengerti dan kalian tidak sukses; kalian hanya menyampaikan pendapat sendiri saja, wahai Neraka, sampaikan hukuman atas mereka!”

Aku mendengar mereka menangis dengan sedih dari lapisan Neraka. Aku bertanya,” Siapa yang menghukum mereka?”

Dia menjawab,” Akal mereka sendiri, sebab itulah yang mereka sembah. Tak seorang pun yang menanyai mereka selain diri mereka sendiri, dan tak seorang pun menghukum mereka selain diri mereka sendiri.”

179

Page 180: Himpunan Kitab Aulia

Kemudian datang suara,”Dimanakah kaum naturalis?

Mereka dibawa maju dan aku melihat empat Malaikat yang kasar dan kuat dengan tongkat yang lengkung di tangan mereka.

Mereka bertanya,”Wahai Malaikat Allah, apa yang kalian inginkan dari kami?”

Malaikat menjawab,” Untuk menghancurkan dan menyiksa kalian?”

“Tapi mengapa?” tanya mereka.

Malaikat menjawab,’ Dulu ketika kalian di dunia, kamu mengklaim bahwa kami adalah tuhan-tuhan kalian dan kalian menyembah kami selain Allah dan kalian menganggap kami memiliki tindakan. Allah telah memberikan kami kekuatan atas kalian sehingga kami dapat menyiksa kalian dalam Api Neraka.” Kemudian mereka dijerumuskan ke dalamnya.

Kemudian datang suara,” Dimanakah kaum materialis (Ad Dahriyya)?”

Mereka pun dibawa dan diberitahu,” Kalian adalah mereka yang berkata hanya Waktu dapat menghancurkan kita. Tidakkah lubuk hati kalian mengatakan kepada kalian bahwa kalian akan tiba di tempat ini?”

Mereka menjawab,”Tidak wahai Rabb kami.”

Dia berkata,” Tidakkah para utusan membawakanmu bukti yang tidak dapat dibantah? Kamu menyangkalnya dan berkata,” Allah tidak mewahyukan apapun.” Enyahlah kalian, sebab kalian tidak

180

Page 181: Himpunan Kitab Aulia

mendapatkan ampunan! Mereka pun dijerumuskan ke dalam Api Neraka.

Kemudian datang seruan,” Dimanakah kaum Mu’tazilah, yang telah menyimpang dari jalan yang lurus?”

Mereka dibawa maju bersamaan, dan dikatakan kepada mereka,” Kamu telah mengklaim Rububiyah dengan berkata,’ kami bertindak semau kami.’ Kemudian mereka dijerumuskan ke dalam Api Neraka.

Kemudian datang seruan,”Dimanakah kaum Spritual?”

Mereka dibawa maju dan aku melihat seluruhnya berwajah jelek dan gembira dengan niat jahat atas kemalangan yang menimpa orang lain, kecuali satu kelompok yang telah dipisahkan dari mereka dibawa perlindungan para nabi dan shiddiquun, dibawah tempat tinggal keamanan.

Dia berkata kepadaku,”bergabunglah dengan mereka jika kamu ingin keselamatan dan mengikuti jalan mereka. Namun jangan bergabung dengan mereka (ma’ahum) ketika huruf mim terakhir masih ada. Ketika huruf mim itu hilang (ma’ahu), bergabunglah dengan mereka ketika ‘kebersamaan’ tetap, dan ketika ‘kebersamaan’ lenyap, berlakulah sesukamu dan itu tidak akan dihisab untuk melawanmu.”

Aku melihat 7 kelompok spiritual ditanyai dan menjadi terhijab, karena hasrat mereka telah mempermainkan mereka dan Setan telah menggoda mereka. Seluruh kelompok yang lain memohon perlindungan kepada Allah dari mereka dan dari penghukuman mereka, dan ketujuh kelompok itu jatuh di antara lapisan neraka.

181

Page 182: Himpunan Kitab Aulia

Dan kepada mereka dikatakan,” Inilah apa yang kamu ingkari. Dimanakah sifat Ilahi mu yang akan memberimu syafaat demi kepentingan sifat manusiamu? Katakan,’ Kebenaran telah datang dan kebatilan akan lenyap.’

Aku masuk ke dalam Surga dengan delapan kelompok. Aku lenyapkan huruf mim sebagaimana Dia katakan kepadaku, dan kebersamaan tetap dengan 70 ribu hijab. Kebersamaan tidak pernah berhenti melintasi hijab dan menyibak mereka hingga ia lenyap dalam hijab terakhir, agar tiada hijab atau kebersamaan tetap ada.

Kemudian kedelapan kelompok menyeru,”Wahai Rabb kami, berikanlah apa yang Engkau janjikan kepada kami.

Seorang hamba yang memerlukan rahmat Rabb nya berkata:

Sehingga Dia menyingkapkan diri-Nya kepada masing-masing kelompok dalam bentuk pengetahuan mereka sendiri, dan ru’yat pun beragam, sebagian lebih sempurna dari lainnya.

Dia berkata kepadaku,” Masukilah tempat tinggal ini dan apinya akan dikembalikan ke keadaan cahaya. Masukilah apinya dan ia berubah menjadi Surga. Jangan masuki sebuah tempat kecuali melalui Aku dan jangan mencari apapun selain Aku.”

Argumen pun muncul melawan pemilik argumen, dan ditanyakan,” Siapakah yang diselamatkan?”

Aku berkata,’ Siapa saja yang tidak memiliki argumen.”

Dia berkata,’ Milik Allah lah hujjah yang mengalahkan, dan jika Dia ingin, Dia akan menunjuki kalian semua.’ Sehingga dia yang mengikuti hujjah Allah akan diselamatkan.’

182

Page 183: Himpunan Kitab Aulia

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Kembalilah dan kabarkan yang lain: Agungkan Aku! Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan apa yang tidak suci!”

Dan dalam maqam ini, hati-hatilah dan lampauilah!”

Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Jangan lakukan apapun yang telah Aku beritahu kamu untuk lakukan. Jika kamu tidak melakukannya, kamu akan binasa dan jika kamu melakukannya, kamu akan binasa. Sehingga tetaplah pada pelindungmu dan jangan pernah tinggalkan dari Perintah!”

183

Page 184: Himpunan Kitab Aulia

Kitab Kahfi war Raqim fii Syarah Bismillahi Rahmani Rahim

Syeikh Abdul Karim Al Jily Qs.

184

Page 185: Himpunan Kitab Aulia

BAB 1

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Telah diberitakan melalui Hadits tentang nabi SAW bahwa beliau berkata,” Seluruhnya yang terkandung dalam kitab wahyu adalah terkandung di dalam Qur’an dan seluruh yang di dalam Qur’an terkandung di dalam Fatihah, dan seluruh yang terkandung di dalam fatihah terkandung dalam (rumusan) Bismillahi Rahmani Rahiim”.

Juga diberitahukan bahwa ‘seluruh yang terkandung di dalam Bismillahi Rahmani Rahiim terkandung di di dalam huruf Ba’ dan seluruh yang terkandung di dalam huruf Ba’ terkandung di dalam titik di bawah huruf Ba’, Sebagian diantara kaum Arifun telah berkata bahwa’ Bismillah yang diucapkam orang Arif sama dengan kata Kun yang diucapkan oleh Allah.

Pembaca mesti tahu bahwa pembahasan formula Bismillahi Rahmani Rahiim menghadirkan banyak sudut pandang, seperti ilmu nahwu, morfologi/syaraf, bahasa dan perdebatan di dalamnya akan subjek dari huruf , bentuknya, sifatnya, susunannya dan kekhususan atas ayat yang lainnya dalam Fatihah, kombinasi mereka di dalamnya dan keganjilan huruf-huruf yang ditemukan dalam Ba’; sebagaimana perdebatan tentang manfaat dan rahasia mereka. Kita tidak tertarik di dalam hal itu, namun bahasan kita pada subjek ini akan berasal dari sudut pandang pengertian dan makna mereka yang sebenarnya dalam seluruh apa yang pantas kepada Al Haq SWT. Elemen dari debat ini

185

Page 186: Himpunan Kitab Aulia

adalah saling berhubungan sebab tujuan dari prinsip-prinsip inilah pengenalan kepada Allah SWT. Karena itu setiap saat ketika curahan-Nya akan diperbaharui dalam nafas yang keluar, Ruh Al Amin akan turun kepada hati Lauh.

Kamu mesti tahu bahwa titik dibawah huruf Ba adalah awal dari setiap Surah dari Kitab Allah SWT. Sebab huruf terbuat dari titik tak terelakkan untuk setiap surah dimulai dengan sebuah huruf dan setiap huruf dimulai dengan sebuah titik. Maka sesuai kaidah hal ini titik adalah awal dari setiap surah dari Kitab Allah SWT. Dengan titik sebagaimana kita tunjukkan, maka hubungan antara titik dan Ba adalah lengkap dan sempurna bagi penjelasan sebagai berikut: Ba adalah awal dari seluruh bentuk sebab Basmalah diperlukan oleh setiap Surah meskipun pada surah At Taubah. Bahkan Ba adalah awal surah tersebut (Taubah) (Baraatum Minallah). Maka seluruh Al Quran termaktub dalam setiap Surah Kitab Allah SWT—karena alasan yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa seluruh Al Quran termaktub dalam Fatihah, yang termaktub dalam Basmalah, yang termaktub dalam huruf Ba, dan termaktub dalam titik. Dalam cara yang sama, Allah SWT adaah hadir secara total dalam setiap orang: Dia tidak dapat digantikan dan tidak terbagikan. Karena itu titik menunjukkan zat Allah SWT, gaib dibalik tudung perbendaharaan-Nya, di dalamnya Dia Nampak kepada makhluk-Nya.

Tidakkah engkau sadari bahwa kamu dapat melihat titik namun kamu tidak dapat membacanya sama sekali disebabkan keheningannya dan kebebasannya dari pembatasan akan bunyi bahasa? Ia adalah nafas dari seluruh huruf yang merupakan sumber dari seluruh ucapan yang mungkin. Bayangkan pembagian (huruf Ba ke dalam bagian-bagiannya) kemudian bagian lengkungan (dari huruf tersebut) mengingatkanmu tentang titik, dengan mengambil pertimbangan akan hubungan huruf Ba dengan huruf lainnya dalam suatu kata. Mari ambil contoh huruf Ta (dengan dua titik) dan Tsa (dengan tiga titik). Kamu tidak lain hanya

186

Page 187: Himpunan Kitab Aulia

membaca titik, sebab Ba, Ta, Tsa memiliki bentuk sama, dan hanya dapat dibaca berdasarkan titiknya. Jika mereka dapat dibaca secara bebas (tanpa titik), maka bentuknya mesti berbeda satu sama lainnya. Sebaliknya karena titiklah mereka dapat dibedakan dan tak ada yang lain yag dibaca selain titik. Dalam cara yang sama tak satu pun dapat dibedakan dalam ciptaan melainkan Allah. Dan sebagaimana Aku dapat membedakan Allah dari ciptaan, Aku juga dapat membedakan ciptaan dari Allah.

Titik dalam beberapa huruf bagaimanapun lebih terbedakan dari yang lainnya. Dalam kenyataannya ia nampak dalam beberapa huruf sebagai penambahan: ia muncul untuk menyempurnakan huruf, sebagaimana dalam kasus huruf yang bertitik, bahkan ia menyempurnakan mereka. Dalam beberapa huruf ia nampak sebagai esensi mereka, sebagaimana kasus dalam huruf Alif dan huruf-huruf tak bertitik. Karena huruf Alif terbuat dari titik, maka atas alasan ini ia lebih unggul dari huruf Ba, karena telah dikabarkan bahwa titik termanifestasikan dalam esensinya (Alif), sementara dalam huruf Ba titik muncul sebagai penyempurnaan yang dinyatakan sebagai gabungan dua elemen. Karena titik seperti panji huruf, yang menggabungkan huruf. Kesatuan ini bagaimanapun menyingkapkan perbedaaan mereka, kamu dapat melihat pemisahan ini antara huruf dan titik. Sementara huruf Alif memiliki penyusunannya sendiri. Karena itu Alif adalah terlihat dengan sendirinya dalam setiap huruf. Sebagai contoh kamu dapat katakan Ba adalah Alif yang dilengkungkan, dan Jim adalah Alif yang dibengkokkan pada kedua ujungnya, Dal adalah Alif yang dibengkokkan tegahnya. Dalam komposisi setiap huruf Alif memiliki peranan yang sama dengan titik, sepanjang setiap huruf terbuat dari titik. Bagi setiap huruf titik adalah seperti ataom sederhana dan huruf seperti tubuh yang terbuat dari atom-atom. Dan peranan Alif dengan bentuknya adalah sama dengan yang dimiliki titik, maka mereka membentuk huruf-huruf.

187

Page 188: Himpunan Kitab Aulia

Sebagaimana kami sebutkan sebelumnya, Ba adalah huruf Alif yang dibengkokkan. Demikian juga, dunia dalam keseluruhannya diciptakan dari Hakekat Muhammadan. Dapat disimpulkan dari sini, berdasarkan hadits yang dikabarkan oleh Jabir, bahwa Allah SWT, menciptakan Nur Muhammad dari wujud-Nya dan menciptakan dunia dalam keseluruhannya dari Nur Muhammad SAW. Dengan demikian Muhammad adalah di antara makhluk yang diciptakan dalam nama-Nya, kenyataan zahir dari manifestasi Ilahi.

Tidakkah engkau lihat bahwa beliau SAW, diperjalankan pada suatu malam dengan tubuhnya naik ke Arasy, tempat bersemayamnya Ar Rahman? Karena Alif dan huruf tak bertitik yang tersisa adalah tepat demikian, titik muncul di dalamnya dalam esensinya. Adapun penampakan zahir titik dalam Alif, mereka ternyatakan dalam jumlahnya: karena titik tidak memiliki dimensi kecuali demi satu derajat, dengan demikian jika dua titik dihubungkan bersama, mereka akan membentuk Alif, dan Alif menuntut satu dimensi yang dinamakan panjang. Sebab ada tiga dimensi: panjang,lebar dan tinggi atau ketebalan. Huruf yang lain terbuat dari lebih dari satu dimensi. Seperti dalam kasus huruf Jim, sebab sungguh padanya terdapat panjang dan pada akarnya tebal. Atau dalam kasus Kaf sebab ia benar-benar ada dimensi panjang di kepalanya dan di tengahnya antara kepala dan akar yang pertama ada dimensi lebar dan di batas pemisah dua akar terdapat dimensi tebal. Sehingga ia memiliki tiga dimensi. Setiap huruf mesti memiliki dua atau tiga dimensi. Kecuali huruf Alif. Alif karena itu lebih dekat ke titik sebab titik tidak memiliki dimensi. Hubungan Alif kepada huruf lain yang tak bertitik adalah seperti hubungan Muhammad SAW kepada nabi yang lain dan pemilik kesempurnaan. Untuk alasan ini Alif telah menerima keunggulan atas huruf lainnya.

Pikirkan dan renungkan! Di antara huruf-huruf sebagian memiliki titik di atas sementara yang lain memiliki di bawahnya. Ini adalah kondisi dengannya kamu tidak melihat apapun tanpa telah melihat Allah

188

Page 189: Himpunan Kitab Aulia

sebelumnya. Dari sebagian huruf yang lain memiliki titik di bawahnya, Ini adalah kodisi dengannya kamu tidak melihat apapun tanpa melihat Allah sesudahnya.

Dari sebagian huruf masih ada yang memiliki titik di tengahnya; seperti dalam kasus titik putih di jantung huruf Mim, Waw, dan yang serupa. Ini adalah tempat dimana kamu tidak melihat apapun selain Allah di dalamnya. Inilah alasan mengapa ia dianggap sebagai lubang: sebab ia adalah sebuah punggung di dalamnya perutnya terdapat sesuatu selain dirinya sendiri. Karena itu, lingkaran pada kepala huruf Mim adalah tempat dimana kamu tdak melihat apapun, sementara titik putihnya adalah dimana kamu hanya melihat Allah. Alif malahan adalah tempat “ mereka yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah.”

Dikatakan tentang makna ‘innama’ memiliki nilai yang sama dengan ‘maa-illa” (melainkan), dan interpretasinya adalah mereka yang berjanji setia kepadamu, sesungguhnya tidaklah berjanji setia melainkan hanya kepada Allah.

Telah diketahui dengan baik bahwa Muhammad SAW menerima bai’at (janji setia), dan Allah menyaksikan kepada diri-Nya sendiri bahwa mereka yang berbai’at sesungguhnya hanyalah berbai’at kepada Allah. Seolah-olah dengan berkata ‘kamu bukanlah Muhammad ketika kamu menerima bai’at mereka, namun sesungguhnya kamu adalah Allah yang tersembunyi, sebab sesungguhnya mereka sedang berbai’at kepada Allah. Dan inilah makna wakil/khalifah.

Tidakkah engkau lihat betapa tepatnya Rasulullah SAW atau utusan sang raja untuk berkata kepada siapapun yang menggantikan tempatnya,” Sesungguhnya kamu telah menggantikan tempat sang raja.” Demikian juga raja akan mengatakan kepada mereka kepadanya dia telah kirim utusannya,” Jangan mengira bahwa ia adalah begini dan

189

Page 190: Himpunan Kitab Aulia

begitu; bahkan sesungguhnya dia adalah aku”, dengan demikian menekankan ketundukan mereka kepada dirinya sendiri.

*******

190

Page 191: Himpunan Kitab Aulia

BAB 2

Titik dari Ba adalah menyendiri dalam dunia transedentalnya. Ia tidak memiliki pembagian dalam dirinya sendiri meskipun ia nampak dua dalam huruf Ta dengan dua titik, dan tiga dalam huruf yang memiliki tiga titik seperti Tsa dan Syin. Menunjukkan sebagai pencegahan dan peringatan kepada mereka yang mengklaim bahwa Allah memiliki sekutu seperti yang kedua dari dua orang, yang ketiga dari tig orang, meskipun ia mungkin nampak banyk, dalam esensinya titik adalah satu.

(Tidakkah engkau lihat) Dia adalah Ahad SWT. Hanya melalui imajinasi pelaku syirik Dia memiliki sekutu. Bahwa persekutuan dimana pelaku syirik percaya dalam imajinasinya benar-benar makhluk Allah. Adalah benar Allah berada dalam setiap ciptaan dalam sudut pandang ketotalan-Nya. Sehingga pelaku syirik adalah diciptakan, dan sekutu yang ia percayai dalam persekutuan pun diciptakan. Dan persekutuan yang dipercayai ada juga diciptakan dan kepercayaan itu sendiri juga diciptakan. Sebab Allah SWT hadir dalam ketotalan-Nya dalam seluruh makhluk. Wujud-Nya tidak dapat dibagi atau digandakan atau disifatkan. Dia adalah Esa dan tak ada yang kedua.

Sebagai akibatnya, jika kamu ingin menyekutukan seorang sekutu bersama Allah dan jika kamu inigin memisahkan-Nya, maka sekutu itu Allah SWT, dan pelaku syirik adalah Alah dan persekutuan adalah Allah. Dia Maha Kekal, kecuali dalam individualitasmu.

(Tidakkah engkau lihat) titik dikarenakan ia adalah sebuah titik dan bukan bagian dari massa tidak dapat dibagi dan tidak dapat digandakan? Demikian juga tak satupun di antara hamba Allah dapat mengambil satu saja bagian-Nya. Dalam hal ini Dia Maha Tingi. Dan kamu temukan bahwa titik, dalam sudut pandang kesatuannya, adalah milik esensinya kepada jumlah dari yang tak terbagi.

191

Page 192: Himpunan Kitab Aulia

(Ketahuilah) bahwa titik dalam hakekatnya tidak dapat ditangkap oleh mata, sebab segala sesuatu yang kamu keluarkan dalam dunia fisik dapat terbagi. Malahan titik yang kita lihat adalah sebuah pernyataan akan hakekatnya dan batasan hakekatnya: sebuah atom yang tidak terbagi, Adapun bagi yang terlihat (dan milik bidang) imajinasi, dan dengan tulisanmu kamu telah menzahirkannya ke dunia nyata, kamu menambahkan ke esensinya sebuah sifat yang tidak secara esensial intrinsik kepadanya, yaitu yang berarti ‘ keadaan yang dapat dibagi’. Sebab dalam wilayah wujud hampir tidak ada satu pun atom dari seluruhnya yang berada dibawah penglihatan indera yang tidak dapat dibagi —pada kenyataannya memang tidak ada sama sekali. Sehingga ketika atom ini nampak dibawah huruf Ba,ia pun terdistribusikan, meskipun ia tidak dapat dibagi.

Inilah tempat kemiripan Allah, seperti dalam contoh akan pernyataan dua tangan Allah, dan dua kaki dan wajah Allah. Dalam sebuah hadits yang menyebutnya sayap. “ Aku melihat Rabb ku dalam bentuk seorang pemuda tanpa jambang dengan menggunakan sandal emas”.

Ini mengacu kepada kesempurnaan-Nya adalah tentang Tasybih yang terkandung di dalam Tanzih. Bahkan, melalui definisi Allah adalah Al Haq bebas dari kesalahan yang tidak memiliki sekutu.Yang Maha Mendengar dan melihat segala sesuatu. Dia mengijinkan untuk membebankan kemiripan atas-Nya, dan hanya itu semata. Karenan Tasybih-Nya terkandung dalam Tanzih-Nya dan sebaliknya, dalam sudut pandang pendapat yang diberikan dari penyusunan kata-kata Kitab Suci dan Sunnah, maka alam gaib akan nampak kepadamu dalam alam nyata, dan alam nyata akan menyembunyikan dirinya sendiri darimu dalam alam gaib. Dalam cara yang sama karena titik adalah benar-benar dalam seluruh huruf, seluruh huruf tunduk dibawah kekuasaannya.. Yang aku maksud dengan dikuasai adalah bahwa

192

Page 193: Himpunan Kitab Aulia

kehadiran mereka tidak dapat dilihat sebelum mereka keluar darinya dalam komposisimu.

*******

193

Page 194: Himpunan Kitab Aulia

BAB 3

Titik berkata kepada huruf Ba,” Wahai huruf, sungguh aku adalah asalmu sebab dariku lah engkau tersusun. Namun kemudian kamulah yang dalam susunanmu adalah asalku. Sebab tiap bagian kamu adalah titik. Sehingga kamu adalah keseluruhan dan aku adalah bagian, dan keseluruhan adalah asal semantara bagian adalah turunan. Bagaimana pun, aku lah sesungguhnya asal, karena menyusunmu dalam esensi dan sifatku. Jangan lihat proyeksi gambar diluar mu dan berkata,” Yang menonjol keluar ini bukanlah bagianku.” Sungguh aku hanya melihatmu sebagai yang memiliki identitasku. Dan andai bukan karena kehadiranku di dalam dirimu maka tidak akan ada hubungan demikian aku denganmu. Sampai kapan kamu berpaling dariku dalam sisi lahirmu dan menempatkanku di belakang pundakmu? Jadikan sisi batinmu sisi lahirmu, dan sisi lahirmu sisi batinmu. Tidakkah engkau sadari keesaanku bersamamu? Andai bukan demi kamu aku tidak akan menjadi titik huruf Ba, dan jika bukan karena aku kamu tidak akan menjadi Ba yang bertitik.

“Berapa banyak aku harus memberimu contoh agar kamu memahami keesaanku dan kamu mengetahui bahwa pemunculanmu dalam dunia nyata dan penyembunyianku dalam dunia transsendental adalah dua prinsip dari esensi kita yang tunggal? Tak ada sekutu di dalamku bagimu, dan tak ada sekutu bagimu di dalamku. Apakah engkau jika bukan dirimu sendiri? Sebab namamu memiliki asal dalam namaku, tidakkah engkau lihat akan bagian-bagian berbeda yang menyusunmu secara keseluruhan, bagian pertama adalah titik, yang kedua disebut titik dan yang ketiga disebut titik? Begitupun seluruh bagianmu adalah titik demi titik. Karena itu aku adalah kamu. Apakah yang ada di dalam dirimu selain identitasku sendiri? Inilah individualitasmu dengannya kamu adalah kamu. Jika kamu berkata kepada dirimu sendiri aku,itu

194

Page 195: Himpunan Kitab Aulia

menggambarkan wujudku, meskipun aku jika aku katakan dia, aku akan menggambarkan gambaranku sendiri. Maka dengan demikian kamu akan tahu bahwa aku dan dia adalah dua cara ekspresi dari esensi yang sama.

Dan huruf Ba menjawab,” Wahai Tuanku, telah ditetapkan bahwa kamu adalah asalku. Kamu tahu bahwa turunan dan asal adalah dua hal yang berbeda. Tubuh milikku ini adalah ditekan dan campuran. Aku tidak eksis diluar tubuh ini. Sebagai gantinya kamu adalah atom kecil yang ditemukan dalam segala sesuatu, sementara aku adalah tubuh yang besar terkurung dalam ruang tunggal. Maka datang darimanakah untukku status Tuan, dan darimana ide ini bahwa aku adalah kamu? Bagaimana bisa derajatmu menjadi derajatku?” Dan Titik menjawab dengan berkata, “Hal yang sulit dimengerti akan pembentukan fisikmu dan keabstrakkan sifat ruhku menyusun (secara berturut-turut) satu dari bentukku dan satu dari sifatku. Sebab seluruh huruf yang berbeda dan kata-kata dalam totalitasnya adalah hanya perwakilan tentang aku.

“Dengan demikian dimanakah kejamakan datang? Sebab kita tidak menetapkan (sebagai contoh) bahwa angka sepuluh adalah nama untuk menunjukkan jumlah dari dua angka lima, Dimana kemudian perbedaan antara lima dan sepuluh datang? Jika bukan dari nama, tentu dari konsep desimal.”

“Jika kamu, dalam seluruh peryataanmu, adalah satu dari gambaranku dan satu dari pantulanku, dari manakah datangnya dualitas antara aku dan kamu? Dan mengapa debat ini antara aku dan kamu? Aku asal dari seluruhnya yang ditujukan di dalammu dan yang ditujukan di dalamku. Ini dalam totalitasnya adalah esensiku, yang ditegaskan oleh kehendak.

195

Page 196: Himpunan Kitab Aulia

“Jika kamu ingin memahamiku, bayangkan dirimu sendiri dan seluruh huruf, dan kata-kata kecil atau besar, dan kemudian katakan ‘Titik’. Itulah (dalam totalitasnya) esensi diriku, dan diriku adalah esensi keseluruhan itu. Namun dirimu adalah totalitas dari esensi tersebut. Totalitas esensiku dan esensimu. Bagaimanapun tidak ada kamu dan mereka. Aku lah keseluruhan itu,meskipun begitu tidak ada aku dan tidak ada kamu dan tidak ada mereka dan tidak ada satu dan tidakada dua dan tidak ada tiga. Tak ada apapun yang lain selain Titik yang tunggal. Di dalamnya tiada pemahaman dan tiada pengertian untuk orang sepertimu. (Hanya) jika kamu mengubah pakaianmu ke dalam pakaianku kamu akan mengetahui apa yang aku ketahui, dan menyaksikan apa yang aku saksikan, dan mendengar apa yang aku dengar dan melihat apa yang aku lihat.”

Dan Ba menjawab dan berkata, “Apa yang kau katakan sungguh bercahaya! Ia memberikan kepadaku untuk memenuhinya pada saat fajar dari hari yang baru ini. Kamu telah mengatakan bahwa kejauhan dan kedekatan, kuantitas dan kualitas, (mereka seluruhnya) berasal dari satu perintah akan wujudmu. Dengan seluruh apa yang aku hadiri akan bahasan akan susunan ini, dan seluruh hal lain yang diperlukan, aku pun merasa damai,dan aku pergi dengan wajahku berpling kepada wilayah manifestasiku dan pemenuhan pengadaaan kebutuhan hubungan harmonis denganmu.”

“Kapanpun aku menjelajahi wilayah akan arti dirikuku aku temukan engkau sebagai diriku sebenarnya. Dan jika aku mencari dalam diriku apa yang berhubungan denganmu mengacu akan keterlepasan dan keterhubungan bersama huruf-huruf, dan mengacu manifestasi kesempurnaanmu dalam setiap huruf, aku pun tidak dapat menemukan apapun, gelas kemauan kerasku pun pecah dan aku kembali kecewa.”

Dan titik pun berkata, “Ya, kamu akan kembali kecewa sebab kamu dicari oleh dirimu sendiri, dan berdasarkan anggapanmu, dirimu adalah

196

Page 197: Himpunan Kitab Aulia

bukan diriku. Karena itu, kamu tidak menemukan di dalamnya apa yang menjadi milikku. Jika kamu mencarinya demi aku yang adalah kamu dalam diriku—yaitu dirimu, maka kamu akan memasuki rumah dari pintunya, dan pada saat itu kamu tidak akan mencari apa yang terhubung dengan titik, kecuali dalam titik itu sendiri. Namun kamu tidak mencari titik kecuali dalam tempat yang salah. Maka temukan makna akan hal ini jika kamu bersama kami!

PUISI

Tenda-tenda ini telah Nampak (didirikan) pada tali.Turunlah disini jika kamu termasuk teman mereka.

Berhentilah di antara keistimewaannya.Padanya, zaman telah berhenti pada masa gemilangnya.

Di belakngnya tiada lain dia yang menetap dengan tidak rela.Dengan pohon willow dan semak-semak di sisinya.

Lepaskan tungganganmu dalam tempat hunian,Karena sesungguhnya ia adalah rumah yang diberkati bagi

siapa yang tinggal di dalamnya.Betapa sempurnanya rumah-rumah yang kita muliakan

Melalui penghuninya dan penghuni dimuliakan oleh tanah (padanya rumah berdiri).

Kamu tidak dapat membedakan antara kamar-kamarnya.Gelap. Terkunci dari balik pintunya.

Mereka yang tinggal dalam lingkungan ini adalah ahlinya;Mereka yang meninggalkan mereka adalah bukan keturunan mereka.

(Ba) adalah jiwa (nafs), dan ia adalah huruf yang gelap. Sebagai tambahan, keseluruhan Basmalah tidak ada huruf yang gelap selain Ba. Dengan huruf yang gelap aku maksud adalah Ä pTÍLDX > : 8 4 ,($åÅ. Yang cerah adalah yang disingkat pada awal surah seperti Äl \ 0@ É Pú !H < hd ãÅ

197

Page 198: Himpunan Kitab Aulia

Allah menjadikan huruf Ba awal Al Quran dalam setiap surah sebab hijab pertama antara kamu dan Wujud-Nya SWT adalah kegelapan. Namun ketika kamu berhenti eksis dan tak satu pun tersisa selain Dia, nama-Nya dan sifat-Nya yang berasal di dalam-Nya, itu akan menjadi sebuah hijab atas-Nya, namun itu adalah pencerahan.

Kecuali untuk huruf Ba yang mewakili eksitensimu dan gelap. Untuk sebab ini Ba adalah sebuah jubah di atas titik karena ia di atasnya, seperti jubah di atas pakaian. Ba adalah kegelapan kepada cahaya titik, terhijab (sebagaimana adanya) melalui kehadiran yang berupa dunia nyata yang berasal dari dunia indah dari titik. Dalam faktanya, pertimbangan rasional dari penampakan titik di belakang Ba menunujukkan fakta bahwa wilayah dari apa yang sebenarnya nyata tersembunyi dibelakang apa yang terlihat. Karena Titik melekat pada Ba, Ba digunakan dalam perkataan demi penggabungan. Dan karena bentuk Titik ditarik untuk membentuk Ba, Ba dalam bahasa Arab digunakan untuk menunjuk tentang alat.

Ketika Api Yang diberkati menerangi huruf Ba pada pohon jiwanya, ia menembus kegelapan dari kanopi malamnya, jauh dari dunianya sendiri, sedemikian hingga untuk mendapatkan api demi penyusunnya, atau untuk menemukan di dalam dirinya sendiri arah (dalam perjalanannya) dari dirinya sendiri ke dirinya sendiri. Ia dipahat dari bagian atas pohon Alif yang adalah nama Allah.

Tanggalkan sepatumu, yaitu sifatmu dan wujudmu, karena sungguh kamu berada di Lambah yang Diberkahi, dan kamu adalah penyebab ragu dan pencemaran. Tiada tempat bagimu di Lembah Suci dari titik hingga kamu tanggalkan wujudmu dan sifatmu akan keraguan dan pencemaran. Berbarinnglah di bawah cahaya Alif, seperti bayangan yang membentang, sebab bayangan dari sesuatu adalah sesuatu itu sendiri. Sehingga panjang huruf Ba dalam setiap tulisan adalah sama

198

Page 199: Himpunan Kitab Aulia

dengan garis Alif yang merupakan sebuah proyeksi. Ia melihat dirinya sendiri sebagai sebuah bayangan dari penegakan ini, perhatikanlah bahwa eksistensinya bergantung kepada hal ini. Sebab sebuah bayangan tidak akan ada, kecuali sebagai citra antara tubuh bermassa dan derajat (tanah).

Keberadaannya sendiri terhenti sebagai khayalan. Sebab bayangan secara sendirinya tidaklah benar-benar ada. Ia lebih merupakan pemisahan dari figur antara massa yang tersembunyi dan tanah. Maka, eksistensi bayangan pada dirinya sendiri adalah tidak mungkin. Bagaimanapun ia adalah sebuah eksistensi yang mungkin (mumkinat).

Setelah mentahkikkan dengan ketentuan akan fananya Ba, Alif membawanya kepada dirinya sendiri dan menetapkannya ditempatnya. Kemudian Alif menderajatkan dirinya ke dalamnya. Karena alasan ini dalam formula “ Demi nama Allah Ar Rahman Ar Rahim” ia tumbuh memanjang dan menjadi bukti akan asimilasi/pembauran Alif. Secara konseptual, Ba adalah wakil dari Alif. Secara formal, ia adalah versi panjang huruf Alif. Maka, ia memperoleh bentuk dan maknawi Alif. Ini menjadikan sebuah bahasan akan posisi Alif. Dalam ungkapan bahasa Arab tidak dikenal huruf Ba yang lain yang berdiri menggantikan huruf Alif kecuali bagi Ba dalam Bismillah. Lihatlah sekarang pada Ba ini, bagaimana ketajamanku telah meningkatkan keadaan dari Keindahan akan Keindahan.

Dia bernyanyi untukku dari hatikuDan aku bernyanyi seperi yang ia lakukan.

Kami ada dimana mereka adaDan mereka ada dimana kami ada.

199

Page 200: Himpunan Kitab Aulia

Alif sendiri berasal dari Ulfah, sebenarnya Ulfah lah yang berasal dari Alif. Kamu telah melihat suara kontroversi dan ketidaksetujuan tentang apakah kata benda verbal berasal dari kata kerja atau sebaliknya.

Karena sebab ini Alif terhubung dengan Ba, sebab Ba memiliki adab menjaga tempatnya di bawah Alif.

Sehingga ia tidak berkurang kepada apapun, dan tak ada satupun adalah bayangan yang berada di bawah bentuk badan. Maka Alif, keluar dari sifat dasar kemurahannya, memberikannya dengan tempatnya sendiri, sebab keadaan Alif adalah untuk mengambil bentuk dari setiap huruf. Dalam faktanya Ba adalah Alif yang diregangkan, Jim adalah Alif dengan kedua ujungnya dibengkokkan, Dal dan Ra adalah Alif yang dibengkokkan tengahnya, Sin bahkan terbuat dari empat Alif, tiap giginya adalah Alif dan tangkainya adalah Alif yang diregangkan dan dibengkokkan. Ini dapat diaplikasikan sebagai analogi bagi huruf lainnya.

Ini selama bentuk diperhatikan. Adapaun bagi maknawi, adalah perlu untuk menemukan Alif dalam setiap huruf sebagaimana dia diucapkan ketika kamu mengejanya. Tidakkah engkau melihat dalam huruf Ba ketika engkau mengejanya kamu harus menyebutkan Alif? DSan dengan Jim, jika kamu mengejanya kamu berkata Jiim,Yaa,Miim. Namund alam Ya dengan dua titik dibawahnya, Alif hadir. Maka, Alif adalah berada dalam semua huruf baik secara formal maupun konseptual. Sebab ia turun ke dalam titik, dari dunia gaib kepada dunia nyata.

Yang itu adalah yang ini dan yang ini adalah yang ituItulah dia! Itu adalah sebuah bagian dari apa yang sebuah bagian.

Ituah Jibril yang muliaDia menampakkan dan bersembunyi.

200

Page 201: Himpunan Kitab Aulia

Nabi berkata:” Tak ada duri yang menusuk betismu tanpa aku merasakan sakitnya”. Ini sebuah konfirmasi akan kesatuannya dengan seluruh alam, individunya dan bagiannya, sedemikian hingga beliau merasakan dalam dirinya kondisi masing-masing individu, dan sebaliknya setiap individu menjumpai beliau di dalam alam.

Pertanyaan: apa alasan mengapa Alif dihapus di dalam Basmalah dan tidak dihapus dalam Iqra’...bismirabbika? Jawabannya: sebab Idafah (penggabungan) nama dalam yang pertama mengacu kepada Allah Ar Rahman yang tidak dapat dibatasi kepada satu sifat tunggal. Sementara pada yang berikutnya Idafah nama mengacu kepada Rabb, dan adalah perlu bahwa Rabb harus memiliki hamba yang mengabdi kepadanya. Maka tidak masuk akal bahwa Ba mesti disatukan kepada Rabb dalam konteks ini, sebab jika ubudiyah lenyap, rububiyah seketika itu juga lenyap. Namun kapanpun Uluhiyah diperhatikan, andai ubudiyah lenyap, Uluhiyah tidak akan lenyap, sebab ia adalah sebuah nama derajat yang meliputi seluruh derajat. Fananya hamba serupa dengan ketiadaannya, namun difahami bahwa Rabb tidak pernah lenyap, yang tersisa adalah derajat di antara derajat-derajat Ilahiyah. Sehingga tidak lenyap dalam cara apapun. Dan ketika pemasukan alif dalam konteks ini mengambil tempat dan disatukan dengan Ba, ia jatuh dalam pengucapan dan penulisan. Maka, formula Bismillahi Rahmani Rahiim adalah realitas yang suci, sementara ayat Iqra’..bismirabbika adalah hukum yang murni. Tidakkah engkau lihat bahwa iya menyeru Baca! (Iqra’) yang merupakan sebuah perintah, dan sebuah perintah secara eksklusif dicurahkan kepada hukum? Formula Dalam Bismillahi Rahmani Rahim bahkan tidak terikat kepda sebuah perintah atau yang lainnya. Biarlah pembaca merenungkan!

BAB 4

201

Page 202: Himpunan Kitab Aulia

Alif

Adapun bagi istilah penyatuan (Ulfa) berasal dari Alif, Alif menghubungkan huruf-huruf bersama-sama. Bahkan ia menghubungkan beberapa huruf dalam esensinya, seperti Alif ditemukan di antara Ba dan yang lainnya dalam cara yang sama seperti Alif yang diregangkan. Dan ia menggabungkan beberapa sesuai dengan pernyataan fonetik mereka, seperti ketika engkau mengucap Ha dan Kha, Alif muncul pada akhir huruf tersebut, sehingga menjadi esensi mereka dalam penulisan dan di dalam bentuknya. Dan tiada perbedaan yang ada selain pengucapan mereka. Ia menggabungkan seluruh huruf berdasarkan bentuknya dan esensinya bagi sebuah alasan yang dibahas di atas bahwa seluruh huruf terhubung dan bahwa huruf Alif adalah hadir dalam ejaan setiap huruf. Dalam cara yang sama Al Haq SWT berkata,” Jika kamu memaksa segala apa yang ada di bumi, kamu tidak akan mampu menyatukan hati mereka, namun Allah mampu.”

Bahkan tidak akan pernah mungkin bagimu,wahai Muhammad, dan barangkali pesan ini disampaikan kepada siapapun yang mendengar dengan maksud menggabungkan semua hati yang ada di bumi bersama-sama, dengan menggelar mereka. Meskipun begitu Al Haq melalui kesempurnaan-Nya dan kalam-Nya telah menyatukan mereka dalam tubuh mereka, dalam esensi mereka, dalam sifat mereka. Dia telah menyatukan sejumlah mereka melalui esensi-Nya. Dia telah menyatukan sejumlah mereka melalui sifat-Nya. Dia telah menyatukan mereka melalui af’al-Nya dan bentuk-bentuk-Nya. Bahkan Dia telah menyatukan mereka seluruhnya melalui esensi-Nya dan seluruh sifat-Nya.

PUISI

Meskipun wujud ini Nampak beragamDemi kehidupanMu! Tak ada apapun di dalamnya selain Engkau

BAB 5

202

Page 203: Himpunan Kitab Aulia

Huruf-huruf terlekat pada Alif, namun Alif tidak terlekat kepada segala apapun yang berhubungan dengan huruf-huruf. Dalam cara yang sama setiap makhluk faqir kepada Allah SWT sementara Dia Maha Kaya atas sekalian alam. Seseorang berkata,”Kebaikan apa yang mendahului wujud Alif hingga Alif sangat dekat dari titik dengan kedekatan yang agung? Dan keburukan apa yang dilakukan oleh huruf yang lain sehingga harus didahului/dilewati? Jawaban adalah: ketiadaan sebelumnya yaitu martabat Alif dari dari wilayah hukum titik dalam zatnya adalah kebaikan yang mendahului titik Alif.

“Seseorang apa yang di dalam kantung pelananya ditemukan (barang curian), akan menjadi tebusannya.” Ya, sementara ketiadaan kedekatan kepada wilayah sifat titik pada huruf-huruf yang lain tersisa adalah keburukan yang mendahului mereka,” Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut hukum Raja”.

CATATAN

Catatan dalam penggabungan Alif dengan Ba sesungguhnya hanyalah berdasarkan kehadiran Alif. Jika apa yang di dalam Ba bukan disebabkan oleh Alif secara fonetik, dalam ejaannya Alif tidak akan digabungkan sebab Alif mesti ditempatkan pada ujung terjauhnya. Inilah sifat dasarnya, dan tidaklah mungkin menggabungkannya pada ujung yang lain. Karena itu, jika benar-benar penyatuan adalah tentang penghentian akan ‘ke-sesuatu yang lain-an’, hanya Alif lah yang dapat disatukan dengan Alif. Bagaimanapun dalam cara yang sama setiap huruf terhubung dengan Alif dari ujung akhir dimana Alif bertempat. Tidakkah engkau lihat bahwa ketika menulisnya, setiap huruf tidak akan terkait dengan Alif kecuali jika huruf mendahului dan Alif mengikutinya? Tiada cara lain sebab tubuh dari huruf itu benar-benar

203

Page 204: Himpunan Kitab Aulia

memiliki kedahuluan dalam ucapan. Bagaimanapun, bukan tubuh Alif yang kemudian mengikuti.

Badan Alif ternyatakan entah dalam dirinya sendiri atau dalam sesuatu yang lain, seperti Jim, Sin dan Nun, sesuai darimana jaraknya, atau kedekatannya kepada bentuk Alif, dan sesuai dengan sifat dan posisi huruf-huruf. Pada hal ini bergantung potongannya. Alif ditemukan dalam seluruh huruf dan terikat kepada huruf tertentu dengan penampakan khusus, dan ia tidak terikat kepada huruf yang lain seperti Dal, Dzal, Ra, Za dan Waw—tidak selain kepada 5 huruf ini.

Lihatlah bagaimana Alif maujud dalam bentuk yang tertulis dari setiap huruf. Hal yang sama dengan benda mati dan hewan ternak: ketika mereka seluruhnya kembali kepada Rabb mereka pada Hari Kebangkitan, maka fana akhir akan terjadi. Dia sendiri yang tetap dalam zat-Nya. Tak ada di antara mereka yang serupa dengan-Nya, terlepas dari manusia. Ketika juga mereka kembali kepada Rabb mereka SWT—Dia sendiri yang tetap dalam zat-Nya.

Adalah perlu bagi manusia untuk memandang derajat di atas diri mereka, dalam (pencarian) mereka sebab kurangnya kebodohan, mencapai berkah dan kesempurnaan kemuliaan—dengan mengenyampingkan apa yang merupakan milik Allah SWT. Tidak bagi benda mati: Allah SWT akan benar-benar menghancurkan mereka dan memfanakan jasad mereka dan wujud mereka sebab Dia tidak menjamin mereka wujud total di dunia selain Dia menyata dalam diri mereka. Tidak juga Dia menganugerahkan mereka kepemilikan akan wujud mereka sendiri. Persis sebagaimana seseorang melihat Alif dalam 5 huruf di atas yang menyatakan dirinya sendiri secara terpisah dalam bentuknya sendiri ketika dihubungakn dengan satu dari huruf-huruf tersebut. Inilah tumpuan bagi ketiadaan pengakuan kepada wujud mereka bagi benda mati: tiada wujud sempurna meskipun bagi huruf kecuali ketika mereka terhubung dengan Alif. Bahkan dalam ejaan,

204

Page 205: Himpunan Kitab Aulia

telah diberikan bahwa Alif adalah esensi hidup mereka. Sebab kehidupan Alif meliputi seluruh jasad huruf-huruf, dan andai bukan karena Alif huruf-huruf tidak akan memiliki makna. Sehingga mereka terhubung kepadanya hanya dalam ejaan bukan dalam komposisi, dan mereka sama sekali tiada pengakuan akan wujud.

Adapun bagi huruf yang lain mereka ada di dalam wujud persis seperti manusia di dalam wujud, segala puji bagi Allah. Wujud yang sama itu adalah tanda khusus mereka. Dalam kenyataannya ini membuktikan benar bahwa manusia maujud dan kepada mereka terhubung sebuah zat, bagaimanapun mereka berbeda dari wujud dan zat sesuatu yang lain. Tidak seperti hewan (sebagai contoh), bahwa jika mereka memiliki ruh mereka tetap tidak akan memiliki akal dan daya ingat yang akan menjaga mereka dalam imajinasi mereka apapun yang mereka pikirkan. Batasan kepada pemahaman binatang diberikan oleh fakta bahwa ia bergantung kepada nafsu alami dan di atas segalanya ia memerlukan nafsu hewani untuk mengingat dan sebagainya. Jika ia benar-benar memiliki ingatan, binatang akan menjaga keseluruhannya secara akal sedemikian hingga dapat menganalisa beberapa elemen rasional di atas yang lainnya dan kemudian memutuskan setelah itu hal yang paling penting dan yang terbaik bagi mereka. Sehingga kemudian binatang akan benar-benar layak bagi derajat wujud yang sama sebagaimana yang hanya diperuntukkan bagi manusia atau malaikat, dan bukan demikian kasusnya. Atas alasan ini Al Haq tidak menzahirkan diri-Nya kepada makhluk apapun dalam zat-Nya—aku maksud zat Al Haq SWT, kecuali kepada manusia, pada pertimbangan akan integrasi akal dan nafsu syahwat mereka.

Adapun bagi malaikat, sebab diberkahi akal,Al Haq menyatakan diri-Nya di dalam mereka dalam esensi mereka sendiri, bukan dalam esensi Al Haq,dengan catatan akan kurangnya derajat kesempurnaan yang terletak antara Tasybih dan Tanzih. Tidak seperti binatang yang benar-benar tidak memiliki bagian dalam hal ini sebab mereka tidak memiliki

205

Page 206: Himpunan Kitab Aulia

wujud yang lengkap dari manusia. Inilah alasan bagi manusia untuk mengklaim terhadap wujud, hijab teragung yang tidak dapat dihilangkan kecuali setelah Kematian Besar—penghentian hubungan antara ilmu anda dan wujud anda—setelah pembenaran dengan hakekat tauhid. Setelah itu adalah penting bagi hamba untuk merenungkan penyingkapan/tajalli apa dari Allah dalam hubungan kepada manusia dan lihatlah bagaimana haykal dan bentuk lahir mereka adalah baqa. Dan inilah penglihatan pertama yang engkau lihat dengannya.

Pahamilah semoga Allh memberimu rejeki pemahaman yang sempurna akan hal ini, karena sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

*******

BAB 6

206

Page 207: Himpunan Kitab Aulia

Alif telah dibebaskan dari batasan titik dan dibersihkan dari ikatan bawahan yang dapat mengikutinya dalam cara yang sama sebagai penggabungan beberapa huruf dengan yang selain setelah mereka, Sehingga ia tidak memiliki hubungan dengan esensinya sendiri dengan sesuatu yang lain. Disebabkan hal ini, dalam penulisan, Alif tidak terkait kepada huruf apapun, ia secara efektif dan jasadiah seperti titik dalam seluruh huruf. Telah ditegaskan pada awal dari setiap kata benda yang diketahui di antara nama-nama Allah SWT yang menyatakan diri-Nya sebagai Al Haq, ternyatakan dalam Al Haq,dan bahkan tiada yang lain selain Al Haq. Dan titik adalah ukurannya melaluinya ia mengukur dirinya sendiri. Alif termasuk dalam setiap sesuatu di dalamnya titik juga termasuk, seolah-olah titik tiada selain selain dasarnya, diatur oleh titik. Malahan Alif benar-benar identik dengan titik, sehingga yang satu membagikan dualisme. Kemudian tiada wujud yang disebut Alif kecuali dari sudut pandang titik. Bahkan Alif adalah sebuah titik campuran dan adalah huruf yang menjadi nyata melalui titik sesuai dengan penampakannya; sebab ia tidak memiliki penampakan lain kecuali bagi apa yang kami sebutkan sebelumnya tentang peregangan dari seluruh huruf dan fakta bahwa setiap kata dan huruf dibuat darinya. Apa yang keluar dalam Alif kemudian adalah penggandaan tubuh dan kesatuan ruh. Ini karena Alif terbuat dari banyak titik. Sebenarnya titik—secara keseluruhan—tidak dapat dibagi atau digandakan. Ia dijumpai dalam setiap bagian tanpa keragaman dalam dirinya sendiri. Demikian juga Al Haq Subhanahu—dijumpai (maujud) dalam pendengaran seseorang yang mendekati-Nya dengan amalan sunah, dan dalam penglihatannya, tangannya dan lidahnya. Bagaimanapun, Dia Subhanahu—dengan menjadi pendengaran hamba tersebut tidaklah tergandakan/terjamakkan dalam penglihatannya. Maka, Dia eksis dalam ketotalan-Nya dalam segala sesuatu yang menjadikan seluruh alam namun Dia tidaklah tergandakan oleh kejamakan sesuatu. Demikian juga Alif, hadir dalam setiap huruf,tidaklah tergandakan

207

Page 208: Himpunan Kitab Aulia

mealui kejamakan mereka sebab dalam dalam totalitas mereka Alif adalah satu. Tentang hal ini seseorang berkata bahwa Alif bukanlah sebuah huruf, dengan mengklaim bahwa” Insan Kamil” bukanlah satu dari makhluk. Semoga engkau mengerti hal ini!

*******

BAB 7

208

Page 209: Himpunan Kitab Aulia

Angka dari Alif adalah satu, namun satu bukanlah angka seperti yang lainnya. Sebab istilah angka mengacu kepada barisan berurutan dari angka satu pada dua martabat dan sesudahnya dan fungsinya untuk memberikan makna kepada penamaan sesuatu yang dihitung: pada derajat variasi dalam makna dan kuantitas. Namun angka satu dalam dirinya sendiri tidaklah mewujudkan berbagai variasi sebab ia tidak memiliki persamaan. Ia tidak masuk kategori angka-angka dari sudut pandang ini. Bagaimanapun ia termasuk ke dalam kategori ini sejauh seseorang menyadari kurangnya variasi dalam dirinya sendiri. Namun ia adalah angka yang tidak seperti angka lainnya. Demikian juga pikiran rasional akan berkata bahwa Allah adalah seseorang yang tidak seperti sesuatu yang lain.

Penonjolan Alif melalui dimensi tunggalnya menegaskan bagian dari titik ke angka satu. Dan dimensi ini hanyalah panjang. Sebab titik tidak memiliki panjang, lebar, tinggi atau kedalaman, Sementara Alif hanya memiliki panjang dalam garis lurus.

Adapun bagi Ba ia menyatakan dirinya sendiri sebagi gantinya dalam angka dua, memiliki dua dimensi, panjang dan lebar—kepalanya menjadi lebar dan badannya adalah panjangnya.

Huruf Jim adalah bukti yang terbentuk dalam angka tiga sebab ia datang melalui panjang. Lebar dan kedalaman—atau jika kamu ingin kamu dapat katakan kedalaman dan tinggi, sebab keduanya benar-benar sama, dan berubah melalui perubahan sudut pandang: jika kamu mulai dari dasar kamu akan menyebutnya tinggi, sementara jika turun dari atas ke bawah kamu akan menyebutnya dalam. Pendapat ini bukanlah tentang angka-angka, malahan ia adalah rahasia yang mulia. Aku lah yang pertama menyingkapkannya. Aku telah nyatakan bahwa ia disingkapkan kepada kami dan kami pun dapat mengatakan bahwa kami sedang membicarakan sekarang tentang sisa seluruh jumlah huruf-huruf dan rahasianya. Setiap huruf berdasarkan

209

Page 210: Himpunan Kitab Aulia

letaknya, kepada angka apa yang telah ditetapkan di dalamnya, rahasianya dan rahasia setiap angka dalam dirinya sendiri, dan semua ini dinyatakan dalam bahasa hakekat, Insya Allah Ta’ala.

Ba adalah Arasy dan titik adalah jiwa yang berbicara yang disebut setelah penghadapan “hati’ yang meliputi Allah. Titik adalah kegaiban kediaan (Huwwiyah), yang disebut kazanah tersembunyi yang tetap sebagai kazanah dalam ketersembunyiannya selamanya. Ba menentukan standar angka-angka sebab titik adalah angka awal dan tiada angka tanpa ada Ba di dalamnya. Dalam cara yang sama.Dalam cara yang sama nama-nama Ilahi terkait dengan rahmat Allah—menetapkan standar bagi nama diri Allah yang lain yang disebut 7 nama atau (tujuh yang utama). Dalam faktanya, hal yang sama diterapkan kepada setiap nama Ilahi. Sebagaimana Al Haq Ta’ala berkata:” Katakan: serulah Allah atau serulah Ar Rahman, yang mana saja engkau seru sama saja bagi-Nya kepemilikan nama-nama yang indah”. Dan dari nama-nama tersebut yang tidak disebutkan di sisi kami sebagaimana Beliau SAW katakan,”kegaiban-Mu”.

BAB 8

210

Page 211: Himpunan Kitab Aulia

Makna ganda dari Ba adalah dalam manifestasi Al Haq kepada diri-Nya sendiri, dalam jenjang zat- Nya yang merupakan pandangan yang kedua. Karena Al HAq SWT memberikan dua sudut pandang akan diri-Nya sendiri: sudut pandang Ahadiyah Zat dimana Allah tidak memandang kepada apa yang dinamakan makhluk,karena dalam sudut pandang ini tiada ciptaan; sudut pandang zat, dimana Allah melihat kepada derajat yang disebut ciptaan, sebuah derajat yang merupakan sebuah jenjang dari zat-Nya, dan jenjang ini disebut sifat.

Ba dalam sudut pandang kedua sebagaimana yang ia tunjukkan dalam dirinya sendiri adalah tanda juru damai Ilahi yang kita tetapkan dari zat Alla Ta’ala dengan sifat Ar Rahman. Maka, Dia dikenal melalui sifat yang menetapkan standar bagi nama Al Haq yang mulia dan dunia adalah Arasy, bayangan dari Ar Rahman yang menetapkan standar bagi nama lain dari Hadrat Haqiqah. Karena itu dikatakan tentang Adam bahwa ia diciptakan dalam bentuk Ar Rahman. Dalam faktanya, telah ditegaskan dalam istilah Sufi bahwa manusia disebut dunia kecil/mikrokosmos dan dunia sebagai insan kabir.

Ketahuilah bahwa asal dalam Bismillahi Rahmani Rahim adalah Bi ism Allah Ar Rahmani Rahim. Sebab adalah penting bagi af’al untuk mengikuti Ba kepadanya ia terhubung. Sebagai contoh ‘Aku mulai’ atau ‘aku minta tolong’ atau ‘semoga aku diberkati’, secara eksplisit, verbal atau implisit menunjukkan hubungan dengan perbuatan yang terjadi setelah Basmalah. Umpamanya perbuatan minum setelah Basmalah menunjukkan bahwa apa yang mengikuti adalah sebuah pernyataan implisit ‘Aku minum’ atau ‘aku minta pertolongan dalam minum’ dalam nama Allah. Sang pembicara mesti berkata,” Dalam nama Allah aku melakukan ini”, itu akan bermakna,’ dengan Allah aku melakukan ini’. Sebab nama bersamaan dengan yang dinamakan. Allah Ta’ala berkata,”Maha Suci nama Rabb mu”. Dan apa makna perkataanmu,”Dengan Allah aku melakukan ini” jika bukan bahwa Dia lah agen sebenarnya akan perbuatan itu darimu dan di dalammu? Ia

211

Page 212: Himpunan Kitab Aulia

seperti kamu berkata,”Aku melakukan ini dalam nama apapun Uluhiyah secara lahiriah yang aku minta perlindungan dalam wujudku—yang bukan Zat—wujud yang diberi nama Allah; dan dalam nama apapun yang Uluhiyah secara batin aku minta perlindungan dalam wujudku—yang bukan wujudku—yang tidak disebut Allah.” Tujuan dari hal ini untuk menyangkal tindakan—jika objeknya untuk melakukan—diasalkan darimu, dan menyandarkannya kepada Haqeqatmu. Namun jika objek perbuatan adalah penamaan (tujuan melakukannya dalam nama Allah) adalah untuk menyatakan pelenyapan dari wujudmu yang kita sebut makhluk melalui kekuatan agung dari apa yang kita sebut “ciptaan/khalq” milik wujudmu yang sebenarnya.

Dan jika objek tindakan adalah tentang subyektif (alami), keutamaan akan kesatuan wujudmu berada di dalam kejamakan akan pernyataannya akan individualitas. Semoga engkau faham hal ini. Dalam faktanya adalah harus bagimu untuk menyadari hal ini dengan sangat ketika kamu berkata,” Dengan Nama Allah Ar Rahman Ar Rahim” sedemikian hingga untuk membedakanmu dari derajat binatang: sebab menyatakan apa yag tidak kamu mengerti berarti berada pada derajat binatang. Kami berlindung dari Allah dari hal demikian.

BAB 9

212

Page 213: Himpunan Kitab Aulia

Bab tentang pemanjangan huruf Ba

Pemanjangan huruf Ba setelah pendropan huruf Alif dan penegakkan tempatnya dengan sembari memberi peringatan bahwa ia (dan hanya satu-satunya dia) pengganti pilihan kepada Alif bagi semua huruf persis seperti sebelumnya Ar Rahman telah disifatkan dengan sifat yang tiada lain sebagai pengganti pilihan dari nama Allah—dalam konteks asmaul husna yang digunakan untuk memberi nama bagi-Nya. Ciptaan oleh Allahu Ahad karena tidak dapat terpahami kecuali dalam konteks akan sifat Ar Rahman. Lebih lanjut perintah yang diciptakan tidaklah memiliki dalam diriya sendiri cakupan apapun; sekali lagi, tak satu pun selain Hadrat Ahadiyah yang merupakan wajah Ilahi yang melampaui segala hal. Allahu Ta’ala berkata,” Segalanya binasa kecuali wajah-Nya. Baginya hukum dan kepada-Nya lah segalanya dikembalikan.” Tiada kekuasaan kecuali dalam Hadrat Ahadiyah ini dalam seluruh manifestasi wujud dan rahmat, dan Dia adalah wajah segala sesuatu. Dia dengan jelas berkata,” Kemana pun engkau menghadap, di sana lah wajah Allah”. Dengan matamu—yaitu sejauh sesuatu dapat dilihat melalui indera yang tercerap atau dengan pikiranmu, sejauh sesuatu yang terpahami diperhatikan. Di sanalah wajah Allah, dan atas makna inilah yang kami telah bicarakan.

Tak ada di Naqa seperti Su’adBahkan, dia lah mata air dan dia lah yang minum dari mereka.

Dia lah Baqi, dia lah tanah yang gembur.Dia lah Mahsab dari Khayf, dia lah negeri

Dia lah tanaman dan seluruh jasad.Dia lah jiwa, hewan, dan benda mati

Dia lah substansi dan aksiden secara bersamaan. Dia lah keturunan, ayah dan anak.

Katakan kepada siapa saja yang telah pergi ke Mekah dengan sengaja dariku: Aku adalah jalan dan hatiku adalah bukit itu

213

Page 214: Himpunan Kitab Aulia

Wahai Salma! Andai bukan karenamu kesakitanku tidak akan mewujud, sehingga bersifat lembutlah

Dan tiada mangsa selain Singa.Aku mohon ampunan Allah untuk menyucikan martabatku (yang

rendah)Yang merupakan apa yang menyatu antara makhluk dan Allah

******

BAB 10

214

Page 215: Himpunan Kitab Aulia

KOMENTAR

Dalam Basmalah Ba dan Siin saling terlekat satu sama lain disebabkan rahasia mulia: bahwa tempat Sin di antara huruf-huruf berada pada posisi ke-6, yang mencakup 6 martabat Wahidiyah. Ini adalah tempat-tempat dimana Ba nampak, diciptakan dan mengacu secara terhubung kepada Arasy. Dan dalam setiap bagian Ba nampak, ia adalah wajah Alah dalam kesempurnaannya. Demikian juga Wahid maujud dalam setiap martabat dari martabat 6 Siin ini dengan kesempurnaannya. Kamu mesti tahu bahwa Siin adalah sebuah pernyataan akan rahasia Allah dan dia adalah Insan (manusia).

Beberapa ahli Tafsir Al Quran berkata menyangkut tentang ‘Ya-Siin” bahwa Ya adalah huruf seruan dan Siin mewakili manusia. Pembahasan ini menyangkut tentang bidang pernyataan simbolik, seolah-olah Allah Ta’ala berkata,” Wahai manusia!” ketika berbicara dengan Muhammad SAW. Yaitu,” Wahai manusia, (“ayn) esensi Zat-Ku!” Demi Quran yang penuh hikmah!” Kata ‘Demi Quran yang penuh hikmah” adalah sebuah perlekatan kepada esensi Zat-Ku yang diasalkan kepada manusia yang merupakan rahasia wujud dan rahasia ‘Quran yng penuh hikmah”. Kamu mesti tahu bahwa ‘Quran yang penuh hikmah” adalah sebuah sifat Allah Ta’ala.

Makna Qur’aniyah adalah pemahaman menyeluruh tentang sifat Uluhiyah apa yang hanya selayaknya bagi Allah. Pemahaman ini seperti pembacaan. Bagaimanapun tiada kesempatan bagimu untuk memahami secara menyeluruh akan zat Al Haq disebabkan Tanzih Uluhiyah, bebas dari kejamakan nama-nama dan semisalnya. Sehingga setiap kali engkau membaca sesuatu dari ‘Qur’an yang penuh himah”—yang merupakan sifat Allah dalam dirimu sendiri—maka sifat Allah akan menyata kepadamu ‘sesuai dengan kemampuan level pembacaan ini’.

215

Page 216: Himpunan Kitab Aulia

Atas alasan ini Al Hakiim (yang penuh himah) dikaitkan kepadanya, sebab pembacaan pada level ini milik sebuah perintah hikmah Uluhiyah. Tiada cara ia mencapai titik akhir atau sampai ke puncak atau bahkan kesasar. Maka perintah, Allah dan hikmah menyusun esensi (‘ayn) zat yaitu dirimu. Satu-satunya yang nampak kepada penyaksianmu yang termanifestasikan adalah apa yang kegaibanmu bacakan dari (dalam) dirimu. Adapun bagi apa yang kegaibanmu belum bacakan dari (dalam) dirimu, itu dimaksudkan demi kegaiban dirimu, bukan dimaksudkan bagi syahadahmu. Dalam faktanya, dalam esensi fungsi syahadahmu adalah fungsi kegaiban dirimu.

Kamu benar-benar telah dibingungkan oleh nama Allah. Aku mengacu disini kepada nama yang diberikan bagi Zat. Sebab ia tidak meliputi secara sempurna. Ia tidak merefleksikan makna akan zat, meskipun dalam kesempurnaan yang berada di belakang nama. Allah mengetahui yang terbaik apa yang semestinya dengan-Nya.Namun meskipun demikian, nama ini adalah satu yang benar-benar mewakili zat Allah.

Jika apa yang telah kami katakan nampak berlawanan dengan apa yang kami katakan sebelumnya, ini dikarenakan keadaan terbagi dari kondisi individu kami, yang mencegah kami dari merengkuh hakekat sebagaimana adanya dalam dirinya sendiri: Zat yang tak terbagi. Karena itu, nama Allah cocok bagi Zat. Dan jika ia tidak cocok, (dan memang demikian) adalah sepanjang Zat bukanlah sebuah objek.

Keadaan sulit ini menyebabkan kebingungan yang memalukan kepada kaum berakal namun merupakan Kebingungan yang Indah kepada ahlullah. Bahkan jika Allah—yang aku maksud adalah nama—benar-benar kebingungan dalam dirinya sendiri, bagaimana lebih membingungkannya dalam hal ini bagimu wahai hamba yang rendah hati!

Aku telah bingung: darimana datangnya kebingunganku?

216

Page 217: Himpunan Kitab Aulia

Pemahamanku benar-benar terbingungkan dalam imajinasiku.Aku tidak tahu apakah kebingungan ini disebabkan kebodohan

pemahamanku atau justru mengetahuinya.Dalam hakekatnya jika aku berkata disebabkan kebodohanku aku

akan menjadi seorang pembohong.Namun jika aku bilang disebabkan pengetahuannya, maka aku

menjadi bagian ahlinya.

Dengan makna yang sama adalah kata-kataku dari puisi yang sangat panjang dimana tiada tempat disini:

Apakah kesadaranku meliputi kesempurnaan Zat-Mu secara keseimpulan dan detil,

Wahai, Engkau yang mengumpulkan segala sifat?Atau penampakan-Mu terlalu agung bagi esensi tersembunyi (Kunhi)

untuk direngkuh?Apa yang aku rengkuh tidak dapat direngkuh dalam zatnya.

Aduhai,Kamu mesti direngkuh!Aduhai manusia mesti bodoh tentang-Mu diluar dari kebingungan mereka!

Makna dari “Ya-Siin. Demi Quran yang penuh hikmah” adalah Zat Ilahi yang tak dapat dimengerti dan sumber (“ayn) Al Quran sebagaimana dia dibaca demi kepentingan Allah, yang dibentangkan oleh hikmah dari Kesatuan Zat.” Sesungguhnya engkau satu dari Rasulullah”: dari hadrat ketinggian, suci dan esa, kepada tempat penyaksian tasybih manusia .” Di atas jalan yang lurus” kepada perbuatan dari Al Ahad Yang kekal Yang Berdiri atas diri-Nya sendiri dan dengan seluruh alam. ‘Diturunkan dari Al Aziiz Ar Rahiim”: pewahyuan dari dari Yang Maha Mulia yang tidak dapat diakses kecuali dalam bingkai Muhammadan.

217

Page 218: Himpunan Kitab Aulia

“Yang Maha Penyayang/Ar Rahiim”: sebab ketika Dia menunjukkan rahmat kepada alam yang Dia kehendaki yang Dia mesti bersifat keras, Al Aziiz, dan turun menuju golongan mereka (manusia). “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari diri kalian sendiri” untuk mengarahkan mereka kepada diri-Nya sendiri, sebagai perhatian-Nya bagi mereka dan sebagai kemurahan hati-Nya dari perbendaharaan kemurahan hati-Nya bagi mereka.

“Dia sangat perhatian akan keadaanmu”: sebab ia adalah pembawa bagimu, agen dalam dirimu dan bersamamu, dan kamu tidak memiliki wujud, selain wujud mutlak dalam zatnya. “Dengan kaum mu’minin” yaitu yang telah percaya bahwa beliau adalah esensi mereka.“ Murah hati dan Penyayang”. “Dan jika mereka berpaling”: tidak menerima akal mereka akan ru’yat Kesatuanmu dalam keragaman mereka.

“Katakan: Allah cukup bagiku”: sebab Uluhiyah adalah totalitas segala sesuatu: kemanapun kamu menghadap, di sana wajah Allah. Ini menyaksikan mereka yang terbang dari sisi kanan ke sisi kirinya, sebab kedua tangan Rabb adalah kanan dan penuh berkah. Nabi SAW benar-benar menginginkan rahmat bagi seluruh alam, bagi yang percaya kepadanya dan yang tidak mempercayainya, yang mengetahuinya dan mengingkarinya.

Kami telah bawakan sebelumnya dengan antusias bahasan kami tentang Al Quran dan kami telah bicarakan rahasia-rahasia samawi. Jadi mari kita kembali kepada apa yang kami perhatikan sebelumnya dengan mengacu kepada penjelasan formula ‘Bismillahi Rahmani Rahiim’.

BAB 11

218

Page 219: Himpunan Kitab Aulia

Kamu mesti tahu karena Alif menunjukkan kegaiban Ahadiyah dan Siin adalah rahasianya yang terlihat, Miim adalah pernyataan akan apa yang maujud, yang merupakan hakekat universal kepada kegaiban dan syahadah.

Tidakkah engkau lihat lubang dalam kepala Miim, bagaimana ia tempat tinggal titik yang putih? Yang berhubungan dengan khazanah tersembunyi. Sehingga mari kita katakan bahwa bulatan lubang dalam kepala miim adalah Al Haq yang dalam diri-Nya sendiri menzahirkan khazanah tersembunyi ini. Tidakkah engkau lihat firman-Nya ”Aku adalah khazanah tersembunyi dan Aku ingin dikenal. Aku ciptakan makhluk dan Aku kenalkan diri-Ku kepada mereka sehingga mereka mengenal-Ku”? Inilah dimana nama Ilahi Dzul Jalali wal Ikram datang, dalam firman Allah,” Maha Suci nama Rabb mu Dzul Jalali wal Ikram.” Sebab jika (kata Nama) adalah kata sifat dari Rabb mu, ia akan menjadi genitif (majruur) dan Dzul Jalal akan menjadi nominative (marfu’), sesuai dengan Nama, bukan Rabb mu. Semoga engkau paham.

Kamu mesti tahu bahwa Miim adalah ruh Muhammad sebab tempat dimana khazanah tersembunyi adalah alam, dan Jabir menyebutkan dalam hadits bahwa makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah Ruh/nur Muhammad SAW. Dia ciptakan seluruh alam dari nur tersebut dalam peritah dalam hadits. Titik putih di dalam lubang kepala Miim adalah esensi Muhammad—khazanah tersembunyi, hakekat universal dari zat yang Agung dan Quran yang penuh Hikmah dalam cara yang kami jelaskan. Mengacu kepada makna dari Nabi aku telah susun puisi:

(“Wajah Ciptaan”)

219

Page 220: Himpunan Kitab Aulia

Rasulullah, Wahai tempat tajalli UluhiyahWahai yang zatnya adalah zat yang murni

Engkau zahirkan dirimu sendiri dalam setiap cara kebaikan.Melalui intuisi engkau tutupi dirimu sendiri dari mata.

Melalui sifat,” tujuh yang berulang dan Quran zat yang mulia.Engkau khususkan pemberian dengannya; kamu berhak untuk itu;

Hakekatmu serupa dengan kesucian Allah.Kamu menghuni rumah Hindun meskipun mereka ditinggikanDan dimuliakan dan mereka memaki pakaian penyingkapanSifat Ilahi satu-satunya kebahagiaan yang menyembuhkanDan melalui mereka kamu telah melihat di sisi Rububiyah

Sebab kamu ada dalam prinsip sebelum seluruhnyaDan eksistensimu adalah hakekat yang terpahami dari wujud

Ada alasan mengapa aku bacakan puisi di atas. Yakni pada suatu malam di tahun 799H kami berkumpul di Masjid Syaikh kami, tuan kami dan guru dunia,pemilik otoritas terbesar, ‘belerang merah’ Syarifuddin Isma’il bin Ibrahim Al-Jibratil, untuk mendengarkan seorang yang buta. Ini berada pada pemakaman mesjid, pada kehadiran Syeikh saudara kami seorang ahli fiqih Ahmad Al-Habbani. Dia membaca firman Allah Ta’ala:” Kami telah berikan kepadamu 7 ayat yang berulang dan Quran yang agung.”

Kemudian Al Haq Ta’ala menyeruku untuk menyaksikan pemberian melalui Nabi Muhammad SAW akan 7 sifat yang berharga yaitu hayat, ilmu, iradat, qudrat, pendegaran, penglihatan dan kalam. Di atas pemberian sifat ini aku melihat Nabi yang suci adalah esensi (“ayn) zat yang tersembunyi dalam kegaiban Huwwiyah. Inilah apa yang aku acu akan ayat “Qur’an yang agung”, sebab tiada akhir kepada pembacaannya, dan setiap saat pewaris, kaum siddiquun Ahlul Quran membaca hakekat dari zat Allah Ta’ala—mereka membaca Muhammad

220

Page 221: Himpunan Kitab Aulia

SAW. Kepada hal inilah mengacu hadits,” Ahlul Quran adalah Ahlullah, adalah kekhususannya.” Renungkanlah!

Dia adalah huwwiyah dari kesatuan dan dari seluruh nabi dan rasul dan pewarisnya yang membaca sifat Muhammad di dalam Allah. Inilah makna beliau menjadi syafaat antara alam dan Allah, dan kepadanya lah mengacu akan hadits,” Aku dari Allah dan kaum Mukmin berasal dariku.” Semoga engkau paham!!!

******

BAB 12

221

Page 222: Himpunan Kitab Aulia

Ketahuilah bahwa bilangan huruf miim adalah 40. Makna hubungan eratnya adalah bahwa nilai ini mengacu kepada derajat wujud setelah tiada yang maujud kcuali apa yang sebelum mereka. [Derajat pertama] adalah wujud saja (Zat). [Derajat kedua] adalah Kabut (‘Ama) sebuah ibarat atas Kunhi Zat yang disebut ma’rifat. [Derajat ketiga] Ahadiyah sebuah ibarat Rahmat Zatiyah yang disebut khazanah tersembunyi.[Derajat keempat] Wahidiyah ia adalah penurunan pertama zat kepada asma dan sifat.[Derajat kelima] Uluhiyah sebuah martabat yang meliputi seluruh wujud dari yang tertinggi hingga yang terendah.[Derajat keenam] adalah Rahmaniyah yaitu martabat yang digambarkan/terhubung martabat tertinggi dari wujud.[ Derajat Ketujuh] Rububiyah, martabat yang memerlukan wujud marbub:disinilah dari datangnya makhluk.

[Derajat kedelapan) Arasy yaitu Al Jism Al Kulli. [Derajat kesembilan] Pena Tertinggi yaitu Akal Awal. [Derajat kesepuluh] Lauhil Mahfuzh yaitu Nasfu Al Kulli.[Derajat kesebelas] Kursi, yaitu Akal Kulli yang menunjukkan hati. [Derajat kedua belas] Hayuli yaitu materi awal. [Derajat ketiga belas] adalah Atom.[Derajat keempat belas] Anasir/Elemen.[Derajat kelimabelas] Falak Atlas. [Derajat keenambelas] Bintang-bintang/Al Buruj. [Martabat ketujuhbelas] planet Saturnus. [Derajat kedelapanbelas] planet Jupiter.[Derajat kesembilanbelas] planet Mars.[Derajat keduapuluh] planet Matahari.[ Derajat keduapuluh satu] planet Venus.[Derajat ke-22] planet Merkurius.[Derajat ke-23] Bulan.[Derajat ke-24] Ether yang merupakan planet Api. [Derajat ke-25] Udara.[Derajat ke-26] Air.[Derajat ke-27] Tanah.[Derajat ke-28] sesuatu yang berketurunan (Muwalladat).[Derajat ke-29] Substansi dasar (Jauhar). [Derajat ke-30] Aksiden yang pasti (’Arad).

[Derajat ke-31] Mineral.[Derajat ke-32] Tumbuhan.[Derajat ke-33] Benda mati/tak bergerak.[Derajat ke-34] Binatang.[Derajat ke-35] Manusia.[Derajat ke-36] Alam bentuk-bentuk kepadanya dunia terikat.

222

Page 223: Himpunan Kitab Aulia

[Derajat ke-37] Alam Makna tempat terikatnya ide-ide (Barzakh).[Derajat ke-38] Alam hakekat kepadanya terikat Hari Pembalasan.[Derajat ke-39] Surga dan Neraka. [Derajat ke-40] Pasir Putih yang didekati oleh penduduk Surga. Ia mewakili tajalli Allah Ta’ala dan ibu dari seluruh tempat tinggal. Sesudahnya tiada apapun selain Zat.

Maka angka ini adalah asal dari seluruh apapun dan dengannya adonan tanah Adam disempurnakan, yang merupakan awal alam insan datang ke dalam wujud. Dalam nur derajat keempat wujud ia memancar keluar sehingga alam semesta dalam kesempurnaannya memiliki dalam dirinya sendiri hanya memiliki 4 kualitas: tetap atau tersebar/terjamakkan dan lembut atau tebal, dan tak ada yang lain lagi. Dan bersama-sama mereka adalah esensi Mim Muhammadan tentangnya kita katakan bahwa ia adalah kesatuan wujud yang qadim dan sementara. Banyak yang dapat dibicarakan tentang angka ini tentang percabangannya secara fisik, etnik, komposisi, klasifikasi dan semisalnya. Ini akan cukup memadai bagi seseorang yang memiliki basirah dalam hatinya. Nama dari sebuah objek dalah gambarannya yang terwakili dan yang membuat objek itu dapat dimengerti. Melalui namanya, objek dibedakan dari objek yang lain, persis seperti sesuatu yang memiliki corak warna yang dibedakan dari apa yang tidak memiliki warna.

*******

BAB 13

223

Page 224: Himpunan Kitab Aulia

Asal dari nama Allah adalah Al-Ilah. Namun Alif yang di tengah dihilangkan dan Lam digabungkan dengan yang mengikutinya. Maka katanya berubah menjadi Allah. Bagaimanapun pada asalnya ia memiliki 7 huruf: 6 yang dapat dihitung dan yang ketuju Waw yang dianggap ,engikuti Ha seperti yang dapat dilihat: pãrd ãd ãMereka adalah esensi dari 7 sifat yang mewakili makna Uluhiyah.

Sehingga Alif yang pertama adalah esensi dari nama Hayyun. Tidakkah engkau lihat serapan kehidupan Allah dalam segala maujud? Dan kami benar-benar telah menjelaskannya kepadamu serapan Alif ke dalam seluruh huruf.

Huruf kedua adalah Lam Pertama: ia mewakili iradah, yang merupakan awal tawajjuh Al Haq bagi perwujudan alam, sebagaimana terlihat dalam hadits,” Aku adalah khazanah tersembunyi dan Aku cinta untuk dikenal.” Dan kata ‘cinta’ adalah kata lain bagi ‘iradat’.

Huruf ketiga yaitu Alif yang kedua. Ia mewakili qudrah dalam setiap maujudat; bahkan dalam seluruh maujudat dibawah kekuatan qudrah.

Huruf keempat adalah Lam kedua, mewakili ilmu, keindahan (Jamal) Allah Ta’ala terkait dengan zat-Nya dan kepada ciptaan-Nya. Pada hakekatnya tiang huruf Lam adalah tempat duduk ilmu-Nya akan zat-Nya, sementara akar Lam adalah ilmu-Nya akan ciptaan-Nya. Maka huruf yang sama adalah esensi akan Ilmu Universal.

Huruf kelima adalah Alif yang ketiga, mewakili pendengaran dari Dia yang Mendengar:” tak ada satu pun yang tidak memuji-Nya.”

Huruf keenam adalah Ha’, mewakili penglihatan Allah. Lingkaran huruf Ha’ mengingatkan seseorang pemilik pupil melaluinya Allah memandang seluruh alam. Dan alam adalah warna putih yang dijumpai di dalam mata dari lingkaran Ha’. Semua ini menunjukkan tanda bahwa

224

Page 225: Himpunan Kitab Aulia

alam semesta tidak memiliki wujud yang berada diluar penglihatan Allah kepadanya. Malahan jika Dia mengangkat pandangan-Nya dari alam seluruhnya akan berakhir. Tepat seperti jika lingkaran Ha’ tidak melingkari titik putih, ini tidak akan mewujud sama sekali. Namun meskipun demikian wujud titik tetap ada, dalam hubungannya dengan Ha’, dalam ketiadaannya. Sebab warna putih yang hadir mewujud sebelum lingkaran Ha dan sesudahnya. Persis seperti alam dalam hubungan dengan Allah adalah berada dalam kondisi sebelum Allah menciptakannya Segala puji bagi-Nya! Semoga engkau memahami ini, renungkan rahasia yang mengagumkan ini dan bandingkan apa yang aku sebutkan dari luar dirimu dengan apa yang ada dalam dirimu. Dan tujuan di sini tiada lain kebahagiaanmu dan menemukan esensimu.

Huruf ketujuh adakah Waw—yang nilainya adalah bagian dari derajat keenam dari wujud—mewakili Makna yang menunjukkan kalam Allah Ta’ala. Tidakkah engkau lihat tentang angka enam ini, bagaimana bagian-bagian dimana angka tertingginya adalah kesempurnaan Arasy Ar Rahman—yang dalam hubungannya kepada seluruh bagian—datang dengan kehadiran Kun!? Dan sebagaimana firman Allah Ta’ala tiada memiliki batas, dalam cara yang sama makhluk yang datang di bawah lingkupan Arasy, adalah mumkinat. Dan tiada batasan bagi mumkinat. Perhatikan tiadanya batasan dalam Wajibul Wujud, bagaimana di dalam wujud mumkinat yang harus—sebagaimana ia dalam kegaibannya—Dia telah menzahirkan diri-Nya sendiri dalam esensi-Nya. Karena itu 7 huruf ini menyatakan makna sebenarnya tentang Allah dan bentuk nama-Nya dan Zat. Tiada yang ada kecuali Dia.

Manusia berbeda pendapat pada nama ini. Sebagian berkata itu berasal dari kata kerja Alaha—ya’lahu-ilhan, yang bermakna untuk menyembah, karena itu memperlakukan kata benda kerja sebagai kata benda menunjukkan objek sembahan. Maka dengan berkata ilah namun dengan menambahkan kepadanya penunjuk Alif dan Lam untuk

225

Page 226: Himpunan Kitab Aulia

mengatakan Allah. Yang lain berkata ia berasal dari alih, dipahami sebagai cinta bernafsu, dengan demikian menjadikan Tuhan sebagai sumber cinta. Masih yang lain berkata ia adalah kata benda tidak sempurna bukan turunan, yang berasal bukan dalam akar kata alh namun sebagaimana biasanya ia menunjukkan Wajibul Wujud darimana alam berasal, namun itu tiada lain selain 5 huruf ini[[r ãdd ã]. Dan ini juga pendapat kami, dan bukti akan hal itu adalah Allah menyebut diri-Nya sendiri dengan nama ini sebelum menciptakan alam semesta. Sebab nama Allah tidak membutuhkan alam semesta, tidak seperti nama Ar Rahman yang menunjukkan tajalli, pada seseraong yang mendapatkan rahmat atau bagian dari tindakan rahmat. Dari berasal berasal bahwa Allah SWT tidaklah bertajalli dalam segala yang ada atau tersembunyi dalam ilmu tentang apa yang hanya terlihat bagi-Nya. Semoga engkau paham akan hal ini. Hal yang sama diaplikasikan kepada nama Rabb, Kholiq dan lainnya yang bersifat Rahmaniyah dari nama-nama Allah seperti Al Mu’thi, Al Wahhab,Al Muntaqiem An Nafi.Yang aku maksud dengan hubungan nama-nama adalah kata-kata yang memerlukan agen penyebab (Mu’atstshir) yang akibatnya (a’tsar) ditunjukkan oleh mereka. Seperti Al Aliim yang membutuhkan objek yang diketahui (ma’luum); dan Dia As Sami’,Al Bashir, Al Qadir,Al Muriid Al Mutakallim. Demikian juga kata Kun! memerlukan Al Mukawwinan. Sehingga ini dan yang lainnya adalah hubungan Rahmaniyah nama-nama.

Adapun seperti yang disebutkan sebelumnya, Ar Rahman adalah Allah dengan dasar apa yang berhak bagi Arasy dan yang dikandungnya. Tidak seperti nama Allah Ta’ala yang merupakan tanda bagi Zat, dan Huwiyah segala huwwiyah, eksistensi (‘Ayniyyah) dari ‘ayniyyah dan Ananiyyah (individu utama) dari segala ananiyyah.Pandangan-Nya tak terbatas, Dia tidak dibatasi oleh pandangan. Dia mengumpulkan segaa sesuatunya dan yang berlawanan. Itulah sebabnya sebagian berkata bahwa Dia adalah sumber (‘ayn) segala wujud dan yang tiada (adam). Adapun yang berkata sumber segala wujud karena memang sudah

226

Page 227: Himpunan Kitab Aulia

jelas. Yang berkata sumber segala yang tiada di dalamnya terdapat rahasia yang dalam. Sebagian ahlullah yang sempurna lah yang mampu merengkuhnya, sesuai dengan maqam spiritual mereka. Atau seseorang yang mendobrak pintu yang telah terbuka sebelum mencapai keadaan spiritual (hal) ini. Adalah penting untuk berkata pada subjek bahasan ini bahwa ini adalah sebuah aspek/wajah dari wujud yang tepat disini disebut ‘ketiadaan/adam’ disebabkan kesempurnaannya—bagi-Nya lah pujian dan ketinggian sebab Dia berhak atas Ketinggian dan Kebesaran.

Ketahuilah bahwa kata Allah kata benda yang jika engkau paham itu akan memberikanmu sebuah nama yang meliputi seluruh derajat Uluhiyah. Kamu dapat melihat bahwa wajah ini adalah lebih daripada yang engkau pahami dan tentang perbedaan zat dari milikmu. Malahan apa yang diinginkan disini adalah zatmu. Karena itu tiada pencipta selain Allah. Karena itu tiada apapun selian kamu? Bahkan, tiada apapun selain Allah.

Ketahuilah bahwa ketika kami berkata ‘Al Haq, Khalqi (Ciptaan), Rabb dan Hamba’ semuanya adalah jenjang kepemilikan satu zat. Makna dari keseluruhan ini tidaklah cukup, dan jika kamu berhenti di sana (pada derajat makna ini) dengan esensi hakekat ini, ini adalah fakta kamu menyia-nyiakan waktu. Kecuali jika engkau termasuk dia yang mencium harumnya ketika dia masih berada di dalam kelenjar binatang. Karena itu dari keseluruhan hal ini adalah seolah-olah kamu telah memakan daging dengan tangan orang lain dan telah menilai dirimu sesuai dengan kondisimu dan apa yang layak bagi keadaan spiritualmu. Apapun yang kamu temukan dalam hal ini adalah Esensi (‘Ayn) kebenaran dan apapun yang diberikan oleh Allah kepadamu sebagai sebuah bentuk kontak adalah esensi dari penyimpangan dari kebenaran dan adalah sebuah bid’ah.

Apa yang sedang kami katakan hanya dihargai oleh Arab Persia yang bahasanya berbeda dengan bangsa Arab dan yang tempat asalnya

227

Page 228: Himpunan Kitab Aulia

berbeda dari mereka. [Atau oleh seorang] yang memberikan uang yang tidak berkurang. [Atau oleh seorang] yang mengarahkan kemampuannya seolah-olah melempar lembing menuju sebuah target—mewakilkan tujuannya—dengan tujuan khusus dan dengan tangan kanan yang kuat dan lurus, sedemikian hingga dia tidak akan meleset, tidak juga mematahkan lembingnya, dan tujuan pandangannya tidak menyimpang. Uluhiyah Allah melampaui keterpudaran dan kesatuan-Nya tidak dapat dibagi.

*******

BAB 14

228

Page 229: Himpunan Kitab Aulia

Ketahuilah bahwa nama Allah (Jalalahu) terdiri 6 huruf dan mereka adalah [r|hXd ã]. Sebab Alif tersusun atas tiga bagian, dan mereka adalah [Xd ã]. Huruf pertama Lam tersusun dari tiga bagian [h ãd ] Alif yang kedua sama dengan yang pertama—yang pertama dan Lam kedua. Huruf Ha’ tersusun atas 2 bagian. Maka seluruh kata tersusun akan 14 huruf. Dari huruf yang bercahaya ini yang sam telah dihilangkan sehiungga tersisa [r|hXd ã]. Alif memiliki 3 alam: alam gaib yang tidak dapat dilihat atau dimengerti sama sekali; alam barzakh yang dapat dan tidak dapat disaksikan dan dilihat, dan alam nyata. Inilah tiga alam dan sejauh apa yang nyata dan ada terhubungkan, tiada apapun selain 3 alam ini.

Tidakkah engkau lihat pada awal kata Allah ada Alif, yang dimulai dengan Hamzah (diucapkan) dari dalam dada yang tidak pernah dapat dilihat? Dan di tengah Alif terdapat Lam (diucapkan) dari langit-langit dan mulut, tersembunyi namun dapat dilihat dan dipahami. Dan pada akhirnya terdapat Fa, yang benar-benar total terlihat. Sehingga terbukti bahwa Alif bermula dari yang paling gaib hingga terlihat. Lam milik alam gaib dan turun ke dunia paling gaib sebab ia memiliki Alif, namun menjadi nyata pada akhirnya dalam alam syahadah disebabkan konsonan Fa yang seperti Miim pada awal dan tersembunyi di akhirnya. Miim memiliki awal yang nyata, tengah yang gaib dan akhir yang nyata. Huruf Ya berawal dari alam nyata dan berakhir dalam alam yang paling gaib. Ia tidak memiliki jalan keluar dari tempatya dan tiada memiliki cakrawala di belakangnya. Maka pandanglah Allah Al Jami’ ketika Dia keluar dari yang paling tersembunyi kepada yang tersembuni dan kemudian menyata ke alam syahadah seperti Alif lakukan; dan ketika Dia keluar dari dari yang tersembunyi yang dapat dilihat ke alam syahadah seperti Lam lakukan; dan ketika Dia gaib dari alam syahadah ke alam gaib namun terlihat dan kembali ke tempat-Nya dalam alam syahadah seperti Miim lakukan; dan ketika Dia turun dari alam gaib kepada alam yang paling gaib seperti Ya lakukan meskipun masih dalam

229

Page 230: Himpunan Kitab Aulia

alam gaib seperti Ha’. Keseluruhan ini adalah esensi zat Allah dan hakekat Uluhiyah sesuai dengan kecermatan Jenjang Uluhiyah.

Pahamilah dan lihatlah betapa ajaibnya kerumitan dari struktur Nama ini dan betapa ajaibnya bentuknya. Dan jika kita ingan katakan yang lebih tentang hal ini kita tidak akan punya cukup tempat. Dan karya yang terbatas ini bukanlah tempat untuk itu.

Ketahuilah bahwa alam yang kita acu sebagai gaib dari yang gaib ia adalah kesempurnaan detil akan zat Uluhiyah dan untuk memahaminya secara menyeluruh tidaklah mungkin sama sekali. Dan alam yang kita acu sebagai gaib adalah alam Lahut gaib dengannya Ar Rahman layak diseru dengan Asmaul Husna. Dan Alam musyahadah adalah alam Mulk—dan dengan Mulk yang aku maksud termasuk di dalamnya Arasy dari ruh, jasad dan makna.

Kamu mesti tahu dan paham bagaimana rahasia seluruh ini adalah tentang nama-nama Allah dan bagaimana Dia menyatakan diri-Nya sendiri sesuai dengan nama-Nya. Kamu mesti tahu bahwa Zat Mutlak diliputi atas Allah namun Allah lebih besar dari zat diluar diri-Nya. Sebab banyak wajah zat bukanlah Allah dan tidak memiliki Uluhiyah. Namun setiap wajah Allah adalah Zat yang Sempurna. Ini memberikanmu supaya paham agar tidak memisah antara Allah dan Zat. Jangan pernah bayangkan bahwa aku membilang mereka, atau memisah mereka mencegah mereka, membandingkan mereka, atau membuat mereka berjisim. Aku tidak bersalah adalah kesan yang salah ini; ia melainkan pemahaman dirimulah yang tidak menjangkau apa yang aku katakan.Dan aku berlindung kepada Allah jika kamu memahami namun kamu tidak memiliki penerimaan dan ilmu Uluhiyah. Kami berlindung kepada Allah dari hal demikian dan kami memhon pertolongan-Nya untuk membimbing kami dijalan-Nya Dia berjalan.

*******

230

Page 231: Himpunan Kitab Aulia

BAB 15

231

Page 232: Himpunan Kitab Aulia

Arasy adalah makrokosmos dan di sanalah Ar Rahman bersemayam. Sementara manusia adalah mikrokosmos di sanalah Allah bertempat. Sebab Dia menciptakan Adam dalam bentuk-Nya. Dan lihatlah kepada dunia manusia kecil yang indah ini, bagimana ia lebih besar dan lebih mulia dari makrokosmos. Dan renungkan bagaimana yang besar adalah kecil dan yang kecil adalah besar, meskipun masing-masing memiliki tempat dan statusnya sendiri. Jika kamu tahu makna dari rahasia ini ucapan-Nya,” hati hamba-Ku yang beriman meliputi-Ku.” Juga perkataan nabi,” Ada waktu bagiku bersama Allah ketika tiada malaikat muqarrabin maunpun nabi yang diutus bersamaku”, maka jelas tak ada siapapun pada saat ini meliputi beliau kecuali Allah. Berapa banyak nabi, malaikat muqarrabin dan kaum arif yang meliputi Arasy—yang merupakan makrokosmos—namun tidak menyadarinya atau peduli tentang nya? Karena keagungan dari kelembutan insaniyah, kemuliaannya dan superioritasnya atas makrokosmos telah menyata. Ia nampak bahwa makrokosmos seperti setetes air di lautan, namun lautan—meskipun luas—di temukan dalam setetes air dan terbuat dari tetesan air tersebut. Sebuah titik pada setiap bagian di keliling lingkaran memiliki bagian khususnya akan keseluruhan lingkaran dan ia berkontribusi kepada pembentukan lingkaran. Demikian juga, ia tidak dapat dihitung dan karenanya tidak dapat dibagi.

Sehingga titik adalah nama ‘Allah’ dan lautan adalah ‘Ar Rahman’. Allah Ta’ala berkata,’ Katakan! Serulah Allah atau serulah Ar Rahman: dengan nama mana saja engkau menyeru bagi-Nya lah asmaul Husna.

Kami telah jelaskan kepadamu bahwa titik dengan setiap bagian dari keliling lingkaran memiliki hubungan dan kontribusi. Dan tiada keraguan bahwa hubungan dan kontribusi ini juga kepada lingkaran secara keseluruhan. Sehingga setiap titik ketika kita mengacu kepadanya akan hubungan dan kontribusi,maka ia bermanfaat. Sebagaimana dengan Asmaul Husna jika dengannya engkau menyeru atau menggambarkan nama Allah, maka mereka memang mengacu

232

Page 233: Himpunan Kitab Aulia

kepada-Nya. Adapun bagi nama Ar Rahman ia mengacu kepada satu dari wajah Allah Ta’ala dimana Dia Nampak dalam sebuah cara yang layak dengan Martabat Wahdaniyah.Adapun bagi keliling lingkaran ia memiliki esensi (‘Ayn) titik sebab titik Nampak dalam setiap bagiannya. Karena itu keliling lingkaran terbuat tiada lain dari titik.

Kamu mesti tahu bahwa Nama Ar Rahman adalah kata benda verbal dan kapanpun kualitas ini hadir dalam sebuah kata sifat ini disebabkan kelaziman/meratanya karakter ini dalam objek yang dilukiskan.Ini mengacu kepada kekuatan sifatnya yang mencolok dalam objek yang dilukiskan, Karena itulah nama-Nya Ar Rahman adalah sebuah kata benda yang hadir di dunia dan akhirat. Ini berbeda dengan nama-Nya Ar Rahiim sebagai rahmat di akhirat lebih menonjol daripada di dunia ini. Sebagaimana dalam hadits,” Allah menciptakan Rahmat dan menjadikannya ke dalam 100 bagian. Dia menahan-Nya 99 bagian – di akhirat tidak akan dizahirkan hingga Hari Kebangkitan—dan mengirim yang 1 bagian kepada seluruh makhluknya—di dunia ini yang mealui rahmat ini saling bercakap-cakap dan bertukar rahmat.” Rahasia nama-Nya Ar Rahiim adalah akhir dari dunia ini dimana Allah Ta’ala dan pengembalian ciptaan kepada Al Haq; sebab sesungguhnya selruuhnya berakhir di dalam Allah. Tidakkah segalanya menuju Allah? Bagi siapakah kerajaan hari ini? Bagi Allah Al Wahid Al Qahhar.

PUISI

Mari kita kembali sebagimana adanya kitaSebab kamu tidak mengkhianati janji kami dan tidak juga kami

mengkhianati janjimuDan tinggalkan fitnah dan tukang fitnah, dan seekor burung, yaitu

Seekor burung gagak dalam rumah kita untuk menyebabkan pemisahan di antara kita.

Kami bungkuskan permadani kesalahan,keterlekatan dan pengasingan

233

Page 234: Himpunan Kitab Aulia

Dan kami lempar jauh kejahatan dan perbedaan:semoga kejahatan binasa,

Semoga kesatuan kembali ke lingkungan kita sepertiKita sebelumnya, buah-buahan penyatuan kembali terpupuk

Mempelai lelaki menyanyi untuk kita dan berkata:Semoga Allah tidak kembali ke rumah yang meninggalkan kita.

Kekasih kita akan dibebaskan sebab apa yang terjadi tiada lain adalah mimpi

Seperti kata-kata tak berartiTiada peninggalan dipanjangkan;dan tiada satu pun pencelaan

Dan seorang yang merindu belum lah terjaga di malam hari sebagaimana dia rindukan

Dan apa yang kamu ucapkan belumlah terjadi, dan apa yang telah terjadi belum lah terjadi,

Dan kamu tidaklah meninggalkan kami. Dan kami tidaklah meninggalkanmu.

234

Page 235: Himpunan Kitab Aulia

235

Page 236: Himpunan Kitab Aulia

236