Hilmy - Pemeriksaan Laboratorium

6
I. Pemeriksaan untuk menilai fungsi imunologik. Untuk pemeriksaan- pemeriksaan ini dalam 3 golongan, yaitu tes untuk mengujirespons imunologikc non spesifik (primer), spesifik (sekunder)dan yang mengakibatkan kerusakan jaringan (tersier). 1. Tes untuk menguji respons imunologik nonspesifik menggambarkan respons tubuh terhadap benda asing secaranonspesifik, baik berupa reaksi inflamasi maupun reaksifagositosis. Yang dapat dilakukan in vitro diantaranya adalah hitung jumlah leukosit danhitung jenis, penetapan laju endapdarah, dan penetapan CRP untuk reaksi inflamasi, serta penetapan NBT (nitroblue tetrazolium) untuk reaksi fagositosis. Differensial counting merupakan hitung jenis leukosit dilakukan bersama-sama dengan pemeriksaan apus darah tepi. Bentuk preparat darah apus adalah simetris sehingga dimungkinkan distribusi yang sama atau hampir antara zona atas dan bawah. 2. Tes untuk menguji responsimunologik spesifik (sekunder)dapat pula digolongkan dalam jenis-jenis tes untuk menguji respons imunologik seluler dan jenis-jenis tes untuk menguji respons imunologik humoral. a. Uji respons imunologik seluler.

description

bxmvxmg

Transcript of Hilmy - Pemeriksaan Laboratorium

Page 1: Hilmy - Pemeriksaan Laboratorium

I. Pemeriksaan untuk menilai fungsi imunologik.

Untuk pemeriksaan- pemeriksaan ini dalam 3 golongan, yaitu tes untuk mengujirespons imunologikc non spesifik (primer), spesifik (sekunder)dan yang mengakibatkan kerusakan jaringan (tersier).

1. Tes untuk menguji respons imunologik nonspesifik menggambarkan respons tubuh terhadap benda asing secaranonspesifik, baik berupa reaksi inflamasi maupun reaksifagositosis. Yang dapat dilakukan in vitro diantaranya adalah hitung jumlah leukosit danhitung jenis, penetapan laju endapdarah, dan penetapan CRP untuk reaksi inflamasi, serta penetapan NBT (nitroblue tetrazolium) untuk reaksi fagositosis.

• Differensial counting merupakan hitung jenis leukosit dilakukan bersama-sama dengan pemeriksaan apus darah tepi. Bentuk preparat darah apus adalah simetris sehingga dimungkinkan distribusi yang sama atau hampir antara zona atas dan bawah.

2. Tes untuk menguji responsimunologik spesifik (sekunder)dapat pula digolongkan dalam jenis-jenis tes untuk menguji respons imunologik seluler dan jenis-jenis tes untuk menguji respons imunologik humoral.

a. Uji respons imunologik seluler.

Diantara uji respons imunologik seluler yang sudah sering dilakukan adalah penentuan jumlah limfosit T dan B,uji hambatan migrasi leukosit atau makrofag (LMI) dan stimulasi limfosit.

Page 2: Hilmy - Pemeriksaan Laboratorium

Tahap pertama yang diperiksa adalah jumlah limfosit secara absolut. Adanya limfopenia mengarahkan pikiran kita kepada imunodefisiensi.Tahap selanjutnya adalah penentuan jumlah masing-masing populasi limfosit.

Limfosit T dan B dapat dibedakan satu dari yang lain berdasarkan surface markers limfosit T dan B yang berbeda. LimfositB pada permukaannya menunjukkan imunoglobulin sehingga apabila direaksikan dengan anti-imuno-globulin yang telah ditandai (label)dengan zat warna fluores-cein atau zatwarna lain dapat dilihat sebagai limfosit yang berfluoresensi dandapat diperiksa dibawah mikroskop fluore-sensi.

Limfosit T mempunyai sifatyang khas yaitu dapatmembentuk roset dengan eritrosit secara spontan suatusifatyang tidak dipunyai oleh limfosit B. Dengan menghitung berapa persen limfosit yang berfluoresensi dan berapa yangmembentuk rosetdapat diketahui jumlah limfosit B dan T dalam darah perifer seseorang. Dalam keadaan normal jumlah limfosit B adalah 1--15% sedangkan limfosit T 75--85%.1Selebinyamerupakan limfosit non--T non--B, termasuk diantaranya sel K atau sel Null dan sel NK (natural killer).

Uji hambatan migrasi leukosit adalah suatu tes berdasarkankemampuan sel T untuk mengeluarkan zat-zat tertentu apabiladirangsang. Sel T penderita yang sensitif terhadap salah satu jenisantigen. Bila dikonfrontasikan dengan antigen itu, akanmengeluarkan berbagai zat (faktor).Salah satu faktor meru- pakan suatu zat yang dapat menghambat migrasi leukosit ataumakrofag.3Prinsip tes ini adalah untuk mengukur migrasileukosit yang diinkubasi dalam tissue culture medium Limfosit yang berisi antigen tertentu. Pada keadaan hipersensitifitaslimfosit terhadap antigen itu, migrasi leukosit ini dihambat.

Tes stimulasi limfosit berdasarkan responst limfosit terhadap stimulasi antigen. Responst itu dapat berupa transformasi limfosit ke dalam blast, proliferasi atau peningkatan sintesa DNAdan RNA dalam sel tersebut. Aktifitas ini dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya yang paling mudah adalah memeriksa transformasi sel setelah dirangsang dengan phytohemaglutinin (PHA).1,2

b. Uji respons imunologik humoral

Yang paling banyak dilakukan in vitro adalah penetapan imu-noglobulin secara kwantitatif yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya cara imunodifusi radial (Dengan cara imunodifusi radial diperiksa kadar imunoglobulin (kelas G,M dan A) dalam serum penderita) ,rocket imunoelektroforesis (elektroforesis protein serum dan imunoelektroforesis, yang merupakan pemeriksaan darah untuk menemukan dan menentukan antibodi abnormal),imunonefelometri (kadar kreatin serum )dan turbidimetri (analisis berdasarkan pengukuran turbiditas (S) atau kekeruhan dari suatu suspense) (analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel padat dalam larutan setelah sinar melewati suatu larutan yang mengandung partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri adalah analisa yang berdasarkan hamburan cahaya. Hamburan cahaya

Page 3: Hilmy - Pemeriksaan Laboratorium

terjadi akibat adanya partikel yang terdapat dalam larutan. Partikel ini menghamburkan cahaya ke segala arah yang mengenainya).

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2157097-analisis-secara-turbidimetri/#ixzz1wPO115sP.

Pengertian imunodifusi

Imunodifusi terjadi pada suatu media semisolid yang translusen seperti agarose, yang memungkinkan antigen dan antibody dapat berdifusi dengan bebas. Pada bentuk yang paling sederhana, dibuat lubang sumuran pada lapisan agarose di atas slide kaca. Kedalam lubang-lubang yg berdekatan dimasukkan antigen dan antibody yang disiapkan. Setelah berdifusi selama 24-48 jam, kompleks antigen anibodi membentuk garis presipitin di antara kedua sumuran. Metode ini dapat dipergunakan untuk mendeteksi antigen (dengan adanya reagen antibody yang diketahui ) maupun antibody dengan adanya reagen antigen yang diketahui). Metode ini sering dinyatakan sebagai ouchterlony atau difusi ganda karena antigen dan antibody keduanya berdifusi melalui media.

Imunodifusi radial (IDR) yang antibody reagennya dicampurkan kedalam agarose dengan konsentrasi yang merata.

Penetapan ini dilakukan apabila disangka ada imunodefisi -ensi akibat gangguan fungal sel B. Ciri utama kelainan ini adalah penurunan kadar imunoglobulin hingga defisiensisecara selektif misalnya defisiensi IgA, defisiensi IgM bahkandefisiensi subkelas IgG.Pada kelainan imunoporliferatif, disamping penetapanimunoglobulin kuantitatif perlu pula dilakukan penetapanimunoglobulin kualitatif.Telah diketahui bahwa ada 2 jenis kelainan imunoproli-feratif yaitu gamopati polilclonal yang terjadi akibat stimulasiantigenik secara kronik, dan gamopati monoklonal yang ter- jadi akibat proliferasi imunosit yang berasaldarisatu clone secara tidak terkendalikan yang biasanya terjadi pada kegana san 9,10Kedua jenis gamopati ini prognosanya jauh berbeda sehingga perlu keduanya dibedakan satu dari yang lain. Beberapa cara untuk membedakannya adalah elektroforesis proteinserum, imunoelektroforesis serum dengan menggunakan antisera monospesifik, serta elektroforesis dan imunoelektro-foresis urin 24 jam.3. Uji respons imunologik yang mengakibatkan kerusakan jaringan dilakukan apabila kerusakan jaringan disangka terjadiakibat adanya responst imunologik baik terhadap antigeneksogen (alergi), antigen homolog (transfusi, transplantasi,tumor) maupun antigen autolog (penyakit autoimun). Beberapa tes in vitro yang dapat dilakukan adalah pengu-kuran IgE dan anti--IgE pad a alergi yang dapat dilakukandengan cara RIA(radioimmunoassay) atau (enzymeimmunoas- say(EIA), tes Coombs dan tes

Page 4: Hilmy - Pemeriksaan Laboratorium

terhadap aglutinin eritrosit pada reaksi transfusi yang dapat dilakukan dengan cara aglu-tinasi, dan apabila kerusakan jaringan disangka disebabkan penyakit autoimun dapat dilakukan pemeriksaan terhadap34 Cermin Dania Kedokteran No. 31RA faktor, komplemen dan antibodi terhadap berbagai jaringantubuh seperti anti-nuclear-antibody, anti-smooth muscle-antibody dB.

II. Pemeriksaan imunologi untuk menunjang diagnosa penya-kit non-imunologik.

Berdasarkan kenyataan bahwa sebagai reaksi terhadap antigen, tubuh dapat membentuk antibodi spesifik terhadap antigen itu, amak penetapan adanya antibodi terhadap kuman-kuman tertentu dapat dipakai untuk menentukan diagnosa berbagai jenis infeksi Disamping itu dengan tersedianya antiserum spesifik terhadap berbagai jenis antigen atau protein, dapat pula ditetapkan adanya antigen-antigen tertentu misalnya HBsAg, AFP dan lain-lain atau perubahan berbagai jenis protein seperti fraksi-fraksi protein tertentu, hormon dan lain lain dalam serum.

Dasar tes imunokimia yang dipakai adalah interaksi antigen antibodi yang dapat ditetapkan dengan macam-macam cara misalnya imunopresipitasi dan aglutinasi, radio-immunoassay(RIA) enzyme-immunoassay (EIA) atau imunomikroskopi. Berbagai jenis tes tadi mempunyai spesifisitas dan sensitifitasyang berbeda-beda. Cara RIA dan EIA dapat mencapai sensitifitas sampai kadar nanogram per mililiter, akan tetapi untuk cara inidiperlukan reagens berupa antigen atau antibodi yang murni (purified) dan suatu teknik untuk memisahkan kompleks antigen-antibodidariantigen atau antibodi yang bebas.11-13Sebaliknya cara presipitasi dan aglutinasi sensitifitasnya hanya mencapai mikrogram per mililiter, akan tetapi cara ini biasanya sederhanadan mudah dilakukan.

Dalam memilih cara yang akan dipakai, perlu pula diper-hatikan nilai diagnostik'hasil yang diperoleh. Sebagi contoh,dengan cara imunodifusi kadar terendah AFP yang dapatditentukan adalah±3000 nanogram/ml, dan biasanya kadar setinggi signifikan untuk hepatokarsinoma atau karsinomaembrional.14Dengan cara RIA kadar AFP dapat ditentukansampai 1 nanogram/ml, yaitu suatu kadar AFP yang bukan sajaterdapat pada berbagai jenis penyakit hati, tetapi juga padakeadaan normal.

Cara imunopresipitasi.

Termasuk ke dalam golongan ini adalah antara lain cara imunodifusi ganda, elektrimunodifusi, imunoelektroforesis, imunodifusi radial dan imunonefelometri.