HIE Pada Neonatus IDAI

download HIE Pada Neonatus IDAI

of 17

Transcript of HIE Pada Neonatus IDAI

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    1/17

    K U L I A H

    ENSEFALOPATI HIPOKSIK ISKEMIK PERINATAL(Perinatal Hypoxic Ischemic Encephalopathy)Martono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto,

    Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan AnakFK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    2/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    Korespondensi:

    Agus HariantoDivisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo

    Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8 SurabayaTelp.: (031) 5501681 Fax: (031) 5501748Email: [email protected]

    AbstractPerinatal Hypoxic-Ischemic Encephalopathy is an acquired syndrome characterized by clinical and

    laboratory evidence of acute brain injury due to asphyxia. Its remains a serious condition causing

    significant mortality and long-term morbidity. The mortality rate is as high as 50%. The incidenceof long-term complication depends on the severity of the disease. The diagnosis is based on the

    history and physical examination. No specific test excludes or confirms a diagnosis of Perinatal

    Hypoxic-Ishemic Encephalopathy. All tests are performed to assess the severity of brain injury and

    to monitor the functional status of systemic organs. The current treament is supportive with prompttreatment of convulsion and stabilization of physiologic parameters. Continuation of seizure

    medications should depend on envolving CNS symptoms and EEG findings. Even asymptomatic

    seizures may continue to injure the brain. They should be monitored in a reguler pediatric clinic.Severely disabled children may need to be monitored in multispecialty clinics.

    Keywords: Hypoxic Ischemic Encephalopathy, perinatal asphyxia

    Abstrak

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik Perinatal adalah suatu sindroma yang ditandai dengan adanya kelainan klinisdan laboratorium yang timbul karena adanya cedera pada otak yang akut yang disebabkan karena asfiksia.

    Sindroma ini merupakan masalah penting yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Angka kematiannyamasih tinggi sekitar 50%. Angka kejadian komplikasi jangka panjang tergantung beratnya kelainan ini.Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Tidak ada test yang spesifik baik untuk

    menyingkirkan atau menegakkan diagnosis ensefalopati hipoksik iskemik perinatal. Semua test dikerjakanuntuk mengetahui beratnya jaringan otak yang cedera dan monitor fungsi organ lainnya. Pengobatan bersifat

    suportif dengan penanganan yang optimal untuk kejangnya dan stabilisasi fungsi organ lainnya. Lamanyapengobatan kejang tergantung dari gejala neurologi dan pemeriksaan EEG. Walaupun secara klinis penderitatidak kejang, tetapi cedera otak bisa berlanjut. Setelah pulang, penderita harus dimonitor secara teratur di

    klinik pediatrik. Penderita yang mengalami kecacatan yang berat perlu ditangani oleh beberapa keahliandisiplin ilmu.

    Kata kunci: Ensefalopati Hipoksik Iskemik, asfiksia perinatal

    PENDAHULUAN

    Asfiksia perinatal adalah keadaan di mana fetus atau neonatus mengalami kekurangan

    oksigen (hipoksia) dan atau menurunnya perfusi (iskemia) ke berbagai macam organ. Keadaan ini

    menyebabkan gangguan fungsi dan perubahan biokimia sehingga dalam jaringan timbul laktik

    asidosis. Pengaruh hipoksia dan iskemia tidak sama, tetapi keduanya berhubungan erat saling

    tumpang tindih. Kedua faktor tersebut menyebabkan asfiksia.1-7

    Asfiksia dapat terjadi pada waktu

    pre, peri dan postnatal.1-7

    American Academy of Pediatrics (AAP) and the American College of

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    3/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    Obstetricians and Gynecologists (ACOG) membuat definisi asfiksia perinatal sebagai berikut: (1)

    adanya asidosis metabolik atau mixed acidemia (pH5 menit; (3)

    manifestasi neurologis segera pada waktu perinatal dengan gejala kejang, hipotonia, koma,

    ensefalopati hipoksik iskemik; dan (4) adanya gangguan fungsi multiorgan segera pada waktu

    perinatal.8Tidak ada satu tes darah yang spesifik untuk mendiagnosis asfiksia perinatal.

    4Nilai yang

    pasti untuk menentukan adanya asidemia yang merusak organ tidak diketahui dengan pasti. Pada

    pH

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    4/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    mencegah atau mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.1-7

    Penanganan harus cepat, tepat dan

    adekuat.1-11

    ETIOLOGI

    Bermacam-macam penyebab yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu1-4:

    1)gangguan oksigenasi pada ibu hamil, 2)penurunan aliran darah dari ibu ke plasenta atau dari

    plasenta ke fetus, 3)gangguan pertukaran gas yang melalui plasenta atau fetus, 4)peningkatan

    kebutuhan fetal oksigen. Faktor resiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor

    maternal, plasenta-tali pusat dan fetus/neonatus:1-3

    - kelainan maternal: hipertensi, penyakit vaskuler, diabetes, drug abuse, penyakit jantung,

    paru, dan susunan syaraf pusat, hipotensi, infeksi, ruptura uteri, tetani uteri, panggul sempit.

    - kelainan plasenta dan tali pusat: infark dan fibrosis plasenta, solusio plasenta, prolaps ataukompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah umbilikus.

    - kelainan fetus atau neonatus: anemia, perdarahan, hidrops, infeksi, pertumbuhan janin

    terhambat (intrauterine growth retardation), serotinus.

    PATOFISIOLOGI

    Fetus dan neonatus lebih tahan terhadap asfiksia dibandingkan pada dewasa.1-2

    Hal ini dibuktikan

    bahwa pada saat terjadi hipoksik iskemik, fetus berusaha mempertahankan hidupnya dengan

    mengalihkan darah (redistribusi) dari paru-paru, gastrointestinal, hepar, ginjal, limpa, tulang, otot,

    dan kulit, menuju ke otak, jantung, dan adrenal (diving reflex). Pada fetal distress maka peristaltik

    usus meningkat, spinchter ani terbuka, mekonium akan keluar bercampur dengan air ketuban,

    skuama, lanugo, akan masuk ke trakea dan paru-paru, sehingga tubuhnya berwarna hijau dan atau

    kekuningan. Kombinasi antara fetal hypoxia yang kronis dengan cedera hipoksik iskemik akut

    setelah lahir mengakibatkan kelainan neuropatologi yang sesuai dengan umur kehamilannya.

    Pada hipoksia yang ringan, timbul detak jantung yang menurun, meningkatkan tekanan

    darah yang ringan untuk memelihara perfusi pada otak, meningkatkan tekanan vena sentral, dan

    curah jantungt. Bila asfiksianya berlanjut dengan hipoksia yang berat, dan asidosis, timbul detak

    jantung yang menurun, curah jantung yang menurun, dan menurunnya tekanan darah sebagai akibat

    gagalnya fosforilasi oksidasi dan menurunnya cadangan energi. Selama asfiksia timbul produksi

    metabolik anaerob, yaitu asam laktat. Selama perfusinya jelek, maka asam laktat tertimbun dalam

    jaringan lokal. Pada asidosis yang sistemik, maka asam laktat akan dimobilisasi dari jaringan ke

    seluruh tubuh seiring dengan perbaikan perfusi. Hipoksia akan mengganggu metabolisme oksidatif

    serebral sehingga asam laktat meningkat dan pH menurun, dan akibatnya menyebabkan proses

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    5/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    glikolisis anaerobik tidak efektif dan produksi ATP berkurang. Jaringan otak yang mengalami

    hipoksia akan meningkatkan penggunaan glukosa. Adanya asidosis yang disertai dengan

    menurunnya glikolisis, hilangnya autoregulasi serebrovaskuler, dan menurunnya fungsi jantung,

    menyebabkan iskemia dan menurunnya distribusi glukosa pada setiap jaringan. Cadangan glukosa

    menjadi berkurang, cadangan energi berkurang, dan timbunan asam laktat meningkat. Selama

    hipoksia berkepanjangan, curah jantung menurun, aliran darah otak menurun, dan adanya

    kombinasi proses hipoksik-iskemik menyebabkan kegagalan sekunder dari oksidasi fosforisasi dan

    produksi ATP menurun. Karena kekurangan energi, maka ion pump terganggu sehingga timbul

    penimbunan Na+, Cl

    -, H2O, Ca

    2+intraseluler, K

    +, glutamat, dan aspartate ekstraseluler.

    1, 2

    Mekanisme kerusakan tingkat seluler pada neonatus yang mengalami asfiksia sekarang masih

    dalam penelitian.1 Teori yang dianut kematian sel otak melalui proses apoptotis dan nekrosis,

    tergantung perjalanan prosesnya akut atau kronis, lokasi, dan stadium perkembangan parensim otakyang cedera.

    1, 2

    Kedua bentuk kematian sel ini berbeda. Kematian sel nekrotik ditandai dengan sekelompok

    sel neuron edema, disentegrasi dari membran, pecahnya sel, isi sel tumpah ke rongga ekstraselular

    yang memberikan reaksi inflamasi dan fagositosis. Apoptosis terjadi pada sel individu, sel

    mengerut/mengecil, kromatin kelihatan piknotik, membran sel membentuk gelembung-gelembung

    (blebbing), inti sel berfragmentasi dan sel terbelah-belah dengan masing-masing pecahan (yang

    mengandung pecahan nukleus dan organella) terbungkus oleh membran sel yang utuh, ini disebut

    apoptotic bodies. Apoptotic bodies ini kemudian akan mengalami fagositosis oleh makrofag

    ataupun sel sekitarnya. Kematian sel nekrotik terjadi segera setelah adanya injury( immediately cell

    death) dan terutama terjadi pada sel neuron yang mature. Sebaliknya kematian sel apoptotik

    terjadinya lebih lambat (delayed cell death) dan terutama terjadi pada sel neuron yang immature.2

    Nekrosis2

    Berkurangnya pasokan glukosa ke otak akan memicu terjadinya influx Ca2+

    ke dalam sel

    dan ekspresi gluatamat yang meningkat. Hal ini didukung oleh hilangnya keseimbangan potensial

    membran dan terbukanya saluran ion yang voltage-dependent (VDCC = Voltage Dependent

    Calcium Channels). Metabolisme glukosa beralih ke proses yang anaerobik, ATP terkuras dan

    terjadinya lactic acidosis. Glutamat memicu reseptor NMDA (N-Methyl-D-Aspartate) dengan efek

    membuka reseptor tersebut untuk Ca2+

    masuk. Ion Calcium yang masuk di dalam neuron

    mengaktifkan enzim-enzim seperti protease, lipase, endonuclease dan berakibat pada fosfolipid

    sebagai konstituen sel membran. Terjadi mobilisasi asam arakidonat yang diproses oleh

    lipoksigenase dan siklo-oksigenase dalam sitosol menjadi leukotrienes, prostaglandin dan

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    6/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    tromboksan. Proses ini diserta pelepasan radikal oksigen bebas yang berakibat terjadinya proses

    peroksidasi membran sel yang kemudian pecah dan isi sel mengalir keluar. Neuron mengalami

    kematian akibat nekrosis. Proses peroksidasi diperberat dengan terbentuknya NO (nitric oxide)

    sebagai akibat enzim Nitric Oxide Syntase diaktifkan oleh kadar ion Ca2+

    intra-selullar yang

    meningkat tajam, NO dengan radikal oksigen bebas membentuk peroksinitrit suatu senyawa yang

    sangat reaktif (merusak) karena memacu proses peroksidasi lipid. Reaksi peradangan dan ekspresi

    sitkin pro-inflamasi berakibat mobilisasi lekosit polymorphonuclear dan timbulnya intercellular

    adhesion molecules (ICAM), lekosit beraggregasi di dinding kapiler dan efek menyumbat ini

    berakibat no-reflow phenomena yang menyebabkan secondary ischemia. Proses reperfusi yang

    terjadi spontan maupun karena upaya terapetik membuat pembentukan radikal oksigen bebas

    (Reactive Oxygen Species = ROS) meningkat karena pengaliran kembali darah ke jaringan di mana

    taraf ekstraksi oksigen sudah meningkat tajam. Kedua hal ini menyebabkan meningkatnyakerusakan jaringan yang dikenal sebagai reperfusion injury.

    Apoptosis2

    Influx Ca2+

    berakibat mitokondria menjadi overloaded dalam usaha mengatasi influx

    tersebut, terjadi kegagalan metabolik pada mitokondria. Akibatnya cytocrome-c bocor dari ruang

    intermembran mitokondria dan berikatan membentuk suatu kompleks dengan apaf-1 (Apoptotic

    Protease Activating Factor) dan pro-caspase9, yang disebut: Apoptosome. Apoptosome

    mengaktifkan caspase (Cysteine aspartic acid-specific protease)9, yang selanjutnya mengaktifkan

    pro-caspase3 menjadi caspase3 yang aktif. Caspase 8 dan 9 adalah initiator caspase sedangkan

    caspase 3,6, dan 7 disebut effector caspases karena mengeksekusi proses apoptosis, yaitu

    merombak enzim, unsur protein rangka sel (-actin, lamins, fodrin, dan lain-lain), ICAD (Inhibitor

    of Caspase Activated DNAse) yang berakibat DNAse menjadi aktif dan merusak DNA nukleus dan

    protein-protein lainnya yang terlibat dalam regulasi (ketahanan) survival sel seperti Bcl-2, Bcl-

    xL, phospholipase A2, dan protein kinase Co, hingga akhirnya mengakibatkan apoptosis, atau

    sering juga disebut: programmed Cell Death. Bcl-2, Bcl-xL, Bax, Bid, dan Bad adalah protein

    yang tergolong Bcl2-family dan bersifat pro-apoptotik (Bax, Bid, dan Bad) dan anti-apoptotik

    (Bcl-2, Bcl-xL). Bax dan Bid mengakibatkan terjadinya Permeability Transition Pore (PTP) pada

    membran luar mitokondria sehingga cytochrome-c bisa bocor keluar dengan akibat apoptosis. Bcl-2

    dan Bcl-xL mencegah terjadinya PTP ini. Bax bisa bekerja dengan membuat saluran untuk Ca atau

    meningkatkan Bcl-2 sehingga efek anti-apoptotik Bcl-2 terhalang, demikian pula Bad mengikat

    Bcl-xL. Kerusakan pada DNA terjadi karena antara lain: AIF (Apoptosis Inducing Factor) yang

    berasal dari ruang intermembran mitokondria, bertranslokasi ke nukleus dan menimbulkan

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    7/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    kerusakan, aktifnya endonucleases seperti Endonuclease G, PARP (Poly-ADP Ribose Polymerase)

    memicu kematian sel melalui apoptosis dengan menempuh berbagai jalur. Salah satu jalur

    melibatkan (protein) reseptor CD95 atau FAS receptor (yang tergabung dalam TNF receptor family)

    beserta Fas ligand, yang disebut TRAIL (TNF Receptor Apoptosis Inducing Ligand) yang

    membentuk jalur menuju apoptosis yang disebut jalur ekstrinsik atau juga Death Receptor

    Pathway. Dibedakan dengan jalur mitokondria yang disebut jalur intrinsik, keduanya melibatkan

    caspase. Disamping itu masih ada satu jalur yang tidak melibatkan caspase, dinamakan: Caspase-

    independent Pathway yang dipicu oleh keluarnya AIF dari mitokondria, dan karena pengaruh

    aktivasi PARP bertranslokasi ke nukleus dan menimbulkan fragmentasi DNA, diikuti apoptotic

    death.

    MANIFESTASI KLINISEnsefalopati hipoksik iskemik adalah merupakan sindroma dengan manifestasi klinisnya

    mulai dari yang ringan sampai yang berat.1, 3, 6

    Sarnat dan Sarnat membagi ensefalopati hipoksik

    iskemik pada neonatus yang umur kehamilannya >36 minggu.10

    American Medical Association

    pada tahun 1976 menerbitkan modifikasi pembagian ensefalopati hipoksik iskemik menurut Sarnat

    dan Sarnat pada bayi aterm yang sampai sekarang masih dipergunakan.6

    Tabel 1. Pembagian ensefalopati hipoksik iskemik pada bayi aterm.6

    Tanda Klinis

    Stadium 1

    (Ringan)

    Stadium 2

    (Sedang)

    Stadium 3

    (Berat)

    Tingkat kesadaran Hyperalert/irritable Letargi Stupor, koma

    Tonus otot Normal Hipotonik Flacid

    Postur Normal Flexi Decerebrate

    Reflek tendon/klonus Hiperaktif Hiperaktif Tidak ada

    Mioklonus Tampak Tampak Tidak tampak

    Reflek moro Kuat Lemah Tidak ada

    Pupil Midriasis Miosis

    Tidak sama, reflek

    cahaya lemah

    Kejang Tidak ada Sering Deserebrasi

    EEG Normal

    Voltase rendah sampai

    bangkitan kejang

    Burst suppression

    ke isoelektrik

    Lamanya

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    8/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    Hasil Baik Bervariasi

    Meninggal, atau cacat

    berat

    (Dikutip dari Stoll BJ, Kliegman RM..Nervous System Disorders. In Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB eds.

    Nelson Textbook of Pediatrics 17thed. Philadelphia, WB Saunders Co., 2004; 559-68).

    Pada asfiksia perinatal dapat timbul gangguan fungsi pada beberapa organ yaitu: otak,

    jantung, paru, ginjal, hepar, saluran cerna, dan sumsum tulang.1-7

    Didapatkan satu atau lebih organ

    yang mengalami kelainan pada 82% kasus asfiksia perinatal. Susunan saraf pusat merupakan organ

    yang paling sering terkena (72%), ginjal 42% kasus, jantung 29%, gastrointestinal 29%, paru-paru

    26%.13

    Manifestasi klinis pada organ lainnya tersebut adalah sebagai berikut:1-7, 13, 14

    1. Ginjal

    Oliguria-anuria, hematuria, proteinuria. Waspadailah kemungkinan timbul acute tubular

    necrosis(ATN), dan gagal ginjal akut.

    2. Sistem kardiovaskuler

    Hipotensi, tricuspid insufficiency, nekrosis, iskemik miokardial, disfungsi ventrikuler, syok,

    gagal jantung congesif

    3. Paru

    Edema paru-paru, pendarahan paru-paru (shock lung), respiratory distress syndrome,

    meconeal aspiration syndrome, dan persistent pulmonary hypertension.

    4. Sistem saluran cerna

    Fungsional intestinal obstruction, paralytic ileus, ulkus, perforasi atau necrotizing

    enterocolitis.

    5. Metabolik

    Asidosis, hipoglikemi, hipokalsemi, hiponatremi, syndrome of inappropriate antidiuretic

    hormone (SIADH),

    6. Hepar

    Gangguan fungsi liver, pembekuan darah, metabolisme bilirubin, albumin dan shock liver.

    7. Hematologi

    Pendarahan-pendarahan, disseminated intravascular coagulation(DIC).

    8. Kematian otak (brain death). Belum ada kesepakatan umum yang mendefinisikan kematian

    otak pada neonatus, apalagi pada neonatus yang umurnya 7 hari pada bayi aterm dan prematur

    dengan umur kehamilan >32 minggu sebagai berikut:15

    a. Apnea dan koma: tidak responsif terhadap nyeri, rangsangan sinar/penglihatan.

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    9/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    b. Hilangnya reflek batang otak (dilatasi pupil yang tidak ada respon terhadap

    rangsangan sinar, hilangnya gerakan spontan mata, hilangnya gerakan otot bulbar

    termasuk otot facial dan oropharyngeal, reflek kornea, batuk, menghisap, dan

    rooting,hilangnya gerakan pernapasan di mana penderita tanpa respirator).

    c. Penderita tidak hipotermi maupun hipotensi.

    d. Tonusnya flacid dan hilangnya gerakan spontan atau rangsangan.

    e. Observasi 2 kali pemeriksaan klinis dan EEG dalam waktu 48 jam.

    Rekomendasi yang spesifik pada bayi umur

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    10/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    hindari kata-kata asfiksia sebelum penyebab asfiksia diketahui.3 Sebaliknya kalau nilai apgarnya

    baik jangan katakan bayinya dalam keadaan baik, tetapi katakanlah nilai apgarnya baik, bayi ini

    masih dalam masa transisi kehidupan intrauterine ke ekstrauterine antara 6 sampai 72 jam

    pertama.1,3

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis

    ensefalopati hipoksik iskemik. Pemeriksaan laboratorium dikerjakan untuk memonitor fungsi

    maupun kelainan organ sistemik dan cedera otak.1-7

    Pemeriksaan antara lain:

    1. Pemeriksaan darah lengkap.2. Gula darah.

    3. Pemeriksaan urine lengkap, produksi urine, dan osmollaritas.

    4. Serum elektrolit (Na, Ka, Ca, P, dan Mg).

    5. BUN dan serum kreatinin.

    6. Faal pembekuan darah.

    7. Faal hati.

    8. Analisa gas darah.

    9. Foto torak.

    10.Pungsi lumbal dikerjakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya pendarahan intrakarnial

    atau menyingkirkan adanya meningitis.2, 7

    11.Pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan pengobatan dan prognosis

    penderita.2, 3, 4

    12.Ultrasonografi kepala. Pemeriksaan ultrasonografi kepala sangat membantu pada bayi yang

    prematur. Dianjurkan pada bayi yang umur kehamilannya

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    11/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    ischemic injury, pemeriksaan dengan CT scan kepala kurang memberikan hasil yang

    memuaskan karena pada bayi prematur struktur jaringan otaknya masih imatur dan lebih

    banyak mengandung cairan.2, 4, 5

    14.Magnetic resonance imaging (MRI) kepala. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi bayi

    prematur maupun aterm yang mengalami cedera hipoksik iskemik yang mungkin tidak bisa

    divisualisasi dengan cara neuro imaging lainnya. Jika pemeriksaan CT scan telah dilakukan

    dan tidak menghasilkan kesimpulan, maka MRI dikerjakan antara umur 2-10 hari. Tetapi

    karena kesulitan teknik, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemeriksaan dan

    sulitnya monitoring bayi yang mengalami cedera hipoksik iskemik, maka penggunaannya

    dibatasi.2, 4, 5

    PENATALAKSANAANA. Upaya yang optimal adalah pencegahan.

    1-7Tujuan utama, yaitu mengidentifikasi dan mencegah

    fetus dan neonatus yang mempunyai resiko mengalami asfiksia sejak dalam kandungan hingga

    persalinannya.

    B. Resusitasi. Segera lakukan resusitasi bayi yang mengalami apnea dan atau ensefalopati hipoksik

    iskemik.1-7

    1. Ventilasi yang adekuat. Usahakan memberikan ventilasi sehingga PCO2 dalam kadar yang

    fisiologis. Hypercarbia akan menyebabkan acidosis cerebral dan vasodilatasi pembuluh

    darah cerebral yang menyebabkan aliran perfusi pada daerah yang tidak terkena menjadi

    meningkat dengan relatif iskemia merusak jaringan tersebut (steal phenomenon)

    memperluas infark, dan menimbulkan pendarahan intrakranial. Sebaliknya hipokarbia

    (Paco2 < 20-25 mm Hg) akan menyebabkan menurunnya aliran darah otak dengan akibat

    ischemic injury.

    2. Oksigenasi yang adekuat. Hypoxia akan menyebabkan pressure-passive circulation dan

    neuronal injury yang disebabkan karena adanya gangguan autoregulasi vaskuler serebral.

    Sebaliknya hyperoxia akan menyebabkan neuronal injurykarena berkurangnya aliran darah

    otak dan adanya perubahan vaso-obliterative yang menyebabkan retinopathy of

    prematurity. Di samping itu, hyperoxia akan menyebabkan kerusakan jaringan bertambah

    berat karena adanya peningkatan radikal bebas.

    3. Perfusi yang adekuat. Mempertahankan tekanan darah arterial dalam batas normal sesuai

    dengan umur kehamilan dan beratnya. Jika terlalu rendah akan menyebabkan iskemik, bila

    terlalu tinggi akan menyebabkan pendarahan pada daerah germinal matrix dan

    intraventrikular pada bayi prematur. Hindarilah hematrocrit lebih dari 65% (hiperviskositas)

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    12/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    yang dapat menyebabkan menurunnya cerebral blood flow velocity dan timbul ischemic dan

    pendarahan dengan gejala-gejala klinis neurologi kejang, letargi, atau apnea.

    4. Koreksi asidosis metabolik. Tujuan utama untuk memelihara keseimbangan asam basa

    dalam jaringan tetap normal. Perfuse or lose gunakan bikarbonat hanya bila resusitasi

    kardiopulmonar berkepanjangan dan bayi tidak ada respon serta ventilasi sudah baik.

    Diberikan NaBic 4,2% dosis 1-2 mEq/Kg BB atau 2 ml/Kg BB. Penggunaan bikarbonat

    mungkin menyebabkan hypercarbia dan asidosis intraselular dan meningkatnya asam laktat.

    5. Pertahankan kadar glukosa dalam darah antara 75 sampai 100 mg/dL, untuk menyediakan

    bahan yang adekuat bagi metabolisme otak. Hindarilah hyperglycemia untuk mencegah

    hyperosmolality dan kemungkinan meningkatnya kadar asam laktat dalam otak. Hal ini

    dapat menyebabkan edema cerebri dan mengganggu autoregulasi vaskuler sehingga timbul

    pendarahan. Bila kadar glukosa rendah dapat menimbulkan neuronal injurydan memperluasdaerah yang mengalami infark.

    6. Kadar kalsium harus dipertahankan dalam kadar yang normal. Hypocalcemia adalah suatu

    kelainan elektrolit yang sering dijumpai pada sindroma postasfiksia neonatal dengan gejala

    kejang. Diberikan Ca glukonas 10% 200 mg/kg BB intravena atau 2 ml/kg BB diencerkan

    dalam aquades sama banyak diberikan secara intravena dalam waktu 5 menit.

    7. Atasi kejang. Bila ada kejang maka phenobarbital adalah obat pilihan.1-7, 11, 12 Dosis 20

    mg/kg diberikan iv dalam 10-15 menit.1-7

    Dosis ini dapat mencapai kadar dalam darah 20

    g/ml. Sayangnya di Indonesia belum tersedia preparat phenobarbital yang diberikan

    intravena. Phenobarbital dapat diberikan secara intramuskuler.2 Dosis intramuskuler yang

    diberikan adalah 10-15% lebih tinggi dari pemberian intravena.2 Jika kejangnya hilang

    diberikan dengan dosis rumatan 3-4 mg/kg BB/hari dengan selisih waktu 12 jam kemudian.1,

    2 Secara teoritis, bila penderita masih kejang dapat diberikan tambahan phenobarbital

    dengan dosis 5 mg/kg BB setiap 5 menit sampai kejang berhenti, atau sampai dosis 40

    mg/kg BB sudah tercapai. Tetapi kenyataannya pada neonatus yang mengalami asfiksia di

    mana telah mendapatkan phenobarbital dosis 20 mg/kg BB akan menyebabkan ngantuk dan

    sulit menganalisa neorologisnya. Oleh karena itu apabila neonatus yang mengalami asfiksia

    dan kejang yang telah diberikan phenobarbital dosis sampai 20 mg/kg BB tidak memberikan

    respon, maka diberikan fenitoin dengan dosis 20 mg/kg BB intravena dalam waktu 30 menit

    atau 1 mg/kg BB/menit, dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-10 mg/kg/BB/hari diberikan

    setiap 8 jam.2 Perlu diperhatikan obat harus masuk dalam intravena karena pH larutannya

    12 sehingga menyebabkan vena perifer mudah pecah. Di samping itu perlu diwaspadai

    kemungkinan timbulnya kardiak aritmia.2 Pada umumnya dengan pengobatan kombinasi

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    13/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    penobarbital dengan fenitoin maka 85% kejang dapat diatasi. Bila tetap kejang maka

    diberikan lorazepam.2 Lorazepam adalah suatu anti convulsan golongan benzodiazepim

    diberikan dengan dosis 0,05-0,10 mg/kg BB intravena dalam waktu beberapa menit. Dengan

    pengobatan ini, 95-100% kejang akan berhenti.2 Keuntungan lorazepam efek sampingnya

    terhadap depresi pernafasan dan hipotensi lebih ringan dibandingkan diazepam. Disamping

    itu pengeluarannya dari jaringan otak lebih lambat, tetapi preparat ini belum tersedia di

    Indonesia. Pemberian diazepam pada asfiksia perinatal yang mengalami kejang tidak begitu

    disukai apalagi dikombinasikan dengan pemberian phenobarbital.1, 3

    Secara teoritis,

    pemberian diazepam dalam beberapa menit sudah dikeluarkan dari otak, menyebabkan

    depresi kardio pulmonar apabila dikombinasikan dengan phenobarbital, adanya Na-benzoate

    sebagai vehikulum akan terjadi kompetitif inhibitor terhadap ikatan kompleks albumin

    bilirubin sehingga bayi menjadi ikterus.

    2

    Tetapi kenyataannya masih dapat diberikan padaneonatus yang mengalami asfiksia berat dengan dosis 0,3 mg/kg BB/jam secara continous

    infusion.2 Pemberian obat antikonvulsan dapat menghentikan kejang secara klinis, tetapi

    belum tentu menghilangkan kejang elektrografik.1, 2

    Jadi hilangnya kejang secara klinis

    belum menunjukkan keberhasilan pengobatan.2Perlu dilakukan pemeriksaan EEG.

    1-7Bila

    saat pulang pemeriksaan EEG normal maka antikonvulsan diberhentikan. Jika EEG saat

    pulang masih abnormal, terapi antikonvulsan phenobarbital 3-4 mg/kg/hari dilanjutkan 1

    bulan, jika menggunakan antikonvulsan fenitoin, maka dosis rumatannya 3-4 mg/kg/hari.

    Apabila pemeriksaan EEG setelah 1 bulan normal, pengobatan dihentikan, tetapi bila hasil

    pemeriksaan EEG tetap abnormal, terapi dilanjutkan sampai 3 bulan, kemudian dilakukan

    pemeriksaan EEG lagi. Bila pemeriksaan EEG tetap abnormal, terapi dilanjutkan sampai

    umur 1 tahun.2

    8. Mencegah timbulnya edema cerebri. Tujuan utama untuk mencegah timbulnya edema

    cerebri dengan cara mencegah overload dari cairan. Restriksi cairan dengan pemberian 60

    mL/kg BB per hari. Waspadailah bayi kemungkinan timbul SIADH (Syndrome

    Inappropriate Anti Deuretic Hormon). Penggunaan glucocorticoids dan osmotic agentstidak

    direkomendasikan.1-7, 11, 12

    C. Pengobatan potensial untuk mencegah kematian saraf secara lambat (delayed neural death).1-7

    Secara estimasi, ada celah waktu (window of opportunity) 6-12 jam untuk mengurangi atau

    mencegah kerusakan otak pada neonatus yang timbul asfiksia dengan cara memberikan suatu

    neuroprotektif.2, 4

    Mencegah otak dari kerusakan tergantung dari status dasar otak fetus. Banyak

    cara yang masih dalam penelitian, antara lain:1-7

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    14/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    1. Mencegah pembentukan radikal bebas yang berlebihan dengan memberikan allopurinol,

    superoxide dismutase, vitamin E, resusitasi dengan udara ruangan.1-5, 7

    2. Hipotermi. Dengan cara selective head cooling, atau mild systemic hypothermia, atau

    selective head cooling dan mild systemic hypothermia dapat mencegah kerusakan otak17-20

    dengan cara:2

    a. Mengurangi proses metabolisme dan energi yang hilang.

    b. Mengurangi pelepasan glutamat (excitatory transmitter).

    c. Mengurangi ion Ca yang masuk dalam sel.

    d. Menghambat produksi radikal bebas dan sintesis nitric oxide.

    3. Pemberian phenobarbital sebelum kejang dosis 40 mg/kg BB intravena dalam waktu 1

    jam.21

    4. Ca

    2+

    channel blockers.

    1-7

    5. Magnesium sulfat.

    1-7

    Saat ini, di antara beberapa macam cara pengobatan di atas, yang banyak menjadi perhatian

    untuk penelitian, yaitu dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas yang berlebihan dan

    hipotermi yang titik kerjanya di beberapa tempat.1-2

    D. Pengobatan supportive untuk organ-organ lainnya yang mengalami kelainan. Pada asfiksia

    perinatal pada umumnya terjadi kelainan dari berbagai organ. Pengobatan ensefalopati hipoksik

    iskemik perinatal secara holistik menyeluruh dan utuh, karena kelainan satu organ akan

    mempengaruhi organ lainnya.1-7

    PROGNOSIS

    Penderita yang mengalami ensefalopati hipoksik iskemik prognosisnya bervariasi, ada yang

    sembuh total, cacat, atau meninggal dunia.1-7

    Di Amerika Serikat angka kematian bayi secara

    keseluruhan pada bayi dengan ensefalopati hipoksik iskemik ringan sampai berat adalah 12,5%1, di

    Rumah Sakit Dr. Soetomo angka kematian 18,85%.9Pada stadium ringan pada umumnya sembuh

    total, pada stadium sedang, 80% normal, sisanya timbul kelainan bila gejalanya tetap ada lebih dari

    5-7 hari.10

    Pada abad 19 di Amerika Serikat ada anggapan bahwa penyebab utama dari CP dan

    retardasi mental adalah asfiksia intrapartum.22

    Pendapat ini adalah keliru.3, 5, 22

    Hanya 8% penderita

    CP yang terbukti disebabkan karena asfiksia perinatal.23

    Pada anak yang menderita serebral palsi,

    80% nilai apgarnya normal. 80% palsi serebral terjadi antepartum.22-28

    Menurut data dari National

    Collaborative Perinatal Project (NCPP) dan British National Child Development Study (BNCDS),

    faktor persalinan perinatal memberikan dampak yang kecil terhadap timbulnya retardasi mental dan

    kejang.1Hanya 3-13% anak yang menderita palsi serebral terbukti menderita asfiksia intrapartum.

    1

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    15/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    Dikatakan CP menyebabkan asfiksia perinatal.22

    CP yang disebabkan oleh karena asfiksia perinatal

    pada umumnya berupa serebral palsi quadri plegia spastik atau diskinetik.2, 3

    Bagaimanapun juga nilai prediksi untuk hasil perkembangan neurologi yang lanjut sulit

    dievaluasi, terutama jika dianalisa secara individual, karena pengaruh lingkungan, psikososial,

    kebiasaan, dan pengaruh lainnya merupakan faktor yang mempengaruhi outcome jangka panjang.

    Tetapi ada beberapa faktor atau keadaan yang dapat dipakai untuk menilai prognosis. Prognosisnya

    jelek apabila:1-4, 10

    1. Asfiksia berat yang berkepanjangan (Apgar score =3 pada umur 20 menit).

    2. Ensefalopati hipoksik iskemik stadium berat menurut Sarnat dan Sarnat, 50% meninggal

    dunia, sisanya timbul gejala sisa yang berat.

    3. Kejang yang sulit diatasi muncul sebelum 12 jam yang disertai dengan kelainan multi

    organ.4. Adanya kelainan neurologi yang persisten pada 1-2 minggu saat dipulangkan, 50% akan

    timbul epilepsi.

    5. Adanya oliguria persisten (produksi urine 3,1% merupakan cara untuk memprediksi timbulnya

    mikrosefali sebelum usia 18 bulan.29

    7. Adanya kelainan EEG yang sedang sampai berat.1, 2, 5-7 Adanya EEG yang normal atau

    ringan yang terjadi pada hari pertama setelah lahir merupakan tanda outcomeyang normal,

    Adanya EEG yang normal atau mendekati normal yang terjadi pada hari pertama setelah

    lahir walaupun bayinya koma, merupakan prediksi yang kuat outcome neurologik yang baik.

    Pemulihan EEG yang normal pada hari ke-7 biasanya disertai dengan outcome yang

    normal.2

    8. Adanya kelainan CT scan yang berupa pendarahan yang berat, periventrikuler leukomalasi

    (PVL) atau nekrosis.

    9. Kelainan MRI yang timbul pada 24-72 jam pertama setelah lahir. Sebaliknya pemeriksaan

    MRI yang normal pada 24-72 jam setelah lahir hampir selalu menghasilkan prediksi

    outcome yang baik, walaupun pada neonatus yang mengalami asphyxia berat.1, 2

    FOLLOW UP PENDERITA

    Sejak awal, orang tua atau keluarga penderita perlu diberi penjelasan kemungkinan yang

    terbaik dan yang terburuk akibat ensefalopati hipoksik iskemik. Bila ada kelainan fisik, rehabilitasi

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    16/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    medis dilakukan sedini mungkin. Setelah keluar dari rumah sakit, penderita yang mengalami

    ensefalopati hipoksik iskemik perlu dipantau dan diterapi secara berkesinambungan di poliklinik

    khusus dengan melibatkan beberapa keahlian disiplin ilmu, seperti neonatologi, pediatri neurologi,

    pediatri sosial dan tumbuh kembang anak, rehabilitasi medis, orthopedi, dan lain-lainnya.

    Diperlukan kerjasama tim yang kompak dan harmonis untuk menangani penderita ensefalopati

    hipoksik iskemik.1-7

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Aurora S, Snyder EY. Perinatal Asphyxia. In: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR eds. Manual ofNeonatal Care 5thed. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-55.

    2. Volpe J.J. Hypoxic-Ischemic Encephalopathy. In:Volpe J.J.eds. Neurology of the Newborn 4 thed.Philadelphia:WB.Saunders Co, 2001;217-394.

    3. Levene M,Evans DJ. Hypoxic-ischemic brain injury. In: Rennie JM eds. Roberton's Textbook ofNeonatology 4thed. Philadelphia, Elsevier Limited, 2005; 1128-48.

    4. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Perinatal Asphyxia. In: Gomella TL,Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE eds. Neonatology Management, Procedures, On-CallProblems, Diseases, and Drugs 5

    th ed. New York, Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2004; 208-

    11.

    5. Hill A. Neurogical and Neuromuscular Disorders. In: MacDonald MG, Mullett MD, Seshia MMKeds. Avery's Neonatalogy Pathophysiology & Management of the Newborn 6 th ed. Philadelphia,

    Lippincott Williams & Wilkins, 2005; 1384-409.6. Stoll BJ, Kliegman RM..Nervous System Disorders. In: Behrman RE, Kliegman RM Jenson HB

    eds. Nelson Textbook of Pediatrics 17thed. Philadelphia, WB Saunders Co., 2004; 559-68.7. Scher MS.Brain Disorders of the Fetus and Neonate. In: Klaus MH, Fanaroff AA eds. Care of The

    High Risk Neonate 5thed. Philadelphia, WB Saunders Co., 2001; 481-527.

    8. American Academy of Pediatrics Committee on Fetus and Newborn and American College

    ofObstetrics and Gynecologists Committee on Obstetric Practice: Use and abuse of the Apgar score.Pediatrics 1996(98):141-2.

    9. Laporan Tahunan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2004.10.Sarnat HB,Sarnat MS. Neonatal encephalopathy following fetal distress. A clinical and

    electroencephalographic study. Arch Neurol 1976(33):696-705.11.Vannuci RC. Current and potentially new management strategies for perinatal hypoxic-ischemic

    encephalopathy. Pediatrics 1990(85):961-8.12.Vannuci RC, Perlman JM. Interventions for perinatal hypoxic-ischemic encephalopathy. Pediatrics

    1997(100):1004-14.

    13.Martin-Ancel A, Garcia-Alix A, Cabanas FGF. Multiple organ involvement in perinatal asphyxia. JPediatr 1995(127):786-93.

    14.Perlman J.M., E.D. Tack, T. Martin, G. Shackelford, E. Amon. Acute systemic organ injury in term

    infants after asphyxia.Am J Dis Child 1989(143): 617-20.15.Ad Hoc Task Force. Guidelines for the determination of brain death in children American Academy

    of Pediatrics Task Force on Brain Death in Children. Pediatrics 1987(80): 298-300.16.Ashwal S, Schenider S. Brain death in the newborn. Pediatrics 1989(84): 429-37.17.Gunn AJ,Gluckman PD,Gunn TR. Selective head cooling in newborn infants after perinatal

    asphyxia: A safety study. Pediatric 1998(102):885-92.18.Battin MR,Dezoete JA,Gunn TR,Gluckman PD,Gunn AJ. Neurodevelopmental outcome of infants

    treated with head cooling and mild hypothermia after perinatal asphysia. Pediatrics 2001(107):480-4.19.Rutherford MA,Azzopardi D,Whitelaw A,S.Renowden FC,Edwards AD,Thoresen M. Mild

    hypothermia and the distribution of cerebral lesions in neonates with hypoxic-ischemicencephalopathy. Pediatrics 2005(116):1001-6.

  • 8/13/2019 HIE Pada Neonatus IDAI

    17/17

    Continuing Education XXXVI

    Ensefalopati Hipoksik Iskemik PerinatalMartono Tri Utomo, Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M Damanik

    20.Battin MR,Penrice J,Gunn TR,Gunn AJ. Treatment of term infants with head cooling and mildsystemic hypothermia (35.00C and 34.50C) after asphyxia. Pediatrics 2003(111): 244-51.

    21.Hall RT,Hail FK,Daily DK. High-dose phenobarbital therapy in term newborn infants with severeperinatal asphyxia: A randomized,prospective study with three-year follow-up. J.Pediatr 1998(132):

    345-8.22.Perlman JM. Intrapartum hypoxic-ischemic cerebral injury and subsequent cerebral palsy:

    medicolegal issues. Pediatrics 1997(99): 851-9.23.Blair E,Stanley FJ. Intrapartum asphyxia: A rare cause of cerebral palsy. J.Pediatr 1998;112:515-9.24.Freeman JM, Avery G, Brann AW. National Institutes of Health Report on Causes of Mental

    Retardation and Cerebral Palsy. Pediatrics 1985(76) :457-8.25.Torfs CP, Van den Berg BJ, Oechsli FW, Cummins S. Prenatal and perinatal factors in the etiology

    of cerebral palsy. J Pediatr 1990: 615-9.

    26.Freeman JM, Nelson KB. Intrapartum asphyxia and cerebral palsy. Pediatrics 1988(82):240-9.27.Scher MS, Belfar H, Martin J, Painter MJ. Destructive brain lesions of presumed fetal onset:

    Antepartum causes of cerebral palsy. Pediatrics 1991(88): 898-906.28.Lupton BA, Hill A, Roland EH, Whitfield MF, Flodmark O. Brain swelling in the asphyxiated term

    newborn: Pathogenesis and outcome. Pediatrics 1988(82):139-46.29.Cordes I,Roland EH,Lupton BA,Hill A.Early Prediction of the development of microcephaly after

    hypoxic-ischemic encephalopathy in the full-term newborn. Pediatrics 1994(93):703-7.