HIDROKEL Portofolio Fix

17
PORTOFOLIO Kasus-1 dr. Sari Stefani Ginting Tanggal (Kasus) : Presenter : dr. Sari Stefani Ginting Tanggal Presentasi: 25 Februari 2015 Pendamping : r. Tri Susant! r. Siti "usma#ardiani $. Pembimbing : r. $!atulla%&Sp.' r. $ mi& Sp.' Tempat Presentasi : "uang K mite *edi+ "S, Ka!u $gung b e+tif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Pen!egaran Tin auan Pusta+a iagn sti+ *ana emen *asala% /stime#a e natus 'a!i $na+ "ema a e#asa ansia 'umil es+ripsi : Tu uan : 'a%an 'a%asan : Tin auan Pusta+a "iset Kasus $udit ara memba%as is+usi Presentasi dan dis+usi 3mail P s ata Pasien : ama : Tn. "4 425 ta%un . "eg : 670125 ama "S: "S, Ka!u $gung Telp : Terdaftar se a+ : 10 Februari 2015 ata utama untu+ ba%an dis+usi: 1. iagn sis 4 Gambaran Klinis: 8idr +el 4 'en lan pada testis +iri 2. "i#a!at Peng batan : - 7. "i#a!at Kese%atan 4 Pen!a+it : Pasien datang +e p li 'eda% "S, Ka!uagung dengan +elu%an terdapat be bua% a+ar sebela% +iri se a+ 2 bulan S*"S. $#aln!a ben lan tid sema+in lama sema+in membesar dan saat ini sebesar telur a!am. Pasien meras ben lan tida+ n!eri i+a dite+an. Pasien uga mengelu% demam se a+ 9 2 %a 'en lan teraba +en!al& tida+ sa+it dan tida+ %ilang i+a berbaring da bila mengedan. Kelu%an tida+ disertai dengan rasa sa+it perut& mual atau m lan ar. "i#a!at trauma disang+al. 6. "i#a!at Keluarga : "i#a!at +eluarga dengan +elu%an !ang sama disang+al 5. "i#a!at Pe+er aan : s be+er a sebagai buru%

description

HIDROKEL

Transcript of HIDROKEL Portofolio Fix

PORTOFOLIO

Kasus-1 dr. Sari Stefani Ginting

Tanggal (Kasus) : Presenter : dr. Sari Stefani Ginting

Tanggal Presentasi: 25 Februari 2015Pendamping : Dr. Tri Susanty Dr. Siti Rusmawardiani A.Pembimbing : Dr. Ayatullah,Sp.B Dr. Azmi, Sp.B

Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Kayu Agung

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi :

Tujuan :

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama : Tn. R//25 tahunNo. Reg : 430125

Nama RS: RSUD Kayu AgungTelp :Terdaftar sejak : 10 Februari 2015

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Hidrokel / Benjolan pada testis kiri

2. Riwayat Pengobatan : -

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

Pasien datang ke poli Bedah RSUD Kayuagung dengan keluhan terdapat benjolan pada buah zakar sebelah kiri sejak 2 bulan SMRS. Awalnya benjolan tidak terlalu besar namun semakin lama semakin membesar dan saat ini sebesar telur ayam. Pasien merasakan berat dan benjolan tidak nyeri jika ditekan. Pasien juga mengeluh demam sejak 2 hari dan mual.

Benjolan teraba kenyal, tidak sakit dan tidak hilang jika berbaring dan tidak bertambah bila mengedan. Keluhan tidak disertai dengan rasa sakit perut, mual atau muntah. BAB dan BAK lancar. Riwayat trauma disangkal.

4. Riwayat Keluarga : Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

5. Riwayat Pekerjaan : Os bekerja sebagai buruh

Daftar Pustaka:

1. Sadler T. Langmans medical embryology. New York: Lippincott Williams and Wilkins; 2006. p. 272-310.2. PurnomoBB. Dasar- dasarurologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003.h.137-40.

3. Schneck FX, Bellinger MF.Abnormalities of thetestes and scrotum and theirsurgical management. Dalam: Walsh PC. CampbellsUrology Vol 1. 8thedition.Philadelphia: WB Saunders Company.20003.TanaghoEA, Nguyen HT.

4. Embriologyof theGenitourinary System. Dalam:Tanagho EA, McAninch JW. Smiths GeneralUrology. Edisi 17. California:The McGraw Hill companies; 2000. h.23-45.

5. http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/varikokel

Hasil Pembelajaran

1. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Pleura

2. Mengetahui Etiologi Efusi Pleura

3. Mengetahui Patofisiologi Efusi Pleura

4. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Efusi Pleura

5. Mengetahui Penatalaksanaan Efusi Pleura

1. SUBJEKTIF :

Lebih kurang 3 bulan SMRS, os mengeluh batuk, dahak (+), warna dahak putih, os merasa nafsu makan yang menurun, berat badan menurun. BAK dan BAB normal (+), keringat malam (-), sesak (-), dada berdebar-debar (-), nyeri dada (-). Pada keadaan ini, os tidak berobat.

Lebih kurang 2 minggu SMRS os mengeluh batuk semakin sering. Dahak (+), warna dahak putih. Jumlah dahak semakin banyak, kurang lebih 1 sendok makan setiap kali batuk. Batuk tidak bercampur darah, Frekuensi batuk sekitar 10-20 kali per hari. Pada saat batuk, os merasakan sakit di dadanya, sakit tidak menjalar. Os juga mengeluh sesak, sesak tidak dipengaruhi aktifitas, posisi, cuaca, dan emosi. Badan terasa lemas (+), demam (+) tidak terlalu tinggi, nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+), berat badan menurun (+). BAB dan BAK biasa.

Lebih kurang 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas semakin hebat, sesak tidak dipengaruhi aktifitas, cuaca, posisi, dan emosi. Suara mengi (-). Os juga mengeluh batuk semakin sering. Batuk berdahak tidak disertai darah. Dahak berwarna putih. Jumlah dahak semakin banyak, sekitar 1 sendok makan. Os kemudian berobat ke RSUD Kayuagung.

Lebih kurang 1 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat penyakit TB Paru. Pasien rutin minum obat dan pada pemeriksaan dahak terakhir pasien sudah dinyatakan sembuh.

2. OBJEKTIF :

STATUS GENERALIS Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran

: Compos mentis Tanda Vital

TD : 136/60 mmHg RR : 22 x/menit

N : 80 x/menit

T : 36,8( C Berat badan : 60 kg Keadaan Spesifik

Kepala : Normosefalik, tidak ada deformitas

Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sclera ikterik (+)/(+)

JVP : 5-2 cmH2O

Kelenjar Getah Bening : tidak teraba pembesaran

Dada : Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)

Paru-paru

I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri,

P : Stemfremitus kanan = kiri

P : Sonor pada lapangan paru kiri, sonor pada lapangan paru kanan

A: Vesikuler (+) normal pada paru kiri, vesikuler (+) normal pada paru kanan, wheezing (-), ronkhi (-).

Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Perut : Lemas, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak teraba

Ginjal : Nyeri ketok CVA (-), Ballotement (-)

Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-)/(-)

STATUS LOKALIS Regio: Urogenital Inspeksi : Terdapat benjolan di scrotum sinistra Palpasi : Teraba adanya benjolan di scrotum sinistra sebesar telur ayam tidak berwarna kemerahan, kulit di sekitar scrotum tidak tegang. Benjolan teraba lunak dan dapat dipisahkan dari testis kiri. Testis kanan teraba benjolan berbatas tegas.

3. ASSESMENT:

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjangDari Anamnesis didapatkan pasien mengeluh terdapat benjolan pada buah zakar sebelah kiri sejak 2 bulan SMRS. Pasien mengeluhkan awalnya benjolan tidak terlalu besar namun semakin lama semakin membesar dan saat ini sebesar telur ayam. Pasien juga merasakan berat dan benjolan tidak nyeri jika ditekan. Pasien mengatakan riwayat trauma tidak ada. Pada pemeriksaan fisik ditemukan teraba adanya benjolan di scrotum sinistra sebesar telur ayam, benjolan teraba lunak dan dapat dipisahkan dari testis kiri. Dilakukan pemeriksaan Transluminasi dengan hasil : (+) Berdasarkan teori Pasien dengan hidrokel testis, mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran skrotum dengan perabaan kistik, fluktuasi positif, transiluminasi positif. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel yaitu: hidrokel testis, hidrokel funikulus dan hidrokel komunikan. Pada hidrokel komunikan, besarnya kantong dapat berubah-ubah dan pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis. Sedangkan pada hidrokel non-komunikan besar kantong hidrokel tidak berubah dan pada palpasi testis tidak dapat teraba. Dan pada hidrokel funikulus, besarnya tetap dan testis dapat diraba.Untuk membantu menegakkan diagnosa hidrokel, dapat dilakukan usg skrotal-inguinal. Pada hidrokel testis hidrokel akan didapatkan gambaran masa kistik mengelilingi testis atau di dalam funikulus.

Plan : Diagnosis : Hidrokel sinistraPenatalaksanaan:

MRS

IVFD RL gtt 20/makro

Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv

Rencana Tindakan HidrokelektomiPrognosis:

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

11 Februari 2015

S

Sesak napas, batuk

O

Keadaan umum

Kesadaran: compos mentis

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 26x/menit

Temperatur : 36,9C

Kepala: konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)

Leher : JVP (5-2) CM H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)

Jantung :

I : Iktus kordis tidak terlihat.

P : Iktus kordis tidak teraba, thrill(-).

P: Batas jantung sulit dinilai

A: HR = 80x/menit, murmur (-) , gallop (-)

Paru

I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri.

P : Stemfremitus kanan< kiri.

P : Sonor pada lapangan paru kiri, redup pada lapangan paru kanan

A: Vesikuler (+) melemah di lapangan paru kanan, vesikuler (+) normal pada lapangan paru kiri, ronkhi basah sedang lapangan paru kanan , wheezing (-).

Perut : datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising usus (+) normal

Ekstremitas : edema pretibial -/-

A

Efusi pleura dextra e.c suspek TB

P

O2 4-5 lpm

IVFD RL gtt 20/makro

Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv

Inj. Dexametasone 3x1 iv

Ambroxol tab 3x1

Vitamin B-comp 1x1

Konsul Sp.B untuk tindakan Torakosintesis

12 Februari 2015

S

Sesak napas, batukO

Keadaan umum

Kesadaran: compos mentis

Tekanan darah : 120/90mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 25x/menit

Temperatur : 36,9C

Kepala: konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)

Leher : JVP (5-2) CM H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)

Jantung :

I : Iktus kordis tidak terlihat.

P : Iktus kordis tidak teraba, thrill(-).

P: Batas jantung sulit dinilai

A: HR = 80x/menit, murmur (-) , gallop (-)

Paru

I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri.

P : Stemfremitus kanan< kiri.

P : Sonor pada lapangan paru kiri, redup pada lapangan paru kanan

A: Vesikuler (+) melemah di lapangan paru kanan, vesikuler (+) normal pada lapangan paru kiri, ronkhi basah sedang lapangan paru kanan , wheezing (-).

Perut : datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising usus (+) normal

Ekstremitas : edema pretibial -/-A

Efusi Pleura Dextra e.c suspek TB Paru

P

O2 4-5 lpm

IVFD RL gtt 20/makro

Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv

Inj. Dexametasone 3x1 iv

Inj. Ketorolac 3x1 iv

Ambroxol tab 3x1

Vitamin B-comp 1x1

Aspirasi cairan + 500 cc lewat selang WSD

Rontgen Thorax PA

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Testis

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen.

VaskularisasiTestis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.

Gambar 1. Anatomi normal testisHIDROCELE

DefinisiHidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.EtiologiHidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.

Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:

1. Hidrokel_primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.

2. Hidrokel_sekunderPada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.

Berdasarkan kejadian:

1. Hidrokel akutBiasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.2. Hidrokel kronisHidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu1. Hidrokel testis.Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.2. Hidrokel funikulus.Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.3. Hidrokel KomunikanTerdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomenPatofisiologi

Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum. Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak masuk ke dalam scrotum.

Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).

Gambar 2. Patogenesis Hidrokel

Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.

Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia.

Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel

Gambaran KlinisPasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar 4. Hidrokel komunikans (pada anak)

Gambar 5. Hidrokel non-komunikans (pada dewasa)

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

Pemeriksaan Fisik

Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.

Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.

Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan hernia.

Gambar 6. Tes Transiluminasi

Pemeriksaan penunjang

1. Transiluminasi

Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel .

2. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.

Diferential Diagnosis

Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis banding hidrokel adalah :

Hernia scrotalis:

Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi.Varikokel Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna.

Torsi Testis Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah dari pada testis.Hematocele Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh trauma.Gambaran klinik : benjolan pada testisPemeriksaan Fisik :- Masa kistik-Transiluminasi (-)TerapiHidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi.

Indikasi operasi perbaikan hidrokel :

Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun

Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna

Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah

Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lords procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong hidrokel dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan pengurangan kejadian rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya hematom. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.