Hernia Skrotalis

download Hernia Skrotalis

of 16

description

TUGAS

Transcript of Hernia Skrotalis

LAPORAN PENDAHULUANHERNIA SKROTALIS

disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi NersStase Keperawatan Medikal Bedah

oleh:Nita Eka Wijaya, S. Kep.NIM 102311101097

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER2014

LAPORAN PENDAHULUANHERNIA SKROTALISOleh: Nita Eka Wijaya, S. Kep.A. Konsep Penyakit1. Pengertian Hernia SkrotalisHernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo- aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (karnadihardja, 2005).Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal (Dorland,1998). Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan musko lo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia (Jong, 2004). Hernia skrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai skrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 1996). Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi atau terjadi inflamasi. Hernia reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap. Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.Hernia Ireponibel yaitu bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan olehperlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akret.Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.

2. EtiologiHernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis. Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis.2. Kerja otot yang terlalu kuat.3. Mengangkat beban yang berat.4. Batuk kronik.5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti: obesitas dan kehamilan (Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 706; Sachdeva, 1996).

3. Patofisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate. Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).

4. Manifestasi KlinikPada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314).

5. PenatalaksanaanPenanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitif berupa operasi. Tindakan konservatif antara lain:1. Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melalui reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Jika reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera.2. Pada anak-anak dengan hernia indirect irreponibel diberi terapi konservatif dengan:a. obat penenang (valium)b. posisi trandelenburgc. kompres es3. Operatif:Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan herniorapi serta herniograpi.a. Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung dibuka dan isi hernia dibebaskanb. Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.c. Herniografi: membuat plasty di abdomen sehingga LMR (Locus Minorus Resisten) menjadi kuat.Penanganan pasca opersi:a. Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.b. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.c. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan.d. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.e. Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra abdomen. Setelah dilakukannya tindakan pembedahan maka dilakukan perawatan luka dan penderita makan dengan diit tinggi kalori dan protein (Romi, 2006 ).

6. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis (Samsudin, 2006). Selain itu yakni pemeriksaan Laboratorium, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi, Test Leseque (mengangkat kaki lurus ke atas) dan CT-Scan dan MRI.

7. Komplikasi Komplikasi pembedahan :a. Hematoma (luka atau pada scrotum)b. Retensi urine akutc. Infeksi pada lukad. Nyeri kronise. Nyeri pada pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testisf. Rekurensi hernia (sekitar 2% ) ( Pierce A. Grace, 2006).

B. PATHWAY

C. ASUHAN KEPERAWATAN1. PengkajianData yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi.1. Aktivitas/istirahatTanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.2. EliminasiGejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau retensi urine.3. Integritas egoTanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.4. Neuro sensoriTanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.5. Nyeri atau ketidaknyamananGejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.6. KeamananGejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi (Doenges, 1999).

2. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kompresi syaraf, spasme otot2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot3. Koping individu tidak efektif (ansietas) berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status kesehatan4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh.5. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah, mual, gangguan peristaltic usus (Doenges, 1999).

3. Rencana tindakan keperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan/Kriteria HasilRencana Tindakan

1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

NOCKebutuhan nutrisi terpenuhi terpenuhi dan berat badan terkontrol dalam waktu 7 x 24 jamKriteria Hasil:- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan-berat badan ideal seuai tinggi badan-mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi-Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan tidak ada penurunan berat badan yang berarti

NIC1)Kaji kemampuan pasien untuk makan, batuk dan mengatasi sekresiRasional : untuk memilihkan jenis makanan dan mencegah aspirasi2)Timbang BB sesuai indikasiRasional: Mengevaluasi keefektifan pemenuhan kebutuhan nutrisi3)Tingkatkan kenyamanan sosialisasi saat makanRasional : dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan4)berikan makan dalam jumlah kecil sering dan teraturRasional : Meningkatkan toleransi pasien terhadap makanan yang diberikan5)Konsultasikan dengan ahli giziRasional : sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan klien.

2.Nyeri akut berhubungan dengan:Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringanDS:- Laporan secara verbalDO:- Posisi untuk menahan nyeri- Tingkah laku berhati-hati- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)- Terfokus pada diri sendiri- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)- Respon autonomNOC : Pain Level, pain control, comfort levelSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal Tidak mengalamiNIC : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ... Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

3.Gangguan body imageberhubungan dengan: Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi (nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis situasional, trauma/injury, pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)DS: Depersonalisasi bagian tubuh Perasaan negatif tentang tubuh Secara verbal menyatakan perubahan gaya hidupDO: Perubahan aktual struktur dan fungsi tubuh Kehilangan bagian tubuh Bagian tubuh tidak berfungsiNOC: Body image Self esteem Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . gangguan body imagepasien teratasi dengan kriteria hasil: Body image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh Mempertahankan interaksi sosialNIC :Body image enhancement-Kajisecara verbaldan non verbal respon klien terhadap tubuhnya-Monitor frekuensi mengkritik dirinya-Jelaskantentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit-Dorong klien mengungkapkan perasaannya-Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu-Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

4. Gangguan mobilitas fisik

NOC :Joint Movement : ActiveMobility LevelSelf care: ADLs Transfer performanceSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:Klien meningkat dalam aktivitas fisikMengerti tujuan dari peningkatan mobilitasNIC :Exercise therapy: ambulation Monitoringvital sign sebelm/sesudahlatihan dan respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkanpasienatau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi Kajikemampuan pasien dalam mobilisasi Latihpasiendalam pemenuhan

DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC: Jakarta, hal 569 595.