Hasil Percobaan Praktikumj Faal
-
Upload
randy-musashi -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of Hasil Percobaan Praktikumj Faal
Hasil percobaan
1. Tes dengan garputala
Tes Telinga kanan Telinga kiriRinne + +Weber + +Schwabah + (sama dengan
pemeriksa)+ (sama dengan pemeriksa)
Pada ketiga tes ini tidak terdapat adanya gangguan pendengaran pada OP. Tuli konduktif kanan atau kiri maupun tuli sensorik.
Hasil Tes Rinne dan InterpretasinyaPositif : bila msh terdengarNegatif : bila tidak terdengarHasil Gangguan Positif (AC>BC) NormalPositif (AC=BC) Tuli sensorineuralNegatif (AC<BC) Tuli konduktif
Hasil tes Weber dan InterpretasinyaBila terdengar lebih keras ke salah satu telinga : lateralisasi ke telinga tersebutBila tdk dapat dibedakan ke arah mana yg lebih keras : tidak ada lateralisasilebih keras : tidak ada lateralisasiNormal : tdk ada lateralisasiTuli konduktif : lateralisasi ke telinga yang sakitTuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat
Tes Schwabachmembandingkan hantaran tulang telinga orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.Cara :
Hasil tes Schwabach dan InterpretasinyaHasil GangguanSama normalMemanjang -> Tuli konduktifMemendek -> Tuli sensorineural
Tes audiometric
Frekuensi Db telinga kanan Db telinga kiri250 60 70500 55 701000 55 751500 50 652000 40 503000 40 404000 20 306000 20 258000 20 30
· Disebut terdapat air-bone gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih
atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan.
· Untuk menghitung ambang dengar (AD), akumulasikan AD pada frekuensi 500 Hz,
1000 Hz, dan 2000 Hz (merupakan ambang dengar percakapan sehari-hari), kemudian
dirata-ratakan.
AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz3
Derajat ketulian (menurut buku FKUI) :
- Normal : 0 – 25 dB
- Tuli ringan : 26 – 40 dB
- Tuli sedang : 41 – 60 dB
- Tuli berat : 61 – 90 dB
- Tuli sangat berat : > 90 dB
Telinga kanan55+55+40 = 50 db 3
Telinga kiri70+75+50 =65 db 3
Hasil menurut percobaan OP menderita tuli sedang pada telinga kanan dan tuli berat
pada telinga kiri. Namun percobaan ini tidak akuran sebab ada beberapa factor yang
menyebabkan hasil tidak tepat seperti ruangan tidak kedap dan ruangan lab fisiologi
agak gaduh. faktor alat (kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor, faktor kemampuan
konsentrasi/memusatkan pikiran OP (sebaiknya konsentrasi OP tidak terganggu
dengan kondisi suara sekitar dan fokus pada pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara
dan tulang). Pada alat percobaan audiometri standard yang dipakai pada alat bukanlah
intensitas Hearing Level (HL), jadi tidak disesuaikan dengan keadaan fisiologi telinga.
Kesimpulan
Pada percobaan tes garputala tidak terdapat tuli sensorik maupun konduksi
karena pada tes rinne AC>BC ini menunjukan hasil normal pada OP, pada tes swabach
hasilnya sama dengan pemeriksa, tes weber tidak ada lateralisasi kekiri maupun
kekanan.
Percobaan audiometri tidak akuran sebab ada beberapa factor yang
menyebabkan hasil tidak tepat seperti ruangan tidak kedap dan ruangan lab fisiologi
agak gaduh. faktor alat (kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor, faktor kemampuan
konsentrasi/memusatkan pikiran OP (sebaiknya konsentrasi OP tidak terganggu
dengan kondisi suara sekitar dan fokus pada pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara
dan tulang). Pada alat percobaan audiometri standard yang dipakai pada alat bukanlah
intensitas Hearing Level (HL), jadi tidak disesuaikan dengan keadaan fisiologi telinga.