hasil penelitian.docx

76
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hendri L. Blum yang diacu pada Ima (2008) derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya lingkungan (30%), perilaku hidup sehat (40%), pelayanan kesehatan (10%), dan keturunan (20%). Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan dan perilaku hidup sehat sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Menurut UU No 32 Tahun 2009, lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Contoh perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita 1

Transcript of hasil penelitian.docx

Page 1: hasil penelitian.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Hendri L. Blum yang diacu pada Ima (2008) derajat kesehatan

dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya lingkungan (30%), perilaku hidup

sehat (40%), pelayanan kesehatan (10%), dan keturunan (20%). Dari keempat

faktor tersebut, faktor lingkungan dan perilaku hidup sehat sangat mempengaruhi

derajat kesehatan. Menurut UU No 32 Tahun 2009, lingkungan adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Contoh

perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan

perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan.

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua

kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian

yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang,

anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi

penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Di negara

berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per

tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun

atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare. Data WHO

memperkirakan bahwa infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita

setiap tahun di seluruh dunia, membuat diare menjadi penyebab  kematian bayi

dan balita kedua terbanyak setelah pneumonia.1

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka

kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Hasil

1

Page 2: hasil penelitian.docx

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat

diare 23 per 100.000 penduduk dan pada balita 75 per 100.000 balita. Data

Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005

lalu di 12 provinsi. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000

penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277

(CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per

tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada

balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000

balita. WHO memperkirakan, sekitar 31.200 anak balita di Indonesia meninggal

setiap tahun karena penyakit ini.1

Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun,

walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara

6 bulan–12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat makanan tambahan seperti

makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan

yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih

besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada

usia ini anak senang sekali memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.1

Pada anak–anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare

walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu dibarengi oleh

menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang

demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak

menanggapinya secara sungguh–sungguh karena sifat diarenya ringan. Padahal

penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan

anak.1,2

Pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus

dipuasakan. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang

menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan

gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa. Maka

memuasakan anak saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi pada

anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan

kematian.2,3

2

Page 3: hasil penelitian.docx

Oleh karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap

diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu

komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu

menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai

hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya

perubahan perilaku akan cepat. Salah satu pengetahuan ibu yang sangat penting

adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak yaitu dengan mencegah dan

mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik

yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah

berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang

menderita diare.2,3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam

penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Sedadap, Kecamatan Nunukan

Selatan pada bulan Januari tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam

penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Sedadap pada bulan Januari

tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam

penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Sedadap pada bulan

Januari tahun 2015 berdasarkan usia

b) Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam

penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Sedadap pada bulan

Januari tahun 2015 berdasarkan pendidikan.

3

Page 4: hasil penelitian.docx

c) Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam

penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Sedadap pada bulan

Januari tahun 2015 berdasarkan pekerjaan.

d) Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam

penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Sedadap pada bulan

Januari tahun 2015 berdasarkan sumber informasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengetahuan tentang gambaran determinan

penyakit diare lebih mendalam dan pengalaman secara langsung di dalam

merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mampu menerapkan

ilmu yang telah diperoleh.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan untuk lebih

mengefektifkan program dalam hal pemberantasan dan pencegahan

penyakit diare.

1.4.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkan bahan pustaka dan informasi

mengenai gambaran determinan kasus penyakit diare.

4

Page 5: hasil penelitian.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIARE DAN BALITA

2.1.1. Definisi Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi

lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi

cair), dengan atau tanpa darah atau lendir. Menurut WHO (2008), diare

didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam.

Berdasarkan waktu serangannya terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2

minggu) dan diare kronik (≥ 2 minggu).2,4

Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut

Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi

dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit

diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut WHO

diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitik

beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi berak. Ibu-ibu

biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka biasanya mengatakan

bahwa berak anaknya encer atau cair. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP,

diare adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa

air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih

dalam sehari).2,4

2.1.2. Definisi Balita

Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 tahun atau masih kecil yang

perlu tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk

mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh.4,5

5

Page 6: hasil penelitian.docx

Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan, yakni ;

a) Masa neoratus : usia 0 – 28 hari

b) Masa neonatal dini : 0 – 7 hari

c) Masa neonatal lanjut : 8 – 20 hari

d) Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

e) Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

f) Masa bayi dini : 0 – 1 tahun

g) Masa bayi akhir : 1 – 2 tahun

h) Masa pra sekolah (usia 2 – 6 tahun)

i) Pra sekolah awal (masa balita) : mulai 2 – 3 tahun

j) Pra sekolah akhir : mulai 4 – 6 tahun

k) Masa neonatal

Pada masa ini terjadi adaptasi pada lingkungan perubahan sirkulasi darah

serta mulai  berfungsi organ-organ tubuh. Saat lahir berat badan normal dari bayi

yang sehat berkisar  antara 2500-4000gr, panjang badan sekitar 48-52cm, selama

10 hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar 10 % dari berat

badan lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami

kenaikan.4,5

2.2. Epidemiologi Diare

Sebelum kita ketahui epidimiologi dari kasus diare ini, perlu kita ketahui

terlebih dahulu frekuensi diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. Maka kejadian

ini merupakan kejadian berulang pada balita. Adapun yang menyebabkan kejadian

diare ini berulang yaitu ;6

A. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare. Kuman penyebab diare biasanya

menyebar melalui fecal oral antara lain makan/minum yang tercemar tinja dan

atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku dapat

menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya

diare, prilaku tersebut antara lain :

6

Page 7: hasil penelitian.docx

1) Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan, pada bayi yang tidak diberi ASI berisiko untuk

menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan

kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan

oleh kuman karena botol susah untuk dibersihkan.

3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan

beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan

berkembang biak.

4) Menggunakan air minum yang tercemar. air mungkin sudah tercemar dari

sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat

terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan.

5) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang

tinja anak atau sebelum makan dan menyusui/menyuapi anak.

6) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering

menganggap bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya

mengandung virus dan bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja

binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

B. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa

penyakit lain danlamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi

yang dapatmelindungi kita terhadap kuman penyebab diare seperti shigella

dan V.cholera.

2) Kurang gizi beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama gizi

buruk.

7

Page 8: hasil penelitian.docx

3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-

anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal

ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

4) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara,

misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang

berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (automune insufisiensi

syndrom) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman

yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.

5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55

%).

C. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dan prilaku Penyakit diare adalah salah satu penyakit

yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

sarana pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

prilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman

diare serta berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula yakni

melalui makan dan minum, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

2.3. Etiologi Diare

1. Faktor infeksia) Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :1,2

i. Infeksi bakteri : vibrio cholera, E. Coli, Salmonella,

Stigella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan

sebagainya.

ii. Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie,

Poliomielitis)

iii. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides)

8

Page 9: hasil penelitian.docx

b) Infeksi parental

Infeksi Parental tialah infeksi diluar alat pencernaan makanan

seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.1,2

2. Faktor Malabsorsi1,2

Malabsorsi karbohidrat disakarida

a) Faktor makanan

i. makanan basi

ii. makanan beracun

iii. alergi terhadap makanan

b) Faktor psikologis

i. rasa takut dan cemas. Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang

lebih besar

3. Faktor lingkungan

a) Pemasukan air tidak memadai

b) Air terkontaminasi tinja

c) Fasilitas kebersihan kurang

d) Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah

buang air besar

e) Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja anak di WC

f) Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes.

(Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak

menutup makanan yang telah dimasak).1,2

4. Praktik penyapihan yang buruk

a) Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan

dan melalui pemberian susu melalui botol

b) Berhenti menyusui sebelum anak berusia 1 tahun

c) Faktor individu

1) Kurang gizi

9

Page 10: hasil penelitian.docx

2) Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh.

Misalnya, diare lebih lazim terjadi pada anak-anak, baik yang

mengidap campak atau yang mengalami campak.

3) Produksi asam lambung berkurang

4) Gerakan pada usus berkurang yang mempengaruhi aliran makanan

yang normal.1,2

2.4. Tanda dan Gejala

Menurut Nursalam (2005), tanda dan gejala diare berdasarkan klasifikasi

diare sebagai berikut:

Tanda / gejala yang tampak Klasifikasi

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda

berikut:

a. Letargis atau tidak sadar.

b. Mata cekung.

c. Tidak bisa minum atau malas

minum.

d. Cubitan kulit perut

kembalinya sangat lambat.

Diare dengan dehidrasi berat.

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda

berikut:

a. Gelisah, rewel atau mudah

marah.

b. Mata cekung.

c. Haus, minum dengan lahap.

d. Cubitan kulit perut

kembalinya lambat.

Diare dengan dehidrasi

ringan/sedang.

Tidak ada tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi

10

Page 11: hasil penelitian.docx

berat atau ringan/sedang. Diare tanpa dehidrasi.

Diare selama 14 hari atau lebih

disertai dengan dehidrasi.

Diare presisten berat.

Diare selama 14 hari atau lebih

tanpa disertai tanda dehidrasi.

Diare presisten.

Terdapat darah dalam tinja (berak

bercampur darah)

Disentri.

Sumber: Pedoman MTBS (2008)

Dibawah ini terdapat tabel-tabel tentang kehilangan cairan menurut derajat

dehidrasi pada anak :

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah dua tahun

No. Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah

1. Ringan 50 100 25 175

2. Sedang 75 100 25 200

3. Berat 125 200 25 350

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5 tahun

11

Page 12: hasil penelitian.docx

No

.

Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah

1. Ringan 13 80 25 135

2. Sedang 50 80 25 155

3. Berat 80 80 25 185

Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur

No

.

Berat Badan Umur PWL MWL CWL Jumlah

1. 0-3 Kg 0-1 bulan 150 125 25 300

2. 3-10 1 bln – 2 thn 125 100 25 250

3. 10-15 2-5 thn 100 80 25 205

4. 15-25 5-10 thn 80 25 25 130

Keterangan :

PWL : Cairan yang hilang karena muntah

MWL : Cairan hilang melalui urine, kulit, pernapasan

CWL : Cairan hilang karena muntah hebat dasar yang menyebabkan timbulnya

diare

12

Page 13: hasil penelitian.docx

2.5. Patofisiologi 7,8

A. Gangguan osmotik

Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

B. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan

selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

C. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat

timbul diare pula.

2.6. Komplikasi  Diare

Komplikasi lain yang kadang kala timbul mencakup :8,9

1) Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh

Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut

dalam air atau cairan lainnya memecah menjadi partikel-partikel (ion) dan

mampu membawa aliran listrik.

2) Kelumpuhan ileus (Paralytic ileus)

Ini adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan atau tidak

adanya gerakan usus. Kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera

pada dinding perut, sakit ginjal yang parah, atau penyakit parah lainnya

13

Page 14: hasil penelitian.docx

3) Septi semia

Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh

bagian tubuh. Kondisi ini biasanya menyusul adanya infeksi disalah satu

bagian tubuh, yang dari sana bakteri pergi ke berbagai bagian tubuh lain

melalui darah.

4) Komplikasi darah seperti koagulasi intra vaskuler terdiseminasi

Jika ada penyakit atau cidera parah apapun, darah cenderung

membentuk suatu massa semi padat atau gumpalan darah didalam

pembuluh darah.

2.7. Pencegahan Diare terhadap Balita

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi keparahan

penyakit pada saat balita menderita diare, adalah sebagai berikut:9,10

1. Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut

memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang mendapat

makanan tercemar. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya

lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang

disertai dengan susu formula. Flora usus bayi yang disusui mencegah

tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian ASI selama diare dapat

mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi bayi

serta mengurangi keparahan diare.

2. Memperbaiki makanan sapihan

Penyapihan adalah proses seorang anak secara bertahap mulai

dibiasakan dengan susunan makanan orang dewasa. Susu, terutama ASI

tetap merupakan bagian penting dalam susunan makanannya khususnya

sampai usia 2 tahun. ASI eksklusif diberikan sampai bayi berumur 6 tahun

setelah itu cara bertahap dikenalkan makanan tambahan yang lunak. Pada

14

Page 15: hasil penelitian.docx

umur 1 tahun semua jenis makanan yang mudah disiapkan dapat diberikan

sebanyak 4-6 kali sehari. Makanan dimasak dan direbus dengan baik,

disimpan di tempat dingin dan dihangatkan sebelum diberikan.

3. Banyak menggunakan air bersih

Air bersih merupakan barang yang mahal saat sekarang karena

dibeberapa daerah banyak yang mengalami krisis air bersih. Namun

penyediaan air bersih yang memadai penting untuk secara efektif

membersihkan tempat dan peralatan memasak serta makanan, demikian

pula untuk mencuci tangan. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi

tertelannya bakteri patogen pada balita. Kita juga harus membiasakan

perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya dengan mencuci tangan dan

sabun ketika mau makan atau setelah memegang benda yang kotor.

Demikian juga peralatan sumber air untuk bayi, tempat yang digunakan

dan lainnya harus bersih untuk mencegah terjadinya diare.

4. Mencuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar

dan sebelum memegang makanan dan makan merupakan salah satu cara

mencegah terjadinya diare. Keluarga dan setiap individu harus paham

fungsi dan manfaat mencuci tangan dengan sabun. Cuci tangan dengan

bersih dilakukan setelah membersihkan anak yang buang air besar,

membuang tinja anak, dan buang air besar. Cuci tangan juga perlu

dilakukan sebelum menyiapkan makanan, makan, dan memberikan

makanan kepada anak. Anak juga secara bertahap diajarkan kebiasaan

mencuci tangan.

5. Penggunaan jamban

Penggunaan jamban yang baik adalah apabila tidak ada tinja yang

tertinggal (menempel) di sekitar jamban, serta teratur dalam

membersihkan dan menyikat jamban.. Sedangkan karakteristik jamban

yang baik sebagai berikut: dapat digunakan oleh semua anggota keluarga,

15

Page 16: hasil penelitian.docx

berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman,

tandon penampung tinja sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak

memungkinkan lalat/serangga hinggap di tampungan tinja (dengan sistem

leher angsa).

6. Cara yang benar membuang tinja bayi

Tinja harus dibungkus dengan kertas atau daun kemudian dibuang

dengan cepat kedalam jamban atau lubang di tanah. Apabila tinja terpaksa

dibuang di udara terbuka, maka dibuang di tempat yang terkena sinar

matahari, karena sinar matahari dapat membunuh bakteri dan kuman-

kuman dalam tinja tersebut. Setelah buang air besar balita segera

dibersihkan kemudian tangan keluarga yang membuang tinja dan tangan

balita dicuci dengan sabun sampai bersih.

7. Imunisasi campak

Pemberian imunisasi campak berkorelasi terhadap kejadian diare.

Hal ini dilakukan pada balita yang sedang menderita campak dan selama

dua atau tiga bulan setelah penyakit campak menunjukkan kasus diare

dengan angka lebih tinggi dan lebih parah daripada balita yang sama tanpa

campak. Oleh karena itu balita diusahakan untuk mendapatkan imunisasi

campak segera setelah berumur sembilan bulan.

Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan

Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah

dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah

diterapkan adalah : penyiapan makanan yang higienis, penyediaan air

minum yang bersih, kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan,

pemberian ASI eksklusif, buang air besar pada tempatnya (WC, toilet),

tempat buang sampah yang memadai, berantas lalat agar tidak

menghinggapi makanan, dan lingkungan hidup yang sehat.

16

Page 17: hasil penelitian.docx

2.8. Pengobatan Diare

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri “self limiting”. Antibiotika

hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya Cholera, Shigella,

karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali

pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena

bakteri mudah mengadakan translokasi ke dalam sirkulasi, atau pada anak/bayi

yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau yang

menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala sepsis.7

Tabel. 2.8. Antimikroba yang Sering Digunakan untuk Mengatasi Diare

Mikroba Antimikroba Dosis

VIbrio koleraTetrasiklin 50 mg/Kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)

Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella

5-10mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5 hari)

Sulfametoksasol 25-50mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5 hari)

Asam nalidiksat 55mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5 hari)

Amebiasis

Metronidazol 30mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5-10 hari)

*Dehidro emetin

hidrokhlorida

1-1,5 mg/kg (maks 90mg) i.m s/d 5 hari

tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis Metronidazol 15mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari

*Untuk kasus berat

17

Page 18: hasil penelitian.docx

2.8.1. Prinsip Penanganan Diare

Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan

seperti air tajin , kuah sayur, atau air sup. Macam cairan yang dapat digunakan

akan tergantung pada : 1

a) Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

b) Tersedianya cairan sari makanan yang cocok

c) Jangkauan pelayanan kesehatan

d) Tersedianya oralit

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam

terapi efektif diare akut. WHO mengatur pemberian rehidrasi oral harus

mengandung natrium 90 mEq/L, kalium klorida 20 mEq/L, dan glukosa 111

mEq/L. Gula dapat digunakan sebagai sumber kalori dan juga sebagai bagian dari

cairan rehidrasi. Akan tetapi ukuran gula yang digunakan haruslah tepat, yaitu 5

gram per 200 ml air. Jika terlalu banyak gula diberikan akan terjadi diare osmosis.

Glukosa diperlukan dengan absorbsi 1 molekul NaCl memerlukan 1 mol glukosa,

sehingga perbandingan antara gula dan garam adalah 1 gram garam dan 5 gram

gula dalam 200 cc air masak. Sebelum melakukan rehidrasi oral, hal yang harus

dilakukan adalah menentukan derajat dehidrasi, agar penanganannya sesuai

dengan keadaan klinis anak. 1,10

Anak dengan diare tanpa dehidrasi dapat diberikan cairan lebihbanyak

untuk mencegah dehidrasi. Anak harus tetap diberikan makanan sesuai dengan

umurnya dan menerima ASI. Perawatan anak di rumah dengan diare tanpa

dehidrasi.1

1) Berikan cairan tambahan

Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah

dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit,

makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada cairan tersebut,

dapat diberikan hanya air matang.

18

Page 19: hasil penelitian.docx

Jika anak menyusui ASI, maka harus tetap diberikan. Jika anak

mendapatkan/diberikan ASI eksklusif, berikan cairan rehidrasi oral (CRO) atau air

minum tambahan pada ASI. Setelah diare berhenti, ASI ekslusif dapat diteruskan.

Jika sudah melewati masa ASI eksklusif, maka dapat berikan: Cairan rehidrasi

oral, makanan yang banyak mengandung air (sup, bubur) dan air matang.

Aturan untuk memberikan cairan tambahan untuk mencegah dehidrasi

a) Anak < 2 tahun : 50 – 100 ml setiap setelah buang air besar.

b) Anak ≥ 2 tahun : 100 – 200 ml setiap setelah buang air besar.

2) Berikan suplemen zink

Dosis zink yang harus diberikan:

a) ≤ 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari.

b) ≥ 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.

Cara memberikan suplemen zink

a) Pada bayi, larutkan tablet dalam sedikit air lalu campurkan pada susu atau

CRO.

b) Anak yang lebih besar, tablet dapat langsung diminum atau dilarutkan.

Suplemen zink diberikan selama 10-14 hari

3) Anak tetap diberikan makanan

Kebiasaan penderita diare dipuasakan dapat memperburuk keadaan

penderita. Oleh karena itu, pemberian makanan pada penderita diare harus tetap

dilakukan. Jika anak masih menyusu maka selama anak menderita diare

menunjukkan bahwa 80% makanan masih dapat diserap oleh dinding usus.

Karana itu, pemberian makanan harus tetap dilakukan walaupun ini berarti

memperbanyak feses anak. Selain dapat mempertahankan tingkat gizi anak, juga

anak dapat sembuh lebih cepat.

19

Page 20: hasil penelitian.docx

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita

terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak

yang masih mendapatkan ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum

susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih

termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian

makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan anak

4) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari

atau menderita sebagai berikut:

a) Buang air besar cair lebih sering

b) Muntah berulang

c) Rasa haus yang nyata

d) Makan atau minum sedikit

e) Demam

f) Tinja berdarah

2.9. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Kejadian Diare pada

Balita

2.9.1. Konsep Perilaku

Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2

faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor

ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar

kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,

yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit

diare.12,13

Menurut Notoadmojo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah

respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

20

Page 21: hasil penelitian.docx

sistem pelayanan kesehatan,makanan, serta lingkungan. Perilaku kesehatan itu

mencakup :12

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan

dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut terhadap sakit dan

penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan

penyakit, yakni :

b. 1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,

misalnya makananyang bergizi, olah raga.

2) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk

menghindari gigitan nyamuk, imunisasi.

3) Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misalnya ke poli gigi

untuk berobat.

4) Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet,

mematuhi peraturan dokter.

c. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misalnya dalam memilih

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

d. Perilaku terhadap makanan, misalnya dalam memilih konsumsi makanan.

e. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, misalnya perilaku sehubungan

dengan air bersih, pembuangan air kotor, pembuangan limbah, kondisi

rumah sehat, pembersihan sarang-sarang. Menurut Benyamin Bloom

dalam Notoadmojo, 1908. perilaku dibagi dalam 3 domain yaitu :

a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan

(knowledge).

b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan

dengan materi pendidik yang diberikan (practice).

21

Page 22: hasil penelitian.docx

2.9.2. Tingkatan Pengetahuan

Diare membutuhkan penanganan yang cepat agar tidak terjadi dehidrasi.

Pengetahuan mengenai penanggulangan diare sangat penting untuk di ketahui oleh

ibu yang dapat dijadikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya dehidrasi baik

ringan, sedang maupun berat. Jika terjadi dehidrasi dan tidak segera ditangani

maka akan menyebabkan kematian. Karena dehidrasi merupakan penyebab

kematian pada penyakit diare. Jika ibu mengetahui cara penanggulangan kejadian

diare secara dini dengan baik, maka balita yang terkena diare tidak akan sampai

mengalami dehidrasi sedang atau berat karena sudah dapat ditanggulangi sendiri

di rumah.14

Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu :14

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

mendefinisikan menyatakan dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan

tanda – tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpertasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya. Contoh dapat menjelaskan mengapa kita

harus makan – makanan yang bergizi.

22

Page 23: hasil penelitian.docx

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum – hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang

lain. Contohnya dapat menggunakan prinsip – prinsip, siklus pemecahan

masalah, dari kasus yang diberi.

d. Analisis (Analysis)

Adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek

dalam komponen – komponen tetapi masih dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun,

merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan – kemampuan untuk

melakukan identifikasi atau  penilaian terhadap suatu materi atau suatu

objek, penilaian – penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria tak ada.

23

Page 24: hasil penelitian.docx

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan

dan sikap ibu terhadap penanganan diare pada balita maka disusun suatu

kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen

24

Sumber Informasi

Pekerjaan

Pendidikan

Usia

Pengetahuan, sikap, dan

tindakan ibu dalam

penanganan awal diare

Page 25: hasil penelitian.docx

3.2. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan, dapat disusun

definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen

1) Usia

a. Definisi : Lamanya seseorang hidup mulai saat pertama

dilahirkan sampai usia responden pada saat masuk

puskesmas untuk pertama kali yang dinyatakan

dalam satuan tahun.

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Kuesioner

d. Hasil Ukur :

1. 17 - 25 tahun.

2. 26- 35 tahun.

3. 36- 45 tahun.

4. 46- 55 tahun.

5. 56 - 65 tahun.

2) Tingkat Pendidikan

a. Definisi : Jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah

diikuti responden.

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Kuesioner

d. Hasil Ukur : 1. Tidak pernah sekolah

2. Tidak tamat SD

3. Tamat SD

4. Tamat SMP

5. Tamat SMU

6. Tamat Perguruan Tinggi

25

Page 26: hasil penelitian.docx

3) Pekerjaan

a. Definisi : Jenis Pekerjaan responden

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Kuesioner

d. Hasil Ukur : 1. Ibu rumah tangga

2. PNS

3. Pegawai Swasta

4. Wiraswasta

5. Lain-lain.

4) Sumber Informasi

a. Definisi : Segala sumber yang dapat diakses dalam

memperoleh infromasi mengenai diare.

a. Alat ukur : Kuesioner

b. Cara ukur : Kuesioner

c. Hasil Ukur : Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

nominal

a) Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter,

bidan/perawat, kader Posyandu, dan lain-lain.

b) Media cetak yaitu majalah, surat kabar, buku,

brosur, dan lain-lain

c) Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan

internet

d) Orang tua

e) Teman

f) Baru tahu

26

Page 27: hasil penelitian.docx

2. Variabel Dependen

1) Pengetahuan Ibu

a. Definisi : Pemahaman responden tentang diare

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Kuesioner

d. Hasil Ukur : Total skor untuk penilain terhadap pengetahuan

adalah 16 dan dilakukan penilaian sebagai berikut:

a. Baik; apabila jawaban yang benar > 80% (total

skor > 13).

b. Cukup; apabila jawaban yang benar antara

60% - 80% (total skor 10 – 13).

c. Kurang ; apabila jawaban yang benar < 60%

(total skor < 10)

2) Sikap Ibu

a. Definisi : Reaksi responden terhadap diare

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Kuesioner

d. Hasil Ukur : Total skor untuk penilain terhadap sikap adalah 10

dan dilakukan penilaian sebagai berikut:

a. Baik; apabila jawaban yang benar > 80% (total

skor > 8).

b. Cukup; apabila jawaban yang benar antara

60% - 80% (total skor 6 – 8).

c. Kurang ; apabila jawaban yang benar < 60%

(total skor < 6)

3) Tindakan Ibu

d. Definisi : Hal-hal yang telah dilakukan responden berkenaan

dengan pengetahuan yang telah didapat

e. Alat ukur : Kuesioner

27

Page 28: hasil penelitian.docx

f. Cara ukur : Kuesioner

g. Hasil Ukur : Total skor untuk penilain terhadap tindakan

adalah 11 dan dilakukan penilaian sebagai berikut:

a. Baik; apabila jawaban yang benar > 80% (total

skor > 9).

b. Cukup; apabila jawaban yang benar antara

60% - 80% (total skor 7 – 9).

c. Kurang ; apabila jawaban yang benar < 60%

(total skor < 7)

28

Page 29: hasil penelitian.docx

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode studi

cross-sectional terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu

dalam penanganan awal diare pada balita.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sedadap, Kecamatan Nunukan

Selatan. Waktu penelitian adalah pada bulan Januari tahun 2015.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi target adalah semua ibu yang berkunjung ke Puskesmas Sedadap,

Kecamatan Nunukan Selatan.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah ibu yang memiliki balita berumur 1-5 tahun yang pernah

mengalami diare yang sedang berkunjung ke Puskesmas Sedadap, Kecamatan

Nunukan Selatan.

4.4. Kriteria Penelitian

4.4.1. Kriteria inklusi

1) Ibu yang memiliki balita umur 1-5 tahun yang pernah mengalami diare.

2) Anak balita yang pernah mengalami diare akut dengan atau tanpa

dehidrasi.

3) Ibu dengan jenjang pendidikan apa pun.

29

Page 30: hasil penelitian.docx

4.4.1. Kriteria Eksklusi

1) Ibu yang memiliki balita umur 1-5 tahun yang belum pernah mengalami

diare.

2) Ibu menolak dilakukan wawancara

4.5. Besar Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan

rumus besar sampel deskriptif sebagai berikut:

Keterangan:

N = Jumlah sampel

Zα = Deviat baku alfa = 1,645

P = Proporsi kategori variable yang diteliti = 0,5

Q = 1 – P = 1 – 0,5 =0,5

d = Presisi = 10%

N =

=

= 67,65 = 68

Maka, diperoleh jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah

68 subjek.

30

(0,1)2

(1,645)2 x 0,5x 0,5

0jjj000,5 Q

0,01

2,706 x 0,25

N =d2

(Zα)2 x P x Q

Page 31: hasil penelitian.docx

4.6. Cara Kerja

4.6.1. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Variabel Dependen:

1) Pengetahuan

2) Sikap

3) Tindakan

b. Variabel Independen:

1) Usia ibu

2) Tingkat pendidikan ibu

3) Pekerjaan ibu

4) Sumber Informasi

4.6 2. Cara Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner

oleh responden terkait dengan pengetahuan, sikap dan tindakan responden

terhadap penanganan awal diare pada balita.

4.6.3. Pengolahan dan Penyajian Data

Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel pengetahuan diberi skor

sesuai dengan bobot jawaban dari pertanyaan yang disediakan pengolahan

data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

31

Page 32: hasil penelitian.docx

a. Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban

kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan

penelitian. Hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila terdapat data

yang meragukan ataupun salah, maka dapat ditanyakan lagi kepada

responden.

b. Coding

Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasi data memberi

kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber

data yang telah diperiksa kelengkapan.

c. Scoring

Pertanyaan yang diberi skor hanya pertanyaan tentang pengetahuan,

sikap, dan tindakan orang tua terhadap penanangan awal diare. Tahap ini

meliputi nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil

scoring dari semua pertanyaan.

d. Entry

Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer

adapun program yang digunakan adalah SPSS.

e. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan

dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan

melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.

f. Tabulating

Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel yang

dibutuhkan lalu dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi. Setelah

32

Page 33: hasil penelitian.docx

diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian nilai tersebut

dimasukan ke dalam kategori nilai yang telah dibuat.

4.6.4. Analisis Data

Adapun data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat

dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari

variabel – variabel yang diamati. Data yang diperoleh dikumpulkan,

pertanyaan yang dijawab dengan akan diberikan skor kemudian dituangkan

kedalam bentuk tabel dengan perhitungan analisis.

4.6.5. Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan secara deskriptif.

4.6.6. Pelaporan Hasil Penelitian

Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk Skripsi ilmiah.

33

Page 34: hasil penelitian.docx

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Usia

Usia responden berkisar antara kurang dari 20 tahun hingga lebih dari 40

tahun sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden

Usia Ibu Jumlah (n) Persentase (%)

17 - 25 tahun 26 38.226- 35 tahun 32 47.136- 45 tahun 8 11.846- 55 tahun 2 2.956 - 65 tahun 0 0

Total 68 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 5.1 memperlihatkan distribusi usia responden dari 68 subyek yang

diteliti. Responden terbanyak yang menjadi subyek penelitian adalah kelompok

usia 26-35 tahun sebanyak 32 responden (47,1%) diikuti oleh usia 17-25 tahun

sebanyak 26 responden (38,2%).

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan reponden dibedakan berdasarkan kategori: tidak

pernah sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMU, dan tamat perguruan tinggi.

Distribusinya disajikan pada tabel di bawah ini.

34

Page 35: hasil penelitian.docx

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pendidikan Responden

Pendidikan Ibu Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Pernah Sekolah 0 0

Tidak Tamat SD 2 2,9

Tamat SD 9 13,2

Tamat SMP 14 20,6

Tamat SMU 35 51,5

Tamat Perguruan

Tinggi

8 11,8

Total 68 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 5.2 mempelihatkan distribusi pendidikan responden yang paling

banyak adalah tamatan SMU sebanyak 35 responden (51,5 %) sedangkan yang

tidak pernah sekolah tidak terdapat responden.

5.1.3 Pekerjaan

Pekerjaan reponden dibedakan berdasarkan kategori: ibu rumah tangga,

PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan lain-lain. Distribusinya disajikan pada tabel

di bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 47 69,1

Pegawai Swasta 12 17,6

PNS 3 4,4

Wiraswasta 3 4,4

Lain-lain 3 4,4

Total 68 100

Sumber: Data Primer, 2015

35

Page 36: hasil penelitian.docx

Tabel 4.3 menggambarkan distribusi pekerjaan responden dan yang paling

banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 47 responden (69,1%).

Pada penelitian ini didapatkan hasil pekerjaan responden terbanyak adalah

ibu rumah tangga. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan sampel dilakukan

pada jam kerja Puskesmas Sedadap yaitu mulai dari jam 08.00-12.00 WITA. Bagi

ibu yang bekerja, jam buka puskesmas sama dengan jam kerja mereka. Oleh

karena itu, pengunjung puskesmas kebanyakan adalah ibu rumah tangga. Namun

ada pula responden yang bekerja sebagai PNS, pegawai swasta dan wiraswasta

yang saat ditanyakan mereka izin atau tidak dalam jam kerja saat itu.

5.1.4 Sumber Informasi Tentang Diare

Sumber informasi tentang diare yang dapat diakses oleh responden antara

lain adalah petugas kesehatan, media cetak, media elektronik, orang tua, tetangga,

baru tahu, dan lain-lain. Distribusinya disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Sumber Informasi tentang diare yang diakses

responden.

Sumber Informasi Jumlah (n) Persentase (%)

Petugas Kesehatan 48 70,6

Media Cetak 7 10,3

Media Elektronik 34 50

Orang tua 28 41,2

Teman 12 17,6

Baru tahu 0 0

Sumber: Data Primer, 2015

Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa sumber informasi yang paling

banyak memberikan informasi tentang diare kepada para responden adalah dari

petugas kesehatan, yaitu sebesar 70,6%, setelah itu dari Media elektronik sebesar

50%.

36

Page 37: hasil penelitian.docx

5.1.5 Pengetahuan Responden Tentang Diare

Pengetahuan responden tentang diare diinterpretasikan sebagai baik,

cukup, dan kurang. Penilaian didasarkan pada total skor yang ada yakni sebanyak

16 skor. Dikatakan Baik, apabila jawaban yang benar > 80% atau total skor lebih

dari 13. Cukup, apabila jawaban yang benar antara 60% - 80% atau total skor 10 -

13. Kurang , apabila jawaban yang benar < 60% atau total skor kurang dari 10.

Distribusi interpretasi pengetahuan responden tentang diare disajikan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Diare

Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 20 29,4Cukup 39 57,4Kurang 9 13,2Total 68 100

Sumber: Data Primer, 2015

Dari tabel tersebut, responden yang memiliki tingkat pengetahuan diare

yang cukup sebanyak 57,4%, sementara responden yang memiliki tingkat

pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 29,4%. Sedangkan responden yang

memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 13,2%.

5.1.6 Sikap Responden Terhadap Penanganan Awal Diare

Sikap responden terhadap penanganan awal Diare diinterpretasikan

sebagai baik, cukup, dan kurang. Penilaian didasarkan pada total skor yang ada

yakni sebanyak 10 skor. Dikatakan Baik, apabila total skor lebih dari 8. Cukup,

apabila total skor 6 -8. Kurang, apabila total skor kurang dari 6. Distribusi

interpretasi sikap responden tentang diare disajikan pada tabel di bawah ini.

37

Page 38: hasil penelitian.docx

Tabel 5.6. Distribusi Sikap Responden Terhadap Penanganan Awal Diare

Interpretasi sikap

responden

Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 31 45,6

Cukup 34 50

Kurang 3 4,4

Total 68 100

Sumber: Data Primer, 2015

Dari tabel diatas, tampak bahwa setengah dari jumlah responden memiliki

sikap terhadap penanganan awal diare yang cukup, yaitu sebanyak 50%,

sementara responden yang memiliki sikap dengan kaetogi baik sebanyak 45,6%

dan sisanya hanya 4,4% responden yang memiliki sikap yang dapat dikategorikan

dalam kategori kurang.

5.1.7 Tindakan responden Terhadap Penanganan Awal Diare

Tindakan responden terhadap Diare diinterpretasikan sebagai baik, cukup,

dan kurang. Penilaian didasarkan pada total skor yang ada yakni sebanyak 11

skor. Dikatakan Baik, apabila total skor lebih dari 9. Cukup, apabila total skor 7 -

9. Kurang, apabila total skor kurang dari 7. Distribusi interpretasi tindakan

responden tentang diare disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Tindakan Responden Terhadap Penangaan Awal Diare

Interpretasi Tindakan

responden

Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 11 16,1

Cukup 52 76,5

Kurang 5 7,4

Total 68 100

Sumber: Data Primer, 2015

Dari tabel diatas, tampak bahwa sebagian besar responden memiliki

tindakan terhadap penanganan awal diare yang cukup, yaitu sebanyak 75,5%,

38

Page 39: hasil penelitian.docx

sedangkan responden yang memiliki tingkat prilaku kategori baik hanya sebanyak

16,1% dan sisanya 7,4% responden yang memiliki tindakan terhadap penanganan

awal diare yang masih kurang.

5.2 Deskripsi Antarvariabel

5.2.1 Usia dan Pengetahuan

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi usia terhadap pengetahuan

responden tentang diare.

Tabel 5.8. Distribusi Usia Responden Terhadap Pengetahuan Tentang Diare.

Interpretasi PengetahuanTotal

Baik Cukup Kurang

Usia

Usia Remaja akhirn 7 17 2 26% 26,9 65,4 7,7 100

Usia Dewasa n 13 20 7 40% 32,5 50 17,5 100

Usia Lanjutn 0 2 0 2% 0 100 0 100

Total 20 49 9 68Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan kelompok usia dewasa (26-45

tahun) dengan jumlah responden terbanyak yang berpengetahuan baik yaitu 13

responden (32,5%), diikuti oleh kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun)

sebanyak 7 responden (26,9%).

5.2.2 Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan

39

Page 40: hasil penelitian.docx

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi tingkat pendidikan terhadap

pengetahuan responden tentang diare.

Tabel 5.9. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Pengetahuan

Tentang Diare.

Interpretasi PengetahuanTotal

Baik Cukup Kurang

Tingkat Pendidikan

Pendidikan Dasarn 3 15 7 25% 12 60 28 100

Pendidikan Lanjutn 17 24 2 43% 39,5 55,8 4,7 100

Total 20 39 9 68Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat distribusi tingkat pengetahuan ibu

berdasarkan pendidikan, didapatkan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 3

responden (12%) pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan dasar, sedangkan ibu

yang memiliki tingkat pendidikan lanjut didapatkan tingkat pengetahuan kategori

baik sebanyak 17 responden (39,5%).

5.2.3 Pekerjaan dan Pengetahuan

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi pekerjaan terhadap

pengetahuan responden tentang diare.

Tabel 5.10. Distribusi Pekerjaan Terhadap Pengetahuan Responden Tentang

Diare.

Interpretasi PengetahuanTotal

Baik Cukup Kurang

PekerjaanBekerja

n 8 10 3 21% 38,1 47,6 14,4 100

Tidak Bekerja n 10 29 8 47% 21,3 61,7 17 100

Total 20 39 9 68Sumber: Data Primer, 2015

40

Page 41: hasil penelitian.docx

Berdasarkan tabel diatas didapatkan tingkat pengetahuan ketegori baik

sebanyak 10 responden ibu yang tidak bekerja/berprofesi sebagai ibu rumah

tangga, sedangkan ibu yang bekerja didapatkan tingkat pengetahuan kategori baik

sebanyak 8 responden.

5.2.4 Sumber Informasi dan Pengetahuan

Berikut adalah distribusi sumber informasi yang diakses oleh responden

berdasarkan interpretasi pengetahuan responden tentang diare.

Tabel . 5.11. Distribusi Sumber Informasi terhadap Pengetahuan Tentang

Diare

Interpretasi PengetahuanTotal

Baik Cukup Kurang

Sumber

Informasi

Petugas Kesehatann 19 27 2 48

% 39,6 56,2 4,2 100

Media Cetakn 4 3 0 7

% 57,2 42,9 0 100

Media Elektronikn 14 18 2 34

% 41,2 52,9 5,9 100

Orang Tuan 10 12 6 28

% 35,7 42,9 21,4 100

Temann 3 8 1 12

% 25 66,7 8,3 100

Baru Tahun 0 0 0 0

% 0 0 0 0

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas, petugas kesehatan adalah sumber informasi

utama bagi para responden dalam memperoleh pengetahuan tentang diare.

Sebanyak 27 orang responden yang memperoleh informasi melalui petugas

kesehatan memiliki interpretasi pengetahuan cukup, dan 19 orang memiliki

interpretasi pengetahuan baik dan 2 orang memiliki interpretasi pengetahuan

41

Page 42: hasil penelitian.docx

kurang. Setelah itu, media elektronik menjadi sumber informasi kedua terbanyak

yang memberikan informasi kepada responden tentang diare, yaitu sebanyak 18

orang dengan interpretasi pengetahuan cukup, 14 orang dengan interpretasi

pengetahuan baik dan 2 orang dengan interpretasi pengetahuan kurang.

Dari persentase, terlihat sumber informasi yang paling mendukung bagi

responden untuk memperoleh pengetahuan tentang adalah melalui sumber

informasi melalui petugas kesehatan. Menurut hasil kuesioner, sumber informasi

melalui petugas kesehatan yang dimaksud adalah sumber infromasi yang

didapatkan melalui dokter, bidan/perawat, kader Posyandu, dan lain-lain.

Kemudian sumber yang memiliki persentase terbesar selanjutnya berturut-turut

adalah orangtua, media cetak,dan teman

5.2.5 Usia dan Sikap

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi usia terhadap sikap responden

tentang penanganan awal diare.

Tabel 5.12. Distribusi Usia Responden Terhadap Sikap Tentang Penanganan

Awal Diare.

Interpretasi SikapTotal

Baik Cukup Kurang

Usia

Usia Remaja Akhirn 7 17 2 26% 26.9 65.4 7.7 100

Usia Dewasa n 23 16 1 40% 57,5 40 2,5 100

Usia Lanjutn 1 1 0 2% 50 50 0 100

Total 31 34 3 68Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan kelompok usia dewasa (26-45

tahun) dengan kategori sikap baik sebanyak 23 responden, diikuti oleh kelompok

usia remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak 7 responden.

42

Page 43: hasil penelitian.docx

5.2.6 Tingkat Pendidikan dan Sikap

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi tingkat pendidikan terhadap

sikap responden tentang penanganan awal diare.

Tabel 5.13. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Sikap

Tentang Penanganan Awal Diare.

Interpretasi SikapTotal

Baik Cukup Kurang

Tingkat Pendidikan

Pendidikan Dasarn 10 13 2 25% 40 52 8 100

Pendidikan Lanjutn 21 21 1 43% 48,8 48,8 2,4 100

Total 31 34 3 68Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat distribusi sikap ibu berdasarkan

pendidikan, didapatkan sikap kategori yang baik sebanyak 10 responden pada ibu

yang memiliki tingkat pendidikan dasar, sedangkan sikap kategori baik sebanyak

21 responden pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan lanjut.

5.2.7 Pekerjaan dan Sikap

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi pekerjaan terhadap sikap

responden tentang penanganan awal diare.

Tabel 5.14. Distribusi Pekerjaan Terhadap Sikap Responden Tentang

Penanganan Awal Diare.

Interpretasi SikapTotal

Baik Cukup Kurang

PekerjaanBekerja

n 12 9 0 21% 57,1 42,9 0 100

Tidak Bekerja n 19 25 3 47% 40,4 53,2 6,4 100

Total 31 34 3 68Sumber: Data Primer, 2015

43

Page 44: hasil penelitian.docx

Berdasarkan tabel diatas didapatkan sikap kategori baik sebanyak 12

responden pada ibu yang bekerja, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja

didapatkan sikap kategori baik sebanyak 19 responden.

5.2.8 Sumber Informasi dan Sikap

Berikut adalah distribusi sumber informasi yang diakses oleh responden

berdasarkan interpretasi sikap responden tentang diare.

Tabel . 5.15. Distribusi Sumber Informasi terhadap Sikap Responden

Interpretasi SikapTotal

Baik Cukup Kurang

Sumber

Informasi

Petugas Kesehatann 28 19 1 48

% 58,3 39,6 2,1 100

Media Cetakn 4 3 0 7

% 57,2 42,9 0 100

Media Elektronikn 19 15 0 34

% 55,9 44,1 0 100

Orang Tuan 15 11 2 28

% 53,6 39,3 7,1 100

Temann 4 8 0 12

% 33,3 66,7 0 100

Baru Tahun 0 0 0 0

% 0 0 0 0

Sumber: Data Primer, 2015

Dari persentase, terlihat sumber informasi yang paling besar perngaruhnya

kepada sikap responden terhadap diare adalah dari petugas kesehatan. Kemudian

sumber yang memiliki persentase terbesar selanjutnya berturut-turut adalah media

elektronik, orangtua, media cetak,dan teman.

44

Page 45: hasil penelitian.docx

5.2.9 Usia dan Tindakan

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi usia terhadap tindakan

responden tentang penanganan awal diare.

Tabel 5.16. Distribusi Usia Responden Terhadap Tindakan Tentang

Penanganan Awal Diare.

Interpretasi TindakanTotal

Baik Cukup Kurang

Usia

Usia Remaja Akhirn 3 21 2 26% 11.5 80.8 7.7 100

Usia Dewasa n 8 29 4 40% 25 68.8 6.2 100

Usia Lanjutn 0 2 0 2% 0 100 0 100

Total 11 52 5 68Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan kelompok usia dewasa (26 – 45

tahun) dengan tindakan kategori baik sebanyak 8 responden diikuti oleh kelompok

usia remaja akhir (17 – 25 tahun) sebanyak 3 responden saja.

5.2.10 Tingkat Pendidikan dan Tindakan

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi tingkat pendidikan terhadap

tindakan responden tentang penanganan awal diare.

Tabel 5.17. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Tindakan

Tentang Penanganan Awal Diare.

Interpretasi TindakanTotal

Baik Cukup Kurang

Tingkat Pendidikan

Pendidikan Dasarn 3 29 3 35% 8,6 82,8 8,6 100

Pendidikan Lanjutn 8 33 2 43% 18,7 76,7 4,6 100

Total 11 62 5 68Sumber: Data Primer, 2015

45

Page 46: hasil penelitian.docx

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat distribusi tindakan ibu berdasarkan

pendidikan, didapatkan tindakan kategori baik sebanyak 3 responden pada ibu

yang memiliki tingkat pendidikan dasar, sedangkan pada ibu yang memiliki

tingkat pendidikan lanjut didapatkan sebanyak 8 responden.

5.2.11 Pekerjaan dan Tindakan

Berikut disajikan tabel mengenai distribusi pekerjaan terhadap tindakan

responden tentang penanganan awal diare.

Tabel 5.18. Distribusi Pekerjaan Terhadap Tindakan Responden Tentang

Penanganan Awal Diare.

Interpretasi TindakanTotal

Baik Cukup Kurang

PekerjaanBekerja

n 4 17 0 21% 19 81 0 100

Tidak Bekerja n 7 35 5 47% 14,9 74,5 10,6 100

Total 11 52 5 68Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel diatas didapatkan tindakan kategori baik sebanyak 4

responden pada ibu yang bekerja sedangkan pada ibu yang tidak bekerja sebanyak

7 responden.

46

Page 47: hasil penelitian.docx

5.2.12 Sumber Informasi dan Tindakan

Berikut adalah distribusi sumber informasi yang diakses oleh responden

berdasarkan interpretasi tindakan responden terhadap diare.

Tabel . 5.19. Distribusi Sumber Informasi terhadap Tindakan Responden

Interpretasi TindakanTotal

Baik Cukup Kurang

Sumber

Informasi

Petugas Kesehatann 10 35 3 48

% 20,8 72,9 6,2 100

Media Cetakn 2 5 0 7

% 28,6 71,4 0 100

Media Elektronikn 8 24 2 34

% 23,5 70,6 5,9 100

Orang Tuan 3 22 3 28

% 10,7 78,6 10,7 100

Temann 4 7 1 12

% 33,3 58,3 8,3 100

Baru Tahun 0 0 0 0

% 0 0 0 0

Sumber: Data Primer, 2015

Dari persentase, terlihat sumber informasi yang paling besar pengaruhnya

kepada tindakan responden terhadap diare adalah dari petugas kesehatan.

Kemudian sumber yang memiliki persentase terbesar selanjutnya berturut-turut

adalah media elektronik, teman,orang tua,dan media cetak.

47

Page 48: hasil penelitian.docx

5.3 Pembahasan

Diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian

hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa

diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama

terjadi pada bayi dan anak. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini merupakan

salah satu penyebab tingginya morbiditas maupun mortalitas pada kasus ini.

Pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan diare serta cara

penanganannya diperlukan dalam mecegah terjadinya prognosis yang lebih buruk.

Orang tua khususnya ibu perlu mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai

diare begitu pula kesadaran tentang bahaya diare bila tidak ditangani dengan

benar. Dalam menurunkan morbiditas dan mortalistas diare diperlukan peran

orang tua serta peran petugas kesehatan.

Melalui penelitian ini, didapatkan suatu deskripsi tentang pengetahuan,

sikap serta tindakan Ibu tentang diare serta cara penanganannya di Puskesmas

sedadap kecamatan Nunukan selatan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan

ibu/responden menjawab pertanyaan pada kuesioner yang telah disusun

berdasarkan indikator pengetahuan komprehensif tentang diare. Indikator-

indikator tersebut adalah responden tahu tentang apa itu diare, tahu bahwa diare

dapat menybabkan dehidrasi yang berbahaya bagi anak mereka, tanda-tanda

dehidrasi serta cara penanganannya

Telah diberikan kuesioner berisi 8 pertanyaan berisi item-item tersebut,

dan secara umum interpretasi hasil pengetahuan responden tentang diare adalah

cukup (57,4%), sedangkan yang memiliki pengetahuan kategori kurang sebesar

(13,2%). Namun masih terdapat sebagian responden yang memiliki pengetahuan

tentang diare dalam kategori baik sebsesar (29,4%).

Sikap responden terhadap diare dapat dilihat melalui 6 pernyataan yang

tertera pada kuesioner. Responden menyatakan tanggapannya terhadap pernyataan

tersebut apakah setuju, tidak setuju atau tidak tahu. Berdasarkan hasil penelitian,

didapatkan bahwa sebanyak 50% responden memiliki sikap kategori cukup, tidak

jauh berbeda dengan responden yang memiliki sikap kategori baik sebesar 45,6%

sementara sisanya 4,4% memiliki sikap dalam kategori kurang.

48

Page 49: hasil penelitian.docx

Tindakan responden terhadap diare dapat dilihat melalui 7 pernyataan

yang tertera pada kuesioner dan secara umum interpretasi hasil tindakan

responden tentang diare adalah cukup (75,5%), sedangkan yang memiliki

tindakan kategori baik sebesar (16,2%) dan sisanya dalam kategori kurang sebesar

(7,4%).

Berdasarkan usia, didapatkan bahwa kelompok usia 26-45 tahun yang

tergolong dalam usia dewasa/usia pertengahan memiliki pengetahuan, sikap dan

tindakan terhadap penanganan awal diare pada balita dengan presentase yang

lebih besar di bandingkan dengan kelompok usia masa remaja akhir (17-25 tahun)

maupun kelompok usia lanjut (45-65 tahun). Hal ini sejalan dengan pernyataan

Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa pada usia pertengahan, individu

akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju

usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Hanya saja hal ini masih

sebatas perkiraan saja karena dalam penelitian ini memiliki keterbasan pada

jumlah sampel usia 45-65 tahun atau dalam hal ini tergolong usia lanjut.

Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa secara umum

responden yang berada pada tingkat pendidikan lanjut (SMU sederajat dan

perguruan tinggi) memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik

dibandingkan dengan responden yang berada pada tingkat pendidikan dasar (SD

sederajat dan smp sederajat). Hal ini sejalan dengan penyataaan bahwa pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan seseorang dengan pendidikan formalnya yang

tinggi, biasanya akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi bila

49

Page 50: hasil penelitian.docx

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Namun

perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

Berdasarkan pekerjaan reponden, didapatkan bahwa responden yang

berprofesi sebagai ibu rumah tangga atau dalam hal ini digolongkan sebagai

responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

yang lebih baik terhadap penanganan awal diare pada balita dibandingkan dengan

responden yang tergolong pekerja seperti PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan

lain-lain. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Sivakami (1997) yang meyatakan

bahwa ibu yang berkerja menghabiskan waktu dengan anaknya rata-rata kurang

dari 2 jam dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dalam melakukan

perawatan pada anak. Sivakami juga mengemukakan bahwa jika seorang wanita

bekerja, risiko kematian pada anak lebih tinggi daripada jika dia tidak bekerja,

karena ibu yang bekerja memiliki waktu yang singkat untuk anaknya.

Berdasarkan sumber informasi, didapatkan bahwa sebagian besar

responden mendapat informasi tentang diare dari petugas kesehatan. Hal ini

menunjukkan usaha yang cukup besar dari petugas kesehatan dalam memberikan

infromasi kepada masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan. Namun, untuk

interpretasi pengetahuan, sikap dan tindakan, persentase responden yang

memperoleh informasi melalui sumber media elektronik lebih tinggi dibandingkan

dengan sumber-sumber informasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa media

elektronik memegang peranan penting dalam menentukan tingkat pengetahuann

sikap dan tindakan responden terhadap diare.

50

Page 51: hasil penelitian.docx

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan

ibu terhadap penanganan awal diare di Puskesmas Sedadap Kecamatan Nunukan

Selatan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

1. Pengetahuan, sikap dan tindakan responden terhadap penanganan awal

diare tergolong dalam kategori cukup.

2. Kelompok usia pertengahan (26-45 tahun) memiliki tingkat

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap penanganan awal diare yang

lebih baik dibandingkan dengan kelompok usia remaja akhir (17-25

tahun) dan kelompok usia lanjut (46-65 tahun).

3. Responden yang berada pada tingkat pendidikan lanjut ( SMU sedrajat

dan Perguruan Tinggi) memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan

tindakan terhadap penanganan awal diare yang lebih baik

dibandingkan dengan responden yang berada pada tigkat pendidikan

dasar (SD dan SMP sederajat).

4. Responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga atau tergolong

dalam kategori responden yang tidak bekerja memiliki tingkat

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap penanganan awal diare yang

lebih baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pekerjaan

seperti PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta dan lai.-lain.

5. Sebagian besar responden mendapat informasi tentang diare dari

petugas kesehatan.

51

Page 52: hasil penelitian.docx

6.2 Saran

Mengingat bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare terutama pada balita, maka :

1. Semua ibu yang mimiliki balita telah memperoleh informasi tentang diare

dan cara penanganan awalnya dengan benar dari berbagai sumber

informasi. Sumber yang paling banyak diakses oleh responden adalah dari

petugas kesehatan. Maka dari itu, hendaknya pihak petugas kesehatan

tetap senantiasa memberikan edukasi kepada responden mengenai diare.

2. Telah diperoleh informasi mengenai gambaran hubungan karakterisrik

responden terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan responden terhadap

penanganan awal diare, hal ini hanya sebatas perkiraan semata

dikerenakan perlunya observasi lanjut terhadap responden dan

penambahan jumlah sampel sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat.

52

Page 53: hasil penelitian.docx

LAMPIRAN

53

Page 54: hasil penelitian.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta

: Depkes RI.

2. IDAI. (2008). Diare pada Anak. (diakses pada tangaal 25 Desember

2014). Diunduh dari: http://idai.go.id

3. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta :

Rineka Cipta.

4. Behrman, Kliegman, dan Jenson. (2003). Nelson Textbook of pediatrics.

17th ed. USA: Saunders. p 1274 – 1281

5. Kliegman, Marcdante, Jenson, dan Behrman. (2007). Nelson Essential of

Pediatrics. 5th ed. USA: Elsevier. p 161 - 165

6. Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan

dan Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.

7. Sandhu, BK. (2001). Pratical guideline for the management of

gastroenteritis in children J Ped Gastroenterol Nutr ;33:S36-9

8. Subijanto, Ranuh, Djupri, dan Soeparto. (2005). Managemen Diare pada

Bayi dan Anak.pdf . Divisi Gastroenterologi Lab/SMF Ilmu Kesehatan

Anak FK Unair/RSU Dr. Seotomo Surabaya.

9. Yatsuyanagi, Penatalaksanaan Diare di Rumah pada Balita . Beritan

Kedokteran Masyarakat. Vol.22. No.1. Maret 2002 : 7-14.

10. World Health Organization. (2000). Pocket Book of Hospital Care for

Children. p. 109 – 132

11. Hidayat, Penatalaksanaan dietetic penderita diare anak, Badan penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang, 2005, 1-50

12. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

13. Widayatun, TS. (2004). Ilmu Tindakan.Jakarta: CV Sagung Seto.

14. Notoadmodjo, 2007 Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

15. Sivakami, M. Female Work Participation and Child Health: An

investigation In Rural tamil Nadu, India. Health Transition Review 7.

1997: 21-32.

54