Hasil Kajian KOPEL Terkait Rencana Pemprov Sulsel Untuk Berutang Ke PIP Rp. 500 M

9
Kajian Komite Pemantau Legislatif tentang Pinjaman Rp. 500 M Pemerintah Provinsi Sulsel Kepada PIP (Pusat Investasi Pemerintah) Latar Belakang Pada tanggal 18 Januari 2012, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengajukan permohonan pinjaman dana untuk infrastruktur jalan kepada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Besarnya permohonan pinjaman tersebut sebesar Rp. 500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah). Tujuan pinjaman tersebut untuk pembangunan infrastruktur jalan di 11 ruas jalan di wilayah Sulawesi Selatan. Permohonan pinjaman dana tersebut telah ditindaklanjuti oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia Sekretaris Jenderal Pusat Investasi Pemerintah (PIP) melalui suarat penawaran Nomor S 833/IP/2012 tertanggal 09 Oktaber 2012. Namun hingga saat ini persetujuan pinjaman tersebut masih terus berpolemik di DPRD Sulawesi Selatan. Beberapa fraksi di DPRD tidak menyepakati adanya pinjaman sebesar Rp. 500 Milyar yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, antara lain fraksi Demokrat, Hanura, dan PKS. Beberapa alasan anggota DPRD yang menolak permohonn pinjaman tersebut karena: (1) DPRD merasa dikelabui oleh Pemerintah Provinsi karena Pemprov lebih dulu menyampaikan permohonan ke PIP tanpa melalui persetujuan DPRD secara kelembagaan (hanya melalui ketua DPRD Sulsel). Ada kesalahan prosedur dalam proses pengajuan yang tidak mengikutsertakan persetujuan DPRD Sulsel sejak awal sudah ada kesepakatan dengan PIP sementara saat ini di DPRD Sulsel baru paripurna untuk persetujuan; (2) Usulan pinjaman tidak ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Mengenagh Daerah (RPJMD) Pemrov Sulawesi Selatan; (3) Pinjaman terkesan politis lantaran menjelang Pilgub 22 Januari 2012 akhir periode Gubernur. Terlepas dari polemik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan anggota DPRD, Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) telah melakukan kajian atas rencana Pemerintah Provinsi untuk melakukan pinjaman Rp. 500 milyar dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Kajian ini akan dilihat dari rencana pinjaman daerah ke PIP

description

Hasil Kajian KOPEL Terkait Rencana Pemprov Sulsel Untuk Berutang Ke PIP Rp. 500 M

Transcript of Hasil Kajian KOPEL Terkait Rencana Pemprov Sulsel Untuk Berutang Ke PIP Rp. 500 M

  • Kajian Komite Pemantau Legislatif tentang

    Pinjaman Rp. 500 M Pemerintah Provinsi Sulsel Kepada PIP (Pusat Investasi Pemerintah)

    Latar Belakang

    Pada tanggal 18 Januari 2012, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengajukan permohonan

    pinjaman dana untuk infrastruktur jalan kepada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Sekretaris

    Jenderal Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Besarnya permohonan pinjaman tersebut

    sebesar Rp. 500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah). Tujuan pinjaman tersebut untuk

    pembangunan infrastruktur jalan di 11 ruas jalan di wilayah Sulawesi Selatan.

    Permohonan pinjaman dana tersebut telah ditindaklanjuti oleh Kementerian Keuangan Republik

    Indonesia Sekretaris Jenderal Pusat Investasi Pemerintah (PIP) melalui suarat penawaran Nomor

    S 833/IP/2012 tertanggal 09 Oktaber 2012. Namun hingga saat ini persetujuan pinjaman

    tersebut masih terus berpolemik di DPRD Sulawesi Selatan. Beberapa fraksi di DPRD tidak

    menyepakati adanya pinjaman sebesar Rp. 500 Milyar yang akan dilakukan oleh Pemerintah

    Provinsi, antara lain fraksi Demokrat, Hanura, dan PKS. Beberapa alasan anggota DPRD yang

    menolak permohonn pinjaman tersebut karena: (1) DPRD merasa dikelabui oleh Pemerintah

    Provinsi karena Pemprov lebih dulu menyampaikan permohonan ke PIP tanpa melalui

    persetujuan DPRD secara kelembagaan (hanya melalui ketua DPRD Sulsel). Ada kesalahan

    prosedur dalam proses pengajuan yang tidak mengikutsertakan persetujuan DPRD Sulsel sejak

    awal sudah ada kesepakatan dengan PIP sementara saat ini di DPRD Sulsel baru paripurna

    untuk persetujuan; (2) Usulan pinjaman tidak ada dalam Rencana Pembangunan Jangka

    Mengenagh Daerah (RPJMD) Pemrov Sulawesi Selatan; (3) Pinjaman terkesan politis lantaran

    menjelang Pilgub 22 Januari 2012 akhir periode Gubernur.

    Terlepas dari polemik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan anggota DPRD, Komite

    Pemantau Legislatif (KOPEL) telah melakukan kajian atas rencana Pemerintah Provinsi untuk

    melakukan pinjaman Rp. 500 milyar dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian

    Keuangan Republik Indonesia. Kajian ini akan dilihat dari rencana pinjaman daerah ke PIP

  • dengan regulasi yang mengaturnya, tingkat kemampuan daerah, beban daerah dan kesehatan

    keuangan APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

    Seperti Apa Pinjaman Pemprov Rp. 500 Milayar dari PIP Itu..?

    Pinjaman Pemprov Sulsel sebanyak Rp. 500 milyar dilakukan dengan jangka waktu

    pengembalian selama 5 tahun (termasuk grace priode pokok pinjaman selama 16 bulan). Untuk

    mengembalikan pinjaman selama 5 tahun, Pemprov Sulsel menjaminkan Dana Alokasi Umum

    (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) Pemprov Sulawesi Selatan setiap tahun anggaran selama 5

    tahun. Karena itu PIP mempersyaratkan adanya Surat Pernyataan Gubernur bahwa Pemprov

    Sulsel bersedia dipotong DAU dan/atau DBH jika Pemprov mengalami gagal bayar atas

    kewajibannya kepada PIP. Karena itu pula, ketentuan ini juga diikuti dengan adanya Surat Kuasa

    dari Gubernur kepada Dirjen Perimbangan Keuangan untuk melakukan pemotongan DAU

    dan/atau DBH jika Pemprov mengalami gagal bayar. Ketentuan lainnya yang dipersyaratkan

    adalah persetujuan DPRD atas rencana pinjaman Pemerintah Provinsi yang ditindaklanjuti

    dengan Peraturan Daerah (PERDA) yang menyatakan bahwa selama masa pinjaman seluruh

    kewajiban (pokok, bunga, dan kewajiban lainnya) yang jatuh tempo, wajib dialokasikan dalam

    APBD tahun anggaran yang bersangkutan.

    Dari Rp. 500 milayar pinjaman tersebut, selain harus dikembalikan pokok pinjaman, juga

    dikenakan kewajiban yang lain, yakni:

    Bunga pinjaman sebesar 7,75% pertahun yang dibayar setiap 3 bulan (triwulan)

    Fee pinjaman sebelum efektif pinjaman berjalan yang harus diunasi antara lain:

    o Up front fee sebesar 0,50% (nol koma lima puluh persen)

    o Management fee sebesar 0,50% (nol koma lima puluh persen)

    o Administration fee sebesar 0,50% (nol koma lima puluh persen)

    Keterlambatan pembayaran dikenakan denda, masing-masing:

    o Keterlambatan pembayaran pokok sebesar 2% (dua persen) perbulan

    o Keterlambatan pembayaran bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan

  • Pemberian pinjaman kepada Pemprov Sulsel dilakukan dalam 5 tahapan. Tahap pertama,

    pemberian uang muka sebesar 15% dari total nilai kontrak pekerjan; tahap kedua sampai dengan

    tahap ke empat besaran penarikan pinjaman berdasarkan realisasi fisik pekerjaan berdasarkan

    laporan dari konsultan pengawas.

    Hasil Kajian KOPEL

    Berdasarkan hasil kajian Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) atas permohonan pinjaman

    Rp. 500 milyar kepada PIP oleh Pemprov Sulsel, beberapa kesimpulan dan sumbang saran yang

    perlu menjadi pertimbangan para pihak yang terkait dengan pinjaman ini, antara lain:

    1. Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku

    Dalam kasus ini, ada beberapa pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang

    berlaku, antara lain:

    Pelanggaran terhadap ketentuan jaminan pinjaman daerah. Dalam Peraturan

    Pemerintah Nomor 30 tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah Pasal 5 ayat 2

    dijelaskan bahwa Pendapatan Daerah dan/atau Barang Milik Daerah tidak dapat

    dijadikan jaminan pinjaman daerah. Dalam kasus ini, baik Pusat Investasi

    Pemerintah (PIP) maupun Pemprov Sulsel telah melanggar PP Nomor 30 tahun

    2011 tentang Pinjaman Daerah.

    PIP mempersyaratkan pinjaman ini dengan jaminan pembayaran pinjaman dari

    Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) Pemerintah Provinsi

    Sulawesi Selatan. Hal mana DAU dan DBH keduanya adalah pendapatan daerah

    dari dana perimbangan. Sehingga jika pinjaman ini diteruskan maka jaminan yang

    dipersyaratkan PIP atas pinjaman Pemprov dan Surat Pernyataan Gubernur bahwa

    Pemprov Sulsel bersedia dipotong DAU dan/atau DBH-nya serta Surat Kuasa

    dari Gubernur kepada Dirjen Perimbangan Keuangan untuk melakukan

    pemotongan DAU dan/atau DBH adalah sebuah pelanggaran terhadap peraturan

    perundang-undangan.

  • Pelanggaran terhadap ketentuan pembayaran kembali pinjaman. Pinjaman

    Pemprov Sulsel sebesar Rp.500 milyar dengan jangka waktu 5 tahun merupakan

    pinjaman jangka menengah yang lebih dari satu tahun (PP Nomor 30 tahun 2011

    pasal 13 ayat 1) dan digunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak

    menghasilkan penerimaan (PP Nomor 30 tahun pasal 13 ayat 4).

    Dalam PP No. 30 pasal 13 ayat 2 tentang Pinjaman Daerah dijelaskan bahwa

    kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Menengah yang meliputi pokok

    pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam

    kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan gubernur, bupati, atau

    walikota yang bersangkutan.

    Sisa masa jabatan Gubernur Sulawesi Selatan saat ini tidak lebih dari satu tahun.

    Sehingga pinjaman yang dilakukan oleh Pemprov Sulawesi Selatan dengan

    jangka waktu pelunasan selama 5 tahun melebihi dari sisa masa jabatan gubernur.

    Ketentuan ini adalah sebuah pelanggaran terhadap peraturan perundang-

    undangan.

    Pelanggaran ketentuan persyaratan pinjaman daerah: Usul pinjaman melalui persetujuan DPRD.

    Dalam PP Nomor 30 tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah, ada dua ketentuan

    yang mempersyaratkan pinjaman melalui persetujuan DPRD. Pasal 15 ayat 3 di

    jelaskan bahwa Pinjaman Jangka Menengah dan Pinjaman Jangka Panjang wajib

    mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan dalam hal

    pinjaman dari Pemerintah (dalam kasus ini melalui PIP Kemeterian Keuangan -

    RI) tentang Prosedur Pengajuan dan Penilaian Usulan Pinjaman Daerah Pasal

    18 ayat 4 dijelaskan bahwa usulan pinjaman daerah yang dilakukan oleh gubernur

    harus melampirkan dokumen persetujuan DPRD.

    Ketentuan tersebut di atas telah dilanggar oleh Pemprov Sulawesi Selatan dalam

    pengajuan pinjaman ke PIP karena hingga saat ini beluam ada persetujuan dari

    DPRD Sulawesi Selatan. Namun pengajuan pinjaman ke PIP telah dilakukan

    sejak awal tahun 2012 melalui surat Nomor 903/282/B. Marga pada tanggal 18

  • Januari 2012 perihal permohonan dana untuk infrastruktur jalan sebesar Rp. 500

    milyar.

    Atas usulan tersebut, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) melakukan penilaian atas

    usulan pinjaman daerah dengan melayankan penawaran indikatif pinjaman kepada

    Gubernur Sulawesi Selatan melalui surat nomor: S 873/IP/2012 tertanggal 09

    Oktober 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa DPRD secara kelembagaan telah

    dikelabui oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan karena Pemprov lebih dulu

    menyampaikan permohonan ke PIP tanpa melalui persetujuan DPRD secara

    kelembagaan hanya melalui surat ketua DPRD Sulsel. Hal ini juga memicu

    polemik di beberapa fraksi di DPRD Sulsel yang menolak persetujuan pinjaman.

    Oleh karena itu, Ketua DPRD perlu dipersoalkan dan diseret ke ranah hukum

    termasuk ke Badan Kehormatan DPRD Sulsel karena telah menyalahgunakan

    wewenang.

    2. In-efisiensi Anggaran

    Pengerjaan infrastruktur jalan di Sulawesi Selatan dengan total anggaran Rp. 500 milyar

    tidak mesti harus dilakukan dengan jalan utang/pinjaman daerah. Andaikan Pemerintah

    Provinsi Sulawesi Selatan sejak dari awal melakukan perencanaan dengan baik, maka

    dapat di desain penganggarannya melalui APBD sehingga tidak perlu meminjam. Di

    dalam APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 4 tahun terakhir masih banyak

    anggaran yang penggunaannya tidak terukur dan cenderung boros. Pos-pos anggaran

    tersebut antara lain, belanja penghias ruangan Rp. 2,1 M (2009); Rp.1,9 M (2010); Rp.1,1

    M (2011); belanja perjalanan keluar daerah yang biasa dikemas dengan studi banding dan

    bintek sebesar Rp. 49,1 M (2009); Rp. 74,1 M (2010); Rp. 79,7 M (2011); belanja

    makan dan minum Rp. 51,6 (2009); Rp.69,5 (2010); Rp.72,7 (2011); biaya foto

    copy/penggandaan Rp.20,9 M (2009); Rp.27,5 M (2010); Rp.29,8 M (2011), belanja

    pakaian dinas dan pakaian hari-hari tertentu sebesar Rp. 9,6 M (2009); Rp.8,7 M (2010);

    Rp.10,0 M (2011); dan masih banyak lagi pos-pos anggaran yang dinilai boros dan

    mubazzir yang peruntukannya lebih banyak untuk kepentingan aparatur ketimbang untuk

    kepentingan publik.

  • Beberapa alokasi dan jumlah besarnya anggaran yang selama ini dianggap boros dan

    perlunya rasionalisasi anggaran untuk sebagian dilakukan realokasi anggaran pada

    alokasi anggaran tahun-tahun berikutnya, antara lain:

    ALOKASI ANGGARAN TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011

    Belanja Penghias Ruangan Rumah Tangga 2,144,481,400.00 1,944,013,400.00 1,176,890,000.00

    Perjalanan Dinas Luar Daerah 49,131,426,325.00 74,164,365,806.00 79,793,285,490.00

    Pakaian Dinas & Hari Tertentu 9,619,670,000.00 8,700,102,700.00 10,090,324,200.00

    Foto Copy/Penggandaan 20,929,347,218.00 27,579,675,715.00 29,899,042,362.00

    Honorarium PNS di luar gaji bulanan 122,926,700,457.00 129,519,113,125.00 152,047,087,922.00

    Makan Minum 51,645,301,340.00 69,569,517,068.00 72,798,553,251.00

    ATK 25,105,891,359.00 20,867,870,019.00 24,028,629,309.00

    Perawatan Kendaraan 20,678,228,563.00 26,260,884,311.00 25,949,371,394.00

    TOTAL 302,181,046,662.00 358,605,542,144.00 395,783,183,928.00

    Untuk perbandingan pos-pos belanja yang banyak diboroskan Pemerintah Provinsi

    Sulawesi Selatan dapat dilihat dalam grafik berikut:

    Jika melihat alokasi anggaran tersebut di atas, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

    tidak perlu melakukan pinjaman daerah sebesar 500 milayar dalam 5 tahun. Artinya

    dalam satu tahun anggaran ada Rp.100 milyar yang dapat disisihkan dalam APBD jika

  • Pemerintah Daerah mendesain dan merencanakan anggaran dengan baik. Andaikan

    Pemerintah Provinsi selama ini tidak berperilaku boros, maka efisiensi anggaran-

    anggaran yang cenderung boros tersebut di atas dapat menutupi rencana pembangunan

    infrastruktur jalan tanpa melakukan pinjaman.

    3. Nasib 10.030 Orang PNS Lingkup Provinsi Sulsel yang tergadai

    Selain melanggar PP Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah, jaminan DAU dan

    DBH yang dipersyaratkan oleh PIP juga akan menuai masalah bagi Pemerintah Provinsi

    Sulawesi Selatan. Pasalnya Jaminan untuk pinjaman tersebut adalah Dana Alokasi Umum

    (DAU) yang sebagian besar peruntukannya untuk gaji PNS.

    Dapat dibayangkan kalau Pemerintah Provinsi gagal bayar, maka DAU Pemerintah

    Provinsi akan dipotong atas pinjaman tersebut. Belum lagi jika APBD 2013 yang tinggal

    tersisa 2 bulan ke depan gagal ditetapkan akan dipotong DAU-nya oleh Kementerian

    Keuangan sebesar 25% karena hingga saat ini Pemerintah Provinsi belum memasukkan

    rancangannya ke DPRD untuk dibahas. Jaminan Dana Alokasi Umum (DAU) akan

    menggadaikan nasib 10.008 PNS yang bekerja di lingkup Pemerintah Propinsi Sulawesi

    Selatan. Gaji mereka terancam tertunda dan bahkan tidak terbayarkan.

    Selain itu, dampak dari pemotongan ini akan berimplikasi pada terganggunya pelayanan

    publik dan berdampak luas pada aktifitas dan produktifitas masyarakat Sulsel. Bisa jadi

    setelah muncul rencana pinjaman pemprov ke media public telah membuat keresahan

    psikologi pada para PNS di lingkup Pemprov Sulsel karena mengingat Gaji mereka yang

    dijadikan jaminan, padahal bukan mereka yang membuat utang.

    4. Pembebanan Keuangan Daerah

    Bila postur anggaran Pemprov Sulsel sama dengan tahun-tahun sebelumnya dengan tidak

    melakukan efisiensi anggaran dengan mengurangi belanja yang berpotensi terjadinya

    pemborosan, maka penjaman Rp. 500 milyar kepada PIP adalah pembebanan keuangan

    pemerintah daerah. Bukan hanya Rp 500 milyar yang akan dikembalikan kelak kepada

  • PIP oleh Pemerintah Provinsi, akan tetapi total biaya pinjaman yang akan dikembalikan

    sebesar Rp. 609,48 milyar. Tambahan biaya pinjaman tersebut terdiri dari 7,75% bunga

    pertahun yang dibayar setiap tiga bulan, Up front fee sebesar 0,50%, Management fee

    sebesar 0,50% dan Administration fee sebesar 0,50%. Skema pencairan pinjaman selama

    5 tahun tersebut dapat disimulasikan sebagai berikut:

    Jumlah tersebut di atas belum termasuk jika Pemerintah Daerah terlambat membayar.

    Keterlambatan membayar pinjaman pokok akan didenda 2% dan keterlambatan

    membayar bunga juga didenda sebesar 2%.

    Dari hitungan-hitungan tersebut di atas, jelas semakin membebani keuangan daerah

    Pemprov Sulawesi Selatan. Apalagi hingga tahun 2011 kemarin, Pemerintah Sulawesi

    Selatan masih memiliki pinjaman daerah yang belum terbayarkan dengan total pinjaman

    sebesar Rp. 2.515.945.848,00 yang bersumber dari Pemkab Soppeng, Bantaeng, Gowa,

    Sidrap, CV. Rimba Celebes, OECF (1996) dan sejumlah SKPD lainnya dan pada tahun

    2012, utang tersebut sebagian telah terbayarkan yang hingga masuk tahun anggaran 2012

    tersisa Rp. 14258819.034,70.

  • Penutup

    Demikian kajian KOPEL terhadap rencana pinjaman Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

    sebesar Rp. 500 milyar kepada Pusat Investasi Daerah (PIP) untuk sekedar mengingatkan para

    pihak yang memiliki kepedulian untuk Sulawesi Selatan yang lebih baik

    Makassar, 3 November 2012

    &&&&&& kopel &&&&&&