Hasil Diskusi Pufendorf
-
Upload
dionisiuswaskita -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of Hasil Diskusi Pufendorf
-
7/30/2019 Hasil Diskusi Pufendorf
1/6
Hasil Diskusi
Teori Politik Indonesia
Samuel von Pufendorf
Kelompok Bakau
Inisiator
Dionisius Waskita Cahya Gumilang
Anggota
Inesyahana Asrifa
Dody Iswandi Mauliawan
Fatih Wicaksono
Herlambang Aditya Dewa
Okvan Dwi Pramudya
1. Pufendorf merupakan seorang pemikir berpengaruh dalam menciptakan kerangka
pikir dan perdebatan mengenai moralitas dan hukum. Pertanyaan pertama adalah
apakah yang menjadi gagasan-gagasan utama dari Pufendorf dan bagaimanakah
relevansi dari pandangan Pufendorf dalam menjelaskan fenomena hubungan
internasional?
Dody : Gagasan utama Pufendorf adalah manusia sebenarnya makhluk yang menginginkan
perdamaian. Selain itu, manusia seolah mempunyai hutang terhadap manusia lain apabilamereka menyepelekan moralitas ketika bersikap terhadap orang lain tersebut. Relevansinya
dengan fenomena hubungan internasional adalah Pufendorf berseberangan dengan
Thucydides ataupun Hobbes yang berasumsi bahwa manusia dapat menyepelekan moral demi
kepentingan egonya.
Fatih : Pufendorf menempatkan morality dan law of nature sebagai hal natural yang ada pada
diri manusia. Adanya moral ini tercermin pada ada dan berlakunya suatu hukum.law of
nature sendiri adalah suatu pemikiran untuk dapat bertahan hidup engan jalan perdamaian.
dengan dua konsep tersebut terbentuklah tatanan hukum yang mengatur manusia agar
-
7/30/2019 Hasil Diskusi Pufendorf
2/6
perdamaian dapat tercipta.Relevansi yang tercipta dalam fenomena HI terlihat dari
terbentuknya berbagai hukum internasional yang memiliki tujuan terciptanya suatu
perdamaian dunia.
Ines : Ada beberapa gagasan yang ditawarkan oleh Pufendorf yang terkait dengan sifat dasar
manusia, negara, dan tanggapannya mengenai skeptisme moral. Mengenai sifat dasar
manusia, Pufendorf meyakini kan bahwa manusia pada dasarnya melakukan segala
sesuatunya berdasarkan rasionalitasnya bahwa apabila hal tersebut dianggap perlu untuk
dilakukan maka hal tersebut akan dilakukan oleh individu tersebut. Kemudian, Pufendorf
juga meyakini bahwa hubungan yang dilakukan oleh individu pada dasarnya sarat dengan
kerjasama yang dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan hasrat individu untuk
menciptakan perdamaian. Konsep ini kemudian dikenal dengan konsep Law of Naturedimana individu membentuk sebuah hukum sebagai sebuah kerangka kerjasama untuk
ditaati bersama sebagai upaya untuk menciptakan keteraturan. Mengenai negara, Pufendorf
menganggap negara sebagai sebuah refleksi dari perilaku sosial masyarakatnya. Mengingat
individu dipandang sebagai makhluk yang baik maka kemudian Pufendorf berpendapat
bahwa perdamaian merupakan sebuah hal yang alami dan perang merupakan sebuah hal yang
tidak alami. Perang sebagai sebuah tindakan yang rasional baru boleh dilakukan saat hak
yang dimilikinya dirampas oleh orang lain. Lalu kemudian mengenai moralitas, Pufendorf
menganggap moralitas sebagai sesuatu yang nyata. Merujuk pada hukum alam yang berlaku,
individu sejatinya ingin mewujudkan perdamaian dan kemudian keinginan itu tertuang dalam
sebuah hukum. Menurut saya, pemikiran ini relevan dengan HI kontemporer mengingat saat
ini perdamaian masih menjadi fokus negara yang terimplementasikan dalam sebuah hukum
internasional serta institusi internasional lain yang menjadi kerangka dasar yang mengatur
negara berperilaku.
Aditya : Pufendorf mengatakan mengenai bagaimana hukum merupakan bentuk dari sebuahmoralitas. hukum merupakan alat untuk mencapai keadaan yang bermoral dimana semua hal
itu tertata dan lebih baik. dan adanya hukum ini merupakan refleksi dari sifat dasar manusia
yang sebenarnya mereka juga ingin berdamai, dan tidak selalu ingin memenuhi egonya
relevansinya dengan fenomena HI dapat dilihat dari banyaknya Hukum Internasional yang
jika dilihat merupakan hasil dari pemikiran-pemikiran yang bisa dibilang bermoral. yang
bertujuan untuk menata hubungan negara-negara dalam politik internasional.
Okvan : Gagasan utama Pufendorf adalah sebenarnya sifat alamiah manusia itu inginmencapai perdamaian dan dapat bekerjasama. Dari gagasan ini, Pufendorf memahaminya
-
7/30/2019 Hasil Diskusi Pufendorf
3/6
sebagai law of nature. Kemudian melalui pemikiran rasional manusia, hal ini dituangkan ke
dalam hukum. Sehingga manusia dapat hidup lebih tertata. Mengenai relevansinya terhadap
HI, pemikiran Pufendorf ini terletak dengan berlakunya hukum hukum Internasional.
Sehingga hubungan antar negara dapat tertata dan berkesempatan untuk menciptakan
perdamaian.
Bagaimana pandangan Pufendorf tentang moralitas sebagai produk kultural, apakah
menurut pufendorf moralitas itu universal?
Ines : Dari beberapa referensi, saya melihat bahwa Purfendorf melihat moraliitas sebagai
sebuah produk kultural yang universal. Menurutnya, konsepsi moralitas diterima diseluruh
dunia dan terejawantahkan dalam hukum internasional. Namun, menurut saya sendiri
konsepsi moralitas mungkin menjadi sebuah produk kultural yang universal tetapi kadar dari
moralitas tersebut berbeda, tergantung dari bagaimana moralitas yang dianut oleh lingkungan
dari individu tersebut.
Aditya : saya melihat moralitas itu bisa dibilang universal. karena seperti yang dijelaskan
sebelumnya, manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk bekerjasama, atau bisa
dibilang mereka ingin "bermoral". nah, dari situ bisa dilihat bahwa manusia secara universal
menyetujui tentang moralitas. dan implementasinya mungkin sama seperti jawaban Ines
dapat dilihat dari hukum internasional yang hampir seluruh negara menyetujui dan
meratifikasi.
Okvan : Iya. Dari apa yang saya pahami, Pufendorf menganggap bahwa sifat alamiah
manusia adalah berkeinginan untuk mencapapi perdamaian. Moralitas ini sebagai produk
yang universal yang diakui oleh setiap individu. Hanya saja ada sedikit perbedaan antar
individu mengenai moralitas secara kultural di setiap bangsa. Namun secara umum, setiap
individu secara rasional akan menuju ke keadaan yang damai. Dan juga, dari adanya hukum
internasional dapat disimpulkan bahwa moral ini adalah bersifat universal.
Dody : Untuk menjawab apakah Pufendorf melihat moralitas dapat diaplikasikan secara
universal, sepertinya begitu. Tapi dalam bukunya Pufendorf sering menunjukkan bahwa
agama menginspirasinya. Tidak banyak kaitan antara Tuhan dengan manusia. Bagaimana
dengan yang atheis? Apa Pufendorf juga membahas penganut atheis?
Ines : Maksudnya kadar moralitas berbeda adalah bahwa setiap individu pasti punya batasan
moralnya masing masing yang terbentuk berdasarkan lingkungannya, begitupun negara. Jadi
yang dianggap bermoral oleh A moral oleh belum tentu dianggap bermoral oleh B.
-
7/30/2019 Hasil Diskusi Pufendorf
4/6
Fatih : Menambahkan sedikit bagaimana pandangan saya menegenai moralitas yang
universal.perdamaian merupakan suatu konsep nilai yang terlahir dari adanya moralitas
sedangkan moralitas merupakan produk dari kultur. perdamaian sendiri merupakan suatu hal
yang bisa dianggap sebagai hal universal. jadi moralitas itu dapat dibilang sebagai hal yang
universal.
Bagaimana Pufendorf melihat eksistensi negara menjaga moralitas individu
masyarakat? Bagaimana relasi antar individu dan negara?
Aditya : Negara menjaga moralitas individu masyarakat dengan cara membuat hukum.
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh Pufendorf sendiri bahwa hukum adalah
produk dari moralitas. relasi antar individu terhadap negara dapat dilihat dari moralitas
individu yang dijaga oleh negara tersebut kemudian memicu individu untuk mematuhi hukum
yang dibuat oleh negara.
Dody : Selain percaya tendensi manusia untuk damai, Pufendorf juga brpendapat bahwa
manusia merupakan makhluk yang rasional. Keadaan membuat manusia harus bekerja sama
dalam interaksi sosialnya. Terbentuknya negara adalah aktualisasi dari kerja sama antara
individu tersebut. Selanjutnya, negara harus menjaga tendensi individu untuk berada pada
keadaan yang damai. Akan tetapi, Pufendorf tidak memungkiri, bahwa negara juga bertindak
rasional dan tidak sempurna dalam penyelenggaraannya Selain percaya tendensi manusia
untuk damai, Pufendorf juga brpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang rasional.
Keadaan membuat manusia harus bekerja sama dalam interaksi sosialnya. Terbentuknya
negara adalah aktualisasi dari kerja sama antara individu tersebut. Selanjutnya, negara harus
menjaga tendensi individu untuk berada pada keadaan yang damai. Akan tetapi, Pufendorf
tidak memungkiri, bahwa negara juga bertindak rasional dan tidak sempurna dalam
penyelenggaraannya.
Ines : Negara menjadi penjaga moralitas bagi individu melalui pembentukan hukum yang
wajib ditaati masyarakat yang berada dibawah yuridiksi dan sebaliknya negara menjadi
tempat bagi individu untuk mengaktualisasikan diri dan sebagai refleksi dari perilaku sosial
indivdu.
Fatih : Mirip dengan jawaban adit, moral individu masyarakat membentuk hukum, negara
mengaplikasikan hukum tersebut untuk kemudian diberlakukan kepada individu masyarakat
Okvan : Menurut Pufendorf, tingkah laku masyarakat itu sendiri yang akan menunjukkan
perilaku negara. Sifat dasar manusia adalah memiliki kesempatanuntuk bekerja sama.
-
7/30/2019 Hasil Diskusi Pufendorf
5/6
Meskipun terkadang tidak selamanya begitu, namun manusia memiliki keinginan untuk
mencapai kedamaian. Untuk menjaga tatanan ini, maka dibentuklah hukum untuk mengatur
tingkah laku manusia yang lebih tertata.
Menurut teman-teman, Apakah di dalam fenomena hubungan internasional saat ini
alasan perang oleh karena Just War seperti yang diungkapkan Pufendorf atau oleh
karena alasan kepentingan lainnya?
Ines : Menurut saya perang yang terjadi saat ini memang secara retoris dikatakan sebagai
perang yang terjadi karena "just war" namun bila ditilik lebih dalam seringkali ditemukan
banyak sekali alasan lain yang seringkali jauh berbeda dari "just war"
Aditya : Menjawab pertanyaan terakhir agak susah nih. karena kita tidak pernah bisa
mengesampingkan kepentingan-kepentingan negara dalam mengambil sikap dalam hal
apapun. jadi, menurut saya, alasan perang yang menggunakan Just War seperti kata
Pufendorf itu digunakan hanya untuk justifikasi tindakan dari negara tersebut melakukan
gerakan agresif pada negara lain. tapi dibalik alasan adanya pelanggaran norma seperti yang
dikemukakan dalam Just War, pasti ada kepentingan lain yang aku sendiri tidak berani
mengasumsikannya
Dody : Sederhananya, just war saja tidak cukup
Fatih : Pasti ada kepentingan
Okvan : Yups, pasti ada kepentingan di sana. dan seperti kata Dodi, just war saja tidak cukup
Kesimpulan:
Saya menangkap bahwa pemikiran Pufendorf amatlah penting dalam upaya kita melihat
dasar-dasar universalitas moral yang terejawantahkan dalam obligasi di dalam hukum.
Pufendorf memberikan gambaran bahwa adanya negara merupakan upaya kerjasama untuk
mewujudkan moralitas yang lahir dari konsep law of nature tersebut sehingga terdapat
kesepakatan bersama untuk menjaga hak dan kewajiban satu sama lain. Dengan kata lain,
Pufendorf menekankan adanya kontrak sosial untuk menciptakan perdamaian itu sendiri. Jika
terdapat adanya gangguan atas hak-hak pribadi tersebut maka hukumlah yang bertindak dan
dengan demikian pengertian perang dimengerti dalam upaya menciptakan keadilan
-
7/30/2019 Hasil Diskusi Pufendorf
6/6