HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan...

27
Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan statistik deskriptif dan inferensial. Data hasil penelitian dianalisis untuk mengetahui hubungan berbagai variabel yang diteliti, dan memberikan penjelasan secara kualitatif sebagai pendukung. Data yang diperoleh dari kuesioner dikelompokkan dengan menggunakan skoring dan pengkategorian. Analisis yang dilakukan adalah: (1) memberikan skor pada setiap data dan kemudian ditabulasi; (2) menggolongkan, menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, kemudian data diolah dengan menggunakan tabulasi distribusi frekuensi dan nilai tengah yang kemudian dianalisis. Untuk menganalisis tingkat keeratan hubungan antara peubah bebas digunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 0.05% dengan rumus (Riduwan 2010). 1 6 1 2 2 n n di r s Keterangan : d i 2 = ( X i - Y i ) 2 r s = koefisien korelasi rank Spearman d i = selisih ranking X i dan Y i Y i = ranking variabel Y i X i = ranking variabel X i HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum dan Pelaksanaan PDPT Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Teluk Naga terletak di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan memiliki lokasi terdekat dengan Bandara Soekarno Hatta. Kecamatan ini terdiri atas tiga belas desa yaitu Desa Bojong Renged, Desa Teluk Naga, Desa Kebon Cau, Desa Babakan Asem, Desa Kp Melayu Barat,Desa Kp Melayu Timur, Desa Kp Besar, Desa Lemo, Desa Muara, Desa Tegal Angus, Desa Tanjung Pasir, Desa Tanjung Burung dan Desa Pangkalan. Batas Wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah Laut Jawa di sebelah utara, Neglasari dan Benda di sebelah selatan, Pakuhaji di sebelah barat, dan Kosambi di sebelah timur. Adapun gambaran umum dua desa penelitian sebagai berikut:

Transcript of HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan...

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

30

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan statistik deskriptif dan

inferensial. Data hasil penelitian dianalisis untuk mengetahui hubungan berbagai

variabel yang diteliti, dan memberikan penjelasan secara kualitatif sebagai

pendukung. Data yang diperoleh dari kuesioner dikelompokkan dengan

menggunakan skoring dan pengkategorian. Analisis yang dilakukan adalah: (1)

memberikan skor pada setiap data dan kemudian ditabulasi; (2) menggolongkan,

menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban,

kemudian data diolah dengan menggunakan tabulasi distribusi frekuensi dan nilai

tengah yang kemudian dianalisis. Untuk menganalisis tingkat keeratan hubungan

antara peubah bebas digunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf

kepercayaan 0.05% dengan rumus (Riduwan 2010).

16

12

2

nn

dirs

Keterangan :

di2 = ( Xi - Yi )

2

rs = koefisien korelasi rank Spearman

di = selisih ranking Xi dan Yi

Yi = ranking variabel Yi

Xi = ranking variabel Xi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum dan Pelaksanaan PDPT

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Teluk Naga terletak di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

dan memiliki lokasi terdekat dengan Bandara Soekarno Hatta. Kecamatan ini

terdiri atas tiga belas desa yaitu Desa Bojong Renged, Desa Teluk Naga, Desa

Kebon Cau, Desa Babakan Asem, Desa Kp Melayu Barat,Desa Kp Melayu Timur,

Desa Kp Besar, Desa Lemo, Desa Muara, Desa Tegal Angus, Desa Tanjung Pasir,

Desa Tanjung Burung dan Desa Pangkalan. Batas Wilayah Kecamatan Teluk

Naga adalah Laut Jawa di sebelah utara, Neglasari dan Benda di sebelah selatan,

Pakuhaji di sebelah barat, dan Kosambi di sebelah timur. Adapun gambaran

umum dua desa penelitian sebagai berikut:

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

31

Tabel 2 Gambaran umum dua desa penelitian, 2013

No

Kondisi Umum Desa Tanjung Pasir Desa Muara

1 Letak astronomis 106 o20’-106

o43’ BT dan 6

o00’-6

o00-6

o20’ LS

106°20’-106°43’ BT

dan 6°00’-6°20 LS

2 Batas wilayah Utara : Laut Jawa

Selatan : Desa Tegalangus

Barat : Desa Tanjung

Burung

Timur : Desa Muara

Utara : Laut Jawa

Selatan : Desa Lemo

Barat : Desa Tanjung

Pasir

Timur : Laut Jawa/

Desa Lemo

3 Luas wilayah 570 Ha 505 Ha

4 Jarak dengan ibu

kota kecamatan

6.9 km 10 km

5 Jumlah

penduduk

10.225 jiwa

Laki-laki : 4.115 jiwa

Perempuan : 6.110 jiwa

3.780 jiwa

Laki-laki :1.845

Perempuan : 1.935

Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara merupakan daerah dataran rendah

dengan ketinggian masing-masing 1 meter dan 40 meter di atas permukaan laut

(dpl). Secara administrasi, desa-desa tersebut terbagi ke dalam 6 (enam) wilayah

kemandoran atau kampung. Desa Tanjung Pasir terbagi atas Kampung Tanjung

Pasir, Sukamanah Barat (empang), Garapan, Gagah Sukamanah, Sukamulya I dan

Kampung Sukamulya II, sedangkan Desa Muara atas kampung Muara, Cipete,

Tanjungan, Kedung Bolang, Petopang, dan Garapan.

Desa Tanjung Pasir merupakan pemekaran dari Desa Tegalangus

berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Tangerang No. 7 tahun 2007 tentang

Pembentukan Pemeritahan Desa. Nama Tanjung Pasir sendiri berasal dari kata

Tanjung yang berarti daratan yang menonjol di permukaan laut Jawa, dan kata

Pasir karena permukaan tanahnya yang berpasir.

Secara umum lingkungan Desa Tanjung Pasir dan Muara masih

memprihatinkan dan terlihat kumuh, masih banyak rumah warga yang tidak layak

huni. Akses utama masyarakat masih ada yang rusak, tergenang air dan sebagian

masih berupa tanah keras, saluran air limbah rumah tangga tidak memadai, serta

penumpukan sampah yang disebabkan belum adanya tempat pembuangan sampah

dan pengelolaan kebersihan masih minim.

Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara tergolong wilayah

yang memiliki risiko tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Hal ini ditandai

dengan seringnya banjir (rob) di pemukiman warga yang berdampak pada

meluasnya lahan produktif yang hilang, banyaknya pemukiman penduduk yang

tergenang dan bahkan ada pemukiman yang tenggelam, sehingga mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Masalah lainnya adalah abrasi pantai yang terjadi pada

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

32

sekitar 1 km di wilayah pantai Tanjung Pasir, dan melanda 3 km pantai Desa

Muara. Abrasi yang terjadi di dua desa pesisir ini selain disebabkan oleh proses-

proses alami (seperti angin, arus, dan gelombang), juga disebabkan oleh aktivitas

manusia, seperti pembukaan hutan pesisir, reklamasi pantai (untuk kepentingan

pemukiman, industri, dan pembangunan infrastruktur), dan aktivitas pengambilan

pasir di perairan pantai.

Tingkat Pendidikan Masyarakat

Berdasarkan data Monografi Desa, pendidikan masyarakat di wilayah ini

masih tergolong rendah. Di Desa Tanjung pasir sebanyak 2.1 % masyarakatnya

tidak mengenyam pendidikan, 3.5 % tidak taman Sekolah Dasar (SD), 55.5 %

memiliki tingkat pendidikan SD, 24.4 % SMP, 13.9 % SMA, 0.6 % S1/D3/D1.

Begitu pula dengan masyarakat Desa Muara sebanyak 52.1 % penduduk tidak

pernah sekolah, 12.5 % tidak tamat dan tamat Sekolah Dasar (SD), 4.5 % SMP,

2.7 % SMA, 0.7 % Sarjana, dan 14.9 % belum sekolah. Hal ini mengindikasikan

bahwa masyarakat di Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara belum memiliki

kesadaran akan pentingnya pendidikan. Penduduk sebagai sumberdaya yang dapat

digunakan dalam membangun desa, namun pendidikan masyarakat memiliki

pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan daerah.

Mata Pencaharian Masyarakat

Mata pencaharian utama masyarakat Desa Tanjung Pasir adalah nelayan.

Sebanyak 2.331 warga bekerja sebagai nelayan dan mengandalkan hasil laut

sebagai penopang kehidupan keluarganya. 65 orang yang bekerja sebagai buruh,

15 Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan warga lain bermata pencaharian sebagai

petani, pedagang, peternak dan lain sebagainya. Letak dan karakteristik desa yang

berada di wilayah pesisir menjadi faktor penyebab dominannya penduduk yang

bekerja sebagai nelayan. Sedangkan di Desa Muara perekonomian mayoritas

masyarakat di topang dengan bekerja sebagai buruh tani, nelayan, kebun, dan

berdagang. Kondisi usaha pertanian masyarakat sangat dipengaruhi oleh musim,

pada musim kemarau petani kesulitan mendapat air untuk mengairi sawahnya,

sehingga kegiatan disawah hanya dilakukan satu kali dalam setahun.

Potensi Desa

Desa Tanjung Pasir memiliki lahan pertanian sekitar 83 ha, yakni sawah

yang hanya diusahakan untuk tanaman padi pada saat musim hujan (tadah hujan).

Oleh karena itu, pada saat musim kemarau, petani beralih kepada tanaman buah-

buahan semusim (seperti semangka dan timun). Selain sektor perikanan dan

pertanian, potensi ekonomi yang memungkinkan dikembangkan masyarakat Desa

Tanjung Pasir adalah kerajinan dan pariwisata. Salah satu kerajinan yang

berkembanga adalah handycraft dari pasir. Kerajinan tersebut dimotori oleh para

pemuda yang tergabung dalam komunitas Sekar Tavas atau Seni Kreasi Tanjung

Pasir yang juga merupakan kelompok dalam Program Pengembangan Desa Pesisir

Tangguh. Pariwisata di Desa Tanjung Pasir cukup banyak, hanya saja belum

terkelola dengan optimal. Adapun obyek wisata yang ada di Desa Tanjung Pasir

yakni: (1) Tanjung Pasir Resort, yang mengangkat perekonomian desa; (2)

Restoran dan rumah makan di sepanjang jalan menuju Desa Tanjung Pasir; (3)

Pantai Desa Tanjung Pasir yang sebagian dikuasai oleh Angkatan Laut sebagai

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

33

lokasi latihan dan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu); (4)

Kawasan Mangrove; (5) Penangkaran Buaya; dan (6) Dermaga dan TPI (Tempat

Pelelangan Ikan).

Desa Muara juga memiliki potensi untuk dikembangkan, yakni potensi

perikanan, pertanian, dan pariwisata. Desa ini dapat dikembangkan menjadi

daerah pariwisata, terutama wisata pemancingan ikan di tambak, wisata kuliner

ikan. Kegiatan pengembangan usaha perikanan sesuai dengan potensi yang

dimiliki yakni kegiatan budidaya ikan (bandeng, udang dll). Pengolahan ikan

mempunyai nilai jual yang cukup tinggi sehingga Desa Muara juga bisa dijadikan

daerah pemasaran produk ikan dari tambak, sentra olahan hasil perikanan, areal

pemancingan, resort, penyewaan perahu wisata dan sebagainya. Hanya saja

potensi pariwisata pesisir belum dikembangkan dan digarap secara optimal. Masih

banyak yang perlu dibenahi terutama kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan

lingkungan, perlu diupayakan penanganan secara intensif agar Desa Muara bisa

menjadi daerah wisata yang asri, bersih, indah dan bersemi.

Pelaksanaan Program PDPT di Desa Penelitian

Program PDPT sebagai upaya meminimalisir dampak perubahan iklim

dilaksanakan di dua desa penelitian sejak tahun 2012. Sebagai daerah yang rentan

akan perubahan iklim, kegiatan PDPT di Desa Tanjung Pasir di fokuskan pada

empat bina yakni bina yakni Bina sumberdaya, bina infrastruktur dan lingkungan,

bina usaha, serta bina siaga bencana. Sedangkan di Desa Muara, di fokuskan pada

tiga bina, yaitu bina sumberdaya, bina infrastruktur dan lingkungan, serta bina

usaha.

Pelaksanaan kegiatan program melibatkan masyarakat, yang dibagi dalam

sepuluh kelompok pemanfaat program, dan didampingi oleh satu pendamping

program di setiap desa. Dalam pelaksanaanya, program belum mampu melibatkan

masyarakat secara keseluruhan. Partisipasi masyarakat masih rendah, selain

disebabkan kurangnya interaksi antar anggota kelompok, rendahnya pengetahuan

masyarakat tentang program, pekerjaan masyarakat sebagai nelayan, serta

kurangnya peran stakeholders dalam mengajak masyarakat berpartisipasi juga

menjadi salah satu penyebab rendahnya keikutsertaan mereka.

Intensitas pendampingan yang dilakukan masih sangat rendah, sehingga

belum mampu mebentuk kemandirian masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki

masyarakat terhadap program PDPT juga masih tergolong rendah. Kondisi

tersebut terjadi karena kurangnya upaya sosialisasi dan pendampingan yang

dilakukan oleh pelaksana program. Pada kenyataannya, sosialisasi yang dilakukan

hanya melibatkan ketua, sekertaris, dan bendahara kelompok. Akibatnya, sebagian

besar anggota kelompok kurang mendapatkan informasi terkait program PDPT.

Secara teknis, para pengelola program belum memanfaatkan poster atau pun radio

dalam kegiatan sosialisasi program kepada masyarakat.

Pencapaian pelaksanaan program cukup memberikan manfaat kepada

masyarakat terutama dalam pembangunan infratruktur dan lingkungan

masyarakat. Beberapa kegiatan yang bersifat pengembangan usaha belum mampu

meningkatkan ketangguhan ekonomi masyarakat. Beberapa penyebab kurang

suksesnya pencapaian ketangguhan masyarakat adalah kurangnya keterlibatan

masyarakat dan stakeholders serta kurangnya kemandirian masyarakat dalam

mengembangakan dan mengelola program.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

34

Tabel 3 Perkembangan kegiatan PDPT Desa Tanjung Pasir Nama Desa Nama Kegiatan Jumlah Perkembangan PDPT*

Tanjung

Pasir

1. Bina Sumberdaya

a. Penanaman

Mangrove

10.000

pohon

Tidak dilakukan pemeliharaan pada

Mangrove yang telah ditanam, sehingga

banyak tanaman yang mati dan ditanami

kembali.

2. Bina Infrastruktur

dan Lingkungan

a. Pembangunan

MCK dan

Sarana Air

Bersih

b. Pembangunan

sarana air

bersih

c. Pembangunan

SPAL

1 unit

2 unit

P. 90 m

L.0.4m

Manfaat pembangunan MCK dan Sarana

Air Bersih, mampu dirasakan oleh

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Membantu masyarakat untuk

mendapatkan air bersih dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, masyarakat yang

menggunakan sarana tersebut hanya

dibebankan uang iuran untuk membayar

pemakaian listrik pompa air.

Pembangunan SPAL digunakan sebagai

saluran pembuangan limbah warga, hanya

saja masyrakat tidak melakukan

pemeliharaan sehingga saat ini SPAL

menjadi sangat kotor dan tersumbat.

3. Bina Usaha

a. Pelatihan dan

pengadaan

sarana untuk

kerajinanan

b. Pelatihan dan

Pengadaan

sarana

Pengelolaan

limbah untuk

kerajinan

c. Pengadaan

Perahu Wisata

d. Pengadaan

sarana

pengelolaan

sampah

1 paket

(laptop,

print, cat dll)

1 paket

(2 mesin

jahit, 1

mesin brush)

1 komputer

dan 1 print

1 paket

1 paket

Masyarakat tidak memiliki tempat untuk

memasarkan Hasil kerajinan Handycraft

yang dihasilkan, sehingga saat ini

kelompok jarang untuk membuat

kerajinan lagi

Kualitas hasil kerajinan kelompok masih

rendah sehingga tidak laku di pasaran

Manfaat pengadaan perahu wisata belum

mampu dirasakan oleh seluruh anggota

kelompok, karena hasil yang diperoleh

digunakan untuk perawatan perahu.

Mesin pengolah sampah dalam keadaan

rusak dan tidak diperhatiakan oleh

masyarakat, selain itu mesin tersebut juga

tidak mampu di manfaatkan dengan baik

oleh masyarakat.

4. Bina Siaga

Bencana

a. Pembangunan

Turap Sungai

Garapan

P. 120m

T. 1.5m

Pembangunan Turap Sungai mampu

mngurangi dampak banjir rob yang

biasanya menggenangi rumah warga,

sehingga manfaatnya mampu di rasakan

Keterangan* : Saat pelaksanaan penelitian

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

35

Tabel 4 Perkembangan kegiatan PDPT Desa Muara Nama Desa Nama Kegiatan Jumlah Perkembangan PDPT*

Muara 1. Bina Sumberdaya

a. Penanaman

Mangrove dan

Pembuatan

Papan Reklame

7.150 pohon

mangrove dan 5

unit papan

informasi

Penaman mangrove sangat

bermanfaat dalam menjaga dan

memperbaiki ekosistem pesisir

desa Muara.

2. Bina Infrastruktur

dan lingkungan

a. Pembangunan

SPAL

b. Pembangunan

sarana air

bersih, MCK,

dan Pembuatan

MCK

Mushollah

c. Rehab Sarana

ibadah dan

pembuatan

MCK

d. Pembangunan

jalan Paping

Block

e. Pembangunan

Sarana air

bersih

Panjang 90 m,

Lebar 40 cm

Realisasi P.

120m, L. 20cm

2 unit sarana air

bersih dan 1

unit MCK

1 MCK, Jendela

12, Pintu 2,

Rehab atap dan

pengecetan

Panjang 155 m,

Lebar 1.20 M

1 Unit

pembangunan

sarana air bersih

SPAL mampu mengalirkan

limbah waga ke laut sehingga

limbah yang biasanya mengalir

ke pekarangan rumah warga

tidak lagi terjadi.

Manfaatnya mampu dirasakan

oleh masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan MCK

dan air bersih.

Bangunan sarana ibadah belum

bisa digunakan oleh

masyarakat, karena dana yang

belum cukup sehingga

pembangunan sarana ibadah

terhenti.

Manfaat pembangunan jalan

Paping Block sangat dirasakan

oleh masyarakat. Jalanan yang

biasanya tidak dapat dilewati

karena becek sekarang mampu

digunakan oleh masyarakat.

Sangat bermanfaat dalam

pemenuhan kebutuhan air

bersih masyarakat

3. Bina Usaha

a. Pengadaan

Perahu dan

Pondok Wisata

b. Pengadaan

Mesin Papin

Block

1 unit perahu

wisata, 2 unit

pondok wisata

1 paket

Pengadaan perahu dan pondok

wisata belum mampu dikelola

dengan baik oleh masyarakat,

sehingga belum mampu

meningkatkan ketangguhan

ekonomi mereka

Mesin yang telah dibeli tidak

dimanfaatkan dan dioperasikan

oleh masyarakat. Selain karena

tidak memiliki lahan,

masyarakat juga tidak memiliki

dana untuk membeli bahan

dasar pembuatan papin block,

sehingga saat ini mesin tersebut

hanya di smpan di rumah

warga.

Keterangan* : Saat pelaksanaan penelitian

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

36

Karakteristik Personal Peserta PDPT

Karakteristik personal merupakan ciri khas yang melekat pada individu

yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan dan lingkungan individu

tersebut. Karakteristik individu dapat menjadi pembeda yang khas antara individu

dengan individu lainnya. Karakteristik personal yang diamanti sebagaimana yang

tercantum dalam kerangka berfikir meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan

non formal, jumlah tanggungan, tingkat kekosmopolitan, serta tingkat

pengetahuan tentang program.

Umur

Umur responden berkisar antara 19-60 tahun (Tabel 5). Jika mengacu pada

batasan usia produktif menurut Rusli 1995, bahwa usia produktif seseorang

berkisar antara 15-65 tahun, maka 90 persen responden tergolong produktif.

Salkind 1985, menegaskan bahwa umur berkaitan dengan tingkat kematangan

biologis dan psikologis seseorang dalam melakukan aktivitas. Seseorang yang

dalam usia produktif cenderung memiliki kondisi fisik dan psikis yang optimal

dalam bekerja. Artinya, pembangunan desa yang bertujuan untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat akan sangat membutuhkan partisipasi masyarakat yang

berada pada kelompok produktif.

Responden yang berada pada umur produktif akan lebih mudah menerima

perubahan, ide-ide dan inovasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

produksi dan pendapatan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Pakpahan

(2006) yang menyatakan bahwa pada usia produktif nelayan memiliki kondisi

fisik yang baik dan membuat nelayan mampu melakukan kegiatan secara optimal

dan mampu mengembangkan diri dengan baik. Oleh karena itu jika dilihat dari

faktor umur, maka responden di dua desa penelitian merupakan aset sumberdaya

manusia (SDM) yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan.

Tabel 5 Umur peserta program PDPT di dua desa penelitian, 2013.

Umur Kategori

(Tahun)

Desa Tanjung

Pasir

Desa Muara Total

n % n % n %

Muda 18-29 14 46.7 5 16.7 18 30.0

Dewasa 30-50 15 50.0 22 73.3 38 63.3

Tua ≥ 50 1 3.3 3 10.0 4 6.7

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 33.4 38.3 35.8

Partisipasi pemuda (18-29 tahun) dalam program PDPT tergolong cukup

tinggi. Menurut Soehardjo dan Patong (1998), pemuda mempunyai keberanian

dan motivasi yang lebih tinggi (termasuk dalam pengambilan keputusan)

dibandingkan yang berumur lebih tua. Ada kecenderungan, masyarakat peserta

program PDPT Tanjung Pasir dan Muara yang berusia tidak produktif hanya

mengikuti keputusan dari anggota kelompok yang berada pada usia produktif.

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

37

Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan merupakan indikator utama pembangunan dan kualitas

sumberdaya manusia. Secara umum, tingkat pendidikan masyarakat pedesaan di

Indonesia lebih rendah daripada masyarakat di perkotaan dan pinggiran kota

(Chozin et., al 2010). Hal yang sama juga berlaku di Desa Tanjung Pasir dan Desa

Muara. Pada Tabel 6 terlihat bahwa sebagai besar peserta program PDPT

berpendidikan rendah (dasar). Adapun peserta yang berpendidikan menengah

(sekitar 3 %) adalah beberapa dari mereka yang berusia muda dan pengurus

kelompok.

Tabel 6 Tingkat pendidikan formal peserta program PDPT di dua desa penelitian,

2013.

Tingkat

Pendidikan

Formal

Kategori

(Tahun

sukses)

Desa Tanjung

Pasir

Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 0-9 30 100 28 93.3 58 96.7

Sedang 10-13 0 0 2 6.7 2 3.3

Tinggi ≥ 14 0 0 0 0 0 0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 5.8 5.9 5.9

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan manusia untuk melaksanakan perannya dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Namun jika dikaitkan dengan program wajib belajar sembilan tahun, maka sebanyak 96.67% masyarakat yang ikut dalam program PDPT memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah. Hal ini menunjukkan masih kurangnya akses masyarakat terhadap pendidikan.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tanjung Pasir dan Muara, menyebabkan kemampuan mengelola dan membangun desa menjadi kurang maksimal. Tarigan (2006) menemukan bahwa pendidikan diyakini berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi juga bermanfaat karena mampu membagi pengetahuan ketika bergaul dengan masyarakat, serta memberikan peluang kepada seseorang untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Olehnya itu pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi.

Pendidikan Non Formal Pendidikan nonformal merupakan kegiatan belajar yang sengaja dilakukan oleh warga untuk meningkatkan pengetahuan. Pendidikan non formal masyarakat Teluk Naga secara umum termasuk dalam kategori rendah, yakni sekitar 91.67% masyarakat di dua desa penelitian hanya mengikuti satu kali pelatihan bahkan banyak diantara mereka yang belum pernah mengikuti pelatihan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan non formal masyarakat pemanfaat program di Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di dua desa tersebut memiliki frekuensi pendidikan non formal yang sama.

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

38

Tabel 7 Tingkat pendidikan non formal peserta program PDPT di dua desa

penelitian, 2013.

Tingkat

Pendidikan

Non Formal

Kategori

(Jumlah/tahun)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 0-1 26 86.7 29 96.7 55 91.7

Sedang 2-3 4 13.3 1 3.3 5 8.3

Tinggi ≥ 4 0 0 0 0 0 0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 0.7 0.2 0.5

Rendahnya pendidikan non formal masyarakat dipengaruhi oleh rendahnya

intensitas pelaksanaan pendampingan atau penyuluhan yang dilakukan, serta

kecenderungan masyarakat yang mengikuti pelatihan hanya ketua kelompok saja.

Merujuk kepada Amanah (2003) yang menyatakan bahwa sebagai faktor

pendukung, maka penyuluhan memegang peran penting yang berperan membantu

terjadinya perubahan yang positif dalam hal pengetahuan, keterampilan teknis,

sikap, motivasi serta perbaikan kemampuan berbisnis dan bermasyarakat.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia

pertanian yang dimiliki petani, terutama yang beusia produktif. Namun

tanggungan keluarga juga bisa menjadi beban hidup keluarga apabila tidak

membantu dalam usahataninya (Syafruddin 2003). Tabel 8 memperlihatkan

bahwa sebagian besar rumah tangga responden di Kecamatan Teluk Naga

mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang pada kategori sedang, yaitu antara

dua sampai tiga jumlah tanggungan.

Tabel 8 Jumlah tanggungan keluarga peserta program PDPT di dua desa

penelitian, 2013.

Jumlah

tanggungan

Kategori

(jumlah

jiwa)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 0-1 8 26.7 2 6.7 10 16.7

Sedang 2-3 21 70.0 18 60.0 39 65.0

Tinggi ≥ 4 1 3.3 10 33.3 11 18.3

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 1.9 2.9 2.4

Sebanyak 65% responden responden memiliki jumlah tanggungan pada

tingkat sedang. Hal ini disebabkan beberapa responden menikahkan anaknya pada

usia yang relatif muda, sehingga pada usia produktif (30-50 tahun), jumlah

tanggungan mereka berada berkisar antara 2-3 jiwa. Jumlah tanggungan menjadi

salah satu penyebab kurangnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan program.

Kesibukan dalam bekerja dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan

keluarga mengurangi kesempatan masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi

dalam program.

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

39

Tingkat Kekosmopolitan

Tingkat kekosmopolitan adalah ketebukaan anggota kelompok PDPT di

Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara terhadap informasi, melalui hubungan

mereka dengan berbagai sumber informasi yang ada. Mardikanto (1993)

mengemukakan bahwa masyarakat yang relatif lebih kosmopolit memiliki tingkat

adopsi inovasi lebih cepat dibandingkan dengan masyarakat yang lokalit.

Tabel 9 Tingkat kekosmopolitan peserta program PDPT di dua desa penelitian,

2013.

Tingkat Kekosmopolitan

Kategori (Skor)

Desa Tanjung Pasir

Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 23 76.7 21 70.0 44 73.3

Sedang 10-14 5 16.7 7 23.3 12 20.0

Tinggi ≥ 15 2 6.7 2 6.7 4 6.7

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 8.7 8.3 8.8

Tingkat kekosmopolitan anggota kelompok pemanfaat PDPT di Desa

Tanjung Pasir dan Muara sebagian besar (73.33%) masih berada pada kategori rendah. Hal ini disebabkan karena pekerjaan mayoritas responden adalah nelayan. Mereka cenderung mencurahkan sebagian besar waktunya untuk melaut dan mencari ikan. Mereka lebih fokus pada pekerjaan sebagai nelayan, dibanding dengan kegiatan-kegiatan lain. Ketika responden pulang dari laut, mereka menggunakan waktu untuk beristahat dirumah. Keterbatasan inilah yang menyebabkan akses masyarakat terhadap dunia luar sedikit. Baba et al., (2011) menemukan bahwa kekosmopolitan berkaitan erat dengan keterbukaan dalam menerima informasi yang pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut Herawati dan Ismail (2006) juga menemukan bahwa kekosmopolitan kontaktani di Sukabumi dilakukan melalui pengalaman berkunjung ke daerah lain dan melihat kemajuan yang sudah dicapai oleh petani lain maupun dengan kunjungan yang bersifat pribadi dapat menambah perbendaharaan pengetahuan dan keterampilan tentang usahatani, merangsang diri dan kelompok agar lebih dinamis, dan menimbulkan semangat kerja untuk meningkatkan produktifitas. Kunjungan dan interaksi dapat mempengaruhi sikap dan mental kontaktani yang biasanya akan lebih cepat menyambut dan berpartisipasi pada setiap usaha yang bertujuan memperbaiki atau membangun usaha pertanian masyarakat.

Tingkat Pengetahuan tentang Program

Pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap dan perilaku sesorang, rendahnya pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu untuk mendidik masyarakat agar mempunyai perilaku yang baik, warga perlu diberikan pengetahuan (Sungkar 2010). Sebagian besar masyarakat (56.7 %) pemanfaat program di dua desa pesisir memiliki tingkat pengetahuan yang rendah terhadap program PDPT.

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

40

Tabel 10 Tingkat pengetahuan peserta, tentang program PDPT di dua desa penelitian, 2013.

Tingkat Pengetahuan

tentang Program

Kategori (Skor)

Desa Tanjung Pasir

Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 16 53.3 18 60.0 34 56.7

Sedang 10-14 11 36.7 9 30.0 20 33.3

Tinggi ≥ 15 3 10.0 3 10.0 6 10.0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 9.9 9.9 9.9

Tabel 10 menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan responden terhadap

program PDPT disebabkan kurangnya sosialisasi dan pendampingan yang

dilakukan oleh pelaksana program. Sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana

program hanya melibatkan ketua, sekertaris, dan bendahara kelompok, sehingga

anggota kelompok kurang mendapatkan informasi terkait program PDPT. Hal

tersebut akan mempengaruhi perilaku masyarakat, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Blackstock et al., (Baba 2011) bahwa dari aspek perilaku

seseorang akan berpartisipasi jika mereka mendapatkan pengetahuan tentang

program yang dikembankan dengan efektif dan benar.

Pembahasan terkait karakteristik masing-masing responden juga

memberikan gambaran terhadap sikap yang terbentuk serta kualitas sumberdaya

manusianya. Umur responden yang relatif berada pada usia produktif sangat

berpeluang dalam membangun desa. Persoalannya, usia produktif tidak sejalan

dengan tingkat pendidikan formalnya yang sebagian besar (96.7%) tergolong

rendah (0-9 tahun). Pendidikan formal yang rendah juga tidak didukung dengan

pendidikan non formal. Sebagian besar (91.7%) masyarakat pemanfaat program di

kedua desa penelitian berada pada kategori rendah (0-1). Pendampingan ada,

tetapi karena intensitasnya rendah, maka masyarakat pun menjadi kurang akses

terhadap pelatihan-pelatihan. Di sisi lain, masyarakat sendiri lebih sibuk mencari

penghidupan untuk memenuhi kebutuan keluarga yang menjadi tanggungannya

yang 65% berjumlah 2-3 orang. Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat

adalah nelayan, sehingga sebagian besar waktu mereka tercurah untuk melaut dan

mencari ikan. Karena kondisi dan kesempatan masyarakat serba terbatas, maka

wajar jika tingkat kekosmopolitan sebagian besar (73.3%) dari mereka rendah.

Sama halnya dengan tingkat kekosmopolitan, tingkat pengetahuan yang

dimiliki masyarakat terhadap program PDPT juga masih tergolong rendah yakni

sebesar 56.7%. Kondisi tersebut juga terjadi karena kurangnya upaya sosialisasi

dan pendampingan yang dilakukan oleh pelaksana program. Pada kenyataannya,

sosialisasi yang dilakukan hanya melibatkan ketua, sekretaris, dan bendahara

kelompok. Akibatnya, sebagian besar anggota kelompok kurang mendapatkan

informasi terkait program PDPT. Secara teknis, para pengelola program belum

memanfaatkan poster atau pun radio dalam kegiatan sosialisasi program kepada

masyarakat.

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

41

Karakteristik Lingkungan Sosial Peserta PDPT

Perubahan masyarakat dapat terjadi karena beberapa unsur yang saling

berinteraksi satu sama lain. Dalam pengambilan keputusan, masyarakat tidak

selalu dapat dengan bebas dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh

kekuatan-kekuatan di sekelilingnya. Mulyandari (2011) juga mengemukakan

bahwa masyarakat sebagai individu-individu yang bersifat unik mampu

mengembangkan hubungan, interaksi, dan transaksi sosial sehingga terwujud

struktur sosial. Hal ini sejalan dengan pengertian dan unsur modal sosial yang

dikemukakan oleh Putnam et al., (Mulyandari 2011) yang menyatakan bahwa

unsur organisasi sosial seperti kepercayaan, norma, dan jaringan (hubungan

masyarakat) dapat meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kemudahan bekerja

sama.

Tingkat Dukungan Tokoh Masyarakat

Dukungan tokoh masyarakat sebagai lingkungan sosial baik berupa

nasehat, informasi, ataupun dukungan secara psikologi akan sangat berpengaruh

terhadap sikap masyarakat terhadap suatu hal. Desa yang memiliki tokoh

masyarakat yang selalu memberikan perhatian dan motivasi dalam pelaksanaan

kegiatan, akan mendapatkan hasil dan kinerja yang lebih baik dibandingkan

dengan desa yang tidak diperhatikan oleh tokoh masyarakatnya.

Masyarakat pemanfaat program di dua desa pesisir memiliki tingkat

dukungan tokoh masyarakat yang sedang cenderung tinggi. Dalam pelaksanaan

program PDPT, pelaksana program (Dinas Kelautan dan Perikanan) membentuk

Tim Pemberdaya yang berasal dari tokoh masyarakat. Tim Pemberdaya yang

dibentuk bertugas sebagai motivator dalam meningkatkan keterlibatan anggota

kelompok dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam pelaksananaan program, interaksi

yang terjalin antara tokoh masyarakat dan masyarakat berjalan baik, hanya saja

dalam pelaksanaan tugas sebagai tim pemberdaya, tokoh masyarakat cenderung

hanya terlibat dalam mendampingi kelompok dalam menyusun rencana kegiatan,

selain itu tokoh masyarakat juga mendampingi pada tahap pelaksanaan, namun

kurang melakukan pengawasan secara bertahap terhadap pelaksanaan dan evaluasi

kegiatan program.

Tabel 11 Tingkat dukungan tokoh masyarakat terhadap peserta program PDPT di

dua desa penelitian, 2013.

Tingkat

Dukungan

Tokoh

Masyarakat

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 6.3-10.3 9 30.0 4 13.3 13 21.7

Sedang 11.3-15.3 12 40.0 12 40.0 24 40.0

Tinggi ≥ 16.3 9 30.0 14 46.7 23 38.3

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 13.7 15.9 14.8

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

42

Terkait pelaksanaan program tokoh masyarakat juga dirasa kurang dalam

memberikan informasi serta dalam meningkatkan kegotongroyongan anggota

kelompok. Hal tersebut menyebabkan hanya segelintir anggota kelompok yang

terlibat dalam kegiatan program. Febriana (2012) mengemukakan bahwa tokoh

masyarakat mempunyai tugas menggerakkan swadaya gotong royong dan partisipasi

masyarakat di wilayahnya dan membantu kelancaran tugas-tugas pokok lembaga

masyarakat dalam bidang pembangunan di desa dan kelurahan, serta menggerakkan

swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya. Sejalan dengan hal

tersebut Wee (2010) mengemukakan bahwa perlu adanya suatu komunikasi antara

masyarakat dengan lingkungan sosial dalam hal pertukaran informasi berkaitan

dengan program.

Peran Kelompok

Kelompok memiliki peran penting dalam menyukseskan tujuan program,

Stocbridge et al., (2003) mengemukakan bahwa peran dipengaruhi oleh keadaan

sosial. Dalam suatu kelompok masing-masing anggota tentu tidak melakukan hal

yang sama dalam mencapai tujuan. Ketua kelompok dan setiap anggota memiliki

tugas dan fungsi yang berbeda dan peran yang berbeda.

Tabel 12 Pendapat peserta program PDPT terhadap peran kelompok di dua desa

penelitian, 2013.

Tingkat

Peran

Kelompok

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 9 30.0 9 30.0 18 30.0

Sedang 10-14 10 33.3 12 40.0 22 36.7

Tinggi ≥ 15 11 36.7 9 30.0 20 33.3

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 12.0 12.2 12.1

Tabel 12 menunjukkan bahwa secara keseluruhan peran kelompok di dua

desa pesisir berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan kurangnya kegiatan

pertemuan kelompok untuk membahas perkembangan kegiatan program, sehingga

sebagian besar kelompok tidak mengetahui perkembangan dari kegiatan program

yang telah dilakukan. Selain itu anggota kelompok hanya aktif berinteraksi

dengan sesama anggota kelompok yang aktif. Rukka et al., (2008) mengemukakan

bahwa keberadaan kelompok merupakan salah satu potensi yang mempunyai

peranan penting dalam membentuk perubahan perilaku anggotanya dan menjalin

kemampuan kerjasama anggota kelompoknya. Proses pelaksanaan kegiatan

melibatkan anggota kelompok dalam berbagai kegiatan bersama, akan mampu

mengubah atau membentuk wawasan, pengertian, pemikiran minat, tekad dan

kemampuan perilaku.

Ketua kelompok yang diharapkan menjadi sumber informasi bagi para

anggota juga tidak mampu memberikan informasi kepada semua anggota

kelompok. Informasi hanya sampai pada beberapa anggota kelompok saja.

Pentingnya peran sebuah kelompok dalam pelaksanaan kegiatan program sejalan

dengan hasil penelitian Ridwan (2012) yang mengemukan bahwa keberadaan

kelompok mempunyai peranan yang sangat strategis pada efektivitas penerapan

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

43

program, sehingga semakin baik fungsi dari keberadaan kelompok pemanfaat,

maka realisasi program akan semakin sukses. Sejalan dengan hal tersebut

Nuryanti dan Swastika (2011) juga mengemukakan bahwa kinerja setiap

kelompok dalam menjalankan perannya sangat dipengaruhi oleh sumberdaya

manusia, yaitu anggota kelompok. Antusias dan keterampilan anggota kelompok

dalam merespon dan mengelola program pemerintah sangat menentukan

keberhasilan pelaksanaan program.

Intensitas Kegiatan Program

Intensitas Kegiatan program dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai

frekuensi pelaksana melakukan kegiatan terkait program dan pelaksanaan

program, serta akses informasi yang masyarakat dapatkan tentang kegiatan-

kegiatan Program PDPT.

Tabel 13 Pendapat peserta program tentang intensitas kegiatan kelompok PDPT di

dua desa penelitian, 2013.

Intensitas

Kegiatan

Kelompok

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 13 43.3 13 43.3 26 43.3

Sedang 10-14 13 43.3 14 46.7 27 45.0

Tinggi ≥ 15 4 13.3 3 10.0 7 11.7

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 10.3 10 10

Intensitas kegiatan program berada pada kategori sedang namun

cenderung rendah (Tabel 13). Rendahnya intensitas kegiatan program disebabkan

kurangnya pendampingan dan sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana program

kepada kelompok pemanfaat program. Kegiatan sosialisasi hanya dilakukan di

wilayah Tangerang, dan hanya melibatkan ketua, sekretaris, dan bendahara

kelompok, sehingga anggota kelompok yang lain tidak mendapat informasi yang

cukup terkait program. Masyarakat di dua desa pesisir juga menganggap bahwa

kegiatan pendampingan yang dilakukan baik intensitas maupun materi

pendampingan masih kurang. Sejalan dengan hal tersebut, Sumitro (1991)

menyatakan bahwa kemampuan pelaksana program dan pendamping dalam

menginterprestasikan dan menyampaikan secara jelas, tentang kebutuhan dan

harapan masyarakat dalam usaha meningkatkan tingkat kehidupan sosial ekonomi,

sangat menentukan keberhasilan usaha-usaha pemerintah maupun swadaya

masyarakat dalam proses pembangunan masyarakat desa. Proses pendampingan

akan berhasil, apabila materi sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.

Pembahasan tentang karakteristik lingkungan sosial masyarakat

menunjukkan bahwa manusia sebagai mahluk sosial, sehingga apa yang terjadi

pada personal masyarakat berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hasil

penelitian menunjukkan tingkat dukungan tokoh masyarakat berada pada kategori

sedang, sehingga masih diperlukan peningkatan dalam hal dukungan tokoh

masyarakat. Secara lembagaan, peran kelompok dalam memberdayakan

masyarakat di dua desa pesisir berada pada kategori sedang, olehnya itu interaksi

di dalam kelompok diharapkan dapat lebih baik dan menjadi sumber informasi

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

44

bagi para anggotanya. Intensitas kegiatan program berada pada kategori rendah

baik terkait program maupun pelaksanaan program.

Tingkat Pengelolaan Program

Pelaksanaan program PDPT diarahkan untuk membantu masyarakat dalam

meningkatkan ketangguhan desa pesisir. Olehnya itu pengelola program dengan

baik merupakan hal penting dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini program

PDPT menjadi tanggung jawab semua pihak baik oleh pelaksanan program

(pemerintah), maupun masyarakat sebagai kelompok pemanfaat program.

Komitmen dan tanggung jawab tersebut dimulai dari awal, pada saat identifikasi

kebutuhan masyarakat, tindak lanjut pelaksanaan program, sampai dengan hasil

yang dicapai.

Secara umum tingkat pengelolaan program PDPT di dua desa penelitian

masih rendah. Rendahnya tingkat pengelolaan program disebabkan rendahnya

keterlibatan masyarakat peserta program pada setiap tahap pelaksanaan kegiatan.

Sebagian besar masyarakat peserta program mengaku bahwa mereka jarang dan

bahkan tidak pernah dilibatkan mulai dari tahap perencanaan, sosialisasi, hingga

pada tahap evaluasi program, hanya ketua, sekretaris dan bendahara yang terlibat

aktif dalam setiap tahap pelaksanaan kegiatan program. Sejalan dengan hal

tersebut, Neliyanti dan Heriyanto (2013) mengemukakan bahwa efisiensi dalam

pengelolaan program merupakan hal yang penting guna mencapai hasil yang

diinginkan. Berikut hasil penelitian terhadap empat hal pokok dalam pengelolaan

program PDPT di dua Desa Pesisir di Kecamatan Teluk Naga.

Kejelasan Program (Konteks)

Arikunto dan Safrudin (2009) menjelaskan, bahwa evaluasi konteks

merupakan upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang

tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan program.

Tabel 14 Pendapat peserta program PDPT terhadap kejelasan program (konteks)

di dua desa penelitian, 2013.

Kejelasan

Program

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 11 36.7 16 53.3 27 45.0

Sedang 10-14 14 46.7 7 23.3 21 35.0

Tinggi ≥ 15 5 16.7 7 23.3 12 20.0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 11.6 11.6 11.6

Kejelasan program PDPT (konteks) secara umum di dua desa pesisir

masih berada pada kategori rendah (45.0%). Hal ini karena masyarakat cenderung

belum mendapatkan informasi yang lengkap dan jelas terkait program PDPT.

Sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana program dimaksudkan untuk

menyosialisasikan rencana kegiatan kepada seluruh pemangku kepentingan hanya

melibatkan pemda, DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan), SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah), Tim Teknis, Camat, Perangkat Desa, serta pemangku

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

45

kepentingan lainnya yakni ketua, sekertaris dan bendahara, namun tidak

melibatkan semua anggota kelompok. Informasi yang diperoleh dari kegiatan

sosialisasi juga tidak mampu untuk disebarluaskan kepada semua anggota

kelompok. Kegiatan sosialisasi menjadi hal yang penting untuk dilakukan kepada

anggota kelompok sebagai pemanfaat program. Dengan adanya sosialisasi akan

memberikan pemahaman tentang program kepada masyarakat serta diharapkan

mampu menjadi motivasi untuk berperan serta.

Kurangnya kegiatan sosialisasi juga berakibat pada tidak adanya

musyawarah dengan masyarakat terkait waktu pelaksanaan kegiatan program.

Sehingga waktu pelaksanaan kegiatan ditentukan langsung oleh pelaksana

program. Selain itu beberapa responden beranggapan bahwa kegiatan program

PDPT tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, masyarakat lebih membutuhkan

kegiatan yang dapat menghasilkan materi (uang) secara langsung untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Pengelolaan Sumberdaya (Input)

Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan

sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan

dalam rangka menghasilkan output dan tujuan suatu proyek atau program.

Sehingga pengelolaan sumberdaya (input) menjadi sangat penting untuk

dilakukan. Neliyanti dan Heriyanto (2013) mengemukakan bahwa efisiensi akan

terjadi jika penggunaan sumber daya diberdayakan secara optimum sehingga

suatu tujuan akan tercapai.

Tabel 15 Pendapat peserta program PDPT terhadap pengelolaan sumberdaya

(input) di dua desa penelitian, 2013.

Pengelolaan

Sumberdaya

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 11 36.7 7 23.3 18 30.0

Sedang 10-14 17 56.7 19 63.3 36 60.0

Tinggi ≥ 15 2 6.7 4 13.3 6 10.0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 10.9 11.3 11.1

Pengelolaan sumberdaya dalam pelaksanaan program PDPT berada pada

kategori sedang cenderung rendah yakni sebesar 60.0 %. Hal tersebut

menunjukkan keterlibatan stakeholder baik masyarakat, tokoh masyarakat, serta

pendamping masih rendah. Perlunya peningkatan keterlibatan pelaksana program

dan tim pemberdaya desa dalam pemberian informasi sampai pada tahap

pengawasan. Selain itu perlu peningkatan intensitas pendampingan serta

penggunaan media yang mudah diakses oleh masyarakat agar mampu melibatkan

semua masyarakat.

Peran pendamping dalam pelaksanaan program belum cukup dirasakan

masyarakat. Kegiatan pendampingan yang dilakukan belum mampu

meningkatkan kapasitas seluruh anggota kelompok. Merujuk dari hasil penelitian

Amanah (2006) menyatakan bahwa peran fasilitator sangat diperlukan untuk

meningkatkan kemampuan nelayan. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

46

pendamping sebagai salah satu sumberdaya dalam pengelolaan perogram menjadi

sangat penting dalam membangun sikap masyarakat.

Proses Kegiatan Program

Menganalisis proses kegiatan program PDPT diarahkan pada seberapa

jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai

dengan rencana, dengan melihat efektivitas semua data-data yang menyangkut

pelaksanaan program.

Tabel 16 Pendapat peserta program PDPT terhadap proses kegiatan program, di

dua desa penelitian, 2013.

Kegiatan

Pelaksanaan

Program

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 15 50.0 14 46.7 29 48.3

Sedang 10-14 12 40.0 9 30.0 21 35.0

Tinggi ≥ 15 3 10.0 7 23.3 10 16.7

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 9.8 11 10

Proses pelaksanaan kegiatan program PDPT di dua desa penelitian

berada pada kategori rendah (48.0%). Hal ini menunjukkan bahwa prosedur atau

kegiatan dalam proses pelaksanaan program belum sepenuhnya melibatkan

masyarakat. Responden mengemukakan bahwa mekanisme proses pelaksanaan

program pemberdayaan belum baik. Hal ini karena dalamproses pelaksanaan

program informasi tidak menyebar luas kepada masyarakat, sehingga banyak

masyarakat pemanfaat yang tidak mengetahui dengan jelas proses pelaksanaan

kegiatan program. Selain itu kurangnya intensitas pendampingan dan kemampuan

pendamping dalam membantu masyarakat menjadi perhatian khusus dalam

pelaksanaan program. Seorang anggota kelompok pemanfaat program menuurkan

bahwa: “pendampingnya jarang datang neng, biasanya sih cuma datang foto-foto

dari mulai belum dikerjakan (0%), 60% dan 100 % pengerjaan”.

Penentuan jenis kegiatan yang dilakukan juga tidak melibatkan seluruh

anggota kelompok. Beberapa responden yang merupakan anggota kelompok

menyatakan bahwa mereka tidak terlibat pada diskusi penentuan jenis kegiatan

dan hanya ikut pada kegiatan yang telah ditetapkan oleh sebagian orang dalam

kelompok tersebut, bahkan ada anggota kelompok yang tidak mengetahui

keanggotaannya dalam kegiatan program PDPT.

Tingkat Pencapaian Program (Produk)

Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan

oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia, untuk mencapai tujuan proyek atau

program. Evaluasi output merupakan penilaian terhadap output-output yang

dihasilkan oleh program. Sejalan dengan hal tersebut Soekartawi (1995)

mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek

maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau proyek yang sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan.

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

47

Tabel 17 Pendapat peserta program PDPT terhadap tingkat pencapaian program,

di dua desa penelitian, 2013.

Tingkat

Pencapaian

Program

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 2 6.7 1 3.3 3 5.0

Sedang 10-14 10 33.3 9 30.0 19 31.7

Tinggi ≥ 15 18 60.0 20 66.7 38 63.3

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 13.9 15.4 14.5

Tingkat pencapaian program di dua desa pesisir Teluk Naga berada pada

kategori tinggi (Tabel 17). Hal ini karena pelaksanaan kegiatan program yang

mencakup: Bina Sumberdaya (Penanaman Mangrove, Bina Lingkungan dan

Infrastruktur (pembangunan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan

Pengadaan Sarana Pengelolaan Sampah, pembangunan MCK dan Sarana Air

Bersih, Pembangunan Sarana Air Bersih, Rehab Sarana Ibadah dan Pembuatan

MCK, dan Pembangunan Jalan Paping Block), serta Bina Siaga Bencana

(Pembangunan Turap Sungai) manfaatnya mampu dirasakan oleh masyarakat.

Seperti penuturan masyarakat yang mengemukakan bahwa “untung ada

pembangunan turap sungai neng, dulu waktu belum dibangun kalau hujan atau

pasang kita mah tdk bisa lewat di jalan ini, banjir dan masuk ke rumah warga”

Bina Usaha (Pelatihan dan Pengadaan Sarana untuk Kerajinan, Pelatihan

dan Pengadaan Sarana Pengelolaan Limbah untuk Kerajinan, Pengadaan Perahu

Wisata, serta Pengadaan Mesin Paping Block), tidak mampu dimanfaatkan dengan

baik oleh masyarakat pemanfaat program. Hal ini dikarenakan dana yang

diberikan oleh pemerintah sebagai pelasana program habis digunakan untuk

pengadaan mesin, sehingga kelompok tidak lagi memiliki dana untuk biaya

operasional untuk menjalankan usaha.

Pembahasan terkait pelaksanaan program menunjukkan bahwa

pengelolaan program (dalam hal ini program PDPT) dengan baik merupakan hal

penting yang menjadi tanggung jawab semua pihak, baik oleh pelaksanan program

(pemerintah), maupun masyarakat sebagai kelompok pemanfaat program.

Komitmen dan tanggung jawab tersebut dimulai dari awal, pada saat identifikasi

kebutuhan masyarakat, tindak lanjut pelaksanaan program, sampai dengan hasil

yang dicapai. Tingkat pengelolaan program di dua desa penelitian

memperlihatkan bahwa, kejelasan program PDPT (konteks) secara umum di dua

desa pesisir masih berada pada kategori rendah. Hal ini terjadi karena masyarakat

tidak mendapatkan informasi yang lengkap dan jelas terkait program PDPT,

sedangkan pengelolaan sumberdaya (input) program PDPT berada pada kategori

sedang. Perlunya peningkatan keterlibatan pelaksana program baik dalam

pemberian informasi sampai pada pengawasan, pendamping serta media yang

digunakan dalam proses pendampingan akan meningkatkan penggelolaan input

program.

Proses pelaksanaan kegiatan program berada pada kategori rendah, hal ini

menunjukkan rendahnya keterlibatan masyarakat pemanfaat program dalam

proses pelaksanaan kegiatan program PDPT. Masyarakat menilai bahwa

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

48

mekanisme proses pelaksanaan program pemberdayaan belum baik. Namun

demikian, tingkat pencapaian program di dua desa penelitian berada pada kategori

tinggi karena pelaksanaan kegiatan program manfaatnya mampu dirasakan oleh

masyarakat. Hanya saja Bina Usaha yang tidak mampu dimanfaatkan dengan baik

oleh masyarakat

Sikap Masyarakat Terhadap Komponen Program Pengembangan Desa

Pesisir Tangguh.

Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah

laku tertentu serta merespon secara positif atau negatif terhadap program. Sikap

masyarakat terhadap pelaksanaan program PDPT adalah suatu keadaan yang

memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku dari masyarakat dan

cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap program. Dilihat dari segala

sesuatunya dikerjakan dengan penuh kesungguhan, ketekunan, dan ketelitian atau

tidak. Sikap masyarakat tehadap pelaksanaan program diukur melalui penerimaan,

respon, penilaian atau penghargaan serta pembentukan nilai masyrakat. Berikut hasil

penelitian terkait sikap masyarakat terhadap komponen program.

Tingkat Penerimaan (Receiving)

Receiving (penerimaan) adalah kesediaan atau kepekaan masyarakat untuk

menerima adanya suatu fenomena di lingkungannya. Tingkat penerimaan

masyarakat pesisir terhadap program PDPT di dua desa penelitian berada pada

kategori tinggi yakni sebesar 55.0% (Tabel 18). Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat memiliki keinginan yang besar untuk melihat desa mereka lebih baik.

Tingginya tingkat penerimaan masyarakat merupakan modal yang sangat baik

dalam melaksanakan kegiatan program. Hal ini akan menjadi awal dalam

membentuk sikap positif masyarakat sebagai obyek pembangunan.

Tabel 18 Tingkat penerimaan masyarakat pesisir terhadap program PDPT di dua

desa penelitian, 2013.

Tingkat

Penerimaan

Kategori

(Skor)

Desa

Tanjung

Pasir

Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 4 13.3 5 16.7 9 15.0

Sedang 10-14 10 33.3 8 26.7 18 30.0

Tinggi ≥ 15 16 53.3 17 56.7 33 55.0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 13.3 13.6 13.4

Masyarakat pada umumnya menyadari akan pentingnya pelaksanaan

program PDPT, serta senang dengan usaha perbaikan di desa mereka. Hanya saja

adanya proses kegiatan program yang tidak sepenuhnya melibatkan anggota

kelompok menyebabkan mereka kurang mengetahui perkembangan kegiatan di

desa mereka. Kegiatan program yang mencakup pada beberapa aspek kehidupan

masyarakat memberikan harapan dalam mewujudkan wajah baru desa pesisir

sehingga masyarakat menerima dengan baik kegiatan program di desanya.

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

49

Tingkat Menanggapi (responding)

Tingkat menanggapi (respon) masyarakat pemanfaat program PDPT

dilihat dari kepekaan dan keinginannya dalam melibatkan dirinya dan

memberikan reaksi terhadap kegiatan yang ada di lingkungannya dan sejauh mana

masyarakat ingin terlibat dalam kegiatan program. Respon masyarakat terhadap

program PDPT berada pada kategori tinggi, dengan persentase sebanyak 48.33%

(Tabel 19).

Tingkat respon masyarakat di Desa Tanjung Pasir dan Muara sama-sama

berada pada kategori tinggi. Masyarakat sebagai pemafaat program memiliki

keinginan untuk terlibat dalam pelaksanaan program, baik untuk hadir dalam

pertemuan maupun dalam memberikan bantuan tenaga. Pada kenyataannya

walaupun banyak di antara anggota kelompok yang tidak dilibatkan secara

langsung oleh kelompok dalam pelaksaan kegiatan program serta tidak mendapat

informasi yang jelas terkait kegiatan program, namun secara pribadi mereka

memiliki keinginan untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan program.

Tabel 19 Tingkat menanggapi masyarakat pesisir terhadap program PDPT di dua

desa penelitian, 2013.

Tingkat

Respon

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 4 13.3 6 20.0 10 16.7

Sedang 10-14 12 40.0 9 30.0 21 35.0

Tinggi ≥ 15 14 46.7 15 50.0 29 48.3

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 14.3 13 14

Tingkat Menilai/ Menghargai (valuing)

Tingkat menilai/penghargaan (valuing) diukur berdasarkan penilaian

masyarakat terhadap program, baik atau tidaknya program yang sedang

dilaksanakan. Tingkat menghargai masyarakat terhadap program berada pada

kategori sedang cenderung tinggi yakni sebesar 48.3% (Tabel 20).

Tabel 20 Tingkat penghargaan masyarakat pesisir terhadap program PDPT di dua

desa penelitian, 2013.

Tingkat

Menghargai

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 2 6.7 2 6.7 4 6.7

Sedang 10-14 16 53.3 13 43.3 29 48.3

Tinggi ≥ 15 12 40.0 15 50.0 27 45.0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 13.7 14.6 14.2

Tingkat menghargai masyarakat di Desa Muara menunjukkan tingkat yang

lebih baik, yakni berada pada kategori tinggi (50.0%) dibandingkan dengan

masyarakat di Desa Tanjung Pasir yang hanya berada pada kategori sedang

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

50

(53.3%). Hal ini disebabkan tokoh masyarakat di desa Muara cenderung lebih

aktif terlibat kemasyarakat untuk sekedar bertanya atau pun berbincang seputar

program PDPT.

Pengalaman masyarakat terkait program-program sebelumnya yang tidak

sesuai dengan apa yang mereka harapkan juga menjadi penyebab kurangnya

penghargaan terhadap program PDPT. Sejalan dengan hal tersebut, Sutopo (1996)

mengemukakan bahwa berbagai hal yang terjadi dan menjadi pengalaman yang

kurang menyenangkan sering mengakibatkan warga masyarakat kurang mampu

bersikap terbuka untuk secara jujur menyatakan persepsi dan pandangannya

tentang suatu program yang diselenggarakan pemerintah. Karena sering dilandasi

oleh persepsi yang kurang positif maka keterlibatan yang ada sering merupakan

partisipasi semu, dimana anggota kelompok nampak berpartisipasi, tapi

kenyataannnya tidak, artinya para anggota kelompok ikut berpartisipasi, tetapi

tidak diberi wewenang dalam menyusun perencanaan, kegiatan yang akan

dilaksanakan dan waktu pelaksanaanya. Keadaan yang demikian itu bila sering

terjadi maka akan berakibat kurang lancarnya kegiatan sesuai dengan rencana

sehingga, menyulitkan usaha pencapaian tujuan program secara utuh.

Tingkat Pembentukan Nilai (Organization)

Pembentukan nilai (organization) berkaitan dengan memadukan nilai-nilai

yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai yang

konsisten. Indikator tingkat organisasi masyarakat dilihat dari kesediaan

responden dalam menyelesaiakn masalah yang muncul dan mencari solusi

bersama.

Tingkat pembentukan nilai masyarakat terhadap program PDPT masih

berada pada kategori sedang, yakni sebesar 73.0%. Hal ini menunjukkan bahwa

usaha dalam memperbaiki kondisi lingkungan, infrastruktur, sumberdaya, usaha

maupun kesiapsiagaan terhadap bencana belum mampu menjadi karakter dalam

diri masyarakat. Program belum mampu membentuk masyarakat menjadi mandiri

sebaliknya masyarakat cenderung untuk bergantung pada pemerintah.

Tabel 21 Tingkat pembentukan nilai peserta program PDPT di dua desa

penelitian, 2013.

Tingkat

Pembentukan

Nilai

Kategori

(Skor)

Desa Tanjung

Pasir Desa Muara Total

n % n % n %

Rendah 5-9 1 3.3 3 10.0 4 6.7

Sedang 10-14 22 73.3 22 73.3 44 73.3

Tinggi ≥ 15 7 23.3 5 16.7 12 20.0

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 13.4 13.1 13.3

Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh

Secara umum sikap masyarakat di dua desa pesisir Teluk Naga terhadap

program PDPT berada pada kategori sedang (Tabel 22). Sikap menunjukkan

penilaian (positif dan negatif) masyarakat terhadap obyek yang ada di sekitarnya

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

51

dalam hal ini adalah program PDPT. Secara umum sikap mempengaruhi tingkah

laku seseorang, masyarakat yang senang dengan program PDPT akan memberikan

dukungan nyata dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian menempatkan sikap

masyarakat di dua desa penelitian berada pada kategori sedang, hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dan

diperbaiki, terutama pada beberapa hal yang sangat berhubungan dengan

pembentukan sikap positif masyarakat.

Tabel 22 Sikap masyarakat terhadap program PDPT di dua desa penelitian, 2013.

Tingkatan Sikap

Sikap Masyarakat

Total (%) Rendah

(%)

Sedang

(%)

Tinggi

(%)

Tingkat penerimaan 15.0 30.0 55.0 100

Tingkat respon 16.7 35.0 48.3 100

Tingkat menghargai 6.7 48.3 45.0 100

Pembentukan nilai 6.7 73.3 20.0 100

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Masyarakat Pesisir

Terhadap Program PDPT.

Sikap hanya dapat ditunjukan oleh perilaku yang nampak, diikuti dengan

kecenderungan untuk melakukan tindakan sesuai dengan obyek, baik berupa

dukungan maupun perasaan tidak mendukung. Hal tersebut sejalan dengan,

Winkel 2006, mengemukakan bahwa sikap sebagai kecenderungan untuk

menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian atas obyek tersebut. Jika

obyek tersebut dinilai berguna maka seseorang akan berkecenderungan menerima

secara positif, sebaliknya bila dianggap tidak berguna akan diberi reaktif negatif.

Untuk mewujudkannya menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Pembahasan faktor-faktor

yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program PDPT merujuk

pada temuan penelitian yang disajikan pada Tabel 23,24, dan 25, diperjelas

dengan informasi yang didapatkan dari lokasi penelitian serta didukung oleh teori

dan hasil penelitian yang relevan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap

program PDPT di Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara dianalisis dengan

menggunakan Rank Spearman. Hasil analisis (Tabel 23, 24, dan 25) menunjukkan

faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program PDPT, yaitu

tingkat kekosmopolitan, tingkat pengetahuan tentang program, tingkat dukungan

tokoh masyarakat, peran kelompok, intensitas kegiatan program, konteks

program, pengelolaan sumber daya (input), proses kegiatan program, serta

pencapaian program (produk).

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut terdapat hubungan nyata positif

antara karakteristik personal (X1), karakteristik lingkungan sosial (X2), dan

tingkat pengelolaan program (X3), terhadap tingkat penerimaan, respon,

penilaian, dan penilaian masyarakat terhadap program PDPT. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan analisis korelasi Rank Spearman. Jika nilai signifikansinya (p-

value) <0,01 dan 0,05, maka terdapat hubungan yang nyata antara peubah

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

52

terhadap sikap masyarakat (Y). Hasil analisis korelasi Rank Spearman

menunjukkan bahwa secara umum peubah karakteristik personal tidak memiliki

hubungan yang nyata dengan sikap masyarakat (penerimaan, respon, menilai, dan

organisasi), sedangkan karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan

program menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan sikap masyarakat

(penerimaan, respon, menilai, organisasi) pada taraf nyata 0.01 dan 0.05.

Karakteristik Lingkungan Sosial

Karakteristik lingkungan sosial merupakan faktor utama yang

berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program PDPT, yang dijabarkan

oleh peubah teramati: (1) dukungan tokoh masyarakat, (2) peran kelompok, (3)

dan intensitas kegiatan program. Hal ini berarti bahwa karakteristik lingkungan

sosial akan mengembangkan sikap positif masyarakat untuk ikutserta dalam

kegiatan program.

Intensitas kegiatan program merupakan pembentuk yang paling kuat

terhadap pengembangan sikap penerimaan (0.711), respon (0.581) dan

pembentukan nilai (0.636) masyarakat terhadap program PDPT. Dukungan tokoh

masyarakat menjadi peubah yang paling kuat dalam membentuk sikap

penilaian/penghargaan (0.774) masyarakat terhadap programPDPT. Peran

kelompok juga memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan sikap

masyarakat. Di mana dalam membentuk sikap penerimaan, peran kelompok

memiliki nilai hubungan sebesar 0.680, merespon (0.542), menilai (0.585), dan

pembentukan nilai (0.582). Dengan demikian, intensitas kegiatan program,

dukungan tokoh masyarakat serta peran kelompok perlu dikembangkan lebih baik

karena berpotensi paling besar dalam meningkatkan sikap masyarakat pemanfaat

program untuk bersama-sama mencapai ketangguhan desa.

Tabel 23 Hubungan karakteristik lingkungan sosial dengan sikap masyarakat

terhadap program PDPT di dua desa penelitian, 2013.

Peubah Penerimaan Respon Menghargai

Pembentukan

Nilai

1. Dukungan Tokoh

Masyarakat

0.710** 0.556** 0.774** 0.566**

2. Peran Kelompok 0.680** 0.542** 0.585** 0.582**

3. Intensitas

Kegiatan Program

0.711** 0.581** 0.612** 0.636**

Lembaga yang terdapat dalam masyarakat pedesaan adalah kelompok tani

(nelayan/padi), masyarakat (nelayan) biasanya menjadi bagian dari sebuah

kelompok, sehingga kelompok memiliki peran yang cukup penting dalam

kehidupan sosial masyarakat pedesaan. Sesuai dengan pendapat Santosa 2002,

yang menyatakan bahwa kelompok mempunyai pengaruh terhadap perilaku-

perilaku anggotanya, yang meliputi pengaruh terhadap persepsi, sikap, dan

tindakan individu. Dengan demikian, nilai, norma, interaksi dalam kelompok,

kepemimpinan, dan dinamika kelompok memberikan kontribusi tersendiri

terhadap bentuk pola interaksi anggotanya ketika berinteraksi dengan lingkungan

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

53

di luar kelompok. Menurut Beebe dan Masterson 1989, kelompok memegang

peranan penting bagi perkembangan kepribadian dan perilaku seseorang.

Sebagian anggota kelompok ternyata tidak terlibat aktif dan tidak

mengetahui dengan jelas informasi-informasi tentang program PDPT.

Pembentukan kelompok dilakukan oleh ketua kelompok yang dipilih oleh

lurah/kepala desa. Terdapat beberapa anggota masyarakat yang tidak tahu kalau

mereka termasuk dalam kelompok PDPT, akibatnya tidak ada rasa tanggung

jawab anggota untuk terlibat penuh. Kelompok yang dibentuk lebih disebabkan

adanya proyek atau bantuan. Kelompok seperti ini cenderung tidak bertahan lama,

biasanya setelah proyek dihentikan biasanya kelompok ini akan bubar.

Pengembangan kelompok secara baik menjadi sangat penting karena

banyak masalah masyarakat (nelayan) yang dapat dipecahkan oleh suatu

kelompok. Berbagai program pemberdayaan nelayan seperti pemberian kredit,

pengelolaan lingkungan dan sebagainya biasanya diberikan dan dikelola melalui

kelompok. Oganisasi-organisasi tersebut berperan sebagai perantara antara

masyarakat dengan lembaga-lembaga pemerintah, yaitu sebagai saluran

komunikasi atau untuk kepentingan-kepentingan lain.

Selain peran kelompok, peran tokoh masyarakat dan intensitas kegiatan

program juga merupakan peubah teramati yang berhubungan dalam karakteristik

lingkungan sosia. Hasil wawancara dan analis data yang menunjukkan bahwa

keaktifan tokoh masyarakat dalam memberi motivasi, informasi dan terlibat

secara langsung kepada masyarakat membantu pembentukan sikap masyarakat.

Sama halnya dengan intensitas kegiatan yang dilakukan pelaksana program,

intensitas kunjungan pelaksana program, kegiatan pendampingan, metode

pendampingan dan sebagainya juga membentuk sikap masyarakat terhadap

program.

Perlu dilakukan upaya perbaikan pada kondisi lingkungan sosial

masyarakat tersebut agar dapat meningkatkan sifat positif masyarakat terhadap

pelaksanaan program PDPT. Beberapa hal yang perlu diupayakan perbaikannya

antara lain proses pembentukan kelompok yang perlu disesuaikan dengan

kebutuhan dan keinginan petani, pengelolaan kelompok yang dapat melibatkan

seluruh anggota, kesertaan tokoh masyarakat dalam mendukung pelaksanaan

program, serta dukungan dari pelaksana program sendiri demi mewujudkan tujuan

program.

Pengelolaan Program

Faktor kedua yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap

program PDPT adalah tingkat pengelolaan program, yang menggambarkan

realisasi program, kejelasan program (konteks), pengelolaan sumberdaya (input),

proses kegiatan program dan tingkat pencapaian program. Dalam realisasi

pelaksanaan program, masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah

dan peluang yang ada dalam lingkungan mereka sendiri. Tenaga pendamping

(pelaksana program) dalam membantu masyarakat seharusnya dapat dilakukan

melalui pelibatan masyarakat mulai dari perencanaan sampai evaluasi program. Hubungan tingkat pengelolan program dengan sikap masyarakat terhadap

program PDPT dijabarkan dalam empat peubah teramati, yaitu: (1) kejelasan

program (konteks), (2) ketepatan pengelolaan sumberdaya (input), (3) kesesuaian

pelaksanaan kegiatan program (proses), dan (4) tingkat pencapaian program.

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

54

Kejelasan program (konteks) menunjukkan hubungan yang paling kuat dalam

membentuk sikap masyarakat terhadap program PDPT, yakni: sikap menerima

(0.601), merespon (0.643), menilai (0.714), dan organisasi (0.684).

Tabel 24 Hubungan tingkat pengelolaan program dengan sikap masyarakat

terhadap program PDPT di dua desa penelitian, 2013.

Peubah Penerimaan Respon Menghargai

Pembentukan

Nilai

1. Kejelasan

program

0.601** 0.643** 0.714** 0.684**

2. Ketepatan

pengelolaan

sumberdaya

0.536** 0.512** 0.687** 0.622**

3. Kesesuaian

pelaksanaan

kegiatan program

0.653** 0.540** 0.674** 0.599**

4. Pencapaian

program

0.481** 0.500** 0.702** 0.528**

Dikaitkan dengan model perubahan sosial menurut Less dan Smith 1975

maka, program pengembangan yang direalisasikan di lokasi penelitian, masih

menerapkan model konsensus karena masih direncanakan dan dirancang pada

tingkat nasional. Hal ini terlihat dari kurangnya keterlibatan masyarakat dalam

proses perencanaan. Asumsi yang dikemukakan Rothman (Adi 2003) untuk

paradigma local development, yaitu komunitas diintegrasikan dan dikembangkan

kapasitasnya dalam upaya memecahkan masalah secara kooperatif, serta

membangkitkan rasa percaya diri akan kemampuan masing-masing anggota

masyarakat belum sepenuhnya diterapkan.

Program yang dilaksanakan hendaknya mampu memanfaatkan potensi

kelembagaan yang berakar kuat dalam struktur masyarakat lokal mau dan mampu

mengelola potensi sosial ekonomi yang dimiliki. Dalam menjalankan kegiatan

usaha, masyarakat memerlukan modal, pengetahuan, dan keterampilan yang

relevan, namun tidak selalu tersedia ataupun tidak terpenuhi di tingkat lokal.

Karena itu penyuluh pertanian/tenaga pendamping bertugas mengelola sistem

yang dapat memperlancar upaya masyarakat memperoleh kebutuhan tersebut baik

secara individu maupun kelompok (Sajogyo 1999).

Hasil pengamatan di lapangan juga memperlihatkan bahwa kondisi dua

desa pesisir yang tidak memperlihatkan banyak perubahan. Perubahan yang

terjadi lebih banyak pada hal infrastruktur dan siaga bencana, sedangkan kondisi

lingkungan masih saja terlihat tidak terawat. Sama halnya dengan kegiatan bina

usaha yang diberikan kepada kelompok pemanfaat, hal tersebut ternyata belum

mampu untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat. Pengembangan

usaha tidak mampu dikelola oleh masyarakat dengan baik, bantuan dana yang

diberikan hanya digunakan untuk membeli peralatan dan mesin-mesin (mesin

pengolahan sampah dan mesin pembuatan paping block) untuk usaha, namun

kemudian perlengkapan tersebut tidak digunakan untuk menjalankan usaha,

melainkan hanya menjadi hiasan di dua desa pesisir tersebut.

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

55

Program PDPT adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa pesisir

yang rentan bencana akibat perubahan iklim, untuk mewujudkan ketangguhan

masyarakat melalui pengembangan sumberdaya manusia, usaha, infrastruktur,

lingkungan, dan siaga bencana. Kegiatan difokuskan di daerah rawan bencana

dengan mengimplementasikan berbagai pemberdayaan masyarakat dalam

mewujudkan ketangguhan dengan melibatkan seluruh partisipasi masyarakat.

Program ini memberikan bantuan dana dalam jumlah tertentu. Pemanfaatannya

bertujuan untuk melatih penggunaan dana tersebut sebagai stimulan

pengembangan pemberdayaan lebih lanjut. Dana yang ada digunakan untuk

pembiayaan beberapa pembangunan infrastruktur, lingkungan dan investasi

ekonomi untuk menciptakan produktivitas yang membantu masyarakat

meningkatan kesejahteraannya.

Pelaksanaan program PDPT dimulai dari tahap persiapan, di mana

masyarakat dilibatkan untuk memasukkan usulan pembangunan (proposal) yang

mencakup bina infrasruktur, bina lingkungan, bina usaha, dan siaga bencana,

hanya saja masyarakat (anggota kelompok) merasa kurang dilibatkan, karena

disuusn oleh ketua kelompok bersama tokoh masyarakat. Menurut para anggota

kelompok, sosialisasi dari pemerintah tentang program tersebut sangat kurang.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pelaksana program

hanya melibatkan ketua, sekretaris, dan bendahara kelompok. Kegiatannya pun

dilakukan di hotel di ibu kota Kabupaten Tangerang dan di Tigaraksa, sehingga

anggota kelompok tidak dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi.

Penentukan jenis kegiatan yang dilaksanakan tiap kelompok, dilakukan

oleh tokoh masyarakat, ketua dan anggota kelompok, walaupun terdapat juga

beberapa anggota kelompok yang merasa tidak dilibatkan dalam penentuan jenis

kegiatan kelompok. Kegiatan yang dilakukan antara lain, penanaman mangrove,

pembangunan saluran air limbah, pengadaan sarana pengelolaan sampah,

pembangunan MCK dan sarana air bersih, rehab sarana ibadah, pembangunan

jalan paving block, pembangunan turap sungai, pengadaan perahu wisata, dan

pengadaan mesih pavin block. Permasalahan yang dihadapi saat ini yakni pada

bina usaha belum adanya kerjasama dengan lembaga pemasaran, ataupun

lembaga-lembaga terkait terutama untuk usaha kerajinan tangan, sehingga mereka

hanya menjualnya di sekitar pantai, sehingga penjualan tidak begitu banyak.

Sedangkan pada pengelolaan sampah dan mesin papin blok tidak mampu dikelola

dengan baik oleh kelompok, sehingga mesin yang dibeli dengan menggunakan

bantuan yang diberikan melalui program PDPT hanya disimpan dan tidak

dioperasikan.

Soetomo 2011, mengemukakan bahwa, masih banyak dijumpai kegagalan

dari peran eksternal yang berlabelkan pemberdayaan masyarakat untuk

meningkatkan kondisi kehidupannya, tetapi hanya bertahan selama program masih

berjalan. Pada saat program dihentikan, intensitasnya secara perlahan berkurang

dan akhirnya berhenti. Hal itu disebabkan program pemberdayaan tersebut tidak

berhasil mewujudkan proses institusionalisasi. Umumnya kelemahan program

pemberdayaan yang tidak berhasil menumbuhkan kemandirian dan keberlanjutan

aktivitas lokal masyarakat terletak pada pendekatan yang digunakan dalam

penyampaian input program. Program pemberdayaan seharusnya menggunakan

pendekatan yang mengutamakan proses belajar bukan hanya material.

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban, ... yaan 0.05% dengan rumus ... Adapun obyek wisata yang ada di

56

Karakteristik Personal

Karakteristik personal merupakan faktor terakhir yang diamati untuk

melihat hubungannya dengan sikap masyarakat terhadap program: (1) umur, (2)

tingkat pendidikan formal, (3) pendidikan nonformal, (4) jumlah tanggungan, (5)

tingkat kekosmopolitan, (6) tingkat pengetahuan.

Tabel 25 Hubungan karakteristik personal dengan sikap masyarakat terhadap

program PDPT di dua desa penelitian, 2013.

Peubah Penerimaan Respon Menghargai

Pembentukan

Nilai

1. Umur -0.086 -0.108 -0.057 -0.166

2. Pendidikan Formal 0.103 -0.015 -0.104 0.026

3. Pendidikan

Nonformal

0.178 0.166 0.085 0.224

4. Jumlah

Tanggungan

Keluarga

-0.052 -0.021 0.046 -0.065

5. Tingkat

Kekosmopolitan

0.596** 0.495** 0.372** 0.474**

6. Pengetahuan

tentang Program

0.668** 0.457** 0.332* 0.437**

Hasil analisis rank spearman menunjukkan bahwa umur, memiliki

hubungan negatif dengan sikap. Hal ini berarti bahwa semakin tua umur

responden maka sikap terhadap obyek di sekitarnya akan semakin rendah. Sama

halnya dengan umur, jumlah tanggungan dan tingkat pendidikan juga memiliki

hubungan yang negatif dengan sikap masyarakat terhadap program PDPT. Jumlah

tanggungan masyarakat yang berada pada kategori sedang yakni 2-3 jiwa

menyebabkan masyarakat kurang peduli dengan program. Hal tersebut karena

jumlah tanggungan keluarga berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan

keluarga Jika tanggungan keluarga banyak maka pemenuhan kebutuhanpun akan

lebih banyak banyak, begitu pun sebaliknya di mana jika tangungan keluarga

sedikit maka pemenuhan kebutuhan juga sedikit. Hal tersebut menjadikan

masyarakat memiliki keinginan untuk berpartisipasi yang berbeda .

Masyarakat yang memiliki tanggungan keluarga banyak akan memilih untuk

mencari nafkah dibandingkan ikut dalam kegiatan program. Sejalan dengan hal

tersebut Erawati (2013) menemukan bahwa semakin besar beban jumlah keluarga

menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkuarang karena

sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi

kebutuhan keluarga. Sedangkan nilai korelasi negatif antara pendidikan formal

disebabkan mayoritas pendidikan responden berada pada kategori rendah, dan

sifat yang ditunjukkan oleh responden cenderung dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan yang dimiliki. Tingkat pengetahuan terhadap program, dipengaruhi

oleh banyaknya informasi yang diperoleh baik dari pengelola program maupun

dari tokoh masyarakat.

Pendidikan nonformal masyarakat memiliki korelasi yang sangat rendah

terhadap sikap masyarakat terhadap program yakni: penerimaan (0.308), respon