jawaban IKTA

55
Konsep dan definisi angkatan kerja yang digunakan mengacu kepada The Labor Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk usia kerja (digunakan 15 tahun ke atas) dan penduduk bukan usia kerja (kurang dari 15 tahun). Selanjutnya penduduk usia kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Khusus untuk angkatan kerja meliputi antara lain : a. Bekerja b. Punya Pekerjaan tapi sementara tidak bekerja c. Mencari Pekerjaan (pengangguran terbuka) Selain itu, dalam rangka menyesuaikan dengan konsep ILO, konsep Pengangguran Terbuka diperluas yaitu di samping mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, mencakup pula kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, dan kelompok penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Penduduk Usia Kerja adalah Penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Setengah penganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih

Transcript of jawaban IKTA

Page 1: jawaban IKTA

Konsep dan definisi angkatan kerja yang digunakan mengacu kepada The Labor

Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep

ini membagi penduduk usia kerja (digunakan 15 tahun ke atas) dan penduduk bukan

usia kerja (kurang dari 15 tahun). Selanjutnya penduduk usia kerja dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Khusus untuk angkatan

kerja meliputi antara lain :

a. Bekerja

b. Punya Pekerjaan tapi sementara tidak bekerja

c. Mencari Pekerjaan (pengangguran terbuka)

Selain itu, dalam rangka menyesuaikan dengan konsep ILO, konsep

Pengangguran Terbuka diperluas yaitu di samping mencakup penduduk yang aktif

mencari pekerjaan, mencakup pula kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan

usaha/pekerjaan baru, dan kelompok penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena

merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta kelompok penduduk yang tidak

aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum

mulai bekerja. Penduduk Usia Kerja adalah Penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja,

atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia

kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Setengah penganggur adalah

orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan

atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain. Setengah pengangguran yang

dimaksudkan defenisi itu disebut sebagai setengah pengangguran terpaksa. Sedangkan

orang yang bekerja dibawah 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan

tidak bersedia menerima pekerjaan lain dikelompokkan sebagai setengah

pengangguran sukarela. Tingkat pengangguran= Tingkat pengangguran terbuka

(Pengangguran terbuka dibagi Angkatan kerja dikali 100) + Tingkat pengangguran

setengah pengangguran terpaksa Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya

bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu

(termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan

ekonomi).

http://kepri-dev.bps.go.id/in/penjelasan-a-istilah/84-penjelasan-teknis/101-angkatan-

kerja

Page 2: jawaban IKTA

Angkatan kerja terdiri dari penduduk usia kerjayang menawarkan tenaga kerjanya dan

berhasilmendapatkan pekerjaan (employed) dan penduduk usia kerja yang

menawarkan tenaga kerjanya tetapi belum berhasil mendapatkan pekerjaan

(unemployed).

http://ab-fisip-upnyk.com/files/Bab-03-Penawaran-Tenaga-Kerja.pdf

Sebab-sebab terjadinya pengangguran terutama disebabkan oleh hal-hal sebagai

berikut:

1. Angkatan kerja yang terus meningkat jumlahnya dan pertumbuhan

kesempatan kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja.

2. Angkatan kerja yang sedang mencari kerja tidak dapat memenuhi persyaratan-

persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.

Dilihat dari sebab-sebab terjadinya pengangguran, dapat dibedakan ada enam jenis

pengangguran, yaitu:

1. Pengangguran friksional, yakni pengangguran yang terjadi karena kesulitan

temporer.

2. Pengangguran struktural, terjadi karena perubahan dalam struktur

perekonomian.

3. Pengangguran musiman, terjadi karena penggantian musim.

4. Pengangguran voluntary atau voluntary unemployment, yakni pengangguran

karena adanya orang yang sebenarnya masih dapat bekerja, tetapi dengan

sukarela tidak bekerja.

5. Pengangguran deflasioner atau deflasioner unemployment, yakni

pengangguran yang diakibatkan karena pencari kerja yang ingin memperoleh

pekerjaan lebih banyak dari lowongan pekerjaan yang ada.

6. Pengangguran teknologi, yakni pengangguran yang disebabkan kemajuan

teknologi.

Apabila pengangguran dibiarkan tentunya akan berdampak negatif terhadap

kegiatan ekonomi masyarakat. Bila tingkat pengangguran tinggi akan menyebabkan

tingkaty kemakmuran rendah, bahkan dapat membahayakan stabilitas negara.

Beberapa akibat pengangguran di antaranya:

terjadinya bahaya kelaparan,

tingkat pertumbuhan ekonomi rendah,

pendapatan perkapita masyarakat rendah,

Page 3: jawaban IKTA

angka kriminalitas tinggi.

Untuk itu perlu diupayakan cara mengatasi pengangguran, antara lain sebagai

berikut:

1. Meningkatkan mutu pendidikan,

2. Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai

tuntutan industri modern,

3. Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan,

4. Mendorong terbukanya kesempatan usaha-usaha informal,

5. Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya,

6. Membuka kesempatan kerja ke luar negeri.

http://ineconomics.blogspot.com/2008/09/sebab2-pengangguran-upaya-

mengatasinya.html

Definisi

Kesempatan kerja adalah kesempatan yang tersedia bagi tenaga kerja sebagai

faktor produksi untuk melakukan proses produksi. Adanya kesempatan kerja ini

memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang

menjadi sumber pendapatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan

keluarganya.

Kesempatan kerja dapat juga diartikan sebagai permintaan terhadap tenaga kerja

di pasar tenaga kerja (demand for labour force). Dengan begitu kesempatan kerja

sama dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia di dunia kerja. Tentunya semakin

meningkat kegiatan pembangunan akan semakin banyak kesempatan kerja yang

tersedia. Dan hal ini adalah penting, karena semakin besar kesempatan kerja bagi

tenaga kerja atau semakin tinggi kesempatan kerja, maka kemajuan kegiatan ekonomi

masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya. Usaha-usaha meningkatkan

kesempatan kerja

1. melalui pendidikan umum, melalui kursus-kursus keterampilan, baik oleh

Disnaker, BLK, atau lembaga kursus, meningkatkan kegiatan pembangunan

yang menyerap banyak tenaga kerja

penyediaan dana kredit yang merata bagi peningkatan kegiatan produksi padat

karya,

tingkat kurs devisa diarahkan agar realistis dan memberikan insentif bagi

peningkatan ekspor,

Page 4: jawaban IKTA

memberikan perlindungan yang wajar kepada industri dalam negeri,

pengeluaran pemerintah ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja

produktif sebanyak mungkin,

2. perluasan di bidang sektoral: pertanian, industri, prasarana dan konstruksi,

juga perdagangan,

3. pengiriman TKI ke luar negeri.

http://ineconomics.blogspot.com/2008/09/kesempatan-kerja.html

Definisi

Pengangguran adalah kelompok angkatan kerja yang tidak memiliki lapangan

kerja. Kelompok ini dibedakan menjadi dua golongan, pengangguran terbuka

(pengangguran mutlak) dan pengangguran tidak kentara (setengah pengangguran).

Pengangguran terbuka (open unemployed)

Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja

atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama

sekali maupun yang sudah penah berkerja). Termasuk ke dalam kelompok ini mereka

yang sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan

karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah

memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai

acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend

indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke

tahun. Interpretasinya, besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai implikasi

sosial yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan.

Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka semakin besar potensi kerawanan

sosial yang ditimbulkannya contohnya kriminalitas.

Sebaliknya semakin rendah angka pengangguran terbuka maka semakin stabil

kondisi sosial dalam masyarakat. Sangatlah tepat jika pemerintah seringkali

menjadikan indikator ini sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan. Indikator ini

dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun

atau lebih yang sedang mencari pekerjaan, dengan jumlah penduduk yang termasuk

dalam angkatan kerja.

Page 5: jawaban IKTA

Pengangguran Tidak Kentara (under unemployed)

Pengangguran tidak kentara merupakan bagian dari angkatan kerja yang bekerja

bersama dalam lapangan pekerjaan. Mereka ini bekerja di bawah jam kerja normal

(kurang dari 35 jam seminggu). Mereka disebut pula under utilized, sebab mereka

bekerja dengan jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan perolehan pendapatan yang

tidak sebanding. Dan disebut pula disguise unemployed, jika mereka bekerja di bawah

kemampuan intelektualnya. Pengangguran tidak kentara dibagi menjadi dua

kelompok :

Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal

dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.

Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal

tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya

tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

Proporsi jumlah pengangguran tidak kentara bermanfaat untuk dijadikan acuan

pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan produktivitas

pekerja. Sebab, semakin tinggi tingkat setengah pengangguran maka semakin rendah

tingkat utilisasi pekerja dan produktivitasnya. Akibatnya, pendapatan mereka pun

rendah dan tidak ada jaminan sosial atas mereka. Hal ini sering terjadi di sektor

informal yang rentan terhadap kelangsungan pekerja, pendapatan dan tidak

tersedianya jaminan sosial. Sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan untuk

meningkatkan kemampuan bekerja mereka seperti penambahan balai latihan kerja.

Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk

yang termasuk dalam angkatan kerja dan sedang bekerja tetapi dengan jam kerja di

bawah normal (kurang dari 35 jam per minggu) dengan jumlah penduduk yang

termasuk dalam angkatan kerja.

http://ineconomics.blogspot.com/2008/09/pengangguran.html

Definisi

Angkatan kerja (labour force) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja

(berusia 15 tahun atau lebih) yang produktif, yakni memproduksi barang dan jasa

dalam kurun waktu tertentu, baik aktif dalam kegiatan produksi ataupun tidak.

Mereka itu terdiri dari golongan yang bekerja (employed) dan golongan penganggur

serta pencari kerja (keduanya disebut unemployed).

Page 6: jawaban IKTA

Golongan yang bekerja (employed) terbagi dua, yakni yang bekerja penuh (fully

employed) dan yang setengah menganggur (under employed). Golongan yang bekerja

adalah mereka yang melakukan pekerjaan atau bekerja untuk memperoleh atau

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan tidak terputus. Dan

golongan setengah menganggur atau disebut pula pengangguran tidak kentara adalah

mereka yang bekerja bersama dalam lapangan pekerjaan di bawah kemampuan

intelektualnya.

Cara Menghitung

Penghitungan angkatan kerja dilakukan dengan membandingkan antara jumlah

penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dengan jumlah penduduk yang

termasuk dalam usia kerja. Data sebagai dasar penghitungan indikator ini bisa

didapatkan dari Sensus Penduduk (SP), Survey Sosial dan Ekonomi Nasional

(Susenas), dan Survey Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas).

http://ineconomics.blogspot.com/2008/09/angkatan-kerja.html

Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15

tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun

2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas

(lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk

2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang

berusia 15 tahun atau lebih.

Fungsi

1. Sebagai faktor produksi yang ikut menentukan keberhasilan produksi,

2. Sebagai mitra usaha bagi pengusaha.

Cara Menghitung

Penghitungan jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan menjumlahkan

seluruh penduduk usia kerja (15 tahun keatas) dalam suatu negara. Angka tersebut

biasanya didapatkan dari Sensus Penduduk. Sedangkan persentase tenaga kerja dalam

satu negara dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah penduduk usia kerja

dengan total jumlah penduduk.

Page 7: jawaban IKTA

Rumus

Jumlah Tenaga Kerja = Penduduk usia 15 + Penduduk usia 16 + Penduduk usia 17 + …dst

% Tenaga Kerja =  (Jumlah Penduduk usia 15 tahun atau lebih / Jumlah Penduduk)  x100

Penggolongan tenaga kerja

Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan

kerja dan yang termasuk bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri terdiri dari

mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang

terakhir itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka. Sedangkan yang

termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih

bersekolah, ibu rumah tangga, pensiunan dan lain-lain.

http://ineconomics.blogspot.com/2008/09/tenaga-kerja.html

Angkatan Kerja

Secara umum angkatan kerja adalah tenaga kerja yang bekerja, sedangkan

definisi dari angkatan kerja itu adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya

terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi

barang dan jasa. Kalau kita berbicara Angkatan kerja, banyak sekali istilah yang

menyetainya seperti tenaga kerja (man power), pengangguran (unemployed), setengah

menganggur (underemployed) dan lain – lain, pengertian dari kata – kata di atas dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Tenaga Kerja ( man power )

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja, pada umumnya adalah penduduk

yang berumur 15 sampai 64 tahun atau pada usia produktif, sedangkan definisi dari

tenaga kerja itu sendiri adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu daerah atau

negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga

mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

b. Bukan Angkatan kerja.( Not in the labor force )

Adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan atau

bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha untuk

terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi suatu barang dan jasa. Dari

pengertian di atas dapat mempermudah kita dalam menentukan jumlah angkatan kerja

Page 8: jawaban IKTA

dan bukan angkatan kerja dalam penyusunan profil Kabupaten Lima Puluh Kota

khususnya terkait dengan masalah sosio demografi

http://potensidaerah.ugm.ac.id/?op=berita_baca&id=66

Masalah Mendasar

Menurut Razali Sitonga, Kepala SubDirektorat Analisis Konsistensi Statistik Badan

Pusat Statistik, ada masalah mendasar dalam kaitannya antara pengangguran dan

angkatan kerja, yaitu: ada pekerja yang mempunyai pekerjaan lebih, Distribusi tidak

merata dari satu, misalnya seorang buruh pabrik yang bekerja di pagi dan siang hari

dan pada malam harinya menjadi tukang ojek.

banyak perusahaan kini tidak sesuai dengan peruntukkannya memperkerjakan anak-

anak karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah. Biasanya terjadi ketika kondisi

ekonomi pulih. Proses Shifting, ketika kesempatan kerja lebih besar maka

pengangguran berbondong-bondong mengisi sektor formal tersebut, termasuk orang

yang sudah bekerja di sektor informal, celakanya sektor informal yang kosong itu

tidak di isi oleh langsung oleh orang lain.

http://kaukabussyarqiyah.blog.friendster.com/2008/03/pengangguran-dan-angkatan-

kerja/

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia, antara lain:

1. Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia

(kesenjangan antara supply and demand).

2. Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang

dibutuhkan oleh pasar kerja.

3. Ketiga,

4. Keempat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global.

5. Kelima, terbatasnya sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi

warga masyarakat untuk mengolah sumber daya alam menjadi mata pencaharian

http://prastiantoeko.ngeblogs.com/2009/10/07/5-faktor-penyebab-pengangguran-di-

indonesia/

Faktor-faktor yang menyebabkan masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak

melanjutkan yang tidak terserap dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki

keterampilan yang memadai.terjadinya pengganguranadalah sebagai berikut:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang Dengan Kesempatan Kerja

Page 9: jawaban IKTA

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada

kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

2.Struktur lapangan kerja tidak seimbang

3.Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik

tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar

daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya,

belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan

yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga

kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

4. Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.

Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan

kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan

tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke

daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

http://parlilitan-kampungmerdeka.blog.friendster.com/2008/12/pengangguran/

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi

yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah

penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata.

Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan

pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga

dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan

sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan

pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan

masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan

sosial dan kriminal; dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas sumber daya

manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan

keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk

mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.

Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada

sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan

Page 10: jawaban IKTA

perluasan kesempatan kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha

kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping,

pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung. Kebijakan

Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk

penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.

Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP).

Mengingat 70 persen penganggur didominasi oleh kaum muda, maka diperlukan

penanganan khusus secara terpadu program aksi penciptaan dan perluasan

kesempatan kerja khusus bagi kaum muda oleh semua pihak. Berdasarkan kondisi

diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP)

dengan mengerahkan semua unsur-unsur dan potensi di tingkat nasional dan daerah

untuk menyusun kebijakan dan strategi serta melaksanakan program penanggulangan

pengangguran. Salah satu tolok ukur kebijakan nasional dan regional haruslah

keberhasilan dalam perluasan kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan

setengah pengangguran.

Gerakan tersebut dicanangkan dalam satu Deklarasi GNPP yang diadakan di

Jakarta 29 Juni 2004. Lima orang tokoh dari pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, perwakilan pengusaha, perwakilan perguruan tinggi, menandatangani

deklarasi tersebut, merekaadalah Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal; Walikota Pangkal

Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung H. Zulkarnaen Karim; Palgunadi; T.

Setyawan,ABAC; pengusaha; DR. J.P. Sitanggang, UPN Veteran Jakarta; Bambang

Ismawan, Bina Swadaya, LSM; mereka adalah sebagian kecil dari para tokoh yang

memandang masalah ketenagakerjaan di Indonesia harus segera ditanggulangi oleh

segenap komponen bangsa.

Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk

membangun kepekaan dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta

masyarakat seluruhnya untuk berupaya mengatasi pengangguran.

Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu, sesuai dengan Undang-undang

Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera dibentuk Badan

Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.

Kesadaran dan dukungan sebagaimana diwujudkan dalam kesepakatan GNPP

tersebut, menunjukan suatu kepedulian dari segenap komponen bangsa terhadap

Page 11: jawaban IKTA

masalah ketenagakerjaan, utamanya upaya penanggulangan pengangguran. Menyadari

bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung

jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung

jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun

dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-

masing pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan

kesempatan kerja yang seluas-luasnya.

Konsepsi

Sementara itu dalam Raker dengan Komisi VII DPR-RI 11 Pebruari 2004 yang lalu,

Menakertrans Jacob Nuwa Wea dalam penjelasannya juga berkesempatan

memaparkan konsepsi penanggulangan pengangguran di Indonesia, meliputi keadaan

pengangguran dan setengah pengangguran; keadaan angkatan kerja; dan keadaan

kesempatan kerja; serta sasaran yang akan dicapai. Dalam konteks ini kiranya paparan

tersebut masih relevan untuk diinformasikan.

Dalam salah satu bagian paparannya Menteri menyebutkan, bahwa pembukaan UUD

1945 mengamanatkan: "... untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia

yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan

untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa ...".

Selanjutnya secara lebih konkrit pada Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa : " tiap-

tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan " dan pada Pasal 28 D ayat (2) menyatakan bahwa:" Setiap orang berhak

untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam

hubungan kerja". Hal ini berarti, bahwa secara konstitusional, pemerintah

berkewajiban untuk menyediakan pekerjaan dalam jumlah yang cukup, produktif dan

remuneratif.. Kedua Pasal UUD 1945 ini perlu menjadi perhatian bahwa upaya-upaya

penanganan pengangguran yang telah dilaksanakan selama ini masih belum

memenuhi harapan, serta mendorong segera dapat dirumuskan Konsepsi

Penanggulangan Pengangguran.

Selanjutnya Menakertrans menyatakan, Depnakertrans dengan mengikut sertakan

pihak-pihak terkait sedang menyusun konsepsi penanggulangan pengangguran. Dalam

proses penyusunan ini telah dilakukan beberapa kali pembahasan di lingkungan

Depnakertrans sendiri, dengan Tripartit secara terbatas (Apindo dan beberapa Serikat

Page 12: jawaban IKTA

Pekerja); dan juga pembahasan dengan beberapa Departemen dan Bappenas. "

Memperhatikan kompleksnya permasalahan pengangguran, disadari bahwa

penyusunan konsepsi tersebut masih perlu didiskusikan dan dikembangkan lebih

lanjut dengan berbagai pihak yang lebih luas, antara lain sangat dibutuhkan masukan

dan dukungan sepenuhnya dari Anggotra DPR-RI yang terhormat khususnya Komisi

VII; masih memerlukan waktu dan dukungan biaya sehingga pada akhirnya dapat

dirumuskan suatu Konsepsi Penanggulangan Pengangguran di Indonesia yang

didukung oleh seluruh komponen masyarakat", tutur Menteri Jacob Nuwa Wea.

Keadaan Penganggur dan Setengah Pengangguran.

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang

tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak

sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi

para pencari kerja.

Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan

kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang

usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang

menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dll.

Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta

penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi.

Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda

(15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin

mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan

mengancam stabilitas nasional.

Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari

jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang.

Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari

tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan

demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta

orang yang harus segera dituntaskan.

Keadaan Angkatan Kerja dan Keadaan Kesempatan Kerja.

Masalah pengangguran dan setengah pengangguran tersebut di atas salah satunya

dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja. Angkatan kerja di Indonesia pada tahun

Page 13: jawaban IKTA

2002 sebesar 100,8 juta orang. Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja usia

sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang hanya

berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja di Indonesia kualitasnya

masih rendah.

Keadaan lain yang juga mempengaruhi pengangguran dan setengah pengangguran

tersebut adalah keadaan kesempatan kerja. Pada tahun 2002, jumlah orang yang

bekerja adalah sebesar 91,6 juta orang. Sekitar 44,33 persen kesempatan kerja ini

berada disektor pertanian, yang hingga saat ini tingkat produktivitasnya masih

tergolong rendah. Selanjutnya 63,79 juta dari kesempatan kerja yang tersedia tersebut

berstatus informal.

Ciri lain dari kesempatan kerja Indonesia adalah dominannya lulusan pendidikan

SLTP ke bawah. Ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia adalah bagi

golongan berpendidikan rendah. Seluruh gambaran di atas menunjukkan bahwa

kesempatan kerja di Indonesia mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan

memberikan imbalan yang kurang layak. Implikasinya adalah produktivitas tenaga

kerja rendah.

Sasaran

Sasaran yang diharapkan, dirumuskan sebagai berikut :

Menurunnya jumlah penganggur terbuka dari 0,96 pesen menjadi 5,5 persen pada

tahun 2009.

Menurunnya jumlah setengah penganggur dari 28,65 persen menjadi 20 persen dari

jumlah yang bekerja pada tahun 2009.

Meningkatnya jumlah tenaga kerja formal dari 36,71 persen menjadi 60 persen dari

jumlah yang bekerja pada tahun 2009.

Menurunnya jumlah angkatan kerja usia sekolah dari 20,54 persen menjadi 15 persen

pada tahun 2009.

Tingkatkan perluasan lapangan kerja dari 91,65 juta orang menjadi 108,97 juta orang.

Terbangunnya jejaring antara pusat dengan seluruh Kabupaten/kota.

Untuk mencapai hal tersebut disusun strategi, kebijakan dan program-program yang

perlu terus dibahas untuk menjadi kesepakatan semua pihak, meliputi Pengendalian

Jumlah Angkatan kerja peningkatan Kualitas angkatan Kerja; peningkatan Efektivitas

Informasi Pasar Kerja dan Bursa Kerja; pembinaan Hubungan Industrial.

Page 14: jawaban IKTA

http://poetoegaul.multiply.com/journal/item/50/

Penanggulangan_Permasalahan_Ketenagakerjaan_Di_Indonesia

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama

sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau

seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran

umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak

sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.

Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan

adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang

sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial

lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah

pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran

konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan

kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek

psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran

yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial

sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka

panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-

negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di

mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit,

dilakukan oleh lebih banyak orang.

Jenis & macam pengangguran

1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang

disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar

kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.

1. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment

Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan

pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan

kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan

akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

Page 15: jawaban IKTA

1. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan

ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya

seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim

durian.

1. Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik

turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada

penawaran kerja.

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding

dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran

seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya

pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga

dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah

pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran

konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan

kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek

psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,

keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu

negara.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran

terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja

sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran

Pengangguran berlaku apabila seseorang yang boleh bekerja dan mahu bekerja tetapi

tidak dapat mendapat pekerjaan. Mereka ini digolongkan dalam tenaga buruh

sesebuah negara, iaitu mereka yang berumur 16 ke 64 tahun dan sanggup bekerja.

Dalam masyarakat di mana kebanyakan orang boleh mencari nafkah dengan bekerja

dengan orang lain, pengangguran adalah masalah serius. Kesan negatifnya termasuk

Page 16: jawaban IKTA

kehilangan, perasaan ditolak dan kegagalan peribadi, dan kerana itu pengangguran

digunakan secara secara meluas untuk mengukur kebajikan pekerja. Kadar pekerja

yang menganggur juga menunjukkan tahap kecekapan penggunaan sumber manusia

sesebuah negara dan menjadi indeks bagi aktiviti ekonomi.

Menurut pakar ekonomi Keynes, sesebuah negara yang mempunyai kadar

pengangguran 4% atau kurang menunjukkan negara tersebut telah mencapai guna

tenaga penuh.

Pengiraan

Cara paling biasa digunakan untuk mengukur pengangguran dibangunkan di AS pada

tahun 1930an; dan diikuti oleh banyak negara lain atas cadangan Pertubuhan Buruh

Antarabangsa. Maklumat diambil daripada aktiviti setiap orang dalam umur boleh

bekerja (16 tahun atau lebih di AS) melalui tinjauan bulanan sampel isi rumah yang

mewakili keseluruhan populasi. Untuk memastikan ketepatan dan kesenangan

pengumpulan data, penemuramah bertanya apa yang mereka lakukan dalam satu

minggu. Seseorang yang melakukan apa saja kerja bagi minggu itu dan mendapat

bayaran atau keuntungan, bekerja 15 jam atau lebih sebagai pekerja tak berbayar

dalam perniagaan keluarga, atau mempunyai kerja di mana dia tidak hadir sementara,

dikira sebagai mempunyai pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja tetapi mencari

pekerjaan atau diberhentikan sementara dan boleh mengisi sesuatu pekerjaan dikira

sebagai menganggur. Pengiraan kadar pengangguran dikira dengan jumlah mereka

yang menganggur kemudian dibahagikan dengan jumlah orang dalam tenaga buruh

(iaitu jumlah mereka yang bekerja dan tidak bekerja).

Di sesetengah negara, daripada membuat tinjauan, pengangguran dianggarkan

daripada data jumlah mereka yang mencari pekerjaan melalui pejabat pekerjaan

kerajaan atau jumlah mereka yang menerima pampasan pengangguran.

Pengangguran juga boleh dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Pengangguran = tenaga buruh – guna tenaga

Di mana guna tenaga adalah tenaga buruh yang bekerja dalam sesebuah ekonomi.

Oleh itu beza antara jumlah tenaga buruh dengan guna tenaga adalah pengangguran.

Sebab

Pengangguran boleh disebabkan kepada beberapa faktor termasuk geseran atau

normal (friksional), bermusim, berstruktur dan berkitar (cyclical).

Page 17: jawaban IKTA

Pengangguran geseran atau normal berlaku apabila pekerja berhenti kerja dan mencari

pekerjaan tetapi tidak menjumpainya serta merta; dan ketika itu mereka dikira sebagai

penganggur. Friksional ini merujuk kepada ketaksesuaian di antara permintaan dan

bekalan buruh. Pengangguran jenis ini berlaku sementara sahaja sehingga pekerja

menjumpai pekerjaan yang mereka mahukan.

Pengangguran bermusim berlaku contohnya apabila industri mengalami musim yang

lembab seperti dalam pembinaan, pesawah padi tidak turun ke bendang apabila selesai

musim menuai, dan nelayan pula tidak turun ke laut untuk menangkap ikan pada

musim tengkujuh.

Pengangguran berstruktur muncul daripada ketakseimbangan di antara jenis pekerjaan

yang pekerja mahu dan jenis pekerja yang majikan mahu. Ketakseimbangan ini boleh

disebabkan oleh kekurangan kemahiran, lokasi, atau karektor peribadi. Pembangunan

teknologi misalnya menyebabkan keperluan kemahiran baru dalam banyak industri,

menyebabkan mereka yang tidak mengemaskini kemahiran mereka kehilangan

pekerjaan. Dan kilang dalam industri yang merosot akan tutup yang menyebabkan

pekerja mereka hilang pekerjaan.

Pengangguran berkitar disebabkan oleh kekurangan permintaan bagi buruh. Apabila

kitaran perniagaan menjunam contohnya dalam kemelesetan ekonomi, permintaan

bagi barang dan perkhidmatan jatuh; akibatnya pekerja diberhentikan.

Kesan

Pengangguran yang berlaku dalam sesebuah negara akan menimbulkan kesan kepada

ekonomi dan sosial.

Kesan ekonomi termasuk mengurangkan keluaran negara, menurunkan taraf hidup

dan sekaligus melambatkan pembangunan negara. Dengan pengangguran yang tinggi

juga boleh meningkatkan kadar kemiskinan dalam sesebuah negara.

Kesan pengangguran terhadap sosial termsuk pengaruh negatif dalam keluarga dan

mewujudkan ketidaktenteraman yang boleh membawa kepada pergaduhan dan

penceraian. Ia juga boleh membawa kepada peningkatan jenayah akibat masalah

kewangan dan masalah tekanan jiwa dan tiada keyakinan diri.

http://ms.wikipedia.org/wiki/Pengangguran

Pengertian Kesempatan Kerja, Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan

penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan

Page 18: jawaban IKTA

investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat

menyerap pertambahan angkatan kerja.

Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang

menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia

dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai

dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.

Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang

menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari

kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas

tenaga kerja.Sementara itu, angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro

Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang

mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan

pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia.

Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya.

Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan

menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut

diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada

akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah

penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap

kesejahteraan. Coba Anda perhatikan bagan di bawah ini!

Dari bagan di atas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk

yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang

yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia

kerja ini berkisar antara 14 sampai 55 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada

juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia kerja.

Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah pensiun

atau berusia lanjut.

Bagian lain dari penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang

termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah masuk usia kerja tetapi belum

bekerja atau belum mencari perkerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun

termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.

Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi

tenaga kerja (bekerja) dan bukan tenaga kerja (mencari kerja atau menganggur).

Page 19: jawaban IKTA

Tenaga Kerja (man power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut

serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.

http://cinta-spongebob.blogspot.com/

Kesempatan kerja adalah kesempatan yang tersedia bagi tenaga kerja sebagai faktor

produksi untuk melakukan proses produksi. Adanya kesempatan kerja ini memberikan

peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber

pendapatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

Kesempatan kerja dapat juga diartikan sebagai permintaan terhadap tenaga kerja di

pasar tenaga kerja (demand for labour force). Dengan begitu kesempatan kerja sama

dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia di dunia kerja.

Tentunya semakin meningkat kegiatan pembangunan akan semakin banyak

kesempatan kerja yang tersedia. Dan hal ini adalah penting, karena semakin besar

kesempatan kerja bagi tenaga kerja atau semakin tinggi kesempatan kerja, maka

kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya.

Usaha-usaha meningkatkan kesempatan kerja

1. melalui pendidikan umum,

2. melalui kursus-kursus keterampilan, baik oleh Disnaker, BLK, atau lembaga

kursus,

3. meningkatkan kegiatan pembangunan yang menyerap banyak tenaga kerja

penyediaan dana kredit yang merata bagi peningkatan kegiatan produksi padat

karya,

tingkat kurs devisa diarahkan agar realistis dan memberikan insentif bagi

peningkatan ekspor,

memberikan perlindungan yang wajar kepada industri dalam negeri,

pengeluaran pemerintah ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja

produktif sebanyak mungkin,

4. perluasan di bidang sektoral: pertanian, industri, prasarana dan konstruksi,

juga perdagangan,

5. pengiriman TKI ke luar negeri.

http://www.inmadrasah.co.cc/2008/09/kesempatan-kerja.html

Ketiga faktor tersebut adalah, ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara

pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan demand (permintaan) dan

Page 20: jawaban IKTA

supply (penawaran) dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan

masih rendah, kata Darlaini di Serang, Jum’at.

Ia menjelaskan, lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja umumnya tidak

sesuai dengan tingkat pendidikan atau ketrampilan yang dimiliki.

“Umumnya perusahaan atau penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga yang siap

pakai, artinya sesuai dengan pendidikan dan ketrampilannya, namun dalam kenyataan

tidak banyak tenaga kerja yang siap pakai tersebut. Justru yang banyak adalah tenaga

kerja yang tidak sesuai dengan job yang disediakan,” katanya.

Dosen di Universitas Sultan Agung Tirtayasa (Untirta) ini juga mengatakan bahwa

pengangguran masih tinggi karena permintaan kerja sangat sedikit dibandingkan

tenaga kerja yang tersedia.

Penyebab lain, kata dia, kualitas SDM itu sendiri yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan di lapangan, antara lain dikarenakan penciptaan SDM oleh perguruan

tinggi yang belum memadai, atau belum mencapai standar yang ditetapkan.

Menurut dia, SDM yang tidak memadai ini bisa disebabkan kurikulum perguruan

tinggi yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan industri, dan juga anggaran yang

disediakan pemerintah untuk sektor pendidikan yang masih rendah sehingga yang

dihasilkanpun tidak mencapai ‘buah’ yang maksimal.

Mensiasati untuk meminimalisasikan pengangguran di Indonesia, Pembantu Dekan I

di Fakultas Ekonomi Untirta ini mengatakan, para pendidik di perguruan tinggi jangan

lagi berorientasi pada penciptaan tenaga kerja, tetapi harus diarahkan penciptaan

terhadap lapangan kerja atau kewirausahawan.

Di Untirta, kata Darlaini, telah dibentuk ‘Enterprenuer University’ atau Universitas

kewirausahawan, sebagai antisipasi untuk membawa mahasiswa yang tidak lagi

berorientasi pada mencari kerja, tetapi diarahkan untuk dapat menjadi pencipta usaha.

“Kita berharap mahasiswa tersebut jika telah lulus dapat mandiri dengan membuka

usaha sendiri sesuai dengan ilmu yang diperolehnya. Bukan lagi tamatan universitas

pencari kerja, tetapi pencipta kerja,” kata Darlaini seraya menambahkan walaupun

tidak mudah karena butuh modal dan keberanian mengambil resiko, tetapi cara

tersebut diperlukan dalam masa sulit mencari kerja seperti saat ini. antara/abi

http://elektrojoss.wordpress.com/2007/06/12/tiga-faktor-mendasar-

penyebab-masih-tingginya-pengangguran-di-indonesia/

Sebenarnya kesulitan lapangan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama: faktor Pribadi

dan faktor sosial ekonomi.

Page 21: jawaban IKTA

Pertama: Faktor Pribadi

Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur

dan rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :

1. Faktor kemalasan

Penganguran yang berasal dari kemalasan individu sebenarnya sedikit. Namun,

dalam sistem materialis dan politik sekularis, banyak yang mendorong masyarat

menjadi malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau maraknya perjudian.

Banyak orang yang miskin menjadi malas bekerja karena berharap kaya mendadak

dengan jalan menang judi atau undian.

2. Faktor cacat /uzur

Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah ‘hukum rimba’. Karena itu,

tidak ada tempat bagi mereka yang cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang

layak.

3. Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan

Saat ini sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang berpendidikan

rendah, yaitu SD dan SMP. Dampak dari rendahnya pendidikan ini adalah

rendahnya keterampilan yang mereka milki. Belum lagi sistem pendidikan

Indonesia yang tidak fokus pada persoalan praktis yang dibutuhkan dalam

kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran intelek.

Kedua: faktor sistem sosial dan ekonomi

Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di

antaranya:

a. Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan

Tahun depan diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru sekitar 1,8 juta

orang, sedangkan yang bisa ditampung saat ini dalam sektor formal hanya 29%.

Sisanya di sektor informal atau menjadi pengangguran.

b. Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat

Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan

pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah

menambah pengangguran sekitar 1 juta orang.

Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan

pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran.

Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah

mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada. Salah

Page 22: jawaban IKTA

satu kasus, misalnya, apa yang menimpa masyarakat Tani Baru di Kalimantan.

Tuntutan masyarakat Desa Tani Baru terhadap PT VICO untuk menghentikan

operasi seismiknya tidak mendapat tanggapan. Penghasilan tambak mereka turun

hampir 95 persen akibat pencemaran yang ditimbulkan PT VICO. Tanah menjadi

tidak subur, banyak lubang bekas pengeboran dan peledakan, serta mengeluarkan

gas alam beracun. Akibatnya, rakyat di sana menjadi orang-orang miskin dan

penganggguran.

c. Pengembangan sektor ekonomi non-real

Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai

komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan

sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan

bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.

Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada sektor real ini mendorong

inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi

dan investasi di sektor real. Akibatnya, hal itu mendorong kebangkrutan perusahan

dan PHK serta pengangguran. Inilah penyebab utama krisis ekonomi dan moneter di

Indonesia yang terjadi sejak tahun 1997.

Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok

orang tertentu dan tidak memilki konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.

d. Banyaknya tenaga kerja wanita

Jumlah wanita pekerja pada tahun 1998 ada sekitar 39,2 juta. Jumlah ini terus

meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini

mengakibatkan persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi,

dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah

wanita karena mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk dalam

masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-

laki.

http://jurnal-ekonomi.org/2008/07/23/apa-penyebab-pengangguran-dan-

sulitnya-lapangan-kerja-dalam-perekonomian-kapitalis/

Page 23: jawaban IKTA

Masalah Pengangguran di Indonesia

Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok

permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif

dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator

pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan

juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas

harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya

kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya

berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga

sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka.

Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi

sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan

kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah

pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di

negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali

dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan

pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan

dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah

pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang

namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di

negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara

berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan

bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk,

ataupun masalah sosial politik di negara tersebut. Melalui artikel inilah

saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran dengan segala dampaknya

di Indonesia yang menurut pengamatan saya sudah semakin memprihatinkan

terutama ketika negara kita terkena imbas dari krisis ekonomi sejak tahun

1997 .

Apa itu pengangguran? Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak

dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai

macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran teknologis, pengangguran

friksional dan pengangguran struktural. Tingginya angka pengangguran,

masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan

Page 24: jawaban IKTA

berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama

rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi

manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di

negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk

sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju,

pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif

lebih rendah daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena buruknya

efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam

maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan

sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat

pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak.

Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang

sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan

pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah

pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10% dari sekitar 90 juta

angkatan kerja yang ada di Indonesia, dan jumlah inipun belum mencakup

pengangguran terselubung. Jika persentase pengangguran total dengan

melibatkan jumlah pengangguran terselubung dan terbuka hendak dilihat

angkanya, maka angkanya sudah mencapai 40% dari 90 juta angkatan kerja yang

berarti jumlah penganggur mencapai sekitar 36 juta orang. Adapun

pengangguran terselubung adalah orang-orang yang menganggur karena bekerja

di bawah kapasitas optimalnya. Para penganggur terselubung ini adalah

orang-orang yang bekerja di bawah 35 jam dalam satu minggunya. Jika kita

berasumsi bahwa krisis ekonomi hingga saat ini belum juga bisa terselesaikan

maka angka-angka tadi dipastikan akan lebih melonjak.

Ledakan Pengangguran

Akibat krisis finansial yang memporak-porandakan perkonomian nasional,

banyak para pengusaha yang bangkrut karena dililit hutang bank atau hutang

ke rekan bisnis. Begitu banyak pekerja atau buruh pabrik yang terpaksa

di-PHK oleh perusahaan di mana tempat ia bekerja dalam rangka pengurangan

besarnya cost yang dipakai untuk membayar gaji para pekerjanya. Hal inilah

yang menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran yakni

pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif singkat.

Page 25: jawaban IKTA

Awal ledakan pengangguran sebenarnya bisa diketahui sejak sekitar tahun 1997

akhir atau 1998 awal. Ketika terjadi krisis moneter yang hebat melanda Asia

khususnya Asia Tenggara mendorong terciptanya likuiditas ketat sebagai

reaksi terhadap gejolak moneter. Di Indonesia, kebijakan likuidasi atas 16

bank akhir November 1997 saja sudah bisa membuat sekitar 8000 karyawannya

menganggur. Dan dalam selang waktu yang tidak relatif lama, 7.196 pekerja

dari 10 perusahaan sudah di PHK dari pabrik-pabrik mereka di Jawa Barat,

Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Selatan berdasarkan data pada akhir

Desember 1997. Ledakan pengangguran pun berlanjut di tahun 1998, di mana

sekitar 1,4 juta pengangguran terbuka baru akan terjadi. Dengan perekonomian

yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap

sekitar 1,3 juta orang dari tambahan angkatan kerja sekitar 2,7 juta orang.

Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Total pengangguran

jadinya akan melampaui 10 juta orang. Berdasarkan pengalaman, jika kita

mengacu pada data-data pada tahun 1996 maka pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5

sampai 4% belumlah memadai, seharusnya pertumbuhan ekonomi yang ideal bagi

negara berkembang macam Indonesia adalah di atas 6%.

Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996, perekonomian hanya mampu menyerap

85,7 juta orang dari jumlah angkatan kerja 90,1 juta orang. Tahun 1996

perekonomian mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah relatif besar

karena ekonomi nasional tumbuh hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998,

pertumbuhan ekonomi dapat dipastikan tidak secerah tahun 1996. Pada tahun

1998 krisis ekonomi bertambah parah karena banyak wilayah Indonesia yang

diterpa musim kering, inflasi yang terjadi di banyak daerah, krisis moneter

di dalam negeri maupun di negara-negara mitra dagang seperti sesama ASEAN,

Korsel dan Jepang akan sangat berpengaruh. Jika kita masih berpatokan dengan

asumsi keadaan di atas, maka ledakan pengangguran diperkirakan akan

berlangsung terus sepanjang tahun-tahun ke depan.

Memang ketika kita menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000

ini sudah menurun dibanding tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi

tahun 2000 yang meningkat menjadi 4,8 persen. Pengangguran tahun 1999 yang

semula 6,01 juga turun menjadi 5,87 juta orang. Sedang setengah pengangguran

atau pengangguran terselubung juga menurun dari 31,7 juta menjadi 30,1 juta

orang pada tahun 2000. Jumlah pengangguran saat ini mencapat sekitar 35,97

Page 26: jawaban IKTA

juta orang, namun pemerintah masih memfokuskan penanggulangan pengangguran

ini pada 16,48 juta orang. Jumlah pengangguran saat ini yaitu pada tahu 2001

mencapai 35,97 juta orang yang diperkirakan bisa bertambah bila pemulihan

ekonomi tidak segera berjalan dengan baik. Karena hal inilah maka pemerintah

perlu berusaha semaksimal mungkin untuk mencari investor asing guna

menanamkan modalnya di sini sehingga lapangan pekerjaan baru dapat tercipta

untuk dapat menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja.

Berdasarkan perhitungan maka pada saat ini perekonomian negara kita

memerlukan pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen, meski idealnya diatas 6

persen, sehingga bisa menampung paling tidak 2,4 juta angkatan kerja baru.

Sebab dari satu persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap sektiar 400 ribu

angkatan kerja. Ini juga ditambah dengan peluang kerja di luar negeri yang

rata-rata bisa menampung 500 ribu angkatan kerja setiap tahunnya. Untuk

memacu pertumbuhan ekonomi yang pesat maka mau tidak mau negara kita

terpaksa harus menarik investasi asing karena sangatlah sulit untuk

mengharapkan banyak dari investasi dalam negeri mengingat justru di dalam

negeri para pengusaha besar banyak yang berhutang ke luar negeri. Hal ini

bertambah parah karena hutang para pengusaha (sektor swasta) dan pemerintah

dalam bentuk dolar. Sementara pada saat ini nilai tukar rupiah begitu rendah

(undervalue) terhadap dolar.

Namun menarik para investor asingpun bukan merupakan pekerjaan yang mudah

jika kita berkaca pada situasi dan kondisi sekarang ini. Suhu politik yang

semakin memanas, kerawanan sosial, teror bom, faktor desintegrasi bangsa,

dan berbagai masalah lainnya akan membuat para investor asing enggan untuk

menanamkan modalnya di Indonesia. Karena itulah maka situasi dan kondisi

yang kondusif haruslah diupayakan dan dipertahankan guna menarik investor

asing masuk kemari dan menjaga agar para investor asing yang sudah

menanamkan modalnya asing tidak lagi menarik modalnya ke luar yang nantinya

akan berakibat capital outflow.

Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial

Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka

sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu

krisis sosial ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya

Page 27: jawaban IKTA

angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan atau preman, dan

besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang senantiasa

menghantui masyarakat kita.

Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti mendapatkan harga

diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap kehilangan harga diri. Walaupun

bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah begini pengangguran dapat

dianggap sebagai nasib. Seseorang bisa saja diputus hubungan kerja karena

perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan penganggur juga antri

menanti tenaganya dimanfaatkan.

Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan

banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial, karena

banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya. Pengangguran yang terjadi

tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan

juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya

tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak

yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun

pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan

kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.

Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara

kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal

sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka

kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di

sektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan

inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau

joki payung kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak,

bahkan orang demo saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak

para penganggur yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak

halal. Banyak dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri,

preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit mereka yang

dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik salah satu

kelompok tertentu yang masih erat hubungannya dengan para pentolan Orba. Ada

juga yang menyertakan diri menjadi anggota laskar jihad yang dikirim ke

Ambon dengan dalih membela agama. Padahal di sana mereka cuma jadi perusuh

yang doyan menjarah, memperkosa, dan membunuh orang-orang Maluku yang tidak

Page 28: jawaban IKTA

berdosa. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah jika krisis

sosial tidak ingin berlanjut terus.

Masalah Pengangguran dan Pendidikan

Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin

mendekati titik yang mengkhawatirkan. Diperkirakan angka pengangguran

intelektual yang pada tahun 1995 mencapai 12,36 persen, pada tahun 1995

diperkirakan akan meningkat menjadi 18,55 persen, dan pada tahun 2003 meningkat

lagi menjadi 24,5 persen. Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan

dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai

tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing

dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di

mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka

sebenarnya menyandang gelar.

Meski ada kecenderungan pengangguran terdidik semakin meningkat namun upaya

perluasan kesempatan pendidikan dari pendidikan menengah sampai pendidikan

tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan pendidikan itu harus dilakukan

tanpa mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. Karena itu maka salah satu

kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya memberikan pendidikan yang

benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja.

Saat ini pendidikan kita terlalu menekankan pada segi teori dan bukannya praktek.

Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga membuat

para siswa menjadi bosan. Di negara-negara maju, pendidikkan dalam wujud praktek

lebih diberikan dalam porsi yang lebih besar. Di sanapun, cara pembelajaran dan

pemberian pendidikkan diberikan dalam wujud yang lebih menarik dan kreatif. Di

negara kita, saat ini ada kecenderungan bahwa para siswa hanya mempunyai

kebiasaan menghafal saja untuk pelajaran-pelajaran yang menyangkut ilmu sosial,

bahasa, dan sejarah atau menerima saja berbagai teori namun sayangnya para siswa

tidak memiliki kemampuan untuk menggali wawasan pandangan yang lebih luas serta

cerdas dalam memahami dan mengkaji suatu masalah. Sedangkan untuk ilmu

pengetahuan alam para siswa cenderung hanya diberikan latihan soal-soal yang

cenderung hanya melatih kecepatan dalam berpikir untuk menemukan jawaban dan

bukannya mempertajam penalaran atau melatih kreativitas dalam berpikir. Contohnya

seperti seseorang yang pandai dalam mengerjakan soal-soal matematika bukan karena

Page 29: jawaban IKTA

kecerdikan dalam melakukan analisis terhadap soal atau kepandaian dalam membuat

jalan perhitungan tetapi karena dia memang sudah hafal tipe soalnya. Seringkali

seseorangpun hanya sekedar bisa mengerjakan soalnya dengan menggunakan rumus

tetapi tidak tahu asal muasal rumus tersebut. Kenyataan inilah yang menyebabkan

sumber daya manusia kita ketinggalan jauh dengan sumber daya manusia yang ada di

negara-negara maju. Kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal dalam praktek dan

dalam profesionalisme pekerjaan tersebut. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik

kita juga adalah karena kita terlampau melihat pada gelar tanpa secara serius

membenahi kualitas dari kemampuan di bidang yang kita tekuni. Sehingga karena hal

inilah maka para tenaga kerja terdidik sulit bersaing dengan tenaga kerja asing dalam

usaha untuk mencari pekerjaan.

Jika kita melihat dari sudut pandang ekonomi, pengangguran tenaga kerja terdidik

cenderung meningkat pada saat masyarakat mengalami proses modernisasi dan

industrialisasi. Dalam proses perubahan itu terjadi pergeseran tenaga kerja

antarsektor, yaitu dari sektor ekonomi subsistem ke sektor ekonomi renumeratif.

Setelah kembali mapan, pengangguran akan cenderung rendah kembali. Proses

industrialisasi tidak hanya terjadi pada suatu titik waktu akan tetapi merupakan suatu

proses yang berkelanjutan. Pergeseran ekonomi dalam proses industrialisasi tidak

hanya berlangsung dari pertanian ke industri tetapi juga terus terjadi dari industri

berteknologi rendah ke teknologi, dan selanjutnya menuju industri yang berbasis

informasi dan intelektualitas. Pada tahap ini, lanjutnya, perubahan itu terus

berlangsung dari waktu ke waktu yang mengakibatkan tenaga kerja harus terus-

menerus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan teknologi. Akibatnya

pengangguran merupakan suatu kondisi normal di negara-negara maju yang

teknologinya terus berubah. Masalah pengangguran terdidik di Indonesia, tuturnya,

sudah mulai mencuat sejak sekitar tahun 1980-an saat Indonesia mulai memasuki era

industri. Pada tahun 1970-an pemerintah melakukan investasi besar-besaran pada

sektor-sektor yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, seperti pertanian dan

pendidikan dasar. Memasuki dasawarsa 1980-an, output pendidikan SD dalam jumlah

besar telah mendorong pertumbuhan besar-besaran pada jenjang pendidikan

menengah dan tinggi. Namun masalah pendidikan menjadi dilematis, di satu sisi

pendidikan dianggap sangat lambat mengubah struktur angkatan kerja terdidik karena

angkatan kerja lulusan pendidikan tinggi baru 3,05 persen dari angkatan kerja

nasional. Namun di sisi lain, pendidikan juga dipersalahkan karena mengeluarkan

Page 30: jawaban IKTA

lulusan pendidikan tinggi yang terlalu banyak sehingga menjadi penganggur. Salah

satu penyebab pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah

karenakualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang masih rendah. Akibatnya

lulusan yang dihasilkanpun kualitasnya rendah sehingga tidak sesuai dengan tuntutan

dan kebutuhan masyarakat. Pengangguran terdidik dapat saja dipandang sebagai

rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan. Namun bila dilihat lebih jauh, dari

sisi permintaan tenaga kerja, pengangguran terdidik dapat dipandang sebagai

ketidakmampuan ekonomi dan pasar kerja dalam menyerap tenaga terdidik yang

muncul secara bersamaan dalam jumlah yang terus berakumulasi.

Masalah Pengangguran dan Inflasi

Setelah dalam sepuluh tahun terakhir laju inflasi nasional mampu dipertahankan di

bawah angka sepuluh persen, namun pada tahun 1997 laju inflasi akhirnya menembus

angka dua digit, yaitu 11,05 persen. Laju inflasi tahun 1997 itu jauh lebih tinggi jika

dibandingkan inflasi 1996 yang 6,47 persen. Hal itu terjadi, di samping karena

kemarau panjang, antara lain juga akibat krisis moneter yang akhirnya melebar jadi

krisis ekonomi. Inflasi bulan Desember 1997 saja tercatat 2,04 persen. Dengan angka

inflasi 11,05 persen, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki

angka inflasi tertinggi di ASEAN, setidaknya dalam tiga tahun terakhir ini.

Tingginya angka inflasi karena tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran

barang dan jasa. Ini membuktikan tingginya laju inflasi di negara kita lebih banyak

dipengaruhi sektor riil, bukan sektor moneter. Jika kita mengambil kesimpulan

mengenai masalah inflasi di Indonesia bahwa ternyata laju inflasi tidak semata

ditentukan faktor moneter, tapi juga faktor fisik. Ada empat faktor yang menentukan

tingkat inflasi. Pertama, uang yang beredar baik uang tunai maupun giro. Kedua,

perbandingan antara sektor moneter dan fisik barang yang tersedia. Ketiga, tingkat

suku bunga bank juga ikut mempengaruhi laju inflasi. Suku bunga di Indonesia

termasuk lebih tinggi dibandingkan negara di kawasan Asia. Keempat, tingkat inflasi

ditentukan faktor fisik prasarana. Melonjaknya inflasipun karena dipicu oleh

kebijakan pemerintah yang menarik subisidi sehingga harga listrik dan BBM

meningkat. Kenaikan BBM ini telah menggenjot tingkat inflasi bulan Juni 2001

menjadi 1,67 persen. Dampak ini masih terasa sampai bulan Juli 2001 yang akan

memberikan sumbangan inflasi antara 0,3-1 persen. Efek domino yang ditimbulkan

pun masih menjadi pemicu kenaikan harga lainnya. Diperkirakan inflasi tahun ini

Page 31: jawaban IKTA

tembus dua digit. Kebijakan kenaikan harga BBM per 15 Juni 2001, menjadi pemicu

kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Kenaikan BBM tersebut cukup

memberatkan masyarakat lapisan bawah karena dapat menimbulkan multiplier effect,

mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam proses produksi maupun

distribusinya menggunakan BBM.

Tingginya angka inflasi selanjutnya akan menurunkan daya beli masyarakat. Untuk

bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti sebelumnya, para pekerja harus

mendapatkan gaji paling tidak sebesar tingkat inflasi. Kalau tidak, rakyat tidak lagi

mampu membeli barang-barang yang diproduksi. Jika barang-barang yang diproduksi

tidak ada yang membeli maka akan banyak perusahaan yang berkurang

keuntungannya. Jika keuntungan perusahaan berkurang maka perusahaan akan

berusaha untuk mereduksi cost sebagai konsekuensi atas berkurangnya keuntungan

perusahaan. Hal inilah yang akan mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah

pekerja/buruhnya dengan mem-PHK para buruh. Salah satu dari jalan keluar dari

krisis ini adalah menstabilkan rupiah. Membaiknya nilai tukar rupiah tidak hanya

tergantung kepada money suplly dari IMF, tetapi juga investor asing (global

investment society) mengalirkan modalnya masuk ke Indonesia (capital inflow).

Karena hal inilah maka pengendalian laju inflasi adalah penting dalam rangka

mengendalikan angka pengangguran.

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html

Faktor Penyebab Pengangguran Di Indonesia

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia, antara lain:

1. Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia

(kesenjangan antara supply and demand).

2. Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang

dibutuhkan oleh pasar kerja.

3. Ketiga, masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak

terserap dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang

memadai.

4. Keempat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global.

5. Kelima, terbatasnya sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi

warga masyarakat untuk mengolah sumber daya alam menjadi mata pencaharian.