Hakekat Manusia Dalam Hindu

83
PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA Hakekat manusia adalah sebagai berikut : a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. c. Makhluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. DIMENSI-DIMENSI HAKEKAT MANUSIA 1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain) 2. Kesosialan (ketergantungankebutuhan pada orang lain) 3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket) 4. Keberagaman (keyakinan ada kekuatan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan di luar kemampuan mahluk hidup di dunia) 5. Intelektual(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan pengetahuan dan memecahkan masalah) 6. Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan, keserasian hidup bekeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen, serta kreatif dan berkarya) D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 1

description

a

Transcript of Hakekat Manusia Dalam Hindu

Page 1: Hakekat Manusia Dalam Hindu

PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA  

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku

intelektual dan sosial. c. Makhluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu

mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak

pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk

mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati

f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas

g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

DIMENSI-DIMENSI HAKEKAT MANUSIA

1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)

2. Kesosialan (ketergantungankebutuhan pada orang lain)

3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)

4. Keberagaman (keyakinan ada kekuatan yang mengendalikan seluruh aspek

kehidupan di luar kemampuan mahluk hidup di dunia)

5. Intelektual(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan

pengetahuan dan memecahkan masalah)

6. Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan,

keserasian hidup bekeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan

produsen, serta kreatif dan berkarya)

Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan,

dan Dinamikanya

3.1 Dimensi Keindividualan

Dikatakan oleh Lyson bahwa individu adalah orang seorang, sesuatu yang merupakan

suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan

juga sebagai sebagai pribadi (Lysen, Individu dan Masyarakat: 4). Setiap anak manusia

yang dilahirkan ke dunia ini sebenarnya telah memiliki potensi. Potensi yang dimaksud

menurut penulis seperti yang dikemukakan oleh Gardner. Ia menyatakan bahwa

manusia memiliki tujuh kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 1

Page 2: Hakekat Manusia Dalam Hindu

matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan musik,

kecerdasan interpersonal, kecerdasan intra personal (Campbel, dkk., 2006: 2-3).

Kecerdasan-kecerdasan ini yang selanjutnya kita sebut sebagai potensi yang tentu saja

tidak sama dimiliki oleh setiap individu. Ada individu yang memiliki kelebihan dalam hal

kebahasaan, tetapi kurang pintar dalam hal musik, ada individu yang lebih pintar

matematika, tetapi tidak pintar tentang kebahasaan. Oleh karena itu, setiap individu

tidak boleh diperlakukan sama. Mereka ingin terlihat berbeda dengan yang lain atau

menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi ini.

Penulis sangat setuju dengan dimensi keindividualan seperti yang telah diungkapkan di 

atas. Memang benar bahwa tidak ada manusia yang identik dengan manusia lain  di

atas permukaan bumi ini. Bahkan, anak yang terlahir kembar pun pada hakikatnya tidak

memiliki karakter yang persis sama. Dengan kata lain, masing-masing ingin

mempertahankan kekhasannya sendiri. Kekhasan yang dimaksud ini seperti kekhasan

dalam cita-cita, cara belajar, cara menghadapi dan menyelesaikan masalah, cara

berinteraksi dengan orang lain. Karena adanya kekhasan yang dimiliki oleh setiap

manusia ini, dalam proses pembelajaran kekhasan ini tentu harus diperhatikan oleh

peserta didik. Tenaga pendidik tidak dapat boleh memaksakan kehendaknya kepada

kepada subjek didik.

Menurut penulis, memang usaha untuk memperhatikan peserta didik berdasarkan

kekhasan yang dimilikinya merupakan usaha yang baik. Akan tetapi, yang menjadi

pertanyaan adalah bagaimana cara mengimplementasikan hal ini dalam pembelajaran?

Sebagai contoh, apa yang harus dilakukan terhadap anak didik yang tidak suka

pelajaran bahasa Indonesia saat materi bahasa Indonesia diajarkan oleh tenaga

pendidik? Apakah anak didik tersebut diminta oleh gurunya untuk keluar atau diam

saja? Pertanyaan seperti ini tampaknya sering dihadapi oleh peserta didik. Contoh lain

disebutkan, misalnya, anak didik memiliki berbagai gaya belajar. Ada anak didik yang

mudah belajar kalau hanya dengan berdiskusi bersama-teman-teman-teman sekelas,

ada anak didik yang mudah belajar hanya dengan mendengarkan apa yang

disampaikan oleh gurunya, ada anak didik yang mudah belajar dengan cara langsung

mempraktikkan, ada pula anak didik yang mudah belajar hanya dengan membaca

buku. Bagaimanakah gaya belajar yang bervariasi ini dapat diatasi oleh pendidik dalam

suatu proses pembelajaran? Hal seperti ini tampaknya perlu untuk dikaji secara

spesifik.

3.2 Dimensi Kesosialan

Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya, mereka dikaruniai benih

kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul ini, setiap orang

ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga penjara

merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh setiap manusia karena dengan

diasingkan di dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul itu secara mutlak.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 2

Page 3: Hakekat Manusia Dalam Hindu

3.3 Dimensi Kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan

tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup hanya dengan berbuat

yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu terkandung kejahatan

terselubung. Oleh karena itu, pengertian susila berkembang sehingga memiliki

perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan

sering digunakan istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan

kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan tidak beretika

dan tidak bermoral, sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika

dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya

mengakibatkan ketidaksenangan orang lain.

Susila sebenarnya mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu

berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai yang dimaksud dapat berupa nilai otonom,

nilai heteronom, nilai keagamaan.

Dalam kenyataan hidup, ada dua hal yang muncul dari persoalan nilai, yaitu kesadaran

dan pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai. Dalam

pelaksanaannya, keduanya harus dulaksanakan secara sinkron.

3.4 Dimensi Keber ‘agama’ an

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan

manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat

bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan

bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama

melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN

memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai

dengan perguruan tinggi.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 3

Page 4: Hakekat Manusia Dalam Hindu

1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil

membedakan manusia dengan hewan meskipun antara manusia dan hewan banyak

kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Kesamaan secara biologis ini

misalnya adanya kesamaan bentuk (misalnya kera), bertulang belakang seperti

manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan

menyusui anak, pemakan segalanya, dan adanya persamaan metabolisme dengan

manusia. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu zoon

politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia

sebagai das kranke tieri (hewan yang sakit) (Drijakara, 1962:138).

Kenyataan dalam pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira

bahwa manusia dan hewan hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan

yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena

perubahan temperatur lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa

pendidikan, orang hutan, misalnya, dapat dijadikan manusia. Upaya manusia untuk

mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan.

Charles Darwin dengan teori evolusinya telah berjuang untuk menemukan bahwa

manusia berasal dari kera, tetapi temuannya ini ternyata gagal. Ada misteri yang

dianggap menjembatani proses perubahan dari kera ke manusia yang tidak sanggup

diungkapkan yang disebut the missing link, yaitu suatu mata rantai yang putus. Ada

suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti

yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau kera

melalui proses evolusi yang bersifat gradual.

2. Wujud Sifat Hakikat Manusia

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 4

Page 5: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Ada beberapa wujud sifat hakikat manusia yang yang tidak dimiliki oleh hewan. Wujud

sifat hakikat manusia ini dikemukakan oleh paham eksistensialisme dengan maksud

menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:

1. Kemampuan Menyadari Diri

Kaum Rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya

kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan itu,

manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas. Hal ini menyebabkan

manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan

dengan yang bukan aku (lingkungan fisik) di sekitarnya. Bahkan bukan hanya

membedakan. Lebih dari itu manusia dapat membuat jarak dengan lingkungannya, baik

yang berupa pribadi maupun nonpribadi. Kemampuan membuat jarak dengan

lingkungannya berarah ganda.    Kedua arah yang terdapat dalam bagan di atas di

dalam pendidikan perlu untuk dikembangkan secara berimbang. Pengembangan arah

keluar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan pengembangan arah ke

dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.

Yang lebih istimewa adalah manusia dikaruniai kemampuan untuk membuat jarak

dengan dirinya sendiri. Sungguh merupakan suatu anugerah yang luar biasa yang

menempatkan posisi manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk

menyempurnakan diri. Si aku seolah-olah keluar dari dirinya dengan berperan sebagai

subjek kemudian memandang dirinya sendiri sebagai objek untuk melihat kelebihan-

kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Pada

saat demikian, seorang aku dapat berperan ganda yaitu sebagai subjek dan sekaligus

sebagai objek. Hal inilah yang disebut dengan pendidikan diri sendiri atau oleh

Langeveld disebut self forming.

2. Kemampuan Bereksistensi Diri

Selain memiliki kemampuan menyadari diri, manusia juga memiliki kemampuan bereksistensi. Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja yang berkaitan dengan ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan kata lain, manusia tidak terbelenggu dengan tempat atau ruang ini (di sini) dan waktu ini (sekarang), tetapi dapat menembus ke sana, ke masa depan, atau ke masa lampau. Adanya kemampuan bereksistensi yang dimiliki oleh manusia tentu saja terdapat unsur kebebasan pada manusia. Jadi, adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan di dalam kandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi (Drijarkara, 1962:61-63). Jika seandainya pada diri manusia itu tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksistensi, manusia tidak lebih dari hanya sekedar esensi belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau “bereksistensi”. Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik perlu diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak kanak-kanak.

3. Pemilikan Kata Hati

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 5

Page 6: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Kata hati (conscience of man) juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dsb. Conscience bermakna pengertian yang ikut serta atau pengertian yang mengikut perbuatan. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya bagi manusia sebagai manusia. Pelita hati atau hati nurani menunjukkan bahwa kata hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberikan penerangan tentang baik buruk perbuatannya sebagai manusia. Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang baik dan benar, buruk dan salah, ataupun kemampuan dalam mengambil keputusan tersebut hanya dari sudut pandang tertentu (misalnya sudut kepentingan diri) dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Jadi, kriteria baik-benar, buruk-salah harus dikaitkan dengan baik-benar atau buruk-salah bagi manusia sebagai manusia. Dapat disimpulkan bahwa kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik-benar dan yang buruk-salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan petunjuk bagi moral/perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam disebut pendidikan kata hati (gewetan forming). Realisasinya dapat ditempuh dengan elatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar  orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.

4. Moral

Moral merupakan suatu perbuatan yang menyertai kata hati. Dengan kata lain, moral adalah perbuatan itu sendiri. Kadangkala antara moral dan hati masih terdapat jarak. Artinya, seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum tentu perbuatannya itu merupakan realisasi dari kata hatinya sendiri. Berarti dalam hal ini diperlukan kemauan untuk menjembatani jarak di antara keduanya. Yang dimaksud dengan kemauan adalah kemauan yang sesuai dengan kodrat manusia. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam adalah moral yang benar-benar baik bagi manusia. Sebaliknya, moral yang yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam disebut dengan moral yang buruk sehingga orang yang melakukan moral yang buruk ini disebut orang yang tak bermoral. Moral disebut juga dengan etika. Selain etika, juga terdapat kata yang pengertiannya sering disamakan oleh orang, yaitu etiket. Sebenarnya, antara etika dan etiket tidakla sama. etika tidak hanya berkaitan dengan perbuatan yang baik/benar, tetapi juga salah/buruk, sedangkan etiket hanya berhubungan dengan soal sopan santun. Dengan demikian, berdasarkan perbedaan pengertian antara etika dan etiket, dapat dikatakan  bahwa orang yang etiketnya tinggi (bersopan santun) bisa jadi moralnya rendah. Berkaitan dengan moral ini, dalam suatu pembelajaran, peserta didik perlu diajarkan moral-moral-moral yang baik. Jika ini tidak dilakukan, dunia pendidikan kita akan menghasilkan kaum intelektual yang tak bermoral.

5. Kemampuan Bertanggung Jawab

Tanggung jawab berarti keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia dan bahwa hanya karena itu perbuatan itu dilakukan sehingga sanksi apa pun yang dituntut oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh norma-norma agama diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dari uraian ini menjadi jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

6. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini sebenarnya ada dua hal yang saling bertentangan yaitu rasa “bebas” dan “sesuai dengan tuntutan kodrat manusia”. Meskipun antara rasa “bebas” dan “sesuai dengan tuntutan kodrat manusia” ini bertentangan, tetapi sebenarnya saling berkaitan. Memang merdeka adalah rasa bebas, tetapi kebebasan tersebut tentu saja tidak bertentangan dengan kodrat manusia. Orang tidak dapat berbuat bebas tanpa memperhatikan petunjuk dari kata hati. Jika hal ini tetap dilakukan, kebebasannya itu disebut dengan kebebasan semu. Kebebasan semu segera diburu oleh ikatan-ikatan yang berupa sanksi-sanksi yang justru

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 6

Page 7: Hakekat Manusia Dalam Hindu

mengundang kegelisahan. Itulah sebabnya seorang pembunuh yang habis membunuh berusaha mati-matian untuk menyembunyikan diri (rasa tidak merdeka). Di sini terlihat  bahwa kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.

7. Kebiasaan Melaksanakan Kewajiban Dan Menyadari Hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu, tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Selanjutnya kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya. Pada dasarnya, hak itu adalah sesuatu yang kosong. Artinya, meskipun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu seseorang mengetahui (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum). Walaupun sudah diketahui, belum tentu orang mau mempergunakannya. Hak sering diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban dipandang sebagai beban. Sebenarnya kewajiban bukan beban, melainkan suatu keniscayaan (Drijarkara, 1978:24-27). Artinya, selama seseorang menyebut dirinya manusia, kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya. Jika menolak, itu artinya ia mengingkari kemanusiaannya. Akan tetapi, apabila kewajiban itu dilaksanakan, hal tersebut tentu saja merupakan suatu keluhuran. Adanya keluhuran dari melaksanakan kewajiban itu menjadi lebih jelas lagi apabila dipertentangkan dengan situasi yang sebaliknya, yaitu mengingkari janji, melalaikan tugas, mengambil hak orang lain, dsb. Implementasi dari perbuatan ini adalah orang akan merasa dikhianati, kecewa, dan akhirnya tumbuh sikap tidak percaya. Kewajiban bukanlah suatu ikatan, melainkan suatu keniscayaan. Sebagai suatu keniscayaan berarti apa yang diwajibkan menusia menjadi tidak merdeka. Mau atau tidak harus menerima. Namun, terhadap keniscayaan itu sendiri manusia bisa taat dan bisa juga melanggar. Ia boleh memilih dengan konsekuensi jika taat, akan meningkat martabatnya sebagai manusia, dan jika melanggar akan merosot martabatnya sebagai manusia. Berarti realisasi hak dan kewajiban ini sifatnya relatif, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban. Karena pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban dibatasi oleh situasi dan kondisi, hak asasi manusia harus diartikan sebagai cita-cita, aspirasi, atau harapan yang berfungsi untuk memberi arah pada segenap usaha untuk menciptakan keadilan.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagian

Hampir semua orang merasakan kebahagiaan. Pengertian kebahagiaan sebenarnya tak mudah dijabarkan meskipun mudah dirasakan. Terdapat beberapa kata yang bersinonim dengan kebahagiaan, misalnya senang dan gembira. sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang sedang mengalami rasa senang atau gembira dikatakan sedang mengalami kebahagiaan. Sebagian lagi mengaanggap bahwa rasa senang hanya merupakan aspek dari kebahagiaan sebab sifatnya lebih permanen daripada perasaan senang yang sifatnya lebih temporer. Dengan kata lain, kebahagian lebih merupakan integrasi atau rentetang dari sejumlah kesenangan. Malah ada yang lebih jauh lagi berpendapat tidak cukup digambarkan sebagai himpunan dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu yaitu merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dari semuanya itu menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut “bahagia”. Peliknya persoalan mungkin juga karena kebahagian itu lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan. Pada saat orang menghayati kebahagiaan, aspek rasa lebih berperan daripada aspek nalar. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kebahagiaan itu sifatnya rasional padahal kebahgiaan yang tampaknya didominasi oleh perasaan itu ternyata tidak demikian karena aspek kepribadian yang lain seperti akal pikiran juga ikut berperan. Bukankan seseorang hanya mungkin menghayati kebahagiaan jika ia mengerti tentang sesuatu yang menjadi objek rasa bahagianya itu. juga orang yang sedang terganggu pikiran atau tidak beres kesadarannya tidak akan sanggup menghayati kebahagiaan. Di sini jelas bahwa penghayatan terhadap kebahagiaan itu juga didukung oleh aspek nalar dan aspek rasa. Berarti dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual, pada rangkaian prosesnya, ataupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 7

Page 8: Hakekat Manusia Dalam Hindu

kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa dan mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal, yaitu usaha, norma-norma, dan takdir. Menurut hemat penulis, konsep kebahagiaan seperti yang disebutkan ini tampaknya dapat diterima. Kebahagiaan pada dasarnya akan dapat dirasakan seseorang jika orang tersebut dapat mengahayati suatu objek yang membuat dia bahagia. Objek ini sebenarnya tidak hanya terbatas pada suatu hal baik yang dialami oleh seseorang, tetapi juga pada suatu hal yang tidak baik. Sebagai contoh, sebuah keluarga yang yang kemampuan ekonominya pas-pasan akan dapat merasakan kebahagiaan jika ia menghayati kemiskinan yang dialaminya. Tidak sedikit orang yang hidupnya miskin merasa tidak bahagia karena mereka tidak menghayati kebahagiaan itu. Barangkali konsep “menghayati” ini sama dengan “bersyukur” jika dikaitkan dengan agama. Selanjutnya apakah seseorang yang terlihat senang dapat dikategorikan sebagai orang yang bahagia. Tampaknya pendapata ini tak dapat dibenarkan seratus persen. Adakalanya orang yang terlihat senang sebenarnya tidak bahagia. Kesenangan yang terlihat padanya hanya merupakan manipulasi terhadap orang lain. Ia barangkali tidak ingin orang lain tahu bahwa dirinya menderita. Dengan demikian, untuk menutup penderitaannya itu, ia memperlihatkan kepada orang lain bahwa dirinya senang.  Di atas telah disebutkan bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual, pada rangkaian prosesnya, ataupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa dan mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal, yaitu usaha, norma-norma, dan takdir. Apakah yang dimaksud dengan usaha, norma, dan takdir? Perhatikan bagan berikut ini.

Usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi masalah hidup. Hidup dengan menghadapi itulah realitas hidup.  Oleh karena itu masalah hidup harus dihadapi. Selanjutnya, usaha untuk mengatasi masalah hidup itu harus bertumpu pada norma-norma yang berlaku dalam agama dan masyarakat. Artinya, jika masalah hidup itu diatasi tanpa memperhatikan norma-norma, orang tersebut tentu tidak akan mengalami hidup yang merdeka. Dengan demikian, jika orang tersebut tidak mengalami hidup yang merdeka, tentu dapat dikatakan bahwa ia tidak bahagia. Setelah manusia mengatasi masalah dengan norma-norma yang berlaku, hal terakhir yang dapat dilakukannya adalah menerima takdir. Takdir merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dalam proses terjadinya kebahagiaan. Ia erat berkaitan dengan rangkaian usaha. Berarti seseorang baru dapat dikatakan sudah takdirnya jika ia telah melalui dua rangkaian yang disebutkan tadi, yaitu usaha dan norma. Salah jika ada orang yang menempatkan takdir lebih dahulu daripada usaha. Memang sakit adalah takdir, tapi jika orang tidak berusaha untuk mengatasi sakit tersebut, tentu kemungkinan besar sakitnya tidak akan sembuh.

Berkaitan dengan wujud sifat hakikat manusia ini, sebenarnya menurut penulis masih ada wujud sifat hakikat manusia yang lain yang tak dapat diabaikan, yaitu kemampuan berbahasa. Hal ini pula yang membedakan antara manusia dan hewan (Hidayat, 2006: 24). Artinya adalah bahwa manusia adalah makhluk yang berbahasa, sedangkan hewan tidak. Akan tetapi, pernyataan ini janganlah disamakan dengan ungkapan yang sering muncul dalam masyarakat, yaitu bahasa binatang. Sebenarnya yang dimaksud dengan manusia berbahasa, sedangkan hewan tidak adalah bahwa hewan tidak memiliki karakteristik kebahasaan seperti yang dimiliki oleh manusia. Karakteristik kebahasaan yang dimaksud, seperti unik, arbitrer, sistematis dan sistemis, simbol, menggunakan kriteria pragmatik, berkaitan dengan bunyi-bunyi segmental, mengandung kriteria semantis atau fungsi semantik tertentu, terbatas dan relatif tetap.

4. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

a. Pengembangan yang utuh

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 8

Page 9: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Pengembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. b. Pengembangan yang Tidak Utuh. Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani.

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Pengertian sosok manusia Indonesia seutuhnya ini adalah perpaduan antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif, psikomotor (Tirta Raharja dan Sulo, 2006:25). Pengertian tentang sosok manusia Indonesia seutuhnya ini tampaknya sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003:7).

Kesimpulan

Manusia sangat jelas berbeda dengan hewan. Hal ini dapat dilihat melalui wujud sifat hakikat manusia, yaitu kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, kepemilikan kata hati, moral, tanggung jawab, rasa kebebasan, kewajiban dan hak, kemampuan menghayati kebahagiaan, kemampuan berbahasa. Ditilik dari segi lain, manusia ternyata memiliki dimensi-dimensi yang meliputi dimensi individual, sosial, susila, dan agama. Dalam suatu proses pembelajaran, baik wujud sifat hakikat manusia maupun dimensi-dimensi manusia yang telah dimiliki oleh setiap peserta didik perlu dikembangkan. Tujuannya tentu saja agar mereka lebih tahu eksistensi mereka di atas permukaan bumi ini dan agar mereka lebih tahu bahwa mereka adalah makhluk ciptaan Allah yang pada hakikatnya berbeda dengan makhluk yang lain sehingga akan terlahir manusia Indonesia seutuhnya seperti yang diinginkan masyarakat, bangsa, dan agama.

Daftar Bacaan Campbel, dkk. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press. Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda. Bandung: Rosdakarya. Tirtaraharja, Umar dan L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 9

Page 10: Hakekat Manusia Dalam Hindu

HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

Filed under: Pengantar Ilmu Pendidikan — 5 Komentar September 19, 2008

HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

Alasan mempelajari hakikat manusia adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas dan benar tentang manusia agar dapat memberi arah yang tepat kemana peserta didik harus dibawa.

 

SIFAT HAKEKAT  MANUSIA

1.    Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia

Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan

2.    Pendidikan Bersifat Filosofis

Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hokum, termasuk termasuk teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika, metafisika, epistemology dan falsafah)

Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia

3.    Pendidikan Bersifat Normatif

Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 10

Page 11: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.

 

 WUJUD SIFAT HAKEKAT MANUSIA

1.    Kemampuan Menyadari DiriKemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan2.    Kemampua BereksistensiManusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya 3.    Pemilikan Kata HatiKemampuan membuat keputusan tentang baik/benar  dengan yang buruk/salah bagi manusiaCara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi4.    Moral (etika)Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaanBermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan sebaliknyaEtiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun5.    Kemampuan Bertanggung JawabSuatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia6.    Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab)Tugasn pendidikan membuat pesreta didik merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia.7.    Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari HakDapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:

Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa

8.    Kemampuan Menghayati KebahagiaanKesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan Takdir.

 

 

PENGEMBANGAN DIMENSI HAKEKAT MANUSIA

1. Pengembangan yang utuh a. Aspek jasmani dan rohani

Aspek Jasmani : fisik Aspek Rohani : Pandai, wawasan Luas, Pendirian teguh, tenggang rasa,

dinamis, keratif

               b. Dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman               c. Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

Kognitif : mengamati, melihat, berfikir, mempertimbangkan, menduga, menilai, dsb.

Afektif : perasaan Psikomotorik :Reaksi psikologis yang di tunjukkan dengan tindakan

1. Pengembangan yang tidak utuh a. Terabaikannya dimensi hakekat manusia

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 11

Page 12: Hakekat Manusia Dalam Hindu

b. Terbentuknya kepribadian yang pincang & tidak mantap (pengambangan yang patologis)

hakekat manusia dan pengembangannya

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Sasaran pendidikan adalah manusia, oleh karena itu seorang pendidik haruslah memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna yang memiliki ciri khas yang secara prinsipiil bereda dari hewan.Ciri khas manusia yang membedakan dengan hewan ialah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan.Dengan pemahaman yang jelas tentang hakikat manusia maka seorang pendidik diharapan dapat membuat peta karakteristik manusia, sebagai acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik.

Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.

B.    BATASAN MASALAH

1.      Menjelaskan pengertian dari hakikat manusia dan pengembangannya.

2.      Membahas dan menguraikan tentang hakikat manusia dan pengembangannya.

C.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah yang dimaksud sifat hakikat manusia?2.      Apa saja yang terkait dalam dimensi hakikat manusia?3.      Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?4.      Bagainakah gambaran sosok manusisa seutuhnya?

D.    TUJUAN

1.      Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 12

Page 13: Hakekat Manusia Dalam Hindu

2.      Untuk mengenal lenih dalam tentang sifat hakikat manusia3.      Untuk memhami dimensi-dimensi hakikat manusia4.      Untuk memahami bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia5.      Untuk mengenal sosok manusia seutuhnya

BAB 2

LANDASAN TEORI/ TINJAUAN PERPUS

A.      PENGERTIAN HAKEKAT

Hakekat itu artinya dasar, pada hakekatnya manusia itu berpendidikan, jika seorang manusia itu tidak berpendidikan berarti ia buka seorang manusia.

B.      PENGERTIAN PENGEMBANGAN

C.      PENGERTIAN HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selalu gelisah dan bermasalah.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 13

Page 14: Hakekat Manusia Dalam Hindu

BAB 3

PEMBAHASAN

A.    WUJUD SIFAT HAKEKAT MANUSIA

1)      KEMAMPUAN MENYADARI DIRI

Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan fisik) di sekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan, lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya, baik berupa pribadi maupun nonpribadi/benda. Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda, yaitu arah keluar dan ke dalam.Dengan arah keluar, aku memandang dan menjadikan lingkungan sebagai objek, selanjutnya aku memanipulasi ke dalam lingkunganu memenuhi kebutuhan aku. Puncak aktivitas yang mengarah keluar ini dapat dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arah ke dalam, aku memberi status kepada lingkungan (dalam hal ini kamu, dia mereka) sebagai subjek yang berhadapan dengan aku sebagai objek,  yang isinya adalah pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa, dan sebagainya. Dengan kata lain aku keluar dari dirinya dan menempatkan  aku pada diri orang lain. Di dalam proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara berimbang. Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.Yang lebih istimewa ialah bahwa manusia dikaruniai kemampuan untuk membuat jarak (distansi) diri dengan akunya sendiri.

2)      KEMAMPUAN BEREKSISTENSI

Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan menempatkan diri dan menerobos. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan .Dengan kata lain,adanya manusia bukan”berada”seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan,melainkan “meng-ada”di muka bumi(drijarkra,1962:61-63).Jika seandainya pada diri manusia ini tidak terdapat kebebasan,maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka,artinya ada hanya sekedar “ber-ada”dan tidak prnah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”.Adanya kemampuan bereksistensi inilah pula yang membedakan manusia sebagai mahkluk human dari hewan selaku mahkluk infra human,dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan ,sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungannya.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 14

Page 15: Hakekat Manusia Dalam Hindu

3)      KATA HATI ( CONSCIENCE OF MAN )

Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah pengertian yang ikut serta atau pengertian yang mengikut perbuatan. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya. Jadi pelita hati atau hati nurani menunjukkan bahwa kata hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatannya sebagai manusia. Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah ataupun kemampuan dalam mengambil keputusan tersebut hanya dari sudut pandangan tertentu (misalnya sudut kepentingan diri), dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Jadi, kriteria baik/benar dan buruk/salah harus dikaitkan dengan baik/benar dan buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Drijarkara menyebutnya dengan baik yang integral. Orang yang memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu menganalisis dan mampu membedakan yang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia disebut tajam kata hatinya.Dapat disimpulkan bahwa kata hati itu adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan petunjuk bagi moral/perbuatan’. Usaha untuk mengubah kata hati (gewetan ferming).

4)      MORAL

Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri.Disini tampak bahwa masih ad jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral (keberanian berbuat). Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan,yang oleh M. J. Langevied dinamakan de opvoedeling omzichzelfswil.Etika biasanya dibedakan dari etiket. Jika moral (etika) menunjuk kepada perbuatan yang baik/benar ataukah yang salah, yang berperikamanusiaan atau yang jahat, maka etiket hanya berhubungan dengan soal sopan santun. Karena moral bertalian erat dengan keputusan kata hati, yang dalam hal ini berarti bertalian erat dengan nilai-nilai, maka sesungguhnya moral itu adalah nilai-nilai kemanusiaan.

5)      TANGGUNG JAWAB

Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab  kepada diri sendiri, tanggung jawab  kepada masyarakat, dan tanggung  jawab kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial. Bentuk tuntutannya berupa sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain. Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan berdosa dan terkutuk.Disini tampak betapa eratnya hubungan antara kata hati, moral, dan tanggung jawab. Kata hati memberi pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan.Dengan demikian, tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 15

Page 16: Hakekat Manusia Dalam Hindu

6)      RASA KEBEBASAN ( KEMERDEKAAN )

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu ‘rasa bebas’ dan ‘sesuai dengan tuntutan kodrat manusia’ yang berarti ada ikatan.Kemerdekaan dalam arti yang sebenanrya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa merdeka tidak sama dengan berbuat bebas tanpa ikatan. Perbuatan bebas membabibuta tanpa memperhatikan petunjuk kata hati, sebenarnya hanya merupakan kebebasan semu. Sebab hanya kelihatannya bebas, tetapi sebenarnya justru tidak bebas, karena perbuatan seperti itu segera disusul dengan sanksi-sanksinya. Di sini terlihat bahwa kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatannya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya yaitu kata hati yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Implikasi pedagogisnya adalah sama dengan pendidikan moral yaitu mengusahakan agar peserta didik dibiasakan menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga dirasakan sebagai miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak  lagi dirasakan sebagai sesuatu yang merintangi gerak hidupnya.

7)      KEWAJIBAN DAN HAK

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dan manusia sebagai makhluk sosial. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesutu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Sebaliknya kewajiban ada oleh karena ada pihak yang harus dipenuhi haknya. Pada dasarnya, hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Sedangkan kewajiban dipandang sebagi sesuatu beban. Ternyata bukan beban melainkan keniscayan artinya, selama seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandang sebagai manusia,maka kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya. Sebab jika mengelakkannya maka ia berarti mengingkari kemanusiannya (yaitu sebagai kenyataan makhluk sosial). Karena itu seseorang yang semakin menyatu dengan kewajiban, nilai, maka martabat kemanusiaannya semakin tinggi di mata masyarakat. Dengan kata lain, melaksanakan kewajiban itu adalah suatu keluhuran.Wajib bukanlah ikatan, melainkan suatu keniscayaan. Karena wajib adalah keniscayaan, maka terhadap apa yang diwajibkan manusia menjadi tidak merdeka. Mau atau tidak harus menerimanya. Tetapi terhadap keniscayaan itu sendiri manusia bisa taat dan bisa juga melanggar.Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan ini mungkin dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud  bila hak sejalan dengan kewajiban. Karena pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban dibatasi oleh situasi dan kondisi, yang berarti tidak seluruh hak dapat dipenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.Kemampuan menghayati kewajiban sebagai keniscayaan tidaklah lahir dengan sendirinya, tetapi bertumbuh melalui suatu proses. Usaha menumbuhkembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai suatu keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin.

8)      KEMAMPUAN MENGHAYATI KEBAHAGIAAN

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Penghayatan hidup yang disebut kebahagiaan ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan. Dapat diduga, bahwa hampir setiap orang pernah mengalami rasa bahagia.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 16

Page 17: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Sebagian lagi menganggap bahwa rasa senang hanya merupakan aspek dari kebahagiaan, sebab kebahagiaan sifatnya lebih permanen dari pada perasaan senang yang sifatnya lebih temporer. Dengan kata lain, kebahagiaan lebih merupakan integrasi atau rentetan dari sejumlah kesenangan. Proses integrasi dari kesemuanya yang menyenangkan maupun yang pahit menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.Kebahagiaan itu lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan. Pada saat orang menghayati kebahagiaan, aspek rasa lebih berperan daripada aspek nalar. Oleh karena itu dikatakan bahwa kebahagiaan itu sifatnya irasional. Padahal kebahagiaan yang tampaknya didominasi oleh perasaan itu ternyata tidak demikian, karena aspek-aspek kepribadian yang lain seperti akal pikiran juga ikut  berperan.Dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir. Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaan.Manusia yang menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenapkeadaan dan kemampuannya.Manusai menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil,jujur,bertanggung jawab,mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis(menurut pandangan Max scheler (drijarkara,1978:137-140).

B.   DIMENSI-DIMENSI HAKEKAT MANUSIA SERTA POTENSI KEUNIKAN DAN DINAMIKANYA

1.      DIMENSI KEINDIVIDUALAN

Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan masyarakat:4)Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna. Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54)Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik, Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri

2.      DIMENSI KESOSIALAN

Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 17

Page 18: Hakekat Manusia Dalam Hindu

kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya. Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:a. Kebutuhan estetisb. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti c. Kebutuhan untuk aktualisasi dirid. Kebutuhan memperolah penghargaan orang laine. Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memilikif. Kebutuhan rasa amang. Kebutuhan fisiologis

3.      DIMENSI KESUSILAANSusila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang  sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan  kebaikan). Orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan tidak beretika atau tidak bermoral. Sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidak senangangan orang lain.Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna  kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Dilihat asal dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan).

4.      DIMENSI KEAGAMAAN

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang  sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan  kebaikan). Orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 18

Page 19: Hakekat Manusia Dalam Hindu

lain dan dikatakan tidak beretika atau tidak bermoral. Sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidak senangangan orang lain.Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna  kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Dilihat asal dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan).

C.   PENGEMBANGAN DIMENSI HAKEKAT MANUSIApendidikan adalah manusia, artinya bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidik.Ketika terlahir ke dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam wujud potensi, namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi.Dan dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-rentang proses yang mengundang pendidikan untuk berperan.Meskipun pada dasarnya pendidikasn itu baik tetapi dalam pelaksanaan mungkin saja terjadi kesalahan–kesalahan yang secara lazimnya disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:

1)                  PENGEMBANGAN YANG UTUH

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi pelayanan atas perkembangannya.Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya.

a)      Dari Wujud DimensinyaKeutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,. Pengembangan aspek jasmaniyah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.

b)     Dari Arah PengembanganKeutuhan pengembangan dimensi hakikatb manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu.Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaaqn terpadu terhadap dimensi hakikat manusi sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yaqng bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakn ketinggian martabat manusia). Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 19

Page 20: Hakekat Manusia Dalam Hindu

2)   PENGEMBANGAN YANG TIDAK  UTUHPengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditngani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.

D.    SOSOK MANUSIA YANG SEUTUHNYA

Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat yang bertanggung jawab melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan diantara keduanya sekaligus batiniah.selanjutnya juga diartikan bahwa pembanguinan itu merata diseluiruh tanah air bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya , antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, keselerasian antar bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 20

Page 21: Hakekat Manusia Dalam Hindu

BAB 4KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap pengembangan dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut dapat membedakan secara principal antara hewan dengan manusia. Meskipun dari segi biologisnya masih banyak kemiripannya.Adanya sifat hakikat tersebut dapat memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus dapat menguasai hewan.Salah satu sifat hakikat yang istimewa adalah adanya kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia, dan semua sifat hakikat manusia tersebut dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan.Berkat adanya pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh dan sempurna.

PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA  

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :i. Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.j. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku

intelektual dan sosial. k. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur

dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.l. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak

pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.m.Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk

mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati

n. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas

o. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

p. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

2.PSIKOLOGI DAN HUKUM PERKEMBANGAN ANAK (MANUSIA)Psikologi adalah suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari sikap, tingkah laku atau aktivitas-aktivitas di mana sikap, tingkah laku, atau aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Objek Psikologi adalah Jiwa.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 21

Page 22: Hakekat Manusia Dalam Hindu

  Bidang garapan Psikologi :a. Psikologi Teoritis

1). Psikologi Umum2). Psikologi Khusus

o Psikologi Perkembangano Psikologi Kepribadian dan Typologio Psikologi Sosialo Psikologi Pendidikano Psikologi Abnormal

b. Psikologi Praktis1). Psikodiagnostik2). Psikologi Klinis dan Bimbingan Psikologis3). Psikologi Perusahaan4). Psikologi Pendidikan

 Perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi dalam bentuk irnitasi yang berlangsung dengan adaptasi (penyesuaian) dan seleksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah keturunan, lingkungan, dan manusia itu sendiri.Fase-fase perkembangan menurut beberapa ahli psikologi : a. Menurut Aristoteles

1). 0,0-7,0 : masa anak kecil2). 7,0-14,0 : masa anak3). 14,0-21,0 : masa remaja

   b. Menurut Mantessori

1). 0,0-7,0 : periode penemuan dan pengaturan dunia luar.2). 7,0-12,0 : periode rencana abstrak3). 12,0-18,0 : periode penemuan diri dan kepekaan sosial4). 18,0- : periode pendidikan tinggi

   c. Menurut Comenius

1). 0,0-6,0 : scola matema2). 6,0-12,0 : scolavernatulata3). 12,0-18,0 : scola latina4). 18,0-24,0 : acodemia

   d. Menurut J.J Rousseau

1) 0,0-2,0 : masa asuhan2). 2,0-12,0 : masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera3). 12,0-15,0 : masa pendidikan akal.4). 15,0-20,0 : masa pembentukan watak dan pendidikan agama

   e. Menurut Oswald Kroch

1). masa anak-anak2). masa bersekolah3). masa kematanga.

   f. Menurut Elizabeth B. Hurlock

1). periode pre natal2). masa oral3). masa bayi4). masa anak-anak

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 22

Page 23: Hakekat Manusia Dalam Hindu

5). masa pubertas

Hukum tempo perkembangan menyatakan bahwa tiap-tiap anak memiliki tempo perkembangan yang berbeda. Anak juga memiliki masa peka, yaitu suatu masa di mana suatu organ atau unsur psikologis anak mengalami perkembangan yang sebaik-baiknya. Bagi seorang pendidik, mengetahui perkembangan anak diperlukan dalam membimbing anak sesuai dengan perkembangannya.

3.PERUBAHAN TINGKAH LAKU AKIBAT BELAJARPengertian belajar dapat disimpulkam sebagai berikut :

a. Dengan belajar itu belajar itu diharapkan tingkah laku seseorang akan berubah.b. Dengan belajar pengetahuan dan kecakapan seseorang akan bertarnbah.c. Perubahan tingkah laku dan penambahan pengetahuan ini di dapat lewat suatu

usaha.Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar adalah :

a. Anak yang belajar meliputi faktor fisiologis dan psikologis.b. Faktor dari luar :

1). endogen : a. fisiologis (kesehatan fisik dan indra)b. psikologis :

- adanya rasa ingin tahu.dari siswa.- kreatif, inovatif de akseleratif- bermotivasi tinggi.- adanya sifat kompetitif yang sehat- kebutuhan akan rasa aman, penghargaan, aktualisasi diri, kasih sayang dan rasa memiliki. 

2). eksogen : c. instrumental (kurikulum, program, laboratorium)d. lingkungan (sosial dan non sosial)

Pusat berlangsungnya pendidikan adalah :a. Keluarga.b. Sekolah.c. Masyarakat. Ciri-ciri keberhasilan pendidikan pada seseorang dapat terlihat pada :

a. Mengerti benar akan tugasnya dengan baik dan didorong oleh rasa tanggung jawab yang kuat terhadap dirinya serta terhadap Tuhan.

b. Mampu mengadakan hubungan sosial dengan bekerja sama dengan orang lain.c. Mampu menghadapi segala perubahan dunia karena salah satu ciri kehidupan

ialah perubahan.d. Sadar akan dirinya dan harga dirinya sehingga tidak mudah memperjualbelikan

dirinya dan kreatif.e. Peka terhadap nilai-nilai yang sifatnya rohaniah.

Pribadi manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungan. Jadi kepribadian adalah suatu kesatuan psikofisik termasuk bakat, kecakapan, emosi, keyakinan, kebiasaan, menyatakan dirinya dengan khas di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.  Sedangkan peranan pendidik dalam pengembangan kepribadian adalah menjadi jembatan penghubung atau media untuk mengaktualisasikan potensi psikofisik individu dalam menyelesaikan diri dengan lingkungannya.

 

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 23

Page 24: Hakekat Manusia Dalam Hindu

LATAR BELAKANG

            Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembngkan potensi-potensi kemanusiannya. Manusia memiliki cirri khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Diseut hakikat sifat manusia karenasecara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.

            Pemahaman pendidik terhadap sifat hakikat manusia akan membentuk peta tentang karateristik manusia. Peta ini akan menjadi landasan serta memberikan acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan tehnik, serta memilih pendekatan dan orentasidalam merancangdan melaksanakan komunikasitransaksionaldi dalam transaksi edukatif. Peta ini juga akan menjadi landasan karena adanya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, lebih-lebih pada masa mendatang.

SIFAT HAKIKAT MANUSIA

          Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah soal sekedar praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatife. Filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang hakikat manusia.

1.      Pengertian Sifat Hakikat Manusia diartikan sebagai cirri-ciri karateristik yang prinsipil yang membedakan manusia dan hewan.

2.      Wujud Sifat Hakikat Manusia yaitu meliputi :

1. Kemampuan menyadari diri2. Kemampuan bereksistensi3. Pemilikan kata hati4. Moral 5. Kemampuan bertanggung jawab6. Rasa kebebasan7. Kesediaan melakukan kewajiban dan menyadari hak8. Kemampuan menghayati kebahagiaan

A.Kemampuan menyadari diri

          Kaum Rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adnya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki cirri khas atau karateristik.

B.Kemampuan bereksistensi

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 24

Page 25: Hakekat Manusia Dalam Hindu

          Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinyasebagai objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi.

C.Kata hati

            Kata hati atau conscieice of Man juga serung disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, pelita hati, dan sebagainya. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang ap yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya. Bahkan mengerti juga akibatnya baik atau buruk bagi manusia sebagai manusia.

D.Moral

            Jika kata hati dikatakan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral adlah perbuatan itu sendiri. Di sini masih tampak bahwa masih ada jarak antar kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk menjembatanijarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan.

E.Tanggung jawab

            Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab ada bermacam-macam, ada bertanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat, dan kepada Tuhan.

F.Rasa kebebasan

            Merdeka adalah rasa bebas tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai denagn tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan “sesuai dengan tuntutan kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.

G.Kewajiban dan Hak

            Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai mahluk sosial.Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu yang pada saat itu belum di penuhi. Dalam relitas hidup sehari-hari umumnya hak diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban di pndang sebagai sesuatu beban. Benarkah kewajiban menjadi beban bagi manusia ?. ternyata bukan beban melainkan suatu keniscayaan. Artunya selama orang itu menyebut diriny manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya.

H.Kemampuan menghayati kebahagiaan

            Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Ambillah missal tentang sebutan senang, gembira, baahagia, dan sejumlah istilah lain yang mirip dengan itu. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang sedangmengalami rasa senang atau gembira itulah sedang mengalami kebahagiaan. Maka kita bisa menyimpulkan bahwa kebahagiaan itu rupanya tdk terletak pada keadaannya sendiri secara factual atuapun pada rangkaian prosesnya tetapi terletak pada kesanggupannya menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan menundukan suatu hal di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu : usah, norma-norma dan takdir. Usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi masalah hidup. Selanjutnya usaha tersebut harus bertumpu ada norma-norma dan kaidah-

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 25

Page 26: Hakekat Manusia Dalam Hindu

kaidah. Kemudian takdir merupakan rangkaian yang terpisah dalam proses terjadinya kebahagiaan. Komponen takdir ini erat bertalian dengan komponen usaha.

 

PENGEMBANGAN MANUSIA

Seperti telah berulangkali dikatakan sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia lahir telah dikarunia hakikatmanusia tetapi masih dalam potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi. Dari kondisi potensi menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam nenberikan jasanya. Meskipun pendidikn pada dasarnya adalah baik tetapi dalam pelaksanaannya mungkin saja bisa terjadi kesalahan yang lazimnya disebut salah didik. Sehubung dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu :

1.   Pengembangan yang utuh

   Tingkat keutuhan perkembangan hakikat manusia dinentukan oleh dua factor yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk member pelayanan atas perkembangannya.

2.   Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi manusia yang terabaikan untuk ditangani. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tdk mantap, dan yang semacam ini disebut pengembangan patologis.

A.               Manusia berpendidikan

Manusia berpendidikan (educated man) banyak kali diartikan sebagai manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan atau sekolah. Ada yang mengatakan bahwa manusia itu adalah sejarah yang mempunyai masa lalu, masa kini, dan cita-cita da masa depan. Oleh sebab itu manusia bukanlah suatu dictum atau suatu titikyang telah menjadi dan telah sempurna, tetapi sesuati yang terus manjadi.

Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu ?. Dari persepsi kita mengenai konsep manusia,marilah kita lihat beberapa rumusan tujuan pendidikan dari berbagai pakar.

1.   John Dewey, pakar pendidikan dari filosifi, merumuskan pendidikan secara pragmatis ialah “education to promote growth”[1] yaitu proses pendidikan ialah suatu proses untuk memperoleh kemampuan dan kebiasaan berpikir sebagai suatu kegiatan yang inteligen atau yang ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah di dalam kehidupan. Denagan demikian tujuan pendidikan bukanlah untuk mengumpulkan atau menguasai ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk bertindak secera inteligen di dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan.

2.   Whitehead,menekankan tujuan pendidikan itu di dalam kaitannya dengan kehidupan. Dia mengatakan “there is only one subject matter fir education and that is life in all mani festation”[2] yaitu penguasaan ilmu pengetahuan bukan bertujuan demi untuk menguasai atau dimiliki secara verbalistis tetapi ditekankan kepada bagaimana pemanfaatanny untuk kehidupan .

3.   Bagi seoranga pakar yang religious seperti Jasques Maritain berpendapat bahwa pengertian mengenai hakikat manusia akan melahirkan pengertian mangenai tujuan pendidikan. Dan selanjutnya tujuan pendidikan itu akan mengarahkan kemampuan-kemampuan di dalam diri peserta didik yang harus dikembangkan.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 26

Page 27: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Dari rumusan-rumusan Dewey, Whitehead, Maritain dapat disimpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, kebiasaan, ilmu pengetahuan, tingkah laku, yang diperlukan di kehidupan nyata.

B. Manusia Berbudaya

          Seorang yang disebut berbudaya adalah seorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam kebudayaan tersebut . Seseorang dapat saja berpendidikan luas dan tinggi tetapi hidupnya tidak bermoral. Dalam hal ini orang tersebut berpendidikan tapi tidak berbudaya.

            Menurut peters, seorang terpelajar adalah seorang yang “knowledgeable”. Seorang yang berpengetahuan luas (knowledgeable) belum tentu seorang yang terpelajar oleh karena apa yang dilihatnyaperlu ditransformasikan dalam apa yang diketahuinya mengenai keseluruhan kehidupan.

PENDIDIKAN INDONESIA  

            Pendidikan yabg baik bukanlah pendidikan yang menyamaratakan manusia tetapi yang pertama-tama memberikan kesempatan kepada perkembangan manusia itu yang utuh yang kemudian dilengkapi dengan pengembangan kemampuan khususnya. Pendidikan umum atau juga berbentuk wajib belajar bagi semua warga Negara, barulah merupakan dasar pertama dan utama bagi pengembangan seorang manusia yang utuh. Rumusan pendidikan nasional antara lain :

1.      Rumusan Ki Hajar Dewantara

Rumusan pendidikan yang dirumuskan oleh Ki hajar Dewantara di dalam Taman Siswa dapat kita lihat dengan jelas tergambar dalam asas-asas Taman Siswa yang di kenal dengan Pancadharma yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebangsaan, kebudayaan, dan kemanusiaan.

 

2.      Rumusan M.Safei

Muhammad Safei merumuskan tujuan pendidikan ialah menjadikan manusia Indonesia yang memiliki seperangkat kelengkapan sikap sebagai berikut :

1. Sifat kemanusiaan setinggi mungkin 2. Aktivitas yang besar 3. Kecakapan dalam meniru asli dan meniru bebas4. Kecakapan untuk menciptakan sesuatu yang baru 5. Rasa tanggung jawab terhadap keselamatan Negara6. Keyakinan demokrasi dalam kawajiban dan hak7. Jasmani yang sehat dan kuat 8. Keuletan yg besar9. Ketajaman berpikir serta logis10. Perasan peka dan halus

 

Sifat-sifat yang perlu dimiliki peserta didik tersebut ialah untuk menyiapkan peserta didik memperoleh dua surge yaitu surge di dunia dan surge di akhirat.

Apabila kita simak konsep pemikiran kedua tokoh peletak dasar pendidikan nasional, maka keduanya memiliki berbagai persamaan yang mendasar. Yang pertama ialah tujuan pendidikan bukanlah semata-mata untuk mengembangkan kemampuan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 27

Page 28: Hakekat Manusia Dalam Hindu

intelaktual. Kemampuan intelektual memang perlu tetapi bukan segala-galanya oleh karena kemampuan intelektual yang telah dikembangkan tujuanny ialah untuk meningkatkan taraf hidup peserta didik maupun masarakat. Yang kedua pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan yang terus berkembang merupakan landasan pendidikan. Yang ketiga peranan pendidikan bukan hanya sekedar penerima nilai-nilai kebudayaan tetapi juga sebagai unsur  pengembang kebudayaan. Dengan demikian kedua tokoh tersebut melihat pendidikan sebagai suatu proses kehidupan yaitu untuk menolong diri sendiri dan meningkatkan martabat masyarakat.

 

Membentuk Manusia Berpendidikan dan Berbudaya

 

            Setelah kita jajagi berbagai konsep yang pernah hidup di dalam dunia pendidikan nasional, maka dapat kita rumuskan bahwa manusia Indonesia yang berpendidikan adalah sekaligus manusia yang berbudaya. Oleh sebab itu praksis pendidikan nasional haruslah memenuhi berbagai criteria sebagai berikut :

1. Praksis pendidikan nasional harus dan perlu mengembangkan potensi intelektual manusia Indonesia secara umum.

2. Pendidikan nasional berperan dalam mengembangkan potensi yang spesifik dari individu sesuai dengan potensi kepribadiannya.

3. Pendidikan nasional harus dan perlu mengembangkan sikap sopan santun dalam pergaulan bermasyarakat.

4. Praksis pendidikan di semua lembaga pendidikan ialahmengembangkan manusia Indonesia yang bermoral dalam tingkah laku.

5. Praksis pendidikan di semua jenis dan jenjeng pendidikan harus dan perlu mengembangkan rasa kebangsaan Indonesisa, rasa bangag menjadi orang Indonesia yang berbudaya kebangsaan Indonesia.

. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT   

1.HUBUNGAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT  Banyak para ahil telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950, p. 5).  Dari pengertian tersebut di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 28

Page 29: Hakekat Manusia Dalam Hindu

dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki, 1950, p. 145), Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.

Parson menjelaskan bahwa suatu sistem sosial di mana semua fungsi prasyarat yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara ajeg (tetap) disebut masyarakat. Sistem sosial terdiri dari pluralitas prilaku-pnilaku perseorangan yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fsik. Jika masing masing individu ini berinteraksi dalam waktu yang lama dari generasi ke generasi dan terjadi pada proses sosialisasi pada generasi tersebut maka aspek ini akan menjadi aspek yang penting dalam sistem sosial. Dalam berintegrasi dan bersosialisasi ini kelompok tersebut mempergunakan kerangka acuan pendidikan. Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connell (1972, p. 68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografls tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keselurühan yang terorganisasi. Pendapat tersebut di atas tidak berbeda dengan pendapat Liton yang dikutip oleh Indan Encang (1982, p.14) yang menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tartentu. Pengertian masyarakat tersebut di atas merupakan pengertian yang sangat luas. Penduduk Indonesia sebagai masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penduduk yang berpikir tentang dirinya sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok penduduk pada suatu masyarakat lain seperti penduduk Singapura, kelompok Jawa, Sunda, Banjar, Maluku, Sasak merupakan kelompok bagian dari penduduk Indonesia.

2. Penduduk Indonesia ini secara relatif mencukupi kebutuhan diri sendiri sebagai suatu kelompok yaitu mencukupi kehidupannya dalam masyarakatnya terutama dengan bercocok tanam yang ditopang dengan perindustrian.

3. Penduduk Indonesia telah ada sebagai kelompok sosial yang diakui pada periode waktu yang lama sampai sekarang, yaitu sejak Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

4. Mereka hidup dan bekerja dalam beribu-ribu pulau besar dan kecil yang terletak di daerah geografis antara Samudera India dan Samudra Pasifik antara benua Asia dan Australia.

5. Pengarahan anggota dari masyarakat Indonesia ini melalui unit-unit keluarga yang kecil seperti kelompok-kelompok etnik dan keluarga merupakan kelompok yang terkecil.

6. Sosialisasi anak-anak melalui sekolah terutama pada anak-anak umur empat atau lima tahun sampai 18 tahun baik melalui sekolah negeri maupun swasta baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non-formal.

7. Masyarakat Indonesia ini mengikat anggota-anggotanya melalui sistem yang digeneralisasikan dan suatu kekerabatan. Sistem ini didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, dalam kehidupan sosial politik, kehidupan ekonomi dan lapangan kehidupan yang lain. Ikatan yang paling kuat adalah adanya satu

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 29

Page 30: Hakekat Manusia Dalam Hindu

pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan dasar hukum nasional yang satu yaitu UUD 1945.

Pengertian individu :  Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.  Hubungan individu dan masyarakat secara umum : Hubungan antara individu dan masyarakat telah lama dibicarakan orang. Soeyono Soekanto (1981, p.4) menyatakan bahwa sejak Plato pada zaman Yunani Kuno telah ditelaah tentang hubungan individu dengan masyarakat. K. J. Veerger (1986, p. 10) lebih lanjut menjelaskah bahwa pembahasan tentang hubung individu dan masyarakat telah dibahas sejak Socrates guru Plato. Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang menentukan individu, (2) individu yang menentuk masyarakat, dan (3) idividu dan masyarakat saling menentukan. Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan bahwa masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendini. Masyarakat yang penting dan Individu itu hidup untuk masyarakat. Pandangan ini berakar pada realisme yaitu suatu aliran filsafat yang mengatakan bahwa konsep-konsep umum seperti manusia binatang, pohon, keadaan, keindahan dan sebagainya itu mewakili realita luar diri yang memikirkan mereka. Jadi di luar manusia yang sedang berpikir ada suatu realitas tertentu yang bersifat umum. Oleh karena itu berlaku secara umum dan tidak terikat oleh yang satu persatu. Jika mengatakan manusia itu makhluk jasmani dan rohani, maka kita membicarakan setiap manusia terlepas dan manusia yang manapun dan di manapun. Konsekuensi dari pendapat itu maka masyarakat itu merupakan suatu realitas. Masyarakat memiliki realitas tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku umum. Masyarakat yang dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang masyarakat itu sendiri. Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu masyarakat itu tidak terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J Veerger (1986) ada tiga pandangan yang memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu pandangan holistis, organis dan kolektivitis.  Pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Istilah holisme berasal dan bahasa Yunani, Holos yang berarti keseluruhan. Holisme memandang secara berlebihan terhadap totalitas (keseluruhan) path kesatuan kehidupan manusia dengan mengingkari adanya perbedaan di antara manusia. Keseluruhan dipandang sebagai sesuatu hal yang melebihi dari bagian-bagian. Pandangan yang bersifat holistis ini tampak pada pandangan Aguste Comte (1798 - 1853). Menurut Aguste Comte masyarakat dilihat suatu kesatuan di mana dalam bentuk dan arahnya tidak tergantung pada inisiatif bebas anggotanya, melainkan pada proses spontan otomatis perkembangan akal budi manusia. Akal budi dan cara orang berpikir berkembang dengan sendirinya. Prosesnya berlangsung secara bertahap, merupakan proses alam yang tak terelakkan dan tak terhentikan. Perkembangan ini dikuasal Oleh hukum universal yang berlaku bagi semua orang di manapun dan kapanpun Dan pandangan Comte in dapat diketahui bahwa umat manusia itu dipandang sebagai suatu keseluruhan, individu merupakan bagian-bagian yang hidup untuk kepentingan keseluruhan.  Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme suatu aliran yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu pninsip intrinsik di dalani dirinya sama seperti halnya dengan tiap-

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 30

Page 31: Hakekat Manusia Dalam Hindu

tiap organisme atau makhluk hidup. Prinsip perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan kemauan anggota masyarakat. Pandangan hubungan antara individu dan masyarakat sesuai dengan konsep organisme muncul dari Herbart Spencer (1985) diringkas oleh Margaret H Poloma (1979) sebagai berikut:

1. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.2. Disebabkan oleh pertambahan dalam ukurannya, maka struktur tubuh sosial

(social body) maupun tubuh organisme hidup (living body) itu mengalami pertambahan pula, dimana semakin besar suatu struktur sosial maka semakin banyak pula bagian-bagiannya, seperti halnya dengan sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi semakin besar Binatang yang lebih kecil, misalnya cacing tanah, hanya sedikit memiliki bagian-bagian yang dapat dibedakan bila dibanding dengan makhluk yang lebih sempurna, misalnya manusia.

3. Tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organissme biologis maupun organisme sosial memiliki fungsi dan tujuan tertentu: “mereka tumbuh menjadi organ yang berbeda dengan tugas yang berbeda pula”. Pada manusia, hati memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dengan paru-paru; demikian juga dengan keluarga sebagai struktur institusional memiliki tujuan yang berbeda dengan sistem politik atau alconomi.

4. Baik di dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan. Perubahan sistem politik dari suatu pemerintahan demokratis ke suatu pemerintahan totaliter akan mempengaruhi keluarga, pendidikan, agama dan sebagainya. Bagian-bagian itu saling berkaitan satu sama lain.

5. Bagian-bagian tersebut, walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur-mikro yang dapat dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka sistem peredaran atau sistem pembuangan merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan media, seperti halnya sistem politik atau sistern ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi.

Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dipandang sebagai organisme hidup yang alamiah dan deterministis (bebas). Semua gejala sosial diterangkan berdasarkan hukum alam. Hukum yang mengatur pertumbuhan fisik tubuh manusla juga mcngatur pertumbuhan sosial. Manusia sebagai individu tidak bebas dalam menentukan arah pertumbuhan masyarakat. Manusia sebagai individu justru ditentukan oleh masyarakat dalam pertumbuhannya. Masyarakat berdiri sendiri dan berkembang bebas dari kemauan dan tanggung ja anggotanya di bawah kuasa hukum alam. Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan oleh masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif. Menurut Peter Jarvis (1986) yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles, Wailer dan Illich tokoh paham kolektif yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai kebebasan, kebebasan pribadi dibatasi oleh kelompok elite (kelompok atas yang berkuasa) dengan mengatas namakan rakyat banyak. Konsep masyarakat kolektif ini diterapkan pada paham totalitas di negara-negara komunis seperti RRC. Di dalam negara komunis individu tidak mempunyai hak untuk mengatur kepentingan diari sendiri, segala kebutuban diatur oleh negara. Negara diperintah oleh satu partai politik komunis. Dalam negara komunis ini makan, pakaian, perumahan dan kerja diatur oleh negara, individu tidak punya pilihan lain kecuali yang telah ditentukan oleh negara. Semua hak milik individu seperti yang dimiliki orang-orang atau keluarga di negara kita ini tidak ada. Hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis. Individualisme suatu paham yang menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 31

Page 32: Hakekat Manusia Dalam Hindu

masyarakat. Individu yang menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum. Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat.

Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada adanya masyarakat. J.J. Rousseau (1712-1778) dalam bukunya "kotrak sosial" menjelaskan paham liberalisme dan individualisme dalam satu kalimat yang terkenal: “Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi di mana-mana dibelenggu” (Driarkara SY, 1964, p. 109). Manusia itu bebas (merdeka) dan hidup pada lingkungan sekitar dan sesamanya. Hidup dalam lingkungan tertutup dari lingkungan dan sesamanya itu manusia merasa bahagia. Masyarakat hanya merupakan suatu kumpulan atau jumlah orang yang secara kebetulan saja berkumpul pada suatu tempat seperti butli-butir pasir tersebut di atas. Tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Masyarakat terbina karena orang-orang yang kebetulan tidak berhubungan satu sama lain itu berhubungan disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan, sehingga masing-masing individu itu mengadakan kontrak sosial untuk hidup bersama. Bentuk kerja sama dalam hidup bersama itu dibatasi oleh kebutuhan masing-masing individu. Hanya sampai pada batas tertentu saja individu itu hidup dalam masyarakat. Makin banyak kebutuhan seorang yang dapat dtharapkan dari masyarakat maka hubungan dengan masyarakat makin erat, sebaliknya makin sedikit kebutuhannya dalam masyarakat makin renggang hubungannya dengan masyarakat. Paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari segi interaksi. Dari uraian tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang masih berpijak pada satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham individualisme. Totalisme mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya, paham individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh karena itu kedua-duanya diliputi oleh kesalahan detotalisme. Pabam individu memandang manusia sebagal seorang individu itu sebagai segala-galanya di luar individu itu tidak ada. Jadi masyarakat pun pada dasarnya tidak ada yang ada hanya individu. Sebaliknya paham totalisme memandang masyarakat itu segala di luar masyarakat itu tidak ada. Jadi individu itu hanya ada jika masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya masyarakat. Paham yang ketiga ini memandang masyarakat sebagai proses di mana manusia sendiri mengusahakan kehidupan bersama mcnurut konsepsinya dengan bertanggung jawab atas hasilnya. Manusia tidak beradadi dalam masyarakat bagaikan burung di dalam kurungannya, melainkan ia bermasyarakat. Masyarakat bulcan wadah melainkan aksi, yaitu social action. Masyarakat terdiri dari sejumlab pengertian, perasaan, sikap, dan tindakan, yang tidak terbilang banyaknya. Orang berkontak dan berhubungan satu dengan yang lain menurut pola-pola sikap dan perilaku tertentu, yang entah dengan suka, entah terpaksa telah diterima oleh mereka. Umumnya dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang akan menyesuaikan kelakuan mereka dengan pola-pola itu. Seandainya tidak, hidup sebagai manusia menjadi mustahil. “Masyarakat sebagai proses” dapat dipandang dari dua segi yang dalam kenyataannya tidak dipisahkan satu dengan yang lain karena merupakan satu kesatuan. Pertama masyarakat dapat dipandang dari segi anggotanya yang membentuk, mendukung, menunjang dan meneruskan suatu pola kehidupan tertentu yang kita sebut masyarakat. Kedua masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh struktumya atas anggotanya. Pengaruh ini sangat penting sehingga boleh dikatakan bahwa tanpa pengaruh ini manusia satu persatu tidak akan hidup. Marilah kita perhatikan bagaimana jika pengaruh masyarakat yang berupa kepemimpinan, bahasa, hukum, agama, keluarga, ekonomi, pertahanan, moralitas dan lain sebagainya. Tanpa

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 32

Page 33: Hakekat Manusia Dalam Hindu

itu semua manusia satu persatu tidak akan berdaya, ia akan jatuh ke dalam suatu keadaan, di mana-mana manusia tidak akan berdaya dan manusia akan hancur oleh kekuatan-kekuatan alam dan nalurinya sendin.

Hubungan individu-masyarakat yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha manusia sendiri. Manusia berkeluarga, ia berkelompok. Selalu membuat sesuatu dan berbuat. Keluarga, kelompok, masyarakat dan negara tidak merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri di luar. Mereka ada usaha manusia, yang terus dipertahankan, dipelihara, ditunjang, atau apabila perlu-diubahkan atau diganti oleh manusia. Mereka adalah bagian hidupnya. Mereka adalah bentuk perilaku yang tergantung dari dia. Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan diciptakan sendiri, bertujuan untuk memungkinkan perkembangannya sebagai manusia. Sebab tanpa masyarakat tidak ada hidup individual yang manusiawi. Jadi manusia sekaligus membentuk dan dibentuk oleh hasil karyanya sendiri, yaitu masyarakat. Manusia tidak bebas dalam arti bahwa ia bebas memilih antara hidup sendiri atau hidup berbagai dengan orang lain. Ia harus hidup berbagai agar tidak hancur. Tetapi cara dan bentuk hidup berbagai itu ditentukannya dengan bebas. Tidak ada satu pola kebudayaan yang mutlak dan universal. Jadi ada relasi timbal balik antara individu. Di satu pihak individu ikut membentuk dan menegakkan masyarakat, dan ia bertanggungjawab. Di lain pihak masyarakat menghidupi individu dan oleh karenanya bersifat mengikat bagi dia. Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairrah.

HUBUNGAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa hubungan individu dan masyarakat itu dapat ditinjau dari segi masyarakat saja (totalisme), ditinjau dari segi individu saja (individualisme) dan ditinjau dari segi interaksi individu dan masyarakat. Dengan memperhatikan tiga pandangan ini maka bagaimana hubungan individu dan masyarakat di Indonesia? Profesor Supomo menyatakan bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah hubungan yang integral. Driyarkara SY menyatakan bahwa hubungan masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah hubungan yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa paham yang dianut untuk menggambarkan hubungan antara individu dan masyarakat di Indonesia adalah paham integralisme. Paham inntegralisme berpendapat bahwa individu-individu yang bermacam-macam itu  merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh. Manusia dalam masyarakat yang teratur dan tertib itu berada dalam suatu integrasi. Menurut Dniyarkara SY integrasi semacam ini dapat berarti dalam arti sosiologis dan psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu merasa aman, tenang dan bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil maupun besar, seperti keluarga, desa dan negara.Menurut peneitian J. H. Boeke (1953) yang dikutip oleb Driyarkara SY (1959, p. 229-230) terhadap masyarakat Tenganan dan masyarakat Badui serta Tengger disimpuilcan bahwa dalam masyarakat yang integral akan terlihat adanya unsur-unsur pokok sebagai berikut: (1) keyakinan tentang adanya hubungan antara manusia dan dunia yang tak terlihat, (2) hubungan antara manusia dengan tanah tumpah darah yang sangat erat, (3) hubungan antara manusia dengan keluarga yang erat, (4) suatu bentuk masyarakat di mana semua anggotanya mengerti seluk beluk masyarakatnya, (5) kehidupan material yang layak karena orang mengerti bagaimana mencari kehidupan itu. Hubungan individu dan masyarakat dalam Indonesia merdeka seperti yang dimaksud Prof. Supomo dapat diperhatikan dalam rumusan Proklamasi Kemerdekaan RI, Undang-Undang Dasar 1945 dan GBHN. Dalam Proklamasi dirumuskan: Kami bangsa Indonesia dengan mi menyatakan kemerdekaannya. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dalam

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 33

Page 34: Hakekat Manusia Dalam Hindu

tempo yang sesingkat-singkatnya. Atas nama bangsa Indonesia. Sukarno Hatta. (Nugroho Notosusanto, 1983, p. 17). Penggunaan kata kami dan atas nama bangsa Indonesia menunjukkan bahwa negara yang dikemer dekaan itu untuk semua warga bangsa Indonesia, bukan untuk Sukarno maupun Hatta. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan untuk seluruh bangsa Indonesia diperjuangkan oleh masing-masing warga bangsa Indonesia. Jadi individu dan masyarakat terinntegrasi untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemederkaan Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea pertama dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Pada alinea kedua dinyatakan bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah mengantarkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pada alinea yang ketiga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan yang luhur supaya berkebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada alinea keempat dinyatakan bahwa pemerintahan negara Indonesia yang dibentuk adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa kepentingan yang diperjuangkan adalah masyarakat secara keseluruhan dan individu-individu sebagai warga bangsa secara perseorangan. Perhatian terhadap masyarakat dan individu dapat dijumpai pada pasal-pasal dalam UUD 1945 seperti pasal 30 yang mengatur hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara, pasal 31 yang mengatur hak dan kewajiban tentang pengajaran bagi tiap-tiap warga negara dan pemerintah, pasal 33 yang mengatur tentang (1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, (2) cabang cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, (3) bumi dan air dan kekayaan-kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat, pasal 34 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Dalam pasal 27 dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tidak ada kecualinya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 28 menyatakan tiap-tiap warga negara mempunyai kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang. Pasal 29 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pada pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Jika pasal demi pasal tersebut di atas diperhatikan maka jelas bahwa individu dan masyarakat diberi kewajiban dan hak dalam mengejar kehidupan yang bahagia sejahtera. Dalam Ketetapan MPR nomor II/MPR/l988 tentang tujuan pembangunan nasional dijelaskan bahwa pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara Kesatauan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.Dan pemyataan ini dapat diketahui bahwa kepentingan individu dan kepentingan bersama-sama mendapat perhatian dan diberi tempat yang sama dalam menciptakan kehidupan yang bahagia sejahtera.Berdasarkan ketetapan MPR NO. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dijelaskan tentang Pandangan Pancasila terhadap hubungan individu dan masyarakat bahwa. kebahagian manusia akan tercapai jika dapat dikembangkan hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antara manusia dan masyarakat. Hubungan sosial yang selarasdan serasi, selaras dan seimbang itu antara individu dan masyarakat itu tidak netral, tetapi dijiwai oleh nilai-nilal yang terkandung dalam lima sila dalam Pancasila secara kesatuan.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 34

Page 35: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan integralisme ini tidak lain adalah pandangan Pancasila yang memandang hubungan individu dan masyarakat itu secara serasi selaras dan seimbang dalam menciptakan manusia yang sejahtera dan bahagia lahir batin, dunia dan akhirat. 

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

HakikatManusiaTuhan menciptakan. mahluk yang mengisi dunia fana ini atas berbagai jenis dan tingkatkan. Dari berbagai jenis dan tingkat mahluk Tuhan tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia dan memi¬liki berbagai kelebihan.Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain (hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain lain.Sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat instingtif dan kemampuan berfikir sangat rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.Pada hakikatnya hewan tidak menyadari tugas hidupnya, dan ia melakukan sesuatu atas dorongan dari dalam jiwanya. Dorongan itu merupakan perintah baginya yang harus dilaksanakan apabila ia menemui rintangan dari luar, misalnya dihalang-halangi oleh manusia atau hewan lain, dengan bermacam-macam usaha barulah ia melawan instingnya.Lain halnya manusia, selain mahluk instingtif manusia juga mampu berfikir (homo sapiens) mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religius.Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan diatas, kemudian timbul pertanyaan , ”apakah manusia itu ?”.Beberapa pandangan tentang hakikat manusia disebutkan secara singkat sebagai berikut:

Pandangan psikoanalitikTokoh psikoanalitik (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.Sigmund Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego dan super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan individu.Dua insting yang paling penting adalah insting seksual dan insting agresi yang menggerakkan manusia untuk hidup dengan prinsip pemuasan diri. Dengan demikian fungsi ide adalah mendorong manusia untuk memuaskan kebutuhannya setiap saat sepanjang hayat tetapi fungsi ide untuk menggerakkan tersebut ternyata tidak dapat leluasa menjalankan fungsinya karena menghadapi lingkungan yang tidak dapat

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 35

Page 36: Hakekat Manusia Dalam Hindu

diterobos begitu saja. Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan yang tidak dapat dilanggar begitu saja.Lain halnya dengan ide maka fungsi ego adalah menjembatani tuntutan ide dengan realitas dunia luar. Dia mengatur dan mengarahkan pemenuhan ide dalam memuaskan instingnya selalu mempertimbangkan lingkungannya. Dengan demikian ego lebih berfungsi kepribadian, sehingga perwujudan fungsi ide itu menjadi tidak tanpa arah.Dalam perkembangan lebih lanjut, tingkah laku seeseorang tidak hanya ditentukan oleh fungsi ide dan ego saja, melainkan juga fungsi yang ketiga yakni super ego.Super ego tumbuh berkat interaksi antara individu dan lingkungannya yang terdiri dari aturan, nilai, moral, adat istiadat, tradisi , dsb. Dalam hal ini fungsi super ego adalah mengawasi agar tingkah laku seseorang sesuai dengan aturan, nilai, moral, adat istiadat, yang telah meresap pada diri seseorang. Dengan demikian super ego memiliki fungsi control dari dalam diri individu.Demikianlah bahwa kepribadian seseorang berpusat pada interkasi antara ide, ego dan super ego menduduki peranan perantara antara ide dengan lingkungan dan antara ego dengan super ego. Sedangkan peranan ego dalam menjembatani ide dengan super ego dapat dilihat dalam kaitannya dengan kecenderungan seseorang untuk berada pada dua ekstrem.Seseorang yang didominasi idenya tingkah lakunya impulsive, dan seseorang yang didominasi super egonya cenderung berperilaku moralistik.Dari pandangan yang tradisional di atas berkembanglah paham baru yang disebut neoanalitik. Paham ini berpendapat bahwa manusia tidak seperti binatang yang digerakkan oleh tenaga dalam (innate energy). Tingkah laku manusia itu banyak yang terlepas dan tidak dapat disangkutkan dari dalam. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai jenis perangsang dan perwujudan diri itu hanya sebagian saja yang dapat dianggap sebagai hasil tenagan dalam. Pada masa bayi, manusia memang menanggapi dunia dengan insting-instingnya untuk memenuhi kebutuhannya misalnya lapar,. Namun, tingkah laku instingtif tersbut makin dewasa makin berkurang dan akhirnya sebagian besar tingkah laku tersebut didasarkan pada rangsangan dari lingkungannya.Kaum neoanalis pada dasarnya masih meyakini adanya komponen ide, ego dan super ego, namun lebih menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian individu. Ego tidak dipandang sebagai fungsi pengarah perwujudan ide saja, melainkan sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan tanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu.

Pandangan HumanistikPandangan humanistic (Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadap nasibnya sendiri. Tokoh humanis (Rogers) berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri ke arah positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Ini berarti bahwa manusia mampu mengarahkan, mengatur, dan mengontrol diri sendiri. Jika manusia dalam keadaan yang memungkinkan dan mempunyai kesempatan untuk berkembang maka akan mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang maju dan positif, terbebas dari kecemasan dan menjadi anggota masyarakat yang bertingkah laku secara memuaskan. Lebih lanjut Rogers mengemukakan bahwa pribadi manusia sebagai aliran atau arus yang terus mengalir tanpa henti, tidak statis, dan satu kesatuan potensi yang terus-menerus berubah.Pandangan Adler (1954) bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Lebih dari itu bahwa “individu melibatkan dirinya dalam bentuk usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri dalam

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 36

Page 37: Hakekat Manusia Dalam Hindu

membantu orang lain dan membuat dunia menjadi lebih baik untuk ditempati”.

Pandangan Martin Buber

Martin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa manusia berdosa dan dalam genggaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia tidak dapat dikatakan bahwa pada dasarnya ini atau itu. Manusia merupakan suatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, dihadapkan pada kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi keterbatasan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan dilakukan oleh manusia atau perkembanagn manusia itu tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan (surprise) dunia. Tetapi perlu diingat, ketakterdugaan ini merupakan ketakterdugaan yang terkekang dan kekangan ini amat kuat. Manusia itu tidak pada dasarnya baik, atau jahat, tetapi manusia itu dengan amat kuat mengandung kedua kemungkinan ini. Justru inilah keterbatasan manusia, yaitu adanya kemungkinan untuk menjadi jahat. Perlu juga diingat bahwa ketetbatasan ini sifatnya hanya faktual belaka, tidak mendasar. Kejahatan yang ada pada diri manusia (dilambangkan dengan perbuatan Adam memakan buah larangan di surga) bukanlah keingkaran pada Tuhan, melainkan semata-mata untuk mewujudkan kemanusiaan manusia oleh manusia itu sendiri. Manusia adalah mahluk yang cerdik yang tidak merasa puas dalam keadaan yang aman, tentram, bahagia dan tergoda untuk melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Namun anehnya, setelah aturan “dilanggar” terkuaklah sejarah kemanusiaan yang sejati melalui berbagai ketidak pastian, perjuangan dan kegagalan. Sejarah kemanusiaan ini sejalan dengan aturan Tuhan.

Pandangan BehaviouristikKaum behavioristik (dalam Hansen, dkk, 1977) pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti teopri pembiasaan (conditioning) dan peniruan.Manusia tidak datang ke dunia ini dengan membawa ciri-ciri yang pada dasarnya baik dan jelek, tetapi netral. Hal-hal yang mempengaruhi kepribadian individu semata-mata tergantung pada lingkungannya. Tingkah laku adalah hasil perkembanagan individu dan sumber dari hasil ini tidak lain adalah lingkungan.Pandangan behavioristik sering dikritik sebagai pandangan yang merendahkan derajat manusia (dehumanisasi) karena pandangan ini mengingkari adanya ciri-ciri penting yang ada pada manusia dan yang tidak ada pada ciri-ciri mesin atau binatang, seperti kemampuan memilih, menetapkan tujuan, mencipta. Dalam menanggapi kritik ini Skinner (1976) mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan itu sebenarnya terwujud sebagai tingkah laku juga yang berkembangnya tidak berbeda dari tingkah laku lainnya. Justru tingkah laku inilah yang dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah. Semua ciri yang dimiliki oleh manusia harus dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah. Dibandingkan dengan binatang mungkin manusia adalah binatang yang sangat unik, binatang yang bermoral , namun manusia tidak dapat dikatakan memiliki moralitas. Yang disebut sebagai moral itupun mewujudkan dalam tingkah laku sebagai hasil belajar berkat pengaruh lingkungan. Pendekatan behavioristik tidaklah mendehumanisasikam manusia, melainkan justru memanusiakan manusia, yaitu mengatasi kekerdilan manusia. Hanya dalam hubungannya dengan lingkungan yang

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 37

Page 38: Hakekat Manusia Dalam Hindu

didekati secara ilmiahlah kekerdilan manusia dapat diatasi dan harkat manusia dipertinggi.Setelah mengikuti beberapa pandangan tentang manusia tersebut di atas dapatlah ditarik beberapa pengertian bahwa:

1. Manusia pada dasarnya memiliki “tenaga dalam” yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya;

2. Dalam diri manusia (individu) ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku sosial dan rasional individu;

3. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan “nasibnya” sendiri;

4. Manusia pada hakikatnya dalam proses “menjadi”, berkembang terus tidak pernah selesai,

5. dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati;

6. Manusia merupakan suatu keberadaaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas;

7. Manusia adalah mahluk Tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat; dan (8) Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku ini merupakan wujud kepribadian manusia.

Pandangan yang meyeluruh tentang manusia seyogyanya tidak hanya menekankan salah satu atau beberapa aspek saja dan ciri ciri hakikat tersebut di atas. Di Indonesia dikenal pengertian manusia seutuhnya. Menurut Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempetahankan hidup dan menjaga kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia memberikan pedoman bahwa kebahagian hidup manusia akan tercapai apabila manusia itu didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan baik dalam hidup manusia sebagai pribadi dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam.Pancasila menempatkan manusia dalam keseluruhan harkat dan martabatnya yang Tuhan Yang Maha Esa, manusia menjadi titik tolak dari usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya, dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya. Adapun manusia yang kita pahami bukanlah yang luar biasa, melainkan manusia yang memiliki kekuatan juga manusia yang dilekati dengan kelemahan-kelemahan, manusia yang di samping memiliki kemampuan kemampuan juga mempunyai sifat-sifat keterbatasan keterbatasan manusia yang disamping mempunyai sifat-sifat yang kurang baik manusia yang hendak kita pahami bukanlah manusia kita tempatkan di luar batas kemampuan dan kelayakan manusiawi tadi.Manusia sebagai mahluk Tuhan adalah makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial. Sifat kodrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai mahluk sosial yang merupakan kesatuan buIat perlu dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia hanya mempunyai arti dalam hidup secara layak diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lainnya atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik. Dalam mempertahankan hidup dan usaha mengejar kehidupan yang lebih bank, mustahillah hal itu di kerjakan sendiri oleh seseorang tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.Kekuatan manusia pada hakekatnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau kemampuan jiwanya semata-mata melainkan terletak pada kemampuannya untuk bekerjasama dengan manusia lainnya. Dengan manusia lainnya dengan masyarakat itulah manusia menciptakan kebudayaan , yang pada hakekatnya membedakan manusia dari segenap mahluk hidup lainnya, yang mengantarkan manusia pada tingkat

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 38

Page 39: Hakekat Manusia Dalam Hindu

mutu, martabat dan harkatnya sebagaimana manusia yang hidup pada masa sekarang dan zaman yang akan datang.Kesadaran akan hal-hal tersebut di atas selanjutnya menimbuhkan kesadaran bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang baik untuk orang lain dan masyarakatnya. Semuanya itu melahirkan sikap dasar bahwa untuk mewujudkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hubungan soaial antara manusia pribadi dengan masyarakatnya , manusia perlu mengendalikan diri dari kepentingan merupakan suatu sikap yang mempunyai arti sangat penting dan merupakan sesuatu yang diharapkan, yang pada gilirannya akan menumbuhkan keseimbangan dan stabilitas masyarakat

dimensi-dimensi hakikat manusia     Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,dengan masyarakat,lingkunganya, dirinya sendiri, dan tuhan.beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis total.disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertenu dari kehidupan seperti krisis ekonomi,krisis energi,dan sebagainya,melaikan yang krisis adalah manusia sendiri.dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat,dengan lingkunganya,dengan dirinya sendiri,dan dengan tuhannya.tidak ada hubungan pengenalan,pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia.ini lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.

Dalam hubugan ini,pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana

untuk mengantar   peserta didik untuk mencapai kebahagiaan.yaitu dengan jalan

membantu mereka meningkatakan kualitas hubungannya dengan

dirinya,lingkunganya,dan tuhannya.untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan

individu lain nya,rasa menghormati,serta menjalin hubungan yang baik,maka diperlukan

dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang

sempurna dan berahklah yang baik.dimensi-dimensi tersebut itu ialah.

Dimensi Individual

Dua orang kembar

Mereka berbeda jalan

Dan berbeda cinta

Satu cinta sepak bola

Satu cinta basket

Jadi Manusia adalah mahluk monodualis ciptaan Tuhan yang dikaruniai status sebagai

Khalifah Allah diatas bumi.Bayi dianugerahi keadaan jasmani yang lemah tetapi

memiliki potensi-potensi jasmaniah berupa konstruksi tubuh lengkap serta rokhaniah

berupa daya cipta,rasa,kar,intuisi,bakat.Faktor-faktor potensi bawaan inilah yang

membedakan manusia yang satu dengan yang lainya yang bersifat unik yang dapat

berkembang dengan adanya pengaruh lingkungan. Sehingga seorang individu akan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 39

Page 40: Hakekat Manusia Dalam Hindu

menemukan rasa kepribadiannya.

dimensi individual adalah keperibadian seseorang  yang merupakan suatu

keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar pendidikan

M.J.Lavengeld mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas,maksudnya dua

anak kembar yang berasal dari satu telur yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah

dua dan sulit dibedakan satu dan yang lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi

identik. hal ini berlaku pada sifat-sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya

(kerohaniannya).

Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya

individualitas itu setiap orang memiliki kehendak,perasaan,cita-cita, kecenderungan,

semangat,dan daya tahan yang berbeda.contoh sederhananya saja dua oarang murit

sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak pernah bersedia untuk di samakan

satu sama lain,arti katanya masing-masing ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya

sendiri,gambaran tersebut telah dikekemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi

dan matematika inggris,dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur

ternyata ternyata tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.

M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri 

yang sangat kuat,meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya,sehingga

memerlukan pihak lain(pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk

memberi perlindungan dan bimbingan,sifat-sifat sebagaimana di gambarkan diatas

yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui

pendidika agar bisa menjadi kenyataan,sebab tanpa dibina melalui pendiidikan,benih-

benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu

kepribadian yang unik akan tetap tinggal laten.serta kesanggupan untuk memikul

tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas

pada diri manusia.dengan kata lain kepribadiaan seseorang tidak akan terbentuk

dengan semestinya,sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadiaan yang khas

sebagai miliknya.jika terjadi  hal demikian seorang tidak memilki kepribdian yang

otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh

arus masa,padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk

membentuk keribadianya atau menemukan ke mandiriannya sendiri.pola pendidikan

yang bersifat demokratis di pandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan

berkembangnya potensi individualitas seseorang.

 

 

Dimensi kesosilaan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 40

Page 41: Hakekat Manusia Dalam Hindu

dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk

bergaul,dengan adanya dorongan untuk bergaul,setiap orang ingin bertemu

sesamanya. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan

tertentu pula.

Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan

menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak contoh-contoh

lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang

menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant

menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia,maksudnya

tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan

orang lain.

Seorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya,cita-citanya didalam

interaksi dengan sesamanya.seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang

lain,mengidentipikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk di milikinya,serta

menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.hanya didalam berintraksi dengan

sesamanya,dalam saling menerima dan memberi,seseorang menyadari dan

menghayati Kemanusiaannya.banyak bukti bahwa anak manusia tidak akan menjadi

manusia bila tidak ada berada diantara manusia.

 

Dimensi kesusilaan

            Susiala berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih 

tinggi.akan tetapi dalm kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat

yang pantas jika didalamyang pantas atau sopan  itu misalnya terkandung kejahatan

terselubung. dimensi kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih tinggi.kesusilaan

diartikan mencakup etika dan etiket.etika adalah (persoalan kebaikan )  sedangkan

etiket adalah (persoalan kepantasan dan kesopanan ). pada hakikatnya manusia

memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila,serta

melaksanakannya.sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila.persoalan kesusilaan

selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan.Susila berkembang sehingga

memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih sempurna.

Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk menentukan

sesuatu manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang pantas dan

manakah yang tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya

memungkinkan manusia untuk berbuat dan bertindak secara susila.Drijarkara

mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai,menghayati,dan

melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan.Nilai-nilai merupakan  sesuatu yang

dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan,keluhuran,kemulian

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 41

Page 42: Hakekat Manusia Dalam Hindu

dan sebagainya,sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam

hidup.Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan

kewajiban disamping hak pada peserta didik.

 

Dimensi keberagamaan

pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius.beragama merupakan

kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan

tempat bertopang,agama menjadi sandaran vertikal manusia. dan Manusia adalah

mahluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya yang didapatkan

melalui bimbingan nabi demi kesehatan dan keselamatannya.Manusia sebagai mahluk

beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut

agama masing-masing.

Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun

meditasi,komitmenaktif&praktekritual.

Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan

ketaqwaan manusia yang bersangkutan.Di dalam masyarakat Pancasila, meskipun

agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda, diupayakan terciptanya

kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai,

kedamaian, ketentraman, & persahabatan.

 

Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia.

Usaha pengembangan hakekat manusia dalam dimensi keindividuan,

kesosialan, kesusilaan, & keberagamaan berangkat dari anggapan dasar bahwa

manusia secara potensial memiliki semua dimensi tersebut, yang memungkinkan dan

harus dapat dikembangkan secara bertahap, terarah dan terpadu melalui pendidikan

sehingga dapat menjadi aktual.

Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai

bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan mampu mengembangkan interelasi dan

interaksi dengan orang lain secara selaras serasi seimbang tanpa kehilangan jati

dirinya.

Pengembangannya sebagai peserta didik diselenggarakan dalam lingkungan

pendidikan keluarga, sekolah, & masyarakat pengembangan self extence menyangkut

aspek jasmani-rohani,cipta-rasa-karsasebagaidimensikeindividuan.    

Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 42

Page 43: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Manusia sejak lahir hingga ajalnya perlu dibantu oleh orang lain.Manusia harus

merasa sadar dirinya terpanggil untuk berbuat baik bagi orang lain dan

masyarakat.Pengembangan dimensi tersebut harus dimulai sejak di keluarga, sekolah

dan masyarakat, untuk itu nilai/norma/kaidah yang berlaku didalam keluarga juga perlu

dijunjung tinggi disekolah dan masyarakat.

 

Pengembangan manusia sebagai makhluk susila

Hanya manusia sajalah yang mampu menghayati norma-norma dan nilai-nilai

dalam kehidupan sehingga dapat menetapkan pilihan tingkah laku yang baik dan yang

buruk.

Bagi manusia Indonesia norma-norma dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan adalah

nilai-nilai universal yang diakomodasi dan diadaptasi dalam nilai-nilai khas yang

terkandung dalam budaya bangsa.Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah

manusia yang memiliki pikiran,ide,gagasan yang terkristal dalam kelima nilai dasar

dalam Pancasila.

Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama

Sementara pihak ada yg lebih mengutamakan terciptanya suasana penghayatan

keagamaan lebih dari pengajaran keagamaan.Untuk itu yg perlu diutamakan adalah

sikap teladan dari orang tua, guru dan pendidik lainnya disertai dengan pilihan metode

pendidikan yang tepat dan ditunjang dengan kemudahan-kemudahan fasilitas yang

memadai.Demikian pula halnya di sekolah dan di masyarakat yang religius.

HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA Dalam diskursus pendidikan Islam, telaah manusia selalu dikaitkan dengan fitrah, potensi jasmani dan rohani, serta kebebasannya untuk berkehendak. Ketiganya merupakan karakteristik unik yang dijadikan prinsip-prinsip dasar pemahaman manusia dalam pendidikan Islam.[1]

Prof. DR. Quraish Shihab mengutip sebuah buku yang berjudul Man the Unknown, karangan Dr. A. Carrel menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia. Dia mengatakan bahwa pengetahuan tentang makhluk-makhluk hidup secara umum dan manusia khususnya belum lagi mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya.[2]

Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang komplek, sempurna dan mempunyai cirri khas tersendiri yang membedakannya dengan makhluk lain. Cirri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk lain ini terbentuk dari kumpulan terpadu ( integrated) dari apa yang disebut sifat hakekat manusia. Seorang pendidik harus

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 43

Page 44: Hakekat Manusia Dalam Hindu

mampu dan mau memahami tentang sifat hakikat manusia, karena tugas mendidik hanya mungkin dapat dilakukan dengan benar dan tepat apabila pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sendiri. Karena sasaran dari sebuah pendidikan adalah manusia. Maksud dan tujuan dari sebuah pendidikan adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga ia menjadi dewasa.

Sifat dan hakekat manusia menjadi kajian filsafat khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek, melainkan praktek yang berlandaskan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang mendasar. Bersifat normative karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuh kembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur.[3]

1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon ( hewan yang bermasyarakat ), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke tier ( Hewan yang sakit ) yang selalu gelisah dan bermasalah.[4]

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui proses rekayasa dapat dibuat sama keadaannya, misalnya air yang karena perubahan temperature lalu menjadi es. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan dapat dirubah menjadi manusia.

1. Wujud Sifat Hakikat Manusia

Wujud sifat hakikat manusia yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme yaitu :

1. Kemampuan menyadari diri.

Kaum Rasionalisme menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki cirri yang khas atau karakteristik diri. Hal ini yang menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain. Bahkan bukan hanya membedakan, lebih dari itu manusia bias membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Kemampuan membuat jarak ini berarah ganda yaitu arah keluar dan arah kedalam. Dengan arah keluar, aku memandang dan menjadikan lingkungan sebagai objek, selnajutnya aku memanipulasi ke dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuihannya. Puncak aktifitas yang mengarah keluar ini dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arak ke dalam, aku memberi status kepada lingkungannya sebagai subjek yang berhadapan dengan aku sebagai objek yang isinya adalah pengabdian, pengorbanan dan tenggang rasa. Gejala ini lazimnya dipandang oleh masyarakat sebagai sesuatu yang terpuji. Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek social, sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.

1. Kemampuan Bereksistensi

Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemempuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut dengan kemempuan bereksistensi. Jika seandainya pada diri amnesia tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksisitensi, maka

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 44

Page 45: Hakekat Manusia Dalam Hindu

manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar esensi belaka, artinya ada hanya sekedar berada dan tidak pernah mengada atau bereksisitensi. Adanya kemampuan bereksistensi inilah pula yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mekhluk infra human, di mana hewan menjadi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungan. Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

1. Kata Hati

Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral, kata hati merupakan petunjuk bagi moral/ perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam adalah pendidikan kata hati ( gewetan forming). Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.

1. Moral

Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur. Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk, lazimnya disebut tidak bermoral.

1. Tanggung Jawab

Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh agama-agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dan uraian ini menjadi jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

1. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.

1. Kewajiban dan Hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk social. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut (yang pada saat itu belum dipenuhi), begitu sebaliknya.

1. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Penghayatan hidup yang disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dari kesemuanya itu (yang menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 45

Page 46: Hakekat Manusia Dalam Hindu

bentuk penghayatan hidup yang disebut “bahagia”

[1] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia Jakarta, 2002, hal. 277[2] M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, Lentera Hati Bandung, 2002. hal. 120[3] Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan,Rineka Cipta Jakarta, 2005, hal.2[4] Ibid, hal.3

SIFAT DAN HAKIKAT MANUSIA

BAB IPENDAHULUAN

1.4.   Latar Belakang

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan.Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan hakekat menusia. Disebut sifat hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakekat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih profesional.

1.2  Rumusan MasalahDari beberapa uraian latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah antara lain:a) Apa yang dimaksud dengan sifat hakikat manusia?b) Bagaimana wujud sifat hakikat manusia?c) Bgaimana pengembangan wujud sifat hakikat manusia?1.3  Tujuan PenulisanTujuan penulisan dari makalah ini yaitu:a)      Untuk mengenal lebih dalam tentang sifat hakikat manusia.b)      Untuk mengetahui wujud sifat hakikat manusia.c)      Untuk memahami pengembangan wujud sifat hakikat manusia

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian sifat dan hakikat manusia

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 46

Page 47: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani, jiwa atau psikhe. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rokhani. Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.

Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera.

Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

2.2 Sifat Hakikat ManusiaSifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakanmanusia itu Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit) (Drijarkara, 1962: 138) yang selalu gelisah dan bermasalah.

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperature lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan dapat dijadikan manusia. Padahal kita tahu bahwa manusia mempunyai akal dan pikiran yang dapat dijadikan sebagai perbedaan manusia dengan hewan.

2.3 Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi delapan, yaitu :

1. Kemampuan Menyadari DiriMenurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Sehingga mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk lainnya.

2.  Kemampuan BereksistensiKemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelanggu oleh tempat atau ruang ini (di sini) dan waktu ini (sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan ke “masa depan” ataupun “masa lampau”. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada diri manusia terdapat unsure kebebasan. Dengan kata lain, adanya

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 47

Page 48: Hakekat Manusia Dalam Hindu

manusia bukan “ber-ada” seperti hewan dikandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi (Drijarkara, 1962:61-63).Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

3.  Kata Hati (Consecience Of Man)Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita hati, dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan “petujuk bagi moral/perbuatan”. Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.

4. MoralMoral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur). Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang rendah (asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral. Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinngi, serta segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang tinggi.  Moral (etika) menunjuk kepada perbuatan yang baik/benar ataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yang jahat.

5. Tanggung JawabKesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermaam-macam yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat, dan kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya penyesalan yang mendalam. Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial. Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama misalnya perasaan berdosa dan terkutuk.Tanggung jawab yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

6. Rasa KebebasanMerdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.

7. Kewajiban dan HakKewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajibanDalam realitas hudup sehari-hari, umumnya diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Tetapi ternyata kewajiban bukanlah menjadi beban melainkan suatu keniscayaan.Realisasi hak dan kewajiban dalam prakteknya bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jadi, meskipun setiap warga punya hak untuk menikmati pendidikan, tetapi jika fasilitas pendidikan yang tersedia belum memadai maka orang harus menerima keadaan relisasinya sesuai dengan situasi dan kondisi.

8. Kemampuan Menghayati KebahagiaanKebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 48

Page 49: Hakekat Manusia Dalam Hindu

segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.Kebahagiaan ini dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir. Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaan.

Dimensi-dimensi  Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan DinamikanyaBerikut ini ada 4 dimensi yang akan dibahas, yaitu:

1.  Dimensi KeindividuanLysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, individu dan masyarakat: 4). Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi. Demikian kata M.J. Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di negeri Belanda)yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas (M.J. Langeveld, 1995:54). Bahkan anak kembar yang berasal dari satu telur pun, yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan satu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidak sama, apalagi identik. Hal ini berlaku baik dari sifat-sifat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya). Karena adanya individualitas itu setiap oarang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.

2. Dimensi KesosialanSetiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M.J. Langeveld (M.J. Langeveld, 1955:54). Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul.  Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakekatnya didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima. Bahkan menurut Langeveld, adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai kunci sukse pergaulan. Adanyta dorongan untuk menerima dan memberi itu sudah menggejala mulai pada masa bayi. Seorang bayi sudah dapat menyambut atau menerima belaian ibunya dengan rasa senang kemudian sebagia balasan ia dapat memberikan senyuman kepada lingkungannya, khususnya pada ibunya.Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga bila dipenjarakan merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh manusia. Karena dengan diasingkan di dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul tersebut secara mutlak. Immanuel Kant seorang filosofis tersohor bangsa jerman menyataknan:  Manusia hanya menjadi manusia jika berada di sekitar manusia. Kiranya tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

3.  Dimensi KesusilaanSusila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu pengertian susila berkembangsehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 49

Page 50: Hakekat Manusia Dalam Hindu

etika (persoalan kebaikan). Kedua hal tersebut biasanya dikaitkan dengan persoalan hak dan kewajiban.

Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat yaitu:

a.  Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya. Etiket tidak bisa dibedakan dari etika karena sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan.

b.  Golongan yang memandang bahwa etiket dan etika perlu dibedakan, karena masing-masing mengandung kondisi yang  tidak selamanya selalu berjalan. Kesopanan merupakan minyak pelincir dalam pergaulan hidup, sedangkan etika merupakan isinya.

Di dalam uraian ini kesusialaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakn nilai-nilai tersebit dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya, sehingg adapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam kehidupan.

4. Dimensi KeberagamaanPada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantara alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos.Kemudian setelah ada agama manusia mulai menganutnya. beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Ph. Khonstam berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua dalam lingkungan keluaraga, karena pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata hati.Pemerintah dengan berlandaskan GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi (Pelita V). Di sini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui mata pelajaran agama ditingkatkan, namun harus tetap disadari bahwa pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama. Jadi dari segi-segi afektif harus diutamakan.

2.4 Pengembangan Wujud Sikap Hakikat ManusiaManusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan. Dari kondisi potensi menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya.seseorang yang dilahirkan dengan bakat seni misalnya, memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman terkenal. Setiap menusia lahir dikaruniai “naluri” yaitu dorongan-dorongan yang alami (dorongan makan, seks, dan mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan naluri maka ia tidak berbeda dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah kea rah ststus manusiawi.meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi pelaksanaannya mungkin saja terjadi kesalahan-kesalahan yang biasa disebut salah didik.Hal tersebut dapat terjadi karena pendidik adalah manusia biasa yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bias terjadi, yaitu :1.  Pengembangan yang utuh, dan2.  Pengembangan yang tidak utuh.

1.  Pengembangan utuhTingkat keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kulitas

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 50

Page 51: Hakekat Manusia Dalam Hindu

pendidikan yang disediakan untuk memberikan\ pelayanana atas perkembangannya. Optimisme ini timbul berkat pengaruh perkembangan iptek yang sangat pesat yang memberikan dampak kepada peningkatan perekayasaan pendidikan melalui teknologi pendidikan.Pengembangan yang utuh dapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu:a.  Dari wujud dimensi yaitu, aspek jasmani dan rohani.b.  Dari arah pengembangan yaitu, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.  Pengembangan yang tidak utuhPengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun dominan afektif didominasi oleh pengembangan dominan kognitif.

Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

2.5 Sosok Manusia Seutuhnya.Sosok manusia seutuhnya telah dirumuskan dalam GBHN mengenai arah pembangunan jangaka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya sekaligus batiniah. Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa, dan keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan di akhirat.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanManusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untukmenghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk individual, makhluk beragama.Setiap manusia mempunyai hakekat dan dimensi yang dimilikinya. Dan dalam diri manusia itu terdapat potensi–potensi terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.

3.2 SaranSebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 51

Page 52: Hakekat Manusia Dalam Hindu

DAFTAR PUSTAKAArif, A. 2010. Manusia dan Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya. http://m-arif-am.blogspot.com. Diakses pada tanggal 03 Maret 2011.Miranda, Dian. 2008. Hakekat Manusia dan pengembangannya. http://dianmiranda.wordpress.com. Diakses pada tanggal 03 maret 2011.Oddi. 2009. Wujud Hakekat Manusia. http://oddy32.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 03 Maret 2011.Rojib. 2009. Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensinya. http://blog.beswandjarum.com. Diakses pada tanggal 03 maret 2011.Tirtaharja, Umar dan La Sula. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

URGENSI MEMAHAMI HAKEKAT MANUSIAOleh:

Achmad Dardiri(FIP UNY)

A. Pengertian ManusiaSecara faktual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, olehmanusia dan untuk manusia. Itulah mengapa pembicaraan tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang manusia. Dari beberapa pendapat tentangpendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan pada umumya sepakat bahwapendidikan itu diberikan atau diselengarakan dalam rangka mengembangkan seluruhpotensi kemanusiaan ke arah yang positif. Dengan pendidikan, diharapkan manusia dapat meningkat dan berkembang seluruh potensi atau bakat alamiahnya sehingga menjadi manusia yang relatif lebih baik, lebih berbudaya, dan lebih manusiawi. Agar kegiatan pendidikan lebih terarah, sehingga nantinya dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka diperlukan pemahaman yang relatif utuh dan komprehensif tentang hakekat manusia.Berbicara tentang hakekat manusia membawa kita berhadapan dengan pertanyaan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 52

Page 53: Hakekat Manusia Dalam Hindu

sentral dan mendasar tentang manusia, yakni apakah dan siapakah manusia itu? Untukmenjawab pertanyaan tersebut telah banyak upaya dilakukan, namun rupa-rupanyajawaban-jawaban itu secara dialektis melahirkan pertanyaan baru, sehingga upayapemahaman manusia masih merupkan pokok yang problematis. Dengan ungkapan lain,manusia masih merupakan misteri bagi dirinya sendiri. Informasi penting sekitarkemesterian manusia dapat dilihat dalam buku berjudul Manusia, Sebuah Misteri, karyadari Louis Leahy (1989).Dalam beberapa sumber pustaka dapat ditemukan berbagai rumusan tentangmanusia. Manusia adalah makhluk yang pandai bertanya, bahkan ia mempertanyakandirinya sendiri, keberadaannya dan dunia seluruhnya. Binatang tidak mampu berbuatdemikian dan itulah salah satu alasan mengapa manusia menjulang tinggi di atasbinatang. Manusia yang bertanya tahu tentang keberadaannya dan ia pun menyadari juga dirinya sebagai penanya. Jadi, dia mencari dan dalam pencariannya ia mengandaikan bahwa ada sesuatu yang bisa ditemukan, yaitu kemungkinan-kemungkinannya, termasuk kemampuannya mencari makna kehidupannya (der Weij, 1991: 7-8)Drijarkara dalam bukunya Filsafat Manusia (1969: 7) mengatakan bahwamanusia adalah makhluk yang berhadapan dengan dirinya sendiri. Tidak hanyaberhadapan, tetapi juga menghadapi, dalam arti mirip dengan menghadapi soal,menghadapi kesukaran dsb. Jadi, dia melakukan, mengolah diri sendiri, mengangkat dan merendahkan diri sendiri dsb. Dia bisa bersatu dengan dirinya sendiri, dia juga bisamengambil jarak dengan dirinya sendiri. Bersama dengan itu, manusia juga makhlukyang berada dan menghadapi alam kodrat. Dia merupakan kesatuan dengan alam, tetapi juga berjarak dengannya. Dia bisa memandangnya, bisa mempunyai pendapat-pendapat terhadapnya, bisa merubah dan mengolahnya. Hewan juga berada dalam alam, tetapi tidak berhadapan dengan alam, tidak mempunyai distansi. Perhatikan hewan, dia tidak bisa memperbaiki alam, tidak bisa menyerang alam dengan teknik. Lebih lanjut Drijarkara mengatakan bahwa manusia itu selalu hidup dan merubah dirinya dalam arus situasi konkrit. Dia tidak hanya berubah dalam tetapi juga karena dirubah oleh situasi itu.Namun, dalam berubah-ubah itu, dia tetap sendiri. Manusia selalu terlibat dalam situasi,situasi itu berubah dan merubah manusia. Dengan ini dia menyejarah.Ilmu-ilmu kemanusiaan termasuk ilmu filsafat telah mencoba menjawabpertanyaan mendasar tentang manusia itu, sehingga dapat dibayangkan betapa banyakrumusan pengertian tentang manusia. Selain yang telah disebutkan di atas, beberaparumusan atau definisi lain tentang manusia adalah sebagai berikut: homo sapiens, homo faber, homo economicus, dan homo religiosus. Dengan ungkapan yang berbeda kita mengenal definisi tentang manusia, di antaranya, manusia sebagai: animal rationale, animal symbolicum dan animal educandum.Banyaknya definisi tentang manusia, membuktikan bahwa manusia adalahmakhluk multi dimensional, manusia memiliki banyak wajah. Lalu, wajah yang manakahyang mau kita ikuti? Apakah wajah manusia menurut kacamata seorang biolog? Apakah wajah manusia menurut kacamata seorang psikolog? Apakah wajah manusia menurut kacamata seorang antropolog? Atau yang lainnya? (Poespowardojo, 1978: 3)Berdasarkan fakta tersebut, maka ada yang mencoba membuat polarisasi pemikirantentang manusia sebagaimana akan terlihat pada uraian di bawah ini, yakni polapemikiran biologis, pola pemikiran psikologis, pola pemikiran sosial-budaya, dan polapemikiran teologis (lihat Basis Edisi Oktober 1980: 371-375). Penulis sendiri lebihmemilih pola pemikiran yang keempat itu bukan pola pemikiran teologis, melainkan polapemikiran religius. Hal ini didasarkan pada rumusan pengertian manusia sebagai homoreligiosus. Sedangkan pola pemikiran biologis, psikologis dan sosial-budaya masih dapat dipertahankan.

1. Manusia menurut pola pemikiran biologisMenurut pola pemikiran ini, manusia dan kemampuan kreatifnya dikaji daristruktur fisiologisnya. Salah satu tokoh dalam pola ini adalah Portmann yang berpendapat bahwa kehidupan manusia merupakan sesuatu yang bersifat sui generis meskipun terdapat kesamaan-kesamaan tertentu dengan kehidupan hewan atau binatang. Dia menekankan aktivitas manusia yang khas, yakni bahasanya, posisi vertikal tubuhnya, dan ritme pertumbuhannya. Semua sifat ini timbul dari kerja sama antara proses keturunan dan proses sosial-budaya. Aspek individualitas manusia bersama sifat sosialnya membentuk keterbukaan manusia yang berbeda dengan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 53

Page 54: Hakekat Manusia Dalam Hindu

ketertutupan dan pembatasan deterministis binatang oleh lingkungannya. Manusia tidak membiarkan dirinya ditentukan oleh alam lingkungannya. Menurut pola ini, manusia dipahami dari sisi internalitas, yaitu manusia sebagai pusat kegiatan intern yang menggunakan bentuk lahiriah tubuhnya untuk mengekspresikan diri dalam komunikasi dengan sesamanya.

2. Manusia menurut pola psikolgisKekhasan pola ini adalah perpaduan antara metode-metode psikologieksperimental dan suatu pendekatan filosofis tertentu, misalnya fenomenologi.

Tokohtokoh yang berpengaruh besar pada pola ini antara lain Ludwig Binswanger, Erwin Straus dan Erich Fromm. Binswanger mengembangkan suatu analisis eksistensial yang bertitik tolak dari psikoanalisisnya Freud. Namun pendirian Binswanger bertolak belakang dengan pendirian Freud tentang kawasan bawah sadar manusia yang terungkap dalam mimpi, nafsu dan dorongan seksual. Menurut Binswanger, analisis Freud sangat berat sebelah karena dia mengabaikan aspek-aspek budaya dari eksistensi manusia seperti agama, seni, etika dan mitos. Freud menurut Binswanger, memahami kebudayaan secara negatif, yakni lebih sebagai penjinakan dorongan-dorongan alamiah daripada sebagai ungkapan potensi manusia untuk memberi arah pada hidupnya. Penelitian psikologis harus diarahkan pada kemampuan manusia untuk mengatasi dirinya sendiri dalam penggunaan kebebasannya yang menghasilkan keputusan-keputusan dasar.Freud dengan psikoanalisisnya berpendapat bahwa manusia pada dasarnyadigerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instinktif. Tingkahlaku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikhis yang sejak semula memangsudah ada pada diri individu itu. Individu dalam hal ini tidak memegang kendali atas“nasibnya” sendiri, tetapi tingkah lakunya semata-mata diarahkan untuk memuaskankebutuhan dan instink biologisnya.Pandangan Freud tersebut ditentang oleh pandangan humanistik tentang manusia.Pandangan humanistik menolak pandangan Freud yang mengatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki kontrol terhadap“nasib” dirinya sendiri. Sebaliknya, pandangan humanistik yang salah satu tokohnyaadalah Rogers mengatakan bahwa manusia itu rasional, tersosialisasikan dan untukberbagai hal dapat menentukan “nasibnya” sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol diri sendiri.Pandangan behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnyaadalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol atau dikendalikan oleh faktorfaktor yang datang dari luar. Penentu tunggal dari tingkah laku manusia adalahlingkungan. Dengan demikian, kepribadian individu dapat dikembalikan semata-matakepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Hubungan itu diatur oleh hukumhukum belajar seperti teori pembiasaan (conditioning) dan peniruan. Salah satu tokoh dari pandangan ini adalah Skinner (Depdikbud, 1984/1985: 1-3)Dari ketiga pandangan yang disebut terakhir, dapat disimpulkan bahwa Freuddengan psikoanalisisnya lebih menekankan faktor internal manusia, sementara pandangan behaviorisme lebih menekankan faktor eksternal. Sedangkan pandangan psikologi humanistik lebih menekankan kemampuaan manusia untuk mengarahkan dirinya, baik karena pengaruh faktor internal maupun eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak serta merta atau otomatis melakukan suatu tindakan berdasarkan desakan faktor internal, karena desakan faktor internal bisa saja ditangguhkan pelaksanaannya. Buktinya orang berpuasa, meskipun dorongan rasa laparnya kuat, tetapi manusia bisa mengarahkan dirinya dalam arti bisa menangguhkan desakan atau dorongan itu, yakni pada saatnya berbuka di sore hari. Begitu juga, manusia tidak serta merta atau otomatis melakukan tidakan karena mendapat rangsangan dari luar (eksternal). Dia dapat mengabaikannnya, bahkan dia dapat memutuskan sesuatu yang berbeda dengan desakan faktor eksternal.

Buktinya, manusia dapat menolak iming-iming sesuatu yang menggiurkan dari pihaklain.

3. Manusia menurut pola pemikiran sosial-budayaManusia menurut pola pemikiran ini tampil dalam dimensi sosial dan

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 54

Page 55: Hakekat Manusia Dalam Hindu

kebudayaannya, dalam hubungannya dengan kemampuannya untuk membentuk sejarah.Menurut pola ini, kodrat manusia tidak hanya mengenal satu bentuk yang uniformmelainkan berbagai bentuk. Salah satu tokoh yang termasuk dalam pola ini adalah Erich Rothacker. Dia berupaya memahami kebudayaan setiap bangsa melalui suatu proses yang dinamakan reduksi pada jiwa-jiwa nasional dan melalui mitos-mitos. Yang dimaksud reduksi pada jiwa-jiwa nasional adalah proses mempelajari suatu kebudayaan tertentu dengan mengembalikannya pada sikap-sikap dasar serta watak etnis yang melahirkan pandangan bangsa yang bersangkutan tentang dunia, atau weltanschauung. Pengalaman purba itu dapat direduksi lagi. Dengan demikian, meskipun orang menciptakan dan mengembangkan lingkup kebudayaan nasionalnya, kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan dan pengembangannya sudah ditentukan, karena semuanya itu sudah terkandung dalam warisan ras.Tokoh lain yang dapat dimasukkan dalam pola ini adalah Ernst Cassirer (1990:39-40) seorang filsuf kebudayaan abad 20. Dia merumuskan manusia sebagai animalsymbolicum, makhluk yang pandai menggunakan symbol. Menurut Cassirer, definisimanusia dari Aristoteles, yakni zoon politicon, manusia adalah makhluk sosial memangmemberi pengertian umum tetapi bukan ciri khasnya (1990:.337). Begitu pula definisimanusia sebaai animal rationale dianggap tidak memadai, karena rasio tidak memadaiuntuk memahami bentuk-bentuk kehidupan budaya manusia dalam seluruh kekayaan dan bermacam-macamnya. Itulah mengapa dia menawarkan definisi manusia sebagai animal symbolicum yakni makhluk yang pandai membuat, memahami dan menggunakan symbol (1990: 40) Pada bagian lain Cassirer juga berpendapat bahwa ciri utama atau ciri khas manusia bukanlah kodrat fisik atau kodrat metafisiknya, melainkan karyanya.Karyanyalah, sistem-sistem kegiatan manusiawilah yang menentukan dan membatasiDunia

4. Manusia menurut pola pemikiran ReligiusPola pemikiran ini bertolak dari pandangan manusia sebagai homo religiosus.Salah satu tokohnya adalah Mircea Eliade. Pandangan Eliade dapat dilihat pada tulisanMangunhardjono dalam buku Manusia Multi Dimensional: Sebuah renungan filsafat,1982:38). Menurut Eliade, homo religiosus adalah tipe manusia yang hidup dalam suatualam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai religius dan dapat menikmati sakralitas yangada dan tampak pada alam semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, dan manusia.Pengalaman dan penghayatan akan Yang Suci ini selanjutnya mempengaruhi,membentuk, dan ikut menentukan corak serta cara hidupnya. Eliade mempertentangkan homo religiosus dengan alam homo non-religiosus, yaitu manusia yang tidak beragama, manusia modern yang hidup di alam yang sudah didesakralisasikan, bulat-bulat alamiah, apa adanya, yang dirasa atau yang dialami tanpa sakralitas. Bagi manusia yang nonreligiosus, kehidupan ini tidak sakral lagi, melainkan profane saja.

Menurut Soerjanto Poespowardojo sebagaimana dimuat dalam Sekitar Manusia:Bunga Rampai tentang Filsafat Manusia (1978: 3) bahwa untuk memahami manusiabukan dari kacamata seorang antropolog, biolog atau psikolog, karena hal itu lebihmerupakan interpretasi perorangan. Titik tolak pembahasan tentang manusia sebaiknyadari kondisi manusia yang sewajarnya dan keaslian hidupnya. Jadi, manusia yangditempatkan dalam konteks kenyataan yang riil. Apakah yang dimaksud manusia wajar?Menurut pelopor eksistensialisme Soren Kierkegaard dalam karyanya Either/Orsebagaimana dikutip oleh Poespowardojo dalam buku tersebut, bahwa manusia wajaradalah manusia konkret, seperti yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Olehkarena itu, manusia yang demikian, harus disaksikan dan dihayati: semakin mendalampenghayatan kita perihal manusia, maka akan semakin bermaknalah kehidupannya.Dengan membuka lingkup yang sewajarnya, seharusnya kita melihat manusiasebagai makhluk alamiah, “naturwesen’ yang merupakan bagian dari alam dan olehkarena itu memiliki sifat-sifat dan tunduk kepada hukum yang alamiah pula. Sebagaimakhluk alamiah, maka manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu. Iamembutuhkan makanan agar badannya tetap segar dan sehat. Ia membutuhkan hiburan agar hidupnya menarik dan tidak membosankan. Ia pun perlu belajar dsb.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 55

Page 56: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang serba butuh hal-hal yang fisik dan rohani. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang belum selesai, artinya untuk memenuhi segala kebutuhannya ia harus bekerja dan berkarya. Jelaslah di sini bahwa kerja dan berkarya mempunyai arti yang manusiawi. Dalam kerjalah tercermin mutu serta martabat manusia.

B. Wujud Sifat Hakekat ManusiaMenurut kaum eksistensialis (dalam Tirta Raharja dan La Sulo, 1985: 4-11)wujud sifat hakekat manusia melputi:1. Kemampuan menyadari diri: yakni bahwa manusia itu berbeda dengan makhluklain, karena manusia mampu mengambil jarak dengan obyeknya termasuk mengambiljarak terhadap dirinya sendiri. Dia bisa mengambil jarak terhadap obyek di luar maupunke dalam diri sendiri. Pengambilan jarak terhadap obyek di luar memungkinkan manusia menegmbangkan aspek sosialnya. Sedangkan pengambilan jarak terhadap diri sendiri, memungkinkaan manusia mengembangkan aspek individualnya.2. Kemampuan bereksistensi: dengan kemampuan mengambil jarak dengan obyekya,berarti manusia mampu menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yangmembelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan hanya dalam kaitannya dengan soal ruang melainkan juga soal waktu. Manusia tidak terbelenggu oleh ruang (di ruang ini atau di sini), dia juga tidak terbelenggu oleh waktu (waktu ini atau sekarang ini), tetapi mampu menembus ke masa depan atau ke masa lampau. Kemampuan menempatkan diri dan menembus inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Justru karena mampu bereksistensi inilah, maka dalam dirinya terdapat unsure kebebasan.

2. Kata hati (geweten atau conscience yang artinya pengertian yang ikut serta): kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik dan yang buruk bagi manusia sebagai manusia. Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang baik atau yang buruk, atau pun kemampuannya dalam mengambil keputusan tersebut dari sudut pandang tertentu saja, misalnya dari sudut kepentingannya sendiri dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan , yang sedang dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti pula akibat keputusannya baik atau buruk bagi manusia sebagai manusia..

4. Tanggung jawab: adalah kesediaan untuk menanggung akibat dari perbuatan yangmenuntut jawab. Wujud tanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat dan kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan normanorma social, yang berarti siap menanggung sangsi social manakala tanggung jawab social itu tidak dilaksanakan. Tanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutannorma-norma agama, seperti siap menanggung perasaan berdosa, terkutuk dsb.

5. Rasa kebebasan: adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia untuk tidak terikat oleh sesuatu, selain terikat (sesuai) dengan tuntutan kodrat manusia. Manusia bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan (sesuai) dengan tuntutan kodratnya sebagai manusia. Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya.

6. Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi darimanusia sebagai makhluk social. Keduanya tidak bisa dilepaskan satu sama lain, karena yang satu mengandaikan yang lain. Hak tak ada tanpa kewajiban, dan sebaliknya. Dalam kenyataan sehari-hari, hak sering diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban sering diasosiasikan dengan beban.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 56

Page 57: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Ternyata, kewajiban itu suatu keniscayaan, artinya, selama seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandangsebagai manusia, maka wajib itu menjadi suatu keniscayaan, karena jika mengelaknyaberarti dia mengingkari kemanusiaannya sebagai makhluk social.

7. Kemampuan menghayati kebahagiaan: bahwa kebahagiaan manusia itu tidakterletak pada keadaannya sendiri secara factual, atau pun pada rangkaian prosesnya,maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada kesanggupannya atau kemampuannya menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut dalam rangkaian atau ikatan tiga hal, yaitu: usaha, norma-norma dan takdir.

C. Unsur-unsur Hakekat ManusiaMenurut Notonagoro, manusia adalah makhluk monopluralis, maksudnyamakhluk yang memiliki banyak unsur kodrat (plural), tetapi merupakan satu kesatuanyang utuh (mono). Jadi, manusia terdiri dari banyak unsur kodrat yang merupakan satukesatuan yang utuh. Tetapi dilihat dari segi kedudukannya, susunannya, dan sifatnyamasing-masing bersifat monodualis. Riciannya sebagai berikut: dilihat dari kedudukankodratnya manusia adalah makhluk monodualis: terdiri dari dua unsur (dualis), tetapimerupakan satu kesatuan (mono), yakni sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan Dilihat dari susunan kodratnya, manusia sebagai makhluk monodualis, maksudnya terdiri dari dua unsur yakni unsur raga dan unsur jiwa (dualis), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Dilihat dari sifat kodratnya, manusia juga sebagai makhluk monodualis, yakni terdiri dari unsur individual dan unsur sosial (dualis), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Secara keseluruhan, manusia adalah makhluk monopluralis seperti disebutkan di depan.

D. Dimensi-dimensi KemanusiaanUntuk melengkapi uraian tentang hakekat manusia, berikut disajikan pandangan –pandangan lain yang diambil dari sumber lain pula. Manusia adalah makhluk berdimensi banyak, yakni dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagamaan (Tirtarahardja dan La Sulo, 1985: 16). Jose Ortega Y. Gasset sebagaimana dimuat dalam Manusia Multi Dimensional; Sebuah renungan filsafat (1982: 101), mengusulkan dimensi kesejarahan manusia.

1. Dimensi KeindividualanBahwa setiap individu memiliki keunikan. Setiap anak manusia sebagai individuketika dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi diri sendiri yang berbeda dariyang lain. Tidak ada diri individu yang identik dengan orang lain di dunia ini. Bahkandua anak yang kembar sejak lahir tidak bisa dikatakan identik. Karena adanyaindividualitas ini maka setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,kecenderungan, semangat, daya tahan yang berbeda.2. Dimensi KesosialanBahwa setiap manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk hidup bersamadengan orang lain. Manusia dilahirkan memiliki potensi sebagai makhluk social. Menurut Immanuel Kant, manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia. Apa yang dikatakan Kant cukup jelas, bahwa hidup bersama dan di antara manusia lain, akan memungkinkan seseorang dapat mengembangkan kemanusiaannya. Sebagai makhluk social, manusia saling berinteraksi. Hanya dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaannya.

3. Dimensi KesusilaanManusia ketika dilahirkan bukan hanya dikaruniai potensi individualitas dansosialitas, melainkan juga potensi moralitas atau kesusilaan. Dimensi kesusialaan ataumoralitas maksudnya adalah bahwa dalam diri manusia ada kemampuan untuk berbuatkebaikan dalam arti susila atau moral, seperti bersikap jujur, dan bersikap/berlaku adil.Manusia susila menurut Drijarkara (dalam Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 20) adalahmanusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 57

Page 58: Hakekat Manusia Dalam Hindu

Agar anak dapat berkembang dimensi moralitasnya, diperlukan upaya pengembangandengan banyak diberi kesempatan untuk melakukan kebaikan, seperti memberikan uang pada peminta-minta, bakti social dsb.

4. Dimensi KeberagamaanPada dasarnya manusia adalah makhluk religius, sebagaimana telah disinggung didepan. Sebagai makhluk religius, manusia sadar dan meyakini akan adanya kekuatansupranatural di luar dirinya. Sesuatu yang disebut supranatural itu dalam sejarah manusia disebut dengan berbagai nama sebutan, satu di antaranya adalah sebutan Tuhan. Sebagai orang yang beragama, manusia meyakini bahwa Tuhan telah mewahyukan kepada manusia pilihan yang disebut rasul yang dengan wahyu Tuhan tersebut, manusia dibimbing ke arah yang lebih baik, lebih sempurna dan lebih bertaqwa.

5. Dimensi KesejarahanDunia manusia, kata Ortega Y. Gasset, bukan sekedar suatu dunia vital sepertipada hewan-hewan. Manusia tidak identik dengan sebuah organisme. Kehiduannya lebihdari sekedar peristiwa biologis semata,. Berbeda dengan kehidupan hewan, manusia menghayati hidup ini sebagai “hidupku” dan “hidupmu”- sebagai tugas bagi sang aku dalam masyarakat tertentu pada kurun sejarah tertentu. Keunikan hdup manusia ini tercermin dalam keunikan setiap biografi dan sejarah (dalam Sastrapratedja, 1982: 106).Dimensi kesejarahan ini bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhlukhistoris, makhluk yang mampu menghayati hidup di masa lampau, masa kini, dan mampu membuat rencana-rencana kegiatan-kegiatan di masa yang akan dating. Dengan kata lain, manusia adalah mekhluk yang menyejarah. Mengenai hal ini sudah dibahas di depan yakni ketika membiacarakan pandangan Drijarkara.Semua unsur hahekat manusia yang monopluralis atau dimensi-dimensikemanusiaan tersebut memerlukan pengembangan agar dapat lebih meyempurnakanmanusia itu sendiri. Pengembangan semua potensi atau dimensi kemanusiaan itudilakukan melalui dan dengan pendidikan. Atas dasar inilah maka antara pedidikan danhakekat manusia ada kaitannya. Dengan dan melalui pendidikan, semua potensi ataudimensi kemanusiaan dapat berkembang secara optimal. Arah pengembangan yang baik dan benar yakni ke arah pengembangan yang utuh dan komprehensif..

Daftar PustakaCassirer, Ernst. Diindonesiakan oleh Alois A. Nugroho. 1990. Manusia dan Kebudayaan:Sebuah Esei tentang Manusia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984/1985. Materi Dasar Pendidikan ProgramAkta Mengajar V. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.der Wij, P.A., van. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: Penerbit PTGramedia Pustaka Utama.Dirto Hadisusanto dkk. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit FaultasIlmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan YogyakartaDrijarkara, N. 1969. Filsafat Manusia. Jogjakarta: Penerbit Jajasan Kanisius.Leahy, Louis. 1989. Manusia Sebuah Misteri: Sintesis Filosofis tentang Makhluk Paradoksal.Jakarta: Penerbit PT GramediaPiedade, Joao Inocencio. 1986. “Problematika Manusia dalam Antropologi Filsafat”dalam Basis. Ediisi Oktober-1986-XXXV-10.Sastrapratedja, M. 1982. Manusia Multi Dimensional: Sebuah Renungan Filsafat.Jakarta: Penerbit PT Gramedia.Sumitro dkk. 1998. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Fakultas IlmuPendidikan IKIP Yogyakarta.Umar Tirtarahardja da La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat JenderalTinggi Depdikbud

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 58

Page 59: Hakekat Manusia Dalam Hindu

D// wayan 2012 HAKEKAT MANUSIA // hal . 59