hadist ekonomi

5
Kepemimpinan A. Arti Kepemimpinan Manusia diciptakan secara sempurna dalam arti, dia diciptakan untuk itu. Adapun penjelasan, setiap macam makhluk atau sebagiannya yang diciptakan oleh Allah didunia ini, diciptakan khusus untuk suatu tugas tertentu. Kalau bukan karena itu dia tidak akan ada. Jadi, dia mempunyai tujuan penciptaannya yang dikhususkan untuk melakukan hal itu. Adapun tugas khusus manusia ada tiga macam, yaitu sebagai berikut: 1 1. Memakmurkan bumi 2. Beribadah kepada Allah 3. Menjadi khalifah Allah SWT Oleh karena itu, setiap yang tidak bisa menjalankan tugas sebagai khalifah Allah SWT, tidak pula mau beribadah kepada-Nya, serta tidak mampu memakmurkan bumi-Nya, maka binatang ternak lebih baik daripada orang itu. Dalam pandangan Islam setiap individu adalah pemimpin apalagi seorang manajer. Ia diberi kepercayaan dan amanah oleh organisasi atau perusahaan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar, dan harus mempertanggung jawabkannya pada organisasi atau perusahaan dan tentunya pada Allah SWT. Inti dari sebuah manajemen adalah kepemimpinan. Manajer yang sangat cerdas dalam menyusun tata laksana organisasi, tidak akan efisien dan efektif bila tidak disertai dengan kemampuan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sebuah keharusan, agar kehidupan sebuah organisasi atau perusahaan, bahkan negara, akan lebih terarah. Memimpin adalah sebuah aksi mengajak sehingga memunculkan interaksi dalam struktur sebagai bagian dari proses pemecahan masalah bersama. Menurut Robbins kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi suatu kelompok (masyarakat dalam suatu organisasi formal maupun tidak formal) kearah tercapainya tujuan. Seseorang dapat menjalankan suatu kepemimpinan semata karena kedudukannya dalam organisasi, tetapi tidak semua pemimpin itu adalah pemimpin. 1 Yusuf Qardhawi, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 438.

Transcript of hadist ekonomi

Page 1: hadist ekonomi

Kepemimpinan

A. Arti Kepemimpinan

Manusia diciptakan secara sempurna dalam arti, dia diciptakan untuk itu. Adapun penjelasan, setiap macam makhluk atau sebagiannya yang diciptakan oleh Allah didunia ini, diciptakan khusus untuk suatu tugas tertentu. Kalau bukan karena itu dia tidak akan ada. Jadi, dia mempunyai tujuan penciptaannya yang dikhususkan untuk melakukan hal itu. Adapun tugas khusus manusia ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:1

1. Memakmurkan bumi2. Beribadah kepada Allah3. Menjadi khalifah Allah SWT

Oleh karena itu, setiap yang tidak bisa menjalankan tugas sebagai khalifah Allah SWT, tidak pula mau beribadah kepada-Nya, serta tidak mampu memakmurkan bumi-Nya, maka binatang ternak lebih baik daripada orang itu.

Dalam pandangan Islam setiap individu adalah pemimpin apalagi seorang manajer. Ia diberi kepercayaan dan amanah oleh organisasi atau perusahaan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar, dan harus mempertanggung jawabkannya pada organisasi atau perusahaan dan tentunya pada Allah SWT.

Inti dari sebuah manajemen adalah kepemimpinan. Manajer yang sangat cerdas dalam menyusun tata laksana organisasi, tidak akan efisien dan efektif bila tidak disertai dengan kemampuan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sebuah keharusan, agar kehidupan sebuah organisasi atau perusahaan, bahkan negara, akan lebih terarah. Memimpin adalah sebuah aksi mengajak sehingga memunculkan interaksi dalam struktur sebagai bagian dari proses pemecahan masalah bersama.

Menurut Robbins kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi suatu kelompok (masyarakat dalam suatu organisasi formal maupun tidak formal) kearah tercapainya tujuan. Seseorang dapat menjalankan suatu kepemimpinan semata karena kedudukannya dalam organisasi, tetapi tidak semua pemimpin itu adalah pemimpin. Kreitner menyatakan bahwa memimpin (leading) berbeda dengan mengelola (managing).

B. Asas Kepemimpinan

Terdapat beberapa asas bangunan kepemimpinan, yaitu:

1. Keimanan dan KetakwaanSeorang pemimpin haruslah mempunyai tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi,

sehingga memahami bahwa kemampuan memimpin yang dia miliki adalah pemberian Tuhan. Dan sebagai manusia mempunyai kelebihan dan kekkurangan. Ia harus berusaha dan menyadarkan usahanya pada sang envipta dengan penuh tawakal.

2. Kekuasaan dan Wewenang Sesuai dengan yang Diberikan oleh Tuhan

1 Yusuf Qardhawi, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 438.

Page 2: hadist ekonomi

Selanjutnya kepemimpinan erat dengan kekuasaan, namun dalam Islam pemilik kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT, manusia hanya mendapat amanah dari pemegang kekuasaan tertinggi.

3. MusyawarahAsas yang tak kalah pentingnya adalah Asas Musyawarah, diterangkan dalam surah Ali-Imran

ayat 159. Melalui musyawarah akan terbangun tradisi keterbukaan, persamaan dan persaudaraan. Menurut Syaltut, pemimpin wajib melakukan musyawarah. Rasulullha menetapkan keputusan dengan 3 cara, yaitu suara bulat (aklamasi), suara terbanyak (mayoritas), dan pendapat yang kuat dalil-dalinya dan nyata kebenarnya, sekalipun hanya pendapat satu atau dua orang.2

Sebenarnya Rasulullah tidak menetapkan secara pasti cara bermusyawarah karena menyesuaikan perubahan zaman. Jika ditetapkan maka generasi selanjutnya tidak akan berkembang.

C. Sifat KepemimpinanMasalah dasar kepeminpinan adalah pengembangan skill yang dapat memengaruhi bawahan

untuk mencapai tujuan. Dalam Islam, seorang pemimpin hendaknya dapat memanage hatinya dengan baik, sehat lahir dan batin.

Ahmad:(Matan lain: Bukhori 50, Muslim 2996, Turmudzi 1126, Nasa’i 4377, Abi Daud 2892, Darimi

2419)Dari hadis itu dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk Allah yang diberi hati selain akal

atau otak. Jika hatinya baik maka perilakunya akan baik, begitu pula sebaliknya. Hati berfungsi membedakan yang baik dan yang buruk. Yang diinginkan dalam Islam adalah manusia yang mempunyai hati yang dapat membimbing dan mengatur otaknya sehingga perilakunya baik dan benar, bukan sebaliknya otak yang mengatur hatinya. Manusia juga diberi jasad dan cahaya serta nafsu, jika hati dikuasai oleh nafsu maka ia seakan-akan matanya buta, telinganya tuli dan hatinya tertutup, sehingga perilakunya pun akan jauh dari ajaran agama.

Beberapa teori kepemimpinan dapat ditemukan pada diri nabi Muhammad , misalnya empat fungsi kepemimpinan yang sikembangkan oleh Stephen Covey. Konsep ini menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki 4 fungsi kepemimpinan yaitu sebagai perintis (pathfinding), penyelaras (aligning) pemberdaya (empowering), dan panutan (modeling).

Terdapat beberapa hadits yang berbicara tentang sifat dan sikap yang harus dipunyai seorang pemimpin agar dapat menjadi uswah hasanah bagi pengikutnya. Seorang pemimpin yang efektive adalah yang mempunyai kompetensi dasar dan kompetensi fungsional. Adapun kompetensi dasarnya adalah:

1. Berakhlak2. Jujur dan terpercaya3. Terbuka4. Mampu mengendalikan diri/tidak tamak5. Mengembangkan orang lain6. Pelayanan7. Mempermudah

2 Muhammad Iqbal, dan, h.139.

Page 3: hadist ekonomi

Adapun kompetensi fungsionalnya adalah:

a. Berilmub. Keahlian

D. Kepemimpinan PerempuanHadis tersebut seringkali dijadikan alat legitimasi untuk memarginalkan perempuan dalam

kepemimpinan. Sebenarnya, Al-Qur’an tidak pernah memberikan keutamaan pada jenis kelamin tertentu, atau pun mengistimewakan suku tertentu. Laki-laki dan perempuan, dan suku bangsa mana pun mempunyai potensi yang sama untuk menjadi seorang pemimpin publik (khalifah) dan hamba Allah (abid). Hanya saja yang dapat membedakan di sisi Allah SWT adalah ketakwaan menusia itu sendiri. Maka perlu dikaji kembali Surat An-Nisa’ yakni kaum laki-laki menjadi tanggungjawab kaum perempuan, yang menjadikan pijakan utama pengharaman pemimpin perempuan.

Apabila memperhatikan konsideran ayat An-Nisa’ 34 (wa bima anfaqu min amwalihim) dan mengaitkannya dengan QS. 2: 228, perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana, maka sebenarnya ayat tersebut hanya berbicara tentang kepemimpinan rumah tangga (suami terhadap istri) dan inipun hanya dalam hal fungsi ekonomisnya. Abi Hasan Ali bin Muhammad dari mazhab Syafiiyah, menyebutkan bahwa syarat pemimpin adalah adil, berilmu, sehat fisik, kuat agama, kemampuan mengatur yang maslahatul ummah, punya keberanian, dan bersih lingkungan, dengan demikian tidak ada syarat harus laki-laki.

Hadis itu sebenatnya harus dimaknai dalam konteks:a. Hadis tersebut berlaku khusus, yakni respon nabi terhadap pengangkatan putri Kisra

sebagai raja yng menggantikannya.b. Hasis tersebut bersifat informatif sehingga tidak memiliki relevansi hukum jika ditarik

sebagai justifikasi larangan kepemimpinan perempuan secara umum.c. Kapasitas dan kapabilitas putri Kisra perlu ditanyakan mengingat situasi dan kondisi

secara umum masyarakat Persia saat itu.d. Beberapa kalangan mempertanyakan status dan validitas hadis tersebut, baik dari aspek

sanad maupun matan-nya.

Dalam Tap MPR No. II/1973 dinyatakan, bahwa calon presiden dan wakil presiden ialah orang Indonesia asli dan memenuhi beberapa syarat berikut:

a. Warga Negara Indonesia.b. Telah berusia 40 tahunc. Bukan orang yang sedang dicabut haknya untuk dipilih dalam pemilihan umum.d. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.e. Setia kepada cita-cita proklamasi 17 agustus 1945, pancasila, dan UUD 1945.f. Bersedia menjalankan haluan negara menurut garis besar yang telah ditetapkan.g. Berwibawah. Jujuri. Cakap.j. Adil

Page 4: hadist ekonomi

k. Dukungan dari rakyat yang tercermin dalam Majelis (AM. Fatwa, 1997).

Dari dasar ketetapan MPR di atas, jelas tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan asal memenuhi syarat-syarat di atas, jadilah ia seorang presiden atau wakil presiden (pemimpin publik). Terlebih lagi, jika di tinjau dari segi hukum positif (UUD 1945), yang berlaku di Indonesia tidak ada satupun undang-undang yang melarang seorang perempuan menjadi pemimpin publik. Oleh karena itu, rekomendasi yang menolak kehadiran pemimpin perempuan sangat bertolakbelakang dengan iklim di tingkat internasional yang begitu gencar memperjujangkan harkat martabat kaum perempuan untuk meraih kesempatan yang sama dalam aspek kehidupan sosial berbangsa dan bernegara.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau mendengarkan kritik, memperhatikan isi kritik, bukan mencari siapa pengkritik. Ali bin Abi Thalib selalu memberikan pengarahan agar pejabat memperhatikan apa yang diucapkan (kritik) orang kepadanya, bukan mencari data siapa ynag melontarkan kritik.3

3 Basri Iba Asghary, Solusi Al Quran tentang problema sosial, politik, budaya, cet.I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h.114.