Guideline Semsol

16
1. Tinjauan regulasi 2. Monografi zat aktif & sediaan 6. Evaluasi sediaan 5. IPC 3. Tinjauan farmakologi 7. Analisis zat aktif & sediaan 4. Formulasi & analisis eksipien 8. IO dan kemasan 9. Daftar pustaka GUIDELINE SEMISOLIDA Urutan Pengerjaan Jurnal 23

description

tekhno

Transcript of Guideline Semsol

GUIDELINE APT ITB OKT 2009-2010 SEMISOLIDA

GUIDELINE SEMISOLIDA

Urutan Pengerjaan Jurnal 1. Tinjauan regulasi2. Monografi zat aktif & sediaan6. Evaluasi sediaan5. IPC3. Tinjauan farmakologi7. Analisis zat aktif & sediaan4. Formulasi & analisis eksipien8. IO dan kemasan9. Daftar pustaka

SALEP

Soal salepData monografi ZABentuk aktifBentuk tidak aktifGanti dengan bentuk aktifData farmakologiNon sterilSterilPemilihan basis Basis/dasar salep terdiri dari dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep dapat dicuci air, dasar salep larut air. Pemilihan basis salep bergantung pada khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. (FI IV hal 18) Formula umumR/ Zat aktifBasisZat tambahan ZA untuk sediaan topikal harus dalam bentuk aktifnya. Data tersebut dapat dilihat dari data farmakokinetikanya. Jika ZA tidak dalam bentuk aktif maka harus diubah kedalam bentuk aktifnya terlebih dahulu. IPC salep : homogenitas Stabilitas : suhu----berkaitan dengan cara pembuatan salep

I. HAL-HAL PENTINGA. Aturan umum salep1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah. Umumnya kelarutan obat yang ditambahkan dalam salep lebih besar dalam minyak lemak daripada dalam vaselin.2. ZA mudah larut dalam air dan stabil-----dilarutkan dalam air, ditambahkan bagian dasar salep yang lain.3. ZA tidak cukup larut dalam air------diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan 100.4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.(Van Duin hal 115-122, Ilmu Meracik Obat hal. 55)B. Basis salep ada 4 yaitu dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Pemilihan basis salep berdasarkan pada laju pelepasan dan jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep.(Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 502-507)C. Teknik pembuatan :1. Pencampuran dengan peleburan (metode fusion)----zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama (harus diperhatikan stabilitas zat aktif terhadap suhu)2. Pencampuran dengan triturasi (metode triturasi)----ZA tidak larut dicampur sedikit basis dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Atau ZA dilarutkan dalam pelarut organik terlebih dahulu kemudian dicampur basis yang digunakan.(Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan farmasi, hal.506-510)D. Untuk zat aktif yang larut air dan membentuk larutan stabil, larutkan dalam volume minimum air. Campuran dicampur secara kontinyu sampai basis mengental.E. Untuk zat aktif yang tahan panas dapat segera dicampurkan sedikit demi sedikit dengan basis salep yang masih cair dalam lumpang. F. Untuk zat aktif yang tidak tahan panas, basis salep dituang ke dalam lumpang untuk didinginkan terlebih dahulu sambil diaduk sebelum dicampur.G. Bila zat aktif berada dalam keadaan terdispersi dalam basis, maka setelah digerus kemudian diayak dengan pengayak mesh 200, baru kemudian ditimbang. (Lachman, Theory&Practice Industrial Pharm., hal.544)

II. PERMASALAHAN-PERMASALAH YANG SERING TERJADI

A. Permasalahan dalam Pembuatan1. Cara pembuatan salep dengan bahan tertentua. Oleum CacaoKarena adanya sifat polimorfisme, maka bila Oleum cacao dilelehkan sampai mencair semua, akan membutuhkan waktu pendinginan yang lama. Maka bila salep mengandung lebih dari 10% Oleum Cacao perlu hati-hati pada waktu melelehkan. Oleum cacao dilelehkan sampai meleleh, tetapi belum mencair seperti minyak (di atas tangas air), setelah itu diturunkan dari penangas air lalu ditambahkan minyak dingin atau massa salep dan digerus. Bila kurang dari 10%, maka dapat dibuat seperti pada pembuatan salep dengan peleburan. (Ilmu Meracik Obat, hal 64)b. Balsamum PeruvianumJangan ikut dipanaskan, ditambahkan pada massa salep yang telah dingin dan dicampur terakhir. (Ilmu Meracik Obat, p.65)2. Inkompatibilitas Salep (TPC, p.318-319)Secara umum, salep anhydrous dan pasta menunjukkan permasalahan inkompatibilitas yang lebih kecil dibandingkan sediaan topikal lainnya, penanganan khusus harus dilakukan dalam pencampuran sediaan yang mengandung air.

3. Pembuatan Salep (TPC, p.153)Spatula yang terbuat dari baja cocok digunakan pada hampir seluruh senyawa obat, tetapi tidak dapat digunakan untuk pembuatan salep yang mengandung garam merkuri, asam tanat, asam salisilat atau Iodin.

Pelelehan (fusi) merupakan metode yang biasanya digunakan untuk produksi salep skala besar dimana malam (wax) atau padatan dengan titik leleh yang tinggi dicampurkan dengan semi-solid atau minyak; cara ini juga digunakan apabila akan dilakukan pencampuran air dalam volume yang cukup besar. Komponen campuran akan meleleh dengan baik pada penurunan titik leleh dan campuran fluid tersebut diaduk hingga dingin, untuk menghindari aerasi. Jika tidak diaduk dengan efektif, maka lemak alkohol dan asam mungkin akan mengkristal pada sistem yang mengandung paraffin. Serbuk yang tidak larut biasanya akan terpisah saat salep mulai mengental/membeku. Padatan yang bisa terlarut dan tahan panas dapat dilarutkan pada basis yang dilelehkan sebelum campuran tersebut membeku.

Untuk kuantitas kurang dari 500 g, penanganan lebih jauh terhadap sediaan salep untuk meningkatkan homogenitas mungkin tidak begitu diperlukan, tetapi untuk jumlah yang lebih besar, roller mills atau colloid mills dapat menambahkan keseragaman distribusi dari padatan yang tidak larut dan eliminasi partikel dengan ukuran lebih besar dari 50 m.

B. Permasalahan Khusus1. Beberapa senyawa aktif tertentua. Basitrasin Salep (TPC, p.752-753)Salep basitrasin dan Salep Basitrasin-Zinc harus disimpan dalam wadah tertutup baik dengan ukuran tidak lebih dari 60 g, kecuali pada label tertulis untuk penggunaan Rumah Sakit. Lebih baik disimpan dalam ruangan dengan suhu yang terkontrol. Basitrasin diketahui dapat mempertahankan potensinya sampai 6 bulan jika dicampur dengan basis salep berikut : jelene, paraffin putih, lemak, likuid paraffin, white beeswax, hidrokuinon, askorbil palmitat, setil alkohol, kalamin, zinc oksida dan etil aminobenzoat.

Basitrasin perlahan diinaktivasi pada salep dengan basis Carbowax (Carbowax 4000 dengan Propilene Glikol), Na-Lauril Sulfat, beberapa Span, Kolesterol, Stearil Alkohol, dan beberapa Tween, dan diinaktivasi dengan cepat pada salep yang mengandung air, Macrogol 400, Ichtannol, Gliserol, asam tanat, fenol dan propylene glikol.

b. Dithranol Salep (TPC, p.843-845)Salep yang mengandung dithranol dengan konsentrasi 0.05%, 0.1%, atau 0.2% dengan asam salisilat 0.5% dan salep emulsi hingga 100% diketahui tidak stabil secara relatif jika dibandingkan terhadap salep yang mengandung dithranol 0.5-1% pada pengamatan selama 112 hari.

c. Eritromisin salep (TPC, h.855-860)Formula yang disarankan berdasarkan studi tentang stabilitas salep eritromisin dalam berbagai basis yaitu menggunakan basis oleaginous (95% soft paraffin dan 5% hard paraffin) dengan penambahan span 5%. Dalam basis ini dan penyimpanan pada suhu 20-25C zat aktif akan stabil selama 15 bulan. Basis emulsi dapat menurunkan stabillitas zat aktif. Penambahan surfaktan pada basis akan meningkatkan pemisahan zat aktif dari basis. Penambahan gliserol atau etanol ke dalam basis oleaginous dapat meningkatkan pemisahan zat aktif dar basis ini. Kolesterol, etanol, gliserol, air, bees wax (malam lebah) dapat menurunkan stabilitas zat aktif pada basis oleaginous dan basis larut air.

2. Beberapa senyawa pembawa tertentu Vaselin putih adalah bentuk yang dimurnikan/dipucatkan warnanya. Dalam pemucatan digunakan asam sulfat, maka vaselin putih ini tidak dapat digunakan untuk mata.Vaseline hanya dapat menyerap air sebanyak 5 %. Dengan penambahan surfaktan seperti Natrium Lauryl Sulfat, tween, maka akan mampu menyerap air lebih banyak, juga penambahan kolesterol span kemampuan mendukung air dapat dinaikkan. (Ilmu Meracik Obat, p.54)

III. PERHITUNGANZA ditimbang dalam jumlah 5% berlebih untuk mencegah kemungkinan berkurangnya kadar dalam sediaan akibat proses pembuatan ataupun dalam penyimpanannya. Basis salep ditimbang 20-25% berlebih. (Repetitorium Benny Logawa)SALEP MATA

I. HAL-HAL PENTINGA. Formula umum sama dengan formula umum salep.B. Basis : biasanya terdiri dari parafin cair, lanolin (sudah tidak boleh dipakai untuk salep mata), dan parafin kuning lunak (1:1:8).C. Dasar salep tidak boleh hidrofil (o/w) karena dasar salep dapat diencerkan oleh air mata.D. Salep mata disimpan dalam tube steril.E. Kemasan sediaan salep mata tidak boleh lebih dari 5 gram.F. Adeps lanae sebagai basis salep mata dapat menimbulkan peradangan atau alergi (Benny Logawa, hal.18). Karenanya lebih baik adeps lanae tidak dimasukkan dalam basis salep mata.G. Vaselin putih untuk mata akan terjadi iritasi mata, sehingga lebih baik menggunakan vaselin kuning.

II. TITIK KRITISA. ZA harus dalam bentuk yang sangat halus (< 25 m).B. Untuk basis yang mengandung air harus ditambahkan antimikroba (klorbutil, metil-propil-hidroksobenzoat, dan fenetil alkohol)C. Dapar pH : diperlukan jika fase air dari salep mata diluar batas toleransi mata (jika tidak diadjust dapat menimbulkan iritasi).D. Untuk salep steril seperti salep mata, salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit kulit yang parah juga harus steril. Caranya hampir sama dengan pembuatan salep mata.

KRIM

Soal krimZat aktifBentuk aktif (data farkin)Bentuk tdk aktif (data farkin)Data stabilitasData stabilitasCek indikasi (data farmol)Efek lokalLuka parah (luka bakar tk 2&3)Efek sistemikKrim sterilCek dosis (data farmol)Cek data monografi Z.ASgt mdh larut, agak larutSukar lrt, sgt skr krt, praktis tdk lrtPilih emulsi A/MPerlu penambahan humektanPilih emulsi M/ATITIK KRITIS DALAM PEMBUATAN SEDIAAN KRIMA. Pemilihan zat aktif untuk sediaan krim harus dalam bentuk aktifnya. Apabila zat aktif yang diberikan pada soal masih dalam bentuk prodrug maka perlu memilih bentuk aktif yang paling stabil. Misalnya: pada soal yang diberikan adalah krim Prednison, namun Prednison masih prodrug, jadi diambil bentuk Prednisolon yang sudah dalam bentuk aktifnya.

B. Pemilihan basis krim harus disesuaikan dengan sifat atau kestabilan zat aktif yang digunakan.1. Bila zat aktif larut lemak, maka sebaiknya tipe emulsi A/M dan demikian pula sebaiknya. Namun akan lebih baik jika menggunakan tipe emulsi M/A karena tidak oklusif dan mudah dibersihkan dengan air. Zat aktif yang sukar larut, sgt sukar larut, praktis tdk larut dalam air perlu ditambahkan humektan agar dapat membuat tipe emulsi M/A2. Jika stabilitas zat aktif terhadap pH tidak baik maka perlu penggunaan dapar, jika stabilitas zat aktif terhadap pH baik maka tidak perlu penggunaan dapar. 3. Kompatibilitas dan inkompatibilitas zat aktif dengan bahan tambahan maupun basis dan bahan tambahan yang satu dengan bahan tambahan lainnya dalam sediaan harus diperhatikan.4. Sifat termolabil zat aktif mempengaruhi proses pencampuran zat aktif ke dalam basis. Ini menentukan pemilihan cara pembuatan krim.

C. Indikasi farmakologi zat aktif perlu diperhatikan, sehingga dapat disesuaikan dengan pemilihan dosis dan kekuatan sediaan, serta pemilihan bentuk krim. Misalnya apabila diindikasikan untuk luka terbuka yang besar atau kulit yang parah, maka krim yang dibuat harus dalam bentuk steril.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKANA. Pada pembuatan krim perlu ditambahkan pengawet, karena krim mengandung banyak air yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme dan kemungkinan terjadi kontaminasi mikroorganisme yang berasal dari bahan baku, alat maupun selama penggunaan sediaan. Contoh pengawet: klorkresol, asam benzoat, asam sorbat, metilparaben atau propilparaben, dll.B. Interaksi antara pengawet dan bahan pengemulsi dapat menginaktivasi pengawet.

INTERAKSI PARABEN DENGAN BAHAN PENGEMULSI (lachman industri 1066)Senyawa makromolekulMetil-p-hidroksi benzoatePropil-p-hidroksi benzoate

Bebas (%)Terikat(%)Bebas(%)Terikat(%)

Gelatin9288911

Metal selulosa9198713

Polietilen glikol 400084168119

Polietilenpirolidon78226436

Polioksietilen monostearat55451684

Polioksietilen sorbitan monolaurat43571486

Polioksietilen sorbitan monooleat43571090

Contoh:Metil paraben terikat pada tween 80 sebanyak 57% dan propil paraben terikat pada tween 80 sebanyak 90%. Konsentrasi metal dan propil paraben yang semula dibutuhkan 0.18% dan 0.02%, menjadi :Metil paraben = (100/43) x 0.18% = 0.4%Propil paraben = (100/10) x 0.02% = 0.2%

C. Karena krim mengandung minyak, maka perlu ditambahkan antioksidan untuk mencegah terjadinya ketengikan. Contoh antioksidan: tokoferol, alkil galat, BHA, BHT, garam Na dan K dari asam sulfit, asam edetat dan asam-asam organik seperti sitrat, maleat, tartrat atau fosfat untuk khelat terhadap sesepora logam.D. Penggunaan emulgator harus disesuaikan dengan jenis krim yang dikehendaki dan tersatukan dengan zat aktif. Dalam memilih emulgator perlu diperhatikan harga HLB butuhnya. Umumnya digunakan kombinasi emulgator. Contoh emulgator yang biasa digunakan: 1. Golongan alam : gom arab, tragakan, PGS2. Semi Sintetik : TEA-stearat, TEA-lauril sulfat, Na-stearat, Span/Tween 20,40,60,80,85, macrogol-300, 4000, 1540, setil alkohol, GMS, emulgid3. Zat terbagi halus: veegum, bentonitPerbandingan jumlah emulgator yang digunakan dapat dihitung melalui perbandingan HLB. Misalnya Emulgator yang diperlukan 7 gram, Ariacel 80 HLB 4.3, Tween 80 HLB 15.0, HLB butuh minyak 12.1, maka perbandingan Ariacel 80 dan Tween 80 yang diperlukan:

Ariacel 80 HLB 4.3Tween 80 HLB 15.012.12.97.810.7

Ariacel 80 = x 7 gram = 1.89 gram

Tween 80 = x 7 gram = 5.11 gram

E. Humektan atau pembasah diperlukan karena mayoritas obat di krim adalah hidrofob. Pemilihan humektan didasarkan pada sifatnya untuk menahan air dan efeknya terhadap viskositas dan konsistensi produk akhir. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai humektan pada krim adalah: gliserol, propilenglikol, sorbitol, dan makrogol dengan BM rendah.F. Pada penimbangan perlu dilebihkan sebanyak 10% atau 5% untuk mengantisipasi adanya massa yang terbuang selama pembuatan krim.

G. Pembuatan krim sebaiknya dilakukan secara aseptik, semua alat yang dibutuhkan harus direbus dalam air dan kemudian didinginkan dan dikeringkan (steril).

H. Pembuatan krim biasanya dilakukan dengan metode pelelehan atau triturasi. Pada metode pelelehan, zat aktif yang akan digunakan ditimbang dan digerus halus sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki. Basis semisolida yang tahan pemanasan dipanaskan di atas penangas air hingga di atas suhu leleh (sampai lumer). Untuk sediaan krim pemanasan fasa air dan minyak dilakukan terpisah masing-masing dilakukan pada suhu 70oC. Setelah dipanaskan masukkan ke dalam mortir hangat (dengan cara membakar alkohol di dalam mortir), aduk homogen, hindari adanya gelembung udara, sampai dingin dan terbentuk masa semisolida. Yang penting dalam metode ini adalah zat aktif harus stabil terhadap perubahan suhu pada saat pemanasan. Untuk zat aktif yang tidak stabil pada suhu, dapat menggunakan metode triturasi, dimana zat yang tidak larut didistribusikan dengan sedikit basis atau dengan salah satu zat pembantu, lalu ditambahkan sisa basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dulu zat aktif kemudian dicampurkan dengan basis yang akan digunakan.

I. Jika krim diwadahkan dalam tube alumunium, maka tidak boleh digunakan pengawet senyawa raksa organik karena akan terbentuk kompleks pengawet aluminium dan untuk mengatasinya tube harus dilapisi dengan bahan yang inert. Untuk itu, saat memasukkan krim ke dalam tube, krim dimasukkan beserta kertas perkamennya, untuk melindungi dari dinding tube, dan juga bisa ditambahkan zat pengkhelat.

J. Untuk tube yang mudah berkarat, maka bagian tube sebelah dalam harus dilapisi dengan larutan dammar dalam pelarut mudah menguap.

K. Pada etiket harus tertera Obat Luar, dan untuk antibiotika harus tercantum daluarsanya. Pada etiket tercantum:1. Bila perlu, bahwa krim tersebut steril.2. Tanggal kadaluarsa, dimana krim tidak boleh digunakan lagi.3. Kondisi penyimpanan.4. Pada label dicantumkan nama dan konsentrasi antimikroba sebagai pengawet yang ditambahkan.

L. Krim sebaiknya disimpan pada suhu tidak lebih dari 25oC, kecuali dinyatakan lain oleh produsen. Krim tidak boleh didinginkan.

M. Wadah tertutup rapat, sehingga mencegah penguapan dan kontaminasi dari isinya. Bahan dan konstruksinya harus tahan terhadap sorpsi atau difusi isinya.

N. In Process Control (IPC) yang dilakukan adalah homogenitas.

O. Pada evaluasi sediaan dilakukan:1. Evaluasi fisika. Penampilan (nondestruktif)b. Homogenitas (nondestruktif)c. Viskositas dan rheologi (destruktif)d. Ukuran partikel (destruktif)e. Stabilitas krim (destruktif)f. Isi minimum (nondestruktif)g. Penentuan tipe emulsi (destruktif)h. Penetapan pH (destruktif)i. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan (destruktif)j. Uji kebocoran tube (nondestruktif)2. Evaluasi Kimiaa. Identifikasi (destruktif)b. Uji penetapan kadar (destruktif)3. Evaluasi BiologiPenetapan potensi antibiotik (destruktif)

PERMASALAHAN YANG BERUPA KERUSAKAN KRIM A. Cracking, yaitu koalesen dari globul yang terdispersi dan pemisahan fase terdispersi membentuk lapisan yang terpisah. Penyebab cracking adalah penambahan emulgator dengan tipe berlawanan dan dekomposisi atau pengendapan emulgator. Penyebab lainnya adalah penambahan larutan dimana fase terdispersi dan pendispersinya dalam bentuk terlarut pada sistem satu fasa yang merusak emulsi, aksi mikroba (jamur dan bakteri) dan inkorporasi dari fase terdispersi yang berlebihan Jika partikel dari fase terdispersi berbentuk sferis dan seragam maka volumenya tidak akan melebihi 74% dari volume total emulsi, tetapi kebanyakan bentuk partikel tidak sferis dan tidak seragam maka volume yang terjadi lebih dari 74% dari volume total sehingga terjadi cracking.

B. Creaming, terjadi emulsi yang terkonsentrasi sehingga membentuk krim pada permukaan emulsi. Creaming dapat diminimalkan dengan:1. Mengurangi ukuran partikel terdispersi dan distribusi ukuran globul2. Meningkatkan viskositas fase pendispersi untuk mempertahankan pergerakan globul3. Disimpan ditempat sejuk

C. Flokulasi (agregasi), merupakan agregasi yang reversibel dari droplet fase dalam berbentuk cluster 3 dimensi. Flokulasi disebabkan oleh kurang emulgator.

GEL

Zat aktifLarut air/alkoholhidrogelorganogelTdk larut air/alkoholTingkatkan kelarutanKelarutan meningkatTITIK KRITISA. Tujuan pembuatan sediaan topikal berupa gel transdermal adalah untuk menghindari efek samping yang timbul pada penggunaan oral yaitu iritasi saluran pencernaan.B. Umumnya sediaan gel merupakan golongan obat kerasC. Farmakologi : 1. indikasi hendaknya disampaikan juga mekanisme kerja2. hati-hati pada tahap posologi D. ZA sukar larut dalam air atau alkohol coba cari pustaka seperti TA atau Tesis.Contoh : Piroksikam sukar larut dalam air maupun alkohol, sesuai pustaka TA dan Tesis dibuat garamnya yang larut dalam air dengan penambahan trietanolamin (TEA)E. Basis yang biasa digunakan yaitu karbopol. Karbopol dengan konsentrasi 0,5% sudah membentuk sediaan yang baik. Gelling agent turunan selulosa seperti HPMC harus didispersikan satu hari dan tampilannya agak lengket.

PEMILIHAN GELLING AGENT

Gelling agentpertimbanganpHInkompatibilitasHargaStabilitasViskositas optimalzat aktif &eksipien lainKonsentrasi rendahKarakteristik yang diinginkan

FORMULASI UMUM- Zat aktif- Basis gel- Peningkat penetrasi- Peningkat konsistensi- Pengawet- Pendapar- Pelembab- Antioksidan- Pengompleks

IPC Gel : homogenitas

BAHAN TAMBAHANA. PengawetMeskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :1. Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v2. Na alginat : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v3. Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v4. Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v5. MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v6. Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v7. Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunakan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet.

B. Penambahan Bahan higroskopisBertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %

C. Chelating agentBertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitif terhadap logam berat. Contohnya EDTA.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM FORMULASI (Diktat Kuliah)A. Bobot basis hendaknya dibuat lebih dari 10% karena berdasarkan pengalaman dari peserta ujian sebelumnya nilai lebih sejumlah 10% dikhawatirkan tidak cukup untuk sediaan yang akan diserahkan dan sediaan untuk uji.B. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.C. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).D. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.E. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.F. Viskositas sediaan gel yang tepat, saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.G. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.H. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel)I. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

PASTA

Soal pastaData monografi ZABentuk aktifBentuk tidak aktifGanti dengan bentuk aktifData farmakologiNon sterilSterilPemilihan basis

Basis-basis pasta menurut Aulton, Pharmaceutical Prcatice, p 125-126 adalah basis hidrokarbon, basis absorpsi, basis air-misibel, dan basis larut air. Basis dipilih berdasarkan kompatibilitas dengan zat aktif, maksud penggunaan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Formula umum : R/ Zat aktifBasisZat tambahan ZA untuk sediaan topikal harus dalam bentuk aktifnya. Data tersebut dapat dilihat dari data farmakokinetikanya. Jika ZA tidak dalam bentuk aktif maka harus dirubah kedalam bentuk aktifnya terlebih dahulu.B. IPC : homogenitas C. Stabilitas : terhadap suhu----berkaitan dengan cara pembuatan

HAL-HAL PENTING (SAMA DENGAN SALEP)A. Aturan umum salep1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah. Umumnya kelarutan obat yang ditambahkan dalam salep lebih besar dalam minyak lemak daripada dalam vaselin.2. ZA mudah larut dalam air dan stabil-----dilarutkan dalam air, ditambahkan bagian dasar salep yang lain.3. ZA tidak cukup larut dalam air------diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan 100.4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.(Van Duin hal 115-122, Ilmu Meracik Obat hal. 55)

B. Basis salep ada 4 yaitu dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Pemilihan basis salep berdasarkan pada laju pelepasan dan jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep. (Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 502-507)

C. Teknik pembuatan 1. Pencampuran dengan peleburan (Metode fusion)----zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama(harus diperhatikan stabilitas zat aktif terhadap suhu)2. Pencampuran dengan triturasi (Metode triturasi)----ZA tidak larut dicampur sedikit basis dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Atau ZA dilarutkan dalam pelarut organik terlebih dahulu kemudian dicampur basis yang digunakan.(Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan farmasi, hal.506-510)

D. Untuk zat aktif yang larut air dan membentuk larutan stabil, larutkan dalam volume minimum air. Campuran dicampur secara kontinyu sampai basis mengental.

E. Untuk zat aktif yang tahan panas dapat segera dicampurkan sedikit demi sedikit dengan basis salep yang masih cair dalam lumpang.

F. Untuk zat aktif yang tidak tahan panas, basis salep dituang kedalam lumpang untuk didinginkan terlebih dahulu sambil diaduk sebelum dicampur.

G. Bila zat aktif berada dalam keadaan terdispersi dalam basis, maka setelah digerus kemudian diayak dengan pengayak mesh 200, baru kemudian ditimbang. (Lachman, Theory&Practice Industrial Pharm., hal.544)

PERHITUNGANZA ditimbang dalam jumlah 5% berlebih untuk mencegah kemungkinan berkurangnya kadar dalam sediaan akibat proses pembuatan ataupun dalam penyimpanannya. Basis salep ditimbang sedikit berlebih jika dilakukan pengembangan sebelum pencampuran.27