Group Think
-
Upload
pinky-maharani -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Group Think
GROUPTHINK
Teori Groupthink digagaskan oleh Irving Janis. Groupthink menurut Janis adalah suatu model
berpikir yang diterapkan oleh orang-orang yang terlibat secara mendalam dalam suatu kelompok
yang kohesif, dimana para anggotanya ingin mencapai unanimity sehingga menghilangkan motivasi
mereka untuk menilai secara realistis rangkaian tindakan lainnya.
Di dalam kelompok ada yang disebut dengan kohesivitas (cohesiveness), yaitu batasan di
mana anggota-anggota kelompok bersedia untuk bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya.
Secara sederhanya, kohesivitas bisa diumpamakan sebagai rasa kebersamaan dalam kelompok. Rasa
kebersamaan ini dapat muncul dari sikap, nilai, dan pola perilaku kelompok. Kelompok dapat
dikatakan kohesif jika antara anggota yang satu dengan anggota yang lain ada rasa saling tertarik
dari segi sikap, nilai dan pola perilaku. Kelompok dengan kohesivitas tinggi terkadang sering gagal
dalam memikirkan alternatif tindakan lain. Hal ini dikarenakan adanya rasa tidak enak jika kelompok
berada dalam suatu keadaan yang tegang sehingga para anggotanya cenderung lebih senang
mempertahankan keadaan kelompok yang “tanpa masalah”, karena semakin kohesif suatu
kelompok, semakin kuat tekanan pada anggotanya untuk memelihara kohesivitas.
Dalam groupthink, pemikiran anggota kelompok berusaha untuk meminimalkan konflik dan
mencapai konsensus tanpa pengujian secara kritis, analisis yang tepat, dan mengevaluasi ide-ide dari
luar kelompok. Kreativitas individu, keunikan, dan cara berpikir yang independen menjadi hilang
karena mengejar kekompakan kelompok. Dalam kasus groupthink, anggota kelompok
menghindari untuk mengutarakan sudut pandang pribadi di luar zona konsensus berpikir
kelompoknya. Motif ini dilakukan anggota kelompok agar tidak terlihat bodoh, atau keinginan
untuk menghindari konflik dengan anggota lain dalam kelompok. Groupthink dapat
menyebabkan suatu kelompok membuat keputusan secara tergesa-gesa dan membuat
keputusan yang tidak rasional. Dalam groupthink, pendapat individu disisihkan karena
dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan kelompok.
Groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan menekankan pada proses
kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih spesifik terletak pada proses
pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar kemungkinannya akan menghasilkan
keputusan yang buruk dengan akibat yang sangat merugikan kelompok.Selanjutnya diperjelas oleh
Janis, bahwa kelompok yang sangat kompak dimungkinkan terlalu banyak menyimpan atau
menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompok ini, sehingga mengorbankan
proses keputusan yang baik dari proses tersebut.
Asumsi-asumsi dalam teori groupthink diantaranya:
1. Terdapat kondisi-kondisi didalam kelompok yang menyebabkan kosehivitas tinggi.
Anggota kelompok memiliki sentiment yang sama dan cenderung memelihara identitas
kelompok. Maksudnya, jika suatu kelompok berada dalam suatu kondisi yang stabil dimana
anggota-anggotanya dapat dengan mudah berinteraksi satu sama lain, maka satu sama lain
dari anggota kelompok tersebut akan saling mengetahui sifat, nilai dan perilaku dari anggota
yang lainnya yang akan memicu terjadinya kohesivitas.
2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
Biasanya memelihara persatuan adalah hal penting karena berkaitan dengan keutuhan dari
kelompok. Individu seharusnya tak mempersulit proses pengambilan keputusan di dalam
kelompok. Ketika kohesivitas sudah tinggi, maka akan ada kesamaan persepsi dan perasaan
mengenai suatu masalah, sehingga dalam penyelesaiannya mereka akan cenderung
memelihara kestabilan kelompok daripada memperpanjang ketegangan dengan
memberikan masukkan yang lain. Para anggota kelompok cenderung akan bersikap baik dan
tidak ingin mengganggu jalannya pengambilan keputusan. Di sini, terdapat istilah affiliative
constraints yang berarti bahwa anggota kelompok lebih memilih untuk menahan
pendapatnya karena takut ditolak. Hal tersebut menyebabkan kecenderungan dari anggota
kelompok untuk memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan kelompok daripada
menaruh perhatian pada isu yang sedang dibicarakan/dipertimbangkan. Oleh karena itu
anggota kelompok akan mengikuti keputusan dari pemimpin ketika pengambilan keputusan
tiba.
3. Kelompok dan penyatuan keputusan oleh kelompok seringkali bersifat kompleks.
Asumsi ketiga ini menggarisbawahi sifat-sifat kelompok dan bagaimana kompleksnya proses
pemecahan masalah dan menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok. Kelompok, dalam
menyelesaikan masalah dan tugas haruslah mampu menemukan alternatif dan
membedakan masing-masing alternatif tersebut dari segi baik dan buruknya. Anggota
kelompok juga tidak hanya memahami tugas yang sedang mereka kerjakan, tetapi juga
memahami masukkan dari orang-orang mengenai tugas tersebut. Dalam pengambilan
keputusan, terdapat dua konsep penting yaitu: (1) homogenitas. Yaitu kemiripan dalam
kelompok. Kelompok yang memiliki homogenitas tinggi, akan lebih kondusif terhadap
groupthink. (2) Proses yang dianggap penting daripada hasil yang efektif. Dalam
pengambilan keputusan sebenarnya proses lebih penting daripada hasil yang dicapai.
Karena, misalnya, dalam proses tersebut, anggota kelompok dapat mempelajari banyak sisi
negatif dan positif dari suatu alternatif yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk masalah-masalah selanjutnya. Dan dari proses tersebut itulah nantinya akan
ditemukan suatu kesepakatan yang tidak akan menyinggung pihak manapun jika memang
semua anggota kelompok memberikan masukkannya terhadap masalah yang sedang
dibahas.
Penyebab groupthink
1. Group Cohesiveness/Kohesivitas Kelompok. Yang perlu diingat adalah bahwa kohesivitas
antara satu kelompok akan berbeda dengan kelompok lainnya. Dalam beberapa kelompok,
kohesi dapat menuntun pada perasaan positif mengenai pengalaman kelompok dan anggota
kelompok lain. Kelompok yang tingkat kohesivitasnya tinggi mungkin akan lebih antusias
mengenai tugas-tugas mereka dan anggotanya akan dianggap mampu untuk menyelesaikan
tugas-tugas lain. Tetapi di sisi lain, kelompok yang sangat kohesif juga menghasilkan hal yang
mengganggu groupthink. Menurut Janis, kelompok dengan kohesivitas tinggi memberikan
tekanan yang besar pada anggota kelompoknya untuk menaati standar kelompok karena
ketika kohesivitas tinggi, maka euforia dari kohesivitas tersebut akan mematikan alternatif
lain yang bisa muncul. Hal ini ditandai dengan enggannya para anggota kelompok yang lain
untuk mengemukakan pendapatnya ataupun keberatan mereka mengenai solusi yang ada.
2. Faktor Struktural. Menurut Janis, karakteristik struktural yang spesifik (yang berupa
kesalahan) akan mendorong terjadinya groupthink. Faktor-faktor ini termasuk: (1) group
insulation yaitu kemampuan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh dunia luar. Kelompok
akan kebal terhadap pengaruh dari luar meskipun mereka sering bertemu dengan banyak
orang di luar kelompok mereka, ataupun terdapat orang luar kelompok yang ada dalam
organisasi tetapi tidak dimintai partisipasinya. (2) lack of impartial leadership yang berarti
bahwa anggota-anggota kelompok dipimpin oleh seorang yang memiliki mniat pribadi
terhadap hasil akhir dari pengambilan keputusan kelompok tersebut. (3) lack of decision
making procedures beberapa kelompok memiliki sedikit (jika ada) prosedur untuk
mengambil keputusan. Menurut Dennis Gouran dan Randy Hirokawa, jika suatu kelompok
menyadari adanya masalah, mereka masih harus mencari tahu penyebabnya dan sejauh apa
masalah itu. Oleh karena itu, kelompok padat dipengaruhi oleh suara-suara yang dominan
dan mengikuti mereka yang memilih untuk mengemukakan pendapatnya.
3. Group Stress (Tekanan Kelompok). Tekanan kelompok dapat berupa tekanan internal dan
eksternal. Kedua-duanya dapat memunculkan groupthink. Tekanan eksternal dan internal
kelompok merupakan penggunaan tekanan terhadap kelompok dengan membuat isu yang
berasal dari dalam kelompok maupun dari luar kelompok. Ketika pembuat keputusan
mendapatkan tekanan yang berat baik dari dalam maupun luar kelompok, dia cenderung
tidak dapat menguasai emosi. Ketika tekanan tinggi, biasanya kelompok akan mengikuti
pimpinan mereka dan menyatakan keyakinan mereka terhadap pilihan mereka itu.
Gejala Groupthink
Concurrence seeking. Merupakan usaha-usaha untuk mencari kesepakatan bersama dalam
kelompok. Ketika concurrence seeking telah berjalan terlampau jauh, maka menurut Janis hal
tersebut akan menimbulkan gejala groupthink. Ada tiga kategori gejala dari groupthink:
1. Overestimation of the group yaitu keyakinan yang keliru bahwa suatu kelompok itu lebih
baik dari dirinya (seorang anggota kelompok) yang sebenarnya. Terdapat dua gejala spesifik
dari kategori ini yaitu illusion of invulnerability adalah keyakinan kelompok bahwa mereka
cukup istimewa dalam mengatasi tantangan atau masalah apapun, belief in the inherent
morality of the group yaitu asumsi bahwa anggota-anggota kelompok adalah orang-orang
yang bijaksana dan baik oleh karena itu keputusan yang mereka buat juga akan baik.
2. Close-minded merupakan kondisi dimana suatu kelompok tidak menghargai perbedaan yang
ada antara individu yang satu dengan yang lain dalam suatu kelompok dan ini akan
membawa kelompok pada keputusan yang tidak baik. Kategori ini memiliki dua gejala
spesifik yaitu out-group stereotypes yang merupakan persepsi stereotip mengenai lawan
atau musuh yang menekankan fakta bahwa lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh untuk
membalas taktik yang ofensif, collective razionalization merujuk pada situasi di mana
anggota-anggota kelompok tidak mengindahkan peringatan yang dapat mendorong mereka
untuk mempertimbangkan kembali pemikiran dan tindakan mereka sebelum akhirnya
menemukan keputusan akhir.
3. Pressure toward uniformity, suatu keadaan yang terjadi ketika para anggota kelompok
berusaha untuk menjaga hubungan baik antar anggota yang akan memungkinkan para
anggota kelompok terlibat dalam groupthink. Terdapat empat gejala yaitu self-censorship
yang merujuk pada kecenderungan pada anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan
mereka dan adanya argumen-argumen yang menentang, illusion of unanimity yaitu
keyakinan bahwa diam merupakan tanda setuju, self-appointed mindguards dimana
anggota kelompok akan menjadi kelompok dari informasi yang tidak mendukung demi
menjaga kepentingan terbaik kelompok mereka, pressures on dissenters yang merupakan
pengaruh langsung terhadap para anggota kelompok yang menyumbangkan pendapat yang
bertolakbelakang dengan pendapat kelompok.
Cara menghindari groupthink
1. Meningkatkan pengambilan keputusan dalam kelompok dengan menerapkan supervisi dan
kontrol eksternal. Menurut Janis, kelompok perlu menekankan bahwa pembuat keputusan
kunci akan bertanggung jawab atas tindakan mereka dan ini harus dilakukan sebelum
kelompok memulai pertimbangan mereka mengenai isu-isu tertentu.
2. Mendukung adanya pelaporan terhadap kecurangan (whistle-blowing) dalam kelompok.
Maksudnya, para anggota kelompok harus dimotivasi untuk menyuarakan keberatan mereka
dibandingkan dengan menerima mentah-mentah suatu pendapat.
3. Menerima adanya keberatan di dalam kelompok. Kelompok harus mengizinkan adanya
conscientious objector yaitu penolakan dari anggota kelompok untuk berpartisipasi karena
melanggar nurani pribadi.
4. Menyeimbangan konsensus dan suara mayoritas. Kelompok tidak seharusnya mencari
konsensus karena konsensus menuntut semua anggota kelompok untuk setuju akan sebuah
keputusan dan anggota-anggota kelompok seringkali merasa tertekan untuk sepakat,
sebaiknya kelompok berusaha untuk mencapai suara mayoritas untuk kesepakatan bersana
agar kelompok tersebut dapat berfungsi sebagai sebuah tim.