GraviMetri
-
Upload
devri-windi-sari -
Category
Documents
-
view
67 -
download
2
description
Transcript of GraviMetri
1
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia analitik adalah Cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan
cara cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia. Analisis
kimia diperoleh dengan dua metode yakni: analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Kedua metode analisis ini memiliki tujuan penggunaan yang berbeda.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan suatu sampel
sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menetapkan jumlah zat yang
terdapat dalam suatu sampel. Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan
dalam melakukan analisis secara kuantitatif. Di antaranya dengan analisis
gravimetri, analisis volumetri, dan analisis menggunakan instrumentasi
(spektrokimia).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis
gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya.
Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah
bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan
unsur atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni
dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui beratnya tetapnya. Berat unsur atau
gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa atau berat atom
penyusunnya.
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan.
Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu
maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yangpaling meluas
penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya.
1.2 Tujuan
Mengetahui prinsip dasar analisis gravimetri
2
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
BAB II
ISI
2.1 Teori Pengendapan
Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik
untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan
cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni, setelah melalui proses
pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu
unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis
gravimetri meliputi transformasi unsure atau radikal senyawa murni stabil yang
dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen
dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor dapat digunakan, Zat ini mempunyai ion
yang sejenis dengan endapan primernya. Postpresipitasi dan kopresipitasi
merupakan dua phenomena yang berbeda. Sebagai contoh pada postpresipitasi,
semakin lama waktunya maka kontaminasi bertambah, sedangkan pada
kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi bertambah akibat pengadukan larutan
hanya pada postpresipitasi tetapi tidak pada kopresipitasi (Khopkar, S. M,1990).
Dalam analisis Gravimetri terdapat tiga metode yang digunakan yaitu :
metode pengendapan, metode penguapan, dan metode elektrolisis. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen
dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan. Untuk metode
pengandapan prinsip kerjanya yaitu senyawa yang akan dianalisis diendapkan
dengan menambahkan pereaksi yang sesuai dan selanjutnya dipisahkan
endapannya. Untuk metode Penguapan prinsipnya yaitu zat yang mudah menguap
diadsorpsi dengan adsorben yang sesuai, dimana sebelumnya bisa ditambahkan
pereaksi untuk membuat suatu zat menjadi lebih mudah menguap atau lebih sulit
menguap. Untuk metode elektrolisis prinsipnya senyawa ion yang akan
diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada elektrode-elektrode yang sesuai
(Day dan Underwood, 2001).
3
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Metode gravimetri ditujukan untuk memisahkan suatu sampel menjadi
komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses dimana zat yang dipisahkan
itu digunakan untuk membentuk suatu fase baru yaitu endapan padat zat yang
sukar larut dalam air (mengendap) berada dalam kesetimbangan dengan ion-
ionnya yang larut dalam air.
Dalam analisis melalui pengendapan untuk mendapatkan endapan yang
sempurna maka dilakukan penambahan ion sejenis. Adanya ion sejenis dalam
larutan menyebabkan kelarutan menjadi lebih kecil. Larutan jenuh adalah suatu
keadaan ketika suatu larutan telah mengandung suatu zat dengan konsentrasi yang
maksimum. Nilai konsentrasi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu zat inilah
yang dimaksud dengan kelarutan. Larutan yang masih bisa melarutkan zat terlarut
disebut larutan kurang jenuh. Larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terbentuk endapan disebut larutan lewat jenuh. Semakin besar kelarutan
suatu zat, makin zat tersebut larut (Day dan Underwood, 2001).
Prinsip dasar dalam anlisis gravimetri :
1. Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stokiometri
reaksi pengendapan,
2. Secara umum dinyatakan dengan persamaan :aA + pP → AaPp
3. “a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien
reaksi setara dari reaktanpengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari
zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat
ditentukkan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan.
4. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar
dicapai proses pengendapanyang sempurna.
5. Misalnya, pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap
ion oksalat C2O42- dapatdinyatakan dengan persamaan reaksi berikut :
Ca2+ + C2O4
2- → CaC2O4 (s)
6. Reaksi yang menyertai pengeringan :CaC2O4 (s) → CaO (s) + CO2 (g) + CO
(g)
7. Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil
yang mendekati nilai sebenarnya, harus dipenuhi 2 kriteria :
4
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
a. Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya
berlangsung sempurna.
b. Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan
memiliki tingkat kemurnianyang tinggi, tidak bercampur dengan zat
pengotor.
Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika persyaratan berikut dapat
terpenuhi:
1. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa
analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat
diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut.
2. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan
(dengan penyaringan).
3. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu
(dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni
atau dapat dimurnikan lebih lanjut (Vogel, 1990).
Kelebihan cara analisis gravimetri dibanding volumetri adalah bahwa
penyusun yang dicari dapat diketahui pengotornya jika ada; dan bila diperlukan
dapat dilakukan pembetulan (koreksi). Kekurangan atau kejelekan dari metode
gravimetri adalah cara ini sangat memakan waktu (time consuming) (Gandjar dan
Rohman, 2007).
2.2 Harga Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas.
Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut
dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh
(Yazid, 2006).
Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam
jumlah maksimal, sehingga tak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada keadaan
ini terjadi kesetimbangan antara solut yang larut dan yang tak larut atau kecepatan
pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan (Yazid, 2006).
5
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Larutan tak jenuh adalah suatu larutan yang mengandung jumlah solut lebih
sedikit (encer) dari pada larutan jenuhnya. Sedangkan larutan lewat jenuh
mengandung solut lebih banyak (pekat) dari pada yang ada dalam larutan
jenuhnya pada suhu yang sama (Yazid, 2006).
Larutan lewat jenuh tidak berada dalam kesetimbangan melainkan dalam
sistem menstabilkan. Larutan ini biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh
pada suhu lebih tinggi. Larutan ini sangat jenuh dan tidak stabil, karena bila
sebutir saja dari kristal zat yang sama ditambahkan akan ada tambahan solut yang
mengendap pada inti kristal sampai larutan menjadi jenuh (Yazid, 2006).
Hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu
adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan bilangan yang sama dengan
jumlah masing-masing ion yang bersangkutan. Kelarutan merupakan jumlah zat
yang terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan
jenuh. Sedangkan hasil kali kelarutan merupakan hasil akhir yang dicapai oleh
hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang
hanya sedikit larut dalam larutan tersebut (Keenan, 1991).
Banyaknya hubungan numeris yang memerikan larutan garam-garam yang
sedikit dapat larut, serupa dengan hubungan yang digunakan dalam mempelajari
tetapan pegionan asam dan basa lemah. Misalnya dalam suatu tetapan pengionan,
haruslah diketahui konsentrasi ion dalam larutan agar harga tetapan hasil kali
kelarutan dapat dihitung. Banyaknya mol perliter ion-ion yang ada dapat
disimpulkan dari banyak mol garam yang terlarut dalam satu liter larutan
(Petrucci,1987).
Walaupun kelarutan senyawa ion tertentu, dapat juga berkurang bila dalam
larutan terdapat ion sejenis yang berasal dari senyawa lain yang disebut sebagai
pengaruh ion sejenis. Dengan menggunakan Ksp, dapat dihitung kelarutan
senyawa dalam larutan yang mengandung ion sejenis. Konsentrasi suatu ion
dalam larutan bergantung pada jumlah totalnya, tanpa membedakan asalnya.
Sebagai contoh larutan yang mengandung NaCl dan AgCl, maka konsentrasi Cl-
6
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
adalah jumlah yang berasal dari NaCl dan AgCl, sedangkan Ag+ hanya dari AgCl
(Syukri, 1999).
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat terutama ion-ion
dalam campuran itu. Ada perbedaan mencolok antara efek yang disebut ion sekutu
dan ion asing. Ion sekutu adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan
endapan (Svehla, 1985).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yakni (Day dan
Underwood, 1989):
1. Temperatur, kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala
endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan
penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh
faktor suhu.
2. Sifat pelarut, garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya
kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan
dua zat.
4. Efek ion sejenis, kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut
mengandung satu ion-ion penyusun endapan.
5. Pengaruh aktivasi.
6. Pengaruh pH, kelarutan dari garam asam lemah bergantung pada pH larutan,
misalkan : oksalat, ion H+ bergabung dengan ion C2O4-2 membentuk H2C2O4
sehingga menambah kelarutan garamnya. Pemisahan logam mengalami
hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
7. Pengaruh hidrolisis, jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan
menghasilkan perubahan (H+). Kation dari spesies garam mengalami
hidrolisis menambah kelarutannya.
8. Efek kompleks, kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi
konsentrasi yang menghasilkan kompleks dengan kation garam tersebut.
Dalam perhitungan yang dilakukan sampai sejauh ini, kita menganggap
bahwa semua zat yang terlarut berada dalam larutan sebagai kation dan anion
yang terpisah. Dalam banyak hal, anggapan ini tidak berlaku. Apabila
7
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
pembentukan pasangan ion terjadi dalam larutan, konsentrasi ion bebas
cenderung menurun. Ini berarti bahwa banyaknya zat yang harus dilarutkan untuk
mempertahankan konsentrasi ion bebas yang diperlukan untuk memenuhi rumus
Ksp meningkat : kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion
dalam larutan (Petrucci, 1992).
Hubungan hasil kali kelarutan menjelaskan fakta bahwa kelarutan suatu zat
sangat banyak berkurang jika ditambahkan reagen yang mengandung ion sekutu
dengan zat itu. Karena konsentrasi ion sekutu ini tinggi, konsentrasi ion lainnya
harus menjadi rendah dalam larutan jenuh zat itu, maka kelebihan zat itu akan
diendapkan. Jadi, jika salah satu ion harus dikeluarkan dari larutan dengan
pengendapan, reagen harus dipakai dengan berlebihan. Namun reagen yang terlalu
berlebihan lebih banyak buruknya daripada baiknya, karena mungkin akan
memperbesar kelarutan endapan karena pembentukan kompleks (Svehla, 1985).
2.3 Sifat Endapan dan Jenis Endapannya
Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang
secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali
dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu
memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat
dianalisis dengan cara menimbang. Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih
besar dari pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan
tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion
endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan
endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada
suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius
tergantung suhu dekomposisi dari analit. (Underwood. 1998).
Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
- Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi, biasanya
berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat berupa
anorganik maupun organik
8
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
- Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi
logam sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan. Keadaan optimum
untuk pengendapan Untuk memperoleh keadaan optimum harus mengikuti
aturan sbb:
a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.
b. Peraksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.
c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk
stabil pada temperatur tinggi.
d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan
menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.
e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan
pengendapan ulang.
Menurut Underwood (1998) Syarat- syarat endapan gravimetri:
a) Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan
kesempurnaan pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil
mungkin.
b) Kemurnian endapan (kopresipitasi): Endapan murni adalah endapan yang
bersih, tidak mengandung, molekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya
pengotor atau kontaminan)
c) Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak kecil, halus
melainkan Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar,
tetapi berasal dari analit yang hanya sedikit.
d) Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan
komponen yang dianalisa.
Macam-macam endapan
1. Endapan koloid
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
NaCl akan mengendapkan reagent:
AgCl pembentukan endapan koloid (amorf)
9
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
2. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karen mudah
disaring dan dibersihkan.
3. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Co precipitation). Sumber-sumber
Co prepicitation:1) absorbi permukaan, 2) pembentukan campuran kistal,
30 mekanika.
4. Endapan homogen (homogenous precipitatoin): Endapan homogen adalah
cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengandap tidak
dalam bentuk jadi melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat
menghasilkan pengendap tersebut.
2.4 Aplikasi Pengotoran, Pemurnian dan Pengeringan
2.4.1 Pengotor Endapan
Dalam proses pengendapan sering terjadi pengotor endapan yang
disebabkan oleh terbentunya zat lain yang juga membentuk endapan dengan
pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari yang
sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut
yang digunakan. Zat pengotor tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah:
Pengendapan bersama (simultaneous precipitation). Kotoran mengendap
bersama waktu dengan endapan analit. Contoh: Al(OH) sebagai pengotor
Fe(OH)3.
Pengendapan susulan (post precipitation) adalah kotoran yang
mengendap selag beberapa waktu setelah endapan sampel
terbentuk karena reaksinya lambat. Contoh: campuran Ca
dan Mg, untuk menganalisis kalsium, diendapkan sebagai
oksalat, karena Mg-oksalat pun sukar larut, maka garam ini
pun mengendap tetapi baru kemudian, kadang setelah
berhari-hari
2. Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap
melainkan hanya terbawa oleh endapan analat.
10
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan
pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun
bentuk molekul.
Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut
terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam
BaSO4 pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh
kristal.
Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya tarik
menarik antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan
endapan
Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal
tumbuh terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak
sempat dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam kristal.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi zat pengotor tersebut adalah :
1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan
yang akan mengotori
2. Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang
bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan
mengandung zat itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleai dalam hal ini ion-ion dari
molekul yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan
beberapa ion menjadi butir-butir miniskus (sangat kecil).
Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain
sehingg dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran
lebih besar
2.4.2 Pemurnian
Pemisahan endapan dari larutan tidak selalu menghasilan zat murni
kontaminasi endapan oleh zat lain yang larut dalam pelarut disebut kopresipitasi.
Hal ini berhubungan dengan adsorbs pada permukaan partikel dan
terperangkapnya (oklusi) zat asing selama proses pertumbuhan Kristal dari
partikel primernya. Adsorbsi banyak terjadi pada endapan gelatin dan sedikit pada
11
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
endapan mikrokristal, misalkan AgI pada perak asetat dan endapan BaSO4 pada
alkali nitrat. pengotor dapat juga disebabkan oleh post−¿presipitasi, yaitu
pengendapan yang terjadi pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi pada
zat yang sedikit larut kemudian membentuk larutan lewat jenuh. Zat ini
mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya, misal : pengendapan
CaC2O4 dengan adanya Mg. Magnesium oksalat MgC2O4. Lebih lama waktu
kontak, maka lebih besar endapan yang terjadi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Post−¿presipitasi dan kopresipitasi merupakan dua fenomena yang berbeda.
Sebagai contoh, pada post−¿presipitasi, semakin lama waktunya, maka
kontaminasi bertambah, sedangkan pada kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi
bertambah akibat pengadukan larutan hanya pada post−¿presipitasi, tetapi tidak
pada kopresipitasi. Kemungkinan bertambahnya kontaminasi sangat besar pada
post−¿presipitasi dibanding pada kopresipitasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
a. Keadaan Optimum Untuk Pengendapan
Aturan aturan umum yang diikuti supaya diperoleh keadaan pengendapan yang
optimum adalah sebagai berikut:
1. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan akibat kopresipitasi
2. Pereaksi dicamurkan secara perlahan – lahan dan teratur dngan pegadukan
yang tetap. Hal ini berguna untuk pertumbuhan Kristal yang teratur. Untuk
kesempurnaan reaksi, pereaksi yang ditambahkan harus berlebih. Urutan
urutan pencampuran harus teratur dan sama.
3. Pengendapan dilakukan pada larutan panas, bila endapan yang terbentuk
stabil pada temperatur tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacam
endapan organic.
4. Endapan Kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan
menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya opresipitasi.
5. Endapan harus dicuci dengan larutan encer
6. Untuk menghindari post−¿presipitasi atau kopresipitasi sebaiknya
dilakukan pengendapan ulang.
b. Meminimalkan Kopresipitasi
Prosedur berikut ini digunakan untuk meminimalkan kopresipitasi.
12
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
1. Metode penambahan dari kedua reagen. Jika diketahui bahwa baik sampel
maupun endapan menggandung suatu ion yang mengotori, larutan yang
mengandung ion ini dapat ditambahkan kelarutan lain. Dengan cara ini
konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap-tahap awal
pengendapan. Dalam kasus hidrous oksida, muatan yang dibawa oleh
partikel utam dapat dikendalikan.
2. Pencucian. Pengotor-pengotor yang dapat diabsorbsi dapat dihilangkan
dengan mencuci kecuali mereka terkepung. Dengan endapan mirip dadih
dan yang bersifat gelatin, seseorang harus mempunyai suatu elektrolit dalam
lartan pecucian untuk menghindari peptisasi.
3. Pencernaan, Teknik ini bermanfaan sekali bagi endapan kristalin, cukup
bermanfaat bagi endapan mirip dadih, tetapi tidak digunakan bagi endapan
yang bersifat gelatin.
4. Pengendapn kembali. Jika zatnya bisa langsung dilarutkan kembali (seprti
garam dari asam lemah dalam asam kuat), ia dapat disaring, dilarutkan
kembali, dan di endapakan kembali. Ion yang mencemarkan aka nada dalam
suatu konsentrasi yang rendah selama pengendapan kedua, dan karenanya
jumlah yng lebih kecil akan dikopresipitasi.
5. Pemisahan. Pengotoran itu bisa dipisahkan atau sifat kimianya diubah
dengan suatu reaksi tertentu sebelum endapan terbentuk( Underwood.2002).
c. Pengendapan dari Larutan Homogen
Jika suatu presipitan ditambahkan kedalam larutan (bahkan ketika larutan
tersebut encer dan teraduk hingga baik) akan selalu ada beberapa daerah yang
berkonsentrasi tinggi. Meskipun demikian, dengan menggunakan suatu prosedur
yang mana presipitan tersebut dihasilkan sebagai hasil reaksi yang terjadi dalam
larutan, pengaruh local tersebut dapat dihindari. Teknik ini biasanya disebut
dengan pengendapan dari larutan homogen dan dapat menghasilkan partikel
endapan dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Contoh metode ini yang paling
terkenal adalah penggunaan hidrolisis urea untuk meningkatkan PH dan
mengendapkan oksida hidrat atau garam-garam dari asam lemah (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Urea akan terhidrolisis sesuai dengan reaksi :
13
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Co(NH2)2 + H2O → CO2 + 2NH 3
Hidrolisis ini berjalan lambat pada suhu kamar akan tetapi dapat terjadi
secara cepat pada suhu diatas 100℃. Dengan demikian, PH dapat dikendalikan
dengan baik dalam proses pemisahan dengan mengendalikan suhu dan lamanya
pemanasan. Karbondioksida juga dihasilkan pada hidrolisis urea ini dan
gelembung gelembungnya dapat mencegah terjadinya guncangan (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Pada metode ini, reagen dihasilkan secara lambat oleh reaksi kimia
homogen dalam larutan. Endapannya berkerapatan tinggi dan dapat disaring,
kopresipitasi berkurang kenilai minimumnya. Beberapa contoh pengendapan dari
larutan homogen adalah :
a) Kalsium oksalat diendapkan dengan penetralan suatu larutan asam oksalat
berlebih dengan hidrolisis urea, menurut reaksi:
Ca2−¿¿ + H 2 C2 O4 + Co(NH 2)2 + H 2O → CaC2O4 (S) + CO2 + 2NH 4−¿¿
b) Barium sulfat diendapkan dengan cara ini dengan menghidrolisis asam
sulfamat atau dimetil sulfat. Reaksi hidrolisisnya adalah:
NH 2 SO3H +2 H 2 O → NH 4+¿¿
+ SO42−¿ ¿ + H 3 O+¿¿
¿¿ + 4H 2 O → 2CH 3OH + SO42−¿ ¿ + 2H 3 O+¿¿
Penyaringan
Tujuan penyaringan adalah untuk mendapatkan endapan yang bebas
(terpisah) dari larutan (cairan induk). alat-alat yang digunakan untuk menyaring
a. Kertas saring (pakai corong gelas)
b. Krus GOOCH dilapisi serat asbes
c. Krus penyaring / gelas sinter
Saringan yang digunakan tergantung dari sifat endapan dan juga dari suhu
pengerjaan selanjutnya. Kertas saring dipakai untuk endapan yang gelatinus /
endapan lain yang akan dipijarkan pada suhu tinggi. Krus penyaring serta gelas
sinter hanya digunakan jika endapan dipanasi suhu yang lebih rendah
Pencucian Endapan
14
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Pencucian endapan bertujuan dimaksudkan untuk
membersikan endapan dari cairan induknya yang selalu terbawa.
Adanya cairan ini pada pemanasan akan meninggalkan bahan-
bahan yang tidak mudah menguap, karenanya endapan harus
dicuci sebersih-bersihnya. Larutan yang digunakan untuk
mencuci sedapat mungkin sedikit saja untuk menghindari
adanya endapan yang larut. Untuk mengetahui bersihnya suatu
endapan, dapat dilakukan dengan menguji tapisan dari bahan
pengotor. Lebih baik mencuci berkali-kali dengan sedikit pelarut
dari pada penambahannya sekaligus sebelum cairan pencuci
turun. Syarat cairan pencuci adalah:
Tidak melarutkan endapan tetapi mudah melarutkan kotoran
Tidak menyebabkan disperse pada endapan
Tadak membentuk senyawa yang sukar larut atau menguap
dari endapan
Pada pengeringan endapan, cairan mudah menguap dari
endapan
Tidak mengandung endapam zat-zat yang dapat
mengganggu penyaelidikan tapisan.
Untuk mencuci dapat memakai aquades jika yakin aquades
ini tidak melarutkan endapan serta tidak menyebabkan pestisida
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Jika endapan mudah larut dalam aquades maka sebagai
pencuci ditambahkan ion pembentuk endapan encer saja. Jika
endapan koloidal dan lolos melewati saringan maka ditambahkan
elektrolik yang akan menggupalkan koloid. Larutan pencuciharus
mudah diuapkan. Oleh karena itu sering digunakan garam
ammonium nitrat untuk mencuci endapan feri hidroksida. Dalam
beberapa hal sering juga dipakai suatu larutan yang dapat
mengurangi daya larut dari endapan dan juga mencegah
15
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
peptisida misalnya asam nitrat encer untuk endapan AgCl (Gandjar
dan Rohman, 2007).
Ada juga endapan yang mudah teroksidasi selama
pencucian. Untuk endapan semacam ini tidak boleh dibiarkan
sampai kering dan harus menggunakan larutan pencuci yang
dapat meruba bentuk teroksidasi menjadi bentuk semula. Untuk
endapan yang gelatinus mencucinya harus dengan cara
melimbang (decantation) misalnya pada endapan alumunium
hidroksida. Endapan gelatinus lebih sukar dicuci dari pada
endapan berbentuk hablur seperti kalsium oksalat (Gandjar dan
Rohman, 2007).
2.4.3 Pengeringan
Sebelum endapan ditimbang harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk
yang susunannya tetap. Ini dikerakan dengan cara pengeringan atau
pemanasan/pemijaran. Mana yang akan dilakukan tergantung pada sifat endapan
serta alat penyaring yang digunakan(Gandar dan Rohman, 2007).
Endapan tersebut dikeringksn (drying) jika suhu pemanasannya lebih rendah
dari 250ᵒC, sedang pemijaran dilakukan pada suhu antara 250-1000ᵒC. Endapan
yang akan dikeringkan dikumpulakan dalam krus penyaring. Pengeringan
dilakukan juga dalam krus ini menggunakan almari pengering (thermostatically
controlled electric drying-oven). Pemijaran dilakukan dalam krus porselen untuk
pemijaran endapan yang disaring dalam kertas saring bebas abu. Cara
membakarnya dengan memakai pembakar gas (Bunsen dan Meker) atau
menggunakan dapur/tanur pembakaran (muffle urnace). Jika penyaringannya
pakai kertas harus diperhatikan adakah endapan yang berubah jika dibakar
bersama kertas. Misalnya barium sulfat akan tereduksi oleh arang kertas jadi
barium sulfida sehingga harus dikembalikan sebagai barium sulfat dengan cara
dioksidasi menggunakan asam nitrat (Gandar dan Rohman, 2007).
Pembakaran Endapan bersama kertas saring
16
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Untuk maksud ini digunakan krus porselain atau krus silika. Pertama kali
dicari berat konstan krus. Suhu pemanasan krus sebaiknya sama dengan suhu
pemijaran endapan. Setelah diperoleh berat konstan krus kosong, endapan dalam
kertas diambil dari corong penyaring dan dilipat. Endapan bersama kertas saring
ditaruh dalam krus dan diletakkan di atas segitiga pipa. Krus diletakkan agak
miring dan ditutup agak membuka sedikit. Api pembakar diatur kecil.
Pengeringan berlangsung cepat dan juga jangan sampai kertas megarang (Gandar
dan Rohman, 2007).
Jika kertas mulai kering, api dibesarkan perlahan dan dijaga jangan sampai
kertas menyala. Pemanasan dilanjutkan hingga suhu yang dikehendaki. Pemijaran
endapan berlansung 30-60 menit. Bila pemijaran telah sempurna, krus diambil
dengan tang yang telah dipanasi dahuluagar krus tidak retak. Krus yang masih
panas yang berisi endapan yang masih memijar didinginkan dan dimasukkan
dalam eksikator, setelah dingin ditimbang sampai berat konstan (Gandar dan
Rohman, 2007).
Cara Penguapan/Pengeringan
Dasar dari cara ini adalah penghilangan penyusun (komponen/konstituen) yang
mudah menguap. Ini dilakukan menurut beberapa cara:
2. Pemijaran secara sederhana dalam udara atau dalam aliran gas yang tidak ikut
bereaksi
3. Dengan memakai pereaksi kimia yang dapat mengubah penyusun yang
dikehendaki menjadi lebih mudah menguap
4. Dengan memakai pereaksi kimia sehingga senyawa dapat diubah menjadi
penyusun yang sukar untuk menguap.
2.5 Bobot Tetap dari Endapan
Menurut Sodiq (2004). Adapun perhitungan gravimetri, dimana setelah
sampel berisi analit yang dikehendaki diperoleh, lakukan penimbangan, kemudian
17
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
tahap berikutnya, merubah sampel ke bentuk yang dapat ditimbang (dalam hal ini:
endapan). Bila endapan yang didapat adalah analit yang dikehendaki maka:
% Analit= Berat AnalitBerat Sampel
x100 %
Biasanya endapan yang didapat mengandung analit bersama dengan unsur
lain. Untuk itu, berat analit ditentukan dengan faktor gravimetri.
FG (Faktor Gravimetri)= Ar atau Mr yangdicariMr endapan yangditimbang
Faktor Gravimetri didefenisikan sebagai jumlah berat analit dala 1 gram
berat endapan. Hasil kali dari berat endapan R dengan faktor gravimetri sama
dengan besar analit.
Besar Analit=Berat endapanR x Faktor GravimetriBerat Sampel
x100 %
Contoh Soal :
0,6025 gram sampel garam klorida dilarutkan dalam air,kemudian ditambahkan
larutanperak nitrat berlebih untuk mengendapkan seluruh kloridanya sebagai
endapan perak klorida. Setelah disaring dan dicuci perak klorida yang dihasilkan
adalah 0,7134 gram. Tentukan persentase klorida (Cl) dalam sampel.
Penyelesaian :
Reaksi pengendapan : Ag+ + Cl- AgCl(s)
Faktor Gravimetri = Ar (Cl-) : (AgCl) = 35,45 :143,32
= 0,27
% Cl =0,7134 g x0,27
0,6025 gx100 %
= 31,97 %
2.6 Aplikasi Metode Gavimetri untuk Senyawa Obat
18
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua kation dan anion
anorganik serta zat netral seperti air, belerang dioksida, carbon dioksida, iodium,
dan bahan organik. Misalnya: penetapan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam
keadaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar, nikotin dalam pestisida,
kolesterol dalam biji- bijian dan benzaldehid dalam buah tertentu (Gandar dan
Rohman, 2007).
Contoh penggunaan ananlisis gravimetri:
1. Contoh penetapan gravimetri sederhana
Penetapan kadar Fe dari ferosulfat secara kering tanpa pengendapan. Ika
dipiarkan, hablur ferosulfat akan terurai dan teroksidasi menjadi feri oksida.
FeSO4.7H2O →FeSO4 + 7H2O
FeSO4 →FeO + SO3
FeO + SO3 → Fe2O3 + SO2 atau 4FeO + O2 →2Fe2O3
Prosedur: sediakan beberapa krus porselain bersih dan telah dikonstankan.
Masing-masing krus diisi serbuk hablur ferosulfat yang diselediki (kira-kira
0,3-0,4 gr tiap krus). Berat krus yang berisi hablur dan tutupnya ditimbang
seksama hingga persepuluh miligram. Krus yang berisi hablur dipijarkan, krus
ditutup tapi jangan sampai rapat, lalu dipanasi pelan untuk mengeluarkan air
hablurnya. Jika warna hijau sudah berubah jadi putih kotor, dilanjutkan dengan
pemanasan ditingkatkan suhunya hingga timbul asap putih dari SO2 dan SO3.
Setelah berubah warna jadi coklat merah feri oksida krus dibuka pemanasan
dilanjutkan pada suhu lebih tinggi tanpa tutup selama 15 menit. Tutup juga
dipanasi agar yang melekat terpijar sempurna. Krus beserta tutup diangkat dan
dimasukkan dalam eksikator lalu didinginkan selama 20 menit. Setelah dingin
ditimbang sampai diperoleh berat krus yang berisi sampel yang telah dipijarkan
konstan (Gandar dan Rohman, 2007).
2. Gravimetri dengan pemijaran memakai krus porselain dengan pengendapan.
misalnya pada penetapan barium klorida
19
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Prosedur: Timbang seksama 0,6 gr barium klorida hablur. Larutka dengan 250
ml air dalam gelas piala yang ditutup dengan gelas arloji. Tambahkan 2 ml HCl
pekat dan aduk hingga larut, tutup dengan gelas arloji dan didihkan.
Tambahkan asam sulfat 0,5 N hingga berlebihan (10 ml). Selama penambahan
asam beri kesempatan mengendap dulu sebentar baru dilanjutkan penambahan.
Setelah semua barium terendapkan, tutup kembali dan panasi tapi tidak sampai
mendidih. Jika volime berkurang tambahkan air. Biarkan mengendap
sempurna. Lalu saring barium dengan kertas saring bebas abu dan tapisan di
buang. Endapan dicuci dengan air hingga tapisan tidak memberikan endapan
dengan perak nitrat. Keringkan endapan dan selanjutnya dipijarkan (Gandar
dan Rohman, 2007).
3. Gravimetri memakai pengendap senyawa organik (organic precipitant) dengan
pengeringan
Pereaksi organik yang dipakai dalam pada analisis ini dikenal sebagai endapan
organik. Pemisahan satu atau lebih ion-ion anorganik dari campurannya
dilakukan dengan menambahkan pereaksi organik. Pereaksi organik banyak
digunakan karena bersifat selektif. Beberapa pereaksi yang sering dipakai:
a. Dimetil glioksim dipakai terutama untuk analisis nikel, pereaksi berlebih
harus dihindari untuk menghindari pembentukan endapan pereaksinya
sendiri
b. Cupferron dipakai terutama untuk Fe(III) dan Cu. Ini bermanfaat dalam
kondisi asam, larutan dingin dan endapannya dbakar kemudian disaring
c. Pereaksi 8-hidroksikuinolin terutama untuk Mg yang ditambahkan dalam
keadaan dingin dan endapannya dicuci dengan air hangat lalu dilarutkan
salam asam dan dititrasi
d. 1-nitroso-2-naftol terutama untuk logam Co pada keadaan asam. Kompleks
tersebut dibakar dan ditimbang sebagai Co 3 O 4. Pereaksinya dibuat dalam
asam asetat glasial dan air destilasi
e. Asam kuinaldat terutama untuk Cu, metode ini sensitif dengan
menggunakan pereaksi pengompleks
f. Asam mandelat dipakai untuk analisis Zr, endapan dibakar dan oksidasinya
ditimbang
20
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
g. Asam antranilat dipakai pada beberapa logam biasanya garam natrium
h. Pereaksi salisil dioksim terutama untuk Cu, asam tartrat dipakai sebagai
masking agent. Kompleks tersebut larut dalam alkohol, tapi tidak stabil jika
lebih dari 73 hari. Ditimbang sebagai Cu-salisil-dioksim.
Sebagai contoh penggunaan pengendap organik adalah penetapan garam
nikel. Di sini digunakan pereaksi dimetil glikoksim dalam larutan alkohol
1%.
Prosedur: Timbang seksama 0,3-0,4 gr garam nikel. Larutkan dalam HCl
encer 4-5 ml dan air 150 ml. Didihkan tambah pereaksi dimetil glioksim 70-
80 ml. Segera tambah larutan amonia encer sampai endapan sempurna dari
nikel dimetil glioksim (kompleks warna merah). Diamkan sampai dingin, lalu
saring endapan dengan krus penyaring GOOCH atau gelas sinter. Cuci
endapan dengan air panas hingga tapisan tidak menunjukkan adanya ion Cl.
Endapan dikeringkan dalam almari pemanas pada suhu 100 C sampai berat
konstan.
4. Gravimetri dengan pengendapan memakai oksin
Misalnya penetapan kadar garam aluminium
Al3- + 3C 9 H 7 ON →Al(C 9 H 6 ON) 3↓ + H+
oksin Larutkan 2 gr oksin dalam 100 ml CH3COOH 2 N lalu ditambah
dengan amonia hingga endapan yang terbentuk tidak larut dalam aquadest
dalam labu takar, gojog sampai homogen. Ambil 25 ml larutan yang berisi
bahan sampel dengan pipet volume. Tambahkan 125 ml air taruh dalam gelas
piala pakai tutup gelas arloji panasi pada suhu 50-60 C. Tuang larutan oksin
yang telah dibuat hingga berlebihan. Endapan yang terbentuk berupa
Al(C9H6ON)3 tambahkan 46 gr CH3COOH dalam aquadest sedikit
mungkin, aduk dan dinginkan. Saring dengan krus penyaringsinter. Endapan
dicuci dengan aquadest panas hingga tapisan tidak berwarna. Endapannya
sendiri berwarna kuning, keringkan dalam pemanas listrik sampai berat
konstan. Cara ini diterapkan untuk kation Mg, Cd, Co, Ni, Zn
5. Gravimetri untuk analisis senyawa obat
a. Penentuan asam salisilat
21
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Dengan cara melarutkannya dalam larutan natrium karbonat.
Kemudian menambahkan larutan iodium dan memanaskannya. Endapan
kuning tetraiodofenilenakuinonyang terbentuk selanjutnya disaring, dicuci,
dan ditimbang (Gandar dan Rohman, 2007).
b. Penentuan fenolftalein
Penentuan fenolftalein dalam sediaan obat pencahar melibatkan
pemisahan senyawa ini dengan cara penyarian memakai alkohol. Lalu
pelarut diuapkan sampai kering. Sisanya dilarutkan lagi dalam larutan basa
encer lalu diendapkan lagi sebagai senyawa tetraiodo dengan penambahan
larutan iodium. Hasilnya dikeringkan pada suhu 110 C lalu ditimbang
secara seksama sampai bobot tetap (Gandar dan Rohman, 2007).
c. Penentuan piperazin
Sampel dilarutkan dalam aseton, lalu ditambahkan asam asetat
sehingga diperoleh endapanpiperazin diasetat. Endapan ini disaring
melalui alat penyaring kaca masir, lalu dicuci dengan aseton dan
dikerigkan dalam alat pengering hampa yang berisi asam sulfat pekat
selama satu malam. Hasilnya ditimbang secara seksama sampai bobot
tetap (Gandar dan Rohman, 2007).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stokiometri
reaksi pengendapan,
2. Secara umum dinyatakan dengan persamaan :aA + pP → AaPp
3. “a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah
koefisien reaksi setara dari reaktanpengendap (P) dan AaPp adalah rumus
molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap)
yang dapat ditentukkan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian
dan pengeringan.
22
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
4. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih
agar dicapai proses pengendapanyang sempurna.
5. Misalnya, pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap
ion oksalat C2O42- dapatdinyatakan dengan persamaan reaksi berikut :
6. Ca2+ + C2O4
2- → CaC2O4 (s)
7. Reaksi yang menyertai pengeringan :CaC2O4 (s) → CaO (s) + CO2 (g) +
CO (g)
8. Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil
yang mendekati nilai sebenarnya, harus dipenuhi 2 kriteria :
9. Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya
berlangsung sempurna.
10. Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat
komposisinya dan memiliki tingkat kemurnianyang tinggi, tidak
bercampur dengan zat pengotor.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia, 2001, Penuntun Belajar Kimia Dasar untuk Kimia Larutan,
Citra Bakti, Bandung.
Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima,
Erlangga, Jakarta.
Day & A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam,
Penerjemah : Dr. Ir. Iis Sopyan, M.Eng. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta:Erlangga.
23
GravimetriArif Santoso S.Farm.,Apt
Keenan, C.W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta, Erlangga.
Khopkar, S. M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Petrucci, R. H., 1992, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Sodiq M, Ibnu, M.Si, dkk.2004. Kimia Analitik 1. Universitas Negeri Malang.
Penerbit Jica.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung, ITB.
Svehla, G., 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Vogel.1985.Analisis Anorganik Kualitatif makro dan semimikro.Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka
Yazid, Estien, 2006, Kimia Fisika untuk Paramedis, ANDI, Yogyakarta.