Goodwill

5
Identifiable net assets dan goodwill Seperti pembelian pada umumnya, penerapan metode akuisisi dalam penggabungan usaha juga mengharuskan adanya “sesuatu” yang dibeli. Karena yang dibeli adalah bisnis atau usaha, maka akuisisi berarti mengambil alih asset dan menanggung liabilitas dari bisnis yang diakuisisi. Penting untuk diklarifikasi di awal, istilah asset netto (net assets) dalam konteks penggabungan usaha adalah asset yang diperoleh dikurangi liabilitas yang ditanggung. Istilah ini disebutkan berulang-ulang dalam IFRS 3. Seperti halnya konsiderasi, asset yang diperoleh dan liabilitas yang ditanggung juga harus diukur nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Prinsip nilai wajar ini didasari asumsi, akuisisi bukan merupakan likuidasi, melainkan transaksi sukarela oleh pihak-pihak yang mau dan memiliki informasi yang memadai terkait transaksi yang mereka lakukan. Seperti disinggung sebelumnya, salah satu tahap dalam penerapan metode akuisisi adalah mengidentifikasi, mengukur, dan mengakui asset netto yang diperoleh dan kepentingan non- pengendali (non-controlling interests), jika ada. Tahap “mengidentifikasi” penting untuk dicermati. IFRS 3 membedakan asset yang diperoleh menjadi dua, yang dapat diidentifikasi (identifiable) dengan yang tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable). Penting juga untuk dicermati, asset yang dapat diidentifikasi (identifiable assets) juga mencakup asset tidak berwujud (intangible assets). Di samping itu, ketika “mengidentifikasi”, liabilitas bersyarat (continget liabilities) juga harus diidentifikasi. (Maaf, kalimat saya mengandung kata-kata yang diulang, disengaja untuk memberikan penekanan.) Dalam kaitannya dengan intangible assets dan contingent liabilities, IFRS 3 bahkan mengharuskan acquirer untuk mengidentifkasi, mengakui dan mengukur nilai wajarnya pada tanggal akuisisi, meskipun dalam laporan keuangan terpisah acquiree, item-item intangibles dan contingencies itu tidak dicatat. Lagi-lagi, alasannya adalah karena penggabungan usaha dipandang sebagai pembelian. Implikasinya, semua asset, termasuk intangibles, dan semua liabilitas, termasuk contingencies, harus dianggap sebagai bagian dari bisnis yang dibeli, dan diukur nilai wajarnya.

description

Goodwill

Transcript of Goodwill

Page 1: Goodwill

Identifiable net assets dan goodwill

Seperti pembelian pada umumnya, penerapan metode akuisisi dalam penggabungan usaha juga mengharuskan adanya “sesuatu” yang dibeli. Karena yang dibeli adalah bisnis atau usaha, maka akuisisi berarti mengambil alih asset dan menanggung liabilitas dari bisnis yang diakuisisi. Penting untuk diklarifikasi di awal, istilah asset netto (net assets) dalam konteks penggabungan usaha adalah asset yang diperoleh dikurangi liabilitas yang ditanggung. Istilah ini disebutkan berulang-ulang dalam IFRS 3.

Seperti halnya konsiderasi, asset yang diperoleh dan liabilitas yang ditanggung juga harus diukur nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Prinsip nilai wajar ini didasari asumsi, akuisisi bukan merupakan likuidasi, melainkan transaksi sukarela oleh pihak-pihak yang mau dan memiliki informasi yang memadai terkait transaksi yang mereka lakukan.

Seperti disinggung sebelumnya, salah satu tahap dalam penerapan metode akuisisi adalah mengidentifikasi, mengukur, dan mengakui asset netto yang diperoleh dan kepentingan non-pengendali (non-controlling interests), jika ada. Tahap “mengidentifikasi” penting untuk dicermati. IFRS 3 membedakan asset yang diperoleh menjadi dua, yang dapat diidentifikasi (identifiable) dengan yang tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable).

Penting juga untuk dicermati, asset yang dapat diidentifikasi (identifiable assets) juga mencakup asset tidak berwujud (intangible assets). Di samping itu, ketika “mengidentifikasi”, liabilitas bersyarat (continget liabilities) juga harus diidentifikasi. (Maaf, kalimat saya mengandung kata-kata yang diulang, disengaja untuk memberikan penekanan.)

Dalam kaitannya dengan intangible assets dan contingent liabilities, IFRS 3 bahkan mengharuskan acquirer untuk mengidentifkasi, mengakui dan mengukur nilai wajarnya pada tanggal akuisisi, meskipun dalam laporan keuangan terpisah acquiree, item-item intangibles dan contingencies itu tidak dicatat. Lagi-lagi, alasannya adalah karena penggabungan usaha dipandang sebagai pembelian. Implikasinya, semua asset, termasuk intangibles, dan semua liabilitas, termasuk contingencies, harus dianggap sebagai bagian dari bisnis yang dibeli, dan diukur nilai wajarnya.

Setelah semua asset dan liabilitas diidentifikasi dan diukur nilai wajarnya per tanggal akuisisi—sekali lagi termasuk intangibles dan contingencies, jumlah nettonya disebut identifiable net assets dalam IFRS 3.

Bandingkan identifiable net assets itu dengan konsiderasi yang diserahkan ditambah jumlah kepentingan non-pengendali, jika ada. Konsiderasi yang diserahkan ditambah jumlah kepentingan non-pengendali bisa dianggap sebagai harga dari bisnis yang diakuisisi (acquiree) secara keseluruhan. Jika harga keseluruhan itu lebih besar dari identifiable net assets, artinya investor (acquirer) membeli dengan harga mahal. Selisih harga yang lebih mahal inilah yang dinamakan goodwill.

Sebaliknya, jika identifiable net assets -nya lebih bisar dibandingkan harga keseluruhan, acquirer mendapatkan harga murah, sehingga timbullah keuntungan dari pembelian murah (gain from a bargain purchase). Jika dinyatakan secara matematis, goodwill dapat dinyatakan sebagai berikut:

Godwill = (CT + NCI + PEI) – (INA – TAX)CT = konsiderasi yang diserahkan (consideration transferred) oleh acquirerNCI = jumlah kepentingan non-pengendali (non-controlling interests), jika ada—akan dibahas menyusulPEI = kepentingan ekuitas yang dimiliki sebelumnya oleh acquirer (sebelum kendali diperoleh melalui penggabungan usaha)INA = nilai wajar asset netto yang dapat diidentifikasi (identifiable net assets)TAX = tarif pajak penghasilan perseroan dikalikan selisih nilai wajar dikurangi nilai buku identifiable net assets—akan dibahas menyusul

Page 2: Goodwill

Goodwill dikatakan sebagai sisa (residual) asset acquiree yang tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable) dalam penggabungan usaha karena jumlahnya tergantung kepada pengukuran asset netto yang dapat diidentifikasi.

Goodwill: definisi, pengakuan, dan pengukurannya menurut IFRS 3 (2008)

Dalam IFRS 3 (2008), goodwill didefinisi sebagai, "asset yang merepresentasikan manfaat ekonomi masa depan yang berasal dari asset lainnya yang diakuisisi dalam penggabungan usaha yang tidak dapat diidentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah."

Pada paragraf 32 dinyatakan bahwa entitas pengakuisisi (acquirer) harus mengakui goodwill pada tanggal akuisisi yang diukur sebagai selisih lebih dari (a) dan (b):(a) agregat dari:

1. konsiderasi yang diserahkan, yang pengukurannya diatur dalam IFRS 3 (2008), yang secara umum mengharuskan digunakannya nilai wajar pada tanggal akuisisi.2. Jumlah kepentingan bukan pengendali (non-controlling interest) dalam usaha yang diakuisisi (acquiree), yang pengukurannya diatur dalam IFRS 3 (2008)3. Nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas dalam usaha yang diakuisisi (acquiree) yang sebelumnya sudah dimiliki oleh entitas pengakuisisi (acquirer), jika penggabungan usaha ditempuh secara bertahap.

(b) jumlah netto pada tanggal akuisisi dari asset yang dapat diidentifikasi (identifiable assets) yang diakuisisi dan kewajiban (liability) yang ditanggung, yang pengukurannya diatur dalam IFRS 3 (2008).

Jika penggabungan usaha hanya dilaksanakan dengan pertukaran ekuitas antara entitas pengakuisisi (acquirer) dengan usaha yang diakuisisi (acquiree), atau dengan para pemilik lama dari usaha yang diakuisisi (acquiree), nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas usaha yang diakuisisi (acquiree) mungkin dapat diukur lebih andal (reliable) dibandingkan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas entitas pengakuisisi (acquirer). Jika memang demikian, entitas pengakuisisi (acquirer) harus menentukan jumlah goodwill dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas usaha yang diakuisisi (acquiree), bukan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas yang diserahkan.

Untuk menentukan jumlah goodwill dalam penggabungan usaha tanpa adanya konsiderasi yang diserahkan, entitas pengakuisisi (acquirer) harus menggunakan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas entitas pengakuisisi (acquirer) dalam usaha yang diakuisisi (acquiree) dengan menggunakan suatu teknik penilaian sebagai pengganti nilai wajar pada tanggal akuisisi dari konsiderasi yang diserahkan.

Page 3: Goodwill

Pengertian Goodwill dan Posisinya dalam Neraca Keuangan

Goodwill merupakan aset jangka panjang yang dikategorikan sebagai aset tidak berwujud. Goodwill timbul ketika sebuah perusahaan mengakuisisi bisnis lain secara keseluruhan. Goodwill adalah biaya untuk membeli bisnis dikurangi nilai pasar wajar aset berwujud , aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi, dan kewajiban yang diperoleh dalam pembelian. Jumlah dalam akun Goodwill akan disesuaikan dengan jumlah yang lebih kecil jika ada penurunan nilai yang terjadi terhadap nilai pasar goodwill tersebut yang diakuisisi perusahaan pada saat tanggal pelaporan neraca. Biasanya akun goodwill ini akan muncul pada laporan keuangan konsolidasian Untuk lebih jelasnya saya akan memberikan contoh :

PT Danone mengakuisisi sebuah perusahaan PT.Aqua. Diketahui nilai wajar (fv) dari PT Aqua hanya sebesar Rp.40.000 (Modal saham 30.000 + Laba ditahan 10.000). Tapi biaya yang dikeluarkan untuk membeli PT Aqua tersebut sebesar Rp. 50.000. maka akan ada selisih sebesar Rp 10.000 dari pengakuisisian tersebut. Selisih yang dibayar dengan nilai wajar tersebut merupakan aset yang bernama goodwill Maka cara untuk mencatat transaksi akuisisi perusahaan dengan goodwillnya adalah sebagai berikut :

Modal Saham 30.000 [Debit]Laba ditahan 10.000 [Debit]Goodwill 10.000 [Debit]

Investasi pada PT Aqua 50.000 [Kredit]

Dengan perhitungan :Jumlah yang dibayar – nilai wajar

Maka akan dapat persamaan :Jumlah yang dibayar lebih besar dari nilai wajar, maka goodwillJumlah yang dibayar lebih kecil dari nilai wajar, maka bargain (keuntungan)

Posisinya dalam neraca keuangan adalah sebagai aset tidak lancar tidak berwujud (intangible assets)