Glaukoma Dan Katarak

62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemapuan penglihatan setiap orang dapat di katakan berbeda-beda meskipun dalam keadaan yang normal mereka mempunyai kecenderungan memepunyai tingkat penglihatan yang sama. Namun menjadi berbdeda ketika seseornag tersebut mengalami gangguana pada penglihatan. Sebagian mereka akan mengalami penurunan dan gangguan pada penglihatan mereka. Apalagi masalah kebutaan hal ini meruapak masalah yang kompleks yang terjadi pada penglihatan manusia. Menurut data dari WHO pada tahun 2010 diperkirakan setiap 1 menit ada 1 orang yang mengalami kebutaan di Indonesia. Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1996. Angka kebutaan di indonesia telah mencapai 1,5% atau dapat di katakan lebih dari 2 juta orang di Indonesia mengalami kebutaan . Penyebab utama dari banyaknya kasus kebutaan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh penyakit katarak dengan kasus eebanyak 0,78%, glaukoma sebanyak 0,12%, kelainan retraksi sebanyak 0,14% serta peyakit lain yang berhubngan dengan usia lanjut 0,38%. Glaukoma dan katarak ini merupakan suatu gangguan yang terjadi di penglihatan manusia. 1

description

askep glaukoma dan katarak

Transcript of Glaukoma Dan Katarak

Page 1: Glaukoma Dan Katarak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemapuan penglihatan setiap orang dapat di katakan berbeda-beda

meskipun dalam keadaan yang normal mereka mempunyai kecenderungan

memepunyai tingkat penglihatan yang sama. Namun menjadi berbdeda

ketika seseornag tersebut mengalami gangguana pada penglihatan.

Sebagian mereka akan mengalami penurunan dan gangguan pada

penglihatan mereka. Apalagi masalah kebutaan hal ini meruapak masalah

yang kompleks yang terjadi pada penglihatan manusia. Menurut data dari

WHO pada tahun 2010 diperkirakan setiap 1 menit ada 1 orang yang

mengalami kebutaan di Indonesia. Menurut data Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia pada tahun 1996. Angka kebutaan di indonesia telah

mencapai 1,5% atau dapat di katakan lebih dari 2 juta orang di Indonesia

mengalami kebutaan . Penyebab utama dari banyaknya kasus kebutaan

yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh penyakit katarak dengan kasus

eebanyak 0,78%, glaukoma sebanyak 0,12%, kelainan retraksi sebanyak

0,14% serta peyakit lain yang berhubngan dengan usia lanjut 0,38%.

Glaukoma dan katarak ini merupakan suatu gangguan yang terjadi

di penglihatan manusia. Glaukoma adalah kumpulan penyakit yang

mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan

hilangnya fungsi penglihatan. Glaukoma bukanlah sebuah penyakit,

melainkan kekomplekan dari gangguan tekanan intraokuler yang mana

mempunyai karakteristik gejala peningkatan tekanan intraokular pada

orang dewasa.

Katarak Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa

menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,

sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan

penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan

berkurang.

1

Page 2: Glaukoma Dan Katarak

Kedua gangguan pada mata ini merupakan sebuah gangguan yang

terjadi pada penglihatan manusia namun masih dapat di sembuhkan

dengan di lakukannya penatalksanaan medis pada penderitanya. Sebagi

seoramng perawat kita juga harus dapat melakukan asuhan keperawatan

dengan klien dengan penderita glaukoma dan katarak. Hal ini menjadi

penting karena proses penyembuhan pada klien tersebut, perawat

memegang perana penting dalam pemantauannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definfisi Glaukoma dan Katarak ?

2. Apa saja tipe dan klasifikasi dari Gluokoma dan Katarak ?

3. Bagaimana etiologi dari Glaukoma dan Katarak ?

4. Bagaimana patofisiologi dar Glaukoma dan Katarak ?

5. Apa saja manifestasi klinis dari Glaukoma dan Katarak ?

6. Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien Glaukoma

dan Katarak ?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Dapat melakukan dan memberikan asuhan keperawatan

pada klien dengan ganguan penglihatan yaitu Glukoma dan

Katarak

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Dapat mengetahui definisi dari Galukoma dan Katarak

2. Memahami tipe dan klasifikasi Hlaukoma dan Katarak

3. Mengetahui etiologi dari Glukoma dan Katarak

4. Mengetahu patofisologi dari Glaukoma dan Katarak

5. Memahami manifestasi klinis pada klien dengan Glaukoma dan Katarak

6. Dapat memahami dan mempraktikan penatalaksanaan pada klien

dnegan klien penderita Glaukoma dan Katarak.

2

Page 3: Glaukoma Dan Katarak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Glaukoma

2.1.1. Definisi Galukoma

Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu

kumpulan penyakit yang mempunyai karakteristik umum

neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya f ungsi

penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler adalah satu

dari resiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah

definisi penyakit.

Glaukoma bukanlah sebuah penyakit, melainkan

kekomplekan dari gangguan tekanan intraokuler yang mana

mempunyai karakteristik gejala peningkatan tekanan intraokular

pada orang dewasa.

Normalnya, tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg. Jika

hasil pemeriksaan tekanan bola mata lebih dari 20, maka kita patut

curiga terhadap adanya glaukoma. Apabla hasil menunjukkan

angka lebih dari 25, maka dipastikan orang tersebut terkena

glaukoma.

Untuk mengetahui, seseorang tersebut terkena glaukoma

atau tidak, bisa dengan pemeriksaan tonometri (pemeriksaan

tekanan bola mata). Pengukuran tonometri rutin ini penting, untuk

mengidentifikasi adanya glaukoma sebelum mata terkena bahaya

permanen dari peningkatan tekanan di dalamnya.

Glaukoma biasanya diderita oleh klien yang berumur di

atas 40 th. Pada orang yang memiliki kecenderungan hereditas

glaukoma dalam keluarganya, mereka harus melakukan

pengukuran tonometri ritin setiap hari.(Luckman, 1980).

3

Page 4: Glaukoma Dan Katarak

Pendapat  yang lain mengatakan bahwa Glaukoma adalah

suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,

sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan

penurunan fungsi penglihatan.

Dari beberapa definisi glaukoma diatas, dapat disimpulakan

bahwa glaukoma adalah penyakit mata yang terjadi karena

peningkatan tekanan bola mata dan mempengaruhi kepekaan atau

kejelasan penglihatan.

2.1.2. Tipe Glaukoma

1. Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis

Glaukoma jenis ini umumnya terjadi karena keturunan.

Glaukoma jenis ini sering terjadi pada orang yang mempunyai

sudut ruang terbuka yang normal tapi mempunyai resistensi aliran

aquous humor keluar dari ruang sudut.

2. Glaukoma Sudut Tertutup

Glaukoma jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat

yang maju dari ujung akar dan gulungan iris yang melawan kornea.

3. Glaukoma Sekunder

Glaukoma ini biasa di bangun dari banyak sebab seperti

uveitis, gangguan neuvaskuler, trauma tumor, penyakit degenerasi

mata, dll.

4. Glaukoma Kongenital

Glaukoma ini terjadi di mata selama ada dalam masa awal

tumbuh dan berkembang. Biasanya terlihat selama 6 bulan

kelahiran.

5. Glaukoma Absolut

4

Page 5: Glaukoma Dan Katarak

Glakoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian

glaukoma dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana

tekanan intraokuler meningkat. Aqueous humor  adalah cairan

pada bola mata yang di produksi oleh badan siliari yang

mnerupakan kristal jernih.

2.1.3. Klasifikasi Glaukoma

Banyak sekali pola yang digunakan untuk

mengklasifikasikan glaukoma, namun, klasifikasi yang secara luas

digunakan adalah glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut

tertutup, karena pembagian tersebut terfokus pada patofisiologi

terjadinya glaukoma dan merupakan titik awal ditentukannya

penatalaksanaan klinis yang sesuai.

A. Klasifkasi Vaughen untuk glaukoma adalah:

1. Glaukoma Primer

Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak berhubungan

dengan penyakit mata atau sistenik yang menyebabkan

meningkatnya resistensi aliran aqueous humor. Glaukoma primer

biasanya terjadi pKlasifikasada kedua mata.

a. Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)

Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma yang

tidak diketahui penyebabnya dan ditandai dengan sudut bilik mata

terbuka. Glaukoma primer sudut terbuka merupakan penyakit

kronis dan progresif lambat dengan atrofi dancupping dari papil

nervus optikus dan pola gangguan lapang pandang yang khas.

Glaukoma primer sudut terbuka memiliki kecenderungan familial.

Pada umumnya, glaukoma primer sudut terbuka terjadi pada usia

lebih dari 40 tahun. Prevalensi juga lebih tinggi pada orang berkulit

gelap atau berwarna dibandingkan dengan orang berkulit putih.

5

Page 6: Glaukoma Dan Katarak

Gambaran patologi utama pada glaukoma sudut terbuka

adalah proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk

pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalan trabekular dan di

bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah

penurunan drainase aqueous humor yang menyebabkan

peningkatan tekanan intra okuler.

Tekanan intraokuler merupakan faktor resiko utama untuk

glaukoma primer sudut terbuka. Terdapat faktor resiko lain yang

berhubungan dengan glaukoma primer sudut terbuka, yaitu;

miopia, diabetes mellitus, hipertensi dan oklusi vena sentralis

retina.

Sifat onsetnya yang samar serta perjalanannya yang

progresif lambat maka timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak

disadari sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Keluhan

pasien biasanya sangat sedikit atau samar, misalnya mata terasa

berat, kepala pusing sebelah, dan anamnesis tidak khas lainnya.

Biasanya pasien tidak mengeluh adanya halo dan tidak tampak

mata merah. Tekanan intraokuler sehari-hari biasanya tinggi atau

lebih dari 20 mmHg.  Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi

papil serta ekskavasio glaukomatosa. Kerusakan dimulai dari tepi

lapang pandang, dengan demikian penglihatan sentral tetap baik,

sehingga penderita seolah-olah melihat melalui teropong.

Diagnosis glaukoma primer sudut terbuka ditegakkan

apabila ditemukan kelainan-kelainan glaukomatosa pada diskus

optikus dan lapangan pandang disertai peningkatan tekanan

intraokuler, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan

tidak ditemukan sebab lain yang dapat meningkatkan tekanan

intraokuler.

b. Glaukoma Sudut Tertutup

6

Page 7: Glaukoma Dan Katarak

Pasien yang menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung

memiliki segmen anterior yang kecil dan sempit, sehingga menjadi

faktor predisposisi untuk timbulnya pupillary block relatif. Resiko

terjadinya hal tersebut meningkat dengan bertambahnya usia,

seiring dengan berkembangnya lensa dan pupil menjadi miosis.

c. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut

Glaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang

timbul saat TIO meningkat secara cepat akibat blokade relatif

mendadak dari jaringan trabekular. Hal ini dapat menimbulkan

manifestasi berupa rasa sakit, penglihatan buram, halo, mual dan

muntah. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan edema epitel

kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan

penurunan penglihatan.

Tanda-tanda pada glaukoma sudut tertutup akut antara lain:

a) TIO yang tinggi

b) Pupil yang lebar dan terkadang irreguler

c) Edema epitel kornea

d) Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva

e) Kamera okuli anterior yang sempit

Selama serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat

menyebabkan gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah

retina. Sinekia anterior perifer dapat terbentuk dengan cepat dan

TIO yang tinggi menyebabkan terjadinya iskemia sehingga dapat

terjadi atrofi sektoral dari iris. Atrofi pada iris menimbulkan

pelepasan pigmen iris dan pigmen-pigmen tersebut menempel dan

mengotori permukaan iris dan endotel kornea. Akibat iskemia iris,

maka pupil dapat berdilatasi dan terfiksasi.

7

Page 8: Glaukoma Dan Katarak

Diagnosis pasti didapatkan dengan gonioskopi. Gonioskopi

juga membantu menentukan apakah blokade iris dan jaringan

trabekular reversibel atau irreversibel.

d. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Subakut

Glaukoma primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah

kondisi yang ditandai dengan adanya penglihatan yang buram,

halo, dan rasa sakit yang ringan, disertai dengan peningkatan TIO.

Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama selama tidur, dan

muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau minggu.

Diagnosis yang tepat dapat dibantu ditegakkan dengan pemeriksaan

gonioskopi.

e. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronis

Glaukoma primer sudut tertutup kronis merupakan kondisi

yang timbul setelah glaukoma sudut tertutup akut atau saat sudut

kamera anterior tertutup secara bertahap dan tekanan intraokuler

meningkat secara perlahan. Gejala klinisnya serupa dengan

glaukoma primer sudut terbuka, yaitu keluhan yang samar, cupping

papil nervus optikus yang progresif dan gangguan lapang pandang

glaukomatosa. Sehingga, pemeriksaan gonioskopi diperlukan

untuk menentukan diagnosis yang tepat.

f. Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital primer atau infantil adalah glaukoma

yang timbul sesaat setelah lahir sampai beberapa tahuh pertama

setlah kelahiran. Selain itu, glaukoma kongenital juga dapat timbul

menyertai anomali kongenital lainnya.

Glaukoma infantil atau dikenal dengan istilah buphthalmos,

dipercaya terjadi akibat displasia dari sudut kamera anterior tanpa

disertai abnormalitas okular dan sistemik lainnya. Terdapat dua

teori yang menerangkan patofisiologi terjadinya glaukoma infantil,

8

Page 9: Glaukoma Dan Katarak

yaitu: terjadi abnormalitas membran atau sel pada jaringan

trabekular, sehingga jaringan trabekuler menjadi impermeabel;

teori lain mengatakan bahwa terjadi anomali luas pada kamera

okuli anterior termasuk insersi abnormal dari muskulus siliaris.

Dengan adanya anomali-anomali tersebut, maka aliran aqueous

akan terganggua dan terjadi pembendungan aqueous humor, maka

akan timbul buphtalmos karena jaringan sklera pada neonatus

masih lunak.

Keadaan klinis yang khas dari glaukoma infantil adalah

trias klasik pada bayi baru lahir, yaitu; epifora, fotofobia, dan

blefarospasme. Diagnosis tergantung dari pemeriksaan klinis yang

hati-hati, termasuk pemeriksaan TIO, pengukuran diameter kornea,

gonioskopi dan oftalmoskopi.

2. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang berhubungan

dengan penyakit mata atau sistemik yang menyebabkan

menurunnya aliran aqueous humor. Glaukoma sekunder sering

terjadi hanya pada satu mata.

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui

penyebab yang menimbulkannya.

Glaukoma sekunder dapat terlihat dalam bentuk sudut tertutup

maupun sudut terbuka. Kelainan-kelainan tersebut dapat terletak

pada:

a) Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, leukoma adheren

dan kontusi sudut bilik mata

b) Pupil, akibat seklusio dan oklusi relatif pupil

c) Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasio lensa

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan glaukoma, yaitu:

9

Page 10: Glaukoma Dan Katarak

a. Uveitis, dimana glaukoma terjadi akibat adanya sinekia anterior

maupun posterior, penimbunan sel radang di sudut bilik mata

dan seklusio pupil yang biasanya disertai dengan iris bombé.

b. Pasca trauma serta ulkus kornea, yang mengakibatkan leukoma

adheren sehingga bilik mata tertutup dan mengganggu aliran

aqueous humor.

c. Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata

Glaukoma yang disebabkan oleh lensa. Katarak yang

immatur akan menyerap cairan sehingga ukurannya membesar

sehingga menyumbat sudut bilik mata, sedangkan katarak yang

hipermatur, lensa akan pecah dan komposisi lensa dapat

menyumbat sudut bilik mata. Pascabedah katarak, yang

mengakibatkan terbentuknya sinekia dan terbentuknya blokade

pupil akibat radang di daerah pupil.

3. Glaukoma Absolut

Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma

dimana sudah terjadi kebutaan total. Pada glaukoma absolut,

kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan

ekskavasio galukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa

sakit. Mata dengan kebutaan ini mengakibatkan penyumbatan

pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa

neovaskularisasi pada iris.

B. Berdasarkan lamanya, glaukoma diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Glaukoma Akut

Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh

tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.

2) Glaukoma Kronik

10

Page 11: Glaukoma Dan Katarak

Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala

peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi

dan fungsi mata yang permanen.

2.1.4. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah

perubahan anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik

lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetik. Glaukoma

sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik

dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor risiko timbulnya

glaukoma antara lain riwayat glaukoma pada keluarga, diabetes

militus, dan pada orang kulit hitam.

2.1.5. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya

produksi humor aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya

keluar. Besarnya aliran keluar humor aqueus melalui sudut bilik

mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan

keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal

bila kurang dari 20mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer

Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih

dari 23mmHg, diperlukan evalusai lebih lanjut. Secara fisiologis,

tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatnya

aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini

akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila

terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan

dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa

faktor :

1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan

degenerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik.

11

Page 12: Glaukoma Dan Katarak

2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil

saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling

lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih

kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan

pada papil saraf optik.

3. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh

kerusakan serabut saraf optik.

2.1.6. Manifestasi Klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)

2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu

3. Mual, muntah, berkeringat

4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar

5. Visus menurun

6. Edema kornea

7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma

sudut terbuka)

8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya

9. TIO meningkat

2.1.7. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan

tekanan intraokuler, membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma

sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,

mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut

tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik

(sebelahnya).

Upaya menurunkan tekanan intraokular dilakukan dengan

memberikan cairan hiperosmotik seperti gliserin per oral atau

dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus

ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti

acetazolamide (Acetazolam, Diamox), dorzolamide (TruShop),

methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat juga

12

Page 13: Glaukoma Dan Katarak

dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik

seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol

(Begatan).

Untuk melancarkan aliran humor aqueus, dilakukan

konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride

2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur

setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan

apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan tekanan intraokular.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan

dilakukan dengan memberikan analgesik seperti pethidine

(Demerol), antimuntah, atau kortikosteroid untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, dilakukan operasi untuk

membuka saluran Schlemm sehingga cairan yang banyak

diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan

dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti.

Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi

(pemasangan selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada

pendidikan kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena

90% dari penyakit glaukoma merupakan penyakit kronis dengan

hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam

pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian

untuk mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan

kehilangan penglihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan

gambaran tentang penyakit ini serta penatalaksanannya, efek

pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan

yang diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan untuk

mengembalikan fungsi penglihatan tetapi hanya mempertahankan

fungsi penglihatan yang masih ada.

13

Page 14: Glaukoma Dan Katarak

2.2 Katarak

2.2.1. Definisi Katarak

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,

sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).

Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak

merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat

hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan

seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif

kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,

2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana

lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein

lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa

yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).

Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi

untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang

berada di bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada

keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa

mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya

atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan

diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan

diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup

oleh keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima

oleh otak dan tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu gambaran

penglihatan yang baik.

Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan

ketika katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak

akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas

selalu mencari cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang

salah arah. Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca

mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil

pada siang hari.

14

Page 15: Glaukoma Dan Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:

1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat

disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia

kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah

katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi

berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab

kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya

yang kurang tepat.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan

oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia,

homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan

histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital

biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus,

aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik,

displasia retina, dan megalo kornea.

Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan

pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan

trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-

kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau

hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi

pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat

galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur

dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.

Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan

karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus,

fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik

dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita

katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.

2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang

muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan

15

Page 16: Glaukoma Dan Katarak

lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan

katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit

penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya.

3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile

biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa

dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai

terjadi pada usia lebih dari 60 tahun (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit

Mata, ed. 3).

Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:

a. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien)

kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat

tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya

tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga

cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk

jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol

mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior,

kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah

terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan

degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini

dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak

sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap

untuk waktu yang lama (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed.

2,).

b. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan

yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa

sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada

stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi

bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan

indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini

akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata

depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,

ed. 2,)

16

Page 17: Glaukoma Dan Katarak

c. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan

terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul.

Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong

ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal

kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih

akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila

dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif ( Ilyas, Sidarta :

Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

d. Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair

sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan

korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak

morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar

kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis

fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa

Mata Keruh, ed. 2,).

e. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa

akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam

celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar

yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal

dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat

memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi

pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi

lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan

mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan

miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa

disertai peregangan jarak lamel serat lensa (Ilyas, Sidarta : Katarak

Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

f. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam

(katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak

pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan

lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada

17

Page 18: Glaukoma Dan Katarak

orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya

katarak kortikal posterior (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3).

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

  Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test (-) (+) (-) +/-

Visus (+) <  <<  <<< 

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukom

a

 

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1) Katarak Inti ( Nuclear )

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus

atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

2) Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan

kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga

mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM.

3) Katarak Subkapsular

18

Page 19: Glaukoma Dan Katarak

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan

sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam

jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat

terlihat pada kedua mata.

2.2.2. Etiologi

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1. Fisik

2. Kimia

3. Penyakit predisposisi

4. Genetik dan gangguan perkembangan

5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6. Usia

2.2.3. Patofisiologi

Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak

merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air,

peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut

menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap

kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya.

Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang

lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks, serat lensa

ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama

menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan

sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak di atas

menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan

metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang

ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.

Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya.

Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa

yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai

19

Page 20: Glaukoma Dan Katarak

pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang

berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,

kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien

mengalami kesulitan dalam membedakan warna.

2.2.4. Manifestasi Klinis

Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan

mata atau sistemik atau kelainan (katarak senil, juvenil, herediter) atau

kelainan kongenital mata. Lensa yang sedang dalam proses pembentukan

katarak ditandai adanya sembap lensa, perubahan protein, nekrosis, dan

terganggunya kesinambungan normal serabut-serabut lensa. Pada

umumnya, terjadi perubahan lensa sesuai dengan tahap perkembangan

katarak. Kekeruhan lensa pada katarak imatur (insipien) tipis. Akan tetapi,

pada katarak matur, (perkembangan agak lanjut) kekeruhan lensa sudah

sempurna dan agak sembap. Jika kandungan airnya maksimal dan kapsul

lensa teregang, katarak ini dinamakan intumesens (sembap). Katarak

hipermatur (katarak lanjut) ditandai keluarnya air meninggalkan lensa

yang relatif mengalami dehidrasi, sangat keruh, dan kapsulnya keriput.

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat yang awam

sampai kekeruhannya sudah cukup padat (matur atau hipermatur) yang

menyebabkan kebutaan. Walaupun demikian, katarak stadium dini dapat

dipantau dengan oftalmoskop, lup, atau lampu celah dengan pupil yang

telah dilebarkan. Semakin padat kekeruhan lensa, semakin sulit memantau

fundus okuli, sampai akhirnya refleks fundus negatif. Pada tahap ini,

katarak sudah masak dan pupilnya tampak putih.

Tingkatan klinis terjadinya katarak dengan asumsi tidak adanya

penyakit lain, ditentukan oleh tajam penglihatan secara langsung

sebanding dengan kepadatan katarak. Pada beberapa orang, secara klinis

ditemukan katarak yang bermakna, jika diperiksa memakai oftalmoskop

atau lampu celah, tetapi yang bersangkutan masih dapat melihat cukup

baik untuk kerja sehari-hari. Pada kasus lain, penurunan tajam penglihatan

20

Page 21: Glaukoma Dan Katarak

tidak sebanding dengan derajat kekeruhan lensa. Hal ini disebabkan oleh

adanya distorsi bayangan karena kekruhan sebagian lensa.

Klien katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam

penglihatan menurun secara progesif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan

lensa tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.

Pada mata, akan tampak kekeruhan lensa dalam beragam bentuk dan

tingkat. Kekeruhan ini juga ditemukan pada berbagai lokasi di lensa

seperti korteks dan nukleus.

Pemeriksaan yang dilakukan pada klien katarak adalah

pemeriksaan dengan lampu celah (splitlamp), funduskopi pada kedua mata

bila mungkin, dan tonometer selain pemeriksaan prabedah yang

diperlukan lainnya.

2.2.5. Penatalaksanaan

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat

dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang

lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap

ini tidak diperlukan tindakan operasi.

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk

memperbaiki lensa mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan

tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa

menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga

mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan

untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata

lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut

juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam

21

Page 22: Glaukoma Dan Katarak

2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal

sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih

tipis sehingga mata bisa fokus pada objek jauh

3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot

silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.

Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid

disebut koroiditis.

Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma,

dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi

jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang

mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila

mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas,

Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Indikasi dilakukannya operasi katarak :

1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan

dalam melakukan rutinitas pekerjaan

2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma

3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari

jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan

mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun

1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.

2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam

yakni :

22

Page 23: Glaukoma Dan Katarak

a) Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan

mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa.

Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan

lebih lama.

b) Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang

terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk

menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek

dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini

dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan

tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan

bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal,

sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh dihancurkan

(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa

buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara

permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya

memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih

cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan

antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah

beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi

visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat

dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat

berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk

pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak

jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa

intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap

pengembangan. Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina,

saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari

operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus

komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.

23

Page 24: Glaukoma Dan Katarak

Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata

orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh.

Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh

tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

24

Page 25: Glaukoma Dan Katarak

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA GLUKOMA

3.1.1 Pengkajian

3.1.1.1Anamnesis

Anamnesis mencakup data demografi yang meliputi :

Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur >40 tahun.

Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5

kali dari kulit putih (deWit, 1998).

Pekerjaan, terutama yang berisiko besar mengalami trauma mata.

Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau

yang ada saat ini, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi

pupil yang akhirnya dapat menyebabkan angle-closure glaucoma), riwayat

keluarga dengan glaukoma, riwayat trauma (terutama yang mengenai

mata), riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes melitus,

arteriosklerosis, miopia tinggi).

Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai

dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan

sensitif; dan berduka karena kehilangan penglihatan.

3.1.1.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk

mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus

menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaukoma akut primer,

kamera anterior dangkal, aqueous humor keruh dan pembuluh darah

menjalar keluar dari iris.

25

Page 26: Glaukoma Dan Katarak

Pemeriksaan lapang pandnag perifer, pada keadaan akut lapang

pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan

menurun secara bertahap.

Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi

mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal

bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa

mata yang mengalami peningkatan tekanan intraokuler, terasa lebih

keras dibanding mata yang lain.

Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau

open angle didapat nilai 22-32mmHg, sedangkan keadaan akut atau

angle closure 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan

didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika

telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada

kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut

ketika tekanan intraokuler meningkat, sduut COA akan tertutup,

sedang pada waktu tekanan intraokuler normal sudutnya sempit.

3.1.2 Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

1. Perubahan sensori/persepsi (visual) yang berhubungan dengan

kerusakan saraf akibat peningkatan tekanan intraokuler.

Tujuan, klien akan :

Mengidentifikasi tipe perubahan visual yang dapat terjadi saat tekanan

intraokuler meningkat di atas level aman.

Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual.

Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan

pengobatan.

Intervensi Keperawatan :

Kolaborasi dalam pemberian :

- Miotik, untuk konstriksi pupil dan kontraksi otot silier (seperti

Pilocarpin) yang dapat menyebabkan pandangan kabur selama 1-2

26

Page 27: Glaukoma Dan Katarak

jam setelah penggunaan dan adaptasi pada lingkungan gelap

mengalami kesulitan, karena konstriksi pupil.

- Agens penghambat pembentuk akueos humor, seperti Timolol, dll.

- Inhibitor karbonat anhidrase (seperti Asetazolamid) untuk

mengurangi produksi akueos humor, dengan efek samping mati

rasa, rasa gatal pada kaki dan tangan, mual/malaise.

- Agens osmotik sistemik (mis. gliserin oral) untuk klien glaukoma

akut untuk mengurangi tekanan okular.

Lakukan tindakan untuk mencegah semakin tingginya tekanan

intraokular, meliputi :

- Diet rendah natrium

- Pembatasan kafein

- Mencegah konstipasi

- Mencegah manuver Valsava

- Mengurangi stres

Pantau kemampuan klien untuk melihat dengan jelas. Tanyai klien

secara rutin tentang terjadinya perubahan visual.

2. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.

Tujuan, klien akan :

Klien akan mengalami pengurangan nyeri.

Intervensi Keperawatan :

Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi-Fowler dan cegah

tindakan yang dapat meningkatkan tekanan okuler (batuk, bersin,

mengejan).

Rasional : tekanan pada mata meningkat jika tubuh datar dan manuver

Valsava diaktifkan seperti pada aktivitas tersebut.

Berikan lingkungan gelap dan tenang.

Rasional : stres dan sinar akan meningkatkan tekanan intraokular yang

dapat mencetuskan nyeri.

27

Page 28: Glaukoma Dan Katarak

Observasi tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap 24 jam jika klien

tidak menerima agens osmotik secara intravena dan tiap 2 jam jika

klien menerima agens osmotik intravena.

Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Observasi derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut.

Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Observasi asupan-haluaran tiap 8 jam saat klien mendapatkan agens

osmotik intravena.

Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat

mata yang diresepkan.

Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaukoma dan beri tahu

dokter jika terjadi hipotensi, haluaran urine <24 ml/jam, nyeri pada

mata tidak hilang dalam waktu 30 menit setelah terapi obat, tajam

penglihatan turun terus-menerus.

Rasional : agens osmotik intravena akan menurunkan tekanan

intraokular dengan cepat. Agens osmotik bersifat hiperosmolar dan

dapat menyebabkan dehidrasi; manitol dapat mencetuskan

hiperglikemis pada klien diabetes melitus, tetes mata miotik

memperlancar drainase akuos humor dan menurunkan produksinya.

Pengontrolan tekanan intraokular adalah esensial untuk memperbaiki

penglihatan.

Berikan analgesik narkotik yang diresepkan jika klien mengalami nyeri

hebat dan evaluasi keefektifannya.

Rasional : mengontrol nyeri. Nyeri berat akan mencetuskan manuver

Valsava dan meningkatkan tekanan intraokular.

28

Page 29: Glaukoma Dan Katarak

3. Ketidakpatuhan (pada program medikasi) yang berhubungan dengan

efek samping pengobatan, kurangnya motivasi, kesulitan mengingat

regimen terapi atau implikasi finansial.

Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana

terapi, dan penatalaksanaan di rumah) berhubungan dengan kurangnya

informasi dan/atau mispersepsi informasi yang didapat sebelumnya.

Tujuan, klien akan :

Klien mengetahui penatalaksanaan penyakitnya dan mamou

mengulang dan mendemonstrasikan kembali pendidikan kesehatan

yang diberikan.

Intervensi Keperawatan :

Jika gejala akut terkontrol, berikan informasi tentang kondisinya.

Tekankan bahwa glaukoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup,

harus teratur dan tidak terputus.

Rasional : meningkatkan kerja sama klien. Kegagalan klien untuk

mengikuti penatalaksanaan yang ditentukan dapat menyebabkan

kehilangan pandangan progresif dan bhakan kebutaan.

Instruksikan klien untuk mencari pertolongan medis jika

ketidaknyamanan mata dan gejala peningkatan tekanan intraokular

terulang saat menggunakan obat-obatan. Ajari klien tanda dan gejala

yang memerlukan perhatian medis dengan segera.

Rasional : upaya tindakan perlu dilakukan untuk mencegah

kehilangan penglihatan lebih lanjut/komplikasi lain.

Ajarkan klien dan keluarga serta izinkan klien mempraktikkan sendiri

cara pemberian tetes mata. Gunakan teknik aseptik yang baik saat

meneteskan obat mata.

Rasional : meningkatkan keefektifan pengobatan, memberikan

kesempatan untuk klien menunjukkan kompetensi dan mengajukan

pertanyaan.

29

Page 30: Glaukoma Dan Katarak

Berikan informasi tentang dosis, nama, jadwal, tujuan, dan efek

samping yang dapat dilaporkan dari semua obat-obatan yang

diresepkan di rumah. Ingatkan klien untuk memberikan tetes mata

sikloplegik hanya pada mata yang terkena karena pada mata yang tidak

sakit obat tetes ini dapat mencetuskan serangan glaukoma tertutup dan

mengancam sisa pandangan klien.

Rasional : penyakit ini dapat dikontrol, bukan diobati dan

mempertahankan konsistensi program pengobatan adalah hal vital.

Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan tekanan

intraokular dan potensial kehilangan penglihatan tambahan.

Ingatkan klien agar menggunakan obat-obat resep dan jangan membeli

obat-obat bebas atau yang lain tanpa sepengetahuan dokter.

Rasional : penyakit ini dapat dikontrol, bukan diobati dan

mempertahankan konsistensi program pengobatan adalah hal vital.

Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan tekanan

intraokular dan potensial kehilangan penglihatan tambahan.

Jamin semua instruksi dan informasi tentang obat yang diresepkan

telah diberikan secara tertulis.

Rasional : instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan klien.

Identifikasi efek samping atau reaksi yang merugikan dari pengobatan:

penurunan selera makan, mual/muntah, diare, kelemahan, perasaan

mabuk, penurunan libido, impoten, disritmia, pingsan, gagal jantung

kongestif.

Rasional : efek samping/merugikan obat memengaruhi dari rentang

tak nyaman sampai ancaman kesehatan berat. Sekitar 50% klien akan

mengalami sensitivitas atau alergi terhadap obat parasimpatik (contoh

Pilokarpin) atau obat antikolinesterase. Masalah ini memerlukan

evaluasi medik dan kemungkinan perubahan program terapi.

Tinjau ulang praktik umum untuk keamanan mata.

Rasional : melindungi terhadap cedera mata.

30

Page 31: Glaukoma Dan Katarak

- Jika menggunakan bahan kimia sprei di luar ruangan, yakinkan

lubang menghadap jauh dari wajah dan berdiri dengan punggung

melawan angin sehingga tiupan angin jauh dari zat.

- Gunakan kacamata untuk pemajanan yang lama pada sinar

matahari. Jangan pernah secara langsung melihat pada matahari

untuk periode yang lama.

- Jamin sinar yang baik jika membaca.

Dorong klien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.

Rasional : pola hidup tenang menurunkan respons emosi terhadap

stres, mencegah perubahan okuler yang mendorong iris ked epan.

Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.

Rasional : kecenderungan herediter, dangkalnya bilik anterior,

menempatkan anggota keluarga berisiko pada kondisi ini.

3.1.3 Evaluasi

1. Klien dapat mempertahankan visus optimal.

2. Tidak terjadi komplikasi.

3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.

4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan

penatalaksanaannya.

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA KATARAK

3.2.1 Pengkajian

3.2.1.1 Anamnesis

Umur, katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia

lanjut.

Riwayat trauma, trauma tembus ataupun tidak tembus dapat merusak

kapsul lensa.

Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan

dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X.

31

Page 32: Glaukoma Dan Katarak

Riwayat penyakit/masalah kesehatan yang ada : beberapa jenis katarak

komplikata terjadi akibat penyakit mata yang lain dan penyakit

sistemik.

Riwayat penggunaan obat-obatan.

3.2.1.2 Pemeriksaan Fisik

Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.

Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.

Klien juga melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat

berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam,

kesulitan untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan

gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca

cerah. Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur

atau tampak kekuningan atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya

untuk membaca.

Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan

dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena

katarak yang terjadi di tengah dan pada saat pupil dilatasi klien dapat

melihat melalui daerah di sekitar keruhan.

Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan

memfokuskan bayangan ke retina) meningkat. Kemampuan ini disebut

second sight, yang memungkinkan klien membaca tanpa lensa.

Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata,

yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler dan kemerahan

pada mata.

Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.

Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada

katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan di belakang pupil.

Pada pengkajian ini akan didapatkan kecemasan dan ketakutan kehilangan

pandangan.

3.2.2 Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

32

Page 33: Glaukoma Dan Katarak

1. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan

kekeruhan pada lensa mata.

Tujuan, klien akan :

Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses

rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.

Intervensi Keperawatan :

Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar.

Rasional : menentukan seberapa bagus visus klien.

Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat

oleh klien.

Rasional : memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan

bagaimana hal tersebut memengaruhi keperawatan.

Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara :

- Orientasikan klien dengan lingkungan.

Rasional : memfasilitasi kebebasan bergerak dengan aman.

- Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangan klien

(seperti call light, TV control, teko, tisu).

Rasional : mengembangkan tindakan independen dan meningkatkan

keamanan.

- Berikan pencahayaan yang paling sesuai bagi klien.

Rasional : meningkatkan penglihatan klien. Lokasi katarak akan

memengaruhi apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik.

- Cegah glare (sinar yang menyilaukan).

Rasional : mencegah distres. Katarak akan memecah sinar lampu yang

akan menyebabkan distres.

- Letakkan barang-barang pada tempat yang konsisten.

Rasional : menguatkan atau mendorong penggunaan memori sebagai

pengganti penglihatan.

- Gunakan materi dengan tulisan besar dan kontras (mis. tulisan hitam

pada kertas putih).

33

Page 34: Glaukoma Dan Katarak

Rasional : memfasilitasi membaca.

- Cegah penggunaan warna biru, hijau, dan ungu pada materi

cetakan/tulisan.

Rasional : menguningnya lensa akan memantulkan warna-warna

tersebut dan menyebabkan tulisan tersebut hilang atau menjadi

bayangan abu-abu.

- Gunakan sistem “jarum jam” untuk mengorientasikan klien tentang

lokasi makanan pada plate.

Rasional : membantu klien makan.

Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien.

Rasional : meningkatkan stimulasi.

Beritahu klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio, TV, dan

percakapan).

Rasional : meningkatkan stimulasi. Saat pandangan menjadi terbatas,

beberapa klien mengganti dengan stimulasi yang lain seperti radio dan

TV untuk membaca.

Berikan sumber rangsangan sesuai permintaan.

Rasional : meningkatkan stimulasi.

Rujuk klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku

percakapan dll.

Rasional : meningkatkan stimulasi.

Kolaborasi : pembedahan.

2. Risiko cedera yang berhubungan dengan penurunan visus, umur atau

berada pada lingkungan yang tidak dikenal.

Tujuan :

- Klien tidak mengalami cedera atau gangguan visual akibat jatuh :

- Klien mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan risiko

cedera (jatuh).

- Klien mampu mengidentifikasi dan menyingkirkan benda-benda

berbahaya dari lingkungan.

- Klien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh).

34

Page 35: Glaukoma Dan Katarak

- Klien mampu mencegah aktivitas yang meningkatkan risiko cedera.

- Klien mampu menggunakan peralatan untuk mencegah cedera.

Intervensi Keperawatan :

Beritahu klien bahwa penutupan mata dengan bebat dan/atau shield

menyebabkan pandangan monokuler, yang akan mengubah kedalaman

persepsi dan mempersempit lapang pandang.

Rasional : Meningkatkan kepatuhan klien. Klien akan lebih mungkin

melakukan intervensi jika rasional diberikan.

Kurangi risiko bahaya dari lingkungan klien.

Rasional : Mencegah cedera.

o Kunci roda brankart atau tempat tidur.

o Berikan pencahayaan yang adekuat.

o Turun dari tempat tidur dari sisi mata yang tidak sakit dan

tempat tidur berada dalam posisi rendah.

o Pasang pengaman tempat tidur.

o Singkirkan benda-benda yang mudah jatuh (seperti tempat

sampah, tisu, kursi tanpa sandaran) atau benda berbahaya dari

area yang dilewati klien untuk ambulasi.

o Letakkan alat-alat seperti bel pemanggil, tisu, telepon, atau

pengontrol di tempat yang mudah dijangkau klien pada sisi

yang tidak terpengaruh.

o Dorong kien untuk menggunakan pegangan kamar mandi jika

mungkin.

o Bersihkan lantai dari objek kecil seperti peniti, pensil, jarum.

Beritahu klien untuk mengubah posisi secara perlahan.

Rasional : mencegah pusing.

Beritahu klien agar tidak meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi.

Rasional : mencegah jatuh akibat perubahan kedalaman persepsi.

Benda/objek mungkin tidak terletak di tempat seperti yang dilihat

35

Page 36: Glaukoma Dan Katarak

klien. Meraih yang berlebihan akan mengubah pusat gravitasi yang

akan menyebabkan klien jatuh.

Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif (tongkat, walker)

untuk ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional : memberikan sumber stabilitas.

Beritahu klien untuk naik turun tangga 1 kali dalam satu waktu.

Rasional : meningkatkan rasa keseimbangan.

Tekankan pentingnya menggunakan pelindung mata saat melakukan

aktivitas berisiko tinggi seperti ambulasi pada malam hari dan saat berada

di tengah anak-anak atau binatang peliharaan.

Rasional : mencegah cedera.

3. Defisit pengetahuan yang berhubungan degan terbatasnya informasi

atau kesalahan interpretasi informasi yang sudah didapat

sebelumnya.

Hambatan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan

umur, terbatasnya pandnagan, atau pembatasan aktivitas akibat

pembedahan.

Tujuan, klien akan :

Kembali ke rumah dan bisa merawat diri dengan aman dalam

lingkungan yang telah disiapkan.

Mengembangkan rencana perawatan diri dalam perubahan hidup

yang diinginkan.

Intervensi Keperawatan :

Diskusikan tempat yang diinginkan klien untuk pemulihan

pascaoperasi.

Rasional : Meningkatkan pemulihan. Klien yang paling tahu di tempat

mereka bisa memulihkan keadaannya.

Diskusikan kemampuan klien sekarang untuk memenuhi

kebutuhan perawatan diri dan aktivitas sehari-hari klien.

Rasional : menentukan kebutuhan bantuan, karena sebagian didasarkan

pada tingkat fungsi klien sekarang.

36

Page 37: Glaukoma Dan Katarak

Evaluasi bagaimana kemampuan fungsi klien sekarang akan

terpengaruh oleh pembatasan aktivitas dan kebutuhan perawatan

pascaoperasi.

Rasional : menentukan kesadaran klien terhadap pembatasan. Klien

mungkin tidak menyadari perlunya perawatan dan bagaimana aktivitas

normal perlu diubah.

Bantu klien menentukan sisi realistik untuk pemulihan

pascaoperasi.

Rasional : memfasilitasi penerimaan terhadap rencana. Klien seharusnya

terlibat dalam pembuatan keputusan.

Ajarkan klien aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional : meningkatkan kepatuhan klien. Klien harus memiliki

pengetahuan sebelum mereka dapat mengimplementasikan tindakan

perawatan di rumah.

- Perawatan diri

- Pemasangan shield

- Penetesan obat mata

- Aktivitas yang diperbolehkan

- Aktivitas yang dibatasi

- Medikasi

- Pemantauan komplikasi

Bantu klien untuk menentukan aktivitas apa yang akan

memerlukan bantuan.

Rasional : menentukan kebutuhan bantuan. Klien mempunyai

pengetahuan terbaik tentang bantuan apa yang diperlukan.

- Perawatan diri

- Menyiapkan makan

- Penetesan obat mata

- Berbelanja

Evaluasi sumber-sumber bantuan (teman/keluarga, perawat

komunitas [perawat terlatih, bantuan perawatan di rumah]).

37

Page 38: Glaukoma Dan Katarak

Rasional : menentukan keterjangkauan bantuan. Klien mungkin

memerlukan bantuan yang bervariasi mulai dari belanja (karena mereka

tidak bisa berkendaraan) hingga bantuan dalam menggunakan tetes mata.

Beberapa klien memerlukan bantuan dari orang yang tidak terlatih untuk

pekerjaan rumah tangga dan belanja. Perawat terlatih biasanya mengajari

keluarga klien tentang cara menggunakan obat mata.

Tinjau keamanan rumah klien (lokasi telepon, rencana emerjensi,

adanya karpet).

Rasional : menjamin bahwa klien mempunyai rencana untuk kondisi

emerjensi. Jatuh pada populasi klien ini sering terjadi. Usahakan meja

telepon dapat diraih dari lantai. Mendiskusikan rencana emerjensi akan

membantu klien untuk keluar dari kondisi yang penuh tekanan.

Adaptasi lingkungan rumah untuk memfasilitasi kepatuhan

terhadap pembatasan aktivitas.

Rasional : meningkatkan kepatuhan. Ketidakpatuhan terhadap

pembatasan aktivitas dapat meningkatkan tekanan intraokuler dan

mengancam tajam penglihatan klien.

- Letakkan benda-benda yang diperlukan pada sudut tinggi.

- Menyiapkan makanan

- Menyingkirkan benda-benda kecil dari lantai.

38

Page 39: Glaukoma Dan Katarak

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Katarak dna glaukoma merupakan gangguan yang terjadi pada sistem

penglihatan manusia yang mempunyai tingkatdan klasifikasi masing-

masing sesuai dengan tingkat keparahannya. Katarak Katarak

merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat

hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan

seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif

kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang.

Glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit yang mempunyai

karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya

fungsi penglihatan. Gangguan pada mata seperti sangat mengganggu

ssitem penglihatan pada manusia karean mereka cenderung akan

menjadi buram dan tidak jelas dalam melihat hal ini juga dapat di

lakukan penyembuhan dengan penatalaksanaan medis seperti operasi.

Kita sebagai seorang perawat harus dapt menerapka asuhan

keperawatan pada klie tersebut gna ntuk mendukung kesembuhan klien

dan memeperbaiki keadaan.

39

Page 40: Glaukoma Dan Katarak

DAFTAR PUSTAKA

Sidarta, Ilyas.2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3.

Jakarta:Balai Pustaka.

Hartono.2007. Oftalmoskopidasar dan klinis. Yogyakarta : Pustaka Cendekia.

Sidarta, Ilyas. 2009. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Istiqomah, Indriana N..2003.ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN

MATA.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

40