geriatri

7
LAPORAN KEGIATAN LUAR DOKTER MUDA PSIKIATRI POLIKLINIK GERIATRI RS SANGLAH Dokter Muda : I Ketut Widnyana 0002005022 Santi Saraswati 0002005119 Romy Kamaluddin 9902005112 Waktu : Rabu, 11 Januari 2006 dan Kamis, 12 Januari 2006 Pembimbing : dr. Nyoman Ratep, Sp.KJ Laporan Kegiatan Kunjungan luar dilakukan ke dua tempat, yaitu di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar dan di Poliklinik Geriatri RS Sanglah. Kunjungan ini dilaksanakan dalam dua hari, yaitu pada hari Rabu, 11 Januari 2006 dan pada hari Kamis, 12 Januari 2006. A. Rabu, 11 Januari 2006 Pada hari ini kami mengunjungi Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Setibanya disana, kami diterima oleh seorang perawat yaitu Bu Mulyati, yang merupakan perawat RS Sanglah yang pada hari itu memang sedang bertugas di poliklinik Lansia tersebut, serta oleh petugas panti bernama Bu Ketut. Kami pun mendapat penjelasan mengenai keadaan panti. Lokasi panti dibagi menjadi dua, yaitu di Barat dan di Selatan. Di Barat diperuntukkan bagi klien yang masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri, sejumlah 33 orang. 1

description

eqwesdafsafas

Transcript of geriatri

Page 1: geriatri

LAPORAN KEGIATAN LUAR DOKTER MUDA PSIKIATRIPOLIKLINIK GERIATRI RS SANGLAH

Dokter Muda : I Ketut Widnyana 0002005022

Santi Saraswati 0002005119

Romy Kamaluddin 9902005112

Waktu : Rabu, 11 Januari 2006 dan Kamis, 12 Januari 2006

Pembimbing : dr. Nyoman Ratep, Sp.KJ

Laporan Kegiatan

Kunjungan luar dilakukan ke dua tempat, yaitu di Panti Sosial Tresna Werdha

Wana Seraya Denpasar dan di Poliklinik Geriatri RS Sanglah. Kunjungan ini

dilaksanakan dalam dua hari, yaitu pada hari Rabu, 11 Januari 2006 dan pada hari

Kamis, 12 Januari 2006.

A. Rabu, 11 Januari 2006

Pada hari ini kami mengunjungi Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya

Denpasar. Setibanya disana, kami diterima oleh seorang perawat yaitu Bu Mulyati, yang

merupakan perawat RS Sanglah yang pada hari itu memang sedang bertugas di

poliklinik Lansia tersebut, serta oleh petugas panti bernama Bu Ketut. Kami pun

mendapat penjelasan mengenai keadaan panti.

Lokasi panti dibagi menjadi dua, yaitu di Barat dan di Selatan. Di Barat

diperuntukkan bagi klien yang masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri,

sejumlah 33 orang. Di Selatan terdapat 15 klien yang memerlukan bantuan untuk

aktivitas mereka sehari-hari. Total klien yang ada pada saat ini sejumlah 48 orang,

terdiri dari 13 klien laki-laki dan 35 klien perempuan. Setelah mendapat penjelasan

singkat, kami kemudian menuju ke wisma di Selatan karena ada klien yang mengeluh

muntah-muntah dan tidak sanggup untuk berjalan ke klinik.

Klien tersebut bernama Ni Wayan Salin, perempuan berusia 63 tahun yang sudah

mendiami panti selama lebih dari 2 tahun. Klien mengeluh muntah bercampur darah

berwarna hitam sejak 2 hari yang lalu disertai panas badan. Klien juga mengatakan

kalau sudah 2 hari ia tidak makan dan tidak bisa BAB. Setelah diperiksa, didapatkan

tekanan darah 100/43 mmHg, nadi 92 kali/menit, kelopak mata terlihat pucat dan bising

1

Page 2: geriatri

usus menurun. Dari status klien, ditemukan ternyata klien memang sudah lama

menderita gastritis. Karena itu klien diberikan diet bubur lunak, injeksi ranitidin dan

neurobion masing-masing 1 ampul, omeprazole 1 tab, antasida 3 x 1 tab dan vitamin.

Setelah itu kami melanjutkan berkeliling di panti ditemani oleh Bu Ketut,

sementara Bu Mulyati kembali melanjutkan tugasnya di poliklinik. Sambil berkeliling

kami mendapat penjelasan-penjelasan mengenai lokasi panti, kegiatan di panti dan juga

mengenai klien yang tinggal di panti.

Kegiatan sehari-hari para penghuni panti sudah terjadwal setiap harinya, yaitu

bangun pagi pada jam 5 pagi kemudian mandi dan kebersihan, setelah itu dilakukan

sembahyang dan olahraga ringan. Kurang lebih pukul 7 pagi mereka mendapat kue

dengan kopi/teh dan dilanjutkan dengan sarapan. Pukul 8 pagi dilakukan konseling.

Pukul setengah sepuluh terdapat kegiatan yang berbeda setiap harinya, yaitu bimbingan

mental, kegiatan individu, Reiki/meditasi, pijat refleksi, bimbingan sosial, dan

bimbingan ketrampilan. Untuk pemeriksaan medis dilakukan pada jam yang sama setiap

hari yaitu dari pukul 09.30 – 11.30. Setelah itu sembahyang siang dan makan siang dan

dilanjutkan dengan beristirahat. Setelah itu diisi dengan ketrampilan, kebersihan

lingkungan dan mandi sore. Setelah sembahyang sore dilanjutkan dengan makan

malam. Setelah itu klien memiliki waktu bebas dan kemudian tidur mulai jam 9 malam.

Kemudian kami berhenti sejenak di balebengong di depan wisma Dahlia dan

mengobrol dengan Bu Suparmi atau yang biasa dipanggil dengan nama Mbah Mi. Mbah

Mi mengatakan saat ini usianya kurang lebih sudah 72 tahun. Ia juga mengatakan kalau

ia adalah satu-satunya orang Jawa yang tinggal di panti, namun Mbah Mi sudah fasih

menggunakan bahasa Bali karena sejak masih muda ia menjadi pengasuh anak dan

tinggal di Bali. Pada saat bercerita dengan kami pun Mbah Mi berganti-ganti

menggunakan bahasa Jawa bercampur dengan bahasa Bali.

Ia pun menceritakan kisah hidupnya, hingga akhirnya ia pun tinggal di panti

tersebut. Mbah Mi berasal dari Lumajang, namun sudah lama merantau di Bali. Masa

lalunya sangat kelam. Ia pernah berjalan kaki selama 15 hari tanpa makan dan minum,

dan hanya menumpang tidur di kantor polisi. Hal ini ia lakukan karena ia kesal dengan

suaminya sehingga ia pergi dari rumah tanpa membawa apapun. Sampai akhirnya di

kota Malang ia bertemu dengan orang Belanda yang mau mempekerjakannya.

Ia sudah tidak memiliki apa-apa lagi di kampungnya di Lumajang karena terkena

terpaan lahar. Bahkan ia sempat sekali pulang ke kampung halamannya dan melihat

sisa-sisa lahan yang dulu ia miliki. Disana ia juga tidak berhasil menemukan sanak

2

Page 3: geriatri

saudaranya, pada saat terjadi gunung meletus dikatakan saudaranya pergi mengungsi

entah kemana. Satu-satunya keluarga yang ia miliki sekarang adalah keluarga Bali

tempat ia bekerja mengasuh anak. Mbah Mi juga menceritakan pengalamannya saat

salah satu TV swasta di Indonesia meliputnya untuk menceritakan kisah hidupnya.

Keinginan untuk tinggal di panti adalah atas keinginannya sendiri, tidak ada yang

memaksa. Bila hari libur, anak-anak asuhnya akan menjemputnya dan ia pulang ke

rumah mereka. Mereka juga sering mengunjungi Mbah Mi. Mbah Mi mengatakan kalau

ia betah tinggal di panti, mendapat banyak teman dan juga ada kegiatan yang dilakukan

di panti tersebut.

Selain Mbah Mi, juga banyak penghuni wisma tersebut yang akhirnya keluar dan

mengobrol dengan kami. Setelah cukup lama mengobrol, kami pun kembali ke

poliklinik dan membantu Bu Mulyati disana.

B. Kamis, 12 Januari 2006

Pada hari ini kami mengunjungi Poliklinik Geriatri RS Sanglah. Disana kami

diterima oleh dr. Astika SpPD dan diberi penjelasan mengenai Geriatri. Yang disebut

sebagai usia lanjut menurut WHO adalah usia > 65 tahun (untuk negara-negara maju),

sedangkan untuk negara berkembang termasuk Indonesia memakai batas usia > 60

tahun.

Dokter Astika juga menjelaskan mengenai hipertensi ortostatik pada orang tua

yaitu bila ada perbedaan tekanan sistol sebesar 20 mmHg atau diastol sebesar 10 mmHg

pada pemeriksaan tekanan darah dalam posisi tidur, duduk dan berdiri. Maka dari itu

pengukuran tekanan darah pada orangtua dilakukan dalam ketiga posisi tersebut.

Pasien di Poliklinik Geriatri dibedakan menjadi dua, yaitu pasien yang kontrol

dan pasien baru. Pada pasien kontrol tidak dilakukan anamnesis yang lengkap, hanya

ditanyakan keluhan saat pasien datang. Sedangkan pada pasien baru dilakukan

anamnesis yang lengkap sesuai dengan yang tercantum pada status geriatri.

Pemeriksaan vital sign dilakukan dengan menimbang berat badan dan mengukur

tekanan darah pada tiga posisi berbeda (berbaring, duduk, berdiri), kemudian pasien ini

akan diperiksa oleh dokter yang bertugas di Poliklinik Geriatri serta untuk pemberian

terapinya.

Perbedaan mendasar penyakit yang didapat pada lansia dan pada kelompok umur

yang lebih muda juga dijelaskan oleh beliau.

3

Page 4: geriatri

Lansia Dewasa

Etiologi Endogen, tersembunyi, bersifat

kumulatif/multipel dan kronis

Eksogen, jelas, bersifat

spesifik/tunggal dan akut

Onset Insidious – kronis Akut

Perkembangan

penyakit

Kronik-progresif menyebabkan

invaliditas

Lebih rentan terhadap penyakit lain

Self limitting

Menimbulkan imunitas

Variasi individu Besar (banyak variasi) Kecil

Berdasarkan hasil penelitian pola penyakit orang dengan usia >55 tahun

didapatkan penyakit yang terbanyak adalah penyakit serebrpvaskular. Sedangkan pada

penelitian status psikososial pada orang baik di daerah perkotaan maupun pedesaan,

didapatkan keadaan yang sering dialami adalah lupa (50,3%), penyakit kronis (29,3%),

insomnia (21,3%), kesepian (20,4%), depresi (4,2%) dan sangat tergantunga pada orang

lain (2,1%).

Dokter Astika juga menjelaskan bahwa pada usia lanjut terdapat berbagai

penurunan/ kekurangan (Impairment) berupa 14 I, yaitu :

1. Immobility (tidak mampu berpindah tempat, bergerak atau berjalan)

2. Iritability

3. Instability

4. Intellectual Impairment (Dementia)

5. Isolation (menarik diri dari lingkungan sosial)

6. Incontinence (ketidak mampuan untuk menahan kencing maupun BAB hingga

sampai pada tempatnya)

7. Impotence (penurunan fungsi seksual)

8. Immunodeficiency (penurunan daya tahan tubuh)

9. Infection

10. Inaniation ( malnutrisi )

11. Impaction of stool

12. Iatrogenic disease

13. Insomnia

14. Impairment of vision, hearing, taste, smelling, communication, convalence and

skin integirty

4

Page 5: geriatri

Selain itu kami juga mendapat penjelasan mengenai pengisian status geriatri.

Format status geriatri berbeda dengan status yang lain, dimana pemeriksaan pasien

geriatri dilakukan lebih holistik. Selain pemeriksaan fisik juga dikerjakan pemeriksaan

mental maupun sosial. Mulai dari yang mengantar (care giver), menanyakan mengenai

penyakit yang diderita, kemampuan kemandiriannya, bahkan lingkungan sekitarnya

serta lingkungan sosialnya juga ikut ditanyakan. Pada status geriatrik juga dilakukan

penapisan depresi, indeks ADL Barthel, dan MMSE. Assessment ditegakkan tidak

hanya berdasarkan pada adanya disease saja, tetapi juga meliputi impairment, disability

dan handicap.

5