Gerhana Bulan Ketiga

25
Page 1

description

Suasana hening tercipta saat sebuah keluarga berkumpul setelah peringatan 40 hari kematian sang Ayah. Ibu beserta ketiga anaknya yang tunanetra berada dalam keheningan. Keterbatasan fisik tak menghalangi mereka untuk beradu ambisi dan memperebutkan dominasi kekuasaan wilayah yang tengah kosong karena sang Ayah meninggal. Saat itu juga, orang-orang di jalan dan pasar mulai meributkan siapa yang akan memimpin wilayah berikutnya. Kematian seorang pemimpin membawa dampak serius terhadap laju kehidupan sebuah wilayah. Atas nama apapun, itulah yang terjadi, sebuah wilayah tanpa pemimpin selama 40 hari….

Transcript of Gerhana Bulan Ketiga

Page 1: Gerhana Bulan Ketiga

Page 1

Page 2: Gerhana Bulan Ketiga

GERHANA BULAN KETIGAOleh; din nuun wahyudin

Pelaku :Ibu (65 tahun)

Kalim (Buta, 40 tahun)Armin (Buta, 25 tahun)

Samina (Buta, 33 tahun)Pelayan

Penjual Sayur (Penjual 1)Penjual Baju (Penjual 2)Penjual Obat (Penjual 3)

Penjual Barang Pecah Belah (Penjual 4)Pembeli 1, 2, 3, 4

Orang-orang 1, 2, 3, 4/ 5, 6, 7, 8Ketua Dewan

Babak I

(SUASANA HENING DI RUANG TENGAH SEBUAH RUMAH. ANGGOTA KELUARGA BERKUMPUL SETELAH ACARA PERINGATAN EMPAT PULUH HARI KEMATIAN SANG AYAH)

Ibu : Ibu lihat kalian tampak tidak tenang...Kalim : Ibu juga tampak tidak sehat... Ibu : Iya, kalian semua tahu itu.Samina : Ibu sakit?Kalim : Kita semua memang sedang tidak sehat.Armin : Bukankah sudah seharusnya pada saat-saat seperti ini kita

dituntut tidak untuk bersenang-senang?Samina : Kau benar Armin. Ibu : Kalian terlalu terbebani masa lalu Nak, sehingga masa depan

tampak begitu berat untuk dijalani. Itu semua tampak dalam raut wajah kalian.

Samina : Mungkin demikian, kita semua sedang terbebani masa lalu untuk jalan ke depan. Dan karena beban itu juga, kenapa Rajmani tidak hadir di tengah-tengah kita.

Kalim : Kita semua belum tahu...Samina : Ya, tadi siang saat rapat dewan agung dia tidak hadir itu

buktinya dan sekarang saat rapat keluarga sudah berjalan dia belum muncul juga.

Kalim : Jangan berperasangka buruk pada kakak kita sendiri Samina. Kita semua belum tahu alasan pastinya. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa padanya.

Samina : Bukankah kau juga tahu itu Armin?Armin : Ya kita berharap saja. Karena saat ini yang mampu kita

Page 2

Page 3: Gerhana Bulan Ketiga

lakukan hanya berharap dan berdo’a.Ibu : Kehadiran Rajmani memang kita harapkan, tetapi kalian

jangan menyalahkan satu sama lain. (DIAM) Saat ini kita sedang menghadapi kenyataan yang belum pernah terjadi di masa-masa sebelum kita. Kita memang sedang dituntut untuk melakukan sesuatu, tapi saat ini kita baru mampu berharap.

Samina : Kini semakin jelas bahwa kita adalah orang-orang lemah. Begitu juga dengan orang-orang yang ada di dalam dewan, mereka pada kenyataannya juga seperti kita.

Kalim : Samina, kita harus tahu, keadaan saat ini memang jauh berbeda dengan keadaan-keadaan sebelumnya. Janganlah kau menambahi dengan prasangka-prasangka yang hanya membebani pikiran kita semua.

Samina : Kau tidak tahu? Rapat anggota dewan agung tadi siang sangatlah kelihatan bahwa mereka memiliki ambisi yang sama. Suara mereka berbeda satu sama lain dan tujuan mereka tidak ingin mencapai kesepakatan bersama untuk wilayah ini.

Kalim : Mereka baru sekali berkumpul dan belum banyak yang mereka bicarakan dalam sidang itu. Bagaimanapun sidang mereka yang akan menentukan wilayah ini termasuk menentukan siapa yang akan memimpin kemudian.

Armin : Tentu kakak tidak bermaksud menyerahkan semuanya pada mereka, bukan? Kakak Samina sudah mengatakan pada kita, bahwa mereka tidak ada maksud membela dan menjunjung kehormatan tanah ini. Mereka hanya menginginkan kekuasaan itu semata! Tentu ini menjadi pertimbangan kita semua.

Ibu : Kelihatannya kalian sendiri belum satu pendapat demi tanah kelahiran kalian? Anak-anakku kita harus belajar menghargai dan percaya pada pendapat orang lain, itu yang paling penting demi keutuhan kita semua.

(SEMUA TERDIAM. SEORANG PELAYAN MASUK MEMBAWA MINUMAN DAN MENARUHNYA DI ATAS MEJA. MENGANGGUKAN KEPALA LALU KELUAR)

Armin : Seharusnya Ayah tidak meninggalkan kita dalam keadaan yang belum jelas seperti ini.

Ibu : Ya mungkin seharusnya,...Armin : Kita tahu, orang-orang di sekitar dia masih sangat belia. Kita

sendiri bahkan belum sempurna mengurus diri jika dibandingkan dengan kematangan yang harus kita raih, belum lagi kekurangan yang ada tubuh kita.

Ibu : Ibu mengerti perasaan kalian nak.Armin : Syukurlah ibu bisa merasakan kepahitan yang sedang kita

alami. Tetapi, seperti yang ibu katakan, kenyataan ke depan tentu akan lebih pahit dari sekarang di tengah keadaan serba tidak jelas seperti ini.

Kalim : Maksudmu, tidak jelas bagaimana?

Page 3

Page 4: Gerhana Bulan Ketiga

Armin : Ya belum jelas! Nasib kita, masa depan kita, tanah tempat lahir kita dan semuanya termasuk orang-orang yang hidup di wilayah ini. (DIAM SESAAT) dan juga termasuk kita sendiri.

Kalim : Armin jalan pikiranmu masih seperti kakakmu. Bukankah sudah aku katakan, kita sedang mengalami masa yang berbeda. (DIAM SESAAT) Dan ingat, kita ditinggalkan orang itu wajar dan orang meninggal itu tidak perlu kita sesali, kita hanya tinggal melanjutkan apa yang belum tercapai oleh ayah.

Armin : Ya, tapi tidak semudah itu kita menjalankan. Coba kita bayangkan kalau ayah masih ada di tengah-tengah kita, semuanya akan berjalan sesuai dengan aturan.

Samina : Ya, mungkin begitu.Armin : Sepertinya kau masih meragukan dengan apa yang telah ayah

kerjakan, Samina?Samina : Sama sekali tidak. Armin : Tapi ucapanmu seolah menghilangkan jasa Ayah pada kita

yang ditinggalkan.Samina : Kita semua mencintai ayah, Armin. Kalim : Sudahlah, kita tidak perlu berdebat panjang lebar dengan hal-

hal yang tidak ada gunanya. Ayah memang sudah tidak ada di tengah-tengah kita, itu kenyataan yang harus kita terima. Kenyataan lain yang sudah kalian ketahui adalah orang-orang di pasar dan di jalan-jalan meributkan siapa yang akan menggantikan ayah dan siapa yang memimpin wilayah untuk keluar dari keadaan darurat ini. (DIAM SESAAT) Belum lagi keadaan ibu yang sering sakit-sakitan.

Ibu : Sekali lagi Ibu sudah mengerti apa yang kalian risaukan selama ini. Kita cukupkan perdebatan ini, bukankah kita berkumpul di sini untuk memperingati keempat puluh harinya Ayah kalian? Dan yang lebih penting lagi adalah kita harus segera membicarakan jalan keluar dari keresahan yang kalian pendam.Ibu masih sehat kalau hanya bertukar pikiran dan menemani kalian membicarakan masalah ini.

Armin : Malam sudah terlalu larut, Bu. Kita masih punya waktu besok pagi, lagi pula Rajmani juga tidak hadir di sini dan itu berarti kita tidak dapat memberikan keputusan malam ini.

Samina : Sebaiknya ibu tidak memaksakan kesehatan ibu sendiri. Kita semua masih bisa menunggu sampai esok tiba dan malam ini ibu bisa istirahat...

Kalim : Bukankah kita sudah sepakat kita akan menyelesaikan semuanya malam ini? Dan, ibu sendiri juga sudah siap menemani kita sampai selesai.

Armin : Iya, tapi apa kita tidak mempertimbangkan kembali kesehatan ibu. Ibu bisa saja merelakan kesehatannya sendiri demi kita semua, tapi kondisi ibu saat ini tidak dapat dibohongi, suara ibu

Page 4

Page 5: Gerhana Bulan Ketiga

sudah semakin parau.Kalim : Ini semata-mata bukan untuk kita, Armin. Keadaan seperti ini

sudah empat puluh hari berlalu, kita semua tahu, ini sudah terlalu larut untuk sebuah wilayah tanpa pemimpin yang jelas, politik yang menggantung, ekonomi yang tak menentu dan sebaiknya pikiran kita bertumpu pada hal itu. Dewan Agung sudah memulai membicarakan keadaan ini dan kenapa kita sendiri belum bicara apa-apa? Apa kita akan diam terus-menerus seperti ini? Bahkan sikap pun belum kita tentukan.

Ibu : Sudahlah anak-anakku, mari kita mulai membicarakan semuanya... (TIBA-TIBA TERBATUK KERAS)

Samina : Ibu..! Sebaiknya ibu istirahat saja. Kesehatan ibu bisa memburuk jika dipaksakan terus berbicara.

Armin : Kakak sudah tahu sendiri bukan?! Keadaan ibu tidak bisa dipaksakan untuk membicarakan semuanya. Sebaiknya kakak bisa sedikit bersabar untuk menunggu besok pagi tiba dan kita berbicara panjang lebar.

Ibu : Ibu akan berusaha mengikuti, sekuat yang ibu bisa lakukan.Armin : Rajmani juga tidak datang...Kalim : Armin! Bukankah ibu sudah menentukan pilihannya untuk

mengikuti pembicaraan malam hari ini. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan, memaksa ibu untuk mengikuti semua pembicaraan, tetapi sungguh bukan maksudku tidak menghormati kesehatan ibu. Aku hanya ingin menegaskan bahwa keadaan sudah sama sekali berubah sejak ayah meninggal dunia dan ini harus kita selesaikan bersama, meskipun sudah berlarut hingga peringatan keempat puluh harinya ayah.

Samina : Tetapi...Kalim : Bukankah dari awal kalianlah yang memiliki semangat untuk

segera menyelesaikan semuanya? Hanya karena alasan kesehatan ibu tiba-tiba saja semangat itu semakin padam, aneh.

Ibu : Anakku Kalim, cukuplah kau berbicara keras pada adik-adikmu sendiri. Bagaimanapun juga kalian semua anak-anakku yang menginginkan kebaikan bersama wilayah ini. Kita tidak dapat berbicara apa-apa jika kepala kita semua masih panas dan hati kita masih memendam curiga satu sama lain.

Kalim : Ibu, sama sekali dalam kepalaku dan hatiku sedikitpun memendam pikiran samacam itu. Aku hanya menginginkan semuanya bisa segera diselesaikan, itu saja.

Samina : Begitu juga dengan aku, kak. Sama sekali tidak ada maksud mengulur-ulur waktu untuk membicarakan semua hal dan kita semua tahu perbuatan itu adalah sebagian menjauhkan diri dari manfaat.

Armin : Apa kakak mengira kita berkumpul di sini untuk membuang-

Page 5

Page 6: Gerhana Bulan Ketiga

buang waktu? dan menenggelamkan mimpi kita tentang wilayah ini?

Kalim : Kesalahan pertama kita adalah kita berbicara tidak sesuai dengan kenyataan yang sedang kita hadapi. Kita tentu ingat, sewaktu ayah masih hidup, kita semua selalu bergantung padanya bahkan dalam menentukan pilihan hidup, kita selalu bersembunyi di balik putusan-putusan ayah. Kedua adalah keterbatasan fisik kita sebagai alasan untuk berbuat sama dengan orang-orang di sekitar kita. Kita merasa lemah ketika diberi tanggung jawab untuk menjalankannya.Kesalahan-kesalahan tersebutlah yang membuat kita menjadi pengecut!

Samina : Kak...! Armin : Kakak lebih berani membuka aib sendiri dan terus-menerus

membicarakan kelemahan-kelemahan kita sendiri di saat kita sedang berkabung atas kematian ayah?

Kalim : Ini bukanlah aib Armin. Ini adalah pengalaman kita semua dengan kenyataan yang sedang kita hadapi.

Armin : Aku tahu, kakak jauh lebih dewasa dari aku dan Samina, tapi...Ibu : Anak-anakku kalian rupanya sudah lupa bahwa kalian adalah

anak-anak yang diturunkan dari orang-orang yang tidak pernah mengenal kata menyerah dan putus asa. Mereka bukanlah pengecut dalam menghadapi kenyataan. Kakek kalian adalah seorang yang tidak hanya ditakuti seluruh wilayah ini tetapi juga wilayah-wilayah lain dan ayah kalian adalah orang yang dikenal sangat tegas dan adil bahkan dalam membela keluarga sendiri, ia tidak pernah pandang bulu. Aku yakin darah itu masih mengalir di urat nadi kalian.

Kalim : Maafkan aku ibu. Armin : Kita berbicara seolah kekuatan wilayah ini hanya berada di

tangan keluarga kita. Kakak Kalim mungkin mengetahui banyak hal yang ada dalam pemerintahan, tetapi kita juga harus tahu bahwa banyak kelompok-kelompok lain yang menginginkan menjadi pemimpin di wilayah ini.

Kalim : Sebagaimana yang sudah ibu katakan pada kita, dalam tubuh kita mengalir darah kepemimpinan yang lebih tinggi dari kelompok-kelompok lain Armin. Apakah kalian juga yakin dengan kelompok-kelompok itu, bahwa meraka mampu memimpin wilayah ini terutama membawa tanah kelahiran kita keluar dari situasi darurat yang sedang kita alami?

Samina : Tetapi di tubuh kita juga ada keterbatasan yang tidak bisa dibantah...

Kalim : Ucapanmu masih seperti tadi Samina, berputar pada keterbatasan dan kelemahan sendiri. Dan sebab itulah, seperti yang aku katakan tadi, membuat kita semakin tidak berdaya.

Ibu : Kalim, cobalah hormati pendapat adikmu dulu. Armin dan Samina mungkin saja mempunyai jalan keluar yang tidak sama

Page 6

Page 7: Gerhana Bulan Ketiga

denganmu. Ibu tidak mungkin sanggup mengikuti pembicaraan kalian kalau hanya berisi pertentangan satu sama lain.

Armin : Kita memang sudah buta sejak kita dilahirkan, tetapi aku tidak buta kalau hanya melihat permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini. Aku melihat ada banyak kekuatan lain yang telah merongrong tanah tempat kita berdiri. Mereka sudah mempersiapkan semuanya untuk menjatuhkan wilayah ini. Mula-mula dengan mempermainkan hasil kerja seluruh warga di wilayah ini tidak berguna bagi wilayah mereka. Kedua, mereka membeli orang-orang kita dengan cara mempekerjakannya di wilayah ini tapi hasilnya tentu saja untuk kepentingan tuannya. Dan akhirnya, yang sudah kita semua ketahui, begitu ayah meninggal kekuatan-kekuatan mereka menjajah kita semua. Namun sayang, dewan agung dan termasuk kita sendiri tidak menyadari persoalan serius ini.

Kalim : Apa kau yakin dengan yang kau ucapkan Armin?Armin : Sangat yakin.Kalim : Bagaimana kau meyakini alasanmu itu? Armin : Sebab, aku mendengarkan apa yang terjadi di luar rumah ini.

(DIAM SESAAT) Kecuali ada skandal diantara kita dengan mereka.

Kalim : Dari cara bicaramu, seakan kau sedang menuduhku Armin?Samina : Sudahlah kak... Tentu Armin tidak bermaksud memperpanjang

masalah yang sedang kita hadapi dan memojokan siapa di antara kita yang menjadi pengkhianat.

Armin : Kau benar Samina. Dari awal aku duduk di sini, sama sekali tidak ada maksud dalam hatiku untuk mengulur waktu dan membolak-balikan fakta yang terjadi.

Kalim : Bagaimana menurutmu Samina? Apa kau setuju dengan Armin?

Samina : (GUGUP) Mungkin...(MEMANGGIL) Pelayan, ambilkan minuman penghangat untuk kita. (DIAM SESAAT) Sementara aku hanya masih memikirkan keutuhan keluarga.

Armin : Kakak Samina mungkin saja berbeda pendapat denganku, tapi itulah keyakinanku.

(DARI LUAR TERDENGAR SUARA PELAYAN MEMINTA IJIN MASUK. SESAAT KEMUDIAN DATANG DENGAN MEMBAWA MINUMAM DAN MENGGANTI GELAS YANG KOSONG DENGAN YANG BARU)

Samina : Masuk lah...Ibu : Terima kasih...(PADA PELAYAN)Samina : Apa ibu tidak ingin istirahat?Ibu : Ibu masih sanggup mengikuti Samina, kecuali jika kalian tidak

mau saling memahami. Samina : Maaf Ibu dan kakak, aku minta ijin Keluar sebentar. Mudah-

Page 7

Page 8: Gerhana Bulan Ketiga

mudahan tidak mengganggu jalannya pertukaran pikiran malam ini. Pelayan tolong antarkan aku keluar sebentar.

(IBU, ARMIN DAN KALIM MENGANGGUKAN KEPALA LALU SAMINA DAN PELAYAN KELUAR )

Ibu : Ibu masih berharap pada kalian, anak-anakku. Barangkali Armin atau kau, Kalim, mau mengabdikan diri menggantikan ayah kalian untuk maju memimpin wilayah ini. Ibu lihat kalian lebih dewasa dari Samina dalam melihat masalah di wilayah ini. Tentu saja ibu tidak bermaksud memaksa kalian untuk mengikuti permintaan itu. Tetapi, jalan pikiranku mengatakan bahwa diantara kalian berdua sudah ada benih-benih yang tumbuh dari ayah kalian. Ibu juga tidak merendahkan Samina untuk mengajukan diri memimpin wilayah ini dan ini juga bukan tanpa pertimbangan. Samina akan lebih berhasil jika ia mengurus diri dan keluarga di rumah ini. Di tangan-tangan kalian ibu lihat bakat dan kelebihan sudah terbagi-bagi, tinggal kalian mengasah dan menggunakannya ibu yakin akan berhasil. Bagaimana menurut pendapat kalian?

(ARMIN DAN KALIM TERDIAM)

Ibu : Ibu tahu, kalian akan terdiam...

(DARI LUAR SAMINA MEMBERI ISYARAT MEMINTA MASUK)

Samina : Malam sudah begitu larut dan dingin. Hampir saja aku tidak mendengar suara apapun dari luar sana kecuali angin dan binatang malam. Ibu masih sanggup melanjutkan pembicaraan ini?

Ibu : Ibu masih akan berusaha Samina. Kalim : Mudah-mudahan kita tidak lupa bahwa besok siang kita akan

diminta dewan agung untuk memberikan pendapat tentang kepemimpinan berikutnya.

Armin : Besok?!Kalim : Ya besok siang. Ibu : Ibu tidak lupa, dan ibu pikir malam ini kesepakatan itu hampir

tercapai.Samina : Maksud ibu?Ibu : Ibu lihat kalian sudah pandai memilih jalan. Ibu akan meminta

pendapat dan keberanian kalian masing-masing untuk mengajukan diri. Ibu yakin dengan jalan ini kita bisa mengambil keputusan dan sikap. Ibu akan sangat senang jika satu dari kalian mengajukan diri dan dua saudara lain mendukungnya.

Armin : Ibu, aku adalah orang pertama siap membuka diri dan siap menerima apapun keputusan kita malam hari ini. Tentu, ini

Page 8

Page 9: Gerhana Bulan Ketiga

demi kebaikan wilayah ini kedepan. Aku tidak mau tanah tempat kita berdiri saat ini menjadi kutukan dan masa depan menjadi ancaman.

Ibu : Lalu apa keputusanmu Armin?Armin : Siapapun besok yang memimpin wilayah ini, bagiku tidak ada

dosa baginya dan secara pribadi, maafkan aku ibu, aku tidak dapat mengajukan diri. Ini keputusanku sebagaimana alasanku, demi kebaikan kita bersama.

Ibu : Apa kau yakin Armin? Apa sudah kau pikirkan masak-masak keputusanmu itu?

Armin : Aku menghormati keputusanku, mudah-mudahan ibu dan kakak-kakakku juga menghormati keputusanku.

Ibu : Ibu mengerti. Bagaimana denganmu Kalim dan Samina?Kalim : Seperti yang sudah kita ketahui, rumah kita adalah rumah

yang sederhana tapi keluarga kita telah berada di sini lebih dari seratus tahun berdiri. Secara pribadi aku mempunyai keterikatan yang kuat pada wilayah tempat kita berdiri dan tidak mau terusir dari sini seperti seonggok sampah.

Ibu : Lalu apa keputusanmu?Kalim : Aku akan menghadapi mereka yang akan membuat wilayah

ini tenggelam dalam ketidakberdayaan. Ibu : Apa kau siap menggantikan posisi ayah? Ibu tidak meminta,

tetapi barangkali kau berminat menjadi pemimpin di wilayah ini.

Samina : Bagaimana dengan Rajmani?Kalim : Aku menghormati kakak kita Rajmani, sebagaimana aku

menghormati kalian semua. Meski Rajmani tidak pernah terlihat sejak ayah meninggal dunia sampai detik ini. Aku siap berada di barisan paling depan menghadapi setiap orang yang menghina keluarga kita.

Ibu : Dengan begitu, apa berarti kau siap memimpin wilayah ini?Kalim : (DIAM SESAAT) Maafkan aku ibu dan adik-adikku, pilihan itu

tidak ada dalam benakku.Armin : Kakak ...Samina : Terus terang aku hampir tidak percaya dengan keputusan

kakak.Kalim : Mudah-mudahan keputusanku tidak menganggetkan kalian

semua, termasuk ibu.Ibu : Ibu harap keputusanmu adalah hasil pertimbangan

kematangan pikiranmu, Kalim. Wilayah ini, seperti yang sudah kita ketahui bersama, berada di pintu gerbang kehancuran dan seperti yang kau ketahui, orang-orang di luar sana mengharapkan pemimpin yang mampu membawa kita semua keluar dari keadaan darurat ini. Dan, kita juga tidak akan pernah tahu nasib wilayah ini ke depan anak-anakku.

Kalim : Keputusanku bukanlah melarikan diri dari tanggung jawab atas nama apapun ibu. Tetapi suara hatiku harus mengatakan

Page 9

Page 10: Gerhana Bulan Ketiga

apa adanya agar aku dapat menentukan sikap bahwa memimpin wilayah ini bukanlah sebuah prestasi bagiku.

Ibu : Kalim! (DIAM SESAAT) Bagaimana denganmu Samina...Samina : Tentu ibu tidak akan memintaku bukan? Meski Armin dan

kakak Kalim telah mengundurkan diri. Bukankah ibu sendiri yang mengatakan demikian bahwa aku adalah anak yang kurang memiliki pengalaman atas semua permasalahan yang terjadi di wilayah ini. Maaf ibu, aku mendengar semua apa yang telah ibu katakan sewaktu aku meminta ijin keluar ruangan ini. Dari keputusan itu aku jadi tahu, bahwa aku memang dari awal bukanlah anak yang akan menggantikan kedudukan ayah. Keputusan itu mungkin saja sudah diambil sejak aku dilahirkan dan hidup di tengah-tengah keluarga ini. Sungguh, aku anak yang kurang beruntung meski hidup di tengah keluarga yang berkecukupan.

Armin : Kakak...!Kalim : Apa kau menaruh dendam pada kita, Samina?! Ibu : Cukup! Ibu kira peringatan empat puluh hari ayah kalian dan

rapat keluarga malam ini cukup sampai di sini. Keputusan dan sikap kita sudah jelas, bahwa kita tidak akan ikut campur sedikitpun dalam keputusan dewan agung. Keputusan itu sudah kalian ucapkan dan tinggal besok siang kita akan menyampaikan semuanya sikap kita malam hari ini. Ibu harap kalian mengerti dan memahami apa yang telah ibu katakan. Keraguan, ketakukan dan kecurigaan tidaklah akan kita temukan jika tekad bulat kita pada wilayah ini sungguh-sungguh sudah kita tanam dari awal. Istirahatlah.

Armin : Ibu...Ibu : Ibu juga akan istirahat dan berusaha tidak menyesali

keputusan kita malam ini.

(SEMUA TERDIAM DAN PELAN-PELAN SATU-PERSATU MENINGGALKAN RUANGAN. FADE OUT)

Babak II

(SUASANA PASAR DENGAN KERIUHAN DAN KERAMAIAN PARA PENJUAL YANG MENAWARKAN BARANG DAGANGANNYA KEPADA PARA PEMBELI)

Penjual 1 : Ayo ibu-ibu, ini masih seger, cepetan datang kemari... Ayoo dibeli, dibeli...

Pembeli 1 : (MENDEKATI PENJUAL SAYUR DIIKUTI PEMBELI LAIN) Oh ya aku mau beli sayuran... wah bener ibu-ibu, sayurnya masih seger-seger.

Page 10

Page 11: Gerhana Bulan Ketiga

Penjual 2 : Ayo ibu-ibu, bapak-bapak, ini tidak hanya seger tapi juga tahan lama. Ingat ibu-ibu, bapak-bapak, hidup itu tidak hanya butuh seger tapi juga tahan lama. Pilih, ayo dipilih... baju model tersegar dan sudah pasti tahan lama.

Pembeli 2 : (MENDEKATI PENJUAL BAJU DIIKUTI PEMBELI LAIN) Apa benar ini tahan lama?

Penjual 2 : Iya benar Bu, masa aku bohong.Penjual 3 : Memang benar ibu-ibu, bapak-bapak, hidup itu tidak hanya

butuh seger tapi juga tahan lama dan obat-obat ini menjamin anda semua lebih sehat dan lebih tahan lama.

Pembeli 3 : (MENDEKATI PENJUAL OBAT DIIKUTI PEMBELI LAIN) Aduuh, memang benar, ini obat yang aku cari. Pak, apa benar ini obat yang bisa membuat aku tahan lama?

Penjual 3 : Oh tentu ibu, obat ini juga bisa membuat suami anda sepuluh tahun lebih muda. Sekali lagi ingat ibu-ibu, bapak-bapak, anda semua bisa makan apa saja, anda semua bisa pakai baju apa saja, tapi anda semua harus sehat dan tetap tahan lama, dan inilah satu-satunya obat yang paling cocok untuk anda semua. Jangankan anda yang masih muda, yang sudah tua pun bisa lupa usia.

Pembeli 4 : Aduuhh... tapi kok semua mahal-mahal? Sayur mahal, baju mahal, obat mahal...

Pembeli 2 : Iya, kenapa begitu sih...Pembeli 3 : Namanya juga begitu...Pembeli 2 : Iya begitu kenapa?Pembeli 1 : Kalo begitu, ini namanya bukan pasar.Pembeli 3 : Namanya ya super market.

(PARA PEMBELI TERTAWA)

Penjual 4 : Ibu-ibu, bapak-bapak, tunggu dulu jangan samakan aku dengan mereka. Barang pecah belah ini sudah dijamin lebih murah dari yang mereka jual. Kalian semua bisa membeli borongan maupun eceran dan harganya pasti sesuai dengan kantong anda masing-masing.

Penjual 1 : Ibu-ibu, bapak-bapak, tidak ada kamusnya harga barang pecah belah lebih murah dari harga sayur-mayur. Bapak-bapak, ibu-ibu sebaiknya jangan tertipu, barang pecah belah memang perlu, tetapi kebutuhan nomer satu adalah apa yang akan kita makan dan apa yang kita minum. Bapak ibu boleh beli baju, boleh beli obat, tetapi membeli apa yang harus dimakan tetaplah kebutuhan utama.

Penjual 3 : Eee... enak saja bicara! Bapak-bapak, ibu-ibu, mau hidup tidak sehat? Mau hidup tidak lama seperti pemimpin kita? Kita sudah melihat banyak contoh dari pemimpin-pemimpin kita yang hidupnya hanya sebentar, tidak sehat dan tidak tahan lama. Mereka semua sudah pasti

Page 11

Page 12: Gerhana Bulan Ketiga

tidak pandai memilih obat, biar tetap sehat dan hidup lebih lama.

Pembeli 4 : Iya tapi kenapa obatnya mahal?Pembeli 1 : Jangan-jangan ini juga menipu.Penjual 2 : Sudah, sudah, cukup, cukup! Bapak-ibu semuanya, aku tahu,

kita semua sedang hidup susah, bapak-ibu para pembeli pasti sedang tidak mempunyai uang dan kita para penjual hanya mempunyai barang dagangan, jadi kalo bapak-ibu ingin mendapatkan barang tentu dengan uang bukan dengan omongan.

Pembeli 3 : Kenapa malah bapak yang marah? Kita, para pembeli ini kan seperti Raja dan sudah barang tentu raja itu harus dihormati dan bila perlu dikasih bonus barang dagangan kalian. Bukan marah-marah begitu?

Penjual 4 : Raja ya raja, tapi kenapa malah minta bonus segala? Jangan-jangan rajanya juga miskin.

Penjual 3 : Rajanya miskin dan lemah syahwat.

(PARA PENJUAL TERTAWA PUAS. SESAAT KEMUDIAN PENJUAL 1 MENDEKATI PEMBELI 1 DAN MENGAMBIL JARAK DARI KERUMUNAN. MEREKA BERDUA ASIK BERCUMBU RAYU)

Pembeli 2 : Lho...lho... bapak-ibu para penjual ini bagaimana, katanya jualan kenapa malah mengolok-olok kami?

Pembeli 4 : Mau lemah syahwat mau tidak, itu urusan kami, yang jelas kami datang kesini ya mau belanja. Benarkan teman-teman?

Penjual 2 : Ya... kalau bapak-ibu mau belanja kenapa tidak bawa uang dan sekali lagi kalau bapak-ibu datang kemari bukan pakai omongan titik!

Pembeli 3 : Eee.... Siapa yang pakai omongan?! Apa bapak-ibu para penjual tidak berkaca, ada harga sayuran satu bungkus dibandrol lima belas ribu?! Harga pil perbutir enam puluh ribu?! Harga pakaian per-potong dua ratus lima puluh ribu?! Dan ini, harga barang pecah belah per-biji model begini seharga tujuh puluh lima ribu?! Apa ini tidak gila teman-teman?

Pembeli 2 : Ya gila.Pembeli 4 : Gila bener.Penjual 3 : Tidak usah bicara gila-gilaan. Bapak-ibu pembeli itu yang gila,

datang ke pasar hanya membikin onar saja. Penjual 4 : Iya mending kalau jadi beli....Pembeli 3 : Eee.... Kenapa bapak marah-marah lagi?Penjual 4 : Karena saudara mengatakan kami gila, benar tidak teman-

teman?Pembeli 2 : Saudara juga mengatakan kami miskin dan lemah

syahwat, benar tidak teman-teman?Penjual 3 : Tapi kami kan tidak gila!Pembeli 3 : Kami juga tidak miskin dan lemah syahwat!

Page 12

Page 13: Gerhana Bulan Ketiga

Pembeli 4 : Memangnya bapak-ibu mau dibilangin miskin dan lemah syahwat?!

Pembeli 2 : Iya, memangnya kami ini seperti penguasa itu...Penjual 2 : Memangnya bapak-ibu juga mau dibilangin gila?!Penjual 4 : Eee... tadi kau bicara apa? Kok berani-berani bicara penguasa.

Di sini yang berkuasa itu kami, tentu saja para penjual. Dasar gila!

Pembeli 3 : Ee... yang gila itu kalian! Kok malah tambah kami! Penjual 3 : Berarti kalian yang miskin dan lemah syahwat! Iya kan?

(TERTAWA)Pembeli 2 : Sudah-sudah, pokoknya itu bukan kami!Penjual 2 : Itu juga bukan kami!Pembeli 4 : Berarti yang gila mereka berdua (MENUNJUK KE ARAH

PENJUAL 1 DAN PEMBELI 1 YANG SEDANG ASIK BERCUMBU RAYU)

Penjual 3 : (KEPADA PENJUAL 1) Kau itu bagaimana katanya berjualan kenapa malah main rayu-rayuan?

Penjual 4 : Apa kau tidak tahu mereka itu sebenarnya miskin dan lemah syahwat?!

Pembeli 3 : (MENARIK PEMBELI 1 MENJAUH DARI KERUMUNAN PENJUAL DIIKUTI PEMBELI-PEMBELI LAIN) Kenapa kau mau dirayu sama si tukang sayur itu? Ini bisa menurunkan harkat dan martabat kaum pembeli lho?

Pembeli 4 : Mereka itu sebenarnya tukang tipu, apa kau tidak tahu? Bikin malu saja!

Pembeli 2 : Iya bikin malu saja!Penjual 2 : Eee... para kaum pembeli! Sebenarnya yang harus malu itu

kami, kaum penjual, bukan kalian. Kami ini kan kaum penjual yang sudah jelas kelihatan harta dan kekayaannya. Sedangkan kalian ini datang-datang kemari seperti mau merampok saja, tidak ada uang mau bawa barang.

Penjual 4 : Kalo mau harga barangnya turun ya bilang sendiri sama penguasa yang di sana, jangan sama kami. Kami itu yang berkuasa di sini, jadi sekali lagi jangan minta turun harga apalagi bonus, maaf saja kami tidak menyediakan semua itu.

Pembeli 3 : Bapak-ibu tidak tahu, kalau penguasa yang di sana sudah tidak ada? Masa kami disuruh minta turunkan harga sama orang yang sudah di dalam kubutran? Ada-ada saja.

Penjual 2 : Mau hidup atau sudah mati, mau di langit atau terpendam di bumi, pokoknya harga barang di sini tetap seperti semula.

Penjual 3 : Bapak-ibu semua perlu ketahui, kenapa harga sayuran satu bungkus lima belas ribu, harga pil perbutir enam puluh ribu?! Harga pakaian per-potong dua ratus lima puluh ribu?! Dan harga barang pecah belah per-biji tujuh puluh lima ribu?! Dari dulu kami tidak pernah diperhatikan sama para penguasa. Jadi apa harga apa saja tentu terserah kita.

Pembeli 2 : Iya, terus hubungannya apa harga barang naik sama

Page 13

Page 14: Gerhana Bulan Ketiga

penguasa? Masa hanya gara-gara tidak ada penguasa tiba-tiba harga barang seenaknya saja dinaikan. Itu namanya mau cari untung sendiri, tidak adil.

Penjual 3 : Terang saja ada hubungannya, bapak-ibu itu tidak tahu? Sejak tidak adanya pemimpin di wilayah ini, tiba-tiba saja semua barang dagangan jadi langka. Banyak orang-orang menimbun barang seenaknya sendiri dan orang-orang yang biasanya membuat barang tiba-tiba kehabisan bahan baku, mereka juga tidak berani mencari ke wilayah yang lebih jauh untuk mendapatkan bahan baku karena alasan keamanan. Dan akhirnya, seperti yang bapak-ibu ketahui, barang dagangan mulai diperebutkan tapi pasar-pasar mulai sepi ditinggalkan para pembeli karena alasan harga semakin tinggi dari hari ke hari.

Pembeli 4 : Jangan-jangan itu alasan para penjual saja untuk mencari keuntungan. Benar tidak teman-teman?

Penjual 3 : Kalian masih tidak percaya? Buktinya sudah jelas, kalian tidak mampu membeli barang dagangan kami. Aku ini penjual obat sudah pasti tahu cara berpikir orang-orang seperti kalian yang maunya membeli barang dengan harga murah meriah dan dapat bonus segala. Iya tidak?

Pembeli 3 : Dasar penipu!Pembeli 4 : Pelit!Penjual 2 : Sudah, sudah! Kita tidak perlu mulai adu mulut lagi, pusing

aku meladeni kalian. Untung saja kami masih menyediakan barang dan mau berjualan. Coba bapak-ibu bayangkan, kalau di wilayah ini tidak ada barang yang bapak-ibu cari, apa mau kalian mencari sampai ke wilayah seberang? Mau beli sayur saja sampai ke negeri orang, untung saja kalau ketemu barangnya, kalau tidak, bagaimana? Belum lagi bapak-ibu harus menghadapi perampok di jalan, pencopet dan tengkulak di pasar, saya jamin kalian akan pulang sia-sia. Jadi, kalau bapak-ibu tidak mau membeli barang di sini, tidak apa-apa yang penting jangan berantem terus.

Penjual 3 : Iya, apalagi main rayu-rayuan segala, seperti anak muda saja.Pembeli 1 : (MENUNJUK KE PENJUAL 1) Dia dulu yang mulai, jadi saya mau

saja.Penjual 4 : Ah... itu paling-paling gara-gara gatel saja kan?Pembeli 1 : Dia yang gatel, dia yang mulai duluan, bukan aku.Penjual 2 : Sudah, sudah. Kalian ini dari tadi maunya ribut terus.Penjual 1 : Iya sudah, aku juga sudah tidak main rayu-rayuan.Pembeli 1 : Terus jalan keluarnya bagaimana? Kami semua kan butuh

barang dagangan kalian.

Page 14

Page 15: Gerhana Bulan Ketiga

Pembeli 4 : Kalau harga barang dagangan ini tidak turun, lalu kami mau makan apa?

Pembeli 3 : Iya, terus kami minum obat apa?Penjual 1 : Kita cari jalan keluarnya bersama. Intinya kita sama-sama

diuntungkan, begitu saja. Pembeli 2 : Berarti kami boleh menawar?Pembeli 3 : Harga sayuran satu bungkus jadi lima ribu, harga obat jadi

dua puluh lima ribu, baju jadi sembilan puluh ribu, barang pecah belah jadi tiga puluh ribu.

Penjual 4 : Kalau itu namanya bukan jalan keluar buat kita, tapi buat para pembeli saja.

Penjual 3 : Itu tidak adil.Pembeli 1 : Lalu bagaimana?Penjual 1 : Pokoknya harus sama-sama untung.Penjual 2 : Sudah, sekarang kita berpikir bersama. Silakan bapak-ibu

berpikir serius disana dan kami, para penjual, berpikir serius disini. Setelah kalian sudah menemukan jalan keluar kita lakukan transaksi kembali, bagaimana?

Pembeli 2 : Baik kami akan berunding dulu, setelah itu kita cari kesepakatan bersama.

(PARA PEMBELI BERKUMPUL DI SATU SUDUT BERLAWANAN DENGAN SUDUT PARA PENJUAL. MEREKA BERUNDING SANGAT SERIUS)

Penjual 3 : Bapak-ibu para pembeli, kami sudah mencapai kesepakatan, harga barang dagangan kami turunkan dan Bapak-ibu boleh menawar tapi sesuai kesepakatan.

Pembeli 4 : Baik, kami menerima, kami mau menawar dan tentu saja sesuai dengan kantong kami.

Penjual 2 : Kita langsung saja kepokok persoalan, berapa bapak-ibu menawar harga barang dagangan kami?

Pembeli 3 : Setelah kami melakukan perundingan panjang lebar, akhirnya kami mencapai kesepakatan dan memutuskan harga tetap seperti penawaran semula.

Penjual 1 : Maksud saudara?Pembeli 4 : Begini, seperti yang sudah aku katakan di muka, harga

sayuran satu bungkus tetap lima ribu, harga obat tetap dua puluh lima ribu, baju tetap sembilan puluh ribu dan barang pecah belah tetap tiga puluh ribu. Keputusan ini tidak dapat diubah dengan alasan apapun, titik.

Penjual 4 : Kalau begitu namanya pemaksaan.Penjual 2 : Bapak-ibu sudah kami kasih madu dan sekarang giliran kita

dikasih empedu. Ini yang namanya tidak adil. Pembeli 2 : Namanya juga menawar masa kalian yang menentukan.Penjual 1 : Ya tapi jangan seperti itu.Pembeli 1 : Maaf, itu keputusan yang harus kami ambil. Jadi tidak ada

salahnya kalau tawaran kami cukup sampai disitu.

Page 15

Page 16: Gerhana Bulan Ketiga

Penjual 3 : Kalau kami menolak?Pembeli 3 : Kami bertindak!Penjual 2 : Bertindak bagaimana?

(TIBA-TIBA PARA PEMBELI BERHAMBURAN MEREBUT BARANG DAGANGAN PARA PENJUAL. PARA PENJUAL TIDAK DAPAT MENCEGAHNYA, SESAAT KEMUDIAN PARA PEMBELI KELUAR PANGGUNG DENGAN KEGIRANGAN. PARA PENJUAL TERDIAM LESU)

Penjual 1 : Aneh... kenapa mereka tiba-tiba bersikap seperti itu? Penjual 2 : Seharusnya kita sudah mengusir mereka dari awal mereka

datang. Mereka sudah dari awal tidak serius belanja, mereka memang berniat mau merampok kita.

Penjual 3 : Kalau sudah seperti ini siapa yang bertanggung jawab? Wilayah kita memang benar-benar sudah tidak aman lagi. Kita dan mereka sesungguhnya sama, hidup dalam tekanan dan saat ini mereka melampiaskannya pada kita.

Penjual 4 : Perut mereka lapar dan kita adalah mangsa yang sangat nyata bagi mereka. Kita dan mereka seperti anak-anak yang kehilangan induk semangnya. Mereka mencari tuannya dan kita juga tidak dapat hidup tanpa tuan.

Penjual 2 : Sudah hampir empat puluh hari kita merasakan hidup seperti ini dan kita belum tahu sampai kapan akan berakhir. Tekanan demi tekanan datang berganti, mudah-mudahan tidak lama lagi purnama tiba di wilayah kita.

(PERLAHAN PARA PENJUAL MENGAISI SISA DAGANGAN MEREKA. LAMPU PERLAHAN FADE OUT)

Penjual 1 : Mudah-mudahan saja, kita hanya mampu berharap ada terang setelah gerhana bulan.

(BLACK OUT)

Page 16

Page 17: Gerhana Bulan Ketiga

BABAK III(SEBUAH TEMPAT DI SELASAR RUANG SIDANG. SUASANA HENING, KETUA DEWAN, KALIM, ARMIN DAN IBU SEDANG BERBINCANG)

Ibu : Ketua yang terhormat, kami sengaja datang lebih awal untuk dapat membicarakan keadaaan wilayah ini lebih lama sebelum sidang istimewa dimulai.

Ketua Dewan

: Matahari belum berada di tengah-tengah bentangan langit dan para anggota dewan belum datang kemari

Ibu : Ada hal penting lain yang harus kami sampaikan pada ketua

Ketua Dewan

: Sudah empat puluh hari kita hidup tanpa seorang pemimpin wilayah. Mudah-mudahan, setelah mendengar pendapat dari kalian, sidang nanti bisa menemukan titik terang ke depan

Kalim :

Kita semua mengharapkan ada jalan terang di wilayah ini

Ketua Dewan

:

Kekuatan wilayah ini setelah ditinggalkan suamimu sangatlah tidak menentu. Ia memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk menjaga segala rong-rongan dan mara bahaya. Tetapi keadaan telah berubah bukan hanya karena tidak adanya kepemimpinan, juga karena banyaknya kekuatan lain yang saling berebut kekuasaan.

Kalim : Aku kira kita semua telah memilki satu pandangan yang sama pada wilayah ini dan siang nanti kita berada pada ujung pengambilan keputusan.

Armin : Semoga saja kehormatan wilayah ini masih ada dan harus kita perjuangkan

Ketua Dewan

: Mungkin dari pihak keluargamu sudah ada keputusan yang diambil untuk…

Ibu : Itulah yang hendak kami sampaikan pada ketua. Tadi

Page 17

Page 18: Gerhana Bulan Ketiga

malam kami telah rapatkan apa yang harus kami lakukan

Ketua Dewan

: Lalu keputusan terbaik apa yang kalian ambil untuk keluar dari krisis yang kita hadapi?

Kalim : Aku harap pertemuan ini hanya menjadi rahasia kia bersama

Ketua Dewan

: Aku berjanji, tidak ada orang lain yang mengetahui, kecuali…

Ibu : Dia adalah mata sekaligus tangan kananku

Armin : Sebaiknya kita bisa sedikit bersabar sampai Samina datang dan Ibu tidak tergesa menyampaikan keputusan.

Kalim : Aku setuju, karena ini keputusan penting untuk kita dengar bersama

Ketua Dewan

: Baiklah

Kalim : Mungkin ia dalam perjalanan

Ibu :

Kita tidak memiliki banyak waktu!. Tolong antarkan Armin pastikan bertemu Samina secepatnya

(PELAYAN MENGGANGGUKAN KEPALA KEMUDIAN KELUAR RUANGAN BERSAMA ARMIN)

Ketua Dewan

: Kiranya ada hal penting apa yang hendak kalian sampaikan? Hingga kalian harus meminta waktu bertemu denganku terlebih dahulu

Kalim : Sesungguhnya keputusan itu bukanlah pada bobot penting atau tidaknya bagi kita, tetapi aku melihat banyak kelompok lain yang akan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka masing-masing

Page 18

Page 19: Gerhana Bulan Ketiga

Ketua Dewan

: Maksudmu?

Kalim : Kita semua sudah tahu, wilayah ini sedang berada dalam situasi yang tidak menentu. Aku yakin mereka akan senang dengan keputusan yang kami ambil

Ketua Dewan

: Apa kau mau menceritakan dari awal keputusan yang sudah kalian tentukan?

Ibu : Aku akan menceritakan, tapi setelah Samina duduk bersama di sini

(TIBA-TIBA SEORANG PELAYAN TERGOPOH-GOPOH MEMASUKI RUANGAN. ORANG-ORANG SALING PANDANG PENASARAN)

Pelayan ; Maaf tuanku, ada berita genting yang harus aku sampaikan?

Ibu : Ada apa? Kenapa kau datang sendirian?

Pelayan : Tuan muda Armin terbunuh tuan

Kalim : Apa maksudmu? Siapa yang membunuhnya?

Pelayan : Mereka tuan!

Ketua Dewan

: Siapa mereka?

Pelayan : Orang-orang yang sedang menuju kemari

Kalim : Kau tidak mengenalinya?

Pelayan : Tidak! Aku melihat mereka memegang berbagai macam senjata dan muka mereka ditutupi topeng

Ketua : Bagaimana kejadiannya?

Page 19

Page 20: Gerhana Bulan Ketiga

Dewan

Pelayan : Mereka mencegat kami dalam perjalanan. Entah dari mana, Tiba-tiba saja mereka datang mengepung kami, menyeret tuan muda Armin dan ramai-ramai mengeroyoknya hingga tuan muda Armin terbunuh. (DIAM SESAAT) Maaf tuan, aku tidak mungkin melawan mereka seorang diri

Ibu : Aku harap ini bukan kejadian yang aku bayangkan, sebuah pemberontakan dari ketidakpuasan

Kalim : Cepat antarkan aku ke tempat itu!

Ibu : Jangan kau menjemput mautmu sendiri, Kalim!

(TANPA MENGHIRAUKAN IBU, KALIM BERGEGAS KELUAR)

Ketua Dewan

: Orang-orang sudah tidak hanya meributkan keadaan wilayah ini, tetapi mereka juga sudah berani bertindak dan melawan secara terang-terangan. Sebentar lagi mungkin mereka benar-benar datang kemari. (DIAM SESAAT) Apa maksudmu mengatakan pemberontakan dari ketidakpuasan?

Ibu : Itu hanya kekhawatiranku atas kejadian yang menimpa Armin

Ketua Dewan

:

Dari sikapmu, aku yakin rasa khawatirmu memiliki alasan lebih dari sebatas yang kau ucapkan, bukankah begitu?

Ibu : Tadi malam kami telah berkumpul dan telah mencapai kesepakatan, bahwa kami tidak akan ikut campur dalam kepemimpinan berikutnya. Mereka telah bersaksi dan tidak satupun dari mereka yang mau mengajukan diri untuk memimpin wilayah ini

Ketua Dewan

: Aku adalah orang yang paling sering diminta pendapat tentang dua hal untuk sebuah keputusan. Terus terang keputusanmu baru pertama kali kutemui dalam sejarah

Page 20

Page 21: Gerhana Bulan Ketiga

hidupku. Mudah-mudahan sikapmu bisa diterima dalam sidang istimewa nanti, meski aku yakin ini akan mengagetkan sebagian dari mereka. Lalu apa alasanmu...

(DARI KEJAUHAN MULAI TERDENGAR KERIBUTAN ORANG-ORANG MENGAMUK DAN MERUSAK SESUATU)

Ibu : Suara apa itu?

Pelayan : Orang-orang bertopeng yang sedang bergerak kemari

Ibu : Mereka telah menegakkan bendera pengkhianatan dan sebentar lagi perang terjadi

Ketua Dewan

: Sebaiknya kita segera meninggalkan tempat ini, sebelum mereka berada di tengah-tengah kita

Ibu : Apa mereka akan membunuh kita?

Ketua Dewan

: Pasti! Karena kita adalah bagian dari musuh mereka. Mari kita keluar sekarang…

Ibu : Waktu kita tidak cukup untuk lari dari sini. Kita hanya bias bersembunyi. Apa kau memiliki bilik khusus di tempat ini?

Ketua Dewan

: Ya, ikuti aku!

(KETUA DEWAN DAN IBU KEMUDIAN MENUJU KE SEBUAH SUDUT RUANGAN. ORANG-ORANG DENGAN PENUH KEMARAHAN MEMASUKI RUANGAN)

Orang 1 :

Cepat perika setiap sudut ruangan ini!

Orang 2 : Temukan mereka dan seret keluar

Page 21

Page 22: Gerhana Bulan Ketiga

(ORANG-ORANG MULAI MEMERIKSA SETIAP SUDUT RUANGAN)

Orang 3 : Kami tidak menemukan mereka, tuan

Orang 4 : Mungkin mereka telah melarikan diri sebelum kita sampai di tempat ini, tuan

Orang 1 : Kau yakin telah memeriksa semua sudut ruangan

Orang 3 : Yakin tuan

Orang 2 : Kita harus bergegas meninggalkan ruangan ini, sebelum kelompok lain mengetahui kedatangan kita

(ORANG-ORANG KEMUDIAN BERGEGAS MENINGGALKAN RUANGAN. DARI ARAH LAIN SAMINA MASUK BERSAMA KELOMPOKNYA. MEREKA LANGSUNG MEMERIKSA ISI RUANGAN)

Orang 5 : Kita terlambat tuan, mereka telah dibawa oleh kelompok lain

Samina : Apa kau yakin?

Orang 6 : Ruangan ini telah berantakan sebelum kita tiba

Samina : Adakah dari kalian yang mengetahui kemana mereka membawanya?

Orang 6 : Kami akan mencarinya tuan, aku yakin mereka belum jauh dari tempat ini

Samina : Ingat jangan sampai lepas ikatan tanda dan topeng kalian. Kita harus terus bergerak dan menduduki tempat-tempat penting di wilayah ini, sebelum kelompok lain menguasainya

Page 22

Page 23: Gerhana Bulan Ketiga

Orang 5 : Baik tuan, kami mengerti

Samina : Sebentar lagi kita akan berkuasa di wilayah ini. Lakukan dalam perhitungan yang tepat dan tetap menjaga kerahasiaan gerak kita. Salah satu dari kalian segera menyusul mereka. Bawa orang-orangmu dan temukan mereka hidup atau mati!

Orang 5 : Baik tuan

Samina :

(KEPADA ORANG 6) Dan kau, pastikan mendatangi dan menangkap orang-orang pemerintahan. Bawa beberapa orang untuk menjaga keselamatanmu dan ingat pesanku, jaga kerahasian gerak kita

Orang 6 : Siap tuanku

Samina : Aku akan menunggu kalian di rumah dan

Berangkatlah!

(ORANG-ORANG MULAI BERGERAK MENINGGALKAN RUANGAN HANYA SAMINA DAN SEORANG PELAYAN SETIANYA YANG MASIH TETAP DI TEMPAT. DARI BALIK SUDUT BILIK PERLAHAN KELUAR IBU DAN KETUA DEWAN)

Ketua Dewan

: Samina…… Berhenti!

Samina : Siapa dia?

Pelayan : Dewan Agung dan ibu tuanku….

Samina : Maksudmu?

Ibu : Aku orang yang sedang kau cari baik hidup maupun mati, saat ini berada di hadapanmmu

Samina : Ibu, Aku…..

Ibu : Aku mengetahui apa yang hendak kau lakukan. Aku telah

Page 23

Page 24: Gerhana Bulan Ketiga

mendengar semua pembicaraanmu, termasuk orang-orang yang hendak kau bungkam selamanya. Ternyata kekhawatiran itu benar-benar terjadi, bahwa ada pengkhianatan dan skandal diantara kita. Armin dan Kalim mungkin saja telah meninggal, tapi aku yakin mereka adalah orang-orang yang terhormat, setidaknya di mataku, tapi tidak untukmu Samina

Ketua Dewan

: Wilayah ini mungkin akan hancur dalam hitungan hari, tapi tidak bagiku dan bagi orang-orang yang mencintai tanah airnya serupa darah yang mengaliri tubuh-tubuh mereka. Kau mungkin tidak puas dengan apa yang telah terjadi di wilayah ini, tetapi leluhurmu ibarat tanah tempat berdiri orang-orang yang rindu masa depan dalam kedamaian

Samina : Begitu juga denganku. Aku sama sekali tidak menolak dengan segala apa yang telah mereka lakukan pada wilayah ini. Dan mungkin namaku tidak akan pernah disebut sebagai pahlawan bagi wilayah ini. Tetapi aku mampu menunjukan bahwa aku orang yang mampu berdiri di atas kakiku sendiri dengan jalan yang aku pilih termasuk dengan apa yang sedang aku lakukan sekarang

Ibu : Tidak ada dalam pikiranku Samina, ternyata kau lebih berani mengkhianati keluargamu sendiri

Samina : Mungkin...

(DARI LUAR TERDENGAR TERIAKAN ORANG-ORANG MARAH MENGEPUNG RUANG SIDANG)

Orang 1 Orang 2

::

Hancurkan seluruh bangunan ini...Bakar semua isi yang di dalamnya...

Orang 1,2,3,4

: Hancurkan! Hancurkan! Hancurkan!

Orang 1,2,3,4

: Bakar! Bakar! Bakar!

Page 24

Page 25: Gerhana Bulan Ketiga

(DEWAN AGUNG DAN ORANG-ORANG DI DALAM GEDUNG HANYA TERDIAM MENDENGARKAN TERIAKAN ORANG-ORANG DARI LUAR. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN ORANG-ORANG DARI LUAR SUDAH MEMASUKI GEDUNG DAN MENGEPUNG MEREKA)

Ketua Dewan

: Kita sudah tidak bisa lari dari tempat ini. Nasib kita mungkin akan berakhir di sini.

Samina : Kalian mungkin takut menghadapi mereka, tapi tidak bagiku. Darahku sudah mengalir di tanah ini sebelum kalian dilahirkan dan akan terus mengalir bersama orang-orangku menjaga wilayah ini, ini janjiku!

(ORANG-ORANG SEMAKIN TIDAK TERKENDALI, SATU-PERSATU MULAI MENGHABISI DEWAN AGUNG, IBU DAN PELAYAN. SAMINA MENCOBA TERUS MENGHINDAR DAN BERUJAR.)

Samina : Aku tahu siapa kalian dan orang yang menyuruh kalian. Kalian bias saja membunuhku. Tapi jiwaku akan tetap hidup hingga purnama tiba!

(SETELAH SEMUA MENINGGAL LAMPU FADE OUT)

--SELESAI--

Page 25