STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM...

138
STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB AL-KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : WAHYU FITRIA NIM : 0 7 2 1 1 1 0 8 2 KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G 2011

Transcript of STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM...

Page 1: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

i

STUDI KOMPARATIF

HISAB GERHANA BULAN DALAM

KITAB AL-KHULASHAH AL-WAFIYYAH

DAN EPHEMERIS

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

WAHYU FITRIA

NIM : 0 7 2 1 1 1 0 8 2

KONSENTRASI ILMU FALAK

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

S E M A R A N G

2011

Page 2: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

ii

Page 3: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

iii

Page 4: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis

menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang

pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-

pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 13 Juni 2011

Deklarator

Wahyu Fitria

0 7 2 1 1 1 0 82

Page 5: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

v

ABSTRAK

Gerhana bulan merupakan fenomena unik yangmana pada zaman dahulu

fenomena alam ini ditakuti oleh masyarakat. Bahkan pada zaman Rasulullah

fenomena gerhana diyakini masyarakat sebagai suatu pertanda akan lahir atau

meninggalnya seseorang. Berbeda dengan zaman sekarang, fenomena unik ini

dijadikan ajang observasi dan kajian ilmiah masyarakat, akan tetapi sangat sedikit

yang melakukannya, karena tidak banyak orang yang mengetahui perhitungan

tentang gerhana, sehingga tidak tahu kapan gerhana itu terjadi.

Untuk mengetahui kapan gerhana bulan ini terjadi, ulama menggolongkan

atas hisab ‘urfi (istilahi) dan hisab haqiqi (haqiqi bi al-taqrib, haqiqi bi al-tahqiq

dan kontemporer). Ilmu hisab tersebut ada yang tertuang dalam bentuk buku,

software dan kitab. Salah satu ilmu hisab yang tertuang dalam kitab adalah kitab

al-Khulashah al-Wafiyyah yang tergolong hisab haqiqi bi al-tahqiq. Meskipun

tergolong kitab haqiqi bi al-tahqiq, semua bentuk hisab dimunculkan dalam kitab

al-khulashah al-wafiyyah, mulai dari hisab 'urfi, hisab haqiqi bi al-taqrib dan

hisab haqiqi bi al-tahqiq. Dalam menghitung terjadinya gerhana bulan, kitab ini

ada yang datanya diambil dari data logaritma. Kitab yang dibuat pada tahun 1930-

an ini sampai sekarang masih digunakan, bahkan menjadi bahan rujukan

dibeberapa lembaga keilmuan falak. Berangkat dari sinilah penulis mencoba

menelaah bagaimanakah metode yang digunakan oleh kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah dan ephemeris serta bagaimana dasar hukum hisab gerhana bulan yang

digunakan kitab al-Khulashah al-Wafiyyah dan ephemeris.

Untuk mempermudah penyelesaian skripsi ini, penulis menggunakan

metode Library research (penelitian kepustakaan). Sumber data primernya

yaitu data yang diperoleh dari kitab al-Khulashah al-Wafiyyah, sedangkan data

sekundernya adalah seluruh dokumen, buku-buku dan juga hasil wawancara yang

berkaitan dengan obyek penelitian. Data-data tersebut dianalisis dengan cara

pendekatan Kualitatif yaitu berupa metode content analisis atau analisis isi. Selain

itu penulis juga menggunakan analisis komparatif, dalam hal ini akan penulis

komparasikan hisab kitab al-Khulashah al-Wafiyyah dengan hisab kontemporer.

Menurut penulis, metode hisab kitab al-Khulashah al-Wafiyyah jika

dibandingkan dengan hisab kontemporer, maka hasilnya masih di bawah hisab

kontemporer, karena data-data yang di gunakan hisab kontemporer lebih valid dan

lebih akurat, dan dalam pengambilan datanyapun sudah menggunakan tabel yang

sudah diprogram dalam komputer. Metode dan data yang berbeda menyebabkan

adanya hasil yang berbeda pula. Bahkan seorang hasib yang melakukan

perhitungan manual akan menghasilkan perhitungan yang berbeda dengan hasib

lainnya yang menghitung secara manual juga. Selain itu dalam setiap hisab

tentunya terdapat kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki.

Dan dasar yang digunakan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah yang

menjelaskan bahwa gerhana terjadi bukan karena kematian atau hidupnya

seseorang. Karena gerhana merupakan salah satu tanda keEsaan Allah yang

diperlihatkan pada ummat manusia.

Kata kunci: Hisab, Gerhana Bulan, Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah-ephemeris

Page 6: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

vi

M O T T O

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang,

matahari dan bulan. janganlah bersujud kapada matahari dan jangan

pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang

Menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kapada-Nya”.1

(QS. Fushshilat: 37)

1 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta

Media, 2005, hlm 480.

Page 7: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibu tercinta

(Daryadi dan Hartik Sri Wahyuni)

yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang.

Terima kasih atas pengorbanan, nasehat dan doa yang tiada

hentinya kalian berikan kepadaku selama ini.

Adik-adikku tersayang (Risca Wulandari (bul-bul), Evi Yulianingsih (si-

centil), Ahmad Abdul Ghani, Ahmad Jauhari Amsar) dan seluruh

keluarga besarku tercinta, dukungan serta doa kalian, semoga Allah

membalas kebaikan kalian semua.

Page 8: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta ‘inayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan

dalam Kitab Al-Khulashah Al-Wafiyyah, dengan baik tanpa banyak kendala

yang berarti. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya

yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang

benderang seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih

payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari

usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis

sampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do’a,

perhatian, pengorbanan, nasehat dan curahan kasih sayangnya yang tidak

dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.

2. Kementerian Agama RI PD. Pontren, yang telah memberi kesempatan

mendapat Beasiswa Santri berprestrasi selama penulis menempuh

pendidikan S1 di IAIN Walisongo Semarang .

3. DR. Imam Yahya, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang dan Muhyiddin, M.Ag (Dekan sebelumnya), beserta

Pembantu-pembantu Dekan, yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk menulis skripsi dan memberikan fasilitas belajar selama belajar di

IAIN Walisongo Semarang.

4. Muhammad Saifullah, M. Ag selaku pembimbing I, atas bimbingan dan

pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.

Page 9: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

ix

5. Ahmad Syifaul Anam, S.H.I, M.H selaku pembimbing II, atas bimbingan

dan arahan serta selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

6. Mohammad Arja Imroni, M. Ag selaku Kaprodi, dan Drs. Eman

Sulaeman, M.H. (Kaprodi sebelumnya) beserta segenap pengelola Prodi

Konsentrasi Ilmu Falak, yang selalu memberikan kasih sayang dan telah

bersusah payah memberikan arahan dan bimbingan sepenuhnya kepada

penulis dan teman-teman KIF lainnya selama belajar di Semarang, serta

dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang,

atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

7. Drs Slamet Hambali, selaku Kyai penulis yang telah memberi pemahaman

tentang Ilmu Falak.

8. Drs Anshori (ahli waris Zubair Umar al-Jaelany) atas wawancaranya dan

semua data serta informasinya yang diberikan kepada penulis.

9. Kyai Siradj Khudlari dan H. Ahmad Izzuddin, M. Ag selaku Pengasuh

Pondok Pesantren Daarun Najaah di mana penulis tinggal selama kuliah di

IAIN Walisongo Semarang, atas do’a, motivasi, nasehat dan bimbingan

yang diberikan kepada penulis.

10. Keluarga Besar Ponpes Darul Ulum Jombang, Abah Kholil, para Ustadz/

Ustadzah atas segala motivasi dan ilmu yang diberikan.

11. Teman-teman CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang khususnya teman-

teman angkatan 2007, Genk Star tercinta (Yoyo, Usro, Anop, Jadul, Ibor,

Mahyo, Niez, Entong, Katrok, Mbah Uti, Saroful, Bekong, Ada Ben,

Nyonyon, Ipeh, Opil, Aro, Ifa, Mbah Anshor, Gus Kriwil, Iyan, Oji, Jay

ndut, Gus Faqih, Ncep, Yosi, Sule, Hasan, Remon).

12. Gus Sayful Mujab, S.H.I, M.S.I., dan Ahmad Fadholi S.H.I atas segala

bantuan dan pengarahannya, Purwanto (angkatan 08), Chanif (angkatan

08), masrurah (angkatan 08), dan seluruh teman yang meminjamkan

notebooknya dalam rangka penulisan skripsi ini dan teman-teman yang

tidak dapat penulis sebutkan, trima kasih untuk semuanya.

Page 10: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

x

13. Segenap santriah Pondok Pesantren Putri Daarun Najaah khususnya

Kamar pantai (bul-bul, yen-yen, gep-gep, otong, mak cik, panjul, oles).

14. Teman-teman KKN ke-56, khususnya posko 18, dan seluruh kerabat di

Desa Bulu Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang, cacak, nyon, mbak

risma, mas yan, mas ndon, mas astro dan mas troy.

15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada

penulis selama studi di Prodi Ilmu Falak Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang.

16. Dan yang terakhir adalah kepada seorang kekasih terkasih yang cintanya

selalu bersemi dan selalu setia mendampingi, menghibur dan menjadi

spirit dengan kekuatan cinta dan kasih sayang juga kesetiaan atas

terselesainya skripsi ini.

Atas semua kebaikannya, penulis hanya mampu berdo’a semoga Allah

membalas semua kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

Semarang, 13 Juni 2011

Penulis,

Wahyu Fitria

NIM. 072111082

Page 11: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ....................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. iv

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 14

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 15

D. Telaah Pustaka ................................................................. 15

E. Metode Penelitian ............................................................. 17

F. Sistematika Penulisan ...................................................... 19

BAB II HISAB RUKYAH GERHANA BULAN

A. Pengertian Gerhana Bulan.................................................. 20

B. Macam-macam Gerhana Bulan .......................................... 30

C. Dasar Hukum Gerhana Bulan ........................................... 36

D. Obyek Pembahasan Gerhana Bulan ................................... 39

E. Sejarah Gerhana Bulan ....................................................... 44

BAB III METODE HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB AL-

KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS

A. Biografi Intelektual Zubair Umar al-Jaelany ................... 49

Page 12: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

xii

B. Gambaran Umum tentang Kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah ......................................................................... 53

C. Konsep Hisab Gerhana Bulan dalam Kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah ..................................................... 57

D. Sejarah Ephemeris .......................................................... 68

E. Konsep Hisab Gerhana Bulan dalam Ephemeris ............. 74

BAB IV ANALISIS METODE HISAB GERHANA BULAN DALAM

KITAB AL-KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN

EPHEMERIS

A. Analisis terhadap metode hisab gerhana bulan dalam

kitab al-Khulasah al-Wafiyah dan Ephemeris ................. 80

B. Analisis Dasar Hukum hisab gerhana bulan yang

digunakan dalam kitab al-Khulasah al-Wafiyah dan

Ephemeris ......................................................................... 96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 104

B. Saran-Saran ...................................................................... 105

C. Penutup ............................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

Page 13: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini sering

dibicarakan dan kehadirannya dikaitkan dengan pertanda zaman atau pertanda

sesuatu yang menyeramkan. Akibatnya bila melakukan sesuatu yang dianggap

tidak biasa ketika fenomena ini terjadi, akan mendapat musibah yang besar.1

Gerhana merupakan padanan kata eclipse (dalam bahasa inggris) atau

ekleipsis (dalam bahasa yunani) atau eklipsis (dalam bahasa latin).2 Sedangkan

dalam bahasa arab dikenal dengan istilah kusuf atau khusuf 3. Pada dasarnya

istilah kusuf dan khusuf dapat digunakan untuk menyebut gerhana matahari

atau gerhana bulan. Hanya saja, kata kusuf lebih dikenal untuk menyebut

gerhana matahari, sedangkan kata khusuf untuk gerhana bulan.4

Kusuf berarti menutupi, menggambarkan adanya fenomena alam

bahwa (dilihat dari bumi) bulan menutupi matahari, sehingga terjadi gerhana

matahari. Sedangkan khusuf berarti memasuki, menggambarkan fenomena

alam bahwa bulan memasuki bayangan bumi, hingga terjadi gerhana bulan.5

Zaman dahulu gerhana merupakan fenomena alam yang ditakuti oleh

masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari penamaan gerhana dengan kata eclipse

(gerhana) yang berasal dari bahasa yunani Ekleipsis (peninggalan), yang

1 Kementrian Agama RI, Islam Untuk Disiplin Astronomi, Jakarta: Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000, hlm 76. 2 Ibid.

3 Abis Bisri, et al, Kamus Al-Bisri, Surabaya: Pustaka Progresif, Cet ke 1, 1999, hlm 84.

4 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka,

2008, Cet ke 3, hlm 187. 5 Ibid,

Page 14: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

2

menunjukkan betapa orang-orang zaman dahulu takut terhadap fenomena ini,

yaitu sewaktu matahari ataupun bulan lenyap dari pandangan mata, tampak

benda langit itu sungguh-sungguh meninggalkan manusia. Mereka menyangka

fenomena gerhana merupakan tanda-tanda kurang baik atau bencana.6 Zaman

Rasulullah SAW pun fenomena gerhana ini diyakini masyarakat sebagai suatu

pertanda akan lahir atau meninggalnya seseorang. Namun keyakinan ini

dibantah oleh hadits yang diriwayatkan Bukhari yang berbunyi:

أخبري عورعي عبذ الرحوي بي القاسن حذث عي أبي عي : أخبري ابي ب قال: حذثا أصبغ قال

إى الشوس القور ال يخسفاى : ابي عور رضي اهلل عوا أ كاى يخبر عي البي صل اهلل علي سلن

(را البخار)لوث أحذ ال لحيات لكوا ايتاى هي اياث اهلل فإرا ر أيتووا فصلا

Artinya: “Asbagh telah bercerita kepada kami bahwasanya ia berkata: Ibnu

Wahab telah bercerita kepada-ku, ia berkata: telah bercerita

kepada-ku Umar dari Abdur Rahman bin Qasim bahwa ia telah

bercerita kepada-nya dari ayah-nya. Dari Ibnu Umar r.a,

bahwasanya Umar mendapat berita dari Nabi SAW: sesungguhnya

matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian

atau hidupnya seseorang, tapi keduanya merupakan tanda diantara

tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat keduanya

(gerhana), maka shalatlah.”

Hadits di atas dapat dimengerti bahwasanya terjadinya gerhana bukan

karena kematian atau hidupnya seseorang, melainkan sebagai salah satu tanda

kebesaran Allah, sehingga bisa direnungkan kembali tanda keMahabesaran-

Nya sebagai penguasa dan pemelihara langit yang tak pernah lengah.

6 Disampaikan oleh Shofiyulloh pada waktu “Kajian Ilmiah Falakiyah” para ahli hisab

PWNU Jawa Timur di P.P. As-Sunniyyah Kencong Jember yang dilaksanakan tanggal 29 - 31

Agustus 2003. Dan bisa di akses di http://lubanghitam.com// (di akses tanggal 7 maret 2010). 7 Imam Abi „Abdillah Muhammad bin Ismail ibnu Ibrahim bin al-Mughirah bin

Bardazabah al Bukhari al Ja‟fii, “Shahih al-Bukhari”, Juz 1, Beirut, Libanon: Daar al-Kitab al-

„alamiyyah, t.t, hlm 316.

Page 15: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

3

Berbeda dengan zaman modern sekarang, fenomena gerhana tidak lagi

ditakuti manusia, malah dijadikan sebagai ajang observasi dan kajian ilmiah,

hal ini disebabkan fenomena gerhana dapat dijelaskan dengan sempurna dan

logis sebagai suatu fenomena langit yang mana semua benda langit berada di

sekitar Matahari dan di terangi olehnya, masing-masing mempunyai bayangan

yang menjulur ke dalam ruang angkasa, menjauhi matahari.8

Secara umum, fenomena gerhana adalah suatu peristiwa jatuhnya

bayangan benda langit ke benda langit lainnya, yang kadangkala benda langit

tersebut menutupi seluruh piringan matahari, sehingga benda langit yang

kejatuhan bayangan benda langit lainnya, tidak bisa menerima sinar matahari

sama sekali. Dan kadangkala benda langit tersebut menutupi sebagian piringan

matahari, sehingga benda langit yang kejatuhan bayangan benda langit

lainnya, hanya bisa menerima sebagian sinar matahari.9

Dalam ilmu falak, gerhana hanyalah merupakan kejadian terhalangnya

sinar matahari oleh bulan yang akan sampai ke permukaan bumi (gerhana

matahari). Atau terhalangnya sinar matahari oleh bumi yang akan sampai ke

permukaan bulan pada saat bulan purnama (gerhana Bulan). Semua ini

memang merupakan kebesaran dan kehendak Tuhan semesta.10

Ilmu astronomi, mengartikan fenomena gerhana dengan tertutupnya

arah pandangan pengamat ke benda langit oleh benda langit lainnya yang

8 Shofiyulloh, Loc. Cit.

9 Shofiyulloh, Loc. Cit.

10 Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek

Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm 20.

Page 16: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

4

lebih dekat dengan pengamat.11

Menurut Cecep Nurwendaya / Widya Sawitar,

fenomena gerhana adalah peristiwa yang sangat wajar dan biasa terjadi. Hal

ini dilihat dari sifat Bulan yang mengedari Bumi, sementara Bumi mengedari

Matahari. Bumi dan Bulan sama-sama tidak memancarkan cahaya sendiri,

hanya mendapat cahaya utamanya dari Matahari. Dengan demikian, akan

dimengerti kalau Bumi dan Bulan memiliki bayang-bayang, baik bayang-

bayang utama yang disebut umbra12

maupun bayang-bayang samar atau

penumbra13

. Jadi dapat dimaklumi juga apabila permukaan Bumi terkena

bayang-bayang Bulan, terjadilah gerhana Matahari, Atau sebaliknya, jika

Bulan memasuki bayang-bayang Bumi, maka akan terjadi gerhana Bulan.14

Dalam kehidupan nyata, masalah gerhana ini jarang dibahas, tidak

seperti halnya masalah penentuan awal bulan kamariyah, pelurusan arah kiblat

dan sebagainya yang sering mendapat perhatian khusus. Padahal ketika terjadi

gerhana juga terdapat unsur ibadah. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang

diriwayatkan oleh Aisyah yang berbunyi:

حذثا عبذ اهلل بي هسلوت عي هالكالعي عشام بي عرة عي أبي عي عائشت أى رسل اهلل صل اهلل علي

فإرا رأيتن رلك فادعا , إى الشوس القور ايتاى هي اياث اهلل اليخسفاى لوث أحذ ال لحيات: سلن قال

(را البخار)اهلل كبرا صلا تصذقا

11

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak (Metode Hisab-Rukyat dan Solusi Permasalahannya),

Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm 79 12

Umbra adalah sebutan umum bagi daerah tergelap suatu bayangan yang sama sekali

tidak mendapat sumber cahaya. 13

Penumbra adalah sebutan umum daerah bayangan yang tidak sepenuhnya gelap. 14

Disampaikan oleh Cecep Nurwendaya/Widya Sawitar pada waktu pelatihan Gerhana

Bulan Sebagian di Planetarium dan Observatorium Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi

Provinsi DKI Jakarta yang bertepatan pada hari kamis – jum‟at yang bertepatan tanggal 7-8

September 2006, dan juga bisa diakses di www.dikmentidki.go.id (tanggal akses, 7 maret 2010). 15

Shahih al-Bukhari, Op cit, hlm 317.

Page 17: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

5

Artinya: “Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Musallamah dari

Malikan dari „Isyam bin Urwah dari ayahnya „Isyam dari „Aisyah

bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya matahari dan

bulan merupakan salah satu tanda dari beberapa tanda kebesaran

Allah, dan tidak mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya

seseorang, maka apabila kamu melihat keduanya (gerhana matahari

dan bulan) hendaklah berdo‟a kepada Allah, bertakbir, melaksanakan

shalat dan bersedekah.”

Hadits tersebut menjelaskan bahwasanya ketika terjadi gerhana, baik

gerhana matahari maupun gerhana bulan, Rasulullah SAW menganjurkan

kepada kita untuk melaksanakan shalat gerhana, memperbanyak do‟a,

memperbanyak takbir dan memperbanyak shadaqah. Hal ini menunjukkan

bahwa betapa pentingnya fenomena gerhana ini, karena dengan adanya

fenomena ini dapat meningkatkan ketaqwaan kepada sang Maha Pencipta.

Dilihat dari kaca mata fiqh hisab rukyah, dalam persoalan gerhana,

khususnya gerhana bulan, tidak tampak adanya sekat atau persoalan yang

terjadi antara madzhab hisab dan madzhab rukyah, walaupun pada dasarnya

kedua madzhab tersebut juga ada dalam persoalan gerhana matahari dan

gerhana bulan. Madzhab hisab yang disimbolkan mereka dengan memakai

cara menghitung (kapan) terjadi gerhana, dan madzhab rukyah yang

disimbolkan oleh mereka yang menyatakan terjadi gerhana dengan langsung

melihatnya.16

Gerhana Bulan mulai terjadi ketika bulan memasuki penumbra dan

berakhir ketika bulan meninggalkan penumbra. Namun, terjadi sedikit

penggelapan yang berarti sampai bulan memasuki umbra.17

Artinya gerhana

16

Ahmad Izzuddin, Loc. cit. 17

Berdnard S. Cayne dkk, Ilmu Pengetahuan Populer, Edisi 13, Jakarta: CV Prima

Printing, 2005, hlm 144.

Page 18: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

6

bulan ini terjadi pada saat istiqbal (oposisi),18

yakni sekitar tanggal 14, 15, 16

(pada saat bulan purnama) dalam bulan kamariyah. Lihat gambar 1:

Gambar 1: Gerhana Bulan

Jika kita memperhatikan piringan bulan yang memasuki bayangan inti

bumi (seperti gambar di atas), maka gerhana bulan terdiri dari empat macam,

yaitu gerhana Bulan Total, gerhana Bulan Sebagian, gerhana Bulan Penumbra

Total dan gerhana Bulan Penumbra Sebagian.19

Gerhana Bulan Total terjadi manakala posisi bumi-bulan-matahari

terletak pada satu garis lurus, sehingga seluruh piringan bulan berada di dalam

bayangan inti bumi atau Umbra bumi. Inilah saat fase gerhana maksimum

gerhana, maksimum durasi terjadi gerhana Bulan Total bisa mencapai lebih

dari 1 jam 47 menit. Sedangkan gerhana Bulan Sebagian terjadi manakala

18

Istiqbal artinya berhadapan, yaitu suatu fenomena saat matahari dan bulan sedang

berhadap-hadapan, sehingga antara keduanya memiliki selisih bujur astronomi sebesar 180˚. Pada

saat ini pula bulan berada pada phase purnama. Dalam ilmu astronomi istiqbal ini dikenal dengan

oposisi. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm 38. 19

Disampaikan pada Diklat Hisab Rukyah Tingkat lanjut di Lingkungan Depertemen

Agama Provensi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, oleh Ahmad Izzuddin, yang diselenggarakan

oleh Kementrian Agama RI Balai Pendidikan Dan Pelatihan Keagamaan Semarang, hari Kamis-

Senin, 29 Oktober – 9 November 2009 di MAJT Semarang.

Page 19: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

7

posisi bumi-bulan-matahari tidak pada satu garis lurus, sehingga hanya

sebagian piringan bulan saja yang memasuki bayangan inti bumi dan sebagian

lagi berada dalam bayangan tambahan / Penumbra Bumi pada saat fase

maksimumnya.

Pada gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh bulan masuk ke dalam

penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian bulan yang

masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini,

gerhana Bulannya kita namakan gerhana Bulan Penumbral Total. Dan gerhana

Bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari bulan yang memasuki

penumbra, maka gerhana Bulan tersebut dinamakan gerhana Bulan Penumbra

Sebagian. Gerhana Bulan Penumbra biasanya tidak terlalu menarik bagi

pengamat. Karena pada gerhana Bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-

hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.

Jadi fenomena gerhana bulan ini, bisa diibaratkan jatuhnya bayangan

bumi kepermukaan bulan pada saat matahari dan bulan berhadapan dalam satu

garis lurus. Keadaan seperti ini menjadikan sinar matahari tidak dapat

menerobos ke bulan karena terhalang bumi.20

Akibatnya bulan tidak dapat

memantulkan sinar matahari ke bumi, sebab seperti yang kita tahu bahwa

bulan tidak bercahaya tapi hanya memancarkan sinar.

Kendati pada zaman sekarang fenomena ini menjadi ajang observasi

dan kajian ilmiah masyarakat, akan tetapi sangat sedikit yang melakukannya,

20

Abdul Karim, Mengenal Ilmu Falak, Semarang Timur: Intra Pustaka Utama, Cet ke 1,

2006, hlm 28.

Page 20: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

8

karena tidak banyak orang yang mengetahui perhitungan tentang gerhana,

sehingga mereka tidak tahu kapan gerhana terjadi.

Perhitungan tentang Gerhana Bulan sudah dikenal sejak zaman

Babilonia. Hingga sekarang, perhitungan tersebut semakin berkembang,

bahkan sudah dapat menghitung detik-detik terjadi dan berakhirnya Gerhana

Bulan. Sebagaimana yang diketahui, Ilmu hisab merupakan ilmu yang

berkembang terus menerus dari zaman ke zaman. Ini menandakan bahwa

tingkat keakurasian dan kecermatan hasil perhitungannya akan semakin tinggi.

Aliran-aliran hisab di Indonesia jika ditinjau dari segi sistem

perhitungannya dan tingkat keakurasiannya dapat dibagi menjadi dua

kelompok besar, yakni:21

1. Hisab „urfi

Hisab „urfi hanya didasarkan kepada kaidah-kaidah umum dari gerak atau

perjalanan bulan mengelilingi Bumi dalam satu bulan sinodis, yakni satu

masa dari ijtima‟ / konjungsi yang satu ke konjungsi lainnya. Hisab ini

dinamakan hisab „urfi karena kegiatan perhitungannya didasarkan pada

kaidah-kaidah yang bersifat tradisional, yaitu hanya didasarkan pada garis-

garis besarnya saja. Sistem perhitungan hisab urfi ini senantiasa

menggunakan bilangan tetap yang tidak pernah berubah. Oleh karena itu,

terkadang hasil perhitungannya berbeda dengan hasil dari perhitungan

hisab haqiqi.

21

Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Op cit, hlm 37-39.

Page 21: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

9

2. Hisab haqiqi

Hisab haqiqi adalah sistem hisab yang didasarkan pada peredaran bulan

dan bumi yang sebenarnya. Sejarah hisab haqiqi dapat dirunut dari sejarah

hisab haqiqi bi al-taqrib, karena dalam konteks Indonesia hisab haqiqi

dapat dikelompokkan menjadi tiga generasi, yaitu hisab haqiqi bi al-taqrib

dan hisab haqiqi bi al-tahqiq dan hisab haqiqi kontemporer.22

a. Hisab haqiqi bi al-taqrib

Hisab haqiqi bi al-taqrib, sesuai dengan julukannya, hasilnya

baru mendekati kebenaran, dan sistemnya sangat sederhana. Hisab

haqiqi bi al-taqrib ini dapat dihitung dan diselesaikan tanpa kalkulator

dan komputer, karena sistem perhitungannya kebanyakan hanya

menambah dan mengurangi belum menggunakan rumus-rumus

segitiga bola. Hisab haqiqi bi al-taqrib adalah hisab yang datanya

bersumber dari data yang telah disusun dan telah dikumpulkan oleh

Ulugh Beyk As-Syamarqand (w.1420M). Data ini merupakan hasil

pengamatannya yang didasarkan pada teori Geosentris (bumi sebagai

pusat peredaran benda-benda langit).

Sistem hisab haqiqi bi al-taqrib ini dapat dijumpai dalam kitab

As-Sulam an-Naiyyirain karya Manshur al-Battawiy, Fatkhur-Rauf al-

Mannan karya Abdul Djalil Kudus, dan dalam kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah karya Zubair Umar al-Jaelany. Dalam kitab As-Sulam an-

Naiyyirain dan kitab Fatkhur-Rauf al-Mannan, sistem haqiqi bi al-

22

Disampaikan pada Seminar sehari oleh Drs Slamet Hambali, yang diselenggarakan

oleh Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo semarang, hari Sabtu, 7 Nopember 2009 di Kampus

IAIN Walisongo Semarang.

Page 22: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

10

taqrib sudah final, sedangkan dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah,

sistem haqiqi bi al-taqrib belum final, baru proses awal yang harus

dilalui untuk melakukan hisab haqiqi bi al-tahqiq.

b. Hisab haqiqi bi al-tahqiq

Hisab haqiqi bi al-tahqiq, merupakan lanjutan dari hisab haqiqi

bi al-taqrib. Dalam hisab haqiqi bi al-tahqiq proses perhitungannya

mendetail, dengan menggunakan rumus-rumus segitiga bola. Hisab

haqiqi bi al-tahqiq adalah hisab yang metode perhitungannya

berdasarkan data astronomis yang diolah dengan spherical

trigonometri (ilmu ukur segi tiga bola) dengan koreksi-koreksi gerak

Bulan maupun Matahari yang sangat teliti. Dalam menyelesaikan

perhitungannya digunakan alat-alat perhitungan misalnya kalkulator

ataupun komputer. Salah satu kitab yang membahas perhitungan

gerhana Bulan yang sudah menggunakan sistem ini adalah Nurul

Anwar karya Noor Ahmad Jepara dan al-Khulashah al-Wafiyyah karya

Zubair Umar al-Jaelany Salatiga. Meskipun kitab-kitab tersebut

perhitungannya termasuk sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq , akan tetapi

pada dasarnya sistem hisab yang ada pada kitab-kitab falak tergolong

klasik. Karena metode perhitungannya hanya terbatas pada pemikiran

pengarang dari kitab tersebut. Sedangkan dalam segi astronomi, ilmu

hisab terus berkembang tanpa ada keterbatasan.

Page 23: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

11

c. Hisab haqiqi kontemporer

Hisab haqiqi kontemporer, adalah sebagaimana sistem hisab

haqiqi bi al-tahqiq yang diprogram dalam komputer yang sudah

disesuaikan dengan perkembangan ataupun temuan-temuan baru. Dan

sistem hisab ini adalah sistem hisab yang paling menonjol dan banyak

digunakan oleh ahli falak sekarang ini. Hisab kontemporer sendiri

tertuang dalam beberapa model. Ada yang berbentuk data yang

disajikan dalam bentuk tabel seperti Astronomical Almanac dan

Ephemeris. Sedangkan yang lain dalam sebuah program komputer

seperti mawaqiit karya Ing Khafid.

Dari sistem perhitungan yang dijabarkan di atas, jika dilihat dari

definisi kedua metode hisab diatas, maka metode hisab haqiqi kontemporer

yang sudah cukup akurat untuk digunakan. Dimana metode tersebut dilakukan

dengan sangat cermat, banyak proses yang harus dilalui, rumus-rumus yang

dipergunakan lebih banyak menggunakan rumus-rumus segitiga bola. Dengan

demikian akan dapat menghasilkan data yang valid untuk diterapkan, terutama

dalam hal penentuan gerhana Bulan.

Akan tetapi terdapat kitab yang tergolong hisab haqiqi bi al-tahqiq

yang dibuat pada tahun 1930-an yang sampai sekarang masih digunakan,

bahkan menjadi bahan rujukan dibeberapa lembaga keilmuan falak, dan hasil

perhitungannyapun hampir mendekati hasil perhitungan hisab haqiqi

kontemporer, yakni kitab al-Khulashah al-Wafiyyah karya Zubair Umar al-

Jaelany, yang mana hisabnya hanya sebatas pemikiran penulis saja.

Page 24: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

12

Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah adalah sebuah kitab yang disusun

oleh Zubair Umar al-Jaelany (salah seorang mantan Rektor IAIN Walisongo

Semarang) berkisar pada tahun 1930-1935 M. Beliau menyusun kitab ini di

Makkah al-Mukarramah. Selama berada di Makkah, Beliau berguru kepada

Syaikh Umar Hamdan.23

Oleh karena itu data-data astronomis dalam kitab al-

khulashah al-wafiyyah menggunakan acuan tahun hijriyah menggunakan

markaz Makkah al-Mukaramah, sehingga dalam melakukan perhitungan harus

berhati-hati. Sebab di masa sekarang, pada umumnya waktu atau jam yang

dipakai adalah menggunakan acuan GreenWich, sebagaimana waktu yang

dianut ephemeris dengan sistem WIB, WITA dan WIT yang masing-masing

dengan Green Wich berselisih 7 jam, 8 jam dan 9 jam.

Zubair, yang mempunyai nama lengkap Zubair Umar Al-Jaelany, lahir

di Pandangan kecamatan Pandangan Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, 16

September 1908 M (Rabu Pahing, bertepatan 19 Sya'ban 1326 H / 1838 Jawa).

Dan wafat di Salatiga pada tanggal 10 Desember 1990 M atau 24 Jumadil ‟Ula

1411 H. Menurut Ahmad Izzuddin,24

beliau adalah seorang Ulama' juga

akademisi yang terkenal sebagai pakar ilmu falak dengan karya

monumentalnya kitab "Al-Khulashah al-Wafiyyah” yang termasuk dalam

kategori haqiqi bi al-tahqiq. Akan tetapi, meskipun tergolong kitab haqiqi bi

al-tahqiq, semua bentuk hisab dimunculkan dalam kitab al-khulashah al-

23

Ahmad Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam Kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah Dengan Metode Haqiqi bit tahqiq, Skripsi Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang, 1997, hlm 49. 24

Ahmad Izzuddin, Zubair Umar al-Jaelany dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyah di

Indonesia, Laporan Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2002, hlm 58-61.

Page 25: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

13

wafiyyah, mulai dari hisab 'urfi,25

kemudian hisab haqiqi bi al-taqrib lalu

dilanjutkan kepada hisab haqiqi bi al-tahqiq.

Zubair Umar Al-Jaelany menyusun kitab ini karena terpicu oleh

sebuah kasus perselisihan tentang kapan terjadinya gerhana bulan di

masyarakat. Oleh karena itu, Zubair Umar Al-Jaelany merasa terpanggil untuk

menyusun sebuah kitab yang nantinya dapat dijadikan pegangan dalam

perhitungan gerhana Bulan dan lain-lain.26

Dalam kitab ini dijelaskan bahwasanya gerhana Bulan hanya terjadi

ketika posisi istiqbal, yaitu pada saat bulan berada pada garis edar matahari

atau dekat dengan matahari, dimana bumi terletak diantara keduanya sehingga

bayangan bumi yang jatuh ke bulan menghadap ke matahari baik total ataupun

sebagian, sehingga cahaya matahari tidak sampai pada bulan. Dengan

demikian bulan dalam keadaan gelap sebagaimana aslinya, itulah yang disebut

gerhana Bulan.27

Ephemeris adalah hisab yang data-datanya sudah didasarkan pada

peredaran matahari dan bulan setiap jam. Data yang berbentuk tabel tersebut

merupakan data yang sudah di oleh sesuai dengan rumus matematika modern.

Sehingga hasilnyapun akurat jika dibanding dengan hisab haqiqi lainnya.

Hisab inilah yang bayak digunakan oleh kebanyakan ahli falak di Indonesia.

Dalam perhitungan gerhana bulanpun, hasil hisabnya tepat dengan kejadian

saat terjadinya gerhana bulan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

25

Hisab 'Urfi dalam al-khulashah al-wafiyyah diberi istilah hisab istilahi. 26

Ahmad Syifa'ul Anam, Loc. Cit. 27

Zubair Umar al-Jaelany, al-Khulashah al-Wafiyah, Surakarta: Melati, 1935, hlm 139-

140.

Page 26: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

14

Tabel perbandingan hisab antara kitab Al-Khulashah al-Wafiyyah dan Ephemeris

No Model Hisab

Perbandingan

Al-Khulashah

al-Wafiyyah Ephemeris

1 Waktu Istiqbal (14 September 1932 M/13 Jumadil ‟Ula 1351 H)

Jam WIB 12 j 41

m 58

d 14

j 02

m 49.44

d

2 Mulai Gerhana (15 September 1932 M/14 Jumadil ‟Ula 1351 H)

Jam WIB 02j 32

m 23

d 02

j 25

m 31.38

d

3 Selesai Gerhana (15 September 1932 M/14 Jumadil ‟Ula 1351 H)

Jam WIB 06j 01

m 11

d 05

j 48

m 7.5

d

Berangkat dari latar belakang diatas, penulis dengan segenap

kemampuan yang ada tertarik untuk mengulas lebih lanjut dan mengupas

secara tuntas mengenai hisab gerhana bulan dalam kitab al-Khulashah

al-Wafiyyah karya Zubair Umar al-Jaelany. Studi tersebut penulis

angkat dalam skripsi yang berjudul: “Studi Komparatif Hisab Gerhana

Bulan dalam Kitab Al-Khulashah Al-Wafiyyah dan Ephemeris.”

B. RUMUSAN MASALAH

Dengan berdasar pada uraian latar belakang di atas, maka dapat

dikemukakan disini pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian berikutnya. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana metode hisab gerhana bulan menurut Zubair Umar al-Jaelany

dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah dan Ephemeris?

2. Bagaimana dasar hukum hisab gerhana Bulan yang digunakan Zubair

Umar al-Jaelany dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah dan Ephemeris?

Page 27: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

15

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui metode perhitungan yang dipergunakan oleh Zubair

Umar al-Jaelany dan ephemeris dalam menentukan gerhana Bulan

sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dari metode hisab yang

lainnya.

2. Untuk mengetahui dasar hukum hisab gerhana bulan yang digunakan

Zubair Umar al-Jaelany dan ephemeris sehingga menambah pengetahuan

tentang hukum ketika terjadi gerhana bulan.

D. TELAAH PUSTAKA

Sejauh penelusuran yang penulis lakukan, belum ditemukan tulisan

secara khusus dan mendetail yang membahas perhitungan gerhana Bulan

menurut Zubair Umar al-Jaelany. Walaupun demikian, namun terdapat

tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah gerhana.

Di Indonesia, permasalahan gerhana memang tidak fenomenal seperti

permasalahan penentuan awal bulan kamariyah yang sering timbul perbedaan

antara golongan yang satu dengan golongan yang lain. Permasalahan dalam

meluruskan arah kiblat (yang sekarang sedang marak karena adanya fatwa

MUI yang mengeluarkan fatwa tentang arah kiblat, dimana arah kiblat cukup

menghadap ke arah barat). Oleh karena itu sangat sedikit sekali sosok yang

menulis atau meneliti masalah tentang gerhana.

Page 28: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

16

Kitab al-khulashah al-wafiyyah sebelumnya sudah dibahas oleh Ahmad

Syifa'ul Anam dalam bentuk skripsi, skripsi tersebut berjudul Studi Tentang

Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah

Dengan Metode Haqiqi bi al-tahqiq. Inti dari pembahasan dalam skripsi

tersebut adalah menguak kebenaran klasifikasi dan kategori hisab haqiqi bi al-

tahqiq dalam kitab al-khulashah al-wafiyyah.

Perbedaan skiripsi Ahmad Syifa'ul Anam dengan yang peneliti ajukan

terletak pada pembahasannya, yaitu pembahasan yang penulis ajukan adalah

mengenai hisab gerhana Bulan. Sedangkan skripsi Ahmad Syifa'ul Anam

membahas mengenai hisab awal bulan kamariyah.

Kemudian terdapat penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Izzuddin

yang berjudul Zubair Umar al-Jaelany dalam Sejarah Pemikiran Hisab

Rukyah di Indonesia. Dalam penelitiannya ini, Ahmad Izzuddin menguak

pemikiran Zubair Umar al-Jaelany tentang ilmu hisab dan posisi serta

pengaruh pemikiran Zubair Umar al-Jaelany dalam belantara sejarah

pemikiran hisab rukyah di Indonesia. Yang dilakukan dengan penelusuran

tarihiyah (historisitas) dalam kancah jaringan ulama yang beliau lakukan

dalam kemasan penelitian.

Selain karya-karya tersebut, penulis juga menelaah kumpulan

materi pelatihan tentang gerhana bulan baik yang penulis ikuti sendiri

maupun dari sumber-sumber yang terkait.

Page 29: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

17

E. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian berikutnya, metode yang akan penulis pakai adalah

sebagai berikut:

Jenis Penelitian

Dilihat dari karakteristik masalahnya berdasarkan kategori

fungsionalnya untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka metode yang penulis gunakan adalah metode Library

research (penelitian kepustakaan) yakni penulis melakukan analisis

terhadap sumber data, yaitu kitab al-Khulashah al-Wafiyyah sebagai

data primer, dan buku lain yang berkaitan dengan masalah gerhana

serta wawancara terhadap orang dekat (ahli waris).

Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian

ini, maka metode yang penulis gunakan adalah metode dokumentasi28

dan wawancara29

.

Sumber data yang digunakan ada dua, yaitu data primer dan data

sekunder. Dalam hal ini data primer30

adalah data yang diperoleh dari

kitab al-Khulashah al-Wafiyyah, sedangkan data sekundernya31

adalah

28

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung diajukan kepada

subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian,

surat pribadi, laporan notulen rapat, dan dokumen lainnya. Lihat Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi

Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet ke 1, 2002, hlm 87. 29

Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban-jawabannya dicacat atau

direkam. Ibid, hlm 85. 30

Data primer adalah data yang diperileh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh

orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Ibid, hlm 82. 31

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan

penelitian dari sember-sumber yang telah ada. Ibid.

Page 30: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

18

seluruh dokumen, buku-buku dan juga hasil wawancara yang berkaitan

dengan obyek penelitian.

Metode Analisis Data

Dilihat dari pendekatan analisisnya, jenis penelitian ini termasuk

kedalam jenis penelitian Kualitatif.32

Metode ini penulis gunakan

dikarenakan data yang akan dianalisis berupa data yang didapat dengan

cara pendekatan Kualitatif.

Dalam menganalisis data-data, setelah data terkumpul, metode

yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data-data yang telah

diperoleh tersebut adalah metode content analisis atau yang lebih dikenal

dengan istilah "analisis isi" yang dalam hal ini adalah penentuan

gerhana bulan yang tertuang dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah.

Selain itu penulis juga menggunakan analisis komparatif, dalam hal

ini penulis akan mengkomparasikan metode yang terdapat dalam kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah dengan metode ephemeris. Analisis ini diperlukan

untuk mengetahui perbedaan selisih antara dua metode tersebut.

Analisis ini diperlukan untuk menguji apakah metode hisab yang

tertuang dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah sesuai dengan

kebenaran ilmiah astronomi modern. Sehingga pemikiran Zubair Umar

al-Jaelany dalam menentukan gerhana Bulan dapat digunakan sebagai

pedoman dalam menentukan gerhana Bulan.

32

Analisis Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses dekuktif dan induktif

serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika

ilmiah. Lihat Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet ke 5, 2004,

hlm 5.

Page 31: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

19

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar, penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab, dan

didalam setiap babnya terdapat sub-sub pembahasan, yaitu:

Bab pertama adalah pendahuluan, dalam bab ini akan dijelaskan

beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, merupakan kajian terhadap diskursus hisab rukyah gerhana

bulan, meliputi meliputi pengertian gerhana Bulan, macam-macam gerhana

Bulan, dasar hukum gerhana bulan, Objek pembahasan gerhana bulan,

Sejarah gerhana bulan.

Bab ketiga, akan memotret metode hisab gerhana bulan dalam kitab

al-khulashah al-wafiyyah dan ephemeris, bab ini akan membahas Biografi

Intelektual Zubair Umar al-Jaelany, Gambaran Umum tentang Kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah, Konsep Hisab Gerhana Bulan dalam Kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah, Sejarah Ephemeris, Konsep Hisab Gerhana Bulan

dalam Ephemeris.

Bab keempat, Analisis metode Hisab Gerhana Bulan dalam Kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah dan ephemeris. Bab ini merupakan pokok dari

pembahasan penulisan penelitian yang penulis lakukan yakni meliputi

Analisis terhadap metode hisab gerhana bulan dalam kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah dan ephemeris, serta analisis dasar hukum hisab gerhana bulan

dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah dan ephemeris.

Page 32: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

20

Bab kelima, merupakan penutup, akan dilakukan penarikan

kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran untuk perbaikan

selanjutnya, dan penutup.

Page 33: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

21

BAB II

HISAB RUKYAH GERHANA BULAN

A. PENGERTIAN GERHANA BULAN

Pada dasarnya penyebutan untuk gerhana Matahari dan gerhana Bulan

sama. Gerhana dalam bahasa inggris eclipse.1 Istilah ini digunakan secara

umum, baik gerhana Matahari maupun gerhana Bulan. Namun dalam

penyebutannya, terdapat dua istilah, yaitu eclipse of the sun untuk gerhana

Matahari, dan eclipse of the moon untuk gerhana Bulan.2 Selain itu ada juga

yang menggunakan solar eclipse untuk gerhana Matahari, dan lunar eclipse

untuk gerhana Bulan.3

Sedangkan dalam bahasa arab dikenal dengan istilah kusuf atau

khusuf.4 Pada dasarnya istilah kusuf dan khusuf dapat digunakan untuk

menyebut gerhana Matahari atau gerhana Bulan. Hanya saja, kata kusuf lebih

dikenal untuk menyebut gerhana Matahari, sedangkan kata khusuf untuk

gerhana Bulan.5

Diantara istilah-istilah tersebut, istilah arablah yang paling mendekati

pada pengertian sebenarnya. Yaitu kata kusuf dan khusuf yang pada dasarnya

bisa digunakan untuk menyebut kedua jenis gerhana tersebut. Kusuf berarti

menutupi, menggambarkan adanya fenomena alam bahwa (dilihat dari bumi)

1 John M. Echols, An Indonesian-English Dictionary, Hassan Shadily, “Kamus Indonesia-

Inggris”, edisi ketiga, Jakarta: PT Garmedia Pustaka Utama, 2003, Cet ke 9, hlm 187. 2 Oxford, Oxford Learner‟s Pocket Dictionary, New York: Oxford University Press,

2003, hlm 137.

` 3 Soetjipto dkk, Islam dan Ilmu Pengetahuan tentang Gerhana, Yogyakarta: LPPM IAIN

Sunan Kalijaga, 1983, hlm 1. 4 Abis Bisri, et al, Kamus Al-Bisri, Surabaya: Pustaka Progresif, Cet ke 1, 1999, hlm 84.

5 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka,

2008, Cet ke 3, hlm 187.

Page 34: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

22

bulan menutupi matahari, sehingga terjadi gerhana matahari. Sedangkan

khusuf berarti memasuki, menggambarkan fenomena alam bahwa bulan

memasuki bayangan bumi, hingga terjadi gerhana bulan.6

Kusuf menurut bahasa berarti berubah menjadi hitam. Dikatakan

artinya wajahnya , كسف ج ,artinya keadaannya telah berubah , كسفت حان

berubah, dan كسف انشس , artinya matahari menjadi gelap dan hilang pancaran

sinarnya.7 Sedangkan khusuf menurut bahasa berarti kekurangan. Dikatakan

artinya tempat tersebut menghilang di bumi. Kata ini , خسف انكا يخسف خسفا

diambil dari kalimat خسف انقر , artinya bulan telah menghilang cahayanya.

Jadi, kata kusuf dan khusuf bagi matahari dan bulan bermakna

perubahan dan berkurangnya sinar keduanya. Kedua kalimat ini memiliki arti

yang sama dan keduanya digunakan pada hadits-hadits shahih, sedangkan al-

Qur‟an8 menggunakan kata khusuf untuk bulan.

Sedangkan makna kusuf dan khusuf menurut istilah adalah

terhalanginya seluruh atau sebagian sinar matahari atau bulan dikarenakan

suatu sebab alamiah. Yaitu Allah menakut-nakuti hamba-Nya dengannya.

Atas dasar inilah, kata kusuf dan khusuf adalah sinonim, yaitu memiliki arti

yang sama. Maka dikatakan كسفت انشس خسفت , artinya matahari berkurang

6 Ibid.

7 Ahmad bin Ali Ibnu Hajar al-Asqalanii, Fathul Baari, Juz II, Beirut: Daar al-Fikr, t.t.

hlm 526. 8 Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, Juz II,

Beirut: Daar al-Kitab al-„ilmiyah, t.t. hlm 273.

Page 35: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

23

cahayanya dan menjadi gelap (mengalami gerhana) dan كسف انقر خسف ,

artinya bulan berkurang cahayanya dan menjadi gelap (mengalami gerhana).9

Ada juga yang mengatakan bahwa kata kusuf ditujukan untuk

matahari. Sedangkan kata khusuf ditujukan untuk bulan. Pernyataan itu

mungkin berlaku jika kedua kalimat tersebut berkumpul sehingga

dikatakanlah kusuf (matahari) dan khusuf (bulan). Namun apabila kata-kata itu

terpisah satu sama lain, maka keduanya memiliki makna yang sama dan

memiliki beberapa padanan dalam bahasa arab. Oleh karena itu, para ulama„

masih memperselisihkan makna kata kusuf dan khusuf, apakah keduanya

masih sinonim atau tidak?

Ibnu Atsir mengatakan penyebutan kusuf dan khusuf untuk matahari

dan bulan telah berkali-kali dijumpai dalam hadits. Sekelompok ulama„

meriwayatkan keduanya dengan huruf kaf. Sekelompok ulama„ lain

meriwayatkan keduanya dengan huruf kha„. Sekelompok ulama„ yang lain lagi

meriwayatkan untuk matahari dengan menggunakan huruf kaf dan untuk bulan

dengan menggunakan huruf kha„. Meskipun demikian, mereka semua

meriwayatkan bahwa keduanya merupakan salah satu tanda kebesaran Allah

yang muncul bukan karena kematian atau hidupnya seseorang. Adapun

pendapat yang lebih banyak dalam tinjauan bahasa adalah kata kusuf

diperuntukkan untuk matahari dan kata khusuf diperuntukkan untuk bulan.

Dikatakan كسفت انشس كسفا اهلل اكسفت , artinya matahari berubah menjadi

gelap (mengalami gerhana), yaitu Allah membuat cahayanya redup sehingga

9 Sa‟id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Shalatul Mu‟min, Ahmad Yunus et, “ Ensiklopedi

Shalat Menurut al-Qur‟an dan as-Sunnah, Jilid III, Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟I, Cet ke 1,

2007, hlm 2.

Page 36: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

24

menjadi gelap (gerhana). Dan خسف انقرخسف اهلل اخسف , artinya bulan

menghilang atau berkurang sinarnya (mengalami gerhana), yakni Allah

membuat sinarnya berkurang sehingga hilang cahayanya (mengalami

gerhana).10

Ibnu Atsir juga berkata: sesungguhnya gerhana matahari dan bulan

tidak terjadi karena kematian ataupun hidupnya seseorang. Sebenarnya yang

lebih dikenal dalam penerapan bahasa adalah penggunaan kata kusuf untuk

matahari. Adapun penyebutan kata khusuf secara mutlak, umumnya ditujukan

untuk bulan karena ia berjenis kelamin mudzakar, sementara asy-syamsi

(matahari) berjenis kelamin muannats. Dalam hadits ada yang menyebutkan إ

artinya sesungguhnya matahari dan bulan tidak , انشس انقر ال يكسفا

mengalami gerhana. Sementara itu alasan penggunaan kata khusuf untuk

matahari adalah karena adanya persamaan makna antara kata khusuf dan

kusuf, yaitu hilangnya sinar keduanya sehingga keduanya menjadi gelap.11

Al-fairuzabadi juga mengatakan خسف انكا يخسف خسفا , artinya tempat

tersebut menghilang di bumi, sedangkan خسف انقر artinya bulan mengalami

gerhana. Ia juga sepakat kata kusuf untuk matahari dan kata khusuf untuk

bulan. Atau bisa juga kata khusuf digunakan untuk menunjukkan arti

hilangnya sebagian dari keduanya, sedangkan kata kusuf untuk hilangnya

keseluruhan dari keduanya.12

10

ibid. 11

ibid. 12

Imam Majduddin Muhammad bin Ya‟kub bin Muhammad bin Ibrahim al-Fairuzabadi

asy-Syairazi asy-Syafi‟I, Al-Qaamus al-Muhid, Juz III, Beirut: Daar al-Kitab al-„Ilmiyah, Cet ke 1,

1995, hlm: 178.

Page 37: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

25

Selain itu Imam Nawawi juga berkata: dikatakan كسفت انشس انقر

dengan mem-fat hah-kan huruf kaf dan كسفا dengan men-dhammah-kan huruf

kaaf. إكسفا خسفا خسفا اخسفا kesemuanya memiliki makna yang sama.

Dikatakan كسف انشس dengan huruf kaf dan خسف انقر dengan huruf kha„. Al-

Aqdhi „Iyah pun meriwayatkan sebaliknya dari sebagian ahli bahasa dan

orang-orang terdahulu, namun ini adalah bathil dan tidak bisa diterima

berdasarkan firman Allah SWT:

Artinya: “Dan apabila bulan Telah hilang cahayanya,”

Jumhur ulama„ dan yang lainnya berpendapat bahwa kata khusuf dan kusuf

dipergunakan untuk makna hilangnya seluruh sinar matahari dan bulan, juga

untuk arti hilangnya sebagian dari sinar keduanya. Al-Laits bin Sa‟ad berkata:

kata khusuf digunakan untuk arti hilangnya seluruh sinar, sedangkan kata

kusuf dipakai untuk makna hilangnya sebagian sinar. Dikatakan pula: kata

khusuf artinya hilangnya warna keduanya, sedangkan kata kusuf artinya

perubahan warna.14

Sedangkan penggunaan yang paling masyhur oleh para ahli fiqh adalah

kata kusuf untuk matahari dan kata khusuf untuk bulan. Dari beberapa

pernyataan diatas, tidak diragukan lagi bahwa penunjukan kata kusuf dan

khusuf menurut bahasa berbeda, karena kata kusuf berarti berubah menjadi

hitam (gelap), sedangkan khusuf berarti kekurangan atau kehinaan. Maka

13

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2005,

hlm 577. 14

Imam Abi Husain Muslim bin al-Hujjaaj al-Qusyairi An-Nasaburi, Shahih Muslim bi

Syarhin Nawawi, Juz 5, Beirut: Daar al-Kitab al-„alamiyyah, t.t. hlm 176.

Page 38: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

26

sesuailah jika matahari dikatakan كسفت atau خسفت sebab memang ia mengalami

perubahan dan cahayanya bisa berkurang, demikian halnya dengan bulan.

Namun hal itu tidak mengharuskan kata kusuf dan khusuf itu sinonim.

Dikatakan bahwa penggunaan huruf kaf untuk permulaan, sedangkan

penggunaan huruf kha„ untuk akhir (gerhana). Dikatakan pula bahwa

penggunaan huruf kaf untuk arti hilangnya seluruh sinarnya, sedangkan

penggunaan huruf kha„ untuk hilangnya sebagian sinarnya. Dikatakan juga

bahwa penggunaan huruf kaf untuk hilangnya seluruh warnanya, sedangkan

penggunaan huruf kha„ untuk perubahan warnanya.15

Ibnu Hajar juga berkata: dikatakan bahwa khusuf untuk keseluruhan,

sedangkan kusuf untuk sebagian. Inilah yang lebih diunggulkan daripada

pendapat ulama„ yang mengatakan bahwa khusuf untuk bulan, sedangkan

kusuf untuk matahari, karena penggunaan kha„ untuk matahari juga terdapat

didalam hadits shahih.16

Jadi menurut bahasa arab, menurut pendapat yang paling masyhur,

kata khusuf diperuntukkan untuk gerhana bulan. Kata khusuf adalah bentuk

mashdar dari kata خسف انشيء , artinya sesuatu yang berkurang, yaitu khusus

untuk hilangnya sinar bulan baik secara keseluruhan ataupun sebagian.

Jika dikaitkan dengan ilmu falak atau ilmu astronomi, gerhana bulan

mempunyai arti tertutupnya sinar matahari oleh bumi sehingga bulan berada

didalam bayang-bayang bumi. Gerhana bulan terjadi saat matahari, bumi dan

bulan berada pada garis lurus dimana bulan terletak dibelakang bumi dan

15

Fathul Baari, Op. Cit, hlm 535. 16

Ahmad bin Ali Ibnu Hajar al-Asqalanii, Hadyus Saari, Beirut: Daar al-Fikr, t.t. hlm

111.

Page 39: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

27

bumi berada diantara matahari dan bulan. Berhubung dalam gerhana bulan,

bulan berada dalam bayangan bumi, maka gerhana bulan terjadi dimalam hari,

yaitu malam bulan purnama.17

Artinya gerhana bulan ini terjadi pada saat

istiqbal (oposisi), yakni sekitar tanggal 14, 15, 16 (pada saat bulan purnama)

dalam bulan kamariyah. Dan pada waktu itu bulan sedang dalam peredarannya

dengan memotong bidang ekliptika.18

Muhammad Wardan mengatakan yang dimaksud Gerhana Bulan ialah

ketika bulan bergerak mengelilingi bumi, masuk kedalam inti bayangan bumi,

sehingga pada waktu itu bulan tidak menerima sinar matahari. Oleh karena itu,

Gerhana Bulan terjadi ketika bulan pada saat istiqbal (oposisi).19

Sedangkan

menurut Abdul Karim, Gerhana Bulan bisa diibaratkan jatuhnya bayangan

bumi kepermukaan bulan pada saat matahari dan bulan berhadapan dalam satu

garis lurus. Keadaan seperti ini menjadikan sinar matahari tidak dapat

menerobos ke bulan karena terhalang bumi.20 Akibatnya bulan tidak dapat

memantulkan sinar matahari ke bumi, sebab bulan tidak bercahaya tapi hanya

memancarkan sinar. Menurut Janice Van Cleave, gerhana bulan terjadi ketika

bayangan bumi jatuh di bulan dan menghalangi cahaya bulan.21

Zubair Umar al-Jaelany sendiri menjelaskan bahwa gerhana bulan

hanya terjadi ketika posisi istiqbal, yaitu pada saat bulan berada pada garis

17

Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hisab

Muhammadiyah, Yogyakarta: Perpustakaan Nasional, 2009, Cet ke 2, hlm 101. 18

Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta:

Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm 146. 19

Muhammad Wardan, Kitab Falak dan Hisab, Yogyakarta: Toko Pandu, 1957, Cet ke 1,

hlm 52-53. 20

Abdul Karim, Mengenal Ilmu Falak, Semarang Timur: Intra Pustaka Utama, Cet ke 1,

2006, hlm 28. 21

Janice Van Cleave, A+ Proyek-proyek Astronomi, Bandung: Pakar Raya, 2002, hlm

124.

Page 40: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

28

edar matahari atau dekat dengan matahari, dimana bumi terletak diantara

keduanya sehingga bayangan bumi yang jatuh ke bulan yang menghadap ke

matahari baik total ataupun sebagian, sehingga cahaya matahari tidak sampai

pada bulan. Dengan demikian bulan dalam keadaan gelap sebagaimana

aslinya, itulah yang disebut Gerhana Bulan.22

Gerhana Bulan ini hanya terjadi bila bujur astronominya berselisih

180˚ serta deklinasinya 0˚ atau mempunyai deklinasi yang harga mutlaknya

hampir sama, meskipun berlawanan positif-negatifnya. Dalam astronomi

gerhana bulan dimungkinkan terjadi bila bulan pada saat bulan purnama

berada pada posisi 12˚ atau kurang dari titik simpul.23

Agar Gerhana Bulan terjadi, maka bulan harus berada pada bulan

penuh dan bulan harus berada di dekat salah satu simpul orbitnya. Panjang

umbra bumi kira-kira 1.400.000 km dan jarak-rata-rata bulan dari bumi kira-

kira 385.000 km. Oleh karena itu, ketika bulan masuk ke dalam kerucut

bayangan sempurna, bulan ini berada jauh lebih dekat ke dasar kerucut

daripada ke ujung kerucut itu. Deameter kerucut, tempat bulan melintas

melaluinya, kira-kira 2 ½ kali deameter bulan.

Pada saat terjadi Gerhana Bulan, bumi akan membentuk 2 bayangan,

yaitu bayangan yang paling luar yang disebut dengan bayangan Penumbra

atau bayangan semu (bayangan ini tidak terlalu gelap) dan bayangan dalam

yang disebut bayangan Umbra atau bayangan inti. Karena bentuk lingkaran

matahari lebih besar dari pada lingkaran bumi, maka bayangan umbra bumi

22

Zubair Umar al-Jaelany, al-Khulashah al-Wafiyyah, Surakarta: Melati, 1935, hlm 139-

140. 23

Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm 45.

Page 41: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

29

berbentuk kerucut. Sedangkan bentuk dari bayangan penumbra bumi juga

berbentuk kerucut yang terpancung dengan puncaknya di bumi yang makin

jauh bayangan ini semakin membesar sampai menghilang di ruang angkasa.

Pada bayangan penumbra hanya sebagian piringan matahari yang

ditutupi oleh bumi, sedangkan pada bayangan umbra seluruh piringan

matahari tertutup oleh bumi, sehingga ketika bulan melewati umbra, bulan

akan terlihat gelap, karena cahaya matahari yang masuk ke bulan dihalang-

halangi oleh bumi. Sedangkan jika bulan berada dalam penumbra, sebagian

sumber cahaya masih akan terlihat. Gerhana bulan mulai terjadi ketika bulan

memasuki penumbra dan berakhir ketika bulan meninggalkan penumbra.

Namun terjadi sedikit penggelapan sampai bulan memasuki umbra.24

Meskipun gerhana bulan ini terjadi pada saat bulan purnama, akan

tetapi gerhana bulan ini tidak terjadi setiap bulan. Hal ini dikarenakan orbit

bulan mengelilingi bumi tidak sama dengan orbit bumi mengelilingi matahari.

Orbit bulan tidak sebidang dengan orbit bumi, tetapi orbit bulan memotong

orbit bumi dan membentuk sudut sebesar 5. (Lihat gambar 1). Dengan

kemiringan bidang orbit bulan sebesar 5 terhadap bidang ekliptika, bulan

dapat berada di atas atau di bawah daerah bayang-bayang bumi saat bulan

purnama. Demikian halnya dengan bumi yang dapat berada di atas atau di

bawah bayang-bayang bulan saat bulan baru.25

Jadi gerhana bulan hanya akan

24

Berdnard S. Cayne dkk, Ilmu Pengetahuan Populer, Edisi 13, Jakarta: CV Prima

Printing, 2005, hlm 143-144. 25

Adriana Wisni Ariasti dkk, Perjalanan Mengenal Astronomi, Bandung: Penerbit ITB,

1995, hlm 33.

Page 42: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

30

terjadi jika bulan berada di dekat titik pertemuan orbit bulan dan bumi yang

dinamakan titik simpul.

Gambar 1.

Bumi Bulan

Orbit Bumi

Titik simpul 5

Jumlahnya titik simpul ada dua:

1. Titik simpul naik (Ascending Node), titik ini dilalui oleh bulan ketika

bergerak dari selatan ekliptika menuju utara ekliptika.

2. Titik simpul turun (Descending Node), titik yang dilalui bulan ketika

bergerak dari utara ekliptika menuju selatan ekliptika.

Jika suatu ketika terjadi bulan purnama, sedangkan pusat bayangan

bumi terletak pada 10,9 dari titik simpul, maka gerhana bulan mungkin

terjadi, akan tetapi gerhana bulan total hanya akan terjadi jika pusat bayangan

bumi terletak 5,2 dari titik simpul.26

B. MACAM-MACAM GERHANA BULAN

Seperti yang kita tahu, jika memperhatikan piringan bulan yang

memasuki bayangan bumi, maka gerhana bulan ada empat macam, yaitu

gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian, gerhana bulan penumbra total

dan gerhana bulan penumbra sebagian.27

26

Disampaikan oleh Shofiyulloh pada waktu “Kajian Ilmiah Falakiyah” para ahli hisab

PWNU Jawa Timur di P.P. As-Sunniyyah Kencong Jember yang dilaksanakan tanggal 29 - 31

Agustus 2003. Dan bisa di akses di http://lubanghitam.com// (di akses tanggal 7 maret 2010). 27

Disampaikan pada Diklat Hisab Rukyah Tingkat lanjut di Lingkungan Depertemen

Agama Provensi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, oleh Ahmad Izzuddin, yang diselenggarakan

Matahari

Page 43: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

31

1. Gerhana Bulan Total

Gerhana bulan total terjadi manakala posisi bumi-bulan-matahari

terletak pada satu garis lurus, sehingga seluruh piringan bulan berada di

dalam bayangan inti bumi atau umbra bumi (lihat gambar 2) inilah saat

fase gerhana maksimum. Maksimum durasi terjadi gerhana bulan total

bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit. Ketika terjadi gerhana bulan

total, maka akan terjadi empat kontak, yaitu:28

kontak pertama adalah

ketika piringan bulan mulai menyentuh masuk pada bayangan bumi, pada

posisi inilah waktu mulai gerhana. Kontak kedua, ketika seluruh piringan

bulan sudah memasuki bayangan bumi, pada posisi inilah waktu mulai

total gerhana. Kontak ketiga, adalah ketika piringan bulan mulai

menyentuh untuk keluar dari bayangan bumi, pada posisi inilah waktu

akhir total gerhana. Kontak keempat, ketika seluruh piringan bulan sudah

keluar dari bayangan bumi, pada posisi ini gerhana berakhir.

Akan tetapi, Perlu diketahui pada saat gerhana bulan total, meski

bulan berada dalam umbra bumi, bulan tidak sepenuhnya gelap total

karena sebagian cahaya masih bisa sampai kepermukaan bulan oleh

refraksi atmosfir bumi.

oleh Departemen Agama RI Balai Pendidikan Dan Pelatihan Keagamaan Semarang, hari Kamis-

Senin, 29 Oktober – 9 November 2009 di MAJT Semarang. 28

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Op Cit, hlm 191-192.

Page 44: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

32

Gambar 2: Gerhana Bulan Total

2. Gerhana Bulan Sebagian (parsial)

Sedangkan gerhana bulan sebagian terjadi manakala posisi bumi-

bulan-matahari tidak pada satu garis lurus, sehingga hanya sebagian

piringan bulan saja yang memasuki bayangan inti bumi dan sebagian lagi

berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi pada saat fase

maksimumnya (lihat gambar 3). Seperti yang terjadi pada hari Sabtu

tanggal 26 Juni 2010. Pada saat itu bulan mulai masuk daerah penumbra

bumi pada pukul 15: 15: 18 WIB, pada fase ini bulan tidak teramati karena

posisinya belum terbit, bulan masih berada di bawah ufuk. Kemudian

bulan mulai masuk penumbra bumi pada pukul 17: 16: 24 WIB, bulan

masih tidak dapat dilihat karena masih di bawah ufuk. Bulan terbit

berlangsung pada pukul 17: 26 WIB, pada sudut azimuth 114˚ 09‟ 28”

atau 24˚ 09‟ 28” dari arah timur ke arah selatan, pada saat bulan terbit, saat

itulah sedang berlangsung gerhana parsial. Tengah gerhana dengan 54 %

permukaan bulan purnama menjadi gelap terhalang oleh umbra bumi yang

berlangsung pukul 18: 38 WIB. Bulan mulai keluar dari pukul 20: 00

Page 45: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

33

WIB, pada saat itu pula bulan memasuki daerah penumbra bumi. Bulan

mulai meninggalkan daerah penumbra bumi pukul 21: 21 WIB.29

Gambar 3: Gerhana Bulan Sebagian (parsial)

3. Gerhana Bulan Penumbra Total

Pada gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam

penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan

yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra (lihat gambar 4).

Pada kasus seperti ini, gerhana bulannya kita namakan gerhana bulan

penumbral total. Pada gerhana bulan jenis ini, bulan hanya melewati

bayangan penumbra bumi dan hal ini hanya bisa dilihat apabila lebih dari

setengah (0,5) piringan bulan masuk pada bayangan penumbra bumi,

bahkan ada Astronom yang mengatakan bahwa gerhana penumbra hanya

akan bisa dilihat apabila magnitudenya minimal 0,7.

29

Disampaikan pada Pengamatan Gerhana Bulan Parsial dan Penyuluhan Astronomi,

oleh Planetarium dan Observatorium Jakarta dalam hal ini disampaikan oleh Bapak Cecep

Nurwendaya, yang diselenggarakan oleh Dinar Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, di SMA Muhammadiyah Prambanan dan Pelataran Candi Prambanan Yogyakarta, hari

Jum‟at-Sabtu tanggal 25-26 Juni 2010.

Page 46: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

34

Gambar 4: Gerhana Bulan Penumbra Total

4. Gerhana Bulan Penumbra Sebagian

Dan gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari

Bulan yang memasuki penumbra, maka gerhana bulan tersebut dinamakan

gerhana bulan penumbra sebagian (lihat gambar 5). Gerhana bulan

penumbra sebagian ini biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat.

Karena pada gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir

tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.

Gambar 5: Gerhana Bulan Penumbra Sebagian

Bumi beredar mengelilingi matahari dalam kurun waktu satu tahun.

Bersamaan dengan itu bulan juga mengelilingi bumi selama 29 hari. Hal ini

mengakibatkan kedudukan bumi dan bulan relatif terhadap matahari berubah

Page 47: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

35

setiap saat. Dengan memperhatikan gerak dan kedudukan matahari, bumi dan

bulan, maka dapat diramalkan gerhana bulan terjadi setiap tahun. Jika gerhana

bulan dan gerhana matahari digabungkan dalam satu tahun kalender, maka

akan terdapat maksimum 7 gerhana, dengan rincian sebagai berikut:30

1. 5 kali gerhana matahari dan 2 kali gerhana bulan.

2. 4 kali gerhana matahari dan 3 kali gerhana bulan.

Hanya saja gerhana-gerhana ini tidaklah seluruhnya dapat disaksikan

di seluruh daerah. Untuk gerhana bulan lebih sering terlihat dibanding dengan

gerhana matahari. Gerhana bulan lebih sering terlihat karena terjadi pada

malam hari pada saat bulan berada dalam fase purnama. Dan daerah di bumi

yang dapat menyaksikan gerhana bulan ini meliputi daerah yang sangat luas.

Seluruh bagian malam atau separuh bumi dapat melihat gerhana bulan. Karena

itu jarang orang yang mencatat data mengenai gerhana bulan ini. Gerhana

bulan dapat dilihat dengan mata telanjang, karena cahaya bulan yang

dipantulkan berasal dari cahaya matahari, maka tidaklah sekuat cahaya

matahari itu sendiri.31

Sebenarnya gerhana bulan jarang terjadi jika dibandingkan dengan

gerhana matahari. Umpama terjadi 8 gerhana, maka yang 5 adalah gerhana

matahari dan yang 3 adalah gerhana bulan. Hanya saja orang-orang banyak

beranggapan bahwa gerhana bulan lebih sering terjadi daripada gerhana

matahari. Hal ini disebabkan karena gerhana bulan bisa dilihat hampir dari 2/3

permukaan bumi yang mengalami malam hari, sedangkan gerhana matahari

30

Soetjipto, Op Cit, hlm 24-25. 31

Adriana Wisni Ariasti, Op Cit, hlm 34.

Page 48: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

36

hanya bisa dilihat dari daerah yang tidak terlalu luas di permukaan bumi yang

mengalami siang hari. Pada satu tahun kalender, sedikitnya ada 2 gerhana

matahari dan paling banyak ada 5 gerhana matahari. Sebaliknya, di dalam satu

tahun kalender tidak akan ada gerhana bulan lebih dari 3 kali dan mungkin

saja tidak akan terjadi gerhana bulan sama sekali.

C. DASAR HUKUM GERHANA BULAN

Dalam setiap peristiwa pasti ada hukumnya, baik yang bersandar pada

nash yang qath‟i maupun nash dhonni, ataupun bukan nash. Dalam agama

islam terdapat sumber hukum yang dapat dijadikan rujukan, yaitu

1. Dasar hukum dari al-Qur‟an

Gerhana merupakan salah satu tanda kebesaran Allah, baik gerhana

bulan atau gerhana matahari. Dalam al-Qur‟an tidak ada lafadz yang

secara spesifik membicarakan tentang gerhana. Namun kalau diperhatikan

dalam al-Qur‟an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjelaskan gejala-

gejala di jagat raya ini merupakan bukti kekuasaan Allah. Diantara firman-

firman Allah tersebut adalah:

QS al-Qiyamah : 8

Artinya: “Dan apabila bulan Telah hilang cahayanya,”

QS Fushshilat : 37

32

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Loc. Cit.

Page 49: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

37

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam,

siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari

maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya,

jika ialah yang kamu hendak sembah.”

Dari ayat-ayat diatas dapat dipahami bahwa fenomena dalam alam

semesta terutama matahari dan bulan, tidak terlepas dari ketentuan yang

ditetapkan oleh Allah. Kekuasaan-Nya tidak ada yang dapat

menandinginya, bagaimanapun hebatnya dan kuatnya manusia, betapapun

maju dan memuncaknya ilmu pengetahuan manusia masa kini ataupun

masa mendatang, tidak akan pernah mampu merubah ketentuan Allah.

Gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa alam yang begitu banyak dan

mengagumkan, tak lain hanya merupakan sebagian saja dari bukti-bukti

kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada makhluk-makhluk Nya.

Begitu halnya dengan peristiwa gerhana, baik gerhana matahari ataupun

bulan, total atau sebagian, hanya merupakan salah satu dari sekian banyak

peristiwa alam yang merupakan bukti sari kekuasaan Allah yang

diperlihatkan kepada manusia.

2. Dasar hukum dari hadits

Hadits-hadits Nabi yang membicarakan tentang gerhana sangatlah

banyak, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan. Diantara hadits-

hadits yang membicarakan tentang gerhana bulan adalah:

a. Hadits Riwayat Bukhari dari Ibnu Umar

أخثري عرع عثذ انرح ت انقاسى حذث ع : أخثري ات ة قال: حذثا أصثغ قال

إ انشس : أتي ع ات عر رضي اهلل عا أ كا يخثر ع انثي صه اهلل عهي سهى

33

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Op. Cit, hlm 480.

Page 50: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

38

انقر ال يخسفا نت أحذ ال نحيات نكا ايتا ي ايات اهلل فإرا رأيتا فصها

(را انثخار)

Artinya: “Asbagh telah bercerita kepada kami bahwasanya ia

berkata: Ibnu Wahab telah bercerita kepada-ku, ia berkata:

telah bercerita kepada-ku Umar dari Abdur Rahman bin

Qasim bahwa ia telah bercerita kepada-nya dari ayah-nya.

Dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya Umar mendapat berita

dari Nabi SAW: sesungguhnya matahari dan bulan tidak

mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya

seseorang, tapi keduanya merupakan tanda diantara tanda-

tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat keduanya

(gerhana), maka shalatlah.”

b. Hadits Riwayat Bukhari dari Abu Bakrah

كا عذ : حذثا خانذ ع يس ع انحس ع أتي تكرج قال : حذثا عر ت ع قال

فقاو انثي صه اهلل عهي سهى يجر رداء , رسل اهلل صه اهلل عهي سهى فاكسفت انشس

فقال انثي صه اهلل , فصه تا ركعتي حت اجهت انشس , فذخها , حت دخم انسجذ

فإرا ر أيتا فصها ادعا حت , إ انشس انقر ال يخسفا نت أحذ : عهي سهى

(را انثخار)يكشف يا تكى

Artinya: “telah bercerita kepada kami Umar bin „aun, ia berkata telah

bercerita kepada kami Khalid dari Yunus dari al Hasan dari

Abi Bakrah, ia berkata: kami tengah bersama Rasulullah

SAW ketika terjadi gerhana matahari. Rasulullah SAW

berdiri menarik jubahnya hingga masuk ke dalam masjid.

Nabi Muhammad SAW memimpin kami shalat dua rakaat

sampai matahari kembali bercahaya. Lalu Nabi SAW

bersabda: gerhana matahari dan gerhana bulan terjadi

bukan disebabkan oleh kematian seseorang, maka siapapun

yang menyaksikan dua gerhana ini, shalatlah dan berdoalah

kepada Allah hingga tersingkap apa yang menimpa kalian.”

c. Hadits Riwayat Muslim dari „Ubaid bin „Umair

سعت عطاء يقل : قال , أخثرا ات جريج . أخثرا يحذ ت تكر , حذثا إسحاق ت إتريى

, أ انشس اكسفت عه عذ رسل اهلل صه اهلل عهي سهى : سعت عثيذ ت عير يقل :

إ انشس انقر ال يخسفا نت : فقال . فصه رسل اهلل صه اهلل عهي سهى تأصحات

34

Imam Abi „Abdillah Muhammad bin Ismail ibnu Ibrahim bin al-Mughirah bin

Bardazabah al Bukhari al Ja‟fii, “Shahih al-Bukhari”, Juz 1, Beirut, Libanon: Daar al-Kitab al-

„alamiyyah, hlm 316. 35

ibid.

Page 51: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

39

فإرا رأيتى كسفا فاركرا . نكا ايتا ي ايات اهلل يخف اهلل تا عثاد , أحذ ال نحيات

(را يسهى)اهلل حت يجهي

Artinya: “telah bercerita kepada kami Ishaq bin Ibrahim Muhammad

bin Bakar telah bercerita kepadaku, telah bercerita kepada

kami Ibnu Juraij, ia berkata: aku mendengar „Atha„ berkata:

aku mendengar „Umar bin „Ubaid berkata: sesungguhnya

telah terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah SAW,

kemudian Rasulullah SAW shalat bersama para sahabatnya.

Lalu Rasulullah SAW bersabda: seseungguhnya matahari

dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian dan

hidupnya seseorang, tetapi keduanya termasuk tanda-tanda

kebesaran Allah, dan dengan keduanya Allah menakut-nakuti

hamba-Nya. Maka jika kalian melihat gerhana, berzikirlah

kepada Allah (shalat) hingga ia terang kembali.“

Hadits-hadits diatas semuanya menjelaskan bahwasanya gerhana, baik

gerhana matahari ataupun gerhana bulan terjadi bukan karena kematian atau

kehidupan seseorang, melainkan kerena gerhana tersebut merupakan salah

satu tanda kebesaran Allah. Oleh karena itu, ketika terjadi gerhana sebaiknya

kita melakukan hal-hal yang disunnahkan pada saat gerhana itu terjadi.

D. OBJEK PEMBAHASAN GERHANA BULAN

Sebagaimana yang kita tahu, terjadinya gerhana bulan ada

hubungannya dengan posisi matahari dan bulan serta waktu terjadinya gerhana

tersebut di bumi. Jadi obyek pembahasan gerhana bulan meliputi tiga obyek,

yaitu matahari, bulan dan bumi. Berikut penjelasannya:

1. Matahari

Matahari merupakan bola api yang sangat besar yang

mengeluarkan panas dan cahaya yang berwarna biru, putih, kuning dan

36

Imam Abi Husain Muslim bin al-Hujjaaj al-Qusyairi An-Nasaburi, Shahih Muslim, Juz

1, Beirut: Daar al-Kitab al-„alamiyyah, hlm 365.

Page 52: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

40

orange (antara kuning dan merah).37

Deameter matahari kira-kira

1.400.000 km, lebih dari 100 kali deameter bumi.38

Bumi dan juga

beberapa planet yang ada di dekatnya beredar mengelilingi matahari.

Matahari merupakan benda satu-satunya dalam tata surya yang

memancarkan cahayanya. Matahari adalah sebuah bintang. Diantara

bintang-bintang lain yang ada di alam semesta, matahari adalah bintang

yang jaraknya paling dekat dengan bumi. Namun diantara bermilyar-

milyar bintang, matahari tidaklah terlalu besar bahkan dapat dikatakan

kerdil.39

Dalam kehidupan manusia, matahari memiliki manfaat yang

cukup banyak, diantaranya bumi mendapat cahaya dan sinar matahari yang

sangat diperlukan makhluk hidup yang hidup di bumi.

Sebagian besar adanya bumi ini karena adanya cahaya dan panas

dari matahari. Matahari secara langsung atau tidak langsung memberikan

energi untuk menerangi bumi kita ini. Meskipun demikian ada juga daerah

di bumi yang jarang mendapat sinar matahari.40

Selain itu, tidak hanya

bumi yang dapat merasakan sinar yang dikeluarkan oleh matahari, benda-

benda angkasa lainnya juga dapat merasakannya, tak terkecuali satelit

bumi yaitu bulan. Bulan akan tampak jelas terlihat di bumi ketika malam

hari, cahaya yang dihasilkan bulan merupakan pantulan dari sinar

matahari. Namun adakalanya sinar matahari tidak dapat sampai ke bulan,

hal ini terjadi karena terhalang bumi. Pada saat itulah matahari-bumi-bulan

37

Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur‟an, Jilid 2, Jakarta: PT. Melton Putra, Cet ke 1,1992,

hlm 60. 38

Berdnard S. Cayne, Op. Cit, hlm 66. 39

Adriana Wisni Ariasti, Op Cit, hlm 17. 40

Ibid,

Page 53: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

41

berada pada satu garis lurus. Akibatnya bulan tidak dapat memantulkan

sinar matahari ke bumi. Pada saat ini terjadilah fenomena gerhana.

2. Bulan

Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan

satelit alami terbesar ke-5 di Tata Surya. Begitu halnya bumi, bulan tidak

mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya berasal

dari pantulan cahaya Matahari dan bagian bulan yang terang, hanya bagian

yang berhadapan dengan matahari. Bulan lebih kecil dari bumi, kira-kira

seperlima bumi. Dan bulan juga merupakan satu-satunya benda langit

yang pernah didatangi dan didarati oleh manusia.

Bulan, salah satu dari benda langit yang sudah dikenal sejak zaman

pra-sejarah. Bulan selalu berubah-ubah bentuk, hal ini disebabkan

berubahnya letak bulan dalam peredarannya mengelilingi bumi. Dalam

perjalanannnya mengitari bumi, jarak antara bulan dan bumi berbeda-beda,

paling dekat 221.463 mil dan paling jauh 252.710 mil.41

Bulan mengalami perubahan bentuk, membesar dari sabit menjadi

setengah lingkaran, kemudian lingkaran penuh dan menyusut kembali.

Dikarenakan perubahan posisi bulan relatif terhadap matahari jika ditinjau

dari bumi.42 Ilmu astronomi menyebut perubahan bentuk bulan dengan

istilah Phase Bulan (lihat gambar 6), dalam bahasa inggris disebut Phase

41

Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur‟an, Jilid 1, Jakarta: PT. Melton Putra, Cet ke 1, 1992,

hlm 242. 42

Nathalie Fredette, Understanding The Universe, Hendro Setyanto, “Memahami Alam

Semesta”, Bandung: PT Bhuana Ilmu Populer, Cet ke 1, 2006, hlm 34.

Page 54: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

42

of the Moon.43 Phase bulan dapat dilukiskan menjadi 8 macam

berdasarkan letak dan bentuknya. Delapan buah bagian luar, itu adalah

gambaran yang sebenarnya sesusi letak bulan menerima sinar matahari.

Dan delapan buah bagian dalam, adalah gambaran bentuknya yang tampak

dari bumi.44

Gambar 6: Phase Bulan

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa para ahli falak melihat

bulan pada saat sabit muda. Karena pada saat sabit muda tersebut

merupakan pergantian awal bulan baru dalam tahun kamariyah.45

Peredaran bulan dari bentuk sabit hingga kembali lagi menjadi bentuk

43

Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm

29. 44

Simamora, Ilmu Falak (Kosmografi), Jakarta: CV Pedjuang Bangsa, Cet XXX, 1985,

hlm 38 45

Dinamakan tahun Qomariyah dikarenakan perhitungannya berdasarkan peredaran

Bulan. Lihat dalam Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: IAIN Walisongo, tt,

hlm. 5.

PERUBAHAN PENAMPAKAN BENTUK BULAN (FASE BULAN)

Purnama

Sabit Tua

Sabit Muda

Kwartir Pertama

Kwartir Ketiga

Bulan Susut

Bulan Besar

sinar matahari

Bumi

Hilal

Periode fase bulan = 29,53055 hari

Bulan Baru

(Ijtima’)

Page 55: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

43

sabit membutuhkan waktu 29,530588 hari. Oleh karena itu umur bulan

kamariyah ada yang 29 dan ada pula yang 30 hari, berdasar ijtima‟.46

Fenomena lain yang berdapat pada phase bulan terjadi pada saat

bulan-bumi-matahari barada pada satu garis lurus. Dimana bulan berada

pada kedudukan oposisi terhadap matahari dan letaknya dekat pada sumbu

bayang-bayang bumi. Fenomena ini dikenal dengan fenomena gerhana,

tepatnya gerhana bulan.

3. Bumi

Bumi adalah tempat dimana kita tinggal dan merupakan satu-

satunya planet dalam tata surya yang berpenghuni. Setelah wahana

antariksa yang membawa kamera berhasil diluncurkan cukup jauh dari

bumi. Diketahui bahwa bumi terlihat kebiru-biruan, tidak seterang venus

karena daya pantulnya lebih rendah dan jaraknya dari matahari lebih jauh

dibanding dengan planet lain. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak

sejelas yang terlihat di Mars akibat lebih tebalnya atmosfer dan adanya

awan putih yang cemerlang.47

Bumi terdiri dari air dan daratan, kurang lebih 71% lautan. Bumi

berputar mengelilingi sumbunya dari barat ke timur atau searah dengan

jarum jam yang biasa dikenal dengan sebutan rotasi, sehingga matahari

kelihatan terbit dari timur ke barat. Satu kali putaran bumi membutuhkan

46

Ijtima‟ juga disebut Iqtiran, yaitu antar bumi dan bulan berada pada bujur astronomi,

(Dawa Irul Buruj) yang sama, dalam istilah astronomi disebut konjungsi, para ahli hisab dijadikan

pedoman untuk menentukan bulan baru (qamariah), Badan Hisab Dan Rukyah Departemen

Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981,

hlm. 219. 47

Adriana Wisni Ariasti, Op Cit, hlm 25-26.

Page 56: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

44

waktu 24 jam dalam sehari, sehingga terjadilah siang dan malam. Daerah

yang melintasi matahari menjadi terang (siang) dan yang membelakangi

matahari menjadi gelap (malam). Karena peredaran bumi ini, di bumi juga

terjadi musim dingin dan musim panas, kecuali di daerah khatulistiwa.48

Disamping bumi berputar mengelilingi sumbunya, bumi juga

berputar mengelilingi matahari (revolusi), dalam satu kali putaran

menghabiskan waktu 365 hari, yang disebut satu tahun syamsiyah. Dalam

satu tahun bumi mengelilingi matahari selama 12 kali putaran. Bumi juga

memiliki satelit. Satelit bumi hanya satu, yaitu bulan. Seperti halnya bumi,

bulan juga mengelilingi bumi. Satu kali putaran bulan menghabiskan

waktu 354 hari, disebut tahun kamariyah. Pada saat bumi mengelilingi

matahari dan bulan mengelilingi bumi, ada kalanya ketiganya berada

dalam satu garis lurus. Jika hal itu terjadi, dan bumi berada ditengah antara

bulan dan matahari, maka terjadilah gerhana bulan.

E. SEJARAH GERHANA BULAN

Sejak zaman peradaban Mesopotamia, orang-orang telah memikirkan

apa sebenarnya gerhana dan apa pula penyebab terjadinya gerhana yang

sangat mengagumkan itu. Mereka yang berkecimpung dalam disiplin ilmu

yang bersangkutan dengan alam jagat raya, menamainya dengan Ilmu

Astronomi. Para pakar ilmu astronomi ini selalu mengadakan penelitian

tentang gerhana, bahkan mereka juga menghubungkan peristiwa alam ini

dengan penentuan nasib, mitos-mitos yang berkembang pada zaman itu.

48

Fachruddin, Op. Cit, hlm 264.

Page 57: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

45

Penelitian ini berlanjut hingga tahun 721 SM. Pada masa ini, orang-

orang Babilonia telah mampu membuat suatu perhitungan tentang terjadinya

gerhana, yang dikenal dengan istilah “Tahun Saros” (dari bahasa Babilonia

“Sharu”). Lama tahun saros ini kurang lebih 18 Tahun 11 hari 8 jam. Jika

diukur dengan tahun Hijriyah, lamanya sekitar 18 tahun 7 bulan 6 hari 12 jam

atau 223 bulan sinodis49

sekitar 6585,32 hari.50

Pada tahun 585 SM filosof kenamaan yaitu “Thales”, menstranmisikan

pengetahuan tentang siklus saros dari Babilonia ke bangsa Yunani.51

Ia juga

pernah meramalkan bahwa pada tahun itu akan terjadi gerhana. Ramalan

Thales ini ternyata tepat sekali dan pada saat itu memang benar-benar terjadi

gerhana. Tahun-tahun selanjutnya sudah bermunculan para ahli yang

berkecimpung dalam dunia ilmu astronomi, misalnya Cladius-ptolemus, Al

Battany dan lainnya. Dan sekitar abad ke XVI dan abad ke XVII M oleh para

pakar astronomi kenamaan, diantaranya Johanes Kepler, Galileo Galilei, Sir

Isaac Newton dan lainnya, ilmu astronomi makin diperhalus dan

dikembangkan.

Perlu diketahui, Seorang ahli falak dari Mesir yang terkenal bernama

“Mahmud Phasya Al-Falaky” dengan menggunakan bilangan tahun saros telah

memperhitungkan terjadinya gerhana matahari yang terjadi pada saat wafatnya

Sayyid Ibrahim putra Nabi Muhammad SAW. Yaitu terjadi pada tahun 10

49

Bulan sinodis adalah Peredaran bulan dari bulan baru ke bulan baru berikutnya,artinya

dalam satu peredaran bulan tersebut adalah waktu yang digunakan bulan untuk mengelilingi bumi,

sekitar 29,3 hari. Lihat Iratius Radiman, Ensiklopedi – Singkat Astronomi dan Ilmu Yang

Bertautan, Bandung: ITB, 1980, hlm 16. 50

Soetjipto, Op. Cit, hlm 22-23. 51

Departemen Agama RI, Islam Untuk Disiplin Astronomi, Jakarta: Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000, hlm 196.

Page 58: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

46

Hijriyah, tepatnya pada hari senin 29 Syawal 10 H bertepatan dengan tanggal

27 Januari 632 M, jam 08.30 pagi.52

Memang di zaman Nabi SAW pernah terjadi gerhana. Yang bertepatan

dengan kematian putra Nabi SAW, yaitu Sayyid Ibrahim. Lalu segolongan

kaum mengatakan bahwa matahari mengalami gerhana karena wafatnya

Ibrahim. Mereka mengatakan demikian dengan maksud mengagungkan Nabi

SAW dan putranya. Ketika Nabi Saw mendengar apa yang mereka katakan,

Beliau marah, lalu berkhotbah kepada mereka yang isinya menjelaskan bahwa

matahari dan bulan merupakan dua pertanda diantara tanda-tanda yang

menunjukkan kekuasaan Allah SWT dan tidak ada satu kekuasaan pun bagi

seseorang terhadap keduanya. Keduanya tidak mengalami gerhana karena

mati atau hidupnya seseorang, betapapun besarnya orang tersebut. Jadi

kematian atau kelahiran seseorang tidak berpengaruh sama sekali terhadap

terjadinya gerhana matahari dan bulan.53

Sebagaimana Hadits yang

diriwayatkan oleh Bukhari yang berbunyi :

: سعت أتا يسعد يقل : حذثا إترايى ت حيذ ع إساعيم ع قيس قال: حذثا شاب ت عثاد قال

نكا ايتا ي , إ انشس انقر ال يكسفا نت أحذ ي اناس : قال انثي صه اهلل عهي سهى

(را انثخار)فإرا رأيتا فقيا فصها , ايات اهلل

Artinya: “Syihab bin „ibad telah bercerita kepada kami, ia berkata: telah

bercerita kepada kami Ibrahim bin Humaid dari Ismail dari qais, ia

berkata: aku mendengar Aba Mas‟ud berkata: Nabi SAW bersabda:

sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena

kematian seorang manusia, tapi keduanya merupakan tanda

diantara tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat

keduanya (gerhana), maka berdirilah lalu shalatlah.”

52

Soetjipto, Loc. cit. 53

„Alawin Abbas al-Maliki, Ibaanatul Ahkaam, Bahrun Abu Bakar, “Penjelasan Hukum-

hukum Syari‟at Islam”, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet ke 1, 1994, hlm 802-803. 54

Shahih al-Bukhari, Loc. Cit.

Page 59: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

47

Sebenarnya gerhana terjadi secara periodik, pada waktu-waktu tertentu

yang dapat diketahui dengan hisab (perhitungan). Sama halnya seperti

munculnya hilal atau timbul tenggelamnya bulan purnama. Ibnul Qayyim

berkata: penyebab terjadinya gerhana bulan adalah posisi bumi yang berada

diantara matahari dan bulan sehingga bulan terhalangi untuk memperoleh

cahaya matahari hingga yang tertinggal hanyalah gelapnya bayangan bumi

pada orbit (jalur peredaran)nya. Karena sebagaimana yang kita tahu bulan

tidak memiliki cahaya, tapi ia memperoleh cahayanya dari matahari.55

Sedangkan masyarakat indonesia sendiri, umumnya masyarakat

tradisional dulu lebih banyak mendasarkan gerhana pada tahayul-tahayul dan

mitos-mitos yang diwariskan dari mulut ke mulut. Khayalan dan mitos

tersebut diantaranya ialah yang menyatakan bahwa gerhana terjadi karena

matahari ditelan oleh raksasa yang bernama “Kala” atau “Kalarahu”. Raksasa

ini dibayangkan mempunyai kepala yang besar dan mulut yang lebar. Ia

mempunyai leher tetapi tidak mempunyai badan. Oleh sebab itu, masyarakat

yang memiliki kepercayaan seperti ini, berusaha melakukan perbuatan-

perbuatan mengusir raksasa tersebut. Mereka kan menabuh semua alat yang

dapat menimbulkan bunyi, misalnya memukul kentongan, lesung, lumping

dan sebagainya. Mereka beranggapan, apabila raksasa mendengar bunyi-

bunyian yang ribut tersebut akan lari dan memuntahkan kembali matahari dari

mulutnya sehingga matahari bersinar kembali seperti sediakala.56

55

Sa‟id bin Ali bin Wahf al-Qathani, Shalatul Mu‟min, Op. Cit, hlm 8. 56

Soetjipto, Op. Cit, hlm 6-7.

Page 60: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

48

Akan tetapi lambat laun pemahaman dan kepercayaan itu hilang,

terutama karena terjadinya kontak ilmu pengetahuan, meskipun bekas-

bekasnya masih bisa dirasakan. Ilmu pengetahuan yang mengikis pemahaman

dan kepercayaan tersebut adalah ilmu astronomi, dengan ilmu ini terjadinya

gerhana tidak lagi dianggap sebagai tahayul-tahayul ataupun mitos-mitos,

melainkan dianggap sebagai suatu femomena alam yang sangat indah sebagai

bentuk salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah yang dihadiahkan kepada

seluruh makhluk di bumi.

Page 61: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

49

BAB III

METODE HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB AL-

KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS

A. BIOGRAFI INTELEKTUAL ZUBAIR UMAR AL-JAELANY

Zubair Umar al-Jaelany adalah seorang ulama‟ dan juga akademisi

yang terkenal sebagai pakar ilmu falak. Beliau lahir di Bojonegoro,

tepatnya di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro

Jawa Timur yang bertepatan pada Hari Rabu Pahing tanggal 16 September

1908 M.1

Beliau seorang yang gigih, tekun, ulet dan bijaksana serta penuh

kewibawaan. Dalam kehidupan sehari-hari beliau adalah seorang sosok

yang sangat disiplin terhadap waktu, meskipun demikian beliau tidak

fanatik dalam pendidikan.2

Dalam dunia pendidikan, hampir seluruhnya beliau tempuh dalam

pendidikan tradisional yakni madrasah dan pondok pesantren, termasuk

mukim li-thalab al-ilmi di Makkah al-Mukarromah pada waktu menjalankan

ibadah haji. Karena pada masa itu pesantren merupakan satu-satunya lembaga

pendidikan yang tersedia untuk masyarakat pribumi di pedesaan.

Beliau memulai pendidikannya dari Madrasah Ulum yang ditempuh

selama lima tahun, yaitu tahun 1916-1921 M. Setelah itu beliau melanjutkan

pendidikannya di dunia pesantren, yaitu di Pondok Pesantren Termas Pacitan

1 Daftar riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh Zubair Umar al-Jaelany tertanggal 22

Maret 1976, hlm 1. 2 Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Anshori yang merupakan putra mantu dari Zubair

Umar al-Jaelany, pada tanggal 11 Oktober 2010 di Salatiga.

Page 62: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

50

selama 4 tahun, mulai tahun 1921 sampai tahun 1925 M. Kemudian Pondok

Pesantren Simbang Kulon, Pekalongan tahun 1925 – 1926 M dan Pondok

Pesantren Tebu Ireng Jombang tahun 1926 – 1929 M.3

Setelah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng,

beliau melanjutkan sekolahnya ke Makkah al-Mukarromah selama lima tahun

(1930-1935 M). Setelah sebelumnya menikah dengan Jainab yang lahir di

Salatiga pada tanggal 6 Januari 1916 M pada tanggal 15 September 1929 M di

Kenaiban Suruh Salatiga.

Selama bermukim di Makkah beliau belajar pada seorang guru ahli di

bidang hisab yang bernama Umar Hamdan. Dengan kitab rujukan al-Matlaus

Said fi Hisab al-Kawakib ‘Ala Rushdi al-Jadid karya Husain Zaid al-Mirsa

dengan markaz mesir dan al-Manahij al-Hamidiyah karya Abdul Hamid

Mursy dengan markaz mesir.4 Setelah mahir di bidang ilmu falak, beliau

menyusun kitab al-Khulashah al-Wafiyyah (kesimpulan yang sempurna).

Menurut penuturan bapak Slamet Hambali, beliau menyusun kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah saat beliau bermukim di Makkah.5

Dalam kehidupannya, beliau banyak terlibat secara aktif di lembaga-

lembaga negara. Adapun jabatan beliau yang pernah didapatkan adalah

sebagai berikut:

1. Penghulu (Hakim) pada Pengadilan Negeri Salatiga, tahun 1945 – 1947.

3 Daftar riwayat hidup, Loc. Cit.

4 Ahmad Izzuddin, Zubair Umar al-Jaelany dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyah di

Indonesia, Laporan Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2002, hlm 63. 5 Hasil wawancara dengan Bapak Drs Slamet Hambali yang merupakan salah satu murid

beliau yang melanjutkan kepakarannya di bidang ilmu falak, pada tanggal 12 Januari 2011 di

Semarang.

Page 63: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

51

2. Penghulu Kabupaten Semarang di Salatiga pada tahun 1947 – 1951.

3. Kepala KUA Semarang di Semarang pada tahun 1951 – 1952.

4. Kepala KUA Semarang di Salatiga pada tahun 1952 – 1954.

5. Koordinator Urusan Agama Karesidenan Pati di Pati pada tahun 1954

sampai 1956.

6. Pd Kepala KUA Jawa Tengah di Semarang pada tahun 1956 – 1959.

7. Kepala KUA Jawa Tengah di Semarang pada tahun 1959 – 1962.

8. Ketua Mahkamah Islam Tinggi di Surakarta pada tahun 1962 – 1968.

9. Impassing Pembina Agama/Ketua Mahkamah Islam Tinggi pada tahun

1968 – 1970.

10. Pd. Rektor IAIN Walisongo Semarang pada tahun 1970 – 1972.

Selain aktif di lembaga-lembaga negara beliau juga aktif di lembaga

sosial keagamaan, lembaga-lembaga yang pernah diikuti antara lain:

1. Ketua himpunan para pelajar dari Jawa di Makkah (Raudlatul Munazhirin)

tahun 1931-1935

2. Ketua Himpunan Pendidikan Agama Islam (HPAI) daerah Kec Suruh

tahun 1937-1942

3. Ketua jaam‟iyah cabang Nahdlatul Ulama (NU) cabang Kab. Semarang

4. Ketua Masyumi cabang Salatiga sampai menjadi partai politik

5. Ketua barisan kyai atau barisan sabil kab. Semarang di Salatiga

6. Ketua Syuriah partai NUcabang Semarang di Salatiga tahun 1946

7. Rais Syuriah NU wilayah Propinsi Jateng tahun 1956-1970

8. Anggota Koopri IAIN Walisongo Semarang

Page 64: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

52

9. Anggota pengurus dewan pimpinan daerah GUPPI Jateng sebagai

WANBINDA tahun 1970

10. Anggota Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI) Jateng

tahun 1975

11. Kepala tasawuf di IAIN Yogyakarta dan lain sebagainya.

Semenjak tahun 1977 M beliau mulai mengakhiri karirnya dengan

merintis pondok pesantren Joko Tingkir, akan tetapi pondok tersebut sekarang

tinggal petilasannya dan hanya terkenal sebagai kampung pondok tingkir.

Jasa-jasa beliau sangat banyak, salah satu hasil jasa beliau yang

sekarang masih eksis adalah STAIN Salatiga. Lembaga ini, sebelum menjadi

STAIN Salatiga, ia merupakan Pesantren Luhur kemudian menjadi FIP IKIP-

NU yang akhirnya menjadi Fakultas cabang, yaitu Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo di Salatiga yang akhirnya sekarang menjadi STAIN Salatiga.6

Murid-muridnya antara lain: Kyai Musyafak (Salatiga Jawa Tengah),

Kyai Subkhi (Jawa Timur), Hamid Nawawi (Bulu Manis, Pati, Jawa Tengah),

Drs KH Slamet Hambali (Dosen IAIN Walisongo Semarang), dan Drs Habib

Thoha, M.A. (mantan Kakanwil Depag Jawa Tengah). Drs KH Slamet

Hambali adalah salah satu murid beliau yang meneruskan kepakarannya di

bidang ilmu falak.7 Beliau wafat pada tanggal 10 September 1990 M yang

bertepatan pada tanggal 24 Jumadil Awal 1411 H, dan dimakamkan di

Salatiga.

6 Buku Panduan Program S.1 dan Diploma IAIN Walisongo Semarang, tahun 2010, hlm

27. 7 Ahmad Izzuddin, Op. Cit, hlm 61.

Page 65: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

53

Beliau tidak banyak menulis. Karena kehidupan beliau hampir

semuanya disibukkan dengan urusan-urusan beliau sebagai pegawai negeri,

sehingga wajar kalau karya-karya beliau sangat sedikit. Salah satu karya

beliau yang dipublikasikan hanyalah kitab al Khulashah al Wafiyyah. Bahkan

awalnya kitab ini hanya berupa lembaran-lembaran yang masih berantakan,

hingga akhirnya dicetak pertama kali di Surakarta. Ada juga karya beliau yang

tidak dicetak yaitu tentang hasil-hasil Bahtsul Masail keagamaan.8

B. GAMBARAN UMUM TENTANG KITAB AL-KHULASHAH AL-

WAFIYYAH

Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah merupakan sebuah kitab monumental

yang disusun sekitar tahun 1930-an oleh seorang intelektual, yaitu disusun

oleh Zubair bin Umar bin al-Jaelany. Secara global, kitab yang bernama

lengkap kitab al Khulashah al Wafiyyah fi al Falaki bi Jadwal al

Lughartimiyah ini mempunyai tebal 269 halaman yang terbagi menjadi tiga

bagian, yaitu; bagian utama, bagian tambahan dan bagian lampiran.

a. Bagian Utama

Pada bagian utama ini terdiri atas 12 bab, dengan rincian sebagai

berikut:

- Bab pertama menerangkan tentang berbagai macam jenis

penanggalan, dari penanggalan hijriyah, masehi dan jawa, serta

tahwilus sanah (konversi tahun) dari satu macam penanggalan ke jenis

penanggalan yang lain.

8 Wawancara Drs. Anshori, Op, Cit .

Page 66: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

54

- Bab kedua menerangkan dasar-dasar ilmu falak seperti: hal-hal yang

berkaitan dengan masalah bumi, bulan, matahari, bintang-bintang,

yang meliputi ukuran, gerakan-gerakannya, dan lain sebagainya.

- Bab ketiga menerangkan tentang petunjuk tehnis atau petunjuk

operasional dalam mengerjakan hisab, seperti bagaimana mencari

besarnya angka ta’dil dalam mencari thul qamar, syams (moon/sun

eclpitic longitude), matholi’ul baladiyah (asensiorechta) dan lain

sebagainya.

- Bab keempat menerangkan tentang bagaimana cara mencari lima

waktu shalat, dan mencari azimut qiblat (simtu al-qiblat) sebuah

negara/tempat.

- Bab kelima menerangkan tentang ijtima‟ (konjungsi) dan istiqbal

(oposisi) bulan dan matahari.

- Bab keenam menerangkan tentang hilal meliputi: posisi hilal, tinggi

hilal, azimut hilal, mukuts hilal, besar cahaya dan lain sebagainya.

- Bab ketujuh dan Bab kedelapan menerangkankan tentang bagaimana

cara menentukan dan menghitung terjadinya gerhana bulan dan

matahari.

- Bab kesembilan menerangkan tentang bintang-bintang yang lain

(asteroid).

- Bab kesepuluh menerangkan tentang komet (al-mudzannabat).

- Bab kesebelas menerangkan tentang udara (jawwu), suhu udara.

- Bab terakhir menerangkan tentang bintang sejati (zodiak).

Page 67: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

55

b. Bagian Tambahan

Pada bagian ini, sebenarnya tidak banyak berhubungan dengan

ilmu falak secara umum, sehingga semestinya dapat dijadikan bab

tersendiri dan terpisah dari kitab ini. Namun Zubair Umar al-Jaelany

menyatukan dan memasukkannya dalam kitab ini.

Bagian ini memuat tentang maqaayis (ukuran, satuan) seperti

satuan berat, panjang, luas serta ukuran-ukuran yang dipakai oleh orang

Arab dalam standar internasional.

c. Bagian Lampiran

Bagian ini memuat lampiran yang berupa tabel-tabel untuk

menyempurnakan bagian utama, jadi bagian lampiran ini merupakan

bagian penting dari kitab ini, karena tidak bisa melakukan perhitungan

tanpa adanya bab ini.

Tabel-tabel yang dimuat berupa tabel gerak matahari dan bulan,

tabel algoritma serta data-data arah kiblat kota-kota penting di seluruh

dunia dan juga terdapat data-data astronomi lainnya. Perlu diketahui,

bahwa dalam mencantumkan tabel-tabel, kitab ini masih menggunakan

singkatan-singkatan dan simbol-simbol tertentu untuk mewakili sesuatu

yang panjang, diantaranya:

a. و singkatan dari yaum (hari)

b. ت singkatan dari sa’ah (jam)

c. ح singkatan / simbol dari derajat dan buruj (zodiak)

d. ق simbol dari menit ( ذقیقة )

Page 68: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

56

e. ي singkatan dari detik ( ثىاى )

f. ″′ singkatan dari secon ( ثىا هث )

g. ″″ singkatan dari seperenampuluh secon ( رىابغ )

h. ◦ simbol dari derajat

i. ′ simbol dari menit derajat

j. ″ simbol dari detik derajat

Sedangkan dalam menuliskan tanda operasi bilangan seperti

pertambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian berbeda dengan

tanda yang terkenal atau yang lazim. Dalam menandai operasi bilangan

tersebut kitab ini menggunakan: ( ═ ) untuk pertambahan, ( ─ ) untuk

pengurangan, ( X ) untuk perkalian dan ( / ) untuk pembagian.

Begitu halnya dengan penggunaan angka-angka, angka-angka yang

digunakan dalam tabel ada yang masih menggunakan angka-angka arab

(misalnya dalam pencarian hari). Yaitu dengan menggunakan huruf-huruf

yang biasa disebut dengan angka jumali9, angka jumali tersebut terkumpul

dalam kalimat:

ا بجذ هىز حغي كهمه

Di mana angka satu dilambangkan dengan huruf alif, angka 2

dilambangkan dengan ba’, angka 3 dilambangkan dengan jim, angka 4

dilambangkan dengan dal, angka 5 dilambangkan dengan ha’, angka 6

dilambangkan dengan wawu, angka 7 dilambangkan dengan za’.

9 Yang dimaksud dengan angka jumali adalah salah satu model angka yang biasa

digunakan oleh para ulama hisab tempo dulu untuk menyajikan data astronomis benda-benda

langit. lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm 41.

Page 69: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

57

Angka tersebut dipakai hanya dalam menyebutkan alamat al-

ayyam saja. Jadi dalam penggunaannya hanya sampai pada huruf za’

karena disesuaikan dengan jumlah bilangan hari. Sedangkan untuk

pemulaan hari, hari pertama adalah hari Ahad, kemudian Senin, begitu

seterusnya. Dan untuk penyebutan buruj (zodiak) dimulai dari buruj Haml.

Untuk waktu yang digunakan, dihitung dari waktu zawal al wustha atau

sekitar pukul 12.00 waktu pertengahan (waktu kota makkah).

C. KONSEP HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB AL-

KHULASHAH AL-WAFIYYAH

Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah meskipun tergolong kitab yang

menganut sistem haqiqi bi al-tahqiq, dalam menentukan gerhana bulan

memuat beberapa sistem, yaitu sistem haqiqi bi al-taqrib dan juga sistem

haqiqi bi al-tahqiq. Dalam kitab ini, sistem haqiqi bi al-taqrib dipakai untuk

dasar mengerjakan hisab haqiqi bi al-tahqiq. Dengan kata lain untuk

mengerjakan hisab haqiqi bi al-tahqiq terlebih dahulu harus mengerjakan

hisab haqiqi bi al-taqrib. Berikut penjelasannya:

a. Hisab haqiqi bi al-taqrib

Hisab haqiqi bi al-taqrib adalah adalah sistem hisab yang amat

sederhana, dalam sistem ini tidak ada rumus-rumus segitiga bola. Baik

Sistem hisab haqiqi bi al-taqrib untuk mengetahui ijtima’ ataupun sistem

hisab haqiqi bi al-taqrib untuk mengetahui waktu istiqbal. Pada proses

perhitungannya, sistem hisab haqiqi bi al-taqrib menggunakan tabel.

Perhitungan yang terdapat dalam tabel hanyalah penjumlahan (jika

Page 70: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

58

mencari waktu ijtima’), namun lain halnya ketika mencari waktu istiqbal

yang terdapat harakah al-istiqbal untuk mengurangi harakah al- ijtima’.

Sedangkan dalam pencarian ta‟dilnya yang ada hanyalah menjumlah,

mengurangi dan ada dua kali perkalian sederhana, yaitu pertama al-bu'du

al-ghairu al-mu'addal di kalikan 5 menit, kedua al-bu'du al-muaddal

dikalikan khishshah al-sa'ah.

Sistim hisab haqiqi bi al-taqrib dalam kitab falak al-khulashah al-

wafiyyah, yang merupakan proses menuju hisab haqiqi bi al-tahqiq,

dibahas pada halaman 116 sampai dengan halaman 121.10

Sedangkan data-

data pendukung yang diperlukan dalam sistim hisab ini dapat dijumpai

pada halaman 226, 227, 228, 262 dan 264.

b. Hisab haqiqi bi al-tahqiq

Hisab haqiqi bi al-tahqiq berpangkal pada pemikiran aliran

heliosentris yakni matahari merupakan pusat orbit bumi dengan bulannya

serta planet-planet lainya. Hal ini berbeda dengan hisab haqiqi bi al-taqrib

yang berangkat dari teori geosentris yakni anggapan bahwa bumi

merupakan pusat dan benda-benda langit lainnya mengitari bumi.

Gerak benda-benda langit dari timur ke arah barat merupakan

akibat dari perputaran bumi pada porosnya (rotasi). Sedang berpindah-

pindahnya matahari dari buruj satu ke buruj lainnya merupakan akibat dari

gerak bumi mengitari matahari (revolusi).

10

Zubair Umar al-Jaelany, al-Khulashah al-Wafiyyah, Surakarta: Melati, 1935, hlm 116-

121.

Page 71: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

59

Orbit bumi, bulan dan benda-benda langit lainnya berbentuk ellips,

sementara itu gaya tarik benda-benda langit mengganggu gerak bumi dan

bulan. Oleh karena itu gerak bumi dan bulan tidak selalu rata. Akibatnya

gerak matahari (gerak semu) di bola langit sebagai akibat gerakan bumi

dan bulan, juga tidak rata. Dari sini maka posisi rata-rata matahari dan

bulan perlu dikoreksi (di-ta’dil).11

Posisi matahari dan bulan dapat dibedakan menjadi posisinya

terhadap titik perigeenya, yang disebut dengan khasshah (geraknya disebut

dengan anomali), dan posisinya terhadap titik vernel equinok, yang disebut

dengan wasat. Karena orbit bumi berbentuk ellips maka untuk menemukan

posisi haqiqi matahari di bola langit harus dikoreksi sebagai akibat bentuk

orbit ellips tersebut, dengan koreksi yang disebut koreksi pusat.

Sementara bulan sebagai satelit bumi yang bersama-sama dengan

bumi mengitari matahari, maka geraknya banyak mengalami gangguan

dari berbagai gaya gravitasi benda langit lainnya. Oleh karena itu untuk

menemukan posisi bulan haqiqi perlu dikoreksi yang lebih banyak

terhadap posisi rata-rata bulan. Sehingga koreksi bulan lebih banyak dan

lebih komplek.12

Untuk melakukan proses perhitungan lebih lanjut, maka setelah

selesai mengerjakan hisab Hisab haqiqi bi al-taqrib, kemudian dilanjutkan

Hisab haqiqi bi al-tahqiq.

11

Ahmad Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam Kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah Dengan Metode Haqiqi bit tahqiq, Skripsi Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang, 1997, hlm 57. 12

Ibid,

Page 72: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

60

Tahap awal untuk mengetahui kapan terjadinya gerhana bulan

yaitu dengan menghitung kemungkinan terjadinya gerhana bulan dengan

menambahkan data tahun dengan data bulan. Data-data tahun dan bulan

tersebut bisa didapat pada halaman 224. Dan data hari yang digunakan

adalah 13.

Gerhana bulan mungkin terjadi jika hasil penjumlahan tersebut:13

Antara 0b 0˚ s/d 0

b 14˚

Antara 5b 15˚ s/d 6

b 14˚

Antara 11b 15˚ s/d 11

b 29˚

Kemudian ingat kembali istiqbal haqiqi bi al-taqrib yang telah

dihitung di awal, Lalu menghitung istiqbal haqiqi bi al-tahqiq sebagai

bentuk kelanjutan dari proses perhitungan haqiqi bi al-taqrib untuk

mengetahui jam istiqbal haqiqi bi al-tahqiq. Sebagaimana hisab haqiqi bi

al-taqrib, hisab haqiqi bi al-tahqiq juga menggunakan tabel dalam proses

perhitungannya, tabel tersebut digunakan agar mendapat nilai Thul al-

Syams dan Thul al-Kamar.

Ketika mencari Thul al-Syams dan Thul al- Kamar terdapat

beberapa koreksi. Dalam kitab ini koreksi (ta’dil) untuk bulan dilakukan

sebanyak lima kali. Sedangkan untuk mencari posisi matahari cukup hanya

dengan satu kali koreksi saja. Koreksi-koreksi terhadap bulan secara

global adalah sebagai berikut:14

13

Zubair Umar al-Jaelany, Op. Cit, hlm 224. 14

Disampaikan oleh Slamet Hambali pada waktu pembelajaran mata kuliah Kajian Kitab

Falak II mengenai hisab awal bulan kamariyah dalam kitab al-khulashah al-wafiyyah pada tanggal

31 Agustus 2009.

Page 73: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

61

1. Koreksi perata Tahunan, sebagai akibat gerak tahunan bulan bersama-

sama dengan bumi mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk

ellips. Koreksi (ta’dil) tersebut diambilkan dari angka yang diperoleh

khashshah matahari (dalil awal). Angka Ini juga digunakan juga untuk

mengoreksi „uqdah.

2. Koreksi sebagai akibat berubahnya eccentricity bulan. Koreksi tersebut

diambil dari angka hasil dalil tsani, yang diperoleh selisih dari

khashshah dan wasat bulan dengan thul matahari.

3. Koreksi yang mengakibatkan bulan baru atau bulan purnama tiba

terlambat atau lebih cepat. Koreksi ini diambilkan dari hasil khashshah

matahari (dalil awal).

4. Koreksi yang besarnya diambil dari hasil angka khashshah bulan (dalil

tsalis).

5. Koreksi yang di ambil dari data dalil rabi’, yang didapat dari selisih

antara wasat bulan dengan thul matahari.

6. Koreksi yang terakhir adalah koreksi perata pusat sebagai bentuk ellips

orbit bulan, yang besarnya diambilkan dari data dalil rabi’ dan „uqdah

yang telah terkoreksi.

Koreksi-koreksi tersebut dituangkan dalam bentuk tabel koreksi,

kesatu, kedua, ketiga, keempat dan kelima serta koreksi bagi uqdah dan

khashshah bulan. Dalam kitab ini ada cara khusus untuk mencari besarnya

angka ta’dil. Yaitu dengan rumus: A-(A-B) X C/ interval, di mana:

Page 74: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

62

A. = Satar awal

B. = Satar tsani

C. = Selisih antara satar awal dengan satar tsani

Jika Thul al Syams dan Thul al Kamar nya sudah ditemukan,

kemudian carilah selisih di antara keduanya. Jika hasil dari selisih tersebut

kurang dari 33 ثىاو, maka perhitungan dilanjutkan pada tahap selanjutnya.

Akan tetapi jika perhitungan lebih dari 33 ثىاو, maka dihitung kembali

sebagaimana rincian dalam tabel, hingga hasil selisih tersebut kurang dari

.ثىاو 3315

Setelah selisih di dapat, maka selisih tersebut dijadikan satuan روابغ

yang kemudian di bagi dengan Sabaq al-Mu’addal dengan satuan ثىاو.

Sabaq al-Mu’addal didapat dari Sabaq al-syams untuk mengurangi sabaq

qamar fi al-thul yang hasilnya dijadikan satuan ثىاو. Hasil dari pembagian

tersebut adalah nilai jam selisih yang digunakan untuk mengurangi jam

istiqbal haqiqi bi al-taqrib, hasilnya di sebut Sa’at al-bu’di.

Untuk menghitung jam istiqbal haqiqi, di perlukan daqaiq ta’dil

al-zaman (perata waktu) dan Sa’at al-bu’di untuk menambah jam zawal

haqiqi.16

Setelah melalui tahapan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah

menghitung terjadinya gerhana bulan. Adapun tahapan-tahapannya adalah:

15

Zubair Umar al-Jaelany, Op. Cit, hlm 147. 16

Ibid,

Page 75: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

63

(Lintang Astronomi Bulan) ػرض انقمر .1

Ardl al- Kamar di dapat dari Aqrab al-I’tidal di tambah Nisbah

al-Jaibiyah li ardl al-Kamar al-Kuli. Jika hasil Ardl al-Kamar tersebut

lebih dari 65‟ 7”, maka berhentilah menghitung. Dan jika lebih kecil

dari 60‟ 24” maka teruskanlah.

(kecepatan bulan di bumi) سبق انقمر ف انؼرض .2

Sabaq al-Kamar fi al-Ardl di dapat dari hasil penjumlahan

antara Aqrabu al-inqilab dan Nisbah al-Jaibiyah li sabaq al-Kamar fi

al-Ardl al-Kuli.

(deklinasi semu bulan) انميم انىسب .3

Al-mail al-Nisbi di dapat dari Ansab al-Sabaq fi al-Ardl di

kurangi Ansab al-Sabaq al-Mu’adal.

(gerak bulan) انحركة انساػية .4

Al-harakat al-Sa’iyah di dapat dari hasil pengurangan antara

Ansab al-Sabaq al-Mu’adal dan Nisbah al-Jaibiyah li tamam al-Mail

al-Nisbi.

(simpanan pertama) انمخفىػ االول .5

Al-Mahfudz al-Awwal di dapat dari hasil penjumlahan antara

Ansab ardlu al-Kamar dan Nisbah al-Jaibiyahli al-Mail al-Nisbi.

(menit-menit setelah pertengahan gerhana) دقائق بؼذ وسظ انخسىف .6

Daqaiq ba’ad wasat al-Khusuf di dapat dari hasil penjumlahan

antara Ansab Al-Mahfudz al-Awwal dan Ansab daqaiq saa’at, yang

kemudian dikurangi dengan Ansab Al-harakat al-Sa’iyah.

Page 76: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

64

(simpanan ke dua) انمخفىػ انثاو .7

Al-mahfudz al-tsani di dapat dari nilai penjumlahan Nisbah al-

Jaibiyah li tamam al-Mail al-Nisbi dan Ansab ardlu al-Kamar.

(semi diameter bayangan inti bumi) وضف قغر انظم .8

Nisfu qathr al-dlil di ambil dari halaman 225 dengan

menggunakan data dalil 3.

(semi diameter bulan) وصف قغر انقمر .9

Nisfu qathr al-Kamar di ambil dari halaman 225 dengan

menggunakan data dalil 3.

(simpanan ke tiga) انمخفىػ انثانث .10

Al-mahfudz al-Tsalis di dapat dari Nisfu qathr al-dlil yang

ditambahkan dengan Nisfu qathr al-Kamar.

(simpanan ke empat) انمخفىػ انرابغ .11

Al-mahfudz al-Rabi’ di dapat dari Al-mahfudz al-Tsalis yang

ditambahkan dengan Al-mahfudz al-tsani.

(simpanan ke lima) انمخفىػ انخامس .12

Lain halnya dengan Al-mahfudz al-Rabi’, Al-mahfudz al-

Khamis di dapat dari hasil pengurangan antara Al-mahfudz al-Tsalis

dan Al-mahfudz al-tsani.

ساػات انسقىط .13

Untuk mengetahui nilai sa’at al-suqut, pertama-tama harus

mengetahui nilai al hasil terlebih dulu. Al-hasil di dapat dari

penjumlahan antara Ansab al-mahfudz al-Rabi’ dan Ansab Al-mahfudz

Page 77: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

65

al-Khamis. Setelah di ketahui hasilnya, maka yang di pakai adalah

Nisfu al-hasil (separuh dari nilai al-hasil). Lalu Nisfu al-hasil tersebut

di kurangi Ansab al-harakah al sa’iyah setelah sebelumnya

dijumlahkan dengan nilai Ansab daqaiq saat.

(pertengahan gerhana) ساػات وسظ انخسىف .14

Sa’at wasat al-khusuf di dapat dari nilai Sa’at al-Istiqbal yang

dikurangi dengan Daqaiq ba’ad wasat al-khusuf.

(awal gerhana) ساػات ابتذاء انخسىف .15

Sa’at ibtida’ al-khusuf di dapat dari pengurangan antara Sa’at

wasat al-khusuf dan Sa’at al-suqut.

(akhir gerhana) ساػات اوتهاء انخسىف .16

Berbeda dengan Sa’at ibtida’ al-khusuf, Sa’at intaha al-khusuf

di dapat dari penjumlahan antara Sa’at wasat al-khusuf dan Sa’at al-

suqut.

17. (sisa) انباق

Al-baqi di dapat dari al-mahfudz al-tsalis dikurangi ‘ard

Kamar, hasilnya dijadikan satuan tsawani kemudian dikalikan 12.

(diameter bulan) قغر انقمر .18

Qatr al-Kamar di dapat dari nisfu qatr al-Kamar yang

dilipatgandakan, kemudian dijadikan satuan tsawani.

(ukuran gerhana) اصابغ انخسىف .19

Asabi’ al-khusuf di dapat dari nilai Al-baqi di bagi dengan

Qatr al-Kamar. Di kalangan ahli falak qatr al-Kamar dan qatr al-

Page 78: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

66

syams secara istilahi terbagi menjadi 12 bagian, yang mana setiap

bagian di sebut satu jari (اصبغ) dan setiap jari adalah 60 menit.

(jenis gerhana) وىع انخسىف .20

Untuk mengetahui gerhana apa yang akan terjadi, maka

gunakan ‘ard al-Kamar untuk mengurangi nisfu qatr al-dhil. Apabila

hasilnya sama dengan nisfu qatr al-Kamar berarti terjadi gerhana total

dan totalnya tidak lama (langsung memulih). Jika hasilnya lebih besar,

maka totalnya agak lama. Dan jika hasilnya lebih kecil, maka terjadi

gerhana bulan sebagian.

Jika gerhana bulan total yang terjadi maka harus diketahui

kapan awal total dan akhir total, yaitu dengan cara:

a) Nisfu qutr dhil- nisfu qutr Kamar + al-mahfudz al-tsani

b) Nisfu qutr dhil- nisfu qutr Kamar - al-mahfudz al-tsani

c) Setelah di dapat hasil dari keduanya, lalu di cari nilai ansabnya.

Jika nilai ansab sudah ditemukan, maka ambil nisfu ansabnya

untuk menambahkan ansab daqaiq sa’ah, lalu hasilnya di

kurangkan dengan nilai al-harakah al-sa’iyah. Nilai yang di dapat

tersebut adalah nilai sa’ah al-muks yaitu setengah dari masa

gerhana total.

d) Untuk mengetahui awal total, gunakan sa’ah al-muks untuk

mengurangi sa’ah wasath al-khusuf. Dan untuk mengetahui akhir

total gunakan sa’ah al-muks untuk menambah sa’ah wasath al-

khusuf.

Page 79: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

67

(warna gerhana) نىن انخسىف .21

Adapun warna khusuf tidak bisa diketahui secara pasti, tetapi

dikatakan bahwa jika ‘ard al-Kamar 10˚ ke bawah, maka warnanya

hitam pekat. Jika ‘ard al-Kamar sampai 20˚, maka warnanya hitam

kehijauan. Jika ‘ard al-Kamar sampai 30˚, maka warnanya hitam

kemerahan. Jika ‘ard al-Kamar sampai 40˚, maka warnanya hitam

kekuningan. Jika ‘ard al-Kamar sampai 50˚, maka warnanya. Jika

‘ard al-Kamar sampai 60˚, maka warnanya kelabu.

انمركاز .22

Hasil yang di hitung masih bermarkaz Makkah, untuk

mengubah ke daerah yang kita inginkan maka diperlukan selisih bujur

makkah dengan bujur daerah yang akan kita cari.17

Setelah kita

mengetahui jam terjadinya gerhana di kota yang kita cari, hal tersebut

masih belum sempurna. Karena untuk mengetahui gerhana benar-benar

terjadi di kota tersebut masih harus di sesuaikan dengan bujur daerah

masing-masing wilayah, dengan menggunakan rumus:

Jam yang di ketahui – perata waktu + (BD - BT) / 15

23. Konversi Hijriyah ke Masehi

Setelah hasil kita dapatkan, kita masih belum tahu dalam

kalender Masehi gerhana tersebut terjadi pada tanggal berapa. Untuk

mengetahui tanggal masehinya maka dalam menentukan tanggal dan

bulan di ambil dari data thul matahari. Untuk menentukan tanggal, jika

17

Ibid, hlm 267.

Page 80: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

68

burujnya berkisar antara buruj 4 – 12 maka nilai buruj tersebut di +4,

namun untuk buruj 1 -3, burujnya -8. Sedangkan untuk menentukan

tanggalnya, jika burujnya berkisar antara buruj 2 – 7 maka derajatnya

+9, akan tetapi jika burujnya berkisar antara buruj 8 – 1 maka

derajatnya -8.

Untuk mencari tahunnya, tahun Hijriyahnya di bagi dengan

33,33, hasilnya dikalikan dengan 33,33 untuk mengurangi tahun

hijriyahnya. Kemudian hasilnya ditambahkan dengan 622, maka tahun

yang di cari akan ditemukan.

D. SEJARAH EPHEMERIS

Ephemeris biasa disebut astronomical handbook, merupakan table

yang memuat data-data astronomis benda-benda langit. Ephemeris dibuat

oleh IQsoft yang pada tahun 1993 dipelopori oleh Taufik beserta putranya

atas biaya Depertemen Agama RI. Taufik lahir di Babat-Lamongan pada

tanggal 2 Januari 1938 M. Taufik adalah seorang yang aktif, mulai dari

mengikuti seminar, studi perbandingan sampai konferensi tentang hisab

dan rukyat, baik tingkat regional maupun international, antara lain

Malaysia, Brunai Darussalam dan Saudi Arabia. Gelar sarjana Syari‟ah

diraihnya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1967 M / 1387

H, sedang gelar Master Hukum diperolehnya dari Universitas Airlangga

Surabaya.18

18

Susiknan Azhari, Ensiklipedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm

50.

Page 81: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

69

Adapun karya tulisnya di bidang hisab rukyat antara lain: Peranan

Hisab Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan Kamariyah, Menentukan Hari

Raya Idul Adha 1405 H, Bagaimana Cara Menetapkan Awal Bulan

Ramadhan dan Syawal, Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia, Mengkaji

Ulang Metode Hisab Sullamun Nayyirain, dan Probletika Penyatuan

Takwim Islam Internasional.

Ephemeris ini berbentuk program software data astronomis yang

dikenal dengan “Hisab for Windows versi 1.0” yang hasilnya juga mirip

dengan Nautical Almanac atau semacamnya. Pada tahun 1998, program ini

disempurnakan dan berganti nama menjadi “WinHisab versi 2.0” dengan

hak lisensi pada Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI. Perhitungan

yang menggunakan data dari program WinHisab ini dikenal dengan sistem

ephemeris hisab rukyat atau sistem ephemeris.19

Dalam tabel ephemeris tersedia beberapa data mengenai matahari dan

bulan yang dapat digunakan untuk kegiatan hisab maupun rukyat, baik untuk

menentukan arah kiblat, waktu-waktu shalat, awal bulan kamariyah dan

gerhana. Data tersebut juga bisa di dapat dalam sebuah buku yang berjudul

Ephemeris Hisab Rukyah yang setiap tahun diterbitkan oleh Departemen RI

(sejak tahun 2005 ditangani oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan

Pembinaan Syari„ah).20

Tabel ephemeris tersebut data-datanya sudah diolah dengan

menggunakan persamaan rumus-rumus spherical trigonometri, sehingga

19

Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Jogjakarta: Buana Pustaka,

Cet ke 3, 2008, hlm 36-37. 20

Muhyidin Khazin, op.cit, hlm 152-153.

Page 82: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

70

menghasilkan data-data setengah jadi, dan ini memudahkan bagi orang yang

menggunakannya. Dalam tabel tersebut terdapat tiga data astronomi penting,

yaitu:

1. Data tentang keadaan matahari dan bulan

Pada tabel ini ditampilkan bermacam-macam data keadaan

matahari dan bulan pada tanggal tertentu, untuk setiap jam-nya. Mungkin

data ini sangat asing bagi kita, karena terlihat sangat spesifik untuk bidang

astronomi. Data matahari yang disediakan adalah:21

a. Ecliptic Longitude, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Bujur

Astronomi atau عىل انشمس dalam bahasa Arab. Data disini adalah Bujur

Astronomi Matahari, yaitu jarak matahari dari titik aries diukur

sepanjang lingkaran ekliptika.

b. Ecliptic Latitude, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Lintang

Astronomi atau ػرض انشمس dalam bahasa Arab. Data ini adalah jarak

titik pusat matahari dari lingkaran Ekliptika. Sebetulnya Ekliptika

adalah lingkaran yang ditempuh oleh gerak semu matahari secara

tahunan. Oleh karena itu matahari selalu berada di lingkaran Ekliptika.

Namun jalannya tidak selalu rata, tapi ada sedikit geseran, hal ini dapat

dilihat dari nilainya yang selalu mendekati nol.

c. Apparent Right Ascencion dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

Asensio Rekta atau panjatan tegak, ini adalah jarak matahari dari titik

aries diukur sepanjang Lingkaran Equator.

21

Departemen Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyah, Jakarta: Rektorat Urusan Agama

Islam dan Pembinaan Syariah Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, 2007, hlm 1-2.

Page 83: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

71

d. Apparent Declination dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

Deklinasi Matahari atau ميم انشمس dalam bahasa Arab adalah jarak

matahari dari Equator. Bila nilai Deklinasi positif berarti matahari

berada di sebelah utara Equator, tapi bila nilai Deklinasi negatif berarti

matahari berada di sebelah selatan Equator.

e. True Geocentric Distance dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

jarak Geosentric. Data ini menggambarkan jarak antara bumi dan

matahari dalam satuan AU (Astronomical Unit). Oleh karena bumi

mengelilingi matahari tidak berbentuk bulat bola, melainkan berbentuk

ellips, sehingga terkadang dekat dan terkadang jauh. Jarak terdekat

antara bumi dengan matahari disebut perigee, sedangkan jarak

terjauhnya disebut apogee.

f. Semi Diameter dalam bahasa Indonesia dikenal dengan jari-jari atau

dalam bahasa Arab. Data disini adalah jari-jari matahari وصف قغر انشمس

yaitu jarak titik pusat matahari dengan piringan luarnya.

g. True Obliquity dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Kemiringan

Ekliptika dan dikenal pula انميم انكهي dalam bahasa Arab adalah

Kemiringan Ekliptika dari Equator.

h. Equation of Time dalam bahasa Indonesia dikenal dengan perata

waktu atau تؼذیم انشمس dalam bahasa Arab, ini adalah selisih antara

waktu kulminasi matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari

rata-rata.

Page 84: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

72

Sedangkan data bulan yang disediakan meliputi:22

a. Apparent Longitude yaitu Bujur Astronomi atau عىل انقمر dalam bahasa

Arab. Data disini adalah Bujur Astronomi Matahari, yaitu jarak antara

titik aries sampai bulan diukur sepanjang lingkaran ekliptika.

b. Apparent Latitude, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Lintang

Astronomi atau ػرض انقمر dalam bahasa Arab. Data ini adalah jarak

antara bulan dengan lingkaran Ekliptika diukur sepanjang lingkaran

kutub Ekliptika. Nilai maksimum lintang Astronomi Bulan adalah 5˚

8„. Nilai positif berarti bulan bulan berada di utara Ekliptika dan nilai

negatif berarti bulan bulan berada di selatan Ekliptika.

c. Apparent Right Ascencion dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

Asensio Rekta atau panjatan tegak, ini adalah jarak titik pusat bulan

dari titik aries diukur sepanjang Lingkaran Equator.

d. Apparent Declination dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

Deklinasi Bulan atau ميم انقمر dalam bahasa Arab. Data ini adalah jarak

bulan dari Equator. Nilai Deklinasi positif jika bulan di sebelah utara

Equator dan nilai Deklinasi negatif jika bulan di sebelah selatan

Equator.

e. Horizontal parallax adalah besaran sudut yang ditarik dari titik pusat

bulan ketika di ufuk (horizon) ke titik pusat Bumi dan garis yang

ditarik dari titik pusat bulan ketika itu ke permukaan bumi.

22

Ibid, hlm 3-4.

Page 85: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

73

f. Semi Diameter disini adalah jari-jari bulan atau وصف قغر انقمر adalah

jarak sudut antara titik pusat bulan dengan piringan luarnya.

g. Angle Bright Limb dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sudut

kemiringan hilal, adalah sudut kemiringan piringan hilal yang

memancarkan sinar sebagai akibat arah posisi hilal dari matahari.

Sudut ini diukur dari garis yang mengghubungkan titik pusat bulan

dengan titik zenith ke garis yang menghubungkan titik pusat hilal

dengan titik pusat matahari searah dengan perputaran jarum jam.

h. Fraction Illumination adalah besar atau luas piringan bulan yang

menerima sinar matahari yang tampak dari bumi. Jika seluruh piringan

yang menerima sinar matahari terlihat dari bumi, maka bentuknya akan

berupa bulatan penuh. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction

Illumination bulan adalah 1, yaitu persis saat bulan purnama. Setelah

bulan purnama, nilai Fraction Illumination akan semakin mengecil

sampai pada nilai yang paling kecil, yaitu pada saat ijtima„. Setelah itu

nilai akan kembali membesar sampai mencapai nilai 1, pada saat bulan

purnama. Dengan demikian, data Fraction Illumination ini dapat

dijadikan pedoman untuk mengetahui kapan terjadinya ijtima„ dan

istiqbal.

2. Jadwal Shalat bulanan

Hanya dengan menekan ikon gambar kubah masjid, dan

menentukan waktu dan lokasinya, jadwal shalat bulanan akan segera

ditampilkan dalam bentuk tabel. Hampir semua kota kabupaten di

Page 86: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

74

Indonesia telah penulis tambahkan pada versi portablenya (hanya berjalan

normal untuk pembutan jadwal shalat), sehingga sebaiknya program

diinstall terlebih dulu (ada pada menu installer pada cd/dvd bonus), lalu

file databasenya ditimpa (overwrite) dengan yang ada di versi portable.

Ada informasi arah kiblat dan keterangan garis lintang dan bujur untuk

tiap lokasi yang dihitung, di atas tabel yang dihasilkan.

3. Tinggi hilal saat matahari terbenam (ijtimak) bulanan

Akan tetapi dalam menyajikan data bulan dan matahari ini berdasarkan

tanggal, bulan dan tahun masehi. Sehingga apabila akan menghitung waktu

istiqbal yang biasanya terjadi pada pertengahan bulan kamariyah, maka harus

dikonversi terlebih dahulu dengan kalender syamsiyah. Data yang disajikan

tersebut juga berdasarkan waktu Greenwich Mean Time (GMT). Sehingga

untuk mencari data matahari dan bulan bagi wilayah Indonesia, maka waktu-

waktu tersebut terlebih dahulu diubah menjadi GMT.

E. KONSEP HISAB GERHANA BULAN DALAM EPHEMERIS

Dalam menentukan gerhana bulan juga mengambil data dari tabel

Winhisab atau Ephemeris Hisab Rukyah. Perhitungan Gerhana Bulan dengan

data Ephemeris Hisab Rukyat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Menghitung kemungkinan terjadinya gerhana bulan dengan menggunakan

tabel gerhana, dengan cara menjumlahkan data dari Kelompok Tahun

(Tabel A), Satuan Tahun (Tabel B) dan Gerhana Bulan (Tabel C). Gerhana

Page 87: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

75

Bulan dimungkinkan terjadi apabila hasil penjumlahan tersebut berkisar

antara: 000o s/d 014

o, 165

o s/d 194

o dan 345

o s/d 360

o.

2. Melakukan konversi dari penanggalan hijriyah ke penanggalan masehi

untuk tanggal kemungkinan terjadi gerhana bulan tersebut. Ingat bahwa

gerhana bulan hanya akan terjadi saat bulan purnama, sekitar tanggal 15

bulan kamariyah. Jadi yang harus dilakukan adalah menghitung tanggal 15

bulan kamariyah yang ada kemungkinan terjadi gerhana bulan dan

bertepatan tanggal berapa menurut penanggalan masehi. Lalu menyiapkan

data astronomis untuk tanggal masehi tersebut.

3. Mencari FIB terbesar pada kolom Fraction Illumination Bulan, periksa

FIB terbesar terjadi pada jam berapa waktu Greenwich. Lalu periksa lagi

adanya kemungkinan gerhana bulan dengan melihat harga mutlak lintang

bulan (pada kolom Apparent Latitude Bulan) saat FIB terbesar.

Catatan : - Jika harga mutlak Lintang Bulan lebih besar dari 1o 05‟ 07”

maka tidak akan terjadi gerhana bulan.

- Jika harga mutlak Lintang Bulan lebih kecil dari 1o 00‟ 24”

maka akan terjadi gerhana bulan.

4. Menghitung Sabaq Matahari (B1) atau gerak matahari setiap jam dengan

cara menghitung harga mutlak selisih antara dara ELM pada jam FIB

terbesar dengan satu jam berikutnya.

5. Menghitung Sabaq Bulan (B2) atau gerak bulan setiap jam dengan cara

menghitung harga mutlak selisih antara ALB pada jam FIB terbesar

dengan satu jam berikutnya.

Page 88: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

76

6. Menghitung jarak Matahari dan Bulan (MB) dengan rumus:

MB = ELM – (ALB- 180)

7. Menghitung Sabaq Bulan Mu‟addal (SB) dengan rumus: SB = B1 – B2

8. Menghitung Titik Istiqbal (TI) dengan rumus: TI = MB : SB

9. Menghitung waktu Istiqbal (Is) dengan rumus:

Is = Waktu FIB + TI – 00 : 01 : 49.29

10. Melacak data dari Ephemeris saat terjadi istiqbal secara interpolasi:

a) Semi Diameter Bulan (SD) pada kolom semidiameter bulan

b) Horizon Parallax Bulan (HP ) pada kolom Horizon Parallax Bulan

c) Lintang Bulan (L) pada kolom Apparent Latitude Bulan

d) Semi Diameter Matahari (SDo) pada kolom Semi Diameter Matahari

e) Jarak Bumi (JB) pada kolom True Geocentric Distance Matahari

11. Menghitung Horizon Parallax (HPo) dengan rumus:

Sin HPo = sin 08.794” : JB

12. Menghitung jarak bulan dari titik simpul (H) dengan rumus:

sin H = sin L : sin 5o

13. Menghitung lintang bulan maksimum terkoreksi (U) dengan rumus:

tan U = [tan L : sin H]

14. Menghitung lintang bulan minimum terkoreksi (Z) dengan rumus:

sin Z = [sin U x sin H]

15. Menghitung koreksi kecepatan bulan relatif terhadap matahari (K) dengan

rumus: K = cos L x SB : cos U

Page 89: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

77

16. Menghitung besarnya semidiameter bayangan inti bumi (D) dengan

rumus: D = (HP + HPo – SDo) x 1,02

17. Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan

ketika piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi (X)

dengan rumus: X = D + SD

18. Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan

ketika seluruh piringan bulan mulai masuk pada bayangan inti bumi (Y)

dengan rumus: Y = D – SD

19. Menghitung jarak titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai

bersentuhan dengan bayangan inti bumi (C) dengan rumus:

cos C = cos X : cos Z

20. Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika

piringan bulan bersentuhan dengan bayangan inti bumi sampai ketika titik

pusat bulan segaris dengan bayangan inti bumi (T1) dengan rumus:

T1 = C : K

Catatan : Bila Y lebih kecil daripada Z maka akan terjadi gerhana bulan

sebagian. Oleh karena itu, E dan T2 berikut ini tidak perlu dihitung

21. Menghitung jarak titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi

sampai titik pusat bulan ketika seluruhpiringan bulan masuk pada

bayangan inti bumi (B) dengan rumus: cos E = cos Y : cos Z

22. Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai titik

pusat bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi sampai titik pusat

Page 90: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

78

bulan ketika seluruh piringan bulan masuk pada bayangan inti bumi (T2)

dengan rumus: T2= E : K

23. Koreksi pertama terhadap kecepatan bulan (Ta) dengan rumus:

Ta = cos H : sin K

24. Koreksi kedua terhadap kecepatan bulan (Tb) dengan rumus:

Tb = sin L : sin K

25. Menghitung waktu gerhana (T0) dengan rumus: T0 = [sin 0.05 x Ta xTb]

26. Menghitung waktu titik tengah gerhana (Tgh) dengan cara : Perhatikan

Lintang Bulan (LÄ) dalam kolom Apparent Latitude Bulan pada jam FIB

terbesar dan pada satu jam berikutnya.

- Jika harga mutlak Lintang Bulan semakin mengecil maka

Tgh = Istiqbal + T0 – ΛT

- Jika harga mutlak Lintang Bulan semakin membesar maka

Tgh = Istiqbal – T0 – ΛT

Catatan:

ΛT adalah koreksi waktu TT menjadi GMT

Bila dikehendaki dengan waktu WIB, tambahkanlah 7 jam.

Bila hasil penambahan terbenut lebih dari 24, maka kurangilah dengan

24. Sisanya itulah waktu titik tengah gerhana tetapi pada tanggal

berikutnya dari tanggal Ephemeris.

27. Menghitung waktu mulai gerhana dengan rumus:

Mulai Gerhana = Tgh – T1

28. Menghitung waktu mulai gerhana total dengan rumus:

Page 91: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

79

Mulai Total = Tgh – T2

29. Menghitung waktu selesai gerhana total dengan rumus:

Selesai Total = Tgh + T2

30. Menghitung waktu selesai gerhana dengan rumus:

Selasai Gerhana = Tgh + T1

Catatan:

Gerhana bulan akan terlihat pada malam hari, sehingga jika awal gerhana

lebih besar daripada waktu terbit matahari, atau akhir gerhana lebih kecil

daripada waku terbenam matahari di suatu tempat maka gerhana bulan

tersebut tidak dapat terlihat dari tempat ybs.

31. Jika terjadi gerhana bulan sebagian ( Y < Z ), maka untuk menghitung

lebar gerhana (LG) atau magnitudo yakni lebar piringan bulan yang masuk

dalam bayangan inti bumi dapat dilakukan dengan rumus:

LG = (( D + SD – Z ) : 2 x SD ) x 100%

Apabila dikehendaki satuan ukurnya dengn ushbu‟ (jari), maka hasil

perhitungan lebar gerhana ini dikalikan 12.

32. Mengambil kesimpulan dari perhitungan yang telah dilakukan, yakni

menyatakan hari apa, tanggal, dan jam berapa terjadi kontak-kontak

gerhana bulan, serta menyatakan lebar gerhana untuk gerhana sebagian.

Page 92: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

80

BAB IV

ANALISIS METODE HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB AL-

KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS

A. ANALISIS TERHADAP METODE HISAB GERHANA BULAN

DALAM KITAB AL-KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS

Di antara ilmu pengetahuan dari langit yang bisa kita gunakan dalam

kehidupan nyata ada yang langsung bisa dimanfaatkan oleh syari‟at islam.

Terutama ilmu yang berkaitan dengan penentuan waktu-waktu ibadah,

penentuan awal atau akhir bulan islam (kamariyah), serta pengetahuan tentang

terjadinya gerhana bulan.

Dalam khazanah keilmuan islam di Indonesia, pesatnya perkembangan

ilmu pengetahuan dan canggihnya teknologi serta meningkatnya peradaban

dan sumber daya manusia, ilmu hisab juga mengalami perkembangan dan

kemajuan. Bermula dari hisab „urfi atau hisab istilahi, kemudian muncul

generasi hisab haqiqi, lalu generasi kontemporer.

Banyak ulama‟ Indonesia yang telah mengarang kitab-kitab falak

dengan berbagai macam sistem dan bervariasi markaz, seperti: Sullam al-

Nayyirain (markaz Jakarta) oleh Muhammad Mansur Bin Abdul Hamid

Muhammad Damiri al-Batawi, Fathur Ra‟uf al-Mannan (markaz Semarang)

oleh Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid Kudus, Nur al-Anwar

(markaz Jepara) oleh Noor Ahmad SS Jepara, al-Khulashah al-Wafiyyah

(markaz Makkah) oleh Zubair Umar al-Jaelany Salatiga.

Page 93: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

81

Dalam sejarah kitab, kitab hisab tertua yang berkembang di Indonesia

adalah kitab Sullam al-Nayyirain. Kitab ini masih tergolong hisab haqiqi bi al-

taqrib. Meskipun demikian kitab ini masih dipelajari di lembaga pendidikan,

misalnya di Pondok Pesantren Ploso Kediri dan Madrasah al-Mansyuriyah

Jakarta. Tingkat akurasi dari hasil perhitungan hisab haqiqi bi al-taqrib masih

rendah, sehingga tidak banyak dikembangkan. Justru para ahli falak lebih

menyukai kitab-kitab yang bersistem haqiqi bi al-tahqiq seperti kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah, karena di nilai lebih akurat dan cermat meskipun

masih ada yang menggunakan tabel dalam melakukan proses perhitungan.

Kitab-kitab yang ada tersebut, sudah ada yang dapat menghitung kapan

terjadinya gerhana bulan, mulai dari awal terjadi gerhana hingga usai gerhana,

dan berlaku untuk daerah mana saja perhitungan tersebut. Hal ini dilakukan

agar kita dapat bersiap-siap menanti tibanya gerhana dan membuktikan

keakurasian metode yang kita pakai. Kitab yang didalamnya terdapat

perhitungan gerhana bulan misalnya kitab Fathur Ra‟uf al-Mannan, kitab Nur

al-Anwar dan lain-lain.

Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah yang didalamnya juga terdapat

perhitungan tentang gerhana bulan, merupakan kitab yang tergolong hisab

haqiqi bi al-tahqiq. Perhitungan yang didasarkan pada metode tersebut proses

perhitungannya sudah mendetail. Seperti halnya yang diungkapkan oleh

Slamet Hambali bahwa rumus yang dipakai untuk menentukan posisi bulan,

Page 94: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

82

tinggi bulan dan matahari sudah menggunakan rumus-rumus trigonometri,

walaupun masih dalam bentuk sederhana.1

Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, peralatan perhitungan

semakin canggih dan menyediakan data yang akurat, sehingga perbandingan

dari satu metode dengan metode lainnya sangat perlu. Hal ini untuk mengukur

tingkat akurasi dan supaya tahu titik kelemahan antara satu metode dengan

metode pembandingnya. Dengan diketahuinya titik kelemahan dari metode

itu, supaya ada upaya untuk pengembangan dan untuk mendapatkan hasil

yang maksimal.

Pada pembahasan sebelumnya sudah sedikit penulis singgung tentang

hisab yang termasuk ke dalam metode kontemporer. Hisab tersebut tertuang

dalam beberapa model. Beberapa hisab data yang disajikan tertuang dalam

bentuk tabel seperti Astronomical Almanac dan Ephemeris. Sedangkan yang

lain dalam sebuah program komputer seperti mawaqiit karya Ing Khafid.

Dari beberapa model hisab tersebut, tentunya hasil perhitungan yang

dihasilkan oleh hisab-hisab tersebut berbeda. Salah satu nya disebabkan oleh

sumber data yang diambil oleh masing-masing hisab. Dalam perbandingan ini,

Penulis menggunakan data-data al-Khulashah al-Wafiyyah yang merupakan

objek penelitian, membandingkan dengan data-data kontemporer yang tingkat

akurasinya sudah tinggi, dalam hal ini adalah hisab Ephemeris.

Hisab ephemeris merupakan salah satu hisab kontemporer yang

menggunakan tabel untuk mendapatkan data Bulan-martahari, yang mana

1 Disampaikan oleh Slamet Hambali pada waktu pembelajaran mata kuliah Kajian Kitab

Falak II mengenai hisab awal bulan kamariyah dalam kitab al-khulashah al-wafiyyah pada tanggal

31 Agustus 2009.

Page 95: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

83

tabel tersebut sudah diprogram dalam komputer yang bernama WinHisab.

Dalam tabel ephemeris tersedia beberapa data mengenai matahari dan bulan

yang dapat digunakan untuk kegiatan hisab maupun rukyat, baik untuk

menentukan arah kiblat, waktu-waktu shalat, awal bulan kamariyah dan

gerhana. Data tersebut juga bisa di dapat dalam sebuah buku yang berjudul

Ephemeris Hisab Rukyah yang setiap tahun diterbitkan oleh Departemen RI

(sejak tahun 2005 ditangani oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan

Pembinaan Syari„ah).2

Data matahari yang disediakan adalah Bujur Astronomi ( ,(طل انشس

Lintang Astronomi (عرض انشس), Asensio Rekta, Deklinasi (ييم انشس), Jarak

Geosentris, Semi Diameter (صف قطر انشس), Kemiringan Ekliptika (انيم انكهي)

dan Perata Waktu (حعذيم انشس). Sedangkan data bulan yang disediakan adalah

Bujur Astronomi (طل انقر), Lintang Astronomi (عرض انقر), Asensio Rekta,

Deklinasi (ييم انقر), Horizontal Paralaks (إخخالف انظر), Semi Diameter

.dan Luas Cahaya Bulan (سج انرأس) Semi Kemiringan Bulan ,(صف قطر انقر)3

Standar perbandingannya adalah karena hisab Ephemeris sudah

tergolong hisab kontemporer yang mana hasilnya akurat dan hisab

kontemporer ini banyak digunakan oleh para ahli falak masa kini, sehingga hal

ini memungkinkan keduanya untuk dibandingkan. Selain itu, hal ini dilakukan

supaya diketahui besarnya perbedaan hasil hisab dan mengetahui besar tingkat

akurasinya.

2 Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Jogjakarta: Buana Pustaka, Cet

ke 3, 2008, hlm 152-153. 3 Departemen Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyah, Jakarta: Rektorat Urusan Agama

Islam dan Pembinaan Syariah Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, 2007, hlm 1.

Page 96: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

84

Tabel perbandingan hisab antara kitab Al-Khulashah al-Wafiyyah dan Ephemeris

No Model Hisab

Perbandingan

Al-Khulashah

al-Wafiyyah Ephemeris

1 Waktu Istiqbal (15 Juni 2011 M/13 Rajab 1432 H)

Jam WIB 20 j 32

m 09

d 20

j 10

m 09

d

2 Mulai Gerhana (16 Juni 2011 M/14 Rajab 1432 H)

Jam WIB 00j 53

m 51

d 01

j 32

m 12,09

d

3 Mulai Total (16 Juni 2011 M/14 Rajab 1432 H)

Jam WIB 01j 49

m 12

d 02

j 19

m 25,44

d

4 Pertengahan Gerhana (16 Juni 2011 M/14 Rajab 1432 H)

Jam WIB 02j 32

m 33

d 03

j 10

m 09

d

5 Akhir Total (16 Juni 2011 M/14 Rajab 1432 H)

Jam WIB 03j 15

m 54

d 04

j 00

m 52,56

d

6 Selesai Gerhana (16 Juni 2011 M/14 Rajab 1432 H)

Jam WIB 04j 11

m 15

d 04

j 48

m 05,91

d

Perbedaan yang mendasar antara kitab al-Khulashah al-Wafiyyah

dengan hisab ephemeris diantaranya terletak pada metode yang dipakai oleh

keduanya. Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah menggunakan metode hisab

haqiqi bi al-tahqiq, dengan alasan bahwa rumus yang dipakai untuk

menentukan posisi bulan dan matahari sudah menggunakan rumus-rumus

trigonometri, walaupun masih dalam bentuk sederhana. Meskipun dalam

melakukan perhitungan di runut dari hisab haqiqi bi al-taqrib yang kemudian

dilanjutkan dengan hisab haqiqi bi al-tahqiq.

Hisab haqiqi bi al-tahqiq berpangkal pada pemikiran teori Heliosentris,

yakni matahari merupakan pusat orbit bumi dengan bulannya serta planet-

planet lainnya. Gerak benda-benda langit dari timur ke arah barat merupakan

Page 97: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

85

akibat dari perputaran bumi pada porosnya (rotasi). Sedangkan berpindah-

pindahnya matahari dari buruj satu ke buruj yang lainnya merupakan akibat

dari gerak bumi mengelilingi matahari (revolusi).

Gerak matahari yang dimaksudkan dalam kitab ini adalah gerak semu

matahari yang diakibatkan oleh rotasi bumi. Sedangkan gerak bulan adalah

gerak haqiqi (gerak nyata) bulan dalam rangka mengelilingi bumi. Orbit bumi,

bulan dan benda-benda langit lainnya berbentuk ellips, sehingga gaya tarik

benda-benda langit mengganggu gerak bumi dan bulan. Oleh karena itu, gerak

bumi dan bulan tidak selalu rata, akibatnya gerak matahari (gerak semu) di

bola langit sebagai akibat gerakan bumi dan bulan juga tidak rata.4 Dari sini

maka posisi matahari dan bulan perlu dikoreksi (di-ta„dil).

Posisi matahari dan bulan dapat dibedakan menjadi dua macam, yang

pertama posisinya terhadap titik perigeenya disebut dengan khashshah, dan

posisinya terhadap titik vernel equinok disebut wasat. Oleh karena orbit bumi

berbentuk ellips maka untuk menemukan posisi haqiqi matahari di bola langit

harus dikoreksi sebagai akibat bentuk orbit ellips tersebut, dengan koreksi

yang disebut kereksi pusat.5

Sementara bulan sebagai satelit bumi yang bersama-sama dengan bumi

mengelilingi matahari, maka geraknya banyak mengalami gangguan dari

berbagai gaya gravitasi benda langit lainnya. Oleh karena itu untuk

menentukan posisi bulan haqiqi perlu dikoreksi terhadap posisi rata-rata bulan.

4 Ahmad Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam Kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah Dengan Metode Haqiqi bit tahqiq, Skripsi Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang, 1997, hlm 57. 5 Ibid.

Page 98: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

86

Sehingga koreksi bulan lebih banyak dan lebih kompleks.6 Dalam kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah, koreksi (ta„dil) untuk bulan dilakukan sebanyak lima

kali. Sedangkan untuk mencari posisi matahari cukup hanya dengan satu kali

koreksi saja.

Untuk menghitung posisi bulan dan matahari pada sistem koordinat

ekliptika lebih dahulu ditentukan posisi rata-rata pada akhir bulan (ijtima„)

atau pertengahan bulan (istiqbal). Kemudian rata-rata tersebut dikoreksi

hingga lima kali sebagai akibat adanya gaya-gaya dalam sistem matahari yang

besarnya tergantung kepada posisi bulan dan matahari.

Dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah dalam menentukan terjadinya

gerhana bulan, maka yang ditentukan adalah waktu istiqbal. Waktu istiqbal

diperoleh dari tabel yang didalamnya terdapat koreksi-koreksi terhadap bulan

dan matahari sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Koreksi-koreksi terhadap bulan secara global adalah sebagai berikut:7

1. Koreksi perata Tahunan, sebagai akibat gerak tahunan bulan bersama-

sama dengan bumi mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk

ellips. Koreksi (ta‟dil) tersebut diambilkan dari angka yang diperoleh

khashshah matahari (dalil awal). Angka Ini juga digunakan juga untuk

mengoreksi „uqdah.

2. Koreksi sebagai akibat berubahnya eccentricity bulan. Koreksi tersebut

diambil dari angka hasil dalil tsani, yang diperoleh selisih dari khashshah

dan wasat bulan dengan thul matahari.

6 Ibid,

7 Slamet Hambali, Loc. Cit

Page 99: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

87

3. Koreksi yang mengakibatkan bulan baru atau bulan purnama tiba

terlambat atau lebih cepat. Koreksi ini diambilkan dari hasil khashshah

matahari (dalil awal).

4. Koreksi yang besarnya diambil dari hasil angka khashshah bulan (dalil

tsalis).

5. Koreksi yang di ambil dari data dalil rabi‟, yang dapat dari selisih antara

wasat bulan dengan thul matahari.

6. Koreksi yang terakhir adalah koreksi perata pusat sebagai bentuk ellips

orbit bulan, yang besarnya diambilkan dari data dalil rabi‟ dan „uqdah

yang telah terkoreksi.

Dari koreksi tersebut akan mendapatkan data Thul al-Syams dan Thul

al-Kamar, yang nantinya digunakan untuk mengetahui waktu istiqbal. Untuk

menghitung hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya gerhana bulan, misalnya

awal dan akhir terjadi gerhana, kitab ini menggunakan menggunakan daftar

logaritma yang sudah tersaji di dalam kitab. Dari daftar logaritma tersebut bisa

diketahui awal dan akhir gerhana bulan. Jika sudah diketahui awal dan akhir

gerhana bulan, baru dikonversi pada kalender syamsiyah.

Metode perhitungan gerhana bulan yang digunakan kitab al-Khulashah

al-Wafiyyah tersebut sangat panjang dan rumit karena menggunakan data-data

lengkap yang yang terdapat dalam tabel dan bervariasi, rumus-rumus dan

Page 100: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

88

koreksi-koreksi yang disajikan juga teliti, baik yang berkaitan dengan data

matahari, data bulan dan data lokasi tempat perhitungan.8

Sedangkan dalam ephemeris dalam mencari data bulan dan matahari

hanya melihat pada tabel WinHisab atau buku ephemeris hisab rukyah. Akan

tetapi dalam menyajikan data bulan dan matahari ini berdasarkan tanggal,

bulan dan tahun masehi. Sehingga apabila akan menghitung waktu istiqbal

yang biasanya terjadi pada pertengahan bulan kamariyah, maka harus

dikonversi terlebih dahulu dengan kalender syamsiyah.9 Begitu halnya dengan

menghitung awal dan akhir terjadinya gerhana, pengambilan datanya juga

mengambil dari tabel tersebut, yang kemudian dimasukkan dalam rumus

matematika yang sudah tersedia. Data bulan dan matahari disajikan setiap jam,

sehingga data bulan dan matahari untuk menit dan detiknya dapat diperoleh

dengan melakukan penta‟dilan atau interpolasi terhadap data yang ada.

Perbedaan-perbedaan lain yang mendasar antara hisab dalam kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah dengan hisab ephemeris antara lain:

1. Dasar Pemikiran

Ilmu hisab yang pada masa generasi sebelum kitab al-Khulashah

al-Wafiyyah, pemikirannya didasarkan pada teori Ptolomeus (90-168 M)

atau teori geocentris. Menurut teori tersebut, bumi tidak bergerak

melainkan tetap. Bumi menjadi pusat tata surya. Oleh karena itu, seluruh

benda-benda langit, yaitu Matahari, Bulan, dan benda-benda angkasa

8 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet ke 2, 2007, hlm 137. 9 Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Op. Cit, hlm 154-155.

Page 101: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

89

lainnya bergerak mengelilingi bumi.10 Berpangkal dari sini maka koreksi

yang dipakai dalam kitab sistem ini, yakni koreksi terhadap posisi Bulan

dan Matahari bisa dibilang sangat sederhana.

Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah yang muncul setelah generasi

hisab haqiqi bi al-taqrib, berpangkal pada teori yang dikemukakan oleh

Copernicus (1473-1543) yakni teori Heliocentris.11

bahkan telah

menyerap Hukum Keppler12

tentang bentuk lintasan orbit bumi dan

hukum gravitasi dan lain sebagainya.

Menurut teori heliosentris bahwa yang menjadi pusat tata surya ini

bukanlah bumi, melainkan Matahari sebagai pusat tata surya. Jadi komet,

planet-planet (termasuk bumi), dan satelit-satelit dari planet tersebut

(termasuk Bulan sebagai satelit dari bumi) berputar mengelilingi

Matahari. Dan juga menurut hukum keppler menyatakan bahwa bentuk

lintasan dari orbit planet-planet yang mengelilingi Matahari tersebut

berbentuk ellips (bulat lonjong).13

Oleh karena itu, kitab tersebut dalam

menghitung posisi Bulan dan Matahari melakukan koreksi-koreksi hingga

beberapa kali berdasarkan gerak Bulan dan Matahari yang tidak rata.

Dari sinilah kitab al-Khulashah al-Wafiyyah yang muncul pada

tahun 1935 (yang merupakan salah satu kitab tertua) mengenal istilah-

istilah rotasi, revolusi, gerak semu, perihelium, aphelium dan lain-lain

10

Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm 114. 11

Teori heliosentris merupakan teori yang menempatkan Matahari sebagai pusat

tatasurya. Lihat dalam Susiknan Azhari, Ilmu falak (teori dan praktek), Yogyakarta: Lazuardi,

2001, hlm.19. 12

Penemu hukum ini yaitu John Kepler. Lihat M.S.L. Toruan, Pokok-Pokok Ilmu Falak

(kosmografi), Cet IV, Semarang: Banteng Timur, tt, hlm. 104. 13

Ibid,

Page 102: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

90

yang masih diungkapkan dalam bahasa arab dan menerjemahkannya

dalam istilah astronomi yang lazim di pakai.

2. Rumus yang Dipakai

Pada dasarnya kitab al-Khulashah al-Wafiyyah belum

memformulasikan suatu metodenya ke dalam sebuah formula matematis,

akan tetapi kitab tersebut telah menjelaskan secara sistematis dan urut,

mulai dari menentukan waktu istiqbal hingga awal dan akhir terjadinya

gerhana bulan. Langkah-langkah pasti yang harus dikerjakan untuk

mencari hasil perhitungan seperti mencari besarnya angka ta‟dil, Thul al-

Syams, Thul al-kamar, „ard al-kamar dan lain-lain.

Dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah, rumus-rumus yang

digunakan adalah menggunakan acuan buruj, dan dalam menentukan

kemungkinan terjadinya gerhana bulan tahap awal yanng dilakukan adalah

dengan menambahkan data tahun dengan data bulan yang di cari. Gerhana

bulan mungkin terjadi jika hasil penjumlahan tersebut antara 0b 0˚ s/d 0

b

14˚, antara 5b 15˚ s/d 6

b 14˚, atau antara 11

b 15˚ s/d 11

b 29˚.

14

Langkah-langkah dan proses-proses perhitungan yang harus dan

selalu dilakukan dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah, berkat pemikiran

dan kreatifitas para ahli hisab, maka dapat diturunkan rumus-rumus praktis

sehingga mempercepat dan mempermudah dalam melakukan perhitungan.

Rumus-rumus yang telah diturunkan kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah antara lain:

14

Zubair Umar al-Jaelany, al-Khulashah al-Wafiyyah, Surakarta: Melati, 1935, hlm 224.

Page 103: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

91

Untuk mencari lintang astronomi bulan („ard al-kamar) diturunkan

rumus sebagai berikut:

Log sin a = log sin dalil 5 x log sin 5˚ 1„

Untuk mencari kecepatan bulan (sabaq al-kamar) diturunkan rumus:

Log sin b = log sin 0˚ 5„ 34“ x log cos dalil 5

Untuk mencari deklinasi semu bulan (mail al-nisbi) diturunkan rumus:

Log sin c = log sin sabaq al-kamar / log sin sabaq al-mu„addal

Selain itu masih banyak rumus-rumus yang dapat diturunkan dari

kitab al-Khulashah al-Wafiyyah. Dan jika di lihat dari metode yang

digunakan oleh kitab al-Khulashah al-Wafiyyah, rumus yang digunakan

dalam menyatakan posisi bulan dan matahari, menurut penulis metode

tersebut sudah benar. Akan tetapi posisi bulan yang dimaksudkan dalam

kitab al-Khulashah al-Wafiyyah adalah posisi bulan pada sistem koordinat

ekliptika, bukan posisi bulan yang dapat di lihat dari bumi. Sehingga

dalam menentukan gerhana bulan, meskipun kitab ini sudah menampilkan

cara-cara mengetahui posisi bulan pada sistem koordinat ekliptika, hal ini

dirasa belum cukup karena posisi bulan di lihat dari bumi sangat

diperlukan untuk mengamati bulan pada saat awal gerhana bulan terjadi

hingga usai.

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa posisi bulan sangat

penting untuk diketahui, hal ini dimaksudkan agar para pengamat gerhana

bulan bisa langsung fokus mengarah pada posisi bulan ketika terjadi

gerhana Bulan.

Page 104: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

92

Sedangkan rumus yang digunakan dalam hisab ephemeris

menggunakan rumus matematika modern, yaitu rumus yang merupakan

hasil formulasi ahli astronomi Badan Hisab dan Rukyat kementerian

Agama RI yang di pelopori oleh Taufik dan mulai dipublikasikan pada

tahun 1996.15

Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan gerhana bulan

adalah menggunakan acuan derajat, dan dalam menentukan kemungkinan

terjadinya gerhana bulan tahap awal yanng dilakukan adalah dengan

menambahkan data tahun dengan data bulan yang dicari. Gerhana bulan

mungkin terjadi jika hasil penjumlahan tersebut antara 000o s/d 014

o,

antara 165o s/d 194

o, atau antara 345

o s/d 360

o.

3. Data-data yang dipakai

Data-data yang terdapat dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah di

ambil dari kitab-kitab yang muncul dan dikarang setelah generasi hisab

haqiqi bi al-taqrib. Kitab yang dijadikan rujukan kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah adalah kitab al-Matlaus Said fi Hisab al-Kawakib „Ala Rushdi

al-Jadid karya Husain Zaid al-Mirsa dengan markaz mesir dan al-Manahij

al-Hamidiyah karya Abdul Hamid Mursy dengan markaz mesir. Data

tersebut dianggap lebih teliti dan up to date dalam menghitung posisi

matahari dan bulan.

Sedangkan data-data hisab kontemporer dibuat dengan

menggunakan alat-alat canggih dan dalam menghitungnya menggunakan

15

Susiknan Azhari, Op.Cit, hlm 165.

Page 105: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

93

rumus matematika modern. Oleh karena itu, data yang terdapat dalam

hisab kontemporer dianggap paling teliti dan paling akurat sehingga hasil

garapan hisab kontemporer inilah yang dijadikan parameter dalam menilai

tingkat keakurasian hisab-hisab sistem lainnya. Misalnya data Almanak

Nautika dikeluarkan oleh TNI AL Dinas Hidro-Oceanografi Jakarta, yang

di ambil dari Her Majesty‟s Nautical Almanac Office, Royal Greenwich

Observatory Cambridge, London. Sedangkan data Ephemeris dikeluarkan

oleh Kementerian RI.

Data Ephemeris dikeluarkan oleh Kementerian RI ini dibuat oleh

non muslim, namun data itu cukup bisa dipegangi. Karena sebagian data

tersebut disusun oleh badan bertaraf internasional yang betul-betul ahli.

Data ini juga banyak dipakai oleh negara-negara maju dan bahkan negara

superpower, jadi tidak mungkin akan terjadi faktor manipulasi atau

menjerumuskan ummat islam. Insya Allah.16

Data berbeda yang mencolok dapat penulis temukan dalam tabel

setengah diameter bulan, yang mana setengah diameter ini berubah-ubah

setiap waktu. Dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah harga rata-rata

setengah diameter bulan sebesar 0˚ 14„ 47“ sampai 0˚ 18„ 25“.17

Sedangkan dalam ephemeris harga rata-rata setengah diameter bulan dapat

diketahui setiap jamnya, harga rata-rata tersebut berkisar antara 0˚ 14„ 42“

sampai 0˚ 16„ 41“.

16

Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek

Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm 111. 17

Zubair Umar al-Jaelani, Op. Cit, hlm 223.

Page 106: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

94

Untuk benda langit yang dekat dengan bumi, khususnya matahari

dan bulan, setengah diameter ini sangat diperlukan untuk dikoreksi karena

posisi setiap benda-benda di langit yang diukur dan dinyatakan oleh hasil

perhitungan adalah diukur dari titik pusat benda tersebut. Dalam

pengamatan yang menjadi sasarannya bisa jadi pinggiran permukaan atas

atau pinggiran permukaan bawah, atau juga diantara keduanya.18

Begitu halnya dengan koreksi setengah diameter bulan, yang mana

koreksi setengah diameter bulan ini berubah-ubah setiap jamnya.

Perubahan harga koreksi ini secara detail dapat diketahui dari data yang

terdapat dalam tabel daftar ephemeris dalam setiap jamnya. Harga koreksi

setengah diameter bulan berubah-ubah setiap waktu disebabkan oleh dua

hal, yaitu: (1) bentuk lintasan bulan adalah ellips, (2) dalam pergerakan

harian bulan, jarak relatif terhadap pengamat juga berubah karena adanya

rotasi bumi.19

4. Perhitungan waktu

Dalam penentuan waktu, perhitungan didasarkan atas berputarnya

bumi pada porosnya. Pada dasarnya ada tiga jenis waktu yang

dipergunakan sebagai dasar perhitungan waktu, yaitu: waktu bintang

(waktu peninjauan bola langit yang didasarkan pada titik aries), waktu

matahari sejati dan waktu pertengahan (matahari menengah).20

Ketiga

waktu inilah yang diakui dan diberlakukan secara internasional.

18

Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Op. Cit, hlm 125. 19

Ibid, 20

Ibid, hlm 162.

Page 107: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

95

Dalam penentuan waktu hasil istiqbal atau waktu-waktu lainnya

kitab al-Khulashah al-Wafiyyah berbeda dengan hisab lainnya. Dalam

menghitung waktu istiqbal (hasil perhitungan) dihitung dari zawal al-

wustha. Waktu yang kita tahu dalam sehari ada 24 jam, dalam pandangan

kitab al-Khulashah al-Wafiyyah 24 tersebut di hitung saat matahari

berkulminasi sampai kembali hari berikutnya, inilah yang di sebut 1 hari

matahari. Dengan asumsi bahwa pukul 00.00 matahari berada di titik nadir

(kulminasi bawah) dan waktu matahari menunjukkan pukul 12.00 jika

matahari berada di titik zenit (kulminasi atas). Oleh karena itu kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah dalam menghitung waktu menggunakan pukul

12.00 waktu matahari.21

Akan tetapi kadang-kadang kitab al-Khulashah

al-Wafiyyah masih menggunakan waktu ghurub, yakni waktu yang di

hitung mulai dari terbenamnya matahari atau sekitar pukul 18.00 waktu

pertengahan.

Perlu penulis tegaskan bahwa perhitungan waktu yang di pakai

kitab al-Khulashah al-Wafiyyah adalah waktu Makkah sesuai dengan

markaznya, sehingga dalam melakukan perhitungan harus berhati-hati.

Sebab masa sekarang, pada umumnya waktu atau jam yang dipakai adalah

menggunakan acuan GreenWich. Seperti halnya hisab ephemeris yang

menggunakan acuan GreenWich, dan jika akan menggunakan data yang

termuat dalam tabel selain waktu GreenWich, maka harus disesuaikan

waktunya dengan waktu GreenWich sebanding dengan selisih bujurnya.

21

Ibid,

Page 108: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

96

Indonesia terbagi atas tiga pembagian wilayah waktu yaitu Waktu

Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu

Indonesia Timur (WIT) yang masing-masing mempunyai selisih 7 jam, 8

jam dan 9 jam.

Perbedaan mentah inilah, jika dilihat dari beberapa pemaparan diatas,

kiranya dapat dimengerti bahwa nilai perhitungan kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah nilai keakurasiannya hampir setara dengan sistem hisab

kontemporer yang menggunakan data-data lebih valid dan lebih akurat.

B. ANALISIS DASAR HUKUM HISAB GERHANA BULAN DALAM

KITAB AL-KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS

Seiring dengan perkembangan zaman, fenomena gerhana tidak lagi

dikaitkan dengan kepercayaan-kepercayaan yang berupa mitos dan cerita-

cerita khayal yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, atau

kejadiannya dikaitkan dengan kematian atau hidupnya seseorang. Zaman

sekarang malah dijadikan ajang observasi dan kajian ilmiah, hal ini

disebabkan karena fenomena gerhana dapat dijelaskan dengan sempurna

secara logis sebagai suatu fenomena langit yang mana semua benda langit

berada di sekitar matahari dan di terangi olehnya, masing-masing mempunyai

bayangan yang menjulur ke dalam ruang angkasa.

Ketika gerhana bulan terjadi, masyarakat yang melihat gerhana bulan

tersebut akan melaksanakan shalat gerhana, berdoa, bertakbir dan lain-lain.

Hal ini dikarenakan masyarakat sudah memahami bahwa melaksanakan

ibadah pada saat gerhana bulan terjadi adalah sebuah bentuk rasa syukur

Page 109: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

97

terhadap sang Pencipta. Karena fenomena tersebut menandakan salah satu

keMahabesarannya yang diperlihatkan kepada manusia. Unsur ibadah yang

dianjurkan pada saat terjadinya gerhana bulan tersebut didasarkan pada hadits

Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah yang berbunyi:

حذثا عبذ اهلل ب يسهت ع يانكالع عشاو ب عرة ع أبي ع عائشت أ رسل اهلل صه اهلل عهي

فإرا رأيخى رنك فادعا , إ انشس انقر ايخا ي اياث اهلل اليخسفا نث أحذ ال نحياح: سهى قال

(را انبخار)اهلل كبرا صها حصذقا

Artinya: “Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Musallamah dari

Malikan dari „Isyam bin Urwah dari ayahnya „Isyam dari „Aisyah

bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya matahari dan

bulan merupakan salah satu tanda dari beberapa tanda kebesaran

Allah, dan tidak mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya

seseorang, maka apabila kamu melihat keduanya (gerhana matahari

dan bulan) hendaklah berdo‟a kepada Allah, bertakbir,

melaksanakan shalat dan bersedekah.”

Hadits tersebut menyatakan bahwa gerhana tidak ada kaitannya dengan

kematian atau hidupnya seseorang, dan juga tidak semestinya dikait-kaitkan

dengan musibah ketika gerhana terjadi, karena gerhana merupakan kejadian

alam yang kejadiannya selalu berulang-ulang. Hal ini dikarenakan fenomena

gerhana dapat dijelaskan dengan sempurna dan logis sebagai suatu fenomena

langit yang mana semua benda langit di sekitar dan di terangi Matahari,

masing-masing mempunyai bayangan yang menjulur ke dalam ruang angkasa.

Secara umum, fenomena gerhana adalah suatu peristiwa jatuhnya

bayangan benda langit ke benda langit lainnya, yang kadangkala benda langit

tersebut menutupi seluruh piringan matahari, sehingga benda langit yang

22

Imam Abi „Abdillah Muhammad bin Ismail ibnu Ibrahim bin al-Mughirah bin

Bardazabah al Bukhari al Ja‟fii, “Shahih al-Bukhari”, Juz 1, Beirut, Libanon: Daar al-Kitab al-

„alamiyyah, t.t. hlm 317.

Page 110: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

98

kejatuhan bayangan benda langit lainnya, tidak bisa menerima sinar matahari

sama sekali. Dan kadangkala benda langit tersebut menutupi sebagian piringan

matahari, sehingga benda langit yang kejatuhan bayangan benda langit

lainnya, hanya bisa menerima sebagian sinar matahari.23

Ketika bulan yang mengedari bumi, dan bumi mengedari matahari,

adakalanya ketiga benda tersebut berada pada satu garis lurus. Karena bumi

dan bulan sama-sama tidak memancarkan cahaya sendiri, dan hanya mendapat

cahaya utamanya dari matahari, maka akan dimengerti kalau bumi dan bulan

memiliki bayang-bayang, baik bayangan umbra atau penumbra. Jadi dapat

dimaklumi juga apabila permukaan bumi terkena bayang-bayang bulan,

terjadilah gerhana matahari, dan jika bulan memasuki bayang-bayang bumi,

maka akan terjadi gerhana bulan.24

Jadi dapat dimengerti bahwa gerhana terjadi bukan karena kematian

atau kehidupan seseorang. Gerhana terjadi karena matahari, bumi dan bulan

berada pada satu garis lurus. Justru yang paling penting, dengan adanya

fenomena gerhana ini hendaknya muraqabah kepada Allah sebagai bentuk

rasa syukur terhadap salah satu tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini.

Rasa syukur tersebut bisa dilakukan melaksanakan shalat gerhana, selain

shalat gerhana juga dianjurkan untuk bersedekah, beristighfar dan berdzikir

sampai gerhana usai.

23

Disampaikan oleh Shofiyulloh pada waktu “Kajian Ilmiah Falakiyah” para ahli hisab

PWNU Jawa Timur di P.P. As-Sunniyyah Kencong Jember yang dilaksanakan tanggal 29 - 31

Agustus 2003. Dan bisa di akses di http://lubanghitam.com// (di akses tanggal 7 maret 2010). 24

Disampaikan oleh Cecep Nurwendaya/Widya Sawitar pada waktu pelatihan Gerhana

Bulan Sebagian di Planetarium dan Observatorium Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi

Provinsi DKI Jakarta yang bertepatan pada hari kamis – jum‟at yang bertepatan tanggal 7-8

September 2006, dan juga bisa diakses di www.dikmentidki.go.id (tanggal akses, 7 maret 2010).

Page 111: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

99

Mengenai shalat gerhana ada beberapa pendapat, diantaranya adalah

ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah muakkadah.

Imam an-Nawawi berkata: para ulama sepakat dalam konteks ijma‟ bahwa

shalat gerhana hukumnya sunnah.25

Imam Ibnu Qudamah berkata: shalat

gerhana hukumnya sunnah muakkadah karena Nabi SAW pernah

melakukannya dan memerintahkannya.26

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

„jumhur ulama sepakat bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah muakkadah.‟

Al-Allamah as-Sa‟di berkata: sebagian ulama berpendapat bahwa

shalat gerhana hukumnya wajib karena Nabi SAW pernah melakukannya dan

memerintahkannya. Al-„Alamah Ibnu „Utsaiman juga berkata: sebagian ulama

berpendapat bahwa shalat gerhana hukumnya wajib. Ibnu Qayyim juga

mengatakan bahwa pendapat ini adalah pendapat yang kuat, yaitu pendapat

yang mengatakan hukumnya wajib. Karena pada saat terjadi gerhana Nabi

memerintahkan untuk melaksanakan shalat gerhana, dan beliau berseru bahwa

gerhana itu terjadi untuk menakut-nakuti manusia. Lalu Beliau menyampaikan

khutbah yang luar biasa mengenai surga dan neraka yang pernah ditampakkan

kepadanya. Semua ini menunjukkan wajibnya shalat gerhana. Ibnu Qudamah

mengatakan mengerjakan shalat gerhana secara berjamaah lebih utama, karena

Nabi melaksanakan shalat gerhana secara berjamaah.27

Menurut penulis sendiri hukum dari shalat gerhana adalah sunnah

muakkadah. Arti dari hadits-hadits mengenai shalat gerhana yang

25

Imam Abi Husain Muslim bin al-Hujjaaj al-Qusyairi An-Nasaburi, Shahih Muslim bi

Syarhin Nawawi, Juz 5, Beirut: Daar al-Kitab al-„alamiyyah, t.t. hlm 176. 26

Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, Juz

II, Beirut: Daar al-Kitab al-„ilmiyah, t.t. hlm 273. 27

Ibid, hlm 274.

Page 112: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

100

dimaksudkan tidak sampai pada derajat wajib. Hal ini dikarenakan perintah

wajib melakukan shalat gerhana tidak tercantum dalam al-qur‟an.

Sedangkan waktu shalat gerhana dimulai sejak permulaan terjadinya

gerhana sampai ia bergeser dan menjadi terang. Sebagaimana sabda Nabi

yang diriwayatkan oleh Muslim dari „Ubaid Ibnu „Umar:

سعج : سعج عطاء يقل : قال , أخبرا اب جريج . أخبرا يحذ ب بكر , حذثا إسحاق ب إبريى

فصه رسل اهلل , أ انشس اكسفج عه عذ رسل اهلل صه اهلل عهي سهى : عبيذ ب عير يقل

نكا, إ انشس انقر ال يخسفا نث أحذ ال نحياح : فقال . صه اهلل عهي سهى بأصحاب

(را يسهى)فإرا رأيخى كسفا فاركرا اهلل حخ يجهي . ايخا ي اياث اهلل يخف اهلل با عباد

Artinya: “telah bercerita kepada kami Ishaq bin Ibrahim Muhammad bin

Bakar telah bercerita kepadaku, telah bercerita kepada kami Ibnu

Juraij, ia berkata: aku mendengar „Atha„ berkata: aku mendengar

„Umar bin „Ubaid berkata: sesungguhnya telah terjadi gerhana

matahari di zaman Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW

shalat bersama para sahabatnya. Lalu Rasulullah SAW bersabda:

seseungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana

karena kematian dan hidupnya seseorang, tetapi keduanya

termasuk tanda-tanda kebesaran Allah, dan dengan keduanya Allah

menakut-nakuti hamba-Nya. Maka jika kalian melihat gerhana,

berzikirlah kepada Allah (shalat) hingga ia terang kembali.“

Hadits tersebut menunjukkan bahwa waktu shalat gerhana dimulai

ketika terjadinya gerhana hingga ia terang kembali. Jika tertinggal, maka

shalat itu tidak perlu diqadha‟. Karena Nabi menjadikan kembali terang

sebagai akhir (batas) dari shalat karena shalat gerhana disyari‟atkan dengan

tujuan memohon kepada Allah guna menolak terjadinya bencana. Dengan

demikian, jika kondisi cuaca telah terang kembali, maka tercapailah maksud

dari pelaksanaan shalat itu.

28

Shahih al-Bukhari, loc. cit.

Page 113: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

101

Adapun apabila cuaca terang kembali, sementara seseorang masih

melakukan shalat, maka hendaklah ia menyelesaikan dengan meringankan

shalatnya. Jika matahari dan bulan tertutup awan, padahal keduanya sedang

mengalami gerhana, maka seseorang tetap shalat karena hukum asalnya

gerhana tersebut benar-benar terjadi. Apabila ketika terjadi gerhana, matahari

menghilang atau terbit di atas bulan yang sedang mengalami gerhana, maka

seseorang tidak perlu shalat karena waktu memanfaatkan cahaya keduanya

telah hilang. Jika seseorang telah selesai dari shalatnya, sementara gerhana

masih berlangsung, maka ia tidak perlu menambahkan shalat lainnya,

melainkan cukup dengan menyibukkan diri dengan berdzikir, berdo‟a dan

beristighfar, karena Nabi tidak pernah menambah lebih dari dua rakaat.

Apabila bulan menghilang pada malam hari, padahal ia sedang

mengalami gerhana, maka tidak perlu melakukan shalat, seperti halnya ketika

matahari menghilang. Karena menuntut dilaksanakannya shalat itu telah sirna.

Meskipun ada yang mengatakan bahwa shalat tetap harus dilakukan karena

pengaruhnya masih ada. Seperti al-Qadhi yang memilih pendapat ini dengan

mengatakan bahwa shalat gerhana tetap dikerjakan meskipun bulan telah

menghilang pada malam hari, sebab waktu pemanfaatan cahaya bulan tidak

hilang dan pengaruhnya masih ada. Pendapat serupa dikemukakan oleh al-

Mardawi yang mengatakan bahwa jika bulan menghilang dalam keadaan

gerhana, maka pendapat yang paling masyhur dalam madzhab adalah tetap

dilakukan shalat gerhana.29

29

Al-Mughni, Op. Cit, hlm 280.

Page 114: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

102

Berdasarkan penjelasan tersebut, jelaslah bahwa shalat gerhana tidak

bisa dilakukan kerena dua hal, yaitu: 1) kembali terang, apabila semuanya

telah kembali terang, maka tidak perlu mengerjakan shalat gerhana. 2)

terbitnya matahari. Apabila fajar telah terbit, padahal bulan masih mengalami

gerhana, maka tetap dilakukan shalat gerhana selama tidak ada yang

menghalangi sinar bulan itu. Karena pengaruh bulan belum hilang secara

keseluruhan, maka tetap dilakukan shalat gerhana.

Abdul Aziz bin Baz berkata: „yang lebih utama adalah segera

melaksanakan shalat gerhana sebelum shalat subuh. Demikian pula

seandainya bulan mengalami gerhana pada akhir malam, sementara hal itu

tidak diketahui melainkan setelah terbit fajar maka hendaklah ia mengerjakan

shalat gerhana terlebih dahulu, baru kemudian melakukan shalat shubuh,

dengan tetap memperhatikan pelaksanaannya, yaitu meringankan shalat

gerhana supaya ia bisa melaksanakan shalat shubuh pada waktunya.30

Jika bulan mengalami gerhana setelah terbit fajar, maka pendapat yang

benar adalah disyari‟atkan untuk segera melaksanakan shalat gerhana karena

shalat gerhana termasuk diantara shalat-shalat yang memiliki sebab dan boleh

dilakukan pada waktu-waktu yang dilarang. Demikianlah yang shahih diantara

dua pendapat para ulama.

Jika peristiwa gerhana berbarengan dengan shalat jum‟at, shalat fardhu

atau shalat witir, maka harus memulainya dari shalat yang paling

30

Sa‟id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Shalatul Mu‟min, Ahmad Yunus et, “ Ensiklopedi

Shalat Menurut al-Qur‟an dan as-Sunnah, Jilid III, Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟I, Cet ke 1,

2007, hlm 43.

Page 115: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

103

dikahawatirkan akan terlewat. Namun apabila kekhawatiran atas keduanya

sama, maka yang dimulai adalah shalat wajib.31

Dalam setiap peristiwa, tentunya ada faedah dan hikmah yang dapat

diambil. Mengenai fenomena gerhana bulan ini, faedah dan hikmah yang

dapat diambil diantaranya adalah:

1. Memberitahukan adanya pengaturan terhadap matahari dan bulan,

sehingga keduanya bisa dijadikan acuan waktu bagi kehidupan manusia di

bumi.

2. Meningkatkan rasa syukur terhadap sang Pencipta, yang bisa dilakukan

dengan cara melaksanakan shalat gerhana, beristighfar, bersedekah dan

lain-lain.

3. Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang benda-benda langit.

31

Ulama berbeda pendapat jika gerhana berbarengan dengan shalat jenazah. Ada yang

berpendapat bahwa shalat jenazah lebih didahulukan, tetapi ada juga yang berpendapat shalat

gerhana yang didahulukan. Adapun jika shalat gerhana berbarengan shalat tarawih, maka yang

benar, insya Allah, adalah melakukan shalat gerhana terlebih dahulu. Al-Mughni, ibid.

Page 116: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

104

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis dari beberapa bab terdahulu,

maka selanjutnya penulis akan menyimpulkan sebagai jawaban akhir dari

pokok-pokok permasalahan yang di angkat penulis, kesimpulannya sebagai

berikut:

1. Metode hisab gerhana Bulan yang terdapat dalam kitab al-Khulashah al-

Wafiyyah karangan Zubair Umar al-Jaelany yang dirunut dari hisab haqiqi

bi al-taqrib kemudian hisab haqiqi bi al-tahqiq ini hampir setara hisab

ephemeris, yang mana data-datanya sama-sama sudah didasarkan pada

gerak matahari dan bulan. Sistem hisab manapun, pastinya terdapat

kelebihan dan kelemahan didalamnya, begituhalnya dengan kitab al-

Khulashah al-Wafiyyah dan ephemeris.

2. Dasar hukum yang digunakan dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah dan

Ephemeris ketika gerhana bulan ini terjadi adalah hadits yang

diriwayatkan oleh ‘Aisyah, didalamnya menjelaskan bahwa gerhana bulan

ini tidak ada kaitannya dengan kematian atau kehidupan seseorang, dan

peristiwa ini juga tidak boleh dikait-kaitkan dengan musibah-musibah

yang terjadi pada saat gerhana bulan ini sedang berlangsung. Justru dengan

adanya fenomena gerhana bulan ini hendaknya lebih mendekatkan diri

kepada Allah, misalnya dengan melakukan shalat gerhana, bersedekah,

Page 117: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

105

beristighfar dan berdzikir, dan ini bisa dilakukan mulai dari terjadi gerhana

hingga usai gerhana.

B. Saran-saran

1. Hendaknya para pakar ilmu hisab lebih banyak lagi membahas tentang

masalah gerhana bulan seperti halnya membahas urusan penetapan awal

bulan kamariyah, waktu shalat dan lain-lain. Karena ketika terjadi gerhana

bulan juga terdapat unsur-unsur ibadah, misalnya melaksanakan shalat

gerhana, memperbanyak do’a, memperbanyak takbir dan memperbanyak

shadaqah, meskipun gerhana bulan itu sendiri jarang terjadi.

2. Hendaknya hasil hisab gerhana bulan juga bisa ditampilkan dalam

kalender-kalender yang beredar di masyarakat seperti halnya jadwal waktu

shalat dan awal bulan kamariyah. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

tahu bahwa dalam satu tahun kalender terdapat gerhana bulan, dan mereka

langsung dapat menyaksikannya serta melakukan ibadah-ibadah yang

terdapat didalamnya.

3. Dengan munculnya program-program komputer berbasis astronomi

modern yang mendukung penentuan gerhana bulan bukan berarti kita tidak

perlu lagi belajar ilmu hisab khususnya yang terdapat dalam kitab-kitab

klasik. Oleh karena itu, untuk menjaga khazanah keilmuan kitab klasik,

hendaknya kita harus tetap memelihara dan melestarikan ilmu hisab yang

terdapat dalam setiap kitab dengan cara mempelajarinya guna ilmu hisab

tersebut tidak punah.

Page 118: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

106

4. Terhadap para pengguna kitab al-Khulashah al-Wafiyyah hendaknya

melakukan koreksi terhadap data-data yang kurang akurat dalam kitab

tersebut. Misalnya data lintang dan bujur tempat.

C. Penutup

Alhamdulillahirabbil‘alamin rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat

Ilahi Rabbi. Setelah perjalanan panjang yang penulis tempuh akhirnya skripsi

ini bisa diselesaikan. Penulis berkeyakinan bahwa apa yang penulis hasilkan,

meskipun merupakan upaya optimal, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih banyak kekurangan dan kelemahan dari berbagai segi serta masih jauh

dari kesempurnaan. Meskipun demikian penulis berharap mudah-mudahan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Atas saran, masukan dan kritik konstruktif demi kebaikan dan

kesempurnaan tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih.

Wallahu a’lam bi al-shawab…

Page 119: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Noor, Nur al-Anwar, Kudus: Tashwiq al-Tullab Salafiyah, tt.

, Syamsu al-Hilal, Kudus: Tashwiq al-Tullab Salafiyah, tt.

Al-Batawi, Muhammad Mansur, Sullam al-Nayyirain, Jakarta: al-Madrasah al-

Khoiriyah al-Mansyuriyah, 1925.

Al-Jaelany, Zubair Umar, al-Khulashah al-Wafiyah, Surakarta: Melati, 1935.

Anam, Ahmad Syifa'ul, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam

Kitab al-Khulashah al-Wafiyyah Dengan Metode Haqiqi bit tahqiq,

Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 1997.

Ariasti, Adriana Wisni dkk, Perjalanan Mengenal Astronomi, Bandung: Penerbit

ITB, 1995.

Asqalanii, Ahmad bin Ali Ibnu Hajar, Fathul Baari, Juz II, Beirut: Daar al-Fikr.

t.t.

Azhari, Susiknan, Ensiklipedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet ke 2, 2007.

, Ilmu falak (teori dan praktek), Yogyakarta: Lazuardi, 2001.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet ke 5,

2004.

Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek

Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.

Bisri, Abis, Kamus Al-Bisri, Surabaya: Pustaka Progresif, Cet ke I, 1999.

Bukhari al Ja‟fii, Imam Abi „Abdillah Muhammad bin Ismail ibnu Ibrahim bin al-

Mughirah bin Bardazabah, “Shahih al-Bukhari”, Juz 1, Beirut, Libanon:

Daar al-Kitab al-„alamiyyah, t.t.

Buku Panduan Program S.1 dan Diploma IAIN Walisongo Semarang, tahun 2010.

Cayne, Berdnard S. Ilmu Pengetahuan Populer, Edisi 13, Jakarta: CV Prima

Printing, 2005.

Cleave, Janice Van, A+ Proyek-proyek Astronomi, Bandung: Pakar Raya, 2002.

Page 120: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Daftar riwayat hidup Zubair Umar al-Jaelany tertanggal 22 Maret 1976.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,

2005.

, Islam Untuk Disiplin Astronomi, Jakarta: Direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000.

Echols, John M. An Indonesian-English Dictionary, Hassan Shadily, “Kamus

Indonesia-Inggris”, edisi ketiga, Jakarta: PT Garmedia Pustaka Utama, Cet

ke 9, 2003.

Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jilid 2, Jakarta: PT. Melton Putra, Cet ke 1,

1992.

Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jilid 1, Jakarta: PT. Melton Putra, Cet ke 1,

1992.

Fredette, Nathalie, Understanding The Universe, Hendro Setyanto, “Memahami

Alam Semesta”, Bandung: PT Bhuana Ilmu Populer, Cet ke 1, 2006.

Ghazali, Ahmad, Irsyadul Murid, Jember: PP Annuriyah, 2005.

Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: IAIN Walisongo, t.t.

, Disampaikan pada Seminar sehari yang diselenggarakan oleh

Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo semarang, hari Sabtu, 7

Nopember 2009 di Kampus IAIN Walisongo Semarang.

, Disampaikan pada waktu pembelajaran mata kuliah Kajian Kitab

Falak II mengenai hisab awal bulan kamariyah dalam kitab al-khulashah

al-wafiyyah pada tanggal 31 Agustus 2009.

Hasan, Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor:

Ghalia Indonesia, Cet ke 1, 2002.

Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah, Jakarta: Erlangga, 2007.

, Ilmu Falak (Metode Hisab-Rukyat dan Solusi Permasalahannya),

Semarang: Komala Grafika, 2006.

, Disampaikan pada Diklat Hisab Rukyah Tingkat lanjut di

Lingkungan Depertemen Agama Provensi Jawa Tengah dan D.I

Yogyakarta, yang diselenggarakan oleh Departemen Agama RI Balai

Page 121: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Pendidikan Dan Pelatihan Keagamaan Semarang, hari Kamis-Senin, 29

Oktober – 9 November 2009 di MAJT Semarang.

, Zubair Umar al-Jaelany dalam Sejarah Pemikiran Hisab

Rukyah di Indonesia, Laporan Penelitian Individual IAIN Walisongo

Semarang, 2002.

Karim, Mohammad Zuber Abdul, Ittifaqi Dzati al-Bain, Gresik: Lajnah

Falakiyah NU Jatim, tt.

Karim, Abdul, Mengenal Ilmu Falak, Semarang Timur: Intra Pustaka Utama, Cet

ke 1, 2006.

Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana

Pustaka, Cet ke 3, 2008.

, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.

Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hisab

Muhammadiyah, Yogyakarta: Perpustakaan Nasional, Cet ke 2, 2009.

Maliki, „Alawin Abbas, Ibaanattul Ahkaam, Bahrun Abu Bakar, “Penjelasan

Hukum-hukum Syari‟at Islam”, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet ke

1, 1994.

M.S.L. Toruan, Pokok-Pokok Ilmu Falak (kosmografi), Semarang: Banteng

Timur, Cet ke 4, t.t.

Nasaburi, Imam Abi Husain Muslim bin al-Hujjaaj al-Qusyairi, Shahih Muslim bi

Syarhin Nawawi, Juz 5, Beirut: Daar al-Kitab al-„alamiyyah. t.t.

Nurwendaya, Cecep, Disampaikan pada waktu pelatihan Gerhana Bulan Sebagian

di Planetarium dan Observatorium Dinas Pendidikan Menengah dan

Tinggi Provinsi DKI Jakarta yang bertepatan pada hari kamis – jum‟at

yang bertepatan tanggal 7-8 September 2006, dan juga bisa diakses di

www.dikmentidki.go.id (tanggal akses, 7 maret 2010).

, Disampaikan pada Pengamatan Gerhana Bulan Parsial dan

Penyuluhan Astronomi, oleh Planetarium dan Observatorium Jakarta yang

diselenggarakan oleh Dinar Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, di SMA Muhammadiyah Prambanan dan Pelataran Candi

Prambanan Yogyakarta, hari Jum‟at-Sabtu tanggal 25-26 Juni 2010.

Oxford, Oxford Learner’s Pocket Dictionary, New York: Oxford University

Press, 2003.

Page 122: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Qahthani, Sa‟id bin Ali bin Wahf, Shalatul Mu’min, Ahmad Yunus et,

“Ensiklopedi Shalat Menurut al-Qur‟an dan as-Sunnah,” Jilid III, Jakarta:

Pustaka Imam asy-Syafi‟I, Cet ke 1, 2007.

Qudamah, Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad, Al-Mughni, Juz

II, Beirut: Daar al-Kitab al-„ilmiyah. t.t.

Radiman, Iratius, Ensiklopedi – Singkat Astronomi dan Ilmu Yang Bertautan,

Bandung: ITB, 1980.

Shofiyulloh, disampaikan pada waktu “Kajian Ilmiah Falakiyah” para ahli hisab

PWNU Jawa Timur di P.P. As-Sunniyyah Kencong Jember yang

dilaksanakan tanggal 29 - 31 Agustus 2003. Dan bisa di akses di

http://lubanghitam.com// (di akses tanggal 7 maret 2010).

Simamora, Ilmu Falak (Kosmografi), Jakarta: CV Pedjuang Bangsa, Cet XXX,

1985.

Soetjipto, Islam dan Ilmu Pengetahuan tentang Gerhana, Yogyakarta: LPPM

IAIN Sunan Kalijaga, 1983.

Syafi‟I, Imam Majduddin Muhammad bin Ya‟kub bin Muhammad bin Ibrahim al-

Fairuzabadi asy-Syairazi, Al-Qaamus al-Muhid, Juz III, Beirut: Daar al-

Kitab al-„Ilmiyah, Cet ke 1, 1995.

Wardan, Muhammad, Kitab Falak dan Hisab, Yogyakarta: Toko Pandu, Cet ke 1,

1957.

Wawancara dengan Bapak Drs. Anshori yang merupakan anak dari Zubair Umar

al-jaelany pada tanggal 11 Oktober 2010 di Salatiga.

Wawancara dengan Bapak Drs Slamet Hambali yang merupakan salah satu murid

beliau yang melanjutkan kepakarannya di bidang ilmu falak, pada tanggal

12 Januari 2011 di Semarang.

Page 123: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Lampiran 1

HISAB GERHANA BULAN DALAM

KITAB AL-KHULASHAH AL-WAFIYYAH

A. Hisab haqiqi bi al-taqrib

Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa gerhana bulan terjadi

pada saat istiqbal. Jadi dalam perhitungan sistim hisab bit taqrib ini, akan

ditentukan waktu istiqbal. Tahap awal dalam mengerjakan hisab haqiqi bi al-

taqrib, data-data yang dibutuhkan yaitu data tahun, data bulan dan waktu

istiqbal. Untuk data tahun, menggunakan data data tahun sebelumnya. Dan

untuk data bulan adalah data bulan yang di cari tersebut. Sebagai contoh kita

akan menghitung waktu istiqbal hisab haqiqi taqribi pertengahan Rajab 1432

H. berikut penjelasannya.

المركز

- o ح

الخاصت

- o ح

الىسط

- o ح

العالمت

ق م عت

الحركاث

32 15 5

16 19 11

23 24 10

47 9 10

57 27 8

16 19 11

8 0 5

48 8 4

1 المجمىعت ف 1430

2 المبسىطت ف 1

48 4 5

44 23 6

10 4 9

43 0 6

13 17 8

44 23 6

56 8 2

8 17 3

المجمىعاث3 رجة

32 28 11

33 14 0

53 4 3

54 12 6

57 10 3

33 14 0

4 2 6

22 18 0

عحركاث االجتما

- 4 حركاث االستقبال

59 13 11 59 21 8 24 26 2

21 2 -

42 7 5

30 21 -

الحركاث المطلىب

تعذيالن

ساعت االستقبال 4 10 12 2 24 3

Ta'dil-ta'dil / koreksi-koreksi:

- o ح

Ta'dil al-khashshah5

Ta'dil al-markaz6

58

24

9

1 +

Al-bu'du al-ghair al-mu'addal

Qaidah7

22

5

11

x

Hasil perkalian

Ta'dil markaz

50

56

24

1 +

Ta'dil al-wasath 50 20 2

1 Ibid, hal. 226

2 Ibid,

3 Ibid,

4 Ibid,

5 Ibid, hal. 227, di ambil dari data al-khossoh.

6 Ibid, hal 228, di ambil dari data al-markaz.

7 Ibid, hal 119, qaidah.

Page 124: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Detik dibulatkan menjadi 1 menit. Setelah itu dimasukkan ke tabel al-

wasath, dengan mengurangkan nilai al-wasath.

- o ح

Al-bu'du al-ghair al-mu'addal

Daqaiq ta'dil al-ayyam8

22

9

11

0 -

Al-bu'du al-mu'addal

Khishshah al-sa'ah9

13

55

11

1 x

ta'dil al-'alamah 55 30 21

Detik dibulatkan menjadi 1 menit. Setelah itu dimasukkan ke tabel al-

alamah, dengan mengurangkan nilai al-alamah. Hasilnya akan menjadi hari

dan jam terjadinya istiqbal. Jadi saat istiqbal terjadi pada hari ke-4 (hari rabu)

pada pukul 10.12 waktu makkah.

B. Hisab haqiqi bi al-tahqiq

Kemungkinan gerhana bulan pada pertengahan bulan Rajab 1432 H.

ق ح ح

21 23 5 : 1411السنح المغلىتح

59 18 5 : 12المثسىعح

+ 22 19 6 : الشهر المغلىب رجة

42 1 5: حاصل الجمغ

Karena hasil dari penjumlahan tersebut antara 5b 15˚ s/d 6

b 14˚, maka

kemungkinan terjadi gerhana bulan pada pertengahan bulan Rajab 1432 H.

Hasil perhitungan istiqbal taqribi terjadi pada hari rabu jam 10 dan 12 menit.

Kemudian kita akan menghitung jam istiqbal haqiqi bi al-tahqiq.

8 Ibid, hal 262, di ambil dari data al-thul.

9 Ibid, hal 264, di ambil dari data al-khossoh.

10 Ibid, hal 224,

11 Ibid,

12 Ibid,

Page 125: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

العقذة

ي ق ح ح

خاصتها

ي ق ح ح

وسط القمر

ي ق ح ح

خاصتها

ي ق ح ح

وسط الشمس

ي ق ح ح

عالمت

االيام

الحركاث

1 22 25 7

1 4 5 31

8 12 0 39

0 29 38 48

4 11 24 24

4 18 44 40

0 17 50 6

4 14 48 58

4 0 50

48

4 15 11

13

2

1

13 ف1410

المجمىعت

21المبسىطت ف 14

38 30 26

2

23 22 9 0

27 39 11 9

11 30 2 5

4 9 0 9

20 13 22

5

4 39 2 5

2 27 24 5

1 2 16 8

34 27 24

5

3

2

حاصل الجمع

جمادالثان 15

1 53 5 3

18 41 0 0

38 9 14 2

41 50 19 5

24 22 22 2

35 17 21 5

6 6 27

10

46 48 12 0

35 29 10 2

48 48 12 0

6

6

حاصل الجمع

االيام 1316

19 34 6 3

19 1 0 0

19 0 4 8

38 26 5 0

59 39 13 8

25 29 5 0

52 54 9

11

38 24 0 0

23 18 23 2

38 24 0 0

4

حاصل الجمع

ساعاث 1017

38 35 6 3

2 0 0 0

57 26 9 8

32 6 0 0

24 9 19 8

35 6 0 0

30 19 10 11

30 0 0 0

1 43 23 2

30 0 0 0

حاصل الجمع

دقائق 1218

40 35 6 3

57 2 0 +

29 33 9 8

45 3 0 -

59 15 19 8

45 3 0 -

0 20 10 11

(دليل االول )

(طىل القمر )

31 43 23 2

8 38 0 +

حاصل الجمع

التعذيل

37 38 6 3 44 29 9 8

29 19 1 -

14 12 19 8

29 19 1 -

39 21 24 2

(طىل الشمس )

15 10 8 8

44 7 0 -

33 23 18 8

34 59 5 +

31 2 8 8

(دليل الثالث)

7 23 24 8

2 0 0 -

5 23 24 8

33 1 0 -

32 21 24 8

Keterangan:

No Dalil-dalil Data 1 Data 2 hasil interpolasi

1 Dalil Awal : 11b 10˚ 20’ 0”

Ta‟dil 1

19 ( وسظ الشمس ) ”08 ‟38 ˚0 ”53 ‟36 ˚0 ”45 ‟38 ˚0

Ta‟dil 220

-0˚ 3‟ 49” -0˚ 3‟ 38” -0˚ 3‟ 45”

13

Ibid, hal 213. 14

Ibid, hal 215. 15

Ibid, hal 214. 16

Ibid, hal 216. 17

Ibid, hal 217. 18

Ibid, 19

Ibid, hal 218-219, di ambil dari data dalil al awal.

Page 126: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

( وسظ القمر و خاصتها )

Ta‟dil 321

( الؼقذج ) ”57 ‟2 ˚0 ”51 ‟2 ˚0 ”0 ‟3 ˚0

No Dalil-dalil Data 1 Data 2 hasil interpolasi

2 Dalil Tsani

وسظ القمر

عىل الشمس

8b 19˚ 12‟ 14”

2b 24˚ 21‟ 39”

-

مثله5

b 24˚ 50‟ 35”

5b 24˚ 50‟ 35”

+

خاصح القمر

11b 19˚ 41‟ 10”

8b 9˚ 29‟ 44”

-

3b 10˚ 11’ 26”

Ta‟dil 22

-1˚ 19‟ 32” -1˚ 19‟ 18” -1˚ 19‟ 29”

( وسظ القمر و خاصتها )

3 Dalil tsalis ?

Ta‟dil 1

23 ( خاصح القمر ) ”44 ‟7 ˚0- ”29 ‟7 ˚0- ”52 ‟7 ˚0-

Ta‟dil 224

( وسظ القمر ) ”34 ‟59 ˚5 ”30 ‟1 ˚6 ”27 ‟59 ˚5

4 Dalil Robi‟

وسظ القمر

عىل الشمس

8b 24˚ 23‟ 9”

2b 24˚ 21‟ 39”

-

6b 0˚ 1’ 30”

Ta‟dil 25

(وسظ القمر ) ”2 ‟0 ˚0- ”18 ‟1 ˚0- ”0 ‟0 ˚0-

5 Dalil Khomist

دليل الرتيغ

الؼقذج

6b 0˚ 1‟ 30”

3b 6˚ 38‟ 37”

+

9b

6˚ 40’ 7”

Ta‟dil 26

(وسظ القمر ) ”33 ‟1 ˚0- ”38 ‟1 ˚0- ”24 ‟1 ˚0-

Kemudian mencari selisih antara thul matahari dan thul bulan, yaitu:

2 : عىل الشمسb 24˚ 21‟ 39”

6b +

8b 24˚ 21‟ 39”

8 : عىل القمر b 24˚ 21‟ 32”

0b 0˚ 0‟ 7”

20

Ibid, hal 219-220, di ambil dari data dalil al awal. 21

Ibid, hal 225, di ambil dari data dalil al awal. 22

Ibid, hal 220-221, di ambil dari data dalil ats tsani. 23

Ibid, di ambil dari data dalil al awal. 24

Ibid, hal 221-222, di ambil dari data dalil ats tsalits. 25

Ibid, di ambil dari data dalil al robi‟. 26

Ibid, hal 225, di ambil dari data dalil al khomits.

Page 127: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Selisih yang di dapat adalah 7”, kemudian 7” dijadikan satuan

.ثىانى yang kemudian di bagi dengan Sabaq al-Mu’addal dengan satuan رواتغ

Berikut perinciannya;

7” = 25200 (7 x 60 x 60) رواتغ

سثق القمر 27

: ta‟dil : 11b 10˚ : 0˚ 29‟ 56”

11b 11˚ : 0˚ 29‟ 51”

Interpolasi : 0˚ 29‟ 51”

سثق الشمس 28

: ta‟dil : 11b 10˚ : 0˚ 2‟ 23”

11b 11˚ : 0˚ 2‟ 23”

Interpolasi : 0˚ 2‟ 23”

51 ‟29 ˚0 : سثق القمر : سثق المؼذل”

– ”23 ‟2 ˚0 : سثق الشمس

0˚ 27‟ 31” = 1651 (27 x 60 + 31) ثىانى

1651 25200 15

24765

435 (karena kurang dari ½ (1800) ثىانى, maka dibuang)

Kemudian 15 dijadikan jam, yaitu 0j 0

m 15

d

Jam pada istiqbal taqribi : 10j 12

m

Jam selisih : 0j

0m

15d -

Sa’at al-bu’di

10j 11

m 45

d

Saa’at al-istiqbal al-haqiqi = Saa’at al-Zawal al-Haqiqi + Daqaiq ta’dil

al-Zaman + Saa’at al-Bu’di

= 6j 0

m 0

d + 0

j 0

m 0

d + 10

j 11

m 45

d

= 4j 11

m 45

d

Langkah selanjutnya untuk menghitung terjadinya gerhana bulan. adalah:

ػرض القمر .1

Ardl al-Qamar = 9064929

+ 8941730

= 80066 (bentuk derajad : 0˚ 34‟ 54”)

سثق القمر فى الؼرض .2

Sabaq al-Qamar fi al-Ardl = 9997031

+ 7209332

= 72063 (bentuk derajad : 0˚ 5‟ 34”)

27

Ibid, hal 223, di ambil dari data dalil al awal. 28

Ibid, di ambil dari data dalil al awal. 29

Ibid, hal 240-243, di ambil dari data dalil 5, yaitu 6˚ 40‟ 7”, menggunakan kalkulator

dengan cara log sin 6˚ 40‟ 7”. 30

Ibid, qaidah yang diuraikan pada halaman 84 besarnya 5˚ 1‟, menggunakan kalkulator

dengan cara log sin 5˚ 1‟. 31

Ibid, di dapat dari data dalil 5, yaitu 6˚ 40‟ 7”, menggunakan kalkulator dengan cara log

cos 6˚ 40‟ 7” 32

Ibid, qaidah yang diuraikan pada halaman 141 besarnya 0˚ 5‟ 34”, menggunakan

kalkulator dengan cara log sin 0˚ 5‟ 34”

Page 128: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

الميل النسثى .3

Al-mail al-Nisbi = 2523733

– 32178

= 93059 (bentuk derajad : 11˚ 40‟ 08”)

الحركح الساػيح .4

Al-harokat al-Sa’iyah = 32178 – 9990934

= 32269 (bentuk derajad : 0˚ 28‟ 6”)

المخفىػ االول .5

Al-Mahfudz al-Awwal = 33210 + 93059

= 26269 (bentuk derajad : 0˚ 7‟ 4”)

دقائق تؼذ وسظ الخسىف .6

Daqoiq ba’ad wasat al-Khusuf = 26269 + 3556335

– 32269

= 29563 (bentuk derajad: 0˚15‟ 5”)

المخفىػ الثانى .7

Al-mahfudz al-tsani = 99909 + 33210

= 33119 (bentuk derajad : 0˚ 34‟ 11”)

نضف قغر الظل .8

Nisfu qathr al-dlil, yaitu : 8b 8˚ 2‟ 31”

8b 5˚ : 0˚ 44‟ 39”

8b 10˚ : 0˚ 44‟ 28”

Interpolasi : 0˚ 44‟ 38”

نصف قغر القمر .9

Nisfu qathr al-Qamar, yaitu : 8b 8˚ 2‟ 31”

8b 5˚ : 0˚ 17‟ 9”

8b 10˚ : 0˚ 16‟ 59”

Interpolasi : 0˚ 17‟ 8”

المخفىػ الثالث .10

Al-mahfudz al-Tsalis = 0˚ 44‟ 38” + 0˚ 17‟ 8”

= 0˚ 61‟ 46”

المخفىػ الراتغ .11

Al-mahfudz al-Robi’ = 0˚ 61‟ 46” + 0˚ 34‟ 11”

= 0˚ 95‟ 57”

33

Bentuk derajat dari sabaq al-qamar fi al-„ard yang di lihat pada tabel halaman 237-239.

Nilai ansab pada setiap perhitungan di lihat pada tabel halaman tersebut dengan cara melihat dari

bentuk derajat. 34

Bentuk log cos dari mail al-nisbi, yaitu log cos 11˚ 36‟ 35

Qaidah yang diuraikan pada halaman 141 besarnya 0˚ 5‟ 34”, yang kemudian di lihat

nilai ansabnya pada tabel.

Page 129: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

المخفىػ الخامس .12

Al-mahfudz al-Khamis = 0˚ 61‟ 46” - 0˚ 34‟ 11”

= 0˚ 27‟ 35”

ساػاخ السقىط .13

Al-hasil = 37601 + 32188

= 68863

Nisfu al-hasil = 69789 / 2

= 34894

Al-kharij min al-ansab = Nisfu al-hasil + Ansab daqoiq saat - Ansab

al-harakah al sa’iyah

= 34894 + 35563 – 32269

= 38188 (bentuk jam 0j 109

m 48

d)

Jadi Sa’at al-suqut = 1j 49

m 48

d

ساػاخ وسظ الخسىف .14

Sa’at wasat al-khusuf = 4j 11

m 45

d - 0

j 15

m 5

d

= 3j 56

m 40

d

ساػاخ اتتذاء الخسىف .15

Sa’at ibtida’ al-khusuf = 4j 11

m 45

d - 1

j 49

m 48

d

= 2j 21

m 57

d

ساػاخ انتهاء الخسىف .16

Sa’at intaha al-khusuf = 4j 11

m 45

d + 1

j 49

m 48

d

= 6j 1

m 33

d

الثاقى .17

Al-baqi = 0˚ 61‟ 46” - 0˚ 34‟ 54”

= 0˚ 26‟ 52” = 1612 (26 x 60 + 52) ثىانى

= 1612 x 12

= 19920

قغر القمر .18

nisfu qatr al-qamar (0˚ 17‟ 8”) yang dilipatgandakan = Qatr al-qamar

Qatr al-qamar = 0˚ 34‟ 16” = 1924 (34 x 60 + 16) ثىانى

اصاتغ الخسىف .19

Asabi’ al-khusuf = 19920 / 1924

= 10˚ 31‟

نىع الخسىف .20

Nisfu qatr al-dhil = 0˚ 54‟ 38”

‘Ard al-qamar = 0˚ 34‟ 54” -

= 0˚ 19‟ 44”

Page 130: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Hasil yang di dapat dari pengurangan tersebut menunjukkan bahwa nilai

tersebut lebih besar dari nisfu qatr al-qamar, maka terjadi gerhana bulan

total. Untuk mencari awal dan akhir total, berikut langkah-langkahnya:

a. 0˚ 54‟ 38” - 0˚ 17‟ 8” + 0˚ 34‟ 11” = 0˚ 61‟ 41”

Nilai ansabnya adalah 35683

b. 0˚ 54‟ 38” - 0˚ 17‟ 8” - 0˚ 34‟ 11” = 0˚ 6‟ 41”

Nilai ansabnya adalah 26032

c. Hasil ansab ditambahkan = 35683 + 26032 = 61715

Nisfu ansabnya = 61715 / 2 = 30857

Sa’ah al-muks = 30857 + 35563 – 32269

= 34151 (bentuk derajat 0j 43

m 21

d

d. Awal total = 3j 56

m 40

d - 0

j 43

m 21

d = 3

j 13

m 19

d

e. Akhir total = 3j 56

m 40

d + 0

j 43

m 21

d = 4

j 40

m 1

d

لىن الخسىف .21

‘Ard al-qamar yang kita hitung lebih kecil dari 10˚, maka warna

gerhana bulan kali ini adalah hitam pekat.

المركاز .22

Kita akan menentukan gerhana bulan kota Semarang, maka kita harus

mengetahui sa’at thul Semarang, yaitu:

a) Sa’at wasat al-khusuf = 10j 11

m 45

d + 4

j 42

m 24

d

= 2j 54

m 9

d

b) Sa’at ibtida’ al-khusuf= 2j 54

m 9

d – 1

j 38

m 42

d

= 1j 15

m 27

d

c) Sa’at ibtida’ kulli = 2j 54

m 9

d - 0

j 43

m 21

d

= 2j 10

m 48

d

d) Sa’at intaha kulli = 2j 54

m 9

d + 0

j 43

m 21

d

= 3j 37

m 30

d

e) Sa’at intaha al-khusuf = 2j 54

m 9

d + 1

j 38

m 42

d

= 4j 32

m 51

d

Setelah kita mengetahui jam terjadinya gerhana di kota semarang, hal

tersebut masih belum sempurna. Karena untuk mengetahui gerhana benar-

benar terjadi di kota Semarang maka harus di sesuaikan dengan bujur

daerah Semarang. Untuk daerah semarang karena termasuk WIB maka

bujur daerah yang di gunakan adalah 105˚. Cara menghitungnya adalah:

Rumus = jam yang di ketahui – perata waktu + (BD - BT) / 15

Sa’at wasat al-khusuf = 2j 54

m 9

d - 0

j 0

m 0

d + (105˚ - 110˚ 24‟) / 15

= 2j 54

m 9

d - 0

j 21

m 36

d

= 2j 32

m 33

d

Sa’at ibtida’ al-khusuf = 1j15

m 27

d - 0

j 0

m 0

d + (105˚ - 110˚ 24‟) / 15

Page 131: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

= 1j 15

m 27

d - 0

j 21

m 36

d

= 0j 53

m 51

d

Sa’at ibtida’ kulli = 2j10

m 48

d - 0

j 0

m 0

d + (105˚ - 110˚ 24‟) / 15

= 2j 10

m 48

d - 0

j 21

m 36

d

= 1j 49

m 12

d

Sa’at intaha kulli = 3j 37

m 30

d - 0

j 0

m 0

d + (105˚ - 110˚ 24‟) / 15

= 3j 37

m 30

d - 0

j 21

m 36

d

= 3

j 15

m 54

d

Sa’at intaha’ al-khusuf = 4j 32

m 51

d - 0

j 0

m 0

d + (105˚ - 110˚ 24‟) / 15

= 4j 32

m 51

d - 0

j 21

m 36

d

= 4j 11

m 15

d

23. Konversi Hijriyah ke Masehi

Untuk menentukan tanggal dan bulan

2b 24˚ 21‟ 39”

2b

+ 4 = 6 jadi hasilnya adalah tanggal 16 juni

24‟ - 8 = 16

Untuk mencari tahunnya = 1432 / 33,33 = 43 (dibulatkan)

= 1432 – 1389

= 1389 + 622

= 2011

24. Kesimpulan

Dari perhitungan gerhana bulan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Gerhana bulan total terjadi pada hari kamis, 16 juni 2011

Mulai gerhana : 0: 53: 51 WIB

Awal total : 1: 49: 12 WIB

Pertengahan : 2: 32: 33 WIB

Akhir total : 3: 15: 54 WIB

Akhir gerhana : 4: 11: 15 WIB

Page 132: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

Lampiran 2

Perhitungan Gerhana Bulan Sistem Ephemeris Hisab Rukyat

Perhitungan Gerhana Bulan dengan sistem Ephemeris Hisab Rukyat

ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghitung kemungkinan terjadinya gerhana bulan dengan menggunakan tabel

gerhana (terlampir), dengan cara menjumlahkan data dari :

Tahun 1430 H = 326 o 14‟ 12”

Tahun 2 = 016 o 05‟ 12”

Rajab = 199 o 21‟ 37” +

Jumlah = 541 o 41‟ 25”

360 o 00‟ 00” -

Sisa/hasil = 181 o 41‟ 25”

Gerhana Bulan dimungkinkan terjadi apabila hasil penjumlahan tersebut

berkisar antara 000o s/d 014

o, 165

o s/d 194

o dan 345

o s/d 360

o

Hasil 181 o

41‟ 25” diantara 165 o

s/d 194 o

berarti ada kemungkinan terjadi

gerhana bulan pada pertengahan bulan Rajab 1432 H.

2. Melakukan konversi dari penanggalan hijriyah ke penanggalan masehi tanggal

kemungkinan terjadi gerhana bulan tersebut dan hanya akan terjadi saat bulan

purnama, sekitar tanggal 15 bulan qamariyah.

Tanggal 15 Rajab 1432 H

Waktu yang telah dilalui sebanyak 1431 th. Lebih 7 bln lebih 15 hr.

1. Sampai dengan akhir Dzulhijjah 1458 H

30 1431 = 47 DH x 10631 = 499657 h

1410 _

21 tahun = x 354 + 8 (k) = 7442 h

2. Akhir Jumadil Akhir 1431 H s/d 15 Rajab 1432 H = 192 h +

Jumlah = 507291 h

3. Perbedaan Hijriyah – Masehi = 227012 h +

Jumlah (dibagi 1461) = 734303 h

4. = 502 DM ( x 1461) = 733422 h _

Sisa (dibagi 365) = 881 h

5. = 2 tahun M. ( x 365) = 730 h _

Sisa = 151 h

6. Tahun 1 M + 502 x 4 + 2 th = 2011

7. Anggaran Consili dan Gregorius (3+10+3) = 16 h +

Jumlah = 167 h

8. = jumlah akhir bulan Mei (tahun 2011) = 151 h _

Sisa = 16 h

Page 133: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

9. Sisa 16, jadi 16 Juni 2011 M

Jadi 15 Rajab 1432 H bertepatan 16 Juni 2011 M (Kamis Kliwon)

3. Mencari FIB terbesar pada kolom Fraction Illumination Bulan,

Karena pada tanggal 16 Juni 2011 tidak dijumpai FIB terbesar, maka diambil

FIB tanggal sebelumnya, yaitu tanggal 15 Juni 2011 yaitu 1,00000 yang terjadi

pada jam 20 GMT. Pada jam 20 GMT harga mutlak Lintang Bulan pada kolom

Apparent Latitude Bulan sebesar 0o 04‟ 24”.

Catatan :

- Jika harga mutlak Lintang Bulan lebih besar dari 1o 05‟ 07” maka tidak

akan terjadi gerhana bulan.

- Jika harga mutlak Lintang Bulan lebih kecil dari 1o 00‟ 24” maka akan

terjadi gerhana bulan.

4. Menghitung Sabaq Matahari (B1)

ELM jam 20 = 84o 22‟ 56”

ELM jam 21 = 84o 25‟ 19” -

B1 = 0 o 2’ 23”

5. Menghitung Sabaq Bulan (B2)

ALB jam 20 = 264 o 14‟ 59”

ALB jam 21 = 264 o 49‟ 38” -

B2 = 0 o 34’ 39”

6. Menghitung jarak Matahari dan Bulan (MB) dengan rumus :

MB = ELM – (ALB- 180)

= 84 o 22‟ 56” – (264

o 14‟ 59” -180)

MB = 0 o

7’ 57”

7. Menghitung Sabaq Bulan Mu‟addal (SB) dengan rumus: SB = B1 – B2

SB = 0 o 34‟ 39” – 0

o 2‟ 23”

= 0 o 32’ 16”

8. Menghitung Titik Istiqbal (TI) dengan rumus : TI = MB : SB

TI = 0 o 7‟ 57” : 0

o 32‟ 16”

= 0j 14

m 46,98

d

9. Menghitung waktu Istiqbal (Is) dengan rumus:

Is = (Waktu FIB + TI) – 00 : 01 : 49.29

= ( 20 o 0‟ 0” + 0

j 14

m 46,98

d ) - 00 : 01 : 49.29

= 20j 12

m 47,69

d

10. Melacak data dari Ephemeris saat terjadi istiqbal secara interpolasi :

a) Semi Diameter Bulan (SD) jam 20j 12

m 47,69

d

SD Jam 20 = 0 o 15‟ 57,41” 0

o 15‟ 57,41”

SD Jam 21 = 0 o 15‟ 57,00” -

0 o 0‟ 0,41”

0 o 12‟ 47,69” x

Page 134: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

0o 0‟ 00,09” 0

o 0‟ 00,09” -

SD = 0o 15‟ 57,32”

b) Horizon Parallax Bulan (HP ) jam 20j 12

m 47,69

d

HP ) jam 20 = 0o 58‟ 33” 0

o 58‟ 33”

HP ) jam 21 = 0o 52‟ 32” -

0o 0‟ 0,1”

0o 12‟ 47,69” x

0o 0‟ 0,22” 0

o 0‟ 0,22” -

HP = 0o 58‟ 32,78”

c) Lintang Bulan(L) pada kolom Apparent Latitude Bulan

L jam 20 = 0o 04‟ 24” 0

o 04‟ 24”

L jam 21 = 0o 07‟ 36” -

- 0o 03‟ 12”

0o 12‟ 47,69” x

- 0o 0‟ 41,48” - 0

o 0‟ 41,48” -

L jam = 0o 05‟ 05,48”

d) Semi Diameter Matahari (SDo)

SDo jam 20 = 0o 15‟ 44,74” 0

o 15‟ 44,74”

SDo jam 21 = 0o 15‟ 44,74” -

0o 0‟ 00”

0o 12‟ 47,69” x

0o 0‟ 00” 0

o 0‟ 00” -

SDo jam 0o 15‟ 44,74”

e) Jarak Bumi (JB) pada kolom True Geocentric Distance Matahari jam 20 =

1.0157622

11. Menghitung Horizon Parallax (HPo) dengan rumus:

Sin HPo = sin 08,794” : JB

= sin 08,794” : 1.0157622

= 0o 0„ 08,66“

12. Menghitung jarak bulan dari titik simpul (H) dengan rumus:

sin H = sin L : sin 5o

= Sin 0o 05‟ 05,48” : sin 5

o

= 0o 58‟ 25,16”

13. Menghitung lintang bulan maksimum terkoreksi (U) dengan rumus:

tan U = [tan L : sin H]

= [tan 0o 05‟ 05,48” : sin 0

o 58‟ 25,16”]

= 4o 58‟ 51,86”

Page 135: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

14. Menghitung lintang bulan minimum terkoreksi (Z) dengan rumus:

sin Z = [sin U x sin H]

= [sin 4o 58‟ 51,86” x sin 0

o 58‟ 25,16”]

= 0o 05‟ 04,33”

15. Menghitung koreksi kecepatan bulan relatif terhadap matahari (K) dengan

rumus : K = cos L x SB : cos U

K = cos 0o 05‟ 05,48” x 0

o 32‟ 16” : cos 4

o 58‟ 51,86”

= 0o 32‟ 23,34”

16. Menghitung besarnya semidiameter bayangan inti bumi (D) dengan rumus:

D = (HP + HPo – SDo) x 1,02

= (0o 58‟ 32,78” + 0

o 0„ 08,66“ – 0

o 15‟ 44,74”) x 1,02

= 0o 43‟ 48,23”

17. Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan

ketika piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi (X)

dengan rumus: X = D + SD

X = 0o 43‟ 48,23” + 0

o 15‟ 57,32”

= 0o 59‟ 45,55”

18. Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan

ketika seluruh piringan bulan mulai masuk pada bayangan inti bumi (Y)

dengan rumus : Y = D – SD

Y = 0o 43‟ 48,23” – 0

o 15‟ 57,32”

= 0o 27‟ 50,91”

19. Menghitung jarak titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai bersentuhan

dengan bayangan inti bumi (C) dengan rumus :

cos C = cos X : cos Z

= cos 0o 59‟ 45,55” : cos 0

o 05‟ 04,33”

= 0o 52‟ 52,45”

20. Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika

piringan bulan bersentuhan dengan bayangan inti bumi sampai ketika titik

pusat bulan segaris dengan bayangan inti bumi (T1) dengan rumus :

T1 = C : K

= 0o 52‟ 52,45” : 0

o 32‟ 23,34”

= 1j 37

m 56,91

d

Catatan : Bila Y lebih kecil daripada Z maka akan terjadi gerhana bulan

sebagian. Oleh karena itu, E dan T2 berikut ini tidak perlu dihitung

21. Menghitung jarak titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi

sampai titik pusat bulan ketika seluruhpiringan bulan masuk pada bayangan

inti bumi (B) dengan rumus: cos E = cos Y : cos Z

cos E = cos 0o 27‟ 50,91” : cos 0

o 05‟ 04,33”

= 0o 27‟ 22,96”

Page 136: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

22. Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai titik

pusat bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan

ketika seluruh piringan bulan masuk pada bayangan inti bumi (T2) dengan

rumus : T2 = E : K

T2 = 0o 27‟ 22,96” : 0

o 32‟ 23,34”

= 0j 50

m 43,56

d

23. Koreksi pertama terhadap kecepatan bulan (Ta) dengan rumus :

Ta = cos H : sin K

= cos 0o 58‟ 25,16” : sin 0

o 32‟ 23,34”

= 106o 07‟ 32”

24. Koreksi kedua terhadap kecepatan bulan (Tb) dengan rumus:

Tb = sin L : sin K

= sin 0o 05‟ 05,48” : sin 0

o 32‟ 23,34”

= 0o 09‟ 25,9”

25. Menghitung waktu gerhana (T0) dengan rumus:

T0 = [sin 0.05 x Ta xTb]

= [sin 0.05 x 106o 07‟ 32” x0

o 09‟ 25,9”]

= 0j 0

m 52,41

d

26. Menghitung waktu titik tengah gerhana (Tgh) dengan cara : Perhatikan

Lintang Bulan (LÄ) dalam kolom Apparent Latitude Bulan pada jam FIB

terbesar dan pada satu jam berikutnya.

- Jika harga mutlak Lintang Bulan semakin mengecil maka Tgh = Istiqbal

+ T0 – ΛT

- Jika harga mutlak Lintang Bulan semakin membesar maka Tgh = Istiqbal

– T0 – ΛT

T = (tahun - 2000) : 100

T = ( 2011 - 2000) : 100

= 0o 6‟ 36”

ΛT = (102,3 + 123,5 x t + 32,5 x t2) : 3600

= (102,3 + 123,5 x 0,37 + 32,5 x 0o 6‟ 36”

2) : 3600

= 0o 0‟ 56,28”

Tgh = 20j 12

m 47,69

d - 0

j 0

m 52,41

d - 0

o 0‟ 56,28”

Tgh = 20j 10

m 09

d

GMT (tanggal 15 Juni 2011 )

07j 00

m 00

d +

= 3j 10

m 09

d WIB (tanggal 16 Juni 2011)

Catatan :

o ΛT adalah koreksi waktu TT menjadi GMT

o Bila dikehendaki dengan waktu WIB, tambahkanlah 7 jam.

Page 137: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

o Bila hasil penambahan terbenut lebih dari 24, maka kurangilah dengan 24.

Sisanya itulah waktu titik tengah gerhana tetapi pada tanggal berikutnya

dari tanggal Ephemeris.

27. Menghitung waktu mulai gerhana dengan rumus : Tgh – T1

Mulai Gerhana = 3j 10

m 09

d – 1

j 37

m 56,9

d

= 1j 32

m 12,1

d

28. Menghitung waktu mulai gerhana total dengan rumus : Tgh – T2

Mulai Total = 3j 10

m 09

d – 0

j 50

m 43,56

d

= 2j 19

m 25,44

d

29. Menghitung waktu selesai gerhana total dengan rumus: Tgh + T2

Selesai Total = 3j 10

m 09

d + 0

j 50

m 43,56

d

= 4j 0

m 52,56

d

30. Menghitung waktu selesai gerhana dengan rumus: Tgh + T1

Selesai Gerhana = 3

j 10

m 09

d + 1

j 37

m 56,9

d

= 4j 48

m 05,9

d

Catatan : Gerhana bulan akan terlihat pada malam hari, sehingga jika awal

gerhana lebih besar daripada waktu terbit matahari, atau akhir gerhana lebih

kecil daripada waku terbenam matahari di suatu tempat maka gerhana bulan

tersebut tidak dapat terlihat dari tempat ybs.

31. Kesimpulan:

Gerhana Bulan sebagian terjadi pada :

Hari, Tanggal : Kamis, 16 Juni 2011 M

Mulai Gerhana : 1j 32

m 12,1

d WIB

Mulai Total : 2j 19

m 25,44

d WIB

Selesai Total : 4j 0

m 52,56

d WIB

Selesai Gerhana : 4j 48

m 05,9

d WIB

Page 138: STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-wahyufitri-5081-1-fileskr-a.pdf · Fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

N a m a : Wahyu Fitria

Tempat Tanggal Lahir : Situbundo, 31 Mei 1989

Alamat Asal : Jl Raya Banyuwangi Rt/Rw 01/11 Nyiorcangka

Kesambirampak Kapongan Situbondo Jawa Timur

Alamat Sekarang : Ponpes Daarun Najaah Jl. Stasiun No 275 Jrakah

Tugu Semarang 50151

Jenjang Pendidikan :

a. Pendidikan formal

1. Sekolah Dasar Negeri II Kapongan Situbondo lulus tahun 2001

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nurul Jadid Paiton Probolinggo

lulus tahun 2004

3. Madrasah Aliyah Darul Ulum Peterongan Jombang lulus tahun

2007

b. Pendidikan Informal

1. Madrasah Nurul Islam Kapongan

2. Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo 2001-2004

3. Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang 2004-2007

4. Pondok Pesantren ”Daarun Najaah” Jerakah Tugu Semarang 2007-

sekarang

Semarang, 13 Juni 2011

Wahyu Fitria

NIM. 072111082