Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

150
 GEOMORFOLOGI Oleh : Djauhari Noor PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN Jl . Pakuan, PO Box 452 Bogor , Telp. 62 - 251 - 8311007 website: www.unpak.ac.id 2010 edisi pertama 2010

description

Buku mengenai geomorfologi (djauhari noor)

Transcript of Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

Page 1: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 1/150

 

GEOMORFOLOGI

Oleh : Djauhari Noor

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAKUANJl. Pakuan, PO Box 452 Bogor , Telp. 62 - 251 - 8311007

website: www.unpak.ac.id

2010

edisi pertama 2010

Page 2: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 2/150

Daftar isi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor  Page ii

DAFTAR ISI

Hal 

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN1

1.1 Definisi dan Pengertian Geomorfologi 1

1.2 Hubungan antara Geomorfologi dengan Ilmu-ilmu Lainnya 2

1.3 Konsep Dasar Geomorfologi 3

1.4 Relief Bumi 4

1.5 Struktur, Proses dan Stadia 6

1.6 Klasifikasi Bentangalam 8

BAB 2 PROSES GEOMORFOLOGI 10

2.1 Pelapukan 10

2.2 Erosi 12

2.3 Mass Wasting 14

2.4 Sedimentasi 152.5 Agen Geomorfologi 15

BAB 3 TANAH DAN GENESA TANAH 18

3.1 Definisi dan Pengertian 18

3.2 Faktor Faktor Benbentuk Tanah 18

3.3 Karakteristik Tanah 21

3.4 Lapisan Tanah 22

3.5 Klasifikasi Tanah 23

3.6 Mekanika Tanah 27

3.7 Sifat Sifat Dasar Tanah 29

BAB 4 POLA PENGALIRAN SUNGAI 38

4.1 Pola Pengaliran Sungai 38

4.2 Genetika Sungai 40

4.3 Tahapan Perkembangan Sungai 42

4.4 Sistem Sungai 44

BAB 5 BENTANGALAM ENDOGEN (KONTRUKSIONAL) 50

5.1 Umum 50

5.2 Gaya Endogen 50

5.3 Bentangalam Endogen 51

5.4 Bentangalam Struktural 51

5.5 Bentangalam Gunungapi 59

Page 3: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 3/150

Daftar isi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor  Page iii

BAB 6 BENTANGALAM EKSOGEN (DESTRUKSIONAL) 63

6.1 Umum 63

6.2 Bentangalam hasil aktivitas sungai 63

6.3 Bentangalam hasil aktivitas pantai 66

6.4 Bentangalam hasil aktivitas angin 686.5 Bentangalam karst 71

BAB 7 PETA TOPOGRAFI 75

7.1 Definisi 75

7.2 Bagian Bagian Peta 76

7.3 Jenis Jenis Peta 79

7.4 Peta Topografi 80

7.5 Peta Geomorfologi 81

7.6 Skala Peta dan Peta Geomorfologi 82

BAB 8 PENAFSIRAN PETA TOPOGRAFI 83

8.1 Pendahuluan 83

8.2 Metoda Penafsiran Peta Topografi 83

8.3 Penafsiran Geomorfologi 84

8.4 Penafsiran Peta Topografi 85

BAB 9 GEOLOGI FOTO 100

9.1 Pendahuluan 100

9.2 Foto Udara 102

9.3 Stereoskop dan Foto Udara Stereo 108

9.4 Kenampakan Stereoskopik 109

9.5 Penafsiran Foto Udara 114

9.6 Kriteria Identifikasi dan Penafsiran 114

9.7 Penafsiran Geologi Dari Foto Udara 118

9.8 Kenampakan Obyek Obyek Geologi Pada Foto Udara 122

BAB 10 PENGINDERAAN JAUH 127

10.1 Pendahuluan 127

10.2 Prinsip Dasar 127

10.3 Penafsiran Morfologi Dari Citra Penginderaan Jauh 135

DAFTAR PUSTAKA 150

Page 4: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 4/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 1

11 Pendahuluan

1.1 Definisi dan Pengertian Geomorfologi

Pada hakekatnya  geomorfologi dapat  didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi

beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology ) berasalbahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath  /bumi), morpho s (shape/ bentuk),logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, makapengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.

Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk romanmuka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentangbentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumisecara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua(continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas,seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya.

Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of landscapes”.Landscapes yang dimaksudkan disini adalah bentangalam alamiah (natural landscapes). Dalammendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk bentangalam (landform atau landscapes) ada tigafaktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia.

Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.

Para akhli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam yang dilihatnya danmencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu juga untuk mengetahuisejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping memprediksi perubahan perubahanyang mungkin terjadi dimasa mendatang melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan,percobaan secara fisik dan pemodelan numerik. Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan

bidang ilmu seperti fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.

Kajian mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu kajian untuk pedologi,satu dari dua cabang dalam ilmu tanah. Bentangalam merupakan respon terhadap kombinasiantara proses alam dan antropogenik. Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan tektonikdan volkanisme, sedangkan denudasi terjadi melalui erosi dan mass wasting. Hasil dari prosesdenudasi diketahui sebagai sumber bahan sedimen yang kemudian diangkut dan diendapkan didaratan, pantai maupun lautan. Bentangalam dapat juga mengalami penurunan melaluiperistiwa amblesan yang disebabkan oleh proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisikyang terjadi dibawah endapan sedimen. Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan

dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan aktivitas manusia.

Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan adalah model tentang siklus geomorfik atausiklus erosi, dikembangkan oleh William Morris Davis (1884–1899). Siklus geomorfik

Page 5: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 5/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 2

terinspirasi dari teori uniformitarianisme yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton(1726-1797). Berkaitan dengan bentuk-bentuk lembah yang terdapat dimuka bumi, siklusgeomorfik mampu menjelaskan urut-urutan dari suatu sungai yang mengikis lembah yangmengakibatkan kedalaman suatu lembah menjadi lebih dalam lagi, sedangkan proses erosiyang terjadi pada kedua sisi lembah yang terjadi secara teratur akan membuat lembah menjadilandai kembali dan elevasinya menjadi semakin lebih pula. Siklus ini akan bekerja kembali

ketika terjadi pengangkatan dari daratan.

1.2 Hubungan Geomorfologi dengan Ilmu Ilmu Lain 

Ilmu-ilmu yang yang erat hubungannya dengan geomorfologi terutama adalah Ilmu Kebumian,

termasuk diantaranya adalah:

! Fisiografi. Pada awalnya fisiografi mencakup studi tentang atmosfir, hidrologi danbentangalam dan studi yang mempelajari ketiga ketiga objek tersebut umumnyaberkembang di benua Eropa, sedangkan geomorfologi merupakan salah satu cabang

dari Fisiografi. Dengan semakin majunya perkembangan studi tentangatmosfir(meteorologi) dan hidrologi di Amerika menyebabkan objek studi Fisiografimenjadi lebih terbatas, yaitu hanya mempelajari bentangalam saja, sehingga di

 Amerika istilah Fisiografi identik dengan Geomorfologi. 

• Geologi mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, karenamencangkup studi tentang seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi hanya terbataspada studi permukaan dari pada kerak bumi. Oleh karena itu maka geomorfologidianggap sebagai cabang dari geologi dan kemudian dalam perkembangannyageomorfologi menjadi suatu ilmu tersendiri, terlepas dari geologi. Geologi struktur dangeologi dinamis adalah cabang-cabang ilmu geologi yang sangat membantu dalammempelajari geomorfologi. Dengan geologi dinamis dapat membantu untuk

menjelaskan evolusi permukaan bumi, sedangkan geologi struktur membantu dalammenjelaskan jenis-jenis dari bentuk-bentuk bentangalam. Banyak bentuk bentangalamdicerminkan oleh struktur geologinya. Oleh karena itu untuk mempelajari geomorfologimaka diperlukan pengetahuan dari ilmu-ilmu tersebut.

• Meteorologi dan Klimatologi, yang mempelajari keadaan fisik dari atmosfir daniklim. Ilmu ini mempunyai pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadapproses perubahan roman muka bumi. Kondisi cuaca seperti terjadinya angin, petir,kelembaban udara dan pengaruh perubahan iklim dapat membawa perubahan-perubahan yang besar terhadap bentuk roman muka bumi yang ada. Oleh karena ituuntuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi, diperlukan

pengetahuan tentang ilmu-ilmu tersebut. 

• Hidrologi  adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai air yangada di bumi (the science of the waters of the earth), termasuk dalam hal ini air yangada di sungai-sungai, danau-danau, lautan dan air bawah tanah. Pengetahuanmengenai hidrologi juga akan pembantu dalam mempelajari geomorfologi. Samahalnya dengan atmosfir, air dapat juga menyebabkan perubahan-perubahan atas

roman muka bumi yang ada dan dapat meninggalkan bekas-bekasnya. 

• Geografi  mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi, sebabmencakup aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Sedangkangeomorfologi menekankan pada bentuk-bentuk yang terdapat pada permukaan bumi.

Geografi menekankan kajiannya pada “Space Oriented” yang dapat menunjukkandimana dan bagaimana penyebaran dari pada bentuk bentangalam serta mengapa

Page 6: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 6/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 3

penyebarannya demikian. Mengingat sifat dari geografi yang “Anthropocentris”, dandalam hubungannya dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub disiplinilmu yaitu “Geography of landform”. Dimana didalamnya juga mencakup, bagaimanameng-aplikasikan setiap jenis bentangalam untuk aktivitas dan kehidupan manusia.Dengan kata lain dapat menjalin suatu hubungan timbal balik antara manusia dengan

bentangalam yang ada. 

1.3 Konsep Dasar Geomorfologi

Untuk mempelajari geomorfologi diperlukan dasar pengetahuan yang baik dalam bidangklimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan eratdengan proses dan pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan mukabumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yangmeliputi pembentukan daratan oleh gaya dari dalam bumi (endogen), prosespenghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau gaya eksogen, proses pengendapan darihasil pengahncuran muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen,demikian seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala waktu sangat lama.

1. Proses-proses dan hukum fisik yang sama bekerja saat ini, bekerja pula pada waktu geologiyang lalu, walaupun intensitasnya tidak sama seperti sekarang.

2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentangalam/bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahannya.

3. Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh jadi karena derajatpembentukannya juga berbeda.

4. Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada bentuklahan dan

setiap proses geomorfologi akan membentuk bentuklahan dengan karakteristik tertentu.(meninggalkan jejak yang spesifik dan dapat dibedakan dengan proses lain secara jelas).

5.  Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda yang terjadi di permukaan bumi, maka akandihasilkan suatu urutan bentuklahan dengan karakteristik tertentu disetiap tahapperkembangannya.

6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibandingkan dengan evolusigeomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi umumnya sangatkompleks/rumit, jarang yang disebabkan oleh proses yang sederhana).

7. Hanya sedikit saja dari topografi permukaan bumi adalah lebih tua dari zaman Tersier, dan

kebanyakan daripadanya tidak lebih dari zaman Pleistosen.

8. Interpretasi secara tepat terhadap bentanglahan sekarang tidak mungkin dilakukan tanpamemperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi selama masa Pleistosen(Pengenalan bentanglahan saat sekarang harus memperhatikan proses yang berlangsungpada zaman Pleistosen)

9.  Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar dari berbagaikepentingan di dalam proses-proses geomorfologi yang berbeda (dalam mempelajaribentanglahan secara global/skala dunia, pengetahuan tentang iklim global perludiperhatikan)

10. Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan sekarang, namun untukmempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah perkembangannya.

Page 7: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 7/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 4

 Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari geomorfologi cara dan metodepengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangansaja, maka informasi yang diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebataskemampuan mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadapbentanglahan yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan beberapa hal:

a. Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga diperolehpandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum banyak membantu dalammengamati bentanglahan, karena walaupun kita berada pada ketinggian tertentu,kadangkala pandangan tertutup oleh hutan lebat sehingga pandangan terhalang.Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan bentang alam merupakan tempattertinggi dan tidak ada benda satupun yang menghalangi. Itupun hanya terbataskepada kemampuan mata memandang.

b. Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan menggunakan citrapengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto, cara ini dapat melakukan

pengamatan yang luas dan cepat.

1.4 Relief Bumi

Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang sangat luas, baik yangterdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar lautan. Berdasarkan ataspengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar,yaitu :

1. Relief Orde I (Relief of the first order)2. Relief Orde II (Relief of the second order)

3. Relief Orde III (Relief of the third order)

Pengelompokan atas ketiga jenis relief diatas didasarkan pula atas kejadiannya masing-masing.Karena itu pula didalamnya terkandung unsur waktu relatif.

1.4.1 Relief Orde Pertama

 Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan Lautan (Ocean Basin).Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang sangat luas dimuka bumi.Sebagaimana diketahui bahwa luas daratan beserta air seluruhnya sebesar 107.000.000 milpersegi, yang terdiri dari luas benua (continents) sebesar 56.000.000 mil persegi dan sisanya10.000.000 mil persegi merupakan luas continental shelf. Yang dimaksud dengan paparan

benua meliputi benua dan tepi benua(continental shelf). Dengan demikian luas total paparanbenua (continental platforms) adalah 66.000.000 mil persegi. Paparan benua Amerika Utara &Selatan, Eurasia, Afrika, Australia, dan Antartika merupakan bahagian-bahagian yang tertinggi

dari permukaan litosfir.

Tepi Benua (Continental shelf) adalah bagian dari paparan benua (continental platforms) yangterletak dibawah permukaan air laut. Cekungan Lautan (Ocean Basin) mempunyai kedalamanrata-rata 2,5 mil dibawah muka air laut, walaupun kita tahu bahwa dasar lautan memilikibentuk topografi yang tidak teratur. Terdapat banyak depressi-depressi yang sangat dalam daribatas kedalaman rata-rata yang dikenal sebagai Palung Laut (Ocean Troughs), disamping ituterdapat pula bagian-bagian dasar laut yang muncul dipermukaan atau secara berangsur

berada dekat dengan permukaan air laut. Relief order pertama diketahui sangat erathubungannya dengan proses kejadian bumi, dengan demikian teori-teori tentang geologi,

Page 8: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 8/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 5

astronomi, fisika dan matematika, seperti “Planetesimal Hypothesis”, “Liquid Earth Theories”maupun “Continental Drift Theory” menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembentukan

relief orde pertama.

1.4.2 Relief Orde Kedua

Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang membangun (Constructionalforms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen sebagai gaya yangbersifat membangun (Constructional Forces). Kawasan benua-benua dan Cekungan-cekunganlaut merupakan tempat keberadaan atau terbentuknya satuan-satuan dari relief dari ordekedua, seperti dataran, plateau, dan pegunungan.

Gaya endogen yang berasal dari dalam bumi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan diatas muka bumi. Adapun gaya endogen dapat berupa:

1. Epirogenesa (berasal dari bahasa Latin: epiros = benua dan genesis = pembentukan),proses epirogenesa yang terjadi pada daerah yang sangat luas maka akan terbentuk

suatu benua, dan pembentukan benua dikenal sebagai “continent buiding forces”.2. Orogenesa (berasal dari bahasa latin: Oros = gunung, dan genesis = pembentukan ),

proses orogenesa yang terjadi pada daerah yang luas akan membentuk suatupegunungan dan dikenal sebagai “mountain building forces”.

Kedua gaya endogen tersebut diatas menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk bentangalamyang membangun (contructional landforms). Apabila disuatu daerah yang tersusun dari batuanyang perlapisannya horisontal maka terbentuk bentangalam yang disebut dengan Dataran(Plain) atau Plateau. Proses ini dapat terjadi pada lapisan-lapisan batuan yang berada di bawahlaut kemudian terangkat oleh gaya endogen menghasilkan bentuk bentangalam daratan atauplateau. 

Gaya endogen dapat juga melipat lapisan-lapisan batuan sedimen yang awalnya horisontalmenjadi suatu bentuk kubah (dome mountains) dan apabila gaya endogen mengakibatkanterjadinya dislokasi dari blok blok yang mengalami patahan serta lapisan batuan mengalamitilting, maka dikenal dengan bentuk pegunungan patahan (faulted mountains). Apabila gayaendogen mengakibatkan batuan sedimen terlipat kuat menghasilkan perlipatan sinklin danantiklin maka akan menghasilkan pegunungan lipatan (folded mountains). Sedangkan apabiladipengaruhi oleh lipatan dan patahan akan menghasilkan pegunungan lipat pathan (complexmountains). Kelompok lainnya dari relief orde kedua adalah bentuk bentangalam yangdihasilkan oleh aktivitas volkanik yang dikenal bentangalam gunungapi. Bentuk bentukbentangalam yang dihasilkan oleh proses endogen diatas masih brada dalam tahapan awal(initial stage). Bentuk bentuk bentangalam ini kemudian akan mengalami proses penghancuran

oleh gaya eksogen (destruction forces) yang memungkinkan terjadinya perubahan dari bentukaslinya.

1.4.3 Relief Orde Ketiga

Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat menghancurkan(Destructional forms), hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses eksogen.Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai pada relieforde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk bentuk bentangalam inimemperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam konstruksional dari relief orde kedua.Proses eksogenik akan meninggalkan bentuk-bentuk lahan hasil erosi, seperti : Valleys danCanyons, meninggalkan sisa sisa residu membentuk bentuk bentangalam seperti tiang-tiang

(peak landforms) dan klom-klom batuan yang tahan trhadap erosi, sehingga masih menyisakan

Page 9: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 9/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 6

benuk bentuk seperti diatas, disamping itu juga akan meninggalkan bentuk-bentukpengendapan (depesitional forms), seperti delta atau tangul.

Relief orde ketiga ini dapat dikelompokkan berdasarkan atas energi yang merusak atau agenyang bersifat membangun. Ada 4 agent yang utama, yaitu Streams, Glaciers, Waves dan Winds,sedangkan Wheatering adalah pembantu utama bagi keempat agent tersebut.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh aktivitas sungai (fluvial), yaitu :a. Erosional forms, seperti : gallies, valleys, gorges dan canyons.b. Residual forms, seperti : peaks, ronadrocks, summits areas.c. Depositional forms seperti : alluvial forms, flood plains and deltas.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh energi dari luncuran es (gletser) yaitu :a. Erosional forms, seperti : cirques, glacial troughtb. Residual forms, seperti : patterhorn – peaks, aretes, roche eontouneesc. Depositional forms seperti : deraine, drumlins, kame dan esker.

Bentuk yang dihasilkan oleh energi gelombang laut, yaitu :a. Erosional forms, seperti : erode sea cavesb. Residual forms, seperti : staoks & Archesc. Depositional forms seperti :beaches, bars & spits

Bentuk yang diciptakan oleh energi angin, yaitu :a. Erosional forms, seperti : blow holes pada daerah-daerah yang berpasirb. Residual forms, seperti : pedestal dan mushroom rocks.c. Depositional forms seperti :endapan pasir atau lempung dalam bentuk dunes atau loess.

Selain energi yang merusak secara fisik tersebut, organisme juga dapat menjadi agen yangcenderung merusak batuan-batuan di permukaan bumi, sebaliknya aktivitas pengendapan

dapat menghasilkan bentuk-bentuk seperti coral-reefs dan hills. Dapat disimpulkan, bahwawaktu terbentuknya ketiga orde relief itu berbeda-beda. Relief bentuk pertama terbentuk lebihdulu dari pada relief orde kedua dan relief orde kedua terbentuk lebih dulu dari pada relief ordeketiga.

1.5 Struktur, Proses dan Stadia 

Struktur, proses dan stadia merupakan faktor-faktor penting dalam pembahasan geomorfologi.Pembahasan sesuatu daerah tidaklah lengkap kalau salah satu diantaranya tidak dikemukakan(diabaikan). Pada pembahasan terdahulu, telah dikemukakan ketiga faktor tersebut dikenalsebagai prinsip-prinsip dasar geomorfologi, sedangkan pada bahagian ini akan lebih diperjelas

lagi, bagaimana arti dan kedudukan ketiga faktor tersebut dalam studi geomorfologi.

1.5.1 Struktur

Untuk mempelajari bentuk bentangalam suatu daerah, maka hal yang pertama harus diketahuiadalah struktur geologi dari daerah tersebut. Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa strukturgeologi adalah faktor penting dalam evolusi bentangalam dan struktur itu tercerminkan padamuka bumi, maka jelas bahwa bentangalam suatu daerah itu dikontrol/dikendalikan olehstruktur geologinya. Selain daripada struktur geologi, adalah sifat-sifat batuan, yaitu antara lainapakah pada batuan terdapat rekahan-rekahan (kekar), ada tidaknya bidang lapisan, patahan,kegemburan, sifat porositas dan permiabilitas batuan satu dengan yang lainnya.

Menurut Thornburry, bahwa pengertian struktur dalam geomorfologi mempunyai pengertianyang lebih luas lagi, sedangkan Lobeck membedakan antara “Struktur Geologi” dan “Struktur

Page 10: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 10/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 7

Bentangalam”. Beberapa istilah struktur geologi : struktur horisontal, struktur dome, strukturpatahan, struktur lipatan, struktur gunungapi; Beberapa istilah struktur bentangalam: dataranatau plateau, bukit kubah, pegunungan patahan, pegunungan lipatan, pegunungan komplek .Karena struktur bentangalam ditentukan oleh struktur geologinya, dimana struktur geologiterjadi oleh gaya endogen, maka struktur bentangalam dapat diartikan sebagai bentukbentangalam yang terjadi akibat gaya endogen.

1.5.2 Proses

Banyak para ahli, seperti Worcester, Lobeck, dan Dury berbeda dalam menafsirkan tentangpengertian proses geomorfologi, mereka beranggapan bahwa yang dimaksud dengan prosesdisini adalah proses yang berasal dari dalam dan luar bumi (proses endogenik dan proseseksogenik), ada pula yang beranggapan proses disini adalah energi yang berasal dari luar bumi(gaya eksogen) saja. Adapun pengertian proses disini adalah energi yang bekerja dipermukaan bumi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) dan bukan yang berasal daridalam bumi (gaya endogen).

Pengertian “Geomorphic Processes” semata-mata dijiwai oleh energi / proses yang berasal dariluar bumi, dengan alasan adalah:

1. Energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) lebih cenderung sebagai faktoryang membangun, seperti pembentukan dataran, plateau, pegunungan kubah,pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan gunungapi.

2. Energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) lebih cenderung merubah bentukatau struktur bentangalam.

Gaya merusak inilah yang menyebabkan adanya tahapan stadia atau “stages” pada setiap jenisbentangalam. Stadia atau stage tidak disebabkan oleh gaya endogen seperti diastrophismeatau vulcanisme. Tak dapat disangkal, bahwa memang kedua gaya (endogen dan eksogen),

yang disebut juga sebagai proses endogenik dan proses eksogenik mempunyai pengaruh yangdominan dalam pembentukan suatu bentangalam yang spesifik diatas muka bumi ini, olehkarena itu maka sejarah genetika bentangalam dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

1. Bentangalam kontruksional, yaitu semua bentangalam yang terbentuk akibat gayaendogen (gaya eksogen belum bekerja disini, jadi masih berada pada tingkat initial).

2. Bentangalam destruksional,  yaitu semua bentangalam yang terbentuk akibat gayaeksogen terhadap bentangalam yang dihasilkan oleh gaya endogen, melalui prosespelapukan, erosi, abrasi, dan sedimentasi.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan prose disini adalah semuagaya yang berdampak terhadap penghancuran (perombakan) bentuk bentangalam yang terjadi

akibat gaya endogen sehingga memungkinkan bentangalam mengalami stadia Muda, Dewasa,dan Tua. Proses perombakan bentangalam terjadi melalui sungai (proses fluvial), gletser,gelombang, dan angin. Keempatnya disebut juga sebagai agen yang dinamis (mobileagents/geomorphic agent) karena mereka dapat mengikis dan mengangkut material-material dibumi dan kemudian mengendapkannya pada tempat-tempat tertentu.

1.5.3 Stadia

Stadia/tingkatan bentangalam (jentera geomorfik) dinyatakan untuk mengetahui seberapa jauhtingkat kerusakan yang telah terjadi dan dalam tahapan/stadia apa kondisi bentangalam saatini. Untuk menyatakan tingkatan (jentera geomorfik) digunakan istilah: (1) Muda, (2) Dewasa

dan (3) Tua. Tiap-tiap tingkatan dalam geomorfologi itu ditandai oleh sifat-sifat tertentu yangspesifik, bukan ditentukan oleh umur bentangalam.

Page 11: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 11/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 8

1.6 Klasifikasi Bentangalam

Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus Geomorfik(Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah Geomorphic cycle. Siklusdapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus

menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklusgeomorfologi dapat diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus.Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telahmelalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua (gambar 1.1).

Gambar 1.1 Satu siklus geomorfologi : Muda, Dewasa, dan Tua

Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan (rejuvenation) atas suatubentangalam. Dengan kembali ke stadia muda, maka berarti bahwa siklus geomorfologi yangkedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklusyang mendahului dari satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yangsama dengan siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanyakemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the first cycle oferosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu plateauyang mencapai tingkat dewasa pada siklus yang kedua, maka disebut sebagai “maturely

dissected plateau in the second cycle of erosion”.

Page 12: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 12/150

Bab 1 Pendahuluan Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 9

 Tabel 5.1 Klasifikasi Bentangalam (Lobeck, 1939)

KLASIFIKASI BENTANGALAM

I . BENTANGALAM KONTRUKSIONAL

STRUKTUR PROSES STADIA

G E O L O G I BENTANGALAM  GAYA PENGHANCUR MUDA  DEWASA  TUA 

HorisontalDataran

Relief RendahDataranMuda

DataranDewasa

DataranTua

Seder-hana Horisontal

PlateauRelief Tinggi

PlateauMuda

PlateauDewasa

PlateauTua

Kubah(Dome)

PegununganKubah

PegununganKubah

PegununganKubah

PegununganKubah

PatahanPegunungan

Patahan

Pegunungan

PatahanMuda

Pegunungan

PatahanDewasa

Pegunungan

PatahanTua

LipatanPegunungan

Lipatan

Pegunungan

LipatanMuda

Pegunungan

LipatanDewasa

Pegunungan

LipatanTua

KomplekPegunungan

Komplek

Pegunungan

KomplekMuda

Pegunungan

KomplekDewasa

Pegunungan

KomplekTua

Komplek

 Vulkanis Gunungapi

 Ar

us

Sung

ai

G

letse

r

Ge

lomb

ang

 An

gin

GunungapiMuda

GunungapiDewasa

GunungapiTua

II BENTANGALAM DESTRUKSIONAL

GAYA TIPE EROSI 

RESIDU 

PENGENDAPAN 

PelapukanLubang (Holes)Paritan ( Pits)

Pengelupasan Kubah(Exfolation Domes)

Kerucut Talus (Talus Cones)Longsoran (Lands Lides)

 Arus SungaiLembah (Valleys)

Canyen (Canyons)

Batas Pemisah Pegunungan

(Mountains Divides)

Deltas

 Alluvial Fans; Flood Plains

GletserCirques

Glacical TroughsPatterhorn Peaks

 Ar eteNoraines Drumnlins Eskers

GelombangSea Caves

CleftsPaparan (Platforms)Cliffed Mead Lands

Gosong Pantai(Bars Beaches)

 Angin Lubang (Blow Holes) Rock Pedastals Dunes Loss

Organisme Lubang-lubang (Burrows)Terumbu Karang (Coral reefs)

Sarang semut (Ant hills)

Page 13: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 13/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 10

22 Proses Proses Geomorfologi 

2.1 Pelapukan

Pelapukan adalah proses desintegrasi atau disagregasi secara berangsur dari materialpenyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim,

temperatur dan komposisi kimia dari mineral-mineral penyusun batuan. Pelapukan dapatmelibatkan proses mekanis (pelapukan mekanis), aktivitas kimiawi (pelapukan kimia), danaktivitas organisme (termasuk manusia) yang dikenal dengan pelapukan organis. Dalamgeomorfologi, denudasi adalah istilah yang dipakai untuk mengindikasikan lepasnya material-material melalui proses erosi dan pelapukan yang berakibat pada berkurangnya ketinggian(elevasi) dan relief dari bentuk lahan dan bentuk bentangalam. Proses eksogenik (kerja air, es,dan angin) merupakan faktor yang mendominasi proses denudasi. Denudasi dapatmengakibatkan lepasnya partikel-partikel yang berbentuk padat maupun material yang berupalarutan. Secara geomorfologi, pelapukan mekanis maupun kimiawi terjadi dalam hubungannyadengan pembentukan bentangalam.

Terdapat 3 (tiga) jenis pelapukan yang kita kenal, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi,dan pelapukan biologis.

a. Pelapukan mekanis adalah semua mekanisme yang dapat mengakibatkan terjadinya prosespelapukan sehingga suatu batuan dapat hancur menjadi beberapa bagian yang lebih kecilatau partikel-partikel yang lebih halus. Mekanisme dari proses pelapukan mekanis antaralain adalah abrasi, kristalisasi es (pembekuan air) dalam batuan, perubahan panas secaracepat (thermal fracture), proses hidrasi, dan eksfoliasi/pengelupasan yang disebabkanpelepasan tekanan pada batuan karena perubahan tekanan.

b. Pelapukan kimiawi (dikenal juga sebagai proses dekomposisi atau proses peluruhan) adalahterurai/pecahnya batuan melalui mekanisme kimiawi, seperti karbonisasi, hidrasi, hidrolisis,

oksidasi dan pertukaran ion-ion dalam larutan. Pelapukan kimiawi merubah komposisimineral mineral dalam batuan menjadi mineral permukaan seperti mineral lempung.Mineral-mineral yang tidak stabil yang terdapat dalam batuan akan dengan mudahmengalami pelapukan apabila berada dipermukaan bumi, seperti basalt dan peridotit. Airmerupakan agen yang sangat penting dalam terhadinya proses pelapukan kimia, sepertipengelupasan cangkang (speriodal weathering) pada batuan. 

c. Pelapukan organis dikenal juga sebagai pelapukan biologis dan merupakan istilah yangumum dipakai untuk menjelaskan proses pelapukan biologis yang terjadi padapenghancuran batuan, termasuk proses penetrasi akar tumbuhan kedalam batuan danaktivitas organisme dalam membuat lubang-lubang pada batuan (bioturbation), termasukdidalamnya aksi dari berbagai jenis asam yang ada dalam mineral melalui proses leaching.

Pada hakekatnya pelapukan organis merupakan perpaduan antara proses pelapukanmekanis dan pelapukan kimiawi.

Page 14: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 14/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 11

 

Pelapukan Mekanis Pelapukan Kimiawi

Pelapukan Organis Pengelupasan (Exfoliation)

Gambar 2.1  Berbagai jenis pelapukan batuan

Hasil akhir dari ke-tiga jenis pelapukan batuan tersebut diatas dikenal sebagai soil (tanah).Oleh karena tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan maka berbagai jenis tanah, seperti Andosol, Latosol atau Laterit tergantung pada jenis batuan asalnya.

Proses pelapukan, baik secara mekanis yang disebabkan antara lain oleh perubahantemperatur panas , dingin, angin, hujan, es, pembekuan pada batuan menyebabkan batuaninduk mengalami disintegrasi (perombakan) menjadi bagian yang lebih kecil, sedangkan proseskimiawi yang disebabkan oleh larutan asam, kelembaban merubah mineral-mineral menjadiion-ion, oksidasi besi dan alumina, mineral silika akan menghasilkan lapisan lapisan lempung.

Tabel 2.1 Produk Pelapukan Mineral Pembentuk Batuan

Mineral Asal Dalam PengaruhCO2 dan H2O

Hasil Utama( Padat )

Hasil Lainnya(Larutan)

Feldspar Mineral lempung Ion (Na+, Ca++, K +), SO2 

Mineral Fero-magnesium(termasuk biotit dan mika)

Mineral lempung Ion (Na+, Ca++, K +, Mg++)SO2, Fe oksida

Muscovit Mineral lempung Ion-ion (K +), SO2 

Kuarsa Butiran pasir

Kalsit - Ion-ion (Ca++, HCO3)

Page 15: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 15/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 12

2.2. Erosi.

Erosi adalah istilah umum yang dipakai untuk proses penghancuran batuan (pelapukan) danproses pengangkutan hasil penghancuran batuan. Proses erosi fisika disebut sebagai prosescorration (erosi mekanis) sedangkan proses erosi kimia disebut dengan corrosion. Agen dari

proses erosi adalah gaya gravitasi, air, es, dan angin. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, erosidapat dibagi menjadi 5 (lima) yaitu:

2.2.1. Erosi alur (Riil erosion) 

Erosi alur adalah proses pengikisan yang terjadi pada permukaan tanah (terain) yangdisebabkan oleh hasil kerja air berbentuk alur-alur dengan ukuran berkisar antara beberapamilimeter hingga beberapa centimeter. Pada dasarnya erosi alur merupakan tahap awal darihasil erosi air yang mengikis permukaan tanah (terrain) membentuk alur-alur sebagai tempatmengalirnya air. Pada perkembangannya erosi alur akan berkembang menjadi erosi ravine.

Erosi alur(Riil Erosion) Erosi alur (Riil Erosion)

Gambar 2.2 Erosi Alur yang berupa alur-alur kecil dengan lebar alurberkisar beberap centimeter dan terbentuk akibat erosi air.

2.2.2 Erosi Berlembar (Sheet Erosion)

Erosi berlembar adalah proses pengikisan air yang terjadi pada permukaan tanah yang searahdengan bidang permukaan tanah, biasanya terjadi pada lereng-lereng bukit yang vegetasinya jarang atau gundul.

Erosi lembar Erosi lembar

Gambar 2.3 Erosi Berlembar yang berupa alur-alur yang terbentukakibat erosi air, lebar alur berkisar beberapa cm .

Page 16: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 16/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 13

2.2.3. Erosi drainase (ravine erosion) 

Erosi drainase adalah proses pengikisan yang disebabkan oleh kerja air pada permukaan tanah(terrain) yang membentuk saluran-saluran dengan lembah-lembah salurannya berukuranantara beberapa centimeter hinggga satu meter.

Erosi drainase Erosi drainase

Gambar 2.4 Erosi drainase yang berupa alur-alur hasil erosi air denganlebar alur berkisar beberap centimeter hingga 1 meter.

2.2.4. Erosi saluran (gully erosion) 

Erosi saluran  adalah erosi yang disebabkan oleh hasil kerja air pada permukaan tanahmembentuk saluran-saluran dengan ukuran lebar lembahnya lebih besar 1 (satu) meter hinggabeberapa meter.

Erosi saluran Erosi saluran

Gambar 2.5 Erosi Saluran yang berupa alur-alur dengan lebar alur

berkisar 1 meter hingga 10 meter.

2.2.5 Erosi lembah (valley erosion) 

Erosi lembah  adalah proses dari kerja air pada permukaan tanah (terrain) yang berbentuk

saluran-saluran dengan ukuran lebarnya diatas sepuluh meter.

Page 17: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 17/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 14

 

Erosi lembah Erosi lembah

Gambar 2.6 Erosi lembah yang berupa alur-alur yang telah membentuk lembah

dengan lebar lembah diatas 10 meter.

2.3 Mass Wasting

Mass wasting pada dasarnya adalah gerakan batuan, regolith, dan tanah kearah kaki lerengsebagai akibat dari pengaruh gaya berat (gravity) melalui proses rayapan (creep), luncuran(slides), aliran (flows), rebah (topples), dan jatuhan (falls). Mass wasting umumnya terjadi didaratan maupun di lautan terutama di lereng benua. Longsoran merupakan satu contoh yangspektakuler dari mass wasting.

Hasil pelapukan batuan yang berada di puncak puncak bukit akan tertransport sebagai debris

ke arah kaki bukit, sedangkan air sungai bertindak sebagai ban berjalan yang membawamaterial hasil pelapukan menjauh dari sumbernya. Walaupun sepanjang perjalanannya,material hasil pelapukan batuan yang dibawa oleh air sungai kadang-kadang berhenti untuksementara waktu, namun pada akhirnya material tersebut akan diendapkan di tempat terakhir,yaitu di laut.

Mass wasting tipe slumping Mass wasting tipe jatuhan

Gambar 2.7 Jenis mass wasting tipe nendatan/slumping (kiri) dan tipe jatuhan

(kanan).

Page 18: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 18/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 15

2.4 Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditranport oleh media air, angin,es/gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dariproses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan Sand Dunes

yang terdapat di gurun-gurun dan di tepi pantai adalah hasil dari pengendapan material-material yang diangkut oleh angin.

Hasil sedimentasi pada aliran sungai Hasil sedimentasi pantai

Hasil sedimentasi sungai (Point Bar) Hasil sedimentasi sungai (Gosong Pasir)

Gambar 2.8 Proses sedimentasi yang terjadi di sungai (kiri) dan di pantai (kanan).

Bentangalam yang ada saat ini adalah hasil dari proses proses geologi yang terjadi di masalampau. Pada saat ini proses proses geologi (endogenik dan eksogenik) tetap berlangsung dansecara berlahan dan pasti akan merubah bentuk bentang alam yang ada saat ini. Proses proseseksogen yang terjadi di permukaan bumi dapat dikelompokkan berdasarkan agen/media yang

mempengaruhinya, yaitu air, angin, gletser dan iklim

2.5 Agen Geomorfologi

Proses proses utama yang bertanggungjawab yang terjadi di permukaan bumi untukkebanyakan bentuk-bentuk permukaan bumi adalah angin, gelombang, pelapukan, masswasting, air bawah tanah, air permukaan, gletser, tektonik dan volkanisme.

 Apabila air jatuh keatas permukaan bumi, maka beberapa kemungkinan dapat terjadi. Air akanterkumpul sebagai tumpukan salju didaerah-daerah puncak pegunungan yang tinggi atausebagai gletser. Ada pula yang terkumpul didanau-danau. Yang jatuh menimpa tumbuh-

tumbuhan dan tanah, akan menguap kembali kedalam atmosfir atau diserap oleh tanah melaluiakar-akar tanaman, atau mengalir melalui sistim sungai atau aliran bawah tanah.

Page 19: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 19/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 16

 

2.5.1 Proses Sungai (Fluvial Process)

Sungai dan cabang-cabang sungai tidak saja hanya mengangkut air, tetapi juga sedimen. Airyang mengalir di saluran disepanjang saluran sungai, mampu memobilisasi sedimen danmengangkutnya kebagian hilir, baik yang berbentuk bed load (partikel berukura kasar),suspended load (partikel berukuran halus) atau dissolved load (partikel yang larut dalam air).Kecepatan pengangkutan sedimen sangat tergantung ketersediaan sedimen itu sendiri sertamaterial sedimen yang masuk kedalam sungai.

Sebagaimana aliran sungai yang mengalir pada berbagai tipe bentangalam, dan umumnyameningkat dalam ukurannya sebagai akibat dari bersatunya anak-anak sungai ke sungaiinduknya. Jaringan sungai ini kemudian membentuk suatu sistem aliran yang sering disebutdengan dendritik, atau mengadopsi dengan pola lainnya tergantung pada topografi regionaldan kondisi geologi yang mendasarinya.

Diatas permukaan Bumi, air akan mengalir melalui jaringan pola aliran sungai menuju bagian-

bagian yang rendah. Setiap pola aliran mempunyai daerah pengumpulan air yang dikenalsebagai “daerah aliran sungai” atau disingkat sebagai DAS atau “drainage basin” . Setiap DASdibatasi dari DAS disebelahnya oleh suatu tinggian topografi yang dinamakan pemisah aliran(drainage divide). Dengan digerakkan oleh gayaberat, air hujan yang jatuh dimulai dari daerahpemisah aliran akan mengalir melalui lereng sebagai lapisan lebar berupa air-bebas denganketebalan hanya beberapa Cm saja yang membentuk alur-alur kecil. Dari sini air akanbergabung dengan sungai baik melalui permukaan atau sistim air bawah permukaan.

Dalam perjalanannya melalui cabang-cabangnya menuju ke sungai utama dan kemudianbermuara di laut, air yang mengalir dipermukaan melakukan kegiatan-kegiatan mengikis,mengangkut dan mengendapkan bahan-bahan yang dibawanya. Meskipun sungai-sungai yangada dimuka bumi ini hanya mengangkut kira-kira 1/1000.000 dari jumlah air yang ada di Bumi,

namun ia merupakan “gaya geologi” yang sangat ampuh yang menyebabkan perubahan padapermukaan bumi. Hasil utama yang sangat menonjol yang dapat diamati adalah terbentuknyalembah-lembah yang dalam yang sangat menakjubkan diatas muka bumi ini.

a. Pengikisan sungai

Cara sungai mengikis dan menoreh lembahnya adalah dengan cara (1) abrasi, (2)merenggut dan mengangkat bahan-bahan yang lepas, (3) dengan pelarutan. Cara yangpertama atau abrasi merupakan kerja pengikisan oleh air yang paling menonjol yangdilakukannya dengan menggunakan bahan-bahan yang diangkutnya, seperti pasir, kerikildan kerakal.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan “hydrolic lifting”, yang terjadi sebagai akibattekanan oleh air, khususnya pada arus turbelensi. Batuan yang sudah retak-retak ataumenjadi lunak karena proses pelapukan, akan direnggut oleh air. Dalam keadaan tertentuair dapat ditekan dan masuk kedalam rekahan-rekahan batuan dengan kekuatan yangdahsyat yang mempunyai kemampuan yang dahsyat untuk menghancurkan batuan yangmembentuk saluran atau lembah. Air juga dapat menoreh lembahnya melalui prosespelarutan, terutama apabila sungai itu mengalir melalui batuan yang mudah larut sepertibatukapur.

b. Pengangkutan oleh sungai

Sungai juga ternyata merupakan media yang mampu mengangkut sejumlah besar bahanyang terbentuk sebagai akibat proses pelapukan batuan. Banyaknya bahan yang diangkutditentukan oleh faktor iklim dan tatanan geologi dari suatu wilayah. Meskipun bahan-bahan

Page 20: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 20/150

Bab 2 Proses Proses Geomorfologi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari noor 17

yang diangkut oleh sungai berasal antara lain dari hasil penorehan yang dilakukan sungaiitu sendiri, tetapi ternyata yang jumlahnya paling besar adalah yang berasal dari hasilproses pelapukan batuan. Proses pelapukan ternyata menghasilkan sejumlah besar bahanyang siap untuk diangkut baik oleh sungai maupun oleh cara lain seperti gerak tanah, danatau air-tanah.

Bagaimana cara air mengalir mengangkut bahan-bahannya akan diuraikan sebagai berikut:Dengan cara melarutkan. Jadi dalam hal ini air pengangkut berfungsi sebagai media larutan.Dengan suspensi, atau dalam keadaan bahan-bahan itu terapung didalam air. Kebanyakansungai-sungai (meskipun tidak semuanya) mengangkut sebahagian besar bebannya melaluicara ini, terutama sekali bahan-bahan berukuran pasir dan lempung. Tetapi pada saatbanjir, bahan-bahan berukuran yang lebih besar dari itu juga dapat diangkut dengan carademikian. Dengan cara didorong melalui dasar sungai (bed load). Agak berbeda dengancara sebelumnya, cara ini berlangsung kadang-kadang saja, yaitu pada saat kekuatanairnya cukup besar untuk menggerakkan bahan-bahan yang terdapat di dasar sungai.

2.5.2 Proses Angin (Aeolian Process)

Proses Aeolian adalah proses yang disebakan oleh aktivitas angin khususnya kemampuan angindalam merubah bentuk permukaan bumi. Angin dapat mengikis/mengerosi, mentranport, danmengendapkan material-material, terutama sangat efektif di daerah yang vegetasinya jarangdan sebagai pemasok material sedimen yang tak terkonsolidasi. Walaupun air lebih dominandibandingkan angin, namun proses aeolian sangat penting terutama pada lingkungan aridseperti diwilayah gurun.

2.5.3 Mass Wasting Process (Hillslope)

Tanah, regolith dan batuan dapat berpindah ke kaki lereng oleh gaya gravitasi dengan cararayapan, aliran, rebahan, atau jatuhan. Mass wasting terjadi terutama di daratan maupun di

lereng lereng yang berada pada bawah laut.

2.5.4 Proses Glasial (Glacial Process)

Secara geografis, penyebaran proses glasial terjadi di tempat tempat tertentu dan sebarannyaterbatas. Proses glasial diketahui sebagai agen yang sangat efekti dalam perubahanbentangalam. Pergerakan es yang bersifat berlahan ke arah lsuatu lembah dapat menyebabkanabrasi dan gerusan pada batuan yang dilewatinya.

Proses abrasi akan menghasilkan sedimen sedimen yang halus. material rombakan akandiangkut/dipindahkan oleh proses glasial dan ketika proses glasial terhenti, maka material yangdiendapkan dikenal sebagai Moraine. Faktor yang menentukan lembah yang berbentuk “U”,sebaliknya lembah yang berbentuk “V” lebih disebabkan oleh proses fluvial.

Page 21: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 21/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

33 Tanah dan Genesa Tanah

3.1 Definisi dan Pengertian

Pada dasarnya tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer  (batuan yang

membentuk kerak bumi) and atmosfir. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman danmendukung hewan dan manusia. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuantanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan.

Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuktanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon.Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologiyang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Secara umum, komposisi material tanah berbedasama sekali dengan material induknya, terutama perberbedaan dalam sifat saift fisik, kimia,mineralogi dan morfologinya.

Hampir semua tanah mempunyai densitas berkisar antara 1 dan 2 g/cm³. Tanah juga

diketahui sebagai bumi, karena merupakan nama dari planit bumi kita. Hanya sedikit tanahyang terdapat dimuka bumi yang berumur lebih tua dari Tersier, dan kebanyakan tanah tidaklebih tua dari Pleistosen.

3.2 Faktor-faktor Pembentuk Tanah.

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis  yang bekerja di  Amerika Serikat,dalam bukunya Factors of Soil Formation   (1941) mengajukan konsep pembentukan tanahsebagai:

S = f (p, cl, o, r, t).

S adalah Soil (Tanah), p = parent material (bahan induk atau batuan), cl = climate (iklim), o= organism, r = relief (topografi), t = time (waktu).

Tanah tersusun dari partikel partikel hasil rombakan batuan secara kimiawi termasuk dalamhal ini proses erosi dan pelapukan. Komposisi tanah berbeda dengan komposisi batuaninduknya dan hal ini disebabkan karena adanya interaksi antar litosfir, hidrosfir, atmosfir danbiosfir. Tanah tersusun dari campuran mineral-mineral dan bahan organik baik yangberbentuk padat, cair maupun gas. Partikel-pertikel tanah bersifat lepas, membentuk suatustruktur tanah dengan ruang pori yang berisi larutan tanah yang berbentuk cair dan gas(udara).

Pembentukan tanah pada dasarnya merupakan dampak dari kombinasi proses fisika, kimia,biologi dan antropogenik dari batuan induknya. Genesa tanah melibatkan proses-proses

Copyright@2010 by Djauhari noor 18

Page 22: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 22/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

pembentukan lapisan-lapisan atau horison-horison yang dapat diamati pada suatu profiltanah. Proses proses ini melibatkan penambahan, penghilangan, transformasi dan tranlokasidari meterial yang menyusun tanah. Mineral berasal dari hasil pelapukan batuan yangmengalami perubahan membentuk mineral-mineral sekunder dan komponen lainnya yangterlarut didalam air, komponen komponen tersebut kemudian berpindah dari satu tempatketempat lainnya melalui aktivitas air ataupun aktivitas binatang. Perubahan dan perpindahanmaterial yang terdapat didalam tanah yang menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan tanahyang jelas.

Pelapukan batuan dasar akan menghasilkan material induk dimana soil terbentuk. Sebagaicontoh pembentukan tanah yang berasal dari batuan lava di daerah yang beriklim tropisdengan curah hujan cukup tinggi. Pada iklim yang demikian, tumbuh-tumbuhan akan tumbuhdengan cepat, terutama pada batuan lava basaltis, namun demikian sedikit sekali materialorganik yang dijumpai. Tumbuh-tumbuhan ditunjang oleh batuan yang porous yang terisioleh nutrisi yang terbawa oleh air, seperti larutan mineral dan guano. Perkembangan akar-akar tumbuhan yang bercampur dengan jamur mycorrhizal secara berangsur dan perlahandapat mengakibatkan terbelahnya batuan lava yang porous dan pada akhirnya akan terjadi

akumulasi dari material organik.

Pedologi adalah cabang ilmu tanah  yang mempelajari sifat dan ciri tanah serta prosespembentukan tanah. Pedologi berasal dari bahasa Rusia  pedologiya , yang dalam bahasa Yunani  pedon   = tanah. Dalam pedologi dipelajari genesa tanah, morfologi tanah, danklasifikasi tanah.

3.2.1 Batuan Induk (Parent Material)

Material penyusun tanah dapat berasal dari hasil pelapukan batuan induknya atau materialyang berasal dari hasil transportasi dari tempat lain, seperti colluvium dan alluvium. Endapanyang sudah ada dapat tercampur dengan berbagai cara, yaitu tercampur dengan tanah yanglebih tua, bahan organik termasuk gambut atau humus dan material antropogenik sepertitanah uruk atau limbah tambang. Beberapa tanah terbentuk secara langsung dari hasilrombakan batuan yang ada dibawahnya. Tanah semacam ini disebut sebagai tanah residudan tanah residu memiliki komposisi kimia yang sama dengan batuan induknya.

Kebanyakan tanah berasal dari material hasil transportasi dari tempat lain melalui mediaangin, angin dan gaya gravitasi. Tanah Loess adalah tanah yang ditransport melalui mediaangin, banyak dijumpai di Amerika Bagian Tengah dan Asia Tengah. Glacial Till adalahkomponen tanah yang banyak dijumpai di belahan bumi bagian utara dan selatan yangberasal dari pegunungan yang sangat luas. Till adalah material hasil dari perpindahan es didaratan, dimana proses perpindahan es ini dapat merombak batuan-batuan yang besar

menjadi kepingan kepingan yang berukuran sangat kecil serta mampu memilah kepingan-kepingan batuan dalam ukuran yang berbeda beda. Apabila es ini mencair, maka airnya dapatmemindahkan material hasil rombakan dan mengendapkannya ditempat tempat tertentudengan jarak yang bervariasi dari tempat asalnya.

Pelapukan merupakan tahap awal dalam mentransformasi bahan induk kedalam bahantanah. Dalam pembentukan tanah yang berasal dari batuan induk, lapisan yang tebal darimaterial pelapukan disebut sebagai saprolite. Saprolite merupakan hasil dari prosespelapukan termasuk didalamnya proses hidrolisis (penggantian kation-kation pada mineraldengan ion-ion hidrogen), proses hidrasi (penyerapan air oleh mineral-mineral), pelarutanmineral-mineral oleh air, dan proses fisika, seperti pembekuan, penguapan dan pengeringan.Komposisi mineral dan kimia batuan induk ditambah dengan sifat fisiknya seperti ukuran

butir, tingkat kepadatan batuan, kecepatan dan jenis pelapukan merupakan faktor-faktordalam proses transformasi dari batuan induk kedalam material tanah.

Copyright@2010 by Djauhari noor 19

Page 23: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 23/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

3.2.2 Iklim (Climate)

Pembentukan tanah sangat tergantung pada cuaca / iklim, dan sebagaimana diketahui bahwatanah yang berasal dari iklim yang berbeda akan tercermin dari sifat-sifat tanahnya. Anginmenggerakan pasir dan partikel-partikel lainnya, khususnya di daerah yang beriklim kering

(arid region) dimana di daerah ini biasanya tutupan lahannya/ tanaman jarang dijumpai. Jenisdan jumlah penguapan yang terlibat dalam pembentukan tanah yaitu melalui perpindahanion-ion dan partikel-partikel didalam tanah, penambahan pada perkembangan profil tanahyang berbeda beda. Perubahan musim dan fluktuasi temperatur harian berakibat padaefektivitas dari air dalam proses pelapukan batuan induk dan berdampak pada dinamikatanah. Siklus perubahan cuaca yang ekstrim merupakan proses yang efektif untuk memecahbatuan dan material yang terkonsolidasi. Temperatur dan Kecepatan peguapan berpengaruhpada aktivitas organnisme, kecepatan reaksi kimia dan jenis tutupan lahan.

3.2.3 Organisme (Biological factors)

Tumbuh tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dan manusia merupakan faktor yang

berpengaruh pada pembentukan tanah. Binatang dan mikro-organisme bercampur di dalamtanah membentuk lubang-lubang (burrow) dan pori-pori yang memungkinkan tanah menjadilembab dan gas/udara dapat masuk kedalam tanah hingga kelapisan yang terdalam. Dengancara yang sama, akar tanaman membuka saluran-saluran di dalam tanah, terutama tanamantanaman berakar tunggal yang dapat menembus hingga beberapa meter, menembus lapisan-lapisan tanah yang berbeda beda untuk membawa makanan kedalam lapisan-lapisan tanahyang paling dalam. Tanaman-tanaman yang berakar serabut yang tersebar dekat denganpermukaan tanah, berperan dalam terjadinya dekomposisi dan bertambahnya bahan organik.Mikro organisme, termasuk jamur dan bakteri, berperan dalam terjadinya pertukaran secarakimiawi antara akar dan tanah dan bertindak sebagai penyedia makanan. Peran manusiadalam pembentukan tanah adalah dalam hal merubah tutupan lahan; perubahan lahan dapatberakibat terjadinya erosi dan dapat juga terjadinya pencapuran lapisan laisan tanah yangberbeda-beda, serta mulainya proses pembentukan tanah.

Dampak tanaman terhadap tanah dapat terjadi dengan berbagai cara. Tanaman dapatmencegah erosi dari guyuran air hujan atau air permukaan. Tanaman juga menjagakelembaban tanah terhadap penguapan yang menjadi lambat dan tanah tetap dingin, ataudapat menyebabkan tanah menjadi kering karena proses transpirasi. Tanaman dapatberperan secara kimiawi melaui proses merombak atau membangun partikel-partikel tanah.Tanaman sangat tergantung pada iklim, bentuk topografi lahan dan faktor faktor biologinya.Sifat-sifat tanah seperti densitas tanah, kedalaman, pH, suhu/temperatur dan kelembabanberdampak pada tipe-tipe tanaman yang dapat tumbuh dan berkembang disuatu tempat.Tanaman tanaman yang mati maka rangting dan daunnya akan jatuh ke permukaan tanah

yang kemudian akan mengalami dekomposisi. Organisme yang masuk kemudian akanbercampur dengan bahan organik di lapisan tanah bagian atas; komponen-komponen organikmenjadi bagian dari proses pembentukan tanah, terutama bentuk dan tipe dari tanah yangterbentuk.

3.2.4 Topografi (Relief)

Topografi / relief permukaan bumi juga menjadi pengontrol dalam proses pembentukantanah. Pada topografi yang curam, rombakan batuan yang terdapat dipuncak puncak bukitdapat dipindahkan ke kaki bukit melalui lereng akibat gaya gravitasi. Demikian pula denganlapisan-lapisan tanah yang terdapat di puncak puncak bukit dapat tererosi dan ter-tranport kebagian kaki bukit dan atau terbawa oleh air permukaan (surface runoff) yang kemudian

akhirnya masuk kedalam saluran saluran sungai terangkut oleh aliran air dan pada akhirnya

Copyright@2010 by Djauhari noor 20

Page 24: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 24/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

diendapkan di suatu tempat yang jauh dari sumbernya. Tanah coluvial dan tanah aluvialadalah contoh-contoh tanah hasil proses seperti yang dijelaskan diatas.

3.2.5 Waktu (Time)

Waktu juga menjadi salah satu faktor pada proses pembentukan tanah serta dalam terjadinyainteraksi antara faktor faktor pada perkembangan tanah. Seiring dengan berjalannya waktu,pembentukan tanah merupakan fungsi dari waktu serta bagaimana faktor-faktor berinteraksisatu dengan lainnya. Pada dasarnya tanah selalu berubah, sebagai contoh, material yangdiendapkan oleh banjir tidak serta merta memperlihatkan perkembangan tanah, hal inidikarenakan dibutuhkan waktu yang cukup untuk terjadinya proses pembentukan tanah. Saatsuatu permukaan tanah tertutup maka proses pembentukan tanah dimulai, diperlukan waktuyang cukup lama untuk terjadinya perubahan serta keterlibatan faktor-faktor lainya sampaiterbentuknya lapisan tanah. Tanah dapat stabil dalam jangka waktu yang cukup lama dansiklus hidup tanah berakhir ketika kondisi tanah dalam keadaan yang rawan terhadap erosi.

Faktor-faktor pembentukan tanah terus berlanjut sampai berdampak pada keberadaan tanah

itu sendiri, meskipun pada bentangalam yang stabil atau hingga ribuan tahun. Material yangdiendapkan dibagian atas dan material yang tertiup atau terkikis dari permukaannya. Sebagaitambahan, perpindahan dan perubahan, tanah selalu menjadi subyek pada kondisi yang baru,meskipun perubahan tersebut berjalan secara lambat atau cepat sangat tergantung padaiklim, posisi morfologinya, dan aktivitas organisme.

3.3 Karakteristik Tanah

 Yang memberi kesan pertama kali ketika seseorang melihat tanah adalah warna tanah.Warna dan pola keragaman tanah akan selalu menjadi sesuatu yang dapat memberi ingatankepada kita. Sungai Merah (Red River) yang berada dalam watershed sungai Missisippi di

 Amerika mengangkut material sedimen hasil erosi dari tanah merah yang berasal dariOklahoma. Sungai Kuning (Yellow River) di Cina mengangkut material sedimen yangberwarna kuning yang berasal dari hasil erosi tanah Loess.

Warna tanah  terutama ditentukan oleh kandungan mineralogi tanah. Kebanyakan dariwarna tanah disebabkan oleh dari kehadiran berbagai jenis mineral yang mengandung unsurbesi (Fe). Perkembangan dan penyebaran warna dalam profil tanah ditentukan oleh hasilpelapukan kimiawi dan organis, terutama reaksi reduksi-oksidasi. Sebagai mineral mineralutama yang berasal dari batuan induk tanah, kombinasi unsur-unsur kedalam komponen yangbaru. Mineral sekunder yang berasal dari unsur besi yang berwarna kuning atau merah,bahan organik yang berasal dari hasil dekomposisi akan memberi warna coklat dan hitam,sedangkan unsur-unsur Mangan (Mn), Sulfur (S), dan nitrogen (N) dapat membentukendapan mineral berwarna hitam. Unsur-unsur tersebut dikenal sebagai penyumbangberbagai pola warna pada tanah selama proses pembentukan tanah. Kondisi lingkungan yangbersifat Aerobik akan menghasilkan perubahan warna yang seragam atau secara berangsur(gradual), sedangkan lingkungan reduksi akan menghasilkan warna yang bersifat beragam,seperti pola warna yang komplek, pola yang bersifat “mottled” dan warna tanah yang berpolabercak bercak yang disebabkan oleh konsentrasi warna.

Struktur Tanah  adalah susunan dari partikel-partikel tanah kedalam agregat-agregat.Susunan dari partikel-partikel tanah kemungkinan mempunyai bentuk yang bervariasi, ukurandan tingkat perkembangan atau ekspresi tanah. Struktur tanah berdampak pada penguapan,perpindahan air, resistensi terhadap erosi dan tempat akar tanaman tumbuh dan

berkembang. Pada dasarnya struktur tanah memberi penjelasan tentang tekstur, kandungan

Copyright@2010 by Djauhari noor 21

Page 25: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 25/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

bahan organik, aktivitas organik, evolusi tanah masa lalu, serta komposisi kimia danmineralalogi dimana tanah terbentuk.

Tekstur Tanah merujuk kepada komposisi pasir, lanau dan lempung. Kandungan/susunantanah akan mencerminkan karakter/tingkahlaku tanah, termasuk dalam hal kapasitasmenyimpan makanan dan air. Pasir dan lanau merupakan hasil pelapukan fisikal, sedangkanlempung hasil pelapukan kimiawi. Lempung mempunyai kemampuan untuk menyimpanmakanan dan air. Tanah lempung lebih tahan terhadap erosi angin dan air dibandingkandengan tanah yang pasiran dan tanah lanauan, hal ini dikarenakan partikel-partikelnya yanglebih saling mengikat satu dengan lainnya. Pada tanah yang bertekstur menengah, lempungseringkali terendapkan dibagian bawah dari profil tanah dan berakumulasi pada bagian sub-soil (gambar 3.1).

3.4 Lapisan Tanah (Soil Horizons)

Penamaan dari lapisan tanah (horison tanah) ditentukan atas dasar jenis material yangterkandung dan penyusun dari lapisan tanah tersebut. Material-material yang terkandungpada lapisan tanah akan mencerminkan dari lamanya proses yang terjadi dalam pembentukantanah. Lapisan tanah ditandai dengan memakai notasi atau simbol huruf atau angka. Adapunuraian dan klasifikasinya ditentukan berdasarkan warna, ukuran butir, tekstur, struktur,konsistensi, banyaknya kandungan akar dalam tanah, pH, pori, batas ciri, serta apakah tanahmengandung nodul atau konkresi. Setiap profil tanah tidak harus memiliki semua lapisan-lapisan yang menutupi bagian bawah, tanah dapat mempunyai beberapa atau banyaklapisan.

Gambar 3.1 Beberapa Jenis dari Tekstur Tanah

Tanaman sering tumbuh pada lapisan tanah yang tersusun dari campuran sisa sisaorganisme, kumpulan dari lapisan organik disebut dengan “horison O”. Secara biologis, koloniorganisme dan rombakan material/bahan organik, menjadikan tersedianya makanan(nutrient) dimana tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang lainnya dapat hidup. Denganberjalannya waktu, suatu lapisan permukaan organik akan membentuk bersama humusmenjadi “horison A”.

Copyright@2010 by Djauhari noor 22

Page 26: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 26/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

Gambar 3.2 Profil Tanah (kiri) dan Contoh Horison Tanah (kanan): GroundSurface (Humus)/ Horison O; Horison A (Zona leaching / top

soil); Horison B (Zona akumulasi / sub-soil) ; Horison C(Pelapukan Batuan Induk)

3.5 Klasifikasi Tanah

Tanah diklasifikasikan menjadi beberapa katagori atas dasar untuk mengetahui hubungan

antara tanah yang berbeda-beda dan untuk menentukan kegunaan suatu tanah. Orang yangpertama kali melakukan klasifikasikan tanah adalah ilmuwan Rusia Dokuchaev sekitar tahun1880. Sistem klasifikasi tanah kemudian mengalami beberapa kali modifikasi oleh parailmuwan Amerika dan Eropa. Pada tahun 1960an, sistem klasifikasi yang berbeda beda mulaimengerucut dan menfokuskan pada morfologi tanah yang dipengaruhi oleh faktor batuaninduk dan faktor pembentuk tanah dan mulailah terjadi beberapa modifikasi. Konforensi duniayang merujuk pada sumberdaya tanah bertujuan untuk menetapkan acuan internasionalberdasarkan klasifikasi tanah.

3.5.1 Orde

Orde adalah katagori tertinggi dari klasifikasi tanah. Tipe-tipe order diakhiri oleh kata sol.Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Amerika, tanah dibagi menjadi 10 orde, yaitu:

1.  Entisol  - tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihatsecara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belumterkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisanbatuan dasar.

2.   Vertisol  - inverted soils. Tanah vertisol cenderung memiliki sifat mudah memuai(mengembang) ketika basah dan mengkerut saat kering, seringkali menghasilkanrekahan tanah yang cukup dalam sehingga lapisan yang ada di permukaan masukkedalam rekahan tersebut.

3.  Inceptisol - tanah yang masih muda dan sudah memperlihatkan adanya perlapisan

( horison) dan juga memperlihatkan adanya eluviasi dan iluviasi.

Copyright@2010 by Djauhari noor 23

Page 27: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 27/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

4.   Aridisol  - tanah kering yang terbentuk di lingkungan gurun. Tanah aridisol hampirmencapai 20% tanah yang ada di bumi. Pembentukan tanahnya aridisol sangatlambat dengan akumulasi bahan organik yang sangat sedikit. Zona bawahpermukaannya (horison Calcic) berupa Calsium Carbonat yang terakumulasi dariperkolasi air. Kebanyakan dari tanah aridisol berkembang horison B yang tersusundari material lempung hasil perpindahan pada masa lalu ketika kelembabam tanahnyatinggi . 

5.  Mollisol - tanah lunak yang mempunyai horison “A” yang sangat tebal.6.  Spodosol – tanah yang dihasilkan melalui proses podsolisasi. Merupakan tipe tanah

yang berasal dari hutan pinus (coniferous) dan deciduous yang berada pada iklimdingin/sejuk.

7.   Alfisol  - tanah yang mengandung aluminium dan besi. Tanah alfisol mengandunghorison dari akumulasi lempung dan terbentuk ketika kelembabamnya cukup danhangat, tanah tipe ini baik untuk tanaman yang berumur 3 bulanan.

8.  Ultisol - tanah yang kandungan leachingnya sangat tinggi.9.  Oxisol - tanah yang kandungan oksidanya sangat tinggi.10. Histosol - tanah organik.

Skema orde diatas termasuk:

1.   Andisols - tanah volkanik yang cenderung mengandung mineral gelas yang tinggi.2.  Gelisols - tanah yang bersifat permafrost.

3.5.2 Klasifikasi Tanah di Indonesia

Klasifikasi tanah di Indonesia yang paling sering digunakan adalah sistem USDA SoilTaxonomy. Dalam penggunaannya, sistem USDA ini memberikan penjelasan yang jauh lebihmudah dibandingkan sistem klasifikasi lain, sehingga sistem USDA ini biasa disertakan dalampengklasifikasian tanah selain sistem FAO dan PPT (Pusat Penelitian Tanah). Nama jenis

tanah pada klasifikasi ini adalah :

1. Entisol;2. Inceptisol;3. Alfisol;4. Ultisol;5. Oxisol;6. Vertisol;7. Mollisol;8. Spodosol;9. Histosol;10. Andosol.

3.5.3 Sistem Klasifikas Tanah Unified (Unified Soil ClassificationSystem)

Sistem Klasifikasi Tanah (Unified Soil Classification System) adalah suatu sistem klasifikasitanah yang dipakai dalam disiplin ilmu Keteknikan dan Geologi untuk mendiskripsi tekstur danukuran butir tanah. Sistem klasifikasi dapat diterapkan untuk semua material yang tidakterkonsolidasi, dan diwakili dengan simbol huruf, yaitu sebagai berikut:

Copyright@2010 by Djauhari noor 24

Page 28: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 28/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

Huruf Pertama dan atau Kedua

Huruf Partikel Partikel

G  gravel kerikil

S  sand pasir

M  silt lanau

C  clay lempung

O  organic organik

Huruf Kedua

Huruf Keterangan Keterangan

P  Poorly graded (uniform particle sizes) Bergradasi buruk

W  Well graded (diversified particle sizes) Bergradasi baik

H  High plasticity  Plastisitas tinggi

L  Low plasticity Plastisitas rendah

Jika tanah mempunyai berat 5 – 12% dari berat butir yang lolos pada saringan ukuran 200(mesh 200) (5% < P#200 < 12%), kedua distribusi ukuran butir dan platisitas mempunyaidampak yang signifikan pada sifat-sifat keteknikan dari tanah, dan dua notasi memungkinkanuntuk digunakan dengan menggunakan kelompok simbol. Sebagai contoh, GW - GMberhubungan dengan “Kerikil bergradasi baik dengan lanau (Well graded gravel with silt). Jikatanah mempunyai lebih dari 15% berat yang tertingal pada saringan ukuran #4 (R#4 >15%), maka berarti jumlah yang signifikan dari kerikil (gravel), dan huruf depan “dengangravel” kemungkinan ditambahkan untk kelompok nama tersebut, tetapi simbol kelompoktidak berubah. Sebagai contoh, SP – SM yang berari mengacu pada “Pasir yang bergradasiburuk” (poorly graded SAND) dengan lanau dan kerikil.

Gambar 3.3 Klasifikasi Tanah berdasarkan prosentase kandunganlempung, lanau, dan pasir

Sistem Klasifikasi Tanah (Unified Soil Classification System) adalah suatu sistem klasifikasitanah yang dipakai dalam disiplin ilmu Keteknikan dan Geologi untuk mendiskripsi tekstur dan

ukuran butir tanah. Sistem klasifikasi dapat diterapkan untuk semua material yang tidakterkonsolidasi, dan diwakili dengan simbol huruf, yaitu sebagai berikut:

Copyright@2010 by Djauhari noor 25

Page 29: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 29/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

PENGELOMPOKAN SIMBOL 

NAMA KELOMPOK

GW 

Kerikil bergradasi baik, kerikil

berukuran halus – kasar (wellgraded gravel, fine to coarsegravel).

Kerikil bersih <

5% lebih kecil darimesh # 200

(clean gravel <5%smaller than #200

Sieve)

GP  Kerikil bergradasi buruk(poorly graded gravel).

GM  Kerikil lanauan (silty gravel).

Kerikil > 50% fraksikasar tertinggal padamesh no.44 (4.75 mm)sieve { gravel > 50% of

coarse fraction retainedon No.4 (4.75 mm)sieve}

Kerikil dengan>12% halus

(gravel with >12%fines) GC  Kerikil lempungan (clayey

gravel).

SW Pasir bergradasi baik, pasirberukuran halus – kasar (wellgraded sand, fine to coarse

sand).

Pasir bersih(clean sand)

SP  Pasir bergradasi buruk

(poorly-graded sand).

SM  Pasir lanauan (silty sand).

Tanah denganbutiran kasar>50% tertinggal

pada saringanukuran mesh 200(0.075mm).

Pasir ≥50% fraksi kasarlolos pada saringan No.4)

(sand ≥ 50% of coarsefraction passes No.4sieve)

Pasir dengan

>12% halus (sandwith >12% fines)

SC  Pasir lempungan (clayey

sand).

ML  Lanau (Silt). An-organik(inorganic)

CL  Lempung (Clay).

Batas cair lanau danlempung < 50 (silt and

clay liquid limit < 50)

Organik(organic)

OL  Lanau organik. lempungorganik (organic silt, organicclay)

MH  Lanau dengan plastisitastinggi, Lanau elastis (silt of

high plasticity, elastic silt) An-organik

(inorganic)

CH  Lempung dengan plastisitastinggi, lempung berlemak

(clay of high plasticity, fatclay)

Tanah denganbutiranhalus>50% danlolos padasaringan mesh

200.

Batas cair lanau dan

lempung ≥  50 (silt andclay liquid limit ≥ 50)

Organik(organic)

OH  Lempung organik, lanauorganik (organic clay, organicsilt)

Tanah dengan kandungan organik tinggi Pt Gambut (peat)

Copyright@2010 by Djauhari noor 26

Page 30: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 30/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

3.5.4 Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO

Sistem klasifikasi tanah AASHTO sudah dikembangkan oleh  American Association of StateHighway and Transportation Officials, dan dipakai untuk pedoman didalam klasifikasi tanahdan campuran agregat tanah untuk keperluan kontruksi jalan raya. Sistem klasifikasi yang

pertama kali dikembangkan pada tahun 1929, tetapi telah direvisi beberapa kali.

 AASHTO Soil Classification System (from AASHTO M 145 or ASTM D3282)

GeneralClassification

Granular Materials (35% or less passing the 0.075 mmsieve)

Silt-Clay Materials(>35% passing the

0.075 mm sieve)

 A-1 A-2  A-7Group Classification  A-1-a A-1-b  A-3  A-2-4 A-2-

5

 A-2-

6

 A-2-

7

 A-4 A-5 A-6  A-7-

5 A-7-6

Sieve Analysis, %passing

2.00 mm (No. 10) 50max

… … … … … … … … … …

0.425 (No. 40) 30max

50max

51 min … … … … … … … …

0.075 (No. 200) 15max

25max

10 max 35 max 35max

35max

35max

36min

36min

36min

36min

Characteristics offraction passing0.425 mm (No. 40)

Liquid Limit … … 40 max 41min

40max

41min

40max

41min

40max

41min

Plasticity Index 6 max N.P. 10 max 10max

11min

11min

10max

10max

11min

11min1 

Usual types of

significant constituentmaterials

stone

fragments,gravel and sand

fine sand silty or clayey gravel and sand silty soils clayey soils

General rating as a

subgrade

excellent to good fair to poor

3.6 Mekanika Tanah

Mekanika tanah adalah bagian dari geoteknik  yang merupakan salah satu cabang dari ilmuteknik sipil. Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1925 melaluibukunya "Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher Grundlage" (Mekanika Tanah berdasarpada Sifat-Sifat Dasar Fisik Tanah), yang membahas prinsip-prinsip dasar dari ilmu mekanikatanah modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu ini, sehingga Terzaghi disebut

sebagai "Bapak Mekanika Tanah".

3.6.1 Definisi tanah

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari:   Agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain  Zat Cair  Gas  yang mengisi ruang-ruang kosong diantara butiran mineral-mineral padat

tersebutTanah berguna sebagai pendukung pondasi bangunan  dan juga tentunya sebagai bahanbangunan itu sendiri (contoh: batu bata).

Copyright@2010 by Djauhari noor 27

Page 31: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 31/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

3.6.2 Percobaan

Ilmu ini mempelajari sifat-sifat tanah melalui serangkaian percobaan laboratorium danpercobaan di lapangan:

1. Percobaan di lapangan1.

 

Pengambilan contoh dan benda uji tanah2.  Pendataan lapisan dengan cara pengeboran3.  Uji CPT atau Sondir4.  Uji Tekan Pelat5.  Uji kepadatan tanah di lapangan6.

  Uji Permeabilitas sumur7.  Uji SPT (eng: Standard Penetration Test)8.  Uji DCP9.  Uji Kekuatan Geser Tanah di lapangan, dengan menggunakan Uji Baling-Baling

2. Percobaan di laboratorium

1.  Distribusi Butiran  Tanah, untuk tanah berbutir besar digunakan Uji Ayak   (Sieve Analysis), untuk tanah berbutir halus digunakan Uji Hidrometer (Hydrometer).

2.  Berat Jenis Tanah (Specific Grafity)3.  Kerapatan Tanah (Bulk Density) dengan menggunakan Piknometer.4.

  Kadar Air,  Angka Pori  dan Kejenuhan Tanah  (Water Content, Pore Ratio andSaturation Ratio)

5.  Permeabilitas 6.  Plastisitas Tanah, dengan menggunakan Atterberg Limit Test untuk mencari:

- Batas Cair dan Plastis (Liquid Limit),- Batas Plastis dan Semi Padat (Plastic Limit),- Batas Semi Padat dan Padat (Shrinkage Limit)

7. 

Uji Konsolidasi (Consolidation Test)8.  Uji Kekuatan Geser Tanah, di laboratorium terdapat tiga percobaan untuk

menentukan kekuatan geser tanah, yaitu:- Percobaan Geser Langsung (Direct Shear Test),- Uji Pembebanan Satu Arah (Unconvined Test) dan- Uji Pembebanan Tiga Arah (Triaxial)

9.  Uji Kemampatan dengan menggunakan Uji Proctor

Pada awalnya usaha untuk mengklasifikasikan tanah terutama didasarkan atas ukuranbutirnya. Dan klasifikasi ini dikenal sebagai sistem klasifikasi tekstur. Pada tahun 1908,dikenal sistem yang baru untuk mengklasifikasikan tanah yang dikembangkan oleh Atterbergdi Swedia dan terutama dipakai untuk keperluan pertanian. Sistem yang sama juga

dikembangkan dan dipakai oleh Komisi Geoteknik Swedia. Di Amerika, Biro Jalan Umum telahmengembangkan pada tahun 1920-an dan telah dipakai secara luas oleh para Agen JalanRaya pada pertengahan 1930-an. Sistem ini telah mengalami perbaikan/revisi beberapa kalidan telah dipakai secara luas hingga saat ini.

Tujuan utama dari setiap klasifikasi tanah adalah untuk memperkirakan sifat-sifat keteknikandan tingkah laku dari tanah berdasarkan atas uji laboratorium atas beberapa contoh sampeltanah. Uji laboratorium dan atau uji lapangan yang kemudian dipakai untuk meng-identifikasitanah dan memasukannya kedalam suatu kelompok dimana tanah memiliki kesamaan sifat-sifat keteknikannya. Kemungkinan tidak tersedianya sistem klasifikasi yang utuh untukmenentukan klasifikasi tanah dengan melihat tingkah laku keteknikannya yang disebabkanoleh sejumlah variabel yang ada di dalam tingkah laku tanah serta berbagai permasalahandari tanahnya itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengatasi tujuan tersebut,terutama dalam hubungannya untuk mengatasi permasalahan tanah dalam bidang teknik

Copyright@2010 by Djauhari noor 28

Page 32: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 32/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

 jalan raya dan lapangan terbang. Klasifikasi tanah tidak harus berakhir pada sampai padatingkatan tersebut tetapi sebagai alat untuk pengetahuan dimasa mendatang dari tingkahlaku tanah.

3.7 Sifat Sifat Dasar Tanah

Diagram fasa tanah diindikasikan oleh berat dan volume dari udara, tanah, air dan rongga.Tanah umumnya terdiri dari tiga fasa, yaitu fasa padat, cair dan gas. Sifat sifat mekanikatanah tergantung secara langsung pada ketiga fasa tersebut dan dimana fasa satu dan fasalainnya dapat mempunyai potensi, seperti tekanan, hydraulic head, potensi kelistrikan, danperbedaan temperatur.

Fasa padat tanah tersusun dari berbagai macam kristal lempung, mineral mineral non-lempung, material lempung non-kristalin, bahan organik, dan presipitasi garam. Mineralmineral tersebut umumnya dibangun oleh atom atom dari unsur unsur seperti oksigen, silikon,hidrogen, dan alumunium yang tersusun dalam berbagai bentuk kristal. Unsur unsur tersebutbersama sama dengan kalsium, natrium, kalium, magnesium, dan karbon menyusun lebihdari 99% dari fasa padat tanah. Meskipun demikian, sejumlah material non lempung lebihbesar dibandingkan dengan material organik dan lempung dan material ini mempunyai peranyang lebih besar pada karakteristik tanah. Partikel partikel tanah diklasifikasikan berdasarkanukurannya seperti lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal atau bongkah.

Fasa cairan pada tanah pada umumnya terdiri dari air yang berisi berbagai jenis dan jumlahelektrolit elektrolit terlarut. Komponen organik, baik yang berupa larutan dan immiscible hadirdalam tanah secara chemical spills, leaking wastes, dan kontaminasi air bawah tanah. Fasagas, terutama pada tanah yang jenuh, seringkali mengandung udara, walaupun gas-gasorganik kemungkinan hadir pada zona yang aktivitas bilogisnya tinggi atau pada tanah yangterkontaminasi secara kimiawi. Mineral mineral tanah mengontrol ukuran, bentuk, dan secara

fisika dan juga sifat kimiawinya dari partikel partikel tanah dan juga bebannya membawakemampuan dan kompresibilitas.

Struktur dari suatu tanah adalah merupakan kombinasi dari efek fabrik (asosiasi antar partikelpartikel, sebaran geometrik dari partikel partikel, kelompok partikel, dan ruang pori dalamtanah), komposisi, dan gaya antar partikel. Struktur tanah juga dipakai untuk menghitungperbedaan antara sifat sifat alamiahnya (struktur) dan remolded soil (destructured). Strukturdari suatu tanah mencerminkan semua bentuk dari komposisi tanah, sejarah, kondisi saat ini,dan lingkungannya. Kondisi awal didominasi struktur dari endapan muda dengan porositasyang baik atau tanah segar yang terkompaksi; sedangkan tanah yang lebih tua denganporositas buruk mencerminkan adanya perubahan setelah pengendapan. Tanah sebagaimanadengan material keteknikan lainnya, akan mengalami distorsi ketika dibebani oleh suatu

beban. Distorsi ini terdiri dari 2 jenis, yaitu shearing (geser) atau sliding (luncuran), distorsidan kompresi. Secara umum, tanah tidak dapat withstand tension. Dalam beberapa situasi,partikel partikel dapat tersementasi menjadi satu dan sejumlah kecil dari tensionmemungkinkan menjadi withstood, tetapi untuk waktu yang tidak terlalu lama.

Partikel partikel pasir dan kebanyakan dari kerikil tersusun dari mineral-mineral silika. Partikelpartikel tersebut dapat berbentuk membundar karena proses abrasi ketika tertransport olehangin atau air, atau mempunyai sudut sudut butiran yang tegas dan secara kasar mempunyaiukuran yang sama (equidimensional). Partikel pertikel lempung muncul dari pelapukan kristalbatuan seperti feldspar, dan umumnya terdiri dari mineral mineral alumunium silikat. Secaraumum berbentuk pipih dengan suatu permukaan yang luas dibandingkan dengan beratnya.

Dikarenakan masanya yang terlalu kecil, maka sifat dan karakternya memiliki gaya atraksielektrostatis pada bidang permukaannya. Gaya ini dapat menyerap air terhadappermukaannya, dengan ketebalan lapisan menjadi efektif melarutkan garam di dalam air.

Copyright@2010 by Djauhari noor 29

Page 33: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 33/150

Bab 3 Tanah dan Genesa Tanah Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 30

3.7.1 Penyelidikan Geoteknik

Penyelidikan geoteknik adalah penyelidikan yang dilakukan oleh akhli geoteknik atau akhligeologi teknik untuk memperoleh informasi atas sifat sifat fisik tanah atau batuan disekitarsuatu lokasi untuk perencanaan pekerjaan tanah atau pondasi untuk keperluan struktur

bangunan dan untuk memperbaiki distress terhadap tanah dan struktur bangunan yangdisebabkan oleh keadaan bawah permukaan. Penyelidikan geoteknik disini mencakupeksplorasi permukaan dan bawah permukaan dari suatu lokasi. Kadangkala, metoda geofisika juga dipakai untuk memperoleh data mengenai lokasi. Eksplorasi bawah permukaan seringkalimelibatkan pengambilan contoh tanah dan pengujian laboratorium dari sampel tanah yangdiambil. Elksplorasi permukaan dapat meliputi pemetaan geologi, pemakaian metoda metodageofisika dan sebagai seorang profesional geoteknik disarankan juga untuk melakukan surveitinjau disekitar lokasi untuk mengamati kondisi fisik di lokasi. Untuk mendapatkan informasimengenai kondisi tanah dibawah permukaan, beberapa bentuk eksplorasi diperlukan. metodapengamatan tanah dibawah permukaan, mengambil sampel, dan menentukan sifat sifat fisiktanah dan batuan termasuk membuat sumuran uji (test pit), paritan (terutama di lokasi lokasipatahan dan bidang longsor), penggalian, dan pengujian ditempat.

3.7.2 Contoh Tanah

Penggalian dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menggunakan diameter yangbesar dan diameter kecil. Galian dengan diameter yang besar jarang dilakukan dikarenakanfaktor keamanan dan biaya yang relatif lebih besar, namun demikian penggalian dengandiameter besar kadangkala dilakukan untuk keperluan pengumpulan data, khususnya bagipara ahli geologi atau akhli teknik untuk bisa menyajikan secara visual dan pengujian secaramanual dan menilai tanah dan susunan batuan langsung ditempatnya. Penggalianberdiameter kecil seringkali dipakai guna seoran akhli geologi atau akhli teknik menilaipotongan potongan tanah dan batuan hasil operasi pengeboran guna memperoleh sampel

sampel tanah pada kedalaman tertentu dan melakukan pengujian di tempat. Sampel tanahuntuk mendapatkan sampel dengan kondisi Terganggu (disturbed) atau Tidak terganngu(undisturbed); walaupun sampel tak terganggu tidak benar benar terganggu. Sampelterganggu (disturbed sample) adalah satu sampel dimana struktur tanahnya sudahmengalami perubahan sehingga pengujian sifat sifat struktur tanahnya sudah tidak mewakilikondisi di tempat asalnya (di lapangan), dan hanya sifat sifat dari butiran tanahnya saja yangsecara akurat dapat ditentukan. Pada sampel yang tak terganggu, kondisi sampel tanahmasih sama dengan kondisi tanah yang ada di lapangan dan memungkinkan untuk dilakukanpengujian sifat sifat struktur tanahnya karena sifat sifatnya sudah mendekati kondisi tanahyang terdapat di lapangan.

3.7.3 Eksplorasi Geofisika

Metoda geofisika sering dipakai dalam penyelidikan geoteknik untuk mengetahui dan menilaitingkah laku lokasi dengan suatu survei seismik. Dengan cara mengukur kecepatangelombang shear pada tanah dapat diprediksi respon dinamis dari suatu tanah. Adabeberapa metoda yang digunakan untuk menentukan kecepatan gelombang shear, yaitu :

1.  Crosshole method2.  Downhole method (with a seismic CPT or a substitute device)3.  Surface wave reflection or refraction4.  Suspension logging (also known as P-S logging or Oyo logging)5.  Spectral analysis of surface waves (SASW)6.  Reflection microtremor (ReMi)

Page 34: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 34/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 31

44 

Pola Pengaliran Sungai

4.1 Pola Pengaliran Sungai

Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran

tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliranini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atasdasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadaptopografi dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembangketika air permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resistenterhadap erosi.

Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan pengaliran sungai.Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya disatuwilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungaidisatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi,struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai

berikut:

1. Pola Aliran Dendritik

Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai strukturpohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen.Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenisbatuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resistenterhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuanyang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang).

Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal

ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada prosespembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah di-erosimembentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuanyang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus),sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2. Pola Aliran Radial

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial darisuatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada

bentangalam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radialdan annular.

Page 35: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 35/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 32

 

3. Pola Aliran Rectangular

Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinyamendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut

saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehinggamemungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu polapengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar.

Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainyamengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapanbatuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungaiutamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah polaaliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dansesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola daristruktur kekar dan patahan.

4. Pola Aliran Trellis

Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umumdijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurusdisepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari keduasisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehinggamenyerupai bentuk pagar.

Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol olehstruktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengansaluran utamanya. Saluran utama berarah se arah dengan sumbu lipatan.

Gambar 4.1 Pola Aliran Sungai

5. Pola Aliran Centripetal

Pola aliran centripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, dimana aliransungainya mengalir kesatu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran centripetalmerupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan baratlaut Amerika, mengingatsungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, dimana pada musim basah cekungan

Page 36: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 36/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 33

menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau

mengering.

6. Pola Aliran Annular

Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial darisuatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annularbiasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.

7. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)

Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yangcuram/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainyaakan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yangsangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lerengyang seragam.

Pola aliran paralel kadangkala meng-indikasikan adanya suatu patahan besar yang memotongdaerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisidapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.

4.2 Genetika Sungai

Sebagaimana diketahui bahwa klasifikasi genesa sungai ditentukan oleh hubungan strukturperlapisan batuannya. Genetika sungai dapat dibagi sebagai berikut:

a. Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang terbentuk diataspermukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai

memotong ke bagian bawah hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supayasungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungaisuperposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan pembentukanstruktur batuannya.

b. Sungai Antecedent  adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengankeberadaan struktur batuanya dan dalam perkembangannya air sungai mengikis hinggake bagian struktur yang ada dibawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena erosi arahvertikal lebih intensif dibandingkan arah lateral.

c. Sungai Konsekuen  adalah sungai yang berkembang dan mengalir searah lerengtopografi aslinya. Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan

struktur lapisan batuan yang ada dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi pedoman,bahwa asal dari pembentukan sungai konsekuen adalah didasarkan atas lerengtopografinya bukan pada kemiringan lapisan batuannya.

d. Sungai Subsekuen  adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu garis atauzona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurusperlapisan batuan yang resisten terhadap erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenaldan memahami genetika sungai subsekuen seringkali dapat membantu dalampenafsiran geomorfologi.

e. Sungai Resekuen. Lobeck (1939) mendefinisikan sungai resekuen sebagai sungaiyang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan batuan sama seperti tipe sungaikonsekuen. Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang belakangan.

Page 37: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 37/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 34

 

Gambar 4.2 Pola Aliran Sungai Trellis

f. Sungai Obsekuen. Lobeck juga mendefinisikan sungai obsekuen sebagai sungai yang

mengalir berlawanan arah terhadap arah kemiringan lapisan dan berlawanan terhadapsungai konsekuen. Definisi ini juga mengatakan bahwa sungai konsekuen mengalirsearah dengan arah lapisan batuan.

g. Sunggai Insekuen adalah aliran sungai yang mengikuti suatu aliran dimana lerengtifdak dikontrol oleh faktor kemiringan asli, struktur atau jenis batuan.

Gambar 8.14 Blok diagram di daerah yang berstruktur komplek yang telah mengalamierosi yang cukup intensif. Percabangan sungai yang berkembang didaerah ini secara genetik dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur

geologi yang mengontrolnya (r=resekuen; o = obsekuen; s = subsekuen)

Beberapa aspek dari pola pengaliran sungai menjadi sangat penting untuk pertimbangan dalaminterpretasi geomorfologi, terutama:

1. Klasifikasi genetik sungai, hubungan sungai dengan kemiringan asli, batuan yangberada dibawah aliran sungai, dan struktur geologi.

2. Tahapan perkembangan suatu sungai3. Pola pengaliran sungai4. Anomali pengaliran dalam suatu pola aliran5. Karakteristik detail seperti gradien sungai, kerapatan sungai, bentuk cekungan dan

ukuran/dimensi, kemiringan cekungan dan kemiringan bagian hulu suatu lembah.6. Jentera geomorfik.

Kombinasi dari aspek-aspek tersebut diatas sangat mungkin membantu dalam mengidentifikasilitologi, korelasi stratigrafi, pemetaan struktur geologi, menetukan sejarah tektonik dan sejarah

Page 38: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 38/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 35

geomorfologi. Berkut ini adalah uraian mengenai kombinasi antara struktur, litologi danaktivitas sungai.

4.3 Tahapan Perkembangan Sungai

Tahapan perkembangan suatu sungai dapat dibagi menjadi 5 (tiga) stadia, yaitu stadia sungaiawal, satdia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan stadia remaja kembali (rejuvination). Adapun ciri-ciri dari tahapan sungai adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Awal (Initial Stage) : Tahap awal suatu sungai seringkali dicirikan olehsungai yang belum memiliki orde dan belum teratur seperti lazimnya suatu sungai. Airterjun, danau, arus yang cepat dan gradien sungai yang bervariasi merupakan ciri-cirisungai pada tahap awal. Bentangalam aslinya, seringkali memperlihatkanketidakteraturan, beberapa diantaranya berbeda tingkatannya, arus alirannnya berasaldari air runoff ke arah suatu area yang masih membentuk suatu depresi (cekungan)atau belum membentuk lembah. Sungai pada tahapan awal umumnya berkembang didaerah dataran pantai (coastal plain) yang mengalami pengangkatan atau diatas

permukaan lava yang masih baru / muda dan gunungapi, atau diatas permukaanpediment dimana sungainya mengalami peremajaan (rejuvenation).

2. Tahapan Muda : Sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah sungai-sungaiyang aktivitas aliran sungainya mengerosi kearah vertikal. Aliran sungai yang menmpatiseluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil lembahnya membentuk sepertihuruf ”V”. Air terjun dan arus yang cepat mendominasi pada tahapan ini.

3. Tahapan Dewasa: Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai adanyapembentukan dataran banjir secara setempat setempat dan semakin lama semakinlebar dan akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk meander, sedangkan pada

sungai yang sudah masuk dalam tahapan dewasa, arus sungai sudah membentuk aliranyang berbentuk meander, penyisiran kearah depan dan belakang memotong suatudataran banjir (flood plain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan ditempatioleh jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus sungai sudah memperlihatkankeseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi lateral.

Gambar 4.3 Pola perubahan bentuk alur sungai yang semula linear dan kemudian menjadimeander. Proses perubahan sungai dari linear ke meander disebabkan oleh sifat

erosi vertikal berubah menjadi erosi lateral.

4. Tahapan Tua : Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh meander dan lebardari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas meander belt. Pada umumnya dicirikanoleh danau tapal kuda (oxbow lake) dan rawa-rawa (swampy area). Erosi lateral lebih

dominan dibandingkan erosi lateral.

Page 39: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 39/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 36

5. Peremajaaan Sungai (Rejuvenation) : Setiap saat dari perkembangan suatu sungaidari satu tahap ke tahap lainnya, perubahan mungkin terjadi dimana kembalinya dominasierosi vertikal sehingga sungai dapat diklasifikasi menjadi sungai dalam tahapan muda.Sungai dewasa dapat mengalami pengikisan kembali ke arah vertikal untuk kedua kalinyakarena adanya pengangkatan dan proses ini disebut dengan perenajaan sungai. Prosesperemajaan sungai adalah proses terjadinya erosi ke arah vertikal pada sungai berstadia

dewasa akibat pengangkatan dan stadia sungai kembali menjadi stadia muda.

Gambar 4.4 Proses perkembangan sungai oleh aktivitas arus sungai, mulai stadia awal,

stadia muda, stadia dewasa, dan stadia tua.

Page 40: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 40/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 37

 

Stadia Awal Stadia Muda

Stadia Muda Stadia Dewasa

Stadia Tua Stadia Rejuvination

Gambar 4.5 Stadia sungai : stadia awal, stadia muda, stadia dewasa, dan stadia tuadan stadia rejuvination.

4.4 Sistem Sungai

Sistem sungai adalah sekumpulan alur-alur sungai yang membentuk jaringan yang komplekdan luas dimana air yang berasal dari permukaan daratan mengalir. Batas geografis dimanaseluruh air yang ada di suatu wilayah disebut sebagai watershed atau drainage basin. Dalamsatu watershed terdapat beberapa alur sungai kecil-kecil yang disebut sebagai cabang-cabangsungai (tributaries )   yang mengalirkan air ke alur sungai yang lebih besar (principal stream).

Sistem pengaliran sungai dalam suatu watershed dapat dipisah-pisahkan berdasarkan ukuranalur sungainya dan dikenal sebagai stream ordering. Order pertama dari pengaliran sungai

Page 41: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 41/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 38

adalah alur sungai yang ukurannya paling kecil, sedangkan order kedua adalah alur sungaiyang hanya memiliki cabang-cabang sungai dari order pertama sebagai cabang sungainya.Order ke tiga adalah alur sungai yang hanya memiliki cabang-cabang sungai dari alur sungaiorder pertama dan atau order kedua. Secara umum, sungai yang mempunyai order yang lebihtinggi akan mempunyai batas pemisah air (watershed) yang lebih luas dan sudah barang tentuakan membawa air permukaan yang lebih banyak. Topografi yang tinggi umumnya memilikibatas pemisah air yang memisahkan arah aliran air runoff ke dalam cekungan yang berbedadidasarkan atas orientasi dari kemiringan lerengnya. Salah satu yang mengendalikan jumlah airyang berada dalam sungai di setiap lokasi adalah luas areal permukaan yang terdapat di dalamdrainage basin tersebut dan hal ini merupakan fungsi dari batas pemisah pengaliran.

Sistem sungai mulai dari hulu kemudian kearah hilir hingga ke laut, yaitu mulai sumbernya dipegunungan kemudian mengalir melalui anak-anak cabangnya menuju ke saluran-saluranutama (tributary channel) yang pada akhirnya ke sungai induknya untuk menuju ke arah laut.Sungai ternyata merupakan media yang mampu mengangkut sejumlah besar bahan yangterbentuk sebagai akibat proses pelapukan batuan. Banyaknya bahan yang diangkut ditentukanoleh faktor iklim dan tatanan geologi dari suatu wilayah. Meskipun bahan-bahan yang diangkut

oleh sungai berasal antara lain dari hasil penorehan yang dilakukan sungai itu sendiri, tetapiternyata yang jumlahnya paling besar adalah yang berasal dari hasil proses pelapukan batuan.Proses pelapukan ternyata menghasilkan sejumlah besar bahan yang siap untuk diangkut baikoleh sungai maupun oleh cara lain seperti gerak tanah, dan atau air-tanah.

Gambar 4.6 Sistem Sungai : Sumber air (curah hujan + mata air), cabang-cabangsungai, meander, tanggulalam (levee), danau tapal kuda (oxbow

lake),delta.

Material-material hasil pelapukan dan erosi diangkut oleh air sungai dan diendapkan sebagaisedimen. Aktivitas sungai yang mengalir di daratan akan meng-erosi dan merubah bentuk

bentuk bentangalam. Proses-proses erosi dan pembentukan alur-alur sungai merupakan agendi dalam perubahan bentuk bentangalam.

Page 42: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 42/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 39

 

Gambar 4.7 Sistem Sungai Meander : tanggulalam (levee), point bar, danau tapal

kuda (oxbow lake), tanggulalam (levee), rawa belakang (backswamp).

 Air Terjun (Water Falls)   Air Terjun (Water Falls)

Gosongpasir (Bar River) Gosongpasir (Bar River)

Page 43: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 43/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 40

 

Kipas Aluvial (Alluvial Fan) Kipas Aluvial (Alluvial Fan) 

Sungai Bersirat (Braided Stream) Sungai Bersirat (Braided Stream)

Dataran Banjir (Floodplain)  Dataran Banjir (Floodplain)

Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)  Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake) 

Page 44: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 44/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 41

 

Tekuk Sungai (Point Bar) Tekuk Sungai (Point Bar)

Delta Delta

Meandering Meandering 

Crevasse Crevasse

Page 45: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 45/150

Bab 4 Pola Pengaliran Sungai Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari noor 42

 

Tanggul Alam (Levee) Tanggul Alam (Levee)

Page 46: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 46/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

55 Bentangalam Endogen

5.1. Pendahuluan

Bumi terbentuk miliaran tahun lalu, tetapi permukaan Bumi telah banyak mengalami prosesperkembangan dan perubahan sepanjang masa. Perubahan tersebut bersifat cepat maupun

lambat. Penyebab perubahan tersebut adalah  gaya dari dalam bumi (gaya endogen) dangaya dari luar Bumi (gaya eksogen). Proses proses geologi adalah semua aktivitas yangterjadi di bumi baik yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun yang berasal dari luarbumi (eksogen). Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi seperti orogenesadan epirogenesa, magmatisme dan aktivitas volkanisme, sedangkan gaya eksogen adalahgaya yang bekerja di permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass-wasting sertasedimentasi. Gaya endogen maupun eksogen merupakan gaya-gaya yang memberi andilterhadap perubahan bentuk bentangalam (landscape ) yang ada di permukaan bumi. Padagambar 5.1 disajikan suatu bagan yang memperlihatkan proses-proses geologi (endogen &eksogen) sebagai agen dalam perubahan bentuk bentangalam.

Gambar 5.1 Proses-proses geologi (proses endogenik dna proses eksogenik)dan perubahan bentangalam

5.2 Gaya Endogen

Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi. Gaya yang berasal dari dalam bumidapat berupa gempabumi, magmatisme, volkanisme, orogenesa dan epirogenesa. AktivitasTektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada padakerak bumi (lithosphere). Hasil dari tumbukan antar lempeng dapat menghasilkangempabumi, pembentukan pegunungan (orogenesa ), dan aktivitas magmatis/aktivitasgunungapi (volcanism ). Aktivitas magmatis adalah segala aktivitas magma yang berasal daridalam bumi. Pada hakekatnya aktivitas magmatis dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, sepertitumbukan lempeng baik secara convergent, divergent dan atau transform. Pembentukanmaterial kulit bumi (batuan) yang terjadi di Pematang tengah samudra adalah salah satu

Copyright@2010 by Djauhari Noor 43

Page 47: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 47/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

contoh dari aktivitas magma, sedangkan pembentukan gunungapi di kepulauan Hawaii adalahcontoh lain dari aktiitas magma yang terjadi di sepanjang batas lempeng ( transforms ).Produk dari aktivitas magma dapat menghasilkan batuan beku, baik batuan beku intrusivedan batuan beku ekstrusive.

5.3. Bentangalam EndogenPada dasarnya bentangalam merupakan produk dari waktu, struktur dan  proses. Sebagaicontoh bentangalam “Gunungapi Salak” sebagai bentangalam yang tergolong muda yaituterbentuk pada zaman Kuarter. Adapun proses-proses yang dominan yang telah terjadi padabentangalam ini berupa proses erosi yang telah merubah bentuk permukaannya. Namundemikian struktur dari bentangalam gunungapi ini masih menjadi faktor yang dominansehingga bentuk bentangalamnya masih memperlihatkan bentuk gunungapi yang ideal,sedangkan produk dari proses erosi pada bentangalam ini berupa alur-alur lembah yanglinear berpola radial dari puncak ke arah kaki gunungapi. Batuan yang menyusunbentangalam gunungapi ini masih menjadi pengontrol utama dari bentangalamnya.Bentangalam gunungapi gunung Salak ini merupakan salah satu contoh bentuk bentangalam

yang dikontrol oleh litologi gunungapi. Bentangalam endogen adalah bentangalam yangproses pembentukannya/ genetikanya dikontrol oleh gaya-gaya endogen, seperti aktivitasgunungapi, aktivitas magma dan aktivitas tektonik (perlipatan dan patahan). Bentukbentangalam endogen secara geomorfologi dikenal sebagai bentuk bentangalamkonstruksional (constructional landforms ). Adapun bentuk bentangalam yang dikendalikanoleh gaya gaya endogen antara lain adalah :

5.4 Bentangalam Struktural (Structural/TectonicLandforms)

Bentangalam Struktural adalah bentangalam yang proses pembentukannya dikontrol oleh

gaya tektonik seperti perlipatan dan atau patahan. Gambar 5.2 adalah blok diagram darisuatu patahan sesar mendatar yang menghasilkan bentuk bentuk bentangalam antara lainGawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, dan Offset River.

Gambar 5.2 Blok diiagram yang memperlihatkan bentuk-bentuk bentangalam yang terjadi di

daerah patahan, khusunya di wilayah yang terkena sesar mendatar (strike slipfault), antara lain Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, ShutterRidge, dan Offset River

Copyright@2010 by Djauhari Noor 44

Page 48: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 48/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

1.  Morfologi “Escarpments” (Morfologi Gawir Sesar)

Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana salahsatu lerengnya merupakan bidang sesar. Morfologi gawir sesar biasanya dicirikan oleh bukityang memanjang dengan perbedaan tinggi yang cukup ekstrim antara bagian yang datar danbagian bukit. Pada umumnya bagian lereng yang merupakan bidang sesar diendapkanmaterial hasil erosi (talus) membentuk morfologi kaki lereng dengan berelief landai. Padasesar mendatar, pergeseran memungkinkan salah satu bagian bergerak kearah atasterhadap bagian lainnya yang kemudian membentuk gawir. Pada gambar 5.3 diperlihatkansalah satu bentuk gawir sesar yang ada di wilayah “Owen Valley” dan sesar ini terbentukbersamaan dengan terjadinya gempabumi pada tahun 1872. Tampak pada gambar, bagiandepan berupa dataran dan latar belakang berupa gawir dengan endapan talus yangdiendapkan didepan bidang sesar.

2. Morfologi “Pressure Ridge” (Morfologi Bukit Tertekan)

Morfologi “Pressure Ridge” (Bentangalam Bukit Tertekan) adalah bentangalam yang

berbentuk bukit dan terjadi karena gaya yang bekerja pada suatu sesar mendatar dan akibattekanan tersebut mengakibatkan batuan yang berada disepanjang patahan terpatahkanmenjadi beberapa bagian yang kemudian menekan batuan tersebut kearah atas.

Gambar 5.3 Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) yangberupa bukit dengan lereng sebagai bidangsesar dan dicirikan oleh perbedaan reliefyang cukup ektrim antara dataran danperbukitan.

Gambar 5.4 Morfologi Presure Ridges (Bukit Tertekan)yang berupa bukit hasil dari pengangkatanyang diakibatkan oleh gaya yang bekerjadisepanjang patahan.

3. Morfologi “Sag Basin” (Morfologi Cekungan Kantong)

Bentangalam Sag Basin adalah bentangalam yang terbentuk dari hasil pergeseran sesarmendatar (strike slip fault), dengan bentuk relief yang lebih rendah dibandingkan denganpasangannya. Morfologi “Sag Basin” merupakan pasangan dari morfologi “Pressure Ridge”dan morfologi ini hanya terbentuk pada sesar mendatar saja.

4. Morfologi “Shutter Ridge” (Morfologi Bukit Terpotong)

Bentangalam shutter ridge landforms (bukit terpotong) umumnya juga dijumpai pada sesarmendatar. Shutter ridges terjadi apabila salah satu sisi dari bidang sesar merupakan bagianpermukaan tanah yang tinggi dan pada sisi lainnya merupakan bagian permukaan yang lebih

rendah dan akibat adanya pergeseran ini dapat mengakibatkan tesrumbatnya aliran sungai.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 45

Page 49: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 49/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

5. Morfologi Stream Offset (Morfologi Sungai Sigsag)

Morfologi Stream Offset  adalah bentangalam sungai yang arah alirannya berbelok secaratiba-tiba mengikuti arah arah bidang patahan dan perubahan arah aliran ini disebabkan olehpergeseran bukit disepanjang patahan mendatar. Bentuk sungai yang membelok secarasigsag terjadi karena adanya pergeseran bukit (shutter ridges) dari pergeseran lateral suatusesar mendatar seperti sesar yang terdapat pada sesar San Andreas di Amerika Serikat.

Gambar 5.5. Morfologi “Sag Basin” yang dicirikan oleh

bentangalam yang berbentuk cekungandan merupakan bagian dari suatupasangan sesar mendatar.

Gambar 5.6 Morfologi “Shutter Ridges” (Bukit Terpotong)

yang memperlihatkan bagian batuan yangterangkat kearah atas membentuk morfologibukit.

Gambar 5.7 Morfologi “Sungai Sigsag” ditandai oleh bentuk sungai yang arahalirannya berbelok secara tiba-tiba mengikuti arah patahan yangdisebabkan adanya pergeseran bukit kearah yang berlawanan.

6. Morfologi “Folding Mountain” ( Morfologi Berbukitan Lipatan)

Morfologi Perbukitan Lipatan adalah bentuk bentangalam yang tersusun oleh batuan sedimenyang terlipat membentuk struktur antiklin dan sinklin. Morfologi perbukitan lipatan dicirikanoleh susunan perbukitan dan lembah-lembah yang berpola sejajar. Genesa pembentukan

morfologi perbukitan lipatan adalah gaya tektonik yang terjadi pada suatu cekungan sedimen.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 46

Page 50: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 50/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

Gambar 5.8 Morfologi Berbukitan Lipatan (Folded Mountains) sebagai hasil dari proses orogenesa (tektonik) 

Gambar 5.9 Morfologi Berbikitan Lipatan dicirikan oleh bukit dan lembah yang memanjang dansejajar. Satuan morfologi perbukitan lipatan dapat diklasifikasikan menjadi sub-subsatuan morfologi: Bukit Antiklin (A dan C); Lembah Sinklin (B dan D); Lembah

 Antiklin (E); dan Bukit Sinklin (F).

Copyright@2010 by Djauhari Noor 47

Page 51: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 51/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

7. Morfologi ”Anticlinal ridges” ( Morfologi Bukit Antiklin )

Morfologi Bukit Antiklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana litologipenyusunnya telah mengalami perlipatan membentuk struktur antiklin. Morfologi bukit antiklinumumnya dijumpai di daerah daerah cekungan sedimen yang telah mengalamipengangkatan dan perlipatan. Morfologi bukit antiklin merupakan bagian dari perbukitanlipatan yang bentuknya berupa bukit dengan struktur antiklin. Jentera geomorfik ”Bukit Antiklin” diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik muda, artinya bahwa proses proseseksogenik (pelapukan, erosi/denudasi) yang terjadi pada satuan morfologi ini belum sampaimerubah bentuk awalnya yang berupa bukit.

Gambar 5.10 Morfologi Bukit Antiklin yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit yangtersusun oleh batuan sedimen berstruktur antiklin.

8. Morfologi ”Anticlinal valleys” (Morfologi Lembah Antiklin ) 

Bentangalam Lembah Antiklin adalah bentangalam yang berbentuk lembah yang diapit olehsepasang bukit tersusun dari batuan sedimen yang berstruktur antiklin. Jenterageomorfik ”Lembah Antiklin” dapat diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik dewasa,artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) yang terjadi padasatuan ini telah merubah bentuk aslinya yang semula berbentuk ”bukit” berubahmenjadi ”lembah”.

Gambar 5.11 Morfologi “Lembah Antiklin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk lembahyang diapit oleh dua lereng bukit yang arah kemiringan lapisannya berlawanan arah

membentuk struktur antiklin.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 48

Page 52: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 52/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

9. Morfologi ”Synclinal ridges” (Morfologi Bukit Sinklin) 

Morfologi Bukit Sinklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit, tersusun dari batuansedimen yang membentuk struktur sinklin. Jentera geomorfik ”Bukit Sinklin” diklasifikasikankedalam jentera geomorfik dewasa, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosidan denudasi) yang terjadi pada satuan ini telah merubah bentuk aslinya yang semulaberbentuk ”lembah” berubah menjadi ”bukit”. Morfologi Bukit Sinklin dalam geomorfologidikenal sebagai ”reverse topographic” (topografi terbalik).

Gambar 5.12 Morfologi Bukit Sinklin yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit yang

tersusun oleh batuan sedimen berstruktur sinklin.

10. Morfologi ”Synclinal valleys” (Morfologi Lembah Sinklin )

Morfologi Lembah Sinklin adalah bentangalam yang berbentuk lembah yang tersusun daribatuan sedimen dengan struktur sinklin. Jentera geomorfik satuan geomorfologi LembahSinklin dapat digolongkan kedalam jentera geomorfik muda, artinya bahwa proses proseseksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) belum sampai merubah bentuk aslinya yangberupa ”lembah” menjadi berbentuk ”bukit”.

Gambar 5.13 Morfologi “Lembah Sinklin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk lembahyang diapit oleh dua lereng bukit yang arah kemiringan lapisannya mengarah kearahsama membentuk struktur sinklin.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 49

Page 53: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 53/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

11. Morfologi Plateau

Morfologi Plateau adalah bentangalam yang berbentuk dataran dengan batuan penyusunnyarelatif horisontal dan bentuknya menyerupai meja. Morfologi plateau umumnya dijumpai didaerah yang kondisi geologinya relatif stabil atau relatif kecil terhadap pengaruh tektonik,sehingga perlapisan batuannya relatif horisontal. Adanya proses pengangkatan dengan tidakmengakibatkan perlipatan batuan serta diikuti proses erosi / denudari yang intensif sehinggaterbentuk suatu dataran yang tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya dengan susunanbatuannya relatif horisonatal. Berdasarkan genetikanya, Plateau, Mesa dan Bute adalahbentuk bentangalam yang proses pembentukannya sama dan dibedakan berdasarkanukurannya (dimensinya), dimana plateau berukuran luas, mesa dengan ukuran yang relatiflebih kecil sedangkan bute merupakan bagian yang terkecil dan dikenal juga sebagai sisa-sisadari bentangalam mesa.

Gambar 5.14 Morfologi “Plateau” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk seperti meja

dengan bidang atasnya relative mendatar

12. Morfologi Hogback (Morfologi Hogbag)

Morfologi Hogback adalah bentangalam yang berbentuk bukit yang memanjang searahdengan jurus perlapisan batuan dan mempunyai kemiringan lapisan yang lebih besar 45°.Morfologi Hogbag terjadi kerena sesar/patahan yang memotong searah bidang perlapisan.

Gambar 5.15 Morfologi “Hogbag” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit dengankemiringan lapisan batuannya diatas 45°.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 50

Page 54: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 54/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

13. Morfologi Mesa

Morfologi Mesa adalah bentangalam yang berbentuk dataran dan proses kejadiannyadikontrol oleh struktur perlapisan mendatar dengan elevasi yang lebih tinggi dari sekitarnya.Morfologi mesa juga dijumpai di daerah yang kondisi geologinya relatif stabil atau pengaruhtektoniknya relatif kecil, sehingga pada saat terjadi pengangkatan perlapisan batuannya tetaphorisontal. Bentuk bentangalamnya sama dengan bentangalam plateau dan dibedakanberdasarkan ukurannya yang relatif lebih kecil.

14. Morfologi ”Monoclinal ridges” (Morfologi Bukit Monoklin) 

Morofologi Bukit Monoklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit, tersusun dari batuansedimen dengan arah kemiringan yang seragam. Morfologi bukit monoklin dapat berupabagian sayap dari suatu lipatan antiklin atau sinklin.

Gambar 5.16 Morfologi Mesa (kiri) dan morfologi “Monoclinal Ridges” (kanan) 

15. Morfologi Block Faulting ridges (Morfologi Perbukitan Patahan)

Morfologi Bukit Patahan adalah bentuk bentangalam yang terdiri dari bukit-bukit yang dibatasioleh bidang-bidang patahan (gawir sesar). Genesa pembentukan bukit patahan dikontrol olehstruktur patahan.

16. Morfologi Graben (Amblesan) dan Horst (Tonjolan)

Morfologi Graben (Amblesan) adalah bentangalam yang berbentuk depresi dipisahkan dengan

morfologi lainnya oleh bidang patahan. Morfologi Hosrt (Tonjolan) adalah bentangalam yangberbentuk bukit, merupakan bagian yang menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dandibatasi oleh bidang sesar.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 51

Page 55: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 55/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

Gambar 5.17 Morfologi “Block Faulting” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit bukityang dibatasi oleh bidang-bidang sesar (kiri) dan morfologi “Horst” dan “Graben”(kanan) dicirikan oleh bentangalam menonjol dan ambles, dibatasi oleh bidangpatahan.

17. Morfologi Intrusi (Morfologi Intrusive)

Morfologi Intrusi (Intrusive landforms) adalah bentangalam berbentuk bukit terisolir yangtersusun oleh batuan beku dan genesanya dikontrol oleh aktivitas magma. Bukit intrusi padaawalnya dapat berada dibawah permukaan bumi, namun seiring dengan berjalannya waktuoleh proses endogenik (pelapukan dan erosi) maka bagian tanah yang menutupi tubuhbatuan intrusi akan tererosi sedangkan tubuh batuan yang lebih resisten hanya mengalamierosi yang tidak signifikan. Proses endogeniknya pada akhirnya akan menyisakan tubuhbatuan beku yang membentuk morfologi yang lebih menonjol dibandingkan dengan daerahsekitarnya.

Gambar 5.18 Bentangalam / morfologi “Instrusive Landforms” yang dicirikan olehbentangalam yang berbentuk bukit dengan material penyusunnyaadalah batuan beku.

5.5 Bentangalam Gunungapi

Bentangalami Gunungapi (Volcanic Landforms) adalah bentangalam yang merupakan produk dariaktivitas gunungapi. Bagian bagian dari morfologi gunungapi sebagai berikut:

Copyright@2010 by Djauhari Noor 52

Page 56: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 56/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

1. Volcanic Landforms (Morfologi Gunungapi)

Morfologi Gunungapi adalah bentangalam gunungapi dimana proses pembentukannyadikontrol oleh aktivitas volkanisme. Adapan morfologi gunungapi diklasifikasikan berdasarkanpada tipe magma dan jenis material yang dikeluarkannya. Morfologi Gunungapi Strato adalah bentangalam gunungapi yang berbentuk kerucut dan disusun oleh perulanganmeterial batuan antara lava dan piroklastik. Jenis magma yang membentuk gunungapi stratoumumnya magma yang berkompisi intermedier. Morfologi Gunungapi Perisai  adalahbentangalam gunungapi yang bentuknya menyerupai perisai dan biasanya disusun oleh lavayang berkomposisi basaltis. Karena sifat magmanya yang encer maka ketika magma keluarmelalui pusat erupsinya akan tersebar kesegala arah membentuk bentuk menyerupai perisai.

Gambar 5.19 Morfologi Gunungapi Strato / Strato Volcano (kiri) dan morfologi Gunungapi Perisai /Shield Volcano (kanan)

2. Volcanic Footslope Landforms (Morfologi Kaki Gunungapi)

Morfologi Kaki Gunungapi adalah bentangalam gunungapi yang merupakan bagian kaki darisuatu tubuh gunungapi. Pada umumnya suatu tubuh gunungapi dibagi menjadi tiga bagian,yaitu kepundan gunungapi, badan/kerucut gunungapi, dan kaki gunungapi.

3. Crater Landforms (Kawah Gunungapi)

Morfologi Kawah adalah bentangalam gunungapi yang merupakan lubang tempat keluarnyamaterial gunungapi ketika terjadi erupsi.

Gambar 5.20 Morfologi Kaki Gunungapi (kiri) dan morfologi Kawah Gunungapi (kanan)

Copyright@2010 by Djauhari Noor 53

Page 57: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 57/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

4. Caldera Landforms (Morfologi Kaldera Gunungapi)

Morfologi Kaldera adalah bentangalam yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunungapi tipeexplosive yang mengakibatkan bagian kepundannya runtuh sehingga membentuk bentukkawah yang sangat luas. Kadangkala bagian dalam kaldera terisi air membentuk danau.Contoh yang paling klasik dari kaldera di Indonesia adalah Danau Toba di Sumatra Utara.

5. Volcanic-neck Landforms (Morfologi Jenjang Gunungapi)

Morfologi Jenjang Gunungapi adalah bentangalam yang berbentuk seperti leher atau tiangmerupakan sisa dari proses denudasi gunungapi.

6. Parasitic Cone Landforms (Morfologi Gunungapi Parasit)

Morfologi Gunungapi Parasit (Parasitic Cones) adalah bentangalam yang berbentuk kerucutyang keberadaannya menumpang pada badan dari induk gunungapi, sering juga disebutsebagai anak gunungapi.

7. Lava Plug Landforms (Morfologi Sumbat Lava)

Sumbat lava (lava plug) adalah bentangalam yang berbentuk pipa atau bantal berupa lavayang membeku pada lubang kepundan.

Gambar 5.21 Morfologi Kaldera /Caldera Landforms (kiri) dan morfologi Jenjang Gunungapi /Volcanic

Neck (kiri). 

Gambar 5.22 Morfologi Kerucut Gunungapi / Parasite Cone (kiri) dan morfologi SumbatLava / Lava Plug (kanan)

Copyright@2010 by Djauhari Noor 54

Page 58: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 58/150

Bab 5 Bentangalam Endogen (Kontruksional) Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 55

8. Morfologi Maar

Morfologi Maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah gunungapihasil erupsi preatomagmatik, letusannya disebabkan oleh air bawah tanah yang kontakdengan magma. Ciri dari morfologi Maar umumnya diisi oleh air membentuk suatu danaukawah yang dangkal.

9. Volcanic Remnant Landforms (Morfologi Sisa Gunungapi)

Sisa Gunungapi  (volcanic remnant)  adalah sisa-sisa dari suatu gunungapi yang telahmengalami proses denudasi.

Gambar 5.23 Morfologi “Maar” (kiri) dan morfologi Sisa Gunungapi /Remnant Volcanic Landforms (kanan) 

Page 59: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 59/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 56

66 Bentangalam Eksogen

6.1 Umum

Bentangalam eksogenik adalah bentuk-bentuk bentangalam yang proses pembentukannya/genetikanya dikontrol oleh gaya eksogen. Bentangalam eksogen dikenal juga sebagaibentangalam destruksional (destructional landforms). Berikut ini adalah proses proses eksogenyang merubah bentuk bentang, yaitu:

6.2 Bentangalam Hasil Aktivitas Sungai (Landforms of Fluvial

Processes)

 Air secara mekanik dan kimiawi berperan dalam proses pelapukan, erosi dan sedimentasi darimaterial kulit bumi. Proses proses tersebut berjalan terus sepanjang masa dan akan

menghasilkan perubahan bentuk bentang alam yang sebelumnya ada. Jumlah air yang jatuh kepermukaan bumi sebagai curah hujan/salju (presipitasi) setiap tahunnya di daratan adalahsetara dengan 4 milyar ton atau rata rata sekitar 40 inch untuk setiap satuan luas. Meskipunpenyebaran curah hujan tidak merata di setiap tempat di muka bumi, namun demikian airmemiliki peran yang penting terhadap perubahan bentuk bentangalam. Hampir 25% dari curahhujan yang jatuh di atas daratan merupakan air permukaan (surface runoff) dan air inimengalir ke laut melalui alur-alur sungai yang terdapat di daratan. Material-material hasilpelapukan dan erosi diangkut oleh air sungai dan diendapkan sebagai sedimen. Aktivitas sungaiyang mengalir di daratan akan meng-erosi dan merubah bentuk bentuk bentangalam. Proses-proses erosi dan pembentukan alur-alur sungai merupakan agen di dalam perubahan bentukbentangalam.

Sistem Fluviatil adalah sekumpulan alur-alur sungai yang membentuk jaringan yang komplekdan luas dimana air yang berasal dari permukaan daratan mengalir. Batas geografis dimanaseluruh air yang ada di suatu wilayah disebut sebagai watershed atau drainage basin. Dalamsatu watershed terdapat beberapa alur sungai kecil-kecil yang disebut sebagai cabang-cabangsungai (tributaries )   yang mengalirkan air ke alur sungai yang lebih besar (principal stream).Sistem pengaliran sungai dalam suatu watershed dapat dipisah-pisahkan berdasarkan ukuranalur sungainya dan dikenal sebagai stream ordering. Order pertama dari pengaliran sungaiadalah alur sungai yang ukurannya paling kecil, sedangkan order kedua adalah alur sungaiyang hanya memiliki cabang-cabang sungai dari order pertama sebagai cabang sungainya.Order ke tiga adalah alur sungai yang hanya memiliki cabang-cabang sungai dari alur sungaiorder pertama dan atau order kedua. Secara umum, sungai yang mempunyai order yang lebih

tinggi akan mempunyai batas pemisah air (watershed) yang lebih luas dan sudah barang tentuakan membawa air permukaan yang lebih banyak.

Page 60: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 60/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 57

 Topografi yang tinggi umumnya memiliki batas pemisah air yang memisahkan arah aliran airrunoff ke dalam cekungan yang berbeda didasarkan atas orientasi dari kemiringan lerengnya.Salah satu yang mengendalikan jumlah air yang berada dalam sungai di setiap lokasi adalahluas areal permukaan yang terdapat di dalam drainage basin tersebut dan hal ini merupakanfungsi dari batas pemisah pengaliran. Sebagai contoh adalah batas pemisah air untuk pulauJawa adalah puncak-puncak gunungapi yang membujur dari barat ke timur yang memisahkanaliran sungai-sungai yang mengalir ke utara (laut Jawa) dan ke selatan (samudra Hindia).

Bentangalam sungai adalah bentuk bentuk bentangalam yang terjadi sebagai akibat dari prosesfluviatil. Material material yang berukuran pasir kasar hingga kerikil akan terakumulasidisepanjang saluran sungai, yaitu disepanjang aliran air yang terdalam atau disepanjangaliran/arus yang terkuat karena pada kecepatan arus yang tinggi butiran-butiran sedimen yanglebih halus akan terbawa arus. Endapan material tersebut dikenal sebagai Gosong Pasir (Bar).Ke arah bagian tepi saluran sungai, kecepatan arus melemah dan butiran-butiran material yanglebih halus akan terakumulasi dan terendapkan sebagai endapan Point bar . Selama banjir,dataran banjir akan digenangi air yang memungkinkan butiran-butiran sedimen yang lebih

halus diendapkan dan semakin jauh dari alur sungai butiran sedimen yang diendapkan semakinhalus lagi, daerah dataran banjir dikenal sebagai bentangalam Flood plain . Kebanyakan daridaerah dataran banjir tersusun dari endapan pasir dan lumpur, sedangkan pasir yang kasardiendapkan ditepi saluran sungai utama dan dikenal sebagai Tanggul-alam (Levees ), yaituakumulasi endapan yang sejajar dengan arah saluran sungai.

Pada gambar 6.1 diperlihatkan beberapa bentuk bentangalam (morfologi) hasil dari prosesfluviatil (sungai) antara lain adalah Morfologi Kipas Aluvial (Alluvial fan), adalah bentukbentangalam yang tersusun dari material endapan sungai yang menyerupai bentuk kipas danumumnya terjadi dibagian muka lereng perbukitan dan daerah beriklim arid. Kipas alluvialterbentuk pada sungai yang mengalir dari suatu lembah berbukitan dengan gradien lerengyang curam ke arah lereng yang landai dari suatu dataran dan material material lepas yang

diangkut oleh air sungai diendapkan; Morfologi Sungai Bersirat (Braided-stream Deposits),merupakan bentuk bentangalam hasil dari proses pengendapan pada alur sungai yangberpindah-pindah; Morfologi Point Bar, adalah bentuk bentangalam yang berada pada kelokansungai bagian dalam yang merupakan hasil pengendapan sungai pada bagian dalam dari suatukelokan sungai (meander); Morfologi Gosongpasir (Bar deposits) merupakan bentangalam yangberbentuk daratan disepanjang suatu alur sungai sebagai hasil pengendapan material yangdiangkut sungai.

Bentangalam Kipas Aluvial Bentangalam Kipas Aluvial 

Page 61: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 61/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 58

 

Bentangalam Sungai Bersirat (Braided stream) Bentangalam Sungai Bersirat (Braided stream)

Bentangalam Point Bar Bentangalam Danau Tapal Kuda

Bentangalam Gosongpasir (Bar) Bentangalam Undak Sungai

Dataran Banjir Crevasse

Page 62: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 62/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 59

 

Meander Tanggulalam

Oxbow Lake Delta

Gambar 6.1 Bentangalam yang terbentuk oleh proses fluvial

6.3 Bentangalam Hasil Aktivitas Pesisir (Landforms of CoastalProcesses)

Pada dasarnya ada perbedaan antara antara wilayah pantai (shore) dan pesisir (coast), pantaiadalah daerah dimana air laut dan daratan bertemu. Pantai berupa dartan yang sempit ataulebar dimana pengaruh air laut berpengaruh dalam cara pembentukkannya. Daratan pantai dibentuk oleh perbedaan pasang surut air laut atau kegiatan maksimum ombak mencapaidaratan. Garis pantai (shoreline) diartikan sebagai garis yang dibentuk pertemuan antara

daratan dan permukaan tinggi air laut rata-rata dari ketinggian pasang surut laut.

Wilayah Pesisir adalah suatu wilayah yang berada pada batas antara daratan dan lautan danmerupakan tempat pertemuan antara energi dinamis yang berasal dari daratan dan lautan.Wilayah pantai merupakan wilayah yang dipengaruhi oleh proses-proses erosi/abrasi,sedimentasi, penurunan (submergence ), dan pengangkatan (emergence ).

Morfologi pantai adalah bentuk–bentuk bentangalam yang terjadi sebagai akibat dari aktivitasair yang berada di wilayah pantai. Berbagai macam bentuk bentangalam dijumpai di wilayahpantai, kebanyakan bentuk bentangalam pantai sebagai hasil perubahan gelombang air laut.Singkapan-singkapan batuan yang berada disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan(headlands) ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantaidan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentang alam tertentu.

Page 63: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 63/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 60

6.3.1 Unsur-unsur dan sifat-sifat gelombang

Sebagaimana diketahui bahwa air laut yang terdapat di bumi dapat bergerak dan berpindahdari satu tempat ke tempat lainnya dikarenakan oleh rotasi bumi, iklim, tekanan udara di bumi,perbedaan temperatur di bumi. Gelombang air laut terjadi karena adanya energi yangdirambatkan melalui media air laut.

Gambar 6.2 Bentuk lingkaran-2 gelombang yangsecara berangsur akan mengecil ke arah bawah(dalam).

Gambar 6.3 Sifat rambat gelombang air laut

ketika mulai mendekati pantai, dan saat dasarlautan mulai disentuh maka kecepatannya mulaiberkurang, dan terlihat lingkaran-2 mulaimemipih dan gelombang memuncak.

Gambar 6.4 Sifat gelombang yang menuju arahgaris pantai yang tidak teratur (tanjung danteluk) maka pengendapan akan terjadi di bagiandimana gelombang agak tenang (bagian teluk),

dan energi akan tercurah pada bagiansemenanjung.

Sifat sifat dari gelombang air laut secara berangsur akan mengecil ke arah bagian bawah

(gambar 6.2). Sedangkan sifat rambat gelombang air laut ketika mulai mendekati pantai, dansaat dasar lautan mulai disentuh maka kecepatannya mulai berkurang, dan terlihat lingkaran-2mulai memipih dan gelombang memuncak (gambar 6.3). Sifat gelombang yang menuju arahgaris pantai yang tidak teratur (tanjung dan teluk) maka pengendapan akan terjadi di bagiandimana gelombang agak tenang (bagian teluk), dan energi akan tercurah pada bagiansemenanjung (gambar 6.4).

6.3.2. Bentuk-bentuk pantai

Bentuk bentuk pantai sangat dipengaruhi oleh aktifitas gelombang yang menuju ke arahpantai. Dalam gambar 6.5. diperlihatkan beberapa contoh pantai yang dipengaruhi oleh prosesabrasi gelombang laut yang menuju ke arah pantai, yaitu : a). Arah gelombang membentuk

sudut dengan garis pantai : b). Arah gelombang membentuk sudut dan mengarah ke arahmuara sungai; c). Arah gelombang yang sejajar dengan garis pantai.

Page 64: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 64/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 61

 

 Arah gelombang membentuk sudutdengan garis pantai

Bentuk pantai yang diakibatkan oleh arahgelombang yang membentuk sudut

terhadap garis pantai

 Arah gelombang membentuk sudut dan mengarah

ke arah muara sungai

Tertutupnya muara sungai yang disebabkan

oleh arah gelombang yang menyudutterhadap garis pantai

 Arah gelombang yang sejajar dengangaris pantai

Bentuk pantai ”Spit” oleh arah gelombang yangsejajar dengan garis pantai

Gambar 6.5 Proses abrasi dan sedimentasi yang disebabkan oleh Gelombang Air Laut 

6.4 Morfologi Pantai

Morfologi hasil aktivitas pesisir merupakan bentuk bentuk bentangalam yang proses terjadinyasangat dipengaruhi oleh aktivitas daratan dan lautan. Pada gambar 6.6 diperlihatkan bentuk

bentangalam yang terjadi pada lingkungan pesisir/pantai.

Page 65: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 65/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 62

 1. Delta

Lingkungan delta, yaitu suatu lingkungan dimana konsep keseimbangan dikendalikan olehgaya-gaya yang berada dalam suatu sistem yang komplek. Delta berasal dari endapansedimen sungai, tetapi ke ke arah bagian laut lebih banyak sediment yang di endapkan.

Delta terbentuk ketika sungai mencapai ketinggian dasar air (base level), yaitu suatuketinggian dimana air tidak lagi meng-erosi. Ketinggian dasar air menandai akhir dari suatusistem sungai dan biasanya terletak di danau atau lautan. Sedimen yang diangkut dalamsaluran sungai akan diendapkan di lokasi tersebut dan akhirnya membentuk suatu deltayang tersusun dari akumulasi lumpur dan pasir yang tebal. Bagian permukaan delta disebutsebagai dataran delta (delta plain) dengan bentuk morfologi dataran, terdiri dari rawa-rawadan payau dengan drainase yang buruk dan di dalamnya sungai mengalir yang akhirnyamencapai lautan. Pada bagian delta plain, saluran-saluran sungai merupakan suatu sistemsaluran air yang dikenal dengan distributaries , yaitu saluran-saluran kecil yang mengangkutsedimen dari saluran sungai yang besar dan didistribusikan melalui saluran-saluran yangberada di delta.

Berdasarkan bentuk dan morfologinya, delta dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitudelta yang terbentuk akibat pengaruh pasang surut, gelombang, dan sungai:

a. Delta yang didominasi sungai  (A River-dominated delta), adalah delta yangterbentuk oleh pengaruh sungai. Aliran dari saluran sungai utama akan terpisah kedalam saluran-saluran distributary yang komplek dan pengisi secara langsung kedalam laut (danau) material yang diangkutnya. Contoh delta yang sangat populeradalah delta Nile di Mesir (gambar 6.7) dan delta Berau di Kallimantan.

b. Delta yang didominasi pasang surut (Tide-dominated deltas), yaitu delta yangterbentuk sebagai akibat perubahan pasang surut yang ekstrim. Ketika surutterendah, sejumlah saluran pada delta mengalami insision dari gabungan antaraarus pasang surut dan aliran sungai, sedangkan ketika pasang tertinggi, saluran-

saluran terisi air laut, sedimen di pasok ke delta oleh sistem fluviatil yang berasaldari bagian hulu sungai,disini saluran pasang surut disebarkan oleh arus pasangsurut bukan oleh aliran sungai. Pada saat pasang tertinggi, delta akan digenangioleh air laut dan menjadi rangkaian pulau-pulau berbentuk lonjong yang dibatasioleh saluran-saluran

c. Delta yang didominasi gelombang  (Wave-dominated deltas) dicirikan olehbentuknya yang berukuran kecil. Tidak tergantung pada seberapa banyak sedimendipasok oleh sungai, coastal delta didominasi sedikit banyak oleh gelombang karenagelombang sangat efektif mendistribusikan sedimen di sepanjang pantai. Deltamenjadi tempat pengendapan sementara ketika gelombang bertiup dan berperandi dalam penyebaran pengendapan. Contoh delta Bangladesh.

1. Tanjung  adalah bentangalam yang daratannya menjorok ke arah laut sedangkan

bagian kiri dan kanannya relatif sejajar dengan garis pantai.2. Teluk   adalah bentangalam yang daratannya menjorok ke arah daratan sedangkan

bagian kiri dan kanan nya relatif sejajar dengan garis pantai.3. Stack dan Arches adalah bentuk-bentuk bentangalam pantai yang berada di sekitar

garis pantai merupakan sisa-sisa daratan akibat kikisan / abrasi gelombang air laut danmengakibatkan garis pantai mundur ke arah daratan. Arches adalah sisa-sisa daratanakibat erosi (abrasi) dengan bentuk yang tidak teratur karena batuannya resistenterhadap hantaman gelombang.

4. Wave-cut platform  adalah bentangalam pantai yang terbentuk sebagai hasil erosigelombang air laut yang tersusun dari lapisan batuan horisontal serta terletak padazona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosigelombang dan wave-cut platform tertinggal di bagian depan garis pantai.

5. Barrier (Tanggul)  adalah bentangalam yang berbentuk memanjang sejajar dengangaris pantai dan terbentuk sebagai hasil pengendapan partikel partikel pasir dibagian

Page 66: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 66/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 63

muka pantai oleh abrasi gelombang air laut. Topografi barrier island umumnya lebihrendah dibandingkan dengan topografi pantai.

6. Lagoon  adalah bentuk bentangalam yang terletak diantara barrier (tanggul) dandaratan, dengan kedalaman air yang dangkal dan dipengaruhi oleh air laut dan airtawar yang berasal dari darat.

7. Pantai submergent  adalah bentangalam yang terbentuk dari pengaruh gabunganantara naiknya muka air laut (transgresi) dan penurunan cekungan.

8. Pantai emergent adalah bentangalam yang terbentuk sebagai akibat dari penurunanmuka air laut (regresi) atau naiknya permukaan daratan. Umumnya bentuk pantaiemergent ditandai oleh teras-teras pantai.

Delta Berau Kalimantan Delta Nile Mesir

Lagoon Spit

Wave Cut Platform Stack dan Arches 

Gambar 6.7 Berbagai morfologi pantai : Delta, Lagoon, Spit, Teluk, Stack dan Arche

Page 67: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 67/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 64

 

6.5 Bentangalam Hasil Aktivitas Angin (Landforms EolianProcesses)

Wilayah-wilayah yang curah hujan (presipitasi) tahunannya kecil umumnya jarang tumbuh-

tumbuhan sehingga tanah dan batuan yang terdapat di wilayah tersebut tersingkap dan halini menyebabkan tanah dan batuan yang ada dapat tererosi oleh angin dan terkena sinarmatahari secara langsung. Angin sebagai agent akan mengerosi partikel-partikel yangberukuran lempung, lanau dan pasir pada batuan dan tanah membentuk bentangalamyang unik hasil pengendapan partkel-partikel tersebut.

Setiap wilayah di bagian bumi memiliki sejarah iklim yang komplek dan seringkali aktivitasfluviatil dan kekeringan (ariditas) terjadi secara bersamaan. Konsekuensinya adalahbentangalam yang terbentuk oleh aktivitas angin dapat menutupi bentangalam yangdibentuk oleh aktivitas fluviatil. Banyak bentangalam gurun masih dikontrol oleh banjirbandang yang terjadi secara sporadis oleh hujan di daerah sekitar wilayah perbukitan.

 Aktivitas angin adalah aktivitas dimana partikel-partikel lepas yang berukuran lempung,lanau dan pasir mudah sekali berpindah oleh tiupan angin, sehingga daerah-daerah yangtidak bervegetasi, arid (kering) dan kaya sedimen akan dipengaruhi oleh aktivitas angindan angin akan menjadi faktor yang sangat penting sebagai media/agent pada proses erosidan sedimentasi.

 Angin yang sangat kuat dapat meng-erosi dan mengangkut sedimen lebih banyak, partikelpasir halus dapat berpindah hingga ratusan kilometer sedangkan partikel lempung danlanau dapat dibawa hingga ribuan kilometer. Bentuk-bentuk bentangalam yang dikontrololeh aktivitas angin adalah (gambar 6.8): Sand Dunes, Arroyos, Pediment, dan Inselbergs.

1. Morfologi Sand dunes adalah bentangalam yang berbentuk bukit bukit pasir berpolaparabolic atau ellipsoid dan merupakan hasil pengendapan partikel-partikel pasir yangdiangkut oleh angin.

2. Morfologi Loess adalah bentangalam yang berbentuk dataran dan merupakan hasilpengendapan material yang berbutir halus oleh angin.

3. Morfologi Scree adalah bentangalam hasil hasil pengikisan angin yang diendapkan dikaki lereng.

4. Morfologi Arroyos adalah bentangalam yang terbentuk sebagai akibat dari aliran airhujan yang membawa partikel-pasir yang mengisi bagian gullies dan valley dan

umumnya terdapat di daerah yang beriklim arid.

5. Morfologi Pediment  adalah bentangalam berbentuk dataran landai merupakanendapan yang terletak dikaki-kaki bukit merupakan hasil erosi perbukitan disekitarnya.

6. Morfologi Inselberg  adalah bentangalam berbentuk perbukitan memanjang danmerupakan sisa hasil erosi angin.

Page 68: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 68/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 65

 

Gambar 6.8 Morfologi Sand dunes (kiri) dan Inselberg (kanan)

Gambar 6.9 Morfologi Scree (kiri) dan Pediment (kanan)

Gambar 6.10 Morfologi Arroyos (kiri) dan Loes (kanan)

 

6.6 Morfologi Karst

Morfologi Karst atau Topografi Karst adalah termasuk kedalam bentangalam Order 3 yangterbentuk sebagai hasil dari proses erosi pada batugamping. Batugamping (CaCO3) merupakanbatuan utama karst, dan merupakan batuan penyusun bentangalam karst dengan berbagaibentuk. Adapun batuan dolomit (CaMg (CO3)2) merupakan batuan yang kurang / tidak mudahmengalami pelarutan oleh media air, sehingga batuan induk dolomit kurang berkembang dalampembentukan morfologi karst. Batuan karst tersingkap lebih dari 12% di muka bumi, baik didaratan maupun di kepulauan, akan tetapi topografi yang benar benar memperlihatkan bentuktopografi karst hanya 8% saja. Tempat tempat yang terkenal dengan bentangalam karst-nya

adalah di kepulauan Bahama dan Yunani. Sebagaimana diketahui bahwa 20-25% dari populasi

Page 69: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 69/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 66

sirkulasi air bawah tanah (ground water) di dunia ada di wilayah batuan karst, sehingga dalambidang hidro-geologi, studi terhadap bentangalam karst menjadi sangat penting.

Sistem dinamis dari karst menyebabkan air meteorit (hujan dan salju) mengalir dibawahpermukaan dikarenakan sifat batuannya yang mudah larut dibandingkan jika mengalir diataspermukaan seperti saluran saluran sungai. Di daerah batuan karst, aliran air mengalirmengikuti rongga-rongga yang terbentuk sebagai akibat pelarutan yang berkembang padasistem rekahannya, air masuk dan keluar melalui tepi/ujung dari batuan yang mudah larut atauketempat tempat yang lebih rendah. Sebagai konsekuensi dari sifat tersebut maka hampirsemua topografi karst sebagai gugusan bentangalam yang menjadikan air meteorit mengallirmelalui rongga-rongga. Nama karst berasal wilayah Slovenia dan merupakan istilah dari kata “kras” yang berarti “stonny ground”, stony karena di bagian barat Slovenia, tanah yangpertama ditutupi oleh material hasil pelapukan batugamping. Pada umumnya morfologi karstdicirikan oleh bentuk topografi yang tidak teratur dan umumnya terdapat adanya aliran sungaibawah tanah serta lubang lubang hasil pelarutan air berbentuk dolina atau ovala.

Gambar 6.11 Proses pelarutan pada batugamping membentuk sinkhole/dolina

Berbagai tipe dan bentuk bentangalam karst adalah :

1. Morfologi Karst adalah bentangalam yang dibangun oleh batugamping yang dicirikanoleh adanya gua-gua, uvala, dolina sebagai hasil pelarutan air.

2. Morfologi Pepino Hill adalah bentangalam perbukitan yang tersusun daribatugamping yang berbentuk kerucut kerucut batugamping. 

3. Morfologi Polje adalah bentangalam yang berbentuk amphitheatre hasil erosi padaperbukitan batugamping. 

4. Morfologi Dolina dan Ovala adalah lubang-lubang berbentuk kerucut terbalik sebagai

hasil pelarutan air di daerah morfologi karst. Dolina dan Ovala dibedakan berdasarkanbentuknya, dolina berbentuk “V” dan ovala “U”.

Page 70: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 70/150

Bab 6 Bentangalam Eksogen (Destruksional) Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 67

 

Topografi Karst Pepino Hills

Polje Uvala

Gua di perbukitan karst Stalagtit dan Stalagmit

Stalagmit Sinkhole (Dolina)

Gambar 6.12 Bentuk Bentangalam Karst

Page 71: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 71/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

77 Peta Topografi 

7.1 Definisi

Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur permukaanbumi digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu. Peta seringkali sangatefektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan manusia,baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Sebagaimana denganfoto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan ataudigambarkan dalam susunan kata-kata. Secara umum peta diartikan sebagai gambarankonvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datarmelalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk identifiksinya.

Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal atau Channel antarasipengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan demikianpeta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi.

Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang didesain untuk mampu menghasilkan sebuahinformasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yangberkaitan dengan bumi untuk menganalisis, memperkirakan dan menghasilkan gambarankartografi. Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya datageografi mengandung 4 aspek penting, yaitu:

1. 

Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang yang khaspada sistem koordinat (projeksi sebuah peta).

2.   Atribut (ciri bahan), informasi yang menerangkan mengenai objek-objek ruang yangdiperlukan. Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objekruang,Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang.

3. 

Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang berupa fakta,dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya alamnya,berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur mukaBumi yang disajikan.

4.  Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas sertagrid atau gratikul. Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan berbagaiketerangan yang disebut tepi. Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta dapatdipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta. Penyusunan dan penempatanketerangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena semua informasi yangterletak disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan.

Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi saja, sedangkan

para pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3 dimensi (unsur ketinggian) juga disajikan dalam peta. Peta yang menyajikan unsur ketinggian yang mewakili dari bentuk

Copyright@2010 by Djauhari Noor 68

Page 72: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 72/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

lahan disebut dengan peta topografi. Meskipun berbagai teknik telah banyak dipakai untukmenggambarkan unsur ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti adalahmemakai garis kontur.

Indonesia pertama kali di petakan secara detail oleh pemerintah kolonial Belanda dan selesai

pada tahun 1943. Peta ini kemudian disempurnakan lagi di tahun 1944. Peta topografi tahun1944 ini akhirnya dipakai sebagai acuan dasar pemetaan Indonesia. Tahun 1966 petaIndonesia disempurnakan lagi melalui sistem pencitraan satelit oleh American Map Service(AMS) namun dengan skala terbesar 1:50000.

Peta topografi awalnya hanya dipakai untuk kebutuhan pertahanan dan militer sehingga sangatdirahasiakan dan tidak sembarang orang bisa mengakses. Akan tetapi dengan dunia informasiyang makin terbuka, maka peta topografi sudah disesuaikan dengan kepentingan publik.

7.2 Bagian Bagian Peta 

1. 

Judul Peta , diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheetpeta (gambar 7.1). Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk petabuatan badan koordinasi survai dan pemetaan nasional (BAKOSURTANAL).

2.  Legenda Peta , penjelasan dari simbul simbul yang tercantum dalam peta. Bagian iniadalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam membaca peta jika tidak ada legendanya.

Gambar 7.1 Contoh Lembar Peta yang dikeluarkan Oleh Bakosurtanal (BadanKoordinasi Survei dan Pemetaan Nasional)

Copyright@2010 by Djauhari Noor 69

Page 73: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 73/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

3.  Skala Peta, bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medansebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka. Dalam petatopografi biasanya dicantumkan keduanya. Rumus perhitungan : jarak dimedansebenarnya = jarak di peta x skalanya. (Contoh : skala peta 1:25000; 1:50000;1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm dalam peta adalah 25000 cmdi medan sebenarnya atau 25km.

4.  Garis Koordinat,  jaring-jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertikal dan garishorisontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat. Koordinat petadikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat geografis. Koordinat geografismerupakan koordinat dari jarring-jaring bumi yang terdiri garis lintang untuk horizontaldan garis bujur untuk vertical. Penulisanya biasanya denga koordinat geografis, derajat,menit dan detik (Contoh : 940 15’ 114,4”) biasanya disertakan “L” untuk Lintang dan “B”  untuk Bujur. Koordinat grid adalah jaring jaring koordinat lokal yang dipakai untukacuan pengkoordinatan dalam peta. Biasanya hanya disebutkan dengan angka saja dandikenal dengan koordinat 8 angka atau 12 angka. Untuk peta w:st=”on” Indonesia ada2 acuan pokok dalam koordinat ini yaitu dengan dikenal dengan sistem UTM/UPS atau

LCO masing masing dengan acuan 00

 yang berbeda.

5.  Garis Ketinggian atau biasa disebut garis kontur, Adalah garis yang menyerupaisidik jari yang menunjukkan titik ketinggian yang sama dalam peta. Karena merupakantanda dari ketinggian yang sama, maka garis ini tidak akan pernah saling memotongtapi bisa bersinggungan. Lokasi yang lebih rendah akan melingkari lokasi yang lebihtinggi, itulah cirri garis kontur. Atau bisa juga disebutkan garis sebelah dalam adalahlebih tinggi dari garis sebelah luar.

Dalam peta interval atau jeda beda ketinggian antara garis kontur biasanya di tunjukandi dekat lokasi legenda. Untuk peta skala 1:25000 interval konturnya biasanya adalah12,5 meter sedangkan peta skala 1:50000 biasanya interval konturnya adalah 25 meter.

Terjemahannya adalah bila interval kontur 25 meter, maka jarak antara garis konturyang satu dengan yang lainnya di w:st=”on” medan sebenarnya memiliki beda tinggisecara vertical 25 meter. Garis kontur dengan pola huruv “ V”  atau runcing biasanyamenunjukan sebuah jurang/sungai, dan garis kontur dengan pola “U”   atau berpolaLengkung biasanya menunjukan sebuah punggungan dan “O” merupakan puncak atauKawah.

6.  Tahun Pembuatan Peta, merupakan keterangan yang menunjukkan tahun terakhirpeta tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi permukaan bumi bisaberubah sewaktu waktu.

7.  Deklinasi,  yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan Utara

Magnetik(Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali. Kenapa adaperbedaan antara Utara peta dan Utara sebenarnya dan Utara Magnetik. Seperti kitaketahu Utara Bumi kita ditunjukan oleh di Kutub Utara. Sedangkan sumbu utaramagnet bumi sebenarnya ada di sebuah kepulauan di dekat dataran Green Land. Setiaptahun karena rotasi Sumbu bumi ini mengalami pergeseran rata-rata 0,02 detik bisa ketimur dan ke barat. Jadi utara sebenarnya bisa ditentukan dari mengkonversi antarautara magnetic dengan utara Peta. Biasanya akan dicantumkan di setiap lembar peta.

Tujuh bagian diatas merupakan bagian pokok yang selalu ada dalam tiap lembar peta. Bagianlain adalah merupakan bagian pelengkap. Yang biasanya berisi indek peta, keteranganpembuatan peta, dan pemroduksi peta.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 70

Page 74: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 74/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 7.2 Peta Topografi Daerah Mount Marey

1. Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktismenyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlumengenal tanda-tanda medan yang ada di lokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakankepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medanlainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengangambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajardengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi.

Langkah-langkah orientasi peta :

a) 

Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok;b)

 

Letakkan peta pada bidang datar;c)  Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara

magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alamyang dihadapi.

d) 

Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medantersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.

e)  Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta,ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 71

Page 75: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 75/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

2. Azimuth dan Back Azimuth

 Azimuth  ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macamazimuth yaitu:

a)   Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengantitik sasaran;

b)   Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;c)   Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya: bilasudut azimut lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudutazimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth= 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.

3. Resection

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebihtanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untukdapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita beradadi tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satutanda medan lainnya yang dibidik.Langkah-langkah resection :

a)  Lakukan orientasi peta;b)  Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah;c)  Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu;d)  Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas

itu disebut azimuth;e)  pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya;

f) 

perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta

4. Intersection 

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakandua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untukmengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untukdicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkahmelakukan intersection:

a)  lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita;b)  bidik obyek yang kita amati;

c) 

pindahkan sudut yang kita dapat dipeta;d)

 

bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;e)  perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang

dimaksud.

7.3 Jenis Jenis Peta

Peta dapat digolongkan menjadi beberapa dasar yaitu :

1.  Penggolongan berdasarkan skalanya :Peta skala besar dengan skala 1: 25.000. Peta ini isinya lebih detail contoh peta

tofografi. Peta skala sedang dengan skala 1: 25,000 – 1: 2.000.000 peta ini hanyamemuat yang penting penting saja. Peta skala kecil dengan skala lebih dari 1:200.000.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 72

Page 76: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 76/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

2.  Penggolongan berdasarkan isi dan fungsinya:Peta umum (General Map) yaitu peta yang memuat kenampakan kenampakan umum(lebih dari satu jenis ) memuat kenampakan fisis alamiah da kenampakan budaya. Petaini lebih berfungsi sebagai orientasi. Peta tematik yaitu peta yang memuat satu jeniskenampakan saja peta tertentu baik kenampakan fisis maupun kenampakanbudaya.Peta kart yaitu peta yang di desain untuk keperluan navigasi, nautical,aeronautical.

3.  Penggolongan berdasarkan tujuannya:Peta geologi bertujuan untuk menunjukan formasi batuan atau aspek geologi lainnya disuatu daerah. Peta iklim bertujuan untuk menunjukkan berbagai macam sifat iklim disuatu daerah. Jenis jenis lainnya : misalnya peta tanah, peta kependudukan peta tataguna lahan dan sebagainya

7.4 Peta Topografi

Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar.Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama daripermukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satuketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapatdiidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Olehsebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis)dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan datayang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secaraumum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciripermukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

Gambar 7.3 Blok Diagram Peta Topografi

Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli)dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu petatopografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka

bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.Peta topografi mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannyamenghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 73

Page 77: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 77/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 7.4 Peta Topografi Berbagai Skala

7.5 Peta Geomorfologi

Peta geomorfologi didefinisikan sebagai peta yang menggambarkan bentuk lahan, genesabeserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala. Berdasarkan definisi diatas maka

suatu peta geomorfologi harus mencakup hal hal sebagai berikut:a.  Peta geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan atau terrain disajikan

dalam bentuk simbol huruf dan angka, warna, pola garis dan hal itu tergantung padatingkat kepentingan masing-masing aspek.

b.  Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari sistem survei analitik(diantaranya morfologi dan morfogenesa) dan sintetik (diantaranya prosesgeomorfologi, tanah /soil, tutupan lahan).

c.  Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas bentukasalnya (struktural, denudasi, fluvial, marin, karts, angin dan es).

d.  Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya yangdinyatakan dalam angka, garis atau kedua-duanya.

 Adapun informasi yang terdapat dalam peta geomorfologi berupa bentuk, geometri, sertaproses-proses yang telah maupun sedang terjadi, baik proses endogenik maupun eksogenik.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 74

Page 78: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 78/150

Bab 7 Peta Topografi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 75

 Ada sedikit perbedaan penekanan antara informasi geomorfologi untuk sains dan informasigeomorfologi untuk terapan.

1.  Untuk tujuan sains maka peta geomorfologi diharap mampu memberi informasi mengenaihal-hal berikut :a.  Faktor-faktor geologi apa yang telah berpengaruh kepada pembentukan bentang alam

disuatu tempatb.  Bentuk-bentuk bentangalam apa yang telah terbentuk karenanya. Pada umumnya hal-

hal tersebut diuraikan secara deskriptif. Peta geomorfologi yang disajikan harus dapatmenunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula klasifikasi yang digunakan. Gambaranpeta yang menunjang ganesa dan bentuk diutamakan.

2. 

Sedangkan untuk tujuan terapan peta geomorfologi akan lebih banyak memberi informasimengenai :a.  Geometri dan bentuk permukaan bumi seperti tinggi, luas, kemiringan lereng,

kerapatan sungai, dan sebagainya.b.

 

Proses geomorfologi yang sedang berjalan dan besaran dari proses seperti :

 

Jenis proses (pelapukan, erosi, sedimentasi, longsoran, pelarutan, dan sebagainya) 

Besaran dan proses tersebut (berapa luas, berapa dalam, berapa intensitasnya, dansebagainya)

Pada umumnya hal-hal tersebut dinyatakan secara terukur. Peta geomorfologi yang disajikanharus menunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula klasifikasi yang digunakan. Gambaranpeta diutamakan yang menunjang kondisi parametris (yang dapat diukur) serta proses-prosesexsogen yang berjalan pada masa kini dan yang akan datang.

7.6 Skala Peta dan Peta Geomorfologi

Skala peta merupakan rujukan utama untuk pembuatan peta geomorfologi (Tabel 7-1).Pembuatan satuan peta secara deskriptif ataupun klasifikasi yang dibuat berdasarkanpengukuran ketelitiannya sangat tergantung pada skala peta yang digunakan. Di Indonesiapeta topografi yang umum tersedia dengan skala 1: 20.000; 1: 1.000.000; 1: 500.000; 1:250.000; 1: 100.000; 1: 50.000 dan beberapa daerah (terutama di Jawa) telah terpetakandengan skala 1 : 25.000 untuk kepentingan-kepentingan khusus sering dibuat peta berskalabesar dengan pembesaran dari peta yang ada, atau dibuat sendiri untuk keperluan teknis,antara lain peta 1: 10.000; 1: 5.000, dan skala-skala yang lebih besar lagi.

Tabel 7-1 Skala peta, sifat dan tahap pemetaan, serta proses dan unsur dominan

Skala Sifat

Pemetaan

Tahap

Pemetaan

Proses dan unsur geologi yang

dominan

< 1 : 250.000 Geoteknik, Geofisik

< 1 : 250.000 Global Regional

1 : 100.000 Regional Tektonik, Formasi (batuan utama)

1 : 50.000 Lokal Survey Struktur jenis batuan/satuan batuan

1 : 25.000 LokalBatuan, struktur, pengulangan danbentuk/relief, proses eksogen

1 : 10.000 Detail InvestigasiBatuan, proses eksogen, sebagai unsurutama, bentuk akibat proses

< 1 : 10.000 Sangat Kecil Proses eksogen, dan hasil proses

Page 79: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 79/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

88 Penafsiran Peta Topografi

8.1 Pendahuluan

Pada dasarnya penafsiran peta topografi dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu

penafsiran secara kualitatif dan kuantitatif. Penafsiran peta kualitatif memfokuskan pada semuaaspek dari suatu peta, yaitu aspek kelerengan peta (lereng terjal atau landai), jenis iklim yangada (beriklim kering atau basah), ada tidaknya kontrol struktur. Pertanyaan pertanyaantersebut harus dapat dijawab secara baik melalui mengalaman, melalui perbandingan petayang akan ditafsirkan dengan contoh kenampakan lainnya didalam peta, dan melaluipengamatan kenampakan kenampakan yang bersifat anomali untuk membantu dalammembedakan kenampakan kenampakan yang ada di peta dengan kenampakan lainnya.

Penafsiran kuantitatif adalah penafsiran yang dilakukan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang berbeda. Berapa derajat sudut lerengnya? Berapa nilai kerapatan sungainya(drainage densities) ?; Berapa derajat arah dari bukit yang ada di dalam peta. Meskipunpertanyaan pertanyaannya mirip dengan pertanyaan pada penafsiran kualitatif, namun berbeda

dalam hal mengukur panjang suatu obyek, volume, frekuensi dalam analisis. Kedua analisa,baik analisa kualitatif maupun analisa kuantitatif yang dilakukan secara sendiri sendiri sudahcukup untuk memahami suatu peta topografi. Kedua analisa dapat saling menguatkan dalammemahami resistensi batuan dan struktur batuan, proses proses erosi dan pengendapan,dampak waktu terhadap suatu evolusi bentangalam.

8.2 Metoda Penafsiran Peta Topografi

 Ada dua cara dasar untuk belajar mengenal dan mengidentifikasi kenampakan-kenampakangeologi pada peta topografi, yaitu:

1.  Melakukan pengamatan secara teliti terhadap bentuk-bentuk dari struktur geologi yangdigambarkan dalam bentuk-bentuk kontur pada peta topografi. Gambaran/ilustrasi daribentuk-bentuk semacam ini disebut sebagai kunci untuk mengenal dan mengidentifikasikenampakan geologi.

2.  Melalui metoda praktek dan pelatihan sehingga memiliki kemampuan melakukandeduksi dalam mengidentifikasi dan memaknakan kenampakan-kenampakan geologimelalui kajian dengan berbagai kriteria. Cara ini diyakini sangat dibutuhkan dalammelakukan interpretasi.

Meskipun banyak diilustrasikan disini bahwa kesamaan geologi yang terdapat di banyak tempat

di dunia, baik secara stuktur geologi, stratigrafi dan geomorfologi detail serta hubungandiantaranya sangatlah unik. Berikut ini adalah beberapa cara dalam mengenal danmengidentikasi kenampakan-kenampakan geologi pada peta topografi.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 76

Page 80: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 80/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Pembuatan peta geomorfologi akan dipermudah dengan adanya data sekunder berupa petatopografi, peta geologi, foto udara, citra satelit, citra radar, serta pengamatan langsungdilapangan. Interpretasi terhadap data sekunder akan membantu kita untuk menetapkansatuan dan batas satuan geomorfologinya. Walaupun demikian, interpretasi pada petatopografi tetap ditujukan untuk menginterpretasikan batuan, struktur dan proses yang mungkinterjadi pada daerah di peta tersebut, baik analisa secara kualitatif, maupun secara kuantitatif.

Dalam interpretasi peta topografi, prosedur umum yang biasa dilakukan dan cukup efektifadalah:

1.  Menarik semua kontur yang menunjukkan adanya lineament /kelurusan;2.  Mempertegas (biasanya dengan cara mewarnai) sungai-sungai yang mengalir pada

peta;3.  Mengelompokan pola kerapatan kontur yang sejenis.

Pada butir 1, penarikan lineament biasa dengan garis panjang, tetapi dapat juga berpatah-

patah dengan bentuk garis-garis lurus pendek. Kadangkala, setelah pengerjaan penarikangaris-garis garis-garis pendek ini selesai, dalam peta akan terlihat adanya zona atau trend atauarah yang hampir sama dengan garis-garis pendek ini.

Pada butir 2, akan sangat penting untuk melihat pola aliran sungai (dalam satu peta mungkinterdapat lebih dari satu pola aliran sungai). Pola aliran sungai merupakan pencerminankeadaan struktur yang mempengaruhi daerah tersebut.

Pada butir 3, pengelompokan kerapatan kontur dapat dilakukan secara kualitatif yaitu denganmelihat secara visual terhadap kerapatan yang ada, atau secara kuantitatif dengan menghitungpersen lereng dari seluruh peta. Persen lereng adalah persentase perbandingan antara bedatinggi suatu lereng terhadap panjang lerengnya itu sendiri.

Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati adalah polakontur dan aliran sungai.

a.  Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukanbatuan lunak atau lepas.

b.  Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya, menunjukan lebihkeras dari batuan sekitarnya.

c.   Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan keras.d.  Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada pada

batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah perbandinganantara total panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan pengaliran terhadap

luas cekungan pengaliran sungai-sungai itu sendiri).

Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah pengamatanterhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba,baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta polaaliran sungai.

8.3 Penafsiran Geomorfologi 

 Ada dua cara dasar untuk belajar mengenal dan mengidentifikasi kenampakan-kenampakangeologi pada peta topografi. Cara pertama adalah dengan mengamati dengan teliti dan detail

terhadap bentuk-bentuk dari struktur geologi yang digambarkan dalam bentuk-bentuk konturpada peta topografi. Gambaran / ilustrasi dari bentuk-bentuk semacam ini disebut sebagai

Copyright@2010 by Djauhari Noor 77

Page 81: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 81/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

kunci untuk mengenal dan mengidentifikasi kenampakan geologi. Cara kedua adalah melaluimetoda praktek dan pelatihan sehingga memiliki kemampuan melakukan deduksi dalammengidentifikasi dan memaknakan kenampakan-kenampakan geologi melalui kajian denganberbagai kriteria. Cara kedua ini diyakini sangat dibutuhkan dalam melakukan interpretasi.

Meskipun banyak diilustrasikan disini bahwa kesamaan geologi yang terdapat di banyak tempatdi dunia, baik secara stuktur geologi, stratigrafi dan geomorfologi detail serta hubungandiantaranya sangatlah unik. Berikut ini adalah beberapa cara dalam mengenal danmengidentikasi kenampakan-kenampakan geologi pada peta topografi. Pembuatan petageomorfologi akan dipermudah dengan adanya data sekunder berupa peta topografi, petageologi, foto udara, citra satelit, citra radar, serta pengamatan langsung dilapangan.Interpretasi terhadap data sekunder akan membantu kita untuk menetapkan satuan dan batassatuan geomorfologinya.

8.4 Penafsiran Peta Topografi

Dalam interpretasi geologi dari peta topografi, maka penggunaan skala yang digunakan akansangat membantu. Di Indonesia, peta topografi yang tersedia umumnya mempunyai skala 1 :25.000 atau 1 : 50.000 (atau lebih kecil). Acapkali skala yang lebih besar, seperti skala 1 :25.000 atau 1 : 12.500 umumnya merupakan pembesaran dari skala 1 : 50.000. dengandemikian, relief bumi yang seharusnya muncul pada skala 1 : 25.000 atau lebih besar, akantidak muncul, dan sama saja dengan peta skala 1 : 50.000. Dengan demikian, sasaran / objekinterpretasi akan berlainan dari setiap skala peta yang digunakan. Perhatikan Tabel 8-1dibawah, interpretasi pada peta topografi tetap ditujukan untuk menginterpretasikan batuan,struktur dan proses yang mungkin terjadi pada daerah di peta tersebut, baik analisa secarakualitatif, maupun secara kuantitatif.

Tabel 8.1 Contoh skala peta dan satuan geomorfologi

Skala Contoh satuan geomorfologi

1 : 250.000

Zona fisiografi : geoantiklin Jawa, pegunungan Rocky, Zona

patahan Semangko

1 : 100.000Sub fisiografi : Komplek dieng, Perbukitan kapur selatan, danlainnya, Plateau Rongga

1 : 50.000Perbukitan Karst Gn. Sewu, Perbukitan LipatanKarangsambung, Delta Citarum, Dataran Tinggi Bandung, danlainnya

1 : 25.000Lembah Antiklin Welaran, Hogback Brujul – Waturondo, BukitSinklin Paras, Kawah Upas, dan lainnya

1 : 10.000

Lensa gamping Jatibungkus, Sumbat Lava Gn. Merapi,

Longsoran Cikorea

1 : 10.000 < Aliran Lumpur di ……, rayapan di km……,Erosi alur di……, dsb

Dalam interpretasi peta topografi, prosedur umum yang biasa dilakukan dan cukup efektifadalah: 1). Menarik semua kontur yang menunjukkan adanya lineament / kelurusan; 2).Mempertegas (biasanya dengan cara mewarnai) sungai-sungai yang mengalir pada peta, 3).Mengelompokan pola kerapatan kontur yang sejenis.

Pada butir 1, penarikan lineament biasa dengan garis panjang, tetapi dapat juga berpatah-patah dengan bentuk garis-garis lurus pendek. Kadangkala, setelah pengerjaan penarikangaris-garis garis-garis pendek ini selesai, dalam peta akan terlihat adanya zona atau trend atauarah yang hampir sama dengan garis-garis pendek ini. Pada butir 2, akan sangat penting untukmelihat pola aliran sungai (dalam satu peta mungkin terdapat lebih dari satu pola aliran sungai).

Copyright@2010 by Djauhari Noor 78

Page 82: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 82/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Tabel 8.2 Hubungan antara skala peta dan pengenalan terhadap objekgeomorfologi.

Skala

Objek Geomorfologi1:2.500

s/d1:10.000

1:10.000s/d

1:30.000

LebihKecil dari1:30.000

Regional / bentang alam(Contoh : jajaran Pegunungan,

perbukitan lipatan dan lainnya )

Buruk Baik Baik – Sangat baik

Lokal/bentuk alam darat(Contoh :korok, gosong pasir,

questa, dan lainnyaBaik – Sangat Baik Baik–Sedang Sedang- Buruk

Detail/proses geomorfik(contoh: longsoran kecil, erosi

parit, dan lainnyaSangat Baik Buruk Sangat buruk

Pola aliran sungai merupakan pencerminan keadaan struktur yang mempengaruhi daerah

tersebut. Pada butir 3, pengelompokan kerapatan kontur dapat dilakukan secara kualitatif yaitudengan melihat secara visual terhadap kerapatan yang ada, atau secara kuantitatif denganmenghitung persen lereng dari seluruh peta. Persen lereng adalah persentase perbandinganantara beda tinggi suatu lereng terhadap panjang lerengnya itu sendiri. Banyakpengelompokan kelas lereng yang telah dilakukan, misalnya oleh Mabbery (1972) untukkeperluan lingkungan binaan, Desaunettes (1977) untuk pengembangan pertanian, ITC (1985)yang bersifat lebih kearah umum dan melihat proses-proses yang biasa terjadi pada kelaslereng tertentu (lihat tabel 8.3).

Tabel 8.3 Kelas lereng, dengan sifat-sifat proses dan kondisi alamiah yang kemungkinan terjadi dan usulan warna untuk petarelief secara umum (disadur dan disederhanakan dari VanZuidam, 1985)

Kelas Lereng Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah Warna

0 – 20 

(0-2 %)

Datar hingga hampir datar; tidak ada proses

denudasi yang berarti Hijau

2 – 40 (2-7 %)

 Agak miring; Gerakan tanah kecepatan rendah,erosi lembar dan erosi alur (sheet and rill

erosion). rawan erosi

Hijau

Muda

4 – 80 (7 – 15 %)

Miring;sama dengan di atas, tetapi denganbesaran yang lebih tinggi. Sangat rawan erosi

tanah.

Kuning

8 – 160 (15 -30 %)

 Agak curam; Banyak terjadi gerakan tanah,dan erosi, terutama longsoran yang bersifatnendatan.

Jingga

16 – 350 (30 – 70 %)

Curam;Proses denudasional intensif, erosi dangerakan tanah sering terjadi. Merah

Muda

35 – 550 (70 – 140 %)

Sangat curam; Batuan umumnya mulaitersingkap, proses denudasional sangat intensif,sudah mulai menghasilkan endapan rombakan(koluvial)

Merah

>550 (>140 %)

Curam sekali, batuan tersingkap; prosesdenudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,tanaman jarang tumbuh (terbatas).

Ungu

>550 (>140 %)

Curam sekali Batuan tersingkap; prosesdenudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,tanaman jarang tumbuh (terbatas). Ungu

Copyright@2010 by Djauhari Noor 79

Page 83: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 83/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati adalah polakontur dan aliran sungai.

a.  Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukanbatuan lunak atau lepas.

b.  Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya, menunjukan lebihkeras dari batuan sekitarnya.

c.   Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan kerasatau zona patahan.

d.  Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada padabatuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah perbandinganantara total panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan pengaliran terhadapluas cekungan pengaliran sungai-sungai itu sendiri), sedangkan kerapatan sungai yangkecil menunjukan batuan yang resisten terhadap erosi.

Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah pengamatan

terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba,baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta polaaliran sungai. Berikut ini adalah penafsiran struktur perlapisan, struktur lipatan dan struktursesar berdasarkan pola kontur, pola aliran sungai dan lineament (kelurusan) topografi.

1. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur

  Jurus perlapisan batuan dapatditafsirkan berdasarkan arahkecenderungan dari garis konturnya.

  Kemiringan lapisan batuan dapatditafsirkan berdasarkan spasikonturnya. Arah kemiringan umumnyamengarah ke arah spasi kontur yangrenggang.

2. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur

  Jurus perlapisan batuan dapatditafsirkan berdasarkan bentuk daripola garis konturnya.

  Kemiringan lapisan batuan dapatditafsirkan berdasarkan spasikonturnya. Arah kemiringan umumnyamengarah ke arah spasi kontur yangrenggang.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 80

Page 84: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 84/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

3. Resistensi batuan berdasarkan pola kerapatan kontur

  Spasi garis kontur rapat meng-indikasikan batuan yang resisten

  Spasi garis kontur renggangmengindikasikan batuan yang non-resisten. 

4. Resistensi batuan berdasarkan kerapatan sungai (drainage density)

  Nilai kerapatan sungai (drainage

density) yang besar mengindikasikanbatuannya lunak, seperti batulempung,napal, atau lanau.

  Nilai kerapatan sungai (drainagedensity) yang kecil mengindikasikanbatuannya resisten, seperti: batuanbeku, breksi, konglomerat, batupasir. 

5. Struktur l ipatan berdasarkan pola kontur perbukitan paralel 

  Pola kontur perbukitan yang sejajar /paralel.

  Pola aliran sungai trellis yang mewakilidaerah yang dikontrol oleh strukturperlipatan. 

6. Struktur lipatan berdasarkan pola kontur perbukitan berupa “ shoe shape”

  Pola kontur perbukitan yang berbentuksepatu (shoe shape) mengindikasikanstruktur lipatan (sinklin atau antiklin)yang menunjam kebawah atau terbukakeatas.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 81

Page 85: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 85/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

7. Struktur patahan berdasarkan pola kontur perbukitan yang bergeser

  Pola kontur perbukitan yang bergeser

(offset).

  Pola kontur yang mengikuti bidangsesar / patahan.

8. Struktur patahan berdasarkan pola aliran sungai yang berbelok tiba-tiba (offset)

  Pola aliran sungai yang membeloksecara tiba tiba (offset) 

   Arah aliran sungai yang mengalirdisepanjang bidang patahan.

Beberapa contoh kenampakan Geologi yang dapat diidentikasi dan dikenal pada peta topografi:

1.  Patahan / Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang meneruslurus, kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokanperbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai parallel dan rectangular.

Gambar 8.1 Peta Topografi Patahan : “Pergeseran Bukit” dan Sungai “Offset”

Copyright@2010 by Djauhari Noor 82

Page 86: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 86/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 8.2 Peta Topografi Patahan : Bukit Terpotong dan Orientasi dari Kelurusan Danau.

2.  Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trellis atau parallel, danadanya bentuk-bentuk dip-slope yaitu suatu kontur yang rapat dibagian depan yangmerenggang makin kearah belakang. Jika setiap bentuk dip-slope ini diinterpretasikanuntuk seluruh peta, muka sumbu-sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan kemudian.Pola dip-slope seperti ini mempunyai beberapa istilah yang mengacu pada kemiringanperlapisannya.

Gambar 8.3 Peta Topografi Lipatan: Pola Kontur berbentuk “Shoe shape” dan “Pola aliran Trellis”.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 83

Page 87: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 87/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 8.4 Peta Topografi Lipatan : Pola Aliran Trellis, Pola Kontur berbentuksepatu (shoe shape) dan Penjajaran Bukit

3.  Kekar,  umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.

Gambar 8.5 Peta topografi yang memperlihatkan kontrol Kekar dan Sesar: Pola aliranrectangular, kelurusan (lineament) bukit, kelurusan sebaran danau.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 84

Page 88: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 88/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 8.6 Peta topografi yang memperlihatkan kontrol Kekar dan Sesar: Pola aliran

rectangular dan kelurusan (lineament) bukit.

4.  Intrusi, umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan rapat, sungai-sungaimengalir dari arah puncak dalam pola radial atau annular.

Gambar 8.7 Peta Topografi Intrusi Batuan Beku dengan pola kontur yangmelingkar dan rapat.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 85

Page 89: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 89/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 8.8 Peta Topografi Kubah Garam (Dome structures) dan Pola Aliran Annular 

5.  Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur yang jarang dandibatasi oleh pola kontur yang rapat.

Gambar 8.9 Peta Topografi dari Batuan Lapisan Mendatar yang dicirikan olehpola kontur yang jarang dibatasi oleh pola kontur yang rapat.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 86

Page 90: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 90/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 8.10 Peta Topografi dari Batuan Lapisan Mendatar yang dicirikanoleh pola kontur yang jarang dibatasi oleh pola kontur yang rapat.

6.  Ketidakselarasan bersudut,  dicirikan oleh pola kontur rapat dan mempunyaikelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan yang dibatasi secara tiba-tiba olehpola kontur jarang yang mempunyai elevasi sama atau lebih tinggi.

Gambar 8.11 Peta Topografi dari bentuk ketidak selarasan: Perbedaan polakontur rapat dan renggang

Copyright@2010 by Djauhari Noor 87

Page 91: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 91/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

7.  Gunung api,  dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut dan pola aliran radial, sertakawah pada puncaknya untuk gunung api muda, sementara untuk gunung api tua dansudah tidak aktif, dicirikan oleh pola aliran annular serta pola kontur melingkar rapatatau memanjang yang menunjukan adanya jenjang volkanik atau korok-korok.

Gambar 10.12 Peta Topografi Gunungapi : Pola kontur membulat dan Pola Aliran Radial

Gambar 10.13 Peta Topografi Kaldera dengan anak Gunungapi : Pola Kontur

Membulat.

8. Karst,  dicirikan oleh pola kontur melingkar yang khas dalam penyebaran yang luas,beberapa aliran sungai seakan-akan terputus, terdapat pola-pola kontur yangmenyerupai bintang segi banyak, serta pola aliran sungai multibasinal. Pola karst  iniagak mirip dengan pola perbukitan seribu yang biasanya terjadi pada kaki gunung api.

Walaupun dengan pola kontur yang melingkar dengan penyebaran cukup luas, tetapi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 88

Page 92: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 92/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

umumnya letaknya berjauhan antara satu pola melingkar dengan lainnya, dan tidakdidapat pola kontur seperti bintang segi banyak.

Gambar 10.13. Peta Topografi Karst : “Pola kontur depresi” dan “sungai bawah tanah”

9. Daerah mélange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur melingkar berupa bukit-bukit dalam penyebaran yang relative luas, terdapat beberapa pergeseran bentuk-bentuk topografi, kemungkinan juga terdapat beberapa kelurusan, dengan pola aliransungai rektangular atau contorted.

Gambar 10.14 Peta Topografi Daerah Melange : Pola Kontur dan Pergeseran BentukBentuk Topografi.

Copyright@2010 by Djauhari Noor 89

Page 93: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 93/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

8.  Daerah Slump, umumnya dicirikan oleh banyaknya pola dip-slope denganpenyebarannya yang tidak menunjukan pola pelurusan, tetapi lebih berkesan “acak-acakan”. Pola kontur rapat juga tidak menunjukan kelurusan yang menerus, tetapiberkesan terpatah-patah.

Gambar 10.15 Peta Topografi Daerah Slump : Pola Kontur dengan dip slope yang

bersifat acak dan pola aliran dendritik .

Gambar 8.16 adalah suatu peta kontur hipotetis yang merefleksikan wilayah yang tersusun daribatuan sedimen terlipat dan tersesarkan. Berdasarkan peta tersebut dapat dianalisa danditafsirkan sebagai berikut:

  Perlipatan batuan dicerminkan oleh pola kontur yang memperlihatkan pola simetrisedangkan kemiringan lapisan batuan dicerminkan oleh kerapatan kontur / spasi kontur.Untuk jurus perlapisan batuan tercermin dari pola garis kontur yang memanjang dari arahbaratdaya - timurlaut, pola garis kontur yang demikian dapat ditafsirkan sebagai arah jurusperlapisan batuan.

  Untuk arah kemiringan lapisan dapat ditafsirkan melalui pola spasi kontur dari rapat kerenggang, hal ini mencerminkan bentuk relief yang landai dan bentuk lereng yang demikian

biasanya mewakili bidang kemiringan lapisan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapatditafsirkan jurus perlapisan batuan berarah baratdaya – timurlaut dengan arah kemiringanlapisan ke arah tenggara dan baratlaut., membentuk lipatan antiklin.

  Patahan / sesar dicerminkan oleh pola aliran sungai dan arah sungai yang membeloksecara tiba tiba serta adanya pergeseran pola kontur. Berdasarkan adanya “offset” sungaidan pergeseran pola kontur dapat ditafsirkan pada jalur sungai tersebut dilalui oleh sesarmendatar dengan pergerakan relatifnya mengarah kekanan (dexstral fault)

  Jenis litologi dapat ditafsirkan melalui kerapatan kontur. Untuk kontur rapat mencerminkanbatuan yang keras (resisten) sedangkan kontur yang renggang mencerminkan batuan yanglunak (kurang resisten).

Copyright@2010 by Djauhari Noor 90

Page 94: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 94/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Gambar 8.16 Peta topografi hipotetik yang mencerminkan suatu daerah yang terlipat dantersesarkan.

Gambar 8.17 adalah peta topografi hipotetis yang merefleksikan suatu wilayah yang tersusundari perselingan batuan yang resisten (batupasir, konglomerat, atau breksi) dan non-resistenterhadap erosi (lempung, serpih, atau napal).

Berdasarkan peta tersebut dapat dianalisa dan ditafsirkan sebagai berikut:

  Pada peta, batuan resisten ditafsirkan dari kenampakan pola kontur yang rapat, sedangkanbatuan non-resisten diwakili oleh pola kontur yang renggang.

  Pola kontur yang berada dibagian atas peta memperlihatkan kontur yang rapat denganpola kontur tidak teratur. Pola kontur yang demikian umumnya mewakili batuan yang

homogen. Berdasarkan data geologi diketahui bahwa topografi tersebut tersusun daribatuan metamorf.

  Kedudukan jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike/dip) dapat ditafsirkan melalui poladan kerapatan konturnya. Untuk jurus perlapisan batuan tercermin dari pola garis konturyang memanjang dari kiri ke kanan (barat – timur), pola garis kontur yang demikian dapatditafsirkan sebagai arah jurus perlapisan batuan. Untuk arah kemiringan lapisan dapatditafsirkan melalui pola spasi kontur dari rapat ke renggang, hal ini mencerminkan bentukrelief yang landai dan bentuk lereng yang demikian biasanya mewakili bidang kemiringanlapisan. Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka dapat ditafsirkan jurus perlapisannyaberarah barat – timur dengan arah kemiringan lapisannya ke arah atas (utara).

  Jenis litologi (jenis batuan) dapat ditafsirkan melalui kerapatan garis kontur, kontur rapatmewakili batuan yang resisten, sedangkan kontur yang renggang mewakili batuan yang

Copyright@2010 by Djauhari Noor 91

Page 95: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 95/150

Bab 8 Penafsiran Peta Topografi Geomorfologi

Copyright@2010 by Djauhari Noor 92

kurang resisten. Berdasarkan sebaran pola kontur dan kerapatan garis konturnya dapatditafsirkan minimal terdapat 7 jenis batuan.

Gambar 8.17 Peta topografi hipotetis yang mencerminkan suatu areal yang terdiri dari

perselingan batuan yang resisten dan batuan non-reisiten.

Page 96: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 96/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 93

9

Geologi Foto 

9.1 Pendahuluan

Geologi Foto pada hakekatnya adalah penggunaan foto udara dalam geologi. Para ahli geologimenggunakan foto udara untuk tujuan penelitian maupun eksplorasi. Melalui kajian foto udarastereoskopik seorang ahli geologi dapat memperoleh informasi geologi. Di lapangan para ahligeologi menggunakannya foto udara sebagai peta dasar dan di laboratorium foto udara dipakaiuntuk keperluan pengkuran obyek-obyek geologi secara teliti dengan bantuan suatu alat yangpresisi. Data-data tersebut digunakan untuk membuat peta topografi dan peta geologi foto yangmemiliki tingkat akurasi yang tinggi. Berbagai macam data geologi sangat mungkin diperolehdari foto udara. Ilmu yang yang berhubungan dengan pengukuran secara teliti diatas suatu fotoudara dikenal dengan fotogrametri. Banyak proyek pemetaan geologi foto detail memanfaatkanperalatan fotogrametri untuk keperluan penghitungan dan pengukuran ketebalan stratigrafi,pengukuran dimensi dari suatu tubuh batuan, pengukuran pergeseran suatu patahan,

pengukuran arah jurus perlapisan, besaran kemiringan lapisan, dan “closure” dari suatu lipatan.

Beberapa instrumen memungkinkan untuk pengeplotan data geologi foto secara akurat diataspeta dasar dan dapat juga dipakai untuk membuat kontur struktur dan peta isopach secara telitidi daerah yang singkapan perlapisan batuannya sangat baik. Bagian dari geologi foto yangmemasukan teknik-teknik lanjutan dari fotogrametri dikenal sebagai “QuantitativePhotogeology”, sedangkan bagian dari geologi foto yang berhubungan dengan studi tentangbagaimana “mengenal dan menafsirkan” kenampakan obyek dan gejala geologi pada foto udaradikenal dengan sebutan “Qualitative Photogeology”.

Pada saat ini istilah istilah mengenai “Geologi Foto”, “Pemetaan Geologi Foto”, dan “PenafsiranGeologi Foto” merupakan istilah-istilah yang tidak hanya untuk dibedakan pengertiannya akantetapi lebih ditekankan pada penerapannya, sehingga pengertian dan definisi mengenai istilahtersebut menjadi kurang bermakna. Berikut ini adalah definisi dan pengertian dari istilah-istilahtersebut diatas:

9.1.1  Foto Udara (Aerial Photograph)

 Adalah suatu rekaman detail permukaan bumi yang dipengaruhi oleh panjang fokus lensakamera, ketinggian terbang pesawat, waktu pemotretan, jenis film dan filter yang dipakai saatpemotretan. Foto udara dapat juga didefinisikan sebagai gabungan dari gambar / citra foto yangdibuat untuk mengenal unsur-unsur dalam interpretasi. Foto udara pada dasarnya merupakanfoto perspektif yang secara geometri berhubungan dengan jenis kamera yang dipakai dalam

pemotretan.

Page 97: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 97/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 94

 

9.1.2  Geologi Foto (Photogeology)

Geologi Foto adalah pemanfaatan foto udara dalam ilmu pengetahuan geologi. Definisi inimerupakan definisi umum yang lazim diketahui oleh orang dan tidak spesifik/khusus. Di ruangkelas, di lapangan dan di kantor para ahli seperti Kartografi, Geografi, Insinyur, Fotogrametri,dan geologi semuanya menggunakan foto sebagai bagian dari pekerjaannya. Oleh karena ituGeologi Foto mungkin dapat didefinisikan sebagai seorang ahli geologi yang terlatih danberpengalaman di dalam pemanfaatan dan pemakaian foto udara, khususnya di dalampengkajian secara stereoskopik.

9.1.3  Pemetaan Geologi Foto (Photogeologic Mapping)

Pemetaan geologi foto adalah hal yang paling mendasar didalam membuat peta geologi dimanadata di kompilasi dari foto udara. Prosedur ini seringkali dianggap sebagai acuan dari penafsirangeologi foto. Smith (1953) mendifinisikan sebagai pengenalan bentuk-bentuk yang spesifik/khasdari obyek-obyek diatas foto udara sebagai “Photograph reading” dan disepakati oleh banyak

ahli sebagai istilah dari “Interpretation”. Seorang ahli geologi yang dapat mengenal kemiringanlapisan, patahan/sesar, batas stratigrafi, dan sumbu lipatan yang diperoleh dari hasilpengamatan dan disajikan di atas suatu peta dikenal dengan peta geologi foto. Namun demikianmasih diperlukan lagi latihan dan pengalaman yang cukup agar mampu membuat penafsiranpeta geologi dan harus meng-apresiasi makna dari hubungan antara struktur geologi, stratigrafi,dan geomorofologi yang tidak dapat hanya ditunjukkan dengan simbol-simbol diatas suatu petageologi.

9.1.4  Penafsiran Geologi Foto (Photogeologic Interpretation)

Definisi secara luas dari interpretasi telah dilakukan oleh Summerson (1954,p.397) sebagaiperkiraan dari suatu obyek atau fenomena yang secara nyata tidak dilihat langsung; dan

penafsiran geologi melalui media foto udara tidak sama seperti pada penafsiran geologi hasilobservasi data lapangan. Penafsiran geologi foto adalah penafsiran melalui suatu analisa danpengetahuan geologi tingkat lanjut (advanced) dari suatu daerah didasarkan atas informasi yangberasal dari kajian suatu foto udara. Dari tiga pengertian dan definisi dari istilah-istilah tersebutdiatas, para profesional yang ahli dibidang geologi foto dapat memahami mengenai perbedaandefinisi tersebut diatas. Meskipun demikian, tidak seorangpun diantara para ahli geologi yangsecara otomatis menjadi ahli dalam bidang penafsiran geologi foto.

 Analisa geologi foto yang lengkap mungkin melibatkan (1). Kajian suatu foto, (2). Mengkontruksisuatu peta, dan (3). Menyiapkan laporan. Prioritas dari pekerjaan ini adalah daerah yang akandikaji/diteliti harus terliput dalam foto udara, dan indek foto sebaiknya disiapkan. Seringkalimosaik harus dibuat dan dibangun dan diproduksi lebih dahulu. Bersamaan dengan pengkajian

geologi foto, informasi yang diperoleh harus ditranfer ke foto mosaik atau keatas peta dasar. Halini mungkin membutuhkan atau tidak membutuhkan instrumen fotogrametri. Sebagai tambahan,seorang ahli geologi foto harus mengetahui dan mengerti kenyataan bahwa foto udara bukanlahmerupakan peta yang sebenarnya, dan bahwa model stereoskopik seringkali tidak menyajikansuatu keadaan terrain atau permukaan tanah yang sebenarnya pada pemotretan udara.

Bab ini akan menjelaskan kepada kita mengenai foto udara, stereoskopik, dan beberapaprosedur dasar yang diperlukan dalam mengatur dan memanfaatkan foto udara untukkepentingan penelitian di bidang geologi foto.

Page 98: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 98/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 95

9.2. Foto Udara

Teknik pemetaan dari foto udara adalah salah satu aspek yang terpenting dalam ilmuFotogrametri / Penginderaan jauh. Fotogrametri / Penginderaan Jauh sendiri didefinisikansebagai seni, sains, dan teknonologi dalam memperoleh informasi yang andal (reliable) tentang

obyek fisik dan lingkungan melalui proses rekaman, pengukuran, dan interpretasi citra dan polaradiasi elektromagnetis serta gejala lainnya.

Perbedaan diantara keduanya terletak pada kenyataan bahwa titik berat Fotogrametri adalahpada aspek pengukuran dimana letak obyek (lintang, bujur, ketinggian) yang dipetakan,sedangkan Penginderaan Jauh lebih tertarik pada pengenalan obyek apa (klasifikasi tanah, jenistumbuhan, informasi geomorfologi, dll) yang akan dipetakan. Kedua cabang ilmu ini salingberkaitan erat dalam proses penyajian peta baik peta topografi maupun peta tematik sebagaiproduk akhirnya. Sedangkan pemakaian jenis sensor yang digunakan pada proses data akuisisi(kamera udara, Landsat, SPOT), pemrosesan citranya (analog atau digital), cara analisisnya,serta cara penyajian produk akhirnya (analog maupun digital) praktis tidak mempunyaiperbedaan.

9.2.1 Jenis dan Komponen Kamera

Kamera yang digunakan untuk memperoleh foto udara adalah kamera udara (aerial camera),meskipun kamera lain seperti kamera terestrial, bahkan kamera amatir biasa (misalnyaHaselblad) yang dipasang pada pesawat udara atau helikopter sudah banyak digunakan untukkeperluan yang khusus. Beberapa jenis kamera udara yang biasa digunakan adalah: (1) FrameCamera; (2) Continous Strip Camera; dan (3) Panoramic camera. Dua kamera terakhir biasanyahanya digunakan dalam pekerjaan survey reconnaissance.

 Yang sangat umum digunakan untuk keperluan pemetaan adalah Frame Camera yang diambilsecara vertikal. Komponen-komponen yang ada pada suatu kamera foto udara dapat dilihat padagambar 10.1. Kamera ini menghasilkan suatu gambaran permukaan tanah berbentuk segiempat, umumnya berukuran sekitar 23 cm x 23 cm. Lensa kamera membentuk gambar obyekyang dipotret pada bidang fokal (Focal plane), diafragma dan shutter mengontrol exposuresesuai dengan banyaknya sinar yang ada dan kecepatan filmnya, dan penapis (filter) membantuuntuk menembus kabut di atmosfer. Beberapa jenis lensa yang banyak digunakan adalah Bauschand Lomb Metrogone wide angle, Zeiss Pleogon and Wild normal angle, wide angle dan superwide angle. Dan hal ini berkaitan dengan panjang fokus dari sistem lensa tersebut.

Magasin (Kotak Film)  berfungsi untuk menempatkan film, memutar film untuk exposeberikutnya, dan menjadi tempat untuk meratakan film selama pemotretan.

Body camera adalah rangka kamera dari suatu potret udara yang merupakan bagian yangmelindungi bagian-bagian dari kamera.

Lens cone assembly merupakan susunan lensa-lensa dari suatu suatu kamera yang disusunsedemikian rupa sehingga cahaya yang masuk melalui filter yang berada didepan lensa akandifokuskan pada suatu bidang fokus dimana tepat jatuh diatas bidang film dari kamera.

Diafragma  terletak diantara susunan elemen lensa yang terdiri atas serangkaian lembaranlogam tipis yang dapat diputar untuk memperlebar atau mempersempit ukuran bukaannya.

Inner cone berfungsi menghubungkan susunan lensa dengan permukaan atas dari pada cone.Permukaan atas ini dinamakan bidang fokal atau bidang gambar yang memuat fiducial–marks

yang menyatakan sumbu koordinat dari foto yang dihasilkan. Letak fiducial-marks ini bisa ditepiatau dipojok bidang foto yang juga memuat informasi tentang ketinggian terbang (altimeter),

Page 99: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 99/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 96

nomor kamera, fokus, nomor foto, nuvo, dan waktu pemotretan. Posisi relatif titik fiducial marksdan harga koordinat principal point serta fokus kamera dinamakan elemen orientasi dalamkamera.

Outer cone  berfungsi untuk menopang inner cone, memegang mekanisme penggerak, danmenopang magasin kamera. Sedangkan mekanisme penggerak memungkinkan gerakan gerakanuntuk memutar dan menutup shutter, mengoperasi sistem vakum kamera untuk membuat filmmenjadi betul-betul rata selama pemotretan.

Shutter adalah alat mekanis yang dapat membuka dan menutup secara mekanis, berfungsiuntuk mengatur lama pencahayaan yang masuk kedalam kamera dan biasanya diaturberdasarkan waktu Umumnya adalah 1/125 detik, 1/60 detik dan seterusnya.

[ 1. Magazine (Kotak Film) ; 2. Body camera; 3. Susunan lensa kamera (Lens conne

assembly); 4. Lensa; 5. Inner cone lens; 6. Outer cone lens; 7. Diagfragma; 8.Shutter; 9. Filter; 10. Panjang fokus lensa kamera; 11. Sumbu optis kamera; 12.Film; 13. Roll film; 14. Bidang fokus ; 15. Format bukaan kamera ]

Gambar 9.1 Bagan dari komponen komponen suatu kamera foto udara

Bidang fokus (Focal planes ) adalah permukaan atas dan permukaan atas bidang fokus yangterletak pada suatu jarak tetap dari titik nodal belakang lensa untuk memperoleh gambar yangbaik. Panjang fokus ini ditentukan dengan mengkalibrasi kamera yang bersangkutan. 

Beberapa perlengkapan tambahan lainnya selama pelaksanaan pemotretan denganmenggunakan kamera udara adalah camera mount, viewfinder, intervalometer, exposure

meter  , dan catu daya sebagai pengbangkit tenaga. Camera mount dipasang kuat pada badan

Roll filmRoll Film

Focal length

Diaphragma

Lens conne assembly

Optical axis

Film

Magazine

focal planes

Filter

LensShutter

BodyCamera

Film Flattener 

outer cone

Inner cone

Page 100: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 100/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 97

pesawat dilengkapi dengan schock absorber untuk memperkecil vibrasi, Kamera bebas bergerakpada sumbu putarnya terhadap camera mount ini.

 Viewfinder  mirip dengan kamera kecil yang menghasilkan gambaran obyek dipermukaantanah. Dengan melihat gambar ini, pemotret dapat mengontrol interval antara dua exposureyang berurutan, biasanya 60% ke arah jalur terbang dan 30% kearah samping untukmemperoleh overlap yang sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam pemetaan. Viewfinderadalah merupakan bagian dari intervalometer yang berguna untuk mengontrol interval exposuresecara semi otomatis. Pemotret memasukkan besaran overlap yang diinginkan kedalamintervalometer. Intervalometer ini kemudian mengirim sinyal listrik ke kamera yang menyetelshutter dan membuat exposure sesuai dengan overlap yang diinginkan.

9.2.2 Geometri Foto Udara Vertikal

Foto udara yang terekam pada film merupakan gambaran yang lengkap dari obyek yang timbul.Negative film yang diperoleh dapat direproduksi menjadi foto positif baik berupa diapositifmaupun paper print yang diperoleh dengan cara pencetakkan emulsi terhadap emulsi (emulsion

on emulsion). Oleh karenanya geometri sebuah positif adalah sama persis dengan negatif yangterbalik, atau geometri sebuah positif sama persis dengan obyek ruangnya, kecuali skalanya.

Secara geometris, sebuah positif adalah bayangan yang terletak pada jarak fokus di depan titiknodal depan sebuah kamera. Foto Udara umumnya diklasifikasikan berdasarkan orientasi darisumbu optik kamera, Sumbu optik dapat diketahui dari garis sepanjang titik kamera. Sumbuoptik menghubungkan titik pusat film dengan pusat lensa dan menerus melalui depan kamerahingga kearah luar.

Foto udara tegak (vertikal) adalah foto yang diambil dari satu kamera dimana sumbu optik kearah bawah membentuk sudut 900 atau tegak lurus terhadap permukaan tanah / terrain.Beberapa batasan dari foto udara vertikal mengijinkan bahwa selama pemotretan sumbu optik

membentuk sudut beberapa derajat dari sumbu vertikal masih diklasifikasikan kedalam jenis fotovertikal.

Foto udara oblique adalah foto yang diambil melalui suatu kamera dimana posisi sumbu optiknya membentuk sudut dengan permukaan tanah / terrain. Pada gambar 9.2 memperlihatkangeometri foto udara tegak (vertikal) dan hubungan antara film negative, lensa kamera, filmpositive (cetakan), dan permukaan tanah / terrain. Skala foto sama dengan ratio antara panjangfokus kamera dengan dengan tinggi kamera (f/H). Titik N terletak tepat dibawah kamera dandisebut sebagai titik nadir, sedangkan titk ”PP” adalah principal point (titik pusat) foto. Pada fotoudara tegak, titik principal point dengan titik nadir berimpit dalam satu titik, sedangkan padafoto udara miring (oblique) kedua titik tersebut terpisah.

9.2.3 Prosedur Pemotretan Udara. 

Foto udara adalah suatu foto yang diambil melalui kamera yang dibawa oleh pesawat terbang.Oleh karena itu sebelum pelaksanaan pemotretan biasanya dilakukan persiapan secaraprofesional. banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan banyak permasalahan yang harusdipecahkan sebelum pesawat terbang tinggal landas. Kebutuhan dari suatu proyek pemotretanudara adalah menentukan skala dan karakteristik foto yang diinginkan.

Tipe kamera yang akan dipakai, dan jenis filter yang diperlukan, film yang sesuai dan peralatanperalatan khusus lainnya serta personel fotografi yang profesional.

Page 101: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 101/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 98

 

Gambar 9.2 Geometri Foto Udara Tegak

Dalam suatu proyek pemotretan udara, sebelum pesawat melaksanakan pemotretan, maka jalurterbang pada daerah yang akan dipotret harus direncanakan dulu (Gambar 9.3). Pesawat harusterbang sesuai dengan jalur terbang yang sudah ditetapkan dan arah pergerakan pesawat harusmengikuti arah jalur terbang. Jarak antara setiap jalur terbang adalah sama. Pemotretan yangdilakukan dari satu jalur terbang akan mengkover area permukaan bumi dengan lebar tertentu.Jalur kedua dari pemotretan harus mengkover bagian tepi dari areal yang dipotret pada jalurterbang pertama. Bagian tepi luar yang terpotret dua kali pada jalur pemotretan yangbersebelahan disebut sebagai ” side lap” dan umumnya cakupan luas sidelap sekitar 30 %.Selama skala diketahui, maka lebar dari cakupan permukaan tanah dalam satu jalur terbang

dapat dihitung.Untuk dapat mengkover sidelap sebesar 30%, maka jarak antara jalur terbangyang berurutan harus direncanakan sebesar 70% lebar dari cakupan wilayah yang terpotret.

Gambar 9.3  Rencana jalur terbang pesawat pada suatu proyek pemotretan udara. Jalurpenerbangan yang sejajar harus mencakup coverage area (sidelap) sebesar30% dan dua foto yang diambil pada satu jalur terbang harus mencakupcoverage area (overlap) sebesar 60%.

Dalam satu jalur terbang, pemotretan harus dilakukaan dengan cukup sering sehingga seluruhobyek yang ada di permukaan tanah dapat terekam minimal dalam dua potert yang berurutan.

 Areal yang terpotert dua kali (overlap) pada posisi lokasi pesawat yang berbeda dan dalam satu jalur terbang yang sama disebut dengan ”overlap” atau ”forward”. Dalam prakteknya overlap

L

Cetakan (film positive)

Principal point (PP)

 Lensa

  Film ne ative  

P Terrain

 

H

Page 102: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 102/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 99

Sidela 30% N2N1 

Foto

Ground

Jalaur terbang 1 Jalur terbang 2

N1 KG N2

L1 L2

60% overla

area mencakup 60% dan merupakan areal cakupan stereokospik (areal yang dapat dilihat dalambentuk 3 dimensi), lihat gambar 9.4 dan 9.5. Dalam prakteknya, wilayah foto yang overlap 60%merupakan areal cakupan stereoskopik.

Gambar 9.4  Coverage area sidelap sebesar 30% yang diambil dari dua jalur terbang yang

berdampingan, yaitu jalur terbang 1 dan jalur terbang 2. Arah terbangmenuju ke arah pembaca.

Gambar 9.5 Coverage area overlap sebesar 60% yang diambil darisatu jalur terbang pada 2 lokasi pemotretan yangberbeda (L1 dan L2).

Skala foto pada hakekatnya mirip dengan skala peta. skala foto adalah berbandingan jarak duabuah obyek di foto dengan jarak yang sesungguhnya di atas tanah. Perbedaannya, pada sebuahpeta, skala akan sama disetiap titik karena peta adalah merupakan proyeksi ortogonal darisebuah kenampakan di permukaan tanah. Sebaliknya, sebuah foto udara adalah hasil suatuproyeksi sentral yang mengakibatkan skala bervariasi sesuai dengan ketinggian titik tersebut

terhadap suatu bidang referensi tertentu. Hanya bila daerah yang dipotret betul-betul datar saja(hal ini jarang terjadi) maka kaidah untuk menghitung skala peta itu berlaku untuk menghitungskala foto. Rumus untuk menghitung skala foto dengan demikian berbeda dari titik satu dengantitik lain seperti yang diberikan pada rumus berikut ini:

Sa = f / (H-h)

dimana : f = panjang fokus kameraH = ketinggian terbang pesawath = ketinggian titik A terhadap bidang referensi (muka laut)Sa = skala pada titik A

Page 103: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 103/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 100

Untuk mempermudah definisi skala foto untuk seluruh cakupan lembah foto atau bahkan seluruhdaerah pemetaan yang mungkin tercakup atas ratusan foto, diberikan skala foto rata-rata yangdiperoleh dengan menggunakan rumus diatas, akan tetapi dengan menggantikan h dengan hrata-rata.

9.2.4 Faktor Faktor Yang Berdampak Pada Gambar Foto

Faktor-faktor yang dapat berakibat pada gambar foto dapat dibedakan menjadi 2 (dua)kelompok: (a). Faktor kendali manusia yang relatif tetap, seperti panjang fokus lensa, tinggiterbang, kombinasi film dan filter, dan posisi sudut lensa; (b). Faktor variasi alam seperti warnadari obyek yang dipotret, posisi obyek terhadap sudut matahari, jumlah kabut di atmosfer, danlain sebagainya.

1. Panjang Fokus dan Tinggi Terbang

Panjang fokus dan tinggi terbang harus dipertimbangkan secara bersamaan karena kedua faktortersebut berhubungan dengan skala foto. Berkaitan dengan panjang fokus dan tinggi terbang ,

maka rata-rata skala suatu foto dapat diformulasikan sebagai berikut:

S = f / Hdimana : S = Skala

f = Panjang fokus lensaH = Tinggi terbang pesawat

Sebagai contoh apabila pemotretan diambil pada ketinggian 10.000 feet sedangkan panjangfokus lensa kamera adalah 6 inch (0.5 feet), maka skala foto adalah: 0.5 / 10.000 = 1 :20.000

2. Kombinasi Film dan Filter

Kenampakan gambar foto sangat mungkin dipengaruhi oleh sensitifitas film dan transmisi cahayadalam pemakaian filter. Sensitifitas suatu emulsi film sangat dipengaruhi ketika film terebutdiproduksi sehingga semua atau sebagian spektrum sinar tampak dan sinar infra merah terekamoleh film. Demikian juga dengan panjang gelombang cahaya pantul dari suatu obyek padakenyataannya dapat terekam karena sebagian dipengaruhi oleh kombinasi filter. Rekaman daripanjang gelombang cahaya yang terpilih sangat dipengaruhi oleh film dan filter. dan hal inidapat berakibat pada hasil dari gambar foto, terutama berdampak pada rona warna dalam foto.

3. Sudut Lensa Kamera

Pada saat pemotretan, sudut lensa kamera sangat berpengaruh pada kurucut sinar yang masuk

kedalam kamera melalui lensa kamera dan hal ini sangat penting karena akan berpengaruh padapergeseran radial (radial displacement) dan pada perhitungan parallax (parallax measurement)dan hal tersebut akan berpengaruh pada aplikasi fotogrametri dalam penafsiran geologi. Lensadengan panjang fokus yang besar (long-focal-length) yaitu lensa dengan panjang fokus lebihbesar dari 6 inchi (narrow angle) akan mempunyai sudut cakupan yang sempit dibandingkandengan lensa yang memiliki panjang fokus kurang dari 6 inci (wide angle). Jadi, untuk menjagaagar supaya skala foto dan ukuran format foto, maka pemotretan harus menggunakan lensadengan panjang fokus 6 inci atau lebih atau dengan menggunakan narrow angle yang terbangdengan ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lensa wide angle.  Dalamkondisi ini maka “radial displacement” atau biasa disebut juga “relief displacement” (pergeseranrelief) dari titik gambar yang sama akan lebih kecil apabila menggunakan “narrow angle”, untukmenjaga skala dan ukuran format foto tetap maka kamera yang memiliki lensa narrow angleharus terbang lebih tinngi lagi.

Page 104: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 104/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 101

 Perbedaan parallax pada suatu obyek dengan ketinggian tertentu sebaliknya akan berpengaruhpada hasil dari perbedaan ketinggian terbang, perbedaan parallax secara langsung akanberkurang dengan meningkatnya ketinggian terbang pesawat untuk panjang fokus lensa yangtertentu. Dengan demikian, secara tidak langsung sudut lensa kamera tidak berdampak padapengukuran parallax. Apabila ketinggian terbang pesawat tetap terjaga maka sudut lensa tidakakan berpengaruh terhadap pengukuran parallax pada satu titik gambar yang sama.Penyimpangan (distorsi) gambar/citra yang terjadi pada tepi foto yang diambil denganmenggunakan lensa wide angle akan lebih baik hasilnya dibandingkan apabila menggunakanlensa narrow angle.

9.3 Stereoskop dan Foto Udara Stereo

Kondisi stereoskopis adalah suatu kondisi yang bila seseorang melihat secara serempak dua fotoyang memuat obyek yang sama dan dipotret dari dua posisi yang berbeda (overlap), masing-masing mata melihat foto yang bersangkutan, maka akan tampaklah bayangan yangstereoskopis (3 dimensi). Alat untuk mempermudah cara melihat seperti ini diantaranya adalah

stereoskop. Kondisi stereoskopis ini diperlukan bagi operator dalam melakukan proses pemetaankarena dengan melihat obyek dalam 3 dimensi, seseorang akan merasa lebih nyaman, dapatmenduga, bahkan dapat menghitung efek ketinggian suatu obyek pada skala tertentu.Denganmelatih diri dan praktek, seseorang mungkin akan memiliki kemampuan melihat secarastereoskopik tanpa harus memakai bantuan alat stereoskop. Namuin demikian, bagi setiappemula diwajibkan untuk belajar bagaimana cara menggunakan stereoskop. Dan setiap ahligeologi foto dalam pekerjaannya selalu dilengkapi dengan alat strereoskop apabila ingin melihatobyek obyek geologi yang terdapat di dalam foto udara.

Fungsi utama dari stereoskop adalah membantu seseorang untuk melihat obyek pada fotodengan cara memfokuskan matanya diatas sebuah foto. Dan alat stereoskop berfungsi untukmemastikan dan memelihara agar supaya jarak penglihatan mata tetap (konstan). Ada dua jenisalat stereoskop, yaitu stereoskop lensa dan stereoskop cermin.

Stereoskop Lensa, tersusun dari dua buah lensa yang ditopang oleh sepasang kaki yang relatifpendek. Pada model stereoskop lensa, umumnya jarak kedua lensa dapat diatur jaraknyadengan cara menggeser-geserkan jaraknya agar supaya diperoleh jarak yang sesuai dengan jarak dasar kedua mata dari setiap orang. Sebagaimana diketahui bahwa jarak dasar antarapasangan mata setiap orang akan berbeda–beda, oleh karena itu pada alat stereoskop jarakantara kedua lensanya dapat digeser-geser untuk disesuaikan dengan jarak dasar kedua matadari masing-masing individu.

Prosedur penggunaan stereoskop untuk mendapatkan kenampakan streoskopis (kenampakan

tiga dimensi) pada foto adalah sebagai berikut:

1. Pilih dua buah foto udara tegak yang saling overlap.Biasanya format foto udaraberukuran 23 cm x 23 cm dan mempunyai cakupan overlap area sebesar 60%.

2. Tentukan dan tandai ” Principal Point” dari masing-masing foto udara (pada gambar9.6 A : x1 dan y2)

3. Tentukan lokasi dan tandai pada setiap foto ”Principal Point” yang terihat di fotopertama maupun di foto kedua (y2 pada foto pertama dan x1 pada foto kedua). Lihatgambar 9.6B.

4. Buat garis yang melalui kedua titik principal point pada masing-masing foto (gambar9.6C).

5. Letakkan foto diatas meja dan posisikan foto secara overlap dimana foto pertamaoverlap diatas foto kedua sekitar 2 inchi (5cm) yang menghubungkan kedua foto.

Page 105: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 105/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 102

C

B

A

W

V

X1 

+

Y2 

+

X2 

+

Y2

Y1

  +

+

X1 

X1 

+

+

Y2

Y1 

X 1 

+

+

X1 Y1

+ +

Y2

+D

Dengan memakai penggaris, atur agar supaya garis principal point dari kedua fotoberada dalam satu garis lurus (Garis V-W pada gambar 9.6 D).

6. Tempatkan/letakkan stereoskop diatas foto dan lihat foto melalui stereoskop sehinggatampak garis principal point terlihat menyatu (menjadi satu garis) dan bila perlustereoskop dapat disesuaikan dengan cara memutar-mutar sehingga diperolehkenampakan garis yang menyatu.

7. Apabila kenampakan stereoskopik tidak juga diperoleh, maka secara perlahan salah satufoto digeser ke arah bagian dalam atau kearah luar sepanjang garis yang sudah dibuatpada tahap 5. Lensa stereoskop dapat juga disesuaikan jaraknya hingga mencapai 0.5inchi untuk mendapatkan kenampakan stereoskopik dan hal ini tergantung kepadamasing-masing orang dalam melihat bentuk strereoskpis. Bagi para pemula umumnya jarak antara foto maksimal sekitar 1 inchi.

8. Apabila sudah diperoleh kenampakan foto secara stereoskopis, maka posisi foto tersebutharus dipastikan tidak berubah/bergeser yaitu dengan cara foto dilapisi dengan drawingtape   atau masking tape sedangkan pada bagian tepi foto dari kedua foto ditempelidengan isolation tape untuk menjaga agar supaya foto tidak bergeser-geser.

Gambar 9.6. Urut-urutan untuk mendapatkan kenampakan stereoskopis daridua foto yang saling overlap dengan stereoskop lensa

9.4 Kenampakan Stereoskopik

Geometri dari kenampakan stereoskopik, seperti yang dijelaskan dalam Teori Konvergensi, dapat

diilustrasikan pada gambar 9.7. Obyek A adalah obyek yang terlihat dari posisi mata kanan (R)dan kiri (L). Jarak pandang adalah sebesar d. Konvergensi mata sebesar !  . Jarak antara 2

Page 106: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 106/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 103

lempengan adalah d1 dari mata. Sinar yang berasal dari obyek A ke arah mata L dan R akanmelalui lempengan pada titik a1 dan a2. Apabila dianggap bahwa Lempengan 1 dan lempengan2 ditranformasikan secara instant menjadi cetakan foto dan tetap menempati posisi semula,maka gambar foto a1 dan gambar foto a2 juga berada pada lokasi seperti yang terlihat padagambar.

Berdasarkan atas proses penjalaran sinar, proyeksi, dan konvergensi maka sangat beralasanuntuk menduga bahwa mata akan menerima kesan bahwa titik a1 dan a2 yang diterima olehotak yang kemudian otak secara mental akan memproyeksikan model (obyek) tersebut ke arahluar dan kembali keposisi yang sebenarnya dalam dimensi keruangan (Titik A). Akan tetapi haltersebut tidak terjadi. Kedua jarak penglihatan (fokus) dan konvergensi harus diperhitungkan. Aktivitas dari fungsi konvergensi akan mengatakan bahwa model (obyek) harus berada di titik A,akan tetapi fokus mata berada pada jarak d1. Dengan demikian, fungsi aktivitas fokus akanmendesak dan memaksa model (obyek) tidak berada diluar posisi dari titik A1. Titik A harusberada dan ada ditempat tersebut. Model (obyek) akan terlihat berada di titik A2, diantara duaekstrem tetapi dekat dengan titik A1.

Titik A2 tidak dapat dilokalisir oleh kontruksi geometri secara langsung, selama jarak dari mataditentukan oleh suatu proses mental yang sangat rumit (komplek) yang melibatkan beberapafaktor. Hal tersebut dapat divisualisasikan dengan baik sebagai proyeksi keluar yangberhubungan dengan mata (cyclopean eyes) berjarak d2 dan memiliki kesetaraan dengankonvergensi dan mekanisme fokus.

Gambar 9.7 Geometri dari kenampakan stereoskopik dan pembentukan titiktetap virtual A2 dan jarak tetap virtual d2 (Disadur dari Raasvelddt,1956)

Titik  A2 oleh Raasveldt (1956) dikenal sebagai Titik Tetap Virtual (Virtual Fixation Point) dand2  sebagai Jarak Tetap Virtual ( Virtual Fixation Distance). Lokasi titik tetap virtual akanbervariasi tergantung pada perbedaan kondisi penglihatan masing-masing orang.

9.4.1 Eksagregasi Vertikal

Model tiga dimensi yang diperoleh dari kajian stereoskopik pada dua foto udara adalah sebagaisuatu replika yang diambil dari permukaan bumi (terrain). Dari berbagai kasus, kenampakanrelief pada stereoskop akan lebih menonjol jika dibandingkan dengan keadaan sebenarnya,sebagai contoh misalnya kenampakan suatu bukit yang landai akan terlihat dalam stereoskopmenjadi lebih terjal. Kenampakan yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya di alam dikenaldengan pergeseran vertikal (vertical exaggeration ). Eksagregasi vertikal terjadi jika skala vertikal

dari model melampaui skala horisontal (positive exaggeration). Apabila skala vertikal lebih kecil,model dikatakan memiliki negative exagggeration. Vertikal eksagregasi merupakan hal yang

A

!

A1

A2

C

  1

a1

  2

a2

d1

Mata Kanan (R)Mata Kiri (L)

d2 

Page 107: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 107/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 104

sangat penting ketika harus memperkirakan besarnya kemiringan lapisan, kemiringan lereng,ketebalan lapisan, serta pergeseran patahan. Hubungan eksagregasi vertikal terhadappergeseran lereng dan kemiringan lapisan diilustrasikan secara diagramatik pada gambar 9.8.Titik J mewakili puncak, dan garis AG adalah dasar dari permukaan suatu bukit yang dipotret.

Gambar 8.8 Hubungan eksagregasi vertikal terhadap pergeserankemiringan lereng dan kemiringan lapisan

 Anggap bahwa ketika foto bukit tersebut dilihat secara stereokopis, Puncak bukit terlihat di titikK, Titik K adalah relatif dua kali lebih tinggi dari dasar bukit AG yang puncaknya adalah J. Bukitakan terlihat mengalami pergeseran kearah vertikal dengan faktor pergeseran adalah 2. SudutJAG adalah setara dengan kemiringan lereng sebenarnya pada sisi AJ. Kemiringan lerengsebenarnya akan terlihat pada model terrain yang tereksagregasi dengan kemiringan lerengadalah KAG, dimana bukit terlihat dua kali lebih tinggi dari kondisi sebenarnya. Kemiringan semuKAG tidak dua kali lipat dari kemiringan sebenarnya JAG.

9.4.2 Pergeseran Relief

Pergeseran relief timbul pada bayangan foto akibat efek topografi (relief) dari obyek , yaituketinggian suatu titik diatas atau di bawah suatu bidang referensi yang telah ditentukan.Terhadap suatu datum, pergeseran relief akan terjadi ke arah luar untuk titik yang mempunyaiketinggian positif (diatas bidang referensi) dan kearah dalam untuk yang mempunyai ketinggiannegatif. Rumus untuk menghitung pergeseran relatif adalah(Gambar 9.9 dan 9.10):

d = r h / H

dimana: r = jarak radial pada foto dari titik utama ke obyek yang bergeser; h = ketinggian titikyang bergeser; H = Tinggi terbang; d = Pergeseran relatif.

"

AG

K

Page 108: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 108/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 105

 

Gambar 9.9 Geometri pergeseran relief pada suatu potret udara

! Contoh Perhitungan Tinggi Bangunan Berdasarkan Pergeseran Relief

 Apabila diketahui bahwa jarak antara titik pusat foto (principal point) ke obyeksuatu bangunan adalah sebesar 32 cm dan panjang pergeseran relatif bangunansebesar 4 cm serta tinggi terbang pesawat adalah 1200 meter, maka tinggi

bangunan dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas, yaitu sebagaiberikut:

h = H x d / r

= ( 1200 m x 4 cm ) / 32 cm

= 1200 m / 8

= 150 meter

Page 109: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 109/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 106

 

Gambar 9.10 Foto Udara Tegak Long Beach, California yangmemperlihatkan relief displacement

9.4.3 Paralax

Paralax adalah gerakan bayangan dari suatu obyek yang diam terhadap bayangan suatu obyek

diam yang lain bila titik pengamatannya bergerak. Sebagai contoh sederhana dapat diberikanseperti berikut: Letakkan jari telunjuk anda pada jarak kira-kira 20 cm dari mata anda. Sekarangtutuplah mata anda bergantian, kiri dan kanan. Anda akan melihat seolah-olah jari telunjuk Andabergerak relatif terhadap latar belakangnya. Gerakan inilah yang dinamakan paralax. Bilasekarang posisi jari telunjuk Anda semakin dekat dengan mata Anda, misalnya hanya 10 cm,gerakan paralax ini akan semakin besar, begitu pula sebaliknya.

Bila posisi mata kiri dan kanan ini dianalogikan dengan posisi kamera pada saat pemotretanuntuk menghasilkan pasangan foto yang saling overlap (bertampalan) maka akan dapat ditarikkesimpulan bahwa suatu obyek yang terletak lebih tinggi (berarti dekat dengan permukaankamera) akan mempunyai paralax yang lebih besar. Ini berarti, ada hubungan matematik antarabesarnya paralax suatu obyek dengan ketinggian obyek tersebut terhadap suatu bidang referensi

tertentu.

Page 110: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 110/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 107

9.5 Penafsiran Foto Udara

Pada prinsipnya, penafsiran foto udara atau citra, mempunyai prosedur yang sama dengan yangdilakukan pada peta topografi, yaitu menarik setiap lineament yang ada, identifikasi sungai-sungai, dan mengelompokan suatu daerah yang mempunyai karakter foto / citra yang sama.

Penafsiran geologi dari suatu foto udara pada umumnya dapat dibagi dalam dua tahapan proses,yaitu:

1. Tahap pertama adalah melakukan observasi atau pengamatan, pengumpulan fakta/data,pengukuran, dan identifikasi kenampakan yang ada pada foto.

2. Tahap kedua adalah melibatkan proses mental terhadap data-data yang secara geologibermakna melalui proses deduktif atau induktif.

Menurut Stone (1951, p.755), suatu prosedur atau metoda pendekatan dalam interpretasi yangharus dipakai karena prosedur yang mapan dan disiapkan untuk meng-oder dan analisa lengkapdari subyek yang komplek/rumit. Pendekatan suatu prosedur atau metodologi kelihatannyamenjadi penerapan yang spesial dalam tahap observasi dalam kajian geologi foto dan akan

memberikan satu dasar yang kuat dimana tahap intrepretasi sangat tergantung.

Stone sebagai orang pertama yang mempelajari interpretasi foto secara sistematik danmetodologik. Stone memperkenalkan 4 aturan prosedur umum interpretasi foto, yaitu:

1. Harus bertahap2. Harus mulai dari umum, kemudian baru kepada yang bersifat khusus3. Harus mulai dari hal-hal yang mudah diketahui, baru pada hal-hal yang tidak diketahui

atau sulit untuk diinterpretasikan4. Foto harus dianalisa berdasarkan kualitas foto itu sendiri.

Stone pada aturan 1 memperkenalkan 8 tahap interpretasi foto secara umum, tetapi ITCmemperkenalkan 5 tahap interpretasi geomorfologi, yaitu:

1. Identifikasi aliran-aliran sungai, termasuk didalamnya pola aliran sungai, arah aliran,aliran sungai, danau, dan lainnya. Pola aliran sungai merupakan dasar bagi orientasiumum dan studi lebih detail terhadap litologi, struktur geologi, bentuk alam darat, jenistanah, jenis vegetasi, dan situasi hidrologi

2. Identifikasi relief dan morfologinya, termasuk didalamnya ketinggian, garis pemisah air,kecuraman, panjang lereng, tekuk lereng, bentuk lereng, dan lainnya.

3. Analisa vegetasi dan tataguna lahan, yang secara tidak langsung berguna untukmengklasifikasikan terrain dan litologi, dengan melihat jenis vegetasi, ada atau tidakadanya tumbuhan, kerapatan tumbuhan, komposisi, pola, dan lainnya.

4. Analisa litologi dan struktur geologi, yaitu dengan memanfaatkan informasi yang telahdidapat pada tahap 1, 2 dan 3, serta interpretasi dip-slopes, kelurusan, intrusi,

prosesvolkanik, dan lainnya.

9.6 Kriteria Identifikasi dan Penafsiran

Proses identifikasi, pemetaan, korelasi dan penafsiran geologi dari foto udara adalah suatupekerjaan yang sangat rumit dan komplek. Dan pekerjaan ini membutuhkan kesabaran dalammembuat keputusan, dan kemampuan melakukan evaluasi yang bermakna dari berbagai jenisinformasi yang berbeda beda.

Dengan demikian, geologi foto harus didekati secara integral dimana penafsiran geologi hanyadapat dicapai jika seluruh perhatian dicurahkan pada kenampakan dan penyebaran singkapan,struktur geologi detail, bentangalam, drainase, vegetasi, soil, dan kadangkalamempertimbangkan juga kenampakan areal pemukiman, tataguna lahan maupun sebaran dari

Page 111: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 111/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 108

populasi penduduk. Dan seorang ahli geologi foto minimal harus mempunyai pengetahuanmengenai ilmu pedologi, botani maupun geografi.

Pada umumnya dalam sebuah foto udara terdapat beberapa inter relasi yang sangat erat antarasejumlah faktor dan unsur-unsurnya. Hal ini mengharuskan seorang ahli geologi foto dapatmemilah-milah unsur unsur yang cukup banyak, meng-identifikasi masing-masing unsur, danmengetahui hubungan diantara unsur tersebut, mengkompilasi seluruh data yang terkumpuluntuk membuat peta, dan penafsirannya kedalam geologi. Selama proses mengenal danmenafsir unsur-unsur kenampakan geologi sudah barang tentu akan melibatkan kelompoksubyek yang berbeda. Sedapat mungkin pertimbangan harus dilakukan sebelum pemisahanditentukan dan setiap waktu akan menjadi satu catatan tersendiri bahwa akan terjadi beberapaunsur yang berasosiasi sangat erat dan saling overlap. Hal ini juga menjadi jalan keluar bahwakehadiran dari kenampakan unsur-unsur geologi secara relatif tidak mengindikasikan sesuatuyang penting pada setiap unsur geologi yang teramati pada foto.

Dalam beberapa kasus, struktur geologi direflesikan oleh penyesuaian topografi terhadap jenisbatuan dan struktur. Beberapa contoh yang sering dijumpai adalah antara lain: punggungan

bukit dari jurus perlapisan batuan, perbukitan antiklin dan kubah, sinklin dan cekungan depresi(low lands) atau lembah, gawir sesar, dataran pantai, bukit intrusi dike, cinder cone (kerucutgunungapi), plateau lava. Secara umum untuk mengenali dan menafsirkan kenampakan tersebutpada foto udara tidak begitu sulit. Analisa dan identifikasi detail dan satuan pemetaangeomorfologi, berdasarkan pada bentuk alam darat, litologi, struktur dan proses.

Perbedaan foto-udara/citra dari peta topografi tentu terletak pada kualitas dan kejelasan “feature” alam yang diamati. Kelurusan akan tampak lebih jelas dan lebih detail bahkan padadaerah yang kelihatan mulus pada peta topografi. Begitu pula sungai-sungai lebih tampak jelas,mana yang berair mana yang berupa lembah kering. Selain itu pola kontur pada peta topografiakan tampak lebih bervariasi dan lebih detail pada foto udara atau citra, yang selain akan berupavariasi litologi juga berupa tutupan vegetasi, lingkungan binaan manusia, dan lainnya.

Dalam interpretasi foto udara atau citra (dalam bentuk cetakan /paper print), hal yang palingpenting adalah mengamati karakter-karakter fotografi yang muncul pada hasil cetakan, yaituwarna (pada citra warna), rona/tone (pada citra pankromatik), pola, tekstur, bentuk, ukuran,bayangan, dan situasi geografi.

a. Warna (Colour) adalah warna yang tercetak pada foto/citra, yang umumnya berupa warnapalsu (false color composite); misalnya daerah hutan yang seharusnya berwarna hijau, padacitra warna akan tampak berwarna merah atau lainnya (tergantung pada band gelombangyang dipilih. Warna adalah suatu pengenalan unsur yang mungkin dapat sangat bermanfaat, jika tidak bermanfaat, untuk keperluan dalam kriteria penafsiran

b. Rona Warna (Tone) adalah suatu ukuran dari jumlah relatif sinar yang dipantulkan olehsuatu obyek dan direkam oleh kertas film hitam dan putih. Dan ini merupakan dasar darisemua unsur-unsur yang dikenal, kecuali warna. Rona bernuansa hitam-ke-putih pada fotoatau citra pankromatik/hitam-putih. Cetakan foto/citra yang berbeda kemungkinan dapat juga memberikan warna atau rona yang berbeda walau pada objek yang sama. Tetapiumumnya, beberapa fenomena akan ditunjukan oleh warna atau rona yang berbeda,misalnya hutan berona abu-abu gelap, air berona hitam, alang-alang berona abu-abu,endapan pasir lepas tanpa vegetasi berona putih, batu lempung berona abu-abu gelap, batugamping berona putih sampai abu-abu terang.

c. Bentuk (Shape)  adalah salah satu unsur/elemen didalam penafsiran geologi, terutama

dalam arti yang lebih luas sangat berarti, karena ekspresi topografi atau relief topografi akanmemberikan pandangan yang lebih luas dalam hubungan masing-masing bentuk dalam

Page 112: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 112/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 109

kontek ilmu geologi. Dalam hal ini bentuk sangat penting untuk mengenal bentukbentangalam konstruksional seperti kerucut gunungapi, kubah, teras sungai, meandersungai. Bentuk juga sangat penting untuk membedakan satuan batuan seperti misalnyaformasi batuan yang berbentuk pungggung yang terjal dengan formasi batuan yangberbentuk bukit yang landai.

Pada umumnya banyak kenampakan geologi dapat diidentifikasi terutama dari bentuknyasaja. Beberapa contoh seperti struktur kubah yang tererosi, Cinder cones, sand dunes, kipasaluvial, dan lipatan yang menunjam. Bentuk kipas aluvial yang tersusun dari endapan yangtidak terkonsolidasi relatif mudah dikenal dari bentuknya yang menyerupai kipas. Padaumumnya bentuk asli dari endapan kipas aluvial masih belum lapuk dan belum mengalamikerusakan oleh proses tererosi atau ditutupi oleh endapan lainnya. Perbedaan erosi dapatdipertimbangkan sebagai kunci dalam mengenal dan mengidentifikasi lapisan batuan. Secaraumum batuan yang resisten terhadap erosi akan membentuk bentangalam yang lebihmenonjol atau topografi yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan yang kurang resistenterhadap erosi dan biasanya membentuk lembah (topografi yang lebih rendah). Contohbatupasir yang berbentuk bukit dan serpih yang berbentuk lembah (Gambar 9.11).

Gambar 9.11. Blok diagram dari bukit asimetri yang terbentuk oleh perlapisandengan kemiringan yang landai. Tampak beberapa batuan

resisten membentuk bukt-bukit sedangkan batuan yang kurangresisten membentuk lembah.

 Apabila korelasi antara litologi dan topografi tidak mencerminkan kondisi resistensi batuan,seperti misalnya pergeseran yang disebabkan oleh suatu patahan dimana batuan yangkurang resisten membentuk topografi yang tinggi (bukit) dan batuan yang resistendisebelahnya membentuk topografi yang lebih rendah. Jika batuan dapat diidetifikasi dengankriteria lain, maka hubungan antara keberadaan topografi terbalik (reverse topography) danlitologi dapat diidentifikasi. Gambar 9.12 dan gambar 9.13 memperlihatkan beberapa tipepenyesuaian topografi karena perbedaan resistensi batuan.

Suatu lipatan yang menunjam yang melibatkan beberapa perlapisan yang resistensibatuannya berbeda seringkali diperlihatkan oleh bukit dan lembah yang berbentuk zig zag. Apabila lipatan tidak menunjukkan menunjaman maka lembah dan bukit akan berbentuksejajar atau paralel. Jenjang Gunungapi (volcanic neck) adalah satu contoh batuan yangsangat resisten yang berada pada bagian inti (pipa gunungapi) yang tersisa karena badangunungapinya telah sepenuhnya tererosi. Di beberapa tempat dibumi sering dijumpaikenampakan suatu bukit yang terisolasi yang berdiri sendiri dan disekelilingnya terdapatendapan material hasil peneplenisasi. Bentuk sisa bukit yang terisolasi seperti ini disebutdengan monadnocks.

Page 113: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 113/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 110

 

Gambar 9.12 Blok diagram dari bukit simetri yang terbentuk oleh perlapisanbatuan dengan kemiringan yang terjal. Sepanjang punggungbelakang bukit sejumlah perlapisan terpotong oleh proses erosi.

Gambar 9.13 Blok diagram bukit asimetri yang terbentuk oleh perlapisan batuan

dengan kemiringan yang landai. Batuan kurang resisten yang masih

tersisa diatas batupasir tidak memperlihatkan ekspresi yangmenonjol seperti yang diperlihatkan oleh batupasir.

Dyke (Intrusi batuan beku) dapat berbentuk seperti dinding tembok yang berbentuk bukitdan biasanya melintang dan memotong daerah sekitarnya. Zona patahan seringkalidiekspresikan dalam bentuk topografi positif sehingga seringkali membingungkan dengankenampakan dyke. Topografi yang relatif lebih tinggi pada suatu zona patahan seringkalidapat dijelaskan oleh bukti bahwa disepanjang zona patahan mengalami silisifikasi karenaadanya pengendapan air bawah tanah dimana konsentrasi silika lebih resisten terhadap erosidibandingkan dengan batuan yang ada disekilingnya.

Bentangalam juga sangat penting di dalam mengenal dan memetakan sejumlah struktur

geologi. Sebagai contoh adalah serangkaian perbukitan dan lembah yang terbentuk olehperselingan antara satuan batuan yang resisten dan yang tidak resisten mungkin akanberakhir secara tiba-tiba disepanjang suatu garis linear. Garis semacam ini seringkaliditafsirkan sebagai jejak dari suatu patahan.

d. Pola (Pattern)  adalah susunan ruang beberapa objek alam dalam urutan dan susunantertentu, misalnya pola belang-belang selang-seling antara punggungan pasir di pantaidengan rawa belakang, pola perkebunan karet yang lurus dan teratur, pola aliran sungai,pola lingkungan binaan manusia, dan sebagainya.

e. Texture (Tekstur) didefinisikan oleh Colwell (1952, p.358) sebagai frekuensi perubahanrona warna di dalam gambar / citra dan dihasilkan dari satu agregat dari satu satuan

kenampakan obyek yang masing-masing individunya sulit untuk dipisahkan di atas foto.Tekstur (Textures)  adalah kekasaran suatu objek pada hasil cetakan. Misalnya daerah

Page 114: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 114/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 111

padang rumput akan tampak halus dibandingkan dengan hutan heterogen, atau daerah batulempung akan tampak lebih halus dibandingkan dengan daerah endapan volkanik, walaupunmungkin mempunyai rona yang sama.

f. Ukuran (Size) adalah dimensi volume objek yang diamati dalam tiga dimensional. Secarapraktis dapat diperkirakan dengan membandingkan terhadap objek yang telah dikenal; ataudengan membandingkan terhadap peta topografi daerah yang sama (jika tersedia).

Gambar 9.14 Blok diagram di daerah yang berstruktur komplek yang telah mengalamierosi yang cukup intensif. Percabangan sungai yang berkembang di daerah

ini secara genetik dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur geologi yangmengontrolnya ( r = resekuen; o = obsekuen; s = subsekuen)

e. Bayangan  (Shadow) adalah bagian yang gelap dari objek karena arah datang sinarterhalangi oleh objek lain. Bayangan kadangkala menjadi faktor yang membuat sulitinterpretasi (misalnya tertutup bayangan awan), tetapi bayangan, terutama bayangan objekitu sendiri, justru sangat berguna untuk menolong kita mendapatkan gambaran tiga

dimensional, walaupun tanpa stereoskop. Dalam Geologi, bayangan ini cukup penting,terutama pada saat kita bekerja di daerah perlipatan yang memerlukan kesan perlapisanmelalui interpretasi “dip-slope”. Dengan adanya bayangan, kesan perlapisan akan tampakmenonjol.

f. Situasi Geografi (Geographic Position) adalah tempat dan posisi daerah pada peta yangberguna untuk mengetahui orientasi mata angin.

9.7 Penafsiran Geologi dari Foto Udara

Gambar 9.15A adalah pasangan foto udara daerah Alkali Antiklin, Bighorn Basin, Wyoming,

USA yang memperlihatkan struktur perlipatan. Dengan menempatkan stereoskop lensa di atasfoto tersebut, maka kita akan dapat melihat kenampakan dalam bentuk 3 dimensi dari wilayahtersebut. Penafsiran geologi daerah tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat kenampakanobyek-obyek geologi yang tampak pada foto melalui stereoskop lensa. Adapun penafsirangeologinya didasarkan atas kriteria-kriteria dari penafsiran foto udara, seperti tona warna, polaaliran, tekstur, bentuk, ukuran (size), kenampakan bentangalam / geomorfologi yang terlihatdalam foto. Untuk memulai pekerjaan ini, prosedur yang harus dilakukan adalah:

1. Mendeliniasi/menarik batas batas satuan batuan sesuai dengan garis bantu yang telahdiberikan dan mempertegas pola aliran sungai dan tentukan jenis pola aliran sungainya.

2. Kemudian dilanjutkan dengan menafsir kemiringan lapisan batuan serta kelurusan

struktur patahan / sesar. Penafsiran kemiringan lapisan batuan didasarkan pada

Page 115: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 115/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 112

kenampakan ekspresi batuan resisten dan non resisten yang membentuk bentuk-bentukbukit yang menonjol dan bentuk-bentuk lembah.

3. Penafsiran patahan/sesar didasarkan atas kelurusan sungai /pembelokan sungai serta offset perlapisan batuan atau topografi.

4. Sumbu lipatan dapat ditarik setelah penafsiran kedudukan kemiringan lapisan danpenyebaran satuan batuan dilakukan.

5. Buat penampang geologi yang memotong seluruh formasi batuan dan struktur geologiyang ada.

6. Gambar 9.15B adalah hasil akhir dari penafsiran geologi foto yang mencakup peta geologibeserta penampang geologinya.

Gambar 9.15-B adalah hasil akhir penafsiran geologi yang dilakukan pada foto stereo daerahBighorn, Wyoming yang terdiri dari 5 (lima) satuan batuan / formasi, yaitu :

1. Cody Shale (Kc), merupakan satuan batu serpih yang memperlihatkan tona warna abu-abu (moderate) dan tererosi cukup kuat membentuk lembah-lembah yang cukup lebarserta teriris oleh beberapa aliran sungai. Satuan ini merupakan satuan batuan yangtermuda yang tersingkap di daerah ini.

2. Frontier Formation  (Kf ), terdiri dari batupasir selang-seling serpih bertona abu-abuterang, Batupasir memperlihatkan resistensi batuan yang lebih tinggi membentukpunggungan bukit-bukit sedangkan serpih memperlihatkan batuan yang kurang resistendicirikan oleh bentuk-bentuk lembah yang sempit. Kedudukan kemiringan lapisan batuanditafsirkan berdasarkan kenampakan batupasir yang dierosi oleh sejumlah saluransaluran sungai yang halus membentuk kenampakan yang sangat jelas.

3. Mowry Shale (Km), terdiri dari serpih silikaan yang memperlihatkan pelapukan ke arahlereng dengan tona/rona warna abu-abu terang.

4. Thermopolis Shale  (Kt), terdiri dari seroih yang bertona abu-abu kehitaman danmemperlihatkan banding dengan tona yang terang yang merupakan perselingan lapisanbatuannya.

5. Cloverly Formation (Kcv), terdiri dari perselingan batupasir yang resistent dan serpihyang kurang resistent yang diperlihatkan dengan pelapukan yang terdapat dipunggungan bukit dan di lembahnya. Formasi ini merupakan satuan batuan yang tertuayang ada di daerah ini.

Page 116: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 116/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 113

 

FOTO UDARA

DAERAH ALKALI ANTIKLIN, BIGHORN BASIN, WYOMING, USA

Skala 1 : 20.000

Gambar 9.15A Pasangan foto udara daerah Alkali Antiklin, Bighorn Basin, Wyoming, USA. Pada fotodiperlihatkan kontak antara setiap formasi batuan melalui simbol: Kc (Cody shale),Kf (Frontier Formation), Km (Mowry Shale), Kt (Thermopolis Shale), dan Kcv(Cloverly Formation).

Page 117: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 117/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 114

 

Gambar 9.15B Peta geologi dan penampang hasil penafsiran dari daerah Alkali Antiklimn, Bighorn Basin, Wyoming, USA.

Page 118: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 118/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 115

 9.8 Kenampakan Obyek Obyek Geologi Pada Foto

Udara

Berikut ini adalah beberapa contoh foto udara yang memperlihatkan bentuk bentuk kenampakangeologi:

FOTO UDARA 1:

BATUAN SEDIMEN TERLIPAT

Gambar 1. Foto udara wilayah Central Utah, USA yang memperlihatkan batuan sedimen terlipat lemah.Pada foto terlihat adanya perbedaan yang kontras dari tona / rona warna yang mewakiliperbedaan litologi (batuan) dengan sebaran berbentuk antiklin menunjam. (Skala 1 :20.000)

Page 119: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 119/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 116

 

FOTO UDARA 2 :

BATUAN SEDIMEN BATUPASIR DAN SERPIH)

Gambar 2  Foto udara wilayah Northern Alaska yang memperlihatkan didominasi Batupasir dan Serpih. Lapisanbatupasir terlihat menonjol karena tona foto, relief dan perubahan vegetasi seperti terlihat di lokasi

 A. Lapisan batupasir ini dapat ditelusuri hingga ke area yang ekspresi topografinya menghilang dilokasi B dan digantikan oleh serpih yang menutupi formasi. (Skala Foto 1 : 20000)

Page 120: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 120/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 117

 

FOTO UDARA 3 :

BATUAN SEDIMEN YANG DIPOTONG OLEH BIDANG PATAHAN

Gambar 3 Foto udara wilayah Nevada, USA yang memperlihatkan batuan sedimen dengan kemiringan landaidan dipotong oleh suatu bidang patahan yang terjal. Ekspresi topografi lapisan quarzite yang

resisten dan terkekarkan di lokasi A ditutupi oleh sekuen batuan carbonat (B). Bidang patahantegak, transverse terhadap jurus lapisan di C dan D menggeser (offset) lapisan quarzite. (Skala 1 :

20.000)

B

C

D

Page 121: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 121/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 118

 

FOTO UDARA 4 :

PERSELINGAN ANTARA BATUPASIR DAN SERPIH YANG

DITUTUPI OLEH UNCONSOLIDATED MATERIALS

Gambar 4. Foto udara wilayah Texas, USA yang memperlihatkan Perlapisan antara Serpih dan Batupasir yang

ditutupi oleh material berukuran kerakal (gravel) yang tidak terkonsolidasi setempat setempatdijumpai pasir dengan sementasi carbonat. Tidak dijumpainya aliran permukaan meng-indikasikantingkat permeabilitas yang tinggi pada material penutup, lokasi B. Tekstur drainage yang halussecara kontras dijumpai pada batuan serpih yang bersifat impermeabel. Lembah/depresi yang luasdi C mengindikasikan tutupan kerakal dan pasir yang dangkal dengan relief rendah (Skala Foto 1 :

20.000)

A

B

C

Page 122: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 122/150

Bab 9 Geologi Foto Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 119

 

FOTO UDARA 5 :

PERLAPISAN BATUPASIR HORISONTAL YANG TERKEKARKAN

Gambar 5. Foto udara wilayah Southern Utah, USA yang memperlihatkan Batupasir yang datar. Pada fototerlihat daerah yang mengalami peng-kekaran yang sangat intensif yang ditunjukkan olehdominasi lineasi yang pendek-pendek dan tersebar diseluruh daerah. (Skala Foto 1 : 20.000 )

Page 123: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 123/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 120

1100 Penginderaan Jauh 

10.1 Pendahuluan

Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) berkembang dengan pesat sejak eksplorasiantariksa berlangsung sekitar tahun 1960-an dengan mengorbitnya satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera yang mengambil gambar permukaan bumi dari satelitmemberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautandan sebagainya. Teknologi pemotretan udara yang berkembang bersamaan dengan eraeksplorasi antariksa seperti sistim kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer,spectrometer diikut sertakan dalam misi antariksa tersebut pada tahap berikutnya.

Pada tahun 1972 satelit ERTS-1 (sekarang dikenal dengan Landsat) untuk pertama kalidiorbitkan Amerika Serikat. Satelit ini dikenal dengan satelit sumber alam karena fungsinyaadalah untuk memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisidari berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang programpemetaan, dalam waktu singkat disimpulkan bahwa data satelit tersebut potensial untuk

menunjang program pemetaan dalam lingkup sangat luas. Sejak itu berbagai satelit sejenisdiorbitkan oleh negara-negara maju lain, seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada.

Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor untukmata-mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dan diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi dapat puladirekam. Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyakdilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan energi,bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang kebumian belumsebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data satelit cukup mahal,memerlukan software khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang

terampil sangat terbatas. Dalam pembahasan ini akan lebih ditekankan pada pengenalaninformasi geologi dan kondisi lingkungan geologi yang dalam beberapa hal berkaitan denganpenggunaan data satelit penginderaan jauh.

10.2 Prinsip Dasar

Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal dan menentukan obyekdipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek tersebut. Banyak pakarmemberi batasan, penginderaan jauh hanya mencakup pemanfaatan gelombangelektromaknetik saja, sedangkan penginderaan yang memanfaatkan sifat fisik bumi sepertikemaknitan, gaya berat dan seismik tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar

memasukkan pengukuran sifat fisik bumi ke dalam lingkup penginderaan jauh. Di bawah iniakan disinggung secara singkat mengenai gelombang elektromaknit, pembagian dalam selang

Page 124: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 124/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 121

panjang gelombang (spectral range), mengapa dipakai dalam sistim perekaman citra danbagaimana responnya terhadap benda di permukaan bumi.

10.2.1 Komponen Dasar

Empat komponen dasar dari sistem Penginderaan Jauh adalah target, sumber energi, alur

transmisi, dan sensor (gambar 10.1). Komponen dalam sistem ini berkerja bersama untukmengukur dan mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh obyek tersebut. Sumberenergi yang menyinari atau memancarkan energi elektromagnetik pada target mutlakdiperlukan. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus berfungsi sebagai media untukmeneruskan informasi dari target kepada sensor. Sensor adalah sebuah alat yangmengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Setelah dicatat, data akan dikirimkan kestasiun penerima dan diproses menjadi format yang siap pakai, diantaranya berupa citra. Citraini kemudian diinterpretasi untuk menyarikan informasi mengenai target. Proses interpretasibiasanya berupa gabungan antara visual dan automatic dengan bantuan computer danperangkat lunak pengolah citra.

Gambar 10.1. Komponen Penginderaan Jauh: 1. Sumber Energi (matahari); 2.Target (obyek di permukaan bumi); 3. Atmosfir (mediatransmisi); dan 4. Sensor (alat perekam).

10.2.2 Teknologi Penginderaan Jauh

Sebuah platform Penginderaan Jauh dirancang sesuai dengan beberapa tujuan khusus. Tipesensor dan kemampuannya, platform, penerima data, pengiriman dan pemrosesan harus dipilihdan dirancang sesuai dengan tujuan tersebut dan beberapa faktor lain seperti biaya, waktu dansebagainya.

1 Resolusi sensor

Rancangan dan penempatan sebuah sensor terutama ditentukan oleh karakteristik khusus dariobyek yang ingin dipelajari dan informasi yang diinginkan dari obyek tersebut. Setiap aplikasiPenginderaan Jauh mempunyai kebutuhan khusus mengenai luas cakupan area, frekuensipengukuran dam tipe energi yang akan dideteksi. Oleh karena itu, sebuah sensor harus mampumemberikan resolusi spasial, spectral dan temporal yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi.

! Resolusi spasial menunjukkan tingkat kerincian/ketelitian suatu obyek yangditangkap oleh sensor. Semakin rinci suatu obyek maka akan semakin tinggi pularesolusi spasial yang diperlukan. Sebagai contoh, pemetaan penggunaan lahanmemerlukan resolusi spasial lebih tinggi daripada sistem pengamatan cuaca berskala

besar.

Page 125: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 125/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 122

! Resolusi spektral menunjukkan lebar kisaran dari masing-masing band spektral yangdiukur oleh sensor. Untuk mendeteksi kerusakan tanaman dibutuhkan sensor dengankisaran band yang sempit pada bagian merah.

! Resolusi temporal menunjukkan interval waktu antar dua pengukuran yangberurutan. Untuk memonitor perkembangan kebakaran hutan maka diperlukanpengukuran setiap jam, sedangkan untuk memonitor produksi tanaman membutuhkanpengukuran setiap musim, sedangkan pemetaan geologi hanya membutuhkan sekalipengukuran.

2 Platform

! Ground-Based Platforms: sensor diletakkan di atas permukaan bumi dan tidakberpindah-pindah. Sensornya biasanya sudah baku seperti pengukur suhu, angin, pHair, intensitas gempa dll. Biasanya sensor ini diletakkan di atas bangunan tinggi sepertimenara.

!  Aerial platforms:  biasanya diletakkan pada pesawat terbang, meskipun platformairborne lain seperti balon udara, helikopter dan roket juga bisa digunakan. Digunakan

untuk mengumpulkan citra yang sangat detail dari permukaan bumi dan hanyaditargetkan ke lokasi tertentu. Dimulai sejak awal 1900-an.

! Satellite Platforms:  sejak awal 1960 an sensor mulai diletakkan pada satelit yangdiposisikan pada orbit bumi dan teknologinya berkembang pesat sampai sekarang.Banyak studi yang dulunya tidak mungkin menjadi mungkin.

3 Komunikasi dan pengumpulan data

Pengiriman data yang dikumpulkan dari sebuah sistem Penginderaan Jauh kepada pemakaikadang-kadang harus dilakukan dengan sangat cepat. Oleh karena itu, pengiriman,penerimaan, pemrosesan dan penyebaran data dari sebuah sensor satelit harus dirancangdengan teliti untuk memenuhi kebutuhan pemakai. Pada ground-based platforms, pengiriman

menggunakan sistem komunikasi ground-based seperti radio, transmisi microwave ataucomputer network. Bisa juga data disimpan pada platform untuk kemudian diambil secaramanual. Pada aerial Platforms, data biasanya disimpan on board dan diambil setelah pesawatmendarat. Dalam hal satellite Platforms, data dikirim ke bumi yaitu kepada sebuah stasiunpenerima. Berbagai cara transmisi yang dilakukan:

1. langsung kepada stasiun penerima yang ada dalam jangkauan,2. disimpan on board dan dikirimkan pada saat stasiun penerima ada dalam jangkauan,

terus menerus, yaitu pengiriman ke stasiun penerima melalui komunikasi satelitberantai pada orbit bumi, atau

3. kombinasi dari cara-cara tersebut.Data diterima oleh stasiun penerima dalam bentuk format digital mentah. Kemudian datatersebut akan diproses untuk pengkoreksian sistematik, geometrik dan atmosferik dan

dikonversi menjadi format standard. Data kemudian disimpan dalam tape, disk atau CD. Databiasanya disimpan di stasiun penerima dan pemproses, sedangkan perpustakaan lengkap daridata biasanya dikelola oleh pemerintah ataupun perusahaan komersial yang berkepentingan.

4 Radiasi Elektromagnetik

Berangkat dari bahasan kita di atas mengenai komponen sistem Penginderaan Jauh, energielektromagnetik adalah sebuah komponen utama dari kebanyakan sistem Penginderaan Jauhuntuk lingkungan hidup, yaitu sebagai medium untuk pengiriman informasi dari target kepadasensor. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yangbisa diukur, yaitu: panjang gelombang/wavelength, frekuensi, amplitudo, kecepatan. Amplitudoadalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak.Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu.Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi

Page 126: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 126/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 123

elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensiberbanding terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dansemakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya. Energi elektromagnetikdipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam semesta pada level yang berbedabeda.Semakin tinggi level energi dalam suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombangdari energi yang dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energigelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.

5 Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromaknit adalah gelombang yang merambat secara kontinu dalam gerak yangharmonis. Sumber dari gelombang ini secara alami adalah sinar matahari, selain dapat puladibuat secara artifisial seperti pada penginderaan dengan gelombang radar (gelombang mikro).Selang panjang gelombang elektromaknit mulai dari sekitar 0.3 nm sampai orde meter yangmeliputi gelombang ultra ungu sampai radio (gambar 10.2).

Gambar 10.2. Selang panjang gelombang elektromaknit, Jendela Atmosfir dan Sistem PenginderaanJauh (Film berwarna, Film Infra Merah, Landsat MSS, Landsat TM, SPOT, NOAA

 AVHRR, ERS SAR)

Gambar 10.3 Proses yang berlangsung di atmosfir selama gelombang menjalarke permukaan bumi

Page 127: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 127/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 124

 

Tidak semua gelombang elektromaknit dapat dipakai dalam sistim perekaman data karenasebagian dari selang panjang gelombang tersebut tidak dapat diteruskan (ditrasmit) kepermukaan bumi. Perambatan gelombang ke permukaan bumi dipengaruhi oleh proses yangterlihat pada gambar 10.3.

Penghalang yang membendung jalannya gelombang tersebut di antaranya adalah massa gasyang terdapat di atmosfir seperti O2, H2O, CO2. Oleh karena itu ada celah-celah dimanatransmisi gelombang berjalan penuh. Celah tersebut dikenal sebagai jendela atmosfir(atmospheric window) seperti dapat dilihat pada gambar 10.3. dan gambar 10.4

Gambar 10.4. Jendela atmosfir dimana transmisi gelombang berjalan penuh

Berdasarkan distribusi jendela atmosfir tersebut sistim penginderaan jauh dipilih danditentukan secara operasional.

Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang danfrekuensinya disebut spectrum elektromagnetik. Gambar spectrum elektromagnetik di bawahdisusun berdasarkan panjang gelombang (diukur dalam satuan ! m) mencakup kisaran energi

yang sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, sepertigelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah danfrekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray.

• Radio : Radio energi adalah bentuk level energi elektromagnetik terendah, dengankisaran panjang gelombang dari ribuan kilometer sampai kurang dari satu meter.Penggunaan paling banyak adalah komunikasi, untuk meneliti luar angkasa dan sistemradar. Radar berguna untuk mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta 3Dpermukaan bumi, mengukur curah hujan, pergerakan es di daerah kutub danmemonitor lingkungan. Panjang gelombang radar berkisar antara 0.8 – 100 cm.

• Microwave : Panjang gelombang radiasi microwave berkisar antara 0.3 – 300 cm.

Penggunaannya terutama dalam bidang komunikasi dan pengiriman informasi melaluiruang terbuka, memasak, dan sistem Penginderaan Jauh aktif. Pada sistemPenginderaan Jauh aktif, pulsa microwave ditembakkan kepada sebuah target danrefleksinya diukur untuk mempelajari karakteristik target. Sebagai contoh aplikasiadalah Tropical Rainfall Measuring Mission’s (TRMM) Microwave Imager (TMI), yangmengukur radiasi microwave yang dipancarkan dari atmosfer bumi untuk mengukurpenguapan, kandungan air di awan dan intensitas hujan.

• Infrared : Radiasi infrared (IR) bisa dipancarkan dari sebuah obyek ataupundipantulkan dari sebuah permukaan. Pancaran infrared dideteksi sebagai energi panasdan disebut thermal infrared. Energi yang dipantulkan hampir sama dengan energisinar nampak dan disebut dengan reflected IR atau near IR karena posisinya padaspektrum elektromagnetik berada di dekat sinar nampak. Panjang gelombang radiasiinfrared berkisar antara 0.7 – 300 ! m, dengan spesifikasi: near IR atau reflected IR:

Page 128: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 128/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 125

0.7 – 3 ! m, dan thermal IR: 3 – 15 ! m Untuk aplikasi PJ untuk lingkungan hidupmenggunakan citra Landsat, Reflected IR pada band 4 (near IR), band 5, 7 (Mid IR)dan thermal IR pada band 6, merupakan karakteristik utama untuk interpretasi citra.Sebagai contoh, gambar berikut menunjukkan suhu permukaan laut global (denganthermal IR) dan sebaran vegetasi (dengan near IR).

•  Visible : Posisi sinar nampak pada spectrum elektromagnetik adalah di tengah. Tipeenergi ini bisa dideteksi oleh mata manusia, film dan detektor elektronik. Panjanggelombang berkisar antara 0.4 to 0.7 ! m. Perbedaan panjang gelombang dalamkisaran ini dideteksi oleh mata manusia dan oleh otak diterjemahkan menjadi warna. Dibawah adalah contoh komposit dari citra Landsat Thematic Mapper.

• Ultraviolet, X-Ray, Gamma Ray: Radiasi ultraviolet, X-Ray dan Gamma Ray beradadalam urutan paling kiri pada spectrum elektromagnetik. Tipe radiasinya berasosiasidengan energi tinggi, seperti pembentukan bintang, reaksi nuklir, ledakan bintang.Panjang gelombang radiasi ultraviolet berkisar antara 3 nm-0.4 _m, sedangkan X-Ray0.03 – 3 nm, dan Gamma ray < 0.003nm. Radiasi UV bisa dideteksi oleh film dan

detektor elektronik, sedangkan X-ray dan Gamma-ray diserap sepenuhnya olehatmosfer, sehingga tidak bisa diukur dengan Penginderaan Jauh.

10.2.3. Sistim Penginderaan Jauh

Sistim penginderaan jauh mencakup beberapa komponen utama yaitu: (1). Sumber energi;(2). Sensor sebagai alat perekam data; (3). Stasiun bumi sebagai pengendali dan penyimpandata; (4). Fasilitas pemrosesan data; (5). Pengguna data. Secara diagramatik diperlihatkanpada gambar 10.5. Sumber energi yang umum dipergunakan dalam sistim penginderaan jauhyang operasional saat ini adalah dari matahari yang dikenal sebagai “passive sensing”sebaliknya sistim “active sensing” dipakai dalam sistim “imaging radar”.

Gambar 10.5. Diagram sistim penginderaan jauh pada umumnya

Sensor yang dapat digunakan untuk perekam data dapat berupa multispectral scanner, vidiconatau multispectral camera. Rekaman data pada umumnya disimpan sementara di dalam alatperekam yang ditempatkan di satelit kemudian dikirimkan secara telemetri ke stasiun penerimabumi sebagai data mentah (raw data). Di stasiun bumi data mengalami pemrosesan awal (pre-processing) seperti proses kalibrasi radiometri, koreksi geometri sebelum dikemas dalambentuk format baku yang siap untuk dipakai pengguna (users). Pengguna data pada umumnyaadalah masyarakat umum dengan tidak ada pengecualian apakah militer, sipil, instansi

pemerintah atau swasta. Pemesanan dapat dilakukan langsung kepada stasiun penerima (userservices) atau melalui agen/distributor lain.

Page 129: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 129/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 126

 

10.2.4. Data Penginderaan Jauh

Data penginderaan jauh pada umumnya berbentuk data digital yang merekam unit terkecil didalam sistim perekam data. Unit terkecil ini dikenal dangan nama pixel (picture element) yangberupa koordinat 3 dimensi (x,y,z). Koordinat x,y menunjukkan lokasi unit tersebut dalamkoordinat geografi dan y menunjukkan nilai intensitas pantul dari unit dalam tiap selangpanjang gelombang yang dipakai. Nilai intensitas pantul berkisar antara 0 – 255 dimana 0merupakan intensitas terrendah (hitam) dan 255 intensitas tertinggi (putih). Ukuran pixelberbeda tergantung pada sistim yang dipakai, menunjukkan ketajaman/ketelitian dari datapenginderaan jauh, atau yang dikenal dengan resolusi spasial. Makin besar nilai resolusi spasialsuatu data makin kurang detail data tersebut dihasilkan, sebaliknya makin kecil nilai resolusispasial makin detail data tersebut dihasilkan seperti dapat dilihat pada gambar 9.6.

Gambar 10.6. Gambaran perbedaan nilai resolusi spasial data penginderaan jauh.

Selain resolusi spasial data penginderaan jauh mengenal suatu istilah lain yaitu resolusispektral. Data penginderaan jauh yang menggunakan satu “band” pada sensornya hanya akanmemberikan satu data intensitas pantul pada tiap pixel. Apabila sensor menggunakan 5 bandmaka data pada tiap pixel akan menghasilkan 5 nilai intensitas yang berbeda. Denganmenggunakan banyak band (multiband) maka pemisahan suatu obyek dapat dilakukan lebihakurat berdasarkan nilai intensitas yang khas dari masing-masing band yang dipakai. Sebagaiilustrasi resolusi spektral diperlihatkan pada gambar 10.7.

Gambar 10.7. Diagram yang menunjukkan resolusi spektral dari datapenginderaan jauh multispectral.

Page 130: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 130/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 127

10.2.5 Pemrosesan Data

Karena data penginderaan jauh berupa data digital maka penggunaan data memerlukan suatuperangkat keras dan lunak khusus untuk pemrosesannya. Komputer PC dan berbagai softwareseperti ERMapper, ILWIS, IDRISI, ERDAS, PCI, ENVI dsb dapat dipergunakan sebagaipilihan. Untuk keperluan analisis dan interpretasi dapat dilakukan dengan dua cara: (1).Pemrosesan dan analisis digital dan (2). Analisis dan interpretasi visual. Kedua metoda inimempunyai keunggulan dan kekurangan, seyogyanya kedua metoda dipergunakan bersama-sama untuk saling melengkapi.

Pemrosesan digital berfungsi untuk membaca data, menampilkan data, memodifikasi danmemproses, ekstraksi data secara otomatik, menyimpan, mendesain format peta danmencetak. Sedangkan analisis dan interpretasi visual dipergunakan apabila pemrosesan datsecara digital tidak dapat dilakukan dan kurang berfungsi baik. Pemrosesan secara digital lainsangat bervariasi seperti misalnya deteksi tepi (edge enhancements), filtering, histogramtransformations, band ratioing, Principle Component Analysis (PCA), Classifications,penggunaan formula dan sebagainya.

Disamping pemrosesan digital suatu metoda lain yang tidak dapat dikesampingkan adalahpemrosesan, interpretasi dan analisis secara visual. Cara seperti ini dilakukan seperti halnyaditerapkan dalam interpretasi potret udara konvensional yang telah lama dilakukan sebelumera citra satelit diperkenalkan. Parameter interpretasi seperti pengenalan obyek berdasarkanbentuk, ukuran, pola dan tekstur topografi, struktur, rona warna dan sebagainya dipergunakandalam mengenal dan membedakan obyek / benda antara satu dengan yang lain. Dalam bidanggeologi interpretasi visual memegang peran sangat penting karena obyek-oyek geologi sukarsekali dipisahkan melalui pemrosesan secara digital.

10.2.6 Interaksi Energi

Gelombang elektromagnetik (EM) yang dihasilkan matahari dipancarkan (radiated ) dan masukke dalam atmosfer bumi. Interaksi antara radiasi dengan partikel atmosfer bisa berupapenyerapan (absorption ), pemencaran (scattering ) atau pemantulan kembali (reflectance ).Sebagian besar radiasi dengan energi tinggi diserap oleh atmosfer dan tidak pernah mencapaipermukaan bumi. Bagian energi yang bisa menembus atmosfer adalah yang ‘transmitted ’.Semua masa dengan suhu lebih tinggi dari 0 Kelvin (-273º C) mengeluarkan (emit ) radiasi EM.

Radiometer adalah alat pengukur level energi dalam kisaran panjang gelombang tertentu, yangdisebut channel. Penginderaan Jauh multispectral menggunakan sebuah radiometer yangberupa deretan dari banyak sensor, yang masing masing peka terhadap sebuah channel atauband dari panjang gelombang tertentu. Data spectral yang dihasilkan dari suatu target beradadalam kisaran level energi yang ditentukan. Radiometer yang dibawa oleh pesawat terbang

atau satelit mengamati bumi dan mengukur level radiasi yang dipantulkan atau dipancarkandari benda-benda yang ada di permukaan bumi atau pada atmosfer. Karena masing masing jenis permukaan bumi dan tipe partikel pada atmosfer mempunyai karakteristik spectral yangkhusus (atau spectral signature) maka data ini bisa dipakai untuk menyediakan informasimengenai sifat target.

Pada permukaan yang rata, hampir semua energi dipantulkan dari permukaan pada suatuarah, sedangkan pada permukaan kasar, energi dipantulkan hampir merata ke semua arah.Pada umumnya permukaan bumi berkisar diantara ke dua ekstrim tersebut, tergantung padakekasaran permukaan. Contoh yang lebih spesifik adalah pemantulan radiasi EM dari daun danair. Sifat klorofil adalah menyerap sebagian besar radiasi dengan panjang gelombang merahdan biru dan memantulkan panjang gelombang hijau dan near IR. Sedangkan air menyerapradiasi dengan panjang gelombang nampak tinggi dan near IR lebih banyak daripada radiasinampak dengan panjang gelombang pendek (biru).

Page 131: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 131/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 128

 

Sumber: Sabins 1986

Gambar 10.8 Karakteristik Band pada Citra Landsat TM

Pengetahuan mengenai perbedaan spectral signature dari berbagai bentuk di permukaan bumimemungkinkan kita untuk menginterpretasi citra. Tabel di sebelah kanan sangat bergunadalam menginterpretasi vegetasi dari citra Landsat TM. Ada dua tipe deteksi yang dilakukanoleh sensor: deteksi pasif dan aktif. Banyak bentuk Penginderaan Jauh yang menggunakandeteksi pasif, dimana sensor mengukur level energi yang secara alami dipancarkan,dipantulkan, atau dikirimkan oleh target. Sensor ini hanya bisa bekerja apabila terdapat sumberenergi yang alami, pada umumnya sumber radiasi adalah matahari, sedangkan pada malam

hari atau apabila permukaan bumi tertutup awan, debu, asap dan partikel atmosfer lain,pengambilan data dengan cara deteksi pasif tidak bisa dilakukan dengan baik.

Contoh sensor pasif yang paling dikenal adalah sensor utama pada satelit Landsat, ThematicMapper, yang mempunyai 7 band atau channel. Sedangkan pada deteksi aktif, PenginderaanJauh menyediakan sendiri sumber energi untuk menyinari target dan menggunakan sensoruntuk mengukur refleksi energi oleh target dengan menghitung sudut refleksi atau waktu yangdiperlukan untuk mengembalikan energi. Keuntungan menggunakan deteksi pasif adalahpengukuran bisa dilakukan kapan saja. Akan tetapi sistem aktif ini memerlukan energi yangcukup besar untuk menyinari target. Sebagai contoh adalah radar Dopler, sebuah sistemground-based, radar presipitasi pada satellite Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM), yang

merupakan spaceborne pertama yang menghasilkan peta 3-D dari struktur badai.

10.3 Penafsiran Morfologi Dari Citra Penginderaan Jauh

Penggunaan data penginderaan jauh dalam bidang kebumian pada dasarnya adalah mengenaldan memetakan obyek dan parameter kebumian yang spesifik, menafsirkan prosespembentukannya dan menafsirkan kaitannya dengan aspek lain. Untuk melakukan hal di atasdua metoda yang umum dilakukan melalui metoda visual/manual yaitu mengenal obyek obyekgeomorfologi seperti perbukitan, dataran, gunungapi, delta dan gejala geologi spesifik sepertiperbedaan jenis batuan, bidang perlapisan, struktur sesar. Pada tabel dibawah diberikan unsurunsur dasar penafsiran citra.

Band 1 (0.45-0.52  _ m; biru) - berguna untuk membedakan kejernihan air dan

 juga membedakan antara tanah dengan tanaman.

Band 2 (0.52-0.60  _ m; hijau) - berguna untuk mendeteksi tanaman.

Band 3 (0.63-0.69 _ 

m; merah) - band yang paling berguna untukmembedakan tipe tanaman, lebih daripada band 1 dan 2.

Band 4 (0.76-0.90  _ m; reflected IR) - berguna untuk meneliti biomas

tanaman, dan juga membedakan batas tanah-tanaman dan daratan-air.

Band 5 (1.55-1.75  _ m; reflected IR) – menunjukkan kandungan air tanaman

dan tanah, berguna untuk membedakan tipe tanaman dan kesehatan

tanaman. Juga digunakan untuk membedakan antara awan, salju dan es.

Band 7 (2.08-2.35  _ m; reflected IR) – berhubungan dengan mineral; ration

antara band 5 dan 7 berguna untuk mendeteksi batuan dan deposit mineral.

Band 6 (10.4-12.5  _ m; thermal IR) - berguna untuk mencari lokasi kegiatan

geothermal, mengukur tingkat stress tanaman, kebakaran, dan kelembaban

tanah.

Page 132: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 132/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 129

 

Unsur Unsur Penafsiran Citra

Tona Hitam dan Putih (Black and White Tone) 

Warna (Color) Unsur Unsur Dasar

Stereoscopic Parallax 

Ukuran (Size) 

Bentuk (Shape) 

Tekstur (Texture) 

Sebaran spasial tona dan warna

Pola (Pattern) 

Tinggi (Height) Berdasarkan Analisa Unsur Unsur Utama

Bayangan (Shadow) 

Lokasi (Site) Unsur Unsur Kontektuals

 Asosiasi (Association) 

 Analisa geomorfologi biasanya dilakukan berdasarkan metoda analisa visual. Analisa visualuntuk geomorfologi didasarkan atas unsur unsur dasar dari citra. Pengetahuan tentang daerahyang di analisa menjadi faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil yang maksimal.Sebagai contoh tekstur suatu obyek juga akan berguna untuk membedakan obyek obyek yangmungkin terlihat sama jika penentuan hanya didasarkan pada satu kriteria saja, yaitu tonanyasaja. (karena air dan tutupan lahan kemungkinan bisa mempunyai nilai kecerahan (brightness)yang sama, akan tetapi teksturnya sangat berbeda. Asosiasi diantara beberapa kriteria yangterdapat dalam citra dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam analisa citra. Dengandemikian, analisa citra secara visual dengan menerapkan kriteria dari berbagai sifat dasar yangterdapat pada citra akan menjadi kunci dalam keberhasilan penafsiran.

Cara kedua dilakukan melalui ekstraksi otomatis dari obyek dengan memakai cara dan formulatertentu dengan menggunakan software yang ada (digital processings). Kedua cara di atasmempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga pemilihan penggunaan kedua metoda tersebutperlu dipertimbangkan secara seksama sesuai dengan keperluaannya. Dalam bidang kebumian,geologi pada khususnya, interpretasi dan analisis secara visual menempati bagian paling utamadalam mendapatkan informasi geologi dibandingkan metoda pemrosesan digital misalnyaautomatic extraction . Meskipun demikian penerapan pemrosesan digital, dalam batas tertentu,sangat membantu kelancaran analisis visual. Data geologi yang diberikan citra inderaja dapatbersifat tidak jelas, dapat pula berupa data baru yang tidak dapat diperoleh dari surveikonvensional. Oleh sebab itu penggunaan data inderaja seyogyanya dipakai sebagai pelengkap,penunjang bentuk survei yang lazim dipakai. Seyogyanya data inderaja sebagai data sementara

(tentatif) yang perlu divalidasi dan dikonfirmasi lebih lanjut di lapangan. Berikut akan dibahasbagaimana data dan informasi geologi dapat diperoleh dari citra penginderaan jauh.

10.3.1 Morfologi Gunungapi

Data penginderaan jauh untuk kegunungapian dapat memberikan informasi mengenai bentukdan sebaran produk erupsi seperti endapan piroklastik, aliran dan kubah lava dari bentuknyayang khas. Disamping itu data penginderaan jauh dapat juga memberikan gambaran mengenaikomplek gunungapi dan sejarah erupsinya yang tercermin dari perbedaan derajat erosi,gunungapi aktif dengan sebaran piroklastik dan aliran lahar. Kenampakan pada citradiperlihatkan pada gambar 10.9 sampai dengan 10.13. Pada gambar 10.9 adalah citra dariKaldera Tengger yang memperlihatkan kerucut tua A dengan ekspresi derajat erosi yang kasar

dan kerucut muda dengan derajat erosi yang relatif halus. Gambar 10.10 adalah citra darisuatu komplek gunungapi aktif yang memperlihatkan bentuk-bentuk dari aliran lava yang

Page 133: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 133/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 130

dicirikan oleh bentuk (shape), pattern (pola) yang khas dari suatu aliran lava, sedangkanendapan piroklastik dicirikan oleh tekstur citra yang relatif kasar.

Pada gambar 10.11 diperlihatkan suatu aliran lava baru (warna biru kehijauan) dan aliran lavatua (merah-merah muda) dengan bentuk dan pola aliran yang khas. Gambar 10.12 adalah citradari komplek pegunungan Sibualbuali, Padangsidempuan yang memperlihatkan lokasi daripusat pusat fumarol yang berkorelasi dengan segment-segment sesar semangko. Gambar10.13 adalah citra dari komplek gunungapi Dieng, Wonosobo yang memperlihatkan sebarandari beberapa kerucut gunungapi dengan derajat erosi yang berbeda beda. Berdasarkanperbedaan tingkat derajat erosi dapat dipakai untuk menafsirkan sejarah pembentukan danperkembangan gunungapi di daerah tersebut. Pada gambar 10.14 adalah citra dari sebarankerucut gunungapi di daerah Garut, Jawa Barat. Pada citra tampak sebaran beberapa kerucutgunungapi dengan derajat erosi yang berbeda beda serta batas sebaran tubuh gunungapi yangmasih dapat dideliniasi. Pada daerah komplek gunungapi yang telah mengalami proses erosilanjut, pemetaan geologi gunungapi menjadi lebih sukar karena bentuk morfologi yang masihideal sudah tidak dapat dikenal dengan baik. Meskipun demikian dalam hal tertentu jejak tubuhgunungapi masih dapat diperkirakan seperti diperlihatkan pada gambar 10.13 dan 10.14

Gambar 10.9 Kaldera Tengger dengan tubuhkerucut tua (A) dan Kerucut muda (B).

Morfologi gunungapi Kaldera Tengger dapat

dikenal dan di-deliniasi berdasarkan bentuk danteksturnya. Pada citra kerucut tua (A) dikenalmelalui ekspresi derajat erosi yang kasar(bertektur kasar) dan kerucut muda (B) dengan

derajat erosi yang relatif halus (berteksturhalus). 

Lava flow

ActiveActive volcvolc..

Pyroclastic

 

Gambar 10.10 Komplek gunungapi aktif dengan

aliran lava, piroklastik dan gunungapi aktif.

Citra dari suatu komplek gunungapi aktif yang

memperlihatkan bentuk-bentuk dari aliran lavayang dicirikan oleh bentuk (shape), pattern(pola) yang khas dari suatu aliran lava,sedangkan endapan piroklastik dicirikan oleh

tekstur citra yang relatif kasar.

Page 134: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 134/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 131

 

 New lava flow

Old lava flow

 

Gambar 10.11 Aliran lava dari erupsi samping Gunung

Ceremai, Jawa Barat.

Pada gambar diperlihatkan suatu aliran lava baru(warna biru kehijauan) dengan derajat erosi halus

(tekstur halus) dan aliran lava tua (merah-merahmuda) dengan bentuk dan pola aliran yang khas.

G.Sibualbuali

SipirokSipirok

 

Gambar 10.12 Citra Landsat MSS Fumarola dariGunungapi Sibual-buali, Padangsidempuan sertakenampakan dari sebagian segment sesar Sumatera.

Gambar citra dari komplek pegunungan Sibualbuali,Padangsidempuan yang memperlihatkan lokasi daripusat pusat fumarol yang berkorelasi dengansegment-segment sesar semangko. Sesar Semongko

dikenali melalui adanya kelurusan kelurusan(kelurusan-kelurusan).

Gambar 10.13 Komplek gunungapi dari Pegunungan

Dieng

Gambar citra Landsat MSS dari komplek gunungapi

Dieng, Wonosobo yang memperlihatkan sebarandari beberapa kerucut gunungapi dengan derajaterosi yang berbeda beda (Kerucut gunungapidikenali melalui tekstur/derajat erosinya).

Berdasarkan perbedaan tingkat derajat erosi dapatdipakai untuk menafsirkan sejarah pembentukandan perkembangan gunungapi di daerah tersebut.

Page 135: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 135/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 132

 

Gambar 10.14 Sebaran kerucut gunungapi di daerah

Garut

Gambar citra Landsat MSS dari sebaran kerucutgunungapi di daerah Garut, Jawa Barat. Pada citra

tampak sebaran beberapa kerucut gunungapi (gariskuning) dengan derajat erosi yang berbeda bedaserta batas sebaran tubuh gunungapi yang masihdapat dideliniasi.

10.3.2 Morfologi Batuan Sedimen Terlipat.

Batuan sedimen terlipat dicirikan oleh bentuk dan pola topografi yang khas dan dapat dikenaldengan baik pada citra satelit inderaja, dengan kenampakan sebagai berikut:

a. Susunan topografi yang terdiri dari perselingan antara lembah dan pematang bukit

memanjang saling sejajar. Morfologi lembah ditempati oleh jenis batuan lunak yangmudah tertoreh (batulempung, serpih, napal) dan pematang bukit ditempati olehlapisan batuan yang lebih keras (batupasir, konglomerat, breksi, batugamping). Arahmemanjang dari bentuk morfologi ini merupakan jejak dari bidang perlapisan.

b. Batuan karbonat yang umumnya keras biasanya menempati topografi tinggi, dikenaldengan baik apabila menunjukkan bentuk morfologi karst. Breksi juga menempatitopografi tinggi, homogen dan memperlihatkan tekstur topografi kasar-sangat kasar.

c. Bidang perlapisan seringkali dapat dikenal dari kesejajaran jejak bidang perlapisannya.Kemiringan bidang perlapisan dapat dikenal dari bentuk morfologi messa, cuesta atau

hogback tergantung pada besarnya sudut kemiringan bidang perlapisan tersebut.

d. Sumbu lipatan dapat dikenal dari punggungan atau lembah berbentuk bulat, lonjongatau tapal kuda (horse shoe shapes).

e. Struktur sesar dapat dikenal dengan baik pada citra yang diperlihatkan oleh beberapakenampakan di antaranya adanya pergeseran bidang perlapisan, kelurusan topografidalam skala regional, gawir topografi, kelurusan segmen sungai, pergeseran aliransungai, orientasi bukit dan gejala geologi lain dan sebagainya. Kelurusan topografi yangberpola teratur menunjukkan adanya suatu pola rekahan pada batuan/kelompokbatuan.

Kenampakan gejala geologi tersebut di atas diperlihatkan pada gambar 10.15 sampai dengan10.22 di bawah ini.

Page 136: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 136/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 133

 Gambar 10.15. Morfologi lipatan (perbukitan homoklin)yang dicirikan oleh perbukitan yang memanjang Barat –

Timur dengan ekspresi topografi sedang – kasar,tersusun dari batupasir, serpih, perselingan batupasirdan lempung dan endapan aluvial.

 A = ditafsirkan sebagai endapan aluvial,memperlihatkan tekstur halus dengan relief topografiyang rendah.B = ditafsirkan sebagai batupasir, memperlihatkan

relief yang tinggi dengan tekstur sedang.C = ditafsirkan sebagai serpih sisipan batupasir yangmemperlihatkan bentuk topografi sedang, dan teksturtopografi kasar.

D = ditafsirkan sebagai perselingan batupasir danlempung (serpih), menempati topografi sedang, danmemperlihatkan tekstur topografi kasar.

Jurus perlapisan berarah Barat – Timur sesuai dengan

arah perbukitan, sedangkan arah kemiringan ke arahUtara (atas), didasarkan atas bentuk-bentuk segitigapada batupasir B. 

Gambar 10.16. Morfologi lipatan yang dicirikan olehsusunan topografi yang terdiri dari perselingan antaralembah dan pematang bukit memanjang saling sejajar.Morfologi lembah ditempati oleh jenis batuan lunak yangmudah tertoreh dan pematang bukit ditempati oleh

lapisan batuan yang lebih keras. Arah memanjang daribentuk morfologi ini merupakan jejak dari bidangperlapisan.

 A = ditafsirkan sebagai batupasir dengan relief topografitinggi dan tekstur kasar.

B = ditafsirkan sebagai batulempung dengan relieftopografi rendah, tekstur halus.

C = ditafsirkan sebagai batugamping dengan relieftopografi tinggi dan tekstur kasar.

D = ditafsirkan sebagai antiklin diekspresikan olehbentukal shape)

Gambar 10.17. Morfologi lipatan (perbukitan sinklin-

antiklin) yang dicirikan oleh susunan topografi yang terdiridari perselingan antara lembah dan pematang bukit.

 Arah memanjang dari bentuk morfologi ini merupakan

 jejak dari bidang perlapisan (jurus perlapisan).

Struktur sinklin – antiklin ditafsirkan berdasarkan bentukdan pola ekspresi topografinya .

A

B

C

D

 A

B

C

 A B

D

Page 137: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 137/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 134

 

Gambar 10.18. Morfologi lipatan (perbukitan homoklin)yang dicirikan oleh perbukitan yang memanjang denganekspresi topografi sedang – kasar, tersusun dari batuanlempung sisipan batupasir, batupasir, batugamping, dan

breksi.

 A = ditafsirkan sebagai lempung sisipan batupasir,memperlihatkan tekstur halus dengan relief topografiyang rendah.

B = ditafsirkan sebagai batupasir, memperlihatkanrelief yang tinggi dengan tekstur sedang.

C = ditafsirkan sebagai batugamping / batuankarbonat yang memperlihatkan bentuk morfologikarst, tekstur topografi kasar.

D = ditafsirkan sebagai brelsi, menempati topografitinggi, homogen dan memperlihatkan tekstur topografikasar-sangat kasar.

Gambar 10.19. Morfologi lipatan yang dicirikan oleh

ekspresi tografi yang bertekstur kasar (A), tekstursedang (B) dan ekspresi topografi karst (C).

 A = ditafsirkan sebagai batupasir, pada citra

diperlihatkan dengan tekstur yang kasar, bentukekspresi flat iron (bentuk segitiga).

B = ditafsirkan sebagai batulempung, pada citra

diekspresikan oleh tekstur yang halus-sedang,

ekspresi topografi rendah.

C = ditafsirkan sebagai batugamping / batuankarbonat yang memperlihatkan bentuk morfologi

karst.

Gambar 10.20. Ekspresi morfologi karst di daerah

Wonosari, Jawa Tengah.

Pada citra terlihat ekspresi dari jejak jejak perlapisanyang berarah baratlaut – tengggara (A), sedangkan di

bagian selatan (B) jejak perlapisan yang berarah barat – timur.

 Adanya sungai-sungai bawah tanah diekspresikan oleh

pola pengaliran sungai yang tidak begitu dominan,hanya ada satu saluran sungai yang tampak, yaitu C.

 A

BC

D

E

C

 

B

 A

C

BB

 A

C

Page 138: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 138/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 135

 

Gambar 10.21. Morfologi perlipatan sinklin dan antiklindapat dikenali dari bentuk-bentuk punggungan ataulembah berbentuk memanjang.

 Arah memanjang dari bentuk morfologi ini merupakanperbukitan yang tersusun dari batuan sedimen dengan

 jurus perlapisan searah dengan arah perbukitannya.

 Arah kemiringan lapisan ditafsirkan berdasarkan poladan rona tona pada citra.

Sumbu lipatan antiklin dan sinklin didapatkan setelah

diketahui arah kemiringan dari lapisan lapisan batuanyang ada pada citra.

Gambar 10.22. Morfologi sedimen terlipat denganstruktur geologi yang rumit (komplek) di daerah

Majenang, Jawa Tengah.

 A = ditafsirkan sebagai endapan Aluvial, denganekspresi topografi mendatar dengan tekstur halus dan

rona warna biru.

B = ditafsirkan sebagai perselingan batupasir danlempung, dengan ekspresi topografi perbukitan dan

lembah memanjang dari baratlaut – ketenggara,

bertekstur sedang sampai kasar. Bentuk dari polaperbukitan yang terpotong oleh sesar-sesar yangberarah Utara – Selatan dan baratlaut – tenggara.

C = ditafsirkan sebagai batulempung dengan teksturhalus – sedang dengan ekspresi topografi rendah.

Gambar 10.23. Morfologi Kubah Garam (kiri) dan

sedimen terlipat dengan struktur geologi antikllin(kanan).

 AB

B

C

Page 139: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 139/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 136

10.3.3 Morfologi Tektonik (Tectonic Landforms)

Morfologi yang dibentuk oleh tumbukan lempeng pada citra satelit dapat dilihat melaluibentuk(shape), tekstur, dan polanya yang secara visual terekspresikan pada citra. Pada gambar10.24 sampai dengan gambar 10.27 disajikan ekspresi dari pola dan bentuk yang mewakili

batuan-batuannya, sedangkan lineament-lineament (kelurusan-kelurusan) pada citra mewakilistruktur-struktur sesar dan umumnya merupakan batas antar batuan.

Gambar 10.24 Peta Geologi Daerah Tumbukan Lempeng (Subduction Zone)

Gambar 10.25 Citra daerah Anatolia Bagian Timur, Turki yang memperlihatkan bentangalamtektonik (relief orde-2) yang diekspresikan oleh bentuk, tekstur dan rona warna

serta adanya lineament-lineament yang mewakili sesar-sesar anjak danmendatar.

Page 140: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 140/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 137

 

Gambar 10.26 Citra wilayah pegunungan Alpen, Itali yang memperlihatkan kenampakanbentangalam tektonik (relief orde-2) yang diekspresikan oleh bentuk, teksturdan rona warna dari pegunungan Alpine.

Gambar 10.27 Citra wilayah Jazirah Arab yang memperlihatkan kenampakan bentangalamtektonik (relief orde-2) yang diekspresikan oleh bentuk, tekstur, rona warna

dan lineament produk Tumbukan Lempeng.

Page 141: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 141/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 138

Pada gambar 10-28 hingga gambar 10-31 memperlihatkan bentangalam tektonik (morfologiperlipatan dan patahan) yang merupakan tipe yang umum dari deformasi tektonik. Padaumumnya bentangalam tektonik diekpresikan oleh adanya perbedaan relief yang cukupsignifikan sehingga memungkinkan adanya perbedaan ekosistem. Sebagai contoh, pegununganyang berada pada iklim semi-arid akan tampak pada citra vegetasi yang lebat (bertona gelappada citra band sinar tampak) dan pada cekungan yang berdekatan memperlihatkan tona yangterang. Dengan demikian kekontrasan akan tampak jelas pada citra hitam-putih. Terrainpegunungan terlihat dengan jelas pada Landsat, HCMM, dan citra Radar melalui bayangannyayang disebabkan oleh variasi tona yang berhubungan dengan kelerengan / posisi matahari.

Gambar 10-28 (kiri) adalah morfologi “hogbag” yang merupakan bagian dari bentangalamtektonik yang terdapat di pegunungan Rocky Colorado, USA. Gambar tersebut diambil dariudara melaui kockpit pesawat. Pada gambar tampak morfologi “hogbag” dicirikan olehperbukitan berbentuk linear dengan kemiringan lapisan batuannya yang curam. Pada gambartampak juga adanya pergeseran bukit (offset) yang menandai adanya patahan/sesar. Gambar10-28 (kanan) adalah kenampakan morfologi tektonik yang diambil dari satelit dimanamorfologi “hogbag” merupakan bagian dari jalur pegunungan lipatan “Rocky Mountains”.

Gambar 10.28 Kenampakan morfologi perlipatan dan patahan yang terbentuk oleh tumbukan lempeng

Gambar 10.29 adalah morfologi tektonik yang terdapat di pegunungan Zagros, Iran yangtersusun dari perlipatan batuan sedimen berupa sinklin-antiklin. Pola perlipatan tampak dengan jelas melalui bentuk dan pola lipatan sinklin dan antiklinnya yang berbentuk “shoe shape”.

Kemiringan lapisan batuannya dapat dikenali melalui bentuk “flat iron” (bentuk-bentuksegitriga). Adapun tipe perlipatannya berbentuk lipatan sungkup, dengan pola sebaranberbentuk ellipsoide. Gambar 10.30 adalah citra yang memperlihatkan jalur pegunungan Appalachian dengan segmen yang cukup luas. Pada citra tampak beberapa bentuk perbukitanlipatan yang saling menutup dengan skala yang lebih kecil. Sebagaimana diketahui bahwapegunungan Appalachian merupakan pegunungan yang terkenal dan terbentuk sebagai hasil

orogenesa.

Gambar 10.31 Citra Landsat yang memperlihatkan sebagian dari sayap pegunungan di bagianbarat Pakistan yang merupakan pegunungan lipatan hasil tumbukan yang kuat antara sub-kontinen India dan Asia Selatan. Pada citra diperlihatkan jalur pegunungan lipatan Sulaimanyang berupa offset antiklin (beberapa tertutup), menghasilkan perbukitan (lembah mendatar

ditempati perulangan sinklin). Sesar Kingri memotong pada bagian tengah citra (terlihat

Page 142: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 142/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 139

dengan adanya garis yang tidak kontinu). Blok kearah barat (kiri) bergerak relative ke arahutara terhadap blok dibagian timur.

Gambar 10.29 Kenampakan morfologi tektonik yang terdapat di pegunungan Zagros, Iran,yang tersusun dari perbukitan lipatan sinklin - antilin.

Gambar 10.30: Citra yang memperlihatkan suatu jalur pegunungan Appalachian dengan segmen yang

cukup luas, pada citra tampak beberapa bentuk perbukitan lipatan yang saling

menutup dengan skala yang lebih kecil. Sebagaimana diketahui bahwa pegunungan Appalachian merupakan pegunungan yang terkenal dan terbentuk sebagai hasilorogenesa.

Page 143: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 143/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 140

 

Gambar 10.31: Citra Landsat yang memperlihatkan sebagian dari sayap pegunungan di bagian baratPakistan yang merupakan pegunungan lipatan hasil tumbukan yang kuat antarasub-kontinen India dan Asia Selatan. Pada citra diperlihatkan jalur pegununganlipatan Sulaiman yang berupa offset antiklin (beberapa tertutup), menghasilkan

perbukitan (lembah mendatar ditempati perulangan sinklin). Sesar Kingri memotongpada bagian tengah citra (terlihat dengan adanya garis yang tidak kontinu). Blokkearah barat (kiri) bergerak relative ke arah utara terhadap blok dibagian timur.

10.3.4 Morfologi Daerah Pantai dan Pesisir

Pemetaan pada daerah pantai dan pesisir sulit dilakukan karena sukarnya diperoleh singkapanbatuan, asesibilitas sukar (rawa pantai) dan mahal karena sebagian besar harus dilakukanmelalui survei bawah permukaan (geofisika dan pemboran). Sebaliknya daerah pantai danpesisir merupakan wilayah ekonomi yang potensial sebagai lahan pemukiman, prasaranaperhubungan, jasa industri dan sebagainya. Kepincangan dari kedua masalah tersebut perludipecahkan secara cermat.

Dengan bantuan citra satelit maka pemetaan pada daerah pantai dan pesisir akan menjadimudah, dikarenakan citra satelit dapat meliput area yang cukup luas, sehingga kenampakanbentangalam dapat dipetakan dengan baik. Dengan menggunakan berbagai kombinasi bandyang ada, kita dapat juga memetakan batas pesisir maupun kedalaman (batimetri) air lautdisekitar pesisir.

Page 144: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 144/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 141

Secara umum wilayah pantai dan pesisir dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok dalamkaitannya dengan proses pembentukannya. Pengelompokan secara garis besar dapat dilakukansebagai berikut:

a. Proses endogenik: pantai gunungapi, pantai terangkat (uplifted) dan tilted (miring);b. Proses eksogenik: aktivitas laut (oseanografi), proses sedimentasi dari darat dan laut

dan gabungan keduanya;c. Proses biogenik: pembentukan terumbu karang dan hutan bakau. Kenampakan pada

citra Landsat seperti terlihat pada gambar 10.36 dan 10.37.

terracesOld river channelsOld river channels

 Gambar 10.32. Morfologi undak pantai (beach terraces) di

Pulau Larat, Maluku

Gambar 10.33 Morfologi endapan kipas aluvial S.Jeneberang,

Makassar dan alur sungai purba

Beach ridge and swale

 

Beach ridges caused byalternating currents

 

Gambar 10.34. Morfologi punggung pematang pantai(beach ridges) pantai selatan JawaTengah

Gambar 10.35. Morfologi perselingan pematang pantai(beach ridge) di Lokseumawe, Nangroe

 Aceh Darussalam.

Page 145: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 145/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 142

 

Gambar 10.36 Morfologi rawa pantai di Utara Jawa Gambar 10.37 Morfologi hutan bakau di Timor

10.3.4 Pola Pengaliran Sungai dan Sumberdaya air

Pola pengaliran sungai dan sumberdaya air yang menyangkut bentuk tubuh air di permukaanbumi (air permukaan) dan air bawah tanah merupakan aspek geologi yang sangat rawanakibat perubahan kondisi lingkungan, khususnya dalam bentuk pencemaran kimia dan fisika.Pencemaran fisika air, khususnya pengaruh sedimentasi paling nyata teridentifikasi pada citrainderaja pada kombinasi band visible (pada citra Landsat band 1,2 dan 3). Pencemaran kimiasampai saat ini masih belum dapat ditentukan dari band yang tersedia. Penggunaan sensorhiperspektral (misalnya pada CASI) pencemaran kimia dilaporkan telah dapat diketahui,

meskipun sistim ini masih belum meluas penggunaannya.

Informasi sumberdaya air yang dapat dipetakan dari citra inderaja secara umum di antaranya:

a. Pola aliran sungai dengan bentuk dan sebaran DAS dan subDAS;b. Jenis sungai dalam kelangsungan kandungan air (intermitten dan perenial streams);c. Bentuk dan jenis massa air genangan (danau, bendungan, rawa, rawa pantai,

kelembanan tanah permanen);d. Sedimentasi di dalam massa air (danau, bendungan, pantai);e. Banjir;f. Sebaran mataair dan airtanah bebas/dangkal;g. Kemungkinan airtanah dalam.

Pada citra inderaja kesemua bentuk hidrologi tersebut di atas hanya dapat terlihat padakombinasi band tertentu. Sebagai contoh, sedimentasi di dalam massa air misalnya hanyadapat diidentifikasi pada kombinasi band visible sedangkan pada kombinasi band infra merahtidak terlihat. Kelembaban tanah tampak jelas pada kombinasi band infra merah, tidak padavisible.

 Air di dalam lembah sungai umumnya tidak dapat dilihat karena ukurannya yang lebih kecil darinilai resolusi spasialnya, kecuali air pada sungai-sungai utama yang besar. Meskipun demikiankeberadaan air dapat ditafsirkan diri kenampakan lembah sungainya. Beberapa kenampakanbentik hidrologi pada citra inderja diperlihatkan pada gambar 10.38 sampai dengan 10.43.

Page 146: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 146/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 143

 

Gambar 10.38. Pola aliran sungai yangmengikuti pola Sesar Sumatera. Tampaklineament-lineament dari sesar yang juga

merupakan saluran-saluran sungai.

Gambar 10.39. Pola aliran sungai Luwuk,Sulawesi Tengah.

Gambar 10.40 Genangan banjir (rona warna: hijaumuda – biru), disepanjang aliran sungai. Terletak di

Pantai Barat Nangroe Aceh Darussalam.

Page 147: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 147/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 144

 

Gambar 10.41. Pencemaran waduk Saguling

oleh enceng gondok (rona warna : merah)

dibagian hulu dari reservoir bendungan Saguling,Jawa Barat.

Bagian selatan (kiri bawah, rona warna merahkecoklatan) merupakan morfologi berbukitan,bertekstur kasar dengan ekspresi topografiberupa bukit berelief tinggi yang ditempati oleh

batu breksi.

Rona warna coklat kekuningan, tersebar secaraspoted, ditafsirkan sebagai morfolog intrusi.

Rona warna biru kehijauan dengan ekspresitopografi landai – datar, merupakan batuansedimen lunak (lempung?).

Gambar 10.42 Kenampakan pola aliran sungaidendritik pada citra Landsat daerah Dirty Bend,Utah. 

Gambar 10.43 Kenampakan pola aliran sungaidendritik pada citra Landsat daerah Peru. 

Page 148: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 148/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 145

 

10.3.5 Morfologi Karst

Bentangalam yang berasal dari hasil pelarutan batuan karbonat banyak kita jumpai diberbagaitempat di dunia. Berbagai bentuk bentangalam topografi karst, seperti lembah lembah hasilpelarutan, sinkhole, gua-gua karbonat dan tower tower batuan karbonat yang terbentuk akibatreaksi kimiawi pada batugamping. Pelarutan seringkali dimulai dari bagian rekahan yang adapada batugamping. Pelarutan yang terjadi pada rekahan rekahan batugamping kemudian akanmeluas hingga membentuk lembah lembah yang semakin lama semakin bertambah luas.Gambar 10.44 adalah contoh kenampakan bentangalam karst yang terdapat di pegunungan Alpen di Croatia (Dinaric Alps of Croatia), merupakan batugamping berumur Mesozoik yangterbentuk akibat pelarutan batugamping.

Gambar 10.44 Kenampakan bentangalam karst yang terdapat di pegunungan Alpendi Croatia (Dinaric Alps of Croatia), merupakan batugampingberumur Mesozoik yang terbentuk akibat pelarutan batugamping.

Gambar 10.45 Kenampakan bentangalam karst yang memperlihatkan bentuk teksturdan rona warna yang khas.

Page 149: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 149/150

Bab 10 Penginderaan Jauh Geomorfologi 

Copyright@2010 by Djauhari Noor 146

 

10.3.6 Pemetaan Ketinggian (Elevasi) dan Gradient Sungai 

Dengan menggunakan piranti lunak pengolah citra, kita dapat memetakan ketinggian dankemiringan lereng suatu wilayah. Pada gambar 10.39 diperlihatkan peta perbandingan ketinggian(perbedaan warna) serta kemiringan lereng untuk gradient sungai di sepanjang sesar Lembang.

Gambar 10.46 Peta Perbandingan Tinggi dan Lebar Lembah serta Gradient Sungai pada

Sesar Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Page 150: Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

7/17/2019 Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010)

http://slidepdf.com/reader/full/geomorfologi-djauhari-noor-2010 150/150

Daftar Pustaka Geomorfologi

 DAFTAR PUSTAKA

1. 

 Avery T. E., 1977, Interpretation of Aerial Photographs, Burgess Publishing Company,Minneapolis, Minnesota.

2.  Charles H. Fletcher and Gill Wiswal., C., 1987, Investigating the Earth: A GeologyLaboratory Text, Wm C. Brown Publishers, Inc.

3.  Eckel, E. B., ed., 1958, Landslides and Engineering Practice ,  Highway Research BoardSpecial Rept. 29, NAS-NRC Publ. 554, National Academy of Sciences,Washington.

4. 

Gerrad, A.J., 1982, Soil and Landforms, Mc Graw Hill Book Company, New York.

5.  Gerard Kiely, 1997, Environmental Engineering, Mc Graw Hill Publishing Company, Inc.

6.  Legget, R. F., 1962, Geology and Engineering, Mc Graw Hill Book Company, New York.

7. Lobeck, A.K., 1939, Geomorphology: an Introduction to the study of Landscape, New

 York and London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc.

7.  Miller, C. Victor, 1961, Photogeology, International Series in The Earth Sciences, Mc GrawHill Book Company, Inc., New York, Torronto, London.

8 Nichols D R and C C Campbell eds 1971 Environmental Planning and Geology