geolistrik

48
LAPORAN PRAKTIKUM GEOFISIKA I METODE GEOLISTIK Nama : RACKA PUTRA PRANDIKA NPM : 140710120031 Hari, Tanggal Praktikum: Rabu, 17 Desember 2014 Waktu : 07.00 – 11.30 WIB Asisten Praktikum : A. Ramos, Salim, Tiffany LABORATORIUM GEOFISIKA

description

teori dasar, interpretasi, kesimpulan, metode geolistrik

Transcript of geolistrik

LAPORAN

PRAKTIKUM GEOFISIKA I

METODE GEOLISTIK

Nama : RACKA PUTRA PRANDIKANPM : 140710120031Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 17 Desember 2014Waktu : 07.00 – 11.30 WIBAsisten Praktikum : A. Ramos, Salim, Tiffany

LABORATORIUM GEOFISIKA

PROGRAM STUDI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2014

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM GEOFISIKA ILAPORAN

METODE GEOLISTRIK

Nama : RACKA PUTRA PRANDIKANPM : 140710120031Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 17 Desember 2014Waktu : 07.00 – 11.30 WIBAsisten Praktikum : A. Ramos, Salim, Tiffany

Jatinangor,

( )

Laporan

Intisari

Geolistrik merupakan ilmu yang mempelajari sifat mineral bumi dalam

menghantarkan arus listrik. Banyak sekali manfaat dari metoda geolistrik ini,

diantaranya untuk mengetahui struktur, stratigrafi, sedimentologi, muka air tanah,

aquifer, instrusi air asin, struktur geologi, pertambangan, arkeologi, geothermal,

dan minyak. Maka, kita sebagai mahasiswa program studi geofisika perlu

mengetahui dan memahami semua konfigurasi yang ada pada metode geolistrik.

Praktikan juga perlu mengetahui dan memahami cara pengambilan data dengan

mapping menggunakan metode wenner dan juga memahami cara pengolahan data

geolistrik dengan 2D maka dilakukan praktikum mengenai “Metode Geolistrik”

ini.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1. Memahami konfigurasi Wenner dan Schlumberger

2. Dapat menggunakan resistivitymeter Naniura

3. Memahami pengolahan data 1D menggunakan pencocokan kurva

4. Memahami cara pengambilan data dengan cara mapping menggunakan

konfigurasi wenner

5. Memahami cara pengolahan data geolistrik metode resistivitas 2d dengan

software Res2DINV

1.2 Peralatan

1. Elektroda arus dan tegangan

Sebagai alat penghubung dari kabel ke bumi

2. Resistivitymeter naniura

Sebagai alat untuk mengambil data beda potensial

3. Voltmeter

Sebagai alat untuk menghitung beda potensial

4. Amperemeter

Sebagai alat untuk menghitung besarnya tegangan arus

5. Accumulator

Sebagai sumber arus yang akan diinjeksikan

6. Kalkulator dan alat tulis

Sebagai alat untuk menghitung besarnya Rho semu dan menulis

7. Kabel penghubung

Sebagai alat untuk menghubungkan arus dari alat naniura dengan

elektroda

8. Kertas bilog

Sebagai alat untuk menggambar dan mencocokan kurva

9. Tabel data pengukuran

Sebagai data yang akan diolah

10. Laptop / PC

Sebagai alat untuk menjalankan software Res2DINV

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pendahuluan

Metode Geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari

sifat kelistrikan dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya dipermukaan bumi.

Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik

yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi.

Metode ini bertujuan untuk pencarian mineral, penelitian panas bumi,penentuan

kedalaman lapisan overbuden batubara dan pencarian sumber air (akuiver) yang

diperkirakan prospek.

Metode Geolistrik dilakukan dengan cara mengirim arus dan mengukur

tegangan atau potensial yang terbaca dipermukaan, sehingga diperoleh resistivitas

atau tahanan jenis antar lapisan batuan di bawah permukaan bumi, dan juga

ketebalan masing-masing lapisan batuan tersebut. Metode geolistrik mempunyai

banyak macam, termasuk didalamnya potensial diri, arus telurik, elektromagnetik,

induksi polarisasi, dan resistivity (tahanan jenis).

Metode Geolistrik secara garis besar dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Geolistrik yang bersifat pasif

Dimana energi yang dibutuhkan telah ada terlebih dahulu sehingga tidak

diperlukan adanya injeksi/pemasukan arus terlebih dahulu. Geolistrik macam ini

disebut Self Potensial (SP).

2. Geolistrik yang bersifat aktif

Dimana energi yang dibutuhkan ada karena penginjeksian arus ke dalam

bumi terlebih dahulu. Geolistrik macam ini ada 2 metode, yaitu metode

resistivitas (tahanan jenis) dan polarisasi terimbas (Induced Polarization).

Tiap-tiap media mempunyai sifat yang berbeda terhadap aliran listrik yang

melaluinya, hal ini tergantung pada tahanan jenisnya. Pada metode ini, arus listrik

diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan beda potensial.

Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda

kemudian dapat diturunkan harga variasi harga hambatan jenis masing-masing

lapisan bawah permukaan bumi, dibawah titik ukur (sounding point).

Metode ini lebih efektif bila dipakai untuk eksplorasi yang sifatnya relatif

dangkal. Metode ini jarang memberikan informasi lapisan kedalaman yang lebih

dari 1000 atau 1500 feet. Oleh karena itu, metode ini jarang digunakan untuk

eksplorasi hidrokarbon, tetapi lebih banyak digunakan untuk bidang engineering

geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air,

eksplorasi geothermal, dan juga untuk geofisika lingkungan.

Jadi metoda resistivitas ini mempelajari tentang perbedaan resistivitas

batuan dengan cara menentukan perubahan resistivitas terhadap kedalaman.

Setiap medium pada dasarnya memiliki sifat kelistrikan yang dipengaruhi oleh

batuan penyusun/komposisi mineral, homogenitas batuan, kandungan mineral,

kandungan air, permeabilitas, tekstur, suhu dan umur geologi.

2.1.1 Konfigurasi Geolistrik

Metode geolistrik terdiri dari berbagai konfigurasi misalnya konfigurasi

wenner, schlumberger, pole to pole, pole dipole dan lain sebagainya. Setiap

konfigurasi mempunyai metode perhitungannya sendiri untuk mengetahui nilai

ketebalan dan tahanan jenis batuan dibawah permukaan.

Konfigurasi Elektroda Schlumberger

Gambar 1. Skema Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger ini MN digunakan sebagai elektroda

potensial dan AB digunakan sebagai elektroda arus. Pada konfigurasi ini nilai

MN<AB, bisa kita lihat pada persamaan 1 dan 2 maka kita dapatkan nilai Ksnya

adalah

Umumnya metode Schlumberger ini dilakukan dengan jarak elektroda AB dibuat

10 kali atau lebih terhadap jarak elektron MN. Namun metode ini dapat dilakukan

dengan jarak AB < 10 MN asal jarak L > 4l.

Konfigurasi Elektroda Wenner

Gambar 2. Skema konfigurasi Wenner

Konfigurasi Wenner digunakan pada jarak yang sama antara elektroda.

Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB. Pada konfigurasi ini persamaan

relativitasnya menjadi

Dengan Kw = 2πa

Pada konfigurasi ini, jarak antar elektroda a harus seragam untuk setiap

pengukuran. Bila jarak elektroda AB 12 m, maka jarak elektroda MN 4 m dan

demikian seterusnya. Sedangkan menurut referensi yang diperoleh konfigurasi

Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi yang

konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah perbandingan jarak

antara elektroda C1-P1 atau C2-P2 dengan spasi antara P1-P2 seperti pada

Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2) adalah a maka jarak

antar elektroda arus(C1 dan C2) adalah 2na + a. Proses penentuan resistivitas

menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka,

2001).

Gambar 3. Pengaturan Elektroda konfigurasi Wenner – Schlumberger

Cara pengukuran metode resistivitas yang biasa digunkan dalam akuisisi

data lapangan memiliki fungsi yang berbeda beda. Disini akan dibahas tentang

Lateral Mapping dan Vertical Sounding seperti yang sudah diberitahukan

sebelumnya.

a. Lateral Mapping

Pada lateral mapping cara ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan

harga resistivitas di suatu areal tertentu. Setiap titik target akan dilalui beberapa

titik pengukuran. Ilustrasinya ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Teknik akuisisi Lateral mapping

Gambar diatas menunjukkan skema akuisisi data secara mapping dengan

menggunakan konfigurasi Wenner. Untuk pengukuran pertama ( n=1), spasi antar

elektroda dibuat sama besar a. Setelah pengukuran pertama dilakukan, elektroda

selanjutnya digeser ke kanan sejauh a ( C1 bergeser ke P1, P1 bergeser ke P2, P2

bergeser C1 ) sampai jarak maksimum yang diinginkan.

b. Vertical Sounding

Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistor di bawah

suatu titik sounding di permukaan bumi. Cara ini sering disebut sounding 1-D

sebab resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertical. Ilustrasi ditujukkan oleh

gambar 5.

Gambar 5. Teknik akuisisi vertical Sounding

Pada skema ini akuisisi data secara sounding dengan menggunakan

konfigurasi Schlumberger, pengukuran pertama dilakukan dengan jarak antar

spasi C1-P1 dan C2-P2 adalah a. Dari pengukuran tersebut diperoleh satu titik

pengukuran kedua (n-2) sampai kedalaman atau jarak yang diinginkan.

2.1.2 Resistivity Meter

Resistivity meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

geolistrik tahanan jenis. Sedangkan alat untuk mengukur geolistrik Induced

Polarization (IP) adalah IP Meter. Beberapa contoh model alat resistivity meter,

yaitu Resistivity Meter Naniura NRD22, Resisitivity Meter Naniura 300HF, dan

Res&IP Meter Supersting R8 Multichannel.

Resisitivity Meter Naniura NRD300HF dan Naniura NRD22 merupakan

alat geolistrik konvensional yang masih menggunakan 1 channel. Data yang

diperoleh dari alat ini yaitu nilai beda potensial (V) dan arus (I). data V dan I ini

kemudian diolah untuk mendapatkan harga tahanan jenis semu (ρapparent).

Resistivity Meter NRD22 dan NRD300HF banyak digunakan untuk pengukuran

sounding 1D, sedangkan untuk 2D sangat jarang dilakukan karena harus membuat

dahulu geometri pengukuran (stacking chart), tabel akuisisi, membuat format

konversi data lapangan ke format data software (dilakukan secara manual).

Spesifikasi Resistivity Meter Naniura NRD300HF terdiri dari dua bagian, yaitu :

Pemancar (Transmitter)

Catu daya : 12 V, minimal 6 AH

Daya keluar : 300 W

Tegangan keluar : 500 V

Arus keluar : 2000 mA

Ketelitian arus : 1 mA

Sistem pembacaan : Digital

Catu daya digital meter : 9 V, baterai kering

Penerima (Receiver)

Impedansi maksimum : 10 M Ohm

Batas ukur : 0,1 mV

Ketelitian : 0,1 mV

Kompensator kasar : 10 x putar

Kompensator halus : 1 x putar

Catudaya digital meter : 3 V

Massa : 5,5 kg

Salah satu alat resisitivity meter lainnya yaitu geolistrik multichannel 28

electroda Res&IP Meter Supersting R8 merupakan alat yang bisa digunakan untuk

mengukur geolistrik tahanan jenis 1D/2D/3D/4D dan geolistrik IP 2D/3D/4D.

Data pengukuran yang diperoleh alat ini sudah merupakan harga tahanan jenis

semu (ρapparent) yang tersimpan di memori alat. Res&IP Meter Supersting R8

Multichannel terdiri dari 1 switch box, 28 elektroda, bentangan kabel maksimal

945 m.

Bebepara kelebihan pengukuran resistivity 2D/3D dan IP 2D/3D dengan

alat geolistrik Res&IP Meter,yaitu :

Pengukurannya relatif lebih cepat dibandingkan menggunakan Resistivity

Meter singel channel. Pengukuran dengan panjang lintasan 810 – 945 m

dan 28 elektroda dengan 3 konfigurasi membutuhkan waktu sekitar 1,5

jam.

Tidak perlu melakukan konversi data secara manual karena telah ada

softwarenya.

Hasil pengukuran bisa langsung dilihat di lapangan.

2.2 Pencocokan Kurva

Teknik pencocokan kurva adalah mencocokan kurva tahanan jenis semu

hasil pengukuran lapangan dengan kurva tahanan jenis semu hasil pengukuran

lapangan dengan kurva tahanan jenis semu yang dihitung secara teoritis. Struktur

berlapis mempunyai tahanan jenis dan ketebalan lapisan yang sangat banyak

variasinya, sehingga kita perlu kurva tahanan jenis semu teoritis (stardar atau

baku). Struktur berlapis yang mempunyai vvariasi yang sangat banyak jua.

Pemilihan kurva bantu yang paling cocok dengan kurva tahanan jenis yang

diperoleh di lapangan, memerlukan waktu yang lama karena variasi kurva baku

yang banyak tersebut. Dua hal itulah yang merupakan kendala-kendala dalam

penggunaan pencocokan kurva.

Untuk menghindari kendala – kendala tersebut, digunakan teknik Curve

Matching struktur medium 2 lapis yang terdiri 2 kurva baku dan 4 kurva bantu.

Hal ini dapat dilakukan karena struktur banyak lapis dapat dianggap sebagai

struktur 2 lapis yang setiap lapisannya dapat diwakili oleh 1 atau kombinasi

banyak lapis. Terdapat 2 jenis kurva baku, yaitu kurva baku struktur 2 lapis yang

menurun (ρ¿¿2< ρ1)¿ dan naik (ρ¿¿2> ρ1)¿.Sedangkan 4 tipe kurva bantu

tersebut adalah :

a. Kurva bantu tipe H

Tipe ini lengkungnya berbentuk pinggan ( minimum ditengah ). Dibentuk

oleh 2 lengkung baku, yaitu depan menurun dan belakang naik. Dan

terjadi seperti ada 3 lapisan dengan ρ1>ρ2<ρ3. Dalam struktur 2 lapis,

dianggap lapisan bawah lebih resistan. Sehingga arus mengalir pada

lapisan semu rapat arus berbanding terbalik terhadap tahanan jenisnya.

b. Kurva bantu tipe A

Kurva ini mencerminkan harga yang selalu naik. Dibentuk oleh 2 kurva

baku, yaitu depan naik dan belakang turun. Sama seperti kurva bantu tipe

H, tipe A ini terjadi seperti ada 3 lapisan dengan ρ1<ρ2<ρ3.

c. Kurva bantu tipe K

Lengkung kurva ini berbentuk bell (maksimum di tengah ). Dibentuk 2

lengkung baku, yaitu depan naik dan belakang turun. Seperti 3 lapisan

dengan ρ1<ρ2>ρ3.

d. Kurva bantu tipe Q

Kurva ini mempunyai harga selalu turun. Dibentuk oleh 2 kurva baku,

yaitu depan turun dan belakang juga turun. Seperti 3 lapis dengan

ρ1>ρ2>ρ3.

Adapun langkah – langkah interpretasi dengan kurva matching konfigurasi

Schlumberger adalah :

a) Plot data lapangan pada kertas transparan dengan skala log – log

dengan absis AB/2 ( setengah jarak elektroda arus ) dan ordinat ρa

( tahanan jenis semu ).

b) Matchingkan lengkung data lapangan dengan lengkung baku. Cari

lengkung baku yang paling cocok ( ρ2/ρ1 ).

c) Plot titik silang P1 ( titik potong garis ρa /ρ1 =1 dan AB/2 =1 ) pada

kertas data lapangan. Titik P1 mempunyai arti yang penting karena

ordinatnya adalah harga tahanan jenis lapisan pertama dan absisnya

adalah kedalaman lapisan pertama.

d) Tentukan tahanan jenis lapisan kedua yaitu ρ2 = ρ1 x ρ2/ρ1.

e) Pilih lengkung bantu yang cocok dengan pola lengkung data. Lalu

letakkan pusat lengkung bantu berhimpit dengan titik silang P1 lalu

pilih harga sama dengan ρ2/ρ1.

f) Plot lengkung bantu diatas lembar data lapangan dengan garis putus –

putus.

g) Ganti lengkung bantu dengan lengkung baku. Telusurkan pusat

lengkung baku diatas garis putus – putus yang telah dibuat sampai

match dengan data di belakang data yang telah di interpretasi.

h) Setelah cocok catat harga ρ3/ρ2 , plot titik kedua P2 pada kertas data

( letak pusat lengkung baku ).

i) Koordinat titik P2 memberikan harga kedalaman lapisan kedua (absis )

dan tahanan jenis ρ2’ (ordinat).

j) Tentukan tahanan jenis lapisan ketiga ρ3 = ρ2’ x ρ3/ρ2.

k) Bila masih ada data yang belum diinterpretasi, langkah selanjutnya

sama seperti 10 poin diatas. Diteruskan hingga data terakhir yang

merupakan kedalaman lapisan terakhir ( dasar).

Perlu diketahui bahwa diantara keempat jenis tipe lengkung bantu yang

ada, lengkung bantu tipe H merupakan lengkung bantu yang paling mudah

penggunaannya, karena harga h2/h1 dapat diperoleh langsung dengan menarik

garis sejajar sumbu ordinatnya, dan harga h tidak perlu dikoreksi. Sedangkan tipe

A, K dan Q memerlukan koreksi untuk menentukan ketebalannya. Harga

ketebalan merupakan harga h dikalikan dengan faktor koreksi.

2.3 Konfigurasi Wenner 2D

Dalam survey geolistrik akan diperoleh nilai beda potensial, kuat arus dan

nilai tahanan jenis batuannya. Tahanan jenis batuan yang didapat secara langsung

merupakan tahanan jenis semu yang memerlukan suatupengolahan data lebih

lanjut untuk mendapatkan tahanan jenis sebenarnya untuk tiap-tiap lapisan.

Tahanan jenis sebenarnya digambarkan sebagai penampang 1D pada setiap

stasiun. Kemudian dari penampang 1D tersebut dapat dikembangkan menjadi

penampang 2D dengan metode mapping dengan cara korelasi tiap-tiap stasiun.

1. Metoda Tahanan Jenis 1-D

Teknik ini disebut juga dengan metoda sounding, biasanya digunakan

untuk menentukan perubahan atau distribusi tahahan jenis kearah vertikal medium

bawah permukaan dibawah suatu titik sounding. Pengukurannya adalah dengan

cara memasang elektroda arus dan potensial yang diletakkan dalam satu garis

lurus dengan spasi tertentu. Kemudian spasi elektroda ini diperbesar secara

gradual (Gambar 8). Selanjutnya memplot harga tahanan jenis semu hasil

pengukuran versus spasi elektroda pada grafik log-log. Survei ini berguna untuk

menentukan letak dan posisi kedalaman benda anomali di bawah permukaan.

(Virgo, 2003). Konfigurasi elektroda yang dipakai pada metoda ini adalah

konfigurasi Wenner, Wenner-Schlumbeger dan Dipole-Dipole. Sedangkan hasil

pengolahan data metoda 1-D ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 8. Teknik pengukuran metoda tahanan jenis 1-D (Virgo, 2003)

Gambar 9. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data metoda 1-D (Virgo,

2007)

2. Metoda Tahanan Jenis 2-D

Metode ini disebut juga dengan metoda mapping, digunakan untuk

menentukan distribusi tahanan jenis semu secara vertikal per kedalaman.

Pengukurannya dilakukan dengan cara memasang elektroda arus dan potensial

pada satu garis lurus dengan spasi tetap, kemudian semua elektroda dipindahkan

atau digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang telah ditentukan

sebelumnya (Gambar 10). Untuk setiap posisi elektroda akan didapatkan harga

tahanan jenis semu. Dengan membuat peta kontur tahanan jenis semu akan

diperoleh pola kontur yang menggambarkan adanya tahanan jenis yang sama

(Loke, 2000). Konfigurasi elektroda yang dipakai pada metoda ini adalah

konfigurasi Wenner, Wenner-Schlumbeger dan Dipole-Dipole. Sedangkan hasil

pengolahan data metoda 1-D ini dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Susunan elektroda dan urutan pengukuran geolistrik tahanan jenis 2-D (Loke, 2000)

Gambar 11. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data metoda 2-D (Virgo,

2007)

2.4 Pengolahan Data Resistivitas 2D

2.4.1 Resistivity 2D

Metode ini merupakan gabungan dari lateral mapping dan vertikal

sounding. Digunakan untuk menentukan didtribusi tahanan jenis semu secara

vertikal per-kedalaman. Pengukurannya dilakukan dengan cara memasang

elektroda arus dan potensial pada satu garus lurus dengan spasi tetap, kemudian

elektroda dipindah atau digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang

telah dilakukan/ditentukan sebelumnya. Untuk setiap posisi elektroda akan

didapatkan harga tahanan jenis semu. Dengan membuat peta kontur tahanan jenis

semu. Dengan membuat peta kontur tahanan jenis semu akan diperoleh pada

kontur yang menggambarkan adanya tahanan jenis yang sama.

2.4.2 Software Res2DINV

Res2DINV adalah program komputer secara otomatis menentukan model

resistivity 2 dimensi (2D) untuk bawah permukaan dari data hasil survey

geolisrik. Model 2D menggunakan program inverse, yang terdiri dari sejumlah

kotak persegi. Susunan dari kotak-kotak ini terikat oleh distribusi dari titik datum

dalam psuedosection. Distribusi uuran dari kotak secara otomatis dihasilkan dari

program maka jumlah kotak tidak akan melebihi jumlah datum paint.

Subroutine dari permodelan maju digunakan untuk menghitung nilati

resistivitas semu dan teknik optimasi least squares non linier digunakan untuk

survey menggunakan wenner, wenner-schlumberger, Dipole-dipole, pole-pole.

Selain survey normal dilakukan degnan elektroda-elektroda dipermukaan tanah,

program ini juga mendukung survey under water dan cros-borehole.

Cara pengolahan data

1. Dicari nilai ρ dengan persamaan

ρa=k∆ V

I

2. Untuk memudahkan perhitungan gunakan Ms.Excel dengan format kolom

sebagai berikut

x a n V I R k ρ

3. Nilai yang diperoleh dipindahkan kedalam .txt

Untuk nilai x,n,ρ dengan memberikan comment

Baris 1 : Nama lintasan pengukuran.

Baris 2 : Spasi elektroda terkecil

Baris 3 : Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole-

dipole = 3, Pole- dipole = 6, Wenner Schlumberger = 7).

Baris 4 : Jumlah total titik data.

Baris 5 : Jenis lokasi-x untuk titik-titik data. Masukan angka 0

jika lokasi elektroda pertama dalam konfigurasi digunakan untuk

mengukur titik data. Masukkan 1 jika titik data terletak pada titik

tengah konfigurasi.

Baris 6 : Tanda untuk data IP (masukan 0 untuk data tahanan

jenis)

Baris 7 : Lokasi-x, spasi elektroda, faktor seperasi elektorada n

dan nilai tahanan

jenis pada titik data pertama.

Baris 8 : Lokasi-x, spasi elektroda, n, nilai tahanan jenis semu

pada titik data kedua.

Baris 9 : Dan seterusnya.

Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat baris

terakhir.

BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1 Wenner 1D

3.1.1 Tabel data

1 2 1 2 1 2 1 21 6.28 3950 3960 295 296 13.38983 13.37838 84.08814 84.01622 84.05217592 12.56 1287 1295 242 245 5.318182 5.285714 66.79636 66.38857 66.59246753 18.84 732 738 257 259 2.848249 2.849421 53.66101 53.68309 53.67205024 25.12 628 630 333 334 1.885886 1.886228 47.37345 47.38204 47.37774475 31.4 427 430 306 308 1.395425 1.396104 43.81634 43.83766 43.82700116 37.68 267.5 267.5 227 227 1.178414 1.178414 44.40264 44.40264 44.40264327 43.98 281.4 282.7 278 279 1.01223 1.013262 44.51788 44.56325 44.54056618 50.24 213.7 213.2 250 249 0.8548 0.856225 42.94515 43.01674 42.98094559 56.62 156.2 157 217 218 0.719816 0.720183 40.75596 40.77679 40.7663761

10 62.8 126.2 127.6 280 277 0.450714 0.46065 28.30486 28.92881 28.616832912.5 78.5 130.2 128.6 370 369 0.351892 0.348509 27.62351 27.35799 27.490754

15 94.2 123.2 124.9 378 381 0.325926 0.327822 30.70222 30.88079 30.791504817.5 109.9 110.7 109.4 476 479 0.232563 0.228392 25.55868 25.10033 25.3295052

20 125.6 93.9 96.2 504 507 0.18631 0.189744 23.40048 23.83179 23.616135525 157 97.3 98.6 665 658 0.146316 0.149848 22.97158 23.52614 23.248859430 188.4 59.4 60.2 514 522 0.115564 0.115326 21.7723 21.72736 21.74982635 219.8 69.6 69.8 627 633 0.111005 0.110269 24.39885 24.23703 24.317940840 251.2 34.1 34.4 331 334 0.103021 0.102994 25.87891 25.8721 25.875504145 282.6 34.8 35.1 373 373 0.093298 0.094102 26.3659 26.59319 26.479544250 314 44.7 44.6 514 514 0.086965 0.08677 27.307 27.24591 27.276459160 376.8 39.9 40.2 530 534 0.075283 0.075281 28.36664 28.36584 28.3662421

2

3

4

a (m) K V (mV) I (mA) R(Ω) ρ ρ rata-rata Gain

3.1.2 Hasil Pengolahan IPI2win

3.2 Schlumberger 1D

3.2.1 tabel data

mn/2ab/2 1 2 Overlap 1 2 Overlap 1 2 Overlap

1 2.36 193 197 7260 7250 88.77513 86.85279 87.8139611.5 6.28 214 223 2802 2848 82.22692 80.20377 81.2153412.5 18.84 241 238 880 876 68.79336 69.34387 69.068613

4 49.46 238 243 259 264.5 53.86568 53.83609 53.8508866 112.26 3.45 242 245 101 101.8 46.99148 46.64518 46.8183278 200.18 12.25 239 234 49.6 48.4 41.54363 41.40475 41.474192

10 313.22 23.55 267 253 34.5 32.4 40.47225 40.11197 40.29210812 451.38 37.37 6.91 221 218 18.1 18.1 36.96823 37.47696 37.22259515 705.72 62.8 19.63 210 200 8.6 8.1 28.90091 28.58166 28.74128720 1255.22 117.8 47.1 178 181 3.8 3.8 26.79683 26.35269 26.57475825 1961.72 188.4 82.43 244 237 34.6 33.9 26.71574 26.94835 26.83204630 2825.22 274.8 125.6 17.27 173 173 16.4 16.3 26.04566 25.88685 25.96625740 5023.22 494.6 235.5 61.23 183 185 9.6 9.9 25.94361 26.46511 26.20435750 7849.22 777.2 376.8 117.75 178 178 6.2 6 27.06927 26.19607 26.63266960 11303.2 1123 549.5 186.83 106 111 2.7 2.9 28.59325 29.32788 28.96056975 17661.7 1758 867.4 314 158 159 4.7 4.6 25.8033 25.09546 25.449378

100 31399.2 3132 1554 588.75 228 231 3.9 3.8 26.58671 25.56857 26.077641

ρ rata-rataI (mA) V (mV) ρ0.5 5 10 25

3.2.2 hasil pengolahan IPI2win

3.3 Wenner 2D

3.3.1 tabel data

no a(m)switch box

kI (mA) V (mV)

arus volt arusI1 V1 V2 I2 1 2 1 2

1 45 28 19 10 1 282.6 225 226 31.6 31.42 40 28 20 12 4 251.2 265 266 42.2 42.63 35 28 21 14 7 219.8 154 153 31.4 314 30 28 22 16 10 188.4 314 315 73.4 73.15 25 28 23 18 13 157 202 203 55.5 54.16 20 28 24 20 16 125.6 286 288 109.9 1107 15 28 25 22 19 94.2 276 277 140.6 140.88 10 28 26 24 22 62.8 349 350 255.3 277.2

9 5 28 27 26 25 31.4 245 246 426 42610 40 27 19 11 3 251.2 233 234 38.4 38.311 35 27 20 13 6 219.8 222 221 43.7 41.912 30 27 21 15 9 188.4 210 207 48.9 49.613 25 27 22 17 12 157 222 223 64.6 63.814 20 27 23 19 15 125.6 234 234 85.4 86.715 15 27 24 21 18 94.2 295 297 152.7 153.616 10 27 25 23 21 62.8 215 216 170.2 171.517 5 27 26 25 24 31.4 197 196 384.7 349.618 40 26 18 10 2 251.2 232 231 39.4 4019 35 26 19 12 5 219.8 235 235 46.3 46.820 30 26 20 14 8 188.4 217 216 52.6 53.521 25 26 21 16 11 157 167 167 51.5 49.622 20 26 22 18 14 125.6 249 247 81.2 83.323 15 26 23 20 17 94.2 224 223 130.2 111.624 10 26 24 22 20 62.8 208 209 158.7 160.125 5 26 25 24 23 31.4 185 187 337.5 33726 40 25 17 9 1 251.2 218 218 35.7 35.927 35 25 18 11 4 219.8 253 252 48.6 48.528 30 25 19 13 7 188.4 163 162 38.4 38.729 25 25 20 15 10 157 240 240 68.4 68.230 20 25 21 17 13 125.6 200 202 71.9 71.331 15 25 22 19 16 94.2 229 230 112.9 111.932 10 25 23 21 19 62.8 217 217 164.4 154.633 5 25 24 23 22 31.4 266 267 507 50934 35 24 17 10 3 219.8 228 230 44.4 44.235 30 24 18 12 6 188.4 220 219 51.9 51.936 25 24 19 14 9 157 206 206 59.3 59.637 20 24 20 16 12 125.6 209 209 73.5 73.338 15 24 21 18 15 94.2 226 228 106.2 106.139 10 24 22 20 18 62.8 285 284 212.4 212.340 5 24 23 22 21 31.4 194 195 362.7 363.541 35 23 16 9 2 219.8 253 254 47.5 48.142 30 23 17 11 5 188.4 262 262 61 61.143 25 23 18 13 8 157 245 245 72.3 72.444 20 23 19 15 11 125.6 181 182 65.3 65.645 15 23 20 17 14 94.2 270 267 124 124.846 10 23 21 19 17 62.8 253 253 200.5 201.147 5 23 22 21 20 31.4 224 256 849 82148 35 22 15 8 1 219.8 284 284 50.9 64.449 30 22 16 10 4 188.4 542 545 123.9 126.550 25 22 17 12 7 157 332 340 105.3 95.6

51 20 22 18 14 10 125.6 512 513 189.8 190.652 15 22 19 16 13 94.2 411 412 188.6 189.153 10 22 20 18 16 62.8 488 493 343.6 346.554 5 22 21 20 19 31.4 456 458 756 76055 30 21 15 9 3 188.4 448 450 101 10156 25 21 16 11 6 157 417 421 114.8 115.957 20 21 17 13 9 125.6 407 406 138.6 138.658 15 21 18 15 12 94.2 246 247 123.2 123.759 10 21 19 17 15 62.8 276 277 202 202.560 5 21 20 19 18 31.4 342 344 596 60161 30 20 14 8 2 188.4 270 270 156.3 15762 25 20 15 10 5 157 288 289 81.6 81.863 20 20 16 12 8 125.6 263 263 209.6 209.664 15 20 17 14 11 94.2 197 197 101.5 101.265 10 20 18 16 14 62.8 297 295 217 218.266 5 20 19 18 17 31.4 265 265 164 163.667 30 19 13 7 1 188.4 241 241 49.3 49.368 25 19 14 9 4 157 283 284 75.1 76.469 20 19 15 11 7 125.6 174 174 61.6 61.270 15 19 16 13 10 94.2 277 277 132.3 132.371 10 19 17 15 13 62.8 217 218 170 116.572 5 19 18 17 16 31.4 250 258 460 46773 25 18 13 8 3 157 385 391 121.4 96.974 20 18 14 10 6 125.6 366 123.6 75 15 18 15 12 9 94.2 356 159.1 76 10 18 16 14 12 62.8 333 260.5 77 5 18 17 16 15 31.4 390 637 78 25 17 12 7 2 157 337 92.4 79 20 17 13 9 5 125.6 344 14.1 80 15 17 14 11 8 94.2 306 130.4 81 10 17 15 13 11 62.8 219 63.4 82 5 17 16 15 14 31.4 355 321.8 83 25 16 11 6 1 157 258 62 84 20 16 12 8 4 125.6 323 110.7 85 15 16 13 10 7 94.2 229 23.3 86 10 16 14 12 10 62.8 307 198.4 87 5 16 15 14 13 31.4 246 444 88 20 15 11 7 3 125.6 307 104.9 89 15 15 12 9 6 94.2 287 144.5 90 10 15 13 11 9 62.8 288 196.8 91 5 15 14 13 12 31.4 271 74.7 92 20 14 10 6 2 125.6 359 125.4

93 15 14 11 8 5 94.2 371 126.1 94 10 14 12 10 8 62.8 327 246 95 5 14 13 12 11 31.4 230 373.3 96 20 13 9 5 1 125.6 218 67.6 97 15 13 10 7 4 94.2 260 192.5 98 10 13 11 9 7 62.8 177 131 99 5 13 12 11 10 31.4 247 386 100 15 12 9 6 3 94.2 265 115.4 101 10 12 10 8 6 62.8 252 165.2 102 5 12 11 10 9 31.4 248 386.4 103 15 11 8 5 2 94.2 218 101.6 104 10 11 9 7 5 62.8 223 143.8 105 5 11 10 9 8 31.4 206 283.9 106 15 10 7 4 1 94.2 256 119 107 10 10 8 6 4 62.8 318 220 108 5 10 9 8 7 31.4 230 205.5 109 10 9 7 5 3 62.8 383 21.9 110 5 9 8 7 6 31.4 281 406 111 10 8 6 4 2 62.8 304 207 112 5 8 7 6 5 31.4 316 533 113 10 7 5 3 1 62.8 174 127 114 5 7 6 5 4 31.4 202 327.2 115 5 6 5 4 3 31.4 341 516 116 5 5 4 3 2 31.4 384 542 117 5 4 3 2 1 31.4 302 424

3.3.2 menghitung ρ semu

ρ semu=∆ V

Ik

Dimana:

∆ V = beda potensial (Volt)

I = kuat arus (Ampere)

k = konstanta konfigurasi

Rho Rho rata - rata1 2

39.6896 39.2638 39.4767

9 540.0024150

940.2297

740.1160

944.8163636

444.5346

444.6755

44.0443.7207

643.8803

843.1361386

141.8408

942.4885

148.2637762

247.9722

248.118

47.987391347.8821

747.9347

845.9393696

349.7376

47.83848

54.59755102

54.37561

54.48658

41.39948498

41.11521

41.25735

43.26693694

41.67249

42.46971

43.87028571

45.14319

44.50674

45.68558559

44.91749

45.30154

45.83863248

46.53641

46.18752

48.76047458

48.71758

48.73903

49.71423256

49.86204

49.78813

61.31766497

56.00735

58.66251

42.66068966

43.49784

43.07926

43.305276643.7729

443.5391

145.6674654

446.6638

946.1656

848.4161676

646.6299

447.5230

540.9587148

642.3582

241.6584

7

54.7537547.1422

450.948

47.91519231

48.1066 48.0109

57.28378378

56.58717

56.93547

41.13688073

41.36734

41.25211

42.22245059

42.30278

42.26261

44.38380368

45.00667

44.69524

44.74544.6141

744.6795

8

45.153244.3330

744.7431

346.4418340

645.8303

546.1360

947.5775115

244.7413

846.1594

559.8488721

859.8599

359.8544

42.80315789

42.23983

42.52149

44.44527273

44.64822

44.54675

45.19466019

45.423345.3089

844.1703349

344.0501

444.1102

444.2656637

243.8360

544.0508

646.8025263

246.9452

146.8738

758.7050515

558.5328

258.6189

441.2667984

241.6235

441.4451

743.8641221

443.9360

343.9000

846.3310204

146.3951

46.36306

45.31314917

45.27121

45.29218

43.26222222

44.03056

43.64639

49.76837945

49.91731

49.84285

119.0116071

100.7008

109.8562

39.39373239

49.84197

44.61785

43.06782288

43.72954

43.39868

49.7954819 44.1447 46.9700

3 1 9

46.560312546.6654

246.6128

743.2265693

443.2359

743.2312

744.2173770

544.1383

444.1778

652.0578947

452.1048

52.08135

42.47410714

42.28533

42.37972

43.22206235

43.22162

43.22184

42.77189189

42.87724

42.82457

47.17658537

47.17628

47.17643

45.96231884

45.90975

45.93603

54.72046784

54.85872

54.78959

109.0626667

109.5511

109.3069

44.48333333

44.43806

44.4607

100.0979468

100.0979

100.0979

48.53451777

48.39107

48.46279

45.88417508

46.45071

46.16744

19.43245283

19.38506

19.40875

38.53991701

38.53992

38.53992

41.66325088

42.23521

41.94923

44.46528736

44.17655

44.32092

44.99155235

44.99155

44.99155

49.19815668

33.56055

41.37935

57.77656.8364

357.3062

249.5059740

338.9087

44.20733

42.4157377 42.4157

4

42.09893258

42.0989

349.1273273

3

49.12733

51.28666667

51.2866

743.0468842

7

43.04688

5.148139535

5.14814

40.1427451 40.1427

518.1804566

2

18.18046

28.46343662

28.4634

437.7286821

7

37.72868

43.04619195

43.0461

99.58454148

5

9.584541

40.5847557 40.5847

656.6731707

3

56.67317

42.91674267

42.9167

4

47.428223 47.4282

242.9133333

3

42.91333

8.655276753

8.65527

743.8725348

2

43.87253

32.01784367

32.0178

4

47.2440367 47.2440

450.9635652

2

50.96357

38.94752294

38.9475

269.7442307

7

69.74423

46.47909605

46.4791

49.0704453 49.0704

4 541.0214339

6

41.02143

41.16888889

41.1688

948.9232258

1

48.92323

43.90238532

43.9023

9

40.4961435 40.4961

443.2740776

7

43.27408

43.78828125

43.7882

843.4465408

8

43.44654

28.05521739

28.0552

23.59091383

8

3.590914

45.36797153

45.3679

742.7618421

1

42.76184

52.96265823

52.9626

645.8367816

1

45.83678

50.86178218

50.8617

8

47.5143695 47.5143

744.3197916

7

44.31979

44.08476821

44.0847

7

3.3.3 hasil Res2DINV

Menggunakan topografi

BAB IV

HASIL dan INTERPRETASI

4.1 Geolistrik 1D

Wenner Schlumberger

15

45.3

95.7

41.4

26.9

5.85

47

92.7

4.1.1 Interpretasi

Pada hasil pengolahan data geolistrik satu dimensi ini, terlihat pada bagian

bawah permukaan Lapangan Merah Unpad memiliki 4 lapisan, yang pertama

adalah lapisan yang paling atas, memiliki Rho bernilai 92.7 Ω . m, pada lapisan

kedua memiliki Rho bernilai 47 Ω . m, pada lapisan ketiga memiliki Rho 5.85

Ω . m dan pada lapisan yang paling bawah memiliki Rho 26.9 Ω . m.

Dari tabel harga resistivitas tanah/batuan diatas, menunjukan bahwa

kemungkinan jenis tanah lapisan pertama adalah tanah lanauan, pasiran karena

memiliki Rho 92.7 Ω . m yang termasuk rentang 15-150 Ω . m. Untuk lapisan

kedua juga dapat diperkirakan tanah lanauan, pasiran karena memiliki Rho 47

Ω . m yang termasuk dalam rentang 15-150 Ω . m. Sedangkan untuk lapisan ketiga

dapat diprediksi terdapat batuan lempung lanauan dan tanah lanauan basah

lembek, karena memiliki Rho 5.85 Ω . myang terdapat dalam rentan 3-15 Ω . m.

4.1.2 Analisa

26.9

5.85

47

92.7Tanah lanauan / air

permukaan

Tanah lanauan

tanah lanauan basah lembek

Dari gambar perbandingan antara metode geolistrik menggunakan

konfigurasi wenner dan konfigurasi schlumberger diatas, terlihat perbedaan yang

sangat significant. Terlihat dari tebal lapisan yang diperoleh dari kedua

konfigurasi tersebut. pada konfigurasi wenner, terlihat lapisan yang ketiga,

memiliki tebal yang sangat besar yaitu 16.5 meter, sedangkan pada konfigurasi

schlumberger ketebalan 5.85 meter.

Hal tersebut memperlihatkan bahwa konfigurasi wenner dan schluberger

sangatlah berbeda. Konfigurasi wenner dikhususkan untuk survey horizontal

(mapping) sedangkan konfigurasi schlumberger digunakan untuk survey vertikal

(vertical sounding). Dan pada kasus ini yang terbaik digunakan adalah konfigurasi

schlumberger.

4.2 Geolistrik 2D

4.2.1 Interpretasi

Pada tampilan diatas terlihat hasil dari pengolahan data menggunakan

res2DINV. Dari data tersebut terlihat bahwa rentang Rho pada lapangan merah

adalah dari 10.2 Ω . m hingga 207 Ω . m.

Nilai resistivitas dan jenis batuan

No

.

Citra warna Resistivitas Ω . m Jenis batuan

1. 10 - 12 Lempung lanauan & tanah

lanauan basah lembek

2. 12 - 20 Lempung lanauan & tanah

lanauan basah lembek

3. 20 - 30 Tanah lanauan, pasiran

4. 30 - 45 Tanah lanauan, pasiran

5. 45 - 60 Tanah lanauan, pasiran

6. 60 - 90 Tanah lanauan, pasiran

7. 90 - 130 Tanah lanauan, pasiran

8. 130 > Batuan dasar berkekar terisi

tanah lembab

Sehingga dari tabel diatas terlihat bahwa ada 3 jenis batuan yang ada di

lapangan berah, lanauan basah lembek, lanauan pasiran dan batuan dasar berkekar

terisi tanah lembab. Pada bawah permukaan tanah lapangan merah ini, tidak

terdapat suatu anomaly yang menarik, tidak adanya air tanah dan lain sebagainya,

hanya terdapat tanah lanauan kering dan basah. Dalam gambar juga terlihat suatu

lapisan tipis (garis merah) yang memiliki Rho rendah yang dihimpit oleh lapisan

yang memiliki Rho tinggi. Hal ini sejalan dengan data geolistrik 1D yang pernah

dilakukan sebelumnya.

4.2.2 Analisa

Dari data diatas hasil pengolahan data menggunakan res2DIV ini terlihat

bahwa terdapat 3 lapisan yang signifikan. Nilai RMS yang didapatkan 3.2%, nilai

ini sudah cukup kecil menimbang toleransi terbesar error RMS adalah 10%. Hal

ini dapat dikarenakan adanya penghapusan data datum yang jelek sehingga nilai

RMS yang didapatkan bisa menjadi kecil.

Nilai iterasi yang digunakan pada pengolahan data menggunakan

Res2DIV ini juga sangat sedikit, yaitu 5 kali iterasi. Hal ini karena pada saat

iterasi yang dilakukan dari 4 dan 5, nilai RMS sudah tidak berubah, sehingga

iterasi yang selanjutnya sudah tidak efisien lagi.

BAB V

KESIMPULAN

Pada praktikum mengenai geolistrik ini, praktikan sudah dapat

memahami konfigurasi Wenner dan Schlumberger hingga melakukan

pengambilan data geolistrik menggunakan konfigurasi Wenner dan Schlumberger.

Kedua konfigurasi ini sangat lah berbeda, dan memiliki kelebihannya masing-

masing.

Pada praktikum ini juga, praktikan sudah dapat menggunakan

resistivitymeter Naniura untuk pengambilan data geolistrik. Praktikan juga

mampu memahami pengolahan data 1D menggunakan pencocokan kurva dari

data yang telah didapat di lapangan.

Praktikan juga sudah memahami cara pengambilan data dengan cara

mapping menggunakan konfigurasi wenner dan memahami cara pengambilan data

vertical sounding menggunkaan konfigurasi schlumberger.Praktikan juga sudah

dapat memahami cara pengolahan data geolistrik metode resistivitas 2d dengan

software Res2DINV, hingga cara menginterpretasi data dari hasil pengolahan dan

pengambilan data yang telah dilakukan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Telford, W.M. Gedaart. L.P, Sherif, RE. 1990. Applied Geophysics,

Cambridge: New York

Rieke III, H.H. and Chilingarian, G.V. 1974. Compaction of

Argillaceous Sediments. Amsterdam, The Netherlands: Elsevier Scientific

Publishing Company.

Schlumberger. 1985. Log Interpretation Charts, 1985 edition. Sugar

Land, Texas: Schlumberger.

http://qurniawulansari.wordpress.com/category/geophysics/geolistrik-

zone/

https://aimanyongki.wordpress.com/category/metode-geolistrik/

http://arifpanduwinata.blogspot.com/2012/06/metode-tahanan-jenis-

geolistrik.html