Laporan Geolistrik Fix

28
i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat kehendak dan ridhonya penulis sebagai praktikan dari praktikum geolistrik program studi Geofisika dapat menyelesaikan laporan ini . Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penulisan laporan, khususnya dosen mata kuliah ini dan asisten praktikum. Penulis juga berbesar hati jika para pembaca dan penyimak memberi kritik dan saran pada laporan ini. Sehingga jika suatu saat penulis berkesempatan lagi menulis sebuah laporan, penulis dapat memperbaikinya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut. Akhir kata, apabila terdapat kesalahan penulisan dan tata bahasa, penulis mohon maaf. Malang, 10 Desember 2013 Penulis

description

Laporan Metdode Geolistrik Fisika

Transcript of Laporan Geolistrik Fix

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat

    kehendak dan ridhonya penulis sebagai praktikan dari praktikum geolistrik program studi

    Geofisika dapat menyelesaikan laporan ini . Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima

    kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penulisan laporan, khususnya

    dosen mata kuliah ini dan asisten praktikum.

    Penulis juga berbesar hati jika para pembaca dan penyimak memberi kritik dan

    saran pada laporan ini. Sehingga jika suatu saat penulis berkesempatan lagi menulis sebuah

    laporan, penulis dapat memperbaikinya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat

    digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut. Akhir kata, apabila terdapat

    kesalahan penulisan dan tata bahasa, penulis mohon maaf.

    Malang, 10 Desember 2013

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR . i

    DAFTAR ISI .... ii

    DAFTAR GAMBAR .. iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ... 1

    1.2 Tujuan .... 1

    1.3 Manfaat .. 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3-7

    BAB III METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..... 8

    3.2 Peralatan ..... 8

    3.3 Proses Akuisisi ... 10

    3.3.1 Konfigurasi Dipole-dipole . 10

    3.3.2 Konfigurasi Wenner .. 11

    3.4 Langkah-Langkah Pengolahan .. 11

    3.4.1 Konfigurasi Dipole-dipole . 11

    3.3.2 Konfigurasi Wenner .. 14

    3.4.3 Konfigurasi Schlumberger . 15

    BAB IV PEMBAHASAN

    4.1 Konfigurasi Dipole-dipole . 19

    4.2 Konfigurasi Wenner .. 21

    4.3 Konfigurasi Schlumberger . 22

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan 24

    5.2 Saran .. 24

    DAFTAR PUSTAKA ... 25

  • iii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Penjalaran arus di dalam bumi .. 4

    Gambar 2.2 Penjalaran arus di permukaan bumi ............. 5

    Gambar 2.3 Penjalaran 2 arus di dalam bumi ... 5

    Gambar 2.4 Konfigurasi dipole-dipole .... 7

    Gambar 2.5 Contoh Datum point untuk konfigurasi dipole-dipole ..... 7

    Gambar 3.1 Lokasi praktikum (Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya) .......... 8

    Gambar 3.2 Aki .... 9

    Gambar 3.3 Resistivity . 9

    Gambar 3.4 Elektroda .. 9

    Gambar 3.5 Palu ... 9

    Gambar 3.6 Kabel ..... 9

    Gambar 3.7 Meteran .... 9

    Gambar 3.8 Payung .. 9

    Gambar 3.9 Faktor geomtetri konfigurasi dipole-dipole 10

    Gambar 3.10 Konfigurasi Wenner ... 11

    Gambar 3.11 Data Konfigurasi Dipole-dipole dalam Microsoft Excel . 12

    Gambar 3.12 Format data konfigurasi dipole-dipole ......... 13

    Gambar 3.13 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi dipole-dipole . 13

    Gambar 3.14 Data konfigurasi Wenner pada Microsoft Excel ...... 14

    Gambar 3.15 Format data konfigurasi Wenner ..... 15

    Gambar 3.16 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi Wenner . 15

    Gambar 3.17 Dialog box pada IPI2WIN .. 16

    Gambar 3.18 Tampilan gambar input dan hasil dari konfigurasi Schlumberger 16

    Gambar 3.19 Curva dari hasil konfigurasi Schlumberger setelah diatur . 17

    Gambar 3.20 Resistivity Section konfigurasi Schlumberger dengan IPI2WIN ... 17

    Gambar 3.21 Tampilan dialog box pada Progress 3.0 .... 18

    Gambar 4.1 Format data konfigurasi Dipole-dipole . 19

    Gambar 4.2 Hasil keluaran konfigurasi dipole-dipole (Res2dinv) ... 20

    Gambar 4.3 Hasil keluaran konfigurasi Wenner (Res2dinv) .... 21

    Gambar 4.4 Tabel referensi nilai resistivitas batuan .... 22

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Geofisika adalah ilmu yang mempelajari bumi dengan menggunakan metode fisika

    dan logika geologi untuk mempelajari struktur bawah permukaan bumi. Dalam

    pengaplikasiannya metode geofisika dapat menggunakan sumber-sumber pengukuran yang

    berbeda. Salah satu sumber yang digunakan dapat berupa sumber kelistrikan. Metode yang

    menggunakan sumber kelistrikan ini salah satunya adalah metode resistivitas.

    Metode resistivitas adalah salah satu metode aktif geolistrik yang digunakan untuk

    mengetahui nilai resistivitas dari lapisan atau batuan, sangat berguna untuk mengetahui

    kemungkinan adanya lapisan akifer, yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa

    air. Umumnya lapisan akifer yang dicari adalah yang diapit oleh lapisan batuan kedap air pada

    bagian bawah dan bagian atas.

    Geolistrik sendiri dapat digunakan untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang

    mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Selain

    itu, dapat digunakan juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi

    bangunan. Metode Geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi di bawah

    permukaan.

    Mengingat besarnya sumber daya alam di Indonesia, rasanya sangat penting untuk

    memahami tentang metode Geolistrik dan langkah-langkah dalam menggunakan metode ini.

    Oleh karena itu makalah tentang Geolistrik ini dibuat.

    1.2 Tujuan

    Percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat:

    1. Memahami prinsip hukum ohm

    2. Memahami konsep resistivitas dengan menggunakan konfigurasi Wenner,

    Schlumberger, dan dipole-dipole

  • 2

    3. Memahami cara pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan interpretasi

    data.

    1.3 Manfaat

    Setelah melakukan percobaan ini diharapkan praktikan dapat memahami konsep

    hukum ohm. Selain itu juga agar dapat mengetahui harga resistivitas batuan di tempat

    percobaan dilaksanakan, dapat mengolah data yang didapatkan di lapangan dengan software-

    software geofisika, serta dapat menginterpretasi dari hasil pengolahan data.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Geolistrik merupakan salah satu metode Geofisika untuk mengetahui perubahan

    tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik

    DC yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2

    buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin

    panjang jarak elektroda AB akan meyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan

    batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan

    tegangan listrik dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan

    menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah elektroda tegangan M dan N yang

    jaraknya lebih pendek dari jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi

    lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan

    informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar (Broto

    dan Afifah, 2008).

    Arus listrik adalah gerak muatan negatif (elektroda) pada materi dalam proses

    mengatur diri menuju ke arah kesetimbangan. Peristiwa ini terjadi bila materi mengalami

    gangguan karena adanya medan listrik. Bila medan listrik arahnya selalu tetap menuju ke satu

    arah, maka arus listrik yang mengalir akan tetap juga arahnya dan begitu juga dengan

    sebaliknya. Metode geolistrik mengalirkan arus DC ke dalam bumi dan akan mencatat nilai

    dari potensial listrik serta akan menghitung nilai dari hambatan jenis dari suatu batuan.

    Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial persatuan muatan.

    Metode resistivitas memanfaatkan sebuah sifat alami arus listrik di dalam bumi berupa

    titik arus di dalam bumi yang akan mengalirkan arus ke segala arah dan membentuk suatu

    permukaan bola dengan titik yang memiliki besar arus yang sama disebut titik equipotensial.

  • 4

    Besarnya arus listrik yang mengalir di bawah permukaan bumi akan berbanding

    terbalik dengan luas permukaan. Hal ini dinyatakan dalm bentuk persamaan

    Dengan I adalah arus listrik, J adalah rapat arus dan A adalah luas permukaan.

    Sedangkan, medan listrik adalah gradient dari potensial scalar, dinyatakan melalui persamaan

    dibawah ini

    Dengan demikian didapatkan persamaan

    Kita memiliki elektroda berdimensi kecil yang ditanam pada media isotropik

    homogen. Hal ini sesuai dengan metode mise-d-la-masse dimana elektroda tunggal ditanam di

    bawah tanah. Rangkaian arus mampu melalui elektroda yang lain pada permukaan, tetapi

    dalam jarak yang cukup jauh pengaruhnya dapat diabaikan.

    Dari sistem yang simetri, potensial akan menjadi fungsi dari r saja, di mana r adalah

    jarak dari elektroda pertama. Dalam kondisi ini digunakan persamaan Laplace dalam

    koordinat bola yang disederhanakan menjadi

    Gambar 2. 2 Penjalaran arus di dalam bumi

  • 5

    Equipotential yang selalu ortogonal terhadap garis aliran arus dengan permukaan bola

    dan r = konstan. Pada penerapan metode resistivitas titik arus tersebut akan diletakan pada

    permukaaan bumi seperti gambar di bawah ini

    Gambar 2.2 Penjalaran arus di permukaan bumi

    Jika elektroda titik yang memberikan I ampere terletak pada permukaan bermedium

    isotropik homogen dan jika udara di atasnya memiliki konduktivitas nol, maka kita memiliki

    satu kemungkinan atau tiga-titik sistem yang digunakan dalam rancangan resistivitas

    permukaan

    Kemudian karena pada metode geolistrik digunakan 2 buah elektroda arus atau titik

    arus maka penjalaran arus listrik di permukaan bumi terlihat seperti gambar

    Gambar 2.3 Penjalaran 2 arus di dalam bumi

    Selanjutnya arus dari kedua elektroda akan melakukan interferensi yang akan

    tercatat oleh elektroda potensial di titik tersebut. potensial yang disebabkan C1 di PI adalah

    Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah dan potensial, karena C2

    di P1 adalah

  • 6

    Maka bisa kita peroleh

    Akhirnya, dengan adanya sebuah elektroda potensial kedua di P2 kita bisa mengukur

    perbedaan potensial antara P1 dan P2, yaitu

    Pengaturan semacam itu sesuai dengan empat elektroda yang tersebar, ini biasanya

    digunakan dalam praktik lapangan metode resistivitas. Pada konfigurasi ini garis aliran arus

    dan equipotentialnya terdistorsi oleh kedekatan elektroda arus kedua C2. Equipotentials dan

    garis arus ortogonal diperoleh dengan memplot keterkaitannya (Telford, 1990).

    Pengukuran menggunakan konfigurasi elektroda Wenner dan Schlumberger dilakukan

    dengan memindahkan masing-masing elektroda sesuai dengan aturan konfigurasi yang

    digunakan. Dari pengukuran dapat diperoleh nilai resistivitas semua dengan melakukan

    perhitungan menggunakan persamaan:

    dimana k adalah faktor geometri, untuk konfigurasi Wenner dihitung dengan persamaan:

    k

    sedangkan untuk faktor geometri konfigurasi Schlumberger dihitung dengan persamaan:

    Pada konfigurasi elektroda Wenner, kedua elektroda arus diletakkan di luar elektroda

    potensial. Jarak antar elektroda mempunyai jarak yang sama panjang sebesar a. Sedangkan

    pada konfigurasi elektroda Schlumberger, kedua elektroda aru diletakkan di luar elektroda

    potensial. Setengah jarak antara 2 elektroda arus sebesar L, sedangkan setengah jarak antara 2

    elektroda potensial l(Gokdi, 2012).

    Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial terpisah

    dengan jarak a. Sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam terpisah

    sejauh na, dengan n adalah bilangan bulat (Waluyo, 2005). Variasi n digunakan untuk

  • 7

    mendapatkan berbagai kedalaman tertentu, semakin besar n maka kedalaman yang diperoleh

    juga semakin besar. Tingkat sensitivitas jangkauan pada konfig da urasi dipole-dipole

    dipengaruhi oleh besarnya a dan variasi n . Skema konfigurasi dipole-dipole pat dilihat pada

    gambar berikut ini

    Lalu untuk mencari faktor geometri pada konfigurasi elektroda dipole-dipole dapat digunakan

    persamaan

    Metode resistivitas imaging juga biasa dikenal sebagai resistivitas mapping-sounding.

    Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas di

    bawah permukaan bumi secara vertical maupun secara horizontal. Metode resistivitas imaging

    yang terkenal adalah metode resistivitas konfigurasi Dipole-dipole, Wenner, Pole-dipole, dan

    Pole-pole (Andriyani, 2010).

    Datum point atau titik pengukuran di bawah permukaan lintasan pengukuran

    merupakan titik tengah dari total spasi elektroda arus dan tegangan. Besarnya nilai datum

    point dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

    dimana, D = Datum point

    C1 = Jarak titik 0 dengan elektroda C1

    P1 = Jarak titik 0 dengan elektroda P1

    Gambar 2.5 Contoh Datum point untuk konfigurasi dipole-dipole

    (Prastiawan, 2007).

    Gambar 2.4 Konfigurasi dipole-dipole

  • 8

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Praktikum ini dilaksanakan tiga kali. Pertemuan pertama pada hari Kamis, 14

    November 2013 pukul 07.00 WIB yang bertempat di Lapangan Rektorat Universitas

    Brawijaya hanya dilakukan briefing tentang apa saja yang harus dipersiapkan ketika

    praktikum. Pertemuan kedua pada hari Kamis, 21 November 2013 di Lapangan Rektorat

    Universitas Brawijaya dengan koordinat S = 07 o57' 09,96" E = 112

    0 36' 50,97" pada pukul

    07.00 -10.30 WIB dilakukan percobaan dengan konfigurasi dipole-dipole dan Wenner.

    Pertemuan ketiga pada hari Kamis, 5 November 2013 di Gedung Rektorat Universitas

    Brawijaya pukul 07.00-09.00 WIB membahas dan melakukan processing data dari data yang

    didapatkan dari hasil praktikum.

    Gambar 3.1 Lokasi praktikum (Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya)

    3.2 Peralatan

    Pada praktikum ini peralatan yang digunakan ada , yaitu aki, resistivitymeter,

    elektroda, palu, kabel penghubungkan (roll), meteran, dan payung. Aki digunakan sebagai

    sumber tegangan DC. Resistivitymeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui nilai

    resistivitas lapisan atau batuan. Elektroda digunakan sebagai elektroda arus dan elektroda

    potensial, sebagai elektroda arus digunakan untuk menginjeksi arus ke dalam bumi dan

    sebagai elektroda potensial digunakan untuk membaca beda potensialnya. Palu digunakan

    untuk menancapkan elektroda ke tanah. Kabel penghubung digunakan untuk menghubungkan

  • 9

    elektroda dan resistivitymeter. Meteran digunakan untuk menentukan jarak elektroda sesuai

    konfigurasi yang digunakan. Payung digunakan untuk menutupi resistivitymeter dari sinar

    matahari agar angka yang terbaca oleh alat dapat terlihat dengan jelas. Berikut gambar dari

    peralatan yang digunakan.

    Gambar 3.2 Aki Gambar 3.3 Resistivity

    meter

    Gambar 3.4 Elektroda Gambar 3.5 Palu

    Gambar 3.6 Kabel Gambar 3.7 meteran

    Gambar 3.8 Payung

  • 10

    3.3 Proses Akuisisi

    3.3.1 Konfigurasi Dipole-dipole

    Pada praktikum dengan metode geoilistrik ini digunakan konfigurasi dipole-dipole,

    dengan langkah kerja yakni, disiapkan peralatan seperti yang dijelaskan diatas. Kemudian

    dipasangkan meteran pada daerah yang akan digunakan yaitu lapangan Rektorat Universitas

    Brawijaya untuk eksperimen kemudian dipatok setiap ujungnya. Setelah itu dipasang

    elektroda arus C1, C2 dan elektroda potensial P1, P2 seperti gambar berikut ini:

    Gambar 3.9 Faktor geomtetri konfigurasi dipole-dipole

    Pada praktikum ini digunakan spasi (a) sepanjang 5 meter dengan bentang

    panjang lapangan 50 meter dengan jumlah n sampai dengan 7. Untuk n=1 dengan 9 titik, n=2

    dengan 8 titik, n=3 dengan 7 titik, n=4 dengan 6 titik5 dengan 5 titik, n=6 dengan 4 titikdan

    n=7 dengan 3 titik. Jarak antara kedua elektroda arus sama dengan jarak antara kedua

    elektroda potensial yakni sebesar a= 5 meter. Dan jarak antara c1,p1 = n dikali a ,dengan n

    sebagai faktor pengali (n=1,2,3,4,5,...) kemudian untuk pengukuran berikutnya elektroda arus

    tetap dan elektroda potensial dipindahkan dengan variasi nilai n yang ditentukan. Setiap

    perpindahan elektroda yang ada nilai resistivitas dari masing-masing elektroda dicatat. Setelah

    n=1 selesai diperoleh datanya Pengukuran kedua posisi C2 dan C1 tetap pada posisi semula

    tetapi berubah faktor geometrinya ( n ) yaitu 2 (dua) sehingga posisi P1 menjadi 15 m,

    sedangkan P2 berada pada posisi 20 m ( n = 2) berarti jarak antara C1 dan P1adalah 2 x 5 m

    sama dengan 10 m. Begitu seterusnya sampai posisi simetris pada akhir pengukuran dalam

    bentangan yang telah ditentukan (50 m). Pengukuran dilakukan sampai pengukuran dengan n

    = 7, dengan posisi C2 pada 0 m, elektroda C1 pada posisi 5 m, elektroda P1 pada posisi 10 m

    P2 pada posisi 15 m, seterusnya sampai posisi semetris terakhir, yaitu posisi C2 30 m, C1

    pada 35 m, P1 pada 45m, dan P2 padaposisi 50 m.Pengukuran selanjutnya dilanjutkan untuk

    lintasan 2 dan 3, dengan konfigurasi yang sama ( dipole-dipole ) dan jarak yang sama ( sesuai

    nomer 1,2,3 ) sampai dengan n=7.

  • 11

    3.3.2 Konfigurasi Wenner

    Pada praktikum ini digunakan metode geolistrik dengan konfigurasi wenner,

    tepatnya konfigurasi wenner alpha dengan langkah kerja sebagai berikut,dengan peralatan

    seperti yang tertera diatas. Kemudian meteran dipasang pada daerah yang akan digunakan

    untuk eksperimen kemudian dipatok setiap ujungnya. Setelah itu dipasang elektroda arus

    C1,C2 dan elektroda potensial P1,P2 dengan spasi a=3 meter, luas lapangan yang akan

    disurvei sepanjang 50 meter dan jumlah n=5. Untuk n=1 ada 16 titik, n=2 ada 13 titik, n=3

    ada 10 titik, n=4 ada 7 titikdan n=5 ada 4 titik. Seperti gambar berikut ini:

    Gambar 3.10 Konfigurasi Wenner

    3.4 Langkah-Langkah Pengolahan

    3.4.1 Konfigurasi dipole-dipole

    Tahapan awal yang dilakukan ialah disusun letak elektroda arus (C) dan potensialnya

    (V). kemudian dilakukan pembacaan nilai resistivitasnya melalui resistivity meter. Ketikan

    dilakukan perpindahan elektoda yaitu semua elektrodanya digeser dengan spasi 3m antar

    elektroda satu dan elektroda lainnya. Begitu seterusnya sampai mencapai datum (n) yang ke 5.

    Selanjutnya, ketika data resistivitas semua telah di dapatkan, maka dapat di lakukan

    pengolahan data untuk dimasukkan ke dalam software untuk dilakukan interpretasi. Software

    yang di pergunakan adalah RES2DINV. Tetapi sebelum itu datanya terlebih dahulu di olah

    pada Microsoft Exel dan data.txt agar dapat di terjemahkan pada software RES2DINV.

    Berikut ialah langkah-langkah pngolahan datanya:

  • 12

    Pertama, data yang diperoleh dari hasil akuisisi adalah datum, spasi, lapisan, arus, dan

    tahanan jenis. Namun karena pada pengolahan menggunakan Res2dinv diperlukan data

    datum, spasi, dan rho (), maka data yang ada perlu diolah terlebih dahulu. Langkah pertama

    yang dilakukan untuk mengolah data agar dapat dimasukkan ke dalam Res2dinv adalah

    memasukkan data ke dalam Microsoft Excel dan telah di masukkan nilai K dan rho ().

    Gambar 3.11 Data Konfigurasi Dipole-dipole dalam Microsoft Excel

    Setelah itu buka jendela Excel yang baru dan copy-paste data yang akan dimasukkan

    ke dalam Res2dinv (datum, spasi, dan rho). Pada 6 baris pertama kolom datum, secara berurut

    dicantumkan nama konvigurasi yang digunakan, spasi yang digunakan, nomor jenis

    konfigurasi, lalu angka 1 dan 0 sebagai bawaan program. Selain itu pada kolom yang sama

    namun diurutan terakhir juga di tuliskan angka nol secara berurutan sebanyak 5 kali. Simpan

    data ini dengan menggunakan format .TXT kemudian ubah ke format .dat. Hasilnya dapat

    dilihat seperti gambar berikut ini.

  • 13

    Gambar 3.12 Format data konfigurasi dipole-dipole

    Data di atas sudah dapat diolah dalam Res2dinv, sehingga langkah berikutnya yang

    perlu dilakukan adalah membuka Res2dinv. Untuk memasukkan data dengan format .dat yang

    telah diolah terlebih dahulu, klik File->Read Data File, kemudian pilih data yang telah

    disimpan dalam format .dat. Mak.a akan muncul seperti gambar berikut.

    Gambar 3.13 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi dipole-dipole

    Klik OK hingga kotak dialognya selesai. Kemudian untuk menampilkan pemetaan

    resistivitas bawah permukaan, pada menu bar klik inversion->carry out inversion dan save

    dengan format INV, OK. Otak-atik menu change setting pada menu bar untuk mendapatkan

    nilai error yang lebih kecil. Untuk menyimpan gambar klik print-save schreen as BMP file.

  • 14

    3.4.2 Konfigurasi Wenner

    Pada konfigurasi ini, tahapan pengolahan datanya hingga ke software pada dasarnya

    sama pada konfigurasi dipole-dipole, yaitu menggunakan RES2DINV. Data yang diperoleh

    dari hasil akuisisi adalah datum, spasi, lapisan, arus, dan tahanan jenis. Namun karena pada

    pengolahan menggunakan Res2dinv diperlukan data datum, spasi, dan rho (), maka data

    yang ada perlu diolah terlebih dahulu. Langkah pertama yang dilakukan untuk mengolah data

    agar dapat dimasukkan ke dalam Res2dinv adalah memasukkan data ke dalam Microsoft

    Excel dan telah di masukkan nilai K dan rho ().

    Gambar 3.14 Data konfigurasi Wenner pada Microsoft Excel

    Setelah itu buka jendela Excel yang baru dan copy-paste data yang akan dimasukkan

    ke dalam Res2dinv (datum, spasi, dan rho). Pada 6 baris pertama kolom datum, secara berurut

    dicantumkan nama konvigurasi yang digunakan, spasi yang digunakan, nomor jenis

    konfigurasi, lalu angka 1 dan 0 sebagai bawaan program. Selain itu pada kolom yang sama

    namun diurutan terakhir juga di tuliskan angka nol secara berurutan sebanyak 5 kali. Simpan

    data ini dengan menggunakan format .TXT kemudian ubah ke format .dat. Hasilnya dapat

    dilihat seperti gambar berikut ini.

  • 15

    Gambar 3.15 Format data konfigurasi Wenner

    Data di atas sudah dapat diolah dalam Res2dinv, sehingga langkah berikutnya yang

    perlu dilakukan adalah membuka Res2dinv. Untuk memasukkan data dengan format .dat yang

    telah diolah terlebih dahulu, klik File->Read Data File

    Gambar 3.16 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi Wenner

    Kemudian untuk menampilkan pemetaan resistivitas bawah permukaan, pada menu

    bar klik inversion->carry out inversion dan save dengan format INV, OK.

    3.4.3 Konfigurasi Schlumberger

    Data yang telah diperoleh dari hasil praktikum lapangan, diolah menggunakan

    beberapa software. Konfigurasi Wenner dan Dipole-dipole diproses dengan menggunakan

    software Res2dinv , sedangkan pengolahan data dari konfigurasi schlumberger menggunakan

  • 16

    dua software, yang pertama yaitu software IPI2WIN kemudian dilanjutkan dengan software

    Progress3.

    Pertama jalankan aplikasi IPI2WIN kemudian klik file-New VES point, kemudian

    muncul dialog box seperti pada gambar di bawah ini.

    Gambar 3.17 Dialog box pada IPI2WIN

    Inputkan data-data yang diperlukan yaitu AB/2, MN, V, dan I, sedangkan nilai K dan

    Ro_a akan terisi secara otomatis. Kemudian save datanya, maka akan muncul gambar seperti

    berikut ini.

    Gambar 3.18 Tampilan gambar input dan hasil dari konfigurasi Schlumberger

  • 17

    Lalu atur kurva merah agar mendekati kurva hitam dengan menggerakkan garis biru

    hingga diperoleh nilai error yang kecil. Kemudian split layernya hingga berjumlah 12 dan di

    save

    Gambar 3.19 Curva dari hasil konfigurasi Schlumberger setelah diatur

    Setelah data di atas di simpan, lalu klik di file-add file- dan dibuka data yang telah

    disimpan tadi. Makan akan muncul resistivity section seperti gambar di bawah ini

    Gambar 3.20 Resistivity Section konfigurasi Schlumberger dengan IPI2WIN

  • 18

    Sebenarnya untuk konfigurasi Schlumberger ini masih bisa diproses dan diolah lagi

    agar hasilnya lebih mendekati dengan menggunakan software Progress 3.0 namun pada

    percobaan kali kami (kelompok 6) gagal menggunakan software tersebut padahal kami sudah

    mengikuti langkah-langkah yang diberi asisten praktikum ataupun langkah-langkah yang

    kami dapatkan di internet. Berikut ini gambar printscreen dari dialog box pada Progress 3.0

    Gambar 3.21 Tampilan dialog box pada Progress 3.0

  • 19

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Konfigurasi Dipole-dipole (Res2dinv)

    Pada pengukuran dengan menggunakan metode dipole-dipole didapatkan suatu data

    pengamatan berupa nilai a yaitu spasi antar elektroda, kali ini spasi yang digunakan adalah 5

    meter. Nilai keempat hambatan yang terbaca di resistivitymeter dihitung nilai rata-ratanya,

    posisi datum point yang disimbolkan dengan huruf n. Kemudian semua data tersebut

    dimasukkan ke dalam program Microsoft Excel untuk dilakukan perhitungan.

    Dari hasil perhitungan tersebut nantinya akan diketahui faktor geometri(k) yang

    digunakan. Setelah itu bisa didapatkan nilai resistivitas semu dengan perhitungan yang

    dilakukan di Microsoft Excel. Lalu setelah mengetahui nilai dari datum point, spasi, n, dan

    resistivity semu, semua nilai tersebut dipindahkan ke dalam Notepad dengan format seperti

    Gambar 4.1 Format data konfigurasi Dipole-dipole

  • 20

    Dari data tersebut kemudian save-asdengan format .dat agar file tersebut dapat terbaca

    di aplikasi Res2dinv. Kemudian buka aplikasi dan buka file dengan format .dat, maka akan

    keluar hasilnya seperti gambar 4.2 berikut ini

    Gambar 4.2 Hasil keluaran konfigurasi dipole-dipole (Res2dinv)

    Dari gambar hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedalaman yang mampu

    diukur dengan panjang lintasan 50 meter adalah sedalam 9 meter. Pada lapangan rektorat

    hingga kedalaman sekitar 2,65 meter didominasi oleh warna biru yang berarti meiliki nilai

    resistivitas sekitar 0-4 ohm, lalu sekitar kedalaman 4,62-6,79 meter didominasi oleh warna

    kuning dan hijau yang berarti memiliki nilai resistivitas sekitar 4,96-100 ohm m, sedangkan

    pada kedalaman sekitar 9 meter mulai keluar warna merah yang berarti memiliki nilai

    resistivitas sekitar 101-277 ohm m. Berdasarkan dari referensi yang saya dapatkan hingga

    kedalaman 6,79 Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya terdiri atas batuan kapur, clay atau

    lempung, dan soil hingga topsoil. Kemudian pada kedalaman sekitar 9,18 meter terdiri dari

    gravel atau kerikil dan pasir.

  • 21

    Menurut percobaan dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole di Lapangan

    Rektorat Universitas Brawijaya hingga kedalaman sekitar 9 meter struktur bawah

    permukaanya terdiri atas clay, batuan kapur, topsoil, gravel, dan pasir.

    4.2 Konfigurasi Wenner (Res2dinv)

    Pada Konfigurasi ini diperoleh hasil dari pemetaan resistivitasnya yaitu menggunakan

    software RES2DINV sebagai berikut

    Gambar 4.3 Hasil keluaran konfigurasi Wenner (Res2dinv)

    Berdasarkan gambar dari hasil percobaan menggunakan konfigurasi Wenner yang

    diolah atau diproses dengan menggunakan Res2dinv, konfigurasi ini hanya mampu membaca

    kedalaman struktur bawah permukaan hingga 6 meter. Pada kedalaman dari 0-2,5 meter

    didominasi oleh warna biru yang berarti pada lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas antara

    10,5-12,5 ohm m. Lalu, pada kedalaman 2,5-4 meter didominasi oleh warna hijau dan kuning

    yang berarti lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas antara 12,5-15,6 ohm m. Sedangkan

    dari kedalaman 4-6 meter didominasi warna merah hingga ungu yang berarti lapisan tersebut

    memiliki nilai resistivitas antar 15,6-19 ohm m.

    Dari referensi yang saya dapatkan, Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya hingga

    kedalaman sekitar 6 meter diperkirakan struktur bawah tanahnya terdapat clay, batuan kapur,

    dan juga topsoil.

  • 22

    Gambar 4.4 Tabel referensi nilai resistivitas batuan

    4.3 Konfigurasi Schlumberger (IPI2WIN)

    Berdasarkan dari hasil keluaran pada resistivity section pada IPI2WIN seperti pada

    gambar 3.20, diketahui bahwa pada tampilan resistivity cross-section terdapat perbedaan

    warna yang berbeda-beda. Warna tersebut di tentukan berdasarkan tingkat resistivitasnya

    yaitu pada warna merah memiliki tingkat resistivitas yang lebih tinggi di bandingkan dengan

    warna-warna lainnya seperti yang terlihat pada keterangan yang ditampilkan berdasarkan

    warna. Selain itu juga dapat dilihat bahwa adanya perpotongan antar warna yang

    mengindikasikan bahwa pada kedalaman tersebut terdapat perubahan lapisan . kemungkinan

    pada lapisan yang paling atas yaitu yang terletak pada H=1m dapat di indikasikan bahwa

    terdapat singkapan batuan lempung yang telah terkontaminasi oleh air sehingga memiliki nilai

    resitivitas yang cukup rendah. Sedangkan pada lapisan selanjutnya yang berwarna merah

  • 23

    dapat di indikasikan bahwa terdapat singkapan batuan yang cukup kompak dan memiliki

    porositas yang cukup kecil sehingga tidak dapat meloloskan fluida. Sedangkan untuk nilai

    errornya dapat diatur yaitu dapat ditarik garis merah dan dibiru. Semakin berdekatnya garis

    hitam dan biru maka error yang dihasilkan semakin kecil seperti yang di tampilkan pada table

    pada hasil interpretasi.

  • 24

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan dari percobaan dan hasil yang didapatkan dari percobaan maka dapat

    simpulkan antara lain sebagai berikut:

    1. Prinsip kerja metode geolistrik tahanan jenis adalah dengan menginjeksikan arus ke

    bawah permukaan bumi sehingga diperoleh beda potensial, yang kemudian akan

    didapatkan informasi mengenai tahanan jenis batuan. Hal ini dapat dilakukan dengan

    menggunakan keempat elektroda yang disusun sebaris, salah satu dari dua buah

    elektroda yang berbeda muatan digunakan untuk mengalirkan arus ke dalam tanah,

    dan dua elektroda lainnya digunakan untuk mengukur tegangan yang ditimbulkan oleh

    aliran arus tadi, sehingga resistivitas bawah permukaan dapat diketahui. Prinsip ini

    dapat digunakan pada ketiga konfigurasi tersebut namun yang berbeda hanya letah

    elektroda arus C dan potensial P.

    2. Struktur bawah tanah suatu permukaan dapat diperkirakan dengan mengetahui nilai

    resistivitas pada lapisan tersebut

    3. Setiap konfigurasi memiliki keunggulan dan kekurangan yang berbeda. Misalnya pada

    konfigurasi Wenner nilai error yang didapatkan dari hasil kecil namun hanya dapat

    mengukur kedalaman hingga 6 meter (jika bentangan panjang lokasi survey 50

    meter), sedangkan pada konfigurasi dipole-dipole dapat menghitung nilai resistivitas

    dengan kedalaman sekitar 9 meter (jika bentangan panjang lokasi survey 50 meter)

    namun dengan nilai error yang lumayan besar.

    4. Untuk menentukan konfigurasi mana yang ingin dipakai tergantung dari tujuan dan

    lokasi tempat survey

    5.2 Saran

    Dalam melakukan percobaan, tiap kelompok sebaiknya membagi tiap anggotanya

    membagi beberapa regu untuk diberi tugas masing-masing tiap regunya agar percobaan dapat

    berlangsung lancar dan percobaan tidak memakan banyak waktu. Lalu begitupun dalam

    pengolahan data di software, sebaiknya tugas untuk mengolah data konfigurasi Wenner,

    Schlumberger, dan Dipole-dipole dibagi menjadi regu lagi.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Andriyani, S., dkk.2010. METODE GEOLISTRIK IMAGING KONFIGURASI DIPOLE-

    DIPOLE DIGUNAKAN UNTUK PENELUSURAN SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH PADA

    KAWASAN KARST DI PACITAN, JAWA TIMUR. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

    Broto, S. dan Afifah R.S.2008.PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK DENGAN METODE

    SCHLUMBERGER. Semarang: Jurusan Teknik Geologi Universitas Diponegoro

    Gokdi, H., dkk.2012. MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN

    METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI

    PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU. Pekanbaru: Fakultas MIPA, Universitas

    Binawidya

    Prastiawan, A., dkk.2007. Pencitraan Data Geolistrik Resistivitas Dengan Surfer 10

    Berdasarkan Hasil Inversi Res2dinv 3.56 Untuk Identifikasi Lapisan Aspal Di Dusun

    Lagunturu Desa Suandala Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Universitas Negri Malang

    Telford, W, M, Geldart, L, P, Sheriff, R, E, & Keys, D, A. 1990. Applied Geophysics.

    Cambridge University Press. New York. London. Melbourne.

    Waluyo dan Edy Hartantyo. 2000.Teori Dan Aplikasi Metode Resistivitas.Yogyakarta :

    Laboratorium Geofisika, Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA UGM.