geofisika_ Aplikasi Geolistrik
-
Upload
taufikhidayat -
Category
Documents
-
view
98 -
download
0
description
Transcript of geofisika_ Aplikasi Geolistrik
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 1/18
geofisika
Sabtu, 10 Juli 2010
Aplikasi Geolistrik
A. JUDUL
Analisa Potensi Emas Mengunakan Metoda Geolistrik Induksi Polarisasi
Konfigurasi dipole-dipole di Kenagarian Padang Sibusuk Kecamatan
Kupitan Kabupaten Sijunjung
B. BIDANG KAJIAN
Geofisika
C. PENDAHULUAN
Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai logam mulia.
Elemen ini memiliki nomor atom 79 dan nama kimia aurum atau Au. Emas
memiliki sifat fisik yang sangat stabil, tidak korosif atau tidak lapuk dan
jarang bersenyawa dengan unsur kimia lain. Konduktifitas elektrik dan
termalnya sangat baik, malleable sehingga dapat dibentuk dan juga
bersifat ductile. Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku
perhiasan dan benda-benda seni, selain itu karna konduktif emas
digunakan dalam aplikasi elaktronik. Emas juga digunakan dalam bidang
fotografi dan pengobatan (Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Landak Kalimantan Barat, 2008)
Salah satu daerah penghasil emas adalah Kenagarian Padang
Sibusuk Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung. Jarak nagari Padang
Sibusuk dengan Ibukota Provinsi Sumatera Barat Kota Padang berkisar
antara 80 90 km. Penduduk asli Kenagarian Padang Sibusuk sebagian
besar bertani, dan ada juga yang bekerja di pemerintahan maupun sektor
swasta. Beberapa tahun terakhir ini muncul pekerjaan baru yaitu
menambang emas. Menurut data dari map of local economy (Sarjadi,
2009) persentase jumlah penduduk yang melakukan penambangan dan
penggalian di Kabupaten Sijunjung sekitar 15,55% dari jumlah penduduk,
dan di tingkat nagari sekitar 15% atau kurang lebih berjumlah 1050
orang. Perekonomian masyarakat Padang Sibusuk meningkat, terlihat
dari rumah-rumah sudah dibangun dengan megah, kendaraan bermotor
ditemui disetiap rumah, dan banyak masyarakat Padang Sibusuk yang
menunaikan ibadah haji berkat emas yang ditambangnya.
Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di Kenagarian
Padang Sibusuk merupakan pertambangan rakyat. Pertambangan ini
dilakukan dengan cara menggali lahan persawahan yang dianggap
mengandung emas dengan menggunakan eskapator. Kedalaman
penggalian emas sekitar 10-15 meter, batu-batu di dalamnya diangkat
kemudian pasirnya dihisap dan disaring pakai mesin diesel, lalu pasir
Join this sitew ith Google Friend Connect
There are no members yet.Be the first!
Already a member? Sign in
Pengikut
2010 (1)
Juli (1)
Aplikasi Geolistrik
Arsip Blog
geofisika
orangnya bisa di nilai
dari photonya n
tulisannya kale ya..
Lihat profil lengkapku
Mengenai Saya
Bagikan 0 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 2/18
yang diperoleh didulang untuk memperoleh emas. Tambang emas yang
dilakukan oleh masyarakat Padang Sibusuk memberikan dampak negatif
berupa rusaknya struktur tanah yang tadinya bisa dimanfaatkan untuk
bertani sekarang tinggal bebatuan dan pasir. Bekas tambang membentuk
danau-danau kecil sehingga batas tanah antara seorang dengan orang lain
menjadi tidak jelas, yang apabila tidak diurus akan menjadi sengketa atau
perselisihan dikemudian hari (Hardiwan, 2006).
Berdasarkan survey lokasi, pertambangan emas yang dilakukan
masyarakat Padang Sibusuk umumnya berlokasi di area persawahan dan
di pinggir sungai. Penambangan dilakukan secara berpindah-pindah dari
lokasi yang satu ke lokasi yang lain. Pemilihan lokasi tambang dilakukan
berdasarkan perkiraan saja, akibatnya beberapa area persawahan di
Kenagarian Padang Sibusuk menjadi rusak dan tidak bisa lagi di
manfaatkan. Daerah yang menjadi bekas tambang dan tidak bisa
dimanfaatkan lagi untuk pertanian adalah daerah Batang Laweh dan
Lubuk Batu. Berdasarkan dampak dari pertambangan rakyat, diperlukan
adanya penelitian untuk mendeteksi distribusi emas di Kenagarian
Padang Sibusuk sebagai informasi awal bagi masyarakat Padang Sibusuk
untuk melakukan eksplorasi selanjutnya.
Salah satu metode yang tepat untuk mendeteksi distribusi
keberadaan endapan emas di bawah permukaan adalah dengan
menggunakan metode geolistrik. Metode geolistrik sendiri didefinisikan
sebagai suatu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di
dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi. Metoda
geolistrik terdiri dari beberapa metoda antara lain metoda geolistrik
tahanan jenis, IP (Indeks Polarization), potensial diri (Self Potensial) dan
lain-lain. Setiap metoda memberikan manfaat dan pengukuran yang
berbeda. Salah satu metoda geolistrik yang baik digunakan untuk
eksplorasi mineral logam adalah metoda induksi polarisasi atau metoda
polarisasi terimbas, prinsip kerja dari metoda induksi polarisasi ini adalah
untuk mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-
mineral logam di bawah permukaan bumi (Reynold, 1997).
Metoda Induksi Polarisasi (IP) merupakan metoda geolistrik,
yang dalam geofisika umumnya di bidang eksplorasi logam dasar (base-
metal). Metoda ini banyak digunakan dalam eksplorasi logam dasar
karena adanya fenomena polarisasi yang terjadi di dalam suatu mediun
batuan. Fenomena polarisasi itu menandakan adanya kandungan logam di
bawah permukaan yang tidak terdeteksi dengan baik jika hanya
menggunakan metoda geolistrik resistivitas. Sehingga, dalam eksplorasi
logam dasar umumnya dilakukan dengan menggabungkan dua metoda
yaitu metoda IP dan resistivitas (Telford, 1990). Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemetaan
Sebaran Emas Menggunakan Metoda Induksi Polarisasi di Daerah
Persawahan Kenagarian Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan
Kabupaten Sijunjung.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diajukan, dirumuskan masalah
penelitian ini yaitu bagaimana peta distribusi emas di Kecamatan Kupitan
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 3/18
Kabupaten Sijunjung ditinjau dengan metode Induksi Polarisasi
E. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat keterbatasan waktu, biaya, kemampuan peneliti, dan
penelitian ini mampu memberikan jawaban terhadap masalah yang di
kemukakan, dibuatlah pembatasan dalam kajian penelitian ini, yaitu:
1. Metode geolistrik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metoda
geolistrik induksi polarisasi jenis konfigurasi dipole-dipole
2. Penelitian dilakukan di Kenagarian Padang Sibusuk yaitu di Padang
Bonei Bawah pada koordinat 00 42 0,61 LS dan 1000 50 37,5 BT
dan Padang Bonei Atas pada koordinat 00 42 03,6 LS dan 1000 50
36,71 BT, ketinggian 211 meter diatas permukaan lautLuas medan
pengukuran sekitar 14625 m2
3. Lintasan pengukuran terdiri dari 5 lintasan
F. PERTANYAAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yaitu :
1. Berapa nilai tahanan jenis emas di Kenagarian Padang Sibusuk
menggunakan metoda Induksi Polarisasi berdasarkan hasil
pengukuran yang dilakukan
2. Bagaimanakah Penyebaran emas di Kenagarian Padang Sibusuk
Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung
G. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui nilai tahanan jenis, menggunakan metode Induksi
Polarisasi untuk konfigurasi Dipole-dipole di Kecamatan Kupitan
Kabupaten Sijunjung
2. Memetakan penyebaran emas di Kenagarian Padang Sibusuk
Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung
H. KONTRIBUSI PENELITIAN
1. Sebagai informasi data awal geologi bawah permukaan bagi pihak
Dinas Pertambangan dan Pemerintah Daerah dalam membuka
tambang di lokasi yang tepat
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan acuan bagi
penelitian lanjutan
3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang.
I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Mineral Emas Dan Proses Terbentuknya
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), massa jenisnya
19,3 gr/cm3. Warnanya kuning emas, kekerasaanya rendah sehingga
dapat dipotong dengan pisau dan mudah diubah bentuknya. Bentuknya
di alam tidak teratur, ukuran butirnya bervariasi tetapi sering kali
mikroskopis dan bahkan sukar dilihat (Munir, 1996)
Mineral pembawa emas biasanya berpadu dengan mineral ikutan
(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa,
karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral nonlogam.
Mineral pembawa emas juga berpadu dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ,
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 4/18
elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan
unsur-unsur belerang (Alamsyah, 2006).
Emas berasal dari suatu reservoar yaitu inti bumi dimana air
magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida, ion natrium, dan
ion kalium mengangkut logam emas ke permukaan bumi.
Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau
disebut zona alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal
merupakan suatu zona dimana air yang berasal dari magma atau
disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan bumi. Celah dari
hasil aktivitas Gunungapi menyebabkan air magmatik yang
bertekanan tinggi naik ke permukaan bumi. Saat air magmatik yang
yang berwujud uap mencapai permukaan bumi terjadi kontak dengan
air meteorik yang menyebabkan ion sulfida dan ion klorida yang
membawa emas terendapkan. Air meteorik biasanya menempati zona-
zona retakan-retakan batuan beku yang mengalami proses alterasi
akibat pemanasan oleh air magmatik. Seiring dengan makin
bertambahnya endapan dalam retakan-retakan tersebut, semakin
lama retakan-retakan tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari
logam-logam yang mengandung ion-ion kompleks yang mengandung
emas. Zona alterasi yang potensial mengandung emas dapat
diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit atau tembaga pada suatu
reservoar yang tersusun atas batuan intrusif misalnya granit atau
diorite (Kurniawan, 2010).
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengendapan di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses
metasomatisme yaitu kontak yang terjadi antara bebatuan dengan air
panas (hydrothermal) atau fluida lainnya. Genesis emas dikategorikan
menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser (Alamsyah,
2006) Berdasarkan temperatur, tekanan dan kondisi geologi pada saat
pembentukan emas dapat dibagi menjadi 3 jenis
1) Endapan Hipotermal
Endapan ini terbentuk pada temperatur 300C - 600C
pada kedalaman > 12.000 meter. Endapan ini merupakan endapan
urat (vein) dan penggantian (replacement) yang terbentuk pada
temperatur dan tekanan tinggi. Pada endapan ini, biasa terdapat
mineral logam yang berupa bornit, kovelit, kalkosit, kalkopirit,
pirit, tembaga, emas, wolfram, molibdenit, seng dan perak.
Mineral logam tersebut berasosiasi dengan mineral - mineral
pengotor seperti piroksen, amfibol, garnet, ilmenit, spekularit,
turmalin, topaz, mika hijau dan mika cokelat (Warmada, 2007)
2) Endapan Mesotermal
Endapan ini terbentuk pada suhu 200-4000C dan
kedalaman bekisar 3.000 meter sampai 12.000 meter. Endapan ini
terletak agak jauh dari tubuh intrusi, maka sumber panas yang
utama berasal dari fluida panas yang bergerak naik dari lokasi
intrusi menuju lokasi terbentuknya endapan ini. Fluida tersebut
berasal dari meteorik water yang masuk menuju lokasi intrusi dan
mengalami pemanasan yang selanjutnya naik menuju lokasi
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 5/18
endapan mesotermal.
Logam utama yang terdapat pada endapan ini antara lain
emas, perak, tembaga, seng dan timbal. Mineral bijih yang
ditemukan berupa sulfida, arsenida, sulfantimonida, dan
sulfarsenida. Pirit, kalkopirit, sfalerit, galena, tetrahedrit, dan
tentalit serta emas stabil merupakan mineral bijih yang paling
banyak ditemukan. Mineral pengotor yang dominan adalah
kuarsa namun selain itu juga dijumpai karbonat seperti kalsit,
dolomit, ankerit dan sedikit siderit, florit yang merupakan
asosiasi penting (Kamar, 2006)
3) Endapan epitermal Endapan ini terbentuk pada suhu 50C - 250C
yang berada dekat permukaan bumi dan terletak pada kedalaman
paling jauh dari tubuh intrusi, dan terbentuk pada kedalaman 1
km . Sumber panas yang utama pada endapan ini berasal dari
fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi menuju lokasi
terbentuknya endapan ini. Dengan kata lain, fluida panas tersebut
telah melewati zona endapan mesotermal ( Warmada, 2007)
2. Distribusi Arus Pada Medium Homogen
Bumi diasumsikan bersifat sebagai medium homogen yang
memiliki harga tahanan jenis diinjeksikan arus sebesar I, maka
arus akan mengalir secara radial seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bentuk tiga dimensi
permukaan
ekipotensial
mediumhomogen
(Reynold,
1997 : 424)
Potensial
atau jatuh tegangan antara kedua titik di permukaan dapat dijelaskan
dengan gradien potensial, tanda minus (-) menunjukan
bahwa potensial berkurang sebanding dengan distribusi arus. Rapat
arus yang dilambangkan dengan J merupakan perbandingan kuat arus
I terhadap luas distribusi arus. Arus tidak mengalir ke udara
disebabkan udara merupakan isolator yang kuat. Bentuk distribusinya
setengah permukaan bola, dengan luas dengan demikian rapat
arus akan berkurang seiring bertambahnya jarak titik acuan dari
sumber arus (Reynolds: 1997: 424-425). Perubahan beda potensial
melewati kulit bola dengan ketebalan adalah :
= -
dengan mengganti nilai J adalah perbandingan kuat arus dengan luas
distribusi arus didapatkan harga
= - (1)
sehingga potensial V pada titik r dari sumber arus adalah :
V(r) = =
= (2)
Persamaan (2) memperlihatkan bahwa nilai beda potensial (V)
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 6/18
berbanding terbalik dengan jarak , yang berarti yaitu jika semakin
jauh suatu titik dari sumber arus maka beda potensial (V) pada titik
tersebut semakin kecil, begitu juga hal sebaliknya jika semakin dekat
suatu titik dengan sumber arus maka beda potensial (V) pada titik
tersebut akan semakin besar.
Kelistrikan batuan dapat dipelajari dari respon yang diberikan
oleh batuan saat arus dialirkan. Respon yang diberikan tersebut
sebanding dengan harga tahanan jenis yang dimiliki oleh batuan itu.
Secara teoritis kelistrikan dari batuan yaitu besarnya nilai tahanan
yang diberikan batuan saat arus dialirkan kepadanya, dan besarnya
nilai tahanan dinyatakan sebagai nilai tahanan jenis () (Reynolds,
1997)
Resistivitas atau tahanan jenis merupakan parameter sifat fisis
yang menunjukan daya hambat suatu medium (batuan) dalam
mengalirkan arus listrik. Jika bumi diasumsikan homogen, isotropis,
dimana resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya
(true resistivity) dan tidak tergantung pada spasi (jarak) antar
elektroda. Bumi terdiri dari lapisan-lapisan (heterogen) dengan
yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan
potensial dari pengaruh lapisan-lapisan tersebut. Harga resistivitas
yang terukur merupakan resistivitas gabungan dari beberapa lapisan
tanah yang dianggap sebagai satu lapisan (apparent resistivity) dan
besar nilai tergantung oleh faktor geometri susunan elektrodanya
(Telford, 1990).
4. Metode Induksi Polarisasi
Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk
menyelidiki kondisi bawah permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat
aliran listrik pada batuan di bawah permukaan bumi. Penyelidikan ini
meliputi pendeteksian besarnya medan potensial, medan
elektromagnetik dan arus listrik yang mengalir di dalam bumi baik
3. Resistivitas Emas
Resistivitas suatu medium atau bahan dipengaruhi oleh beberapa
faktor
Kandungan air atau fluida
Salinitas atau kandungan garam
Temperature
Porositas
Kandungan lempung
Kandungan logam
Emas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai
resistivitas suatu medium atau bahan, disebabkan memiliki sifat
menghantarkan panas dan arus listrik. Emas merupakan konduktor
yang baik dengan konduktivitas termal sebesar 317 W m-1 K-1 . Nilai
tahanan jenis emas pada suhu 200C adalah 2.2 x 10-8 m (Charles
dan Robert, 2009). Berdasarkan nilai konduktifitas termal dan nilai
tahanan jenis emas tersebut dapat disimpulkan bahwa Konduktor
yang baik memiliki nilai resistivitas yang rendah
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 7/18
secara alamiah (metoda pasif) maupun akibat injeksi arus ke dalam
bumi (metoda aktif) dari permukaan. Metode geolistrik mempunyai
prinsip dasar mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan mengukur
kembali potensial yang diterima di permukaan (Berau, 2009).
Polarisasi adalah kemampuan batuan untuk menciptakan atau
menyimpan sementara energi listrik, pada umumnya lewat proses
elektrokimia. Induksi polarisasi adalah efek yang muncul saat batuan
terinduksi oleh energi listrik yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui batuan, dan batuan itu menyimpan induksi untuk sememtara
(Nurhakim, 2006). Jadi metode Induksi Polarisasi adalah metode yang
didasarkan atas fenomena polarisasi yang terjadi di dalam suatu
medium batuan.
Metode Induksi Polarisasi (IP) digunakan dalam eksplorasi logam
dasar karena adanya fenomena polarisasi yang terjadi di dalam suatu
medium batuan. Fenomena polarisasi tersebut menandakan adanya
kandungan logam di bawah permukaan yang tidak dapat terdeteksi
dengan baik jika hanya menggunakan metode geolistrik resistivitas.
Sehingga, dalam eksplorasi logam dasar umumnya dilakukan dengan
menggabungkan dua metode yaitu metode IP dan resistivitas (Telford,
1990). Ilustrasi fenomena induksi polarisasi dapat digambarkan
sebagai berikut (Gambar 3), arus searah (DC) dialirkan melalui
rangkaian empat elektroda dan dimatikan secara tiba-tiba, potensial
yang tertangkap pada elektroda potensial tidak turun langsung
menjadi nol namun arus turun secara perlahan yang disebut dengan
potential decay.
Gambar 3. (a) Ilustrasi dari potential decay setelah arus dimatikan
(b) Efek dari IP decay terhadap waktu pada injeksi arus
gelombang kotak. (Sumber: Lowrie, 2006 : 265)
a. Fenomena Induksi Polarisasi
Metode IP adalah salah satu metode geofisika dan sedang
berkembang pesat terutama dalam bidang tehnik pertambangan
yaitu eksplorasi mineral ekonomis dan geofisika lingkungan.
Metode IP pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode
geolistrik tahanan jenis dan mampu memberikan informasi
tambahan ketika tidak ditemukan kontras tahanan jenis yang
memadai. Metode ini memiliki teknis pengukuran yang tidak jauh
berbeda dengan pengukuran tahanan jenis.
Metode IP menggunakan efek polarisasi terinduksi sebagai
dasar kerjanya. Efek polarisasi terinduksi dapat diilustrasikan
dengan menggunakan empat elektroda, dimana pada elektroda
arus (C1 dan C2) dialiri arus listrik searah (DC) maka pada
elektroda potensial (P1 dan P2) akan terukur beda potensial (V),
sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 3. Ketika aliran arus
pada elektroda arus dihentikan, maka nilai beda potensial antara
kedua elektroda potensial tidak secara langsung bernilai 0
kembali, melainkan secara perlahan-lahan mengalami penurunan
sehingga bernilai 0. Medium yang mengalami efek tersebut
dinamakan medium yang dapat terpolarisasi (polarisable medium).
Grafik yang menggambarkan efek polarisasi terinduksi dapat
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 8/18
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4. Grafik penurunan potensial (Reynolds,1997)
b. Sumber Polarisasi Polarisasi pada suatu medium dapat terjadi
karena adanya penyimpan energi saat medium dialiri arus listrik.
Secara teoritis, bentuk energi yang tersimpan pada medium dapat
berupa energi mekanik (elektrokinetik) dan energi kimia
(elektrokimia). Penyimpanan energi secara elektrokimia ini dapat
diakibatkan oleh :
1) Variasi mobilitas ion dalam fluida yang terkandung pada
medium.
2) Variasi antara jalur penghantaran secara elektronik, hal ini
terjadi jika di dalam medium terdapat mineral logam.
Efek elektrokimia disebut sebagai polarisasi elektroda
atau over voltage effect. Efek ini biasanya lebih besar
dibandingkan efek polarisasi membran, dimana besarnya sangat
tergantung pada kandungan mineral logam yang ada dalam
medium batuan (Telford , 1990).
c. Polarisasi Elektroda
Model penampang melintang sebuah batuan dalam skala
mikroskopis dan terdapat larutan elektrolit yang mengisi pori
pori batuan tersebut diasumsikan dengan Gambar 5. Dalam hal
menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit yang mengisi pori-
pori batuan merupakan media yang baik untuk menghantarkan
arus listrik. Jika terdapat partikel partikel mineral yang bersifat
logam terdapat pada jalur pori pori batuan, maka partikel
partikel mineral yang bersifat logam akan menghambat aliran arus
listrik dalam bentuk akumulasi ion positif dan ion negatif saat arus
diinjeksikan yang diasumsikan pada Gambar 5. Namun jika tidak
terdapat partikel partikel mineral yang bersifat logam pada jalur
pori pori batuan, maka saat arus diinjeksikan ion negatif dan ion
positif dapat mengalir dengan lancar.
Gambar 5. Model penampang melintang batuan dan gerakan
ion ion pada pori-pori batuan (Telford, 1990).
Saat arus yang diinjeksikan dihentikan maka ion - ion yang
mengalir akan berhenti bergerak dan kembali ke posisi stabil
awalnya. Hal yang sama juga terjadi pada ion ion yang
tertahan dalam bentuk akumulasi. Perbedaannya terdapat
pada waktu tempuh menuju posisi stabilnya. Waktu tempuh
ion ion yang mengalir kembali ke posisi stabil jauh lebih
cepat jika dibandingkan dengan ion ion yang tertahan.
Maka ion ion yang tertahan inilah yang mendominasi beda
potensial yang terukur setelah injeksi arus dimatikan tidak
langsung nol tetapi perlahan-lahan turun (Telford, 1990).
d. Teknik Pengukuran Induksi Polarisasi
Teknik pengukuran efek IP dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu pengukuran kawasan waktu dan pengukuran kawasan
frekuensi. Adapun penjelasan kedua teknik pengukuran kedua
teknik tersebut adalah:
1) Kawasan waktu ( time domain )
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 9/18
Tehnik pengukuran efek IP kawasan waktu berhubungan
erat dengan proses penurunan tegangan. Pada saat arus
diputus jika kita mengalirkan arus listrik berbentuk pulsa
persegi, maka seolah-olah terjadi pengisian dan pemutusan
arus secara periodik oleh kedua buah elektroda arus yang
terlacak pada saat pengukuran arus seperti pada Gambar 6,
pada kedua buah elektroda potensial, alat ukur potensial akan
melacak pulsa yang tidak persegi lagi, jika kita mengambil
sebuah pulsa maka akan terlihat jelas adanya penurunan
tegangan secara perlahan-lahan (decay). Tegangan pada saat
arus belum diputus dicatat sebagai tegangan primer (Vp)
sedangkan tegangan pada saat arus mulai diputus dicatat
sebagai tegangan sekunder (Vs) (Telford, 1990).
Gambar 6. Polarisasi pada Kawasan Waktu (Telford, 1990)
a) Efek Induksi Polarisasi
Parameter yang diperoleh dalam pengukuran ini
yaitu beda potensial primer (Vp), beda potensial sekunder
(Vs) dan waktu peluruhan. Beda potensial primer
merupakan beda potensial saat arus belum dimatikan,
sedangkan beda potensial sekunder merupakan beda
potensial yang terukur selama waktu peluruhan nilai beda
potensial hingga mencapai nilai nol. Untuk mengetahui
seberapa besar nilai perbandingan efek polarisasi pada
batuan kita bandingkan nilai Vp dan Vs untuk selang waktu
t1 kemudian dikalikan 100% (Telford, 1990).
(3)
dimana:
= tegangan sekunder pada saat
= tegangan primer
b) Chargeability
Chargeability atau M diperoleh dengan pengintegralan
waktu luruh (potensial decay) terhadap beda potensial
sebelum arus dimatikan.
dimana : t dan t adalah batas-batas
integrasi = tegangan sekunder pada saat (t) setelah arus
listrik diputus. = tegangan primer (Telford, 1990).
2) Pengukuran domain frekuensi
Pada pengukuran metode IP kawasan frekuensi adalah
mengukur persen perbedaan antara impedansi pada waktu
(4)
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 10/18
frekuensi tinggi dan frekuensi rendah. Jadi persen perbedaan
akan bertambah besar untuk batuan yang mempunyai sifat
polarisasi yang besar. Dalam kawasan ini sumber arus yang
dipakai adalah arus AC dan diukur potensialnya sebagai fungsi
dari frekuensi sumber arus yang digunakan (Telford, 1990)
Untuk mempolarisasikan suatu bahan dengan arus listrik
imbas ke suatu tingkat tertentu dibutuhkan waktu tertentu
tergantung dari jenis bahannya. Karena frekuensi berbanding
terbalik terhadap waktu, maka perbedaan respon tegangan
pada pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda
juga mencerminkan sifat polarisasi bahan yang bersangkutan.
Ini merupakan dasar pengukuran dalam kawasan frekuensi.
Ada beberapa parameter dalam kawasan frekuensi,
diantaranya adalah Resistivitas semu, Percent Frequency
Effect dan Metal Faktor
a) Resistivitas semu
Resistivitas atau tahanan jenis merupakan parameter
sifat fisis yang menunjukan daya hambat suatu medium
(batuan) dalam mengalirkan arus listrik. Jika bumi
diasumsikan homogen, isotropis, dimana resistivitas yang
terukur merupakan resistivitas sebenarnya (true resistivity)
dan tidak tergantung pada spasi (jarak) antar elektroda.
Tetapi pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan
(heterogen) dengan yang berbeda-beda, sehingga potensial
yang terukur merupakan potensial dari pengaruh lapisan-
lapisan tersebut. Karena itu, harga resistivitas yang
terukur merupakan resistivitas gabungan dari beberapa
lapisan tanah yang dianggap sebagai satu lapisan (apparent
resistivity) dan besar nilai tergantung oleh faktor geometri
susunan elektrodanya (Telford, 1990)
b) Percent Frequency Effect (PFE)
Pengukuran IP kawasan frekuensi didasari pengukuran
nilai resistivity dengan menggunakan frekuensi yang
berbeda. Frekuensi yang digunakan disebut frekuensi DC
untuk frekuensi rendah dan frekuensi AC untuk frekuensi
tinggi.
Gambar 7. Pengukuran IP kawasan frekuensi dengan
frekuensi yang berbeda, arus listrik denganfrekuensi tinggi (f1), frekuensi rendah (f2).
(Sumner dalam Virman )
Prosedur pengukuran kawasan frekuensi dilapangan
adalah mengalirkan arus listrik ke tanah dalam dua
frekuensi yang berbeda (Gambar 7), sebagai parameter
pengukuran di defenisikan frekuensi efek yang secara
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 11/18
matematik dapat ditulis
FE = (5)
dengan:
V1 = tanggap tegangan pada frekuensi tinggi
V2 = tanggap tegangan pada frekuensi rendah
Karena arus listrik yang dialirkan untuk setiap
frekuensi adalah konstan, maka persamaan (5) dapat
ditulis menjadi:
FE = (6)
Dengan :
= tahanan jenis pada frekuensi tinggi ( )
= tahanan jenis pada frekuensi rendah ( )
Sedangkan dalam bentuk persen (%) nilai FE
(frekuensi efek) dapat ditulis:
PFE = 100 (7)
dimana:
PFE = Persen Frekuensi Efek
= Tahanan jenis pada frekuensi tinggi ( )
= Tahanan jenis pada frekuensi rendah ( )
Frekuensi Effect didefienisikan sebagai perbandingan
antara selisih tegangan pada frekuensi rendah dengan
tegangan pada frekuensi tinggi, yang terukur pada
elektroda tegangan. Nilai FE atau PFE merupakan respon
dari keberadaan mineral yang terdapat dalam pori-pori
batuan. Semakin tinggi konsentrasi mineral dalam batuan
semakin besar nilai PFE. Sehingga diharapkan dengan
mengukur berapa besar nilai PFE pada suatu lapisan
batuan dapat diketahui persentasi jumlah mineral yang
terkandung di dalamnya. Konsep di atas yang menjadi
dasar mengapa metode IP kawasan frekuensi dapat
digunakan dalam melokalisir zona mineralisasi endapan
emas (Telford, 1990).
c) Metal Faktor (MF)
Dari hubungan PFE dan , didapat apa yang disebut
metal factor (MF) yang didefinisikan sebagai besaran yang
menentukan seberapa banyak mineral logam (misalnya
sulfida) dalam batuan.
Secara teori, hasil pengukuran IP dalam kawasan waktu
dan kawasan frekuensi menghasilkan hal yang sama.
Secara praktis konversi dalam kawasan waktu ke kawasan
frekuensi cukup sulit. Gelombang kotak yang digunakan
dalam kawasan waktu mengandung semua frekuensi.
Dalam Telford, 1990 dirumuskan :
(8)
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 12/18
(9)
Satuan MF adalah mhos per meter.
Perlu diperhatikan bahwa nilai MF kawasan waktu
tidak selalu sama dengan nilai MF kawasan frekuensi.
Parameter MF digunakan untuk mengkompensasi
parameter IP terhadap harga tahanan jenisnya.
5. Metoda Induksi Polarisasi konfigurasi Dipole-dipole
konfigurasi yang sering digunakan dalam metode Induksi
Polarisasi adalah konfigurasi Dipole-dipole
Gambar 8. Merupakan susunan konfigurasi Dipole-dipole
dimana :
AB : elektroda arus r1 = MB = 2a+na
MN : elektroda potensial r2 (MA) = r3 (NB) = a+na
AB = MN = a (dalam satuan meter) r4 = NA = na
Beda potensial antara titik N dan M untuk konfigurasi Dipole-dipole
dapat dituliskan pada persamaan menjadi
dimana :
(10)
Persamaan di atas disederhanakan menjadi :
(11)
K merupakan faktor geometri yang nilainya bervariasi
bergantung pada jarak dari a (spasi elektroda). Subtitusi nilai K
terhadap persamaan (11), sehingga diperoleh nilai resistivity tiap
kedalaman adalah :
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 13/18
(12)
Jarak antara pasangan elektroda arus adalah a, yang
besarnya sama dengan jarak pasangan elektroda potensial, n
adalah kelipatan yang dimulai dari 1,2,3,4,5,6.
6. Geologi Daerah Penelitian
a. Stratigrafi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kupitan Kabupaten
Sijunjung. Secara geografis terletak antara 1000 39 54 sampai
1000 39 45 BT dan 00 3954 sampai 00 39 45 LS dengan luas
82.01 Km2 dan dibatasi oleh Kota Sawahlunto dibagian utara,
Kabupaten Solok di bagian selatan, Kecamatan IV di bagian timur
dan Kecamatan Silungkang di bagian barat (Dinas Perhubungan
Informasi dan Komunikasi, 2009). daerah ini berada pada
ketinggian 100 meter sampai 1500 meter dari permukaan laut,
dengan kondisi topografi berbukit, bergelombang dan dataran
yang cukup bervariasi pada setiap wilayah, dengan rata-rata curah
hujan 11,2 hari/mm/bulan, memiliki suhu berkisar antara 210 330
C dan memiliki beberapa sungai besar dan kecil dengan jumlah 10
buah dengan panjang 578 Km (Lakip Pemda Kabupaten Sijunjung
(2004)).
b. Struktur Geologi
Struktur Geologi Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung
secara umum disusun oleh batuan sedimen klastis , dan batu pasir.
Gambar 9.
Peta
Geologi
Daerah
Penelitian
(Dinas
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 14/18
Pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung, 2010
Dari peta geologi diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan
Kupitan tersusun atas batuan sedimen klastis , dan batu pasir.
Disamping batuan sedimen klastis, dan batu pasir (sandstone) di
daerah Padang Sibusuk juga ditemukan sebaran batugamping.
Gambar 10
Gambar 10. Sebaran Batuan Pembawa Batu Gamping
(sumber: Dinas Pertambangan dan Mineral Kab.
Sijunjung, 2010)
Emas di daerah ini tersebar di dasar aliran sungai (DAS)
dan perbukitan, jenis emas yang terdapat didaerah ini berupa
emas primer dan emas aluvial (Dinas Pertambangan dan Energi
Kab.Sijunjung, 2010). Emas primer berupa bijih yang terikat
dengan bebatuan dan menyebar rata dalam material. Emas alluvial
berupa butiran lepas dan padat tetapi berada di permukaan tanah
atau di tepi sungai (Ambrosius, 2007).
Berdasarkan pendataan sekunder, Kabupaten Sijunjung
memiliki potensi bahan galian logam, non logam dan batubara yang
cukup besar ( Gambar 11). Diantara bahan non logam yang
dianggap memiliki cadangan cukup besar adalah: andesit, granit,
batugamping, tanah liat, marmer dan dolomit. Bahan galian logam
yang dianggap prospek untuk dikembangkan diantaranya: emas,
bijih besi dan air raksa (Armin Tampubolon, 2005).
Gambar 11. Peta Sebaran Bahan Galian Daerah Kab. SawahuntoSijunjung, Prov. Sumatera Barat (Armin, 2005)
J. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat penelitian terapan,
sebab pada penelitian ini menerapkan konsep fisika tentang hukum
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 15/18
Ohm pada metoda geolistrik Induksi Polarisasi untuk Memetakan
sebaran emas di Kenagarian Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan
Kabupaten Sijunjung.
Penerapan konsep hukum ohm pada metoda geolistrik induksi
polarisasi adalah dengan melihat efek polarisasi terinduksi. Efek
polarisasi terinduksi dapat diilustrasikan dengan menggunakan
konfigurasi empat elektroda dalam pengukuran tahanan jenis, dimana
pada elektroda arus (C1 dan C2) dialiri arus listrik searah (DC) maka
pada elektroda potensial (P1 dan P2) akan terukur beda potensial (V).
Ketika aliran arus pada elektroda arus dihentikan, maka nilai beda
potensial antara kedua elektroda potensial tidak secara langsung
bernilai 0 kembali melainkan secara perlahan-lahan mengalami
penurunan sehingga bernilai 0. Selanjutnya diperoleh data pengukuran
berupa beda potensial primer (Vp), beda potensial sekunder (Vs) dan
waktu peluruhan, kemudian data diolah berdasarkan teori dasar yang
dikemukakan.
2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kenagarian Padang Sibusuk kecamatan
Kupitan Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2
bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan Juli 2010.
3. Alat dan Bahan
a. Alat
ARES (Automatic Resistivity Meter)
Besi sebagai elektroda
Kabel penghubung
Meteran
GPS (Global Positioning System)
Palu
Seperangkat alat komunikasi
1 unit laptop.
b. Bahan
Padang Bonei Bawah pada koordinat 00 42 0,61 LS dan 1000 50
37,5 BT dan Padang Bonei Atas pada koordinat 00 42 03,6 LS
dan 1000 50 36,71 BT ketinggian 211 meter diatas permukaan
laut. Lubuak Bupati pada koordinat 00 42 02,7 LS dan 1000 50
31,1 BT ketinggian 199 meter diatas permukaan laut.
K. RANCANGAN PENELITIAN
Dalam penelitian dipilih beberapa titik ukur sebagai daerah
lintasan pengukuran, yaitu dengan pertimbangan keadaan geologi
sekitar daerah yang dicurigai mengandung emas. Bentuk lintasan
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12. Rancangan Lintasan Pengukuran
Bentuk lintasan pengukuran disesuaikan dengan bentuk
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 16/18
morfologi daerah penelitian, yaitu terdiri dari dataran rendah dan
dataran tinggi. Medan pengukuran dibagi menjadi 5. Luas medan
pengukuran sekitar 14625 m2 yang terdiri dari Padang Bonei bawah
dan Padang Bonei atas.
L. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah segala sesuatu yang akan diteliti oleh peneliti dan
variable juga diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai variasi
nilai. Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu
variable bebas dan variable terikat (Nasir,1983). Variabel bebas
merupakan variabel yang besarnya dapat berubah dan mempengaruhi
munculnya variabel lainnya. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini
adalah I (kuat arus) dan beda potensial (V). Sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas atau variabel yang
muncul akibat oleh variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam
penelitian ini adalah harga tahanan jenis ( ) dan tahanan jenis semu
(apparent resistivity) ( a), chargeability (M), frekuensi efek (PFE) dan
metal faktor (MF).
M. TEHNIK PENGAMBILAN DATA
Survey lokasi penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui secara
pasti lokasi tersebut, selanjutnya dilakukan penentuan titik-titik
pengukuran (spasi) untuk memudahkan pengukuran. Setelah alat
dipasang sesuai dengan prinsip kerja alat, terlebih dahulu alat harus
dikalibrasi untuk mengetahui apakah alat berfungsi dengan baik.
Selanjutnya pengukuran dilakukan pada spasi-spasi yang telah ditentukan
untuk memperoleh variasi nilai tahanan jenis pada setiap titik spasi
pengukuran. Langkah kerja untuk melakukan pengukuran adalah sebagai
berikut:
a. Menghubungkan accu dengan alat ukur ARES
b. Menghidupkan alat dengan menekan tombol ON
c. Memilih metoda pengukuran yang tersedia beserta konfigurasinya,
dalam hal ini metode IP dengan konfigurasi Dipole-dipole
d. Melakukan pengukuran
e. Melakukan pengukuran pertama IP dimulai pada frekuensi 50 Hz atau
60 Hz setelah pulsa arus dimatikan.
-
4/23/2014 geofisika: Aplikasi Geolistrik
http://fisikabumi-geofisika.blogspot.com/2010/07/aplikasi-geolistrik.html 17/18
Diposkan oleh geofisika di 01.34
f. Menggunakan Tegangan 100 mv untuk IP, Tegangan ini berguna untuk
mendapatkan pengukuran yang bagus selama pengurangan pulsa
eksponensial.
g. Perhitungan kesalahan pengukuran (standar deviasi), paling kurang
digunakan 4 pulsa untuk satu titik pengukuran.
h. Apabila standar deviasi pada titik pengukuran besar dari standar
deviasi maksimum, maka pengukuran harus di ulang lagi. Standar
deviasi yang diperbolehkan paling besar 10%
i. Data hasil pengukuran dikirim ke PC melalui software ARES
j. Rancangan pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini seperti
terlihat pada Gambar 11. Jarak antara kedua elektroda arus (C1 dan
C2) maupun kedua elektroda potensial (P1 dan P2) sebesar a dan jarak
antara C2 dengan P1 adalah sebesar na
C1 C2 P1 P2 n=1
C1 C2 P1 P2 n=2
C1 C2 P1 P2 n=3
C1 C2 P1 P2 n=4
C1 C2 P1 P2 n=5
Gambar 13. Susunan Elektroda
pada Verikal Sounding Konfigurasi Dipole-dipole(Reynolds:1997,hal 443)
Berdasarkan gambar 12, pengukuran diawali dengan nilai a
yang terkecil dan faktor n dimulai dari harga 1,2,3,...6, selanjutnya
dilakukan penambahan jarak a dengan tujuan untuk menambah
kedalaman penetrasi arus.
N. TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data adalah suatu tahapan merubah data primer
menjadi suatu data yang dapat menggambarkan kondisi bawah
permukaan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak. Pengolahan
data dilakukan dengan mendownload data yang tersimpan pada alat
geolistrik ARES (Automatic Resistivity System) dengan menggunakan
software ARES v5.1 ke PC, data yang telah didownload kemudian di
ekspor ke MS Excel selanjutnya diolah menggunakan software
RES2DINV
Rekomendasikan ini di Google
4 komentar:
riyela 10 Juli 2010 02.41
akhirnya bikin blog juga neng.... yahuuu
Balas
Mardison Tahard,SE 16 Desember 2010 08.20
Ada teknik lain yang lebih sederhana untuk mengetahui lapisan tanah yang
mengandung emas ?
Balas
Andi_arwin 10 Februari 2011 09.19
mana gambar nya... susunan rumusnya.. kok habis mendwnlod data kok