General Anestesi
-
Upload
maharja-jathi -
Category
Documents
-
view
58 -
download
5
description
Transcript of General Anestesi
GENERAL ANESTESI
General anestesi adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi yang ideal terdiri dari:
(1) hipnotik, (2) analgesia, dan (3) relaksasi otot.1
Metode anestesi general dilihat dari cara pemberian obat:
1. Parenteral
Anestesi general yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun intramuskuler
biasanya digunakan untuk tindakan yang singkat atau untuk induksi anestesi.
2. Perektal
Anestesi general yang diberikan perektal kebanyakan dipakai pada anak, terutama untuk
induksi anestesi atau tindakan singkat.
3. Perinhalasi
Anestesi inhalasi adalah anestesi dengan menggunakan gas ataucairan anestetika yang mudah
menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui udara pernapasan.
Teknik pemberian anestesi general:
1. Napas spontan dengan face mask
2. Napas spontan dengan pipa endotrakea
3. Dengan pipa endotrakea dan napas kendali
C. OBAT-OBATAN ANESTESI
1. Midazolam
Midazolam adalah obat golongan benzodiazepine yang larut air.2Midazolam mempunyai
sifat ansiolitik, sedative, antikonvulsif, dan amnesia retrogard.3 Mula kerjanya 2 menit (iv)
hingga 15 menit (oral dan im) dengan durasi 2,5 jam, kira-kira dua kali lebih cepat dan
singkat daripada diazepam. Eliminasi waktu paruh antara 1,5-5 jam sehingga termasuk
golongan benzodiazepin kerja singkat. Metabolisme utama di hepar berupa hidroksilasi
dengan metabolit utama berupa α-hydorxymethylmidazolam yang tidak bermakna secara
klinis dan diekskresi melalui ginjal.3 Midazolam bekerja pada reseptor benzodiazepin yang
spesifik yang terkonsentrasi pada korteks serebri, hipokampus, dan serebelum.3
Mekanisme kerja midazolam adalah sebagai agonis benzodiazepin yang terikat dengan
spesifisitas yang tinggi pada reseptor benzodiazepin, sehingga mempertinggi daya hambat
neurotransmitter susunan saraf pusat di reseptor GABA sentral.2 Midazolam sebagian besar
(95%) terikat protein plasma, hanya sekitar 5% berada dalam bentuk fraksi bebas.3
Midazolam saat ini lebih popular sebagai obat premedikasi dengan dosis yang biasa diberikan
adalah 0,007-0,1 mg/kgBB im. Pemberian preinduksi (0,02-0,04 mg/kgBB) secara intravena
biasa diberikan sebagai premedikasi atau sebagai coinduction bersama obat anestesi intravena
lain.
Midazolam menyebabkan depresi ringan vaskuler sistemik dan curah jantung. Laju jantung
biasanya tidak berubah. Perubahan hemodinamik yang berat dapat terjadi jika pemberian
dilakukan secara cepat dalam dosis besar atau bersama-sama dengan narkotik. Pemberian
midazolam juga menyebabkan depresi ringan pada volume tidal, laju napas, dan sensitivitas
terhadap CO2. Hal ini makin nyata bila digunakan bersama dengan opioid dan pada pasien
dengan penyakit jalan napasobstruktif. Pada pasien yang sehat, midazolam tidak
menyebabkan bronkhokonstriksi. Midazolam tidak memiliki efek iritasi setelah penyuntikan
intravena. Hal ini terlihat dari tidak adanya nyeri saat penyuntikan dan tidak ada gejala-gejala
sisa pada vena.3
2. Fresofol
Fresofol adalah campuran 1% obat dalam air emulsi yang berwarna putih susu, bersifat
isotonic yang berisi 10% minyak kedelai, 1,2% fosfolipid telur, dan 2,25% gliserol.1,3
Dosis untuk induksi adalah 2-2,5 mg/kgBB, dosis rumatan untuk iv total 4-14 mg/kgBB/jam
dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/kgBB. Pengenceran fresofol hanya boleh
dengan dextrose 5%.1
Fresofol 8%-nya terikat protein plasma, sangat lipofilik sehingga dengan cepat terdistribusi
ke jaringan yang kaya pembuluh darah. Kadar dalam plasma juga cepat menurun. Waktu
paruh fase α (t1/2) distribusi) sekitar 2-4 menit. Waktu paruh β (t1/2 eliminasi) antara 30-60
menit. Untuk induksi anesthesia, level tidur yang cukup dalam biasanya dicapai fresofol
dalam 1-2 menit. Kadar puncaknya tercapai dalam 2 menit.3
Mekanisme kerja fresofol kurang diketahui dengan pasti, diduga fresofol ikut meningkatkan
aktivitas GABA dalam menghambat neurotransmitter di susunan saraf pusat.3
Fresofol dimetabolisir secara cepat di hepar. Produksi metabolism yang utama adalah
glukoronid dari fresofol, 88% darinya diekskresi lewat urin, 2% melalui feses.3
3. Fentanyl
Fentanil merupakan agonis opioid poten, turunan fenilpiperidin. Sebagai analgesic, fentanil
75-125 kali lebih poten dibanding morfin atau 750-120 kali lebih kuat dibanding petidin.4
Fentanil di klinik diberikan dengan variasi dosis yang lebar. Dosis 1-2 µg/kgBB iv biasanya
digunakan untuk efek analgesia pada teknik balance anestesi. Fentanil dosis 2-10 µg/kgBB iv
digunakan untuk mencegah atau mengurangi gejolak kardiovaskuler akibat laringoskopi dan
intubasi endotrakhea serta perubahan tiba-tiba dari stimulus bedah. Sedangkan pada dosis
besar 50-150 µg/kgBB iv digunakan sebagai obat tunggal untuk menimbulkan surgical
anesthesia.4
Fentanil menyebabkan ketergantungan fisik, euphoria, analgesia yang kuat, perlambatan
EKG, miosis, mual, dan muntah yang tergantung pada dosis. Efek terhadap kardiovaskuler
minimal meskipun laju jantung dapat menurun yang merupakan reflek vagal. Fentanil
mendepresi ventilasi dan menyebabkan kaku otot rangka terutama pada pemberian
intravena yang cepat. Fentanil meningkatkan tekanan intrabilier dengan singkat dan
mempunyai aksi kolinergik kuat yang dapat diblok oleh atropine. Fentanil tidak
menyebabkan pelepasan histamine.4
Pada pemberian dosis tunggal intravena, mula kerja 30 detik mencapai puncak dalam waktu 5
menit, kemudian menurun setelah 20 menit. Ini mencerminkan kelarutan lemak yang tinggi
sehingga mudah melewati sawar darah otak. Durasinya yang singkat mencerminkan
redistribusi ke jaringan lemak dan otot rangka serta paru. Fentanil dimetabolisme di hepar
dengan cara dealkilasi, hidroksilasi, dan hidrolisa amida menjadi metabolit tidak aktif
meliputi norfentanil dan desproprionilnorfentanil. Fentanil diekskresi melalui empedu dan
urine, berada dalam feses dan urine dalam bentuk metabolit lebih dari 72 jam setelah
pemberian kurang dari 8% dalam bentuk asli. Waktu paruh eliminasi 185-219 menit.4
Fentanil mempunyai efek samping berupa depresi pernapasan dan kekakuan otot.
Kekakuan otot dada atau perut (wooden chest syndrome) bisa menyebabkan penurunan
pulmonary compliance dan functional residual capacity yang akan menyebabkan
hipoventilasi sehingga terjadi hiperkarbi, hipoksia, dan peningkatan tekanan
intracranial.4
4. Ketorolac
Ketorolac tromethamine merupakan suatu anagetik non-narkotik. Obat ini merupakan obat
antiinflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan
antiinflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat
dianggap sebagai analgesic yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap
reseptor opiate.1
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Sifat analgetik
ketorolac setara dengan opioid, yaitu 30 mg ketorolac = 12 mg morfin = 100 mg petidin.1
Indikasi ketorolac adalah untuk pengobatan jangka pendek nyeri akut sedang sampai
berat pasca operasi. Kontraindikasinya adalah riwayat alergi AINS, gangguan ginjal
berat, hipovolemi, gangguan koagulasi, penyakit serebrovaskuler, hamil, persalinan,
laktasi, dan anak < 16 tahun.1
5. Prostigmine
Prostigmine merupakan antikolinesterase yang dapat mencegah hidrolisis dan menimbulkan
akumulasi asetilkolin. Obat ini mengalami metabolism terutama oleh kolinesterase serum dan
bentuk utuh obat sebagian besar diekskresi melalui ginjal. Mempunyai efek nikotinik,
muskarinik, dan merupakan stimulant otot langsung. Efek muskarinik antara lain
menyebabkan bradikardi, hiperperistaltik, dan spasme saluran cerna, pembentukan secret
jalan nafas dan kelenjar liur, bronkospasme, berkeringat dan miosis. Sebagian efek ini
dihambat oleh sulfas atropine. Dosis pemberian prostigmine 0,5 mg bertahap hingga 5 mg.
biasanya diberikan bersama dengan sulfas atropine 1-1,5 mg.1
6. Atracurium-hamein
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relative baru yang mempunyai struktur
benzilisoquinolon yang berasal dari tanaman Leontice Leontopeltalum. Setiap kemasan 5 ml
per ampul mengandung 50 mg atracurium hamein. Dosis intubasi 0,5-0,6 mg/kgBB iv.
Mula dan lama kerja atracurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya mula
kerja atracurium pada dosis intubasi adalah 2-3 menit. Pemulihan fungsi saraf otot dapat
terjadi secara spontan, sehingga sering dipakai pada pasien geriatric atau dengan kelainan
jantung, hati, dan ginjal yang berat.1
7. N2O (gas gelak)
N2O merupakan satu-satunya gas anorganik yang dipakai daam bidang anestesiologi. N2O
merupakam gas tidak berwarna, berbau manis, dan tidak iritatif. N2O merupakan gas yang
stabil, tidak bereaksi dengan soda lime atau logam, berdifusi ke dalam plasma dibandingkan
O2.1
N2O diabsorbsi dalam tubuh dengan cepat ± 1000 ml/menit selama menit pertama, dalam 5
menit absorbs berkurang sebagian menjadi 500-700 ml/menit, turun sampai 350 ml.menit,
kemudian 30 menit menjadi 200 ml/menit, turun sampai 100 ml/menit, kemudian secara
lambat menurun sampai absorbs mencapai nol (jenuh).1
Dalam 100 ml darah dapat larut 47 ml N2O. N2O hamper seluruhnya dikeluarkan melalui
paru-paru, sedikit sekali melalui kulit (keringat), urine, dan saluran cerna. 1
Pemberian anestesi N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah
tetapi analgesiknya kuat. Pada anestesi inhalasi, N2O jarang digunakan sendirian tetapi
dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain seperti halotan, dan sebaginya. N2O
bersifat mendesak O2 dalam tubuh, menyebabkan hipoksia difusi terutama saat masa
pemulihan. Tindakan untuk mencegahnya yaitu dengan memberi O2 aliran tinggi beberapa
menit setelah selesai anestesi.1
Penggunaan N2O dan O2 dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2 =
60% : 40% ,70% : 30%), 50% : 50%, 2 : 1.1’=
8. Sevoflurane
Sevoflurane merupakan hasil fluorinisasi isopropyl metal eter, neripa cairan jernih, tidak
berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mempunyai titik didih 58,50C dan tekanan uap jenuh
21,3 kPa (160 mmhg) pada suhu 200C, sedikit larut dalam darah dan jaringan. Sevoflurane
tidak bersifat korosif terhadao stainless steel, kuning, maupun aluminium, tidak mudah
terbakar, nonexplosive, stabil disimpan di tempat biasa (tidak perlu tempat gelap) dan tidak
terlihat adanya degradasi sevoflurane dengan asam kuat fluoride di dalam plasma dan urine
flourida meninggi selama pemberian sevoflurane.5
Koefisien partisi darah/gas (0,63) dan darah /jaraingan (1,7) yang rendah dari sevoflurane
menyebabkan induksi berlangsung dengan cepat dan waktu pulih sadar juga cepat setelah
pemberian sevoflurane dihentikan. Nilai MAC (Minimal Alveolar Concentration) MAC
(minimum alveolar concentration) sevofluran dipengaruhi oleh (18 tahun = 2,8 ; 40 tahun =
2,05), pemberian N2O, opioid, barbiturate, dan benzodiazepin.5
Sevofluran mempunyai efek terhadap peningkatan darah ke otak, peningkatan
tekanan intrakranial, dan kecepatan metabolisme otak yang sebanding dengan insofluran.
Sevofluran juga menyebabkan depresi pernafasan, relaksasi otot bronkhus. Pada sistem
kardiovaskuler sevofluran menyebabkan penurunan tekanan arteri rerata melalui
penurunan tahanan vaskuler sistemik. Sevofluran tidak atau sedikit menyebabkan
perubahan pada aliran darah koroner. Sevofluran menurunkan aliran darah ke hepar dan
renal. Relaksasi otot dapat terjadi pada anestesi yang cukup dalam dengan sevofluran.
Pada uterus, kontraksi uterus spontan dapat dipertahankan dengan baik dan kehilangan
darah minimal. 5
Stadium AnestesiPosted on | Leave a comment
[Translate]
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium (stadium III
dibagi menjadi 4 plana), yaitu:
Stadium I
Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat
analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan
gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini.
Stadium II
Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan
refleks bulu mata sampai pernapasan kembali teratur. Pada stadium ini terlihat
adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa,
berteriak, menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apnu dan
hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensia urin dan alvi, muntah,
midriasis, hipertensi serta takikardia. Stadium ini harus cepat dilewati karena dapat
menyebabkan kematian.
Stadium III
Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai
pernapasan spontan hilang. Stadium III dibagi menjadi 4 plana yaitu:
Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan
bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi
meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot
lurik yang sempurna (tonus otot mulai menurun).
Plana2: Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi
meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks
cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga
dapat dikerjakan intubasi.
Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis,
lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak
ada, relaksasi otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4: Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total,
pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingter ani dan kelenjar air
mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).
Stadium IV
Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan
perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tak dapat
diukur, denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan
pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pemapasan buatan.