GEJALA PEMERINTAHAN

13
Format Pemerintahan Daerah : Studi Komparatif Memahami Gejala Pemerintahan Abstrak Format pemerintahan daerah dapat ditelaah secara komparatif dengan mengamati praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah di negara-negara lain. Selanjutnya, melalui hasil kajian komparatif ini dapat pula dikenali “best practices” yang dapat ditransfer untuk dikembangkan di Indonesia. Tulisan ini mencoba untuk menguraikan serba singkat (highlight) tentang metode komparasi sebagai salah satu metode dalam memahami gejala pemerintahan. Dimulai dengan penelusuran konseptual, desain, contoh penggunaannya, dan uraian mengenai keunggulan sekaligus kelemahannya. Akhirnya pada penutup tulisan disajikan pula beberapa rekomendasi berkenaan dengan pilihan “bilamana menggunakan studi kasus” dalam memahami gejala pemerintahan yang didasarkan pada kelemahan maupun keunggulan yang dimiliki metode ini. 1

Transcript of GEJALA PEMERINTAHAN

Page 1: GEJALA PEMERINTAHAN

Format Pemerintahan Daerah :

Studi Komparatif Memahami Gejala Pemerintahan

Abstrak

Format pemerintahan daerah dapat ditelaah secara komparatif dengan

mengamati praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah di negara-negara

lain. Selanjutnya, melalui hasil kajian komparatif ini dapat pula dikenali “best

practices” yang dapat ditransfer untuk dikembangkan di Indonesia.

Tulisan ini mencoba untuk menguraikan serba singkat (highlight)

tentang metode komparasi sebagai salah satu metode dalam memahami gejala

pemerintahan. Dimulai dengan penelusuran konseptual, desain, contoh

penggunaannya, dan uraian mengenai keunggulan sekaligus kelemahannya.

Akhirnya pada penutup tulisan disajikan pula beberapa rekomendasi

berkenaan dengan pilihan “bilamana menggunakan studi kasus” dalam

memahami gejala pemerintahan yang didasarkan pada kelemahan maupun

keunggulan yang dimiliki metode ini. 

1

Page 2: GEJALA PEMERINTAHAN

1. Prolog : Mengapa Perbandingan?

Seorang ilmuwan politik Amerika bernama James Coleman, pernah

berujar “you can’t be scientific if you’re not comparing”. Apa yang

dikemukakan Coleman tersebut tampaknya membawa kita pada pemahaman

bahwa studi komparasi (perbandingan) merupakan salah satu metode ilmiah

yang dapat digunakan sebagai tools of analysis dalam memahami gejala-gejala

alamiah maupun sosial.

Pertanyaan yang perlu diajukan berkaitan dengan penggunaan metode

perbandingan tersebut adalah: apa dan mengapa diperbandingkan? Jawaban

atas pertanyaan ini sebagiannya telah terjawab apabila kita membaca uraian

yang cukup menarik dari Hague, Harrop, dan Breslin (1992 :27) yang

menyebutkan setidaknya terdapat empat keuntungan melakukan studi politik

secara komparatif, yakni :

learning about other countries casts fresh light on our own;

comparison enables us to test general hypotheses about

politics;

comparison improves our clasifications of political

processes;

comparison gives us some potential for prediction.

Jika ilmu politik menggunakan metode komparasi dalam praktek

analisisnya terhadap gejala politik maka ilmu pemerintahan pun dengan sedikit

modifikasi tentunya dapat pula menggunakan metode tersebut untuk

memahami gejala pemerintahan. Sekedar menyebut contoh bahwasanya

metode komparasi dapat digunakan oleh ilmu pemerintahan, dapatlah disebut

di sini karya S. Pamudji (1985) Perbandingan Pemerintahan, atau S.H.

Sarundajang (2001) Pemerintahan Daerah di Beberapa Negara., sebagai hasil

studi komparasi yang telah dipublikasikan secara luas.

2

Page 3: GEJALA PEMERINTAHAN

Namun demikian, sebelum mencoba penggunaan metode tersebut

dalam mengamati gejala pergeseran format pemerintahan daerah di Indonesia,

tidaklah terlalu berlebihan apabila penelusuran konsep dan konteks

penggunaannya diuraikan terlebih dahulu.

2. Studi Komparatif : Konsep dan Refleksi Penggunaannya

Sebelum membahas kerangka kerja maupun teknik perbandingan, perlu

kiranya dipertegas lebih dahulu pengertian metodologi ilmu pemerintahan dan

metode penelitian pemerintahan. Dalam kaitan ini uraian yang diberikan oleh

Taliziduhu Ndraha (2001 : utamanya Bab xxv dan xxvi) menarik untuk

dicermati. Ndraha (2001 : 640) menegaskan bahwa metodologi ilmu

pemerintahan “menunjukkan bahan baku body of knowledge yang disebut ilmu

pemerintahan itu, dan bagaimana konstruksinya, sehingga ilmu yang

bersangkutan tetap bertahan dan berfungsi internal dan eksternal dalam

kondisi apapun”...Sementara itu metode penelitian pemerintahan

disebutkannya sebagai tools of analysis dalam menghadapi masalah-masalah

yang ditemukan oleh ilmu yang bersangkutan.

Melalui uraian tersebut secara umum dapat dikatakan bahwa

metodologi ilmu berkaitan dengan construct model ilmu yang bersangkutan,

sedangkan metode penelitian berkenaan dengan upaya menangkap dan

menganalisis fakta, data untuk kemudian diinterpretasikan melalui conceptual

framework yang telah disediakan oleh metodologi ilmu.

2.1. Telaah Konseptual

Setelah memahami perbedaan mendasar antara metodologi ilmu

pemerintahan dengan metode penelitian pemerintahan, maka metode

komparatif sedikit banyaknya dapat dikenali baik sisi makronya sebagai

conseptual model maupun sisi mikronya sebagai tools of analysis . Dengan lain

perkataan, di saat kita menetapkan konstruksi model format pemerintahan yang

3

Page 4: GEJALA PEMERINTAHAN

akan diperbandingkan maka kita berada pada ranah metodologi ilmu,

sementara itu tatkala kita mulai mengumpulkan data di lapangan menurut

conceptual model yang telah disusun maka kita beralih ke dalam ranah metode

penelitian. Singkatnya, metodologi ilmu berbicara tentang cara kita melihat,

sedangkan metode penelitian berbicara tentang menggapai dan menganalisis

apa yang kita lihat.

Demikian halnya dengan metode perbandingan, pada dasarnya

menentukan cara kita melihat format pemerintahan daerah, apakah membuat

perbandingan pada tingkat negara, tingkat masyarakat, atau pada tingkat

kebijakan (Hague, Harrop, dan Breslin, 1992 : 31). Selain itu, perbandingan

dapat juga dilakukan pada konteks-konteks khusus, misalnya perbandingan

model pendelegasian wewenang/urusan pemerintahan yang digunakan oleh tim

GTZsfdm bekerjasama dengan tim Revisi UU 22/1999 dari DDN dalam

menata format pemerintahan daerah.

2.2. Metode Studi Komparatif : Contoh Penggunaan

Untuk lebih jelasnya penggunaan metode komparasi ini dapat dilihat

contoh penggunaan berikut ini (cuplikan disarikan dari : Legal Standing and

Models of Local Government Functions , SfDM Report, 2002) :

Studi komparatif ini dilakukan di 16 negara yang berbentuk kesatuan (unitary

state) dan berbentuk federal (federal state), yakni : Cambodia, Italy, South

Korea, Marocco, Nepal, New Zealand, Philippines, Romania, South Africa,

Sweden, Uganda, U.K. (mewakili negara kesatuan); Australia, Canada,

Germany, dan United States (mewakili negara federal).

Aspek yang diperbandingkan adalah : pengaturan tentang prinsip-

prinsip dan fungsi pemerintahan daerah, model delegasi kewenangan/urusan

pemerintahan, pengaturan tentang kewenangan wajib dan standar pelayananan

minimal (SPM).

Temuan pokok yang diperoleh dalam studi tersebut dapat dirinci

sebagai berikut :

4

Page 5: GEJALA PEMERINTAHAN

A. Pengaturan tentang prinsip-prinsip dan fungsi pemerintahan

daerah :

secara umum di negara-negara federal pengaturan

ditempatkan di dalam naskah konstitusi;

sementara di negara-negara kesatuan pengaturan

mengenai hal tersebut cukup bervariasi namun secara

umum ditetapkan dalam UU sebagai penjabaran dari

konstitusi

B. Model delegasi kewenangan/urusan pemerintahan :

secara umum telah menganut “general competency”

ketimbang “ultra vires”

terdapat model hibrida yakni “general competency”

yang dibarengi dengan penentuan kewenangan wajib

(obligatory functions) bagi masing-masing daerah

otonom.

C. Pengaturan Kewenangan wajib dan SPM :

Sebagian ditentukan secara seragam. Sebagian lainnya

mengenal model asymetrical ;

SPM ditentukan menurut UU sektoral, sebagian lainnya

diintegrasikan ke dalam UU tentang pemerintahan

daerah.

Cuplikan di atas, tentunya dapat dipergunakan untuk menyusun

format pemerintahan daerah di masa depan terkait dengan adanya keinginan

politik untuk melakukan revisi terhadap UU 22/1999 utamanya berkenaan

dengan arsitektur hubungan kewenangan/urusan pemerintahan antara

pemerintah pusat dan serah.

Selanjutnya, berdasarkan kajian komparasi tersebut dapat pula dikenali

praktek-praktek terbaik (best practices) dalam pengelolaan hubungan pusat-

daerah yang terdapat di berbagai negara. Dengan pengenalan dan pemahaman

tersebut dapat dipreskripsikan suatu model hubungan pusat-daerah yang lebih

rasionil, efektif, efisien dan akuntabel.

5

Page 6: GEJALA PEMERINTAHAN

Tentunya, selain berbagai keunggulan sebagaimana tersirat melalui

uraian di atas, maka terdapat pula serangkaian kendala yang senantiasa menjadi

persoalan dalam melakukan studi komparasi. Berkenaan dengan kendala-

kendala yang ada, maka penggunaan metode komparatif memerlukan

serangkaian prasyarat agar dapat diterapkan. Uraian selanjutnya akan

mengelaborasi hal tersebut.

3. Dilema Studi Komparatif

Kendatipun penggunaan studi komparatif dapat dilakukan untuk

mencari dan mengenali aspek-aspek tertentu yang diperbandingkan,

mengembangkan tipologi dan klasifikasi atas gejala empirik, serta membuat

prediksi atas sejumlah gejala pemerintahan, di sisi lain studi komparasi

memiliki keterbatasan.

Adapun keterbatasan yang menonjol dapat dikutipkan di sini

sebagaimana dikemukakan oleh Hague, Harrop, dan Breslin (1992 : 30), yakni

keterbatasan kemampuan dalam menguji teori secara tepat

dalam konteks lokasi penelitian;

keterkaitan antar objek menyulitkan kita dalam

menganalisisnya secara independen;

gejala yang sama belum tentu dimengerti secara sama pula

oleh suatu lokasi/daerah tergantung konteksnya;

problem lain muncul apabila yang diperbandingkan sangat

kontras perbedaannya.

Melalui uraian di atas maka semakin diperlukan kehati-hatian dalam

menerapkan metode perbandingan ini karena potensi kekeliruan dalam

mengamati gejala semakin besar tatkala prasyarat yang harus ada diabaikan. 

6

Page 7: GEJALA PEMERINTAHAN

4. Penutup

Sekelumit tentang metode studi komparatif telah diberikan, tentunya

uraian ini tidak menjamin pembaca langsung mahir menggunakannya. Untuk

memperoleh kemahiran tentu dibutuhkan latihan dan terjun dalam penelitian

yang sebenarnya. Namun demikian, melalui uraian singkat ini setidaknya telah

dikenali konsep, desain, keunggulan, kelemahan dan yang terpenting kapan dan

dalam situasi yang bagaimana metode baik digunakan.

Singkatnya, metode komparasi hanyalah salah satu dari sekian banyak metode

yang dapat digunakan dalam memahami gejala pemerintahan sesuai

konteksnya. 

 

7

Page 8: GEJALA PEMERINTAHAN

Daftar Pustaka :

Chadwick, Bahr dan Albrecht, 1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan

Sosial, IKIP Semarang Press, Semarang.

Ferrazi, Gabriele, 2003 : Proposal for The Improvement of The Regulations on

Functional Assignments in law 22/1999, GTZ-SfDM, USAID-

PERFORM , Jakarta.

GTZ-SfDM dan DDN, 2002 : Legal Standing and Models of Local

Government Functions, Jakarta, unpublished working paper.

Hague, Rod, Martin Harrop, and Shaun Breslin, 1992 : Comparative

Government and Politics, An Introduction, Third Edition, Macmillan,

Hampshire, England.

Huntington, Samuel, 2003 Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik

Dunia, Terjemahan, PT.Qalam, Yogyakarta

Nawawi, Hadari, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu, 1997, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Rineka Cipta,

Jakarta.

................, 2001 : Kybernologi, Jilid I dan II, PPS BKU Ilmu Pemerintahan,

UNPAD-IIP, Jakarta.

Nitibaskara, Tubagus, 2002. Paradoksal Konflik dan Otonomi Daerah, Sketsa

Bayang-Bayang Konflik dalam Prospek Masa Depan Otonomi

Daerah, PT. Peradaban, Jakarta

Nugroho, Riant, 2000, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa Revolusi,

Kajian dan Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia, PT.

Elex Media Kompetindo Kelompok Gramedia, Jakarta

........................., 2001, Reinventing Indonesia, Menata Ulang Manajemen

Pemerintahan Untuk Membangun Indonesia Baru Dengan

8

Page 9: GEJALA PEMERINTAHAN

Keunggulan Global, PT. Elex Media Komputindo Kelompok

Gramedia, Jakarta

Pamudji, S., 1985 : Perbandingan Pemerintahan, Bumi Aksara, Jakarta.

Rasyid, M. Ryaas, 1997, Makna Pemerintahan: Tinjauan dari Segi Etika dan

Kepemimpinan, MIPI Yarsif Watampone, Jakarta.

………, 2001, Penjaga Hati Nurani Pemerintahan, PUSKAB dan MIPI,

Jakarta

Sarundajang, S.H., 2001 : Pemerintahan Daerah di Beberapa Negara, Sinar

Harapan,Jakarta. 

Sorensen, Georg, 2003, Demokrasi dan Demokratisasi, Proses dan Prospek

dalam Sebuah Dunia Yang Sedang Berubah, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta

Wasistiono, Sadu, 2002, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah, Fokusmedia, Bandung.

Zakaria, Yando, 2001, Mensiasati Otonomi Daerah, Demi Pembaharuan

Agraria, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta.

 

 

9