GBE- Regional Economy
-
Upload
brinalloyuli -
Category
Documents
-
view
49 -
download
7
description
Transcript of GBE- Regional Economy
GENERAL BUSINESS ENVIRONMENT
REGIONAL ECONOMY
Pengaruh Kebijakan Kerja Sama Regional ASEAN Economic
Community 2015 Terhadap Strategi Bisnis Bimbingan Belajar
KT- Gongsin Indonesia
Dosen: Tri Widodo, Ph. D
Disusun Oleh:
BRINALLOY YULI ISMASARI
13/360505/PEK/19022
BATCH 63 - CLASS B
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor
sumber daya manusia, sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya
dan faktor daya modal. Beberapa faktor tersebut bisa dikelola secara maksimal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika melihat Indonesia, beberapa faktor tersebut
masih banyak kelemahannya disbanding dengan negara lain, khususnya di kawasan
negara ASEAN. Indonesia bersanding dengan Sembilan negara lain membentuk
ASEAN Community atau Komunitas ASEAN 2015 dengan tujuan yang baik.
Pertanyaannya, apakah Indonesia siap menuju ASEAN Economic Community 2015?
Bagaimana pengaruh hadirnya komunitas ASEAN ini bagi perusahaan kecil di
Indonesia? Berikut paparan analisa sederhana dari penulis mengenai peluang dan
tantangan yang hadir bagi Indonesia dan pengaruhnya terhadap perusahaan kecil yang
menjadi bagian dari pendukung ekonomi Indonesia.
I. Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju AEC 2015
Indonesia akan memasuki ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun
yang akan datang, dimana dengan tujuan yang baik diharapkan mampu membawa
perubahan untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia agar lebih baik. Apabila melihat
lebih jauh dibalik tujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian antar Negara
ASEAN artinya Indonesia memiliki kesempatan untuk meliberalisasikan arus barang,
jasa, tenaga kerja, investasi dan modal. Liberalisasi arus barang akan terjadi
pengurangan dan penghilangan hambatan tariff. Liberalisasi modal akan dilakukan
dengan meniadakan aturan administrasi yang menghambat penanaman modal, artinya
semua orang yang masuk kawasan Negara ASEAN dapat menanamkan modalnya di
Negara ASEAN dengan lebih mudah. Tetapi hal yang dirasa paling perlu mendapat
perhatian adalah adanya liberarlisasi tenaga kerja dimana kita bebas mencari lapangan
pekerjaan tidak hanya di dalam negeri melainkan dikawasan ASEAN.
Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap mengahadapi AEC 2015.
Namun, banyak peluang yang bisa dilihat dari AEC 2015 ini. Banyak kalangan yang
merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015, terutama
dalam segi tenaga kerja. Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada beberapa
tahun mendatang, tidak akan ada untungnya apabila tidak dimanfaatkan dengan
perbaikan kualitas sumber daya manusia. Data dari ASEAN Productivity
Organization (APO) menunjukkan dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar
4,3% yang terampil, sedangkan Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%.
Berdasarkan struktur pasar, tenaga kerja Indonesia didominasi oleh pekerja lulusan
SD (80%) sementara lulusan Perguruan Tinggi hanya 7%, dimana saat ini sebagian
dunia kerja menyaratkan pekerja lulusan Perguruan Tinggi. Hal ini sangat terbalik
dengan Malaysia yang sebagian besar penduduknya lulusan S1.1
Indonesia sebagai Negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh
keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah
penduduk produktif Indonesia dengan Negara-negara ASEAN lain adalah 38:1002,
yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga Indoneisa. Bonus
ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya hingga tahun 2035, yang diharapkan
dengan jumlah penduduk ini adalah kemampuan untuk menopang pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.
II. AEC 2015 bagi PT Gongsin Indonesia Transindo
Melihat peluang di atas, KT- Gongsin Indonesia memiliki kesempatan yang
besar untuk mengembangkan bisnisnya dalam skala yang lebih luas. Hal lain yang
menjadi keuntungan strategis adalah kebutuhan Indonesia dalam menciptakan sumber
1 Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Artikel: Peluang dan Tantangan Indonesia pada ASEAN Economic Community 2015. Diunduh dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=7911 pada tanggal 23 September 2014 pukul 08.002 Ibid.
daya manusia yang lebih terampil dan berkualitas. Gongsin Indonesia merupakan
perusahaan profit yang bergerak di bidang jasa pendidikan informal. Lembaga
pendidikan Gongsin adalah bentukan dari mahasiswa Korea Selatan yang memiliki
perhatian untuk warga Indonesia dengan membangun organisasi yang sama seperti
Negara asalanya Korea Selatan. Di Korea, Gongsin telah menjadi salah satu lembaga
pendidikan yang mampu mencetak anak-anak Korea yang terampil dan mampu
bersaing, terutama dalam bidang teknologi. Gongsin Indonesia memiliki focus utama
dalam bidang pendidikan dan teknologi, sehingga sejalan dengan perkembangan
ekonomi Indonesia yang tergabung sebagai anggota ASEAN untuk membentuk
sumber daya manusia yang bisa bersaing di AEC 2015.
Peluang yang bisa dimanfaatkan oleh KT- Gongsin Indonesia adalah
kesempatan untuk turut berkontribusi dalam peningkatan daya saing sumber daya
manusia Indonesia agar mampu bersaing dengan anggota ASEAN lainnya. Dengan
memanfaatkan persebaran penduduk usia produktif yang tidak merata, Gongsin
Indonesia bisa mulai memasuki pelosok Indonesia guna mendorong mereka untuk
terus melanjutkan pendidikan formal seting-tingginya agar tidak kalah saing dengan
negara angota ASEAN lainnya. Gongsin Indonesia bisa membantu pemerintah dengan
sosialisasi kepada anak muda Indonesia untuk terus mengenyam pendidikan guna
meningkatkan kemampuan diri untuk bersaing di era AEC 2015.
KT- Gongsin Indonesia juga berpeluang untuk terus menjadi fasilitator dalam
mendorong anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hak
pendidikan hingga perguruan tinggi. Sesuai dengan visi dan misinya untuk terus
menyokong semangat anak Indonesia melalui pendidikan informal yang berbasis
teknologi, Gongsin Indonesia diharapkan mampu menciptakan sumber daya yang
melek teknologi dan memiliki keahlian dalam pengoperasian teknologi secara
berkelanjutan. Melihat persaingan dengan negara anggota ASEAN yang akan sangat
kompetitif, Gongsin Indonesia bisa memanfaatkan keunggulannya dalam
mengajarkan anak Indonesia untuk belajar bahasa asing agar bisa meningkatkan
kemampuan mereka saat mencari pekerjaan di negara lain.
AEC 2015 juga akan membuka jalur perdagangan dan investasi kepada anggota
ASEAN untuk melakukan investasi ke Indonesia. Ini bisa menjadi ancaman untuk
pengusaha Indonesia, apabila kesempatan ini tidak diambil oleh KT- Gongsin
Indonesia, maka akan menyebabkan kemunduran untuk perusahaan dalam
mengekspansi usahanya di dalam maupun luar negeri. KT- Gongsin Indonesia bisa
disaingi oleh lembaga pendidikan informal lain yang ingin membuka peluang
usahanya di Indonesia. Oleh karena itu, Gongsin Indonesia harus lebih dahulu
mempersiapkan strategi ekspansi agar mengurangi competitor di dalam atau pun luar
negeri.
AEC 2015 bisa jadi kesempatan besar untuk perusahaan-perusahaan profit di
Indonesia untuk mengembangkan diri mereka. Termasuk KT- Gongsin Indonesia,
perusahaan ini memiliki kesempatan besar untuk mengepakkan sayapnya hingga
ASEAN dengan memanfaatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan agar
menambah daya saingnya dengan perusahaan serupa yang akan masuk ke Indonesia.
KT-Gongsin Indonesia bisa menguatkan strategi pusat mereka dan perlahan memulai
bisnis dengan berinvestasi ke luar negeri. Apabila Gongsin Indonesia mampu
mengaplikasikan keunggulannya dalam menciptakan kurikulum berbasis teknologi,
secara optimis Indonesia bisa bersaing dengan anggota ASEAN melalui sumber daya
manusia yang unggul dan berkualitas.
III. Referensi
Laporan Program Kerja KT-Gongsin Indonesia.
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Artikel: Peluang dan Tantangan
Indonesia pada ASEAN Economic Community 2015. Diunduh dari
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=7911
pada tanggal 23 September 2014 pukul 08.00