Gaza

4
Apa yang Kita Capai di Gaza? [ 24/02/2009 - 02:06 ] Izzuddin Yassin Kontroversi mengenai kemenangan perlawanan di Gaza masih terus-menerus menjadi. Persis seperti perdebatan soal hasil perang Libanon yang berlangsung hingga sekarang. Penyebabnya, kedua kedua perang itu belum selesai sepenuhnya perang karena watak, situasi dan data lapangan. Sebagian mengatakan, Perang di Gaza yang dikenal sebagai Perang Al- Furqan dipaksakan kepada rakyat Palestina dan kelompok perlawanan, bukan atas pilihan mereka dan bahwa Israel memiliki sejumlah target yang gagal mereka capai. Sehingga ketegaran perlawanan dan kegagalan Israel mencapai target bisa merupakan kemenangan melihat perbedaan peralatan militer antara perlawanan dan tentara Israel. Yang kita pertanyakan, apakah hanya prestasi perlawanan saja atau perlawanan mampu mencapai prestasi yang lain? Apakah ketegaran untuk bertahan dan penggagalan rencana Israel bisa disebut prestasi kemenangan? Menoleh ke belakang: Jika mengamati sejarah perlawanan Palestina sejak awal abad 20, kemenangan militer dan politik Israel sangat terbatas. Kebanyakan justru terjadi setback. Misalnya, dalam revolusi 1936 (yang disebut Tsaurah Kubra, Great Revolution), kita menemukannya berlanjut mencapai klimaksnya tahun 1937 ketika para revolusioner mampu mengusir Inggris dari pos-pos penting di kota-kota Palestina, dan berhasil membebaskan pedesaan dan pegunungan hampir penuh. Keberadaan tentara Inggris hanya berkonsentrasi di kamp militer dan wilayah-wilayah Yahudi. Tapi Inggris secepatnya mendatangkan pasukan militernya dari India, sekitar 30 sampai 40 ribu pasukan dan kembali menduduki Palestina. Menurut sejarawan, Inggris dibantu Perancis yang menduduki Lebanon dan Suriah yang menutup perbatasan dan mencegah pasokan senjata kepada para revolusioner. Inggris secara bertahap mampu melumpuhkan perlawanan dan revolusi selama musim panas 1938. Nasib Great Revolution (Revolusi Besar) adalah tali penghubung rakyat Palestina dan perlawanannya selama rentang selama 70 tahun. Sejak saat itu, Israel memamerkan kekuatan militernya, menjajahnya, membunuhi,

description

berita

Transcript of Gaza

Apa yang Kita Capai di Gaza?[ 24/02/2009 - 02:06 ] Izzuddin YassinKontroversi mengenai kemenangan perlawanan di Gaza masih terus-menerus menjadi. Persis seperti perdebatan soal hasil perang Libanon yang berlangsung hingga sekarang. Penyebabnya, kedua kedua perang itu belum selesai sepenuhnya perang karena watak, situasi dan data lapangan.Sebagian mengatakan, Perang di Gaza yang dikenal sebagai Perang Al-Furqan dipaksakan kepada rakyat Palestina dan kelompok perlawanan, bukan atas pilihan mereka dan bahwa Israel memiliki sejumlah target yang gagal mereka capai. Sehingga ketegaran perlawanan dan kegagalan Israel mencapai target bisa merupakan kemenangan melihat perbedaan peralatan militer antara perlawanan dan tentara Israel.Yang kita pertanyakan, apakah hanya prestasi perlawanan saja atau perlawanan mampu mencapai prestasi yang lain? Apakah ketegaran untuk bertahan dan penggagalan rencana Israel bisa disebut prestasi kemenangan?

Menoleh ke belakang:Jika mengamati sejarah perlawanan Palestina sejak awal abad 20, kemenangan militer dan politik Israel sangat terbatas. Kebanyakan justru terjadi setback. Misalnya, dalam revolusi 1936 (yang disebut Tsaurah Kubra, Great Revolution), kita menemukannya berlanjut mencapai klimaksnya tahun 1937 ketika para revolusioner mampu mengusir Inggris dari pos-pos penting di kota-kota Palestina, dan berhasil membebaskan pedesaan dan pegunungan hampir penuh. Keberadaan tentara Inggris hanya berkonsentrasi di kamp militer dan wilayah-wilayah Yahudi.Tapi Inggris secepatnya mendatangkan pasukan militernya dari India, sekitar 30 sampai 40 ribu pasukan dan kembali menduduki Palestina. Menurut sejarawan, Inggris dibantu Perancis yang menduduki Lebanon dan Suriah yang menutup perbatasan dan mencegah pasokan senjata kepada para revolusioner. Inggris secara bertahap mampu melumpuhkan perlawanan dan revolusi selama musim panas 1938.

Nasib Great Revolution (Revolusi Besar) adalah tali penghubung rakyat Palestina dan perlawanannya selama rentang selama 70 tahun. Sejak saat itu, Israel memamerkan kekuatan militernya, menjajahnya, membunuhi, membunuh rakyatnya. Di situlah stasiun kemenangan Israel. Selain itu Great Revolusi, terjadi juga setback dan pengusiran Israel dalam perang tahun 1973, dan di Lebanon selatan, namun di dalam Palestina, perlawanan belum mampu mengalahkan dan mengusir Israel.Faktor "kekalahan perlawananbanyak pihak yang meragukan bahwa Israel tidak akan melakukan penarikan dari Jalur Gaza pada tahun 2005. Pada saat itu Israel mengatakan mereka keluar dari Jalur Gaza atas kemauan sendiri dan akan kembali sesuai dengan kemauan mereka juga. Perkataan yang sama diulang-ulang Israel di awal perang Al-Furqan. Sebagian eks pemukim Yahudi Netsyarm dan Gost Katev akan kembali ke permukiman mereka dulu. Bahkan mengajukan permintaan kepada Mahkamah Agung Israel untuk membolehkan mereka kembali ke pemukiman mereka.Perang berakhir sebelum Mahkamah Agung Israel mempertimbangkan permintaan mereka. Setelah asap perang reda semua menjadi jelas bahwa mejajah kembali Jalur Gaza bukan seperti tamasya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Palestina, kita mau selangka kedepan menuju pembebasan tanah Palestina tanpa mundur sedikitpun setelah itu. Simpul revolusi tahun 1936 sudah terlepas.

Prestasi terpenting:Prestasi terpenting dalam perang Al-Furqan adalah membuktikan prestasi perlawanan dengan membebaskan Gaza. Seperti kata pemikir Palestina Azmi Bishara, "Sekarang kita dapat mengatakan bahwa Gaza sudah dibebaskan". Siapapun yang mempelajari pengalaman perjuangan Palestina ia akan menyadari pentingnya prestasi ini. Ia juga akan menyadari pentingnya prestasi lain yang tidak kalah pentingnya yakni mempertahankan kekuatan bersenjata perlawanan. Rakyat Palestina selalu selalu melakukan revolusi dan perlawanan. Tetapi perlawanan itu selalu mulai dari nol setelah terpukul dan dihancurkan dalam perjuangan heroik dan gagah berani melawan Israel. Hanya saja kali equasi berubah. Kedua prestasi ini membutuhkan pengorbanan dalam setiap peperangan.

Kali ini peperangan berakhir dan perlawanan tidak akan dipaksa memulai dari nol lagi. Sebab perlawanan sudah miliki kekuatan militer dan persenjataan yang memiliki pengaruh efektif dalam peperangan. Hal itu akan memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam hitungan bulan dan tahun ke depan. Karenanya, Israel fokus pada hari-hari belakangan untuk melakukan negosiasi gencatan senjata dengan syarat "menghentikan penyelundupan senjata" (ke Jalur Gaza). Sebab mereka menyadari bahaya perlawanan yang mengancam eksistensi mereka. Israel menyadari bahwa Jalur Gaza hanya 2 persen dari keseluruhan wilayah Palestina telah menjadi pijakan proyek perlawanan dan pembebasan kemerdekaan.

Terobosan lain belum tercapai, tapi sudah dekat, yakni pembebasan Jalur Gaza dari blockade. Olmert yang menggagalkan kesepakatan gencatan senjata dengan syarat pembebasan Jalur Gaza dari blockade akan mencoreng pamor dan popularitasnya sebagai perdana menteri yang berjanji menghabisi Hamas dan perlawanan di Gaza.

Prestasi peperangan Al-Furqan lain adalah hancurnya pilihan penyelesaian damai dengan Israel, dunia Arab semakin teledor, dukungan rakyat kepada pilihan perlawanan dan kecenderungan dunia Islam secara umum untuk itu, simpati terhadap isu Palestina di berbagai belahan dunia. Bahkan ternyata banyak pihak di Eropa beralih dari mendukung Israel balik mendukung Palestina.

Prestasi lain ketegaran perlawanan yang tidak bisa dilupakan adalah penciptaan data baru dimana rekonsiliasi nasional bisa terwujud berdasarkan pada data itu. Pasca perang semua orang menyadari bahwa tidak mungkin lagi menghapus Hamas, terutama pihak kubu Dayton yang bekerja sama dengan Israel untuk menggulingkan Hamas. Termasuk Eropa, rezim Arab. Benar masih ada veto Amerika dan Israel terhada Abu Mazen. Memang benar bahwa ada upaya yang mencoba menyeret Hamas untuk menghindar dari prinsip-prinsipnya. Kebanyakan mereka pernah meyakini harus menghapus Hamas, kini mereka yakin bahwa tidak ada jalan kecuali menerima Hamas apa adanya.

Tahap berikutnya:Israel mulai yakin bahwa perlawanan Palestina sangat sulit ditaklukkan. Kemenangan Hamas, menurut Israel akan mengakibatkan hegemoni Amerika di kawasan mengalami setback. Israel dan Amerika dan sekutunya saat ini sedang mencari cara dan proyek baru untuk memperkuat dan melindungi kawasan colonial agar tidak jatuh.Apa yang telah kita capai di Gaza adalah awal jalan pembebasan Palestina. Namun ada sejumlah tantangan ke depan:

1 - Harus menyelesaikan tugas membebaskan Gaza dari blokade, menyedikan rekonstruksi dan perbaikan kehidupan warga Jalur Gaza.2 - Harus mewaspadai rencana Amerika dan Zionis pada tahap berikutnya, dimana mereka ingin menyibukkan perlawanan dengan perang sampingan dan konflik internal.

3 - Harus memindahkan peperangan dengan Israel ke Tepi Barat. Namun ini tidak mudah. Sebab Tepi Barat akan menjadi garis pertahanan terakhir Israel. Jika Israel keluar dari sana maka pertempuran akan berpindah ke wilayah Palestina yang diduduki Israel secara penuh yakni jajahan 48. Jika Tepi Barat berhasil di rebut perlawanan Palestina maka Israel akan terkurung dari segala sisi. Dari utara dikepung perlawanan Libanon, dari timur dan selatan dikepung perlawanan Palestina dan dari barat ditutup laut. Karenanya perang di Tepi Barat akan membutuhkan pembicaraan yang panjang. (bn-bysr)