Gastritis
-
Upload
ultimatenovie -
Category
Documents
-
view
238 -
download
1
description
Transcript of Gastritis
SURVEILANCE EPIDEMIOLOGI PENYAKIT GASTRITIS
DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPONDOH
TAHUN 2013
Kelompok 3
Imakulata Intan Nabila JayanthiRini Handayani
Sri SugiartiTetra Rahayuni
Winarni
UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini dengan judul
“Surveilance Epidemiologi Penyakit Gastritis di Puskesmas Kecamatan Cipondoh Tahun 2012”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan,
namun berkat adanya bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, baik secara lisan maupun
tulisan, maka makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sugeng Wiyono selaku dosen mata ajar Surveilance Epidemiologi
2. Rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Jakarta, April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Surveilance epidemiologi adalah suatu proses pengumpulan data, pemeriksaan, analisis
dan penerjemahan data secara sistematis dan terus-menerus. Surveilens dilakukan untuk
mengetahui kesatuan karakteristik yang tidak biasa dari susunan data, melakukan analisis dari
data yang sederhana ke kompleks dan ketepatan data penyakit yang akan diteliti.
Gastritis terjadi pada organ lambung. Organ ini terletak di sebelah kiri rongga dada
dengan posisi miring ke bawah, menjorok ke kanan mendekati ulu hati. Kadang-kadang orang
yang terkena sakit ini akan menunjuk atau memegang perut sebelah kiri atau ulu hati, tepat
dibawah tulang dada. Di lokasi lambung inilah proses pencernaan makanan terjadi. Untuk
selanjutnya diteruskan ke usus di bawahnya. Dalam proses pencernaan tersebut dikeluarkan
beberapa cairan asam lambung untuk membantu proses penghancuran makanan. Pada penyakit
ini terjadi suatu iritasi atau peradangan pada dinding mukosa lambung sehingga menjadi merah,
bengkak, berdarah dan luka. Radang lambung dapat berupa serangan akut atau gangguan kronis.
Serangan akut terjadi mendadak misalnya setelah minum alkohol, kopi, makanan berbumbu
banyak atau yang susah dicerna.
Pada tahun 2004 penyakit Gastritis menempati urutan yang ke 9 dan 50 peringkat utama pasien
rawat jalan di Rumah Sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 218.500
(yanmed DEPKES RI http://bank data depkes.go.id/data) Dan berdasarkan data dari profil dinas
kesehatan nasional pada tahun 2010 gastritis merupakan 10 besar penyakit dengan posisi
peringkat ke 5 pasien rawat inap dan posisi ke 6 rawat jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang
datang ke unit pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit mengalami keluhan
yang berhubungan dengan nyeri ulu hati. Jumlah penderita gastritis di Puskesmas Cipondoh
merupakan urutan daftar 10 penyakit yang paling sering dikeluhkan pasien, tahun 2012 tercatat
pada bulan juni jumlah penderita sebanyak 168 orang dan meningkat pada bulan berikutnya
sebanyak 208 orang. Penyakit gastritis yang diderita pasien sering mengalami kekambuhan. Sering
kali pasien mengeluhkan nyeri ulu hati yang berakibat terganggunya aktivitas sehari-hari.
1.2 Tujuan Umum
Untuk mengetahui masalah pelaksanaan surveilens epidemiologi dari penyakit gastritis
atau radang pada lambung.
Untuk mengetahui gambaran epidemiologi dari penyakit gastritis atau radang pada
lambung.
Untuk mengetahui kecenderungan penyakit gastritis atau radang pada lambung
1.3 Tujuan Khusus
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui masalah pelaksanaan surveilens epidemiologi
Masalah pengumpulan data
Masalah pengolahan dan analisa data
Diperolehnya kecederungan penyakit gastritis.
2. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi
Untuk mengetahui distribusi proporsi penyakit gastritis menurut jenis kelamin.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penyakit gastritis menurut kelompok usia.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penyakit gastritis menurut waktu
Diperolehnya trend atau kecenderungan penyakit gastritis menurut jenis kelamin
Diperolehnya trend atau kecenderungan penyakit gastritis menurut kelompok usia
Diperolehnya trend atau kecenderungan penyakit gastritis menurut waktu
3.2 Metode yang digunakan
1. Pengumpulan data
Data penderita gastritis dari Puskesmas Cipondoh, pengambilan data dengan cara
kuantitatif.
2. Waktu dan tempat
Data yang diperoleh untuk tahun 2012 - 2013 pada Puskesmas Cipondoh. Penulis
mengambil data tersebut pada hari senin dan selasa tanggal 26 dan 27 april 2013
3. Pengolahan dan analisa data
Penulis dalam memasukan data- data dengan menggunakan bantuan microsof excel dan
disajikan dalam bentuk table dan grafik untuk lebih memudahkan penggambaran yang
lebih spesifik dan signifikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi penyakit gastritis atau radang lambung
Lambung adalah salah satu bagian dari alat pencernaan, merupakan organ berotot yang
berongga dan mempunyai dua lubang, yaitu satu lubang berupa pintu masuk dari esofagus dan
satu lagi merupakan pintu keluar menuju usus kecil. Fungsi lambung antara lain yaitu untuk
menyimpan makanan untuk sementara, mencampur dan membantu mencerna makanan dengan
bantuan sekresi-sekresi lambung dan asam hidroklorida, dan mengkontraksi makanan ke dalam
usus kecil.
Radang lambung (gastritis) atau dikenal dengan penyakit magh berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan .
Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa lambung (Price &
Wilson, 2003; Setiawan, 2008, Bethesda, 2004).
Gastritis adalah radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkn oleh
ketidakteraturan diet , misalnya makan terlalu banyak , terlalu cepat, makan makanan terlalu
banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi penyebab lain yang termasuk alkohol, aspirin ,
refluk empedu atau terapi radiasi (Brunner & Suddart,2000)
Gastritis merupakan suatu gangguan pencernaan yang umum terjadi. Pada penyakit ini
terjadi suatu iritasi atau peradangan pada dinding mukosa lambung sehingga menjadi merah,
bengkak, berdarah dan luka. Radang lambung dapat berupa serangan akut atau gangguan kronis.
Serangan akut terjadi mendadak misalnya setelah minum alkohol, kopi, makanan berbumbu
banyak atau yang susah dicerna. Normalnya, mukosa (lapisan dinding dalam) lambung kita
cukup kuat untuk menahan asam lambung sehingga asam lambung tetap terjaga di dalam
lambung yang nantinya berfungsi untuk mencerna sari-sari makanan. Asam lambung ini cukup
keras, makanya semua makanan yang kita makan benar-benar bisa tercerna terlebih dahulu
sebelum masuk ke usus. Sehingga dapat dibayangkan jika sering lupa makan, atau mungkin kita
punya kebiasaan menunda makan, pasti asam lambung tadi bisa mengiritasi lambung. Dinding
lambung lama-lama tidak kuat menahan asam lambung tadi sehingga timbul penyakit gastritis.
Gastritis adalah inflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung. Inflamasi ini mengakibatkan
sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian
tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto
memperlihatkan iregularitas mukosa. (Wibowo, 2007) Terjadinya gastritis atau peradangan
lambung, pada awalnya karena asam lambung yang berlebihan. Asam lambung yang semula
membantu lambung malah merugikan lambung. Asam lambung akan merusak dinding lambung
itu sendiri, karena sifat asam yang korosif (mengikis). Faktor yang memicu produksi asam
lambung berlebihan, diantaranya beberapa zat kimia, seperti alcohol, umumnya obat penahan
nyeri, asam cuka. Juga beberapa makanan dan minuman yang bersifat asam,, makanan dengan
bumbu yang bersifat asam dan sebagainya. Makanan yang pedas serta bumbu yang merangsang,
semisal jahe, merica, juga akan memicu produksi asam lambung.
2.2 Klasifikasi penyakit gastritis
Gastritis terbagi dua, yaitu:
a. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan kelainan klinis akut yang menyebabkan perubahan pada
mukosa lambung antara lain ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil (Wibowo,2007),
mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan (Price Wilson, 2003).
Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut, gastritis erosive kronis,
dan gastritis eosinofilik (Wibowo, 2007). Semua tipe gastritis akut mempunyai gejala
yang sama (Severence, 2001). Episode berulang gastritis akut dapat menyebabkan
gastritis kronik (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000).
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik merupakan gangguan pada lambung yang sering bersifat multifaktor dengan
perjalanan klinik bervariasi (Wibowo, 2007). Gastritis kronik ditandai dengan atrofi
progresif epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding
lambung menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata (Price & Wilson, 2003).
Gastritis kronik terdiri dari 2 tipe yaitu Tipe A dan Tipe B. Gastritis tipe A disebut juga
gastritis atrofik atau fundal karena mengenai bagian fundus lambung dan terjadi atrofik pada
epitel dinding lambung. Gastritis Tipe A merupakan tipe gastritis kronik yang sering
terjadi pada lansia. Sedangkan gastritis kronik tipe B disebut juga gastritis antral karena
mengenai lambung bagian antrum (Price & Wilson, 2003). Gastritis kronik Tipe A dan Tipe
B mempunyai gejala yang sama (Severence, 2001).
2.3 Penyebab Gastritis
Wibowo (2007) menyebutkan bahwa penyebab gastritis tergantung dari jenis gastritis yang
terjadi. Gastritis akut terdiri dari gastritis stres akut, gastritis erosif kronis, gastritis eosinofilik.
(a) Gastritis stres akut, merupakan jenis Gastritis yang paling berat yang disebabkan oleh
penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba. (b) Gastritis erosif
kronis, merupakan akibat dari zat iritan seperti alkohol, kafein, endotoksin
bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), obat-obatan (terutama obat
aspirin dan obat anti peradangan lain; penyakit Chrone dan infeksi virus atau
bakteri. (c) Gastritis esinofilik, terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi
cacing gelang ditandai dengan terkumpulnya Eosinofil (sel darah putih) di dinding
lambung. Umumnya yang menjadi penyebab penyakit ini, antara lain:
Obatobatan: Aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS); Alkohol dan
gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, stress, sepsis. Secara
makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda, dimana jika
ditemukan lesi pada korpus dan fundus biasanya lesi tersebut disebabkan oleh
stress. Sedangkan gastritis kronis pada umumnya disebabkan oleh kuman
Helicobacter Pylori
Gastritis kronis terdiri dari gastritis Tipe A dan Tipe B. Gastritis kronik tipe A
disebabkan karena usia lanjut sehingga menyebabkan terjadinya atrofi pada sel
epitel lambung. Sedangkan gastritis kronik tipe B disebabkan oleh infeksi
Helicobacter pilory (Price & Wilson, 2003). Selanjutnya akan diuraikan
mekanisme terjadinya gastritis berdasarkan masing masing faktor penyebab
yang ada.
a. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter Pylori yang hidup
di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi helicobacter
pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang
diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab
tersering terjadinya gastritis (Severence, 2001; Wibowo, 2007; Price &
Wilson, 2001). Infeksi Helicobacter pylori dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Tingkat
asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara
sempurna dari lambung sehingga meningkatkan risiko (tingkat bahaya)
dari kanker lambung (Jackson, 2006).
b. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) seperti aspirin, ibuprofen,
naproxen dan piroxicam dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan
kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer
(Jackson, 2006; Sagal, 2006).
Beberapa penelitian juga telah dilakukan di RSCM untuk melihat efek
samping dari penggunaan obat rematik antara lain pemeriksaan
endoskopi pada pasien yang telah menggunakan aspirin selama lebih
dari 2 bulan. Penelitian tersebut menunjukan bahwa terjadi kerusakan
pada struktur saluran cerna bagian atas yaitu 66,7% pasien, hampir 30
% pengguna aspirin tersebut mengalami tukak pada saluran cerna
bagian atas, dan yang menarik adalah 25 % pasien pengguna aspirin
tersebut tidak merasakan apa apa walaupun sudah mengalami tukak
pada lambung (http://www.idionline.org).
c. Penggunaan alkohol dan kokain secara berlebihan.
Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal sehingga dapat menyebabkan
perdarahan (Wibowo, 2007).
d. Stres fisik.
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis, ulkus serta pendarahan pada
lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada
saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada produksi
mukus dan fungsi sel epitel lambung (Price & Wilson, 2003; Wibowo,
2007).
e. Stres psikologis
Respon mual dan muntah yang dirasakan pada saat individu mengalami stres menunjukan
bahwa stres berefek pada saluran pencernaan. Wolf (1965, dalam Greenberg, 2002)
melakukan penelitian mengenai efek stres pada saluran pencernaan antara lain
menurunkan saliva sehingga mulut menjadi kering; menyebabkan kontraksi yang tidak
terkontrol pada otot esophagus sehingga menyebabkan sulit untuk menelan; peningkatan
asam lambung, konstriksi pembuluh darah di saluran pencernaan dan penurunan
produksi mukus yang melindungi dinding saluran pencernaan sehingga
menyebabkan iritasi dan luka pada dinding lambung; dan perubahan
motilitas usus yang dapat meningkat sehingga menyebabkan diare atau
menurun sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi biasanya terjadi
pada individu yang mengalami depresi sedangkan diare biasanya terjadi
pada individu yang berada pada kondisi panik. Hasil penelitian tersbut
menunjukan bahwa stres memiliki pengaruh yang negatif terhadap
saluran pencernaan antara lain dapat menyebabkan individu mengalami
luka (ulcer) pada saluran pencernaan termasuk pada lambung yang
disebut dengan penyakit gastritis.
2.4 Gejala- gejala pada penyakit gastritis atau radang lambung
Pada awal gejala atau keluhan yang dirasakan yaitu rasa perih dan kembung di ulu hati.
Kemudian berlanjut dengan mual dan disertai muntah. Pada saat ini, penderita baru menyadari
sakitnya. Keadaan ini berlanjut dengan berkurangnya nafsu makan. Bila hal ini terus dibiarkan,
akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang
dikenal dengan tukak lambung. Muntah pun bisa disertai darah. Keadaaan gastritis akut
(mendadak) juga bisa terjadi pada anak-anak yang menelan zat-zat kimia korosif, misalnya asam
dan basa kuat. Pada umumnya zat ini terdapat pada cairan kebersihan rumahtangga maupun
pestisida. Kerusakan akibat zat ini tidak hanya di lambung, tetapi juga di bibir, rongga mulut dan
tenggorokan.
Mual dan sering muntah agak asam. Pada kondisi berat lambung mungkin dapat
mengelupas sehingga mengakibatkan muntah darah perut terasa nyeri, pedih, kembung dan sesak
(sebah) pada bagian atas perut. Napsu makan menurun drastis, wajah pucat, keringat dingin,
pusing. Sering sendawa terutama bila dalam keadaan lapar Sulit tidur karena gangguan rasa sakit
pada daerah perut sebelah atas (ulu hati). Pada radang lambung kronis gejala yang ditunjukan
lebih ringan, seringkali gejala menjadi samar, seperti tidak toleran terhadap makanan pedas atau
berlemak atau nyeri ringan yang akan hilang setelah makan.
2.5 Patofisiologi
Gastritis terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam HCL) dan pepsi, erosi yang terkait berkaitan
dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam-pepsin atau berkenaan dengan penurunan
pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus cukup untuk
bertindak sebagai barier terhadap HCL. Seseorang mungkin mengalami gastritis karena 2 faktor
yaitu hipersekresi asam pepsin dan kelemahan barrier mukosa lambung. Pada gastritis akut
terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensive yang berperan dalam
menimbulkan lesi pada mukosa lambung. Faktor agresif tersebut HCL, pepsin, asam empedu,
infeksi, virus, bakteri dan bahan korosif (asam dan basa kuat). Sedangkan faktor defensive
adalah mukosa lambung dan mikro sirkulasi.
Dalam keadaan normal faktor defensive dapat mengatasi faktor agresif sehingga tidak
menimbulkan kelainan patologis pada lambung. Tukak lambung/tukak peptik merupakan
keadaan dimana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai bawah epitel.
2.6 Manifestasi Kliniks
a. Gastritis akut
Gastritis stress akut, penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera)
biasanya menutupi gejala-gejala lambung, tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak.
Segera setelah cedera, timbul memer kecil dilapisan lambung. Dalam beberapa jam
memar ini bias berubh menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bias menghilang apabila
penderita sembuh dengan cepat dari cideranya. Apabila tidak sembuh 2-5 hari maka akan
terjadi pendarahan, cairan lambung akan bewarna kemerahan dan tekanan darah akan
turun.
Gastitis erosif kronis , berupa mual ringan dan nyeri di perut sebelah atas. Tetapi banyak
penderita (misalnya memakai aspirin jangka panjang) tidak merasa nyeri. Penderit
lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika Gastritis
manyebabkan pendarahan dari ulkus lambung, gejalanya bias berupa tinja bewarna
kehitaman seperti aspal atau muntah darah dan makanan yang nenyerupai endapan kopi.
Gastritis esinofilik, nyeri perut atau muntah bias disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke usus dua belas jari.
Sindrom dyspepsia berupa nyeri berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,
merupakan satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula pendarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
pendarahan.
b. Gastritis kronik
Gastritis sel plasma, nyeri perut dan muntah bias terjadi bersamaan dengan timbulnya
ruam di kulit dan diare.
Penyakit meniere, nyeri lambung disertai hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan
penurunan berat badan. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan bisa disebabkan
karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini
bercampur dengan isi lambung yang dibuang dari tubuh.
Kebanyakan pasien pada kasus gastritis kronik tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil yang mendapat gejala diatas.
2.6 Diagnosis penyakit gastritis
Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dokter akan
menduganya Gastritis. Jika gejalanya menetap, jarang dilakukan pemeriksaan dan pengobatan
dimulai berdasarkan penyebab yang mungkin.
Jika diagnosisnya belum meyakinkan, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan lambung
dengan endoskopi dan biopsy (penganbilan contoh lapisan lambung untuk diperiksa dibawah
mikroskop). Sedangkan pada Gastrits akibat bakteri bisa diketahui dengan pemeriksaan darah
2.7 Pengobatan gastritis atau radang lambung
Pengobatan penyakit gastritis atau radang lambung adalah obat- obatan tradisional yang
ada di sekitar kita. Tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan lambung
ditujukan untuk mengurangi peradangan dan infeksi, memperkuat dinding mukosa lambung dan
mengurangi kepekaan dinding lambung, memperbaiki fungsi kelenjar-kelenjar lambung dan
pencernaan secara umum.
Adapun tumbuhan obat yang dapat di gunakan untuk mengatasi penyakit gastritis atau
radang lambung adalah sebagai berikut ; Temu Lawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.), Kunyit
(Curcuma Domestica Val.), Kencur (Kaempferia Galanga L.), Kapulaga (Amomum
Cardamomum), Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.), Sambiloto (Andrographis Paniculata), Kulit
Jeruk Mandarin (Citrus Nobilis)
BAB III
HASIL SURVEILENS
3.1 Tabel
4.1.1 Tabel Data Penyakit Gastritis Berdasarkan Jenis Kelamin
No Bulan (2012)N %
Kumulatif N %
L P L P L P L P1 Januari 63 112 10,04 7,91 63 112 10,04 7,912 Februari 51 116 8,13 8,20 114 228 18,17 16,113 Maret 26 75 4,15 5,30 140 303 22,32 21,414 April 59 120 9,41 8,47 199 423 31,73 29,885 Mei 62 140 9,89 9,89 261 563 41,62 39,776 Juni 58 110 9,25 7,76 319 673 50,87 47,537 Juli 56 152 8,93 10,73 375 825 59,80 58,268 Agustus 58 119 9,25 8,40 433 944 69,05 66,669 September 54 124 8,61 8,76 487 1.068 77,06 75,42
10 Oktober 60 111 9,57 7,84 547 1.179 87,23 83,2611 November 39 127 6,22 8,97 586 1.306 93,45 92,2312 Desember 41 110 6,55 7,77 627 1.416 100 100
Jumalah 627 1.416 100 100 4.151 9.040 661,34 638,44
3.2 Diagram Batang
4.2.1 Diagram Penderita Gastritis Berdasarkan Jenis Kelamin
3.3 Diagram Garis
4.3.1 Diagram Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin
3.4 Diagram Batang
4.4.1 Diagram penyakit gastritis berdasarkan klasifikasi umur
4.5 Diagram Garis
4.5.1 Diagram penyakit Gastritis berdasarkan klasifikasi umur
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel
4.1.1 Tabel Data penyakit Gastritis berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel penderita gastritis di puskesmas kecamatan cipondoh kota tangerang provinsi
banten pada tahun 2012 dari bulan Januari sampai Desember berdasarkan jenis kelamin
diperoleh data pada bulan januari penderita penyakit gastritis yang diderita oleh laki-laki
sebanyak 63 orang (10,04%) sedangkan pada perempuan 112 (7,91%) Pada bulan februari yang
diderita oleh laki-laki sebanyak 51 orang (8,13%) dan pada perempuan 116 (8,20%) pada bulan
Maret gastritis yang diderita oleh laki-laki sebanyak 26 orang (4,15%) dan pada perempuan
sebanyak 75 orang (5,30%) Pada Bulan April gastritis yang diderita oleh laki-laki sebanyak 59
orang (9,41%) dan pada perempuan 120 (9,41%) Pada Bulan Mei gastritis yang diderita oleh
laki-laki sebanyak 62 orang (9,89%) dan perempuan 140 orang (9,89%) pada bulan Juni Gastritis
yang diderita oleh laki-laki sebanyak 58 orang (9,25%) dan perempuan 110 orang (9,25%) pada
bulan juli jumlah gastritis yang diserita oleh laki-laki sebanyak 56 orang (8,93%) dan perempuan
sebanyak 152 orang (8,93%) pada bulan agustus jumlah gastritis yang diderita oleh laki-laki
sebanyak 58 orang (9,25%) dan perempuan sebanyak 119 (8,40%) pada bulan september jumlah
gastritis yang diderita oleh laki-laki sebanyak 54 orang (8,61%) dan perempuan sebanyak 124
orang (8,61 %) pada bulan oktober jumlah gastritis yang diderita oleh laki-laki sebanyak 60
orang (9,57%) dan perempuan sebanyak 111 orang (7,84%) pada bulan november jumlah
gastritis yang diderita oleh laki-laki sebanyak 39 orang (6,22%) dan perempuan sebanyak 127
orang (8,97%) dan pada bulan Desember sebanyak 41 orang (6,55%) dan perempuan sebanyak
110 orang (7,77%)
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penyakit gastritis lebih banyak diderita oleh kaum
perempuan daripada laki-laki hal ini sesuai dengan faktor resiko gastritis dimana pada faktor
resiko tersebut menurut jenis kelamin Penyakit gastritis lebih banyak terjadi pada perempuan
dibanding laki Hal ini didukung oleh data distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap
menurut golongan sakit di Indonesia tahun 2006, gastritis berada pada urutan ke-5 dengan
jumlah penderita laki laki 13.529 orang dan perempuan 19.506 orang, sedangkan data distribusi
penyakit sistem cerna pasien rawat jalan menurut golongan sebab sakit di Indonesia tahun 2006
adalah berada pada posisi ke- 5 dengan jumlah penderita laki-laki57.045 orang dan perempuan
70.873 orang (Depkes, 2007). Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Afifah (2003) bahwa pada jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita gastritis karena
perempuan rentan secara psikologis untuk mengalami stres. Secara teori psikologis juga
disebutkan bahwa perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dan emosi daripada rasio
sehingga mudah atau rentan untuk mengalami stres psikologis (Gupta,2008). Kerentanan wanita
untuk mengalami stres sehingga berisiko tinggi mengalami gastritis juga telah diteliti oleh Isnarti
& Ritandiyah (2006) yang nenyatakan bahwa tingkat stres pada perempuan lebih tinggi daripada
laki laki, dan pada perempuan lebih sulit untuk mengontrol dan mengendalikan emosi yang
merupakan pemicu timbulnya stres. Beberapa penelitian menunjukan bahwa respon nyeri antara
laki laki dan perempuan berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Woodrow (2005) menyatakan
bahwa laki laki lebih toleran terhadap nyeri daripada wanita.
4.2.1 Tabel Data penyakit Gastritis berdasarkan Klasifikasi Umur
Berdasarkan Tabel penderita Gastritis di Puskesmas Kecamatan Cipondoh Tahun 2012 dari
bulan Januari sampai dengan Desember berdasarkan klasifikasi umur diperoleh data pada bulan
januari sampai dengan desember jumlah gastritis usia ≤ 1 tahun sebanyak 29 orang, usia 1-4
tahun sebanyak 64 orang, usia 5-14 tahun sebanyak 264 orang, usia 15-19 tahun sebanyak 169
orang,usia 20-54 tahun sebanyak 1.278 orang dan usia lebih dari 55 tahun sebanyak 321 orang.
Berdasarkan data tersebut terlihat paling banyak penderita gastritis pada usia 20-54 tahun usia
meningkatkan resiko gastritis disebabkan karena dinding mukosa lambung semakin menipis
akibat usia tua dan pada usia tua lebih mudah untuk terinfeksi helicobacter pyllori atau penyakit
autoimun daripada usia muda (Jackson, 2006). Diperkirakan lebih dari 85% dewasa tua
mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan kronis yang dapat menyebabkan nyeri. Respon
dewasa tua terhadap nyeri berbeda beda, sebagian dewasa tua cenderung mengabaikan nyeri
dalam waktu yang lama sebelum melaporkan atau mencari perawatan kesehatan karena sebagian
dari mereka menganggap nyeri sebagai bagian dari proes penuaan yang normal, sebagian orang
dewasa lain tidak mencari bantuan perawatan kesehatan karena merasa takut nyeri tersebut
manandakan penyakit yang serius (Smeltzer & Bare,2004).
BAB V
KESIMPULAN
Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun
jenis kelamin tetapi dari beberapa survey menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang
usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala gastritis, dari tingkat
kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi
akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bisa menyebabkan munculnya gejala gastritis.
Meskipun itu tidak jarang masyarakat masih beranggapan bahwa gastritis timbul hanya karena
faktor asupan makanan atau telat makan.