Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

28

Transcript of Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

Page 1: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja
Page 2: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

sSKENARIO

Seorang dokter perusahaan melakukan pemeriksaankesehatan karyawan pabrik kelapa sawit (PKS). Doktertersebut baru dikontrak oleh perusahaan tersebut karenabanyaknya masalah kesehatan yang timbul di kalangankaryawan pabrik kelapa sawit ini. Hasil pemeriksaankesehatan pada karyawan yang bekerja dibagianpengolahan kelapa sawit ternyata mayoritas pekerjanyamenderita gangguan pendengaran. Di bagian pengolahanini memang menggunakan mesin-mesin berat yangmenyebabkan kebisingan.

Page 3: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

HIPOTESANOISE INDUCED

HEARING LOSS/GANGGUAN

PENDENGARAN AKIBAT KERJA (BISING)

Page 4: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

DEFINISI BISING,KLASIFIKASI BISINGDAN PENYAKITAKIBAT KERJA

ETIOLOGI GANGGUAN

PENDENGARAN

PP TENAGA KERJA DALAM KESEHATAN

KERJA

ALAT PELINDUNG DIRI

CMDPENANGGULANGAN

PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENCEGAHAN PROGNOSA

LEARNING ISSUE

Page 5: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Penyakit yang diderita karyawan dalamhubungan dengan kerja baik faktor resikokarena kondisi tempat kerja, peralatankerja, material yang dipakai, prosesproduksi, cara kerja, limbah perusahaandan hasil produksi.

DEFINISI PENYAKIT AKIBAT KERJA

Page 6: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• DEFINISI KEBISINGAN

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel sarafpendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yangditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dangelombang tersebut merambat melalui media udara ataupenghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebuttidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luarkemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atausuara demikian dinyatakan sebagai kebisingan

DEFINISI BISING,KLASFISIKASIBISING

Page 7: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• KLASIFIKASI KEBISINGAN

Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenisgolongan besar (Tambunan, 2005) :

1. Kebisingan tetap (unsteady noise) dipisahkan lagi menjadi duajenis, yaitu :

a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequencynoise) Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni padafrekuensi yang beragam, contohnya suara mesin, suara kipas,dan sebagainya.

b. Broad band noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noisesama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steadynoise). Perbedaannya adalah broad band noise terjadi padafrekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).

Page 8: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjaditiga jenis, yaitu :

a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktutertentu.

b. Intermittent noise

Sesuai dengan terjemahannya, intermittent noise adalahkebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.

c. Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitastinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,misalnya suara ledakan senjata api dan alat sejenisnya

Page 9: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

1. Faktor genetik

Gangguan pendengaran karena faktor genetik padaumumnya breupa gangguan pendengaran bilateral tetapidapat pula asimetrik dan mungkin bersifat statis maupunprogresif.

ETIOLOGI GANGGUAN PENDENGARAN

Page 10: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

2. Faktor didapat

Infeksi

Neonatal hiperbilirubinemia

Masalah perinatal

Obat ototoksik

Trauma

Neoplasma

Page 11: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

PP menteri tenaga kerja dan transmigrasi No.02/MEN/1980tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalampenyelenggaraan keselamatan kerja.

Peraturan menteri tenaga kerja RI No.01/MEN/1981 tentangkewajiban melapor penyakit akibat kerja

Peraturan menteri tenaga kerja RI No.per.05/02/1988 tentangpetunjuk teknis pedaftaraan pesertaan, pembayaran iuran,pembayaran iuran dan pelayanan jaminan sosial tenaga kerja.

Keputusan menteri tenaga kerja RI NO.KPTS.333/MEN/1989tentang diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja

Kepres RI No.22/1993 tentang penyakit yang ditimbulkankarena hubungan kerja.

PP TENAGA KERJA DALAM KESEHATAN KERJA

Page 12: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

APD merupakan peralatan yg harus disediakan olehpengusaha untuk karyawannya.

APD standart untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindungkepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan,dan pelindung kaki.

ALAT PERLINDUNGAN DIRI

Page 13: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

Jenis-jenis APD

• Jenis APD menurut bagian tubuh yang dilindungi ( AtjoWahyu, 2003).

1. Alat Pelindung Kepala

berdasarkan fungsinya dibagi:

a. Topi Pengaman (helmet), melindungi kepala dari kemungkinanbenturan atau pukulan dan kejatuhan benda.

b. Tudung atau topi, melindungi dari api, ketel uap dan korosif

c. Tutup Kepala, menjaga kebersihan kepala atau rambut danmencegah rambut terlilit bagian mesin yg berputar,

Page 14: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

2. ALat Pelindung Mulut dan Hidung

APD ini biasa juga disebut masker yg berfungsi melindungibagian dalam tubuh melalui pernafasan hidung dan mulutdari pengaruh oksigen yg terkontaminasi dengan partikel debudan gas yg dapat merusak atau setidaknya menggaggupernafasan.

3. Alat Pelindung Telinga

APD telinga terdiri dari 2 jenis, yaitu ear plug yg dapatmenurunkan pajanan sebesar 6-30 dB, dan ear muff yg dapat menurunkan 20 - 40 dB.

Page 15: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

4. ALat Pelindung Mata

APD mata biasanya disebut kaca mata, fungsinya selainmelindungi mata, juga melindungi muka atau wajah yg terdiridari berbagai bentuk disesuaikan dengan sumber bahaya ygdihadapi, seperti bahaya lemparan benda- benda kecil danlemparan bendabenda lainnya.

5. Alat Pelindung Tangan

APD ini disebut dengan sarung tangan. Fungsinya untukmelindungi tangan dari bahaya benda tajam, panas dandingin, radiasi, arus listrik, serta bahan kimia elektromagnetik

Page 16: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

6. Alat Pelindung Kaki dan jari Kaki

APD yg umum digunakan adalah sepatu, namun harusdisesuaikan dengan tempat atau lingkungan kerja sesuaidengan risiko yg terjadi.

7. Alat Pelindung Tubuh

APD tubuh yang dimaksud adalah pakaian kerja yg khususberfungsi untuk melindungi badan atau tubuh. Terkadang adapekerjaan tertentu dalam waktu singkat harus memakaipelindung yg bertujuan agar tenaga kerja terpapar suatu sinarpanas dapat diperkecil atau diperhalus.

Page 17: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harusmelakukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik sertapemeriksaan audiologik. Dari anamnesis didapati riwayatpenah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalamjangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun.Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukankelainan.Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinnepositip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannyalebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannyaadalah tuli sensorineural yang biasanya mengenai keduatelinga.

CARA MENEGAKKAN DIAGNOSA

Page 18: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktubertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 – 10 tahunpertama paparan.5 Pemeriksaan audiometri nada murnididapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi (umumnya 3000 – 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hzsering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenisketulian ini.

Page 19: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Sedangkan pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( ShortIncrement Sensitivity Index ), ABLB ( Alternate BinauralLoudness Balance ) dan Speech Audiometry menunjukkanadanya fenomena rekrutmen ( recruitment ) yang khas untuktuli saraf koklea.Untuk menegakkan diagnosis klinik dariketulian yang disebabkan oleh bising dan hubungannyadengan pekerja, maka seorang dokter harusmempertimbangkan

Page 20: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

faktor-faktor berikut :

1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.

2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.

3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.

4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitasdan durasi bising yang menyebabkan ketulian.

Page 21: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkalaselama kerja. Pentingnya mengetahui tingkat pendengaranawal para pekerja dengan melakukan pemeriksaanaudiometri sebelum bekerja adalah bila audiogrammenunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakanberkurangnya pendengaran tersebut akibat kebisingan ditempat kerja.

6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebabketulian non industrial seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit sebelumnya.

Page 22: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknyadipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidakmungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindungtelinga yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga( ear muffs ) dan pelindung kepala ( helmet ). Oleh karena tuliakibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap (irreversible ), bila gangguan pendengaran sudahmengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volumepercakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantudengar ( ABD ). Apabila pendengarannya telah sedemikianburuk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapatberkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapisupaya pasien dapat menerima keadaannya.

PENANGGULANGAN

Page 23: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Latihan pendengaran ( auditorytraining ) juga dapat dilakukan agarpasien dapat menggunakan sisapendengaran dengan ABD secaraefisien dibantu dengan membacaucapan bibir ( lip reading ), mimik dangerakan anggota badan serta bahasaisyarat untuk dapat berkomunikasi

Page 24: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalahuntuk mencegah terjadinya NIHL yang disebabkan olehkebisingan di lingkungan kerja.

Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Pengukuran pendengaran

Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :

a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.

b. Pengukuran pendengaran secara periodik.

PENCEGAHAN

Page 25: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

2. Pengendalian suara bising

Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung denganmemakai ear muff ( tutup telinga ), ear plugs ( sumbattelinga ) dan helmet ( pelindung kepala ).

b. b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapatdilakukan dengan cara :

- memasang peredam suara

- menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruanganyang terpisah dari pekerja

Page 26: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

3. Analisa bising

• Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitasbising, frekwensi bising, lama dan distribusi pemaparan sertawaktu total pemaparan bising. Alat utama dalam pengukurankebisingan adalah sound level meter .

Page 27: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

• Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tulisaraf koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobatisecara medikamentosa maupun pembedahan, makaprognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpentingadalah pencegahan terjadinya ketulian

PROGNOSA

Page 28: Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja

REFERENSI

• Yunita Murni Rambe Andrina.Gangguan Pendengaran AkibatBising.Fakultas Kedokteran.Bagian Ilmu Penyakit THT.USU

• Jacky Munilson,Yan Edward.Al Hapiz.Gangguan PendengaranAkibat Bising.Bagian THT.Bedah Kepala Leher.FK UniversitasAndalas RSUP Dr.M.Djanil Padang.

• Aryand,Efiaty Soerpadi et al.2007.Buku Ajar Ilmu KesehatanTHT Kepala dan Leher.

• Herianto,Ridwan.2009.Buku Ajar Kesehatan Kerja.Jakarta:EGC.

• Hatoatmodjo,Soekidjo.2011.Kesehatan Masyarakat IlmuSeni.Jakarta:Rineka Cipta.