Gangguan Somatoform

8
1. Definisi Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik (Nevid, dkk, 2005). Pada gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan. 2. Etiologi Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan (Kapita Selekta, 2001). Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid, dkk, 2005):

description

diagnosis gangguan somatoform

Transcript of Gangguan Somatoform

Page 1: Gangguan Somatoform

1. Definisi

Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok

gangguan ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat

dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik (Nevid, dkk, 2005). Pada gangguan

somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik,

namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya.

Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada

kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.

Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan

buatan.

2. Etiologi

Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang

mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam

transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan

metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non

dominan (Kapita Selekta, 2001).

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut

(Nevid, dkk, 2005):

a. Faktor-faktor Biologis

Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada

gangguan somatisasi).

b. Faktor Lingkungan Sosial

Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran

sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

c. Faktor Perilaku

Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

Page 2: Gangguan Somatoform

Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari

situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan

sekunder).

Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”

Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan

dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang

diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau

kerusakan fisik yang dipersepsikan.

d. Faktor Emosi dan Kognitif

Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab

ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:

Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari

adanya penyakit serius (hipokondriasis).

Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-

impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik

(gangguan konversi).

Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin

merupakan suatu strategi self-handicaping (hipokondriasis).

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik

yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali

terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada

kelainan yang mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang

biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang

“menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan

aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat

dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam

Page 3: Gangguan Somatoform

bentuk yang lebih tidak biasa, seperti “kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak

konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan

manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita

penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan

(Nevid, dkk, 2005).

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian

(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk

dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa

perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-

kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius,

namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.

Gambaran keluhan gejala somatoform :

a. Neuropsikiatri:

“kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik” ;

“ saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya”

b. Kardiopulmonal:

“ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”

c. Gastrointestinal:

“saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada

dokter yang dapat menyembuhkannya”

d. Genitourinaria:

“saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan

pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa”

e. Musculoskeletal

“saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang

waktu”

f. Sensoris:

Page 4: Gangguan Somatoform

“ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata

tidak akan membantu”

Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,

hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.

4. Klasifikasi dan Diagnosis

Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :

F.45.0 gangguan somatisasi

F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci

F.45.2 gangguan hipokondriasis

F.45.3 disfungsi otonomik somatoform

F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap

Definisi

Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan

dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor

psikologis. Pasien sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang

penyebabnya tidak dapat ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya

setelah suatu stres dan dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsung

bertahun-tahun. Biasanya disertai penyakit organik yang walaupun demikian

tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan nyerinya (Tomb, 2004).

Individu yang merasakan nyeri akibat gangguan fisik, menunjukkan lokasi rasa

nyeri yang dialaminya dengan lebih spesifik, lebih detail dalam memberikan

gambaran sensoris dari rasa nyeri yang dialaminya, dan menjelaskan situasi

dimana rasa nyeri yang dirasakan menjadi lebih sakit atau lebih berkurang (Adler

et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Sedangkan pada nyeri somatoform,

pasien malah bertindak sebaliknya.

Page 5: Gangguan Somatoform

Etiologi, tidak diketahui

Epidemiologi

Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan

keluhan nyeri punggung.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis

Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,

kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.

Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat

(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,

kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria

dispareunia.

Contoh Penulisan Diagnosis Multiaksial

Axis I : gangguan somatoform, nyeri menetap

Axis II : tidak ada diagnosis aksis II

Axis III : tidak ada (???)

Axis IV : ????

Axis V : 51-60 gejala sedang, disabilitas sedang

Prognosis :

jika gejala terjadi < 6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi > 6 bulan,

cenderung buruk (cenderung menjadi kronik).

Page 6: Gangguan Somatoform

F.45.5 gangguan somatoform lainnya

F.45.6 gangguan somayoform YTT