Gangguan Kejiwaan

download Gangguan Kejiwaan

of 25

description

ggn kejiwaan

Transcript of Gangguan Kejiwaan

Gangguan Bipolar Episode Kini Manik

1.PendahuluanKonsep gangguan jiwa menurut PPDGJ II yang merujuk ke DSM III itu sendiri ialah sindrom atau pola perilaku atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (kerusakan) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia itu tidak semata-mata terletak didalam hubungan antara orang itu dan masyarakat. Menurut PPDGJ III yang merujuk pada DSM IV adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (kerusakan) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia itu atau dengan peningkatan penderitaan, sakit, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang bermakna. Setiap manusia yang ada di dunia memiliki tingkah laku yang berbeda beda. Tingkah laku yang berbeda beda ini dapat kita sebut sebagai kepribadian. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian juga paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian manusia ada yang berupa gabungan ada juga yang mendominasi, misalnya ada sebagian orang dengan kepribadian suka menyendiri, tidak tertarik dengan seks, emosi dingin dan datar, dn hanya sedikit aktivitas yang membahagiakan merupan kepribadian dominan schizoid. Sedangkan kepribadian yang bercampur cendrung dikatakan normal. Selain itu ada juga yang memiliki bukan hanya satu kepribadian, namun dia memiliki dua kepribadian yang berbeda dan dia tidak mengenal kedua kepribadian itu secara bersamaan. Kelainan kepribadian ini di sebut kelainan bipolar. Dalam makalah ini akan dibahas tentak kelainan bipolar episode kini manik atau mania.

2. Pembahasan2.1 Anamnesis (wawancara psikiatrik)Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung.1 Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal. Hal-hal yang perlu diketahui seorang dokter dalam melakukan anamnesis pada pasien antara lain :1. Identitas pasien seperti nama, alamat, umur, dan pekerjaan.12. Keluhan utama pasien, hal utama yang membuat pasien datang menemui dokter. Dalam beberapa kasus yang berat ada kalanya kita tidak dapat menanyakan pada pasien karena pasien telah dalam keadaan gangguan kejiwaan yang berat, untuk itu kita juga dapat menanyakan hal ini kepada keluarganya (alloanamnesis).3. Setelah itu tanyakan bagaimana penyakit itu bermula, bagaimana awal mula gangguan kejiwaan itu terjadi, sejak kapan, dan bagaimana keberlangsungannya, ini bermakna karena kebanyakan penyakit psikiatrik mengalami beberapa fase sebelum menjadi semakin parah.14. Riwayat penyakit terdahulu, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang dapat memicu terjadinya gangguan kejiwaan seperti demam tinggi, riwayat trauma kepala, mengkonsumsi obat-obatan Parkinson, obat anti-hipertensi dan kotikosteroid dalam jangka waktu lama.5. Riwayat pribadi mencakup mengenai riwayat kelahiran pasien, apakah dia cukup bulan atau tidak, proses dilahirkan melalui Caesaratau normal, dan apakah ada masalah saat dia dalam kandungan. Jika pasien telah menikah, tanyakan mengenai pernikahannya. Intinya pada segmen ini kita harus menggali mengenai pribadi pasien.16. Riwayat keluarga, tanyakan apakah di dalam keluarganya ada yang mengalami gangguan jiwa atau tidak. 1Teknik memulai wawancara: bantu pasien agar merasa cukup nyaman memberikan informasi, Perhatikan komunikasi pasien, baik verbal maupun nonverbal, dan saat awal wawancara biarkan pasien mengemukakan keluhannya yang membawa dia mencari pertolongan. Proses wawancara: perkenalan dan memberi salam (sebaiknya terapislah yang terlebih dulu memberi salam dan memperkenalkan diri), pakailah bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan temponya sesuaikan dengan keadaan pasiem (jangan terburu-buru), bina hubungan saling mempercayai (terapis tidak secara spontan dipercaya oleh pasien), bina sikap & perilaku terapis yang berempati dan mengerti perasaan mereka, menjadi pendengar yang efektif sering membuat orang merasa mulai lebih baik, apabila mereka diberi kesempatan untuk bicara dan yakin bahwa mereka didengarkan. Masalah depresi, kecemasan, ketakutan yang tak dapat diatasi, sakit dan nyeri yang tak ditemukan gangguan fisiknya, dan berbagai gejala lainnya, dapat disebabkan oleh perasaan yang ditekan dan tidak diekpresikan.2 Topik yang akan di wawancarai ialah Riwayat penyakit sekarang: Onset (deviasi dan perubahan gejala dari waktu ke waktu), stress pemicu khususnya (kehilangan, kematian, PHK atau kehilangan uang/harta), persepsi pasien tentang dirinya atau persepsi orang lain tentang pasien (pasangan, orang tua), gangguan dan pengobatan sebelumnya, kemampuan adaptasi sosial (pekerjaan, sekolah dll). Riwayat pribadi: perkembangan baik itu informasi tentang perkembangan usia dini (riwayat kehamilan) atau informasi yang didapat dari keluarga, temperamen waktu kecil dan kejadian penting dalam keluarga (kematian, perpisahan, perceraian) yang dapat mempengaruhi berkembangnya temperamen ini, riwayat sekolah, teman, stabilitas keluarga, penelantaran atau penganiayaan, hubungan pasien dengan orang tua, saudara kandung dan teman merupakan barometer penting. Riwayat Sosial: apakah pasien pendiam dan tidak berkawan atau mudah dan banyak kawan, apakah ada perubahan kepribadian yang dirasakan oleh pasien atau diamati oleh keluarga atau teman, status perkawinan dan taraf fungsi seksual sekarang, riwayat pekerjaan (sekarang, diberhentikan, pindah-pindah pekerjaan, sudah berapa kali pindah dan alasan pindah) masalah alkohol atau perilaku anti social,riwayat berhubung dengan aparat (masalah disipilin atau tindak kekerasan). Riwayat Keluarga. Riwayat penyakit genetic, sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dan pengobatannya. Riwayat masalah kesehatan jiwa pada anggota keluarga (gangguan jiwa, problem NAPZA, usaha bunuhdiri, dll). Riwayat jenis obat yang berhasil baik untuk terapi gangguan yang sama. Kemungkinan obat yang sama juga akan beraksi baik terhadap pasien sekarang. Riwayat Psikiatrik: Perlu dicatat dalam riwayat penyakit sekarang ialah masalah kesehatan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatan (nama dokter dan tempatnya, jenis obat, dosis dan hasil terapi). Riwayat penggunaan atau penyalahgunaan. Riwayat perilaku buruk: kebiasaan berjudi, kekerasan dalam rumah tangga, kebiasaan yang bersifat anti social.2

2.2 Pemeriksaan psikiatrikDeskripsi umum (pada pasien manic): Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang-kadang mengelikan dan sering hiperaktif. Mood, afek dan perasaan: Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi yang rendah dan mudah frustasi yang dapat menyebabkan perasaan marah dan permusuhan. Secara emosional mereka sangat labil, mudah beralih dari tertawa menjadi marah kemudian menjadi depresi dalam hitungan menit atau jam. Bicara: Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel dan menjadi pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Saat keadaan teraktifitas, pembicaraan penuh dengan gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata-kata dan hal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat aktifitas meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi menghilang menyebabkan gagasan yang meloncat-loncat (flight of idea), gado-gado kata dan neologisme. Pada keadaan manik akut, pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat dibedakan dari pembicaraan skizofrenik. Gangguan persepsi : Waham ditemukan pada 75% pasien manik. Waham sesuai mood seringkali melibatkan kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar biasa. Dapat juga ditemukan waham dan halusinasi aneh yang tidak sesuai mood. Pikiran: Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yang tidak terkendali. Sensorium dan kognisi: Secara umum, orientasi dan daya ingat masih intak walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala tersebut disebut mania delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin. Pengendalian impuls: Kira-kira 75% pasien manik senang menyerang atau mengancam. Perimbangan dan tilikan: Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka mungkin dapat melanggar peraturan. Reliabilitas: Pasien manik sulit untuk dipercaya. Kebohongan dan penipuan sering ditemukan pada pasien mania.2 2.3 Pemeriksaan penunjangPada pasien dengan keluhan psikiatri biasanya jarang yang melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, sinar x, CT-Scan atau MRI, kecuali jika ada indikasi trauma yang bersifat neurologis sehingga membuat pasien mengeluh secara psikis.Skrining zat dan alcohol diperlukan untuk pasien dengan penyalahgunaan alkohol dan berbagai macam obat karena dapat memperlihatkan sebagai mania atau depresi. Contohnya, penyalahgunaan amfetamin dan kokain dapat timbul sebagai mania, dan penyalahgunaan barbiturate dapat timbul sebagai depresi.1,2 EEG dapat dilakukan pada pasien bipolar untuk menyediakan garis dasar dan membantu mengesampingkan masalah neurologi. Dengan menggunakan tes ini akan mengesampingkan kejang dan tumor otak. Bila dilakukan ECT, monitoring EEG saat ECT digunakan untuk mendeterminasi timbulnya dan durasi kejang. Beberapa studi memperlihatkan abnormalitas dari penemuan EEG sebagai indikasi efektivitas antikonvulsan. Lebih spesifik, penemuan abnormal dari EEG dapat memprediksi respons dari asam valproate. Beberapa pasien dapat mengalami kejang saat pengobatan, terutama antidepresan.2

2.4 Diagnosis kerja dan diagnosis bandingGangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik untuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.3Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik untuk menegakkan diagnosis pasti: Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.3Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik untuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.3Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku. Factor penyebab dari skizofrenia adalah Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat-obatan, anak keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang indentik ataupun frental dan abnormalitas cara kerja otak. Faktor psikologis yaitu faktor faktor yang berhubungan dengan gangguan pikiran, keyakinan, opini yang salah, ketidakmampuan membina, mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan halusinasi yang abnormal dan gangguan afektif. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung skizofrenia, adopsi keluarga skizofrenia dan tuntunan hidup yang tinggi. Faktor organis yaitu ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral juga terdapat gangguan gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan piluitari (kelenjar dibawah otak). Kadang kala kelenjar thyroid dan adrenal mengalami atrofi berat. Dapat juga disebabkan oleh proses klimakterik dan gangguan menstruasi. Semua gangguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi mentalnya. Gejala klinis skizofrenia berupa: Mengalami delusi dan halusinasi, disorganisasi dan pendaftaran afektif. Pendataran alogia, avolusi dan anhedonia, disfungsi sosial, okupasional, tidak peduli pada perawatan diri dan persistensinya berlangsung selama enam bulan, mengalami kesulitan dalam hubungan sosial atau masyarakat, cendrung tidak membangun, membina, dan mempertahankan hubungan social, harapan hidup yang sangat rendah, cendrung untuk bunuh diri, reaksi emosional yangt abnormal, adanya kerusakan bagian otak terutama pada neurotransmiter.2 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.2

2.4 KlasifikasiAda empat jenis gangguan gipolar tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu gangguan bipolar I, gangguan bipolar II. gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tak dapat dispesifikasikan. Gangguan Bipolar I adalah suatu perjalanan klinis yang dikarakteristikkan oleh terdapatnya satu atau lebih episode manik atau campuran, dimana individu tersebut juga mempunyai satu atau lebih episode depresi mayor. Kekambuhan ditunjukkan oleh perpindahan polaritas dari episode atau terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit 2 bulan tanpa adanya gejala-gejala mania. Penyakit bipolar II hypomanic , ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi namun bukan sepenuhnya episode-episode manic atau campuran.4Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) dibagi menjadi: F30 EPISODE MANIKKesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).3,4F30.0 Hipomania Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik. 3,4Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ grandiose ideas dan terlalu optimistik.3,4F30.2 Mania Dengan Gejala PsikotikGambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik). Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).3,4F30.8 Episode Manik LainnyaF30.9 Episode Manik YTT

F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLARGangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penmbahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif. Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30).3,4F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini HipomanikUntuk menegakkan diagnosis pasti: Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.3,4F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala PsikotikUntuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.3,4F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.3,4F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau SedangUntuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.3,4F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala PsikotikUntuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.3,4F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala PsikotikUntuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.3,4F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini CampuranUntuk menegakkan diagnosis pasti: Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomani, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/ hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau.3,4F31.7 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Dalam RemisiSekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau dan ditambah sekurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).3,4F31.8 Gangguan Afektif Bipolar LainnyaF31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

F32 EPISODE DEPRESIFGejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ): Afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya : (a) kosentrasi dan perhatian berkurang, (b) harga diri dan kepercayaan berkurang, (c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, (d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, (e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, (f) tidur terganggu, (g) nafsu makan berkurang. Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-).3,4F32.0 Episode Depresif RinganSekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas; Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai dengan (g). Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya. Karakter kelima: F32.00 = Tanpa gejala somatic dan F32.01 = Dengan gejala somatic.3,4F32.1 Episode Depresif SedangSekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0); ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya; lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu. menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Karakter kelima: F32.10= Tanpa gejala somatic dan F32.11= Dengan gejala somatic.3,4F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa gejala PsikotikSemua 3 gejala utama dari depresi harus ada. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya harus berintensitas berat. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala sangat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu. Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.3,4F32.3 Episode Depresif Berat Dengan Gejala PsikotikEpisode Depresi Berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).3,4F32.8 Episode Depresif LainnyaF32.9 Episode Depresif YTT

F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANGGangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresif ringan (F32.0), episode depresif sedang (F32.1), episode depresif berat (F32.2 dan F32.3). Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2). Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi). Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan). Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).3,4F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini RinganUntuk menegakkan diagnosis pasti: Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.Karakter kelima: F33.00= Tanpa gejala somatic dan F33.01= Dengan gejala somatikF33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini SedangUntuk menegakkan diagnosis pasti: Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.1); dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna. Karakter kelima: F33.10 = Tanpa gejala somatic dan F33.11= Dengan gejala somatic. 3,4F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala PsikotikUntuk menegakkan diagnosis pasti: Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna3,4.F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala PsikotikUntuk menegakkan diagnosis pasti: Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.3,4F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini Dalam RemisiUntuk menegakkan diagnosis pasti: Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-F39; dan sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.3,4F33.8 Gangguan Depresif Berulang LainnyaF33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

F34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF]) MENETAPF34.0 SiklotimiaCiri esensial adalah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan depresif berulang (F33.-). Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk mana pun yang disebut dalam episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-).3,4

F34.1 DistimiaCiri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1). Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak jelas.F34.8 Gangguan Afektif Menetap LainnyaKategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (F34.0) atau distimia (F34.1), namun secara klinis bermakna.3,4F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT

F38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF]) LAINNYAF38.0 Gangguan Afektif Tunggal LainnyaF38.00=Episode afektif campuran merupakan episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik dan depresif.3,4F38.1 Gangguan Afektif Berulang LainnyaF38.10=Episode depresif singkat berulang merupakan episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan selama satu tahun yang lampau. Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2-3 hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria simtomatik untuk episode depresif ringan, sedang atau berat (F32.0, F32.1, F32.2).3,4F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YTTMerupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria untuk kategori mana pun dari F30-F38.1 tersebut diatas.3,4F38.9 Gangguan Afektif YTTUntuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir jika tak ada istilah lain yang dapat digunakan. Termasuk: psikosis afektif YTT.3,4

2.6 Gejala klinisDua tipe utama gangguan mood, yaitu :Unipolar disorder adalah gangguan psikologis dimana seseorang hanya mengalami kejadian depresi, tidak terdapat episode manic. Bipolar disorder adalah gangguan psikologi, ditandai dengan perubahan mood atau perasaan yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania.Pengambilan istilah bipolar disorder mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim. Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania atau, jika ringan, hypomania . Individu yang mengalami episode manik juga sering mengalami episode depresi, atau gejala, atau episode campuran dimana kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode normal suasana hati (mood) , tetapi, dalam beberapa depresi, individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat, yang dikenal sebagai rapid-cycle. Manic episode ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi.5Depresi merupakan kelompok gangguan suasana perasaan (mood) yang ditandai dengan tiga gejala khas, yaitu kehilangan minat, tidak berenergi, dan perasaan depresi (tertekan). Depresi dapat dijumpai pada segala golongan usia, mulai dari kanak, remaja, dewasa, sampai lanjut usia. Tetapi, gambaran gejala depresi yang ditampilkan dapat berbeda. Hal tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor usia dari individu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa depresi merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang tampilannya memiliki banyak muka. Depresi pada kelompok usia dewasa dapat muncul dalam bentuk tiga gejala khas yang disebutkan di atas, seperti hilang minat, rasa malas, dan perasaan sedih yang berkepanjangan. Perasaan sedih dapat berkembang kepada rasa bersalah atau berdosa. Gambaran ini disebut dengan istilah gejala psikologis sebagai bentuk depresi eksternalisasi. Selain gejala utama tadi, depresi juga dapat menampilkan gejala lain yang berbentuk somatik, vegetatif, dan kognitif. Gejala somatik dapat berupa jantung berdebar, nyeri fisik pada bagian tubuh (nyeri dada, kepala seperti terasa berat, nyeri otot belakang kepala, nyeri anggota gerak, dan ketegangan otot), dan rasa mual. Gejala vegetatif dapat berupa gangguan pola tidur, pola makan dan aktifitas seksual (disfungsi seksual atau gangguan dalam dorongan atau hasrat seksual). Sedangkan gejala kognitif dapat berupa kehilangan konsentrasi dan mudah lupa.5Apabila gejala yang tampak pada individu dewasa lebih bernuansa pada gambaran somatik, vegetatif, atau kognitif maka dokter harus menyingkirkan dahulu penyebab organik atau fisik yang mungkin mendasarinya seperti penyakit pada organ dalam atau saraf. Apabila telah dinyatakan tidak terdapat gangguan fisik, baru di pikirkan suatu gangguan suasana perasaan (mood). Kondisi yang demikian dikenal dengan istilah depresi terselubung (masked depression) karena tampilan gejalanya tidak khas tertuju pada tiga gejala utama depresi. Kondisi yang seperti ini dapat dijumpai pula pada individu di usia kanak akhir dan remaja yang muatan gejala psikologisnya hanya berupa mudah marah (tersinggung) atau sikap menentang. Bentuk ini di kenal sebagai depresi internalisasi yang banyak dijumpai pada usia kanak akhir dan remaja.Depresi internalisasi pada individu dapat mempengaruhi organ di dalam tubuh sehingga mencetuskan suatu penyakit yang sebelumnya pernah dialami oleh individu dan kemudian menjadi kambuh. Beberapa penyakit yang dapat kembali kambuh oleh cetusan depresi internalisasi adalah sakit maag (gangguan pada asam lambung), dermatitis pada kulit, penyakit asma (gangguan pernafasan), vertigo (nyeri kepala berputar), hipertensi (tekanan darah tinggi), stroke (penyakit serebro vaskuler), gangguan irama jantung, dan sindrom metabolik (ketidakseimbangan gula darah). Klinisi menyebutnya sebagai suatu gangguan psikosomatik. Pada individu remaja, manifestasi depresinya dapat mengarah pada suatu gangguan penyalahgunaan zat atau alkohol. Kondisi ini perlu dipertimbangkan, mengingat kelompok remaja sedang berada pada usia krisis identitas dan lebih melakukan indetifikasi kepada peer group (kelompok sebaya)-nya. Sedangkan pada individu lanjut usia, depresi biasanya tampil dalam tampilan gejal seperti: banyak diam, tidak konsentrasi, dan mudah lupa. Pada kelompok lanjut usia harus dipastikan apakah depresi yang dialami berdiri sendiri atau merupakan bagian dari suatu perkembangan dari penyakit kepikunan (demensia). Klinisi mengenalnya dengan sebutan Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD).2,5Sebagai tambahan, depresi merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang dapat berujung kepada suatu percobaan bunuh diri (tentament suicide). Perilaku bunuh diri tersebut dapat dicetuskan oleh suatu halusinasi pendengaran yang berupa suara bisikan yang sifatnya mengomentari atau menyuruh. Apabila terdapat gejala tersebut, tentunya tidak hanya sekedar depresi semata melainkan terdapat pula warna gejala kejiwaan lain yang dinamakan psikotik (mendengar bisikan atau bicara sendiri). Tentunya hal tersebut memerlukan penanganan yang cepat, sehingga apabila terdapat hal itu maka masyarakat yang mengetahui dapat merujuk ke puskesmas terdekat untuk rujukan ke rumah sakit jiwa atau penanganan awal terkait gejala kejiwaan. Risiko kemunculan bunuh diri pada individu depresi di segala usia berdasarkan beberapa penelitian adalah sebagai berikut: anak & remaja (20,8%), dewasa (46,4%), dan lanjut usia (14,6-25%). Hal ini tentu harus menjadi suatu perhatian terkait dengan program promosi kesehatan jiwa, khususnya upaya pencegahan depresi dan bunuh diri.2,5 Mania, sisi lain dari depresi, juga melibatkan gangguan mood yang disertai dengan gejala tambahan. Episode mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi cara berbicara yang cepat, berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang, perasaan senang atau bahagia , dan peningkatan minat pada suatu tujuan. Selain itu, tampak sifat mudah marah, mengamuk, sensitive, hiperaktif, dan waham kebesaran. Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan.Yang khas adalah bahwa penderita yakin dirinya baik-baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya sendiri disertai dengan aktivitas yang sangat luar biasa, bisa menyebabkan penderita tidak sabar, mengacau, suka mencampuri urusan orang lain dan jika kesal akan lekas marah dan menyerang. Euphoria, atau suasana hati gembira, berlawanan keadaan emosional dari suasana hati yang depresi. Hal ini ditandai dengan perasaan berlebihan dari fisik dan kesejahteraan emosional. Gejala mania berkembang dengan cepat dalam waktu beberapa hari. Pada stadium awal mania, penderita merasa lebih baik dari biasanya dan seringkali tampak lebih ceria, lebih muda dan lebih bersemangat.Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan. Yang khas adalah bahwa penderita yakin dirinya baik-baik saja.2,4,5Kurangnya pengertian akan keadaan diri disertai dengan aktivitas yang sangat luar biasa bisa menyebabkan penderita menjadi tidak sabar, suka mengacau, mencampuri urusan orang lain dan jika kesal akan marah dan menyerang orang lain.Aktivitas mental penderita menjadi semakin cepat. Perhatian penderita mudah teralihkan dan selalu berpindah dari satu tema ke tema lainnya.Penderita memiliki keyakinan yang salah mengenai kekayaan, kekuasaan, kehalidan dan kecerdasan seseorang dan kadang menganggap dirinya adalah Tuhan. Penderita yakin bahwa dirinya sedang dibantu atau dihukum oleh orang lain atau memiliki halusinasi yaitu mendendar dan melihat benda-benda yang sesungguhnya tidak ada. Kebutuhan tidurnya berkurang. Penderita tidak berhenti mengikuti berbagai kegiatan tanpa memikirkan bahaya sosial yang dapat terjadi. Pada kasus berat, aktivitas fisik dan mental penderita menjadi sangat tinggi sehingga setiap kaitan yang jelas antara suasana haati dan perilaku hilang dalam suatu bentuk agitasi yang tanpa perasaan. Pada keadaan ini diperlukan penanganan segera karena penderita dapat meninggal akibat kelelahan fisik yang luar biasa.2,4,5

2.7 EtiologiFaktor genetic bagaimana pun juga terlibat dalam gangguan unipolar dan bipolar, bahwa hormon abnormalitas secara teratur berasosiasi dengan depresi, dan bahwa depresi adalah asosisasi dengan abnormalitas dalam aktivasi dari bagian spesifik di otak.2Penelitian mengenai faktor genetik pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood. Pada gangguan unipolar, meskipun faktor genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga.2Studi mengenai keluarga dan kembar menunjukkan bahwa faktor genetic memainkan peran penting dalam perkembangan gangguan mood. Kebanyakan peneliti menyatakan gangguan mood sebagai polygenic, bahwa mereka dipengaruhi oleh beberapa perbedaan gen dan setiap gen tersebut hanya dapat merubah resiko gangguan oleh jumlah yang sedikit.2,5Terdapat dua alleles(panjang dan pendek) untuk bagian tertentu dari gen 5-HTT: alleles pendek(s) diasosisasikan dengan mengurangi efisiensi transmisi saraf di jalur serotonin. Orang dengan homozigot alleles s dari gen 5-HTT berada pada risiko tinggi untuk menjadi depresi secara klinis jika mereka mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stres. Efek dari faktor lingkungan dan genetic tidak independen. Faktor genetik rupanya mengontrol sensitivitas seseorang terhadap peristiwa lingkungan2,5Komunikasi dan koordiansi dalam informasi antara area di otak bergantung pada neurotransmitter. Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah obat antidepresan yang berfungsi untuk mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan, meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada synapse sehingga transmisi pada impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine oxidase (MAO) inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat meningkatkan serotonin dan norephineprhine. Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut sehingga peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan komplikasi lainnya.2,5System endokrin memainkan peran penting dan regulasi respon seseorang terhadap stress. Kelenjar endokrin, seperti pituitary, tiroid, dan kelenjar adrenal, berlokasi pada seluruh bagian tubuh. Dalam merespon sinyal dari otak, kelenjar ini mengeluarkan hormone ke dalam darah. Salah satu jalur penting dalam sistem endokrin yang mungkin terkait erat dengan etiologi gangguan mood disebut dengan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis. Ketika seseorang mendeteksi ancaman di lingkungan, sinyal hipotalamus kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon yang disebut ACTH, yang pada gilirannya memodulasi sekresi hormon, seperti kortisol, dari kelenjar adrenal kedalam aliran darah. Peningkatan kadar kortisol membantu orang untuk mempersiapkan diri untuk menanggapi ancaman dengan meningkatkan kewaspadaan dan memberikan lebih banyak bahan bakar untuk otot sementara juga terjadi penurunan minat dalam kegiatan lain yang mungkin mengganggu perlindungan diri(seperti tidur dan makan).2,5Asosiasi antara HPA axis dan depresi diindikasikan oleh bukti tentang dexamethasone suppression test(DST), yang telah digunakan secara ekstensif untuk mempelajari disfungsi endokrin pada pasien dengan gangguan mood.2,5Onset dan maintenance dari clinical depression jelas terkat dengan sebuah gangguan atau kegagalan dari mekanisme normal yang meregulasi emosi negative yang mengikuti kerugian besar. Pada masa awal abad ke 20, teori psychodynamic menitikberatkan peran sentral dari interpersonal relationship dan loss of significant others dalam pengaturan tingkat depresi yang juga membawa suatu depressive episode.2,5Pengalaman akan stressful life events ini adalah terkait dengan sebuah kemunkinan yang meningkat akan seseorang untuk menjadi depresi. Stressful life events berguna untuk memprediksi subsequent onset dari unipolar depression. Severe eventskhususnya yang mengancam dan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk penyesuaian seorang wanitameningkatkan kemungkinan seorang wanita akan menjadi depresi. Beberapa orang yang depresi membuat situasi sulit yang meningkatkan level stress dalam hidup mereka. Fenomena ini dikenal dengan stress generation.2,5

2.8 EpidemologiPada pengamatan universal, prevalensi gangguan depresif berat pada wanita dua kali lebih besar dari pada laki-laki. Gangguan Bipolar I mempunyai prevalensi yang sama bagi laki-laki dan wanita. Lebih banyaknya wanita yang tercatat mengalami depresi bisa disebabkan oleh pola komunikasi wanita yang ingin memberitahukan masalahnya kepada orang lain dan harapan untuk mendapatkan bantuan atau dukungan sedangkan pada laki-laki cenderung untuk memikirkan masalahnya sendiri dan jarang menunjukkan emosinya. Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu remaja dan dewasa awal lebih mudah terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan bekerja serta masa pubertas ke masa pernikahan. Survei telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari depresi terjadi pada usia 18-44 tahun.4 Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan insidensi gangguan depresif berat meningkat pada usia kurang dari 20 tahun.2 Penurunan kecenderungan depresi pada usia dewasa diduga karena berkurangnya respon emosi seseorang seiring bertambahnya usia, meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap pengalaman dan peristiwa hidup yang dapat memicu stress.2Onset gangguan bipolar I lebih awal dari daripada onset gangguan depresi. Onset gangguan bipolar I dari usia 5 tahun sampai usia 50 tahun. Laporan kasus gangguan bipolar I diatas usia 50 tahun sangat jarang. Pada umumnya gangguan depresif berat paling sering terjadi pada seseorang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, telah bercerai atau berpisah dengan pasangan hidup. Gangguan bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang bercerai dan hidup sendiri daripada orang yang menikah.2

2.9 Patofisiologi (perjalanan penyakit)Patofisiologi pada gangguan bipolar episode manic sebenarnya masih kurang jelas, tapi adapun perjalanan penyakitnya sbb: Siklus tipikal bipolar dalam sebagian besar kasus bipolar, fase depresi jauh melebihi fase manik, dan siklus mania dan depresi tidak menentu dan tidak dapat diprediksi. Banyak pasien mengalami episode campuran, yang merupakan episode manik dan depresi muncul bersamaan selama 7 hari. Rapid Cycling Pasien dengan gangguan bipolar 1, perputran cepat kemungkinan adalah wanita dan pernah mengalami episode depresif dan hipomanik, cenderung pada gangguan pada faktor ekternal bukan dari genetik. Pada fase ini episode manik dan depresi timbul bergantian sedikitnya 4 kali setahun dan pada kasus yang parah, bisa mencapai sejumlah siklus sehari.rapid cycling cenderung untuk timbul lebih sering pada wanita dan pada pasien bipolar II. Umumnya, rapid cycling bermula pada fase depresi, dan episode depresi yang sering dan parah bisa menjadi ciri khas dari kejadian ini. Fase ini sulit untuk ditangani, khususnya karena antidepresan bisa mencetuskan perubahan ke mania dan memunculkan pola melingkar. Dengan Pola Musiman, Pasien dengan gangguan pola musiman dalam gangguan moodnya cenderung mengalami episode depresi selama waktu tertentu dalam satu tahun, biasanya pada musim dingin dan hanya terjadi satu kali dalam satu tahun. Bisa juga terjadi remisi penuh dimana adanya perubahan dari depresi menjadi mania atau hipomania.Onset pasca persalinan, Menungkinkan untuk menentukan gangguan mood pasca persalinan jika onset gejalanya empat minggu pasca persalinan. Gangguan mental pasca persalinan biasanya adalah gangguan psikotik. Perbedaan antara anak-anak dan dewasa, peneliatan menunjukkan gejala bipolar pada anak-anak dan remaja berbeda dari dewasa. Dewasa dengan bipolar biasanya periode mania dan depresi yang berbeda dan persisten, anak-anak dengan bipolar berfluktuasi secara cepat dalam mood dan kelakuan mereka. Manik pada anak-anak dikarakteristikan dengan iritabel dan agresif sedangkan dewasa cenderung mengalami euphoria. Anak-anak dengan bipolar episode depresi sering marah-marah dan tidak bisa diam, dan dapat memiliki gangguan tambahan mood dan perilaku seperti anxietas, ADHD, dan penyalahgunaan zat. Masih belum jelas seberapa sering bipolar pada anak-anak bertahan sampai dewasa atau bila menangani bipolar pada masa kanak-kanak bisa membantu mencegah gangguan di masa depan.2,3,5

2.10 Terapi2.10.1 Medika mentosaAntimania yang juga disebut sebagai mood modulator atau mood stabilizer merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala sindrom mania dan mencegah berubah-ubahnya suasana hati pasien. Episode berubahnya mood pada umumnya tidak berhubungan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan. Gangguan biologis yang pasti belum diidentifikasi tapi diperkirakan berhubungan dengan peningkatan aktivitas katekolamin. Berdasarkan hipotesis, sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron khususnya pada sistem limbik.6Lithium adalah kation monovalen yang kecil. Telah lama dikenal bahwa lithium merupakan pengobatan yang paling disukai pada gangguan bipolar khusunya fase manik. Angka keberhasilannya pada remisi pasien dengan fase manik dilaporkan mencapai 60-80%. Sampai saat ini lithium karbonat dikenal sebagai obat gangguan bipolar terutama pada fase manik. Pengobatan jangka panjang menunjukkan penurunan resiko bunuh diri. Bila mania masih tergolong ringan, lithium sendiri merupakan obat yang efektif. pada kasus berat, hampir selalu perlu ditambah clonazepam atau lorazepam dan kadang ditambah antipsikosis juga. Setelah mania dapat teratasi, antipsikosis boleh dihentikan dan lithium digunakan bersamaan dengan benzodiazepine untuk pemeliharaan. Pada fase depresif gangguan bipolar, lithium sering dikombinasi dengan antidepresan.6 Efek neurologis: tremor, koreoatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria dan afasia. Efek pada fungsi tiroid: dapat menurunkan fungsi kelenjar tiroid tapi efeknya reversibel dan nonprogresif. Beberapa pasien mengalami pembesaran kelenjar gondok dan gejala-gejala hipotiroidisme. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran kadar TSH serum setiap 6-12 bulan. Efek pada ginjal: polidipsi dan poliuri sering ditemukan namun bersifat reversibel. Beberapa literatur menerangkan bahwa terapi lithium jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal termasuk nefritis interstitial kronis dan glomerulopati perubahan minimal dengan sindrom nefrotik. Penurunan laju filtrasi glomerulus telah ditemukan tapi tidak ada contoh mengenai azotemia maupun gagal ginjal. Tes fungsi ginjal harus dilakukan secara periodik untuk mendeteksi perubahan-perubahan pada ginjal. Edema: hal ini mungkin terkait dengan efek lithium pada retensi natrium. Peningkatan berat badan pada pasien diduga karena edema namun pada 30% pasien tidak mengalami peningkatan berat badan. Efek pada jantung: Ion lithium dapat menekan pada nodus sinus sehingga sindrom bradikardi dan takikardi merupakan kontraindikasi penggunaan lithium. Efek pada kehamilan dan menyusui: Laporan terdahulu menyatakan peningkatan frekuensi kelainan jantung pada bayi dengan ibu yang mengkonsumsi lithium terutama anomali Ebstein. Namun data terbaru menyebutkan resiko efek teratogenik relatif rendah. Lithium didapatkan pada air susu dengan kadar sepertiga sampai setengah dari kadar serum. Toksisitas pada bayi dimanifestasikan dengan letargi, sianosis, reflek moro dan reflek hisap berkurang dan hepatomegali. Efek lainnya: Telah dilaporkan efek erupsi jerawat dan folikulitis pada penggunaan lithium. Leukositosis selama pengobatan dengan lithium selalu ada yang merefleksikan efek langsung pada leukopoiesis.6Preparat yang Tersedia: Lithium carbonate (generik, Eskalith) Oral: 150; 300; 600 mg kapsul, 300 mg tablet, 8 meq/5 mL sirup, 300; 450 mg tablet sustained release 300 mg lithium carbonate setara dengan 8,12 meq Li dosis: 250-500 mg/hari.6Asam valproat merupakan suatu agen untuk epilepsi dan telah terbukti memiliki efek antimania. Valproate manjur untuk pasien-pasien yang gagal memberikan respon terhadap lithium. Secara keseluruhan, valroate menunjukkan keberhasilan yang setara dengan lithium pada awal minggu pengobatan. Kombinasi valproate dengan obat-obatan psikotropik lainnya mungkin dapat digunakan dalam pengelolaan fase kedua pada penyakit bipolar yang umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Valproate telah diakui sebagai pengobatan lini pertama untuk mania. Banyak dokter tidak setuju untuk menggabungkan valproate dengan lithium pada pasien yang respon terhadap salah satu agen. Preparat yang tersedia :Valproic acid (generik, Depakene) oral: 250 mg kapsul, 250 mg/5 mL sirup dosis: 3 x 250 mg/hari.7Carbamazepine telah dianggap sebagai alternatif yang pantas untuk lithium jika lithium kurang optimal. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati mania akut dan juga untuk terapi profilaksis. Efek samping carbamazepine pada umumnya tidak lebih besar dari lithium dan kadang bahkan lebih rendah. Carbamazepine dapat digunakan sendiri atau pada pasien yang refrakter dapat dikombinasi dengan lithium. Cara kerja carbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi sensitisasi otak terhadap perubahan mood. Mekanisme tersebut mungkin serupa dengan efek antikonvulsinya. Meskipun efek diskrasia darah menonjol pada penggunaannya sebagai antikonvulsi, namun tidak menjadi masalah besar pada penggunaanya sebagai penstabil mood. Preparat yang tersedia: Carbamazepine (generic, Tegretol) oral: 200 mg tablet; 100 mg tablet kunyah, 100 mg/5 mL suspensi, 100; 200; 400 mg tablet extended-release, 200; 300 mg kapsul dosis: 400-600 mg/hari.6,7

2.10.2 Non-medika mentosaTerapi psikososial Terapi kognitif Bertujuan untuk menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negative serta mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, serta melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru. Terapi interpersonal bagaimana memusatkan pada masalah interpersonal yang sekarang dialami oleh pasien dengan anggapan bahwa masalah interpersonal sekarang mungkin terlibat dalam mencetuskan atau memperberat gejala depresi sekarang. Terapi ini difokuskan pada problem interpersonal yang ada. Diasumsikan bahwa, pertama, problem interpersonal yang ada saat ini merupakan akar terjadinya disfungsi hubungan interpersonal. Problem interpersonal saat ini berperan dalam terjadinya gejala depresi. Biasanya sesi berlangsung antara 12 sampai 16 minggu dan ditandai dengan pendekatan terapeutik yang aktif. Tidak ditujukan pada fenomena intrapsikik seperti mekanisme defensi dan konflik internal. Keterbatasan asertif, gangguan kemampuan sosial, serta penyimpangan pola berpikir hanya ditujukan bila memang mempunyai efek pada hubungan interpersonal tersebut. Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan demikian pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapatkan dorongan positif. Terapi berorientasi-psikoanalitik berguna mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal, keintiman, mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan serta kemampuan dalam merasakan perubahan emosional secara luas. Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood dapat ditangani oleh situasi keluarga. Terapi keluarga meneliti peran suasana hati teratur dalam keseluruhan kesejahteraan psikologis dari seluruh keluarga, tetapi juga mengkaji peran seluruh keluarga dalam pemeliharaan gejala pasien. Pasien dengan gangguan mood memiliki tingkat tinggi perceraian, dan sekitar 50 persen dari semua pasangan melaporkan bahwa mereka tidak akan menikah atau memiliki anak jika mereka tahu bahwa pasien akan mengembangkan gangguan mood.3,6,7

2.11 KomplikasiGangguan emosi atau gangguan neurologic: Pasien dengan bipolar, terutama tipe II atau siklotimik, memiliki episode depresi berat yang sering. Gangguan anxietas, seperti panik, juga sering timbul pada pasien ini. Pasien dengan bipolar, terutama tipe II, juga sering menderita fobia. Risiko untuk bunuh diri, sangat tinggi pada pasien dengan bipolar dan yang tidak menerima tindakan medis. 10-15% pasien dengan Bipolar I melakukan percobaan bunuh diri, dengan risiko tertinggi saat episode depresi atau campuran. Beberapa studi memperlihatkan risiko suicide pada pasien dengan bipolar II lebih tinggi dibanding bipolar I atau depresi berat. Pasien yang menderita gangguan anxietas juga memiliki resiko tinggi untuk suicide. Efek perilaku dan emosional: saat fase manik pada pasien dalam persentase kecil dari pasien bipolar mendemonstrasikan kenaikan produktivitas dan kreativitas saat episode manik. Kelainan cara berpikir dan penilaian yang merupakan karakterisik dari episode manik dapat berujung pada perilaku berbahaya seperti: mengeluarkan uang dengan ceroboh, yang dapat menghancurkan financial, mengamuk, paranoid, dan bahkan kekerasan, perilaku keinginan untuk sex terhadap banyak orang. Perilaku seperti di atas sering diikuti dengan rasa bersalah dan penurunan harga diri, yang diderita saat fase depresi. 2

2,12 PrognosisGangguan bipolar dapat menjadi kronis dan dalam jangka waktu panjang (episode berulang) atau ringan dengan episode yang jarang. Pasien dengan gangguan bipolar umumnya memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian karena semua penyebab. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun, mengalami peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup. Prognosis buruk pada laki-laki biasanya riwayat kerja buruk, penyalahgunaan zat, ada gejala psikotik, ada gejala depresi, dan ada gejala depresi pada antar episode.Dalam kebanyakan kasus gangguan bipolar, depresi lebih banyak terjadi daripada fase manik, dan siklus mania dan depresi yang tidak teratur atau tidak diprediksi . Banyak pasien mengalami mania campuran, atau keadaan campuran , di mana kedua mania dan depresi hidup berdampingan selama setidaknya 7 hari. Sekitar 15 % pasien dengan gangguan rapid cyclic memiliki fase yang rumit. Dengan tahap yaitu manik dan depresi episode alternatif setidaknya empat kali setahun. Dalam kasus yang parah , bahkan dapat berkembang menjadi beberapa siklus sehari. Rapid cyclic cenderung terjadi lebih sering pada wanita dan pada mereka dengan bipolar II. Biasanya , gangguan ini dimulai pada fase depresi , dan episode sering dan parah dari depresi mungkin menjadi ciri khas. Fase ini sulit untuk diobati , terutama karena antidepresan dapat memicu beralih ke mania dan mengatur pola siklus. Penelitian menunjukkan bahwa gejala gangguan bipolar pada anak-anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa . Sementara orang dewasa dengan gangguan bipolar biasanya memiliki periode manik dan depresi yang berbeda, anak-anak dengan gangguan bipolar berfluktuasi cepat dalam suasana hati dan perilaku mereka . Mania pada anak ditandai dengan mudah marah dan agresif sedangkan orang dewasa cenderung mengalami euforia . Anak-anak dengan depresi bipolar sering marah dan gelisah , dan mungkin memiliki suasana hati tambahan dan gangguan perilaku seperti kecemasan , gangguan perhatian defisit hiperaktif , gangguan perilaku , dan masalah penyalahgunaan zat .1,3,5

KesimpulanWanita pada scenario dan rumusan masalah di atas menderita gangguan bipolar episode kini manik. Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana 2 perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi. Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik. Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Untuk pengobatannya secara farmakologis dapat digunakan antipsikotik dan antidepresan, setelah itu dapat juga ditambah psikoterapi.