Gangguan hipokondriasis

14
GANGGUAN HIPOKONDRIASIS I. PENDAHULUAN Istilah “hipokondriasis” didapatkan dari istilah medis yang lama “hipokondrium” yang berarti di bawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi pasien yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik, yang menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, kendati pun tidak ditemukan penyakit medis yang diketahui. Preokupasi pasien menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi di dalam peranan personal, sosial, dan pekerjaan. 1 Hipokondriasis sebagai kategori diagnosis masih tetap kontroversial . Meskipun ada bukti yang baik dari kejadian tiga serangkai keyakinan terkena penyakit , terkait marabahaya , dan pencarian bantuan medis, gejala-gejala ini dikatakan lebih baik dipahami sebagai bentuk kecemasan yang terjadi untuk fokus pada masalah kesehatan, dan berkaitan erat dengan bentuk lain dari gangguan kecemasan. 6 II. DEFINISI 1

description

psikiatri

Transcript of Gangguan hipokondriasis

Page 1: Gangguan hipokondriasis

GANGGUAN HIPOKONDRIASIS

I. PENDAHULUAN

Istilah “hipokondriasis” didapatkan dari istilah medis yang lama

“hipokondrium” yang berarti di bawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan

abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari

interpretasi pasien yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi

fisik, yang menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita

penyakit yang serius, kendati pun tidak ditemukan penyakit medis yang diketahui.

Preokupasi pasien menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan

mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi di dalam peranan personal, sosial,

dan pekerjaan.1

Hipokondriasis sebagai kategori diagnosis masih tetap kontroversial . Meskipun

ada bukti yang baik dari kejadian tiga serangkai keyakinan terkena penyakit , terkait

marabahaya , dan pencarian bantuan medis, gejala-gejala ini dikatakan lebih baik

dipahami sebagai bentuk kecemasan yang terjadi untuk fokus pada masalah

kesehatan, dan berkaitan erat dengan bentuk lain dari gangguan kecemasan.6

II. DEFINISI

Hipokondriasis adalah keadaan dimana seseorang mencurigai kesehatan

fisiknya atau ketakutan pada suatu penyakit tanpa ada patologi organik, yang

menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan adekuat dan penentraman.Pasien

berulang kali mencari pemeriksaan atau keterangan medis, tetapi tetap tidak dapat

diyakinkan. Hasil evaluasi diagnostik negatif dan dokter menenangkan hanya akan

meningkatkan kecemasan pasien tentang kesehatannya.4,5,8

1

Page 2: Gangguan hipokondriasis

III. EPIDEMIOLOGI

Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan sebesar 4 sampai 6

persen pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita sama sama terkena

oleh hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap usia, onset

paling sering antara usia 20-30 tahun. Beberapa bukti menyatakan bahwa diagnosis

adalah lebih sering diantara kulit hitam dibandingkan kulit putih, tetapi posisi

sosial, tingkat pendidikan, dan status perkawinan tampaknya tidak mempengaruhi

diagnosis1

IV. ETIOLOGI

Dalam kriteria diagnostik hipokondriasis, DSM-IV menyatakan bahwa gejala

mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup

menyatakan bahwa orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi

somatiknya, mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari

umumnya terhadap ganggguan fisik. Sebagai contoh, apa yang dirasakan oleh orang

normal sebagai tekanan abdominal, orang hipokondriakal menganggapnya sebagai

nyeri abdomen. Orang hipokondriakal mungkin berpusat pada sensasi tubuh, salah

menginterpretasikannya dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema

kognitif yang keliru. Walaupun beberapa studi kasus yang diduga terkait dengan

suatu hipokondriasis, sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab dari

hipokondriasis itu sendiri.1

Teori yang kedua adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan

model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk

mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang mendapatkan masalah yang

tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan. Peranan sakit menawarkan suatu jalan

keluar, karena pasien yang sakit dibiarkan menghindari kewajiban yang

menimbulkan kecemasan dan menunda tantangan yang tidak disukai dan dimaafkan

dari kewajiban yang biasanya diharapkan.1

Teori ketiga tentang penyebab hipokondriasis adalah bahwa ganguan ini adalah

bentuk varian dari ganguan mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan

2

Page 3: Gangguan hipokondriasis

berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan

kecemasan. Diperikirakan 80 persen pasien dengan hipokondriasis diperkirakan

memiliki gangguan depresif atau gangguan kecemasan yang ditemukan bersama-

sama. Pasien yang memenuhi kriteria diagnostik untuk hipokondriasis mungkin

merupakan pensomatisasi (somatizing) dari gangguan lain tersebut.1

Bidang pikiran keempat tentang hipokondriasis adalah bidang psikodinamika,

yang menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain

dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik. Kemarahan

pasien hipokondriakal berasal dari kekecewaan, penolakan dan kehilangan di masa

lalu tetapi pasien mengekspresikan kemarahannnya saat ini dengan meminta

pertolongan dan perhatian dari orang lain dan selanjutnya menolak karena tidak

efektif. Hipokondriasis juga dipandang sebagai rasa bersalah, rasa keburukan yang

melekat, suatu ekspresi yang rendah dan tanda perhatian terhadap diri sendiri (self-

concern) yang berlebihan. Penderitaan nyeri dan somatik selanjutnya menjadi alat

untuk menebus kesalahan dan membatalkan (undoing) dan dapat dialami sebagai

hukuman yang dapat diterimanya atas kesalahan di masa lalu (baik nyata maupun

khalayan) dan perasaan sesorang jahat dan memalukan.1

V. GAMBARAN KLINIS

Pasien hipokondriakal percaya bahwa mereka mendeteksi penyakit yang parah

yang belum dapat dideteksi, dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya.

Pasien hipokondriakal dapat mempertahankan suatu keyakinan bahwa mereka

memiliki suatu penyakit tertentu atau dengan berjalannya waktu, mereka mengubah

keyakinannya dengan penyakit tertentu. Keyakinan tersebut adalah menetap

walaupun hasil laboratorium adalah negatif, perjalan yang yang ringan dari penyakit

yang ringan dengan berjalannya waktu dan penentraman yang tepat dari dokter.

Tetapi keyakinan tersebut tidak sangat terpaku sehingga merupakan suatu waham.

Hipokondriasis sering kali disertai gejala depresi dan kecemasan, dan sering kali

ditemukan bersama-sama dengan suatu gangguan depresif atau kecemasan.1

3

Page 4: Gangguan hipokondriasis

Pasien dengan gangguan ini sering mendatangi dokter, biasanya berulang

ulang dan berpindah dari satu spesialis ke spesialis lain (dokter shopping), tetapi

menghindari psikiater. Derajat ringan lazim dalam mahasiswa kedokteran4

Orang-orang dengan hipokondriasis mempunyai ciri tidak akan datang ke

pembantahan keyakinan mereka mengenai penyakit dan penderitaan yang mereka

rasakan karena mereka tidak percaya. bahkan dalam beberapa kasus, keyakinan

mereka ini dapat menjadi suatu delusi atau waham.7

VI. PENEGAKAN DIAGNOSIS (KRITERIA)

Kategori diagnostik DSM-IV untuk hipokondriasis pasien diharuskan untuk

terpreokupasi dengan keyakinan palsu bahwa ia menderita penyakit yang berat dan

keyakinan palsu tersebut didasarkan pada misinterpretasi tanda atau sensasi fisik.

Kriteria mengharuskan bahwa keyakinan tersebut berlangsung sekurangnya enam

bulan, kendatipun tidak adanya temuan patologis pada pemeriksaan medis dan

neurologis. Kriteria diagnostik juga mengharuskan bahwa tersebut tidak dalam

intensitas waham (lebih tepat didiagnosis gangguan delusional) dan tidak terbatas

pada ketegangan tentang penampilan ( lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan

dismorfik tubuh.) Tetapi, gejala hipokondriasis diharuskan memiliki intensitas yang

menyebabkan penderitaan emosional atau menyebabkan gangguan pada kemampuan

pasien untuk berfungsi didalam bidang penting hidupnya. Klinisi dapat menentukan

adanya tilikan yang buruk jika pasien tidak secara konsisten mengetahui bahwa

permasalahan penyakit adalah luas.1

Kriteria diagnostik untuk Hipokondriasis berdasarkan DSM-IV

a. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu

penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap

gejala gejala tubuh

b. Preokuopasi menetap walaupun telah dilakukan pemerikasaan medis yang

tepat dan penentraman

c. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham(seperti

gangguan delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran

tentang penampilan(seperti pada penampilan dismorfik tubuh)

4

Page 5: Gangguan hipokondriasis

d. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

e. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan

f. Preokupasi tidak dapat di terangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan

umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif

berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.3

Kategori diagnostik PPDGJ III untuk diagnosis pasti kedua hal ini harus ada:

a. Keyakinan yang menetap adanya sekurang kurangnya satu penyakit fisik

yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan

yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai,

ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau

perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)

b. Tidak mau menerima nasihat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi

keluhann-keluhannya.2

VII. DIAGNOSIS BANDING

Hipokondriasis harus dibedakan dari kondisi medis nonpsikiatrik, khususnya

gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-

penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple,

penyakit degeneratif pada sistem saraf, lupus erimatosus sistemik, dan gangguan

neoplastik yang tidak jelas.1

Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada

suatu hipokondriasis tentang ketakutan pada suatu penyakit dan penekanan pada

gangguan somatisasi dengan banyak gejala. Perbedaan yang tidak jelas bahwa pasien

dengan hipokondriasis biasanya mengeluh tentang sedikit gejala dibandingkan

pasien dengan gejala gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi biasanya memiliki

onset sebelum usia 30 tahun, sedangkan hipokondriasis memiliki usia onset yang

kurang spesifik. Pasien dengan gangguan somatisasi lebih sering adalah wanita

5

Page 6: Gangguan hipokondriasis

dibandingkan dengan pasien dengan hipokondriasis, dimana memiliki distribusi yang

seimbang antara laki-laki dan wanita.1

Hipokondriasis juga harus dibedakan dari gangguan somatoform lainnya.

Gangguan konversi adalah akut dan biasanya sementara dan biasanya melibatkan

suatu gejala, bukannya suatu penyakit tertentu. Adalah atau tidak adanya la belle

indiference adalah ciri yang tidak dapat dipercaya yang menyebabkan kedua kondisi

tersebut. Gangguan nyeri adalah kronis, seperti juga hipokondriasis, tetapi gejalanya

adalah terbatas pada keluhan nyeri. Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh

berharap dapat tampil normal tetapi percaya bahwa orang lain memerhatikan bahwa

mereka tidak normal, sedangkan pasien hipokondriakal mencari perhatian untuk

anggapan penyakitnya.

VIII. PENATALAKSANAAN

Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik.

Beberapa pasien hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di

lingkungan medis dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan penjelasan tentang

mengatasi penyakit kronis. Di antara pasien-pasien tersebut, psikoterapi kelompok

adalah cara yang terpilih, sebagian cara ini memberikan dukungan sosial dan

interaksi sosial yang tampaknya menurunkan kecemasan pasien. Psikoterapi

individual berorientasi-tilikan mungkin berguna, tetapi biasanya tidak berhasil.1

Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk

menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan keluhan

mereka ditanggapi dengan serius. Tetapi prosedur diagnostik dan terapeutik harus

dilakukan hanya jika bukti objektif mengharuskannya. Jika mungkin klinisi harus

menahan diri supaya tidak mengobati temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau

kebetulan.1

Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriakal hanya jika pasien

memiliki suatu kondisi yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan

atau gangguan depresif berat. Jika hipokondriasis adalah sekunder akibat adanya

gangguan mental primer lainnya, gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan

itu sendiri. Jika hipokondriasis adalah reaksi situasional yang sementara, klinisi

6

Page 7: Gangguan hipokondriasis

harus membantu pasien untuk mengatasi stress tanpa mendorong perilaku sakit

mereka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan masalah. 1

IX. PROGNOSIS

Perjalanan hipokondriasis biasanya episodik; episode berlangsung dari

beberapa bulan sampai beberapa tahunan dan dipisahkan oleh periode tenang yang

sama panjangnya. Mungkin terhadap hubungan yang jelas antara eksaserbasi gejala

hipokondriakal dan stresor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang

dilakukan belum dilaporkan diperkirakan sepertiga sampai setengah dari semua

pasien dengan hipokondriasis akhirnya membaik secara bermakna. Prognosis yang

baik adalah berhubungan dengan status sosioekonomi yang tinggi, onset gejala yang

tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisi non-psikiatrik

yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriakal menjadi sembuh pada masa

remaja akhir atau masa dewasa awal.1

X. KESIMPULAN

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang

dikategorikan dalam DSM-IV. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi

somatic lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala

fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak

menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan

pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala

fisik yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan

keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya.

Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan ketakutan

dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang dirasakannya.

Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita suatu

7

Page 8: Gangguan hipokondriasis

penyakit yang serius yang belum pernah dideteksi, dan tidak dapat menerima

penjelasan akan gangguan yang dideritanya. Mereka terus menyimpan keyakinan

bahwa mereka memiliki penyakit yang serius. Hipokondriasis biasanya disertai

dengan gejala depresi dan anxietas dan biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan

depresi dan anxietas.

Walaupun pada DSM-IV membatasi bahwa gejala yang timbul telah

berlangsung paling kurang 6 bulan, keadaan hipokondrial yang sementara dapat

muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian atau penyakit

yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi pasien, ataupun penyakit

serius yang yang pernah diderita oleh pasien namun telah sembuh, yang dapat

meninggalkan keadaan hipokondrial sementara pada kehidupan pasien. Keadaan

diatas dimana perlangsungannya kurang dari enam bulan, maka di diagnosis sebagai

gangguan somatoform yang tak tergolongkan.

Farmako terapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan terapi

edukasi yang dilakukan. Tujuan dari pemberian farmako terapi adalah untuk

mengurangi gejala dan gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk

mencegah komplikasi, dan untuk mengurangi gejala hipokondrik.

Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi, anxietas,

obsesif-kompulsif. Apabila salah satu dari gangguan diatas ada, penatalaksanaan

yang sesuai haruslah dilakukan. Biasanya terapi farmakologi diberikan dengan

memulai dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal ini

untuk mencegah efek samping dimana pasien dengan gangguan hipokondrik sangat

sensitif terhadap efek samping obat.

Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya

mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress

mempunyai prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna

8

Page 9: Gangguan hipokondriasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadock B.J,and Greeb J.A. Sinopsis Psikiatri. In : Gangguan

Somatoform. Jilid Dua. Ciputat: Binarupa Aksara. 94-7.

2. Dr. Rusdi Maslim SpKJ, dalam Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas

dari PPDGJ-III, Cetakan Pertama, 2001, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-

Unika Atmajaya, Jakarta, halaman 84.

3. Engelberta Pardamean, Gangguan somatoform. dalam simposium sehari

kesehatan jiwa dalam rangka menyambut hari kesehatan jiwa sedunia.

4. I.M Ingram, G.C Timbury, R.M Mowbray. dalam Catatan Kuliah Psikiatri.

Edisi 6. Jakarta: EGC.

5. Dorland, W.A. Newman, dalam Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.

Jakarta: EGC.

6. Mayou Richard, M.A., M.Sc., M.Phil., F.R.C.P., F.R.C.Psych. Laurence J.

Kirmayer, M.D., F.R.C.P.(C.). Somatoform Disorders : Time For a New

Approach in DSM-V. Am J Psychiatry 2005; 162:847-855.

http://ajp.psychiatryonline.org

7. Vladan Starcevic, Hypochondriasis and health anxiety: conceptual challenges

Hypochondriasis and health anxiety: conceptual challenges. 2013

http://bjp.rcpsych.org/cgi/eletter-submit/202/1/7

8. Maramis, Willy F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Cetakan pertama

2009. Surabaya: Airlangga University Press

9