gangguan eliminasi

4
Gangguan eliminasi: Enuresis dan Encopresis dr. Vista Nurasti Pradanita assalamu’alaikuum . . ne ada 2 materi, gangguan eliminasi en gangguan makan . . krn waktux uda mepet, langsung j yaa . . bismillaah duluu . . smangatt ^^ Gangguan eliminasi itu ada 2, yaitu Enuresis (mengompol) dan Encopresis (buang air besar secara tiba-tiba yang bukan disebabkan oleh penyakit atau kelainan fisik) Enuresis Tujuan Pembelajaran - Umum : untuk memahami pentingnya permasalahan klinis dan psikososial tentang gangguan eliminasi - Khusus :untuk memahami gangguan eliminasi dan penatalaksanaannya Gangguan ini terbagi menjadi 2, yaitu tipe primer dan sekunder. 1. Enuresis primer mengacu pada kasus dimana anak tersebut tidak pernah bisa mencapai perkembangan untuk mengontrol kandung kemih-nya, contoh : neurologis. 2. Enuresis sekunder mengacu pada kasus dimana anak tersebut pada suatu waktu pernah dapat mengontrol mengompolnya (selama minimal 6 bulan), namun karena suatu hal kembali mengompol, contoh: pada anak yang ortu-nya bercerai, mungkin awalnya dia sudah tidak mengompol, namun sebagai tanda protesmnya dia mengompol. Epidemiologi - Prevalensi menurun sesuai dgn pertambahan usia - 82% pada usia 2 th, 49% pada usia 3 th, 36% pada usia 4 th dan 7% pada usia 5 th. - Pada orang dewasa 1% Kenapa semakin bertambah umur, semakin menurun juga ? itu karena kematangan perkembangan motorik mnausia, jadinya semakin bertambahnya umur maka akan semakin mampu untuk mengontrol keinginan untuk miksi.

Transcript of gangguan eliminasi

Page 1: gangguan eliminasi

Gangguan eliminasi: Enuresis dan Encopresis

dr. Vista Nurasti Pradanita

assalamu’alaikuum . . ne ada 2 materi, gangguan eliminasi en gangguan makan . . krn waktux uda mepet, langsung j yaa . . bismillaah duluu . . smangatt ^^

Gangguan eliminasi itu ada 2, yaitu Enuresis (mengompol) dan Encopresis (buang air besar secara tiba-tiba yang bukan disebabkan oleh penyakit atau kelainan fisik)

Enuresis

Tujuan Pembelajaran

− Umum : untuk memahami pentingnya permasalahan klinis dan psikososial tentang gangguan eliminasi

− Khusus :untuk memahami gangguan eliminasi dan penatalaksanaannya

Gangguan ini terbagi menjadi 2, yaitu tipe primer dan sekunder.

1. Enuresis primer mengacu pada kasus dimana anak tersebut tidak pernah bisa mencapai perkembangan untuk mengontrol kandung kemih-nya, contoh : neurologis.

2. Enuresis sekunder mengacu pada kasus dimana anak tersebut pada suatu waktu pernah dapat mengontrol mengompolnya (selama minimal 6 bulan), namun karena suatu hal kembali mengompol, contoh: pada anak yang ortu-nya bercerai, mungkin awalnya dia sudah tidak mengompol, namun sebagai tanda protesmnya dia mengompol.

Epidemiologi

− Prevalensi menurun sesuai dgn pertambahan usia

− 82% pada usia 2 th, 49% pada usia 3 th, 36% pada usia 4 th dan 7% pada usia 5 th.

− Pada orang dewasa 1%

Kenapa semakin bertambah umur, semakin menurun juga ? itu karena kematangan perkembangan motorik mnausia, jadinya semakin bertambahnya umur maka akan semakin mampu untuk mengontrol keinginan untuk miksi.

Page 2: gangguan eliminasi

Diagnosis

Menurut DSM IV:

− Mengeluarkan urin berulang kali di tempat tidur atau pakaian

− Perilaku harus terjadi dua kali seminggu selama sekurangnya 3 bln dan harus menyebabkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi

Gangguan fungsi disini misalnya itu pada fungsi akademik; mengompol → diejek → malu

→fungsi akademik akan menurun.

− Usia kronologis sekurangnya 5 th

− Bkn krn zat atau kondisi medis umum lainnya.

Maksudnya disini adalah bukan karena pengaruh obat-obatan, kondisi medis umum

seperti epilepsy, kejang → mengompol → mengompol disini bukan enuresis.

Etiologi

− Perkembangan neuromuskular dan kognitif

− Stres psikososial :kelahiran adik (merasa tersisih, cemburu), perawatan rs usia 2-4 th,

perpisahan keluarga, mulai sekolah, pindah rumah → ada gangguan cemas yang kemudian mengakibatkan mengompol.

− Toilet training

− Kemungkinan faktor genetik

Perjalanan penyakit dan prognosis

− Enuresis biasanya berhenti sendiri

− Sebagian anak merasa gejala berasal dari diri sendiri dan mengalami peningkatan harga diri jika mereka kontinen

− Kesulitan emosional dan sosial : citra diri buruk, rendah diri, rasa malu sosial dan pengekangan dan konflik keluarga

Page 3: gangguan eliminasi

Terapi

− Latihan toilet yang tepat, jika latihan belum pernah

dicoba, orang tua membantu pasien dlm melakukan,

disini harus diciptakan suatu kondisi toilet training

yang menyenangkan.

− Menolong : dlm menentukan keadaan dasar dan mengikuti perkembangan pasien

− Kartu bintang, disini maksudnya adalah reword, suatu penghargaan. Yang perlu diingat itu jangan menghukum !

− Pembatasan cairan sblm tidur (jangan minum banyak-banyak kalo mau tidur) dan toilet malam hari (misal: 2jam setelah tidur ortu membangunkan untuk miksi, disini ortu harus telaten)

− Terapi perilaku : perangkat bel atau pelapis (katanya itu ada celana atau perlak yang kalo basah itu bakal bunyi alarm-nya), latihan kandung kemih

− Psikoterapi

− Terapi obat : Sbg usaha terakhir, sebaiknya tidak digunakan

Enkopresis

Etiologi

− tidak adanya latihan toilet yang tepat atau latihan yang tidak adekuat (adekuat disini maksudnya cuma kadang-kadang sesuai mood ortu)

− Mungkin disertai dengan masalah perkembangan neurologi

− Setelah periode inkontinesia fekal dpt sebagi regresi stlh stres tertentu

Diagnosis

Menurut DSM IV :

Page 4: gangguan eliminasi

1. Keluarnya feses berulang kali di tempat yang tidak tepat

2. Sekurangnya 1 kejadian dalam sebulan selama 3 bulan

3. Usia kronologis sekurangnya 4 tahun atau tingkat perkembangan ekuivalen

4. Bkn krn zat atau kondisi medis lain

Anak enkopretik :

− harga diri yang rendah dan menyadari penolakan diri mereka

− Mungkin terlibat dalam pola enkopresis sbg cara mengekspresikan kemarahan

Terapi

− Menciptakan lingkungan yang tidak menghukum

Jangan menghukum ! rasa bersalah merupakan hukuman yang paling berat, oleh karena itu jangan-lah diperberat lagi dengan hukuman yang justru akan memperparah kekhawatiran dalam dirinya dan tidak membantunya untuk terlepas dari ngob*oknya itu)

− Ketegangan dalam keluarga harus diturunkan kemudian menciptakan usaha yg sama harus dilakukan di sekolah

− Mengganti pakaian dalam dengan sedikit omelan, lebih baik tanpa omelan.

− Psikoterapi