GAMBARAN PERILAKU TERHADAP PENCEGAHAN GASTRITIS …
Transcript of GAMBARAN PERILAKU TERHADAP PENCEGAHAN GASTRITIS …
GAMBARAN PERILAKU TERHADAP PENCEGAHAN GASTRITIS
PADA PERAWAT RSUD TANJUNG UBAN, KABUPATEN BINTAN,
KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH:
IRA FEBRIANY
NIM. 131000492
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PERILAKU TERHADAP PENCEGAHAN GASTRITIS
PADA PERAWAT RSUD TANJUNG UBAN, KABUPATEN BINTAN,
KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
IRA FEBRIANY
NIM. 131000492
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul
“Gambaran Perilaku terhadap Pencegahan Gastritis pada Perawat RSUD
Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau Tahun 2017” ini beserta
seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Januari 2018
Yang membuat pernyataan
Ira Febriany
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
GAMBARAN PERILAKU TERHADAP PENCEGAHAN GASTRITIS
PADA PERAWAT RSUD TANJUNG UBAN, KABUPATEN BINTAN,
KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017
Yang disiapkan dan dipertahankan Oleh
IRA FEBRIANY
NIM. 131000492
Disahkan ole
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
ABSTRAK
Gastritis adalah peradangan dari mukosa lambung yang disebabkan faktor
iritasi dan infeksi. Gejala gastritis yaitu nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman, nyeri
pada saluran pencernaan, mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh dan
sekit kepala. Beberapa hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis adalah
pengeluaran asam lambung yang berlebih, pertahanan dinding lambung yang
lemah, infeksi helicobacter pylori (sejenis bakteri yang hidup di dalam lambung,
dalam jumlah kecil) ketika asam lambung yang dihasilkan banyak kemudian
pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa bertambah jumlahnya
apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang, gangguan gerakan saluran
cerna, stres psikologis
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku pencegahan gastritis pada perawat RSUD Tanjung
Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau Tahun 2017. Jumlah populasi adalah
129 orang dan jumlah responden adalah 56 orang. Berdasarkan karakteristik, jenis
kelamin yang diperoleh adalah jumlah responden perempuan sebanyak 37 orang
(66,1%), dan laki-laki sebanyak 19 orang (33,9%). Kategori umur ≤ 30 tahun
sebanyak 44 orang (78,6%). Masa kerja responden terbanyak adalah >1 tahun
yaitu 50 orang (89,3%). Tingkat pendidikan responden mayoritas berasal dari
pendidikan DIII Keperawatan sebanyak 28 orang (50,0%).
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden yang baik dan sikap
responden yang mendukung, sedangkan untuk tindakan dikategorikan cukup.
Sebagian besar perawat belum menyadari tindakan upaya pencegahan gastritis
pada dirinya. Hal ini dikarenakan belum adanya keluhan-keluhan yang
mengganggu aktivitas kerja sehari-hari.
Disarankan kepada perawat untuk meningkatkan pola hidup sehat,
memanfaatkan pemerikasaan kesehatan secara berkala yang telah di tetapkan oleh
RSUD Tanjung Uban sehingga dapat melakukan pencegahan dan pengobatan
apabila terjadi gangguan kesehatan seperti gastritis dan penyakit lainnya,
memanfaatkan fasilitas kesehatan penunjang bagi pekerja, dan memanfaatkan
waktu istirahat dengan maksimal.
Kata kunci : Perawat, Gastritis, Pengetahuan, Sikap, Tindakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
ABSTRACT
Gastritis is an inflamation of the gastric mucosa caused by irritation and
infection factors. The symptoms of gastritis are heartburn, discomfort, pain in the
gastrointestinal tract, nause, vomiting, abdominal bloating, gastric fullness
feeling and headache. A few things that affect the incidence of gastritis is
excessive expenditure of stomach acid, gastric wall defenses are weak, infection of
helicobacter pylori (a bacteria that lives in the mucous lining of the stomach, in
small quantities) when the resulting stomach acid a lot of gastric wall defense
becomes weak, this bacteria can increase in number let alone accompanied by
poor food hygiene, gastrointestinal tract disorders, psychological stress.
This is descriptive quantitatives research and aims to describe the
preventive behavior of the nurse at Tanjung Uban Regional Public Hospital,
Bintan Regency, Riau Islands Year 2017. The population is 129 people and the
number of respondents is 56 people. Based on the characteristics, the gender
obtained there is known that the number of female is 37 people (66.1%), and
male is 19 people (33.9%). Age categories ≤ 30 years is 44 people (78.6%). The
period of work > 1 year is 50 people (89.3%). The education level of majority
respondents comes from nursing education is bachelor of nurse is 28 people
(50.0%).
The results is good knowledge and supportive attitude of respondents turns
out in good categorized actions, while for acts are categorized enough. Most
nurses are not aware of the act of prevention of gastritis on theirself. This is
because there are no complaints that interfere with daily work activities.
It is recommend for nurse is increase healthy lifestyle, using periodic
checks that have been established at Tanjung Uban Regional Public Hospital so
as to prevention and treatment in case of health problem such as gastritis and
other disease, utilizing health support facilities for worker, and utilizing rest time.
Keywords: Nurse, Gastritis, Knowledge, Attitude, Action
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku
terhadap Pencegahan Gastritis pada Perawat RSUD Tanjung Uban,
Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau Tahun 2017 guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Ini tidak akan
terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang selalu
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya. Selama penyelesaian skripsi mulai
dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, sebagai Ketua Departemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus
Ketua Penguji, yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar
memberikan masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
5. Isyatun Mardhiah Syahri, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II skripsi
sekaligus Anggota Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
sabar memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS dan Umi Salmah, SKM., Mkes, selaku
Anggota Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Dra. Lina Tarigan, Apt., MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama saya
menjalani pendidikan.
8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu
selama penulis mengikuti pendidikan.
9. Orang tua tercinta, Azhari Adrian dan Herawati Hutasoit yang telah
membesarkan, membimbing, dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta
memberikan motivasi dan material dalam menyelesaikan skripsi.
10. Kakak dan Adik, Syilvia Azhari, SKM dan Julya Revina yang telah
mendukung memberikan motivasi, dan memberikan perhatian serta doa dan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.
11. dr. Kurniakin W.S. Girsang, Sp.PD selaku direktur RSUD Tanjung Uban
yang telah memberikan izin kepada penulis meneliti di RSUD Tanjung Uban.
12. Ibu Arija Naila SKM, dan Ibu Lily Yanti selaku staf Kepegawaian RSUD
Tanjung Uban yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan izin.
13. Seluruh Perawat RSUD Tanjung Uban yang telah meluangkan waktu untuk
membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
14. Teman-teman seangkatan Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang telah banyak membantu dalam pengerjaan, memberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
Saya menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2018
Penulis,
Ira Febriany
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
2.1 Gastritis ................................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Gastritis ......................................................................... 8
2.1.2 Klasifikasi Gastritis..................................................................... 9
2.1.3 Patofisiologi Gastritis................................................................. 11
2.1.4 Gejala Gastritis ........................................................................... 12
2.1.5 Faktor Penyebab Gastritis ........................................................... 13
2.1.6 Pencegahan Gastritis ................................................................... 17
2.2 Perilaku .................................................................................................... 19
2.2.1 Pengetahuan................................................................................ 20
2.2.2 Sikap .......................................................................................... 21
2.1.3 Tindakan ..................................................................................... 22
2.3 Keperawatan ........................................................................................... 24
2.3.1 Definisi Keperawatan.................................................................. 24
2.3.2 Proses Keperawatan .................................................................... 26
2.3.3 Praktik Keperawat ...................................................................... 31
2.3.4 Uraian Tugas Perawat di Rumah Sakit ........................................ 33
2.4 Kerangka Pikir .......................................................................................... 39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 40
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 40
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 40
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 42
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Opersional .............................................. 43
3.6 Pengolahan dan Analis Data ...................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 47
4.1 Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum RSUD Tanjung Uban ................. 47
4.2 Visi dan Misi RSUD Tanjung Uban .......................................................... 48
4.3 Pelayanan RSUD Tanjung Uban ............................................................... 49
4.4 Kualifikasi Personil RSUD Tanjung Uban................................................. 54
4.5 Struktur Organisasi RSUD Tanjung Uban ................................................. 55
4.6 Shift Kerja Perawat RSUD Tanjung Uban ................................................. 56
4.7 Karakteristik Perawat RSUD Tanjung Uban .............................................. 56
4.8 Perilaku Perawat terhadap Pencegahan Gastritis ........................................ 57
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 65
5.1 Karakteristik Responden............................................................................ 65
5.2 Pengetahuan Responden ............................................................................ 66
5.3 Sikap Responden ....................................................................................... 70
5.4 Tindakan Responden ................................................................................. 74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 79
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 79
6.2 Saran ........................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81
LAMPIRAN ................................................................................................... 83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kualifikasi Personil RSUD Tanjung Uban .................................... 54
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden di RSUD Tanjung Uban Tahun
2017 ............................................................................................... 56
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Perawat
terhadap Pencegahan di RSUD Tanjung Uban Tahun 2017 ............ 58
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Perawat
terhadap Pencegahan Gastritis di RSUD Tanjung Uban Tahun
2017 ............................................................................................... 59
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Perawat ter-
hadap Pencegahan di RSUD Tanjung Uban Tahun 2017 ................ 60
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Perawat terhadap
Pencegahan Gastritis di RSUD Tanjung Uban Tahun 2017 ............ 61
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Tindakan Perawat ter-
hadap Pencegahan di RSUD Tanjung Uban Tahun 2017 ................ 63
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Perawat ter-
hadap Pencegahan Gastritis di RSUD Tanjung Uban Tahun 2017 .. 64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hispatologi Gastritis Akut ........................................................ 10
Gambar 2.2 Hispatologi Gastritis Kronik ..................................................... 11
Gambar 2.3 Kerangka Pikir ......................................................................... 39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................. 83
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ................................................................. 87
Lampiran 3 Surat Selesai Penelitian ............................................................ 88
Lampiran 4 Master Data .............................................................................. 89
Lampiran 5 Output Hasil SPSS ................................................................... 121
Lampiran 6 Dokumentas Penelitian ............................................................. 134
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ira Febriany, lahir pada tanggal 19 Februari 1993 di Kota
Padang Sidimpuan. Beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Jawa No 136A,
Kota Tanjung pinang. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
pasangan Ayahanda Azhari Adrian, dan Ibunda Herawati Hutasoit.
Pendidikan formal penulis di mulai di Taman Kanak-Kanak Kartika Kota
Padang Sidimpuan pada ahun 1997 dan selesai pada tahun 1998, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 15/20110 Kota Padang
Sidimpuan pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2005, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Tanjung Pinang pada
tahun 2005 dan selesai pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Tanjung Pinang pada tahun
2008 dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan
pendidikan Strata 1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan
Masyarakat dan selesai pada tahun 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu
pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit
tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi,
modernisasi, dan globalisasi. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan
saluran pencernaan yang paling sering terjadi pada masyarakat (Gustin, 2012).
Gastritis adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di
ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntal, rasa
penuh, dan rasa tidak nyaman. Beberapa hal yang berpengaruh pada timbulnya
gastritis adalah pengeluaran asam lambung yang berlebih, pertahanan dinding
lambung yang lemah, infeksi helicobacter pylori (sejenis bakteri yang hidup di
dalam lambung, dalam jumlah kecil) ketika asam lambung yang dihasilkan
banyak kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa
bertambah jumlahnya apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang, gangguan
gerakan saluran cerna, stres psikologis (Misnadiarly, 2009).
Gastritis dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Gastritis
merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari – hari. Gastritis
bisa mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak
ditangani dengan baik akan berakibat fatal bahkan sampai pada tahap kematian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin
meningkat dan akhirnya membuat lambung luka – luka (ulkus) yang dikenal
dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan peradangan saluran cerna bagian
atas berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan anemia karena
gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan
kanker lambung (Suratum, 2010).
Badan penelitian kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
pada tahun 2012, mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan
mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya
Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di
dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun.
Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui
endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih
tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik
(Saroinsong, 2014).
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari
penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah
kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis memerlukan pengaturan makanan
sebagai untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Penyakit gastritis yang memiliki
keluhan nyeri di daerah ulu hati, mual, muntah, lemas, perut kembung dan terasa
sesak, nafsu makan menurun, serta selalu bersendawa ini banyak diderita orang -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
orang usia tua di negara maju. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang
banyak diderita orang - orang usia dini (Wijoyo, 2009).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastrtitis merupakan
salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah
sakit di Indoneisa dengan jumlah kasus 30.154 kasus. Penelitian daerah- daerah di
Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi terjadinya gastritis seperti di Kota
Surabaya angka kejadian sebesar 31,2%, Denpasar 46%, serta survey yang
dilakukan pada masyarakat Jakarta pada tahun 2010 yang melibatkan 1.645
responden mendapatkan bahwa pasien dengan masalah gastritis mencapai 60 %.
Gastritis merupakan penyakit ke tiga tertinggi setelah Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) dan hipertensi di Kepulauan Riau, dan merupakan penyakit tertinggi
ke empat di Kabupaten Bintan. (Badan Pusat Statistik Kepri, 2016).
Gastritis dapat menyerang semua tingkat usia maupun jenis kelamin.
Namun gastritis biasanya paling sering menyerang usia produktif. Pada usia
produktif seseorang sangat rentan mengalami gejala gastritis karena tingkat
kesibukan, tingkat stres, serta gaya hidup yang buruk membuat pola makan (jenis
makanan, jadwal makan, frekuensi makan, dan asupan makanan) menjadi tidak
tepat. Kondisi ini tentunya mempengaruhi aktivitas sehari-hari sehingga memiliki
dampak seseorang menjadi lemah, kualitas hidup menurun, dan menjadi tidak
produktif. Salah satu profesi yang memiliki mobilitas tinggi adalah perawat.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
masyarakat, baik sehat maupun sakit (Undang-undang Nomor 38 tahun 2014
tentang Tenaga Keperawatan).
Dalam menjalankan tugasnya, perawat dapat menderita kelelahan akibat
pekerjaan yang berdiri dan berjalan, shift dan kerja malam, keseluruhan tanggung
jawab, dan faktor psikologi dan organisasi (International Datasheets on
Occupation, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Widodo Hariyono, Dyah Suryani dan
Yanuk Wulandari (2009), menunjukkan hubungan yang signifikan antara beban
kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta
PDHI dengan taraf signifikan 0,0<0,05. Beban kerja yang tinggi dapat
menyebabkan perawat mengalami kelelahan atau kejenuhan. Hasil penelitian
Widyasari (2010) menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap Rumah Sakit
Islam Surakarta.
Stres adalah mekanisme pertahanan diri atau mekanisme koping terhadap
masalah. Stres yang berlebihan dapat memicu lambung untuk mengeluarkan asam
lambung secara berlebihan. Reaksi ini dapat mengganggu aktifitas lambung
bahkan dapat memicu kebocoran lambung. Produksi asam lambung akan
meningkat pada keadaan stress, seperti beban kerja yang berlebihan, cemas, takut
atau terburu-buru. Kadar asam lambung yang meningkat akan menimbulkan
ketidaknyamanan pada lambung (Selviana, 2015). Hal tersebut juga dikemukakan
oleh Saroinsong, dkk (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa stres
berhubungan dengan kejadian grastitis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Uban merupakan rumah
sakit milik pemerintah Kabupaten Bintan. RSUD Tanjung Uban termasuk
kategori rumah sakit umum kelas C yang memberikan pelayanan kesehatan 24
jam yaitu layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD), Intensive Care Unit (ICU),
haemodialisa, instalasi rawat jalan, dan instalasi rawat inap.
Pelayanan dan perawatan yang disediakan RSUD Tanjung Uban
mencakup perawatan kedokteran spesialis namun terbatas. Sitem kerja RSUD
Tanjung Uban dibagi tiga shift yaitu shift pagi, shift sore, dan sift malam. Shift
pagi bekerja mulai dari pukul 08.00 hingga 14.00 WIB, sift sore bekerja pukul
14.00 WIB hingga 21.00 dan shift malam bekerja mulai dari pukul 21.00 hingga
08.00 WIB.
RSUD Tanjung Uban tidak membagikan makanan kepada perawat,
sehingga seluruh perawat harus membeli makanan atau membawa makanan
sendiri dari rumah. RSUD Tanjung Uban memberi dana sebagai pengganti uang
makan sebesar Rp 30.000,- untuk tenaga kesehatan Pegawai Negeri Sipil (PNS),
dan tenaga kesehatan honorer, dan tidak memberikan dana pengganti uang makan
kepada tenaga kesehatan magang.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti melalui
wawancara pada perawat 13 orang perawat di RSUD Tanjung Uban, ditemukan
61,5 % (8 orang) memiliki keluhan gastritis seperti mengalami keluhan nyeri pada
lambung, mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa sesak, nyeri pada ulu hati.
Beberapa perawat menyatakan bahwa mereka sering mengabaikan gastritis
apabila aktivitas pekerjaan meningkat dan sering lupa makan. Berdasarkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
wawancara tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran
perilaku terhadap pencegahan gastritis pada perawat RSUD Tanjung Uban,
Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi perumusah masalah dalam
penelitian ini adalah: bagaimana gambaran perilaku terhadap pencegahan gastritis
pada perawat RSUD Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun
2017.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku terhadap pencegahan gastritis pada
perawat RSUD Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran pengetahuan terhadap pencegahan gastritis pada
perawat RSUD Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun
2017.
2. Mengetahui gambaran sikap terhadap pencegahan gastritis pada perawat
RSUD Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.
3. Mengetahui gambaran tindakan terhadap pencegahan gastritis pada perawat
RSUD Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaaat dari penelitian yang dilakukan adalah
1. Memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan
pencegahan gastritis pada perawat RSUD Tanjung Uban, Kabupaten Bintan,
Kepulauan Riau
2. Sebagai masukan bagi penelitian sejenisnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastritis
2.2.1 Definisi gastritis
Gastritis adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di
ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntal, rasa
penuh, dan rasa tidak nyaman. Beberapa hal yang berpengaruh pada timbulnya
gastritis adalah pengeluaran asam lambung yang berlebih, pertahanan dinding
lambung yang lemah, infeksi helicobacter pylori (sejenis bakteri yang hidup di
dalam lambung, dalam jumlah kecil) ketika asam lambung yang dihasilkan
banyak kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa
bertambah jumlahnya apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang, gangguan
gerakan saluran cerna, stres psikologis (Misnadiarly, 2009).
Kelenjar lambung yang menghasilkan getah lambung terdapat pada bagian
fundus dan korpus gaster. Kelenjarnya terdiri atas empat jenis sel, yaitu sel
parietal, sel zimogen, mucos neck cells, dan sel enteroendokrin. Sel parietal
mengahasilkan HCl dan faktor intrinsik (absorpsi vitamin B12), sel zimogen
menghasilkan pepsin, sel mukus leher menghasilkan mukus, sel enteroendokrin
menghasilkan gastrin, sekretin, dan kolesistokinin.
Gastritis ditimbulkan karena kelebihan HCl. Produksi HCl dipengaruhi
oleh makanan dan minuman, misalnya makanan pedas, alkohol, kopi dan nikotin.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh pikiran (stres). HCl yang berlebihan dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
mengikis dinding lambung, gejala penyakit ini biasanya nyeri dibagian dada
(Shanty, 2015).
Gastritis secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran yang khas, distribusi anatomi,
kemungkinan patogenesis gastritis, terutama gastritis kronis. Didasarkan pada
manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis biasanya juga terjadi karena gangguan beberapa hal yaitu gangguan
secara fungsional karena kerja dari lambung yang tidak baik. Hal ini berhubungan
dengan gerakan lambung yang berkaitan dengan sistem syaraf di lambung (secara
psikologis), stress (faktor psikologi) akibat sistem syaraf otak yang berhubungan
dengan lambung mengalami perubahan hormonal dalam tubuh sehigga
merangsang sel-sel dalam lambung untuk memproduksi asam secara berlebihan
(Jusup, 2012).
2.2.2 Klasifikasi gastritis
Berdasarkan manifestasi klinis, gastritis dibagi menjadi dua jenis yaitu :
2.2.2.1 Gastritis Akut
Gastritis akut adalah jenis gastritis yang sering ditemukan dan biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna. Gastritis akut merupakan peradangan pada
mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan pendarahan mukosa lambung dan
setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenal lapisan otot lambung.
Ditemukan pula mukosa endema, merah, dan terjadi erosi kecil dan pendarahan.
Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe, yaitu gastritis stres akut, gastritis erosif
kronis, dan gastritis eosinofilik (Suratun dan Lusianah, 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Gambar 2.1 Hispatologi Gastritis Akut
Sumber:Tambunan, 1994
2.2.2.2 Gastritis Kronik
Gastritis kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang
menahun. Penyakit gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai
penyakit gastritis yang tidak disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit
gastritis dan tidak disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah
untuk disembuhkan. Gastritis kronik didefinisikan secara histologi sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung (Suratum,
2010).
Sebagian besar kasus gastritis kronik merupakan salah satu dari dua tipe,
yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun. Adanya antibodi terhadap sel
parietal menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya menimbulkan
atriopim mukosa lambung.
Perubahan – perubahan histologi terjadi terutama pada korpus dan fundus
lambung bentuk ini jarang dijumpai, sering dihubungkan dengan autoimun dan
berlanjut menjadi anemia pernisiosa, sel paritel yang mengandung kelenjer
mengalami kerusakan sehingga sekresi asam lambung menurun. Pada manusia sel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
parietal juga berfungsi menghasilkan faktor intrinsik oleh karena itu menyebabkan
terjadi gangguan absorbsi vitamin B12 yang menyebabkan timbulnya anemia
pernisiosa. Tipe kedua yang sering dijumpai pada kasus gastritis kronik adalah
tipe B. Gastritis kronik tipe B paling sering dijumpai dan mempunyai hubungan
yang erat dengan Helicobacter Pylori sehingga dengan meningkatnya keasaman
lambung menyebabkan pertumbuhan bakteri berlebihan. Selanjutnya terjadi
metaplasia akibat langsung dari trauma oleh bakteri tersebut, kemungkinan
diperparah oleh meningkatnya produksi kompleks nitrat dan N-nitroso (Surya,
2009).
Gambar 2.2 Hispatologi Gastritis Kronik
Sumber: Tambunan, 1994
2.2.3 Patofisiologi Gastritis
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
dinding mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting
dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa
lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak
mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lanbung menstimulasi perubahan pepsinogen
menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan
kerusakan kapiler sehingga timbul pendarahan pada lambung. Biasanya lambung
melakukan regenerasi mukosa oleh Karen itu gangguan tersebut menghilang
dengan sendirinya.
Namun bila lambung bila sering terpapar zat iritan maka inflamasi akan
terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin
sehingga lapisan mukosa lambung akan hilang dan terjadi atropi sel mukosa
lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan sel mukosa lambung akan menurun
atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus.
Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel
darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu
dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan pendarahan
(Suratun dan Lusiana, 2010).
2.2.4 Gejala Gastritis
Secara umum, gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai
nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati,
lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan
dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa
menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung
lebih dari satu bulan terus-menerus dan gastritis ini dapat ditangani sejak awal
yaitu: mengonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengonsumsi
makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).
Beberapa perbedaan gejala yang terjadi pada gastritis akut dan gastritis
kronik. Pada gastritis terjadi tiba-tiba dan gejalanya lebih terlihat, gejalanya
ditandai dengan mual–mual dan rasa terbakar di lambung serta adanya rasa tidak
enak di lambung bagian atas. Berat gejala tergantung pada jenis dan jumlah bahan
iritan serta lama kontak dengan mukosa lambung.
Pada gastritis kronik gejala yang sering terlihat adalah adanya rasa perih
dan rasa penuh di lambung serta kehilangan nafsu makan sehingga hanya mampu
makan dalam jumlah sedikit. Pada beberapa kasus gastritis akan menyebabkan
lambung berdarah, tetapi tidak parah. Perdarahan lambung dapat dikeluarkan
lewat mulut (muntah darah) ataupun terjadi berak darah. Apabila pertolongan
terlambat dilakukan maka hal fatal akan terjadi (Yuliarti, 2009).
2.2.5 Faktor penyebab grastitis
Beberapa faktor penyebab grastitis berdasarkan kajian teori dan penelitian
terdahulu antara lain adalah :
1. Pola Makan
Salah satu faktor terjadinya gastritis adalah disebabkan oleh pola makan
yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah
makanan sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Hal
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2013) yang
mengemukakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya
gastritis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
2. Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti asetaminofen (aspirin), steroid
kortisostroid), digitalis. Asetamonofein dan kortisteroid dapat menyebabkan
kerusakan pada mukosa lambung. NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammasi Drugs)
dan kortiosteroid menghambas sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL
meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga
menimbulkan iristasi (Suratun dan Lusiana, 2010).
Obat anti inflamasi non steroid bersifat analgetik, antipiretik, dan anti-
inflamasi. Sebagai analgesik, obat anti inflamasi non steroid hanya efektif
terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang. Sebagai antipiretik, obat
anti inflamasi non steroid akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan
demam dan sebagai anti inflamasi hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi
yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik (Hidayah, 2012).
3. Kopi
Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan senyawa
kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut
dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung untuk
memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam
dan dapat mengiritasi mukosa lambung. Kafein di dalam kopi bisa mempercepat
proses terbentuknya asam lambung. Hal ini membuat produksi gas dalam
lambung berlebih dan membuat perut terasa kembung.
4. Alkohol
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Konsumsi
alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang produksi asam lambung berlebih,
nafsu makan berkurang, dan mual. Hal tersebut merupakan gejala dari penyakit
gastritis. Sedangkan dalam jumlah yang banyak, alkohol dapat merusak mukosa
lambung (Rahma, 2010).
5. Terapi Radiasi
Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) menyebabkan
kerusakan mukosa lambung dan menimbulkan edema dan pendarahan (Suratun
dan Lusiana, 2010).
6. Merokok
Caldwell dalam Rahma, (2013) menyatakan bahwa rokok mengandung
±4000 bahan kimia, asap yang terkandung dalam rokok mengandung berbagai
macam zat yang sangat reaktif terhadap lambung. Nikotin dan kadmium adalah
dua zat yang sangat reaktif yang dapat mengakibatkan luka pada lambung. Ketika
seseorang merokok, nikotin akan mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada
dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih banyak
dan lebih sering dari biasanya. Nikotin juga memperlambat mekanisme kerja sel
pelindung dalam mengeluarkan sekresi getah yangberguna untuk melindungi
dinding dari serangan asam lambung. Jika sel pelindung tidak mampu lagi
menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan timbul gejala dari penyakit
gastritis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
7. Infeksi oleh Bakteri Seperti Helicobacter pilori
Helicobacter pilori adalah bakteri yang hidup di dalam lambung manusia
dalam jumlah kecil. Ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak kemudian
pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa bertahan dalam
jumlah banyak, apalagi disertai kebersihan yang masih kurang. Pengidap gastritis
Helicobacter pilori tidak berbeda dengan penderita gastritis biasa yaitu mual,
kembung, dan nyeri. Hanya bedanya terjadi berulang kali kekambuhan (kronis).
Hal ini terjadi jika bakteri tidak terdeteksi dan dibiarkan sehingga bakteri akan
terus berkembang biak, meluas membentuk tukak lambung, displasi, adenoma,
hingga kanker lambung (Suratun dan Lusiana, 2010).
8. Riwayat Gastritis Keluarga
Riwayat gastritis keluarga merupakan pengkajian riwayat kesehatan
keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga yang meliputi tahap perkembangan
keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya. Untuk riwayat gastritis keluarga
yang diteliti, riwayat keluarga yang dimaksudkan bukanlah dikarenakan adanya
hubungan secara genetik yang diturunkan dari orang tua responden, melainkan
lebih ke arah kebiasaan dalam keluarga sehingga terdapat anggota keluarga yang
gastritis. Rahma, dkk (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa riwayat
gastritis keluarga merupakan faktor risiko terjadinya gastritis.
9. Stres
Stres adalah mekanisme pertahanan diri atau mekanisme koping terhadap
masalah. Stres yang berlebihan dapat memicu lambung untuk mengeluarkan asam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
lambung secara berlebihan. Reaksi ini dapat mengganggu aktifitas lambung
bahkan dapat memicu kebocoran lambung. Stres yang berkepanjangan merupakan
salah satu faktor pemicu karena mengakibatkan peningkatan produksi asam
lambung. Gastritis sering dihubungkan dengan keadaan psikologis seseorang.
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, seperti beban kerja
yang berlebihan, cemas, takut atau terburu-buru. Kadar asam lambung yang
meningkat akan menimbulkan ketidaknyamanan pada lambung (Selviana, 2015).
Keadaan stres yang disebabkan karena pembedahan, luka (trauma), terbakar,
ataupun infeksi penyakit tertentu dapat menyebabkan gastritis akut.
2.2.6 Pencegahan Gastritis
2.2.6.1 Diet gastritis
1. Pola makan dan tidur secara teratur. Usahakan konsumsi makanan dengan
menambah frekuensi makan yaitu setiap 3-4 jam sekali dengan porsi yang
tidak terlalu banyak. Hal ini akan memberikan tekanan ekstra pada katup LES
(Leuver Esophageal Sphincter) yaitu katup yang menghubungkan lambung
dan kerongkongan sehingga makanan yang masuk tidak dicerna secara
berlebihan.
2. Makan secara perlahan dan kunyah dengan baik.
3. Pola makan secara terburu-buru akibat kesibukan-kesibukan kerja perlu
diubah sedikit demi sedikit.
4. Konsumsi makanan seimbang dan kaya akan serat.
5. Makanan yang diasup harus cukup karbohidrat dan protein, dan mengurangi
makanan dengan kandungan lemak jenuh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
6. Minum air putih yang banyak.
7. Dengan meminum banyak air putih akan membantu menertralkan keasaman
di lambung.
2.2.6.2 Olah Raga Teratur
Olah raga aerobik dapat meningkatkan detak jangtung yang dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepas dengan
lebih cepat. Disarankan aerobik 30 menit setiap harinya. Sebelum menyusun olah
raga sebaiknya meminta nasihat dan saran dokter.
2.2.6.3 Manajemen Stres
Stres akan mengeluarkan salah satu hormon ekdoktrin yang bersifat
merangsang produksi asam lambung. Stres dapat meningkatkan serangan jantung
dan stroke. Kejadian ini akan menekan respon imun dan akan mengakibatkan
ganggguan pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produk
asam lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda
untuk tiap orang. Untuk menurunkan tingkat stres disarankan banyak
mengonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolah raga teratur, serta selalu
menenangkan pikiran. Menenangkan pikiran dapat dilakukan dengan meditasi
atau yoga untuk menurunkan tekanan darah, kelelahan dan rasa letih.
2.2.6.4 Tidak Merokok
Merokok akan merusak lapian pelindung lambung. Oleh karena itu, orang
yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan
meningkatkan asam lambung, melambat kesembuhan, dan meningkatkan risiko
kanker lambung.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
2.2.6.5 Pemeliharaan Berat Badan
Masalah saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung, kembung,
dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami berat badan
berlebih (obesitas). Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal dapat
mencegah terjadinya gastritis.
2.2.7 Gastritis pada Usia Produktif
Zaoshen dalam Selviana (2015) menyatakan bahwa gastritis yang terjadi di
negara maju sebagian besar dialami usia tua. Hal ini berbeda dengan negara
berkembang yang banyak dialami usia muda. Stres yang disebabkan oleh berbagai
peristiwa kehidupan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu menentukan tingkat
stres seseorang. Stres dapat meningkatkan kadar asam lambung dan menyebabkan
iritasi pada mukosa lambung.
Menurut Diahsari dalam Widyasari (2010), menyatakan stres kerja
diartikan sebagai suatu interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja
yang mengubah fungsi fisik maupun fungsi psikis yang normal. Definisi tersebut
menunjukkan bahwa stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang tidak dapat
diimbangi oleh kemampuan karyawan. Kelelahan kerja pada perawat dapat
memicu terjadinya stres kerja. Hasil penelitian Widyasari (2010) menjelaskan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan stres kerja
pada perawat.
2.2 Perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya.
Dari pengertian ini, maka dapat diuraikan bahwa reaksi psikis dapat berbentuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
beraneka ragam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yakni dalam
benuk pasif (berupa tindakan tidak nyata atau konkrit) dan aktif (berupa tindakan
nyata atau konkrit) (Notoatmodjo, 2010).
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan.
Namun perilaku juga bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi
dan persepsi. Bloom membedakan menjadi tiga macam bentuk perilaku yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa perilaku
terdiri dari unsur knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), dan practice
(tindakan). Ki Hajar Dewantara menyebutkan dengan cipta, rasa, dan krasa atau
peri akal, peri rasa, dan peri tindakan (Notoatmodjo, 2010).
2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai
berikut (Notoatmodjo, 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu stimulus.
2. Interest, dimana orang mulai tertatik terhadap stimulus.
3. Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan yang
dikehendaki stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka
perilaku tersebut akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari
oleh pengetahuan dan kesadaran makan tidak akan berlangsung lama.
2.2.2 Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap itu tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Alport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh pengetahuan, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Merespon (responding) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu
sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah
adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
2.2.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior) Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa
tingkatan :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
1. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik
tingkat tiga.
4. Adopsi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2005).
Pengukuran atau cara mengamati tindakan dapat dilakukan melalui dua
cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran tindakan yang
paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu
mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara kesehatannya, secara tidak
langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan
melalui pertanyaan–pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan
berhubungan dengan kesehatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
2.3 Keperawatan
2.3.1 Definisi Keperawatan
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
menentukan tindakannya harus didasari ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan
mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan serta
adanya kode etik dalam bekerja kemudian juga berorientasi peda pelayanan
dengan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok, atau
masyarakat.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan,
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Praktik Keperawatan adalah pelayanan
yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan. Asuhan
Keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan lingkungannya
untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam
merawat dirinya.
Bentuk asuhan keperawatan ini sendiri merupakan suatu proses dalam
praktek keperawatan yang langsung diberikan pada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan,
berperdoman pada standar keperawatan, dilandasi etik keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Praktek keperawatan juga
merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawab. Keperawatan
dikatakan profesi karena memiliki:
1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas ( scientific nursing).
2. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas adalah pertama memiliki cabang ilmu
keperawatan dasar yang terdiri dari cabang ilmu keperawatan, Keperawatan
Profesional, Komunikasi Keperawatan, Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan, Kebutuhan Dasar Manusia. Kedua cabang Ilmu Keperawatan
Klinik meliputi Keperawatan Anak, Keperawatan Gawat Darurat,
Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Matenitas.
Ketiga cabang Ilmu Keperawatan Komunitas meliputi Keperawatan
Komunitas, Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, dan keempat
kelompok ilmu cabang penunjang kelompok meliputi: Ilmu Humaniora, Ilmu
Alam Dasar, Ilmu Perilaku, Ilmu Sosial, Ilmu Biomedik, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Ilmu Kedokteran Klinik.
3. Memiliki kode etik profesi.
4. Kode etik keperawatan di tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada
prinsipnya sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan
di Negara Indonesia memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan
pada musyawarah nasional dengan nama Kode Etik Keperawatan.
5. Memiliki lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan stardar
praktek keperawatan atau standar asuhan keperawatan yang bersifat dinamis.
Lingkup dan wewenang praktek keperawatan ini diatur pada izin praktek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
keperawatan yang berdasarkan peran dan fungsi perawatan dalam
melaksanakan tugas, serta dalam memberikan tindakan berdasarkan asuhan
keperawatan.
6. Memiliki organisasi profesi.
7. Saat ini Indonesia memiliki organisasi profesi keperawatan dengan nama
Perhimpunan Perawan Nasional Indonesia (PPNI) dengan anggaran dasar dan
anggaran dasar rumah tanga, sedangkan organisasi keperawatan dunia dengan
nama Intenasional Council of Nurse (ICN) (Hidayat, 2004).
2.3.2 Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah cara yang sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan
yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta melakukan evaluasi hasil
asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan,
pada setiap tahap seling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat,
2004).
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah ini diperlukan pengetahuan
dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat meliputi kemampuan observasi
secara sistematis pada klien, kemampuan berkomunikasi secara verbal atau
nonverbal, kemampuan wawancara, menjadi pendengar yang baik, dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
dipercaya, dan melakukan pengkajian atau pemeriksaan fisik keperawatan. Dalam
tahap ini juga mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan yang
ada dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan sehingga menggambarkan
status kesehatan pasien dan masalah kesehatan yang dialami. Kriteria proses
dalam pengkajian sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaaan
fisik, dan mempelajari data penunjang klien (pemerikasaan laboratorium,
rekam medis, dan catatan lainnya).
b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang lain terkait, tim kesehatan,
rekam medis.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:
1. Status kesehatan klien saat ini.
2. Status kesehatan klien masa lalu.
3. Respon terhadap alergi.
4. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.
5. Masalah-masalah yang mempunyai resiko tinggi (Nursalam, 2009).
2. Tahap Diagnosis Keperawatan
Merupakan keputusan klinis mengenai status kesehatan seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan . Diagnosis
keperawatan dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi
tanggung gugat perawat. Formulasi diagnosis keperawatan adalah bagaimana
diagnosis keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah karena
melalui identifikasi masalah dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
yang membutuhkan asuhan keperawatan. Untuk menyusun diagnosis keperawatan
yang tepat, dibutuhkan beberapa pengetahuan dan keterampilan yang harus
dimiliki di antaranya kemampuan dalam memahami beberapa masalah
keperawatan, faktor yang menyebabkan masalah, batasan karateristiknya,
mekanisme penanganan masalah, berpikir kritis dan membuat kesimpulan dari
masalah. Kriteria proses dalam diagnosis keperawatan sebagai berikut :
a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah,
dan perumusan diagnosis keperawatan.
b. Komponen diagnosis keperawatan terdiri atas masalah dan penyebab.
c. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien dan profesi kesehatan lain
untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru
(Nursalam, 2009).
3. Tahap Perencanaan
Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan
yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah masalah
klien. Perencanaan akan menentukan jenis intervensi keperawatan. Semakin
kompleks jenis asuhan pasien, perencanaan akan semakin penting. Dalam
melakukan tahap ini diperlukan pengetahuan dan keterampilan diantaranya
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien,
batasan praktek keperawatan, kemampuan memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membuat strategi keperawatan yang aman, menulis instruksi
keperawatan, dan kerja sama dengan tingkat kesehatan lain. Kegiatan dalam tahap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
perencanaan meliputi penentuan prioritas diagnosis, penentuan tujuan dan hasil
yang diharapkan dan menentukan rencana tindakan. Kriteria proses dalam
perencanaan keperawatan sebagai berikut :
a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana
asuhan keperawatan.
b. Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana asuhan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan (Nursalam, 2009).
4. Tahap Pelaksanaan (Implementasi)
Merupakan tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawaran yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada
klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak dari pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam
pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan jenis
mandiri atau dikenal dengan tindakan independen dan tindakan kolaborasi atau
tindakan interdependen.
Kriteria proses dalam pelaksanaan sebagai berikut :
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan implementasi asuhan
keperawatan.
b. Mengolaborasikan asuhan keperawatan dengan profesi kesehatan lain untuk
meningkatkan status kesehatan klien.
c. Melakukan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
d. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatannya dan fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan olehnya.
e. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang akan digunakan.
f. Mengkaji ulang dan merevisi implementasi asuhan keperawatan berdasarkan
respon klien (Nursalam, 2009).
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada
tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon
klien yang disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan disebut evaluasi hasil. Jika tujuan tidak tercapai,
maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat
apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi
(Wartonah, 2006).
Kriteria Proses :
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari implementasi.
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan.
3. Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan, mendokumentasikan hasil evaluasi (Nursalam, 2009).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
2.3.3 Praktik Keperawatan
Praktik keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayananan Kesehatan dan
tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya. Praktik keperawatan terdiri atas:
praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional. Praktik keperawatan
didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan
masyarakat dalam suatu wilayah. Dalam menjalankan praktiknya keperawatan,
perawat bertugas sebagai:
1. Pemberi asuhan keperawatan.
2. Penyuluh dan konselor bagi klien.
3. Pengelola Pelayanan keperawatan.
4. Peneliti keperawatan.
5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.
6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Tugas dapat dilaksanakan secara bersama ataupun sendiri sendiri dan harus
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel. Dalam menjalankan tugas
sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan.
Perawat berwenang:
1. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan.
3. Merencanakan tindakan keperawatan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
6. Melakukan rujukan.
7. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi.
8. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter.
9. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
10. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep
tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
1. Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga
dan kelompok masyarakat.
2. Menetapkan permasalahan keperawatan kesehatan masyarakat.
3. Membantu penemuan kasus penyakit.
4. Merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.
5. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.
6. Melakukan rujukan kasus.
7. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.
8. Melakukan pemberdayaan masyarakat.
9. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat.
10. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.
11. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
12. Mengelola kasus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
13. Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif
(Undang- undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
2.4 Uraian Tugas Perawat di Rumah Sakit
Berdasarkan Depkes RI tahun 1999, Pelayanan keperawatan di rumah sakit
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan. Secara
keseluruhan, bahkan sebagai salah satu faktor penentu bagi mutu pelayanan dan
citra rumah sakit dimata masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka pelayanan
perawatan secara organisatoris, administrasi dan teknis tidak dapat dipisahkan dari
pelayanan rumah sakit pada umumnya.
2.4.1 Uraian Tugas Perawat pelaksana Rawat Jalan
Uraian tugas sebagai berikut:
1 Menyiapkan fasilitas dan lingkungan poliklinik/ rumah sakit untuk kelancaran
pelayanan serta memudahkan pasien dalam menerima pelayanan.
2 Mengkaji kebutuhan pasien dengan cara:
a. Mengamati keadaaan pesien (tanda vital, kesadaran, keadaaan mental) dan
keluhan utama.
b. Melaksanakan anamnesa sesuai batas kemampuan dan kewenangan,
meliputi: alasan kunjungan saat dirasakan timbulnya keluhan, riwayat
keluhan
c. Menyiapkan bahan pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan.
3 Membantu pasien selama pemeriksaan dokter, antara lain: memberikan
penjelasan kepada pasien tentang tindakan pemeriksaan yang dilakukan,
menyiapkan pasien untuk tindakan pemeriksaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
4. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan yang
ditentukan oleh dokter.
5. Memberikan penyuluhan kesehatan secara perorangan/kelompok sesuai
kebutuhan.
6. Merujuk pasien kepada angora tim kesehatan lain sesuai dengan keluhan
untuk pemeriksaan diagnosis, tindakan pengobatan dan perawatan lanjutan.
7. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan sesuai kebutuhan yang
berlaku di rumah sakit.
8. Memelihara peralatan medis keperawatan dalam keadaan siap pakai.
9. Bekerja secara kooperatif dengan anggota tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada paseien dengan cara menciptakan dan memelihara
hubungan kerja yang baik antara anggota tim.
10. Menyarakan kunjungan ulang sesuai dengan program pengobatan.
11. Melaporkan adanya temuan penyakit infeksi atau menular kepada
dokter/atasan untuk tindakan selanjutnya.
12. Melaksanakan tugas sore, malam, dan hari libur sacara bergilir apabila
dibutuhkan.
13. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan.
2.4.2 Uraian Tugas Perawat Pelaksana di Ruang Rawat
Uraian tugas sebagai berikut:
1. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.
2. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
3. Memelihara peralatan medis dan keperawatan dalam keadaan siap pakai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
4. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan
sesuai batas kewanangan.
5. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
6. Melakukan tindakan keperawatan pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuan.
7. Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.
8. Melakukan tindakan darurat kepada pasien.
9. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.
10. Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil observasi sesuai batas kemampuan.
11. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan
upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
12. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libut secara bergilir sesuai
jadwal dinas.
13. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang rawat.
14. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan.
15. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan sesuai
Standar Asuhan Keperawatan.
16. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan pesien.
17. Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan.
18. Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
19. Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi : menyediakan formulir untuk
penyelesaian administratif seperti surat izin pulang, surat keterangan istirahat
sakit, petunjuk diet, resep obat di rumah, surat rujukan, dan lain-lain.
2.4.3 Uraian Tugas Perawat pelaksana di Unit Gawat Darurat
Uraian tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan keperawatan/medis di unit gawat darurat untuk
kelancaran pelayanan kepada pasien.
2. Menerima pasien baru sesuai prosedur ketentuan yang berlaku.
3. Memelihara peralatan perawatan/medis agar selalu dalam keadaan siap pakai
4. Memberikan orientasi kepada pasien tentang gawat darurat dan
lingkungannya, peraturan/tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya.
5. Melakukan pengkajian dan menentukan diagnosis keperawatan sesuai dengan
kemampuan.
6. Menyusun rencana keperawatan sesuai batas kemampuan.
7. Melaksanakan tindakan keperawatan antara lain: melaksanakan tindakan
pengobatan sesuai program pengobatan, memberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarganya.
8. Melatih/membantu pasien yang melakukan latihan gerak.
9. Membantu merujuk pasien kepada institusi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu sesuai instruksi dokter.
10. Melakukan tindakan kedaruratan kepada pasien gawat darurat sesuai Protap
yang berlaku.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
11. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuan.
12. Melakukan observasi kondisi pasien, selankutnya melakukan tindakan yang
tepat berdasarkan hasil observasi tersebut sesuai batas kemampuan.
13. Berperan serta membahas kasus dalam upaya meningkatkan mutu asuhan
keperawatan di unit gawat darurat.
14. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam, dan hari libur secara bergilir sesuai
jadwal dinas.
15. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik anatar pasien dan
keluarga sehingga tercipta ketenangan.
16. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan dokter penanggung jawab unit
gawat darurat atau kepala ruangan.
17. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan.
18. Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi : menyediakan formulir untuk
penyelesaian administratif seperti surat izin pulang, surat keterangan istirahat
sakit, petunjuk diet, resep obat di rumah, surat rujukan, dan lain-lain.
2.4.4 Uraian Tugas Perawat Pelaksana di Kamar Bersalin
1. Menyiapkan peralatan keperawatan/medis di unit gawat darurat untuk
kelancaran pelayanan kepada pasien.
2. Menerima pasien yang akan bersalin.
3. Melakukan anamnesa/pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosis
keperawatan sesuai batas kemampuan.
4. Menyusun rencanan keperawatan sesuai batas kemampuan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
5. Melakukan tindakan kedaruratan pada pasien gawat sesuai protap antara lain :
penanggulangan kasus, kolaps, pendarahan kehamilan, kejang dan kemudian
melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter.
6. Memberikan bimbingan persalinan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.
7. Memberi pertolongan persalinan normal.
8. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai batas kemampuan.
9. Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan atau institusi pelayanan
kesehatan lain yang lebih mampu untuk menyelesaikan masalah kesehatan
yang tidak dapat ditanggulangi.
10. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuan.
11. Memantau dan menilai keadaan pasien.
12. Merawat dan meneliti bayi lahir, mencatat identitasnya.
13. Memberitahukan kepada ibu/keluarga dengan mempertimbangkan aspek
psikologi, mengenai keadaan bayi, khususnya bila ada kelainan/cacat.
14. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga.
15. Merujuk ibu dan bayi kepada perawat yang menggunakan bersalin.
16. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan.
17. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan sesuai
standar.
18. Melaksanakan serah terima tugas saat pergantian dinas secara tertulis maupun
lisan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
2.5 Kerangka Pikir
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
Pencegahan Gastritis
Perilaku Perawat:
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku terhadap pencegahan gastritis pada perawat RSUD
Tanjung uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi peniliain adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung
Uban, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Adapun alasan dilakukannya
penelitian di rumah sakit tersebut adalah: adanya kemudahan dan dukungan dari
pihak rumah sakit untuk melakukan penelitian, belum adanya penelitian yang
mengangkat masalah gambaran perilaku terhadap pencegahan gastritis pada
perawat pada rumah sakit tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli-Oktober
2017.
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
Populasi disebut juga universe adalah keseluruhan subjek/elemen/unit/item
(misalnya manusia) dari sebuah riset (Murti, 2006). Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh perawat berjumlah 129 orang pada RSUD Tanjung
Uban tahun 2016.
3.3.2 Sampel
Sample penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (Notoatmodjo, 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random
sampling. Dimana jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus
Slovin.
Rumus Slovin :
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi 90% atau sig. = 0,1
Maka besar sampel:
n = N/N(d)2+1
n = 129/129 (0,1)2+1 = 56,33 dibulatkan 56 orang
Dari hasil perhitungan, maka sampel minimal sebanyak 56 orang. Selanjutnya
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional random sampling
yaitu yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap
ruang agar setip bidang memiliki perluang yang sama untuk dijadikan sampel
sehingga mewakili setiap ruang (sugiyono, 2013).
1. Menghitung jumlah sampel pada tiap bidang
2. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi pada tiap – tiap
ruang sebagai berikut:
n = N/N(d)2+1
n = jumlah perawat tiap ruang x jumlah sampel secara keseluruhan
jumlah keseluruhan perawat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Tabel 3.1 Proporsi Sampel pada Tiap Ruang
No Ruang Perhitungan sampel Jumlah sampel
1 Rawat Inap Penyakit
Dalam
14 x 56 = 6,1
129
6
2 Rawat Inap Anak 15 x 56 = 6,5
129
7
3 Rawat Inap Bedah 9 x 56 = 3,9
129
4
4 Rawat Inap Perinatologi 12 x 56 = 5,2
129
5
5 Rawat Inap Kebidanan 15 x 56 = 6,5
129
7
6 Rawat Inap Isolasi 10 x 56 = 4,3
129
4
7 ICU 14 x 56 = 6,1
129
6
8 IGD 15 x 56 = 6,5
129
7
9 OK 12 x 56 = 5,2
129
5
10 Hemodialisa 5 x 56 = 2,1
129
2
11 Rawat Jalan 8 x 56 = 3,4
129
3
Jumlah 129 56
3. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak dan mengisi
kuesioner.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
survei langsung yang dilakukan peneliti kepada perawat RSUD Tanjung Uban
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
dengan alat bantu kuesioner yang sudah dimodifikasi dari penelitian Hardiani
Ayu, berjudul Gambaran pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan penyakit
gastritis pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2015.
3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengisian instrumen
penelitian yaitu kuesioner oleh perawat RSUD Tanjung Uban meliputi :
1. Karakteristik responden seperti nama, umur, jenis kelamin, dan lama kerja.
Data diperoleh melalui keterangan yang ditulis oleh perawat dalam form
kuisioner.
2. Data perilaku (meliputi pengetahuan,sikap, dan tindakan) yang dilakukan
perawat RSUD Tanjung Uban ketika mengalami keluhan gastritis.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun catatan dari RSUD
Tanjung Uban berupa jumlah perawat, jadwal kerja, dan sarana prasarana yang
terdapat di RSUD Tanjung Uban.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Perawat adalah tenaga kerja profesi keperawatan yang melaksanakan tugas
asuhan keperawatan.
2. Pengetahuan adalah segala sesatu yang diketahui perawat terhadap
pencegahan gastritis.
3. Sikap adalah dasar anggapan atau persepsi perawat terhadap pencegahan
gastritis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
4. Tindakan adalah segala praktik/ perbuatan perawat terhadap pencegahan
gastritis.
3.6 Metode Pengukuran
Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan perawat
RSUD Tanjung Uban, dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner.
Pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan
dengan skala yaitu: baik ≥75% (Wawan dan Dewi, 2011).
1. Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan diukur dengan penghitungan skor
terhadap seluruh jawaban dari aspek pengetahuan pada kuesioner. Terdapat 10
buah pertanyaan aspek pengetahuan, Adapun penentuan penilaian untuk
pertanyaan adalah sebagai berikut: jawaban benar = 2, jawaban salah = 0.
a. Baik, apabila responden memperoleh skor ≥75% dari total jawaban, jika
responden memiliki skor antara 8-10.
b. Kurang apabila responden memperoleh skor <75% dari total jawaban, jika
responden menjawab <8 pertanyaan.
2. Sikap
Variabel sikap menggunakan skala Guttuman dengan mengukur 7
pernyataan dengan item jawaban sangat setuju dan tidak setuju. Menurut Riyanto
(2011), skala Guttman hanya ada dua interval jawaban. Terdapat 7 buah
pernyataan aspek sikap, dimana untuk setiap pernyataan jika responden menjawab
“setuju” diberi nilai = 1 dan “tidak setuju” diberi nilai = 0. Kategori pengukuran
sikap menurut Berkowitz (Azwar, 2000) sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
a. Mendukung, apabila responden memperoleh skor ≥ 75% jika responden
memiliki skor antara 10-14.
b. Tidak Mendukung, apabila responden memperoleh skor <75%, jika
responden memiliki skor antara 0-9.
3. Tindakan
Variabel tindakan menggunakan skala Likert dengan mengukur 10
pernyataan dengan item jawaban sering. Kadang-kadang, tidak pernah. Adapun
penentuan penilaian untuk pertanyaan nomor 1,2,3,6,7,10 sebagai berikut:
a. Sering :3
b. Kadang-kadang :2
c. Tidak pernah :1
Adapun penentuan penilaian untuk pertanyaan nomor 4,5,8,9 sebagai
berikut:
a. Sering :1
b. Kadang-kadang :2
c. Tidak pernah :3
Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Baik, apabila responden memperoleh skor >75% dari total jawaban, jika
responden memiliki skor antara 15-20.
b. Cukup apabila responden memperoleh skor 40 – 75% dari total jawaban, jika
responden memiliki skor antara 8-14.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
c. Kurang apabila responden memperoleh skor <40% dari total jawaban, jika
responden menjawab <8 pertanyaan.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yaitu :
1. Analisis univariat
Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan analisa univariat untuk
mengetahui distribusi frekuensi dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum RSUD Tanjung Uban
RSUD Tanjung Uban adalah rumah sakit milik Pemerintah Daerah
Provinsi Kepulauan Riau. Rumah sakit ini terletak di Jl. Indunsuri – Simpang
Busung No.1 Tanjung Uban – Bintan Utara Kabupaten Bintan. Lahan RSUD
Tanjung Uban terletak pada ruas jalan utama yang menghubungi Desa Busung
dan Tanjung Uban, dengan luas lahan 2,5 Ha dan luas bangunan 1,5 Ha. Secara
geografis RSUD Tanjung Uban terletak didaerah yang strategis karena sebagian
wilayah Bintan Utara merupakan kawasan wisata Pantai Lagoi yang bertaraf
internasional dengan luas 112,30 km² dan kawasan industri Lobam sebesar 48,05
km².
RSUD Tanjung Uban secara resmi dibuka untuk melayani kesehatan
masyarakat didasarkan pada Instruksi Gubernur Kepulauan Riau melalui Surat
Keputusan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau No. 356/ND– Dinkes/
VIII/2007 tertanggal 09 Agustus 2007 tentang Soft Opening Rumah Sakit Umum
Provinsi Kepulauan Riau di Tanjung Uban. Hadirnya rumah sakit umum di
wilayah Tanjung Uban ini dibangun dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2011, RSUD Tanjung Uban telah terakreditasi untuk 5 (lima)
pelayanan dasar yaitu layanan medis, Instalasi Gawat Darurat (IGD), rekam
medik, manajemen, dan keuangan. Pada bulan Mei 2013, RSUD Tanjung Uban
menambah pelayanan unit hemodialisa yaitu unit pelayanan diperuntukkan bagi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
penderita gagal ginjal dalam melakukan pencucian darah. Unit pelayanan
Hemodialisa merupakan unit unggulan RSUD Tanjung Uban.
Pada tahun 2014, RSUD Tanjung Uban membuka instalasi pemulasaran
jenazah. Selain meningkatkan fasilitas pelayanan, RSUD Tanjung Uban juga
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan dimilikinya aksesor/
penilai perawat dan bidan yang tersertifikasi. Pada tahun 2014 juga, RSUD
Tanjung Uban telah memiliki fasilitas seperti IGD, Poliklinik: umum, penyakit
dalam, bedah, anak, kebidanan dan kandungan, gizi, fisioterapi, eldelweis,
hemodialisa, labolatorium, radiologi, kamar bedah, dan apotek. Rawat inap yang
terdiri dari 72 tempat tidur.
RSUD meningkatkan pelayanan berupa :
1. Program keselamatan pasien anatara lain pemasangan pintu berkode untuk
setiap ruangan rawat inap, dan pintu berkode 2 lapis untuk ruangan bayi.
2. Program pengendalian infeksi yang telah dilaksanakan yaitu menggalakkan
cuci tangan disetiap pelayanan. Sosialisasi kepada seluruh pengunjung RSUD
Tanjung Uban untuk menuci tangan kepada sebelum dan sesudah bersentuhan
dengan pasien.
3. RSUD Tanjung Uban memansang cairan hand drug pada setiap ruangan rawat
inap sebagai penunjang program ini.
4.2 Visi dan Misi RSUD Tanjung Uban
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dalam kenyataannya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
sudah berkembang menjadi suatu organisasi yang kompleks dengan sumber
pembiayaan yang dinamis. Berdasarkan Keputusan direktur RSUD Tanjung Uban
No.03/SK/RSUD/1/2011, visi RSUD Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau
adalah “Mewujudkan pelayanan kesehatan prima menuju Kepulauan Riau Sehat”.
Center of excellence dari pelayanan prima adalah rumah sakit dalam
memberikan jasa pelayanan kesehatan akan dilaksakan secara terpadu dan
maksimal meliputi seluruh bagian terkait dimana sesuai standar yang telah
ditetapkan di RSUD Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau. Kepulauan Riau
sehat adalah suatu kondisi yang merupakan gambaran masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau di masa depan, yang ditandai dengan penduduknya yang dapat
menjangkau dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
berkeadilan, berperilaku hidup bersih dan sehat, hidup dalam lingkungan yang
sehat, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk
mewujudkan visi yang telah ditetapkan tersebut, maka RSUD Tanjung Uban
Provinsi Kepulauan Riau telah menetapkan misinya dalam menjalankan
pelaksanaan pemberian jasa pelayanan kesehatan, yaitu: “memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dengan biaya terjangkau kepada semua lapisan
masyarakat dan menerapkan manajemen profesional berbasis kinerja serta ikut
memberdayakan masyarakat Kepulauan Riau cara hidup sehat”, dan moto RSUD
Tanjung Uban adalah: “Kami peduli, profesional, dan siap melayani”.
4.3 Pelayanan RSUD Tanjung Uban
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa pada saat ini RSUD
Tanjung Uban diklasifikasikan sebagai rumah sakit Tipe C, untuk melihat jasa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
kesehatan yang diberikan oleh RSUD Tanjung Uban dapat dilihat dari jenis
pelayanan medis/paramedis dan sarana/prasarana penunjang medik. Ada 5 jenis
pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit ini yaitu:
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima dan melayani pasien emergency
selama 24 jam dilayani oleh dokter umum dibantu para perawat terampil khusus
emergency dan dilengkapi fasilitas DC Shock, EKG monitor, EKG, nebulizer, dan
lain-lain dengan kapasitas 5 (lima) tempat tidur. Instalasi gawat darurat ini
terbagi dalam 6 ruang spesifik, yaitu ruang triage, ruang observasi 24 jam, ruang
tindakan bedah minor, ruang resusitasi, ruang sterilisasi dan ruang administrasi.
2. Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Inap memiliki kapasitas 128 tempat tidur sedang dalam
proses penyelesaian, dengan rincian sebagai berikut:
a. Ruangan Rawat Inap Kelas 3 dengan kapasitas 28 tempat tidur.
b. Ruangan Rawat Inap Kelas 2 dengan kapasitas 30 tempat tidur.
c. Ruangan Rawat Inap Kelas 1 dengan kapasitas 31 tempat tidur.
d. Ruangan Rawat Inap Kelas VIP dengan kapasitas 8 tempat tidur.
Ruangan yang dirawat inap memiliki fasilitas sebagai berikut:
− Ruang Perawatan Khusus Anak (Bougenville), dengan fasilitas : Ruang ber-
AC, ruang isolasi, prasarana rawat inap sesuai standar dan inkubator.
− Ruang Perawatan Kelas I (Tulip), dengan fasilitas: 1 tempat tidur pasien
ruang ber-AC, televisi, kamar mandi sendiri, lemari, makan 3 kali plus
snack.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
− Ruang Perawatan Kelas II (Aster dan Lavender), dengan fasilitas: 2 tempat
tidur pasien, ruang ber-AC, televisi, kamar mandi sendiri, lemari, makan 3
kali plus snack.
3. Hemodialisa
Unit pelayanan unggul RSUD Tanjung Uban yang diperuntukkan bagi
penderita gagal ginjal dalam melaksanakan cuci darah, kerjasama tim dokter
umum bersertifikat HD, dokter penyakit dalam, dan perawat terampil.
4. Bedah Sentral /OK
Kamar bedah sebagai salah satu syarat mutlak jenis pelayanan yang harus
disediakan oleh Rumah Sakit dan merupakan kegiatan layanan utama dimana
tindakan bedah yang sifatnya invasif dan tentu akan memerlukan ruang yang
tingkat sterilitas tinggi untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Meski
bedah sentral ini bukan bagian dari instalasi gawat darurat, namun mengacu pada
fungsi awalnya, instalasi ini tentu tetap harus siap siaga selama 24 jam setiap
harinya. Fasilitas kamar bedah ini terdiri dari ruang bedah minor, sedang dan
mayor dan bedah khusus kebidanan. Instalasi bedah ini dilengkapi dengan fasilitas
ruang pra medikasi dan ruang recovery yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari unit bedah sentral.
5. Instalasi Perawatan Intensif (ICU)
Instalasi Perawatan Intensif (ICU) umumnya akan difungsikan sebagai
sarana untuk merawat penderita yang memerlukan perhatian khusus tanpa henti
selama 24 jam yang dilengkapi dengan perawat terlatih, alat-alat ICU standar,
ventilator, dan lain-lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
6. Instalasi Rawat Jalan, yang terdiri dari:
Instalasi Rawat Jalan terdiri atas:
a. Klinik umum.
b. Klinik gigi.
c. Klinik dokter spesialis (penyakit dalam, kandungan, bedah dan anak)
Disamping pelayanan kesehatan diatas, juga terdapat 5 sarana dan prasarana
penunjang medik, yaitu:
1. Instalasi Radiologi,
Instalasi Radiologi dilayani oleh radiografer didukung dengan mobile x-ray
100mA dengan bucky stand dan table x-ray serta automatic processing. Melayani
pemeriksaan konvensional lengkap antara lain thorax, vertebrae, abdomen, BNO
– IVP, Sinus paranasal, Ekstremitas, dan lain-lain.
2. Instalasi Laboratorium
Instalasi Laboratorium pelayanan 24 jam yang dilayani oleh analis, laboratorium
ini dilengkapi dengan alat-alat canggih seperti heamato analyzer, urina analyzer,
kimia klinik dan bank darah, sedangkan pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan rutin, kimia darah, hingga medical check up yang spesifik.
3. Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi melakukan pelayanan 24 jam dan dilayani oleh apoteker dan
asisten apoteker, didukung oleh obat generik dan non generik hingga obat-obat
paten.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
4. Instalasi Gizi
Instalasi Gizi dilayani oleh 5 orang tenaga akademi gizi dalam menyediakan diet
pasien dan melayani konsultasi gizi.
5. Instalasi IPSRS
Instalasi IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit), didukung oleh 3
orang elektromedik, 2 orang sarjana kesehatan lingkungan dan 3 orang ahli madya
kesehatan lingkungan serta 1 orang teknisi kelistrikan yang berpengalaman.
Sebagai standar keamanan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka RSUD
Tanjung Uban telah memiliki Fasilitas Pengolahan Limbah Medis. Limbah rumah
sakit yang berasal dari limbah pelayanan medis, limbah apotik, radiologi,
laboratorium dan septic tank adalah limbah yang berbahaya apabila langsung
dibuang kelingkungan. Maka dari itu perlu adanya instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dan incenerator agar limbah tersebut dapat diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah medis terdiri dari:
1. Instalasi Pengolahan Limbah Medis Padat (Incenerator). Limbah medis padat
yang dihasilkan dari proses pelayanan medis diolah menggunakan Icenerator
dengan suhu 1000 ºC sehingga bakteri dan virus yang terkandung dalam
limbah medis akan mati.
2. Instalasi Pengolahan Air Limbah Medis Cair (IPAL).
Limbah cair yang berasal dari limbah pelayanan medis Apotik, Labor, dan
Radiologi diolah melalui IPAL yang didalamnya terjadi proses erasi yang
dapat mematikan bakteri dan virus yang terkandung dalam limbah cair.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
4.4 Kualifikasi Personil RSUD Tanjung Uban
Table 4.1 Kualifikasi Personil Pegawai RSUD Tanjung Uban tahun 2017
No Kualifikasi Jumlah
1. Dokter umum 10
2. Dokter Spesialis 10
3. Dokter Gigi 3
4. Dokter gigi spesialis 1
5. Perawat 92
6. Kebidanan 37
7. Farmasi 9
8. Keteknisian Medis 12
9. Kesehatan Masyarakat 3
10. Tenaga Kesehatan lainnya 9
11. Tenaga Kerja non Medis 58
Jumlah 244
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
4.5 Struktur Organisasi RSUD Tanjung Uban
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Tanjung Uban
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
4.6 Shift Kerja Perawat RSUD Tanjung Uban
RSUD Tanjung Uban memiliki pembagian jadwal kerja yang terbagi atas tiga
shift yaitu :
1. Shift Pagi : Pukul 08.00 - 14.00 WIB
2. Shift Sore : Pukul 14.00 - 21.00 WIB
3. Shift Malam : Pukul 21.00 – 08.00 WIB
4.7 Karateristik Responden
4.7.1 Data-Data Umum Responden
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden di RSUD Tanjung Uban
Tahun 2017
Karakteristik
Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki
b. Perempuan
19
37
33,9
66,1
2. Usia
a. ≤ 30 tahun
b. > 30 tahun
44
12
78,6
24,4
3. Masa Kerja
a. ≤ 1 tahun
b. > 1 tahun
6
50
10,7
89,3
4. Pendidikan Terakhir
a. D3 Keperawatan
b. D3 Kebidanan
c. D4 Keperawatan
d. D4 Kebidanan
e. S1 Keperawatan
f. S1 Keperawatan Ners
g. Ners
28
9
5
1
5
5
3
50,0
16,1
8,9
1,8
8,9
8,9
5,4
Total 56 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
4.8 Perilaku Perawat terhadap Pencegahan Gastritis
4.8.1 Pengetahuan
Variabel pengetahuan dalam penelitian ini diketahui dengan menanyakan
10 pertanyaan mengenai pengetahuan responden tentang perilaku perawat
terhadap pencegahan gastritis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pertanyaan tentang pengertian gastritis atau maag, responden yang menjawab
pertanyaan dengan benar sebanyak 42 orang (75,0%). Pada pertanyaan tentang
gejala gastritis, responden yang menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 55
orang (98,2%). Pada pertanyaan tentang penyebab gastritis, responden yang
menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 32 orang (57,1%).
Pada pertanyaan tentang faktor risiko gastritis, responden yang menjawab
pertanyaan dengan benar sebanyak 56 orang (100,0%). Pada pertanyaan tentang
helicobacter pilori penyebab gastritis, responden yang menjawab pertanyaan
dengan benar sebanyak 31 orang (55,4%). Pada pertanyaan tentang diet gastritis,
responden yang menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 31 orang (55,4%).
Pada pertanyaan tentang hubungan gastritis dengan keadaan psikologis responden
yang menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 43 orang (76,8%).
Pada pertanyaan tentang NSAIDs dan kortiosteroid menjadi salah satu
faktor penyebab gastritis, responden yang menjawab pertanyaan dengan benar
sebanyak 50 orang (89,3%). Pada pertanyaan tentang kandungan apakah yang
terdapat pada kopi dan rokok yang dapat merusak mukosa lambung, responden
yang menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 56 orang (100,0%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
Table 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan
Perawat terhadap Pencegahan Gastritis di RSUD Tanjung Uban
Tahun 2017
No
Pengetahuan Perawat
terhadap Pencegahan
Gastritis
Jawaban
Benar Salah
N % N %
1. Apakah yang dimaksud
gastritis atau maag? 42 75,0 14 25,0
2. Menurut saudara, apa sajakah
gejala gastritis atau maag ? 55 98,2 1 1,8
3. Menurut saudara, apakah
penyebab gastritis atau maag ? 32 57,1 24 42,9
4. Menurut saudara, manakah
yang menjadi faktor risiko
penyebab gastritis?
56 100,0 0
0
5. Mengapa Helicobacter pilori
menjadi salah satu penyebab
gastritis? dikarenakan
31
55,4
25
44,6
6. Menurut pendapat saudara
apakah yang dimaksud diet
gastritis?
31
55,4
25
44,6
7. Menurut saudara, apakah
akibat dari gastritis atau maag
yang tidak diobati atau
pengobatannya tidak dilakukan
secara tuntas ?
47
83,9
9
16,1
8. Mengapa gastritis sering
dihubungkan dengan keadaan
psikologis seseorang (keadaan
stres)? Karena
43
76,8
13 23,2
9. Menurut saudara, mengapa
NSAIDs dan kortiosteroid
menjadi salah satu faktor
penyebab gastritis?
50
89,3
6
10,7
10. Salah satu faktor risiko
penyebab gastritis adalah
konsumsi kopi dan rokok.
Menurut saudara, kandungan
apakah yang terdapat pada
kopi dan rokok yang dapat
merusak mukosa lambung?
56 100,0 0 0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada perhitungan tingkat pengetahuan
responden, maka dapat dikategorikan baik, cukup dan kurang baik. Hasil
penelitian dapat dilihat dalam tabel 4. 4.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan Perawat Terhadap Pencegahan Gastritis Di RSUD
Tanjung Uban Tahun 2017
No
Pengetahuan perawat
terhadap pencegahan
gastritis
Jumlah (orang) Persen
1. Baik 40 71,40
2. Kurang 16 28,60
Total 56 100,00
4.8.2 Sikap
Hasil penelitian untuk variabel sikap dengan menggunakan 7 pertanyaan kepada
responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden setuju sejumlah 56
orang (100%) bahwa makan tepat waktu untuk mencegah gastritis. Responden
setuju sejumlah 32 orang (57,1%) bahwa istirahat yang cukup mencegah gastritis.
responden setuju sejumlah 32 orang (57,1%) bahwa mengurangi makanan pedas
dapat mencegah iritasi lambung.
Responden setuju sejumlah 30 orang (53,5%) bahwa konsumsi makanan
yan mengandung garam berlebihan dapat mencegah iritasi pada lambung.
Responden tidak setuju sejumlah 26 orang (46,4%) bahwa merokok, minum kopi,
dan minum alkohol tidak mengiritasi dinding lambung. Responden tidak setuju
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
sejumlah 18 orang (32,1%) bahwa mengkonsumsi makanan berlemak daripada
berserat adalah upaya pencegahan gastritis. Responden setuju sejumlah 56 orang
(100,0%) bahwa manajemen stres yang baik dapat membantu pencegahan terkena
penyakit gastritis.
Table 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Perawat
terhadap Pencegahan gastritis di RSUD Tanjung Uban tahun
2017
No
Sikap perawat
terhadap pencegahan
gastritis
Jawaban
Setuju Tidak Setuju
N % N %
1. Makan tepat waktu untuk
mencegah gastritis 56 100,0 0 0
2. Istirahat yang cukup
mencegah gastritis
32
57,1 24
42,9
3. Mengurangi makanan pedas
dapat mencegah iritasi
lambung
32
57,1 24
42,9
4. Konsumsi makanan yan
mengandung garam
berlebihan dapat mencegah
iritasi pada lambung
30
53,6
26
46,4
5. Merokok, minum kopi, dan
minum alkohol tidak
mengiritasi dinding
lambung
24
42,9
32
57,1
6. Mengkonsumsi makanan
berlemak daripada berserat
adalah upaya pencegahan
gastritis
38
67,9
18
32,1
7. Manajemen stres yang baik
dapat membantu
pencegahan terkena
penyakit gastritis
49
87,5
7
12,5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada perhitungan sikap responden, maka
dapat dikategorikan mendukung dan tidak mendukung. Hasil penelitian dapat
dilihat dalam tabel 4. 6.
Table 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Perawat
terhadap Pencegahan Gastritis di RSUD Tanjung Uban Tahun
2017
No Sikap perawat terhadap
pencegahan gastritis Jumlah (orang) Persen
1. Mendukung 43 76,70
2. Tidak mendukung 13 23,30
Total 56 100,00
4.8.3 Tindakan
Hasil penelitian untuk tindakan diketahui menggunakan 10 pertanyaan
melalui kuesioner kepada responden. Responden yang sering mengkonsumsi
antasida ketika lambung terasa perih sejumlah 23 orang (41,1%). Responden yang
kadang-kadang mengkonsumsi antasida ketika lambung terasa perih sejumlah 20
orang (35,7%). Responden yang tidak pernah mengkonsumsi antasida ketika
lambung terasa perih sejumlah 13 orang (23,2%).
Responden yang sering makan tepat tiga kali sehari dengan teratur
sejumlah 25 orang (44,6%). Responden kadang-kadang makan tepat waktu tiga
kali sehari dengan teratur sejumlah 31 orang (55,4%). Tidak ada responden yang
tidak pernah makan tepat waktu 3 kali sehari.
Responden yang sering memilih mengkonsumsi air putih daripada kopi
sejumlah 34 orang (60,7%). Responden kadang-kadang memilih mengkonsumsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
air putih daripada kopi sejumlah 22 orang (39,3%). Tidak ada responden yang
tidak pernah memilih mengkonsumsi air putih daripada kopi.
Responden yang sering mengkonsumsi analgetik ketika sakit lambung
sejumlah 15 orang (26,8%). Responden yang kadang-kadang mengkonsumsi
analgetik ketika sakit lambung sejumlah 35 orang (62,5%). Responden yang tidak
pernah mengkonsumsi analgetik ketika sakit lambung sejumlah 6 orang (10,7%).
Responden yang sering memilih konsumsi makanan berlemak daripada
berserat sejumlah 25 orang (44,6%). Responden yang kadang-kadang memilih
konsumsi makanan berlemak daripada berserat sejumlah 22 orang (39,3%).
Responden yang tidak pernah memilih konsumsi makanan berlemak daripada
berserat sejumlah 9 orang (16,1%).
Responden yang sering berpikir positif untuk menghindari stres sejumlah
38 orang (67,9%). Responden kadang-kadang berpikir positif untuk menghindari
stres sejumlah 18 orang (32,1%). Tidak ada responden yang tidak pernah berpikir
positif untuk menghindari stres.
Responden yang sering menghindari sayuran yang berpotensi
menghasilkan gas seperti sawi, kol, bunga kol sejumlah 11 orang (19,4%).
Responden kadang-kadang menghindari sayuran yang berpotensi menghasilkan
gas seperti sawi, kol, bunga kol sejumlah 29 orang (51,8%). Responden yang
tidak pernah menghindari sayuran yang berpotensi menghasilkan gas seperti sawi,
kol, bunga kol sejumlah 16 orang (28,8%).
Responden yang sering mengkonsumsi minuman bersoda untuk mencegah
gas pada lambung sejumlah 8 orang (14,3%). Responden kadang-kadang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
mengkonsumsi minuman bersoda untuk mencegah gas pada lambung sejumlah 37
orang (66,1%). Responden tidak pernah mengkonsumsi minuman bersoda untuk
mencegah gas pada lambung sejumlah 8 orang (14,3%).
Responden yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol dengan jumlah
sedikit dapat menetralkan asam lambung sejumlah 56 orang (100,0%). Tidak ada
responden yang memilih karang-kadang dan sering mengkonsumsi alkohol
dengan jumlah sedikit dapat menetralkan asam lambung.
Responden yang sering melakukan olah raga secara teratur sejumlah 22
orang (39,3%). Responden kadang-kadang melakukan olahraga secara teratur
sejumlah 26 orang (46,4%). Responden yang tidak pernah melakukan olah raga
secara teratur sejumlah 8 orang (14,3%).
Table 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator tindakan Perawat
terhadap pencegahan gastritis di RSUD Tanjung Uban tahun
2017
No
Tindakan Perawat
terhadap pencegahan
gastritis
Jawaban
S KK TP
N % N % N %
1. Makan tepat waktu
untuk mencegah
gastritis
23
41,1
20
35,7
13
23,2
2. Makan tepat waktu 3x
sehari dengan teratur 25 44,6 31 55,4 0 0
3. Memilih konsumsi air
putih daripada kopi
34
60,7
22
39,3
0
0
4. mengkonsumsi
analgetik ketika sakit
lambung
21 26,8 35
62,5
6 10,7
5. Lebih memilih
konsumsi makanan
25
44,6
22
39,3
9
16,1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
berlemak daripada
berserat
6. Selalu berpikir positif
untuk menghindari
stres
38
67,9
18
32,1
0
0
7. Menghindari sayuran
yang berpotensi
menghasilkan gas
seperti sawi, kol, bunga
kol
11
19,4
29
51,8
16
28,8
8. Mengkonsumsi
minuman bersoda
untuk mencegah gas
pada lambung
8
14,30
37
66,1
8
14,3
9. Mengkonsumsi alkohol
dengan jumlah sedikit
dapat menetralkan
asam lambung
0
0
0
0
56
100,0
10. Melakukan olahraga
secara teratur
22
39,3
26
46,4
8
14,3
Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada perhitungan tindakan responden, maka
dapat dikategorikan baik, cukup, dan tidak baik. Hasil penelitian dapat dilihat
dalam tabel 4.8.
Table 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan tingkat tindakan Perawat
terhadap pencegahan gastritis di RSUD Tanjung Uban tahun
2017
No
Tindakan perawat
terhadap pencegahan
gastritis
Jumlah (orang) Persen
1. Baik 21 37,5
2. Cukup 35 62,5
3. Tidak baik 0 0
Total 56 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan karakteristik umur, diketahui bahwa umur responden
bervariasi yaitu antara 22 tahun sampai 48 tahun. Usia responden mewakili semua
kelompok umur. Jumlah responden terbanyak pada kelompok usia ≤ 30tahun yaitu
sebanyak 44 orang (78,6%). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), mereka yang
berada dalam rentang usia 15 sampai dengan 64 tahun adalah usia produktif. Usia
produktif yaitu penduduk yang karena usia, kondisi fisik, dan jenis pekerjaannya
dapat menghasilkan produk dan jasa untuk menjalani kehidupan secara optimal.
Dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa responden perempuan lebih
banyak dibandingkan responden laki-laki. Berdasarkan tabel 4.2 Distribusi
Karakteristik Responden di RSUD Tanjung Uban Tahun 2017, diketahui bahwa
jumlah responden perempuan sebanyak 37 orang (66,1%), sedangkan responden
laki-laki berjumlah 19 orang (33,9%).
Tingkat pendidikan responden mayoritas berasal dari pendidikan
keperawatan. Jumlah responden terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan DIII
Keperawatan sebanyak 28 orang (50,0%). Dalam menjalankan tugas keperawatan,
perawat di RSUD Tanjung Uban dibantu oleh bidan. Bidan dan perawat bekerja
bersama-sama memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Masa kerja responden terbanyak adalah > 1 tahun yaitu 50 orang (89,3%)
dengan status kepegawaian sebagai pegawai tetap RSUD Tanjung Uban sebanyak
6 orang (10,7%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
5.2 Pengetahuan Responden
Menurut Setiawati dan Dermawan (2008) bahwa pengetahuan adalah hasil
dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap
individu dalam setiap mengambil keputusan dan berperilaku. Perilaku yang baru
diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama jika individu menerima perilaku
tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan yang jelas dan
keyakinan. Pengetahuan responden dalam penelitian ini terkait dengan
pengetahuan tentang pengertian gastritis, gejala gastritis, penyebab gastritis, risiko
gastritis, dampak gastritis, dan pencegahan gastritis.
Berdasarkan 10 pertanyaan yang diberikan kepada responden mayoritas
pekerja dapat menjawab dengan benar. Diketahui bahwa pengetahuan responden
dalam kategori baik sebanyak 40 orang (71.4%), kurang sebanyak 16 orang
(28,6%), sedangkan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang. Hal
ini menggambarkan bahwa pengetahuan perawat RSUD Tanjung Uban terhadap
pencegahan gastritis tergolong baik.
Pada pertanyaan pengertian gastritis responden yang menjawab benar yaitu
gastritis atau maag sebagai peradangan dinding lambung sebanyak 42 orang
(75,0%) dan salah sebanyak 14 orang (25,0%) yaitu menjawab peradangan
lambung. Hal ini dikarenakan perawat memiliki pendidikan di bidang kesehatan.
Sesuai dengan pernyataan Hirlan dalam Suyono (2001) bahwa gastritis adalah
inflamasi (peradangan) pada mukosa dan submukosa lambung.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
Pada pertanyaan tentang gejala gastritis sebagian besar responden yaitu
sebanyak 55 orang (98,2%) menjawab nyeri pada epigastrium (ulu hati), mual,
kembung, dan muntah. Dan 1 orang (1,8%) menjawab nyeri pada epigastrum (lu
hati), mual, demam, flu, kembung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wijoyo
(2009) bahwa gejala gastritis adalah nyeri pada epigastrium (ulu hati), mual, perut
kembung, muntah, terasa sesak, nafsu makan menurun, serta selalu bersendawa.
Pada pertanyaan penyebab penyakit gastritis jumlah responden menjawab benar
yaitu 32 orang (57,1%) menjawab makan tidak teratur, tidur larut malam, makan
pedas dan manis, dan perawat menjawab salah sejumlah 24 orang (42,9%) dengan
menjawab makan tidak teratur, konsumsi obat penghilang rasa nyeri (analgetik),
dan obat anti bakteri.
Pada pertanyaan tentang faktor risiko penyebab gastritis semua responden
menjawab stres dan rokok. Stres adalah mekanisme pertahanan diri atau
mekanisme koping terhadap masalah. Stres yang berlebihan dapat memicu
lambung untuk mengeluarkan asam lambung secara berlebihan. Reaksi inidapat
mengganggu aktifitas lambung bahkan dapat memicu kebocoran lambung. Stres
yang berkepanjangan merupakan salah satu faktor pemicu karena mengakibatkan
peningkatan produksi asam lambung (Hadi, 2002).
Pada pertanyaan tentang helicobacter penyebab gastritis, perawat
menjawab benar sebanyak 31 orang (55,4%) yaitu helicobacter memproduksi
asam berlebih pada lambung. Perawat menjawab salah sebanyak 25 orang
(44,6%) yaitu mengkonsumsi makanan yang kurang bersih. Menurut Suratun dan
Lusiana, 2010 bahwa Helicobacter pilori adalah bakteri yang hidup di dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
lambung manusia dalam jumlah kecil. Ketika asam lambung yang dihasilkan lebih
banyak kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah.
Pada pertanyaan tentang diet gastritis, responden yang menjawab
pertanyaan dengan benar yaitu penatalaksanaan pola makan secara bertahap untuk
mencegah gastritis sebanyak 31 orang (55,4%). Responden yang menjawab salah
sebanyak 25 orang (44,6%) yaitu pengaturan pola makan secara secara teratur
untu mencegah gastritis. diet gastritis adalah penatalaksanaan pola makan secara
bertahap untuk mencegah gastritis, pola makan dan tidur secara teratur (Yuliarti,
2009).
Pada pertanyaan pertanyaan akibat gastritis jika tidak diobati, responden
yang menajwab benar sebanyak 47 orang (83,9%) yaitu menjawab kanker
lambung. Responden yang menjawab salah sebanyak 9 orang (16,1%) yaitu
kanker saluran pencernaan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Suratum
(2010) bahwa gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung
semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka – luka (ulkus) yang
dikenal dengan tukak lambung.
Pada pertanyaan tentang hubungan gastritis dengan keadaan psikologis
responden yang menjawab pertanyaan stres menjadi pemicu meningkatnya asam
lambung seseorang yaitu sebanyak 43 orang (76,8%). Responden yang menjawab
salah sebanyak 13 orang (23,2%). Menurut Yuliarti (2009) salah satu cara untuk
mencegah gastritis adalah makan teratur dan tepat waktu selain itu manajemen
stres. Stres dapat meningkatkan produksi asam lambung dan menekan pencernaan.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Uripi (2001) bahwa stres dapat merangsang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga
akan mendorong gesekan antara makanan dan dinding lambung menjadi
bertambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan di lambung.
Pada pertanyaan tentang NSAIDs dan kortiosteroid menjadi salah satu
faktor penyebab gastritis, responden yang menjawab benar sebanyak 50 orang
(89,3%) yaitu karena meningkatkan produksi HCL pada lambung. Responden
yang menjawab salah sebanyak 6 orang (10,7%). NSAIDs (non steroid anti
inflammasi drugs) dan kortiosteroid menghambat sitesis prostaglandin sehingga
sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam
sehingga menimbulkan iristasi (Suratun dan Lusiana, 2010).
Pada pertanyaan tentang kandungan yang terdapat pada kopi dan rokok
yang dapat merusak mukosa lambung, semua responden yang menjawab
pertanyaan dengan benar sebanyak 56 orang (100,0%) yaitu kafein, nikotin, dan
cadmium. Menurut Caldwell dalam Rahma, dkk (2013) menyatakan bahwa rokok
mengandung ±4000 bahan kimia, asap yang terkandung dalam rokok mengandung
berbagai macam zat yang sangat reaktif terhadap lambung. Nikotin dan kadmium
adalah dua zat yang sangat reaktif yang dapat mengakibatkan luka pada lambung.
Menurut hasil penelitian Anggita (2012) menyatakan ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan gangguan lambung. Dengan meningkatkan pengetahuan akan
menurunkan risiko terkena gangguan lambung. Pengetahuan responden
berhubungan dengan tindakannya dalam pencegahan gastritis, hal ini sesuai
dengan pendapat Green dan Kreuter (2005) bahwa perilaku dipengaruhi oleh
faktor predisposisi antara lain pengetahuan yang sejalan dengan pendapat Bloom
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
dikutip oleh Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku nyata (tindakan) seseorang.
Pengetahuan adalah bentuk tahu individu yang diperolehnya dengan penalaran,
perasaan dan akal pikiran tentang segala sesuatu yang dihadapinya. Ketika
individu sudah tahu memahami kemudian melakukan tindakan. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu setelah proses penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan itu sendiri sebahagian besar diperoleh dari pendengaran dan
penglihatan.
5.3 Sikap Responden
Menurut Notoadmodjo (2003) sikap adalah pandangan-pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Komponen sikap terdiri
dari tiga, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan psikomotorik. Namun
ketiga komponen tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk membentuk sikap
yang utuh (total attitude) dan sikap biasanya didasarkan atas pengetahuannya. Jika
individu hanya mempunyai satu atau dua komponen saja, maka sikap untuk
menghasilkan perilaku yang diharapkan belum tentu terbentuk.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap responden dalam kategori
mendukung sebanyak 43 orang (76,7%), dan dalam kategori cukup sebanyak 13
orang (23,3%). Hal ini menggambarkan bahwa sikap perawat RSUD Tanjung
Uban terhadap pencegahan gastritis tergolong mendukung.
Pada penelitian ini ada 7 pernyataan yang berkaitan dengan sikap
responden terhadap pencegahan gastritis. Pernyataan pertama tentang sikap
responden terhadap makan tepat waktu untuk mencegah penyakit gastritis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
sebagian semua responden yaitu 56 orang (100,0%) setuju. Menurut Ikawati
(2010) orang yang memiliki pola makan tidak teratur contohnya makan tidak tepat
waktu mudah terserang penyakit gastritis. Sedangkan pada pernyataan jadwal
makan harus 3 kali sehari sebagian besar responden yaitu 32 orang (57,1%)
setuju. Responden yang menjawab tidak setuju sebayak 24 orang (42,9%).
Menurut hasil penelitian Angkow (2014) bahwa ada hubungan yang berakna
antara frekuensi makan dengan kejadian gastritis. Dimana responden dengan
frekuensi makan beresiko (< 3 kali sehari) lebih banyak menderita gastritis
dibandingkan dengan responden tidak beresiko.
Pada pernyataan mengurangi makanan pedas dapat mencegah iritasi
lambung, responden yang mendukung sikap pencegahan gastritis sebanyak 32
orang (57,1%) yaitu setuju. Responden yang menjawab tidak setuju sebayak 24
orang (42,9%). Menurut Sediaoetama (2004) mengkonsumsi makanan pedas
secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan
usus. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari 1 kali dalam
seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan
iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.
Pada pernyataan konsumsi makanan yang mengandung garam
berlebihan dapat mencegah iritasi pada lambung, responden yang menjawab
dengan benar yaitu tidak setuju sebanyak 26 orang (46,4%), dan responden yang
menjawab salah yaitu setuju sebanyak 30 orang (53,6%). Ada banyak faktor yang
dapat menyebabkan penyakit naiknya asam lambung. Salah satunya adalah
konsumsi garam yang terlalu banyak. Selain meminum alkohol, kafein, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
merokok yang semua dapat menambah risiko naiknya asam lambung, ternyata
garam dapat menyebabkan dan memperburuk penyakit tersebut. Temuan ini
sesuai dengan penelitian para peneliti dari Swedia. Mereka menemukan dari gaya
hidup orang-orang yang dijadikan sampel, konsumsi garam meja yang berlebih
dapat meningkatkan risiko mengalami penyakit naiknya asam lambung hingga
70%. Hal ini mengkhawatirkan karena sudah tersirat bahwa konsumsi garam meja
berlebih lebih berbahaya daripada alkohol dan kafein. Sebuah studi terkait yang
dilakukan oleh Roshini Rajapaksa tahun 2009 dari New York University Medical
Center membuktikan hasil yang sama mengenai risiko terlalu banyaknya
konsumsi garam meja, selain itu penyakit lambung diyakini dipicu oleh stres dan
gaya hidup. Tetapi setelah dilakukan penelitian menyebutkan bahwa luka pada
lambung dan radang usus terutama disebabkan oleh serangan bakteri bernama
Helicobacter pylori (Marshall dalam Sebayang, 2011).
Pada peryataan bahwa merokok, minum kopi, dan minum alkohol tidak
mengiritasi dinding lambung, responden yang menjawab dengan benar yaitu tidak
setuju sebanyak 32 orang (57,1%) dan responden yang menjawab setuju sebanyak
24 orang (42,9%). Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang
mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis) sampai tukak
lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna juga lebih sulit selama
orang tersebut tidak berhenti merokok (Nurminda, 2010). Kopi diketahui
merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan
lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi mukosa lambung. Kafein di
dalam kopi bisa mempercepat proses terbentuknya asam lambung. Hal ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
membuat produksi gas dalam lambung berlebih dan membuat perut terasa
kembung. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung (Suratun dan
Lusiana, 2010).
Pada pernyataan mengkonsumsi makanan berlemak daripada berserat
adalah upaya pencegahan gastritis, responden yang menjawab dengan benar yaitu
tidak setuju sejumlah 18 orang (32,1%). Responden yang menjawab tidak benar
yaitu setuju sebanyak 38 orang (67,0%). Konsumsi makanan seimbang dan kaya
akan serat adalalah salah satu upaya pencegahan gastritis.
Pada pernyataan manajemen stres yang baik dapat membantu pencegahan
terkena penyakit gastritis sebagian besar responden yaitu 49 orang (87,5%) setuju
dan responden yang tidak mendukung menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang
(12,5%) Menurut Murjayanah (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada
hubungan antara riwayat stres psikis dengan kejadian penyakit gastritis. Hal ini
terlihat dari jumlah penderita gastritis yang stres sebanyak 64,3% (18 orang),
sedangkan jumlah penderita gastritis yang tidak stres sebanyak 35,7% (15 orang).
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), bahwa sikap merupakan faktor
penentu perubahan perilaku, sikap menggambarkan suka atau tidak suka
seseorang terhadap objek dan struktur sikap seseorang merupakan komponen yang
saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun
ketiga komponen tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk membentuk sikap
yang utuh (total attitude) dan sikap biasanya didasarkan atas pengetahuannya. Jika
individu hanya mempunyai satu atau dua komponen saja, maka sikap untuk
menghasilkan perilaku yang diharapkan belum tentu terbentuk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
5.4 Tindakan Responden
Menurut Notoadmodjo (2003) setelah seseorang mengetahui stimulus atau
objek kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempratekkan apa yang diketahui dan disikapinya. Tindakan responden adalah
tindakan yang dilakukan responden dalam pencegahan gastritis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan responden dalam
kategori baik sebanyak 21 orang (37,5%), dan dalam kategori cukup sebanyak 35
orang (62,5%). Hal ini menggambarkan bahwa tindakan perawat RSUD Tanjung
Uban terhadap pencegahan gastritis tergolong cukup.
Pada pernyataan mengkonsumsi antasida ketika lambung terasa perih,
diketahui bahwa responden yang sering melakukannya sejumlah 23 orang
(41,1%). Respoden yang kadang-kadang mengkonsumsi antasida sebanyak 20
orang (35,7%), dan responden yang tidak pernah mengkonsumsi antasida
sebanyak 13 orang (23,2%). Hal ini dikarenakan responden yang tidak mengalami
gangguan atau rasa perih pada lambung tidak mengkonsumsi antasida. Sesuai
dengan pernyataan Tan, 2002 mengatakan bahwa Antasida (senyawa magnesium,
alumunium, bismuth, hidrostalsit, kalsium bikarbonat, Na-bikarbonat) adalah
basa-basa lemah yang digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan
asaml lambung. Efeknya adalah peningkatan pH lambung dan mampu
mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat.
Pada pernyataan bahwa responden yang sering menerapkan makan tepat
waktu tiga kali sehari dengan teratur, sejumlah 25 orang (44,6%). Responden yag
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
kadang-kadang makan tepat waktu sebanyak 31 orang, dan tidak ada responden
yang tidak pernah makan tepat waktu. Hal ini dikarenakan responden memiliki
kebiasaan jadwal makan dan jadwal kerja yang berbeda-beda dan tidak
tersedianya makanan di tempat terdekat. Gastritis diawali dengan pola makan
yang tidak teratur sehingga asam lambung meningkat, produksi HCL yang
berlebihan dapat menyebabkan gesekan pada dinding lambung dan usus halus
sehingga dapat menimbulkan nyeri pada epigastrum. Pola makan yang terdiri dari
jenis makan, jadwal makan, dan frekuensi makan, salah satu diantaranya adalah
makan tiga kali sehari secara teratur. Menurut hasil penelitian Angkow (2014)
bahwa ada hubungan yang berakna antara frekuensi makan dengan kejadian
gastritis. Dimana responden dengan frekuensi makan beresiko (<3 kali sehari)
lebih banyak menderita gastritis dibandingkan dengan responden tidak beresiko.
Pada pernyataan bahwa responden yang sering memilih mengkonsumsi air
putih daripada kopi sejumlah 34 orang (60,7%), dan responden yang kadang-
kadang lebih memilih konsumsi air putih sebanyak 22 orang (39,3%). Dengan
meminum banyak air putih akan membantu menertralkan keasaman di lambung.
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi, monosakarida, asam
amino, lemak, vitamin, dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh
seperti oksigen, dan hormon-hormon (Yuniastuti, 2008).
Pada pernyataan bahwa responden yang sering mengkonsumsi analgetik
ketika sakit lambung sejumlah 15 orang (26,8%), kadang-kadang sejumlah 35
orang (62,5%) dan tidak pernah 6 orang (10,7%). Analgetik dapat digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri tetapi dikonsumsi secara berlebihan dapat mengikis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
dinding lambung (Yuliarti, 2009). Sesuai dengan pernyataan Brunner & Suddarth
dalam Pratiwi (2013) bahwa penyebab gastritis tidak hanya makan tidak teratur
tapi ada beberapa hal lain yang dapat menyebabkan terkena gastritis yaitu
konsumsi obat obatan penghilang rasa nyeri (analgetik), terapi radiasi, kondisi
stres, infeksi bakteri, dan jamur.
Pada pernyataan bahwa responden yang sering lebih memilih konsumsi
makanan berlemak daripada berserat sejumlah 25 orang (44,6%), perawat yang
memilih kadang-kadang sejumlah 22 orang (39,3%). Hal ini dikarenakan
kebiasaan perawat membeli makanan di luar. Konsumsi makanan seimbang dan
kaya akan serat adalalah salah satu upaya pencegahan gastritis. Pada lambung,
kondisi lipase lingual dalam jumlah terbatas memulai hidrolisis trigliserida dan
asam lemak. Lipase lambung menghidrolisis lemak dalam jumlah terbatas.
Menurut penelitian Sherwood (2001) makanan asam, makanan yang digoreng,
makanan berlemak, dan makanan yang menggunakan bahan penyedap terbukti
berhubungan dengan kejadian gastritis.
Pada pernyataan bahwa Responden yang sering berpikir positif untuk
menghindari stres sejumlah 38 orang (67,9%), dan responden memilih kadang-
kadang sebanyak 18 orang (32,1%). Hal ini dikarenakan tuntuan pekerjaan yang
selalu siap ketika ada pasien. Berpikir positif adalah salah satu bentuk manajemen
stres yang dapat membantu pencegahan terkena penyakit gastritis sebagian besar
responden yaitu 38 orang (67,9%) setuju. Menurut Murjayanah (2010) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa ada hubungan antara riwayat stres psikis dengan
kejadian penyakit gastritis. Hal ini terlihat dari jumlah penderita gastritis yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
stres sebanyak 64,3% (18 orang), sedangkan jumlah penderita gastritis yang tidak
stres sebanyak 35,7% (15 orang).
Pada pernyataan bahwa responden yang sering menghindari sayuran yang
berpotensi menghasilkan gas seperti sawi, kol, bunga kol sejumlah 11 orang
(19,4%). Pada pernyataan bahwa responden yang menjawab tidak pernah
mengkonsumsi minuman bersoda untuk mencegah gas pada lambung sejumlah 8
orang (14,3%), responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 37 orang
(66,1%), dan responden yang menjawab sering sebanyak 8 orang (14,3%).
Minuman bersoda bersifat asam sehingga mengakibatkan lambung bersuasana
asam sehingga menciptakan kondisi tidak nyaman (Yuliarti, 2009)
Pada pernyataan bahwa Responden yang tidak pernah mengkonsumsi
alkohol dengan jumlah sedikit dapat menetralkan asam lambung sejumlah 56
orang (100,0%). Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung
(Suratun dan Lusiana, 2010). Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan
merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual.
Hal tersebut merupakan gejala dari penyakit gastritis. Sedangkan dalam jumlah
yang banyak, alkohol dapat merusak mukosa lambung (Rahma, 2010).
Pada pernyataan bahwa Responden yang menjawab sering melakukan olah
raga secara teratur sejumlah 22 orang (39,3%), responden yang menjawab
kadang-kadang melakukan olah raga teratur sebanyak 26 orang (46,4%), dan
responden yang tidak pernah melakukan olah raga teratur sebanyak 8 orang
(14,3%). Olah raga teratur dapat meningkatkan detak jangtung yang dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepas dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
lebih cepat. Disarankan aerobik dilakukan setidaknya 30 menit setiap harinya
(Yuliarti, 2009).
Dari keseluruhan, tindakan, terdapat lebih dari 50% responden yang tidak
melakukan pencegahan gastritis. Hal ini dikarenakan belum terdapat kesadaran
baik itu dikarenakan belum ada gangguan kesehatan pada lambung atau belum
perahnya tingkat kesakitan pada responden yang dapat mengganggu aktivitas
kegiatan asuhan keperawatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden di RSUD
Tanjung Uban tahun 2017, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan karakteristiknya adalah jenis kelamin responden mayoritas
perempuan, usia responden paling banyak pada kelompok usia ≤30 tahun
tahun, tingkat pendidikan responden paling banyak pada kategori DIII
Keperawatan, masa kerja responden paling banyak pada kategori lebih dari 1
tahun.
2. Pengetahuan responden paling banyak pada kategori baik karena mayoritas
responden memiliki tingkat pendidikan keperawatan.
3. Sikap responden paling banyak pada kategori mendukung karena mayoritas
responden memiliki tingkat pendidikan dibidang kesehatan sehingga memicu
terbentuknya sikap mendukung.
4. Tindakan seluruh responden pada kategori cukup karena kurangnya kesadaran
terhadap pencegahan gastritis, kebiasaan yang tidak mendukung pencegahan
gastritis, seperti konsumsi rokok, minum kopi, mengkonsumsi makanan
berlemak dan tinggi garam.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
1. Bagi perawat, diharapkan lebih meningkatkan pola hidup sehat, memanfaatkan
pemeriksaan kesehatan periodik yang telah ditetapkan RSUD Tanjung Uban
sehingga dapat melakukan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin apabila
terjadi gangguan kesehatan, seperti gastritis, maupun penyakit lainnya,
memanfaatkan fasilitas kesehatan penunjang bagi pekerja, menafaat waktu
istirahat secara maksimal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, H. 2015. Gambaran Pengetahuan dan Sikap terhadap Pencegahan Penyakit
Gastritis pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau. 2016. Kepulauan Riau dalam
Angka. https//Kepri.bps.go.id. (Diakese pada 10 Mei 2017).
Hadi, S. 2002. Gastroenterologi. Bandung: PT Alumni.
Hidayat, A. A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Jusup, L. 2012. Masakan Sehat dan Lezat untuk Penderita Gastritis (Tukak
Lambung/ Maag). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dispepsia atau
Maag), infeksi Mycobacteria pada ulcer gastroinstestial. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Murthi, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
______________ 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Rahma, M. 2013. Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampili Kabupaten Gowa. Jurnal. Universitas Hasanuddin, Makassar.
http://www.respository.unhas.ac.id/ (diakses 11 Juli 2016).
RSUD Tanjung Uban. 2017. Pelayanan Kesehatan RSUD Tanjung Uban.
http://www.rsudtanjunguban.org (diakes 25 Mei 2017).
Shanty, M. 2015. Penyakit saluran pencernaan: Pedoman Menjaga & Merawat
Kesehatan Pencernaan. Jogjakarta: Katahati.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
Saroinsong M. 2014. Hubungan Stres dengan Kejadian Gastritis pada Remaja
Kelas XI IPA di SMA Negeri 9 Manado Tahun 2014. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
http://www.ejournal.unstrat.ac.id/index.php/jkp/article (diakses 3 Juni
2016).
Sebayang, E. N. 2015. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan gastritis
pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Medan: Fakultas Keperawatan USU.
http://www.respository.usu.ac.id/handle/123456789/2463 (diakses 11
Juli 2016).
Selviana, Y. S. 2015. Effect of Coffe and Stres with the Incidence of Gastritis.
Jurnal vol 4 No 2. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/indexphp/majority/article/view/518
(diakses 10 Mei 2017).
Suratun, L. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta:Trans Info Media.
Surya, B. 2009. Penatalaksanaan Bedah Terkini dari Karsinoma Lambung.
Skripsi. Medan : Fakultas Kedokteran USU.
http://www.respository.usu.ac.id/handle/123456789/694 (diakses 11 Juli
2016).
Tambayong, J. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tambunan, G. 1994. Patologi Gastroestologi. Jakarta: EGC.
Tan, H. J. 2002. Obat-obat Penting dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Undang- undang RI No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Undang-undang RI Nomor 38 tahun 2014 Tentang Keperawatan.
Widyasari, J. K. 2010. Hubungan antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja pada
Perawat di Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta. Skripsi.Fakultas
Kedokteran Universitas Surakarta,
Surakarta.http://www.eprints.uns.ac.id/eprint6316 (diakses 11 Juli 2016).
Yuliarti, N. 2009. Maag Kenali, Hindari, dan Obati. Yogyakarta : Penerbit Andi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN
GASTRITIS PADA PERAWAT RSUD TANJUNG UBAN,
KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Lama Kerja :
I. KUESINER PENGETAHUAN, SIKAP TINDAKAN TERHADAP
PENCEGAHAN GASTRITIS
A. Pengetahuan
1. Menurut saudara apakah yang dimaksud gastritis atau maag ?
a. Peradangan dinding lambung
b. Peradangan lambung
c. Peradangan dinding pankreas
2. Menurut saudara, apa sajakah gejala gastritis atau maag ?
a. Nyeri dan panas pada tenggorokan, serta demam
b. Nyeri pada epigastrium (ulu hati), mual, kembung, muntah
c. Nyeri pada epigastrium (ulu hati), demam, flu, kembung
3. Menurut saudara, apakah penyebab gastritis atau maag ?
a. Makan tidak teratur, konsumsi obat penghilang rasa nyeri (analgetik) , dan
obat anti bakteri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Makan tidak teratur, tidur larut malam, konsumsi makan pedas dan manis
c. Tidak sarapan, bakteri, terpapar radiasi, dan tidur larut malam
4. Menurut saudara, manakah yang menjadi faktor risiko penyebab gastritis?
a. Stress dan konsumsi rokok
b. konsumsi rokok dan berolahraga
c berolahraga dan tidak konsumsi rokok
5. Mengapa Helicobacter pilori menjadi salah satu penyebab gastritis?
dikarenakan…
a. Mengkonsumsi makanan yang kurang bersih
b. Menyebabkan produksi asam berlebih pada lambung
c. Bakteri yang memang hidup di lambung
6. Menurut pendapat saudara apakah yang dimaksud diet gastritis?
a. pengaturan pola makan secara secara teratur untu mencegah gastritis
b. penatalaksanaan pola makan secara bertahap untu mencegah gastritis
c. pengaturan pola makan hanya untuk penderita gastritis
7. Menurut saudara, apakah akibat dari gastritis atau maag yang tidak diobati
atau pengobatannya tidak dilakukan secara tuntas ?
a. Kanker lambung
b. Kanker saluran pencernaan
c. Gagal ginjal
8. Mengapa gastritis sering dihubungkan dengan keadaan psikologis seseorang
(keadaan stress)? Karena..
a. Stress menjadi pemicu meningkatnya asam lambung seseorang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Stress menyebabkan kerusakan mukosa lambung
c. Stress menyebabkan mengiritasi lambung
9. Menurut saudara, mengapa NSAIDs (non steroid anti inflammasi drugs) dan
kortiosteroid menjadi salah satu faktor penyebab gastritis? karena..
a. Menurunkan produksi HCL pada lambung
b. Meningkatkan produksi HCL pada lambung
c. Hanya dapat meringankan gejala nyeri pada lambung
10. Salah satu faktor risiko penyebab gastritis adalah konsumsi kopi dan rokok.
Menurut saudara, kandungan apakah yang terdapat pada kopi dan rokok yang
dapat merusak mukosa lambung?
a. Tar dan kafein
b. Kafein, nikotin dan cadmium
c. Tar dan nikotin
B. Sikap
Petunjuk : pernyataan – pernyataan berikut berhubungan dengan sikap
perawat terhadap pencegahan penyakit gastritis,
jawablah dengan member tanda (√) pada kotak pilihan anda. Keterangan
pilihan jawaban :
1. S = setuju
2. TS = tidak setuju
NO DAFTAR PERTANYAAN S TS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Makan tepat waktu untuk mencegah gastritis
2. Istirahat yang cukup mencegah gastritis
3 Mengurangi makanan pedas dapat mencegah iritasi
lambung
4 Konsumsi makanan yan mengandung garam berlebihan
dapat mencegah iritasi pada lambung
5 Merokok, minum kopi, dan minum alkohol tidak
mengiritasi dinding lambung
6 Mengkonsumsi makanan berlemak daripada berserat
adalah upaya pencegahan gastritis
7 Manajemen stress yang baik dapat membantu pencegahan
terkena penyakit gastritis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
C. Tindakan
Petunjuk : pernyataan – pernyataan berikut berhubungan dengan tindakana
perawat terhadap pencegahan penyakit gastritis,
jawablah dengan member tanda (√) pada kotak pilihan anda. Keterangan
pilihan jawaban :
1. S = sering
2. KK = Kadang-kadang
3. TP = Tidak Pernah
NO DAFTAR PERTANYAAN S KK TP
1. Mengkonsumsi antasida ketika lambung terasa
perih
2. Makan tepat waktu 3x sehari dengan teratur
3 Memilih mengkonsumsi air putih daripada kopi
4 mengkonsumsi analgesik ketika sakit lambung
5 Lebih memilih konsumsi makanan berlemak
daripada berserat
6 selalu berpikir positif untuk menghindari stress
7 Menghindari sayuran yang berpotensi
menghasilkan gas seperti sawi, kol, bunga kol
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8 Mengkonsumsi minuman bersoda untuk mencegah
gas pada lambung
9 mengkonsumsi alkohol dengan jumlah sedikit dapat
menetralkan asam lambung
10 Melakukan olahraga secara teratur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4 Master Data
RESPONDEN JK USIA USIAK LAMA KERJA PENDIDIKAN
1 2 32 2 10 1
2 2 48 2 8 4
3 2 24 1 3 7
4 2 24 1 1 4
5 1 26 1 3 4
6 1 27 1 4 2
7 1 25 1 4 4
8 2 24 1 4 4
9 2 28 1 4 4
10 2 28 1 3 4
11 2 22 1 1 4
12 2 25 1 2 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 2 25 1 1 7
14 2 27 1 5 7
15 2 29 1 5 4
16 1 28 1 3 4
17 1 29 1 2 4
18 1 29 1 8 1
19 2 24 1 2 4
20 2 26 1 0,8 3
21 2 24 1 2 3
22 2 30 1 7 8
23 1 31 2 7 4
24 2 29 1 8 3
25 1 28 1 9 3
26 1 37 2 9 4
27 1 40 2 8 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28 2 27 1 3 2
29 1 28 1 4 1
30 2 30 1 4 1
31 1 25 1 2 4
32 2 29 1 2 4
33 1 26 1 8 4
34 1 25 1 7 2
35 1 29 1 2 9
36 2 28 1 5 4
37 1 37 2 9 8
38 2 36 2 10 2
39 2 31 2 9 3
40 2 25 1 5 4
41 2 27 1 2,5 7
42 2 32 2 9 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43 2 27 1 2 4
44 2 30 1 4 3
45 2 28 1 0,7 3
46 2 22 1 1 3
47 1 29 1 3,5 3
48 2 30 1 5 4
49 1 35 2 3 8
50 1 28 1 2 4
51 2 29 1 5 7
52 2 30 1 6 4
53 2 32 2 8 4
54 2 35 2 10 4
55 2 35 2 10 1
56 2 30 2 10 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan:
Jenis Kelamin Usia Masa Kerja Pendidikan Terakhir
Laki-laki = 1 ≤ 30 tahun = 1 < 1 tahun = 1 Pendidikan Terakhir = 1
Perempuan =2 > 30 tahun = 2 ≥ 1 tahun = 2 S1 Keperawatan Ners = 2
S1 Keperawatan = 3
DIII Keperawatan = 4
DIII Kebidanan = 5
SPK / SMA
DIV Keperawatan
Ners
DIV Kebidanan
= 6
= 8
= 9
= 10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengetahuan Responden
RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
2 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
4 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1
5 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
6 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
7 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1
8 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
9 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
10 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
11 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
15 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1
16 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
18 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
19 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
20 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
21 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
23 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1
24 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
25 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
26 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
27 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
29 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
30 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
31 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
32 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
33 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
35 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
36 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
37 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
41 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1
45 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1
46 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
47 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
49 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
50 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
51 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
52 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
53 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
54 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
55 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
56 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sikap Responden
RESPONDEN S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
1 2 2 2 2 2 1 2
2 2 1 2 2 2 1 2
3 2 1 2 1 1 1 2
4 2 1 1 1 2 1 2
5 2 1 2 1 1 1 2
6 2 1 2 1 1 1 2
7 2 1 1 2 2 1 2
8 2 1 2 2 2 1 2
9 2 2 2 1 1 1 2
10 2 2 2 1 1 1 2
11 2 1 2 1 1 1 2
12 2 1 1 2 1 1 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 2 2 1 2 2 2 2
14 2 2 1 1 2 1 2
15 2 2 2 1 2 2 2
16 2 2 2 1 2 1 2
17 2 1 2 1 1 1 2
18 2 2 2 2 1 1 2
19 2 2 1 2 2 2 2
20 2 2 1 1 2 1 2
21 2 1 2 1 1 1 2
22 2 1 1 2 1 2 2
23 2 2 2 2 1 2 2
24 2 1 1 2 2 1 2
25 2 1 2 2 2 1 1
26 2 2 1 1 1 2 1
27 2 1 1 2 1 2 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28 2 2 1 1 1 1 2
29 2 2 2 1 1 2 2
30 2 1 2 1 2 1 1
31 2 1 2 2 1 2 2
32 2 2 1 2 1 1 2
33 2 1 2 2 1 1 2
34 2 2 2 1 1 2 2
35 2 1 1 1 2 1 2
36 2 2 2 1 2 1 2
37 2 1 1 2 2 2 2
38 2 2 2 2 1 2 2
39 2 2 1 1 2 2 2
40 2 2 1 1 1 2 2
41 2 2 1 2 2 1 1
42 2 2 1 2 2 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43 2 2 1 2 1 1 2
44 2 2 1 2 1 1 2
45 2 2 2 1 2 1 2
46 2 2 2 1 1 2 2
47 2 1 2 2 1 2 1
48 2 1 2 2 1 1 2
49 2 1 2 2 1 2 1
50 2 2 2 2 1 2 2
51 2 2 2 2 2 1 2
52 2 2 2 2 1 1 2
53 2 2 1 2 1 1 2
54 2 1 1 1 2 1 2
55 2 2 1 2 1 1 2
56 2 2 2 1 2 1 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tindakan
RESPONDEN T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
1 2 2 3 3 2 3 1 2 3 2
2 2 3 3 2 1 3 2 2 3 3
3 2 3 3 3 2 3 2 1 3 1
4 1 2 3 2 3 3 1 2 3 3
5 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2
6 3 3 3 2 1 3 2 2 3 2
7 2 2 3 2 3 3 1 2 3 1
8 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3
9 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3
10 2 3 3 1 2 3 3 2 3 2
11 1 2 3 3 1 3 2 2 3 3
12 2 2 3 3 1 2 2 2 3 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 1 2 3 3 2 3 1 2 3 3
14 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2
15 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1
16 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2
17 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2
18 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2
19 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2
20 2 3 3 2 3 3 2 1 3 1
21 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3
22 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2
23 2 3 3 1 1 3 3 2 3 2
24 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2
25 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2
26 2 3 3 2 2 3 1 1 3 3
27 1 2 3 2 2 3 2 2 3 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28 1 2 3 1 2 3 2 2 3 2
29 1 2 3 1 3 2 1 2 3 3
30 2 3 2 1 3 2 2 2 3 1
31 3 2 3 2 2 3 2 1 3 2
32 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2
33 3 2 3 2 2 3 1 1 3 3
34 3 2 2 3 2 3 1 1 3 3
35 3 2 2 3 2 3 2 1 3 2
36 3 3 2 2 3 2 1 1 3 3
37 3 3 2 3 3 2 1 2 3 1
38 1 3 3 2 1 3 1 3 3 3
39 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2
40 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2
41 3 3 2 2 2 3 1 2 3 2
42 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2
44 3 3 2 2 3 3 1 3 3 2
45 3 3 2 2 2 3 1 3 3 1
46 2 2 2 3 2 3 2 1 3 3
47 1 2 3 3 3 2 2 2 3 2
48 1 3 2 3 2 3 1 2 3 3
49 2 3 2 2 1 3 2 2 3 3
50 3 2 2 2 3 2 2 1 3 3
51 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2
52 2 3 2 2 1 2 3 2 3 3
53 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1
54 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2
55 1 2 3 3 1 3 2 2 3 3
56 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
Lampiran 5 Output Analisa SPSS
Statistics
Usia
Perawat
Masa
Kerja
N Valid 56 56
Missing 0 0
Mean 28.89 4.920
Median 28 4.000
Karakteristik Umum
Statistics
Jenis
Kelamin
Usia
Perawat
Masa
Kerja
Pendidikan
Terakhir
N Valid 56 56 56 56
Missing 0 0 0 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 24 18.6 18.6 18.6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perempuan 105 81.4 81.4 100.0
Total 129 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 22 2 3.6 3.6 3.6
24 5 8.9 8.9 12.5
25 6 10.7 10.7 23.2
26 3 5.4 5.4 28.6
27 5 8.9 8.9 37.5
28 8 14.3 14.3 51.8
29 9 16.1 16.1 67.9
30 6 10.7 10.7 78.6
31 2 3.6 3.6 82.1
32 3 5.4 5.4 87.5
35 2 3.6 3.6 91.1
36 1 1.8 1.8 92.9
37 2 3.6 3.6 96.4
40 1 1.8 1.8 98.2
48 1 1.8 1.8 100.0
Total 56 100.0 100.0
Usia Kelompok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤ 30 tahun 44 78.6 78.6 78.6
> 30 tahun 12 24.4 24.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
Masa Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤ 1 tahun 6 10.7 10.7 10.7
> 1 tahun 50 89.3 89.3 100.0
Total 56 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SKep Ners 5 8.9 8.9 8.9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKep 5 8.9 8.9 17.9
D3 Kebidanan 9 16.1 16.1 33.9
D3 Keperawatan 28 50.0 50.0 83.9
D4 Keperawatan 5 8.9 8.9 92.9
Ners 3 5.4 5.4 98.2
D4 Kebidanan 1 1.8 1.8 100.0
Total 56 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Indikator Pengetahuan
Frequency Table
Pengertian Gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Peradangan
lambung 14 25,0 25,0 75,0
Peradangan
dinding
lambung
Peradangan
Pancreas
42
0
75,0
0
75,0
0
100.0
0
Total 56 100.0 100.0
Gejala Gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pengaturan
pola makan 1 1.8 1.8 1.8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penatalaksa
naan pola
makan
Pegaturan
pola makan
Penderita
gastritis
5
0
98.2
0
98.2
0
100.0
Total 56 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penyebab Gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid teratur,
analgetik,
anti bakteri
Makan
tidak
24 32.6 42,9 32.6
teratur,
analgesic,
pedas,
manis
tidak
sarapan,
bakteri,
radiasi
32
0
32.6
0
32.6
0
100.0
0
Total 56 100.0 100.0
Faktor Risiko
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Stress &
rokok
Rokok &
56
100.0
100.0
100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Olahraga
Olahraga
& stress
total
0
0
56
0
0
56
0
0
56
Helicobacter Pilori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bakteri
yang hidup
di
lambung
11 8.5 8.5 8.5
konsumsi
makanan 14 41.9 41.9 50.4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kurang
bersih
Produksi
asam
berlebih
pada
lambung
31 55,4 55,4 100.0
Total 56 100.0 100.0
Diet Gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pengaturan
pola makan
penderita
gastritis
3 8.5 8.5 8.5
pengaturan
pola makan
teratur
mencegah
gastritis
10 41.9 41.9 50.4
penatalaksa
naan pola
makan
bertahap
mencegah
31 55,4 55,4 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
gastritis
Total 56 100.0 100.0
Akibat Dari Gastritis Atau Maag Yang Tidak Diobati Atau Pengobatannya
Tidak Dilakukan Secara Tuntas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kanker
lambung
47 83,9 83,9 83,9
Kanker
saluran
perncernaan
Gagal
ginjal
9
0
16,1
0
16,1
0
16,1
Total 56 100.0 100.0
Gastritis Yang Dihubungkan Dengan Psiokologis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Valid Stres
mengiritasi
lambung
9 7.0 7.0 7.0
Stres pemicu
meningkanya
asam
lambung
seseorang
43 76.8 76.8 76.8
Stres
menyebab
kan
kerusakan
mucosa
lambung
13 10.1 10.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NSAIDs (non steroid anti inflammasi drugs) dan kortiosteroid menjadi salah
satu faktor penyebab gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Hanya
meringank
an gejala
nyeri pada
lambung
3 8.5 8.5 8.5
Meningkat
kan
produksi
HCL pada
lambung
50
3
89.3
8.5
89.3
8.5
100.0
8.5
Total
56
100.0
100.0
Kandungan yang terdapat pada kopi dan rokok yang dapat merusak mukosa
lambung
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kafein,
nikotin dan
cadmium
Tar, kafein
56
0
100.0
0
100.0
0
100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tar, nikotin
total
0
56
0
56
0
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Indikator sikap
Frequency Table
Makan tepat waktu untuk mencegah gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju
Tidak
setuju
total
0
56
56
0
100.0
100.0
0
100.0
100.0
100.0
Istirahat yang cukup mencegah gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 32 40.3 40.3 40.3
tidak setuju 24 59.7 59.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
Mengurangi makanan pedas dapat mencegah iritasi lambung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 32 40.3 40.3 40.3
tidak setuju 24 59.7 59.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
Konsumsi makanan yang mengandung garam berlebihan dapat mencegah
iritasi pada lambung
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 30 53.5 53.5 53.5
tidak setuju 26 46.5 46.5 100.0
Total 56 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Merokok, minum kopi, dan minum alkohol tidak mengiritasi dinding
lambung
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 24 42.6 42.6 42.6
Tidak
Setuju 32 57.4 57.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
Mengkonsumsi makanan berlemak daripada berserat adalah upaya
pencegahan gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 38 67.9 67.9 67.9
Tidak
Setuju 18 32.1 32.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
Manajemen stress yang baik dapat membantu pencegahan terkena penyakit
gastritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Valid Setuju 49 87.5 87.5 87.5
Tidak
setuju 7 12.5 12.5 100.0
Total 56 100.0 100.0
Indikator Tindakan
Frequency Table
Mengkonsumsi antasida ketika lambung terasa perih
Frequency Percent Valid Cumulative
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Percent Percent
Valid tidak pernah 13 23.3 23.3 23.3
kadang-kadang 20 35.7 35.7 35.7
sering 23 41.1 41.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
Makan tepat waktu 3x sehari dengan teratur
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 0 0 0 0
kadang-kadang 31 55.4 55.4 55.4
sering 25 44.6 44.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
Memilih mengkonsumsi air putih daripada kopi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 0 0 0 0
kadang-kadang 22 39.3 39.3 39.3
sering 34 60.7 60.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengkonsumsi analgetik ketika sakit lambung
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 6 10.7 10.7 62.5
kadang-kadang 35 62.5 62.5 26.8
sering 34 26.8 26.8 100.0
Total
56
100.0
100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih memilih konsumsi makanan berlemak daripada berserat
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid sering 25 44.6 44.6 39.3
kadang-kadang 22 39.3 39.3 16.1
tidak pernah 0 16.1 16.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
Selalu Berpikir Positif Untuk Menghindari stress
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 0 0 0 32.1
kadang-kadang 18 32.1 32.1 44.6
sering 38 44.6 44.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
Menghindari sayuran yang berpotensi menghasilkan gas seperti sawi, kol,
bunga kol
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 16 28.8 28.8 51.8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kadang-kadang 29 51.8 51.8 19.4
sering 11 19.4 19.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
Mengkonsumsi minuman bersoda untuk mencegah gas pada lambung
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid sering 8 14.3 14.3 66.1
kadang-kadang 37 66.1 66.1 14.3
tidak pernah 8 14.3 14.3 100.0
Total 56 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mengkonsumsi Alkohol Dengan Jumlah Sedikit Dapat Menetralkan
Asam Lambung
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sering
kadang-kadang
0
0
0
0
0
0
0
100.0
tidak pernah 56 100.0 100.0 100.0
Total 56 100.0 100.0
Melakukan olahraga secara teratur
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 8 14.3 14.3 46.4
kadang-kadang 26 46.4 46.4 39.3
sering 22 39.3 39.3 100.0
Total 56 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. RSUD Tanjung Uban
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2. Ruangan RSUD Tanjung Uban
Gambar 3. Ruangan RSUD Tanjung Uban
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4. Ruang Rawat inap RSUD Tanjung Uban
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5. Perawat sedang bertugas jaga
Gambar 6. Perawat bertugas jaga di pos perawat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA