Gambaran Perilaku Jajan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kota Medan Tahun 2010
-
Upload
yan-indra-fajar-sitepu -
Category
Documents
-
view
345 -
download
2
description
Transcript of Gambaran Perilaku Jajan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kota Medan Tahun 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tanjung (2008) sebanyak 78,6% murid SD jajan setiap hari di
sekolah. Padahal kualitas jajanan di sekolah-sekolah rendah. Hal ini dibuktikan oleh Balai Pengawas
Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia (2007) yang mana melaporkan hasil monitoring
Jajanan Anak Sekolah (JAS) yang meliputi jenis pangan jajanan yang sering tidak memenuhi syarat
(TMS), karena penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas, penyalahgunaan
bahan berbahaya yang seharusnya tidak boleh digunakan dalam pangan, serta cemaran mikrobiologi
yang mencerminkan kualitas mikrobiologi pangan jajanan anak sekolah. Monitoring ini dilakukan
oleh Badan POM RI pada tahun 2006 dengan hasil yaitu: 1. Proporsi sampel JAS yang memenuhi
persyaratan adalah sebesar 50,57% 2. Warna merah minuman, sirup ataupun es masing-masing
sebanyak 20%, 7%, dan 13% disebabkan oleh penambahan rhodamin B. 3. Penggunaan siklamat
yang melebihi batas maksimum pada es lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada minuman
merah, sirup, jeli, ataupun agar, yaitu lebih dari 50%. 4. Sampel minuman merah dan es memliki
persentase TMS di atas 59%. 5. Kurang dari 6% sampel mie dan bakso mengandung formalin. Hasil
survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap jajanan anak sekolah di 4.500 SD di
Indonesia menyatakan bahwa antara 3-20% jajanan anak sekolah masih mengandung bahan kimia
berbahaya (Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, 2010). Laporan kegiatan pengawasan obat
dan makanan tahun 2006 Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Semarang
menyebutkan sekitar 66,7% makanan dan jajanan anak sekolah di Jateng tidak memebuhi syarat
kesehatan (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010). Penjaja makanan tidak
menutup makanan jajanan secara sempurna, tidak memilki fasilitas kesehatan yang mendukung
seperti sarana air bersih. tempat pembuangan sampah yang kurang memadai, sehingga penyajian
makanan jajanannya belum memenuhi syarat kesehatan. Tanjung (2008) melaporkan hasil
pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan jajanan yaitu mie dan sirup terbukti tercemar E.
coli. Sejauh ini sudah ada tindakan intervensi kepada jajaran sekolah dan pemberdayaan kantin
sekolah menjadi “Kantin Sehat Sekolah”. Kementerian Pendidikan Nasional melalui Pusat
Pengembangan Kualitas Jasmani sejak 2009 melaksanakan Program Pembinaan Keamanan Pangan
Jajanan Anak Sekolah, melalui Penataan Kantin Sehat di Sekolah dengan pemberian Block Grant
serta penyuluhan/bimbingan teknis kepada kepala sekolah, guru, dan pengelola kantin yang ada di
sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia, dan pada tahap pertama/tahun
2009 dipilih satu kabupaten/kota di setiap provinsi untuk percontohan dan direncanakan akan
dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan datang (Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat Republik Indonesia, 2010). Di Sumatera Utara ada empat sekolah yang menjadi sekolah
percontohan, keempatnya berada di kabupaten Deli Serdang. Karena banyaknya makanan jajanan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, penulis ingin mengetahui sejauh mana perilaku jajan murid-
murid SD di beberapa SD di kota Medan terhadap makanan jajanna.
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : Bagaimana
perilaku jajan pada murid Sekolah Dasar di Beberapa SD di Kota Medan tahun 2010?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku jajan murid di beberapa Sekolah Dasar di kota Medan tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jumlah uang jajan sehari murid SD.
2. Untuk mengetahui alasan jajan murid SD.
3. Untuk mengetahui berapa persen murid SD yang sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku jajan
5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sarapan pagi, jumlah uang jajan, dan lamanya
menonton televisi dengan perilaku jajan murid
SD.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:
1. Untuk murid SD di masing-masing sekolah:
Untuk meningkatkan kesadaran mereka dalam memilih jajanan yang bergizi dan sehat.
2. Untuk peneliti:
Untuk menambah pengetahuan mengenai perilaku jajan pada murid SD, dan dengan melakukan
penelitian, diharapkan peneliti dapat mengimplementasikan pelajaran yang diperoleh di bangku
kuliah ke dalam penelitian sebenarnya dalam masyarakat.
3. Untuk pihak sekolah:
Bahan masukan untuk melakukan perbaikan dalam mengelola lingkungan sekolahnya, terutama
kantin dan penjaja makanan di lingkungan sekolahnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Pengertian Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2005) dan Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2005) perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan yang merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian,
perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus → Organisme → Respons, sehingga disebut teori
“S-O-R”. Ada dua jenis respons, yaitu:
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-
respons yang relatif tetap. Misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan atau
mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya,
apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respons
terhadap gaji yang cukup (stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus
untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk
memperoleh promosi pekerjaan.
2.1.2. Pembagian Perilaku
Berdasarkan teori “S-O-R” di atas perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati
orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
“unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan
sikap.
b. Perilaku terbuka ( Overt Behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau
praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”. Contoh, seorang ibu
hamil memeriksakan kehamilannya ke puskesmas, seorang anak menggosok gigi setelah
makan, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut adalah bentuk tindakan nyata, dalam bentuk
kegiatan atau dalam bentuk praktik (practise). 2.1.3. Domain Perilaku Domain perilaku
berdasarkan Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005) yang telah dikembangkan
untuk kepentingan pendidikan praktis, dibagi dalam tiga tingkat ranah perilaku sebagai
berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Secara garis
besar ada enam tingkat pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa jamban adalah tempat membuang
air besar.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikannya secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara
pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M
(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus
menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang
lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses pencernaan, ia harus dapat
membuat pencernaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja. Orang
yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal peelitian di
mana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah
sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan,
atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan
atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes agepty
dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi,
dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau
meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau
didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi bekaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan jastifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana.
2. Sikap ( attitude )
Campbell (1950) dalam Notoatmodjoe (2005) mendefinisikan sikap sebagai “ An
individual’s attitude is sundrome of response consistency with regard to object.” Jadi,
sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Seperti
halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan dimana saling
berunut, yaitu: (Notoatmodjo, 2005)
a. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap yang sudah positif terhadap suatu
objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh:
a) Sikap, untuk terwujud di dalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat
itu.
b) Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian dikenakan pendapat responden
( Notoatmodjo, 2005).
3. Tindakan atau praktik (Practice)
Dalam terbentuknya tindakan diperlukan faktor lain, yaitu adanya fasilitas atau sarana dan
prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk
kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap itu
meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, posyandu, atau puskesmas yang
dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak,
kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksa kehamilannya. Tingkatan praktik atau
tindakan menurut kualitasnya dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksa kehamilannya
tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya. Seorang anak kecil
menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut
praktik atau tindakan terpimpin.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabia subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara
otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu
membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari
kader atau petugas kesehatan. Seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah
makan, tanpa disuruh oleh ibunya.
c) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang
dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya, menggosok gigi,
bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu
memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bahan makanan tersebut
murah harganya (Notoatmodjo, 2005).
2.2. Makanan Jajanan
2.2.1. Pengertian Makanan Jajanan
Menurut Widodo dalam Tanjung (2008) makanan jajanan yang dijual oleh pedangan kaki lima
atau dalam istilah lain disebut “street food”, menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat
keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan
lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan mayarakat terhadap makanan yang
murah, mudah, menarik, dan bervariasi. 2.2.2. Jenis Makanan Jajanan Menurut Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (1998) dalam Lubis (2007) jenis-jenis makanan jajanan adalah sebagai
berikut:
a. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue putu,
kue bugis, atau sebagainya.
b. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama) seperti pecal, mie bakso, nasi goreng, mie rebus
dan sebagainya.
c. Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti es krem, es campur, jus buah, dan sebagainya.
2.2.3. Manfaat dan Bahaya Makanan Jajanan
Menurut Wardiatmo dan Ridwan (1987) dalam Lubis (2007) manfaat makanan jajanan untuk anak
sekolah adalah sebagai sarapan pagi dan makanan selingan di antara makanan yang utama. Menurut
Hermina (2004) dalam Ginting (2007) makanan juga dapat memberikan tambahan gizi jika memiliki
mutu, gizi, dan kebersihan yang baik. Menurut Sihaldi (2004) dalam Ginting (2007) makanan jajanan
yang bervariasi akan menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil.
Baliwati (2004) dalam Kesumawati (2009) mengemukakan bahwa makanan jajanan mengandung
bahan pengawet buatan dan zat warna buatan yang bisa membahayakan tubuh manusia sehingga
dalam jangka pendek dapat menimbulkan gejala-gejala sangat umum seperti pusing, mual, muntah,
diare, atau bahkan kesulitan buang air besar.
2.2.4. Bahan Aditif pada Makanan dan Kesehatan
1. Bahan Tambahan Makanan (Food Additive)
a. Pewarna Buatan
Beberapa pewarna buatan yang
direkomendasikan oleh Depkes RI tertera
dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1. Beberapa
Pewarna Buatan yang Direkomendasikan oleh
Depkes RI No
Nama Batas Maksimum
Penggunaan
1 Merah (45430) 0,1 g/kg (Es krim), 0,2-
0,3 g/kg (Jem, Jeli, saus,
Buah Kalengan)
2 Hijau (42053) 0,1 g/kg (es krim) 0,2 kg
(Jeli, Buah Kalengan),
0,3 g/kg (acar)
3 Kuning 15985 0,1 g/kg (Es krim), 0,2
g/kg (Jeli, Buah
Kalengan), 0,3 g/kg
(acar)
4 Cokelat (20285) 0,07g/kg (minuman
ringan), 0,3 g/kg
(makanan lainnya)
5 Biru (42090) 0,1 g/kg (es krim), 0,2
g/kg (deli, buah
kalengan), 0,3 g/kg
(acar)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
3.2. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan metode cross sectional analitic, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat, artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan.
3.3. Tempat dan Waktu penelitian
3.3.1. Tempat Penelitian
Tempat ini dilakukan di Sekolah Dasar
3.3.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal
3.4.Populasi Dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang terdaftar di Sekolah Dasar
3.4.2. Sampel
Penelitian ini adalah siswa sekolah dasar yang terpilih.
a. Kriteria Inklusi
Siswa laki-laki dan perempuan kelas yang terpilih dan mau menjadi
responden.
b. Kriteria Eksklusi
Siswa yang tidak bersedia untuk diteliti.
3.1. Teknik pengumpulan data
Selanjutnya kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti
pola yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), yakni melalui: 1). Wawancara, 2).
Observasi, 3). Studi dokumentasi.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan jenis wawancara dengan pedoman
umum dimana peneliti dilengkapi panduan wawancara yang sangat umum yang hanya akan
mencantumkan isu-isu yang harus diteliti tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin
tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Peneliti juga akan menggunakan model pertanyaan open
question dan close question di dalamnya. Peneliti juga menyertakan metode wawancara dengan
menggunakan pedoman wawancara konvensasional yang informal, dimana proses wawancara ini
didasarkan penuh pada perkembangan pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis observasi non partisipan, dimana observer
tidak ikut terlibat penuh dalam kegiatan observasi tersebut. Peneliti mendeskripsikan setting
yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,
dan makna kejadian dari perspektif merekam yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2008. Gizi Anak. In: Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Palembang: Bagian Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 75.
Balai POM RI, 2007. Jajanan Anak Sekolah. Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu 1.
Available from: www.pom.go.id/surv/events/jas2007Vol2.pdf [Accesed 4 May 2010]
Bradbury, Kirsten, 1998. Peer Influences on Risk-Taking in Middle Childhood. Blacksburg:
Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University. Available from:
www.sholar.lib.vt.edu/theses/available/etd.051199-094949/.../etd.pdf [Accesed 9 December
2010]
Budianto, A, 2009. Pengawetan, Pengolahan Makanan dan Permasalahannya. Dasar-dasar Ilmu
Gizi. Malang: UMM Press. 205-209
Depkes R.I Badan Peneltian dan Pengembangan kesehatan. Manfaat Sarapan Setiap Pagi.
Avalaible from: http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/sarapan090207.htm
[Accesed: 5 December 2010]
Ginting, E, 2007. Gambaran Kebiasaan Jajan Murid SDN 040454 Sempajaya Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo 2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, 2010. Banyak Jajanan Anak Sekolah
Mengandung Bahan Kimia Berbahaya. Available from:
http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/banyak-jajanan-anak-sekolah-
mengandung-bahan-kimia-berbahaya-2/ [Accesed 4 May 2010]
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2010. Available from:
www.menkokesra.go.id [Accesed 4 May 2010]
Kesumawati, E, 2009. Gambaran Konsumsi Makanan Jajanan dan Morbiditas Diare di SD N
Banmati 03 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/5924/1/J300060021.PDF [Accesed 4 May 2010]
Lahey, Benjamin B, 2004. Developmental Psychology. In: Lahey, Benjamin B. Psychology An
Introduction. 8th Ed. Boston: The McGraw-Hill Companies. 333-351.
Lestari, 2008. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Morbiditas dan Status Gizi
Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kartasura. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Available from:
www.etd.eprints.ums.ac.id/2776/1/J310040008.pdf [Accesed 4 May 2009]
Lubis, M ,2007. Perilaku Konsumsi Sarapan Pagi dan Makanan Jajanan serta Status Gizi Siswa
SLTP Negeri 17 dan SLTP Perguruan Budisatrya di Kecamatan Medan Tembung Tahun
2006. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Notoatmodjo, S, 2005. Konsep Perilaku Kesehatan. In: Notoatmodjo,Soekdjo. Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. 43-56.
Notoatmodjo, S, 2005. Teknik Pengambilan Sampel. In: Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rieneka Cipta. 87, 91.
Papalia, Diane E, et.al, 2007. Physical and Cognitive Development in Middle Childhood. In:
Papalia, Diane E, et,al. Human Development. 10th Ed. Boston: The McGraw-Hill
Companies. 319.
Pratomo, Hadi dan Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Depdikbud, 24-27.
Raharjo, T. B. ,2008. Pengaruh Iklan Makanan Ringan Terhadap Sikap Konsumtif Anak-Anak
SD. In: Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008. 243-250.
Availble from: http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip 2009/PROSIDING dies ke-43 UNILA
2008/ARTIKEL Pdf/Teguh BR 243-250.pdf [accesed 4 May 2010]
Simanjorang, N,1997. Hubungan Kebiasaan Makan Sebelum Berangkat Sekolah dan Jajan
dengan Indeks Prestasi Murid SD Masuk Pagi dan Masuk Siang di SD Negeri No. 066056
Perumnas Mandala Medan Tahun 1997. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Universitas Sumatera Utara.
Suci, E.S.T, 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Psikobuana Vol.1
(1):29-38.
Tanjung, T.P, 2007. Hubungan Konsumsi Makanan Jajanan dengan Kejadian Diare dan Status
Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Simalungun. Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Wahyuni, Arlinda Sari. Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta:
Bamboedoea Communication, 116
LAMPIRAN:
KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU JAJAN PADA MURID
SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2010
Persetujuan Setelah Penjelasan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
dengan ini menyatakan SETUJU untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada
kuesioner-kuesioner untuk disertakan ke dalam data penelitian yang berjudul Gambaran Perilaku
Jajan pada Murid Sekolah Dasar di Kota Medan Tahun 2010.
Medan, 32 Agustus 2010
Peneliti, Yang membuat pernyataan,
(..................................)