Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

23
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK Disusun Oleh: KELOMPOK 13 1. TENRI PANAUNGI 2. ZURNIYATI BURHAN 3.WAHYUNI 4.SUPRIADI 5. SUNURTI SULOLEPU

description

njj

Transcript of Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

Page 1: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGANGAGAL GINJAL KRONIK

Disusun Oleh:

KELOMPOK 13

1. TENRI PANAUNGI2. ZURNIYATI BURHAN3. WAHYUNI4. SUPRIADI5. SUNURTI SULOLEPU

PROGSUS S1. KEPERAWATANSTIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

2013

Page 2: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Askep ini yang berjudul

“Gagal Ginjal Kronik” sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti final konsep

dasar deawasa II di Stikes Muhammadiyah Sidrap .

Penulis menyadari sepenuhnya tentang kelemahan dan kemampuan yang

terbatas, sehingga isi maupun bentuk dari karya tulis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif diharapkan untuk

perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga Askep ini dapat berguna bagi masyarakat umumnya dan tenaga

perawat profesional khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.

Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT semoga apa yang kita

dapatkan bernilai ibadah di sisi-Nya.

Sidrap, April 2013

Penulis

1

Page 3: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR………………………………..………………………… 1

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. 2

I. KONSEP MEDIS....................................................................................... 3

A. Pengertian ............................................................................................. 3

B. Penyebab ............................................................................................. 3

C. Tanda dan gejala .................................................................................. 3

D. Manifestasi Klinis ................................................................................ 4

E. Pathofisiologi ....................................................................................... 4

F. Pathway ................................................................................................ 5

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus.................................................................................. 6

B. Diagnonsa Keperawatan....................................................................... 8

C. Intervensi dan Rasional........................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

2

Page 4: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

I. KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Gagal ginjal kronik adalah merupakan gangguan fungsi renal tahap

akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible

dimana kemampuan gagal untuk mempertahankan metabolisme

keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan anemia

(Smaltzer, 2001: 1448)

Gagal ginjal kronik adalah keadaan dimana fungsi ginjal sudah tidak

mampu mempertahankan cairan elektrolit dan diperlu dilakukan

hemodialisis/dialisis peritoneal (Tambayong, 2000: 121).

Gagal ginjal kronik terjadi bila sudah ginjal tidak mampu

mempertahankan lingkungan interna yang konsisten dengan kehidupan dan

pemulihan fungsi sudah tidak dimulai (Long, 1996: 368).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

gagal ginjal kronik adalah destruksi ginjal yang progresif dan terus

menerus disertai dengan gangguan fungsi renal yang progresif dan

irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit yang dapat menyebabkan

aremia sehingga perlu dilakukan hemodialisis/dialisis peritoneal.

B. Penyebab

Penyebab gagal ginjal kronik antara lain penyakit imunologis seprti

glomeruconefritis, poliartritis nodosa, infeksi seperti precolenfritis kronik,

tuberculosis, obstruksi urin, seperti hipertrofi prostate, batu ginjal, kontriksi

uretra, neoplasma, penyakit metabolik seperti DM, gout, nefros klerosis

benigna, penyakit herediter/bawaan seperti penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulus ginjal, nefrotoksik seperti analgetika, nefropati timbal,

keracunan logam berat lain-lain seperti radiasi, leukimia dan hiperkalsemia

(Tambayong, 2000: 123).

C. Tanda dan Gejala

1. Cairan dan natrium

2. Kalium

3. Diet rendah protein dan nutrisi

4. Anemia

5. Asidosis metabolik

3

Page 5: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

6. Kalsium dan fosfor

7. Hiperlipidemia

8. Hiperurisemia

D. Manifestasi Klinis

Gejala awal dari gagal ginjal kronik dan sering diabaikan. Kompleks

gejala umum berupa alergi, malaise dan kelemahan sering terjadi. Gejala-

gejala umum terlihat dalam daftar dibawah ini:

1. Dermal: pruritus, mudah menjadi memar, edema.

2. CV: dispne saat beraktivitas, nyeri retro sternal saat inspirasi

(perikarditis)

3. Gastrointestinal: anoreksia, mual-muntah, singultus

4. Genito-urinarius: nokturia, impoten.

5. Neuromuskuler: kelelahan pada tungkai, kaku dan kram pada tungkai

6. Neurologi: iritabilitas umum dan ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi, penurunan libido

Pemeriksaan fisik seringkali menunjukkan hasil penemuan yang

tidak spesifik yang termasuk hal-hal berikut:

1. KU: pucat, penampilan lemah

2. Dermal: pucat, ekimosis, edema, xerosis

3. Pulmonal: ronki, efusi pleura

4. CV: hipertensi, bising aliran/tiriction rub perikaldial, kardimomegali

5. Neurologi: stupor, asteriksis, klonus otot, neuropati

E. Pathofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron diduga utuh

sedangkan yang lain rusak. Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan

memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun

dalam keadaan penurunan glamerulo filtration rate. Metode adapatif ini

memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai tiga perempat dan nefron-

nefron rusak. Bahan-bahan yang harus dicarat menjadi lebih besar dari

pada yang direabsorbsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus

selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri

timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala

pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala yang khas

kegagalan ginjal gila kira-kira fungsi ginjal lebih hilang 80% sampai 90%.

Pada tingkat renal yang demikian, nilai kreatinin turun sampai 15 ml/menit

atau lebih rendah dari itu.

4

Page 6: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

Gejala-gejala uremi timbulnya begitu lambat sehingga pasien dan

keluarganya tidak peduli terhadap waktu datangnya serangan. Gejala-gejala

yang lazim adalah gejala dini berupa letargi sakit kepala, kecapaian mental

dan fisik, BB 6 O, mudah tersinggung, gejala yang lebih lanjut berupa

anoreksia, mual-mual ataupun tidak, oedema yang disertai lekukan,

pruritus mungkin tidak ada, tapi mungkin juga sangat parah.

Dari sudut tradisional, gangguan fungsi ginjal pada pasien gagal

ginjal kronik dikatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit

namun dalam stadium yang berbeda-beda dan bagian spesifik dari nefron

yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja rusak atau berubah (Long,

1996: 368).

F. Pathway

5

Nefrotik diabetic, hipertensi, glomerulonfrotis, herediter, uropati, obstrtuksi, nefritis intestinal

Kerusakan ginjal

Kegagalan ginjal dalam proses filtrasi dan fungsi

Gagal ginjal Kurang informasiKurang

pengetahuan

G3 sistem hormonal

↓ Prod. eritropoetin

Pembentukan sel darah↓

Anemia

Suplay darah & O2 perifer ↓

Energi tubuh ↓

Lemas

Defisit perawatan diri

Pe↓ infiltrasi

Pe↑ cairan dlm vaskuler

Pe↑ tek. Vaskuler (hipertensi)

Disfungsi cairan vaskuler ke interstisial

Oedema

G3 kelebihan volume

Pe↓ sisa metabolisme tub. di vaskuler

Ureum kreatinin↑

Saluran cerna

Muntah2 dan anoreksia

Nutrisi < keb. Tubuh

Tindakan invasif

Resiko infeksi

Pengeluaran ureum melalui

keringat

Penumpukan ureum, kreatinin

di pori2 kulit

Gatal2 pada area kulit

G3 integritas kulit

Terjadi penumpukan di ginjal

Pembengkakan ginjal

Reseptor ginjal

Nyeri

Page 7: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus

1. Aktivitas Istirahat

Gejala:

a) Kelelahan, ekstrem, kelemahan, malaise

b) Gangguan tidur (insomnia/gelisah dan somnolen)

Tanda:

Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak

2. Sirkulasi

Gejala:

a) Riwayat hipertensi lama/berat

b) Palpitasi nyeri dada (angina)

Tanda:

1) Hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting

pada kaki, telapak tangan.

2) Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik menunjukkan

hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir

3) Friction sub perikardial (respon terhadap akumulasi sisa)

4) Pucat, kulit kecoklatan, kuning

5) Kecenderungan perdarahan

3. Integritas ego

Gejala:

a) Faktor stress

b) Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan

Tanda:

Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan

kepribadian

4. Eliminasi

Gejala:

a) Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria

b) Abdomen kembung, konstipasi, diare

Tanda:

1) Perubahan warna urine

2) Oliguria dapat menjadi anuria

5. Makanan/cairan

Gejala:

a) Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)

6

Page 8: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

b) Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa melatik pada mulut

(pernafasan amonia)

c) Penggunaan diuretik

Tanda:

1) Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)

2) Perubahan turgor kulit/kelembaban

3) Edema (umum, tergantung)

4) Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah

5) Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak

bertenaga

6. Neurosensori

Gejala:

a) Sakit kepala, penglihatan kabur

b) Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada

kaki

c) Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstremitas bawah

(neuropati perifer).

Tanda:

1) Gangguan status mental

2) Penurunan DTR

3) Tanda chvostek dan trousseau positif

4) Kejang, fasilulasi otot, aktivitas kejang

5) Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis

7. Nyeri/Kenyamanan

Gejala:

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat

malam hari)

Tanda:

Perilaku hati-hati/distraksi, gelisah

8. Pernafasan

Gejala:

Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa

sputum kental dan banyak

Tanda:

a) Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman

(pernafasan kusmaul)

7

Page 9: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

b) Batuk produktif dengan sputum merah muda-encer (edema

paru)

9. Keamanan

Gejala:

a) Kulit gatal

b) Ada/berulangnya infeksi

Tanda:

1) Pruritus

2) Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara akutal

terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh

lebih rendah dari normal (GGK/depresi respon imun)

3) Ptekie, area ekimosis pada kulit

4) Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium (kalsifikasi metastasik)

pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak nadi

10.Seksualitas

Gejala:

Penurunan libido, amenorea, infertilitas

11. Interaksi sosial

Gejala:

Kesulitan menentukan kondisi

B. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan

retensi cairan, pemasukan peroral/intra vaskuler berlebihan

2. Resiko infeksi berhubungan dengan jalan masuknya kuman

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

4. Perubaan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual-muntah dan stomatis

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan di rumah

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

gangguan metabolik, sirkulasi dan sensasi (neuropati perifer),

gangguan turgor kulit (edema/dehidrasi), penurunan

aktivitas/imobilisasi

7. Nyeri (akut) berhubungan dengan pemasukan kateter melalui dinding

abdomen/iritasi kateter, penempatan kateter tidak tepat, iritasi/infeksi

dalam rongga peritoneal

8

Page 10: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

C. Intervensi dan Rasionalisasi

1. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan

retensi cairan, pemasukan peroral/intra vaskuler berlebihan

Kriteria hasil:

Menunjukkan aliran cairan berlebihan/perkiraan infus, tidak mengalai

peningkatan BB cepat, edema, kongesti paru

Intervensi:

a. Pertahankan volume masuk dan keluar, dan komulatif

keseimbangan cairan

Rasionalisasi: pada kebanyakan kasus, jumlah aliran harus

sama/lebih dari jumlah yang dimasukkan

b. Catat BB bandingkan pemasukan dan pengeluaran

Rasionalisasi: BB adalah indikator akurat status volume cairan

c. Tinggikan kepala tempat tidur, lakukan tekanan perlahan pada

abdomen

Rasionalisasi: dapat meningkatkan aliran cairan bila kateter salah

posisi/obstruksi oleh omentum

d. Awasi tekanan darah dan nadi, perhatikan hipertensi, nadi kuat,

distensi vena leher, edema perifer

Rasionalisasi: peninggian menunjukkan hipervolumia, kaji bunyi

jantung, dan nafas, perhatikan S3 atau gemricik, ronki

2. Resiko infeksi berhubungan dengan jalan masuknya kuman

Kriteria hasil:

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah dan menurunkan infeksi,

tidak mengalami gejala/tanda infeksi

Intervensi:

a. Observasi teknik aseptik dan gunakan masker selama

pemasangan kateter, ganti balutan infus dan kapanpun sistem

dibuka

Rasionalisasi: menecegah masuknya organisme dan kontaminasi

lewat udara yang dapat menyebabkan infeksi

b. Ganti balutan sesuai indikasi dengan hati-hati dan tidak

mengubah posisi

Rasionalisasi: lingkungan yang lembab dapat meningkatkan

pertumbuhan bakteri

c. Berikan pelindung betadin pada distal

9

Page 11: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

Rasionalisasi: menurunkan resiko masuknya bakteri

d. Kolaborasi pemberian antibiotik secara sistemik

Rasionalisasi: dapat mengatasi infeksi dand mencegah sepsis

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Kriteria hasil:

Berpartisipasi dalam perawatan diri dan beraktivitas serta melakukan

perawatan secara mandiri

Intervensi:

a. Kaji faktor yang dapat menyebabkan keletihan

Rasionalisasi: menyediakan informasi tentang indikasi tingkat

keletihan dan perawatan diri

b. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri, bantu

jika keletihan terjadi

Rasionalisasi: meningkatkan aktivitas yang sedang dan ringan

c. Anjurkan aktivitas alternatif bersama dengan istirahat

Rasionalisasi: mendorong latihan dalam beraktivitas dan

perawatan diri

d. Anjurkan untuk istirahat

Rasionalisasi: istirahat yang adekuat

4. Perubaan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual-muntah dan stomatis

Kriteria hasil:

Menunjukkan BB stabil/peningkatan mencapai tujuan dalam nilai

laboratorium normal dan tidak ada malnutrisi

Intervensi:

a. Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung masukan kalori per

hari

Rasionalisasi: mengidentifikasi kekurangan nutrisi/kebutuhan

terapi

b. Anjurkan pasien mempertahankan masukan makanan harian,

termasuk perkiraan jumlah konsumsi elektrolit dan protein

Rasionalisasi: membantu pasien untuk menyadari dan untuk

memenuhi keinginan individu dalam pembatasan yang

diidentifikasi

c. Perhatikan adanya mual-muntah

10

Page 12: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

Rasionalisasi: gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen

yang dapat mengubah/menurunkan pemasukan dan memerlukan

intervensi

d. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering

Rasionalisasi: porsi lebih kecil dapat meningkatkan pemasukan

e. Kolaborasi ke ahli gizi

Rasionalisasi: berguna untuk program diet individu untuk

memenuhi kebutuhan pola hidup meningkatkan kerjasama

pasien

f. Kolaborasi pemberian antimetik prokhlorperazin (compazine)

Rasionalisasi: menurunkan stimulasi pada pusat muntah

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan di rumah

Kriteria hasil:

Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang

bersangkutan

Intervensi:

a. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal,

konsekuensinya dan penanganannya berupa penyebab gagal

ginjal pasien, pengertian gagal ginjal, pemahaman mengenai

fungsi renal, hubungan antara cairan, pembatasan diit dengan

gagal ginjal

Rasionalisasi: merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan

penyuluhan lebih lanjut

b. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai

dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar

Rasionalisasi: pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan

penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan

menerima diagnosis dan konsekuensinya

c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami

berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang

mempengaruhi hidupnya

Rasionalisasi: pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak

harus berubah akibat penyakit

d. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara lisan dengan

tepat, fungsi dan kegagalan ginjal berupa pembatasan cairan dan

11

Page 13: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

diit, medikasi, melaporkan masalah, tanda dan gejala, jadwal

tindak lanjut, sumber komunitas, pilihan terapi

Rasionalisasi: pasien memiliki informasi yang dapat digunakan

untuk klarifikasi selanjutnya di rumah

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan gangguan metabolik, sirkulasi dan sensasi (neuropati perifer),

gangguan turgor kulit (edema/dehidrasi), penurunan

aktivitas/imobilisasi

Kriteria hasil:

Mempertahankan kulit utuh dan menunjukkan perilaku/teknik untuk

mencegah kerusakan (cedera kulit)

Intervensi:

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler

Rasionalisasi: menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang

dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi

b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit serta membran mukosa

Rasionalisasi: mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan

yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada

tingkat seluler

c. Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun, berikan

salep/krim

Rasionalisasi: soda kue, tepung menurunkan gatal dan

mengurangi pengeringan dari pada sabun, lotion dan salep

mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit

d. Inspeksi area tergantung terhadap edema

Rasionalisasi: jaringan edema cenderung rusak atau robek

e. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin

untuk memberikan tekanan pada area prutitus

Rasionalisasi: menghilangkan ketidaknyamanan dan

menurunkan resiko cedera dermal

7. Nyeri (akut) berhubungan dengan pemasukan kateter melalui

dinding abdomen/iritasi kateter, penempatan kateter tidak tepat,

iritasi/infeksi dalam rongga peritoneal

Kriteria hasil:

Menyatakan penurunan nyeri/ketidaknyamanan, menunjukkan

ekspresi wajah rileks, mampu untuk tidur atau istirahat dengan tepat

Intervensi:

12

Page 14: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

a. Selidiki keluhan pasien akan nyeri, perhatikan intensitas (0-10),

lokasi, faktor pencetus

Rasionalisasi: membantu dalam mengidentifikasi sumber nyeri,

intervensi tepat

b. Tinggikan kepala tempat tidur pada interval tertentu

Rasionalisasi: perubahan posisi dapat menghilangkan

ketidaknyamanan abdomen dan otot umum

c. Dorong penggunaan relaksasi contoh nafas dalam

Rasionalisasi: mengembalikan perhatian, meningkatkan rasa

kontrol

d. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasionalisasi: menghilangkan nyeri dan ketidaknyamanan

13

Page 15: Gagal Ginjal Kronik 13 Sdkit

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,LJ. 2003. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik. EGC: Jakarta.

Doenges, ME, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan, Pendokumentasian Perawatan Edisi III. EGC: Jakarta.

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC: Jakarta.

Smeltzer, SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 9. EGC: Jakarta.

14