G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

22
Sejarah G30S PKI 1. Latar Belakang PKI merupakan partai komunis terbesar di seluruh dunia selain di Tiongkok dan Uni Soviet. Partai yang beranggotakan 20 juta orang ini bertugas mengontrol pergerakan serikat buruh (anggotanya 3,5 juta) dan pergerakan Barisan Tani Indonesia (9 juta anggota). 1.1. Faktor pemerintahan Juli 1959, Soekarno membubarkan parlemen dan menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Soekarno menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin dan PKI menyambut dengan hangat sistem tersebut dan segera membentuk NASAKOM, Nasionalis, Agama, dan Komunis. Namun sistem baru tersebut gagal memecahkan masalah politis dan ekonomi yang menimpa Indonesia. Pendapatan ekspor Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

description

Sejarah: G30SPKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Transcript of G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Page 1: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

G30S PKI

1.Latar Belakang

PKI merupakan partai

komunis terbesar di

seluruh dunia selain di

Tiongkok dan Uni Soviet.

Partai yang

beranggotakan 20 juta

orang ini bertugas

mengontrol pergerakan

serikat buruh (anggotanya

3,5 juta) dan pergerakan

Barisan Tani Indonesia (9

juta anggota).

1.1. Faktor pemerintahan

Juli 1959, Soekarno membubarkan parlemen dan

menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden dengan

dukungan penuh dari PKI. Soekarno menjalankan sistem

Demokrasi Terpimpin dan PKI menyambut dengan hangat

sistem tersebut dan segera membentuk NASAKOM, Nasionalis,

Agama, dan Komunis. Namun sistem baru tersebut gagal

memecahkan masalah politis dan ekonomi yang menimpa

Indonesia. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves

menurun, inflasi naik, dan korupsi birokrat dan militer

mewabah.

Sejak tahun 1963, PKI terus berusaha memprovokasi

bentrokan antara aktivis massa dan polisi serta militer. Selain

itu, PKI juga menginflitrasi polisi dan tentara. Di akhir 1964

dan awal 1965, ribuan petani merampas tanah yang bukan

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 2: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan pun terjadi antara

petani dan polisi serta pemilik sah tanah. Hasutan PKI tersebut

berupa pernyataan bahwa petani berhak atas setiap tanah,

karena miliki negara adalah milik bersama, sesuai dengan

revolusi Bolsevik di Rusia.

Tahun 1964, telah beredar isu sakit parah Soekarno. Hal

ini meningkatkan isu perebutan kekuasaan apabila Soekarno

meninggal dunia. Isu tersebut sengaja dibuat dan

dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di

masyarakat.

Penyitaan petani atas taanah bukan hak miliki terus

dilanjutkan dengan penyitaan perusahaan karet dan minyak

milik Amerika Serikat oleh para buruh. Di seberang, PKI mulai

memasuki pemerintahan dengan jalur resmi dan menduduki

jabatan menteri. Jenderal militer tingkat tinggi pun ikut masuk

pemerintahan menjadi anggota kabinet dan oleh Soekarno

disamatingkatkan dengan menteri. Melihat ini, menteri PKI

terus mendorong ilusi berbahaya dengan menyatakan bahwa

angkatan bersenjata merupakan bagian dari revolusi

demokratis rakyat.

Awal 1965, Soekarno memiliki ide tentang Angkatan

Kelima yang berdiri lepas dari ABRI sebagai persiapan

pembentukan rezim militer dengan beranggotakan petani

dan buruh bersenjata. Namun Angkatan Darat tidak setuju

sehingga timbullah nuansa saling mencurigai antara militer

dan PKI. Tidak lama kemudian, PKI menyadari dengan jelas

persiapan tersebut. PKI berusaha membatasi pergerakan

massa untuk masuk ke hukum kapitalis negara dan berdalih,

di depan para jenderal militer, tindakan tersebut guna

memperkuat negara. PKI terus berusaha menekan aspirasi

revolusiener kaum buruh di Indonesia. Mei 1965, PKI

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 3: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

mendorong ilusi bahwa aparat militer dan negara sedang

diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat kepada rakyat

Indonesia.

1.2. Faktor Malaysia

Kedekatan Soekarno dan PKI juga termasuk faktor

pemberontakan G30S PKI ini. Kedekatan ini diawali pada saat

Soekarno murka saat Tunku Abdul Rahaman, Perdana Menteri

Negara Federasi Malaysia, yang menginjak lambing Garuda

Pancasila saat demonstrasi anti-Indonesia. Soekarno segara

memerintahkan Angkatan Darat untuk melawan, namun

Letnan Jenderal Ahmad Yani menanggapinya dengan dingin.

Di samping Ahmad Yani tidak mau melawan, Malaysia yang

dibantu Inggris dirasanya berpotensi menang dari Indonesia.

Namun pada akhirnya Angkatan Darat berperang melawan

Malaysia, dengan setengah hati, di Kalimatan. Alhasil, operasi

gerilya tersebut gagal dan Soekarno pun tahu tentara

Indonesia tidak mendukungnya. Dengan alasan tersebut,

Soekarno mencari dukungan PKI. PKI sigap menanggapi

permintaan Soekarno dan memanfaatkan kesempatan itu.

Tentara Indonesia yang melihat PKI yang makin menguat

di pemerintahan merasa terancam, ditambah dengan adanya

poros Jakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh.

Soekarno yang juga menyadari hal tersebut terpaksa diam,

karena Ia masih ingin meminjam kekuatan PKI, karena posisi

Indonesia melemah sejak keluarnya Indonesia dari PBB 20

Januari 1965.

1.3. Faktor Angkatan Darat

Perpecahan internal di Angkatan Darat mulai terjadi.

Divisi Diponegoro kesal dan kecewa karena petinggi Angkatan

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 4: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

Darat yang takut kepada Malaysia dan berperang setengah

hati, dan berkhianat terhadap misi yang diberikan. Akhirnya

mereka memutuskan bergabung dengan PKI untuk

membersihkan Angkatan Darat dari jenderal ini.

2.Peristiwa

Kudeta dilakukan 1 Oktober 1965 dini

hari, dengan korban enam jenderal senior

dan beberapa orang lainnya. Kudeta ini

kemudian disalahkan kepada pengawal

istana yang dianggap loyal kepada PKI yang

saat itu dipimpin Letkol Untung, Panglima

Komando Strategi Angkatan Darat saat itu.

Para korban selanjutnya dibuang di suatu

lokasi di Pondok Gede, Jakarta, yang kemudian dikenal sebagai

Lubang Buaya dan mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

Melihat ini, Mayjen Soeharto mengadakan penumpasan terhadap

PKI.

Kudeta tersebut ditujukan sebagai persiapan PKI merebut

kekuasaan negara dan mewujudkan masyarakat komunis. Setelah

persiapan matang dengan latihat kemiliteran para SUKWAN dan

Ormas PKI di Lubang Buaya, maka ditentukanlah hari dan tanggal

pemeberontakan. Rapat terakhir pimpinan G30S PKI terjadi

tanggal 30 September 1965. Untuk operasi ini, Lubang Buaya

telah dipersiapkan dan PKI telah membentuk

pasukan pelacar pemberontakan. Operasi ini

segera diawali dengan menculik dan membunuh

secara keji petinggi Angkatan Darat yang telah

difitnah PKI yang pada saat pemberontakan

berada di Studio RRI, pusat Telkom, dan lainnya.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 5: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

2.1. Dewan Jenderal

September 1965, muncul isu adanya

dewan jenderal yang mengungkapkan ada

beberapa petinggi Angkatan Darat yang

berinisiatif untuk menggulingkan Soekarno

karena tidak puas. Setelah itu, muncul isu

Soekarno menanggapinya dengan

membentuk pasukan Cakrabirawa untuk

menangkap petinggi tersebut dan diadili oleh Soekarno.

Namun dalam operasi penangkapan tersebut, terbunuhlah

Letjen Ahmad Yani, Brigjen Panjaitan, dan Mayjen Haryono.

2.2 Dokumen Gilchrist

Dokumen ini diduga merupakan

pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawah

pengawasan Jenderal Agayant dari KGB

Rusia. Di dalamnya disebutkan bahwa

adanya ‘Teman Tentara Lokal Kita’ yang

dibuat dengan pengirim Andrew Gilchrist,

duta besar Inggris untuk Indonesia. Hal ini

mengesankan bahwa perwira Angkatan Darat

telah berpihak pada Barat. Kedutaan Amerika

Serikat juga dituduh memberikan daftar nama anggota

PKI kepada tentara agar ditindaklanjuti.

2.3. Keterlibatan Soeharto

Saat itu, Soeharto menjabat sebagai Panglima

Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat dan tidak

membawahi pasukan. Meski demikian, Soeharto

merupakan pihak yang paling diuntungkan dengan

pemberontakan ini.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Mayjen Ahmad Yani

Mayjen Raden Suprapto

Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono dan

Mayjen Siswondo Parman

Brigjen Donald Isaac Panjaitan

Brijen Sutoyo Siswomiharjo

Page 6: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

Peristiwa pemberontakan ini memakan enam petinggi

Angkatan Darat meliputi Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani

(Menteri/ Panglima Angkatan Darat/ Kepala Staf Komando

Operasi Tertinggi, Mayor Jenderal TNI Raden Suprapto (Deputi

II Menteri/ panglima AngkatanDarat bidang Administrasi),

Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III

Menteri/ Panglima Angkatan Darat bidang Perencanaan dan

Pembinaan), Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman (Asisten I

Menteri/ Panglima Angkatan Darat

bidang Intelijen), Brigadir Jenderal TNI

Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV

Menteri/ Panglima Angkatan Darat

bidang Logistik), dan Brigadir Jenderal

TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur

Kehakiman/ Oditur Jenderal Angkatan

Darat).

Aksi pembunuhan dalam

aksi pemberontakan tersebut

menjadikan Jenderal TNI Abdul Harris

Nasution sebagai sasaran utama, namun ia

berhasil selamat. Sebaliknya, putri A. H.

Nasution, Ade Irma Suryani Nasution dan

ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas

Tendean tewas. Tidak hanya lingkup

Angkatan Darat di Jakarta saja yang

menjadi korban, pengawal, komandan, dan kepala staf yang

berada di Yogyakarta pun ikut terbunuh. yang turut menjadi

korban tersebut adalan Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal

Kediaman Resmi Wakil Perdana Menteri II, dr. J. Leimena),

Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Jenderal A. H. Nasution dan anaknya

Lettu Pierre Andreas Tendean

Page 7: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

072/Pamungkas), dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala

Staf Korem 072/Pamungkas).

Sesudah PKI membunuh petinggi tersebut, pimpinan G30S PKI

mengumumkan dekrit melalui RRI yang diberikan nama kode

Dekrit No. 1 yang mengutarakan pembentukan Dewan Revolusi

Indonesia di bawah pimpinan Letkol Untung. Dengan dekrit

tersebut, Dewan Revolusi memiliki kekuasaan tertinggi.

Dilanjutkan dengan pengumuman Dekrit No. 2 tentang penurunan

pangkat di atas Letkol, dan kenaikan pangkat oleh prajurit

pendukung PKI.

Usaha untuk mencari para pemimpin TNI Angkatan Darat yang

diculik PKI dilakukan TNI/ABRI dengan segenap hati. Akhirnya

diketahui bahwa petinggi tersebut telah dibunuh secara kejam dan

jenazahnya dimasukkan ke sumur tua, Lubang Buaya.

Di samping pembabaran jalannya pemberontakan oleh PKI di

atas, juga terdapat versi lain mengenai jalannya pemberontakan

tersebut. Berikut penjelasannya

1. Versi tentara Angkatan Darat

Versi ini didukung oleh

pemerintahan otoriter Soeharto.

Sekretariat negara menerbitkan

buku putih berjudul “Gerakan 30

September, Pemberontakan Partai

Komunis Indonesia, Latar Belakang,

Aksi, dan Penumpasannya” pada

tahun 1994. Melalui buku itu,

tersirat bahwa pemerintah menuduh bahwa PKI-lah yang

menjadi tersangka utama pemberontakan tersebut. Versi ini

dijadikan haram untuk dibantah dan dijadikan versi final

yang menceritakan segala kebenaran.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 8: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

Sejarahwan LIPI Asvi Warman mencatat bahwa buku putih

tersebut mendominasikan tokoh PKI sebagai bahasan utama,

ketimbang mengenai PKI sebagai organisasi sosial-politik.

Hal ini terbukti dengan banyaknya penyebutan nama tokoh

PKI daripada menjabarkan PKI itu sendiri.

2. Versi kolega LaCapra

Versi ini berasal dari B. R. O. G Anderson dan Ruth McVey

pada tahun 1966 yang menyatakan PKI tidak memerankan

peran sama sekali dalam pemberontakan tersebut dalam

tulisan mereka “Cornell Paper”. Dikatakan bahwa PKI tidak

mempunyai motif apapun untuk melakukan kudeta, karena

pemimpinnya, Aidit, telah menikmati keuntungan yang besar

di bawah pemerintahan Soekarno.

Dinyatakan pula bahwa pemberontakan tersebut murni

persoalan internal Angkatan Darat. Kegagalan kudeta

tersebut juga dipicu kesenjangan beberapa kolonel divisi

Diponegoro di Semarang. Kolonel seperti Untung, Supardjo,

serta Latief kecewa atas kepemimpinan Angkatan Darat di

pusat. Hal ini dikarenakan AD dinilai telah tercemar oleh

kehidupan gemerlap kota Jakarta dan lemahnya sikap

antikomunis.

3. Versi “The End of Soekarno” dan “Soekarno File, Berkas-

berkas Soekarno 1965 – 1967, Kronologi Suatu Keruntuhan”

Melalui buku John Hughes, “The End of Soekarno”, tersirat

bahwa Presiden Soekarno-lah yang bertanggung jawab atas

serangkaian peristiwa kelam itu. Menurutnya, tindakan

Kolonel Untung untuk melakukan pemberontakan telah

didasari restu oleh Soekarno. Bernada sama, Antonie C. Dake

dalam bukunya “Soekarno File, Berkas-berkas Soekarno

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 9: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

1965 – 1967, Kronologi Suatu Keruntuhan”, mengatakan

bahwa mastermind atau otak utama peristiwa

pemberontakan ini adalah Soekarno.

4. Versi Guru Besar Universitas Amsterdam

Wertheim, Guru Besar Universitas Amsterdam,

mengatakan bahwa kuat dugaan Soeharto berada di balik

pemberontakan tersebut. Hal ini didasari oleh pertanyaan

mengapa Soeharto tidak dijadikan target penculikan?

Soeharto yang notabene juga berasal dari Kodam

Diponegoro, juga tidak puas dengan kepemimpinan AD di

bawah Ahmad Yani. Selain itu, hal ini makin diperkuat

dengan adanya fakta bahwa Soeharto dekat dengan

pemimpin gerakan pemberontakan tersebut, Latief.

5. Versi Peter Dale Scott

Peter D. S. mensinyalir adanya keterlibatan pihak asing,

khususnya Amerika Serikat melalui Central Intelligence

Agency. Scott menarik hubungan antara kepentingan CIA

dan penggulingan Soekarno serta kedekatan CIA dengan

Angkatan Darat

waktu itu.

Menurutnya, respon

Soeharto yang

mengambil alih

keadaan serta

pertumpahan darah

merupakan skenario Angkatan Darat untuk merebut

kekuasaan. Tersirat kesan bahwa Soeharto bermuka dua,

seolah-olah memihak status quo (Soekarno), namun di sisi

lain ingin menumbangkan Soekarno.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 10: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

SUPER SEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret)

Merupakan surat perintah yang ditandatangai Presiden

Republik Indonesia Soekarno tanggal 11 Maret 1966. Di dalam

surat ini, Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanand

dan Ketertiban diinstruksikan untuk mengambil segala tindakan

yang dianggap perlu untuk memulihkan situasi pasca G30S PKI.

Keluarnya Super Semar diawali

ketika 11 Maret 1966, Presiden

Soekarno mengadakan siding

pelantikan Kabinet Dwikora yang telah

disempurnakan menjadi Kabinet 100

Menteri. Saat persidangan, Brigjen

Sabur yang merupakan Panglima

Pasukan Pengawal Presiden

Cakrabirawa melaporkan banyak

pasukan tak dikenal yang bertugas

menahan orang di kabinet yang

diduga terlibat G30S PKI di bawah pimpinan Mayjen Kemal Idris.

Berdasarkan laporan ini, Presiden bersma Wakil Perdana

Menteri I, Soebandrio, dan Wakil Perdana Menteri II, Chaerul Saleh,

berangkat ke Bogor. Setelah itu, siding ditutup oleh dr. J. Leimena

yang kemudian menyusul ke Bogor. Situasi ini dilaporkan kepada

Mayjen Soeharto yang saat itu menggantikan Letjen Ahmad Yani

yang gugur dan saat persidangan tidak hadir lantaran sakit.

Namun banyak yang beranggapan Mayjen Soeharto tidak hadir

karena sedang menunggu skenarionya andil

ke pelaporan ini.

Mayjen Soeharto segera mengutus Brigjen

M. Jusuf, Brigjen Amirmachmud, dan Brigjen

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 11: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

Basuki Rahmat untuk menemui Presiden di Bogor. Malamnya,

terjadi pembicaraan ketiga perwira dengan Presiden mengenai

situasi dan dicetuskan bahwa Mayjen Soeharto mampu

mengendalikan dan memulihkan situasi tersebut bila diberikan

surat tugas/ kuasa yang berisikan kewenangan.

Maka Presiden setuju dengan saran ketiga perwira tersebut

dan segera membuat surat perintah yang kemudian

dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret yang ditujukan

kepada Mayjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu

untuk memulihkan situasi pasca G30S PKI. Surat perintah tiba di

Jakarta tanggal 12 Maret 1966 pukul 01.00 yang dibawa oleh

Sekretaris Markas Besar Angkatan Darat Brigjen Budiono.

Esoknya, Jenderal Soeharto atas nama Presiden,

mengeluarkan perintah kepada segenap jajaran ABRI dan

mengumumkan kelahiran Supersemar. Perintah itu lalu disusul

dengan Keputusan Presiden/ Pangti ABRI/ Mandataris MPRS/ PBR

Nomor 1/3/1966 yang berisi pembubaran PKI termasuk bagian

organisasinya dari tingkat pusat hingga daerha serta semua

organisasi yang bernaung dibawahnya. PKI juga dinyatakan

sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Masyarakat menyambut

gembira keputusan itu dan melakukan pawai kemenangan pada

tanggal 12 Maret 1966.

Di samping penjelasan di atas, masih terdapat versi lain

mengenai Supersemar ini walaupun versi proses terbitnya

Supersemar telah beredar. Di etalase arsip negara, tersimpan tiga

versi Supersemar. Berikut penjelasannya

1. Versi Sekretariat Negara

Supersemar yang berasal dari secretariat negara ini

terdiri dari dua lembar, berkop Burung Garuda, diketik rapi,

dan dibawahnya dibubuhi tanda tangan dan nama ‘Sukarno’.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Mayjen Soeharto

Page 12: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

2. Versi Pusat Penerangan TNI AD

Versi kedua ini terdiri dari satu lembar dan juga berkop

Burung Garuda. Ketikan Supersemar versi kedua ini juga

tidak serapi versi pertama. Jika versi pertama tertulis

‘Sukarno’, maka yang kedua tertulis ‘Soekarno’.

3. Versi ANRI

Versi terakhir Supersemar berasal dari ANRI. Versi ini

terdiri dari satu lembar, tidak berkop, dan hanya berupa

salinan. Tanda tangan Soekarno di versi ketiga juga tampak

berbeda daripada versi pertama dan kedua.

M. Asichin memastikan ketiga surat itu merupakan versi palsu

Supersemar. Karena lazimnya surat kepresidenan, seharusnya kop

surat Supersemar berlambang Bintang, Padi, dan Kapas. Dari segi

isi, ketiga versi relatif sama. Namun pada versi pertama terdapat

empat bab, sedangkan pada versi kedua hanya sampai bab ketiga.

Benedict Anderson, pakar sejarah Indonesia asal Amerika

Serikat, menyatakan bahwa Supersemar asli telah dihilangkan. Hal

ini Ia nyatakan berdasarkan pengakuan seorang tentara yang

bertugas di Istana Bogor. Ia juga menyatakan bahwa Supersemar

asli berkop surat Markas Besar Angkatan Darat (MBAD), bukan

lambang Burung Garuda.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 13: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

DISINTEGERASI BANGSA1. DI/ TII, sebagai usaha pembentukan Negara Islam Indonesia

1. Jawa Barat

Di Jawa Barat, usaha

tersebut dipimpin oleh

Sekarmaji Marijan

Kartosuwiryo. Hal ini

dikarenkan Ia tidak setuju

dengan perjanjian Renville

yang menyatakan bahwa

Republik Indonesia merupakan

Republik Indonesia Serikat di bawah kekuasaan Ratu

Belanda. Sewaktu Ia hijrah ke Yogyakarta, ia dan anak

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 14: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

buahnya menolak dan tidak mengakui Republik Indonesia

serta ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara.

Untuk itu, ua memproklamasikan berdirinya Negara Islam

Indonesia dengan nama Darul Islam.

2. Jawa Tengah

Selama Agresi Militer

Belanda kedua, Amir Fatah

diberi tugas untuk

menggabungkan laskar untuk

masuk TNI. Namun, setelah

banyak anggotanya, ia beserta

anak buahnya melarikan diri

dan menyatakan diri sebagai

bagian dari DI/ TII.

3. Sulawesi Selatan

Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar

yang berambisi menduduki jabatan

pimpinan APRIS (Angkatan Perang

Republik Indonesia Serikat). Ia

menuntut agar Komando Gerilya

Sulawesi Selatan (KGSS) untuk dimasukkan ke dalam

APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan A. K.

Muzakar ini ditolak oleh pemerintah dengan alasan

mereka yang memenuhi syarat saja yang akan menjadi

tentara.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 15: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

4. Aceh

Gubernur Militer Aceh,

Daud Beureueh, melakukan

pemberontakan ini karena

status Aceh yang diturunkan

dari daerah istimewa

menjadi keresidenan di

bawah provinsi Sumatera

Utara. Ia lalu menyusun

kekuaan dan menyatakan dirinya sebagai bagian dari DI/

TII. Pada akhirnya, pemberontakan ini dapat dihentikan

dengan jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh

(MKRA).

5. Kalimantan Selatan

Pemberontakan kali ini

dipimpin oleh Ibnu Hajar

dengan tujuan

memperjuangkan kelompok

rakyat yang tertindas. Ia

menyatakan diri masuk ke

dalam bagian DI/ TII dan

menyerang pos kesatuan tentara dan melakukan tindakan

pengacauan yang nantinya membuat dirinya tertembak

mati.

2. PKI (Partai Komunis Indonesia)

PKI merupakan perpecahan dari Serikat

Islam yang telah terpengaruh

Internasionalisme Sosialisme Democratise

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 16: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

Vereeniging (ISDV). PKI lahir di Madiun tahun 1948 dengan

tokoh Muso, yang pada saat itu baru pulang dari Rusia. Muso

bertujuan mengubah dasar negara Pancasila menajdi dasar

negara komunis. Pemberontakan ini berhasil digagalkan

dengan ditembakmatinya Muso dan Semaun dan Dharsono

lari ke Rusia.

3. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Raymond

Westerling yang merupakan

bekas tentara KNIL. Ia

memberontak dengan tujuan

agar pemerintah RIS dan

negara Pasundan segera

mengakui APRA sebagai

tentara negara Pasundan

dan negara tersbut tidak

bersatu ke dalam NKRI. Ia merekrut anggotanya dari APRIS

dan lari ke Makassar. Di sana, Ia membantai 700 orang.

4. Andi Aziz

Andi Aziz merupakan Komandan Kompi APRIS yang

menolak kedatangan TNI ke Sulawesi Selatan. Akibatnya,

suasana di sana tidak aman dan terjadi demonstrasi besar-

besaran terhadap negara federasi. Ia dan pasukannya

menyerang bandara, kantor telekomunikasi, dan pos militer.

5. Permesta dan PRRI

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 17: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

Setelah

Pemilu

pertama

dilaksanakan, terjadi banyak pertentangan. Beberapa daerah

merasa diberlakukan secara tidak adil, sehingga muncullah

gerakan separatis di Sumatera, yaitu Permesta (Piagam

Perjuangan Rakyat Semesta) dan PRRI (Pemerintahan

Revolusioner Republik Indonesia) di Sulawesi Utara. PRRI

dipimpin oleh Kolonel Ahmad Hesen dan Permesta dipimpin

oleh D. J. Somba dan Kolonel Ventje Sumual.

6. RMS (Republik Maluku Selatan)

Pemberontakan ini

dipelopori oleh Dr. Christian

Robert Stevenson Soumokil

yang merupakan bekas jaksa

agung di Negara Indonesia

Timur. Ia menyatakan

berdirinya Republik Maluku

Selatan dan memproklamasikannya pada 25 April 1950.

Pemberontakan ini pada akhirnya dapat ditumpas dengan

kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto, dan Mayor

Abdullah.

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32

Page 18: G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa

Sejarah

Vanny Andriani/ XII IPA 7/ 32