Pki Dari Gon

22
Latar Belakang PKI merupakan partai Stalinis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Sovyet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung. Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi- posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM. Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah. PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin dan, dengan persetujuan dari Soekarno,

Transcript of Pki Dari Gon

Page 1: Pki Dari Gon

Latar Belakang

PKI merupakan partai Stalinis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni

Sovyet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.

PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan

pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk

pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI

mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah

dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan

bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno

menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno

dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu

antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.

Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum

burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani,

gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor

menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer

menjadi wabah.

PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk

memperkuat dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin dan, dengan persetujuan dari

Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai

pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.

Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha menghindari

bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI

mementingkan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami

slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan

semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata,

mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek

karya-karya mereka.

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani bergerak merampas tanah dari

para tuan tanah besar. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para

pemilik tanah. Untuk mencegah berkembangnya konfrontasi revolusioner itu, PKI mengimbau

Page 2: Pki Dari Gon

semua pendukungnya untuk mencegah pertentangan menggunakan kekerasan terhadap para

pemilik tanah dan untuk meningkatkan kerjasama dengan unsur-unsur lain, termasuk angkatan

bersenjata.

Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan

minyak milik AS. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan

resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga menjadi anggota

kabinet. Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam

kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya bahwa

angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat".

Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata di mana ia

berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara

tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis".

Rejim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di

industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik

pemerintahan NASAKOM.

Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rejim

militer, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata,

yang terdiri dari pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi

massa yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu,

kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam

ini dalam batas-batas hukum kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha

menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam laporan ke

Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka

akan bekerjasama untuk menciptakan "angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha

menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI

masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah untuk memecilkan

aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.

1. MUNCULNYA PKI

Peristiwa G30S yaitu peristiwa bersejarah di Indonesia yang paling sering disinggung untuk

diluruskan sejarah. Alasannya dari peristiwa ini ada keterkaitan dengan permasalahan kenaikan

Soeharto menjadi Presiden yang menggantikan Soekarno. Dan, setelah ia turun jabatan tuntutan-

tuntutan yang meluruskan sejarah G30S bermunculan. Salah satunya yaitu muncul dari para

Page 3: Pki Dari Gon

korban politik sang Jenderal Besar semasa berkuasa. Ada tiga alasan yang bisa melatarbelakangi

tuntutan tersebut. Pertama, mereka ingin membenarkan  apa yang sebenarnya terjadi pada

peristiwa G30S. Kedua, mereka ingin membersihkan nama baik mereka dari stigma-stigma

pemberian Orde Baru. Ketiga, orang-orang merasa sakit hati terhadap Soeharto, kemudian ingin

membuka kedok siapa Soeharto, karena mereka mengutamakan balas dendam kepada Soeharto..

Muncul berbagai versi usulan untuk meluruskan peristiwa G30S ini. Dan juga permasalahan ini

tidak terlepas dari yang ditulis oleh para ahli-ahlis sejarah. Peristiwa G30S bisa saja merupakan

peristiwa sejarah yang paling banyak memiliki versi sejarah dibanding lainnya. Sedikitnya

terdapat lima versi yang meluruskan apa yang sebenarnya terjadi dalam gerakan ini.

Versi pertama adalah versi pemerintah Orde Baru. Versi ini adalah versi tunggal yang (harus)

diakui dan ajarkan di sekolah sekolah. Menurut versi Orde Baru Peristiwa G30S adalah sebuah

kudeta yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap Pancasila.

Versi kedua adalah hasil dari Ben Anderson dan Ruth McVey (sejarawan Cornell University).

Hasil penelitian mereka yaitu tepatnya dalam sebuah kertas kerja berjudul Prelimenary Analysis

of the October 1, 1965; Coup in Indonesia (Cornell Paper). Ben Anderson, dkk., berkesimpulan

bahwa peristiwa ini adalah  puncak konflik internal Angkatan Darat.

Versi ketiga yaitu dari Prof. Wertheim, seorang sejarawan Belanda, mendukung tesis dalam

Cornell Paper yang juga menambahkan keterlibatan Sjam Kamaruzjaman sebagai agen

rangkap/ganda (double agent) yang bekerja untuk PKI dan AD.

Versi keempat adalah versi yang ditulis John Hughes dan Antonie C Dake. Menurut mereka

Soekarno adalah otak di balik gerakan ini. G30S adalah skenario yang dipersiapkannya untuk

melenyapkan oposisi sebagian perwira tinggi AD. Tetapi pada akhirnya kesimpulan versi ini

mendapatkan pertentangan keras dari keluarga Soekarno.

Versi kelima berasal dari pandangan Peter Dale Scott yang berkesimpulan bahwa didalam

permasalahan ini adanya keterlibatan pihak asing yang dituding kepada agen intelejen Amerika

Serikat yaitu CIA yang merancang sebuah konspirasi dengan tujuan untuk menggulingkan

kekuasaan Presiden Soekarno. CIA dianggap bekerja sama dengan sebuah klik Angkatan Darat

untuk memprovokasi PKI.

Page 4: Pki Dari Gon

Selain meninggalnya korban dari para perwira tinggi Angkatan Darat yang diculik, terjadi pula

pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dianggap terlibat dalam G30S maupun

simpatisan PKI. Jumlah manusia yang terbunuh pun diperkirakan mencapai ratusan ribu hingga

jutaan jiwa. Setelah Soeharto berkuasa penuh atas kendali pemerintahan, Pemerintah Soeharto

melakukan pembuangan terhadap tahanan-tahanan politik (tapol) ke Pulau Buru. Akibatnya juga

dirasakan pula oleh keturunan mereka yang harus mengalami ketidakpastian hidup akibat

menyandang cap sebagai anak eks-komunis atau tapol. Ketiga kejadian tersebut oleh Asvi

Warman Adam disebut sebagai trilogi karya utama rezim Soeharto.

Yang jelas, di masa mendatang, versi pertama tampaknya harus ditinjau kembali, paling tidak

dilengkapi dengan berbagai versi lainnya.

Secara garis besar, bahwa tragedi 1965 ini merupakan peristiwa yang menjadi titik awal lahirnya

“Indonesia Baru”, yang berbeda dengan karakter bangsa Indonesia ketika didirikan. Semua akan

dijelaskan dalam tulisan ini selanjutnya.

Peristiwa 1965 adalah puncak dari segala konspirasi yang telah dipersiapkan untuk menjatuhkan

kekuatan politik bangsa ini. Akhir dari kisah Revolusi yang telah dikibarkan oleh Presiden

Sukarno. Peristiwa gerkan ini tidak terlepas dari konteks Perang Dingin. Perang Dingin telah

memecah dunia menjadi dua polar blok besar, yaitu blok blok barat (dipimpin Amerika

Serikat ), dan blok timur (oleh Uni Soviet). Amerika Serikat dengan berideologi kapitalisme,

sedangkan Uni Soviet yang berideolgi komunisme.

Peristiwa

Isu Dewan Jenderal

Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal, yang

mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan Darat tidak puas terhadap Soekarno dan berniat

untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno memerintahkan pasukan Cakrabirawa

untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili. Namun secara tak terduga, dalam operasi

penangkapan tersebut para jenderal tersebut terbunuh.

Isu Dokumen Gilchrist

Page 5: Pki Dari Gon

Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia, Andrew Gilchrist.

Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen ini oleh beberapa

pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, dokumen

ini menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang mengesankan bahwa perwira-

perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat. Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh

memberi daftar nama anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti".

Isu Keterlibatan Soeharto

Menurut isu yang beredar, Soeharto saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (Panglima Komando

Strategis Cadangan Angkatan Darat) tidak membawahi pasukan.

2. VERSI DARI PERISTIWA PKI

Ragam Versi Peristiwa G-30-S

A. Versi Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Menurut versi ini, PKI adalah dalang

sekaligus pelaku G-30-S. Oleh karena itu maka Orde Baru menamai peristiwa ini dengan

G-30-S/PKI. Versi Orde Baru ini bahkan difilmkan lewat film yang berjudul

“Pengkhianatan G-30-S/PKI”. Secara keseluruhan isi film ini adalah kisah kekejian PKI,

yang menyiksa dan membantai para Jenderal Angkatan Darat. Semua

organisasi/kelompok yang terlibat, baik itu Cakrabirawa, Pemuda Rakyat, Gerwani, dan

lain-lain, menurut versi ini, berada di bawah pengaruh PKI.

John Roosa, di dalam bukunya yang berjudul, “Dalih Pembunuhan Massal,

Gerakan 30 September”, mengatakan bahwa Pusat Penerangan Angkatan telah

mempublikasikan tiga jilid buku, dari bulan Oktober sampai Desember 1965, dengan

tujuan untuk membuktikan bahwa PKI secara organisasional adalah dalang G-30-S.

Bukti utama yang diulas dalam buku tersebut adalah pengakuan Untung, yang ditangkap

di Jawa Tengah tanggal 13 Oktober, dan Latief, yang ditangkap tanggal 11 Oktober di

Jakarta. Kedua pengakuan ini merupakan dokumentasi laporan interogasi terhadap kedua

orang ini. Akan tetapi pada tahun 1978, Latief mengemukakan bahwa pengakuannya

terkait perannya dalam G-30-S yang merupakan kesukarelaan, dan untuk kepentingan

PKI, adalah disampaikan dalam kondisi setengah sadar, dan sedang mengalami infeksi

luka akibat tusukan bayonet di kaki kirinya. Dalam sidang-sidang Mahmilub, keduanya,

baik Untung maupun Latief, menyangkal laporan-laporan interogasi mereka, dan

menyatakan bahwa G-30-S berada di bawah kepemimpinan mereka, sementara PKI

diajak ikut serta hanya sebagai tenaga bantuan saja (Roosa, 2008 : 94-95).

B. Versi kedua mengenai G-30-S adalah berasal dari “analisa awal” Bennedict Anderson,

dan Ruth Mc Vey. Di dalam analisa ini dijelaskan bahwa karena tidak ada bukti-bukti

Page 6: Pki Dari Gon

yang kuat mengenai keterlibatan PKI seperti yang dituduhkan dalam berita-berita pers,

dan pernyatan-pernyataan Angkatan Darat, maka yang lebih masuk akal adalah

menjelaskan G-30-S sebagai suatu konflik internal Angkatan Darat (Roosa, 2008 : 95-

96). Ben Anderson dan Ruth McVey berpendapat bahwa, G-30-S adalah sebuah

pemberontakan dalam Angkatan Darat dari perwira-perwira muda yang berasal dari Jawa

Tengah. Alasan pemberontakan adalah karena jijik terhadap kemerosotan gaya hidup,

dan garis politik pro-Barat dari para Jenderal SUAD (Staf Umum Angkatan Darat) di

Jakarta. G-30-S adalah sebuah usaha untuk mengubah Angkatan Darat menjadi lebih

merakyat. Jaringan perwira Jawa Tengah ini menurut Anderson dan McVey, bertujuan

untuk membersihkan Angkatan Darat dari para Jenderal yang korup dan konservatif,

juga untuk memberi keleluasaan pada Soekarno untuk menjalankan berbagai

kebijakannya (Roosa, 2008 : 102-103).

C. Versi ketiga adalah versi Harold Crouch. Menurut Crouch, G-30-S, adalah persekutuan

antara perwira-perwira muda dengan PKI. Inisiatif awal G-30-S adalah berasal dari

perwira-perwira muda ini. PKI terlibat, akan tetapi bukan sebagai kelompok inti yang

merencanakan dan mengeksekusi. Versi ini sama dengan versi Sudisman (anggota

Dewan Harian Politbiro CC PKI yang selamat, sisanya yaitu Aidit, Lukman, dan Nyoto

dieksekusi secara rahasia oleh TNI). Sudisman berpendapat bahwa G-30-S adalah

peristiwa internal Angkatan Darat. Ia mengakui bahwa beberapa pimpinan PKI terlibat,

akan tetapi PKI sebagai institusi tidak terlibat (Roosa, 2008 : 106).

D. Versi keempat adalah pendapat W.F Wertheim. Menurutnya, G-30-S adalah konspirasi

antara Soeharto dengan teman-temannya yaitu Latief, Sjam, dan Untung (tim inti G-30-

S). (Roosa, 2008 : 112). Beberapa pimpinan PKI terlibat G-30-S, karena mereka ditipu

oleh Sjam, dan komplotan perwira anti-PKI yang ingin menghancurkan PKI dan

menggulingkan Soekarno (Roosa, 2008 : 116).

3. PENUMPASAN PKI

A. Penumpasan di Jakarta

Usaha penumpasan G 30 S/PKI sedapat mungkin di lakukan tanpa bentrokan senjata.

Anggota pasukan Batalyon 530/Brawijaya minus 1 Kompi, berhasil di insafkan dari

pemberontakan dan berhasil ditarik ke markas Kostrad di Medan Merdeka Timur.

Anggota Batalyon 545/Diponegorosekitar puluk 17.00 di tarik mundur oleh pihak

pemberontak ke Lanuma Halim Perdanakusuma. Sekitar pukul 19.15pasukan RPKAD

sudah berhasil menduduki RRI dan Gedung Telekomunikasi dan mengamkan

pemberontakan tanpa bentrokan senjata. Sementara itu pasukan-pasuka yang lain

berhasil pula mengamkan pemberontakan. Setelah diketahui bahwa pusat pemberontakan

di sekitar Lanuma Halim PerdanaKusuma, langkah selanjutnya adalah membebaskan

Page 7: Pki Dari Gon

Pabgkalan Udara Halim. Banyak kejadian penting terjadi pada penumpasan G 30 S/PKI.

Sekalipun peranan PKI makin terungkap sebagai dalang peristiwa G 30 S/PKI dan

demonstrasi menuntut pembubaran PKI semkain memuncak, namun presiden Soekarno

belum menganbil langkah – langkah ke arah penyelesainan politik daripada masalah G

30 S/PKI sebagaimana di janjikanya. D.N Aidit dalam pelarianya, tanggal  Oktober 1965

mengiri surat kepada Presiden, yang mengusulkan supaya melarang adanya pernyataan-

pernyataan yangbersifat mengutuk G 30 S serta melarang adanya Tuduh menuduh serta

salah menyalahkan, diharapkan amarah Rakyat terhadap PKI reda, namun aksi-aksi terus

berjalan. Dalam pada itu Papelrada – Papelrada ( Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah )

yakni Kodam, berturut – turut mebekukan PKI dan Ormas-ormasnya.

B. Penumpasan Di Jawa TengahDiantara pemberontakan G 30 S/PKI daerah yang paling gawat keadaannya adalah Jakarta dan Jawa Tengah. Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pemberontakan PKI ini juga terjadi di Solo, Salatiga, Klaten, Boyolali, Semarang dengan menguasai beberapa tempat penting sperti RRI dan Gedung Telekominikasi. Jawa tengah merupakan basis PKI yang kuat, oleh karena itu Aidit memilih Jawa Tengah sebagai tempat pelariannya. Akan tetapi dengan usaha dari komando ABRI berturut-turut kota yang pernah dikuasai oleh pihak G 30 S/PKI berhasil direbut kembali. Sebelum tertangkap tanggal 22 November 1965 di Jawa Tengah,  D. N Aidit mengeluarkan “Instruksi Tetap” pada tanggal 10 November 1965 yang ditujukan kepada seluruh CDB PKI seluruh Indonesia. Setelah dikeluarkan nya Instruksi Tetap Aidit gerakan pengacauan PKI mulai melemah dan pembubaran serat pembakaran Bendera PKI dialkukan. Entah karena alasan apa kurang jelas karena Keinsafan atau taktik semata sesuai dengan Istruksi tetap Aidit. Terbukti PKI masih mendirikan SPR (Sekolah perlawanan Rakyat), KKPR (Kursus Kilat Perang Rakyat), serta menyusun Kompro-kompro (Komite Proyek) sebagai Basis menuju Camback nya PKI. Dengan pembentukan badan-badan diatas terbukti PKI juga tetap melancarkan usaha pengukuhan kembali. Tetapi penumpasan PKI di berbagai daerah tetap dilaksakan. Misalnya di Blitar Selatan PKI menpengaruhi rakyat dengan 3T (tidak tahu, tidak mengerti, tidak kenal)dan operasi penumpasan ini diberi nama operasi Trisula dilaksakan pada tanggal 3 juli 1965 dan mengimbangi 3T dengan 3M ( Menyerah, Membantu, atau Mati) penumpasan PKI dan ormas-ormasnya pun terus-menerus dilakukan.Penyelesaian Aspek politik sebagaimana diputuskan dslam sidang kabinet Dwikora 6 Oktober 1965 akan ditangani langsung oleh presiden Soekarno. Dan aksi penghapusan terhadap Pki terus meningkat, yang dipelopori oleh KAPPI, KAMI, KAPI, KABI, KASI, KAWI, KAGI, dan lainnya. Dan kemudian membulatkan kesatuan dalam barisan dan membentuk Front Prancasila. Setelah lahirnya Front Pancasila tuntutan pembubaran PKI terus meningkat. Konflik politik makin menjurus dan situasi ekonomi semakin memburuk. Lalu tercetuslah Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat ( Tritura). Pada tanggal 12

Page 8: Pki Dari Gon

Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan Front Pancasial ini mendatangi gedung DPR-GR mengajajukan 3 buah Tuntutan yaitu :a. Pembubaran PKIb. Pembersihan Kabinet dari Unsur-unsur G-30-S/PKI;c. Penurunan harga/perbaikan ekonomi.

Perkembangan selanjutnya mengenai masalah tuntutan pembubaran PKI, dilaksanakan oleh Letnan Jendral Soeharto tanggal 12 maret 1966 sehari setelah menerima Surat Perintah 11 Maret (SP 11 Maret/Supersemar). Sejak itu dimulailah koreksi total atas segala penyelewengan yang dilakukan Orde Lama. Karena itu tanggal 11 maret 1966 sebagai permulaan Orde Baru.

4. DAMPAK

a. Dampak atas negara. Seharusnya negara sebagai alat utama bangsa dalam usahanya

membangun masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia. Tetapi de

fakto muncul sebagai organisasi kekuasaan besar.

b. Dampak atas kita semua, bangsa Indonesia, cara kita berpikir dan bertindak dan dengan

begitu membentuk masyarakat dan budaya Indonesia;

c. Dampak atas korban langsung; kejahatan melawan kemanusiaan di atas ibarat anak

beranak dan terus menerus menimbulkan korban langsung lagi, yang sampai

sekarang terabaikan;

A. Dampak atas Negara Orde Baru jenderal Suharto

Peristiwa september 1965 seperti sudah dtuturkan di atas melawan kekuasaan Presiden

Soekarno yang bercitra membangun masyarakat sosialis, berdampak selanjutnya

atas perkembangan politik Indonesia dan akhirnya mengesampingkan Soekarno dan

menaikkan jenderal Suharto ke tahkta kekuasaan. Ini kita maklumi semua. Akan

tetapi sebutan Orde Baru bagi tata kenegaraan yang dikuasai Suharto menyesatkan.

Sebab mengesankan lahirnya tata kenegaraan yang berbeda sama sekali dari yang

sebelumnya. Sedangkan dampak peristiwa September 1965, khususnya operasi

penghancuran PKI , justru melestarikan dan memperkokoh beberapa ciri tata kenegaraan

dan budaya demokrasi terpimpin. .Ada juga ciri tertentu yang terdapat pada negara dan

masyarakat semasa demokrasi terpimpin yang dilenyapkan oleh pembantaian massal

tahun 1965. Baik ciri yang diperkukuh, maupun akibat dari lenyapnya ciri tertentu dari

negara dan masyarakat akan ditelaah.

Page 9: Pki Dari Gon

FORUM SARASEHAN ¨MAWAS DIRI PERISTIWA SEPTEMBER 1965¨ - Leuven 20

B. Dampak atas tata negara R.I.: Kemandirian Politik Angkatan Darat dalam negara R.I.

Dampak perbuatan jahat bukan hanya dirasakan oleh korban, melainkan juga oleh

pelakunya. Dampak terhadap pelaku sering berhubungan dengan hasil kejahatan tetapi

bisa juga tergantung dari modus-operandi-nya, cara bagaimana perbuatan dilakukan.

Modus operandi bisa juga mempengaruhi perubahan watak pelaku. Bagaimanapun,

sesudah pembantaian massal tahun 1965, nampak perkembangan politik yang

berubah cepat dan kemudian terjadi pergantian pemerintahan. Sistim Demokrasi

Terpimpin dinyatakan sebagai Orde Lama dan tamat riwayatnya dan tata negara dan tata

politik yang dinamakan Orde Baru dimulai. Kita akan menelusuri apa dampak

pembantaian masal dalam proses perubahan politik ini.

Dalam sistem Demokrasi Terpimpin ada tiga kekuatan politik yang menonjol: di

sisi kanan Angkatan Darat,di tengah Bung Karno dan di sisi kiri PKI . Dikatakan bahwa

Angkatan Darat dan PKI merupakan dua organisasi terkuat di Indonesia yang kurang

lebih seimbang. Bung Karno-lah yang menjaga perimbangan itu. Karenanya beliau

merupakan kekuatan politik sendiri. Pembantaian massal tahun 1965 menghancurkan

saingan politik terkuat dari Angkatan Darat dan, dengan demikian, sangat menperkuat

posisinya.Tetapi bukan itu saja dampak pembantaian massal.

Sewaktu melancarkan operasi penghancuran PKI, Jenderal Suharto yang

dibantu oleh Jenderal Nasution, menggerakkan Angkatan Darat sebagai lembaga

mandiri dari pemerintahan sipil dan melibatkan rakyat kedalam operasi militer itu

dengan rekayasa atau paksa. Dampak pertama dari pelaksanaan pembantaian masal

sekaligus penghancuran PKI adalah perkukuhan kemandirian politik Angkatan Darat

dalam negara R.I yang sudah diusahakan oleh Nasution sebelum dan selama

Demokrasi Terpimpin. Pengukuhan kemandirian politik Angkatan Darat di dalam

negara berarti bahwa Angkatan Darat menjurus menjadi negara sendiri dalam negara

R.I.. Berarti Angkatan Darat memiliki kebebasan lebih besar baik dari campur tangan

pemerintah sipil, maupun dari lembaga negara lainnya (DPR, MPR dan Pengadilan

sipil). Dengan begitu Angkatan Darat lebih menjurus memiliki kekebalan hukum.

Dengan lain perkataan, citra otoriter Angkatan Darat bertambah. Karena pengaruhnya

atas R.I. kuat, maka juga citra otoriter R.I. dalam Orde Baru juga menguat, melampaui

apa yang terjadi dalam masa Demokras Terpimpin.

Dampak kedua dari berhasilnya pembantaian massal dengan melibatkan rakyat,

adalah bertambahnya kemampuan Angkatan Darat untuk melibatkan rakyat dalam rangka

mencapai tujuan-tujuannya sendiri. Kemampuannya bertambah, karena kesiagaan

Page 10: Pki Dari Gon

FORUM SARASEHAN ¨MAWAS DIRI PERISTIWA SEPTEMBER 1965¨ - Leuven 21

rakyat untuk mengawasinya berkurang, dengan lenyapnya kekuatan kiri dan bertambah

angkernya Angkatan Darat dan ketakutan rakyat terhadap Angkatan Darat yang tega

membinasakan lawan. Dengan bertambahnya kemampuan Angkatan Darat, sekaligus

bertambah pula kepercayaan pimpinannya bahwa melibatkan rakyat dengan rekayasa

atau paksa untuk tujuan militer adalah wajar dan efektif. Dengan lain perkataan citra

demokrasi Angkatan Darat berkurang. Sama halnya juga citra demokrasi Orde Baru

rendah, lebih rendah ketimbang waktu demokrasi Terpimpin.

Perkembangan politik tahun 1966 menghasilkan rekayasa politik Supersemar ,

kekuasaan KOPKAMTIB yang makin besar, pembentukan MPRS yang bersih dari

pendukung Sukarno, namun dengan perwakilan Angkatan Darat yang kuat di bawah

pimpinan Jenderal Nasution, pencopotan segala kekuasaan dari Sukarno dan

pelimpahan kekusaan negara tertnggi kepada Jenderal Suharto oleh MPRS.

Perkembangan politik 1966 menunjukkan bagaimana modus operandi pembantaian

massal juga digunakan Jenderal Suharto untuk merebut kekusaan kenegaraan

tertinggi dari tangan Presiden Sukarno, yakni dengan menggerakkan Ankatan Darat

sebagai lembaga yang mandiri dan melibatkan rakyat untuk tujuan Angkatan Darat.

Terhitung sejak tahun berikutnya dan selama lebih dari 30 tahun, jenderal dan Presiden

Suharto tetap menjalankan modus operandi yang sama. Rekayasa persidangan DPR dan

MPRS disusul penggiringan pemilihan umum, pengebirian sistim kepartaian politik,

kemunculan KORPRI dan GOLKAR, pengendalian kehidupan politik, pemilihan

Presiden oleh MPR dan penilaian pertanggunganjawabannya oleh MPR menjadi

sandiwara dukungan penuh, dan semuanya dijalankan dalam rangka melibatkan

rakyat untuk memajukan kepentingan Presiden. Bersamaan dengan itu peluasan

DWIFUNGSI Angkatan Darat menambah jaminan kemandirian Angkatan Darat.

Kemandirian AngkatanDarat yang bertambah ,dilambangkan oleh lembaga pelaksanaan

hukum istimewa KOPKAMTIB, didirikan oleh Soeharto untuk menanggulangiG30S/PKI

dan berkembang menjadi lembaga pengawasan keamanan yang paling berkuasa.

C. Dampak atas Masyarakat dan Rakyat: Perusakan Citra Moral dan Hukum

Saya kira kemunafikan yang begitu menonjol selama Orde Baru juga berkaitan dengan

pembantaian massal tahun 1965. Bukankah pembantaian dan modus operandinya

sendiri merupakan kejahatan melawan kemanusiaan, yang mustahil diingkari

kekejemannya, kekejiannya, kejahatannya bagi semua orang. Kejahatan itu bukan

diakui kejahatannya dan disesalkan terjadinya, malah dianggap terpuji, dirayakan

sebagai perbuatan amal, perbuatan yang merupakan kemenangan Pancasila atas

Page 11: Pki Dari Gon

FORUM SARASEHAN ¨MAWAS DIRI PERISTIWA SEPTEMBER 1965¨ - Leuven 22

pemberontakan G30 S/PKI, bukti kesaktian Pancasila. Kejahatan melawan kemanusiaan

itu selama lebih dari 30 tahun didiamkan oleh hampir seluruh bangsa Indonesia.

Kemunafikan merusak kejujuran,bukan hanya dalam berbicara, melainkan juga dalam

perbuatan. Nama Orde Baru sendiri munafik, sebab merupakan dalam banyak hal

hanya lanjutan demokrasi tepimpin.

Fungsi moral dan hukum yang penting adalah menentukan tujuan apa yang

wajar kita ikhtiarkan. Fungsi lain adalah pembatasan cara dan sarana yang dapat kita

gunakan agar ikhtiar kita wajar, etis dan adil. Pembantaian massal dan modus

operandi-nya bukan saja merupakan kejahatan melawan kemanusian, tetapi sebagai

tindakan politik melecehkan citra moral dan hukum, dalam memilh cara dan sarana

untuk mencapai tujuan politik Dampak pembenarannya atau pendiamannya adalah

juga merajalelanya paham dan praktik bahwa tujuan menghalalkan semua cara; bahwa

hukum sekedar sarana untuk mencapai tujuan dan selalu dapat dikesampingkan.

Pengakuan Presiden Suharto yang dicetak dan disebarkan luas bahwa penembakan

misterius yakni penembakan mati ribuan penjahat dengan mayatnya ditinggalkan

begitu saja, misterius juga tidak, sebab dilakukan atas perintahnya.Tandasannya: Dengan

sendirinya kita harus mengadakan treatment, merupakan ungkapan ketidakpedulian

citra hukum pada Kepala Negara dan PemimpinPemerintahan R.I selama lebih dari 30

tahun.(Otobiografi,p.389-390)

D. Dampak Lain Usaha Penguasa Mengendalikan Rakyat (modus operandi pembantaia

masal)

Pemeliharaan ketakutan akan komunisme dan memajukan agama sebagai sarana

untuk memerangi komunisme sebagai atheisme, menimbulkan akibat sampingan

bahwa setiap golongan memutlakkan doktrin agama-nya sendiri, menyuburkan

fanatisme agama, keduanya merongrong toleransi antar agama.

Penindasan sewenang-wenang dari orang yang disangka musuh Orde Baru

menyebabkan bahwa teror mencekam masyarakat,/rakyat, menyuburkan budaya

panutan, sehingga penguasa semakin cenderung dan mampu bertindak sewenang-

wenang. Penumpasan setiap gerakan kiri yang bersumber marxisme/sosialime yang

sejak zaman kolonial menjadi bagian gerakan politik Indonesia, memiskinkan

kehidupan politik Indonesia karena menyebabkan hilangnya cita-cita sosialis: keadilan

sosial sebagai cita-cita nasional. Kecurigaan terhadap kesadaran buruh, pelarangan

terhadap gerakan buruh yang benar-benar memperjuangkan kepentingan buruh

menghilangkan solidaritas horizontal dan memudahkan perpecahan nasional.

Page 12: Pki Dari Gon

FORUM SARASEHAN ¨MAWAS DIRI PERISTIWA SEPTEMBER 1965¨ - Leuven 23

Perpecahan dalam organisasi dan golongan memang merupakan alat yang pemerintah

biasa gunakan untuk merebut/melestarikan penguasaan.

Kursus-kursus wajib penghayatan & pengamalan Pancasila, meyebarluaskan

kemunafikan dan sinisme terhadap nilai-nilai luhur,karena menyelubungi praktek

kehidupan politik dan masyarakat yang melanggarnya terang-terangan.

E. Dampak atas korban langsung: kejahatan melawan kemanusiaan diatas ibarat anak

beranak dan terus menerus menimbulkan kejahatan dan korban langsung lagi.

Seolah-olah untuk membenar-benarkan alasan bahwa ratusan ribu orang

anggota dan simpatisan PKI dibunuh dalam pembantaian masal th 1965,karena mereka

berbahaya,maka sanak saudara,kawan,,keluarga,setiap orang yang dapat dipandang

berfikir sama dengan mereka dianggap berbahaya.

Pada th 1965 puluhan ribu orang beraliran politik kiri dipenjarakan dan tahun-

tahun berikut setelah aksi-aksi penertiban/pembersiha personil Aparatur Negara dan

dikalangan organisasi politik /massa jumlah itu bertambah terus Alasan resmi adalah

keterlibatan mereka dalam G30S/PKI.Mereka dibagi dalam 3 golongan,A,B,danC.

Perumusan dasar resmi pengklassifikasian menunjukkan, bahwa kebanyakan dari

“tapol”(tahanan politik) ditahan berlawanan dengan hukum .,sebab dari semula jelas

bahwa golongn B dan C tidak memenuhi persyaratan perundang-undangan untuk

diajukan kepengadilan .Golongan A adalah mereka yang nyata-nyata terlibat secara

langsung,ikut merencanakan atau mengetahui adanya prencanaan gerakan

penchianatan tetapi tidak melaporkannya kepada yang berwajib.Akan tetapi ternyata juga

tidak semua dari golongan ini memenuhi persyaratan untuk diajukan

kepengadilan misalnya karena tidak ada bukti,Golongan B dan C yang ditahan karena

keterlibatan secara tidak langsung ditahan semata-mata

Page 13: Pki Dari Gon

FORUM SARASEHAN ¨MAWAS DIRI PERISTIWA SEPTEMBER 1965¨ - Leuven 24

karena aliran atau pandangan politiknya.Pada th 1968 klassifikasi dilakukan terhadap hampir

64.000 tapol.Dari 1965sd1980 golongan A berjumlah hampir

1.900orang,termasuk LetKol Untung,tetapi jugaLaksamana UdaraOmarDhani

Dari th 1969 sd 1972 ,10.000 orang gol.B ,seperti pak Hersri,dikirim kepulau Buru.Golongan

C mulai dilepaskan akhir th 60-an,golonganB akhir th70-an .Setelah kembali

dimasyarakat,mereka dilarang kerja dikantor pemerintah dan banyak perusahaan

takut memberi pekerjaan kepada orang yang kartu pengenalnya menujukkan bahwa

ia ex-tapol.dan banyak orang takut bergaul dengannya, takut ketularan cap kiri.Ketakutan ini

bukan tanpa dasar,sebab proses pembersihan oleh petugas KOPKAMTIB dan pembantunya

terus menerus dilakukan.Bergaul dengan ex- Tapol bisa menandakan berfikir atau bersimpati

kiri dan itu saja cukup untuk diklasifikasi terlibat tak langsung.

Orang Indonesia beraliran kiridiluar negeri ,sekalipun sedang melakukan perjalanan

dinas,juga dianggap terlibat dalam G30S/Pki dan karenanya paspornya bisa disita oleh

Kedutaan R.I.dinegara tempat dia sedang dinas,tamasya atau belajar.Penyitaan paspor

membikin orang kehilangan kewarganegaraan dan segala hak berdasarkan itu.Ia tergantung

dari pertolongan dan kasihan orang asingDiEropa ratusan orang indonesia mengalami

nasib ini, yang juga ada kaitannya dengan permulaanOrde Baru