Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

download Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

of 8

Transcript of Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    1/8

    Fungsi Neurokognitif Berdasarkan Kinerja Sebagai Prediktor Kapasitas Fungsional

    Dalam Gangguan Bipolar

    Gangguan neurokognitif dapat memprediksi kapasitas fungsional pada individu dengan

    gangguan bipolar, meskipun baru ada sedikit penelitian yang memeriksa apakah domain

    neurokognitif yang berbeda akan berdampak terhadap hasil uji untuk tugas tertentu. Penelitianini menguji hubungan antara beberapa variabel neurokognitif dan UCSD Performance-Based

    Skills Assesment(UPS! Patterson et al., "#$$% mengidentifikasi domain dan tes terbaik yang

    dapat memprediksi kinerja seluruh sub&skala. 'mpat puluh tujuh peserta yang didiagnosis

    menderita ipolar ) atau bipolar )) direkrut dan diperiksa mengenai status neuropsikologi dan

    UPS. nalisis korelasi dan regresi dilakukan untuk mengidentifikasi prediktor neurokognitif

    dari sub&skala UPS. Per literatur, verbal learning dan memori dan fungsi eksekutif gabungan

    diperiksa pertama kali. *erbal learning dan memori memprediksi subskala +omunikasi dan total

    variabel skor di atas dan melampaui estimasi S)- dan rating skala gejala. Dalam eksplorasi

    anlisis sekunder, enton udgement /ine 0rientasi memprediksi subskala +euangan sedangkan

    California *erbal /earning 1est memprediksi total skor UPS. *erbal learning dan memori

    mun2ul sebagai prediktor terkuat dari kapasitas fungsional, kami menyarankan bah3a domain ini

    harus diselidiki kedepannya bersama dengan UPS.

    4enjadi semakin jelas bah3a gangguan neurokognitif dapat digunakan untuk

    mengevaluasi kapasitas fungsional pada pasien dengan gangguan keji3aan seperti ski5ofrenia

    (S6% dan gangguan bipolar (D! earden et al, "#$$!. onn 7n et al, "#$#8.! aeger, erns,

    /oftus, Gon5ale5, 9 C5obor, "##:! 4artino, )goa, 4arengo, S28 pola, 9 Strejilevi2h, "#$$!

    Silverstein, Semua, 9 aeger, "#$$! 1abar 's&Seisdedos et al., "##;%. eberapa penelitianmenunjukkan bah3a gangguan fungsi kognitif se2ara kesuluruhan dikaitkan dengan hasil jangka

    panjang dan pendek dari kapasitas fungsional yang diukur pada pasien S6 dan bah3a gangguan

    fungsi kognitif merupakan prediktor yang lebih handal dibandingkan dengan skor penilaian

    gejala (Green, +ern, 9 illiams et al., "##;%. Sedangkan

    pada pasien D informasi tersebut masih terbatas sehingga dapat menjadi masalah karena pasien

    dengan D juga menunjukkan gangguan fungsi neurokognitif, meskipun lebih ringan jika

    dibandingkan dengan pasien dengan S6 (arrett, 4ulholland, Cooper, 9 ?ushe, "##@! 1abar 's&

    Seisdedos et al., "##;%. Sementara S6 biasanya dikaitkan dengan defisit kognitif menyeluruh,

    pada pasien D gangguan neurokognitif terebut membentuk pola tertentu, dengan penurunan

    paling konsisten dalam fungsi memori dan fungsi eksekutif verbal. Penurunan yang signifikan

    mungkin juga terjadi pada domain lain seperti ke2epatan pemrosesan dan perhatian (rts,

    abben, +rabbendam, 9 van 0s, "##;! rantom, llen, 9 Cross, "##;!

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    2/8

    Untuk saat ini, hanya beberapa penelitian yang telah mengidentifikasi hubungan antara

    fungsi neurokognitif dan hasilnya pada D. Dalam = tahun masa follo3&up memeriksa pasien

    dengan D ) dan D )), on )n et al. ("#$#% menemukan bah3a tingkat simtomatologi depresi

    dan melambatnya pasien dalam mengingat informasi verbal dapat mempredikisi fungsi

    psikososial yang diukur dengan menggunakanFunctional Assessment Short Test(S1!. ?osa et

    al, "##:, sedangkan tingkat simtomatologi depresi dan subtest fungsi eksekutif memprediksi

    fungsi kerja yang diukur dengan menggunakanFAST occupational score. 4artino et al. ("#$$%

    melaporkan bah3a ke2epatan psikomotor dan fungsi eksekutif terbaik dapat diprediksi segera

    dengan menggunakan global G pada pasien euthymi2 dengan D ) dan D )). 1abar 's&

    Seisdedos et al. ("##;% menemukan bah3a nilai gabungan antara pemrosesan visualBmotorik,

    beratnyan gejala dan penyesuaian premorbid dapat memprediksi skor G pada pasien dengan

    D ) setelah $ tahun follo3&up. Penelitian ini dan penelitian yang lainnya mengkonfirmasi

    bah3a fungsi neurokognitif dapat memprediksi hasil se2ara tepat.

    Penilaian berbasis kinerja atau tindakan baru&baru ini mun2ul sebagai ukuran objektif

    dari kapasitas fungsional pada populasi keji3aan (Depp et al, "##@, "#$"!.. Goldberg et al, "#$#!

    4ausba2h et al, "##;, "#$#.! 42)ntosh et al., "#$$%. Pengukuran tersebut memungkinkan dokter

    dan peneliti untuk langsung menilai keterampilan yang relevan dengan kegiatan di dunia nyata,

    seperti menulis 2ek dengan benar, berkomunikasi melalui telepon dan meren2anakan sebuah

    daftar belanja. Seperti ditinjau oleh 4oore, Palmer, Patterson, dan este ("##:%, penilaian

    berdasarkan kinerja memungkinkan psikolog untuk langsung mengevaluasi fungsi indepen dan

    penguasaan keterampilan dasar yang diperlukan untuk peningkatan kualitas hidup. Skor tersebut

    dinilai se2ara objektif dibandingkan subjective rating scale yang dilaporkan sendiri oleh

    penderita, yang se2ara teoritis meningkatkan validitas dan dapat memprediksi hasil yang se2ara

    nyata digunakan dalam kehidupan pada populasi. +onsisten dengan hasil ini, revie3 oleh

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    3/8

    ("#$#% adalah yang pertama memeriksa peran UPS mungkin dapat menghubungankan antara

    fungsi neurokognitif dan hasil klinis pada pasien D. Penelitian mereka memeriksa skor

    gabungan neurokognitif yang berasal dari memori, perhatian, fungsi eksekutif dan ke2epatan

    pemrosesan, dan menunjukkan bah3a skor gabungan sekunder yang berasal dari UPS& antara

    nilai gabungan neurokognitif dan level skala fungsi Spesifik (S2hneider 9 Struening, $@;A%,

    merupakan hasil pengukuran yang dapat diamati dan dinilai. Penelitian ini menunjukkan fungsi

    neurokognitif, bersama dengan simtomatologi, memiliki hubungan langsung dan tidak langsung

    dengan hasil fungsional dan setidaknya beberapa dari ini dapat dijelaskan melalui penilaian

    berbasis tindakan, seperti UPS. amun, penelitian ini tidak se2ara terpisah memeriksa domain

    neurokognitif, juga tidak melihat skor subskala UPS dari tiap individu. Penelitian tersebut

    dibenarkan karena pasien dengan gangguan D memiliki kelainan dalam domain neurokognitif

    tertentu, yang mungkin jelas mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan tugas UPS

    yang berbeda.

    Penyelidikan saat membahas hal ini dengan memeriksa sejauh mana pengukuran fungsi

    neurokognitif yang diprediksi melalui subskala UPS dengan maksud lanjut untuk menilai

    hubungan antara domain neurokognitif dan kapasitas fungsional. erdasarkan penelitian

    sebelumnya, hipotesis bah3a memori verbal dan fungsi eksekutif akan menjadi prediktor terkuat

    dari kinerja UPS, mengingat bah3a hal tersebut biasanya terganggu pada D dan sebelumnya

    telah ditemukan sangat memprediksi kapasitas fungsional dan hasil klinis(rts et al, "##;!. onn

    7n et al, "#$#8.%. Sebuah analisis sekunder meneliti bagaimana seluruh domain yang diuji

    mungkin memprediksi skor UPS.

    Metode

    Peserta

    Peserta dalam studi termasuk =: orang (A,$E laki&laki% didiagnosis dengan ipolar ) atau

    Gangguan )) bipolar (:",AE D )%. ?entang usia peserta adalah $;&F@ tahun (4 A=.:, SD

    $A,F%. )ndividu yang dipilih untuk dimasukkan dalam penelitian jika mereka memenuhi kriteria

    DS4&)* untuk ipolar ) atau gangguan )) seperti yang diidentifikasi oleh seorang psikiater yang

    mengobati atau psikolog, dan dikonfirmasi menggunakan Stru2tured Clini2al )ntervie3 untuk

    DS4&)*&1? (SC)D&DS4&)*! Pertama, Spit5er, Gibbon, 9 >ereiams, $@@%. Peserta termasuk

    pasien dimana mereka tidak dalam episode gangguan mood seperti saat yang didefinisikan oleh

    DS4&)*. +riteria eksklusi adalahH ($% ahasa )nggris sebagai bahasa kedua! ("% ri3ayat 2edera

    otak traumatis atau kondisi medis atau penyakit neurologis B kerusakan yang dapat menyebabkandefisit kognitif! (A%?i3ayat konsumsi alkohol atau penyalahgunaan 5at atau ketergantungan

    dalam bulan terakhir! (=% satu atau lebih episode gangguan mood pada bulan lalu! (F% diagnosis

    mengalami retardasi mental atau diagnosis disfungsi kognitif dan (% penggunaan resep atau

    obat yang bisa menghasilkan efek kognitif yang signifikan, selain yang obat digunakan untuk

    mengobati D.

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    4/8

    Penilaian

    ?ating gejala pasien dinilai dengan e2hsler, $@@:a% 1est*o2abulary dan lo2k Design dinilai dengan >)S&))) dengan memperhitungkan karakteristik

    demografi (?inge, Saine, /a2rit5, )S&))) Span 1otal ?a3 S2ore sementara memori visual

    dinilai dengan >4S&))) Spatial Span ?a3 S2ore. khirnya, organisasi visuospatialB konstruksi

    dinilai dengan ?0C1 Copy 1rial and enton udgement 0f /ine 0rientation (0/! enton,

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    5/8

    Analisis data

    Sebelum melakukan analisis utama, semua variabel periksa untuk outlier. Sekweness and

    kurtosisdiperiksa untuk memastikan bah3a semua variables berdistribusi normal. Untuk analisis

    regresi, prediktor neurokognitif diuji se2ara multikolinearitas melalui variance inflation factor

    (*)%. Dengan penge2ualian untuk variabel Re !mmediate and "elaed yang dijelaskan diba3ah, semua nilai *) yang baik diterima sesuai dengan batas (*) L$,F%.

    ?a3 S2ore diubah menjadi 5&skor kinerja relatif dalam sampel. 6&skor learning verbal

    dan memori dan fungsi eksekutif dijumlahkan dan dibuat rata&rata dalam skor gabungan. Dalam

    analisis utama, variabel dimasukkan dalam serangkaian regresi hirarkis dengan penilaian gejala

    dan )- dimasukkan sebagai kovariat dalam blok pertama dan memori verbal dan fungsi eksekutif

    masuk pada blok kedua. nalisis dilakukan dengan masing&masing variabel hasil UPS.

    Dalam analisis sekunder, serangkaian korelasi Pearson dijalankan untuk mengidentifikasi

    variabel neurokognitif yang memiliki hubungan dengan skor subskala UPS. +esalahan tipe $tidak dikontrol, sebagai korelasi yang signifikan dari fa2tor predi2tor dinilai dalam analisis

    regresi. 4aksimal tiga variabel neurokognitif yang berkorelasi dimasukkan sebagai prediktor

    dalam model regresi linear. 1idak lebih dari tiga variabel yang dipilih untuk mengontrol

    keterbatasan ukuran sampel, dan dalam kasus&kasus dimana lebih dari tiga variabel berkorelasi

    dengan subskala, variable dengan koefisien korelasi yang lebih tinggi dipilih.

    Hasil

    Deskripsi demografi, data klinis dan neuropsikologi dari sampel disajikan pada 1abel $.

    Dekripsi variabel UPS disajikan pada 1abel ". ilai kinerja neurokognitif berbeda antara $ dan

    F# persentil dibandingkan dengan sampel normal, yang konsisten dengan penelitian lain dari D

    dimana didapatkan defisit dalam fungsi kognitif dibandingkan dengan populasi pada umumnya,

    defisit terjadi di bidang learning and memordan visual&spasial fungsi (rantom et al., "##;!

    +urt5 9 Gerraty, "##@%.

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    6/8

    neurokognitif termasuk C*/1 1rials $&F skor, ?ey )mmediat and re2all skor, Digit Span skor

    total dan enton udgement /ine s2ore berkorelasi dengan total skor UPS.

    *ariabel neurokognitif yang signifikan dimasukkan se2ara bersamaan dalam formula

    regresi dengan UPS sub&skala sebagai variabel kriteria. Seperti sebelumnya, peringkat gejala

    dan )- yang dimasukkan pertama sebagai kovariat. Untuk subskala +euangan, se2arakeseluruhan mendekati signifikan, ?" #,"", p L#,#, dan The #udgement of $ine variable

    adalah prediktor signifikan lainnya, b #,=#, t ".$$, p L#,#F. Sub skala +omunikasi dan

    +eterampilan ?umah, se2ara keseluruhan tidak signifikan. khirnya, untuk UPS skor total,

    dilaporkan bah3a The Re "elaed an d !mmediate sangat berkorelasi, dan variabel "elaed

    disertakan dengan %&$T Total '-( variabel dan The #udgement &ariabel $ine. ?umus

    keseluruhan adalah signifikan, ?" #,", p L#,#F, dan variabel %&$T Total '-( diperkirakan

    memiliki total skor, b #,A$,t ".#:, p L#,#F.

    Diskusi

    Penelitian ini menguji hubungan antara kinerja neurokognitif pada beberapa domain

    neurokognitif dan sub&skala UPS. Sebagai hipotesis, gabungan verbal learning dan memori

    adalah prediktor signifikan dari kinerja UPS pada beberapa variabel, termasuk subskala

    +omunikasi dan 1otal skor UPS.*erbal learning dan memory ditemukan menjadi predikstor

    kapasitas pada pasien dengan S6 (42Clure et al., "##:%, dan juga pada D. )lai komposit

    prediktif ini juga diidentifikasi oleh onn 7n et al. ("#$#%, yang melaporkan bah3a verbal

    memory yang tertunda, bersama dengan simtomatologi depresi, dapat memprediksi skor S1

    pada sebuah penelitian longitudinal pada pasien dengan D. ertentangan dengan harapan,

    fungsi eksekutif tidak memprediksi kinerja verbal learning dan memori. Dinilai dengan

    >is2onsin Card Sorting 1est & metode pengukuran alternative fungsi eksekutif dapat memberikantemuan yang lebih konsisten dengan literatur.

    Penelitian kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara simtomatologi,

    apakah manik atau depresi, dan skor UPS, menunjukkan bah3a pengukuran berbasis kinerja

    pada umumnya akan lebih banyak dipengaruhi oleh fungsi kognitif daripada simtomatologi,

    terutama bagi individu yang tidak mengalami gangguan afek yang signifikan, seperti kasus untuk

    sampel saat ini. Selain itu, verbal learning and memori diprediksi berdasarkan )- saja.

    erdasarkan ini, rehabilitasi konstruksi neuropsikologi ini dapat meningkatkan kapasitas

    fungsional dan dengan ekstensi hasil fungsional jangka panjang pada pasien (

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    7/8

    kemamuan visuospatialBkonstruksi tetap merupakan prediktor yang signifikan, menunjukkan

    bah3a domain neurokognitif ini, setidaknya yang diukur denganBenton #udgement of $ine Task,

    sangat penting untuk subdomain UPS tersebut. The Benton #udgement $ine Task dianggap

    bergantung pada daerah parietal kanan (1ranel, *ianna, 4an5el, Damasio, 9 Grabo3ski, "##@%,

    yang telah ditemukan penting untuk perhitungan matematis sederhana (Simos et al., "##;%.

    eberapa penelitian telah mengidentifikasi berkurangnya aktivitas neuron di lobus parietal

    pasien dengan D (M 05erdem, G M untekin, 1G M un, 1U?P, 9 as ar, "#$$! Pompei et al.,

    "#$$%, yang mungkin menjelaskan beberapa gangguan pada tugas ini pada individu tertentu.

    Penelitian pada S6 dan UPS umumnya melaporkan bah3a defisit se2ara keseluruhan

    memprediksi performa se2ara keseluruhan (Green et al, "#$$!. 4ausba2h et al, "##;.%, sebuah

    temuan yang konsisten dengan meta&analisis pada gangguan neurokognitif (

  • 7/25/2019 Fungsi Neurokognitif Sebagai Prediktor Kinerja Kapasitas Fungsional Dalam Gangguan Bipolar

    8/8

    dipengaruhi oleh domain yang berbeda. Sebagai tambahan, simtomatologi tampaknya

    berdampak minimal terhadap skor UPS pada pasien euthymi2.Penelitian tambahan harus

    melaporkan data longitudinal dan faktor&faktor mediasi antara sub&skala UPS dan variabel

    klinis dan hasil yang relevan.